7.pdf

19
90 FORMAT BARU HUBUNGAN SAINS MODERN DAN ISLAM (STUDI INTEGRASI KEILMUAN ATAS UIN YOGYAKARTA DAN TIGA UINVERSITAS ISLAM SWASTA SEBAGAI UPAYA MEMBANGUN SAINS ISLAM SEUTUHNYA TAHUN 2007-2013) Anshori dan Zaenal Abidin Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl A. Yani Pabelan Tromol Pos 1 Telp. (0271) 717417 Surakarta 57102 E-Mail: [email protected] Abstract: This paper discusses the problem regarding to the integrative knowledge concept at the four Islamic higher education —namely the State Islamic University, (UIN Sunan Kalijaga) Yogyakarta, the Indonesia Islamic University (UII) Yogyakarta, the Muhammadiyah University of Surakarta (UMS), and the Wahid Hasyim University of Semarang (UNWAHAS). This is a field research study with using the snow ball technique and the focus of discussion group for interview toward the primary resource persons, and using the crucial documents from the subjects elected with using the eclectic data analyzes. This study uses a history-phenomenology perspective. The result of study toward the four universities put into practice in difference concept for each universities regarding to the new form on the relation of modern sciences and Islam as an effort completely building of Islamic sciences. The Sate Islamic University, Sunan Kalijaga, Yogyakarta follows the concept of integrative-interconnected knowledge with combining the Islamic Knowledge Wealth, hadlarah al-nash, hadharah al- falsafah, and hadlarah al-’ilm. UII gave their lectures on having free choice to the concept of Islamization of Knowledge, Scientification of Islam, and/or Integrative- Interconnected Knowledge. UII also takes the developing model on the concept of Islamic University. UMS is more closely with the concept of interconnective knowledge with strongly promoting to the Islamic economy, the professional medical doctor, the new ruling elite in politics, and other sector in the life. UNWAHAS has not use an integrative- interconnected concept but promoting the values of Islam (ruh) to appreciate the choice of knowledge paradigm between scientification of Islam and integrative- interconnected knowledge. Key words: modern sciences; Islam; integrative knowledge. Abstrak: Makalah ini membahas konsep integrasi keilmuan di empat perguruan tinggi Islam, yaitu Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Surakarta dan Universitas Wahid Hasyim (UNWAHAS) Semarang. Penelitian ini adalah penelitian lapangan, data dikumpulkan dengan metode wawancara, focus group discussion, dan dokumentasi dengan analisis data mengedepankan analisis eklektik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah historis-fenomenologis. Hasil penelitian tentang

Transcript of 7.pdf

Page 1: 7.pdf

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 1, Juni 2014: 90 - 108

90

FORMAT BARU HUBUNGAN SAINS MODERN DAN ISLAM(STUDI INTEGRASI KEILMUAN ATAS UIN YOGYAKARTA DAN

TIGA UINVERSITAS ISLAM SWASTA SEBAGAI UPAYAMEMBANGUN SAINS ISLAM SEUTUHNYA TAHUN 2007-2013)

Anshori dan Zaenal AbidinProgram Studi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah SurakartaJl A. Yani Pabelan Tromol Pos 1 Telp. (0271) 717417 Surakarta 57102

E-Mail: [email protected]

Abstract: This paper discusses the problem regarding to the integrative knowledgeconcept at the four Islamic higher education —namely the State Islamic University,(UIN Sunan Kalijaga) Yogyakarta, the Indonesia Islamic University (UII) Yogyakarta,the Muhammadiyah University of Surakarta (UMS), and the Wahid Hasyim Universityof Semarang (UNWAHAS). This is a field research study with using the snow balltechnique and the focus of discussion group for interview toward the primary resourcepersons, and using the crucial documents from the subjects elected with using the eclecticdata analyzes. This study uses a history-phenomenology perspective.The result of study toward the four universities put into practice in difference conceptfor each universities regarding to the new form on the relation of modern sciences andIslam as an effort completely building of Islamic sciences. The Sate Islamic University,Sunan Kalijaga, Yogyakarta follows the concept of integrative-interconnected knowledgewith combining the Islamic Knowledge Wealth, hadlarah al-nash, hadharah al-falsafah, and hadlarah al-’ilm. UII gave their lectures on having free choice to theconcept of Islamization of Knowledge, Scientification of Islam, and/or Integrative-Interconnected Knowledge. UII also takes the developing model on the concept of IslamicUniversity. UMS is more closely with the concept of interconnective knowledge withstrongly promoting to the Islamic economy, the professional medical doctor, the newruling elite in politics, and other sector in the life. UNWAHAS has not use an integrative-interconnected concept but promoting the values of Islam (ruh) to appreciate the choiceof knowledge paradigm between scientification of Islam and integrative-interconnected knowledge.

Key words: modern sciences; Islam; integrative knowledge.

Abstrak: Makalah ini membahas konsep integrasi keilmuan di empat perguruan tinggiIslam, yaitu Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Universitas Islam Indonesia (UII)Yogyakarta dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Surakarta danUniversitas Wahid Hasyim (UNWAHAS) Semarang. Penelitian ini adalah penelitianlapangan, data dikumpulkan dengan metode wawancara, focus group discussion, dandokumentasi dengan analisis data mengedepankan analisis eklektik. Pendekatan yangdigunakan dalam penelitian ini adalah historis-fenomenologis. Hasil penelitian tentang

Page 2: 7.pdf

Format Baru Hubungan Sains Modern ... (Anshori & Zaenal Abidin)

91

PENDAHULUAN

Perdebatan tentang hubungan agamadan sains akhir-akhir ini menarik didiskusi-kan, karena terdapat beragam pendapattipologi hubungan keduanya.1Di antara ti-pologi itu yang sering menjadi sorotan ialahmasalah integrasi ilmu dan agama.Isu ber-tambah menarik karena, pertama, panda-ngan tentang kapan agama memberi spiritdalam pengembangan sains dan bagaimanakeduanya (sains dan agama) berjumpa.2 Ke-dua,dalam ranah kelembagaan pendidikandi Indonesia, isu itu menjadi lebih kompleksketika terjadi perluasan mandat wilayah

keilmuan IAIN. Semula IAIN hanya me-ngelola progam studi mayoritas ilmu-ilmuagama bertransformasi menjadi UIN yangmengelola beragam program studi, tamba-han program studi itu di antaranya ialahprogam studi ilmu–ilmu sosial-humaniora,progam studi sains dan teknologi.

Mulai tahun 2002-2004 tiga IAIN diIndonesia menjadi Universitas Islam Ne-geri: (1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,(2) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (3)UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang.3

Transformasi dari IAIN ke UIN menanda-kan dimulainya gagasan integrasi sainsIslam dengan sains sekuler, dalam Univer-

konsep keilmuan ini adalah bahwa format baru hubungan sains dan Islam dalam upayamembangun sains Islam seutuhnya di perguruan tinggi berbeda-beda dan memilikidistingsi masing-masing. Di UIN Sunan Kalijaga menganut paradigma integrasi-inrerkoneksi keilmuan dengan merajut trilogi khazanah keilmuan hadlarah al-nash,hadharah al-falsafah, dan hadlarah al-’ilm. UII memberikan kebebasan kepada tenagapengajarnya mengambil pilihan paradigma keilmuan bisa islamization of knowledge,scientification of Islam, integration-interconnection). UMS lebih dekat pada konsepinterkoneksi dengan penekanan kuat kearah ekonomi Islam, tenaga medis kesehatan “dokterprofesional, membangun elit baru di dunia politik dan sektor-sektor yang lain. Unwahastidak menggunakan konsep integrasi-interkoneksi tetapi mengedepankan ruh Islam untukmengapresiasi pilihan paradigma keilmuan antara scientifation of Islam dan integration-interconnetion. Keunikan konsep dasar keilmuan Unwahas adalah lahir atas pemikirandan prakarsa para ulama, intelektual, dan pengurus Jam’iyyah Nahdlatul ‘Ulama,diantaranya adalah menggunakan sistem pesantrenisasi tahfidul quran.

Kata Kunci: sains modern; Islam; integrasi keilmuan.

1Muzaffar Iqbal, Islam and Science, (Burlington: Ashgate, 1988), hlm. 17.2Ian Barbour, “Juru Bicara Tuhan antara Sains dan Agama”.Transleted by E. R. Muhammad,

(Bandung:Mizan, 2002), hlm. 83.3Empat buku menjadi “saksi” perubahan IAIN menjadi UIN, yaitu Zainal Abidin Bagir dan Jarot

Wahyudi (eds.), Integrasi Ilmu dan Agama Interpretasi dan Aksi (Yogyakarta: Kerjasama Mizan, MYIAdan SUKA Press UIN Sunan Kalijaga, 2005). Aan Kusmana (ed.),Integrasi Keilmuan UIN SyarifHidayatulah Jakarta Menuju Universitas Riset,(Jakarta: PPJM dan UIN Jakarta Press, 2006). M. AminAbdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi Pendekatan Integratif-Interkonektif, (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2006). Imam Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan Islam Perspektif Malang,(Malang:UIN Malang Press, 2006).

Page 3: 7.pdf

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 1, Juni 2014: 90 - 108

92

sitas Islam. Tindakan ini lebih dikenal de-ngan reintegrasi keilmuan. Langkah ini di-maksudkan guna dapat membangun sainsIslam seutuhnya. Perkembangan konsepkeilmuan di perguruan tinggi Islam negeriyang telah terjadi proses saling mendekat-kan antardisiplin ilmu sejatinya juga sudahterjadi di perguruan tinggi Islam swasta.Dugaan sementara, sebagian perguruantinggi swasta yang lahir dari organisasi Is-lam dengan keunikan masing-masing bisamenerima perkembangan integrasi ilmu se-bagaimana di UIN. Sejauh ini sudah adaupaya-upaya kreatif dari PTAIS dalammemadukan disiplin ilmu yang kemudianditerjemahkan kedalam kurikulum danproses pembelajaran. Untuk itu, sangatperlu dilakukan kajian secara mendalamtentang beragam pola integrasi ilmu baikdi perguruan tinggi negeri maupun swasta.Penelietian mencakup empat perguruantinggi Islam yaitu di UIN Sunan Kalijaga,Universitas Islam Indonesia Yogyakarta,Universitas Muhammadiyah Surakarta,dan Universitas Wahid Hasyim Semarang

Fokus penelitian ini adalah membahasbagaimana format baru hubungan sainsmodern dan Islam yang diformulasikan da-lam konsep dasar keilmuan di UIN SunanKalijaga dan tiga Universitas Islam Swasta(UII, UMS, dan Unwahas)?Apa keunikankonsep dasar keilmuan Islam masing-ma-sing perguruan tinggi tersebut? Memper-hatikan pertanyaan-pertanyaan tersebut,

penelitian ini bertujuan sebagai untuk me-ngeksplorasi konsep hubungan sains danagama yang diformulasikan dalam konsepintegrasi keilmuan di UIN Sunan Kalijagadan tiga Universitas Islam Swasta (UII,UMS, dan Unwahas). Selain itu juga ber-tujuan untuk menemukan keunikan danperbedaan konsep dasar keilmuan UINYogyakarta dan tiga Universitas IslamSwasta, dalam praktik kurikulum, silabusdan produk keilmuan.

Karakter sasaran penelitian ini bersifatmultidimensi yaitu pendidikan, keagama-an, dan kesejarahan. Karakter multidi-mensi lebih tepat diteliti metode kualitatif.4

Pendekatan yang dikedepankan dalampenelitian ini adalah pendekatan historis-fenomenologis.5 Dalam penelitian ini hen-dak dibahas perkembangan wacana danimplementasi keilmuan di perguruan tinggipada periode waktu 2007-2012. Karena itu,meminjam formulasi Kutowijoyo, peneliti-an dapat digolongkan kedalam penelitiansejarah pemikiran, dengan objek penelitianini adalah pandangan tentang pola hubu-ngan keilmuan.6Pendekatan fenomenologisdimaksudkan melakukan kajian denganmengukuhkan pengetahuan tentang ber-bagai ekspresi fenomen, yang dalam kon-teks penelitian ini fenomena konsep inte-grasi keilmuan Islam dan sains. Pada gili-rannya penelitian ini akan menghasilkantipologi konsep keilmuan dalam lapanganpenelitian.7

4Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006),264.5Sartono Kartodirdjo mengajurkan dan mengingatkan perlunya rapproachement (penggabungan

dua pendekatan) dalam penelitian sosial dengan sejumlah argumen, sehingga dapat saling menguatkananalisis. Lihat Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta: Gramedia,1993), 117-120.

6Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003), 189.7Clive Erricker, “Pendekatan Fenomenologis”, in Peter Connolly (ed.), Aneka Pendekatan Studi Agama.

Tranlated by Imam Choiri, (Yogyakarta: LKIS, 2002), 117.

Page 4: 7.pdf

Format Baru Hubungan Sains Modern ... (Anshori & Zaenal Abidin)

93

Metode pengumpulan data dalam pe-nelitian ini menggunakan metode gabu-ngan yaitumetode wawancara, focus groupdiscussion, dan dokumentasi.Penggaliandata melalui wawancara dengan modelsnowball interview. Maksudnya adalah me-wancarai seorang yang memiliki otoritasdalam memberikan penjelasan tentangkonsep keilmuan di lapangan penelitian,selanjutnya dari informasi narasumberakan mewawancari narasumber lain. Se-lain itu juga dilakukan wawancara ber-sama-sama (focus group discussion). Denganmetode ini diharapkan ada validasi datasatu narasumber dengn narasumber lain.Sedangkan metode dokumentasi mengum-pulkan data-data dan dokumen resmi dariperguruan tinggi objek peneltian ini. Doku-men buku-buku, brosur, majalah,procedingseminar dan lain-lain. Selanjutnya datayang terkumpul dianalisis denganmetodeeklektik, yaitu meteode analisis yang meng-gabungkan metode deduktif dan induktifsecara bolak-balik. Analisis dilakukan de-ngan terlebih dahulu memaparkan data se-cara langsung (misalnya kutipan langsung)kemudian menjelaskan dengan mengaitkandengan temuan-temuan terdahulu sebagai-mana yang dipaparkan dalam kerangkateori. Begitu juga sebaliknya, temuan-temu-an di lapangan dimanfaatkan untuk me-lihat teori-teori yang sebelumnya telah di-bangun.

PARADIGMA INTEGRASI KEILMUAN

Bangunan integrasi keilmuan dalamkhazanah Islam telah menjadi kajian men-dalam oleh sejumlah intelektual muslim.

Sebagian masih merumuskan dalam bentukgagasan dan teoritik, sebagian lain telahmelangkah lebih jauh dan terlembagakandalam institusi pendidikan tinggi. Seku-rang-kurangnya ada tigamodel paradigmaatau konsep dasar keiolmuan ketika orangmembangun sains Islam, yaitu islamisasiilmu pengetahuan, pengilmuan Islam, danintegrasi-interkoneksi keilmuan.Beriku inipenjelasan masing-masing paradigma ter-sebut.

1. Islamisasi Ilmu PengetahuanParadigma islamisasi ilmu penge-

tahuan dikemukakan oleh Seyyed Naquibal-Attas. Dalam berbagai literatur yang ter-sebar, Al-Attas menyimpulkan bahwa usa-ha islamisasi ilmu harus dimulai melaluikajian mendalam terhadap asas-asas meta-fisika dan epistemologi Islam yang telahdirumuskan dengan elegan oleh pemikirIslam klasik. Jika kajian tersebut telah sele-sai, maka tahap selanjutnya adalah bagai-mana ilmuwan-ilmuwan sekarang meng-hayati temuan-temuan tersebut, sehinggadengan demikian proses islamisasi ilmuakan terjadi dengan sendirinya.8

Ismail Raji Al-Faruqi menyatakanbahwa proses islamisasi harus dikenakansecara langsung terhadap bidang-bidangilmu yang bersangkutan. Pada tingkat kon-kretnya adalah mengupayakan untukmemproduksi buku teks universitas yangtelah dibentuk kembali menurut visi Islamdalam sekitar 20 disiplin9 Secara umum,islamisasi ilmu al-Faruqi dimaksudkan se-bagai respons positif terhadap realitas pe-ngetahuan modern yang sekularistik, disatu sisi, dan Islam yang terlalu religious di

8Seyyed Naquib al-Attas, Prolegomena to the Metaphysics of Islam, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1995),95.9Ismail Raji al-Faruqi, “Islamisasi Pengetahuan”.Transleted by Anas Mahyudin, (Bandung: Pustaka,

2003), 115.

Page 5: 7.pdf

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 1, Juni 2014: 90 - 108

94

sisi lain, dalam model pengetahuan baruyang utuh dan integral tanpa pemisahandi antara keduanya. Secara terperinci yangdimaksud ialah sebagai berikut: (1) meng-uasai disiplin ilmu modern; (2) menguasaiwarisan Islam (islamic heritage); (3) me-nentukan relevansi Islam yang tertentu bagisetiap bidang ilmu modern; (4) mencaricara-cara bagi melakukan sintesis yangkreatif antara lain ilmu modern dan ilmuwarisan Islam; (5) melancarkan pemikiranIslam ke arah jalan yang boleh membawa-nya memenuhi kehendak Allah.10

Selain itu, Al-Faruqi juga menetapkansetidaknya terdapat 12 langkah yang perludilalui untuk mencapai tujuan mulia diatas, langkah-langkah yang dimaksud ada-lah, (1) penguasaan disiplin modern yangmeliputi prinsip, metodologi, masalah, te-ma, dan perkembangannya; (2) peninjauandisiplin ilmu; (3) penguasaan ilmu warisanIslam: ontologi; (4) penguasaan ilmu wari-san Islam dari sisi analisis; (5) penentuanrelevansi Islam yang tertentu kepada suatudisiplin ilmu; (6) penilaian secara kritis disi-plin modern untuk memperjelas kedudu-kan disiplin terhadap langkah yang harusdiambil untuk menjadikannya bersifat isla-mi; (7) penilaian secara kritis ilmu warisanIslam, seperti pemahaman terhadap Al-Qur’an dan sunnah, perlu analisis dan kaji-an terhadap kesalaha-pahaman; (8) kajiandan penelitian masalah utama umat Islam;(9) kajian tentang masalah utama yangmembelit manusia sejagad; (10) melahirkananalisis dan sintesis yang kreatif; (11) pe-

ngacuan kembali disiplin dalam kerangkaIslam, seperti kitab-kitab utama teks dalamuniversitas; dan (12) harus memasar danmensosialisasikan ilmu-ilmu yang sudahdi-Islamkan.11

Dalam bukunya Jihad Intelektual: Me-rumuskan Parameter-parameter Sains Islam,12

Sardar menyatakan bahwa umat Islam mem-butuhkan “sains Islam” karena kebutuhan-kebutuhan, prioritas-prioritas, dan perhati-an masyarakat muslim berbeda dari apayang dimiliki oleh peradaban Barat. UmatIslam membutuhkan sains Islam karenasuatu peradaban tidak akan sempurna apa-bila tidak memiliki suatu sistem objektif un-tuk memecahkan masalah yang dibingkaisesuai pradigmanya sendiri. Tanpa “sainsIslam”, masyarakat muslim hanya akanmenjadi bagian dari kebudayaan dan pe-radaban lain (Barat).

2. Pengilmuan IslamDi Indonesia wacana tentang sain Is-

lam tidak selalu diamini oleh seluruh pemikirmuslim. Kuntowijoyo mengulas wacanasains Islam dalam bukunya Islam SebagaiIlmu: Epistemologi, Metodologi, dan Etika(2004).13Kuntowijoyo memilih program ke-ilmuan dengan paradigma pengilmuanIslam. Perlunya pengilmuan Islam, orangIslam harus melihat “realitas melalui Islam,dan eksistensi Humaniora dalam Al-Qur’an. Pertama, tugas itu dikerjakan oleh“demistifikasi Islam”.Di sini dikemukakantentang perlunya Islam sebagai teks (Al-Qur’an dan as-Sunnah) untuk dihadapkan

10Khudhori Soleh, Filsafat Islam dari Klasik hingga Kontemporer, (Yogyakarta: Arruz Media, 2013),333.

11Ismail Raji al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, 99-118.12Ziaudin Sardar, Jihad Intelektual: Merumuskan Parameter-parameter Sains Islam.translated by A.E.

Priyono (Surabaya: Risalah Gusti,1998), 63.13Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi, dan Etika, (Yogyakarta: Tiara Wacana,

2006), hlm. 3.

Page 6: 7.pdf

Format Baru Hubungan Sains Modern ... (Anshori & Zaenal Abidin)

95

kepada realitas, baik realitas sehari-harimaupun realitas ilmiah.Kedua, mengapaorang Islam harus melihat realitas melaluiIslam?Jawabannya adalah menurut ilmubudaya dan sosiologi ilmu pengetahuan,realitas itu tidak dilihat secara langsungoleh manusia tetapi melalui tabir (konsep,budaya simbol, dan persetujuan masyara-kat). Ketiga, adanya pengakuan faktor ma-nusia. Tanpa adanya faktor manusia kons-truksi pengalaman manusia menjadi ilmutidak lengkap.Humaniora dalam Al-Qur’aningin menegaskan bahwa ilmu itu tidak ha-nya dua (qauliyah dan qauniyah) tetapi adatiga (qauliyah, qauniyah, dan nafsiyah).Tanpa humaniora ilmu tidak akan dapatmenyentuh seni, filsafat, sejarah, antropo-logi, ilmu politik dan sebagainya.

Proses pengilmuan Islam melalui duametode, yaitu integralisasi dan objektivi-kasi. Integralisasi ialah pengintegralisasiankekayaan keilmuan manusia dengan wah-yu (petunjuk Allah dalam Al-Qur’an be-serta pelaksanannya dalam Sunnah Nabi).Sedangkan objektivikasi ialah menjadikanpengilmuan Islam sebagai rahmat untuksemua orang.14

Dimulai interrelasi antara mitos, ideo-logis, dan ilmu.Dalam periode ide, Islam da-pat dirumuskan sebagai ilmu.Kalau padaperiode utopia, umat Islam masih berpikirdalam kerangka mitis, sementara padazaman ideologi mereka hanya terlibat padapersoalan ideologi dan kekuasaan, makapada periode sekarang ini, perlu merumus-kan konsep-konsep normatif Islam sebagaiteori.Konsep-konsep normatif memang bisaditurunkan menjadi filsafat, kemudianmenjadi ideologi. Tetapi bisa juga dari kon-sep normatif mejadi filsafat, dan lalu mejadi

teori.Sebagai contoh lagi, ada hadis yangmenyebutkan kefakiran itu mendekatkankepada kekufuran. Ini merupakan tesisyang sangat penting, tetapi itu hanya sam-pai ke situ. Kaum muslim jarang menjelas-kan hadis itu menjadi teori sosial tentangmengapa kemiskinan itu mendekatkan ke-kufuran. Umat Islam tidak pernah melihatgejala-gejala empirik di dalam sejarah mau-pun dalam masyarakat yang menyebabkankemiskinan cenderung menyebabkan orangmenjadi kafir, ingkar atau lalai kepadaTuhan. Bentuk kemiskinan yang bagai-mana yang menyebabkan kekufuran, inijarang dijelakan secara teoritis.Karena itudapat dikatakan bahwa al-Quran itu se-benarnya merupakan sujumlah teori-teoribesar yang perlu dielaborasi menjadi middlerange.15

3. Integrasi-InterkoneksiSelain dua paradigma tersebut, kini

muncul paradigm ketiga dalam wacanasains Islam, yaitu itegrasi-interkoneksi.Paradigma integrasi-interkoneksi yang di-gagas oleh M Amin Abdullah ini mencobamentrialogikan antara nilai-nilai subjektif,objektif, dan intersubjektif. Agenda pene-litian untuk membangun kerangka meto-dologi Fundamental Philosophy yang dikait-kan langsung dalam bidang studi agama-agama dan studi keislaman yang bertujuanmemberikan masukan untuk pemecahanpersoalan pluralitas keagamaan adalahibarat mencari jarum yang jatuh di tengahkegelapan malam.Ia perlu senter untuk me-nerangi tempat sekitar jatuhnya jarum ter-sebut untuk menemukannya. Senter ter-sebut adalah bertemunya tiga kluster ke-ilmuan bidang agama dalam pola bentuk

14Ibid., hlm. 49.15Kuntowijoyo, Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), 6-8.

Page 7: 7.pdf

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 1, Juni 2014: 90 - 108

96

hubungan seperti pertemuan dan dialogkritis antara ilmu-ilmu yang berdasar padateks-teks keagamaan (naql, bayani; subjec-tive), dan ilmu-ilmu yang berdasar padakecermatan akal pikiran dalam memahamirealitas sosiologis-antropologis perkemba-ngan kehidupan beragama era pluralitasbudaya dan agama (’aql, burhani; objective)serta ilmu-ilmu yng lebih menyentuh ke-dalaman hati nurani manusia (qalb, ‘irfani,intuitif; penghayatan yang intersubjective)

adalah salah satu dari sekian banyak carayang patut dipertimbangkan dalam upayarekonstruksi tersebut.16

Menurut Amin Abdullah integrasi-interkoneksi merupakan trialektika antaratradisi teks (hadarat an-nas), tradisi akade-mik-ilmiah (hadarat al-ilmu), dan tradisi etik-kritis (hadarat al-falsafah).17

Epistemologi integrasi-interkoneksi M.Amin Abdullah secara sistematik terang-kum dalam gambar dan skema berikut:

Gambar jaring laba-laba layer pertamaadalah Al-Qur’an dan Hadis sebagai sum-ber normatif Islam. Dengan berbagai pen-dekatan, metode, dan fokus objeknya padalayer kedua, layer pertama dengan berbagaipendekatan dan metode kajian yang adadi layer kedua kemudian melahirkan layer

ketiga berupa ilmu-ilmu tradisional Islam,yakni tafsir, hadis, kalam, fiqh, tasawuf,lughah, tarikh, dan falsafah. Perkemba-ngan ilmu modern dan dan metodologi se-perti tergambar pada ilmu-ilmu alam dansosial-humaniora menjadi kebutuhan un-tuk memperkaya makna dan kontekstualis-

16M. Amin Abdullah, “Rekonstruksi Metodologi Studi Agama dalam Masyarakat Multikulturaldan Multireligius”, dalam Jurnal Media Inovasi, No. 02, th. X/2000, 99.

17Ibid, 768.

Page 8: 7.pdf

Format Baru Hubungan Sains Modern ... (Anshori & Zaenal Abidin)

97

asi, ilmu-ilmu keislaman pada layer ketigatersebut menggunakan perspektif ilmu-ilmupada layer keempat seperti sejarah, filsafat,psikologi, sosiologi, antropologi, arkeologi,filologi, dan seterusnya. Sebaliknya ilmu-ilmu keislaman pada layer ketiga juga bisamengispirasi dan memperkaya pengemba-ngan ilmu-ilmu pada layer keempat. Inter-komunikasi antarlayer dan antardisiplindalam satu layer akan mendinamisir ilmu-ilmu baru, dan tidak cukup hanya di dalaminternal keilmuan belaka, melainkan pe-ngembangan keilmuan Islam integrative-interkonektif tersebut harus menyentuhlayer terakhir, yakni isu-isu aktual dan ke-kinian seperti pluralism agama, hokuminternasional, demokrasi, etika lingkungan,gender, hak asasi manusia dan seterus-nya.18

Amin Abdullah pada kesempatan lainmenghubungkan skema jarring laba-labatersebut dengan konsepsi Keith Ward me-ngenai sejarah perkembangan studi agama-agama yang telah melewati 4 (empat) fase,yaitu, local, canonical, critical, dan global.Pada tahapan pertama, fase local, semuaagama pada era pra-sejarah (prehistoricalperiod) dapat dikategorikan sebagai local.Pada tahapan kedua, fase canonical ataupropositional, adalah jaman agama-agamabesar dunia (world religions).Tahapan ke-tiga adalah fase critical. Pada abad ke-16dan 17, kesadaran beragama di Eropa me-ngalami perubahan yang radikal, yang ter-

wadahi dalam gerakan Enlightenment. Ta-hapan keempat adalah fase global sebagai-mana yang terjadi saat ini dan memuncul-kan keilmuan baru berikut juga metodenyayang lebih kritis dan tidak hanya terpakupada rasio.Ini terlihat pada lingkar keempatjarring laba-laba yang menggambarkan ke-ilmuan Islam dengan paradigma integratif-interkonektif mengharapkan terjadinyaperkembangan ilmu-ilmu keislaman yangtidak hanya terfokus pada kingar satu danlingkar dua, tetapi juga melangkah padalingkar tiga dan empat. Lingkar satu dandua disebut sebagai ‘Ulumuddin yang me-rupakan representasi dari “tradisi local”keislaman yang berbasis pada “bahasa”dan “teks-teks” atau nash-nash keagamaan.Lingkar tiga disebut sebagai al-fikr al-Islamiysebagai representasi pergumulan humani-tas pemikiran keislaman yang berbasis pada“rasio-intelek”. Sedangkan lingkar empatdisebut dirasat islamiyyah atau Islamic Stu-dies sebagai kluster keilmuan baru yang ber-basis pada paradigm kelimuan social kriti-kal-komparatif lantaran melibatkan seluruh“pengalaman” (experiences) umat manusiadi alam historis-empiris yang amat sangatberanekaragam.19

Pemaknaan interpretatif atas nash, Al-Qur’an dan Hadis, tidak meninggalkan as-pek the wholeness of reality seperti banyakdikembangkan filsafat, dan juga tidak me-ngabaikan perspektif-perspektif keilmuandari berbagai disiplin ilmu yang dimung-

18M. Amin Abdullah, “New Horizon of Islamic Studies Through Socio-Cultural Hermeneutics,dalam Al-Jami’ah Journal of Islamic Studies, Volume 41, Number 1, 2003/1424, 16-9, dalam Moch NurIchwan – Ahmad Muttaqin, Islam, Agama-agama,dan Nilai Kemanusiaan (Yogyakarta: CISForm, 2013),25.

19M. Amin Abdullah, “Ulum al-din ak-Fikr al-Islami dan Dirasat Islamiyah: Sumbangan Kelimuan Islamuntuk Peradabab Global, disampaikan dalam Workshop Pembelajaran Inovatif Berbasis Integrasi-Interkoneksi, Yogyakarta, 19 Desember 2008, dalam Moch Nur Ichwan dan Ahmad Muttaqin, Islam,Agama-agama, dan Nilai Kemanusiaan (Yogyakarta: CISForm, 2013), 26.

Page 9: 7.pdf

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 1, Juni 2014: 90 - 108

98

kinkan ada dan berkembang.20 Dengancara demikian, ilmu-ilmu Islam dikembang-kan tidak dalam model single entity ataumurni teks suci tanpa konteks, tidak dalammodel isolated entities atau unit-unit yangtertutup, yakni normativitas teks suci jalan

sendiri, falsafah jalan sendiri, dan ilmujalan sendiri tanpa “jendela” interkoneksidan interkomunikasi, melainkan dalam mo-del interconnected entities ada saling hubu-ngan antar ketiganya. Bagan berikut meng-gambar ketiga paradigma tersebut:21

Tiga Paradigma Kelimuan

No Paradigma Sifat Tokoh

1 Mazhab Islamization of Knowledge

Subjektivitas (ISTAC dan IIUM Malaysia serta

beberapa UIN di Indonesia)

al-Attas dan Ismail al-Faruqi

2 Mazhab Scientification of Islam

Objektivitas (Beberapa UIN di Indonesia)

Arkoen, Fazlur Rahman,

Kuntowijoyo, dan sebagainya

3

Integrasi-Interkoneksi Scientific (Hadarat al-‘Ilm)-cum (Hadarat al-

Falsafah)-Doctriner (Hadarat an-Nas)

Sirkulatif-Hermeneutis antara Subjektivitas (Hadarat an-Nas),

Objektivitas (Hadarat al’Ilm), dan Intersubjektivitas (Hadarat al-

Falsafah) UIN SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

M. Amin Abdullah1

DIALOG KONSEP DASAR KEILMUANDI PERGURUAN TINGGI ISLAM.

1. Universitas Islam Negeri (UIN) SunanKalijaga Yogyakarta

Visi UIN Sunan Kalijaga Yogyakartaialah: Unggul dan terkemuka dalam pe-maduan dan pengembangan studi keisla-man dan keilmuan bagi peradaban. Men-cermati core values seperti itu, maka diperlu-kan pembacaan yang tepat atas pemikiran

Prof. Dr. M. Amin Abdullah, ketika ia me-nempatkan posisi Ilmu Agama dan Sains.Sebab dalam Sembilan prinsip pengemba-ngan akademik UIN Sunan Kalijaga, prin-sip kedua dan ketiga secara berturut-turutdinyatakan: Memperkokoh paradigma in-tegrasi-interkoneksi keilmuan yang ter-gambar dalam “jaring laba-laba keilmuan”dan membangun keutuhan iman, ilmu, danamal melalui pembelajaran yang terpaduantara hadlarah al-nash, hadlarah al-‘ilm, dan

20Bagan M. Amin Abdullah seperti dikutip Tim Penulis, Kerangka Dasar Keilmuan dan PengembanganKurikulum (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004). 8. 20, dalam MochNur Ichwan – Ahmad Muttaqin, Islam, Agama-agama,dan Nilai Kemanusiaan (Yogyakarta: CISForm,2013), 27.

21Tim Penulis, Kerangka Dasar Keilmuan, 28-29. dalam Moch Nur Ichwan dan Ahmad Muttaqin,Islam, Agama-agama,dan Nilai Kemanusiaan (Yogyakarta: CISForm, 2013), 28.

Page 10: 7.pdf

Format Baru Hubungan Sains Modern ... (Anshori & Zaenal Abidin)

99

hadlarah al-falsafah. Bagi komunitas aka-demik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, isti-lah integrasi-interkoneksi keilmuan sudahtidak asing lagi, walaupun gaungnya mulaimenurun setelah Amin Abdullah tidak lagimenjabat Rektor UIN.

Akhir-akhir ini, guna mendukungparadigma keilmuan integrasi-interkoneksiM. Amin Abdullah menawarkan tiga katakunci hubungan agama dan ilmu yang ber-corak dialogis dan integratif dengan me-ngambil inspirasi dari Ian G. Barbour danHolmes Rolston. Ketiga kata kunci tersebutialah: pertama, semipermeable yang diarti-kan saling menembus. Katakunci ini dida-sari perbedaan ilmu yang berbasis “kausa-litas” dan agama yang berbasis “makna”.Kunci kedua ialah intersubjective testabilitydiartikan: dengan keterujian intersubjektif.Istilah tersebut datang dari Ian G. Barbourdalam konteks pembahasan tentang carakerja sains kealaman dan humanities. Katakunci ketiga ialah creative imagination yangdiartikan sebagai imajinasi kreatif. AminAbdullah menyatakan bahwa meskipun lo-gika berfikir induktif dan deduktif telah da-pat menggambarkan secara tepat bagiantertentu dari cara kerja ilmu pengetahuan,namun sayang dalam uraian tersebutumumnya meninggalkan peran imajinasikreatif dari ilmu itu sendiri dalam kerjailmu pengetahuan.23

Selanjutnya, guna mendukung para-digma keilmuan integrasi-interkoneksiAmin Abdullah, mengutip gagasan pen-dekatan dan analisis systems, Jasser Auda.Seraya mengambil inspirasi dari pemikiranAbdullah Ahmed an Na’im dan juga Mas-

hood A. Baderin, dinyatakan: dalam rang-ka merespon tantangan dan tuntutan eraglobal sekarang, yaitu ketika umat Islammenjadi bagian yang tak terpisahkan daripenduduk dunia (world citizenship), danbukannya hanya bagian dari penduduk lo-cal-regional, yang hanya memikirkan dunialocal-keummatannya sendiri. Masyarakatmuslim kontemporer dimanapun berada se-karang terikat dengan kesepakatan danperjanjian-perjanjian internasional, khu-susnya setelah terbentuk badan dunia se-perti Persyarikatan Bangsa-Bangsa (PBB)dengan berbagai urusan sejak dari urusankesehatan dunia (WHO), pangan-pertani-an (FAO), pendidikan dan kebudayaan(UNESCO), perdagangan (WTO), keama-nan (dewan keamanan PBB), perburuan(ILO), perubahan iklim (climate change)dunia dan masih banyak yang lain. Hu-kum-hukum yang berlaku di berbagai dae-rah lokal pun akhirnya bersinggungan danberjumpa dan berdialog dengan hukum-hukum internasional.Salah satu isu kon-temporer yang dihadapi umat Islam saatini adalah tentang hak-hak asasi manusia(HAM).Sebagian umat Islam tidak bisa me-nerimanya sepenuh hati, karena masih teri-kat-untuk tidak menyebutnya terbelenggu-dengan konsep Maqasid Syari’ah yang lama,sedang sebagian besar yang lain menerima-nya. Dalam upaya menenjembatani gapantara pemahaman hukum Islam yanglama dengan hukum Internasional yang di-sepakati oleh sebagian besar anggota PBB,maka Jasser Auda – setelah mendekompo-sisi teori hukum Islam tradisional denganmemperbandingkannya dengan teori hu-

22Waryani Fajar Riyanto, Integrasi-Interkoneksi Keilmuan Biografi Intelektual M. Amin Abdullah (1953…),Person, Knowledge, and Institution, (Yogyakarta: Suka Press, 2013), 760.

23Wawancara dengan M. Amin Abdullah, (mantan rektor UIN Sunan Kalijaga 2002-2010), tanggal9 Desember 2013 di Kantor Pascasarjana UIN Yogyakarta.

Page 11: 7.pdf

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 1, Juni 2014: 90 - 108

100

kum Islam era modern dan era post modernserta menggunakan kerangka analisi sys-tems yang rinci – mengusulkan perlunyapergeseran paradigm teori Maqashid lama(Klasik) ke teori Maqasid yang baru. Perge-seran dari teori Maqasid lama ke teori Ma-qasid baru, dengan mempertimbangkansecara serius perkembangan pemikiranwarga dunia.

2. Universitas Islam Indonesia (UII)Yogyakarta

Visi UII adalah terwujudnya Univer-sitas Islam Indonesia sebagai rahamatallil’alamin, mewakili komitmen pada kesem-purnaan (keunggulan), risalah Islamiyah,di bidang pendidikan, penelitian, pengab-dian masyarakat dan dakwah, setingkatuniversitas yang berkualitas di negara-ne-gara maju. Perbedaan yang mencolok visiUII dengan core values (visi) perguruan ting-gi lainnya ialah dicantumkannya caturdharma keempat yaitu Dakwah Islamiyah,dengan core of competencies (misi), salahsatunya membentuk cendekiawan muslimdan pemimpin bangsa yang bertaqwa.

Fuad Nashori (staf pengajar PsikologiUII), menjelaskan bagaimana, membangu-nan Sains Islam Prima (seutuhnya) stafpengajar psikologi UII ini, dengan diilhamioleh Bilgrami dan Asyraf dalam The Conceptof Islamic University, 1985. Nashori menge-laborasi konsep Universitas Islam: (1) Kon-sep pendidikan bersandar tauhid, (2) Kon-sep ilmu yang berbasis kitab suci, (3) Stafpengajar yang menjunjung tinggi nilai Is-lam, (4) Mahasiswa yang terseleksi secaramoral dan akademis, (5) Pimpinan dan stafyang berdedikasi, (6) Alumni yang bermo-ral dan bermanfaat. Bangunan Sains Islamyang dikehendaki Nashori lebih dekat ke-pada scientifiction of Islam atau PengilmuanIslam. Hal ini dapat dilihat dari pemikiranKuntowijoyo, 2000, yang dikutip: suatukonstruksi pengetahuan yang memungkin-

kan kita memahami realitas sebagaimanaAl-Qur’an memahaminya. Menggunakanwahyu sebagai sumber utama pengemba-ngan sains sosial-humaniora. Sumber wah-yu harus didialogkan dengan realitas objek-tif. Bertolak dari pandangan lembaga ilmu-ilmu sosial PBB ini jelas bahwa pengemba-ngan ilmu-imu sosial di Perguruan Tinggisemakin kuat dan berkembang, bila PT itubersandar, menggunakan sistem keperca-yaan dan agama, maka semakin diminatimasyarakat di masa-masa yang akan datang.Pengembangan ilmu-imu sosial denganobjektivikasi. Objektivikasi ada-lah prosesmentransformasikan pandang-pandanganyang objektif atau menjadi teori yang dapatdiukur. Oleh banyak kalangan, apa yangada di dalam Al-Qur’an dan alHadis di-pandang sebagai sesuatu yang normatif. IsiAl-Qur’an, kalau hendak dijadikan teori,harus mengalami transformasi. Dalam halini, langkah yang perlu dilakukan adalahmeneorikan apa yang dianggap benar, apayang harus dilakukan manusia, misalkandalam hal: sabar, syukur, ikhlas dan lainsebagainya.

Jaka Sriyana (dosen Ekonomi IslamUII), membaca visi rahmatallil’alamin, me-ngemban risalah Islamiyah dan denganmisi membentuk cendekiawan muslim danpemimpin bangsa yang bertaqwa denganparadigma Islamisasi Ilmu Pengetahuan:“Pengembangan ilmu itu harus dengan Is-lamic Perspective, atas dasar itu dikaji ter-lebih dahulu epistemologi thesis atau deser-tasi mahasiswa apakah yang ditulis sudahberdasarkan epistemologi yang Islamic Pers-pective.

Sriyana menyatakan bahwa Keynesmengumpulkan tiga motif manusia. Per-tama, mengumpulkan uang untuk transak-si, yang kedua, mengumpulkan uang untukberjaga-jaga, ketiga, mengumpulkan uanguntuk berspekulasi.Ketika mencari dan me-ngumpulkan uang untuk transaksi dan ber-

Page 12: 7.pdf

Format Baru Hubungan Sains Modern ... (Anshori & Zaenal Abidin)

101

jaga-jaga seperti tabungan, asuransi, tidakbermasalah tetapi pada saat seseorang me-ngumpulkan uang untuk kepentingan spe-kulasi, ini sudah termasuk kategori gharar,padahal gharar termasuk yang paling di-larang dalam Islam.

Selain Scientification of Islam sebagai-mana dipahami dan dianut oleh Dr. FuadNashori (dosen Psikologi UII), dan Islamiza-tion of Knowledge oleh Dr. Jaka Sriyana(dosen Ekonomi Islam) terkait gagasan eko-nomi Islam. Dr. Agus Taufiqurrahman (Ke-pala Direktorat Pendidikan dan Pengem-bangan Agama Islam Universitas IslamIndonesia, Yogyakarta). Pandangan Taufi-qurrahman di antara Islamization of Know-ledge dan Scientification of Islam, uraian pen-jelasan bahw semangat UII sekarang ini le-bih pada internalisasi nilai-nilai Islam padaproses belajar mengajar dan itu sudah di-mulai di banyak fakultas. Ia mencontohkandi Fakultas Kedokteran ada Islamic Perspec-tive on Cardiovascular, Islamic Perspective onGeriatrie, dan seterusnya. Sementara ulu-muddinnya tetap diajarkan seperti al IslamI (muatan aqidah), al Islam II (muatan iba-dah, akhlaq), dan mata kuliah peradabanIslam. Dalam bentuk pelatihan meliputiOrientasi Nilai Dasar Islam (ONDI) dan La-tihan Kepeminpinan Dasar Islam (LKDI).Mata kuliah prasyarat Praktik Ibadah danBaca Tulis Al-Qur’an (BTAQ). Pesantreni-sasi juga digalakkan seperti santri maha-siswa pilihan 80 mahasiswa, beasiswa full,dan pesantrenisasi wajib empat hari tigamalam. Badan Pengembangan Akademik(BPA-UII) memutuskan bahwa ku-UII-anitu keunggulannya ada empat: (1) Islam,(2) Keindonesian, (3) Bahasa (bahasa asing),

(4) Enterpreneur.24

Di akhir jabatan rektor UII, Edy Suan-di Hamid, ingin menuntaskan program“Internalisasi nilai-nilai Islam pada konseppengajaran untuk semua fakultas danprogdi, bahkan wakil rektor bermaksudkomplek UII terpadu ini dikelilingi oleh pe-santren, sehingga aktivitas Islam bagimahasiswa UII, selesailah “konsep islam-nya”. Akan diisi apapun selesai juga, kare-na terjadi pembinaan selama hampir 24jam setiap hari.

3. Univeritas Muhammadiyah Surakarta(UMS)

Komitmen UMS adalah bertekad men-jadikan wacana keilmuan dan keislamansebagai filosofi penyelenggaraan dan pe-ngembangan institusi. Visinya: “menjadipusat pendidikan Islam dan pengembang-an iptek yang Islami dan memberi arah pe-rubahan”. Memperhatikan komitmen filo-sofis dan core of valuesnya, jelas UniversitasMuhammadiyah Surakarta pendukungkuat pembangunan sains Islam seutuhnya,tetapi agaknya UMS telah lama memilikieksponen pendukung dari kalangan cende-kiawan berjiwa tajdid yang bertugas meng-adakan pembaharuan bagi agamanya.Olehkarena itu pilihannya tidak segera padatiga paradigma keilmuan (1) islamization ofknowledge, (2) scientification of Islam, (3) Inte-gration-Interconnection.Namun pilihannyajatuh pada interconnection. Hal ini terbuktidengan:a. Program pesantrenisasi, meliputi (a)

pesantrenisasi semua mahasiswa UMSempat hari tiga malam, pendalamanibadah, aqidah dan akhlaqul karimah

24Wawancara dengan Agus Taufiqurrahman (Kepala Direktorat Pendidikan dan PengembanganAgama Islam, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta), Rabu, 1 Januari 2014Jam 09.00 – 10.00diGedung Aisyiyah Cabang Banjarsari Surakarta

Page 13: 7.pdf

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 1, Juni 2014: 90 - 108

102

(b) Pondok mahasiswa Hajjah NuriyahShabran, dalam rangka program tafaq-quh fi al-din dan (c) PESMA sebagai Pe-santren Mahasiswa “centre of Exelence”pusat keunggulan dan sarana pembina-an kader pejuang dalam menghadapidinamika dunia Islam baik secara lokalmaupun global “membekali mahasiswadengan manhaj yang lurus dan kompre-hensif mengenai Al-Qur’an dan al-Ha-dis, membuka cakrawala mahasiswamengenai perkembangan dunia Islambaik secara lokal maupun internasionaldalam interaksinya dengan dunia kon-temporer, membekali mahasiswa de-ngan skill bahasa asing (Arab dan Ing-gris), -road to be smart moslem.

b. Mentoring al Islam dan Kemuhamma-diyahan merupakan salah satu strategipembinaan keislaman bagi mahasiswayang dilakukan melalui halaqah-hala-qah (kelompok-kelompok) mahasiswasecara terencana, terarah dan bertang-gungjawab untuk mengembangkan po-tensi dan fitrah keagamaan mahasiswaUniversitas Muhammadiyah Surakarta,sebagai tanggungjawab moral dan ko-mitmen untuk mewujudkan kampusyang berwacana keilmuan dan keisla-man. Mahasiswa mengkaji, mengapli-kasikan nilai-nilai keislaman dalam diri-nya sehingga terbentuk pribadi yang sa-dar akan keharusan mengimplementasi-kan nilai-nilai tersebut dalam kehidu-pan sehari-hari.

c. Pembelajaran prinsip-prinsip Islam ter-hadap disiplin ilmu, melalui buku StudiIslam 3; dikaji akal dan wahyu, etos ke-ilmuan dan kode etik keilmuan, prinsipIslam tentang: Psikologi, Sains dan Tek-nologi, Ekonomi, Geografi, Hukum, Pen-didikan, Kesehatan, Farmasi dan Ge-netika, Kedokteran, Komunikasi, danInformatika dan Jender dalam Islam.

d. Program Twinning: syariah – Ekonomi

Pembangunan, ke arah Ekonomi Islam,Syariah – Hukum dan Tarbiyah – Psi-kologi; seperti dalam contoh hasil karyadalam bentuk skripsi program ganda,ditulis Arinil Haq: Belajar Al-Qur’ansebagai dasar Pendidikan Karakter da-lam Keluarga. Hasil studi menunjukkanorangtua mewakili pembagian tugasyang jelas dan komitmen menjalani de-ngan baik. Memulai program belajarpada kegiatan menghafal Al-Qur’anpada seluruh anak.

Empat program model pendidikandan pembelajaran tersebut masih menun-jukkan interconnection.Islamization of Know-ledge masih jauh, Scientification of Islam ma-sih jauh, demikian pula integrasi juga belum.Sementara itu di UMS ditemukan bahwaleading bagi pembangunan sains Islam ada-lah ekonomi Islam, karena dalam praktik-nya terdapat bank, perbankan Syariah. Jadilangsung dipraktikkan. Persoalannya se-karang adalah menjawab pertanyaan diseputar mengapa bank Syariah lebih mahalpercentase, mengapa BMT itu rate-nyatinggi? Penjelasannya itu karena biayatransaksinya besar, karena kreditnya kecil-kecil, sehingga dalam persentase biayatransaksinya besar.Kalau orang kreditnya5 milyar, yang melayanikan hanya satuorang, sedang kredit di MBT kecil-kecil,yang melayani juga satu orang.Biaya tran-saksinya, percentagenya menjadi tinggi se-kali. Sayangnya masyarakat masih berpikirbahwa Islam itu harus murah, harus adaunsur menolong, menolong berarti lebihmurah.UMS telah bekerja keras guna mem-bangun sains Islam seutuhnya, namun ha-silnya masih interkoneksi dengan pene-kanan kuat ke arah ekonomi Islam, tenagamedis kesehatan “dokter profesional, mem-bangun elit baru di dunia politik dan sektor-sektor yang lain, memperhatikan sejarahpanjang perjalanan UMS.

Page 14: 7.pdf

Format Baru Hubungan Sains Modern ... (Anshori & Zaenal Abidin)

103

4. Universitas Wahid Hasyim (Unwahas)Core of values Universitas Wahid

Hasyim tahun 2015 menjadi Universitasunggulan yang Islami di kawasan global.Misinya juga serba Islami, lahir di ling-kungan Nahdlatul Ulama, ketika awal ber-diri direkomendasi oleh PB NU ketika ituRepublik ini dipimpin presiden RI K. H.Abdurrahman Wachid dengan semangatIqra’ seperti yang diungkapkan dalam wa-wancara sains modern dalam Islam secarasederhana dapat digambarkan bahwa pa-da dasarnya Islam lahir pertama kali sudahmembawa semangat keilmuan. Di dalambeberapa ayat dalam al-Qur’an yang lang-sung mengarah pada hal-hal yang menge-depankan ilmu atau sains itu sendiri misal-nya Imam al-Ghazali telah menyoroti se-buah ayat dalam konteks sains tentunyasains disini adalah sains modern karenakedokteran, pengobatan dan medical danseterusnya itu. Akan sesalu berkembangsesuai dengan zamannya, nah yang ber-kembang sesuai zamannya itulah yang di-namakan modern berarti Al-Qur’an itusendiri harus selalu di update dalam arti pe-mahamannya artinya sains menurut Islamitu sudah ada sejak awal itu dalam artisudah dikenal dalam Islam tetapi pema-hamannya harus selalu di-update seperti itu.Walaupun Imam al-Ghazali menyebut be-berapa berbedaan antara Ilmu Allah danpengetahuan manusia, antara lain: penge-tahuan manusia tidak mencakup seluruhdan tidak memiliki kejelasan penuh, ini ber-beda dengan Ilmu Tuhan. Di samping itu,ilmu Tuhan bukan hasil dari sesuatu, tetapisebaliknya sesuatu adalah hasil ilmu-Nya.Al-Ghazali mengibaratkan hal ini denganPencipta permainan catur dan pemaincatur. Penciptanya telah mengetahui segalasesuatu mengenai catur dan peraturan-pe-raturannya jauh sebelum adanya pemain.Dengan terciptanya permainan dan atu-

rannya itu, maka lahirlah orang-orangyang dapat bermain catur. Demikianlah,pencipta mendahului penciptaan.

Dalam ayat atau wahyu pertama Iqra’itu sendiri sebenarnya Islam sudah mem-proklamirkan sendiri bahwa Islam tidakasing dengan sains modern, nah sampai se-karang, apa lagi dalam tataran aplikatifdan implementatif seperti sekarang ini adaeksplorasi bahan tambang, sistem navigasiudara dan laut dan sebagainya. Beberapaayat juga sudah mengandung itu dalamarti bahwa Al-Qur’an itu semuanya ber-hubungan dengan sains modern dalam as-pek apapun baik itu Kedokteran, Biologi,Geologi, dan Geografi.

Sinyal yang diberikan oleh Al-Qur’anitu Sulthon tetapi dalam penafsiran pema-haman para ulama ahli tafsir selalu ber-kembang pemahaman selalu di update danhasilnya adalah teknologi dan sains modernartinya apa yang akan dilakukan oleh ma-nusia dalam rangka untuk menguasai alamsekaligus mengelolanya itu tidak akan di-capai, tidak akan dilalui dan didapatkanhasilnya kecuali dengan sulthon. Sulthon itutidak dapat diartikan seperti dulu sebagaikekuasaan dan kekuatan begitu saja tetapidi balik itu kekuatan dan kekuasaan harusdijabarkan, penjabarannya itu adalah sainsmasih banyak lagi seperti Surat Yasin se-bagai ilmu nabati bagaimana proses penge-lolaan tumbuhan, hewan dan lain-lain.Nah secara pribadi dengan pemahamanterhadap beberapa ayat tersebut makasains modern dan Islam bukan hal yangbaru.

Unwahas dikelola secara moderendan profesional, ditunjang dengan saranadan prasarana milik sendiri, serta didukunginsfrastruktur kegiatan akademik yanglengkap, interaktif, dan inovatif bagi pe-ngembangan wacana keilmuan dan kete-rampilan mahasiswa. Kurikulum senan-

Page 15: 7.pdf

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 1, Juni 2014: 90 - 108

104

tiasa disesuaikan dengan kebutuhan pasarkerja.Sumber daya manusia yang terlibatmemenuhi standar kualifikasi akademik,kompeten, dan berdedikasi.

Universitas Wahid Hasyim belummenggunakan konsep integrasi-interkonek-si secara optimal, di Universitas WahidHasyim masih mengedepankan ruhnyasaja dari kelembagaan menjadi lembagasebagai alat untuk mengapresiasikan ide-ide tersebut ada pilihan Saintifikasi Islamdan Integrasi Interkoneksi keduanya itutidak dapat dipisahkan dalam arti SaintifikIslam itu penting, dalam rangka rasio-nalisasi ajaran Islam terkait dengan sainteksmenuju konsep-konsep yang konkrit tapidi sisi lain. Integrasi itu juga bisa dikatakankurang bermanfaat karena tuntutan ter-besarnya tetap pada bagaimana dapat ter-wujud misi yang jelas, yang rahmatan lilalamin dari integrasi itu.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian bab-bab ter-dahulu terkait dengan konsep dasar ke-ilmuan di UIN Sunan Kalijaga, UniversitasIslam Indonesia, Universitas Muhamma-diyah Surakarta, dan Universitas WahidHasyim ditemukan konsep dasar keilmuandan keunikan masing-masing sebagaiberikut.1. Format baru hubungan sains dan Islam

dalam upaya membangun sains Islamseutuhnya di UIN Sunan Kalijaga di-pengaruhi gagasan M. Amin Abdullahdalam menata hubungan sains moderndan ulumuddin dalam corak paradigmaintegrasi-interkoneksi keilmuan sertapembacaan kritis keilmuan denganmembangun jembatan antara hadlarahal-nash, hadlarah al-’ilm, dijembatanioleh hadlarah al-falsafah menjadi konsepyang matang karena kemampuannyamerekonstruksi metodologi studi aga-

ma-agama dalam masyarakat multikul-tural dan multirelijius. Didukung jugadengan kemampuannya memadukanagama, ilmu, dan budaya: paradigmaintegrasi-interkoneksi keilmuan. Keuni-kan konsep keilmuan UIN adalah pe-ngembangan konsep integrasi-inter-koneksi (ilmu) yang dimetaforasikandengan “jaring laba-laba keilmuan”adalah scientific worldview yang merajuttrilogi dimensi, yaitu: subjective, objective,dan intersubjective; merajut trilogi reli-gion, philosophy, dan science; dan me-rajut trilogi budaya pikir hadarat an-nas,hadarat al-falsafah, dan hadarat al-‘ilm.Model hubungan ketiganya adalah her-meneutik-sirkularistik, bukan struktura-listik.

2. Universitas Islam Indonesia memberikebebasan tenaga pengajarnya me-ngambil pilihan paradigma keilmuannamun dibatasi oleh rambu-rambuyang dibuat badan wakaf dan BadanPengembangan Akademik UII. Di satusisi bisa mengambil concept of IslamicUniversity dan juga scientification of Islammodel Kuntowijoyo pada sisi yang laindapat mengambil pola Islamization ofKnowledge seperti yang dilaksanakanoleh International Islamic University/ISTAC di Malaysia. Keunikan konsepdasar keilmuan UII tidak menggunakantridharma tapi caturdharma yakni pen-didikan, pengajaran, pengabdian ma-syarakat dan dakwah Islamiyah. Kare-na ada ciri Islam dan muatan DakwahIslamiyah maka pendidikan ulumuddin-nya diajarkan al-Islam I (muatan aqi-dah), al-Islam II (muatan ibadah, akh-laq), dan mata kuliah peradaban Islamdalam bentuk pelatihan: Orientasi NilaiDasar Islam (ONDI) dan Latihan Ke-peminpinan Dasar Islam (LKDI). Matakuliah prasyarat Praktik Ibadah danBaca Tulis Al-Qur’an (BTAQ). Pesan-

Page 16: 7.pdf

Format Baru Hubungan Sains Modern ... (Anshori & Zaenal Abidin)

105

trenisasi juga digalakkan seperti santrimahasiswa pilihan 80 mahasiswa, bea-siswa full, dan pesantrenisasi wajib em-pat hari tiga malam. Badan Pengemba-ngan Akademik (BPA-UINN) memutus-kan bahwa ku-UII-an itu keunggulan-nya ada empat: (1) Islam, (2) Keindo-neisaan, (3) Bahasa (bahasa asing), (4)Enterpreneur.

3. UMS telah bekerja keras guna mem-bangun sains Islam seutuhnya, namunhasilnya masih interkoneksi denganpenekanan kuat kearah ekonomi Islam,tenaga medis kesehatan “dokter pro-fesional, membangun elit baru di duniapolitik dan sektor-sektor yang lain,memperhatikan sejarah panjang per-jalanan UMS. Keunikan konsep dasarkeilmuan UMS memiliki program in-terkoneksi antara lain dalam programpesantrenisasi, mentoring al-Islam,pembelajaran prinsip-prinsip Islamterhadap disiplin ilmu, dan programTwinning: syariah – Ekonomi Pemba-ngunan, ke arah Ekonomi Islam Syariah– Hukum dan Tarbiyah – Psikologi.

4. Format hubungan sains dan Islam da-lam upaya membangun sains Islam

seutuhnya di Unwahas bahwa tahun2015 menjadi Universitas unggulanyang Islami di kawasan global. Unwa-has belum menggunakan konsep In-tegrasi-Interkoneksi secara optimal diUnwahas masih mengedepankan ruhIslam untuk mengapresiasi pilihan para-digma keilmuan antara scientifation ofIslam dan integration-interconnetion. Ke-unikan konsep dasar keilmuan Unwa-has adalah lahir atas pemikiran danprakarsa para ulama, intelektual, danpengurus Jam’iyyah Nahdlatul ‘Ulama,Unwahas terus berkembang dan dise-but PBNU sebagai perguruan tinggi NUpaling progresif dan menjadi bagianasset yang membanggakan. Sesuai ka-rakter Ahlussunnah Wal Jamaah. NUsebagai poros Islam moderen yang te-duh, moderat, toleran (tasamuh, tawa-suth, tawazun, i’tidal) dan kaya akankhazanah intelektualitas dan berbagaimozaik peradaban Islam, Unwahasdidedikasikan secara terbuka untuksemua bagi peningkatan kualitas sum-ber daya manusia profesional yangbertaqwa dan berbudaya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Amin. 2000. “Rekonstruksi Metodologi Studi Agama dalam MasyarakatMultikultural dan Multireligius”, dalam Jurnal Media Inovasi, No. 02, th. X/2000.

______. 2013. “Ulum al-din ak-Fikr al-Islami dan Dirasat Islamiyah: Sumbangan KelimuanIslam untuk Peradabab Global, disampaikan dalam Workshop Pembelajaran InovatifBerbasis Integrasi-Interkoneksi, Yogyakarta, 19 Desember 2008, dalam Moch NurIchwan dan Ahmad Muttaqin, Islam, Agama-agama, dan Nilai Kemanusiaan.Yogyakarta: CISForm.

______. 2006. Islamic Studies di Perguruan Tinggi Pendekatan Integratif-Interkonektif.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.

______.2003. “New Horizon of Islamic Studies Through Socio-Cultural Hermeneutics,dalam Al-Jami’ah Journal of Islamic Studies. Volume 41, Number 1, 2003/1424.

Page 17: 7.pdf

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 1, Juni 2014: 90 - 108

106

al-‘Alwani, Taha Jabir. 2004. Islamization of Knowledge: Promises, Challenges. AndPerspectives, Islam Online, http: //www.islamonline.net/ English/contemporary/2004/article 01/shtml.

_______.”Islamization of Attitudes and Practices in Science and Technology”, diakses darihttp://www.amse.net/islamization/2/intuduction/html.

al-Attas, Seyyed Naquib. 1995. Prolegomena to The Metaphysics of Islam. Kuala Lumpur:ISTAC.

al-Faruqi, Ismail Raji. 2003. Islamisasi Pengetahuan, (terj.) Anas Mahyudin. Bandung:Pustaka.

Bagir, Zainal Abidin - Jarot Wahyudi et al(ed) 2005. Integrasi Ilmu dan Agama Interpretasidan Aksi.Yogyakarta: Penerbit; kerjasama Mizan, MYIA dan SUKA Press UINSunan Kalijaga.

_______. 2002. “Pergolakan Pemikiran dalam Bidang Ilmu Pengetahuan”, dalam TaufikAbdullah et.al. (eds), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam. Jakarta: Ichtiar Baru vanHoeve.

Bakar, Osman. 1995. Tauhid dan Sains. Bandung: Pustaka Hidayah.

Barbour, Ian G. 2002. When Science Meets Religion: Enemies, Stragers, or Partners? (E. R.Muhammad, Juru Bicara Tuhan antara Sains dan Agama). Bandung:Mizan.

_______. 1966. Issues in Science and Religion. New York: Harper and Row.

Connolly, Peter. 2002. Aneka Pendekatan Studi Agama.Yogyakarta: LKIS.

Erricker, Clive. 2002. “Pendekatan Fenomenologis”, in Peter Connolly (ed.), AnekaPendekatan Studi Agama. Tranlated by Imam Choiri, (Yogyakarta: LKIS.

Guessoum, Nidhal. 2011. Islam’s Quantum Question; Reconciling Muslim Tradition and ModernScience. London: I.B. Tauris.

Haq, Arinil. 2013. Belajar Al Qur’an Sebagai Dasar Pendidikan Karakter Dalam Keluarga.Surakarta: Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam UMS. tidak diterbitkan.

Ichwan, Moch Nur – Ahmad Muttaqin (eds.). 2013. Islam, Agama-agama dan NilaiKemanusiaan: Festschrift untuk M. Amin Abdullah, Yogyakarta: CISForm.

Iqbal, Muzaffar. 1988. Islam and Science, Burlington: Ashgate.

Kartodirdjo, Sartono. 1993. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta:Gramedia.

Kuntowijoyo. 1994. Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______. 2005. Islam Sebagai Ilmu. Bandung: Penerbit Mizan.

Page 18: 7.pdf

Format Baru Hubungan Sains Modern ... (Anshori & Zaenal Abidin)

107

______. 2006. Islam Sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi, dan Etika. Yogyakarta: TiaraWacana.

______.2003. Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003.

______. 2000. Paradigma Islam: Reinterpretasi untuk Aksi. Bandung: Penerbit Mizan.

Kusmana, Aan (ed.). 2006. Integrasi Keilmuan UIN Syarif Hidayatulah Jakarta MenujuUniversitas Riset.Jakarta: Penerbitan kerjasama PPJM dengan UIN Jakarta Press.

Madjid, Nurcholish.(ed.), 1984. Khazanah Intelektual Islam.Jakarta: Yayasan Obor Indonesiadan Bulan Bintang.

Nashori, H.F. 2003. Agenda Psikologi Islami. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

______, 2011. H.F. Pola-pola Pengembangan Psikologi Islami: Suatu Evaluasi Kritis. Proceeding“The Roles of Islamic Psychology in the Effort of Increasing Life Quality”,International Conference of Association of Islamic Psycology, UIN Maliki, Malang.

Nasr, Seyyed Hossein. 1997. Islam dan Peradaban Modern, (terj.)Anas Mahyuddin.Bandung:Mizan.

______. 1988. “Islamic Science, Western Science: Common Heritage, Diverse Destinies”,dalam Ziaudin Sardar (ed.), The Revenge of Athena: Science, Explanationand theThird World. London: Manshel.

Riyanto, Waryani Fajar. 2013. Integrasi-Interkoneksi Keilmuan Biografi Intelektual M. AminAbdullah (1953…), Person, Knowledge, and Institution.Yogyakarta: Suka Press.

Rukmana, Aan. 2013. Seyyed Hossein Nasr Penjaga Taman Spiritualitas Islam. Jakarta: DianRakyat.

Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sardar, Ziaudin. 1989. “Islamization of Knowledge or Westernization of Islam?”, dalamZiaudin Sardar (ed.), An early Cresent: The Future og Knowledge and the Environmentin Islam. London: Mansel.

______. 2004. Desperately Seeking Paradise Journeys of Sceptical Muslim London: GrantaBooks.

______. 1998. Jihad Intelektual: Merumuskan Parameter-parameter Sains Islam. (terj.) A.E.Priyono. Surabaya: Risalah Gusti.

Shobron, Sudarno - Abdul Fatah Santoso, (eds.). 2011. Studi Islam 3. Surakarta: LPID.

Soleh, Khudhori. 2013. Filsafat Islam dari Klasik hingga Kontemporer. Yogyakarta: ArruzMedia.

Suprayogo, Imam. 2006. Paradigma Pengembangan Keilmuan Islam Perspektif Malang.Malang: UIN Malang Press.

Page 19: 7.pdf

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 1, Juni 2014: 90 - 108

108

Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013. Buku Panduan Baitul Arqam Mahasiswa BidangStudi Islam dan Kemuhammadiyahan, Surakarta: Lembaga Pengembangan Ilmu-ilmu Dasar Universitas Muhammadiyah Surakarta.

______. 2014. Buku Pedoman Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.Surakarta: UMS.

_______. 2014. Buku Pedoman Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.Surakarta: UMS.

______. 2013. Pedoman Penyelenggaraan Pondok Muhammadiyah Hajjah Nuriyah Shabran,Surakarta: Pondok Shabran.

______. 2010. Pola Pembinaan dan Pengembangan Al-Islam Kemuhammadiyahan UniversitasMuhammadiyah Surakarta. Surakarta: Lembaga Pengembangan Ilmu-ilmu DasarUniversitas Muhammadiyah Surakarta.

______. 2010. Profil Mentoring Al-Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta:Lembaga Pengembangan Ilmu-ilmu Dasar Universitas MuhammadiyahSurakarta.

Internet

http://msyakurunwahas.blogspot.com/2013_05_01_archive.html, diakses 22 Desember2013.

http://pmb.ums.ac.id/2014/programGanda, diakses 4 Januari 2014.

http://www.ums.ac.id. Diakses tanggal 20 Desember 2013.

http://www.unwahas.ac.id tanggal 21 desember 2012.

http://www.uii.ac.id.

DAFTAR INFORMAN/NARASUMBER PENELITIAN1. Prof. Dr. M. Amin Abdullah (Mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)2. Dr. Waryani Fajar Riyanto (Dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)3. Dr. Jaka Sriyana (Dosen Pascasarjana UII Yogyakarta)4. Dr. Fuad Nashori (Dosen Psikologi UII Yogyakarta)5. Dr. Agus Taufiqurrahman, M.Kes. (Kepala Direktorat Pendidikan dan Pengembangan

Agama Islam, UII Yogyakarta)6. Dr. Abdul Fattah Santoso (Dekan Fakultas Agama Islam UMS Surakarta)7. Prof. Dr. Bambang Setiaji (Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta)8. Dr. Mahlail Syukur, M.Ag. (Wakil Rektor III Universitas Wahid Hasyim)