7 PERILAKU RAYAP V PERUSAK KAYU. Oleh: DR.Ir.Nana ......kepada kasta serdadu dan kasta reproduktif...
Transcript of 7 PERILAKU RAYAP V PERUSAK KAYU. Oleh: DR.Ir.Nana ......kepada kasta serdadu dan kasta reproduktif...
PERILAKU RAYAP V . -
PERUSAK KAYU. Oleh: DR.Ir.Nana Supriana
Puslitbang Hasil Huta~ Departemen Pertanian/Kehutanan
KERJA SAMA
DISAJIKAN DALAM RANGKA DISKUSI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA . RAYAP PADA BANGUNAN JAKARTA , 31 AGUSTUS 1983 . - .1 SEPTEMBER 1983
DIREKTORAT TATA BANGUNAN IKATAN ARSITEK INDONESIA
7
PERILAKU RAYAP PEBUSAK KAYU Oleh : DR.Ir. Nana Supriana
Puslitbang Hasil Hutan Departemen Pertanian/Kehutanan
KERJA SAMA
DISAJIKAN DALAM RANG~A DISKUSI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN . BAHAYA RAYAP PADA BANGUNAN
JAKARTA , 31 AGUSTUS 1983 - 1' SEPTEMBER 1983
g] [.;.:_,.,,:·, ... ··, t l.L ,'; JA . .-. :'~ LJ ,.,.L:.i l
· 6"'ll f -J"- ';'.J . P'J,
. 1 l"crl? J~,i \.<~A.·-J .. .... . ' ·- . --- ----·--· . -----------
. Otterirna tiJI. : rJ, . 'R / . ..:>1·-•ti /L_
N. I. : /:2.-:} J) f' I '
DIREKTORAT TATA BANGUNAN IKATAN ARSITEK INDONESIA
N.K. : ~ 1 ..j' ·:
PERILAKU RAYAP PERUSAK KAYU ( The behaviour of wood-infesting termites )
oleh/by
NANA SUPRIANA
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor (Forest Products Research and Development Centre)
Abstract
A descriptive account on the behaviour of wood-infesting termites was discussed in this paper. The discussion was emphasized on some aspects of termite general biology, feeding~ communication and defence. A short discussion on the significance of termite behaviour in termite control was also described.
PENDAHULUAN
Rayap termasuk salah satu kelompok serangga hama penting df Indonesia. Serangga ini bukan saja menyerang tanaman pertanian, tetapi juga kayu bahan bangunan. Meskipun di Indonesia belum ada data kuantitatif, ke-rugian akibat serangan rayap tidak kecil. Di beberapa negara Amerika Utara dan Australia data kuantitatif akibat serangan telah banyak dilaporkan.
Eropah, rayap
Usaha pencegahan serangan rayap pada bangunan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara pertama adalah dengan jalan merubah lingkungan hidup rayap di sekitar fondasi bangunan, yaitu dengan peracunan tanah fondasi atau dengan pemasangan lapisan penqaman sekitar fondasi. Peracunan tanah fondasi dengan menggunakan pestisida merupakan sa·lan s~ tu cara pencegahan yang cepat dan mudah. Cara yang kedua adalah dengan jalan merubah keadaan inang (host), yaitu melalui peracunan kayu yang digunakan sebagai bahan bangunan. Cara ini dikenal sebagai penqawetan kayu. Cara lain yang kini mulai dirintis dan mulai dikembangkan adalah melalui pengendalian hayati.
2
Usaha pencegahan rayap akan terlaksana efektif bila ditunjang oleh pen9etahuan lengkap sifat-sifat biologi rayap itu sendiri. Pengetahuan perilaku hidup rayap merupRkan salah satu bagian pentinq d~lam setiap usaha pengendalian atau pencegahan rayap. Makalah ini menyajikan beberapa aspek perilaku hidup rayap 9 khususnya jenis-jenis rayap yang lazim merusak kayu.
BIOLOGI RAYAP SECARA SINGKAT
Rayap hidup di daerah-daerah tropis~ subtropis, setengah kering dan j~ ga di daerah-daerah yang bersuhu agak hangat. Jumlah jenis rayap di seluruh dunia berkisar sekitar 2000 jenis, hidup di antara 50° garis Lintang Utara dan Lintang Selatan dengan suhu tahunan rata-rata tidak kurang dari 10°C. Di Indonesia terdapat sekitar 200 jenis rayap, bebe
rapa jenis di antaranya merupakan faktor perusak kayu yang utama.
Berdasarkan cara hidupnya, rayap di kelompokkan ke dalam serangga sosial, artinya serangga tersebut hidup bergerombol di dalam satu koloni atau sarang. Mereka tidak hidup sendiri-sendiri. Di alam tiap koloni terdiri dari tiHa kasta yang masing-masinq memiliki fungsi yang berbeda. Kasta pekerja, umumnya berjumlah paling banyak di dalnm setiap ko·· loni, berfungsi sebagai pencari dan pemberi makan baqi seluruh anggauta koloni. Kasta serdadu berfungsi untuk membela diri dari serangan musuh atau pengganggu koloni. Kasta reproduktif (ratu dan raja) berfungsi untuk berkembang biak. Makanan dari kasta pekerja disampaikan kepada kasta serdadu dan kasta reproduktif melalui anus atau melalui mulut.
Para ahli biologi mengelompokkan jenis-jenis rayap tersebut berdasarkan bentuk tubuh dan ciri-ciri khas yang dimiliki tiap jenis. Atas dasar sifat-sifat itu dikenal tujuh kelompok besar rayap yang disebut keluarga (family). Ketujuh kelompok tersebut adalah Mastotermitidae, Kalotermitidae, Termopsidae, Hodotermitidae, Rhinotermitidae, termitidae dan Termitidae. Enam keluarga pertama dikelompokkan
Serrilagi
sebagai rayap tingkat rendah dan keluarga Termitidae sebagai rayap tingkat tinggi. Di dalam usus belakang rayap tingkat rendah terdapat protozoa yang berperan sebagai sejawat (symbiont) dalam proses penq-
3
hancuran selulosa. Di dalam kelompok rayap tingkat tinggi peranan protozoa digantikan oleh bakteri.
Penyebaran rayap dari satu tempat ke tempat lain berlanqsung melalui kayu atau bahan lain yang mengandung selulosa. Bahan-bahan serupa itu dibawa manusia dari satu tempat ke tempat lnin. Secara alami rayap tersebar melalui laron yang bersialang dari koloni pada awal musim hujan atau akhir musim kemorau. Sepasang laron mampu membentuk koloni baru dengan cepat. Faktor suhu dan kelembaban udara berperan pentin9 bagi kesuburan hidup koloni rayap.
PERILAKU MAKAN
1. Tipe makanan
Di atas telah disebutkan bahwa kasta pekerja berfunqsi menyediakan ma-kanan untuk anggota koloni lain9 yaitu larvae, nimfa, serdadu dan kasta reproduktif (raja dan ratu). Makanan utama rayap adalah bahan tanaman baik yang masih hidup maupun yang mati. Bagian tanaman atau kayu yang lapuk dan tanah yanq berhumus merupakan makanan utama rayap. Semua bahan yang mengandung selulosa danat menjadi makanan rayap. Oalam keadaan tertentu, bahan lain seperti kulit atau plastik diserang pula. Di dalam koloninya sendiri~ rayao bersifflt kanibal, tetapi tidak bersifat predator, walaupun kadang-kadaM mereka menyeranq atau makan bangkai binatang lain, kulit binatangg bulu atau jaringan yang sudah mengering. Kanibalisme ini diduga sebaqai salah satu cara untuk memelihara kebersihan koloni dan juqa cara untuk memanfaatkan atau pemanfaatan ulang nitrogen. Rayap pemakan kayu sebagian besar termasuk kelompok ray.:w tingkat rendah, tetapi ada pul-1 yanq termasuk kelompok rayap tingkat tinggi. Sebagian besar rayap pemakan kayu makan bahan yang mati 9 hanya sedikit saja jenis-jenis rr:1yap yang makr.m kayu hidup.
Rayap pemakan humus hanya terdapat pada jenis·-jenis .van~ termasuk kelu~rga Termitidae. Hal ini berhubungan pula den9an bentuk khusus mulut rayap pekerja.
Berdasarkan cara bersaranq dan kondisi makanannya, rayap dibagi kedalam dua kelas utama. Kelompok pertama adalah rayap kayu kering yang hidup dan bersarang di dalam kayu yang menjadi makanannya. Kelompok
4
ini termasuk ke dalam famili Kalotermitidae. Kelompok kedua adalah rayap
subteran yang mencapai makanannyn dari tanah melalui terowongan yanq di
buat khusus. Kelompok rayap ini memiliki koloni (saranq) di dalam tanah.
Keluarga Mastotermitidae, Hodotermitidae 9 Rhinotermitidae dan Termitidae
termasuk ke dalam kelompok yang kedua.
2. Perilaku makan di lapangan
Beberapa jenis rayap, khususnya jenis~jcnis pemakan kayu, membangun se
luruh sistem sarangnya di dalam kayu yang dimakannya. Oleh karena itu, penetapan pilihan makanan rayap di lapangan tergantung kepada ditemukan
nya koloni dan saluran terowongan yang dibuat rayap. Dengan demikian,
koloni kecil yang dibuat rayap di Jtas cabanq pohon sukar ditemukan.
Pernah ditemukan koloni rayap Zootermopsis laticeps pada ketinqqian
11 - 13 meter di atas pohon. Keadaan serupa terjadi pula pada jenis-
jenis raynp ini sebagian termasuk pemakan humus dan sebagian laqi pema
kan akar sehinggn sukar sekali untuk mengamati perilaku makan di lapangan.
Di lapangan atau di alnm rayap dihadapkan kepada ke~daan banyak oilihan
makanan, Dalam keadaan serupa ini mereka akan memilih tipe makanan yanq
paling sesuai, bukan saja tipe makanan yang mengandunq selulosa yanq
cukup, tetapi juga tipe makanan yang mudah dikunyah dan mudah digigit.
Karena gigitan rayap bersifat mekanis9 tipe makanan yang sangat keras
akan ditinggalkan kalau tipe makanan yang lebih lunak tersedia. Oleh
karena itu kayu yang sudah agak lapuk lebih banyak dipilih rayap pemakan
kayu.
Ranting pohon yang sudah kering dan tungqak pohon yang terdaoat di atas
permukaan tanah akan menjadi s~saran utama makanan rayap. Dalam keadaan
serupa ini rayap berperan penting dalam proses penghancuran bahan orqa
nik di alam dan pemanfaatan sumber hayati bagi kesuburan tanah. Selama
tidak menyerang kayu atau baqian bangunan atau bahan lain yang diman
faatkan manusia, di alam rayap san~at bermanfaat dan membantu kehidupan
manusia. Dalam keadaan demikian rayap berperan penting di dalam hal pe
meliharaan keseimbanqan ekosistem.
5
3. Perilaku makan di laboratorium
Para ilmuwan memanfaatkan pengetahuan perilaku makan rayap di laborato
rium untuk mempelajari keawetan atau daya tahan kayu tcrhadap rayap.
Secara laboratoris para ilmuwan membuat lingkungan hidup rayap yang
mendekati keadaan di alam. Beberapa faktor utama yang harus dikendali
kan adalah suhu, kelembaban udara~ kebutuhan air pada taraf optimum
serta pencegahan kematian rayap sebagai akibat penyakit atau penurunan
kualitas makanan.
Di alam rayap memilih sendiri lingkungan yang palino sesuai bagi hidup
nya. Seperti disebutkan di atas~ di alamLrayap memiliki banyak pilihan.
Sebaliknya7 di laboratorium lingkungan tersebut sudah dibunt manusia
atas dasar pengetahuan mereka tentang persyaratan hidup rayap di alam
atau atas dasar hasil penelitian secara laboratoris. Dalam keadaan se
rupa ini rayap dihadapkan kepada keadaan tunggal atau keadaan terpaksa.
Dalam keadaan terpaksa serupa ini rayap akan makan bahan yang diberi
kan. Pada taraf awal rayap akan melakukan penyesuaian dengan lingkun9an
hidup yang disediakan. Pada tahap ini aktipitas makan rayao masih ren
dah. Rayap yang tidak mampu menyesuaikan diri akan mati. Rayap yang be!_
hasil menyesuaikan dirt denga~ lingkungan hidup yang disediakan akan m~ larwkan orientnsi makan. Orientasi semacam ini dapat berlangsung secara
. ,
acnk dan dapat pula berlangsung kar~na penqaruh tertentu~ misalnya oleh . . ,
sejenis bau yang berasal dari makanan yang diberikan. Tahap ketiqa ra;..
yap mencoba mencicipi makanan yang diberikan .denqan jalan menqqiait ba
gian permukaan makanan. Bila bagian tersebut tidak cocok. mereka akan
beralih ke bagian lain·sampai ditemukan bagian yang sesuai dan memenuhi'
syarat sebagai makanan. Jika makanan itu sesuai, rayap akan meneruskan
makan. Sebaliknya,. kalau. makanan itu .tidak memenuhi. syarat rayap akan
meninggalkan makananyang disediakan dan memtlih "berpuasa". Rayapyang
lemah akan berangsur-angsur mati atau sakit. Rayap .yang mati atau lemah
akan menjadi makanan bagi rayap yang kuat. Pada tabel 1 disajikan jum
lah kayu yang dimakan rayap dalam keadaan.tunggal atau keadaan terpaksa
dan keadaan banyak pilihan.
6
4. Proses penghancuran makanan
Sebagian besar energi yang diperluknn rayap berasal dari pemecahan polisaccharida (khususny~ selulosa dan 'hemiselulosa). Para ilmuwan telah membuktikan pula bahwa beber~pa jenis rayap dapat men0hancurkan lignin, walaupun hal ini belum dapat dipastikan. Proses penghancuran makanan (kayu dan bahan tumbuh-tumbuhan) di dalam usus belakang rayap dapat terlaksana dengan sempurna berkat kerjasama yang baik dengan organisme sejawatnya (symbiont). Organisme sejawat tersebut adalah protozoa flaJellate bagi rayap tingkat rendah dan bakteri bagi rayap tingkat tingqi (Termitidae).
Makanan utama rayap adalah selulosa~ tetapi rayap tidak dapat hidup dan tumbuh normal bila hanya tersedia selulosa murni sebaqai makanan. Para ahli makanan rayap menyimpulkan bahwa rayap daoat hidup dan tumbuh subur bila tersedia makanan yang men9andung gula, protein, garam dan vitamin A, B, C dan D.
Rayap dapat mencernakan dan memanfaatkan makanan secara efisien. Mereka hanya mengeluarkan kembali bahan yang dimakannya tidak lebih dari 40-50 persen, bahkan adakalnnya hanya 30 persen dalam bentuk kotoran. Gambar 1 memperlihatkan koefisien tercerna (coefficient of digestibility) beberapa jenis kayu Indonesia oleh rayar> kayu kering Cryptotermes cynocephalus.
5. _Perilaku dalnm menyerang kayu banqunan
Di atas sudah disebutkan tentang pengelompokkan rayap menurut tipe makunan yang diserangnya, yaitu kelompok rayap kayu kering dan kelompok r<:~yap subteran. Rayap subteran penyer.=mq kayu banfJunan berjumlah sekitar 10 persen dari jenis-jenis rayap pemakan kayu. Sampai saat ini tercatat sebanyak 120 jenis rayap yang lazim menyerana kayu bangunan. Rhinotermitidae termasuk salah satu keluarga rayan yang tergolong rayap subteran.
Kelompok rayap subteran lazim membuat koloni di dalam kayu lembab di tern pnt-tempat yang berhubungan dengan tanah atau di dalam tungqak pohon. Rayap tersebut memasuki kayu bangunan dengan jalan menembus celah-celah fondasi atau dengan membentuk jalan saluran dari tanah. Celah-celah fondasi berukuran lebar 3 - 5 mm sudah cukup bagi awal penembusan rayap pada kayu bangunan. Selain itu ada pula segolongan rayap subteran yang
7
mengeluarkan cairan kimia dari bagian kepalanya. Cairan kimia tersebut dapat menghancurkan ramuan semen pada bangunnn.
Para ahli perilaku rayap nernah menemukan dua jenis rayar subteran yang mampu membuat sarang tanpa berhubungan dengan tnnah karena di dekat atau di sekitar sarang itu tersedia air dalam jumlah yann cukuo. Ada pula jenis-jenis tayap yang mampu membentuk ratu atau raja rengganti di antara sekelcmpok keci1 kasta pekerja.
Rayap kayu kering dapat mempero1eh air dari kayu yan0, dimakannya dan dari proses metabolisme makanannya. Ko1oni baru terbentuk dari sepasang rayap dewasa bersayap. Sepasang rayap dewasa tersebut membuat sarang di d~1am
kayu pada tempat-tempat yan~ tidak berhubungan dengan tanah. Saran~ yang di buatnya tertutup rapi sehinaga suhu dan ke 1 embaban udara sa. rang terkendali. Ke1ompok rayap ini dapat membentuk ratu penqqanti sehingga dapat mengembangkan banyak ko1oni kecil. Seorang ah1i rayap di USA pernah me1aporkan bahwa satu ko1oni keci1 salah satu jenis rayap pada satu bangunan di New York dapat bertahan hidup selama 35 tahun.
PERILAKU DALAM KOMUNIKASI
1. Penggunaan suara
Rayap membuat suara ketukan untuk mengadakan komunikasi denqan anqqota ko-1oni lain. Suara sebagai tanda baho.ya dibuat pula oleh serdadu rayap pada waktu sedang memperbaiki sarang yang dirusak musuh. Suara ketukan dihasilkan dengan ja1an menggerakkan tubuh serdadu dan membenturkan kepala pada tanah atau kayu. Beberapa ahli sistem kcmuniknsi rayap berpenctapat bahwa suara tersebut digunakan sebagai tanda bahaya, dan beberapa ahli lain beranggapan suara itu juga digunakan sebagai bahasa dalam percakapan sehari-hari. Suara semacam itu juga diduga sebagai salah satu cara untuk men~ingatkan pekerja rayap akan tugas-tugasnya dan merangsang mereka aqar berkerja lebih giat.
Dengan menggunakan mikrofon yang sangat peka dan teknik rekaman mutakhir, Dr HO\'Ise(Universitas Southamption, Inggris) menemukan satu pol a suara rayap yang terdiri dari dua komponen suara yang jelas dan dapat dikenal. Pola suara tersebut direkam dari kayu yang berisi rayap. Suara rayap yang terekam ada yang berintensitas tin~gi dan ada pula yang berintensitas ren-
8
dah. Rayap serdadu menghasilkan jenis suara pertama sedangkan larvae serta nimfa menghasilkan suara yang kedua.
Rayap kayu kering tidak mengeluarkan suara dengan ketukan, tetapi dengan goyangan tubuh. Dilaporkan pula bahwa rayap tidak dapat menerima suara yang disampaikan melalui udara. Suara atau getaran yang disampaikan dapat ditangkap rayap melalui alat khusus pada dengkul. Alat tersebut tepat sekali sebagai penerima suara ketukan.
2. Penggunaan feromon
Seperti juga pada anggota kelompok serangga sosial yang lain (semut~ tawon dan lebah)j metoda komunikasi yang paling lazim pada rayap adalah dengan menggunakan bahan kimia. Bahan kimia semacam itu disebut feromon. Feromon didefinisikan sebagai bahan kimia yang dikeluarkan oleh satu anggota suatu jenis serangga dan dapat menimbulkan respon physioloqis terhadap anggota lain dalam jenis yang sama.
Sebagai alat komunikasi, feromon digunakan untuk menyampaikan informasi dari satu anggota kelompok rayap kepada anqgota lain. Seekor rayap meninggalkan jejak bahan kimia yang kemudian akan tercium oleh angqota lain, kemudian anggota lain akan mengikuti jejak bahan kimia tadi. Jejak bahan kimia tersebut dikeluarkan dari lipatan perut rayap.
Feromon bersifat sangat khusus dan pekn. Rayap sejenis atau semarga saja yang akan memberikan respon terhadap bahan kimia tersebut. Adakalanya bahan kimia serupa itu berubah sifat:, bersifat menarik terhadap suatu jenis serangga tertentu. tetapi kemudian rneno1ak jenis lain yang berbeda marga.
Rayap memiliki kepekaan yang tinggi terhadap bau. Tiap koloni rayap memiliki bau yang khas. Satu anggota koloni rayap dapat membedakan bau koloni dan anggota koloni yan~ ·iai11. 1..1if-.ct <.ii:uct::iUK~<.an Ke uatdlll f..u.iuui r·ayctp yarlg
lain, rayap tersebut akan bereaksi dalam posis·i siaga. Bau koloni yang sangat khas ini digunakan untuk mengetahui pengganggu yang datang, di samping sebagai tanda pengenal saudara serumpun ( sekoloni ) .
..
9
PERILAKU BELA DIRI
Kemantapan hankam (rertahanan dan keamanan) koloni rayap tercapai berkat adanya kasta serdadu. Kasta serdadu pada umumnya berukuran badan besar
dan kuat di samping dilengkapi persenjataan khusus sesuai dengan fungsi tunCJgal yang dimilikinya untuk me·njamin ketertiban dan ketentraman hidup
seluruh angrota koloni yang lain.
Persenjataan yang dimiliki rayap serdadu terdiri dari dua macam~ persenjataan kimia dan bukan kimia. Bcberapa marga rayap hanya memiliki salah satu dari kedua macam persenjataan tersebut, tetapi beberapa marga yang
lain memiliki kedua-keduanya.
Ada tiga macam mekanisme penggunaan senjata kimia pada rayap. Pertama, serdadu rayap yang dapat menggigit dengan sepasan~ rahangnya sambil mengeluarkan bahan kimia beracun dan iritan (irritant) atau cairan kimia
seperti minyak dari sebuah kantun~J kelenjar pada baqian kepalanya. Serdadu semacam ini memiliki sepasang rahang tipis dan tajam yang dapat menyilang yang satu dengan yang lain membuat qerakan membabat atau meng
guntingk~n. Kedua, sepasang rahang yang dapat menimbulkan luka; sejumlah bahan kimia beracun dimasukkan pada luka di tubuh musuh dengan lidah atau
bulu pada mulut. Ketiga, kontak fisik lanqsung dengan musuh dihindarkan pada serdadu rayap yang memiliki semacam belnlai. Serdadu semacam ini menyemprotkan bahan beracun dan iritan dan secara mekanis melumpuhkan m~ suh yang berukuran kecil.
Persenj~taan bukan kimia dimiliki antara lain oleh rayap kayu kerinq rna~
ga Cryptotermes cynocephalus. Batok kepala serdadu rayao marga ini sa
ngat keras9 biasanya diaunakan untuk menutup lubang sarang atau koloni. Cara lain membela diri marga rayap ini adal~~ ~cnutup lubang sarang dengan kotorannya.
Pada umumnya rayap tidak bersifat agresif atau ofensif, melainkan bersifat defensif. Mereka menghindarkan diri rl?ri pertemuan dengan musuh, tetapi akan melawan kalau diserang. Oalam keadaan serupa itu serdadu dan pekerja rayap bersama-sama mempertahankan koloni dari serangan musuh.
Musuh utama rayap adalah semut, di samping predator lain seperti kele
lawar~ burung, kadal dan treng0iling.
10
MANFAAT PRAKTIS PENGETAHUAN PERILAKU
Para ahli teknologi dan ilmu perkayuan memanfaatkan pengetahuan perilaku makan rayap di laboratorium untuk melakukan pengujian keawetan kayu terhadap rayap dan pengujian bahan pengawet-atau insektisida. Aktipitas rayap makan kayu yang dinyatakan dalam jumlah kayu yang dimakan~ digunakan sebagai tolok ukur. Adakalanya tolok ukur tersebut dinyatakan dalam persen kehilangan berat kayu atau persen kehilangan volume kayu. Atas dasar tolok ukur tersebut dibuat oengelompokkan keawetan kayu atau pengelompokkan efikasi bahan pengawet terhadap rayap perusak k~yu.
Pengetahuan makan rayap di lapangan digunakan untuk menguji keawetan dan efikasi insektisida atau bahan pengawet di lapangan. Karena agak sukar menetapkan kehilangan berat kayu di laoangan, kerusakan kayu secara kualitatif pada akhir pengujian digunakan sebaqai tolok ukur. Selain itu adakalanya persentase kehilangan volume (walaupun agak sukar) digunakan pula sebagai tolok ukur. Penqujian keawetan kayu dan efikasi insektisida abu bahan pengawet kayu di lapangan dikenal sebagai 11 graveyard test 11 •
Kerusakan kayu dalam pengujian serupa ini bukan hanya akibat serangan rayap tetapi juga akibat berbagai macam organisme perusak kayu seperti jamur dan bakteri. Selain itu, pengetahuan perilaku rayap di lapangan digunakan pula untuk mengetahui peranan rayap dalam memelihara ekosistem9 antara lain peranan dalam penghancuran bahan organik di lanangan dan memelihara kesuburan tanah.
Manfaat pengetahuan biologi dan perilaku rayap perusak kayu yang san9at penting adalah untuk mencegah dan mengendalikan rayap tersebut agar tidak menyebabkan banyak kerugian bagi kehidupan manusia. Atas dasar rengetahuan cara pertukaran makanan antar anggota rayap melalui mulut dan anus 9 ki ni di kembangkan us aha pencegahan dan pengenda 1 ian ko 1 on; 1·ayap melalui pemberian racun pada beberapa anggota koloni rayap. Melalui pertukaran makanan yang dilakukan rayap~ racun tersebut diharapkan akan disampaikan kepada anggota koloni yang lain. Dengan demikian diharapkan seluruh anggota koloni akan kena racun dan akhirnya mati.
Para ahli biologi reproduksi rayap menemukan bahwa pembentukan kasta di dalam koloni rayap diatur oleh bahan kimia tertentu yanq disebut feromon. Atas dasar pengetahuan tersebut para ahli rayar mengembangkan bahan
11
kimia tersebut dan menggunakannya untuk mengacau sistem pengendalian terbentuknya kasta rayap, sehingga kasta pekerja hanya berjumlah sedikit. Bahkan kini telah ditemukan pula bahan kimia dari rayap sehinqga proses pendewasaan rayap terkacau. Bahan kimia tersebut akan menyebabkan rayap tetap awet muda.
Sistem hankam rayap diteliti para ahli dengan seksama untuk menemukan se~ jata kimia yang digunakan rayap. Para ahli strategi hankam rayap menduga bila bahan kimia tersebut beracun terhadap musuh mungkin akan beracun pula terhadap rayap yang lain. Hasil penelitian mutakhir menunjukkan dugaan ini benar. Selain itu diteliti pula bahan kimia yang berasal dari musuh bebuyutan rayap, yaitu semut. Kini telah ditemukan jenis-jenis bahan kimi a yang be rasa 1 dari semut yang bersi fat beracun dan repel en terhadap rayap.
DAFTAR PUSTAKA
HOWSE,P.E. 1970. Termites: a study in social behaviour. Hutchinson University Library, London : 150 hal.
KRISHNA,K. dan F.~1. WEESNER 1969. Biology of termites. Vol. I~ Academic Press, N.Y. : 598 hal.
---------- 1970. Biology of termites. Vol. II, Academic Press9 N.Y. 643 hal.
SUPRIANA,N. 1982. Feeding behaviour of termites (Insecta:Isoptera) on tr.Q. pical timbers and treated materials. Tesis Ph.D., Southampton, England : 323 hal.
Uni vers it as
12
Tabel 1. Jumlah kayu yang dimakan rayap kayu kerinq Cryptotermes cynocephalus dalam keadaan terpaksa dan pilihan majemuk
Table 1. Feeding activity of the dry-wood termite Cryptotermes cynocephalus in forced feeding and multiple choice tests
========================================================================= Jenis kayu Wood species
1
Jati (Tectona grandis) Saninten (f. argentea) Ulin (Eusideroxylon swageri) Sengon (Albizia chinensis} Sonokeling (Q. latifolia) Jengkol (Zygia jiringa) Bungur (h. speciosa) lt!eru ( Al biz i a ,orocera} Nangka (Artocarpus integer) Pn.lapi (!!_. javnnica) Lara (Metrosideros sp.) t~erawan (Hope a ferrugeni a) t·1erbau (lntsia bijuga} Salam (Eugenia polyantha) Puspa (Schima wallichii) Anderi Daun Tidak Berbulu (Dipterocarpus caudiferus} Karang (Q. cernutus) Suren (Toona sureni) Keruing (Dipterocarpus sp.) Kenanga (Cananga edorata) Kemang (Mangifera caesia) Limus (Mangifera foetida) Anderi Daun Berbulu (Dipterocarpus kutaianus)
Jumlah kayu yang dimakan {mg) t~ood wei ght-l.:.::~:..::s~(m;.;..;g!,!.} _______ _
Maj~muk (Multiple} Terpaksa (Forced}
3.2 15.7 3.5 55.2 3.8 13.8 5.5 10.2 7.5 12.6 8.2 55.7 8.5 50.0 9.0 8.8 9.3 11.2 9.6 82.0 9.7 18.9
10. 1 84.7 20.1 18.7 29.0 46.8 37.3 43.3
41.4 88.5 50.4 61.5
56.3 55.0 60.4 81.3 76.9 77.5
93.1 88.9 106.2 76.9
115.1 74.6
1
Duren (Durio zibethinus) Mangga (Mangifera indica) Hampelas (Ficus ampelas) Keruing ( Di pterocarpus ~·) Agathis (Agathis alba)
13
Sumber (Source} : Supriana~N. (1982)
2
121.8 136.4 137.4 144.5 161.7
3
88.0 82.3
106.5 65.3 79.0
r
14
Koefisien tercerna (coefficient of digestibility);%
50 40
_j_ I
4--I
__.._.. I I
+ L
I
I
_L
t-1 '"i ... t--
"1
.--
30 20 10 0
+
I I
+
Jenis Kayu (Wood Species)
Keruing Anderi Daun Berbulu
Sonokel ing Keruing W e r u Karang Mengerawan
Anderi Daun Tak Berbulu Limus J a t i Sengon Jengkol Merbau Mangga Puspa Duren Hampel as Palapi S u r e n Saninten Agathis Nangka Kemang Bungur Kenanga L a r a U l i n S a l a m
Gambar 1. Koefisien tercerna 28 jenis kayu Indonesia oleh rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus ( Sumber : Supriana, N. 1982 )
Figure 1. Coefficient of digestibility of 28 Indonesian wood species by the dry-wood termite Cryptotermes cynocephalus ( Source : Supriana, N. 1982 ).