65060096-PENGATURAN-SUHU-TUBUH.txt

download 65060096-PENGATURAN-SUHU-TUBUH.txt

If you can't read please download the document

description

pengaturan suhu

Transcript of 65060096-PENGATURAN-SUHU-TUBUH.txt

PENGATURAN SUHU TUBUH EKA ROINA MEGAWATI NIP :132 303 381 DEPARTEMEN FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera UtaraDAFTAR ISI Halaman BAB 1. PENDAHULUAN BAB 2. PEMBAHASAN 2.1. Suhu tubuh normal 2 .2. Keseimbangan suhu tubuh 2.2.1. Produksi panas 2.2.2. Pembuangan panas 2.3. M ekanisme kerja hipotalamus dalam mengatur suhu tubuh 2.4. Gangguan keseimbangan suhu tubuh 2.4.1. Demam 2.4.2. Hipertermi 2.4.3. Hipotermi BAB 3. KESIMPULAN DAF TAR PUSTAKA 8 11 11 13 14 15 16 1 2 2 3 4 6 Universitas Sumatera UtaraBAB 1 PENDAHULUAN Agar laju proses kimia dan sistem enzim yang berlangsung di dalam tubuh dapat be rfungsi optimal tergantung kepada rentang suhu tubuh yang sempit. Maka suhu tubu h harus dipertahankan relatif konstan. Agar suhu tubuh berada pada rentang relat if konstan (seimbang) tersebut tergantung kepada keseimbangan antara produksi pa nas dan pengeluaran panas yang berlangsung dalam tubuh.(1) Yang mengatur keseimb angan antara pembentukan panas dan kehilangan panas tersebut adalah hipotalamus yang merupakan pusat pengaturan suhu tubuh. Saraf-saraf yang terdapat pada bagia n preoptik hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior memperoleh dua sinyal; satu berasal dari saraf perifer yang menghantarkan sinyal dari reseptor panas/d ingin dan yang lain berasal dari suhu darah yang memperdarahi bagian hipotalamus itu sendiri.(2) Apabila terjadi gangguan keseimbangan terhadap pembentukan pana s dan pengeluaran panas maka akan menimbulkan perubahan terhadap suhu tubuh sepe rti demam, hipertermi maupun hipotermi. Demam dan hipertermi sama-sama berupa ke naikan terhadap suhu tubuh sedangkan hipotermi berupa penurunan terhadap suhu tu buh.(1) 3 Universitas Sumatera UtaraBAB 2 PEMBAHASAN 2.1. Suhu tubuh normal Rentang suhu tubuh normal pada manusia berkisar antara 96 ,50 sampai 99,50F (360 sampai 380C) dengan rata-rata suhu oral 98,60F (370C), de ngan suhu terendah 98,20 atau 36,80. Dalam masa 24 jam, terdapat fluktuasi suhu pada seorang individu antara 10 sampai 20, dengan suhu terendah pada waktu tidur . Terdapat perbedaan suhu antara usia muda dan usia tua. Infan mempunyai area pe rmukaan tubuh yang relatif lebih luas terhadap volume dan cenderung mengluarkan panas llebih cepat. Pada usia tua, mekanisme untuk mempertahankan suhu tubuh tid ak berfungsi seefisien masa muda, dan perubahan suhu lingkungan tidak dapat diko mpensasi secepat atu seefektif masa muda. Hal ini penting diingat ketika menanga ni pasien usia sangat muda atau sangat tua.(3) Suhu tubuh terbagi atas suhu inti dan suhu kulit. Suhu jaringan tubuh organ dalam disebut sebagai suhu inti yang sifatnya hampir selalu konstan, kalaupun terjdi perubahan berkisar 10F ( 0.60C). Se dangkan suhu kulit sifatnya naik dan turun sesuai dengan suhu lingkungan.(4) Ber dasarkan penelitian terhadap orang sehat usia antara 18 sampai 40 tahun diperole h bahwa rata-rata suhu mulut 36.80 0.40C (98.20 0.70F) dengan nilai terendah pada jam 6 pagi dan tertinggi pada jam 4 sampai 6 sore. Suhu mulut normal tertinggi 3 7.20C (98.90F) pada jam 6 pagi dan 37.70C (99.90F) pada jam 4 sore. Sehingga ber dasarkan penelitian ini didapat jika suhu tubuh pada pagi hari >37.20C Universitas Sumatera Utara(98.90F) atau pada sore hari >37.70C (99.90F) dikatakan demam. Suhu rektum 0.40C (0.70F) lebih tinggi daripada suhu mulut.(2) Pada wanita yang menstruasi, suhu pagi hari akan lebih rendah 2 minggu sebelum terjadi ovulasi yang kemudian akan naik sekitar 0.60C (10F) pada saat terjadi ovulasi hal ini disebabkan peningkata n pelepasan progesteron dan terus bertahan sampai terjadinya menstruasi. Suhu tubuh meningkat setelah fase postprandial. (2 ) 2.2. Keseimbangan suhu tubuh Suhu tubuh akan berada dalam rentang yang normal ji ka terjadi keseimbangan antara pembentukan panas dengan pengeluaran panas. Pembe ntukan panas berasal dari kerja otot, asimilasi makanan dan proses-proses vital yang memberi kontribusi terhadap laju metabolisme basal. Pengeluaran panas dari tubuh melalui radiasi, konduksi dan penguapan air di saluran nafas dan kulit. Se bagian kecil panas juga dikeluarkan melalui urin dan feses. (1) Bila laju pemben tukan panas dalam tubuh lebih besar daripada laju hilangnya panas, timbul panas dalam tubuh dan suhu tubuh meningkat. Sebaliknya, bila kehilangan panas lebih be sar, panas tubuh dan suhu tubuh menurun. Produksi panas adalah produk tambahan m etabolisme yang utama. Panas ini dihantarkan dari organ dan jaringan yang lebih dalam ke kulit, kemudian panas tersebut hilang ke udara dan sekitarnya. (4) Universitas Sumatera Utara2.2.1. Produksi panas Pada respirasi sel, proses melepaskan energi dari makanan untuk membentuk ATP, juga menghasilkan panas ketika satu energi dihasilkan.(3) W alaupun respirasi sel, berlangsung konstan, banyak faktor yang mempengaruhi pros es ini, yaitu : 1. Hormon tiroksin (dan T3), dihasilkan oleh kelenjar tiroid, me ningkatkan laju respirasi sel dan produksi panas. Sekresi tiroksin diregulasi ol eh laju produksi energi tubuh, laju metabolisme itu sendiri. Ketika laju metabol isme berkurang, kelenjar tiroid distimulasi untuk menghasilkan lebih banyak tiro ksin. Ketika tiroksin meningkatkan laju respirasi sel, mekanisme umpan balik neg ative menghambat sekresi lebih lanjut sampai laju metabolisme turun kembali. Tir oksin disekresi ketika kebutuhan respirasi sel meningkat dan mungkin merupakan p engatur utama produksi energi harian. 2. Pada keadaan stress, epinerin dan norep inefrin disekresikan oleh medulla adrenal, dan sistem saraf simpatis menjadi leb ih aktif. Epinefrin meningkatkan laju respirasi sel, khususnya di organ seperti jantung, otot rangka, dan hati. Stimulasi simpatis juga meningkatkan aktivitas o rgan-organ ini. Peningkatan produksi ATP untuk memenuhi kebutuhan ATP pada keada an stress dihasilkan. 3. Organ-organ yang aktif menghasilkan ATP merupakan sumbe r panas ketika tubuh istirahat. Otot rangka, contohnya, biasanya pada kedaan kon traksi ringan disebut tonus otot. Karena meskipun kontraksi ringan membutuhkan A TP, otot jua menghasilkan panas. Menghasilkan sekitar 25% dari total panas tubuh pada saat istirahat dan lebih banyak pada saat olahraga, ketika lebih banyak AT P yang dihasilkan. Hati merupakan organ yang secara kontinu aktif, menghasilkan ATP untuk menghasilkan energi untuk fungsinya yang banyak. Hasilnya, hati mengha silkan sebanyak 20% total panas tubuh yang juga berarti lebih banyak panas yang Universitas Sumatera Utarapada saat isitrahat. Panas yang dihasilkan oleh organ-organ ini disebarkan ke se luruh tubuh oleh darah. Ketika darah yang mengalir lebih rendah melalui organ se perti otot dan hati, panas yang mereka hasilkan ditransfer ke darah, menghangatk an darah. Darah yang hangat tersebut bersirkulasi ke area tubuh yang lain, mendi stribusikan panas. 4. Asupan makanan juga meningkatkan produksi panas, karena ak tivitas metabolisme saluran cerna meningkat. Panas yang dibentuk ketika saluran cerna menghasilkan ATP untuk peristalsis dan untuk sintesa enzim pencernaan. 5. Perubahan suhu tubuh juga menimbulkan efek terhadap laju metabolisme dan produks i panas. Hal ini secara klinis penting ketika seseorang demam, peningkatan suhu tubuh yang abnormal. Suhu yang tinggi meningkatkatkan laju metabolisme, yang meningkatkan produksi panas dan meningkatkan suhu tubuh lebih lanjut. Demam yang tinggi memicu siklus yang tak berujung meningkatkan produksi panas. (3) Untuk m empertahankan suhu tetap hangat, tubuh harus membentuk gerakan volunter tambahan (gerakan anggota gerak) dan kontraksi otot involunter (menggigil). Bayi baru la hir juga mempunyai jaringan yang dikenal lemak coklat (brown fat), yang mampu me nghasilkan panas tambahan tanpa menggigil. Dingin menstimulasi jalur reflex yang menghasilkan pelepasan norepinefrin (reseptor 3-adrenergik) dalam jaringan lemak, yang menstimulasi terjadinya (1) lipolisis dan (2) ekspresi lipoprotein lipase (LPL) dan thermogenin. LPL meningkatkan suplai asam lemak bebas. Thermogenin ber ada di dalam membran mitokondria yang merupakan protein bebas yang berfungsi seb agai H+-uniporter. Sirkuit pendek gradient H+ antar membran dalam mitokondria, m elepaskan (produksi panas) produksi ATP melalui rantai respirasi.(5) Universitas Sumatera Utara2.2.2. Pembuangan panas Kehilangan panas melalui radiasi berarti kehilangan pana s dalam bentuk gelombang panas infra merah, suatu jenis gelombang elektromagneti k. Tubuh manusia menyebarkan gelombang panas ke segala penjuru. Gelombang panas juga dipancarkan dari dinding dan benda-benda lain ke tubuh. Bila suhu tubuh leb ih besar dari suhu lingkungan, kuantitas panas yang lebih besar dipancarkan kelu ar dari tubuh daripada yang dipancarkan ke tubuh.(4) Kehilangan panas melalui ko nduksi langsung dari permukaan tubuh ke bendabenda lain, seperti kursi atau temp at tidur hanya sebagian kecil. Sebaliknya, kehilangan panas melalui konduksi ke udara cukup besar walaupun dalam keadaan normal. Sekali suhu udara yang berlekat an dengan kulit menjadi sama dengan suhu kulit, tidak terjadi lagi kehilangan pa nas dari tubuh ke udara. Oleh karena itu, konduksi panas dari tubuh ke udara mem punyai keterbatasan kecuali udara yang dipanaskan bergerak dari kulit sehingga u dara baru, yang tidak panas terus menerus bersentuhan dengan kulit, fenomena ini disebut konveksi udara. Pemindahan panas dari tubuh melalui konveksi udara seca ra umum disebut kehilangan panas melalui konveksi. Sebenarnya, panas pertama-tam a harus dikonduksi ke udara kemudian dibawa melalui aliran konveksi.(4) Air memi liki panas khusus beberapa ribu kali lebih besar daripada udara, sehingga setiap unit bagian air yang berdekatan ke kulit dapat mengabsorbsi jumlah kuantitas pa nas yang lebih besar daripada udara. Kecepatan kehilangan panas ke air pada suhu yang cukup rendah jauh lebih besar daripada kecepatan kehilangan panas ke udara pada suhu yang sama. Saat air dan udara sangat dingin, kecepatan kehilangan pan as ke udara menjadi hampir sama besar dengan air, karena air dan udara pada Universitas Sumatera Utaradasarnya mampu membawa semua panas yang dapat berdifusi melalui penyekat subkuta n kulit. (4) Bila air berevaporasi dari permukaan tubuh, panas sebesar 0,5 kalor i (kilokalori) hilang untuk setiap satu gram air yang mengalami evaporasi. Bahka n bila seseorang tidak berkeringat, air masih berevaporasi secara tidak kelihatn a dari kulit dan paru-paru dengan kecepatan sekitar 450 sampai 600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 sampai 15 kal ori per jam. Evaporasi air melalui kulit dan paru-paru yang tidak kelihatan ini dapat dikendalikan untuk tujuan pengaturan suhu karena evaporasi tersebut dihasi lkan dari difusi molekul air terus menerus melalui kulit dan permukaan sistem pe rnafasan. Akan tetapi kehilangan panas melalui evaporasi keringat dapat diatur d engan pengaturan kecepatan berkeringat.(4) Selama suhu kulit lebih tinggi dari s uhu lingkungan, panas dapat hilang melalui radiasi dan konduksi. Tetapi ketika s uhu lingkungan lebih tinggi dari suhu kulit, tubuh memperoleh panas melalui radi asi dan konduksi. Dalam keadaan seperti ini, satusatunya cara tubuh melepaskan p anas adalah dengan evaporasi. Oleh sebab itu, setiap faktor yang mencegah evapor asi yang adekuat ketika suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu kulit akan menyeb abkan peningkatan suhu tubuh. Hal ini kadang terjadi pada manusia yang dilahirka n dengan kelainan kelenjar keringat. Orang ini dapat tahan terhadap suhu dingin seperti halnya orang normal, tetapi mereka hampir mati akibat serangan panas pad a daerah tropis, karena tanpa sistem pendinginan evaporatif, orang ini tidak dap at mencegah peningkatan suhu tubuh ketika suhu udara lebih tinggi dari suhu tubu h. (4) Pakaian mengurung udara di antara kulit dan rajutan pakaian, sehingga men ingkatkan ketebalan yang disebut daerah pribadi dari udara yang berdekatan denga n Universitas Sumatera Utarakulit dan juga menurunkan aliran udara konveksi. Akibatnya, kecepatan kehilangan panas tubuh melalui konduksi dan konveksi sangat ditekan. Sekitar setengah dari panas yang dipindahkan dari kulit ke pakaian dipancarkan melalui radiasi ke pak aian dan bukan dipancarkan melalui konduksi melewati ruang kecil.(4) Efektivitas pakaian dalam mempertahankan suhu tubuh hampir hilang semuanya bila pakaian men jadi basah karena konduktivitas air yang tinggi meningkatkan kecepatan pemindaha n panas sebesar 20 kali lipat lebih. Oleh karena itu, salah satu faktor terpenti ng untuk melindungi tubuh terhadap udara dingin di kutub adalah dengan menjaga s angat hati-hati agar pakaian tidak basah. Tentu saja, seseorang harus berhatihat i untuk tidak menjadi kepanasan walaupun untuk sementara waktu, karena dengan be rkeringat di dalam pakaian akan membuat pakaian tersebut kurang efektif sebagai penyekat.(4) 2.3. Mekanisme kerja hipotalamus dalam mengatur suhu tubuh Pengaturan suhu tubuh diatur oleh hipotalamus region anterior dan posterior yang masing-masing beresp on pada suhu tubuh meningkat dan berkurang. Suhu tubuh diatur hampir seluruhnya oleh mekanisme umpan balik, dan hampir semua mekanisme in terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang teletak pada hipotalamus. Agar mekanisme umpan balik ini da pat berlangsung, harus juga tersedia pendetektor suhu untuk menentukan kapan suh u tubuh menjadi sangat panas atau sangat dingin.(4) Area preoptik hipotalamus an terior mengandung sejumlah besar neuron yang sensitif terhadap panas yang jumlah nya kira-kira sepertiga neuron yang sensitif terhadap dingin. Neuron-neuron ini diyakini berfungsi sebagai sensor suhu untuk mengatur suhu tubuh. Neuron-neuron yang sensitif terhadap panas ini meningkatkan kecepatan Universitas Sumatera Utarakerjanya sesuai dengan peningkatan suhu, kecepatannya kadang meningkat 2 sampai 10 kali lipat pada kenaikan suhu tubuh sebesar 100C . Neuron yang sensitif terha dap dingin, sebaliknya, meningkatkan kecepatan kerjanya saat suhu tubuh turun.(4 ) Apabila area preoptik dipanaskan, kulit di seluruh tubuh dengan segera mengelu arkan banyak keringat, sementara pada waktu yang sama pembuluh darah kulit di se luruh tubuh menjadi sangat berdilatasi. Jadi, hal ini merupakan reaksi yang cepa t untuk menyebabkan tubuh kehilangan panas, dengan demikian membantu mengembalikan suhu tubuh kembali normal. Disamping itu, pembentukan panas tubuh yang berlebihan dihambat. Oleh karena itu, jelas bahwa area preoptik dari hipota lamus memiliki kemampuan untuk berfungsi sebagai termostatik pusat kontrol suhu tubuh.(4) Sinyal yang ditimbulkan oleh reseptor suhu dari hipotalamus sangat kua t dalam mengatur suhu tubuh, reseptor suhu pada bagian lain dari tubuh juga memp unyai peranan penting dalam pengaturan suhu. Hal ini terjadi pada reseptor suhu di kulit dan beberapa jaringan khusus dalam tubuh. Reseptor dingin terdapat jauh lebih banyak daripada reseptor panas, tepatnya, terdapat 10 kali lebih banyak d i seluruh kulit. Oleh karena itu, deteksi suhu bagian perifer terutama menyangku t deteksi suhu sejuk dan dingin daripada suhu hangat. (4) Apabila seluruh kulit tubuh menggigil, terjadi pengaruh refleks yang segera dibangkitkan untuk meningk atkan suhu tubuh melalui beberapa cara : (1) dengan memberikan rangsangan kuat s ehingga menyebabkan mengigil, dengan akibat meningkatnya kecepatan pembentukan p anas tubuh; (2) dengan menghambat proses berkeringat bila hal ini harus terjadi, dan (3) dengan meningkatkan vasokonstriksi kulit untuk menghilangkan pemindahan panas tubuh ke kulit. (4) Universitas Sumatera UtaraWalaupun banyak sinyal sensoris temperatur berasal dari reseptor perifer, sinyal ini membantu pengaturan suhu tubuh terutama melalui hipotalamus. Area pada hipo talamus yang dirangsang oleh sinyal sensoris ini adalah suatu area yang terletak bilateral dalam hipotalamus posterior kira-kira setinggi korpus mamilaris. Siny al sensoris temperatur dari hipotalamus anterior-area preoptik juga dipindahkan ke dalam area hipotalamus posterior ini. Di sini sinyal dari area preoptik dan s inyal dari perifer tubuh digabung untuk mengatur reaksi pembentukan panas atau r eaksi penyimpanan suhu tubuh. (4) Sistem pengatur temperatur menggunakan tiga me kanisme penting untuk menurunkan panas tubuh ketika temperatur menjadi sangat ti nggi :(4) 1. Vasodilatasi. Pada hampir semua area tubuh, pembuluh darah kulit be rdilatasi dengan kuat. Hal ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokonstriksi. Vasodilatasi penuh akan meningkatkan kecepatan pemindahan panas ke kulit sebanyak delapan kali lipat. 2. Berkeringat. Peningkatan temperatur tubuh 10C menyebabkan keringat cukup banyak untuk membuang 10 kali lebih besar kecepatan metabolisme basal dari pembentukan panas tubuh. 3. Penurunan pembentukan panas. Mekanisme yang menyebabkan pembetu kan panas berlebihan, seperti menggigil dan termogenesis kimia, dihambat dengan kuat. Ketika tubuh terlalu dingin, sistem pengaturan temperatur mengadakan prose dur yang sangat berlawanan, yaitu:(4) Universitas Sumatera Utara1. Vasokonstriksi kulit di seluruh tubuh. Hal ini disebabkan oleh rangsangan pus at simpatis hipotalamus posterior. 2. Piloereksi. Piloereksi berarti berdiri pad a akarmya. Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat ke fol ikel rambut berkontraksi, yang menyebabkan rambut berdiri tegak. 2.4. Gangguan keseimbangan suhu tubuh 2.4.1. Demam Demam adalah kenaikan suhu tubuh melebihi variasi suhu normal sehar i-hari dan disertai dengan kenaikan set point hipotalamus, misalnya dari 370C me jadi 390C. Perubahan set point ini menggambarkan setting ulang thermostat ke lev el yang lebih tinggi untuk meningkatkan suhu ambient dalam ruangan. Sekali setpo int hypothalamus meningkat, saraf-saraf vasomotor diaktifkan dan terjadi vasokon striksi. Penderita merasakan dingin pertama kali pada tangan dan kaki. Menghamba t darah ke perifer menuju organ dalam yang penting menurunkan pengeluaran panas dari kulit, dan penderita merasa dingin. Menggigil, yang meningkatkan produksi p anas dari otot, bisa dimulai pada saat yang sama, tapi menggigil tidak terjadi j ika mekanisme pembentukan panas sudah cukup meningkatkan suhu darah. Produksi pa nas pada di hati juga terjadi. Pada manusia, tingkah laku berupa memakai lebih b anyak pakaian atau tidur akan meningkatkan suhu tubuh. (2) Proses konservasi pan as (vasokonstriksi) dan produksi panas (menggigil dan peningkatan aktivitas meta bolisme) akan terus berlangsung sampai suhu darah yang berada di neuron-neuron h ipotalamus sama dengan thermostat yang berubah tersebut. Ketika set point tercap ai, hipotalamus akan mempertahankan suhu demam tersebut Universitas Sumatera Utaradengan mekanisme yang sama ketika pada keadaan tidak demam. Ketika set point hyp othalamus menurun (baik akibat zat yang pirogen berkurang atau penggunaan antipiretik), proses pengeluaran panas melalui vasodilatasi dan keringat akan di mulai. Hal ini akan terus berlangsung sampai suhu darah mencapai set point hipot alamus yang turun tersebut. (2) Demam >41.50C (>106.70F) disebut hiperpireksi. K eadaan ini terjadi pada pasien dengan infeksi yang sangat parah dan biasanya ter jadi pada penderita dengan perdarahan sistem saraf pusat. Set point hypothalamu juga dapat meningkat akibat trauma lokal, perdarahan, tumor, ataupun malfungsi h ipotalamus intrinsik.(2) Pirogen merupakan bahan-bahan yang menyebabkan demam. P irogen eksogen berasal dari luar pasien, umumnya produk mikroba, toksin mikroba, atau mikrogorganisme. Contoh pirogen endogen adalaha endotoksin polisakarida ya ng dihasilkan bakteri gram negatif, bakteri gram positif dan endoktoksin dari St aphylococcus aureus dan toksin stretococcus grup A dan B. (2, 4) Sitokin adalah protein ukuran kecil (10.000 sampai 20.000 Da) yang mengatur imunitas, inflamasi , dan proses hematopoeisis. Contoh, stimulasi proliferasi limfosit selama respon imun terhadap vaksinasi adalah hasil dari sitokin interleukin (IL) 2, IL-4 dan IL-6. Sitokin lain, faktor stimulasi koloni granulosit, stimulasi granulocytopoe isis di dalam sumsum tulang. Beberapa sitokin menyebabkan demam dan disebut sito kin pirogen. Yang dikenal sebagai sitokin pirogen adalah IL-1, IL-6, tumor necro sis factor (TNF), ciliary neurotropic factor (CNF), dan interferon (IFN) . (2) Sit okin pirogen dilepas oleh sel dan memasuki sirkulasi sistemik, yang secara siste mik akan menimbulkan demam dengan cara meningkatkan sintesa PGE2. PGE2 juga meni ngkat di jaringan perifer yang akan menyebabkan mialgia nonspesifik dan Universitas Sumatera Utaraarhtralgia. Peningkatan PGE2 di otak yang akan memulai peningkatan setpoint hipo talamus untuk suhu inti. (2) 2.4.2. Hipertermi Hipertermi adalah keadaan suhu tubuh yang meningkat secara tid ak terkontrol yang meningkatkan pengeluaran panas tanpa terjadi perubahan pada s et point hipotalamus (normal). Paparan panas dari luar dan produksi panas endoge n merupakan mekanisme terjadinya hipertermi. Pembentukan panas yang berlebihan d apat dengan mudah menimbulkan hipertermi mengalahkan kontrol fisiologis dan ting kah laku suhu tubuh. Misalnya, bekerja atau olahraga pada lingkungan panas akan menyebabkan produksi panas lebih cepat daripada mekanisme perifer dalam mengelua rkan panas. (4) Ada beberapa keadaan dimana kenaikan suhu tubuh yang terjadi buk an demam tetapi hipertermi. Seperti serangan panas (heat stroke), akibat pusat p engaturan suhu tubuh gagal bekerja pada lingkungan yang panas. Terdiri atas exer tional heat stroke biasanya terjadi pada orang muda yang berolahraga pada suhu l ingkungan dan atau kelembaban yang lebih tinggi dari normal, yang lain non exert ional heat stroke terjadi pada baik orang muda maupun tua terutama pada gelomban g panas. Drug induced hyperthermia yaitu hipertermi yang terjadi kaibat pengguna an obat psikotropika seperti mono amine oxidase inhibitors (MAOIs), tricyclic an tidepressant, dan amfetamin ataupun kokain.(2) Malignant hperthermia terjadi pad a individu dengan kelainan bawaan pada retikulum sarkoplasma sel otot rangka yan g menyebabkan peningkatan kadar kalsium intraseluler dalam respon terhadap halot hane dan anestesi inhalasi lain atau succinylcholine. Peningkatan suhu, peningka tan metabolisme otot, rigiditas otot, Universitas Sumatera Utararhabdomyolisis, dan instabilitas kardiovaskular dapat segera terjadi. Kondisi in i sering fatal. Neuroleptic malignant syndorme (NMS) terjadi akibat pemakaian ob at bersifat neuroleptik (antipsikotik phenothiazine, haloperidol, prochlorperazi ne, metoclopramide) atau obat dopamin dan dikarakteristikkan oleh rigiditas otot , efek samping ekstrapiramidal, disregulasi otonom, dan hipertermi. Kelainan ini muncul karena inhibisi pusat reseptor dopamin di hipotalamus, yang akan menyeba bkan peningkatan pembentukan panas dan penurunan pengeluaran paans. Serotonin sy ndrome muncul pada pemakaian inhibitor serotonin selektif (SSRIs), MAOIs dan oba t-obat serotonergik lain, juga menimbulkan hipertemi. Thyrotoxicosis dan pheochromocyto ma juga dapat menyebabkan hipertermi. (2) Sangat penting membedakan antara demam dan hipertermi karena hipertermi dapat berakibat fatal dan ditandai dengan tida k respon terhadap antipiretik. Hipertermi sering didiagnosa pada kejadian yang s egera menimbulkan peningkatan suhu inti, seperti terpapar panas atau pengobatan dengan obat-obatan yang mempengaruhi regulasi suhu tubuh. Secara klinis juga dap at dijumpai pada hipertermi dengan serangan panas ataupun akibat obat-obatan kul it terasa panas dan kering. Ditambah lagi, antipiretik tidak dapat menurunkan pe ningkatan suhu tubuh pada hipertermia sedangkan pada demam dan bahkan hiperpirek si dosis aspirin atau asetaminofen yang adekuat dapat menurunkan suhu tubuh.(6) 2.4.3. Hipotermi Hipotermi terjadi ketika turunnya suhu tubuh inti tiba-tiba di bawah 350C (950F). Pada suhu ini, mekanisme kompensasi fisiologis untuk memeliha ra panas gagal. Hipotermi primer merupakan hasil dari paparan langsung individu yang sehat terhadap Universitas Sumatera Utaralingkungan dingin.(2)Jika seseorang yang tidak segera ditangani, terpapar dengan air es selama 20 sampai 30 menit dapat meninggal karena jantung berhenti sama s ekali atau fibrilasi jantung. Pada saat itu, suhu tubuh internal jatuh sampai 77 0F. Jika segera dihangatkan dengan pemberian panas secara eksternal, hidup orang tersebut masih dapat diselamatkan.(4) Ketika tubuh terpapar dengan suhu yang re ndah, area permukaan dapat membeku, keadaan ini disebut frostbite. Hal ini terja di terutama pada lobus telinga dan jari-jari tangan dan kaki. Jika bekuan cukup untuk menyebabkan kristal dalam sel, akan menyebabkan terjadinya kerusakan perma nen seperti kerusakan jaringan local.(4) Universitas Sumatera UtaraBAB 3 KESIMPULAN 1. Keseimbangan suhu tubuh diatur oleh hipotalamus anterior dan posterior yang m asing-masing bertanggung jawab terhadap panas dan dingin, dengan mengatur keseim bangan antara produksi panas dan pengeluaran panas. 2. Keadaan yang dapat mening katkan produksi panas adalah pembentukan energi melalui assimilasi makanan, akti vitas otot, peningkatan aktivitas saraf simpatis dan sekresi hormon seperti tiro ksin. 3. Pelepasan panas dari tubuh dilakukan secara radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi melalui kulit berupa keringat atau pernafasan. 4. Keadaan ganggua n keseimbangan suhu tubuh berupa demam, hipertermi dan hipotermi. Universitas Sumatera UtaraDAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. Ganong W. Review of medical physiology. 21st ed. California: Mc-Graw Hill compan y; 2003. Kasper D, Fauci A, Longo D, Braunwald E, Hauser S, Jameson J. Harrison' s principles of internal medicine. 16th ed. New York: McGraw-Hill companies; 200 5. Scanlon V, Sanders T. Essentials of anatomy and physiology. Fifth ed. Philade lphia: FA Davis company; 2007. Guyton A. Textbook of medical physiology. Elevent h ed. Pennsylvania: Elsevier saunders; 2006. Despopoulos A, Silbernagl S. Color atlas of physiology. 5th ed. New York: Thieme; 2003. Sherwood L. Human physiolog y from cells to systems. Fifth ed. California: Thomson Brooks/cole; 2004. 19 Universitas Sumatera Utara