日本文学

18
日本文学 “Pertemuan” Oleh : Alpian Indra Gumilar Dina Subagja Sausan Salwa K Widyastuti Utami

Transcript of 日本文学

Page 1: 日本文学

日本文学“Pertemuan”

Oleh :

Alpian Indra Gumilar

Dina Subagja

Sausan Salwa K

Widyastuti Utami

Page 2: 日本文学

A. TokohTokoh Sentral

Tokoh Sentral Protagonis• Nama Tokoh : AkuBukti kutipan : “Baru di pertemuan kami yang ke-11 akumenanyakan namanya, tentunya setelah mengenalkan dirilebih dulu.”• Nama tokoh : SayakaBukti kutipan : “Sayaka tak mengantarku ke bandara hari itu,

sebab beberapa hari sebelumnya ia mati. Bunuh diri dengan mengiris nadi. Di kamarnya. Pesan terakhirnya yang sampai ke ponselku masih kuingat: ima made arigatou..”

Page 3: 日本文学

A. TokohTokoh Bawahan

Tokoh Andalan : • Ibu dari tokoh Aku : “ibuku mulai cerewet menanyakan calon istriku, aku kecapean,

ibuku menangis karena aku membentaknya, perempuan demi perempuan dikenalkan padaku, beberapa kerabat minta dijemput di bandara, ibuku menangis lagi, aku menolak dijodohkan, ibuku menangis lagi, menangis lagi, menangis lagi.”

• Ayah dari Sayaka : “Malam itu, saat aku pamit pulang, ayahnya tiba. Dari mulutnya tercium bau sake yang kuat. Sebisa mungkin aku menahan diri agar tidak menunjukkan ekspresi yang mengganggu. Aku memberinya salam, tapi ia tak membalas. Begitu saja lelaki beruban itu melewatiku seperti melewati tiang. Sayaka ngomel-ngomel memarahinya.”

• Yuuji, adik laki-laki Sayaka : “Yuuji adiknya sedang mengerjakan shukudai di kamarnya. Adiknya itu ternyata rajin.”

• Ibu dari Sayaka : “Ibunya mulai memberontak setelah bertahun-tahun hanya mengalah dan menuruti apa kata suami. Ia tak mau lagi dipukuli. Ia tak mau lagi dijadikan pelampiasan setiap kali si suami dikesalkan urusan kantor. Ia mengancam akan pergi ke rumah orangtuanya. Dan itu ternyata terjadi. Tiga hari sebelum Natal. Setahun yang lalu.”

Page 4: 日本文学

A. TokohTokoh Bawahan

Tokoh Tambahan

• Perempuan yang duduk di samping Aku di akhir cerita : ““Nggak apa-apa,

Bang?” tanya perempuan yang duduk di sampingku. Eskrim di tangannya

hampir habis. “Abang nggak apa-apa? Barusan Abang kayak kesakitan

gitu. Abang menyeracau,” katanya. Aku menatapnya. Lama. Ia menatapku.

Tiba-tiba dari matanya aku seperti memahami semua ini.”

Page 5: 日本文学

A. TokohTokoh Bawahan

Tokoh Lataran

• Pelayan Perempuan : “Dia datang lebih dulu ke kafe ini. Lima atau sepuluh

menit yang lalu. Seorang pelayan perempuan baru saja menghidangkan apa

yang dipesannya.”

• Penjual takarakuji : “Tapi sayang, si penjual takarakuji, seorang oba-san

gemuk berkacamata, mengatakan pada Sayaka bahwa nomor

ditakarakuji itu tidak tembus.”

Page 6: 日本文学

A. TokohTokoh berdasarkan cara menampilkan perwatakannya

Tokoh Datar• Ayah dari Sayaka :Di awal cerita : “Ayah dan Ibunya bertengkar setiap malam. Ibunya mulai memberontak

setelah bertahun-tahun hanya mengalah dan menuruti apa kata suami. Ia tak mau lagi dipukuli. Ia tak mau lagi dijadikan pelampiasan setiap kali si suami dikesalkan urusan kantor”

Pertengahan cerita : “Malam itu, saat aku pamit pulang, ayahnya tiba. Dari mulutnya tercium bau sake yang kuat. Sebisa mungkin aku menahan diri agar tidak menunjukkan ekspresi yang mengganggu. Aku memberinya salam, tapi ia tak membalas. Begitu saja lelaki beruban itu melewatiku seperti melewati tiang.”

Di akhir cerita : “Kenapa ia sampai bunuh diri? Ah ya.. aku ingat. Ayahnya kembali memperkosanya.”

• Adik dari Sayaka :“Adiknya itu ternyata rajin.”• Ibu dari tokoh Aku :“ibuku mulai cerewet menanyakan calon istriku, aku kecapean, ibuku menangis karena aku

membentaknya, perempuan demi perempuan dikenalkan padaku, beberapa kerabat minta dijemput di bandara, ibuku menangis lagi, aku menolak dijodohkan, ibuku menangis lagi, menangis lagi, menangis lagi”

Page 7: 日本文学

A. TokohTokoh berdasarkan cara menampilkan perwatakannya

Tokoh Bulat

• Sayaka :

“Sayaka rupanya seorang periang dan suka bicara. Oshaberi.”

“Sesuatu pasti mengganggunya selama beberapa menit ini. Aku tahu itu.

Aku bisa memastikannya. Sayaka biasanya akan menghabiskan

makanan di hadapannya betapapun makanan itu tidak cocok bagi

lidahnya. Ia orang yang sangat menghargai apa yang dihidangkan

padanya.....Hanya beberapa kali aku melihat Sayaka tak

menghabiskan makanan di hadapannya, yaitu saat mood-nya tiba-tiba

buruk. “

Page 8: 日本文学

B. Penokohan• Metode yang digunakan cerpen ini dalam penyajian watak tokoh

adalah metode dramatik/taklangsung/ragaan karena penyajian watak

tokoh melalui pemikiran tokoh Aku tentang Sayaka.

• Kutipan : “Namanya Sayaka. Aku bertemu dengannya pertama kali

di sebuah bis menuju Kochi University, kampus tempat aku

melanjutkan studi saat itu. Dia ternyata juga mahasiswa di kampus

tersebut. Kami duduk di dua kursi berdekatan dan nyaris tak saling

sapa kecuali ucapan “konnichiwa” yang sudah terlalu sering

kuucapkan dan kudengar selama beberapa hari di sana. “

• “Sayaka rupanya seorang periang dan suka bicara. Oshaberi. Pada

pertemuan-pertemuan kami selanjutnya—yang lebih sering

disengaja—dia sudah menceritakan separuh kisah hidupnya.”

Page 9: 日本文学

C. Alur Cerpen ini menggunakan alur tematik karena berdasarkan tema cerita. Berikut

adalah kutipannya :

• “Tangisnya mendadak terhenti. “Atashi wa anta no kanojo ja nai..” katanya, kecut.

Ah, memang. Ia memang bukan pacarku. Kami tak pernah sekalipun membahas

perasaan kami masing-masing. Barangkali saat itu aku terbawa suasana. Maaf,

kataku. Ia diam, memandangku. Aku diam, memandangnya.....Tiba-tiba saja ia

menciumku, tepat di bibirku. Aku sempat beberapa detik memejamkan mata.

Setelah itu, tanpa tersenyum, tanpa kata-kata, ia pergi setengah berlari. Aku masih

diam. Bingung.”

• Selain itu cerpen ini juga mempunyai alur linear karena akhir cerita berada pada

zaman sekarang. Berikut kutipannya “Tiba-tiba dari matanya aku seperti

memahami semua ini. Sayaka tak mengantarku ke bandara hari itu, sebab beberapa

hari sebelumnya ia mati. Bunuh diri dengan mengiris nadi. Di kamarnya. Pesan

terakhirnya yang sampai ke ponselku masih kuingat: ima made arigatou.. Kenapa ia

sampai bunuh diri? Ah ya.. aku ingat. Ayahnya kembali memperkosanya. Adiknya

tak lagi peduli padanya. “Abang nggak apa-apa?” tanya perempuan itu lagi.”

Page 10: 日本文学

C. Alur

Struktur Alur

Bagian Awal Bagian Tengah Bagian Akhir

“Maka ketika memasuki Solaria dan memilih salah satu meja di dekat

jendela, duduk di kursi sebelah kiri yang membuat kami persis berhadapan,

tanpa penghalang, aku sesungguhnya tak begitu terkejut. Dia datang lebih

dulu ke kafe ini. Lima atau sepuluh menit yang lalu. Seorang pelayan

perempuan baru saja menghidangkan apa yang dipesannya. Aku terus

menatapnya. Dia sama sekali tak menatapku. Barangkali lidahnya sedang

terlalu sibuk mencecapi makanan itu. Barangkali dia berpura-pura tak

menyadari kedatanganku ke kafe ini.”

Page 11: 日本文学

C. Alur

Struktur Alur

Bagian Awal Bagian Tengah Bagian Akhir

“Aku sudah turun hingga lantai satu, tapi belum juga menemukan sosoknya.

Jaket warna kuning, jeans warna hitam, sepatu putih, rambut hitam lurus

sebahu. Aku mencoba lebih teliti mengamati orang-orang di sekitarku.

Kadang dari jauh ada seseorang yang mirip, tapi ketika kudekati kemiripan

itu hilang. Aku berkeliling di lantai satu, melewati kafe demi kafe,

memasuki Gramedia, menghampiri mesin ATM, menunggu di depan toilet,

keluar-masuk lift, naik-turun eskalator. Tapi sosok Sayaka tak juga

kutemukan. Kemana anak itu? Dia tak mungkin begitu cepat menghilang

dalam beberapa saat, gumamku. Di lantai dua, di sebuah bangku kayu

berwarna coklat, di samping seorang perempuan yang sedang memakan

eskrim, aku duduk.”

Page 12: 日本文学

C. Alur

Struktur Alur

Bagian Awal Bagian Tengah Bagian Akhir

Sayaka tak mengantarku ke bandara hari itu, sebab beberapa hari sebelumnya

ia mati. Bunuh diri dengan mengiris nadi. Di kamarnya. Pesan terakhirnya

yang sampai ke ponselku masih kuingat: ima made arigatou.. Kenapa ia

sampai bunuh diri? Ah ya.. aku ingat. Ayahnya kembali memperkosanya.

Adiknya tak lagi peduli padanya.

Page 13: 日本文学

D. LatarMacam Latar : Latar Fisik atau Material

• Solaria : “Maka ketika memasuki Solaria dan memilih salah satu meja di dekat jendela, duduk di kursi sebelah kiri yang membuat kami persis berhadapan, tanpa penghalang, aku sesungguhnya tak begitu terkejut.”

• Kochi University : “Namanya Sayaka. Aku bertemu dengannya pertama kali di sebuah bis menuju Kochi University, kampus tempat aku melanjutkan studi saat itu. Dia ternyata juga mahasiswa di kampus tersebut.”

• Lorong menuju toilet, konbini, trotoar, taman : “Beberapa kali setelah itu kami bertemu tanpa kesengajaan. Di lorong menuju toilet, di konbini dekat apartemen, di trotoar yang lebar, di sebuah taman.”

• Kamar Apartemen : “Saat itu ia sedang berada di kamar apartemenku. Aku memintanya membantuku menghapal kanji. Kami sedang sama-sama mengguntingi kertas karton menjadi seukuran KTP ketika ia mengatakannya.”

Page 14: 日本文学

D. Latar

Macam Latar :

Latar Fisik atau Material

• Depan XXI : “Sebuah taman kecil di sebuah lingkaran di depan XXI

tampak ramai dipenuhi obrolan. Para petugas keamanan berjaga di pintu

masuk ke bioskop. Wajah-wajah bermunculan dari eskalator. Tak ada

Sayaka.”

• Tempat penjualan takarakuji : “Sore itu aku menemaninya ke tempat dia

membeli takarakuji itu.”

• Rumah Sayaka : “Pernah aku bertamu ke rumahnya suatu malam”

• Sebuah bangku kayu berwarna coklat di lantai dua : “Di lantai dua, di

sebuah bangku kayu berwarna coklat, di samping seorang perempuan yang

sedang memakan eskrim, aku duduk.”

• Pantai : “Kami di pantai, duduk di tepian. Ombak bergemuruh. Pasir yang

masih hangat. Kami berkejaran seperti dua ekor kepiting.”

Page 15: 日本文学

E. Tema dan Amanat

Tema

Tema dari cerpen ini adalah percintaan karena ceritanya berisi

tentang kisah percintaan antara tokoh Aku dengan Sayaka.

• Bukti kutipan : “Ia diam, memandangku. Aku diam,

memandangnya. Di belakang kami orang-orang lewat. Suara

klakson terdengar. Deru mesin. Seorang tukang sayur berseru

memanggil-manggil pelanggan, menawarkan sayurannya. Ia

masih diam, memandangku. Aku masih diam, memandangnya.

Tiba-tiba saja ia menciumku, tepat di bibirku. Aku sempat

beberapa detik memejamkan mata. Setelah itu, tanpa

tersenyum, tanpa kata-kata, ia pergi setengah berlari. Aku

masih diam. Bingung.”

Page 16: 日本文学

E. Tema dan Amanat

Amanat

• Amanat dari cerpen ini adalah seseorang yang sedang

mengalami broken home membutuhkan orang lain di sisiya

untuk mendampinginya, walaupun kultur dan kebiasaan setiap

daerah berbeda.

• Kutipan : “Kukira orang Jepang itu tertutup terhadap orang

asing. Tapi manusia rupanya sama saja. Meski memang

sedikit-banyak dipengaruhi kultur dan kebiasaan setempat,

pada dasarnya manusia tetap manusia. Mereka butuh

seseorang untuk menampung apa yang berkecamuk di

kepalanya, di hatinya.”

Page 17: 日本文学

F. Point of View• Cerpen ini menggunakan point of view pencerita orang pertama

(akuan) sebagai pencerita akuan sertaan karena tokoh Aku menceritakan semua hal tentang Sayaka dan ikut berpartisipasi dalam peristiwa yang ia ceritakan.

• Kutipan : “Beberapa minggu lagi Natal. Aku jadi teringat malam Natal yang kurayakan bersama Sayaka, berdua saja. Kami di pantai, duduk di tepian. Ombak bergemuruh. Pasir yang masih hangat. Kami berkejaran seperti dua ekor kepiting. Yang satu ingin mencapit, yang satu ingin menghindar. Bulan yang hampir penuh membuat malam tak begitu gelap. Sayaka ingin berenang. Ia mengajakku. Aku menggeleng. Berenang di laut malam hari bukan ide bagus, kataku. Tapi ia tetap melakukannya. Aku hanya menyaksikan. Entah kenapa, aku sama sekali tak tergerak untuk mengikutinya. Aku menunggu. Menunggu. Menunggu. Ia tak juga kembali. Ia... tak juga kembali.”

Page 18: 日本文学

どうもありがとうございあす