52...Mengajak menyanyi atau games Menjelaskan peraturan dalam mendengar cerita 2. Kegiatan Inti (30...
Transcript of 52...Mengajak menyanyi atau games Menjelaskan peraturan dalam mendengar cerita 2. Kegiatan Inti (30...
51
52
LAMPIRAN 1
RENCANA SETIAP PERTEMUAN
RENCANA AKSI (ACTION PLAN)
Hari, Tanggal : Senin, 24 Oktober 2016
Waktu : 60 menit
Indikator :
1. Meminta tolong dengan baik
2. Berterimakasih jika memperoleh sesuatu
3. Menutup mulut dan hidung bila bersin atau batuk
No. Kegiatan Kegiatan
1. Kegiatan pendahuluan
(15 menit)
Tanya jawab berkaitan dengan cerita
Mengajak menyanyi atau games
Menjelaskan peraturan dalam mendengar cerita
2. Kegiatan Inti
(30 menit)
Menyampaikan cerita “Keluarga Dolly” dengan
alat peraga yang disediakan
Diskusi contoh kasus anak yang berperilaku
kurang sopan
3. Kegiatan penutup
(15 menit)
Menyampaikan kesimpulan atau pesan untuk
diingat anak
Drama untuk mempraktekkan perilaku sopan
santun dengan bimbingan peneliti
pengarahan pada pertemuan selanjutnya
53
RENCANA AKSI (ACTION PLAN)
Hari, Tanggal : Rabu, 26 Oktober 2016
Waktu : 60 menit
Indikator :
1. Bersikap ramah
2. Memberi dan membalas salam
No. Kegiatan Kegiatan
1. Kegiatan pendahuluan
(15 menit)
Tanya jawab berkaitan dengan cerita
Mengajak menyanyi atau games
Menjelaskan peraturan dalam mendengar cerita
2. Kegiatan Inti
(30 menit)
Menyampaikan cerita “Kehidupan Kura dan
Kuri” dengan alat peraga yang disediakan
Diskusi contoh kasus anak yang berperilaku
kurang sopan
3. Kegiatan penutup
(15 menit)
Menyampaikan kesimpulan atau pesan untuk
diingat anak
Drama untuk mempraktekkan perilaku sopan
santun dengan bimbingan peneliti
pengarahan pada pertemuan selanjutnya
54
RENCANA AKSI (ACTION PLAN)
Hari, Tanggal : Kamis, 27 Oktober 2016
Waktu : 60 menit
Indikator :
1. Berbahasa sopan dalam berbicara (tidak berteriak)
2. Menghormati yang lebih tua
No. Kegiatan Kegiatan
1. Kegiatan pendahuluan
(15 menit)
Tanya jawab berkaitan dengan cerita
Mengajak menyanyi atau games
Menjelaskan peraturan dalam mendengar cerita
2. Kegiatan Inti
(30 menit)
Menyampaikan cerita “Keluarga Pak Beruang”
dengan alat peraga yang disediakan
Diskusi contoh kasus anak yang berperilaku
kurang sopan
3. Kegiatan penutup
(15 menit)
Menyampaikan kesimpulan atau pesan untuk
diingat anak
Drama untuk mempraktekkan perilaku sopan
santun dengan bimbingan peneliti
pengarahan pada pertemuan selanjutnya
55
RENCANA AKSI (ACTION PLAN)
Hari, Tanggal : Senin, 31 Oktober 2016
Waktu : 60 menit
Indikator :
1. Mau mengalah
2. Tidak mengganggu teman
No. Kegiatan Kegiatan
1. Kegiatan pendahuluan
(15 menit)
Tanya jawab berkaitan dengan cerita
Mengajak menyanyi atau games
Menjelaskan peraturan dalam mendengar cerita
2. Kegiatan Inti
(30 menit)
Menyampaikan cerita “Tupai Usil dan Tidak
Mau Mengalah” dengan alat peraga yang
disediakan
Diskusi contoh kasus anak yang berperilaku
kurang sopan
3. Kegiatan penutup
(15 menit)
Menyampaikan kesimpulan atau pesan untuk
diingat anak
Drama untuk mempraktekkan perilaku sopan
santun dengan bimbingan peneliti
pengarahan pada pertemuan selanjutnya
56
RENCANA AKSI (ACTION PLAN)
Hari, Tanggal : Rabu, 2 November 2016
Waktu : 60 menit
Indikator :
1. Mendengarkan orang tua atau teman berbicara
2. Menghargai teman atau orang lain
No. Kegiatan Kegiatan
1. Kegiatan pendahuluan
(15 menit)
Tanya jawab berkaitan dengan cerita
Mengajak menyanyi atau games
Menjelaskan peraturan dalam mendengar cerita
2. Kegiatan Inti
(30 menit)
Menyampaikan cerita “Pertemanan Monyet dan
Niel” dengan alat peraga yang disediakan
Diskusi contoh kasus anak yang berperilaku
kurang sopan
3. Kegiatan penutup
(15 menit)
Menyampaikan kesimpulan atau pesan untuk
diingat anak
Drama untuk mempraktekkan perilaku sopan
santun dengan bimbingan peneliti
pengarahan pada pertemuan selanjutnya
57
RENCANA AKSI (ACTION PLAN)
Hari, Tanggal : Kamis, 3 November 2016
Waktu : 60 menit
Indikator :
1. Menghormati yang lebih tua
2. Menghargai teman/ orang lain
No. Kegiatan Kegiatan
1. Kegiatan pendahuluan
(15 menit)
Tanya jawab berkaitan dengan cerita
Mengajak menyanyi atau games
Menjelaskan peraturan dalam mendengar cerita
2. Kegiatan Inti
(30 menit)
Menyampaikan cerita “Anak tidak tahu
menghormati” dengan alat peraga yang
disediakan
Diskusi contoh kasus anak yang berperilaku
kurang sopan
3. Kegiatan penutup
(15 menit)
Menyampaikan kesimpulan atau pesan untuk
diingat anak
Drama untuk mempraktekkan perilaku sopan
santun dengan bimbingan peneliti
pengarahan pada pertemuan selanjutnya
58
RENCANA AKSI (ACTION PLAN)
Hari, Tanggal : Senin, 7 November 2016
Waktu : 60 menit
Indikator :
1. Menyayangi yang muda dan menghormati yang lebih tua
2. Mendengarkan dan memperhatikan teman bicara
No. Kegiatan Kegiatan
1. Kegiatan pendahuluan
(15 menit)
Tanya jawab berkaitan dengan cerita
Mengajak menyanyi atau games
Menjelaskan peraturan dalam mendengar cerita
2. Kegiatan Inti
(30 menit)
Menyampaikan cerita “Sayang yang Muda,
Hormati yang Tua” dengan alat peraga yang
disediakan
Diskusi contoh kasus anak yang berperilaku
kurang sopan
3. Kegiatan penutup
(15 menit)
Menyampaikan kesimpulan atau pesan untuk
diingat anak
Drama untuk mempraktekkan perilaku sopan
santun dengan bimbingan peneliti
pengarahan pada pertemuan selanjutnya
59
RENCANA AKSI (ACTION PLAN)
Hari, Tanggal : Rabu, 9 November 2016
Waktu : 60 menit
Indikator :
1. Bersikap ramah
2. Meminta tolong dengan baik
3. Berterima kasih jika memperoleh sesuatu.
4. Berbahasa sopan dalam berbicara (tidak berteriak)
5. Mau mengalah
6. Mendengarkan orang tua/teman berbicara
7. Tidak mengganggu teman
8. Memberi dan membalas salam
9. Menutup mulut dan hidung bila bersin/batuk
10. Menghormati yang lebih tua
11. Menghargai teman/orang lain
12. Mendengarkan dan memperhatikan teman bicara
13. Menyayangi yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua
No. Kegiatan Kegiatan
1. Kegiatan pendahuluan
(15 menit)
Tanya jawab berkaitan dengan cerita
Mengajak menyanyi atau games
Menjelaskan peraturan dalam mendengar cerita
2. Kegiatan Inti
(30 menit)
Menyampaikan cerita “Kelinci dan Teman-
teman” dengan alat peraga yang disediakan
Diskusi contoh kasus anak yang berperilaku
kurang sopan
60
3. Kegiatan penutup
(15 menit)
Menyampaikan kesimpulan atau pesan untuk
diingat anak
Drama untuk mempraktekkan perilaku sopan
santun dengan bimbingan peneliti
pengarahan pada pertemuan selanjutnya
61
RENCANA AKSI (ACTION PLAN)
Hari, Tanggal : Kamis, 10 November 2016
Waktu : 60 menit
Indikator :
1. Bersikap ramah
2. Memberi dan membalas salam
No. Kegiatan Kegiatan
1. Kegiatan pendahuluan
(15 menit)
Tanya jawab berkaitan dengan cerita
Mengajak menyanyi atau games
Menjelaskan peraturan dalam mendengar cerita
2. Kegiatan Inti
(30 menit)
Menyampaikan cerita “Mari Menyapa Kepada
Sesama” dengan alat peraga yang disediakan
Diskusi contoh kasus anak yang berperilaku
kurang sopan
3. Kegiatan penutup
(15 menit)
Menyampaikan kesimpulan atau pesan untuk
diingat anak
Drama untuk mempraktekkan perilaku sopan
santun dengan bimbingan peneliti
pengarahan pada pertemuan selanjutnya
62
RENCANA AKSI (ACTION PLAN)
Hari, Tanggal : Senin, 26 Oktober 2016
Waktu : 60 menit
Indikator :
1. Menghargai teman/orang lain
2. Berbahasa sopan dalam berbicara (tidak berteriak)
No. Kegiatan Kegiatan
1. Kegiatan pendahuluan
(15 menit)
Tanya jawab berkaitan dengan cerita
Mengajak menyanyi atau games
Menjelaskan peraturan dalam mendengar cerita
2. Kegiatan Inti
(30 menit)
Menyampaikan cerita “Jeranya Si Jerapah”
dengan alat peraga yang disediakan
Diskusi contoh kasus anak yang berperilaku
kurang sopan
3. Kegiatan penutup
(15 menit)
Menyampaikan kesimpulan atau pesan untuk
diingat anak
Drama untuk mempraktekkan perilaku sopan
santun dengan bimbingan peneliti
pengarahan pada pertemuan selanjutnya
63
RENCANA AKSI (ACTION PLAN)
Hari, Tanggal : Senin, 26 Oktober 2016
Waktu : 60 menit
Indikator :
1. Bersikap ramah
2. Meminta tolong dengan baik
3. Berterima kasih jika memperoleh sesuatu.
4. Berbahasa sopan dalam berbicara (tidak berteriak)
5. Mau mengalah
6. Mendengarkan orang tua/teman berbicara
7. Tidak mengganggu teman
8. Memberi dan membalas salam
9. Menutup mulut dan hidung bila bersin/batuk
10. Menghormati yang lebih tua
11. Menghargai teman/orang lain
12. Mendengarkan dan memperhatikan teman bicara
13. Menyayangi yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua
No. Kegiatan Kegiatan
1. Kegiatan pendahuluan
(15 menit)
Tanya jawab berkaitan dengan cerita
Mengajak menyanyi atau games
Menjelaskan peraturan dalam mendengar cerita
2. Kegiatan Inti
(30 menit)
Menyampaikan cerita “Kerajaan Sopan Santun
I” dengan alat peraga yang disediakan
Diskusi contoh kasus anak yang berperilaku
kurang sopan
64
3. Kegiatan penutup
(15 menit)
Menyampaikan kesimpulan atau pesan untuk
diingat anak
Drama untuk mempraktekkan perilaku sopan
santun dengan bimbingan peneliti
pengarahan pada pertemuan selanjutnya
65
RENCANA AKSI (ACTION PLAN)
Hari, Tanggal : Senin, 26 Oktober 2016
Waktu : 60 menit
Indikator :
1. Bersikap ramah
2. Meminta tolong dengan baik
3. Berterima kasih jika memperoleh sesuatu.
4. Berbahasa sopan dalam berbicara (tidak berteriak)
5. Mau mengalah
6. Mendengarkan orang tua/teman berbicara
7. Tidak mengganggu teman
8. Memberi dan membalas salam
9. Menutup mulut dan hidung bila bersin/batuk
10. Menghormati yang lebih tua
11. Menghargai teman/orang lain
12. Mendengarkan dan memperhatikan teman bicara
13. Menyayangi yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua
No. Kegiatan Kegiatan
1. Kegiatan pendahuluan
(15 menit)
Tanya jawab berkaitan dengan cerita
Mengajak menyanyi atau games
Menjelaskan peraturan dalam mendengar cerita
2. Kegiatan Inti
(30 menit)
Menyampaikan cerita “Kerajaan Sopan Santun
II” dengan alat peraga yang disediakan
Diskusi contoh kasus anak yang berperilaku
kurang sopan
66
3. Kegiatan penutup
(15 menit)
Menyampaikan kesimpulan atau pesan untuk
diingat anak
Drama untuk mempraktekkan perilaku sopan
santun dengan bimbingan peneliti
pengarahan pada pertemuan selanjutnya
67
LAMPIRAN 2
MATERI SETIAP PERTEMUAN
MATERI PERTEMUAN 1
Hari, tanggal : Senin, 26 Oktober 2016
Indikator :
1. Meminta tolong dengan baik
2. Berterimakasih jika memperoleh sesuatu
3. Menutup mulut dan hidung bila bersin atau batuk
KELUARGA DOLLY
Di sebuah rumah di hutan tinggalah keluarga kodok yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan seorang
anaknya yang bermana Dolly. Dolly merupakan anak yang sopan, saat meminta sesuatu atau
meminta tolong selalu mengucapkan kata tolong sebelumnya. setelah mendapatkan sesuatu, ia
juga mengucapkan terimakasih. Dolly mempunyai 3 teman yaitu Enci, Ruang, dan Bearnard. 3
temannya ini selalu menyuruh-nyuruh Dolly ataupun temannya yang lain. Ketika temannya
menyuruh Dolly, ia tidak mau melakukannya sebelum temannya bisa mengucapkan tolong
terlebih dahulu. dolly menjelaskan hal tersebut kepada temannya, juga mengingatkan temannya
untuk berterimakasih sesudahnya. begitu seterusnya sampai teman Dolly mau melakukan hal
tersebut.
Di hari berikutnya Dolly bermain dengan mereka lagi. Enci si kelinci sedang flu (batuk dan
pilek). Sepanjang bermain Enci selalu batuk-batuk dan bersin, tetapi tidak menutup mulutnya.
Karena hari sudah sore, maka semua anak pulang ke rumah mereka masing-masing. Tibalah
malam hari, saatnya semua binatang tidur dengan nyenyak. Bukannya tidur nyenyak, tetapi
Dolly justru batuk sejadi-jadinya. Ketika mendengar suara anaknya sedang batuk-batuk, ibu
dolly langsung bangun dan mendatangi anaknya. Ibu Dolly bertanya kepada anaknya bagaimana
ia bisa batuk, apakah karena makan makanan tertentu, dan ternyata bukan. Setelah berbincang
lama, akhirnya ditemukan bahwa ia batuk karena tertular dari Enci temannya, karena tidak
menutup mulut dan hiungnya ketika batuk. Ibu Dolly memberitahu anaknya bahwa batuk atau
bersin perlu menutup mulut dan hidung supaya temannya tidak tertular, an jika tidak menutup
68
mulut dan hidung itu juga meruakan hal yang tidak sopan. Sebelum kembali tidur, Ibu Dolly
memberikan anaknya obat batuk, supaya menjadi sembuh.
Hari berikutnya ketika Dolly dan teman-temannya sedang bermain, Ibu dan Ayah Dolly
melihat mereka sedang bermain. Tepatlah waktunya karena Ibu dan Ayah Dolly melihat disaat
Enci batuk begitu saja di depan teman-temannya. Seketika itu Ayah dan Ibu Dolly langsung
menasehati Enci dengan kasih atas perbuatan Enci yang keliru. Enci menyesal dan meminta maaf
kepada teman-temannya. Enci selalu mengingat nasehat yang diberikan Ayah dan Ibu dooly, dan
tidak melakukan hal yang tidak sopan itu lagi.
69
MATERI PERTEMUAN 2
Hari, tanggal : Rabu, 26 Oktober 2016
Indikator :
1. Bersikap ramah
2. Memberi dan membalas salam
KEHIDUPAN KURA DAN KURI
Di sebuah hutan yang sangat indah tinggalah dua kura-kura yang sangat sopan. Yang satu
bernama Kura, dan satu lagi bernama Kuri. Setiap hari ketika bertemu dengan siapapun, mereka
selalu menyapa ataupun memberi salam dengan sangat ramah. Kura dan Kuri mempunyai
banyak tetangga dan teman-teman yang menyukai mereka. Ketika hendak pergi ke sekolah kura
berangkat sendirian dan bertemu dengan temannya si keropi, kodok hijau di jalan maka kura
menyapa dengan melambaikan tangan dengan memanggil namanya. Ketika hampir sampai si
sekolah kura juga bertemu dengan Ibu keropi, kura langsung menjabat tangan Ibu Keropi sambil
mengucap salam. Ibu Keropi juga sangat menyukai kebiasaan kura yang baik ini.
Di jalan yang lain Kuri juga berangkat ke sekolah bersama temannya si kuda kecil yang
bernama Kudi. Sepanjang perjalanan Kudi mengajak Kuri berbincang tanpa henti. Di perjalanan
Kuri dan Kudi bertemu dengan Ibu Kelinci, Kudi tidak memperhatikan dan masih asik berbicara.
Kuri langsung menghampiri Ibu Kelinci, dan menjabat tangan sambil menyapanya. Si Kudi tidak
mau menyapa dan memilih langsung berjalan terus, walaupun ia sudah dipanggil oleh Ibu
Kelinci ia tetap saja tidak mau berhenti hanya menengok dan berjalan kembali tanpa menjawab
sapaan Ibu Kelinci. Kudi menengok sebentar untuk memanggil Kuri, dan mengajaknya untuk
segera berangkat ke sekolah. Lalu mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan ke sekolah.
Siang harinya Kura, Kuri, Kudi, Keropi, dan Kelinci membuat janji untuk bermain bersama
di lapangan saat sore hari nanti. Akhirnya tiba sore hari, mereka semua berangkat menuju
lapangan. Di perjalanan menuju lapangan banyak orang tua sedang duduk-duduk sambil
berbincang. Kura, dan Kuri lewat sambil mengucapkan permisi sambil tersenyum. Anak yang
lainnnya memanggil dan menyapa orang tua yang sedang duduk itu. Berbeda dengan si kudi
yang lewat begitu saja, hanya berjalan tanpa meihat ataupun menyapa dan mengucap permisi.
Namanya dipanggil tetapi Kudi langsung berlari menuju lapangan tanpa menghiraukan panggilan
itu. Orang tua membicarakan ketidaksopanan si Kudi dan berencana untuk memberi tahu anak-
anak mereka agar tidak memperbolehkan bermain dengan si Kudi. Benar saja, semua orang tua
memberi tahu anaknya untuk tidak bermain dengan si Kudi. Kudi menjadi tidak memiliki teman,
karena semua temannya tidak diperbolehkan bermain dengan Kudi.
70
Hari berikutnya karena si Kudi sangat bersedih hati, Kudi pergi ke rumah si Kura dan Kuri.
Kudi menceritakan apa yang terjadi padanya sambil menangis tersedu-sedu. Dengan sabar Kura
dan Kuri mendengar sampai si Kudi selesai berbicara. Setelah itu barulah Kura dan Kuri
memberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Mereka juga memberi nasihat kepada Kudi agar
menjadi anak yang sopan supaya tidak ada lagi orang tua yang melarang anaknya bermain
dengan Kudi. Kudi sangat menyesal untuk perbuatan yang dilakukannya selama ini. Dia berjanji
akan menjadi anak yang sopan supaya tetap bisa memiliki banyak teman, dan bisa disayangi para
orang tua. Si Kudi berterimakasih kepada Kura dan Kuri, lalu pulang kerumahnya. Semenjak
saat itu Kudi menjadi anak yang sopan, memiliki banyak teman, dan disayangi para orang tua.
71
MATERI PERTEMUAN 3
Hari, tanggal : Kamis, 27 Oktober 2016
Indikator :
1. Berbahasa sopan dalam berbicara (tidak berteriak)
2. Menghormati yang lebih tua
KELUARGA PAK BERUANG
Disebuah hutan tinggalah keluarga pak beruang bersama 2 anak kembarnnya yang bernama
beardi dan nardi. Beardi adalah anak yang sangat sopan karena menghormati bapaknya dan
berbicara dengan lembut kepada bapaknya. Sedangkan nardi adalah anak yang suka berteriak-
teriak kepada bapaknya, suka marah-marah dan tidak mau mendengar apa yang dikatakan oleh
bapaknya, karena nardi tidak mau menghormati bapaknya.
Suatu hari pak beruang tidak memiliki uang untuk memasak, kebingungan akan memasak
apa maka pak beruang berjalan di kebun samping rumahnya mencari apa yang bisa dimasak
untuk makan anaknya. Pak beruang menemukan jantung pisang di kebun itu dan memutuskan
untuk memasakkannya untuk anak-anaknya. Lalu pak beruang langsung memasakkannya untuk
kedua anak yang sangat dikasihinya.
Sepulang dari sekolah beardi dan nardi langsung menghampiri dapur, hendak melihat apa
yang dimasak oleh bapak mereka karena mereka sudah kelaparan. Melihat apa yang dimasak
ibunya tersebut, tanpa berpikir panjang langsung marahlah nardi kepada bapaknya. Nardi
berteriak kepada bapaknya, tidak mau memakan masakan tersebut, dan ketika bapaknya
berusaha untuk menjelaskan kondisi keuangannya, tidak mau nardi mendengar bapaknya, dan
langsung pergi meninggalkan bapaknya yang sedang berbicara kepadanya. Bapak beruang
menangis karena merasa sedih karena perlakuan nardi kepadanya. Beardi anaknya yang sopan
langsung menghiburnya supaya bapaknya tidak merasakan sedih yang begitu mendalam. Beardi
mengatakan kepada bapaknya bahwa ia akan memakan sayur yang sudah dimasakkannnya untuk
mereka.
Setelah menghibur bapaknya, beardi menghampiri nardi untuk memberikan nasehat
untuknya. Nardi tentu saja tidak mau mendengarnya, langsung marah-marah dan pergi begitu
saja. Malam telah tiba, saatnya untuk makan malam kembali dengan sayur jantung pisang itu.
Nardi tetap tidak mau memakan sayur itu dan membuang apa yang telah diambilkan bapak nardi
untuknya. Nardi masih tidak sopan karena masih marah-marak kepada bapaknya, dan jika diberi
nasehat langsung pergi begitu saja tidak mendengarkan perkataan bapaknya. Keesokan harinya
ketika hendak berangkat sekolah, nardi berteriak sekonyong-konyongnya karena meminta uang
sakunya diminta untuk diberikan dengan cepat. Ketika akan berangkat ke sekolah, bapaknya
berpesan supaya berangkat dengan hati-hati supaya jangan sampai jatuh di jalan. Karena nardi
72
tidak mau mendengarkan nasehat bapaknya dan langsung berangkat, maka terjatulah ia di tengah
jalan. Baerdimemberikan nasehat untuk saudaranya itu supaya mendengara apa yang dikatakan
bapaknya itu, itu salah satu akibat dari nardi yang tidak mau mendengar perkataan bapaknya.
Hari berikutnya, saat teman dekat nardi berulang tahun, ia berusah berpikir untuk
memberikan apa kepadanya sedangkan ia tidak punya uang sama sekali. Ia berpikir untuk
membuatkan gambar saja supaya bisa memberikan kado tanpa harus mengeluarkan uang untuk
temannya itu. Setelah diberikan gambar itu, temannya tidak menghargai kado dari nardi dan
langsung membuangnya di depannya. Nardi dengan susah payah membuatkan gambar itu
untuknya, tetapi temannya membuang dan menginjaknya hingga rusak sambil mengatakan
bahwa kado pemberian nardi adalah kado yang jelek. Tidak mau mendengar penjelasan nardi
temannya justru berteriak kepadanya dan meninggalakan nardi begitu saja. Nardi menceritakan
semua kejadian tersebut kepada beardi sambil menangis sejadi-jadinya.beardi menasehatinya
dengan mengatakan, bahwa apa yang dirasakannya sama seperti apa yang dirasakan bapaknya
ketika diperlakukan tidak dopan olehnya. Nardi sangat menyesal mendengar perkataan beardi
kepadanya. Lalu nardi meminta maaf kepada bapaknya, dan tidak berbuat seperti itu lagi.
73
MATERI PERTEMUAN 4
Hari, tanggal : Senin, 31 Oktober 2016
Indikator :
1. Mau mengalah
2. Tidak mengganggu teman
TUPAI USIL DAN TIDAK MAU MENGALAH
Ada seorang anak bernama si tupai tingglah di hutan bersama hewan-hewan yang lain. Si
tupai ini selalu merasa yang paling jagoan diantara teman-temannya. Ia juga merasa akan
menjadi pemenang di dalam segala hal, dan suka berteriak-teriak kepada temannya ketika
bermain, dan mengganggu temannya. Ia selalu mengganggu temannya, sampai banyak orang tua
yang memarahinya karena perbuatannya mengganggu banyak orang. Temannya tidak pernah
membalas, apa yang dilakukan kepada mereka.
Ketika ada temannya yang sedang mengerjakan pr maka tupai mengganggu dengan
mengganggu dengan mengusilinya, tujuannya supaya temannnya tidak mengerjakan pr dan mau
bermain dengannya. Orang tua temannya selalu memarahinya akan perbuatannya tersebut, tetapi
si tupai tidak kapok juga dan memilih mengulanginya terus.
Jika ada hewan-hewan kecil berjalan di depan si tupai, ia selalu melemparinya dengan
sandalnya, atau menendangnya begitu saja. Suatu ketika ada ayam yang dilempari batu
dengannya, ayam itu mencakari wajahnya hingga semua mukannya terluka.
Keesokan harinya, teman-temannya membuat rencana untuk membuat kapok si tupai, tidak
tahan melihat perbuatannya mengganggu banyak temannya. Teman-temannya berencana untuk
mengganggu si tupai saat mengerjakan pr, supaya si tupai tidak mengerjakan dan akhirnya
dimarahi oleh gurunya. Sebelum melaksanakan rencana mereka, terlebih dahulu mereka
mengerjakan pr mereka. Akhirnya pr si tupai terbengkalai dan tidak dikerjakannya. Benar saja si
tupai dimarahi habis-habisan oleh gurunya.
Berbeda lagi dengan kondisi di rumahnya. Si tupai mempunyai seorang adik yang tidak
disayanginya. Si tupai juga tidak mau mengalah kepada adiknya tersebut, jika adik si tupai
diberikan segala sesuatu dari orang tuanya. Si tupai selalu iri kepada adiknya dan merebut apa
yang dimiliki oleh adiknya tanpa diketahui oleh orang tuanya. Karena adiknya masih kecil, si
adinya sering memukul si tupai, bukannya mengalah tetapi justru tupai membalas perbuatan
74
adiknya. Teman-teman tupai mengetahui hal tersebut dan merencanakan untuk melaporkan hal
tesebut kepada ibu dan ayahnya. Sampai akhirnya benar dilakukan oleh teman-temannya kepada
si tupai, tupai dimarahi oleh orang tuanya hingga menjadi ketakutan. Tupai disuruh meminta
maaf dan tidak melakukan lagi perbuatan-perbuatan tersebut. Jika sampai si tupai melakukannya
lagi maka orang tuanya akan memberikan hukuman kepadanya.
75
MATERI PERTEMUAN 5
Hari, tanggal : Rabu, 2 November 2016
Indikator : (bukan cerita sopan santun)
KUPU-KUPU DAN LABA-LABA PEKERJA KERAS
Suatu hari yang indah kupu kupu terbang kesana kemari di sebuah taman bunga yang indah.
Si kupu kupu sangat senang sekali hinggap dari satu bunga ke bunga yang lain. Pada suatu ketika
si kupu kupu bertemu dengan seekor laba-laba yang sedang membuat jaring.
Kupu-kupu : "Hai laba-laba..selamat pagi, sedang apa kamu" kata si kupu kupu menegur si
laba laba yang Laba-laba: "Halo juga kupu-kupu, aku sedang membuat jaring nih"( sedang asik
membuat jaring)
Kupu-kupu : "Wah besar juga jaring mu, pasti tangkapan kamu banyak malam nanti"
Laba-laba : "Ah tidak juga kupu, kadang aku buat jaring besar, tak satupun nyamuk atau
serangga lain yang hinggap di jaringku, kalau kamu pasti tidak akan pernah kekurangan madu
yang kau hisap dari bunga bunga itu ya?"
Kupu-kupu : "Tidak juga kok laba-laba, kadang kalau bunga itu sudah gugur maka akupun
kehilangan makanan ku, dan kadang aku harus terbang jauh untuk mencari bunga lain yang lebih
segar"
(kupu merasa sedih sebab sebentar lagi akan datang musim panas dan semua bunga pasti akan
layu)
Laba-laba : "Oke deh kupu, aku akan melanjutkan membuat jaringnya, sebentar lagi hari
akan gelap juga". Kata si laba laba menyegerakan pekerjaannya.
Lalu keduanya berpisah dan melanjutkan aktifitasnya kembali dan hari semakin sore menjelang
malam.
Setelah selesai membuat jaringnya laba-laba merasa lelah dan juga lapar. Laba-laba berusaha
mencari nyamuk yang akan lengket dalam jaringnya, ternyata tidak satupun yang tersangkut di
jaringnya. Laba-laba tidak patah semangat, dia berusaha membuat sarang-sarang yang baru dan
menunggu nyamuk tersangkut di sarangnya. Akhirnya laba-laba mendapatkan nayamuk
tersangkut di sarangnya dan menghisap nyamuk tersebut sampai kenyang.
Berbeda tempat dengan kupu-kupu yang bisa menghisapi madu yang terdapat di bung ataman.
Tapi akhirnya datang musim gugur, sedangkan banyak bunga-bunga yang berguguran. Kupu-
kupu sampai lelah mencari bunga yang belum gugur. Lalu bertemulah kupu-kupu dengan laba-
76
laba, lalu menceritakan keadaanya. Laba-laba menasihati kupu-kupu agar tidak patah semangat
mencari bunga, supaya perutnya bisa kenyang. Kupu-kupu tidak atah semangat, dan terus
mencari Bunga yang belum berguguran, dan akhirnya mendapatkannya.
77
MATERI PERTEMUAN 6
Hari, tanggal : Kamis, 3 November 2016
Indikator :
1. Mendengarkan orang tua atau teman berbicara
2. Menghargai teman atau orang lain
PERTEMANAN MONYET DAN NIEL
Hiduplah si monyet, anak yang tidak sopan karena tidak bisa mendengarkan orang lain yang
berbicara kepadanya. Saat orang tua berbicara kepadanya monyet selalu menyela dan tidak mau
mendengarkan , karena hobinya yang suka berbicara sendiri. Begitu pula saat sedang bersama
teman-temannya, ia juga tidak pernah bisa mendengar dengan baik, selalu asyik untuk
mengobrol sendiri. Ketika ditanyai tidak pernah mendengar dengan baik dan akhirnya tidak
menjawab.
Si monyet berteman dengan si niel, kuda nil yang sama juga tidak sopan sepertinya. Si niel
tidak bisa menghargai orang lain, kareena suka memukul temannya atau menendang temannya,
mengejek, dan suka memilih-milih teman ketika bermain. Seringnya si niel dan si monyet
bermain bersama, hal itu membuat teman-temannya tidak suka. Ada teman mereka yang
bernama si doggy, anak yang sopan kepada orang lain. Doggy sering memperingatkan niel dan
mnyet supaya menjadi anak yang sopan, ketika berbuat tidak sopan, tetapi tetaplah sama karena
mereka tidak mau mendengarkannya.
Suatu ketika si monyet yang tidak bisa mendengarkan oranglain berbicara diberitahu oleh
ibunya dan temannya tentang suatu hal yang sangat penting. Ibu dan teman-temannya memberi
tahu bahwa di jalan ada lubang yang sangat besar dan sangat dalam, dan jika jatuh di sana tidak
mungkin bisa keluar lagi. Tetapi ada satu jalan keluar yang sangat gelap bisa mengantarkan
menuju jalan keluar, hingga selamat. Karena tidak mendengar ibu dan temannya, monyet benar-
benar jatuh ke lubang itu dan tidak bisa keluar. Monyet berusaha keluar hingga menangis
tersedu-sedu. Sewaktu menangis monyet juga mengingat-ingat apa yang dikatakan ibu dan
teman-temannya, tentang jalan keluar, monyet tidak sanggup mengingatnya. Monyet bahkan
sangat menyesal karena tidak mau mendengarkan orang lain, akhirnya ia sendiri yang menjadi
menyesal.
78
Karena hari semakin larut dan monyet belum pulang juga maka ibunya segera mencari
monyet. Ibunya khawatir kalau-kalau monyet benar jatuh ke dalam lubang tersebut. Sementara
monyet ketakutan di dalam lubang itu yang semakin gelap, ibunya sibuk mencari monyet berada
di mana. Ibunya mencari monyet di dalam lubang itu, karena sudah gelap maka si monyet tidak
terlihat di dalam lubang itu. Ketika dipanggil akhirnya monyet mendengarnya, dan berteriak
bahwa ia ada di dalam lubang tersebut. Ibunya menuntun monyet hingga bisa keluar dari lubang
itu. Monyet menangis karena menyesal atas perbuatan tidak sopannya dan senang karena sudah
selamat dari lubang tersebut. Dari kejadian itu, maka monyet menyesal dan tidakn mengulangi
perbuatan tidak sopannya.
Berbeda lagi dengan si niel, yang masih suka mengejek, memukul temannya, dan memilih-
milih teman. Ia masih menjadi anak yang tidak sopan. Menyet memberi tahu dia supaya menjadi
anak yang sopan, begitu pula dengan doggy yang memberi tahunya tetapi tdak di dengarnya
nasehatnya. Doggy adalah teman yang sangat disukai oleh niel, maka doggy berusaha
menasehati temannya itu. Doggy dan monyet berusaha memberi tahu niel supaya bisa berubah,
dan jika niel tidak berubah maka mereka berdua tidak mau berteman lagi dengannya. Maka
benar, niel tidak berubah dan mereka berdua tidak mau berteman dengannya.
Niel tidak punya teman lagi untuk berbagi sesuatu, tidak punya teman lagi yang
menolongnya saat kesusahan, bahkan temannya semua juga menjauhinya karena tidak sopannya.
Karena sedih tidak memiliki siapa-siapa niel berusaha meminta maaf dan berubah menjadi
sopan. Niel berusaha sungguh-sungguh untuk tidak memukul temannya, tidak mengejek
temannya, dan berusaha untuk berteman dengan siapapun. Setelah susah payah, maka ia berhasil
untuk berubah menjadi anak yang sopan. Monyet dan niel kembali beteman lagi dengannya, dan
teman-temannya yang lain juga pelan-pelan mau berteman dengannya. Sekarang ini temannya
begitu banyak, niel sangat bahagia begitu pula dengan teman-temannya yang lain.
79
MATERI PERTEMUAN 7
Hari, tanggal : Jumat, 4 November 2016
Indikator :
1. Menghargai teman/ orang lain
a. Cerita Film:
Ada seorang anak yang tidak sopan karena suka menyuruh teman seenaknya, tidak bisa
meminta ijin jika mau memakan makanan orang atau memakai barang orang, lalu dimasukkan
ke asrama teladan. Di asrama teladan semua anaknya adalah anak yang sopan, maka mereka
sangat tidak suka dengan kebiasaan anak yang tidak sopan itu. Mereka semua menyusun
rencana untuk menakuti anak itu dengan ‘hantu sopan santun’. Anak tersebut ketakutan dan
diberi tahu bahwa hantu tersebut akan menakuti anak-anak yang tidak sopan. Setelah kejadian
tersebut anak itu menjadi anak yang sopan karena teman-temannya juga memberi tahu
bagaimana menjadi anak yang sopan.
b. Materi Tanya Jawab:
1. Si Monyet melewati kerumunan orang berkumpul, lalu ia hanya menoleh sambil tidak
berkata apa-apa lalu begitu saja melanjutkan perjalanan (sopan atau tidak?)
2. Si Panda melihat temannya di sebrang jalan, lalu melambaikan tangannya sambil
berkata “halllooo” (sopan atau tidak?)
3. Kuda Nil berkata kepada ibunya sambil berteriak-teriak, dan membentak ibunya
(sopan atau tidak?)
4. Si Kelinci melihat temannya terjatuh dan menertawakannya dengan keras (sopan atau
tidak?)
5. Si Beruang bermain dengan temannya, lalu meminta temannya mengambilkan
kelerengnya dengan mengucapkan “tolong” sebelumnya, ketika sudah diambilkan juga
mengucapkan “terimakasih” sesudahnya (sopan atau tidak?)
6. Si Kura-kura sakit flu dan bersin-bersin di depan teman-temannya tanpa menutup
mulut dan hidungnya (sopan atau tidak?)
7. Si Kodok diajak bicara arang tuanya tetap tidak mendengar malah berbicara sendiri
dan pergi begitu saja (sopan atau tidak?)
80
MATERI PERTEMUAN 8
Hari, tanggal : Senin, 7 November 2016
Indikator :
1. Menyayangi yang muda dan menghormati yang lebih tua
2. Mendengarkan dan memperhatikan teman bicara
SAYANG YANG MUDA HORMATI YANG TUA
Hiduplah sebuah keluarga beruang yang terdiri dari Ibu Beruang yang sudah ditinggal mati
suaminya dan ketiga anaknya, yaitu Riko, Jojo, dan Jejen. Riko anak pertamanya adalah anak
yang tidak sopan, ia suka sekali merebut mainan milik adiknya, memukul adiknya, membuat
adiknya menangis, dan lain sebagainya. Jika adiknya akan mengikuti Riko bermain maka
adiknya akan diusir atau dibentak-bentak hingga menangis. Saat diberi sesuatupun Riko tidak
mau berbagi, dan lebih memilih untuk menggunakannya untuknya sendiri. Sedangkan dengan
Ibunya Riko juga selalu tidak sopan. Mulai dari meminta uang yang harus diberi, membentak
atau berteriak kepada Ibunya, tidak pernah mau membantu ibunya, dan masih banyak lagi.
Brbeda dengan Jojo dan jejen yang sayang sekali kepada kakaknya si Riko. Mereka selalu
membantu Riko saat susah, mau berbagi segala hal kepada kakaknya.
Suatu ketika, karena tidak mau mendengar Ibunya, Riko bermain ke hutan yang sangat jauh
hingga akhirnya ia tersesat di hutan yang rimbun. Ia tidak dapat menemukan jalan pulang, hingga
malam, dan ia terus menangis karena ketakutan banyak binatang buas yang berkeliaran. Ibu dan
adik-adiknya mencari Riko, tidak ditemukan akhirnya mereka pulang dengan bersedih hati.
Adik-adiknya dan ibunya terus berdoa supaya kakaknya, Riko bisa segera ditemukan. Karena
Riko tidak bisa pulang dan belum ditemukan oleh keluarganya, Riko hidup di hutan selama satu
minggu sendirian, ketakutan binatang buas, dan mencari makan dengan susah payah karena tidak
ada binatang lain yang membantunya. Selama di hutan sendirian itu, Riko jadi mengingat semua
rasa sayang diberikan adik-adikya dan oleh Ibunya. Jika akhirnya nanti Riko bisa pulang, ia
berjanji kepada dirinya sendiri akan berhenti menjadi anak yang tidak sopan kepada adik-adik
atau kepada Ibunya. Ia menyesal menjadi anak yang tidak menghormati orang tua, dan tidak
menyanyangi adik-adiknya. Ibunya dan Jojo-jejen terus mencari Riko, sampai akhirnya bisa
ditemukan. Riko meminta maaf kepada akik-adik dan Ibunya, Riko juga berjanji untuk menjadi
anak yang sopan, karena Riko sangat ketakutan jika harus berpisah seperti yang sudah
dirasakannya itu kembali. Maka akhirnya keluarga beruang hidup berbahagia, kerena anaknya
yang tidak sopan sudah menjadi anak yang sopan dan baik.
81
MATERI PERTEMUAN 9
Hari, tanggal : Rabu, 9 November 2016
Indikator :
1. Bersikap ramah
2. Meminta tolong dengan baik
3. Berterima kasih jika memperoleh sesuatu.
4. Berbahasa sopan dalam berbicara (tidak berteriak)
5. Mau mengalah
6. Mendengarkan orang tua/teman berbicara
7. Tidak mengganggu teman
8. Memberi dan membalas salam
9. Menutup mulut dan hidung bila bersin/batuk
10. Menghormati yang lebih tua
11. Menghargai teman/orang lain
12. Mendengarkan dan memperhatikan teman bicara
13. Menyayangi yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua
KELINCI DAN TEMAN-TEMAN
Hiduplah si Kelinci bersama keluarganya dengan sangat bahagia. kelinci suka sekali menyapa
dimanapun dia berada. kepada bapak, ibunya juga ia selalu menyapa entah itu selamat pagi,
siang, sore, ataupun malam. jika ada sekerumunan orang yang akan dilewatinya, tak lupa kelinci
mengucapkan permisi terlebih dahulu. tidak pernah kelinci seenaknya menyerobot kerumunan
orang yang sedang antri. oleh karena itulah orang tuanya sangat menyayanginya. begitupula
dengan tetangga-tetangganya pula, yang juga sangat menyukai kelinci. ketika melihat kelinci
kesusahan maka dengan senang hati mereka menolongnya, karena keramahannya pula dan
sikapnya yang menghargai orang lain.
berbeda lagi dengan kumpulan anak-anak yang tidak sopan lainnya. mereka suka sekali
mengejek teman-temannya, menertawakan saat temannya terjatuh, suka berbicara kotor dan
berbicara dengan membentak. tetangga mereka juga sering membicarakan ketidak sopanan
mereka, juga sering memarahi anak-anak tersebut karena sedang bersikap tidak sopan.
suatu ketika anak-anak ini mengajak kelinci untuk bermain bersama. pada awalnya kelinci suka
sekali memberi nasehat kepada teman-temannya untuk tidak berbuat kurang sopan lagi. lambat
laun kelinci justru kelelahan untuk memberi tahu dan justru ikut menjadi anak yang tidak sopan.
orang tua dan tetangganya menjadi sering memarahi kelinci dan memberi hukuman padanya.
82
pada suatu ketika mereka bermain gerobak dorong bersama, sambil tertawa dan berteriak-teriak
mengganggu orang lain. Mereka tidak memperhatikan jalan hingga jalan yang berlubang besar
langsung diterjang mereka. seketika itu gerobak mereka rusak, mereka bersamaan jatuh ke dalam
lubang. banyak sekali orang yang melihat mereka tetapi tidak mau memberi pertolongan. mereka
tidak mau menlong karena perilaku mereka yang tidak sopan kepada orang banyak. keluarga
keinci melihat dan langsung menolongnya dari lubang. tubuh mereka banyak yang lecet-lecet
akibat tergores. mereka sumua menceritakan kepada orang tua kelinci tentang tidak ada orang
yang mau menolong mereka. bapak ibu kelinci menasehati, bahwa semua itu akibat perilaku
mereka yang tidak sopan. ada diantara mereka yang bertanya “berarti jika kita tidak sopan, orang
tidak mau menolong saat kita kesusahan?”. “iya donk.”, jawab bapak kelinci, sambil meneruskan
nasehatnya supaya mereka menjadi anak yang sopan. mereka sekarang ini sering bermain di
rumah kelinci, banyak diberi nasehat dan contoh perilaku sopan. sekarang ini mereka sudah
berubah menjadi anak yang sopan. banyak tetangga yang menyukai mereka, dan mereka semakin
banyak mempunyai teman.
83
MATERI PERTEMUAN 10
Hari, tanggal : Kamis, 10 November 2016
Indikator :
1. Bersikap ramah (senyum, dan menyapa)
a. Cerita Film:
Ada anak laki-laki yang malas menyapa orang ketika bertemu di jalan. Pagi itu ia
sedang lari pagi bersema dua orang teman perempuannya. Karena berjalan tidak
memandang ke depan maka ia terjatuh menabrak dua teman laki-lakinya, dan merekapun
terjatuh bertiga. Dua teman perempuannya membantu mereka, sedangn guru mereka
sedang berada di situ untuk berolah raga pula. Benar saja, melihat kejadian itu gurunya
langsung memberi nasehat, dan tidak lupa menasehati supaya dia mau menyapa orang
lain saat bertemu di manapun.
Setelah diberi nasehat, anak laki-laki yang jarang menyapa ini menjadi berubah sopan.
Setiap bertemu orang selalu menyapa, dan ia merasakan dampak baik ketika ia mulai
menyapa orang yang ditemuinya. Orang-orang menjadi bersikap baik dan ramah pula
kepadanya.
b. Materi Pertanyaan:
1. Jika ada kerumunan orang berkumpul, lalu kita lewat di depan orang-orang itu apa
yang harus dilakukan?
2. Saat ada orang lain di depan kita jatuh, apa yang harus kita lakukan?
3. Ada orang tuamu sedang duduk di karpet, kamu ingin duduk di kursi atas orang
tuamu, apa yang harus kamu lakukan?
4. Kalau kamu bertemu di jalan, apa yang harus kamu lakukan?
5. Ada temanmu sendirian duduk di depan rumahnya, kamu bermain bersama teman-
temanmu, apa yang harus kamu lakukan?
6. Saat kamu flu (bersin dan batuk), ada orang banyak di depanmu, apa yang harus
kamu lakukan?
7. Kamu punya mainan yang sangat kamu sukai, kamu sering bermain dengan mainan
itu. Suatu saat adikmu akan meminjam mainanmu, apa yang harus kamu lakukan?
8. Jika ada orang memanggil namamu, memberi salam kepadamu, apa yang harus
kamu lakukan?
84
9. Saat ada orang tua atau teman bicara kepadamu apa yang harus kamu lakukan?
10. Ada temanmu tidur, kamu bermain di luar rumahnya, bagaimana caramu untuk
bermain di luar rumahnya?
11. Temanmu sedang mengerjakan PR di rumahnya, kamu ingin bermain dengannya,
apa yang harus kamu lakukan?
85
MATERI PERTEMUAN 11
Hari, tanggal : Senin, 14 November 2016
Indikator :
1. Menghargai teman/orang lain
2. Berbahasa sopan dalam berbicara (tidak berteriak)
JERANYA SI JERAPAH
Di sebuah hutan yang ramai dengan banyak sekali binatang, hiduplah mereka saling
menghormati satu di antara yang lain. Di sana mereka saling memuji satu di antara yang lan.
Mereka tidak pernah mengejek teman-teman mereka, juga berbicara dengan sopan kepada
mereka, tidak membentak-bentak satu diantara yang lain. Mereka hidup bersama saling
menolong satu diantara yang lain yang merasakan kesusahan.
Suatu ketika datanglah satu binatang baru, datang dari hutan yang sangat jauh, namanya si
jerapah. Ia selalu berkata kotor, membentak teman-temannya, dan suka mengejek setiap kali
bertemu dengan bintang yang lain. Ada satu binatang yang berkata kepadanya, bahwa jika
sikapnya masih seperti itu kepada orang lain maka ia akan menjadi bisu, dan akan bersusah
payah mengembalikan keadaannya seperti dahulu.
Karena tidak percaya, jerapah tetap saja berbuat seperti biasanya. Ia mengejek orang lain,
berbicara dengan berteriak, dan membentak-bentak binatang yang lain. Baru dia selesai
membentak binatang lain, datanglah petir yang sangat besar beserta suara yang datangnya dari
langit bahwa ia akan menjadi bisu dan bisa pulih kembali saat ia sudah meminta maaf kepada
semua binatang yang sudah disakitinya. Benarlah jika jerapah menjadi bisu, dan tidak bisa
berbicara lagi.
Karena ia ingat suara itu yang mengatakan bahwa suaranya kembali ketika ia sudah meminta
maaf kepada semua binatang yang disakitinya. Ia berusaha mencari semua binatang yang
isakitinya untuk meminta maaf. Berbagai cara ia lakukan untuk dapat meminta maaf, dan sampai
semua binatang memaafkannya, bahkan ia mencari semua binatang itu sampai ke hutan yang
jauh, karena binatang-binatang itu sudah berpindah tempat. Ketika ia sudah selesai meminta
maaf kepada semua binatang yang disakitinya, maka suaranya kembali muncul dan perlahan
kembali seperti yang dulu. Begitulah caranya si jerapah menjadi anak yang sopan.
86
MATERI PERTEMUAN 12
Hari, tanggal : Kamis, 17 November 2016
Indikator :
1. Bersikap ramah
2. Meminta tolong dengan baik
3. Berterima kasih jika memperoleh sesuatu.
4. Berbahasa sopan dalam berbicara (tidak berteriak)
5. Mau mengalah
6. Mendengarkan orang tua/teman berbicara
7. Tidak mengganggu teman
8. Memberi dan membalas salam
9. Menutup mulut dan hidung bila bersin/batuk
10. Menghormati yang lebih tua
11. Menghargai teman/orang lain
12. Mendengarkan dan memperhatikan teman bicara
13. Menyayangi yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua
KERAJAAN SOPAN SANTUN I
Di sebuah kerajaan sopan santun, ada istana megah yang ditinggali raja beserta rakyatnya
yang sangat bahagia. Raja itu adalah si macan agung yang sangat sopan, dan dicintai semua
rakyatnya. Raja bisa memberikan contoh sopan santun kepada rakyat-rakyatnya. Mulai dari
menghormati orang tuanya, menyayangi semua keluarganya, menghargai rakyatnya pula baik itu
yang miskin, hingga yang memakai baju sejelek apapun juga raja macan menghargainya. Semua
rakyat menyayangi raja macan itu oleh karena sikapnya yang seperti itu. Di negri yang sangat
besar itu ada sebuah peraturan, jika ada rakyatnya yang berbuat tidak sopan, maka raja akan
memenjarakan mereka. Ada beberapa binatang yang berbuat tidak sopan, untuk itulah mereka
dipenjarakan.
Raja macan sering berjalan-jalan di hutuan tempat rakyatnya tinggal. Raja berkata-kata
sopan dengan selalu mengucapkan permisi, mendengar oerang lain yang sedang berbicara, dan
sangat ramah kepada rakyatnya. Jika raja berjalan-jalan rakyatnya banyak yang menawarkan
untuk datang ke rumah mereka. Walaupun kotor, tidak besar, makanan yang diseediakan tidak
87
mewah, raja tetap mau menghargai mereka, bahkan menunjukkan jika sang raja sangat senang
dengan undangan tersebut.
Tahun berganti dengan tahun yang baru, raja menjadi semakin tua dan juga sakit-sakitan.
Banyak keluarga raja dan rakyatnya menjadi sangat sedih karenanya. Keluarga raja
mengumumkan untuk mencari raja yang baru bagi kerajaan sopan santun itu. Tentu saja raja
yang pintar yang dicari, yang raja yang adil, dan terutama pasti harus sopan santun perilakunya.
Ada beberapa calon raja yang sudah dipilih rakyat. Yaitu sang gajah, sang kambing, sang
sapi, dan yang lainnya. Dari beberapa pilihan itu, dipilihlah dua yang paling pitar diantaranya
yaitu sang gajah dan sang sapi. Mereka berdua pintar dan sopan pastinya, makanya mereka
terpilih diantara beberapa kandidat yang lain.
Ketika melihat keseharian mereka di rumah baarulah diketahui bahwa si gajah tidak benar-
benar binatang yang sopan. Gajah berpura-pura menjadi sopan agar dapat menjadi raja yang
baru. Tidak ada yang mengetahui hal ini kecuali keluarga gajah sendiri. Keluarga gajah diancam
agar itdak memberitahukan hal itu kepada siapapun, jika ada diantara mereka yang
memberitahukan hal tesebut gajah akan memukul mereka. Karena mereka takut kepada gajah
maka tidak ada yang membocorkan hal tersebut kepada siapapun.
Ada pengawas hebat yang dipilih raja untuk mengawasi gajah dan sapi, supaya benar
mengetahui mana yang lebih sopan diantara mereka. Ternyata pengawas tersebut tetap tidak
mengetahui hal tersebut, dan mengatakan sapid an gajah adalah binatang yang sopan. Dari sapi
dan gajah, ternyata benar saja gajahlah yang terpilih menjadi rajanya di kerajaan sopan santun
itu. Gajah terpilih karena diketahui lebih pintar dari sapi, karena yang mereka ketahui bahwa
keduanya sopan. Semua rakyat sangat senang, tetapi berbeda dengan keluarga gajah yang sangat
sedih atas hal tersebut. Diadakanlah banyak pesta untuk merayakan dipihnya raja baru di
kerajaan sopan santun. (bersambung . . .)
88
MATERI PERTEMUAN 13
Hari, tanggal : Jumat, 18 November 2016
Indikator :
1. Bersikap ramah
2. Meminta tolong dengan baik
3. Berterima kasih jika memperoleh sesuatu.
4. Berbahasa sopan dalam berbicara (tidak berteriak)
5. Mau mengalah
6. Mendengarkan orang tua/teman berbicara
7. Tidak mengganggu teman
8. Memberi dan membalas salam
9. Menutup mulut dan hidung bila bersin/batuk
10. Menghormati yang lebih tua
11. Menghargai teman/orang lain
12. Mendengarkan dan memperhatikan teman bicara
13. Menyayangi yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua
KERAJAAN SOPAN SANTUN II
Ada pengawas raja yang sampai di rumah keluarga gajah dan mengetahui perbuatan si gajah.
Tetapi gajah mengetahui hal tersebut dan akan menghukum sang pengawas. Sang pengawas
pergi dari situ dan melarikan diri ke rumah sang sapi, dan bersembunyi di sana. Pengawas
menceritakan perbuatan si gajah kepada si sapi, maka si sapi sangat sedih mendengarkannya.
Mengetahui akan hal itu maka sapi dan sang pengawas mencari cara untuk menjebak sang
gajah.
Lain halnya dengan si gajah, yang tetap saja berbuat tidak sopan kepada saudara-saudaranya.
Karea keluarga si gajah sudah diajak ke istana, maka susahlah sapid an pengawas bisa menemui
keluarga si gajah.
Keluarga si gajah ternyata tidak kuat dengan perbuatan si gajah, saudara gajah pergi dari
kerajaan sopan santun dan pergi mencari si sapi. Akhirnya bertemulah meraka, si sapi, sang
pengawas, dan saudara si gajah untuk membicarakan ketidak sopanan si gajah. Lain dari hal
89
tersebut, si gajah mengumumkan bahwa si sapi, si pengawas, dan saudara gajah yang pergi tidak
boleh memasuki kerajaan sopan santun lagi, gajah takut jika koohongannya bisa terbongkar.
Semua rakyat mematuhi hal tersebut begitu pula prajurit kerajaan sopan santun.
Karena belum tahu akan hal tersebut mereka bertiga mencoba masuk ke kerajaan supaya
bisa membongkar kebohogan dari si gajah, tetapi tidak berhasil masuk ke kerajaan. Si sapi
mempunyai cara untuk menyamar, supaya bisa masuk ke istina. Akhirnya sapi bisa masuk istana
hingga bertemu raja macan yang terbaring sakit. Mereka bertiga menceritakan semua ketidak
sopanan si gajah, dan menyuruh raja untuk menyelidiki hal tersebut.
Raja macan menyuruh untuk pengawasnya menyelidiki hal tersebut, dan benar ditemukan
jika gajah adalah binatang yang tidak sopan. Keluarga macan tidak menyetujui si gajah menjadi
raja yang baru. Keluarga gajah juga sebenarnya tidak suka akan keputusan itu, gajah menjadi raja
yang baru. Akhirnya gajah dipenjarakan karena menjadi binatang tidak sopan dan sudah
membohongi seluruh kerajaan sopan santun. Si sapi yang sopan santun dinobatkan menjadi raja
kerajaan sopan santun yang baru. Raja sapi menjadi raja yang sama seperti raja macan, raja sapi
menjadi sangat disayangi oleh rakyatnya karena merupakan raja yang sopan. Semua rakyat hidup
bahagia dan rakyatnya juga tetap menjadi rakyat yang sopan pula. Memang penting menjadi
pintar tapi perlu diingat bahwa sopan santun tidak kalah penting dari hal yang lain.
90
LAMPIRAN 3
HASIL WAWANCARA
No. Wawancara
1. Senin, 31 Okt 2016
P : “Dhe, lha pie Da Dhe? Wes seminggu ngrungokke cerito ono perubahanne pora
Dhe?”
P : “Dhe, bagaimana Da Dhe? Selama satu minggu ini sudah mendengar cerita ada
perubahannya atau tidak?”
N : “wes rodok ora ngeyel og, lumayan me, daripada biasane kae”
N : “sudah lumayan menurut sekarang daripada biasanya itu”
P : “oooooo”
P : “oooooo”
N : “leg mau geli meneh koe, mosok adine loro ilho dikipasi, leg kroso adem yo
dikemuli og, pie koe kon ra geli?”
N : “kalau tadi kamu pasti tertawa, masak adiknya sakit dikipas-kipas, trus merasa
dingin ya diselimuti, bagaimana kamu tidak tertawa?”
P : “hahahahahahaha”
P : “hahahahahahaha”
N : “adine angel lho padahal yo jeh gelem nunggoni og, gematimen batinku”
N : “adiknya susah padahal itu, kok yam au menunggui, perhatian sekali dalam
hatiku”
P : “hahahahaha, yo iyo tho dhe, berarti ono malehe ya Dhe?”
P : “hahahahaha, ya iya Dhe, beratti ada berubahnya ya Dhe?”
N : “hhhmm kandani og, koe khi pie. Nek mangkat sekolah ngono kae khi nggoleki
aku sek, pamit saikhi, ra teko nggeblas wae”
N : “hhhmm diberi tahu kok, kamu itu bagaimana. Kalau berangkat sekolah begitu itu
mencari saya dulu, pamit sekarang, tidak langsung pergi begitu saja”
P : “ooooo, mudeng ya Dhe?”
P : “ooooo, paham ya Dhe?”
N : “ho’o, ngipasi adine, ngemuli barang kui aku geli ok”
91
N : “iya, mengipas-ngipas adiknya, menyelimuti juga itu saya tertawa”
P : “hehehehe”
P : “hehehehe”
N : “lha saikhi khi nek esok meh mangkat sekolah ngono khi langsung menyat adus,
ra nganggo ita itu sek, leg ndang tandang siap-siap dewe lek’an”
N : “nah kalau pagi itu mau berangkat sekolah langsung berangkat mandi, tidak pakai
ini itu dulu, langsung bersiap-siap sendiri dia”
P : “hahaha, lha pintermen Dhe”
P : “hahaha, kok pintar sekali dhe”
N : “aq we gumun og, nggenahmen ilho”
N : “saya saja heran, kok bisa baik begitu”
P : “hehehehe iya tho Dhe.”
P : “hehehehe iya Dhe”
N : “lha sesok dino opo meneh?”
N : “nah kalu besok hari apa lagi?”
P : “dino senin Dhe, engko senin, rebo, mbek kemis. Tolong elingke cah-cah ya Dhe”
P : “hari senin Dhe, nanti senin, rabu, dan kamis. Tolong ingatkan anak-anak ya Dhe”
N : “ya, tag kandanane, tag kon’e mangkat”
N : “ya, nanti saya beri tahu, untuk berangkat”
P : “uwes dhe, ngono sek wae ya, makasih lho Dhe, minggu depan aku takon ngene
meneh ya Dhe?”
P : “sudah Dhe, begitu dulu saja, makasih ya Dhe, minggu depan saya tanya seperti
ini lagi ya Dhe?”
N : “he’em”
N : “iya”
Mengetahui, Peneliti
Narasumber Melia Novita S.
Keterangan:
N: Nenek Da
P: Peneliti
92
2. Selasa, 1 Nov 2016
P : “mbak, meh takon perkembangane Ar”
P : “mbak, mau tanya perkembangannya Ar”
I : “yooo”
I : “yaaa”
P : “mbak, selama seminggu wingi wes tak ceritani ono perubahane neng Ar pora
mbak?, opo tetep podo wae koyo biasa-biasa ne? Opo ono kejadian-kejadian khusus
sing Ar dadi muni terimakasih, dadi ra bengok-bengok, opo dadi ra ngeyelan? Opo
tetep podo wae raono perubahan mbak? ”
P : “mbak, satu minggu kamarin saya sudah bercerita, ada perubahan pada Ar atau
tidak? Apa tetap seperti biasanya? Apa ada kejadian-kejadian khusus, yang Ar
menjadi bisa mengatakan terimakasih, menjadi tidak berbicara berteriak, atau
menjadi menurut? Atau tetap seperti biasa tidak ada perubahan mbak?”
I : “yoo dek’nen yo ngono thok kui ik, ora tau, yo mangkat sekolah yo salaman”
I : “anaknya memang hanya seperti itu, jika berangkat sekolah ya memberi salam.”
P : “he’em, neg kui memang ket mbieyen ok ya mbak ya? Memang wes salim ok
yo?”
P : “iya, kalau itu memang dari dulu ya mbak, sudah memberi salam?”
I : “ho’o, eee opo jenengane lek trimakasih marai yo arang dikei ok ya. Umpamane
minta uang jajan, trus opo neh yaa?”
I : “kalau berterimakasih memang dia jarang diberi sesuatu. Seumpama jika meminta
uang jajan, apa lagi ya?”
B : “sing jelas kan jarang sosialisasi mbek wong tuane ya, pendak dino tinggal lungo,
tinggal dodol, esuk mangkat sekolah ngono khi awane wes jarang ketemu.”
B : “yang jelas anaknya jarang sosialisasi dengan orang tuanya, setiap hari ditinggal
pergi untuk berjualan, pagi sudah berangkat sekolah dan siang jarang bertemu.”
I : “bocahe wes dolan, nek ketemu mbengi ngene khi we nek durung turu”
I : “anaknya sudah pergi bermain, jika malam bisa bertemu jika belum tidur”
P : “wingi khi dhe Pn ngene mbak muni ngene ‘kae Ar kae yo ra patek ngeyelan ik’
ngono”
P : “kemarin itu dhe Pn mengatakan jika Ar lumayan menurut”
93
I : “he’em wes ra patek ngeyel saikhi”
I : “iya sudah lumayan menurut”
B : “de’en kesehariane memang wes rak ngeyel ok me”
B : “dia kesehariannya memang sudah tidak membangkang.”
P : “ooo wes memang koyo ngono kui ok yo mas? Maksud e wes ngerti nek
dikandani, mudeng ngono memangan. Wingi kae khi mbak semiggu khi nganu tak
ceritani tentang nganu meminta tolong dengan baik, terus berterimakasih saat
menerima sesuatu, menutup hidung saat batuk pilek.”
P : “oo memang sudah seperti itu ya mas? Maksudnya sudah paham jika diberi tahu.
Kemarin itu selama seminggu saya cerita tentang meminta tolong dengan baik,
terus berterimakasih saat menerima sesuatu, menutup hidung saat batuk pilek.”
I : “lha yo de’e ra watuk ra pilek yo deknen kan yo ra nganu”
I : “dia kan memang tidak sedang batuk pilek”
P “ho’o, trus sing hari ke dua ramah, menyapa nek ketemu wong, trus”
P : “iya, dan hari yang kedua ramah, menyapa jika bertemu seseorang, trus”
I : “lha dek’nen khi yo nek ketemu wong ngono khi yo ngundang.”
I : “nah dia itu juga menyapa jika bertemu seseorang”
P : “ho’o, trus memberi dan membalas salam, misale diundang yo nyauri”
P : “iya, trus memberi dan membalas salam, misalnya menjawab jika dipanggil”
I : “nak de’e ket ndisik apik iki, nek mbek kancane yo dijajakke ngono khi”
I : “kalau dia dari dulu baik dia, kalau dengan temannya ya mentraktir”
P : “reti berbagi ngono khi yo mbak yo?”
P : “tahu berbagi begitu ya mbak?”
I : “he’e nek ngono khi de’e rasah diajari wes reti ok, koncone ran de duit yo ayo tak
jajakke yo”
I : “iya kalau tentang hal itu dia tidak perlu diajari sudah tahu, ketika temannya tidak
punya uang ya ayo aku traktir”
P : “mmm, trus sing ke telu khi menghormati orang yang lebih tua, trus khi berbicara
sopan ora mbek mbengok-mbengok ngono kae lho mbak, nek ngomong khi yo alus.
Wes ngono kui. Lek wingi senin khi ceritane tentang nganu mau mengalah mbek
tidak menggangu teman, sesok meneh ceritane khi bedha-bedha ngono khi lho
94
mbak. Lha kui khi ceritane berdampak mbek bocahe opo bocahe podo wae tetep
koyosing mbiyen opo ono perubahan?”
P : “mmm lalu yang ketigamenghormati yang lebih tua, lalu berbicara sopan tidak
berteriak-teriak itu lho mbak, berbicara dengan halus. Sudah, begitu itu. Sedangkan
kemarin senin bercerita tentang mau mengalah dan tidak mengganggu teman, besok
lagi ceritanya berbea-beda. Nah itu ceritanya berdampak tidak pada anaknya apa
sama saja seperti yang dulu tidak ada perubahan?”
I : “ho’o rodok ngalah de’e saikhi”
I : “iya, agak bisa mengalah dia sekarang”
P : “nganu mbak, harine khi senin, rebo mbek kemis, pasti kui. Engko hari sabtu nek
ra hari minggu aku mrene takon mbak ning sing koyo ngene khi”
P : “kalau harinya senin, rabu, dan kamis. Nanti hari sabtu atau minggu saya kesini
bertanya seperti ini lagi”
I : “oo yaa”
I : “oo yaa”
P : “wingi kae neng kali kae takundang, le ayo le, ayo wes jam empat, oiyo de’e muni
ngono saline langsung dicangking”
P : “kemarin itu waktu mandi di kali saya panggil, ayo le sudah jam empat. Oiya, dia
bilang begitu sembari membawa baju gantinya”
I : “he’em”
I : “iya”
P : “ngono khi bocahe yo langsung bali ok mbak”
P : “begitu itu anaknya langsung mau pulang lho mbak”
I : “dadi cah kui khi es ndue tanggung jawab”
I : “jadi anak itu sudah tahu tanggung jawab”
P : “he’em tanggung jawab. Yowes mbak, terimakasih ya mbak, tak neng nggone
mbak ani khi njajal bocahe pie”
P : “iya bertanggung jawab. Ya sudah saya ke rumah mbak ani dulu mbak mau tanya
perkembangan anaknya dulu
I : “yaa.”
I : “yaa.”
95
Mengetahui, Peneliti
Narasumber Melia Novita S.
3. 6 November 2016
P : “pie perkembangane cah-cah Dhe? Wingi kae opo dhe lorone?”
P : “bagaimana perkembangan anak-anak Dhe? Kemarin itu sakit apa?”
N : “panas, ngelu, weteng loro”
N : “panas, pusing, sakit perut”
P : “nopo yo, opo kleru maem?”
P : “kenapa ya Dhe? Apa salah makan?
N : “mbuhh, obate entek, mari”
N : “gak tahu, obatnya habis, jadi sembuh”
P : “ooo, priksa ndi Dhe?”
P : “ooo, periksa dimana Dhe?”
N : “rumah sakit wingi.”
N : “rumah sakit kemarin”
P : “mmm”
P : “mmm”
N : “fathan wingi kae yo jalukke obat kene”
N : “fathan kemarin juga dimintakkan obatnya ini”
P : “ooo, yo mari Dhe?”
P : “oo juga sembuh ya dhe?”
N : “he’emm”
N : “he’emm”
P : “yo nek ra cuacane tho Dhe. Pie Dhe perkembangane Da dhe?”
Keterangan:
I: Ibu Ar
B: Bapak Ar
P: Peneliti
96
P : “ya kalau tidak karena cuaca Dhe. Bagaimana perkembangan Da Dhe?”
N : “ngeyelnya masih nek kae, nek dikongkon gelem, manut, kon nyapu kon opo
manut. Nek wes nesu mbegegek ngono khi lho”
N : “membangkangnya masih kalau dia, tapi jika disuruh mau, menurut, disuruh
menyapu atau apapun mau. Jika marah ya diam saja tidak bisa diapa-apakan”
P : “mmmm, lha nek Pa Dhe?”
P : “mmmm, kalau Pa Dhe?”
N : “Pa gemati, nek kui no nek njaluk kekarepan kan wes watak ket mbien, dadi wes
raiso nganu. Neng ra ngeyel, ra patek wes’an ra patek mbekengkeng. Nek maune
noo”
N : “Pa sayang dengan adeknya, kalau dia meminta sesuatu harus dituruti sudah watak
dari dulu, jadi tidak bisa berubah. Tapi sikap membangkangnya sudah berkurang.
Kalau dulunya ya begitu.”
P : “mmm, dhe kenik ono dhe? Meh takon Sa?”
P : “mmm, Dhe Kenik ada dhe? Mau tanya Sa?”
N : “ono ning mburi, he’em”
N : “ada di belakang, iya”
P : “neg adus pie Dhe?”
P : “kalau tentang mandi bagaimana Dhe?”
N : “neg adus yo saiki ora patek nganu, maune kan sui ndadak nganu va nganu, ora
leren kan mesthi hayub-hayuben, lek menyat. Maune kan ora ndadak dolanan HP
sek”
N : “kalau mandi sekarang sudah mudah anaknya, tadinya yang ini itu dulu. Paling
kalau sekarang hanya diam sebentar, lalu langsung mandi. Tadinya masih yang
bermain HP dulu.”
P : “khi kurang rong minggu neh khi Dhe, wingi kae pas do ra mangkat kae tak
kandani engko yen absene kebak di ke’i hadiah mbak dome le makane mangkat
terus”
P : “ini pertemuannya kurang dua minggu lagi Dhe, kemarin waktu dia tidak
berangkat saya beri tahu jika presensinya penuh akan diberi hadih, makannya harus
berangkat terus ya”
97
N : “ho’o wingi kae ngomong yen Ar, Da meh dikei hadiah mbak dome kabeh”
N : “iya kemarin itu bicara bahwa Ar, Da, mau diberi hadiah semua”
P : “ooo hehehehe, penghargaanne bocah barang ilho Dhe, wes gelem mangkat.
Fathan kan berarti melu sing seminggu kae thok tho Dhe.”
P : “ooo hehehehe,sebagai penghargaan anak pula dhe, sudah mau berangkat.Fathan
berarti juga ikut hanya yang seminggu kemarin itu Dhe.”
N : “Lha masuk angin kui tho.”
N : “Karena sakit itu kan.”
P : “ho’o dhe, seminggu tho dhe berarti lorone”
P : “iya Dhe, sakitnya berarti seminggu itu kan”
N : “Podho iki, eehh sek iki”
N : “ya sama ini, eeehhh duluan ini”
P : “Ho’o sek Ai tho dhe, wong dhe Pn wingi kae cerita. Lha ngene khi cah’e gek
opo khi Dhe?”
P : “iya, duluan Ai dhe, kan dhe Pn keimarin cerita. Nah ini anaknya sedang apa
Dhe?”
N : “sopo?”
N : “siapa?”
P : “Da. Dolan dhe?”
P : “Da. Pergi bermain dhe?”
N : “Da? Ho’o dolan”
N : “Da? Iya pergi bermain”
P : “rasah entuk melu mbak okta sek ya Dhe, gen tak ceritani sek ya Dhe?”
P : “jangan boleh ikut mb okta dulu ya Dhe, biar saya beri cerita dulu ya Dhe?”
N : “lho kui cah kui neng kene terus ok, melu kono pie, melu kono we ra gelem ok”
N : “nah anak itu disini terus, ikut kesana bagaimana, ikut kesana saja tidak mau”
P : “ooo hehehe”
P : “ooo hehehe”
N : “yen sekolah rono, njaluk sangu thok, bali rene meneh”
N : “jika ke sekolah kesana, hanya minta uang saku, pulang kesini lagi”
P : “ooo”
98
P : “ooo”
N : “engko yen ora bali rene ngono, jam loro mesthi wes tekan kene”
N : “nanti jika tidak pulang kesini, jam dua nanti pasti sudah sampai sini”
P : “hehehehehe, nek rono berarti gur dolan thok?”
P : “hehehehehe, kalau kesana berate hanya main saja?”
N : “njaluk sangu sekolah thok”
N : “hanya minta uang saku untuk sekolah saja”
P : “oooo. Lha mbak ning neng ngomah pora yo Dhe?”
P : “oooo. Kalau mbak ning dirumah tidak ya Dhe?
N : “ono, takono kono”
N : “ada, silahkan tanya sana”
P : “ya, tag rono sek we yo Dhe”
P : “ya, saya kesana dulu saja ya Dhe”
N : “yooo”
N : “yaaa”
P : “makasih lho Dhe, monggo Pak Nn.”
P : “trimakasih ya Dhe, mari pak Nn.”
N : “yaaa”
N : “yaaa”
K : “he’em”
K : “he’em”
Mengetahui, Peneliti
Narasumber Melia Novita S.
Keterangan:
N: Nenek Da
K: Kakek Da
P: Peneliti
99
4. 6 November 2016
P : “pie mbak Ar mbak?”
P : “bagaimana, Ar mbak?”
N : “ono perkembangane pora? Biasane ngeyel pora lek saikhi pie? Nek adus
langsung menyat pora?”
N : “ada perkembangan atau tidak? Biasanya menurut atau tidak kalau sekarang
bagaimana? Kalau mandi langsung mau atau tidak?”
I : “ho’o nek adus no yo teko adus”
I : “iya kalau mandi langsung mau mandi”
N : “maksud e khi ono kacek’e pora ngono lho?”
N : “maksudnya itu ada lumayannya atau tidak, begitu?”
I : “ono tanggung jawab e”
I : “ada tanggung jawabnya”
P : “hehehehehehe”
P : “hehehehehehe”
I : “trus pie me?”
I : “trus bagaimana?”
P : “yo kui mau mbak, yo maksud e pie nek neng ngomah ngono khi
perkembangane?”
P : “ya itu tadi mbak, maksudnya bagaimana kalau di rumah perkembangannya?”
I : “buk ke’i duite, ngono cah kui”
I : “buk minta uangnya, begitu kalau anak itu”
P : “hehehe”
P : “hehehe”
B : “njajane jek teruss cah kui khi”
B : “jajannya masih terus kalau anak itu”
P : “mergone kui ok mbak, nek aku ceritane tentang sopan santun, kabeh khi dadi
tentang sopan santu, orak mbengok-mbengok mbek wong tuane, permisi nek liwat”
P : “karena kalau saya kan ceritannya tentang sopan santun, semuanya jadi tentang
sopan santun, tidak berteriak-teriak kepada orang tuanya, permisi ketika mau lewat”
N : “neg biasane omong mbengok kui khi ono owahe pora?”
100
N : “kalau biasanya berbicara berteriak sekarang ada perubahannya atau tidak?”
I : “yowes, pokoke wes mending-mending lahh timbang biasane”
I : “ya sudah, pokoknya sudah lumayan lah daripada biasanya”
P : “iki tenan pora iki mbak? Mending tenan opo ora iki?”
P : “ini benar tidak mbak? Sudah mendingan betul atau tidak?”
B : “nek de’en seko segi kebiasaan kan ora terlalu nakal tho”
B : “kalau dia dari segi kebiasaan kan memang tidak terlalu nakal kan”
I : “nak biasane dikon nak tangi teko tangi, saiki gelem nganggo pakaian dewe,
nganggo sepatu dewe”
I : “sekarang bangun tidur disuruh bangun langsung bangun, sekarang memakai
pakaian sendiri, memakai sepatu sendiri”
N : “karo adine ra patek menyiksa saiki”
N : “kalau dengan adiknya tidak begitu usil sekarang”
B : “nek mbek adine jeh sok lahh”
B : “kalau dengan adiknya masih lah terkadang”
I : “yoo ijeh sok rebutan lahh, rasa nganune durung ono. Yo ono, tapi seko mudenge
khi durung mudeng banget ngono khi”
I : “ya masih sering berebut lahh, rasa mengalahnya belum terlalu muncul.”
B : “lha nek cah sak mono kan penalarane jeh kurang”
B : “kalau nak umur segitu kan penalarannya masih kurang”
N : “Pa perkembangane, adikne loro we dikipasi, di lus-lus. Mau we ulang taun
diucapi, nek maune kan koe ngerti dewe tho?”
N : “kalau Pa perkembangannya, jika adiknya sakait dikipas-kipas, di pijat-pijat. Tadi
saja berulang tahun diberi ucapan, tadinya kalian tahu sendiri kan?”
B : “lha nek kui kan yo wes gedhe”
B : “kalau dia kan sudah besar”
P : “cah sak mene khi wes iso diajari mas, wes iso nangkap moral mas, umur patang
tahun we wes isoh”
P : “anak umur segitu sudah bisa diajari mas, sudah bisa menangkap moral, umur
empat tahun sudah bisa”
B : “mmmmm, isohhh, ho’o”
101
B : “mmmmm, isohh, ho’o”
N : “Ar mau khi mau corone melu sisan pesta ulang tahune Ai khi mau, lek pestane
khi mau nggo sego jagung ngono ik, hehehe. Do ngucapi ngono khi mbek Da Pa Ar
barang, geli aku”
N : “Ar tadi itu caranya ikut perta ulang tahunnya Ai tadi, trus pestanya dengan nasi
jagung, hehehe. Semuanya mengucapkan selamat ulang tahun, Da, Pa, Ar juga,
lucu saya itu melihat”
P : “yowes ngono sek we mbak, sesok meneh ya, minggu sesokke neh”
P : “yasudah begitu dulu saja mbak, besok minggu depan lagi ya”
I : “he’em, yaaa”
I : “iya, ya”
P : “jeh rong minggu neh, ikhi wes mayan”
P : “masih dua minggu lagi, ini sudah lumayan”
I : “yaaa”
P : “yaaa”
Mengetahui, Peneliti
Narasumber Melia Novita S.
5. Minggu, 13 Nov 2016
P : “cah-cah pie Dhe? Jeh podo wingi?”
P : “anak-anak bagaimana Dhe? Masih seperti yang kemarin?”
N : “nek njaluk opo ngono khi, buk ti aku njaluk iki ya?, durung ono durung payu,
ngono khi yo meneng wae leg lungo, biasane ngono khi mbegegek”
Keterangan:
I: Ibu Ar
B: Bapak Ar
N: Nenek Da
P: Peneliti
102
N : “kalau minta sesuatu itu, buk ti aku minta yang ini ya?, belum ada belum laku,
belum ada belum laku, kalau begitu ya diam langsung pergi, kalau biasanya belum
diberi ya hanya berdiri diam tidak mau pergi.
P : “oo berarti wes reti yo Dhe, pagerten ngono khi tho Dhe”
P : “oo berarti sudah tahu ya Dhe, pengertian begitu ya Dhe?”
N : “he’em, nek nembung ngono khi to, ti maem ti, njipuk dewe, jangane neng ndi?,
yo neng kono tho. Neng yo kui maeme saiki uakihh”
N : “iya, ketika minta makan, saya suruh ambil sendiri juga mau hanya bertanya
sayurnya berada di mana. Tapi ya itu makannya sekarang sangat banyak”
P : “hehehe nek jajan ngono khi yo njaluk dhe Pn?”
P : “hehehe kalau jajan begitu minta uang Dhe Pn?”
N : “nek nde duit seko ibune kekne aku”
N : “kalau uang dari ibunya diberikan kepada saya”
P : “mmm.”
P : “mmm.”
N : “nyo buk titip, ngono nek kethok uwes jajan pindo ping telu ngono khi leg, ues ok
buk aku ra njaluk meneh”
N : “ini buk saya nitip, kalau dia sudah jajan dua sampai tiga kali begitu, bilang sudah
buk saya tidak minta lagi”
P : “mayan berarti ya Dhe, nek diandani”
P : “lumayan berarti ya Dhe, jika diberi tahu”
N : “he’em. Jeh kurang ping piro tho?”
N : “iya, masih kurang berapa kali lagi?”
P : “ping telu. Dhe, sesok khi nek tak kei hadiah khi neng ngomah wae yak’e
yo…nek neng kono khi kethoke pie”
P : “tiga kali dhe, besok itu jika saya beri hadiah dirumah saja mungkin ya? Kalau di
sini kelihatannya bagaimana”
N : “neng ngomah wae, lak yo mung Ar kui karo Da tho?”
N : “di rumah saja, kan hanya Ar dan Da kan?”
P : “kabeh, kabeh ok dhe. Ho’o kabeh, lha wong podo kabeh tho Dhe, tur neh yo
cedak kabeh, yo sak sedulur, beda-beda ndak nganu.”
103
P : “semua Dhe. Ya semua, kan sama saja semua Dhe, lagibula dekat semua, dan
saudaraan juga, nanti bissa menimbulkan masalah kalau tidak.”
N : “he’em.”
N : “iya.”
P : “sok sing terakhir aku teko sing kertase koyo sing centang-centang kae ya Dhe.”
P : “besok yang terakhir saya datang pakai kertas yang centang-centang itu ya Dhe.”
N : “he’em. Wingi kae meh tak potong ra gelem, aku muni sisan kono kon motong
ibumu kono, nek tag potong khi ra gelem.”
N : “iya. Kemarin itu mau saya potong rambutnya tidak mu, saya bilang saja saya
suruh ibunya yang memotong rambutnya jika tidak mau.”
P : “hehehehehe.”
P : “hehehehehe.”
N : “saiki lak wes bagus tak cukur dewe, ibuk’e omong jare yo bagus ok.”
N : “sekaarang ini kan sudah ganteng saya potong sendiri, ibunya berkata juga
katanya menjadi ganteng.”
P : “hhhmmm”
P : “hhhmmm”
N : “kui cah kui khi mesakhe ok, pie mangan yo turu ngono khi yo mangkat menyat
dewe raono le ngarahke pie-pie ok, yo mesakhe tho”
N : “anak itu kasihan, bagaimana, makan juga tidur ya dengan sendirinya tidak ada
yang mengarahkan ini dan itu, kan ya kasihan”
P : “iyo tho Dhe.”
P : “iya Dhe.”
N : “lha nek aku ngopeni cah telu yo abot tho me, lek mbok ne yo ratau ngek’i duit
ok, piye.”
N : “kalau saya merawat anak tiga ya berat kan, ditambah lagi ibunya tidak pernah
memberi uang itu bagaimana.”
P : “iyo Dhe.”
P : “iya Dhe.”
N : “Aku yo mesti abot anakku, wong mbokne we yo ra nggagas anake ok.”
N : “Saya ya pasti berat hati di anak saya, orang tuanya sendiri tidak pernah peduikan
104
anaknya.”
P : “hehehe.”
P : “hehehe.”
N : “abot anak timbang putu me, lha pie wong podo wae jane, lha neng mbokne kui
mau nehh.”
N : “lebih memihak anak daripada cucu saya, sebenarnya ya sama saja, karena ibunya
itu tadi.”
P : “iya Dhe.”
P : “iya Dhe.”
N : “hhheeeemmmm”
N : “hhheeeemmmm”
P : “hehehehe. Kui mau ya dhe perkembangane cah-cah?”
P : “hehehehe. Itu tadi ya dhe perkembangannya anak-anak?”
N : “iyo me.”
N : “iya me.”
P : “yowes, makasih ya Dhe. Khi aku tak nginguk mbak ning sek ya Dhe wes bali po
durung, takon Ar piye.”
P : “yasudah, trimakasih ya dhe. Saya mau menengok mbak ning dulu sudah pulang
atau belum, mau tanya Ar bagaimana.”
N : “yaa me, neg raono neng pasar paling, kulak’an. Ar khi yo wes mayan, ra
ngganggu adine koyo biasane me.”
N : “yaa me, jika tidak ada kemungkinan besar ke pasar. Ar itu juga sudah lumayan,
tidak mengganggu adiknya seperti sebelum-sebelumnya.”
P : “iyo yo Dhe?”
P : “iya, ya dhe?”
N : “ho’o. Njajal tilikono me, wong arang neng ngomah”
N : “iya, coba saja tengok di rumahnya karena memang jarang di rumah”
P : “ya Dhe, makasih Dhe.”
P : “ya Dhe, makasih Dhe.”
105
Mengetahui, Peneliti
Narasumber Melia Novita S.
6. Minggu, 13 Nov 2016
P : “mbah, ajeng tanglet perkembangane Ar.”
P : “mbah, mau tanya tentang perkembangan Ar.”
M : “nggihhh.”
M : “ya.”
P : “pripun mbah, taseh ngeyelan nopo mboten mbah?”
P : “bagaimana mbah, masih tidak menurut atau tidak mbah?”
M : “niku? Nek ngeyel no saben ndino niku.”
M : “anak itu? Kalau tidak menurut ya setiap hari itu.”
Ar : “iiihhhh ora ding.”
Ar : “iiihhhh, tidak benar itu.”
P : “hehehe, wes mayan ya le ya?”
P : “hehehe, sudah agak mendingan kog ya?”
M : “nggihh, ngeyel niku”
M : “ya, tidak menurut itu”
P : “berarti percuma le kula ceritani neg mboten wonten perkembangane?”
P : “berarti percuma juga saya bercerita kalau tidak ada perubahannya?”
M : “nggih wong niku ngeyel og, tasih ngeyel niku, tasih wani. Hehehe”
M : “iya, itu masih membangkang, tidka menurut itu. Masih berani. Hehehe”
P : hehehehe, lha niki mbak ning ting pundi mbah?”
P : “hehehehe, lha ini mbak ning dimana mbah?”
Keterangan:
N: Nenek Da
P: Peneliti
106
M : “ting pasar.”
M : “di pasar.”
P : “oo ting pasar, wangsule jam pinten mbah?”
P : “oo di pasar, pulang jam berapa mbah?”
M : “jam pitu paling”
M : “jam tuju mungkin”
P : “nek kulak’an yah keten tho?”
P : “kalau membeli bahan jam segini?”
M : “nggih tho, kalih nagihi”
M : “iya, sambil menagih uang-uang”
P : “ooo, pie Rul adek ono perkembangane ra?”
P : “ooo, bagaimana Rul adik ada perkembangan atau tidak?”
KP : “hhhmmm tetep koyo biasa ok hhee”
KP : “hhhmamm tetap seperti biasanya, hhee”
P : “ooo tetep koyo biasa. Lha kae pas thok terke kae Rul? Thok terke mrono kae sing
ngongkon sopo? Ibuk? Opo koe dewe?”
P : “oo tetap seperti biasa. Nah waktu itu kamu antar kan? Itu yang menyuruh ibuk?
Atau kemauan kamu sendiri?”
KP : “sing endi tho?”
KP : “yang mana ya?”
P : “sing udan-udan thok terke kae?”
P : “yang hujan kamu anatar itu?”
KP : “aku.”
KP : “saya.”
P : “ooo yawes engko ngenteni ibuk wae ya pas pulang tak takon ibuk wae. Nggih
mpun mbah kulo wangsul mangkih mawon mriki malih.”
P : “ooo ya sudah nanti tunggu ibuk pulang saja. Saya pulang dulu mbah, nanti ke sini
lagi saja.”
M : “nggihh, mangkih nek ning wangsul mawon”
M : “ya, nanti kalau ning pulang saja”
P : “nggihh, pareng mbah”
107
P : “ya, mari mbah”
Mengetahui, Peneliti
Narasumber Melia Novita S.
7. Minggu, 13 Nov 2016
P : “kulanuwun”
P : “permisi”
I : “yaaaa”
I : “yaaaa”
P : “pie mbak? Cah-cah?”
P : “bagaimana mbak? Anak-anak?”
I : “de’e wes biasa ngono kui lahh pokoke me, yo perubahane ra nganu, yo
pokokmen normal-normal wae”
I : “dia ya seperti biasa itu lahh pokoknya, ya perubahannya ya itu, pokoknya dia
normal-normal saja”
P : “yo suk pas terakhir-terakhir tag takoni nggo sing centang-centang ya tidak kae
wae ya mbak?”
P : “ya besuk waktu terakhir-terakhir saya tanya dengan centang ya tidak itu saja ya
mbak?”
I : “ya, ra popo, he’e.”
I : “ya, tidak apa-apa.”
P : “esuk nek mangkat mbak ning jam piro tho?”
P : “mbak ning kalau pagi berangkat jam berapa?”
I : “esuk? Nak esuk? Mangkat nang ndi?”
I : “pagi? Kalau pagi? Berangkat ke mana?”
Keterangan:
M: Mbah Ar
KP: Kakak Perempuan Ar
P: Peneliti
108
P : “ya ngene khi tho dodol-dodol ngene khi tho?”
P : “ya berjualan begini ini?”
I : “nak dodol sampe jam songo jam sepuluh lahh.”
I : “kalau berjualan samapi jam sembilan sepuluh lah.”
P : “tangi jam piro mbak?”
P : “bangun jam berapa mbak?”
I : “tangi jam papat.”
I : “bangun jam empat.”
P : “mmm, berarti engko ra ketemu cah-cah ya mbak?”
P : “mmm, berarti nanti tidak bertemu anak-anak ya mbak?”
I : “he’em.”
I : “iya.”
P : “nek ketemu yah mene iki?”
P : “kalau ketemu jam segini ini?”
I : “he’em, delok ngene khi, awan engko yo ketemu”
I : “iya, sebentar jam segini ini, siang juga ketemu”
P : “kurang ping telu thok ok mbak.”
P : “ini kurang tiga kali saja mbak.”
I : “he’em. Yowes mending-mending ora nakal ngono khi tho, wes reti mudeng
jadwal ngono khi tho, nganu wayahe adus ngono khi tho mangkat sekoleh wes ra
koyo wingi-wingi kae kan kudhu nganu nganu nganu, saiki ora. Saikhi we ayo
mandi lek adus, yoo. Nek njaluk duit y owes ra ngoyok, nek mbiyen buk kei duite
ngene ngene ngene.”
I : “ya. Ya sudah mendingan anaknya tidak nakal begitu, sudah paham tentang
jadwal, saatnya mandi pagi bersiap ke sekolah ya langsung mandi tidak pakai ini itu
seperti sebelumnya. Jika meminta uang juga tidak harus dituruti langsung, kalau
dulu ya harus.”
P : “mmm pinter berarti, raentuk ngeyel-ngeyel mbek ibuk ya le?”
P : “mmm pinter berarti, tidak boleh tidak menurut dengan ibuk ya?”
Ar : “hehehehe.”
Ar : “hehehehe.”
109
P : “cah-cah kerep-kerep ditakoni mbak, nek bali sekolah ngono khi, sekolahe mau
pie, ngono khi lho mbak.”
P : “anak-anak sering ditanyai ya mbak, tentang sokolahnya tadi bagaimana, begitu
itu mbak.”
I : “he’em. Nek ikhi, ca, ahh aku raentuk nak minta uang mbek ibuk raentuk marah-
marah saiki, nak ca malah muni ngono”
I : “iya. Kalau ca ini bilang kalau sekarang tidak boleh minta uang dengan marah-
marah kepada ibuk, ca bilang seperti itu”
P : “hehehe, mudeng ya mbak ca malahan”
P : “hehehe, justru paham ya mbak kalau ca”
I : “lha nek ca kan gek umur patang tahun.”
I : “kalau ca kan masih umur empat tahun.”
P : “mbak, nek umur patang tahun khi wes isoh diajari moral mbak.”
P : “mbak, kalu umur empat tahun itu sudah bisa diajarkan moral mbak.”
I : “he’em.”
I : “iya.”
P : “dadi misal aku ben ndino cerita ngono isoh mudeng isoh maleh mbak.”
P : “jadi kalau setiap hari saya bercerita ya bisa paham, bisa berubah mbak.”
I : “he’em.”
I : “iya.”
P : “nek cah cilik khi sregep ngandani, yo bocahe isoh manut mbak.”
P : “kalau anak kecil mau rajin menasehati, ya anaknya bisa jadi penurut mbak.”
I : “he’em ncen ngono kui.”
I : “iya memang begitu itu.”
P : “aku khi yo sok ndeloke nek cah-cah gek dolan ngono khi mbak.”
P : “saya itu sering melihat juga saat anak-anak sedang bermain mbak.”
I : “he’em, de’e khi nak nakal nganu khi ora”
I : “iya, kalau dia itu nakal begitu itu tidak”
P : “dadi khi perubahane sithik-sithik ngono khi, ora ngeyel ngono khi yo mayan ok
mbak”
P : “jadi perubahan itu sedikit-sedikit begitu itu, tidak membangkang begitu itu ya
110
sudah lumayan mbak”
I : “he’em.”
I : “iya.”
P : “memang perubahan banget ngono khi ora memang, tapi sithik-sithik ra popo
mbak.”
P : “memang perubahan yang sampai sangat itu memang tidak, tapi sedikit-sedikit ya
tidak apa-apa mbak.”
I : “he’em.”
I : “iya.”
P : “ehh, mbak nek ngaji rampung jam piro mbak?”
P : “ehh, mbak kalau mengaji selesai jam berapa mbak?”
I : “ngaji rampunge jam 5.”
I : “mengaji pulang jam 5.”
P : “ihh, ceritane jam papat ik?”
P : “ihh, ceritanya jam empat itu?”
I : “yo wes ben engko jam papat de’e wes ben rono, kui neng omahmu?”
I : “ya sudah nanti jam empat biar ke sana, itu ke rumahmu?”
P : “neng nggone mbak erni.”
P : “di rumah mbak erni.”
I : “oo yo gen rono sesok.”
I : “oo ya biar besok kesana.”
P : “yowes mbak, makasih ya.”
P : “ya sudah mbak, makasih ya.”
I : “he’em.”
I : “iya.”
Keterangan:
I: Ibu Ar
P: Peneliti
111
Mengetahui, Peneliti
Narasumber Melia Novita S.
112
LAMPIRAN 4
HASIL CEKLIS BUTIR AMATAN
PERILAKU SOPAN SANTUN, ANAK USIA 5-6 TAHUN
SEBELUM TINDAKAN AKSI
INDIKATOR
(BUTIR AMATAN)
Da
(6 Th)
Ar
(6 Th)
YA
(1)
TIDAK
(0)
YA
(1)
TIDAK
(0)
1. Anak dapat menyapa orang lain sambil tersenyum
2. Anak sapat mengucapkan permisi ketika melewati
kerumunan orang
3. Anak dapat mengatakan “tolong” ketika meminta
suatu bantuan
4. Anak dapat mengucapkan “terimakasih” jika
memperoleh sesuatu dari orang lain
5. Anak dapat bertanya atau menjawab pertanyaan
dengan tidak berteriak
6. Anak dapat menahan marah ketika mainan
diambil oleh temannya
7. Anak tidak membalas ketika temannya memukul
8. Anak mampu menahan bicara saat orang tua/
teman sedang berbicara
9. Anak menjawab pertanyaan yang diberikan orang
tua/ teman
10. Anak dapat mengecilkan volume suaranya saat
temannya mengerjakan sesuatu
11. Anak tidak melakukan kontak fisik saat temannya
mengerjakan sesuatu
12. Anak dapat mengucapkan salam ketika bertemu
113
dengan orang lain
13. Anak dapat menjawab salam yang diberikan
orang lain
14. Anak dapat menutup mulutnya saat sedang bersin/
batuk
15. Anak dapat berbicara dengan tidak membentak/
berteriak kepada orang yang lebih tua
16. Anak dapat mendengar dan memperhatikan saat
orang yang lebih tua berbicara
17. Anak mampu mengajak teman/ orang lain yang
didekatnya untuk bermain bersama
18. Anak tidak melakukan kontak fisik (memukul/
menendang) kepada orang lain
19. Anak tidak menyela teman yang sedang berbicara
20. Anak tidak mengejek temannya
21. Anak meresPni dengan menjawab/ dengan
melakukan apa yang temannya bicarakan
22. Anak mau berbagi mainan dengn teman yang
lebih muda
23. Anak dapat berbicara dengan lemah lembut atau
tidak membentak kepada teman yang lebih muda
JUMLAH CEKLIS
6 17 9 14
NILAI YANG DIDAPAT
(JUMLAH CEKLIS ‘YA’) 6 9
114
LAMPIRAN 5
Hasil Ceklis Butir Amatan
Perilaku Sopan Santun, Anak Usia 5-6 Tahun
Sesudah Tindakan Aksi
(Hasil Wawancara Dengan Orang Tua)
(20 Nov 2016)
INDIKATOR
(BUTIR AMATAN)
Da (6 Th)
(6 Th)
Ar (6th)
(6 Th)
YA
(1)
TIDAK
(0)
YA
(1)
TIDAK
(0)
1. Anak dapat menyapa orang lain sambil
tersenyum
2. Anak sapat mengucapkan permisi ketika
melewati kerumunan orang
3. Anak dapat mengatakan “tolong” ketika
meminta suatu bantuan
4. Anak dapat mengucapkan “terimakasih”
jika memperoleh sesuatu dari orang lain
5. Anak dapat bertanya atau menjawab
pertanyaan dengan tidak berteriak
6. Anak dapat menahan marah ketika mainan
diambil oleh temannya
7. Anak tidak membalas ketika temannya
memukul
8. Anak mampu menahan bicara saat orang
tua/ teman sedang berbicara
9. Anak menjawab pertanyaan yang
diberikan orang tua/ teman
115
10. Anak dapat mengecilkan volume suaranya
saat temannya mengerjakan sesuatu
11. Anak tidak melakukan kontak fisik saat
temannya mengerjakan sesuatu
12. Anak dapat mengucapkan salam ketika
bertemu dengan orang lain
13. Anak dapat menjawab salam yang
diberikan orang lain
14. Anak dapat menutup mulutnya saat sedang
bersin/ batuk
15. Anak dapat berbicara dengan tidak
membentak/ berteriak kepada orang yang
lebih tua
16. Anak dapat mendengar dan
memperhatikan saat orang yang lebih tua
berbicara
17. Anak mampu mengajak teman/ orang lain
yang didekatnya untuk bermain bersama
18. Anak tidak melakukan kontak fisik
(memukul/ menendang) kepada orang lain
19. Anak tidak menyela teman yang sedang
berbicara
20. Anak tidak mengejek temannya
21. Anak meresPni dengan menjawab/ dengan
melakukan apa yang temannya bicarakan
22. Anak mau berbagi mainan dengan teman
yang lebih muda
23. Anak dapat berbicara dengan lemah
lembut atau tidak membentak kepada
teman yang lebih muda
116
JUMLAH CEKLIS
20 3 19 4
NILAI YANG DIDAPAT
(JUMLAH CEKLIS ‘YA’) 20 19
117
DOKUMENTASI KEGIATAN
Pertemuan Cerita
118
119
Alat Peraga Edukatif (APE) yang Digunakan
Kegiatan Observasi
120