5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
-
Upload
rinto-zordin -
Category
Documents
-
view
229 -
download
0
Transcript of 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
1/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 1
BAB I
ASPAL
2.1 METODE PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR
DENGAN CLEVELAND OPEN CUP
(SNI-06-2433-1991)
(AASHTO T 48-89)
(ASTM D 92-85)
2.1.1 Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar dari semua
jenis hasil minyak bumi, kecuali minyak bakar dan bahan-bahan lainnya yang
mempunyai titik nyala kurang dari 79˚C. Hasil pengujian ini selanjutnya dapat
digunakan untuk memperkirakan temperatur maksimum pemanasan aspal sehingga
aspal tidak terbakar.
2.1.2 Pengertian
a.
Titik nyala adalah suhu yang terbaca pada termometer apabila terlihat nyala pada
suatu titik diatas permukaan aspal yang menyala singkat.
b. Titik bakar adalah suhu yang terbaca pada termometer apabila terlihat nyala pada
suatu titik diatas permukaan aspal yang menyala agak lama (lebih dari 5 detik).
2.1.3 Peralatan
a. Alat Cleveland open cup.
b.
Pelat pemanas untuk meletakkan cawan Cleveland. Sumber panas dapat
disediakan darimana saja. Pemakaian brander gas, listrik atau sumber alkohol
dapat dibenarkan asal tidak terdapat asap dari bahan bakar atau nyala disekitar
bagian atas cawan. Pemanasan harus berpusat dibawah dan ditengah cawan tanpa
menimbulkan pemanasan setempat.
c. Termometer.
d.
Stopwatch.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
2/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 2
2.1.4 Persiapan benda uji
Panaskan contoh aspal pada temperatur tidak lebih dari 100˚C diatas titik lembek
aspal. Kemudian isikan cawan Cleveland sampai garis batas dan hilangkan (pecahkan)
gelembung udara yang ada pada permukaan cairan.
2.1.5 Cara pengujian
1.
Letakkan cawan diatas pelat pemanas dan aturlah sumber pemanas sehingga
terletak dibawah titik tengah cawan.
2.
Letakkan nyala penguji dengan poros berada pada jarak 7,5 cm dari titik tengah
cawan.
3. Tempatkan termometer tegak lurus didalam cawan dan terletak satu garis yang
menghubungkan titik tengah cawan dan titik poros nyala penguji. Kemudian atur
sehingga poros termometer terletak pada jarak ¼ diameter cawan dari dinding
cawan.
4. Tempatkan penahan angin didepan nyala penguji.
5.
Nyalakan sumber pemanas dan aturlah pemanasan sehingga kenaikan suhu adalah
14˚C-17˚C tiap menit sampai mencapai suhu 56˚C dibawah titik nyala yang
diperkirakan.
6.
Kecilkan sumber pemanas sehingga kecepatan pemanasan 5˚C sampai 6˚C/menit
smapai mencapai suhu 28˚C dibawah titik nyala.
7. Nyalakan sumber pemanas dan aturlah pemanas sehingga kenaikan suhu menjadi
(15±1)˚/menit sampai benda uji mencapai 56˚C dibawah titik nyala perkiraan.
8.
Kemudian aturlah kecepatan pemanasan sehingga mencapai 5˚C sampai6˚C/menit pada suhu antara 56˚C dan 28˚C dibawah titik perk iraan.
9.
Nyalakan nyala penguji dan aturlah agar diameter nyala penguji tersebut menjadi
3,8 mm sampai 5,4 mm.
10. Putarlah nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi
cawan) dalam satu garis. Ulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan 2˚C.
11. Lanjutkan pekerjaan ke 8 sampai ke 10 samapi terlihat nyala singkat pada titik
diatas permukaan benda uji. Lalau baca suhu pada termometer dan catat.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
3/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 3
12. Lanjutkan pekerjaan diatas sampai nyala yang agak lama (sekurang-kurangnya 5
detik) diatas permukaan benda uji. Bacalah suhu pada termometer lalu catat.
*Perhatikan bahwa saat pengujian tidak ada tiupan angin dan pengujian
dilakukan dalam ruangan yang bebas dari angin juga dalam ruang gelap .
2.1.6 Dokumentasi
Gambar 1.1 Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
4/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 4
Pengujian
TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR
SK SNI M 20 – 1990-F
2.1.7 Hasil pengujian
Dalam praktikum titik nyala dan titik bakar ini, tidak dilakukan pengujian secara
perkelompok, namun dilakukan demo pengujian titik nyala dan titik bakar oleh asisten
lab.
Tabel 2.1 Hasil pengujian titik nyala dan titik bakar
˚C di bawah titik nyala Waktu ˚C Titik nyala
56 300 Titik Nyala
46 315 Titik Bakar
2.1.8
Kesimpulan
Titik nyala 300oC dan titik bakar aspal 315oC. Nilai tersebut sesuai dengan pesyaratan
yang dicantumkan dalam spesifikasi umum divisi 6 PU tahun 2010 (SNI 2433:2011)
yaitu ≤ 232 dan dapat dipakai dilapangan.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
5/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 5
2.2 METODE PENGUJIAN PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN
(SNI-06-2456-1991)
(AASHTO T 49-89)
(ASTM D 5-86)
2.2.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bahan-bahan bitumen
padat atau lunak (solid atau semi solid). Material dengan penetrasi dibawah 350 dapat
diperiksa dengan peralatan sekunder, sedangkan aspal dengan penetrasi diantara 350-
500 dapat diperiksa dengan peralatan yang telah dimodifikasi.
Hasil pengujian dapat digunakan untuk menentukan kekerasan aspal padat (semen
aspal).
2.2.2 Pengertian
Penetrasi adalah dalamnya suatu jarum dengan ukuran tertentu pada suhu tertentu dan
beban tertentu masuk kedalam aspal (dalam satuan 0,1 mm).
2.2.3 Peralatan
a. Alat penetrasi apapun yang dapat menggerakkan pemegang jarum secara naik
turun tanpa gesekan dan dapat mengukur dalamnya penetrasi hingga 0,1 mm.
b.
Berat pemegang jarum yang dapat dilepas dengan mudah dari alat penetrasi.
c. Jarum penetrasi.
d.
Cawan dengan ukuran sebagai berikut :
Tabel 2.2 Ukuran cawan
penetrasi Diameter kedalaman Isi
< 200 55 mm 35 mm 90 ml
200-300 70 mm 45 mm 175 ml
e. Bak perendam (water bath) yang terdiri dari bejana dengan isi sekurang-
kurangnya 10 liter.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
6/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 6
f. Tempat air untuk pemindahan contoh.
g.
Penunjuk waktu.
h. Termometer dengan ketelitian ±0,1 detik.
i. Pemanas (kompor).
2.2.4 Persiapan benda uji
1.
Panaskan contoh perlahan-lahan serta diaduk hingga cukup air untuk dituangkan.
Jangan panaskan contoh lebih dari 56˚C diatas titik lembek untuk bahan ter, dan
100˚C diatas titik lembek untuk bahan bitumen. Waktu pemanasan tidak boleh
lebih dari 30 menit.
2. Aduk perlahan-lahan agar udara tidak masuk kedalam benda uji.
3. Tuangkan contoh kedalam tempat contoh hingga setelah contoh dingin ,tinggi
contoh dalam tempat tersebut tidak kurang dari 10 mm diatas angka penetrasi.
Tuangkan untuk dua buah benda uji.
4. Tutuplah tempat contoh sedemikian rupa sehingga debu tidak masuk kedalam
contoh dan berikan kesempatan untuk mendingin di ruangan biasa dengan
temperatur tidak lebih dari 36˚C dan tidak kurang dari 20˚C selama 1 sampai 1,5
jam untuk tempat contoh kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk tempat contoh besar.
2.2.5 Cara pengujian
1. Periksalah pemegang jarum. Bersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau
pelarut lain, keringkan jarum tersebut dengan lap bersih, kemudian masukkan
jarum kedalam penetrometer.2. Letakkan pemberat 50 gr diatas jarum untuk memperoleh beban gerak sejumlah
(100±0,1)gr. Apabila test dilakukan diluar bak perendam air maka pindahkan
contoh ke dalam bak pemindah sehingga contoh terendam. Kemudian letakkan
bak pemindah dibawah jarum penetrometer.
3.
Selanjutnya turunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh
permukaan contoh, kemudian aturlah angka pada jarum penunjuk penetrometer.
Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stopwatch selama jangka waktu
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
7/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 7
(5±0,1) detik dan bacalah angka penetrasi yang berimpit dengan jarum penunjuk.
Bulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat.
4. Buatlah sekurang-kurangnya 3 pembacaan diatas permukaan benda uji yang sama
dengan jarak antara lebih dari 1 cm dari dinding tempat contoh atau titik
sebelumnya. Pakailah jarum yang bersih, apabila penetrasi lebih dari 200 pakailah
sekurang-kurangnya 3 jarum yang ditinggalkan dalam contoh sehingga ketiga
pembacaan selesai.
a. Jika tak ditentukan lain, temperatur, beban dan lama pemeriksaan adalah
menurut urutan 25˚C, 100 gram dan 5 detik.
Kondisi lain adalah :
Tabel 2.3 Temperatur, beban dan waktu dalam penetrasi
Temperatur beban (gram) waktu (derik)
0˚C (32˚F) 200 60
4˚C (39,2˚F) 200 60
46,1˚C (115˚F) 50 5
b. Termometer untuk bak perendam harus ditera. Apabila pembacaan
stopwatch lebih dari (5±0,1) detik, hasil tersebut tidak berlaku (diabaikan).
2.2.6 Dokumentasi
Gambar 2.1 Contoh aspal
diberi lapisan tisu putih yang
tipis dan ditandai
Gambar 2.2 Pengujian
penetrasi dengan alat
penetrasi
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
8/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 8
Prt No. : Nama penguji :
Contoh dari : 1. Rinto Zordin
Jenis contoh : 2. M. Fikry Arrasyid
Diterima tanggal : 3. Zakki Zainuddin
Dikerjakan tanggal : 16 Februari 2015 4. Runi Putri S
Selesai Tanggal : 16 Februari 2015
Pengujian
PENETRASI
SK SNI M 21 – 1990-1
2.2.7 Hasil Pengujian
Tabel 2.4 Hasil pengujian penetrasi
Permeriksaan
Penertrasi pada suhu 25˚ C
Mulai jam 15.55
Pembacaan Suhu
Penetrometer
Selesai jam 16.14 Temp. 25˚C
Penetrasi Pada suhu 25˚
C, I II
100 gr, 5 detik
Pengamatan 1 69 63
Pengamatan 2 68 60Pengamatan 3 65 60
Pengamatan 4 65 62
Pengamatan 5 67 64
Rata-rata 66,8 61,8
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
9/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 9
2.2.8 Kesimpulan :
Dari hasil pengujian penetrasi didapatkan nilai rata-rata pada pengujian 1 sebesar 66,8
dan pada pengujian 2 sebesar 61,8. Dapat disimpulkan sesuai dengan pesyaratan yang
dicantumkan dalam spesifikasi umum divisi 6 PU tahun 2010 (SNI-06-2456-1991)
bahan pada pengujian 1 dan 2 termasuk kedalam bitumen lunak dan termasuk
kedalam kategori pen 60-70.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
10/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 10
2.3 METODE PENGUJIAN DAKTILITAS BAHAN-BAHAN ASPAL
(SK SNI M-18-1990-F)
(AASHTO T 51-89)
(ASTM D 113-79)
2.3.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik
antara dua cetakan yang berisi bitumen padat sebelum putus, pada suhu dan kecepatan
tarik tertentu. Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui
elastisitas bahan aspal.
2.3.2 Pengertian
Daktilitas aspal adalah nilai keelastisitasan aspal, yang diukur dari jarak terpanjang,
apabila antara dua cetakan berisi bitumen padat yang ditarik sebelum putus pada suhu
25˚C dan dengan kecepatan 50mm/menit.
2.3.3
Peralatan
b. Termometer.
c. Cetakan daktilitas kuningan dan pelat dasar.
d.
Bak perendam, isi tidak kurang dari 10 liter.
e. Mesin uji dengan ketentuan sebagai berikut:
- Dapat menarik benda uji dengan kecepatan yang tetap.
- Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan getaran selama
pemeriksaan.e. Bahan methyl alkohol teknik atau glycerin teknik (3 gr glycerine dicampur
dengan 5 gr dextrine atau talc).
2.3.4 Persiapan benda uji
1. Lapisi semua bagian dalam cetakan daktilitas dan pelat dasar dengan campuran 3
gr glycerine dan 5 gr dextrine atau glycerine dan kaolin atau amalgam. Kemudian
pasanglah cetakan daktilitas diatas pelat dasar.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
11/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 11
2. Panaskan contoh aspal kira-kira 100 gr sehingga cair dan dapat dituang. Untuk
menghindarkan pemanasan setempat, lakukanlah dengan hati-hati. Pemanasan
dilakukan sampai suhu antara 80˚C-100˚C diatas titik lembek.
3. Pada waktu mengisi cetakan, contoh dituang hati-hati dari ujung ke ujung hingga
penuh berlebihan.
4. Dinginkan cetakan pada suhu ruang selama 30 sampai 40 menit lalu pindahkan
seluruhnya kedalam bak perendam yang telah disiapkan pada suhu pemeriksaan
(sesuai spesifikasi) selama 30 menit. Kemudian ratakan contoh yang berlebihan
dengan pisau atau spatula yang panas sehingga cetakan terisi penuh dan rata.
2.3.5 Cara pengujian
1. Benda uji didiamkan pada suhu 25˚C dalam bak perendam selama 85 sampai 95
menit, kemudian lepaskan benda uji dari pelat dasar dan sisi-sisi cetakannya.
2. Pasanglah benda uji pada alat mesin uji dan tariklah benda uji secara teratur
dengan kecepatan 50 mm/menit sampai benda uji putus. Perbedaan kecepatan
lebih kurang 5% masih diizinkan.
3. Bacalah jarak antara pemegang cetakan benda uji, pada saat benda uji putus
(dalam cm). Selama percobaan berlangsung benda uji harus selalu terendam
sekurang-kurangnya 25 mm dalam air dan suhu harus dipertahankan tetap
(25˚±0,5˚C).
2.3.6 Dokumentasi
Gambar 3.1 Pengujian Daktilias Gambar 3.2 Aspal tidak putus setelah
dilakukan pengujian
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
12/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 12
Pengujian
DAKTILITAS
SK SNI M 18 – 1990-F
2.3.7 Hasil Pengujian
Tabel 2.5 Hasil pengujian daktilitas
Daktilitas pada 25 ˚C
cm per menit
Pembacaan pengukur
pada alat
Pengamatan I
Pengamatan II
>100 cm
>100 cm
Rata-rata > 100 cm
2.3.8 Kesimpulan
Aspal yang diuji memiliki plastisitas sebesar ≥ 100 cm. Angka tersebut memenuhi
standar yang ditetapkan dalam spesifikasi umum divisi 6 PU tahun 2010 (SNI
2432:2011) yaitu ≥ 100 cm. Maka dari itu, aspal dapat dipakai dalam perkerasan jalan
dan memiliki plastisitas yang baik untuk perkerasan jalan.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
13/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 13
2.4 METODE PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL DAN TER
(SK SNI M-20-1990-F)
(AASHTO T 53-89)
(ASTM D 36-80)
2.4.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan angka titik lembek aspal dan ter
yang berkisar 30˚C sampai 175˚C dengan menggunakan cincin dan bola (ring and
ball ).
Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan kepekaan aspal
terhadap suhu. Temperatur pada saat dimana aspal mulai menjadi lunak tidaklah sama
pada setiap hasil produksi aspal walaupun mempunyai nilai penetrasi yang sama.
2.4.2 Pengertian
Titik lembek adalah suhu pada saat bola baja, dengan berat tertentu mendesak turun
suatu lapisan aspal atau ter yang tertahan dalam cincin berukuran tertentu, sehingga
aspal atau ter tersebut menyentuh pelat dasar yang terletak dibawah cincin pada tinggi
25,4 mm sebagai akibat kecepatan pemanasan tertentu.
2.4.3 Peralatan
a. Termometer.
b. Cincin kuningan.
c.
Bola baja diameter 9,50 mm, berat 3,50 ± 0,05 gr.d. Alat pengarah bola.
e.
Bejana gelas kapasitas 800 ml.
f. Dudukan benda uji.
g. Penjepit.
2.4.4 Persiapan benda uji
1. Panaskan contoh perlahan-lahan sambil diaduk terus menerus hingga cair merata,
dengan ketentuan pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-lahan agar
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
14/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 14
gelembung-gelembung udara tidak masuk. Suhu pemanasan aspal tidak melebihi
100˚C diatas titik lembeknya.
2. Waktu untuk pemanasan tidak melebihi 30 menit diatas kompor atau tidak
melebihi 2 jam didalam oven.
3.
Panaskan 2 buah cincin sampai mencapai suhu tuang contoh, dan letakkan kedua
cincin diatas pelat kuningan yang telah diberi lapisan dari campuran talk dan
glycerine.
4. Tuangkan contoh kedalam dua buah cincin, diamkan pada suhu sekurang-
kurangnya 8˚C dibawah titik lembeknya sekurang-kurangnya selama 30 menit.
5.
Setelah dingin, ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau yang tealh
dipanaskan.
2.4.5 Cara pengujian
1. Pasang dan aturlah kedua benda uji diatas dudukannya dan letakkan pengarah bola
diatasnya, kemudian masukkan seluruh peralatan tersebut ke dalam bejana gelas.
2.
Isilah bejana dengan air suling baru (ethyln glycol) dengan suhu (4±1)˚C sehingga
tinggi permukaan cairan berkisar antara 100 mm sampai 108 mm.
3. Letakkan termometer yang sesuai untuk pekerjaan ini diantar kedua benda
uji.Periksa dan aturlah jarak antara permukaan pelat dasar dengan dasar benda uji
sehingga menjadi 25,4 mm.
4. Letakkan bola- bola baja yang bersuhu 5˚C diatas dan ditengah permukaan
masing-masing benda uji yang bersuhu 5˚C menggunakan penjepit dengan
memasang kembali pengarah bola. 5. Panaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 5˚C/menit, kecepatan
pemanasan ini tidak boleh diambil dari kecepatan pemanasan rata-rata dari awal
dan akhir pekerjaan ini. Untuk 3 menit yang pertama, perbedaan kecepatan
pemanasan tidak boleh melebihi 0,5˚C.
6.
Apabila kecepatan pemanasan melebihi ketentuan di no.5 maka pekerjaan
diulangi.
7. Apabila dari suatu pekerjaan duplo perbedaan suhu dalam cara pengujian ini
melebihi 1˚C maka pekerjaan diulangi.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
15/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 15
*Catatan
Prosedur pemeriksaan ini berbeda dengan ASTM D36-70. Hasil yang diperoleh
2,5ºC lebih tinggi dari ASTM D 36 untuk titik lembek < 80ºC dan 1,5ºC lebih rendah
dari ASTM untuk titik lembek > 80ºC.
Pelaksanaan pemeriksaan dari persiapan sampai dengan selesai tidak boleh lebih dari
4 jam.
2.4.6
Dokumentasi
Gambar 4.1 Pengujian Titik Lembek Aspal
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
16/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 16
Prt No. : Nama penguji :
Contoh dari : 1. Rinto Zordin
Jenis contoh : 2. M. Fikry Arrasyid
Diterima tanggal : 3. Zakki Zainuddin
Dikerjakan tanggal : 16 Februari 2015 4. Runi Putri S
Selesai Tanggal : 16 Februari 2015
Pemeriksaan
Titik LembekPembacaan suhu alat
temperatur 300 CMulai jam : 15.20
Selesai jam : 15.27
Pengujian
TITIK LEMBEK
SK SNI M 20 – 1990-1
2.4.7 Hasil Pengujan
Tabel 2.6 Hasil pengujian titik lembek
No
Suhu yang diamati Waktu (detik) Titik Lembek ˚C
˚C ˚C I II I II
1 30 30 0 0
2 35 35 120 120
3 40 40 66 66
4 45 45 76 76
5 50 50 68 68
6 55 55 32 35 52º 53º
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
17/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 17
2.4.8 Kesimpulan :
Dari hasil pengujian didapatkan titik lembek aspal pada suhu 52 o C dan 53o C, Dapat
disimpulkan sesuai dengan pesyaratan yang dicantumkan dalam spesifikasi umum
divisi 6 PU tahun 2010 (SNI 2434-2011) titik lembek harus ≥ 480C sehingga kedua
bahan uji tersebut dapat digunakan dalam perkerasan jalan.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
18/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 18
MENGHITUNG INDEKS PENETERASI (IP), KEMIRINGAN KURVA LOG
PENETRASI (A) TERHADAP TEMPERATUR, DAN SOFTENING POINT (SP)
Dari pengujian didapatkan data :
Penetrasi 25⁰ = 66,8 mm
Titik Lembek = 52⁰
1. Indeks Penetrasi (IP)
2 0
1 0 + = 50
& 25℃
& 25
2 0
1 0 = 50
800 66,8
5 2 2 5
= 0,01
2. Kemiringan Kurva Log Penetrasi Terhadap Temperatur (A)
=25℃ 800
2 5
=66,8 800
2 5 5 2
= 0,04
3.Softening Point (SP)
= 98,4 26,35 log(0,65)
= 98,4 26,35(0,65 × 0,01)
= 156,03
Kesimpulan :
Pada nilai IP didapatkan nilai sebesar 0,01. Nilai IP tersebut ada di antara -1 dan +1 yangdimiliki oleh aspal yang dapat digunakan sebagai material perkerasan jalan.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
19/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 19
2.5 METODE PENGUJIAN VISKOSITAS ASPAL DENGAN ALAT SAYBOLT
(AASHTO T 72-90)
(ASTM D 88-81 1987)
2.5.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekentalan dengan metode empiris
dari Saybolt dari aspal, minyak untuk jalan atau sisa destilasi aspal cair pada suhu
antara 21˚C dan 99˚C.
2.5.2 Pengertian
Saybolt universal viscosity adalah jumlah waktu dalam detik yang diperlukan oleh
benda uji sebanyak 60 ml untuk mengalirkan melalui lubang universal yang
dikalibrasi pada kondisi tertentu.
Saybolt Furol viscocity adalah jumlah waktu dalam detik yang diperlukan oleh benda
uji sebanyak 60 ml untuk mengalirkan melalui lubang furol yang dikalibrasi pada
kondisi tertentu. Besarnya kekentalan Furol kira-kira 1/10 kekentalan universal.
Pengukuran dilakukan dengan metode ini dianjurkan untuk bahan yang mempunyai
kekentalan universal lebih besar dari 1000 detik.
2.5.3 Peralatan
a. Saybolt viscometer.
b. Penyumbat lubang tabung viscosimeter.
c.
Termometer untuk viskositas saybolt.d. Penangas yang dilengkapi dengan dua lubang untuk menyangga tabung
viscosimeter secara vertikal dan dilengkapi dengan isolasi yang baik.
e. Termometer penangas.
f. Pemegang termometer.
g.
Corong penyaring dengan ukuran saringan No. 100.
h. Labu penampung.
i. Alat pengontrol waktu dengan interval 0,1 detik dan ketelitian 0,1 % bila diuji
dengan interval tiap 60 menit.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
20/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 20
j. Lubang universal yang digunakan untuk benda uji yang mempunyai kekentalan
(32-1000) detik.
k. Lubang furol yang digunakan untuk bahan yang mempunyai kekntalan lebih
besar dari 25 detik.
2.5.4 Persiapan Benda Uji
1.
Panaskan contoh yang kental yang sulit dituangkan pada suhu ruangan pada suhu
50˚C beberapa menit sampai dapat dituang.
2.
Jangan memanaskan bahan yang cepat menguap atau sedang menguap pada
wadah yang terbuka.
3. Apabila suhu pengujian diatas suhu ruang, panaskan contoh uji tidak lebih dari
37˚C diatas suhu penguapan.
2.5.5 Persiapan Peralatan
1. Pergunakan lubang universal untuk benda uji yang mempunyai waktu alir lebih
besar dari 32 detik. Jika waktu alir lebih besar dari 1000 detik maka lubang
universal ini tidak cocok.
2. Pergunakan lubang furol untuk benda uji yang mempunyai waktu alir lebih besar
dari 25 detik.
3. Letakkan alat viscometer ditempat yang aman dan terlindung dari perubahan
temperatur yang tiba-tiba.
4. Suhu ruang tempat pengujian diantar 20˚C dan 30˚C. Pengujian pada suhu ruang
sampai dengan 37,8˚C tidak akan memberikan kesalahan lebih besar adri 1,0%.5. Bersihkan viscometer dengan premium lalu keringkan kembali sampai semua
premium tidak ada didalam viscometer.
6. Bersihkan labu viscometer dengan premium.
7. Tuangkan media ke dalam penangas paling sedikit 6 mm diatas garis batas
pelimpas.
8. Tutup bagian atas viscometer.
9. Siapkan peralatan viscometer dan penangas.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
21/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 21
10. Sumbat bagian bawah viscometer dengan rapat dan kuat menggunakan gabus
penutup.
11. Letakkan labu penampung tepat dibawah tengah-tengah tabung viscometer dengan
jarak 100-130 mm sehingga aliran contoh tepat masuk melalui tengah-tengah
leher labu.
12. Letakkan saringan No.100 diatas tabung viscometer.
13.
Siapkan batang pengaduk gelas.
14. Atur pengontrol suhu dalam bak perendam sesuai pengujian tidak lebih dari
0,05˚C.
15.
Pasang termometer pada tabung viscometer.
2.5.6 Cara pengujian
1.
Aduk contoh hingga merata.
2. Saring contoh melalui saringan lalu masukkan ke tabung viscometer sampai
pinggir atas tabung viscometer.
3.
Aduk contoh dalam viscometer dengan termometer yang dilengkapi penyanggah
dengan kecepatan 30-50 putaran/menit. Apabila suhu konstan ±0,5˚C dari suhu
pengujian, maka aduk selama 1 menit kemudian angkat termometernya.
4.
Ambil contoh yang berlebihan dengan penyedot sampai batas over flow.
5. Cabut gabus dari viscometer dan mulai nyalakan pencatat waktu saat contoh
menyentuh dasar labu.
6. Matikan pencatat waktu apabila contoh pada batas 60 ml labu viscometer.
7.
Catat waktu alir (t) dalam detik ±0,1 detik.8. Tutup lubang viscometer dengan alat penyumbat.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
22/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 22
2.5.7 Dokumentasi
Gambar 5.1 Memasukan Aspal ke Alat Viscometer
Gambar 5.2 Penyumbat viscometer dilepas dan dihidupkan
stopwatch hingga aspal mencapai 60 ml pada labu
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
23/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 23
Prt No. : Nama penguji :
Contoh dari : 1. Rinto Zordin
Jenis contoh : 2. M. Fikry Arrasyid
Diterima tanggal : 3. Zakki Zainuddin
Dikerjakan tanggal : 09 Februari 2015 4. Runi Putri S
Selesai Tanggal : 09 Februari 2015
Pengujian
VISKOSITAS
AASHTO T 72-90
2.5.8 Hasil Pengujian
Tabel 2.7 Hasil pengujian viskositas
PEMBACAAN WAKTU PEMBACAAN SUHU
Persiapan mulai jam : 15.00 -
Peralatan mulai jam : 15.20 -
Pemanasan mulai jam : 15.30
S/d 60 ˚C selesai jam : 16.08 60º
Pemeriksaan mulai jam : 16.09
Selesai jam : 16.54
Viskositas s. F 60oC CONTOH
Waktu (s) Cst
Pengamatan I (Furol)* 263 555,67
Pengamatan II (Universal)* 288 1710
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
24/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 24
2.5.9 Kesimpulan :
Nilai Cst yang didapat adalah 555,67 dan 1710 dalam waktu berturut-turut 263 detik
dan 288 detik. Sesuai dengan pesyaratan yang dicantumkan dalam spesifikasi umum
divisi 6 PU tahun 2010 (SNI 06-6441-2000) Viskositas Kinematis 135ºC (Cst). Nilai
tersebut memenuhi standar yang ditetapkan yaitu ≥ 300. Aspal yang diuji memiliki
kekentalan yang memenuhi standard tersebut.
2.5.10
Contoh Perhitungan* :
Furol : 263 detik
= 263 = ⋯
= 235 = 495
= 295 = 625
Interpolasi Data
−
− =
−
−
= 555,67
Universal : 288 detik
= 288 = 1710
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
25/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 25
2.6 METODE PENGUJIAN BERAT JENIS ASPAL CAIR DENGAN ALAT
HIDROMETER
(AASHTO T 227-89)
(ASTM D 1298-85)
2.6.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis aspal cair dengan
menggunakan hydrometer.
2.6.2 Pengertian
Berat volume adalah berat volume aspal cair pada suhu tertentu, satuan yang umum
adalah kg/lt/25ºC (kilogram per liter pada 25ºC).
Berat jenis (relative density) adalah perbandingan antara berat aspal cair dan berat air
suling isi yang sama pada suhu 25ºC.
2.6.3 Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Hidrometer
b. Termometer dengan skala dari 0 sampai 100°C.
c.
Bak perendam dengan air bersuhu ruang (25°C)
d. Gelas ukur kapasitas 250 ml.
2.6.4 Cara pengujian
1. Benda uji yang telah dipersiapkan dimasukkan seluruhnya ke dalam gelas ukur
secara perlahan-lahan sampai 20 ml untuk menjaga permukaan kaca pada gelas
ukur tetap bersih dari percikan aspal cair untuk memudahkan pembacaan nantinya
dan untuk menghindari gelembung-gelembung udara terperangkap.
2.
Memasukan gelas ukur yang telah berisi benda uji ke dalam bak perendam yang
telah diatur suhunya pada 25°C agar didapatkan suhu yang tetap.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
26/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 26
3. Ukur suhu benda uji dengan mencelupkan thermometer ke dalam benda uji secara
perlahan-lahan, jika sudah suhunya sudah sama dengan bak perendam maka
pengujian dapat dimulai.
4. Memasukan secara perlahan hydrometer yang telah disiapkan dengan cara
hydrometer dipegang secara tegak lurus pada tengah-tengah diameter gelas ukur,
kemudian turunkan hydrometer perlahan hingga ujungnya menyentuh benda uji.
5.
Melepaskan hydrometer agar bebas dan masuk ke dalam benda uji.
6. Amati secara seksama untuk melihat apakah gelembung udara terjadi pada
permukaan hydrometer, jika ada ulangi kembali butir 5.
7.
Biarkan hidrometer tersebut masuk secara perlahan ke dalam benda uji dan
catatlah skala bacaan pada hydrometer yang tersentuh benda uji setiap 10 menit.
8. Jika pembacaan skala sudah tetap, dalam arti hidrometer telah berhenti, maka
bacaan tersebut adalah berat jenis dari benda uji yang diinginkan.
2.6.5 Dokumentasi
Gambar 6.1 Memasukan aspal
cair ke dalam gelas ukur
Gambar 6.2 Memasukan gelas ukur
berisi aspal ke dalam bak air dan
melakukan pengujian dengan alat
hidrometer
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
27/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 27
Prt No. : Nama penguji :
Contoh dari : 1. Rinto Zordin
Jenis contoh : 2. M. Fikry Arrasyid
Diterima tanggal : 3. Zakki Zainuddin
Dikerjakan tanggal : 09 Februari 2015 4. Runi Putri S
Selesai Tanggal : 09 Februari 2015
Pengujian
BERAT JENIS ASPAL CAIR
AASHTO T 227-89
2.6.6 Hasl Pengujian
Tabel 2.8 Hasil pengujian berat jenis aspal cair
Pemeriksaan Berat jenis aspal
cair dengan
Aerometer
Pembacaan
waktu
Pembacaan suhu
ruang
Mulai jam :
Selesai jam :
16.10
16.40
Temp 25˚C
Berat jenis aspal cair pada 25 ˚C Pengamatan pada Aerometer
Pengamatan I
Pengamatan II
Pengamatan III
0,940
0,940
0,940
Rata-rata 0,940
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
28/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 28
2.6.7 Kesimpulan :
Dari hasil pengujian didapatkan berat rata-rata cair aspal sebesar 0,940. Sesuai
dengan spesifikasi umum divisi 6 PU tahun 2010 (SNI 2441:2011) berat jenis aspal
tersebut memenuhi syarat yang ditetapkan yaitu antara 0,92-1,06. Sehingga aspal
tersebut baik untuk digunakan sebagai perkerasan jalan.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
29/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 29
2.7 METODE PENGUJIAN BERAT JENIS ASPAL PADAT
(SNI 06-2441-1991)
(AASHTO T 228-90)
(ASTM D 70-76*)
2.7.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis aspal padat dengan
piknometer.
2.7.2 Pengertian
Berat jenis aspal padat adalah perbandingan antara berat aspal dan berat air suling
dengan isi yang sama pada suhu tertentu.
2.7.3 Peralatan
a. Termometer.
b.
Bak perendam yang dilengkapi dengan pengatur suhu dengan ketelitian
(25±0,1)˚C.
c. Piknometer.
d.
Air suling sebanyak 1000 cm³.
e. Bejana gelas.
2.7.4 Persiapan piknometer yang akan digunakan.
1.
Isilah bejana dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas piknometer yangtidak terendam 40 mm. Kemudian rendam dan jepitlah bejana tersebut dalam bak
perendam sehingga terendam sekurang-kurangnya 100 mm. Aturlah suhu bak
perendam pada suhu 25˚C.
2. Bersihkan, keringkan dan timbanglah piknometer dengan ketelitian 1 mg (=A).
3.
Angkatlah bejana dari bak perendam dan isilah piknometer dengan air suling
kemudian tutuplah piknometer tanpa ditekan.
4. Letakkan piknometer kedalam bejana dan tekanlah penutup hingga rapat,
kembalikan bejana berisi piknometer ke dalam bak perendam. Diamkan bejana
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
30/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 30
tersebut didalam bak perendam selama sekurang-kurangnya 30 menit, kemudian
angkatlah piknometer dan keringkan dengan lap. Timbanglah dengan ketelitian 1
mg (=B).
5. B-A = berat air suling dalam piknometer pada suhu 25˚C
= volume piknometer (berat jenis air suling dihitung = 1)
2.7.5 Cara pengujian
1. Panaskan contoh aspal padat sebanyak 50 gr, sampai menjadi cair dan aduklah
untuk mencegah pemanasan setempat. Pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit
pada suhu 56˚C diatas titik lembek.
2. Tuangkan contoh kedalam piknometer yang telah kering, sehingga terisi ¾ bagian.
3. Biarkan piknometer dingin, waktu tidak kurang dari 40 menit dan timbanglah
dengan penutupnya dengan ketelitian 1 mg (=C).
4. Isilah piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan tutuplah piknometer
tanpa ditekan, diamkan agar gelembung-gelembung udara keluar.
5.
Angkatlah bejana dari bak perendam dan letakkan piknometer didalamnya dan
kemudian tekanlah penutup hingga rapat. Masukkan dan diamkan bejana dalam
bak perendam selama sekurang-kurangnya 30 menit. Kemudian angkatlah
piknometer dan keringkan dwngan lap. Timbanglah dengan ketelitian 1 mg (=D).
2.7.6 Dokumentasi
Gambar 7.1 Aspal dimasukan ke dalam piknometer dan tunggu hingga dingin
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
31/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 31
Prt No. : Nama penguji :
Contoh dari : 1. Rinto Zordin
Jenis contoh : 2. M. Fikry Arrasyid
Diterima tanggal : 3. Zakki Zainuddin
Dikerjakan tanggal : 09 Februari 2015 4. Runi Putri S
Selesai Tanggal : 09 Februari 2015
Pemeriksaan
BERAT JENIS ASPAL PADAT
AASHTO T 228-90
2.7.7 Hasil Pengujian
Tabel 2.9 Hasil pengujian berat jenis aspal padat
I II
Berat piknometer kosong + contoh
Berat piknometer kosong
73gr
46 gr
72,2 gr
37,2 gr
1. Berat contoh
Berat piknometer + air
Berat piknometer
27 gr
145 gr
46 gr
35 gr
137,4 gr
37,2 gr
2. Berat air
Berat piknometer + contoh + air
Berat piknometer + contoh
99 gr
147 gr
73 gr
100,2 gr
138,7 gr
72,2 gr
3. Isi air
Isi contoh = (2-3)
74 gr
25 gr
66,5 gr
33,7 gr
Berat jenis I = berat contoh/isi contoh = 27/25 = 1.08
Berat jenis II = berat contoh/isi contoh =35/33.7 =1.04
Berat jenis rata-rata = (1.08+1.04) / 2 = 1.06
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
32/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 32
2.7.8 Kesimpulan :
Berat jenis rata-rata aspal sebesar 1.06. Berat jenis aspal tersebut memenuhi standar
sesuai dengan pesyaratan yang dicantumkan dalam spesifikasi umum divisi 6 PU
tahun 2010 SNI 2441:2011 yaitu ≥ 1,0 dan dapat dipakai dalam perkerasan jalan.
2.7.9 Contoh Perhitungan :
a.
Berat Contoh
ℎ = ( + ℎ)
= 73 46
= 27
b. Berat Air
= ( + )
= 145 46
= 99
c. Isi Air
= ( + ℎ + ) ( + ℎ)
= 147 73
= 74
d. Isi Contoh
ℎ = –
= 99 – 74
= 25
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
33/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 33
2.8 PENGUJIAN KEHILANGAN BERAT MINYAK DAN ASPAL DENGAN CARA
THI N F I LM OVEN TEST(TFOT)
(SNI 06-2440-1991)
2.8.1 Tujuan Praktikum
Tujuan Umum :
Dapat mengtahui kehilangan minyak pada aspal akibat pemanasan berulang
dan untuk perubahan kinerja aspal akibat kehinlangan berat.
Tujuan Khusus :
a.
Dapat memahami prosedur pengujian kehilangan berat dengan pemanasan
TFOT.
b. Dapat menggunakan peralatan pengujian dengan baik dan benar.
c.
Dapat melakukan pencatatan dan analisa data pengujian kehilangan berat
akibat pemanasan.
d. Dapat menyimpulkan besarnya nilai kehilangan barat dan membandingkan
dengan standar yang digunakan.
2.8.2 Dasar Teori
Cahaya diketahui memiliki efek yang merusak pada aspal. Kerusakan yang timbul
sering berasal dari sinar mata hari , yang akan merusak aspal dengan di bantu oleh air
dan cairan pelarut lainnya.
Kerusakan molekul dengan cara ini disebut factor oksidasi, untungnya sinar yang
merusak ini hanya dapat mempengaruhi beberapa lapisan molekul lapisan atas aspal.Oleh karena itu , foto oksidasi dianggap kecil pengaruhnya apabila dilihat dari table
aspal keseluruhan. Namun proses di atas tidak dapat di abaikan dalam konstribusinya
terhadap proses pengrusakan akibat cuaca pada pad alapisan permukaan tipis aspal.
Karakteristik campuran aspal khususnya mengenai durabilitas sangat tergantung pada
karakteristik yang tersedia pada lapisan tipis aspal. Untuk mengevaluasi durabitas
material aspal tersedia prosedur yang disebut Thin film Oven Test ( TFOT ) dengan
melakukan pembatasan evaluasinya hanya pada karakteristik aspal, seperti kehilangan
berat.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
34/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 34
Pada pengujian ini kita menggnakan metoda TFOT , dimana suatu sampel tipis di
panaskan dalam oven selama periode tertentu, dan karakteristik sampel sesudah
dipanaskan kemudian diperiksa untuk meneliti indikasi adanya proses pengerasan dari
material aspal.
Pengujian TOFT bertujuan mengetahui kehilangan minyak pada aspal akibat
pemanasan berulang, pengujian ini mengukur perubahan kenerja aspal akibat
kehilangan berat. Cahaya diketahui mempunyai efek yang merusak pada aspal karena
kerusakan yang ditimbulkan sering berasal dari matahari dan dibantu oleh aspek air
dan cairan pelarut lainnya.
Kerusakan molekul aspal ini dinamakan oksidasi. Ini dianggap kecil pengaruhnya
apabila dari tebak aspal keseluruhannya, namun proses diatas akibat cuaca pada
lapisan permukaan agregat.
Kharakteristik campuran khususnya durabilitas aspal sangat tergantung pada
karakteristik lapis tipis aspal. Pada Pengujian ini, suatu sampel tipis dipanaskan.
Kemudian diperiksa untuk meneliti adanya proses pengerasan atau proses pelapukan
atau proses pelapukan material aspal.
Pengujian kehilangan berat ini, umumnya tidak terpisah dengan evaluasi
karhakteristik sebelum dan sesudah kehilangan berat yang dilihat adalah nilai
penetrasi titik lembek dan daktalitas. Untuk itu sangat dianjurkan saat penyiapan
sampel dibuat 2 buah sampel.
Untuk mendapatkan material aspal yang akan dipakai untuk campuran, diharapkan
pengujian TFOT dan penurunan berat ini tidak terlalu besar, besarnya nilai penurunan
berat ini tidak terlalu besar , selisih dari nilai penetrasi sebelum dan sesudahmenunjukkan bahwa aspal tersebut peka terhadap cuaca dan suhu.
Untuk meentukan nilai kehilangan berat akibat pemanasan dapat menggunakan
rumus:
=
× 100%
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
35/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 35
Dimana : A = Berat sampel + cawan sebelum pemanasan
B = Berat sampel + cawan sesudah pemanasan
2.8.3 Peralatan dan Bahan
a. Peralatan :
Cawan kuningan logam diameter 15 mm dengan tinggi 31 mm.
Termometer.
Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi aspal pada suhu
TOFT.
Piring logam berdiameter 25 cm, menggantung dalam oven pada proses vertical
dan berputar dengan kecepatan 5-6 putaran permenit.
Timbangan Digital, kapasitas 3 kg dengan ketelitian 0,001 gtr
b.
Bahan :
Aspal cair
2.8.4 Keselamatan Kerja
a. Memakai pakaian praktek selama praktikum.
b.
Membaca referensi terlebih dahulu sebelum memulai praktikum.
c. Gunakan peralatan sesuai fungsi berdasarkan petunjuk prosedur yang ada.
d. Mengunakan sarung tangan yang tahan panas.
e.
Periksalah peralatan sebelum pengujian.
f.
Bersihkan peralatan setelah pengujian selesai dilakukan
2.8.5 Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk pengujian ini.
2.
Persiapan Benda Uji :
Panaskan aspal sampai cair untuk campuran yang merata.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
36/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 36
Kemudian tuangkan\ benda uji ¾ bagian dari tinggi cawan tersebut, lalu
dinginkan benda uji pada suhu ruang.( cawan kosongsudah ditimbang terlebih
dahulu )
Sampel diperiksa harus bebas air.
Setelah itu benda uji dingin timbang beratnya sebagai A
3. Pengujian Benda Uji
Kemudian letakkan beda uji kedalam Oven yang mana suhunya sudah
menunjukkan 163°C oven benda uji selam 5 jam lalu keluarkan benda uji
Setelah dingin timbang kembali berat benda uji dan catat sebagai (B)
4. Catat hasil pengamatan pada formulir yang telah disiapkan.
5.
Tentukan nilai kehilangan berat aspal setelah di panaskan berdasarkan rumus yang
telah ditentukan.
2.8.6 Dokumentasi
Gambar 8.1 Oven untuk pengujian Thin Film Oven Test
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
37/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 37
Pemeriksaaan
Thin F ilm Oven Test (TFOT)
(SNI 06-2440-1991)
2.8.7 Hasil Pengujian
Tabel 2.10 Hasil pengujian thin film oven test
Contoh dipanaskan mulai : … Suhu Oven :
selesai : …
Didiamkan pada suhu ruang mulai : …
selesai : …
Pemeriksaan kehilangan berat mulai : … Suhu Oven :
selesai : … Suhu Aspal :
Berat cawan+aspal …gram …gram
Berat cawan kosong …gram …gram
Berat Aspal …gram …gram
Berat sebelum pemanasan (a) 20.15 gram 25 gram
Berat sesudah pemanasan (b) 19.99 gram 24.5 gram
Kehilangan berat 0.16 gram 0.5 gram
atau a/b x 100% 0.79 % 2 %
Rata-rata = 1.395 %
2.8.8 Kesimpulan :
Dari pengujian yang telah dilakukan terjadi kehilangan berat rerata sebesar 1.395 %.
Berdasarkan dengan pesyaratan yang dicantumkan dalam spesifikasi umum divisi 6
PU tahun 2010 (SNI 06-2441-1991) berat hilang (%) yang diijinkan yaitu ≤ 0.8 %.
Maka aspal yang telah diuji tersebut tidak memenuhi spesifikasi. Aspal tersebut
mudah rapuh dan mudah kehilangan sifat plastisnya akibat perubahan suhu.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
38/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 38
BAB III
AGREGAT
3.1 METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS,
SEDANG DAN KASAR
(SK SNI M-08-1989-F)
(AASHTO T 27-88)
(ASTM C 136-84a)
3.1.1 Tujuan
Pengujian ini bertujuan untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah perentase
butiran baik agregat halus maupun agregat kasar. Distrubusi yang diperoleh dapat
ditunjukan dalam table atau grafik.
3.1.2 Pengertian
Analisis saringan agregat ialah penentuan persentase berat butiran agregat yang lolos
dari satu set saringan kemudian angka-angka persentase digambarkan pada grafik
pembagian butir.
3.1.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji.
b. Satu set saringan yang terdiri dari saringan 75 mm (3”); 63 mm (2 ½”); 50 mm
(2”); 37,5 mm (1 ½”); 25 mm (1”); 19 mm (3/4”); 12,5 mm (1/2”); 9,5 mm (3/8”);
No.4 (4,75 mm); No.8 (2,36 mm); No.16 (1,18 mm); No.30 (0,600 mm); No.50
(0,300 mm ); No.100 (0,150 mm ); No.200 (0,075 mm ).
c.
Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)⁰C.
d. Alat pemisah contoh (quartering ).
e. Mesin pengguncang saringan ( sieve shaker ).
f. Spliter .
g.
Talam-talam.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
39/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 39
h. Kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat-alat lainnya.
3.1.4 Benda Uji
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat banyak.
Benda uji disiapkan berdasarkan standar yang berlaku dan terkait kecuali apabila
butiran yang melalui saringan No.200 tidak perlu diketahui jumlahnya dan syarat-
syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.
3.1.5
Cara Pengujian
a. Benda uji yang sudah kita dapat dari pemisahan dengan cara lingkaran atau
dengan alat quartering dan spliter kita siapkan.
b.
Kemudian siapkan saringan untuk agregat halus, sedang dan kasar.
c. Masukan benda uji kedalam saringan.
d. Pasangkan saringan ke alat sieve shaker dan lakukan penggucangan selama 15
menit.
e.
Setelah selesai melakukan pengguncangan, lepaskan saringan dari alat sieve
shaker kemudian timbang setiap agregat yang tertahan dimasing-masing saringan
dan catat.
3.1.6 Dokumentasi
Gambar 9.1 Membuat lingkaran untuk mengambil sampel
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
40/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 40
Gambar 9.2 Mengambil sampel dengan alat spliter
Gambar 9.3 Sieve Shaker untuk agregat sedang dan halus
Gambar 9.4 Saringan untuk agregat kasar
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
41/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 41
3.1.7 Hasil Pengujian
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS
AASHTO T 27 – 88
Tabel 3.1 Hasil analisa agregat halusBerat bahan kering 1063.00 gr
Ukuran Saringan
Berat
Tertahan
gram
Jumlah
Berat
Tertahan
gram
Jumlah Persen
Tertahan Lolos
75 mm / 3 " 0.00 0.00 0.00 100.00
63 mm / 2,5 " 0.00 0.00 0.00 100.00
50 mm / 2 " 0.00 0.00 0.00 100.00
37,5 mm / 1,5 " 0.00 0.00 0.00 100.00
25 mm / 1 " 0.00 0.00 0.00 100.00
19 mm / 3/4 " 0.00 0.00 0.00 100.00
12,5 mm / 1/2 " 0.00 0.00 0.00 100.00
9,5 mm / 3/8 " 0.00 0.00 0.00 100.00
4,75 mm / No.4 2.00 2.00 0.19 99.81
2,36 / No.8 139.00 141.00 13.26 86.74
1,180mm / No.16 280.00 421.00 39.60 60.40
0,60 mm / no.30 226.00 647.00 60.87 39.13
0,30 mm / No.50 83.00 730.00 68.67 31.33
0,150 mm / No.100 129.00 859.00 80.81 19.19
0,075 mm / No.200 26.00 885.00 83.25 16.75
pan 178.00 1063.00 100.00 0.00
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
42/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 42
Contoh Perhitungan :
a. Jumlah Berat Tertahan
ℎ ℎ = ℎ ℎ + ℎ
= 2 + 1 3 9
= 141
b. Jumlah Persen Tertahan
ℎ ℎ =
× 100 %
= × 100 %
= 13.26 %
c. Jumlah Persen Lolos
ℎ = 100 % ℎ ℎ
= 100 % 13.26
= 86.74 %
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
0.01 0.1 1 10
%
L
o
l
o
s
Ukuran Saringan (mm)
Agregat Halus
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
43/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 43
3.1.8 Hasil Pengujian
ANALISA SARINGAN AGREGAT SEDANG
AASHTO T 27 – 88
Tabel 3.2 Analisa agregat sedangBerat bahan kering 1742.90 gr
Ukuran SaringanBerat Tertahan
gram
Jumlah Berat
Tertahan gram
Jumlah Persen
Tertahan Lolos
75 mm / 3 " 0.00 0.00 0.00 100.00
63 mm / 2,5 " 0.00 0.00 0.00 100.00
50 mm / 2 " 0.00 0.00 0.00 100.00
37,5 mm / 1,5 " 0.00 0.00 0.00 100.00
25 mm / 1 " 0.00 0.00 0.00 100.00
19 mm / 3/4 " 0.00 0.00 0.00 100.00
12,5 mm / 1/2 " 7.40 7.40 0.42 99.58
9,5 mm / 3/8 " 141.20 148.60 8.53 91.47
4,75 mm / No.4 506.20 654.80 37.57 62.32
2,36 / No.8 564.10 1218.90 69.94 30.06
1,180mm / No.16 204.80 1423.70 81.69 18.31
0,60 mm / no.30 99.20 1522.90 87.38 12.62
0,30 mm / No.50 40.40 1563.30 89.70 10.30
0,150 mm / No.100 78.50 1641.80 94..20 5.80
0,075 mm / No.200 41.80 1683.60 96.90 3.40
pan 59.30 1742.90 100 0.00
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
44/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 44
Contoh Perhitungan :
a. Jumlah Berat Tertahan
ℎ ℎ = ℎ ℎ + ℎ
= 7.40 + 141.20
= 148.60
b. Jumlah Persen Tertahan
ℎ ℎ =
× 100 %
= .. × 100 %
= 8.53 %
c. Jumlah Persen Lolos
ℎ = 100 % ℎ ℎ
= 100 % 8.53
= 91.47 %
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
0.01 0.1 1 10 100
%
L
o
l
o
s
Ukuran Saringan (mm)
Agregat Sedang
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
45/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 45
3.1.9 Hasil Pengujian
ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR
AASHTO T 27 - 88
Tabel 3.3 Analisa agregat kasarBerat bahan kering 2276.00 gr
Ukuran SaringanBerat Tertahan
gram
Jumlah Berat
Tertahan
gram
Jumlah Persen
Tertahan Lolos
75 mm / 3 " 0.00 0.00 0.00 100.00
63 mm / 2,5 " 0.00 0.00 0.00 100.00
50 mm / 2 " 0.00 0.00 0.00 100.00
37,5 mm / 1,5 " 0.00 0.00 0.00 100.00
25 mm / 1 " 0.00 0.00 0.00 100.00
19 mm / 3/4 " 47.00 47.00 2.07 97.93
12,5 mm / 1/2 " 1632.00 1679.00 73.77 26.23
9,5 mm / 3/8 " 478.00 2157.00 94.77 5.23
4,75 mm / No.4 119.00 2276.00 100.00 0.00
pan 0.00 22760 100.00 0.00
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
46/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 46
Contoh Perhitungan :
a. Jumlah Berat Tertahan
ℎ ℎ = ℎ ℎ + ℎ
= 47 + 1632
= 1679
b. Jumlah Persen Tertahan
ℎ ℎ =
× 100 %
=
× 100 %
= 73.77 %
c. Jumlah Persen Lolos
ℎ = 100 % ℎ ℎ
= 100 % 73.77
= 26.23 %
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
1 10 100
%
L
o
l
o
s
Ukuran Saringan ( mm )
Agregat Kasar
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
47/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 47
BAB IV
CAMPURAN ASPAL
4.1 METODE PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL
(SNI 06-2489-1991)
(AASHTO T 245-90)
(ASTM D 1559-76*)
4.1.1 Tujuan
Pengujian ini bertujuan mengukur kelelehan plastis (flow) dan ketahanan (stabilitas)
dari benda uji berbentuk silinder terhadap pembebanan lateral permukaan silinder
dengan mempergunakan alat Marshall. Agregat yang dipergunakan berukuran
maksimum 25,4 mm.
4.1.2 Pengertian
Ketahanan (stabilitas) adalah kemampuan suatu campuran beton aspal untuk
menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram.
Kelelehan plastis adalah keadaan perubahan bentuk suatu campuran beton aspal yang
terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm.
4.1.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. 3 buah cetakan benda uji yang berdiameter 10cm (4”) dan tinggi 7,5cm (3”)
lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
b. Alat pengeluar benda uji.
Untuk benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan benda uji dipakai
sebuah ejector.
c. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata berbentuk silinder dengan
berat 4,536 kg (10 pound) dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm (18”).
d.
Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau sejenis) berukuran kira-kira
20x20x45 cm (8”x 8”x 18”) yang dilapis dengan pelat baja berukuran
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
48/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 48
30x30x3,5cm (12”x12”x1”) yang dan dikaitkan pada lantai beton dengan 4 bagian
siku.
e. Silinder cetakan benda uji.
f. Mesin tekan lengkap dengan :
Kepala penekanan berbentuk lengkung (breaking head)
Cincin penguji dengan kapasitas 2500 kg (500 pound) dengan ketelitian 12,5
kg (25 pound) dilengkapi arloji tekan dengan ketelitian 0,0025 cm (0,0001”).
Arloji kelelehan dengan ketelitian 0,25mm (0,01”) dengan perlengkapannya.
g.
Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (200±3)⁰C.
h. Bak oerendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu minimum 20⁰C.
i. Perlengkapan lain :
Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal.
Pengatur suhu dari logam (metal thermometer ) berkapasitas 250⁰C dengan
ketelitian 0,5 atau 1% dari kapasitas.
Timbangan yang dilengkapi penggantung benda uji berkapasitas 2 kg dengan
ketelitian 0,1 gram, timbang berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1 gram dan
timbang berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 gram.
Kompor.
Sarung asbes dan karet.
Sendok pengaduk dan perlengkapan lain.
4.1.4 Benda Uji
Perlu disiapkan tak kurang dari 3 buah benda uji untuk tiap kombinasi campuran
agregat dan aspal.
a. Persiapan benda uji
Keringkan agregat sampai beratnya tetap pada suhu (105±5)⁰C. Pisah-pisahkan
agregat dengan cara penyaringan kering ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki
atau seperti berikut :
1” sampai ¾”
3/4” sampai 3/8”
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
49/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 49
3/8” sampai No.4
No.4 sampai No.8
Lolos No.8
b. Penentuan suhu pencampuran dan pemadatan
Suhu pencampuran dan pemadatan harus ditentukan sehingga bahan pengikat
yang dipakai menghasilkan viscositas. Seperti table 1.
Tabel 4.1 Viscositas penentu Suhu Pencampuran
Bahan Pengikat
Campuran Pemadatan
Kinematik Kinematik
C.st C.St
Aspal Panas 170±20 280±30
Aspal Dingin 170±20 280±30
c. Persiapan campuran
Untuk tiap benda uji dipermalukan agregat sebanyak kira-kira 1200 gram,
sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 6,25 cm ± 0,125 cm (2,5” ±
0,05”). Panaskan panic pencampuran beserta agregat kira-kira 28⁰C di atas suhu
pencampuran untuk aspal dan aduk sampai merata, untuk aspal dingin pemanasan
sampai 14⁰C di atas suhu pencampuran.
Sementara itu panaskan aspal sampai suhu pencampuran, kemudian tuangkan
aspal sebanyak yang dibutuhkan kedalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut.
Kemudian aduklah dengan cepat pada suhu sesuai Tabel 1 sampai agregat terlapis
merata.
Pemadatan benda ujiBersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka
penumbuk dengan seksama dan panaskan sampai suhu Antara 93,3 dan 148,9⁰C.
Letakkan selembar kertas saring atau kertas pengisap yang sudah digunting
menurut ukuran cetakan ke dalam dasar cetakan dan tusuk-tusuk campuran keras-
keras dengan spatula yang dipanaskan atau aduklah dengan sendok semen
sebanyak 15 kali keliling pinggirnya dan 10 kali dibagian dalamnya.
Lepaskan lebarnya dan retakanlah permukaan campuran dengan mempergunakan
sendok semen menjadi bentuk yang cembung. Suhu campuran pada waktu akan
dipadatkan berada dalam batas-batas suhu pemadatan seperti yang tercantum pada
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
50/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 50
tabel 1. Letakkan cetakan di atas landasan pemadatan, dalam pemegang cetakan.
Lakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak 75, 50, atau 35 (pilih sesuai
persyaratan campuran). Tahanlah agar sumbu palu pemadatan selalu tegak lurus
pada alas cetakan berisi benda uji. Kemudian benda uji dibalik dan pasanglah
kembali perlengkapannya. Terhadap permukaan benda uji yang sudah dibalik ini,
tumbuklah dengan jumlah tumbukan yang sama.
Sesudah pemadatan, lepaskan keeping alas dan pasanglah alat pengeluar benda uji
pada permukaan ujung ini. Dengan hati-hati, keluarkan dan letakkan benda uji di
atas permukaan yang rata dan halus, biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu
ruang.
4.1.5 Cara Pengujian
a.
Bersihkan benda uji dari kotoran-kotoran yang menempel.
b. Berilah tanda pengenal pada masing-masing benda uji.
c. Ukuran tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm.
d.
Timbang benda ujing.
e. Rendam dalam air kira-kira 24 jam pada suhu ruang.
f. Timbanglah dalam air untuk mendapatkan isi.
g.
Timbanglah benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh.
h. Rendamlah benda uji aspal panas atau benda uji ter dalam bak perendam selama
30 sampai 40 menit atau dipanaskan di dalam oven selama 2 jam dalam suhu tetap
(60±1)⁰C untuk benda uji aspal panas dan (38±1)⁰C untuk benda uji ter. Untuk
benda uji aspal dingin masukkan benda uji ke dalam oven selama minimum 2 jam
dengan suhu tetap (25±1)⁰C. Sebelum melakukan pengujian, bersihkan batang
penuntun ( guide rod ) dan permukaan dalam dari kepala penekan yang diatas dapat
meluncur bila dikehendaki kepala penekan direndam bersama-sama benda uji
pada suhu antara 21⁰C sampai 38⁰C.
i.
Keluarkan benda uji dari perendaman atau pemanas udara dan letakkan ke dalam
segmen bawah kepala penekan. Pasang segmen atas di atas benda uji dan letakkan
keseluruhannya dalam mesin penguji. Pasang arloji ( sleeve) dipegang teguhterhadap segmen atas kepala penekan (breaking head ). Tekan selubung tangkai
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
51/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 51
arloji kelelehan tersebut pada segmen atas dari kepala penekan selama
pembenahan berlangsung.
j. Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta benda uji dinaikkan
hingga menyentuh alas cincin penguji. Atur kedudukan jarum arloji tekan pada
angka nol. Berikan pembebanan kepada benda uji dengan kecepatan tetap sebesar
50mm permenit sampai pembebanan maksimum tercapai atau pembebanan
menurun seperti yang dicapai. Lepaskan selubung tangkai arloji kelelehan ( sleeve)
pada saat pembebanan mencapai maksimum dan catat nilai kelelehan yang
ditunjukkan oleh jarum arloji kelelehan. Waktu yang diperlukan dan saat
diangkatnya benda uji dari rendaman air sampai tercapainya beban maksimum
tidak boleh melebihi 30 detik.
4.1.6 Dokumentasi
Tabel 4.2 Dokumentasi pencampuran beton aspal
Dokumentasi Keterangan
a. b.
Gambar 10.1
a. Pembersihan wadah yang akan
dipakai pada pemanasan agregat dari
sisa sisa aspal.
b. Agregat campuran dimasukan ke
dalam wadah.
Gambar 10.2
Pemanasan agregat campuran hingga suhu
170°C.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
52/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 52
a. b.
Gambar 10.3
a.
Penimbangan agregat campuran
setelah dipanaskan.
b. Pencampuran aspal pada agregat
campuran.
a. b.
Gambar 10.4
a.
Silinder disiapkan untuk mencetak
campuran beton aspal.
b. Proses penumbukan (kompaksi) agar
beton aspal memadat.
a. b.
Gambar 10.5
a. Benda uji yang telah dikompaksi.
b. Penimbangan benda uji setelah keluar
dari cetakan untuk mendapatkan berat
di udara.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
53/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 53
a. b.
Gambar 10.6
a.
Perendaman benda uji 24 jam.
b. Penimbangan benda uji dalam air
untuk mendapatkan benda uji dalam
air.
Gambar 10.7
Pengelapan/pengeringan benda uji agar
kering permukaan (SSD).
a. b.
Gambar 10.8
a.
Pemasukan benda uji ke dalamwaterbath.
b. Benda uji diuji melalui tes Marshall
untuk medapatkan nilai stabilitas dan
flow.
Gambar 10.9
Benda uji setelah uji Marshall.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
54/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 54
4.1.7 Perhitungan
Perhitungan dilakukan sesuai formulir pengisian yang sudah disediakan.
4.1.8 Pelaporan
Kadar aspal dilaporkan dalam bilangan decimal satu angka dibelakang koma. Berat isi
dilaporkan dalam ton/m³ dua angka dibelakang koma. Persen rongga terhadap batuan
(VMA) dilaporkan dalam bilangan desimal satu angka dibelakang koma. Persen
rongga terisi aspal (VIM) dilaporkan dalam bilangan bulat. Stabilitas dilaporkan
dalam bilangan bulat untuk setiap benda uji yang diperiksa laporan harus meliputi
keterangan berikut :
a.
Tinggi benda uji percobaan.
b. Beban maksimum dalam pound.
c. Nilai kelelehan dalam satuan inchi.
d.
Suhu pencampuran.
e. Suhu pemadatan
f. Suhu pencampuran.
4.1.9 Hasil Pengujian
Tabel 4.3 Hasil pengujian pencampuran beton aspal
% Agregat % Aspal
Berat
Wadah
(gram)
Berat Wadah
+ Agregat
Dingin
(gram)
Berat Wadah
+ Agregat
Panas 170°C
(gram)
93.5A B C D
6.5 319.3 1347.8 1308.5
Berat
Agregat
Panas (D-B)
(gram)
Berat Aspal
Panas (A/(100-
A))*E (gram)
Berat Wadah +
Agregat Panas +
Aspal (D+F) (gram)
Kadar
Air
Agregat
(C-D)
(gram)
E F G H
989.2 68.77 1377.27 39.3
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
55/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 55
4.1.10 Analisa dan Kesimpulan
Berat jenis aspal (T) = 1,04
Berat Jenis bulk (Gsb) = 2,415
Kalibrasi = 22.48073
Angka Korelasi = 1.09
Tabel 4.4 Analisa Marshall Quotient (MQ)
Kadar Aspal Berat Jenis Berat (gram)
Volume
bulkcm3
Berat
Jenis
bulk
Gmb
% berat
terhadaptotal
agregat
% berat
terdapattotal
campuran
Gmm Gse diudara
dalamair
keringpermukaan
A B C D E F G H J
6.952 6.5 2.341 2.564 1058.5 587 1074.5 487.5 2,171
% volume % pori Stabilitas
Flow
(mm)
MQAspal
terhadapcampuran
Agregat
efektif
terhadap
campuran
VMA VIM VFABacaan
Dial
Justifikasi
(kg)
Koreksi
volume
K L M N P Q R S U V
13.571 79.18 15.936 7.25 54.506 1151 25875.32 28204.1 6.39 4413.8
. % ℎ =
1 0 0 × 100
=6.5
100 6.5
× 100
= 6.952 %
. =
= 2.341
. =
1 0 0 × 100
=6.5
100 6.5× 100
= 2.564
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
56/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 56
. =
= 1058.5
. =
= 587
. () =
= 1074.5
. =
= 487.5
. () =
= 2.171
. % ℎ = ×
=6.5 × 2.171
1.04
= 13.571%
. % ℎ = (100 )
=2.171(100 6.5)
2.564
= 79.18 %
. = 100 (1 0 0 )
= 100 2.171(100 6.5)
2.415
= 15.963%
. =100( )
=100(2.341 2.171)
2.341
= 7.25%
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
57/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 57
. =
100( )
=100(15.963 7.25)
15.963
= 54.506%
. =
= 1151
. = ×
= 1151 × 22.48073
= 25875.32
. = ×
= 25875.32 × 1.09
= 28204.1
. =
= 6.39
. =
=28204.1
6.39
= 4413.8 /
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
58/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 BAB II ASPAL
METODE PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR
DENGAN CLEVELAND OPEN CUP
Titik nyala 300oC dan titik bakar aspal 315oC. Nilai tersebut sesuai dengan
pesyaratan yang dicantumkan dalam spesifikasi umum divisi 6 PU tahun2010 (SNI 2433:2011) yaitu ≤ 232 dan dapat dipakai dilapangan
METODE PENGUJIAN PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN
Dari hasil pengujian penetrasi didapatkan nilai rata-rata pada pengujian 1
sebesar 66,8 dan pada pengujian 2 sebesar 61,8. Dapat disimpulkan sesuai
dengan pesyaratan yang dicantumkan dalam spesifikasi umum divisi 6 PU
tahun 2010 (SNI-06-2456-1991) bahan pada pengujian 1 dan 2 termasuk
kedalam bitumen lunak dan termasuk kedalam kategori pen 60-70.
METODE PENGUJIAN DAKTILITAS BAHAN-BAHAN ASPALAspal yang diuji memiliki plastisitas sebesar ≥ 100 cm. Angka tersebut
memenuhi standar yang ditetapkan dalam spesifikasi umum divisi 6 PU tahun
2010 (SNI 2432:2011) yaitu ≥ 100 cm. Maka dari itu, aspal dapat dipakai
dalam perkerasan jalan dan memiliki plastisitas yang baik untuk perkerasan
jalan.
METODE PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL DAN TER
Dari hasil pengujian didapatkan titik lembek aspal pada suhu 52 o C dan 53o
C, Dapat disimpulkan sesuai dengan pesyaratan yang dicantumkan dalam
spesifikasi umum divisi 6 PU tahun 2010 (SNI 2434-2011) titik lembek harus
≥ 480C sehingga kedua bahan uji tersebut dapat digunakan dalam perkerasan
jalan.
METODE PENGUJIAN VISKOSITAS ASPAL DENGAN ALAT
SAYBOLT
Nilai Cst yang didapat adalah 555,67 dan 1710 dalam waktu berturut-turut
263 detik dan 288 detik. Sesuai dengan pesyaratan yang dicantumkan dalamspesifikasi umum divisi 6 PU tahun 2010 (SNI 06-6441-2000) Viskositas
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
59/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 59
Kinematis 135ºC (Cst). Nilai tersebut memenuhi standar yang ditetapkan
yaitu ≥ 300. Aspal yang diuji memiliki kekentalan yang memenuhi standard
tersebut.
METODE PENGUJIAN BERAT JENIS ASPAL CAIR DENGAN
ALAT HIDROMETER
Dari hasil pengujian didapatkan berat rata-rata cair aspal sebesar 0,940.
Sesuai dengan spesifikasi umum divisi 6 PU tahun 2010 (SNI 2441:2011)
berat jenis aspal tersebut memenuhi syarat yang ditetapkan yaitu antara 0,92-
1,06. Sehingga aspal tersebut baik untuk digunakan sebagai perkerasan jalan. METODE PENGUJIAN BERAT JENIS ASPAL PADAT
Berat jenis rata-rata aspal sebesar 1.06. Berat jenis aspal tersebut memenuhi
standar sesuai dengan pesyaratan yang dicantumkan dalam spesifikasi umum
divisi 6 PU tahun 2010 SNI 2441:2011 yaitu ≥ 1,0 dan dapat dipakai dalam
perkerasan jalan.
PENGUJIAN KEHILANGAN BERAT MINYAK DAN ASPAL
DENGAN CARA
Dari pengujian yang telah dilakukan terjadi kehilangan berat rerata sebesar1.395 %. Berdasarkan dengan pesyaratan yang dicantumkan dalam spesifikasi
umum divisi 6 PU tahun 2010 (SNI 06-2441-1991) berat hilang (%) yang
diijinkan yaitu ≤ 0.8 %. Maka aspal yang telah diuji tersebut tidak memenuhi
spesifikasi. Aspal tersebut mudah rapuh dan mudah kehilangan sifat
plastisnya akibat perubahan suhu
5.1.2 BAB III AGREGAT
METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN
AGREGAT HALUS ,SEDANG DAN KASAR
Proporsi agregat campuran sesuai dengan spesifikasi LASTON(AC) BC dan
menggunakan metode grafis, untuk pencampuran kami membutuhkan 25%
agregat kasar, 41% agregat sedang, dan 34% agregat halus.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
60/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 60
5.1.3 BAB IV CAMPURAN ASPAL
METODE PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT
MARSHALL
Setelah mendapat data dari pengujian dan menggunakan data dari tugas kami
mendapatkan nilai MQ 4413,8 kg/mm
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan :
Peralatan dan perlengkapan praktikum sebaiknya ditambah lagi supaya tidak
terjadi antrian pada saat praktikum sehingga tidak ada kelompok yang
ketinggalan prsktikum.
Jas praktikum sebaiknya rutin dicuci.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
61/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
Kelompok 7 Page 61
DAFTAR PUSTAKA
Silvia Sukirman , Buku beton aspal campuran panas , Institut Teknologi Nasional,
Bandung, 2012
Spesifikasi Uum Divisi 6 PU tahun 2010.
-
8/19/2019 5. Laporan Mpj Kel7a Revisi 1 Bismillah
62/62
LABORATURIUM MATERIAL PERKERASAN JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALJL. Penghulu Haji Hasan Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124
LAMPIRAN