4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen SMP Negeri 1...

53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen SMP Negeri 1 Bawen merupakan salah satu sekolah menengah negeri yang berdiri pada 15 Desember 1983 dan terletak di Jalan Soekarno – Hatta no. 54, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi sekolah ini sangat strategis karena terletak di pinggir jalan raya dimana semua angkutan melewati akses jalan tersebut, bahkan di sub-rayon 02 SMPN 1 Bawen adalah sekolah yang paling strategis dibandingkan sekolah menengah lainnya. Bukan hanya lokasinya yang di pinggir jalan raya tetapi juga keberadaan luas sekolah yang memadahi, yaitu sekitar 2 ha. SMPN 1 Bawen memiliki visi dan misi yang tertuang dalam dokumen sekolah yaitu: 1. Visi Visi dari SMP Negeri 1 Bawen adalah unggul dalam prestasi, berwawasan IPTEK berdasarkan IMTAQ. 2. Misi a. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan secara efektif untuk mewujudkan pengembangan visi.

Transcript of 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen SMP Negeri 1...

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen

    SMP Negeri 1 Bawen merupakan salah satu

    sekolah menengah negeri yang berdiri pada 15

    Desember 1983 dan terletak di Jalan Soekarno –

    Hatta no. 54, Kecamatan Bawen, Kabupaten

    Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi sekolah

    ini sangat strategis karena terletak di pinggir jalan

    raya dimana semua angkutan melewati akses jalan

    tersebut, bahkan di sub-rayon 02 SMPN 1 Bawen

    adalah sekolah yang paling strategis dibandingkan

    sekolah menengah lainnya. Bukan hanya lokasinya

    yang di pinggir jalan raya tetapi juga keberadaan

    luas sekolah yang memadahi, yaitu sekitar 2 ha.

    SMPN 1 Bawen memiliki visi dan misi yang

    tertuang dalam dokumen sekolah yaitu:

    1. Visi

    Visi dari SMP Negeri 1 Bawen adalah unggul

    dalam prestasi, berwawasan IPTEK berdasarkan

    IMTAQ.

    2. Misi

    a. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan secara

    efektif untuk mewujudkan pengembangan

    visi.

  • b. Melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk

    menunjang peningkatan kinerja guru dan

    karyawan.

    c. Melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk

    menciptakan dinamika dan kualitas proses

    pembelajaran pelatihan dan bimbingan.

    d. Mengupayakan pengadaan, pemanfaatan

    dan memelihara fasilitas pendidikan secara

    optimal.

    e. Melaksanakan kegiatan pencapaian

    ketuntasan kompetensi kelulusan baik

    pengetahuan, keterampilan, sikap, dan

    perilaku.

    f. Melaksanakan manajemen berbasis sekolah

    secara mantap.

    g. Mengupayakan pengembangan pembiayaan

    untuk mendukung kegiatan sekolah secara

    menyeluruh.

    h. Melaksanakan penilaian secara menyeluruh

    dan berkesinambungan.

    4.1.1 Data Peserta didik

    SMPN 1 Bawen hampir tidak pernah

    kekurangan peserta didik, bahkan

    kecenderungannya menolak peserta didik ketika

    penerimaan peserta didik baru. Jumlah nilai UN

    peserta didik yang diterima berkisar antara 22 s.d.

  • 23, atau jika dirata-rata 7,3 s.d. 7,6.

    Sesungguhnya input atau kemampuan dasar

    peserta didik di SMPN 1 Bawen bisa dikatakan

    cukup bagus jika dibandingkan dengan sekolah

    menengah di sub rayon 02. Jumlah peserta didik

    dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan

    yang dikarenakan adanya penambahan rombongan

    belajar (rombel). Yang biasanya hanya 21 robel

    menjadi 27 rombel. Berikut ini tabel jumlah peserta

    didik 4 tahun terakhir:

    Tabel 4.1

    Jumlah Peserta didik 4 Tahun Terakhir

    No Th Kelas

    VII VIII IX

    1 2010/2011

    L 116 119 126

    P 158 122 126

    Jumlah 274 241 252

    Total 767

    2 2011/2012

    L 164 121 90

    P 129 138 159

    Jumlah 293 259 249

    Total 801

    3 2012 2013

    L 157 121 89

    P 130 139 158

    Jumlah 287 260 247

    Total 749

    4 2013/2014

    L 154 162 113

    P 138 129 138

    Jumlah 298 291 251

    Total 840

    Sumber: Tata Usaha SMPN 1 Bawen, diolah

  • 4.1.2 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan Tabel 4.2

    Jumlah Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMPN 1 Bawen

    No Jabatan PNS WB

    Jml Keterangan L P L P

    1 Kepsek 1 - - - 1

    Guru :

    1 Agama 3 2 - - 5 3 guru berasal dari sekolah

    lain.

    2 Pkn - 3 - - 3 1 guru dari

    sekolah lain

    3 B. Indonesia - 5 - - 5 1 guru dari sekolah lain

    4 IPA 2 5 - - 7

    5 Matematika - 4 - - 4

    6 IPS - 5 - - 5

    7 B. Inggris 3 1 1 5

    8 B. Jawa 2 - - - 2

    9 BK - 2 1 3 1 guru dari sekolah lain.

    10 Penjasorkes 2 - 1 - 3 1 guru dari

    sekolah lain

    11 Tatabusana - 2 - - 2

    12 TIK - 2 - - 2

    13 Kesenian 2 - - - 2 1 guru dari

    sekolah lain

    14 Satpam - - 2 - 2

    15 Penjaga 1 - 2 - 3

    16 Tatausaha 2 1 1 1 5

    17 Tenaga

    Perpustakaan - - - 1 1

    18 Teknisi komputer - - 1 - 1

    Jumlah 18 32 8 2 60

    Sumber: Tata Usaha SMPN 1 Bawen, diolah

  • Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa

    jumlah guru yang mengajar di SMPN 1 Bawen

    adalah sebanyak 48 guru. Ditambah dengan 1

    kepala sekolah, 2 petugas keamanan, 3 penjaga dan

    petugas kebersihan, 5 petugas tatausaha, 1 tenaga

    perpustakaan dan 1 teknisi komputer. SMPN 1

    Bawen terdiri dari 27 rombel dengan 27 wali kelas.

    Sementara itu ada beberapa guru yang berasal dari

    sekolah lain (penambahan beban mengajar 24 jam),

    seperti: 1 guru agama islam, 1 guru agama kristen,

    1 guru agama katholik, 1 guru kesenian, 1 guru

    bahasa indonesia, 2 guru olah raga, dan 1 guru

    BK. Dari 48 guru ada sebanyak 45 PNS dan 3 guru

    wiyata bhakti (WB).

    Tabel 4.3 Kualifikasi Akademik Guru SMPN 1 Bawen

    No Jabatan PNS WB

    Jml S2 S1 D3 D2 SMA S2 S1 SMA

    1 Kepala

    Sekolah 1 - - - - - - - 1

    2 Tenaga Pendidik

    1 44 - 1 - - 2 - 48

    3

    Tenaga Kependidikan

    - - 1 - 2 - 2 6 11

    Sumber: Tata Usaha SMPN 1 Bawen, diolah

    Tenaga pendidik (guru) SMPN 1 Bawen

    hampir semua berkualifikasi S1, hanya tinggal 1

    guru yang berijasah D2. Dari guru PNS maupun

  • wiyata bhakti semuanya ada 98 % yang sudah

    memenuhi kualifikasi pendidikan S1.

    4.1.3 Sarana Prasarana

    1. Sarana

    Berdasarkan hasil pengamatan dan studi

    dokumen dapat dijelaskan bahwa SMPN 1

    Bawen memiliki sarana pembelajaran yang yang

    sudah cukup lengkap. Adapun sarana yang

    dimaksud adalah: buku teks pelajaran, alat

    peraga (globe, atlas, alat peraga matematika, alat

    peraga IPA, alat peraga kesenian, alat peraga

    olah raga, dan lain-lain), media yang berkaitan

    dengan TIK ( 8 LCD proyektor, 6 Laptop,

    Komputer, TV, pengeras suara, VCD, dan lain

    sebagainya), sarana kegiatan ektrakurikuler (1

    set alat musik band, matras dan perlengkapan

    pencak silat, 1 set alat musik perskusi rebana,

    peralatan olah raga: bola voli, basket, sepak bola,

    bulu tangkis, tolak peluru, atletik. Selain itu

    sekolah juga memiliki fasilitas keterampilan

    menjahit yang cukup memadahi, yaitu sejumlah

    35 mesin jahit dan beberapa alat obras kain.

    2. Prasarana

    Prasarana SMPN 1 Bawen sudah cukup

    lengkap meskipun masih ada yang kurang

    atupun rusak, diantaranya: 6 jamban peserta

  • didik rusak berat, ruang UKS yang masih

    kurang luas. Untuk melihat lebih jelas dari

    kondisi prasarana SMPN 1 Bawen dapat diamati

    melalui Tabel dibawah ini:

    Tabel 4.4 Keadaan Prasarana Pendidikan SMPN 1 Bawen

    Sumber: Data sekolah, diolah

    No Jenis Ruang Kedaan

    Ukuran Jml. Ket. Baik Rsk

    1 Kelas 26 7 x 9 26 Proses penambahan.

    2 Laboratorium IPA 1 8 x 12 1

    3 Ruang keterampilan

    1

    10 x 12 1

    4 Lab. Komputer 1 8 x 12 1

    5 Perpustakaan 1 7 x 9 1

    6 Kantor Guru 1 7 x 17 1

    7 Kantor Kepsek 1 6 x 7 1

    8 kantor Pimpinan 1 6 x 7 1

    9 Aula 0 0 0 Proses pembgn.

    10 Mushola 1 10 x 10 1

    11 UKS 1 5 x 4 1

    12 Koperasi 1 5 x 6 1

    13 Kantin 2 4 x 5 2

    14 Jamban Guru 3 2 x 2 3

    15 Jamban Peserta

    didik 15 6 2 x 2 21

    16 Gudang 1 4 x 5 1

    17 Ruang BK 1

    4 x 6 1

    18 Ruang OSIS 1

    6 x 7 1

    19 Ruang Band 1

    3 x 7 1

    20 Ruang TU 1

    7 x 9 1

    21 Lapangan sepak bola

    1 60 x 40 1

    22 Lapangan Basket 1 24 x 14 1

    23 Lapangan Bola Voli

    1 9 x 8 1

    24 Pos Keamanan 1 3 x 3 1

    25 Tempat parkir 2 5 x 7 2

  • 4.2 Hasil Penelitian Berdasarkan pada langkah-langkah

    pengembangan, maka hasil penelitian adalah sebagai

    berikut:

    4.2.1 Potensi dan Masalah

    Hasil Wawancara, Observasi, dan Studi Dokumen

    Pada bagian ini akan disajikan hasil

    wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah

    dan guru SMPN 1 Bawen tentang yang sudah

    dilakukan terhadap rencana strategis (renstra) untuk

    meningkatkan mutu sekolah. Berikut ini hasil

    wawancara dengan kepala SMPN 1 Bawen:

    Berdasarkan wawancara dengan kepala

    sekolah SMPN 1 Bawen didapatkan bahwa renstra

    yang selama ini dibuat belum sepenuhnya dibuat oleh

    stakeholder sekolah.

    Renstra disusun dengan mengadopsi dari

    sekolah lain dengan beberapa perubahan-

    perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi

    sekolah. Proses-proses yang seharusnya dilewati

    dalam penyusunan renstra belum dijalankan

    sebagaimana mestinya, hal tersebut terbukti

    dengan tidak adanya dokumen-dokumen yang

    menunjukkan proses penyusunan renstra

    seperti rapat – rapat pleno, notulen proses

    penyusunan renstra, daftar hadir, dan lain-lain.

    Selanjutnya kepala sekolah menyatakan:

  • sesungguhnya isi dari renstra yang dimiliki oleh

    sekolah saat ini sudah cukup baik namun

    masih belum mampu menjawab persoalan-

    persoalan yang semakin kompleks dan dinamis

    begitu yang dihadapi oleh sekolah. Hal tersebut

    dikarenakan dalam proses penyusunan renstra

    tidak menyentuh akar rumput masalah yang

    ada di sekolah. Selain itu juga adanya beberapa

    kata atau kalimat dalam renstra yang masih

    belum operasional sehingga sedikit ada masalah

    dalam implementasinya.

    Wakil kepala SMPN 1 Bawen selanjutnya

    menyatakan:

    sekolah masih menggunakan acauan renstra

    dari sekolah lain yang kemudian diadaptasi

    dengan situasi dan kondisi sekolah, sehingga

    alurnya atau prosesnya tidak dimulai dari hulu

    sampai hilir. Meski demikian sekolah sudah

    mencoba untuk melibatkan stakeholder sekolah

    untuk proses penyusunan tersebut dan

    melakukan sosialisasi kepada guru. Menyusun

    renstra yang ideal sangat sulit karena harus

    melalui tahapan-tahapan dan harus

    meluangkan waktu untuk mewujudkannya,

    sementara itu kesibukan kepala sekolah, unsur

    pimpinan, guru dan komite cukup padat

    sehingga rasanya sulit untuk

    merealisasikannya.

    Sementara itu menurut mantan waka bidang

    kurikulum menyatakan bahwa:

  • sekolah sudah mencoba untuk melibatkan

    semua stakeholder sekolah untuk merumuskan

    rencana strategis sekolah meskipun dalam

    proses penyusunan tersebut sekolah masih

    menggunakan acaun dengan renstra sekolah

    lain untuk diadopsi dan sesuaikan.

    Melihat hasil wawancara dengan di atas maka

    dapat disimpulkan bahwa selama ini sekolah belum

    melakukan proses yang semestinya dalam menyusun

    renstra sekolah. Hal tersebut dapat menjadi faktor

    yang menghalangi perkembangan mutu sekolah dari

    waktu ke waktu.

    4.2.2 Draft Awal Strategi (SWOT)

    1. Analisis SWOT

    Analisa SWOT dilakukan dengan mengidentifikasi

    faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan acaman

    untuk peningkatan mutu sekolah di SMP Negeri 1

    Bawen yang berdasarkan pada hasil FGD dalam 3

    aspek yaitu input, proses dan output yang diuraikan

    sebagai berikut ini.

    a. Aspek Input

    Menurut Lewis dan Smith (dalam Tjiptono & Diana,

    2003) yang termasuk dalam aspek input adalah:

    kemampuan peserta didik, sumber daya finansial,

    fasilitas, program dan jasa pendukung.

  • Hasil analisis faktor kekuatan dan kelemahan aspek

    input, serta pemberian skor sampai diperoleh IFAS

    dapat dilhat pada tabel 4. 5 berikut ini:

    Tabel 4.5 Matrik IFAS (Internal Factors Analysis

    Summary)

    No Faktor-faktor Internal

    Bobot Skor

    Tota

    l

    Skor Kekuatan

    1 Lokasi sekolah sangat trategis 0,30 5 1,50

    2 98 % guru berpendidikan S1 0,20 4 0,80

    3 Kemampuan dasar peserta didik baik 0,15 4 0,60

    4 Jumlah buku ajar untuk guru dan peserta didik mencukupi

    0,15 3 0,45

    5 Kemampun manajemen kepala sekolah sudah baik

    0,10 3 0,30

    6 Dana untuk operasi sekolah mencukupi 0,06 4 0,24

    7 Fasilitas cukup lengkap 0,04 3 0,12

    Total Skor 1

    4,01

    Kelemahan

    1 Supervisi dan evaluasi yang dilakukan oleh tim dan kepala sekolah masih belum optimal.

    0,30

    4 1,20

    2 Guru belum memahami visi, misi sekolah 0,15 3 0,45

    3 Kurang optimalnya pembimbingan/ pembinaan kegiatan ekstrakurikuler dalam mencapai target yang diharapkan.

    0,15 3 0,45

    4 Kompetensi staf sekolah (Tata Usaha dan Keuangan) belum optimal.

    0,15 2 0,30

    5 Belum memadai ruang untuk kegiatan ekstrakurikuler.

    0,10 2 0,20

    6 Pemanfaatan laboratorium (Bahasa, IPA dan Komputer) masih kurang optimal.

    0,10 3 0,30

    7 Lingkungan sekolah kurang hijau, bersih dan nyaman.

    0,05 2 0,10

    Total Skor 1 3,00

    Total Skor Akhir (kekuatan-kelemahan) 1,01

    Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014

    Berdasarkan tabel diatas, kekuatan yang paling

    berpengaruh atau menonjol adalah lokasi sekolah yang

  • sangat strategis dibandingkan dengan sekolah-sekolah

    lain di sub rayon 02 kabupaten semarang menurut para

    guru, staf dan komite sekolah dengan bobot 0,30 dan skor

    5. Namun bagi kepala sekolah sesungguhnya yang paling

    penting dalam pencapain mutu sekolah adalah sumber

    daya manusianya (SDM) terlebih dahulu selanjutkan akan

    diikuti dengan hal yang lainnya. Hanya 1 guru yang

    masih berpendidikan D-2, sementara guru yang lain

    sudah S1 bahkan ada yang sudah S2. Pendidikan guru

    memiliki bobot 0,20 dengan skor 4, artinya tertinggi

    nomor 2. Kemampuan dasar peserta didik SMPN 1 Bawen

    cukup baik dengan syarat minimal nilai rata-rata 7,30

    pada saat masuk. Kemampuan dasar peserta didik ini

    diberi bobot 0,15 dengan bobot 0,60. Sementara itu

    untuk ketersediaan buku ajar untuk guru dan peserta

    didik sudah mencukupi, hal ini tercermin dari buku paket

    untuk peserta didik sudah hampir mencukupi serta

    banyaknya koleksi buku materi di perpustakaan. Bobot

    dari ketersediaan buku ajar ini adalah 0,15 dengan skor

    3.

    Kemampuan manajemen kepala sekolah yang baik

    dan program-programnya menjadi kekuatan bagi sekolah.

    Dengan manajemen yang baik maka sekolah mulai

    dikelola dengan baik dan terarah untuk mewujudkan visi,

    misi sekolah. Disamping itu dana untuk operasi

    penyelenggaraan kegiatan sekolah sudah mencukupi,

  • meskipun dana untuk kegiatan non akademis

    (ekstrakurikuler) masih belum optimal dikarenakan begitu

    banyaknya kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Hal ini

    menjadi pertimbangan sekolah untuk menggali sumber-

    sumber dana baik dari orang tua melalui komite ataupun

    dengan instansi atau lembaga lain. Fasilitas SMPN 1

    Bawen sudah cukup lengkap dibandingkan dengan

    sekolah-sekolah lain di sub rayon 02 Kabupaten

    Semarang. Meskipun sudah cukup lengkap namun dalam

    hal pemanfaatan masih belum optimal. Hal ini disebabnya

    karena kurangnya kesadaran guru pentingya penggunaan

    fasilitas sekolah untuk mencapai pembalajaran yang lebih

    efektif. Jika para guru mampu mengoptimalkan fasilitas

    yang telah disediakan sekolah maka output yang

    dihasilkan akan lebih baik dari pada saat ini.

    Kekuatan tersebut diatas menjadi dasar untuk

    memulai meningkatkan mutu sekolah khususnya pada

    mutu aspek input. Total bobot masing-masing kekuatan

    dikalikan dengan skor masing-masing kekuatan untuk

    faktor kekuatan aspek input adalah 4,01.

    Meskipun memiliki beberapa kekuatan yang cukup

    potensial untuk dikembangkan, sekolah juga memiliki

    beberapa kelemahan yang perlu diatasi seperti supervisi

    dan evaluasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan tim

    yang masih belum optimal, yang diberi bobot 0,30 dengan

    skor 4. Disamping itu banyak guru yang belum

  • memahami visi, misi sekolah sehingga mempengaruhi

    kinerjanya yang diberi bobot 0,15 dan skor 3. Masih

    kurang optimalnya pengajar atau pelatih ekstrakurikuler

    dalam memberikan pembimbingan, yang diberi bobot 0,15

    dan skor 3. Kompetensi staf sekolah (Tata Usaha dan

    Keuangan) masih belum optimal, yang diberi bobot 0,15

    dan skor 2. Sementara itu untuk tempat atau ruang

    untuk kegiatan ekstrakurikuler masih belum memadahi,

    yang diberi bobot 0,10 dan skor 2.

    Pemanfaatan laboratorium IPA, Bahasa dan

    komputer masih belum optimal. Hal ini dikarenakan

    masih banyak guru menggunakan metode konvensional

    dalam mengajar peserta didik. Pada bagian ini diberi

    bobot 0,10 dan skor 3. Sementara itu lingkungan sekolah

    yang kurang hijau, bersih dan aman masih menjadi

    perhatian sekolah, yang diberi bobot 0,05 dan skor 2.

    Dari kelemahan-kelemahan aspek input di atas

    dapat dijadikan dasar untuk memperbaikinya. Total bobot

    dikalikan skor untuk faktor kelemahan adalah 3,00. Totol

    skor akhir kekuatan dikurangi kelemahan untuk aspek

    input adalah 1,01, yang artinya faktor kekuatan masih

    lebih tinggi dari pada faktor kelemahan. Hal ini berarti

    sekolah dapat memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi

    permasalahan-permasalahan yang ada.

    Hasil analisis faktor peluang dan ancaman aspek

    input dapat dilihat pada Tabel 4.6 yang selanjutnya diberi

  • bobot dan skor serta dilakukan perhitungan skor akhir,

    dan diperoleh Matrik External Factors Analysis Summary

    (EFAS) sebagai berikut:

    Tabel 4.6 Matriks EFAS (External Factors Analysis Summary)

    No Faktor-Faktor Eksternal

    Bobot Skor Total Skor Peluang

    1. Minat tinggi orang tua untuk menyekolahkan anaknya di SMPN 1 Bawen.

    0,30 4 1,20

    2. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat dan semakin mudah untuk didapatkan/ diakses.

    0,20 3 0,60

    3. Hubungan yang sangat baik dengan dinas pendidikan kabupaten.

    0,20 3 0,60

    4. Semakin meningkatnya peran komite 0,20 4 0,80

    5. Banyak fihak/ instansi luar yang tertarik untuk bekerjasama dengan sekolah.

    0,10 3 0,30

    Total Skor 1

    3,50

    No Ancaman Bobot Skor Total Skor

    1. Beberapa guru kurang siap dengan perubahan baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun oleh kepala sekolah.

    0,30 3 0,90

    2.

    Beberapa guru masih berorientasi pada uang dalam menjalankan tugas pokok fungsingya

    (money oriented).

    0,20 3 0,60

    3. Persaingan antar sekolah menengah pertama semakin tinggi.

    0,20 3 0,60

    4. Banyak sekolah menengah pertama memiliki fasilitas yang lebih baik dan lengkap.

    0,20 2 0,40

    5. Maraknya pengaruh negatif dari penggunaan peralatan TIK (handpone, game online, dan internet)

    0,10 2 0,20

    Total Skor 1 2,70

    Total Skor Akhir (Peluang-Ancaman)

    0,80

    Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014

    SMPN 1 Bawen memiliki beberapa peluang untuk

    meningkatkan mutu sekolah. Peluang-peluang tersebut

    sangat strategis bagi peningkatan mutu dan menjadi

  • modal yang sangat besar bagi sekolah. Menurut pihak

    sekolah peluang yang memiliki bobot paling tinggi adalah

    minat tinggi orang tua peserta didik menyekolahkan

    anaknya di SMPN 1 Bawen yang diberi bobot 0,30 dan

    skor 4. Perkembangan TIK yang sangat pesat dan mudah

    untuk diakses merupakan peluang yang sangat stategis

    untuk meningkatkan mutu sekolah dari aspek input, yang

    diberi bobot 0,30 dan skor 3. Sementara itu untuk

    hubungan baik dengan Dinas Pendidikan Kabupaten

    Semarang diberi skor oleh pihak sekolah 0.20 dan skor 3.

    Peran komite semakin meningkat adalah peluang

    yang sangat penting dan strategis bagi sekolah untuk

    merealisasikan program sekolah, yang diberi bobot 0,20

    dan skor 4. Sementara itu fihak/ instansi yang semakin

    tertarik bekerjasama dengan sekolah adalah sebuah

    peluang yang tidak dimiliki oleh sekolah-sekolah di sub

    rayon 02. Untuk aspek ini diberikan bobot oleh pihak

    sekolah 0,10 dan skor 3.

    Selain peluang sekolah juga memiliki

    ancaman dimana beberapa guru kurang siap bahkan

    menolak perubahan baik yang dilakukan oleh pemerintah

    ataupun oleh kepala sekolah adalah ancaman yang paling

    tingginya, diberi bobot oleh sekolah 0,30 dan skor.

    Instansi seperti sekolah akan mengalami peningkatan

    mutu jika setiap orang yang terlibat di dalamnya mau dan

    selalu siap yang perubahan. Memang diakui bahwa

  • sekolah negeri cukup dikenal dengan budaya aman dan

    nyaman dalam bekerja sehingga jika perubahan dimana

    peruhan tersebut tidak membuat nyaman dan aman

    maka penolakan adalah jawaban. Bahkan tidak jarang

    menjadi konflik yang bersifat frontal. Maka dari itu kepala

    sekolah perlu memikirkan bagaimana untuk

    menanamkan sikap terbuka terhadap perubahan dan

    selalu siap sedia dengan perubahan. Tentunya untuk

    kegiatan ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh sekolah

    untuk mencapai tujuan tersebut, misalnya dengan

    program outbond, retret, seminar, dan lain sebagainya.

    Ancaman yang kedua adalah ada beberapa guru yang

    masih berorientasi pada uang atau materi dalam

    menjalankan tugas pokok fungsinya oleh sekolah diberi

    bobot 0,20 dan skor 3. Persaingan antar sekolah

    menengah yang semakin ketat menempati urutan ketiga

    yang diberi bobot oleh sekolah 0,20 dan skor 2.

    Sementara itu untuk fasilitas sekolah lain yang semakin

    lengkap dan baik menjadi acaman urutan keempat

    dimana sekolah memberikan bobot 0,20 dan skor 2.

    Untuk pengaruh negatif perkembangan teknologi dan

    informasi menempati urutan yang terakhir yang diberi

    bobot oleh sekolah sebasar 0,10 dan skor 2.

    a. Aspek Proses

    Komponen proses meliputi kemampuan guru,

    metode pembelajaran, fasilitas pembelajaran, kurikulum,

  • media dan evaluasi. Hasil analisis faktor kekuatan dan

    kelemahan untuk aspek proses dapat dilihat pada Tabel

    4. 7 berikut ini

    Tabel 4.7

    Matrik IFAS (Internal Factors Analysis Summary)

    No Faktor-faktor Internal Bob

    ot Sko

    r Total Skor Kekuatan

    1. Kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan pelajaran yang diampu

    0,30 4 1,20

    2. KKM sekolah minimal 75 0,20 5 1,00

    3.

    Adanya banyak kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah (band, pramuka, silat, karate, rebana, bola voli, renang, basket, PMR, paduan suara, seni lukis, baca tulis alquran).

    0,15 4 0,60

    4. Kemampuan manajemen kepala sekolah cukup baik.

    0,15 4 0,60

    5. Adanya jam pelajaran tambahan untuk kelas IX.

    0,10 2 0,20

    6. Guru mengikuti kegiatan pengembangan profesi (MGMP, Workshop, Seminar, Pelatihan).

    0,10 3 0,20

    Total Skor

    3,80

    Kelemahan

    1

    Kedisiplinan guru yang masih kurang,

    khususnya dalam menjalankan tugas pokok fungsinya.

    0,30 3 0,90

    2

    Masih banyak guru menggunakan metode konvensional dalam proses pembelajaran, serta belum mengoptimalkan media pembelajaran.

    0,20 3 0,60

    3 Guru kurang memberikan motivasi kepada peserta didik.

    0,15 3 0,45

    4 Kerjasama (team work) antar guru dan lembaga dalam internal sekolah masih belum optimal.

    0,15 2 0,30

    5 Pelaksanaan supervisi belum tuntas dan optimal.

    0,10 3 0,30

    6. Fasilitas pembelajaran yang masih belum optimal

    0,10 2 0,20

    Total Skor 1 2,75

    Total Skor Akhir (kekuatan-kelemahan) 1,05

    Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014

  • Faktor kekuatan yang paling berpengaruh pada

    aspek proses adalah kualifikasi pendidikan guru sesuai

    dengan pelajaran yang diampunya yang selanjutnya diberi

    bobot 0,30 dan skor 4. Tidak semua sekolah di sub rayon

    02 yang kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan

    pelajaran yang diampunya, bahkan hampir sebagian

    besar terdapat guru yang mengajar belum sesuai dengan

    kualifikasi pendidikannya. Sementara itu KKM sekolah

    yang minimal 75 yang diberi bobot 0,20 dan skor 5. KKM

    akan menjadi pemicu para guru agar peserta didik dapat

    mencapainya bahkan melampauinya.

    Adanya kegiatan ekstrakurikuler yang beragam

    diberikan bobot oleh fihak sekolah sebesar 0,15 dan

    skornya 4. Jika sekolah dapat lebih mengembangkan

    kegiatan ekstrakurikuler (non akademis) tidak hanya dari

    sisi kuantitas tetapi juga kualitasnya maka tidak mustahil

    kualitas sekolah akan semakin meningkat dan semakin

    dipercaya oleh masyarakat dan instansi lainnya.

    Kemampuan manajemen kepala sekolah yang

    sudah baik diberikan bobot 0,15 dan skornya 4. Sekolah

    memiliki kepala sekolah dengan kemampuan manajemen

    baik sejak 2 tahun terahir ini. Kemampuan

    manajemennya kepala sekolah sebelumnya belum bisa

    mengikuti perkembangan pendidikan yang terus

    berkembang atau dinamis. Ke depan sekolah berpeluang

  • untuk dapat memperbaiki mutu dengan manajemen yang

    lebih efektif dan efisien.

    Pelajaran tambahan untuk kelas IX diberi bobot

    0,10 dan skor 2. Sekolah sebenarnya tidak hanya

    memberikan pelajaran kepada semua peserta didik, tetapi

    juga bagi peserta didik yang 25 terbaik dari masing-

    masing mata pelajaran UN dengan target 10 peserta didik

    tesebut mendapatkan nilai 100 pada masing-masing nilai

    mapel UN tersebut.

    Guru besedia mengikuti kegiatan pengembangan

    profesi baik yang diselenggarakan oleh intenal sekolah

    (MGMP, IHT, Seminar dan pengembangan lainnya)

    ataupun oleh fihak lain (workshop, seminar, pelatihan).

    Dari kekuatan ini diberikan bobot 0,10 dan skor 3. Total

    bobot dikalikan dengan skor untuk faktor kelemahan

    yaitu 3,80.

    Sementara itu untuk beberapa kelemahan yang

    dimiliki oleh sekolah dalam aspek proses adalah

    kedisiplinan guru yang masih kurang diberi bobot 0,30

    dan skor 3. Hal itu tercermin dari seringnya para guru

    terlambat datang sekolah dan masuk ruang kelas. Selain

    itu dari sisi kedisplinan administatatif guru yang sering

    kurang, khususnya hal menyusun perangkat

    pembelajaran, analisa, evaluasi dan tidak lanjut. Selain

    itu masih ada beberapa guru mengajar dengan

    menggunakan metode konvensional (ceramah) dan kurang

  • mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran dalam

    proses pembelajaran, yang selanjutnya oleh sekolah diberi

    bobot 0,20 dan skor 3. Untuk kurangnya guru

    memberikan motivasi kepada peserta didik diberi bobot

    0,15 dan skor 3.

    Kerjasama antar guru dan lembaga dalam internal

    sekolah yang masih kurang diberikan bobot 0,15 dan skor

    2. Selain itu pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh

    kepala sekolah dan tim belum optimal diberikan bobot

    0,10 dan skor 3. Sebenarnya supervisi sudah ada jadwal

    dan pembagian tim namun dalam implementasinya masih

    belum dijalankan sesuai jadwal. Sementara itu untuk

    fasilitas yang masih belum optimal, yang diberi bobot 0,10

    dan skor 2.

    Totol bobot dikalikan skor untuk faktor kelemahan

    adalah 2,75. Sementara itu untuk total skor akhir faktor

    kekuatan dikurangi faktor kelemahan adalah 1,05. Dari

    faktor proses ini didapatkan bahwa faktor kekuatan

    menjadi faktor yang lebih dominan dibandingakan dengan

    faktor kelemahan. Kelemahan-kelemahan yang ada dapat

    diatasi dengan mengoptimalkan kekuatan yang dominan.

    Hasil analisis faktor peluang dan ancaman aspek

    proses dapat dilihat pada Matrix External Factors Analysis

    Summary (EFAS) pada Tabel 4.8

  • Tabel 4.8 Matriks EFAS (External Factors Analysis Summary)

    No Faktor-Faktor Eksternal

    Bobot Skor Total Skor Peluang

    1. Semakin meningkatnya kesadaran orang tua pentingnya kualitas pendidikan.

    0,30 3 0,90

    2.

    Sekolah berada di wilayah industri, pasar, perkantoran sehingga memungkinkan

    untuk menjalin kerjasama (pembelajaran kontektual, beapeserta didik, penggalian dana).

    0,20 5 1,00

    3. Semakin banyaknya kegiatan pengembangan kompetensi guru, baik itu

    workshop, MGMP, Seminar, ToT, dll.).

    0,20 4 0,80

    4. Semakin melimpahnya media pembelajaran. 0,10 4 0,40

    5. Adanya perhatian khusus dari pemerintah kabupaten terhadap sekolah.

    0,10 3 0,30

    6. Adanya beasiswa bagi guru untuk studi lanjut baik ke universitas dalam negeri maupun luar negeri

    0,10 2 0,20

    Total Skor 1

    3,60

    No Ancaman Bobot Skor Total Skor

    1. Semakin kritisnya masyarakat terhadap kualitas guru

    0,30 3 0,90

    2. Proses Belajar Mengajar (PBM) sekolah favorit lain yang sudah ditunjang dengan sarana dan prasarana yang lebih lengkap.

    0,20 3 0,60

    3. Daya dukung masyarakat terhadap sekolah masih belum optimal.

    0,20 3 0,60

    4.

    Beberapa guru mengajar di sekolah lain

    untuk menambah jam mengajar (minimal 24 jam).

    0,10 2 0,20

    5. Masih lemahnya pengawasan dan evaluasi pemerintah terhadap guru.

    0,10 3 0,30

    6. Intervensi pemerintah pusat dalam penentuan nilai sekolah (NS) sebagai syarat kelulusan.

    0,10 3 0,30

    Total Skor 1 2,90

    Total Skor Akhir (Peluang-Ancaman)

    0,70

    Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014

    Dari aspek peluang semakin meningkatnya

    kesadaran orang tua pentingnya kualitas suatu

    pendidikan menempati posisi teratas dengan bobot 0,30

  • dan skor 3. Hal ini sangat penting untuk menanamkan

    pemahaman kepada peserta didik dari keluarga. Jika hal

    itu terjadi maka sekolah tidak mengalami kesulitan untuk

    meningkatkan mutu sekolah dari sisi akademis ataupun

    non akademis. Keberadaan sekolah yang berada di

    wilayah industri, pasar, dan perkantoran diberi bobot

    0,20 dan bobot 5. Peluang ini sangat memungkinkan

    peserta didik untuk mengembangankan model

    pembelajaran kontekstual dan juga pastinya sangat

    mendukung pembelajaran berbasis kurikulum 2013.

    Semakin banyaknya kegiatan pengembangan yang

    dilakukan oleh fihak internal dan eksternal diberi bobot

    oleh sekolah sebesar 0,20 dan skor 4. Hal tersebut sangat

    berpeluang untuk meningkatkan mutu sekolah. Perhatian

    pemerintah Kabupaten Semarang terhadap sekolah

    mendapat bobot 0,10 dan skor 0,30. Sementara itu

    kesempatan guru untuk melanjutkan studi diberi bobot

    0,10 dan skor 2. Total bobot dikalikan skor untuk faktor

    peluang adalah 3,60.

    Untuk faktor ancaman yang memiliki bobot tinggi

    adalah semakin kritisnya masyarakat terhadap kualitas

    guru yaitu dengan bobot 0,30 dan skornya 3. Tersebut

    ditandai dengan adanya keluhan orang tua peserta didik

    dengan model pembelajaran yang guru lakukan.

    Sementara itu proses pembelajaran (PBM) sekolah lain

    sudah ditunjang dengan sarana dan prasarana yang lebih

  • lengkap diberi bobot 0,20 dan skor 3. Untuk daya dukung

    masyarakat terhadap sekolah belum optimal diberi bobot

    0,20 dan skor 3. Beberapa guru mengajar di sekolah lain

    untuk pemenuhan jam mengajar (24 jam) diberikan

    bobot 0,10 dan skor 2. Selanjutnya untuk pengawasan

    yang masih lemah dari dinas pendidikan terhadap guru

    dan penyelenggaraan pembelajaran diberikan bobot

    sebesar 0,10 dengan skor 3. Untuk intervensi pemerintah

    pusat dalam penentuan nilai sekolah (NS) sebagai syarat

    kelulusan diberikan bobot 0,10 dan skor 3. Total bobot

    dikalikan skor untuk faktor ancaman adalah 2,90

    sehingga total skor akhir faktor peluang dikurangi faktor

    ancaman adalah 0,70.

    Dari hasil analisis faktor eksternal tersebut diatas

    diketahui bahwa SMPN 1 Bawen memiliki peluang yang

    dapat dimanfaatkan.

    b. Aspek Output

    Komponen output meliputi prestasi peserta didik

    dan pasca kelulusan peserta didik. Hasil analisis faktor

    kekuatan dan faktor kelemahan dapat dilihat pada tabel

    berikut ini:

  • Tabel 4.9 Matrik IFAS (Internal Factors Analysis

    Summary)

    No Faktor-faktor Internal

    Bobot Skor Total

    Skor Kekuatan

    1.

    Pencapaian prestasi beberapa kegiatan

    non-akademis (ekstrakurikler) semakin

    baik. Seperti; pencak silat, band, sepak

    bola, keagamaan.

    0,4 5 2,00

    2. Peringkat sekolah dari tahun ke tahun

    mulai mengalami peningkatan. 0,25 3 0,75

    3. Prosentase jumlah kelulusan meningkat dari tahun ketahun.

    0,25 3 0,75

    4. Banyak peserta didik yang diterima di

    sekolah favorit. 0,10 2 0,20

    Total Skor 1

    3,70

    Kelemahan

    1 Prestasi akademis dan non-akademis

    belum optimal 0,30 3 0,90

    2

    Sekolah belum mengupdate secara rutin

    data output peserta didik yang

    melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi

    atau tidak melanjutkan.

    0,25 3 0,75

    3 Belum memiliki jaringan alumni yang

    kuat. 0,25 2 0,50

    4

    Bebarapa lulusan kurang memiliki

    karakter yang kuat seperi: menghormati orang lain, tanggung jawab, disiplin, dan

    mandiri.

    0,20 3 0,45

    Total Skor 1 2,60

    Total Skor Akhir (kekuatan-

    kelemahan)

    1,10

    Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014

    Kekuatan yang paling menonjol dari aspek output

    adalah pencapaian prestasi beberapa kegiatan non-

    akademis (ekstrakurikler) semakin baik. Seperti; pencak

    silat, band, sepak bola, keagamaan yang diberi bobot

    0,40 dan skor 5. Hal ini dapat mengangkat prestasi

    akademis yang sampai saat ini belum mampu optimal.

  • Peringkat sekolah dari tahun ke tahun mulai mengalami

    peningkatan diberi bobot oleh sekolah 0,25 dengan skor

    3. Selanjutnya Prosentase jumlah kelulusan meningkat

    dari tahun ketahun diberi bobot 0,25 dengan skor 3.

    Banyak peserta didik yang diterima di sekolah favorit

    diberi bobot 0,10 dan skor 2.

    Sementara itu sekolah juga memiliki kelemahan-

    kelemahan dari aspek output. Faktor kelemahan yang

    memiliki bobot yang tertinggi adalah belum optimalnya

    prestasi akademis dan non akademis, yang diberi bobot

    0,30 dan skor 3. Hal tersebut tercermin dari prestasi

    lulusan yang belum pernah menjadi yang terbaik di

    wilayah sub rayon 02 Kabupaten Semarang. Selain itu

    prestasi non akademis juga baru sebagian yang mencapai

    target yang diharapkan oleh sekolah.

    Data output peserta didik tidak diupdate secara

    rutin diberi bobot 0,25 dan skor 3 oleh sekolah. Hal ini

    menyebabkan kesulitan sekolah untuk mengetahui

    kondisi lulusan melanjutkan atau tidak. Sementara itu

    untuk sekolah belum memiliki jaringan alumni yang kuat

    diberi bobot 0,25 dan skor 2. Pemberdayaan peran alumni

    sangat mungkin dilakukan oleh sekolah melihat output

    banyak yang berhasil baik di instansi pemerintah

    ataupun swasta.

    Belum kuatnya karakter lulusan yang diberi bobot

    0,15 dan skor 3. Hal tersebut disebabkan karena keluarga

  • yang sibuk dengan pekerjaannya. Sebagian besar orang

    tua peserta didik bekerja sebagai buruh pabrik. Selain itu

    kehidupan lingkungan sekolah begitu keras dan kurang

    berpihak kepada anak menyebabkan anak cenderung

    untuk kurang bertanggung jawab, kurang disiplin, dan

    kurang mandiri.

    Total bobot dikalikan skor untuk faktor kelemahan

    pada aspek output adalah 3,20 sehingga total skor akhir

    IFAS pada aspek output adalah 0,40. Dari kedua faktor

    yang mempengaruhi output SMPN 1 Bawen tersebut

    ditemukan bahwa faktor kekuatan menjadi faktor yang

    lebih dominan daripada faktor kelemahan. Kelemahan-

    kelemahan yang ada dapat diatasi dengan

    mengoptimalkan kekuatan yang lebih dominan.

    Analisis faktor peluang dan ancaman aspek output

    dapat dilihat pada Tabel 4.10. Selanjutnya faktor-faktor

    tersebut diberi bobot dan skor, serta dilakukan

    perhitungan skor akhir, dan diperoleh Matrik Eksternal

    Factors Summary (EFAS), berikut ini:

  • Tabel 4.10 Matriks EFAS (External Factors Analysis Summary)

    No Faktor-Faktor Eksternal

    Bobot Skor Total Skor Peluang

    1. Kepercayaan masyarakat terhadap sekolah tinggi.

    0,40 4 1,60

    2.

    Harapan orang tua agar lulusan

    bukan hanya berprestasi dalam

    bidang akademis saja tetapi juga

    bidang non akademis

    (ekstrakurikuler)

    0,30 4 1,20

    3.

    Lulusan memiliki karakter kuat,

    dalam aspek kemandirian, tanggung

    jawab, kedisiplinan, kerohanian, dan menghormati orang lain.

    0,20 3 0,60

    4. Peluang menjalin hubungan kerjasama yang lebih erat dengan

    masyarakat dan alumni.

    0,20 4 0,80

    Total Skor 1

    4,20

    No Ancaman Bobot Skor Total

    Skor

    1. Semakin meningkatnya syarat kualifikasi lulusan dari stakeholder.

    0,40 4 1,60

    2. Semakin kompleknya tuntutan

    masyarakat terhadap mutu sekolah.

    0,25 3 0,75

    3.

    Masyarakat yang menilai

    keberhasilan peserta didik dari sisi

    hasil/ nilainya, bukan dilihat dari

    sisi proses.

    0,25 3 0,75

    4. Kekhawatiran masyarakat terhadap

    sulitnya mencari sekolah favorit.

    0,10 2 0,20

    Total Skor 1 3.30

    Total Skor Akhir (Peluang-

    Ancaman)

    0,90

    Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014

    Semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat

    terhadap sekolah menjadi faktor peluang yang terkuat

    dari aspek output yang diberikan bobot 0,40 dan skor 4.

  • Hal tersebut jika sekolah dengan sungguh-sungguh

    menggarap mutu sekolah maka tidak mustahil

    masyarakat akan semakin yakin dengan sekolah.

    Selanjutnya harapan orang tua peserta didik bukan

    hanya berprestasi dalam bidang akademis tetapi juga

    bidang non akademis diberikan bobot 0,30 dan skor 4.

    Kemudian harapan orang tua peserta didik agar lulusan

    memiliki karakter yang kuat diberikan bobot 0,20 dan

    skor 3. Yang terakhir untuk peluang menjalin

    hububungan kerjasama yang lebih erat dengan alumni

    dan masyarakat diberi bobot 0,20 dan skor 4. Total akhir

    bobot dikalikan skor untuk faktor peluang aspek output

    sebesar 4,20.

    Untuk faktor ancaman yang paling menonjol adalah

    semakin meningkatnya syarat kualifikasi lulusan dari

    stakeholder diberi bobot oleh fihak sekolah sebesar 0,40

    dan bobot 4. Hal tersebut menyebabkan guru menjadi

    kurang objektif dalam memberikan penilaian kepada

    peserta didiknya. Semakin kompleknya tuntutan

    masyarakat terhadap sekolah menjadikan ancaman yang

    serius jika sekolah tidak dapat memfasilitasi tuntutan

    masyarakat tersebut. Hal tersebut diberi bobot oleh fihak

    sekolah 0,25 dan skor 3. Sementara itu untuk penilaian

    keberhasilan peserta didik yang dilihat hanya dari sisi

    hasil, bukan dilihat dari sisi proses diberi bobot 0,25 dan

    skor 3. Ancaman berikutnya adalah kekhawatiran

  • masyarakat terhadap sulitnya mencari sekolah favorit

    diberi bobot 0,10 dan skor 2. Total akhir bobot dikalikan

    skor untuk faktor ancaman adalah 3,30. Selanjutnya total

    akhir faktor peluang dikurangi faktor ancaman adalah

    0,90.

    Dari hasil analisis faktor eksternal tersebut dapat

    diketahui SMPN 1 Bawen memiliki beberapa peluang yang

    dapat dimanfaatkan. Meskipun masih ada beberapa hal

    yang menjadi ancaman dalam aspek output yang harus

    diperhatikan, namun sekolah dapat memanfaatkan

    peluang yang ada untuk mengatasi ancaman-ancaman

    yang ada.

    2. Rencana Strategis

    a. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Aspek

    Input

    Tabel 4.11

    Skor Akhir IFAS dan EFAS Aspek Input

    IFAS EFAS

    Kategori Total Skor Kategori Total Skor

    Kekuatan (S) 4,01 Peluang (O) 3,50

    Kelemahan

    (W)

    3,00 Ancaman (T) 2,70

    Total (S-W) 1,01 Total (S-T) 0,80

  • Dari hasil matrik IFAS dan EFAS diketahui skor

    akhir IFAS adalah 1,01 dan total skor akhir EFAS adalah

    0,80. Hasil tersebut kemudian ditunjukkan melalui

    matrik SWOT di bawah ini:

    Gambar 4.1

    Matriks SWOT

    - 4

    - 3

    - 2

    - 1

    - -1

    - -2

    - -3

    - -4

    I I I I I I I I

    -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4

    Ancaman

    Kekuatan Kelemahan

    Peluang

    Kuadran 1 ( S – O)

    Strategi Agresif

    Memanfaatkan kekuatan

    untuk menangkap

    peluang yang ada

    (1,01; 0,08)

  • Tabel 4.12

    Rencana Strategis Berdasarkan Hasil Analisis SWOT

    Faktor Eksternal

    Peluang

    Faktor Internal Min

    at

    tin

    ggi ora

    ng t

    ua

    men

    yekola

    hkan

    an

    ak k

    e

    SM

    PN

    1 B

    aw

    en

    .

    Pere

    kem

    ban

    gan

    TIK

    sem

    akin

    mu

    dah

    un

    tuk

    dia

    kses

    Hu

    bu

    ngan

    yan

    g s

    an

    gat

    baik

    den

    gan

    din

    as p

    en

    did

    ikan

    kabu

    pate

    n

    Sem

    akin

    men

    ingkatn

    ya

    pera

    n k

    om

    ite

    Ban

    yak fih

    ak lu

    ar

    yan

    g

    tert

    ari

    k u

    ntu

    k bekerj

    asam

    a

    1 2 3 4 5

    Kekuatan Strategi S - O (Strength -

    Opportunity)

    Lokasi sekolah sangat strategis

    1. Mengembangkan lingkungan sekolah

    menuju komunitas belajar yang ideal, yaitu melalui program 7 K (Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Kerindangan, Keamanan, Kenyamanan, dan Kekeluargaan).

    2. Membentuk klub-klub prestasi untuk mengembangkan potensi peserta didik, baik dari sisi akademis ataupun non akademis.

    3. Memberdayakan tenaga pendidik dan kependidikan melalui pelatihan-pelatihan intensif sehingga akan meningkatkan kinerja.

    4. Pengembangan fasilitas sekolah berbasis TIK sebagai sarana untuk belajar peserta didik.

    5. Dibentuk Tim Evaluasi program dan kegiatan sekolah secara efektif dan efisien.

    98 % guru berpendidikan S1

    Kamampuan dasar peserta didik baik

    Jumlah buku ajar untuk guru dan peserta didik mencukupi

    Kemampuan manajemen kepala sekolah cukup baik

    Dana untuk operasi sekolah mencukupi

    Fasilitas cukup lengkap

  • Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut maka

    rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya

    peningkatan mutu sekolah untuk aspek input di SMPN 1

    Bawen adalah sebagai berikut: (1) Mengembangkan

    lingkungan sekolah menuju komunitas belajar yang ideal,

    yaitu melalui program 7 K (Kebersihan, Ketertiban,

    Keindahan, Kerindangan, Keamanan, Kenyamanan, dan

    Kekeluargaan); (2) Membentuk klub-klub prestasi untuk

    mengembangkan potensi peserta didik, baik dari sisi

    akademis ataupun non akademis; (3) Mengoptimalkan

    peran kepala sekolah dalam memberdayakan dan melatih

    kepemimpinan dan manajerial tenaga pendidik dan dan

    tenaga kependidikan; (4) Pengembangan fasilitas sekolah

    berbasis TIK sebagai sarana untuk belajar peserta didik;

    (5) Dibentuk Tim Evaluasi program dan kegiatan sekolah

    secara efektif dan efisien.

    b. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Aspek

    Proses

    Setelah mengidentifikasi berbagai faktor kekuatan,

    kelemahan, peluang dan ancaman untuk aspek proses

    kemudian diberi bobot dan skor maka hasil perhitungan

    untuk total skor akhir adalah sebagai berikut ini:

  • Tabel 4.13

    Skor Akhir IFAS dan EFAS Aspek Proses

    IFAS EFAS

    Kategori Total Skor Kategori Total Skor

    Kekuaran (S) 3,80 Peluang (O) 3,60

    Kelemahan (W)

    2,75 Ancaman (T) 2,90

    Total (S-W) 1,05 Total (S-T) 0,70

    Dari hasil matrik IFAS dan EFAS diketahui skor

    akhir IFAS adalah 1, 05 dan total skor akhir EFAS

    adalah 0,70. Hasil tersebut kemudian ditunjukkan

    melalui matrik SWOT di bawah ini:

    Gambar 4.2

    Matriks SWOT

    - 4

    - 3

    - 2

    - 1

    - -1

    - -2

    - -3

    - -4

    I I I I I I I I

    -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4

    Ancaman

    Kekuatan Kelemahan

    Peluang

    Sel 1 ( S – O)

    Strategi Agresif

    Memanfaatkan kekuatan

    untuk menangkap

    peluang yang ada

    (1,05; 0,70)

  • Tabel 4.14

    Rencana Strategis Berdasarkan Hasil Analisis SWOT

    Faktor Eksternal

    Peluang

    Faktor Internal Sem

    akin

    men

    ingkatn

    ya k

    esadara

    n

    ora

    ng t

    ua p

    en

    tin

    gn

    ya k

    ualita

    s

    pen

    did

    ikan

    Lokasi sekola

    h d

    iwilayah

    in

    du

    str

    i,

    pasar,

    dan

    perk

    an

    tora

    n s

    eh

    ingga

    ideal u

    ntu

    k p

    em

    bela

    jara

    n

    kon

    tekstu

    al.

    Sem

    akin

    ban

    yakn

    ya k

    egia

    tan

    pen

    gem

    ban

    gan

    pro

    fesi gu

    ru

    Sem

    akin

    melim

    pah

    nya m

    edia

    pem

    bela

    jara

    n

    Adan

    ya p

    erh

    ati

    an

    kh

    usu

    s d

    ari

    pem

    eri

    nta

    h k

    abu

    pate

    n t

    erh

    adap

    sekola

    h.

    Adan

    ya beapesert

    a d

    idik

    bagi

    gu

    ru u

    ntu

    k m

    ela

    nju

    tkan

    pen

    did

    ikan

    ke u

    niv

    ers

    itas d

    ala

    m

    negeri

    mau

    pu

    n lu

    ar

    negeri

    .

    1 2 3 4 5 6

    Kekuatan

    Strategi S - O (Strength - Opportunity)

    Kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan pelajaran yang diampu.

    1. Mengoptimalkan kegiatan-kegiatan pengembangan profesi guru baik di tingkat

    lokal sekolah ataupun diluar sekolah

    dengan menitik beratkan kualitas bukan

    sekedar mengikuti kegiatan sebagai

    formalitas. 2. Mengembangkan pembelajaran yang aktif,

    Inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan,

    sesuai dengan K.13

    3. Dibentuk Tim Evaluasi yang efektif dan

    efisien untuk memantau dan memastikan

    kemampuan profesi guru berkembang dari sisi kualitas.

    4. Mengoptimalkan program dan kegiatan

    ekstrakurikuler mulai dari perencanaan,

    pelaksanaan sampai evaluasi untuk

    mencapai target-target yang diharapkan.

    5. Lebih meningkatkan kerjasama dengan pengajar atau pelatih dari luar sekolah

    untuk mengoptimalkan mutu prestasi non

    akademis (ekstrakurikuler). 6. Mengembangkan program character

    building untuk peserta didik.

    KKM sekolah minimal 75

    Terdapat banyak kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah

    Kemampun manajemen kepala sekolah cukup baik

    Adanya jam tambahan untuk kelas IX

    Guru mau mengikuti kegiatan pengembangan profesi.

  • Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut maka

    rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya

    peningkatan mutu sekolah untuk aspek proses di SMPN 1

    Bawen adalah sebagai berikut: (1) Mengoptimalkan

    kegiatan-kegiatan pengembangan profesi guru baik di

    tingkat lokal sekolah ataupun di luar sekolah dengan

    menitikberatkan kualitas bukan sekedar mengikuti

    kegiatan sebagai formalitas; (2) Mengembangkan

    pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan

    menyenangkan, sesuai dengan K.13; (3) Dibentuk Tim

    Evaluasi yang efektif dan efisien untuk memantau dan

    memastikan kemampuan profesi guru berkembang dari

    sisi kualitas; (4) Mengoptimalkan program dan kegiatan

    ekstrakurikuler mulai dari perencanaan, pelaksanaan

    sampai evaluasi untuk mencapai target-target yang

    diharapkan; (5) Lebih meningkatkan kerjasama dengan

    pengajar atau pelatih dari luar sekolah untuk

    mengoptimalkan mutu prestasi non akademis

    (ekstrakurikuler); (6) Supervisi dan monitoring efektif dan

    efisien yang dilakukan oleh kepala sekolah.

    c. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Aspek

    Output

    Setelah mengidentifikasi berbagai faktor kekuatan,

    kelemahan, peluang dan ancaman untuk aspek output

  • kemudian diberi bobot dan skor maka hasil perhitungan

    untuk total skor akhir adalah sebagi berikut ini:

    Tabel 4.15 Skor Akhir IFAS dan EFAS Aspek Output

    IFAS EFAS

    Kategori Total Skor Kategori Total

    Skor

    Kekuatan (S) 3,70 Peluang (O) 4,20

    Kelemahan (W) 3,20 Ancaman (T) 3,30

    Total (S-W) 0,50 Total (O-T) 0,90

    Dari hasil matrik IFAS dan EFAS diketahui skor

    akhir IFAS adalah 0,50 dan total skor akhir EFAS adalah

    0,90. Hasil tersebut kemudian ditunjukkan melalui

    matrik SWOT di bawah ini:

    Gambar 4.3 : Matriks SWOT

    - 4

    - 3

    - 2

    - 1

    - -1

    - -2

    - -3

    - -4

    I I I I I I I I

    -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4

    Ancaman

    Kekuatan Kelemahan

    Peluang

    Kuadran 1 ( S – O)

    Strategi Agresif

    Memanfaatkan kekuatan

    untuk menangkap

    peluang yang ada

    (0,50; 0,90)

  • Tabel 4.16

    Rencana Strategis Berdasarkan Hasil Analisis SWOT

    Faktor Eksternal

    Peluang

    Faktor Internal Keperc

    ayaan

    masyara

    kat

    terh

    adap s

    ekola

    h t

    inggi

    Hara

    pan

    ora

    ng t

    ua a

    gar

    tua a

    ga lu

    lusan

    tid

    ak

    hn

    ya b

    erp

    resta

    si dala

    m

    bid

    an

    g a

    kadem

    is t

    eta

    pi

    juga n

    on

    akadem

    is

    Lu

    lusan

    mem

    ilik

    i

    kara

    kte

    r ku

    at.

    Pela

    un

    g m

    en

    jalin

    hu

    bu

    ngan

    kerj

    a s

    am

    a y

    an

    g lebih

    era

    t

    den

    gan

    masyara

    kat

    dan

    alu

    mn

    i.

    1 2 3 4

    Kekuatan Strategi S - O (Strength -

    Opportunity) Pencapaian prestasi non

    akademis kegiatan non akademis

    (ekstrakurikuler) semakin

    lebih baik.

    a. Meningkatkan prestasi non-

    akademis sekolah dengan seoptimal mungkin.

    b. Meningkatkan pembelajaran

    yang menitikkan pada

    pembangunan karakter peserta didik untuk membangun image

    positif.

    c. Membangun jaringan alumni

    yang lebih efektif dan

    terorganisir.

    d. Melakukan terobosan-

    terobosan untuk percepatan

    pencapaian prestasi akademis.

    Peringkat sekolah dari

    tahun ke tahun mulai

    meningkat

    Prosentase jumlah

    kelulusan dari tahun ke

    tahun meningkat.

    Banyak peserta didik diterima di sekolah

    favorit.

    Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut maka

    rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya

    peningkatan mutu sekolah untuk aspek proses di

    SMPN 1 Bawen adalah sebagai berikut: (1)

    Meningkatkan prestasi non-akademis sekolah dengan

  • seoptimal mungkin; (2) Meningkatkan pembelajaran

    yang menitikkan pada pembangunan karakter peserta

    didik un tuk membangun image positif; (3)

    Membangun jaringan alumni yang lebih efektif dan

    terorganisir; (4) Melakukan terobosan-terobosan

    untuk percepatan pencapaian prestasi akademis.

    4.3 Pembahasan

    4.3.1 Analisis SWOT Aspek Input, Proses, dan Output

    a. Analisis SWOT Aspek Input

    Berdasarkan hasil perhitungan analisis

    terhadap faktor lingkungan internal dan faktor

    lingkungan eksternal aspek input SMPN 1 Bawen

    maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal

    dan aspek input (kekuatan – kelemahan) adalah 1,01.

    Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih

    dominan daripada faktor kelemahan sehingga dengan

    kekuatan lokasi sekolah yang sangat strategis, 98 %

    guru berkualifikasi pendidikan S1, kemampuan dasar

    yang baik, jumlah buku ajar untuk guru dan peserta

    didik mencukupi, dana untuk operasi sekolah

    mencukupi, kemampuan manajemen kepala sekolah

    sudah baik, dan fasilitas yang sudah cukup lengkap

    dapat mampu mengatasi kelemahan untuk menangani

    belum optimalnya supervisi yang dilakukan oleh

    kepala sekolah ataupun tim, kurangnya pemahaman

  • guru terhadap visi misi sekolah, kurang optimalnya

    pembimbingan kegiatan ekstrakurikuler, belum

    optimalnya kinerja staff TU (TU dan bendahara),

    belum memadahinya ruang atau tempat untuk

    kegiatan ekstrakurikuler, belum optimalnya

    pemanfaatan laboratorium dalam proses belajar

    mengajar, masih rendahnya motivasi belajar peserta

    didik dan lingkungan sekolah masih kurang bersih,

    hijau dan aman.

    Skor akhir lingkungan eksternal aspek input

    (peluang-ancaman) adalah 0,80. Hal tersebut

    menunjukkan bahwa faktor peluang lebih menonjol

    atau dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah

    bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk

    mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Hasil

    perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa

    posisi SMPN 1 Bawen berada pada titik (1,01; 0,80),

    posisi tersebut berada pada kuadran SO (strength -

    Opportunities) dan merupakan situasi yang cukup

    menguntungakan karena sekolah memiliki kekuatan

    dan peluang yang lebih dominan sehingga perlu

    diterapkan strategi agresif yang mendukung

    kebijakkan pertumbuhan yang agresif dengan

    memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekolah untuk

    menangkap peluang dari luar.

  • b. Analisis SWOT Aspek Proses

    Berdasarkan hasil perhitungan analisis

    terhadap faktor lingkungan internal dan faktor

    lingkungan eksternal aspek proses SMPN 1 Bawen

    maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal

    dan aspek proses (Kekuatan – Kelemahan) adalah

    1,05. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan

    lebih dominan daripada faktor kelemahan sehingga

    dengan kekuatan kualifikasi pendidikan guru sudah

    sesuai dengan pelajaran yang diampu, KKM sekolah

    75, beragamnya kegiatan ekstrakurikuler,

    kemampuan menjemen kepala sekolah seudah baik,

    adanya jam pelajaran tambahan untuk kelas IX,

    keterlibatan guru dalam kegiatan pengembangan

    profesi.

    Skor akhir lingkungan eksternal aspek proses

    (peluang-ancaman) adalah 0,70. Hal tersebut

    menunjukkan bahwa faktor peluang lebih menonjol

    atau dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah

    bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk

    mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Hasil

    perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa

    posisi SMPN 1 Bawen berada pada titik (1,05; 0,70),

    posisi tersebut berada pada kuadran SO (Strength -

    Opportunities) dan merupakan situasi yang cukup

    menguntungkan karena sekolah memiliki kekuatan

  • dan peluang yang lebih dominan sehingga perlu

    diterapkan strategi agresif yang mendukung

    kebijakkan pertumbuhan yang agresif dengan

    memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekolah untuk

    menangkap peluang dari luar.

    c. Analisis SWOT Aspek Output

    Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap

    faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan

    eksternal aspek output SMPN 1 Bawen maka diperoleh

    hasil skor akhir lingkungan internal dan aspek output

    (Kekuatan – Kelemahan) adalah 1,10. Angka ini

    menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih dominan

    daripada faktor kelemahan sehingga dengan kekuatan

    pencapaian prestasi kegiatan non akademis semakin

    membaik, peringkat sekolah mengalami peningkatan,

    prosesntase lulusan meningkat dan banyaknya

    peserta didik yang diterima disekolah favorit.

    Skor akhir lingkungan eksternal aspek ouptut

    (peluang-ancaman) adalah 0,90. Hal tersebut

    menunjukkan bahwa faktor peluang lebih menonjol

    atau dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah

    bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk

    mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Hasil

    perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa

    posisi SMPN 1 Bawen berada pada titik (1,10; 0,90),

    posisi tersebut berada pada kuadran SO (Strength -

  • Opportunities) dan merupakan situasi yang cukup

    menguntungkan karena sekolah memiliki kekuatan

    dan peluang yang lebih dominan sehingga perlu

    diterapkan strategi agresif yang mendukung

    kebijakkan pertumbuhan yang agresif dengan

    memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekolah untuk

    menangkap peluang dari luar.

    4.3.2 Rencana Strategis

    a. Rencana Strategis Aspek Input

    Berdasarkan hasil analisis SWOT aspek input

    maka strategi yang perlu dibuat SMPN 1 Bawen untuk

    meningkatkan mutu pada aspek input adalah sebagai

    berikut ini:

    Renstra pertama Mengembangkan lingkungan

    sekolah menuju komunitas belajar yang ideal, yaitu

    melalui program 7 K (Kebersihan, Ketertiban,

    Keindahan, Kerindangan, Keamanan, Kenyamanan,

    dan Kekeluargaan). Meskipun posisi sekolah sangat

    strategis namun pengelolaan pengembangan

    lingkungan sekolah belum optimal terutama dalam hal

    kebersihan, kepedulian dan ketertiban. Kepedulian

    warga sekolah terhadap kebersihan, ketertiban dan

    keindahan masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari

    sampah yang berserakan di mana-mana. Sekolah

  • sudah mengambil kebijakan untuk menambah

    petugas kebersihan namun belum berdampak

    terhadap kebersihan, ketertiban, keindahan dan

    kenyamanan sekolah. Hal yang sangat penting adalah

    membangun kesadaran rasa memiliki seluruh warga

    sekolah yang selama ini belum terbangun dengan

    baik. Seringkali warga sekolah masih membuang

    sampah sembarangan tanpa rasa malu dan kurang

    perduli terhadap lingkungan sekolah yang tidak tertib

    dan nyaman. Hal tersebut dapat diselesaikan dengan

    kesepakatan bersama antar warga sekolah dan

    membuat regulasi yang mendukung terhadap

    kebersihan, ketertiban, keindahan dan kenyamanan

    sekolah. Selain itu perlu dibangun memiliki rasa

    memiliki terhadap sekolah dengan cara outbond,

    menciptakan lagu-lagu yang membangkitkan

    semangat terhadap sekolah (Marsh, Hymne), gerakan

    cinta sekolah, gerakan anti sampah, dan lain-lain.

    Sekolah juga perlu memperindah diri dengan gerakan

    green school dengan cara memperindah taman sekolah

    diseluruh area sekolah serta merencanakan

    perawatan yang berkelanjutan. Selain itu juga perlu

    ditambah tanaman-tanaman peneduh agar sekolah

    lebih nyaman dan layak untuk kegiatan bagi setiap

    warga sekolah. Sekolah juga perlu memikirkan

    keamanan warga sekolah pada saat menyeberang

  • jalan raya. Warga sekolah sangat rentan terhadap

    kecelakaan dikarenakan jalan yang sangat ramai.

    Sekolah sudah memiliki 2 petugas dan seorang polisi

    yang menyeberangkan warga sekolah namun perlu

    dipikirkan untuk membangun jembatan layang agar

    keselamatan terjamin. Sekolah dapat bekerjasama

    dengan instansi-instansi atau alumni untuk

    membangun jembatan tersebut.

    Renstra kedua Membentuk klub-klub prestasi

    untuk mengembangkan potensi peserta didik, baik

    dari sisi akademis ataupun non akademis. Sekolah

    sudah memiliki fasilitas yang cukup lengkap sehingga

    memungkinkan untuk diadakannya kegiatan klub

    prestasi untuk memfasilitasi peserta didik yang

    berprestasi untuk lebih menggali potensinya sehingga

    nantinya akan menyumbangkan prestasi-prestasi

    yang mampu meningkatkan mutu sekolah. Klub yang

    sangat mungkin untuk dilaksanakan disekolah antara

    lain; klub bahasa, klub sains, klub olahraga, klub

    seni, dan klub jurnalistik.

    Renstra ketiga Memberdayakan tenaga pendidik

    dan tenaga kependidikan melalui pelatihan-pelatihan

    intensif sehingga akan meningkatkan kinerja. Alokasi

    anggaran peningkatan SDM sekolah semestinya

  • ditambah untuk pengembangan-pengembangan yang

    selama ini masih minim.

    Renstra keempat Pengembangan fasilitas

    sekolah berbasis TIK sebagai sarana untuk belajar

    peserta didik. Masih minimnya penggunaan TIK dalam

    proses pembelajaran baik oleh guru ataupun peserta

    didik menjadi hambatan sekolah untuk meningkatkan

    mutu sekolah. Sekolah perlu memperkuat jaringan

    internet, baik jaringan wifi ataupun jaringan kabel,

    dimana saat ini masih belum optimal dan terbatas.

    Renstra kelima Dibentuk Tim Evaluasi program

    dan kegiatan sekolah secara efektif dan efisien.

    Sekolah belum memiliki tim evaluasi program, dimana

    peran tim ini sangat penting untuk mengevaluasi yang

    selanjutnya untuk menyusun program sekolah yang

    lebih baik. Sebaiknya sekolah segera untuk

    membentuk tim evaluasi program sekolah agar

    kekurangan atau kelemahan yang ada dapat segera

    dideteksi yang selanjutnya akan diperbaiki. Melihat

    jumlah dan potensi guru yang cukup banyak maka

    tidak sulit untuk membentuk tim tersebut.

  • b. Rencana Strategis Aspek Proses

    Berdasarkan hasil analisis SWOT untuk IFAS

    dan EFAS menunjukkan strategi di kuadran SO

    (Strengths – Opportunities), yaitu strategi agresif yang

    mendukung pertumbuhan. Strategi ini menggunakan

    kekuatan internal sekolah untuk meraih peluang-

    peluang yang ada diluar sekolah. Berikut ini adalah

    rencana strategis yang dapat dibuat untuk

    meningkatkan mutu dari aspek proses SMPN 1

    Bawen.

    Renstra peratama, mengoptimalkan kegiatan-

    kegiatan pengembangan profesi guru baik di tingkat

    lokal sekolah ataupun diluar sekolah dengan

    menitikberatkan kualitas. Melihat kualifikasi guru

    yang sudah sesuai dengan pelajaran yang diampunya

    serta didukung oleh kemampuan kepala sekolah yang

    sudah baik sangat memungkinkan bagi guru untuk

    mengembangkan profesi guru.

    Renstra kedua, mengembangkan pembelajaran

    yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan,

    salah satunya adalah berjeraring dengan instansi atau

    lingkungan yang mendukung pembelajaran

    kontekstual seperti pasar, instansi pemerintah lainnya

    (bank, kecamatan, kepolisian, TNI, rumah sakit, dll.)

  • serta instansi swasta (pabrik, poliklinik, dll.). Selain

    itu sekolah harus aktif untuk mencarikan beasiswa

    bagi guru agar mau melanjutkan pendidikan untuk

    meningkatkan kualitas profesinya. Salah satunya

    adalah dengan menjalin hubungan komunikasi yang

    baik dengan dinas pendidikan kabupaten agar

    diberikan akses terhadap hal tersebut. Hal lain yang

    perlu ditangkap adalah mengaktifkan guru dalam

    kegiatan-kegiatan pengembangan yang

    diselenggarakan oleh intenal sekolah ataupun

    eksternal tentunya dengan evaluasi yang lebih

    optimal.

    Renstra ketiga, mengoptimalkan program dan

    kegiatan ekstrakurikuler mulai dari perencanaan,

    pelaksanaan sampai evaluasi untuk mencapai target-

    target yang diharapkan. Prestasi kegiatan

    ekstrakurikuler masih sangat perlu ditingkatkan terus

    karena baru beberapa cabang kegiatan

    ekstrakurikuler saja yang berprestasi seperti pencak

    silat, sepak bola, baca tulis alquran, dai cilik, band,

    bulu tangkis. Jika sekolah mampu mengelolanya

    secara optimal kegiatan ekstrakurikuler maka

    kepercayaan masyarakat pasti akan semakin tinggi

    terhadap sekolah.

  • Renstra keempat, lebih meningkatkan

    kerjasama dengan pengajar atau pelatih baik dari luar

    ataupun dari dalam sekolah untuk mengoptimalkan

    mutu prestasi non akademis (ekstrakurikuler).

    Penyebab beberapa cabang kegiatan esktrakurikuler

    kurang produktif adalah kerjasama yang kurang

    efektif dengan pelatih atau pengajar. Koordinasi

    sekolah yang hampir tidak pernah dengan beberapa

    pelatih atau pengajar menyebabkan kurang terarah

    dan terpantaunya kegiatan ekstrakurikuler.

    c. Rencana Strategis Aspek Output

    Renstra pertama Meningkatkan prestasi non-

    akademis sekolah dengan seoptimal mungkin.

    Peningkatan prestasi tersebut dapat dilakukan dengan

    meningkatkan anggaran untuk kegiatan

    ekstrakurikuler baik untuk pengadaan fasilitas

    ataupun untuk meningkatkan honor pengajar atau

    pelatih. Harapan orang tua peserta didik agar lulusan

    tidak hanya berprestasi dibidang akademis dan non

    akademis menjadi keuntungan sekolah untuk

    melibatkan mereka dalam hal penggalian anggaran

    melalui komite. Setelah melengkapi fasilitas dan

    meningkatkan honor pengajar, sekolah perlu

    mengevaluasi total kinerja dan prestasi dari masing-

    masing pengajar. Jika tidak produktif dan motivasinya

  • rendah dalam proses pembimbingan maka sekolah

    harus berani mengganti dengan pengajar yang lebih

    produktif dan memiliki motivasi tinggi.

    Renstra kedua Meningkatkan pembelajaran

    yang menitikberatkan pada pembangunan karakter

    peserta didik untuk membangun image positif. Visi

    misi sekolah sangat jelas mengarahkan pembelajaran

    untuk meningkatkan karakter peserta didik. Maka

    dari itu sekolah harus terus meningkatkan kualitas

    lulusan dari sisi karakternya dengan cara lebih

    mengoperasionalkan visi sekolah menjadi misi-misi

    yang mudah difahami dan laksanakan untuk

    mengembangkan karakter peserta didik.

    Renstra ketiga Membangun jaringan alumni

    yang lebih efektif dan terorganisir. Sesungguhnya ada

    beberapa alumni yang sudah berperan aktif untuk

    ikut meningkatkan mutu sekolah, namun belum ada

    jaringan atau wadah yang jelas sehingga tidak semua

    alumni dapat terlibat aktif dalam mengembangkan

    sekolah. Sekolah perlu menangkap peluang ini dengan

    memfasilitasi alumni menjadi jaringan yang kuat

    untuk mendorong perkembangan mutu sekolah. Perlu

    ada pertemuan-pertemuan yang intens antara pihak

  • sekolah dengan alumni untuk merumuskan beberapa

    strategi menignkatkan mutu sekolah.

    Renstra keempat Melakukan terobosan-

    terobosan untuk percepatan pencapaian prestasi

    akademis. Dengan semakin meningkatnya tingkat

    kerjasama dengan instansi pengembangan dibidang

    akademis seperti lembaga pendidikan Ganesa

    Operation, Primagama, dapat dijadikan strategi untuk

    mempercepat peningkatan prestasi akademis peserta

    didik. Sekolah perlu memikirkan agar kegiatan

    pengembangan ini dapat diakses dengan mudah oleh

    peserta didik, salah satunya mengupayakan agar

    kegiatan dilakukan di lingkungan sekolah pada waktu

    siang atau sore hari. Selain itu perlu adanya

    kesepakatan-kesepatan yang jelas untuk mencapai

    percepatan peningkatan prestasi akademis antara

    sekolah dengan lembaga-lembaga tersebut. Sekolah

    harus berani mengevaluasi setiap tahap dalam proses

    pengembangan tersebut. Jika dievaluasi tidak sesuai

    dengan yang diharapkan maka sekolah hendaknya

    menghentikan kerjasama tersebut dan mencari

    lembaga yang lebih baik.

  • 4.3.3 Pendapat Pakar

    Draft rencana strategis yang telah disusun oleh

    penulis diuji oleh dua orang pakar. Adapun evaluasi

    dan masukan dari pakar yang pertama adalah sebagai

    berikut:

    1. Latar belakang

    Latar belakang harus lebih tajam dan

    konkrit yaitu dengan mamasukkan unsur

    penting (urgent) dan mendesak mengapa

    muncul draft alternatif rencana strategis.

    2. Penambahan Data Profil Sekolah

    Perlu ditambahkan unsur data eksisting

    sekolah yang berbasis analisis

    lingkungan. Hal tersebut diperlukan

    karena untuk mempertajam dan

    melengkapai sebuah rencana strategis.

    Selanjutnya masukkan dan evaluasi dari pakar ke

    dua adalah sebagai berikut:

    1. Latar belakang

    Latar belakang draft alternatif rencana

    strategis SMPN 1 Bawen masih kurang

    kongkrit dan tajam. Jika ingin usulan

    draft ini dapat menjadi rujukan bagi

    sekolah maka perlu diperbaiki dan

    ditambahkan pada bagian pendahuluan

    agar nantinya draft menjadi lebih layak.

    2. Rancangan Program

    Rancangan program yang dibuat penulis

    terlalu banyak sehingga perlu

  • diperhatikan mana yang memang

    menjadi prioritas sekolah. Selain itu

    draft perlu mempertegas mana program

    yang sudah ada namun masih belum

    optimal dan mana program yang

    memang belum ada di sekolah.

    4.3.4 Hasil Revisi berdasarkan Pendapat Pakar

    Revisi draft rencana strategis SMPN 1

    Bawen berdasarkan uji pakar dapat dilihat di

    lampiran 6 halaman 119 s/d 157.