4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum · kulit yang berasal dari hewan kecil (skins) seperti...
Transcript of 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum · kulit yang berasal dari hewan kecil (skins) seperti...
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum
Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten dari 5 Kabupaten/Kota di
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa. Bagian
utara berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, bagian timur
berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul, bagian barat berbatasan dengan
Kabupaten Kulonprogo dan bagian selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia.
Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44' 04" - 08° 00' 27" Lintang Selatan dan 110°
12' 34" - 110° 31' 08" Bujur Timur. Peta Kabupaten Bantul terlihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Peta Kabupaten Bantul
Luas wilayah Kabupaten Bantul 508,85 Km2 (15,9% dari Luas wilayah
Propinsi DIY) dengan topografi sebagai dataran rendah 14% dan lebih dari separonya
(60%) daerah perbukitan yang kurang subur, secara garis besar terdiri dari : Bagian
Barat, adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan yang membujur dari Utara
ke Selatan seluas 89,86 km2 (17,73 % dari seluruh wilayah). Bagian Tengah, adalah
daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang subur seluas 210.94 km2
(41,62 %). Bagian Timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang
keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05 km2 (40,65%).
Bagian Selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian Tengah
dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikir berlagun, terbentang di Pantai
Selatan dari Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek. Kabupaten Bantul terdiri dari
17 Kecamatan, yaitu Kecamatan Srandakan, Sanden, Kretek, Pundong,
Bambanglipuro, Pandak, Bantul, Jetis, Imogiri, Dlingo, Pleret, Piyungan,
Banguntapan, Sewon, Kasihan, Pajangan dan Sedayu dengan jumlah penduduk
sekitar 800.000 jiwa atau sekitar 1.624 jiwa/km2.
Industri kulit merupakan salah satu industri yang terbukti mampu memberikan
sumbangan pada nilai eksport Kabupaten Bantul dan juga memberikan kesempatan
kerja dan menjadi gantungan sumber pendapatan bagi berbagai industri rumahan.
Dalam laporan tahunan “Bantul Dalam Angka 2010”, sektor industri kulit mampu
menyerap tenaga kerja 5.728 orang dalam berbagai skala unit usaha. Peran industri
kulit sangat dirasakan dalam tata kehidupan masyarakat Kabupaten Bantul lantaran
sebarannya yang hampir merata di seluruh wilayah, khususnya di Desa Sabdodadi,
Kecamatan Bantul.
Kulit adalah lapisan luar badan yang melindungi badan atau tubuh hewan dari
pengaruh-pengaruh luar, seperti panas, pengaruh yang bersifat mekanis, kimiawi,
serta merupakan pengatur suhu badan. Pada saat hidup, kulit mempunyai fungsi
antara lain sebagai indra perasa, tempat pengeluaran hasil pembakaran, sebagai
pelindung dari kerusakan bakteri kulit, sebagai buffer terhadap benturan, sebagai
penyaring sinar matahari, serta sebagai alat pengatur suhu tubuh. Masing-masing
kulit hewan memiliki sifat dan karakter yang berbeda. Faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu kulit antara lain kondisi geografi asal ternak, aktifitas ternak,
kesehatan dan usia ternak. Kulit samak tidak hanya kuat namun juga tahan lama serta
lugas tetapi juga memiliki struktur berpori unik sehingga dapat “bernafas”, artinya
udara dan uap air dapat melalui jaringannya.
Pengerjaan kulit samak umumnya mudah; misalnya ia mudah dipotong,
disambung, dijahit, diampelas, dicat, bahkan disepuh emas. Bila dipotong tepinya
tidak terurai, yang mana merupakan sifat yang unggul untuk beberapa keperluan
(Judiamidjojo, 1984). Kulit mentah dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok kulit dari hewan besar (hides) seperti sapi, kerbau, kuda, serta kelompok
kulit yang berasal dari hewan kecil (skins) seperti kambing, domba, dan kelinci.
Definisi dan kriteria teknis jenis kulit terlihat pada tabel 11.
Tabel 11 Definisi dan kriteria teknis jenis kulit
Jenis kulit Definisi Kriteria Teknis
Kulit
Mentah
Kulit yang diperoleh dari hasil
pemotongan ternak (kerbau, sapi,
domba dan kambing), dimana kulit
tersebut telah dipisahkan dari
seluruh bagian dagingnya, baik yang
segar (green hide), yang dikeringkan
(dried hide) maupun yang digarami
(salted hide)
Berbulu dalam keadaan segar
(freshed/green hides)
Berbulu dalam keadaan kering
(dried hide)
Berbulu dalam keadaan awet
garam basah (wet salterd)
Berbulu dalam keadaan awet
garam kering (brain cured).
Pickled Kulit Mentah yang sudah diproses
sampai pengasaman Tidak berbulu
Dalam keadaan basah
Derajat keasaman 3
Berwarna Putih
Wetblue Kulit mentah yang disamak sampai
proses penyamakan krom (chrome),
masih dalam keadaan basah dan
belum di proses selanjutnya.
Berwarna biru
Dalam keadaan basah
Derajat keasaman 3,5 - 4,0
Crust Kulit Hewan yang disamak masak
(tanning) dan disamak ulang (re-
tanning)/penyamakan kombinasi
yang baik yang mengalami
Untuk kulit natural crust
berwarna putih kebiruan
Untuk kulit dyed crust berwarna
seperti bahan pewarnanya
pewarnaan (natural crust) dan
belum mengalami penyempurnaan.
(dyestuff
Dalam keadaan kering (kadar
air pailing tinggi 25%)
Sumber: Departemen Perdaganagan, 2010
Jenis kulit berdasarkan bagian tubuh hewan:
a. Bagian punggung: Bagian kulit yang letaknya ada pada punggung dan
mempunyai jaringan struktur yang paling rapat luasnya 40% dari seluruh luas
kulit.
b. Bagian leher: Bagian kulit agak tebal, sangat rapat dan terdapat beberapa kerutan.
c. Bagian bahu: Bagian kulit lebih tipis, mutunya lebih baik, namun terdapat
kerutan yang dapat mengurangi mutu kulit.
d. Bagian perut dan paha: Struktur jaringan kurang rapat, tipis dan mulur setelah
kering dan mutu kulit tidak homogen.
Dalam industri perkulitan dikenal dua pengelompokan kulit, yaitu:
a. Kulit yang belum mengalami pengolahan penyamakan dikenal dengan kulit
perkamen atau kulit mentah, dapat digunakan sebagai bahan seni tatah
sungging.
b. Kulit yang telah melalui proses pengolahan penyamakan kulit disebut kulit-jadi
(kulit tersamak), digunakan sebagai bahan baku berbagai industri barang jadi
kulit. Perbedaan kulit mentah dan kulit tersamak terangkum pada tabel 12.
Tabel 12 Perbedaan kulit mentah dan kulit tersamak
Jenis Kulit Mentah Kulit Tersamak
Bentuk lembaran belahan
Warna Seperti kulit aslinya Tergantung bahan penyamak
yang digunakan
Kenampakan
sifat
Kering, kaku, keras,
mudah busuk karena
bakteri
Lemas, elastis, plastis, tidak
mudah busuk, tidak mudah
menjadi lem
Kulit yang bisa digunakan dalam pembuatan produk adalah kulit jadi, yaitu
kulit yang sudah disamak atau diproses menggunakan bahan kimia dan nabati. Berat
kulit sapi, kambing dan kerbau sekitar 7-10% dari berat tubuh, secara ekonomis kulit
memiliki harga sekitar 10-15% dari harga ternak. Kulit mempunyai sifat dan ciri yang
unik, daya tahan dan nilai artistik yang tidak dimiliki oleh bahan lain. Industri
penyamakan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah hewan menjadi kulit
jadi yang siap digunakan untuk berbagai keperluan bagi industri barang jadi kulit
seperti industri sepatu/sandal, tas, sarung tangan, sabuk, jaket dan sebagainya.
Penyamakan dilakukan untuk mengubah kulit mentah yang mudah rusak oleh
mikroorganisme. Kulit tersamak lebih tahan terhadap faktor-faktor yang dapat
merusak kulit yaitu dengan memasukkan bahan penyamak ke dalam jaringan kulit
yang berupa jaringan kolagen sehingga terbentuk ikatan kimia antara keduanya
menjadikan lebih tahan terhadap faktor perusak. Zat penyamak bisa berupa penyamak
nabati, sintetis, mineral dan penyamak minyak.
4.2. Gambaran Industri Kulit Manding
Sentra industri kulit Manding merupakan salah satu sentra industri yang
terkenal di provinsi DIY. Sentra ini terletak di Dusun Manding, Desa Sabdodadi,
Bantul, Yogyakarta. Lokasi ini cukup strategis, karena memotong jalur utama
Yogyakarta menuju Pantai Parangtritis yang merupakan tempat wisata wajib ketika
berkunjung ke Yogyakarta. Pengunjung tidak hanya dapat membeli produk yang ada
di showroom saja, tetapi juga bisa membeli sesuai dengan pesanan keinginan
pembeli.Sentra industri kulit Manding terdiri dari 32 pengrajin kulit, dengan proporsi
skala industrinya ; 12 industri mikro, 18 industri kecil, dan dua industri menengah.
Sentra industri kulit Manding berdiri pada tahun 1957. Lahirnya sentra
industri kulit Manding berawal dari beberapa pemuda Manding yang bernama Prapto
Sudarmo, Wardi Utomo, dan Ratno Suharjo yang saat itu setelah lulus SD pergi ke
Yogyakarta dan bekerja pada sebuah perusahaan kerajinan kulit milik Bapak
Partiman di Rotowijayan, sebuah kampung dekat Kraton,Yogyakarta pada tahun
1947. Setelah sepuluh tahun lamanya belajar, meraka pulang kampung dan mencoba
untuk menggeluti usaha sendiri. Pada tahun 1976 Departemen Perindustrian Propinsi
DIY dan Pemerintah daerah Bantul memberikan bantuan baik fisik maupun non fisik,
seperti pendirian koperasi berbadan hukum pertama untuk pengusaha kulit di
Manding, diklat kepada 40 pengusaha kulit, serta bantuan bahan baku kulit. Tahun
1979 hingga tahun 90-an Manding mampu mengekspor produk mereka hingga ke
Spanyol.
Aneka Produk kerajinan berbahan dasar kulit hewan dihasilkan oleh tangan-
tangan terampil dari Manding. Kerajinan kulit Manding tidak semata-mata
menggunakan bahan kulit sebagai bahan kerajinan tetapi juga memadukan kulit
dengan bahan baku lain seperti serat alam pandan, mendong, enceng gondok, agel
dan lidi. Hasil kerajinannya meliputi jaket, sepatu, sandal, dompet, wayang, tas, topi,
sabuk, gantungan kunci, kipas, serta hiasan kulit lainnya. Kerajinan kulit Manding
memiliki mutu dan nilai seni yang mampu menembus pasar nasional seperti Jakarta,
Solo, Semarang dan bali, bahkan menembus pasar ekspor seperti Spanyol dan
Australia.
Paguyuban pengusaha kulit Manding pertama kali diresmikan pada tanggal 12
Januari 1985 dengan nama Paguyuban Setiyo Rukun”. Seiring bertambahnya
pengusaha yang tidak hanya berada di Manding, namun juga diseluruh Desa
Sabdodadi, maka paguyuban dipecah menjadi dua, paguyuban pengusaha Manding
yang baru bernama “Paguyuban Karya sejahtera”. Peran paguyuban tersebut dirasa
masih kurang maksimal, karena kegiatan yang berjalan hanya sebatas arisan dan
simpan pinjam antar pengusaha, belum ada kegiatan yang berhubungan langsung
dengan perkembangan industri kulit disana, seperti penetuan harga standar produk
yang dirasa sama, maupun penetuan strategi pemasaran untuk meningkatkan
penjualan. Pada pertengahan tahun 1997, sentra industri kulit Manding mengalami
keterpurukan akibat krisis moneter yang melanda Indonesia. Krisis menyebabkan
harga bahan baku kulit meningkat tajam, serta diikuti penurunan jumlah pasokan
bahan kulit mentah, karena sebagian kulit mentah lebih dirasa menguntungkan jika
langsung di ekspor, bukan digunakan untuk industri dalam negeri. Ini terjadi karena
harga kulit mentah di pasar ekspor jauh lebih tinggi dibanding harga dalam negeri,
sehingga memacu pelaku industri kulit untuk mengkombinasi produk kulitnya dengan
bahan baku lain seperti serat alam pandan, mendong, enceng gondok, agel dan lidi.
Pada tahun 2007 Disperindagkop Kabupaten Bantul memberikan bantuan
fisik berupa pemberian mesin seharga Rp8.500.000,00 serta bantuan pinjaman dana
Rp 4.500.000,00 untuk setiap pengusaha kulit. Pada tahun 2007 pula Bank Indonesia
memberikan bantuan yang cukup besar bagi perkembangan sentra industri kulit
Manding, yaitu; gapura selamat datang, pembangunan area parker, gedung
pertemuan, gorong-gorong, bak sampah, dan toilet umum. Bantuan non fisik antara
lain ; pelatihan bahasa inggris, pelatihan manajemen, dan pelatihan pengelolaan
showroom. Pada tahun 2008 Kantor Pemuda dan Olahraga Pemerintah daerah Bantul
memberikan diklat pembuatan bola sepak (Disperindagkop Kab. Bantul, 2012). Saat
ini Manding dikenal sebagai pusatnya kerajinan kulit di Yogyakarta selain itu
Manding merupakan sentra kerajinan kulit yang menjadi tujuan utama bagi
wisatawan yang ingin mencari souvenir yang terbuat dari kulit.
Manding tergabung dalam kawasan Kawasan Wisata Gabusan-Manding-
Tembi (GMT). Visi dan misi Kawasan Wisata Gabusan-Manding-Tembi (GMT)
yang dirumuskan melalui Lokakarya ”Penyusunan Grand Design Pengembangan
Kawasan Wisata Gabusan Manding Tembi (GMT)” adalah sebagai berikut; Visi
”Menjadikan GMT sebagai kawasan wisata yang menawarkan produk dan
pengalaman unik berbasis masyarakat dan budaya lokal” Misi ”Memberdayakan
masyarakat, mensinergikan usaha, memberikan produk dan pelayanan berbudaya,
peningkatan pendapatan dan sumber pendanaan dalam rangka mendukung
pembangunan sosial ekonomi dan budaya di kawasan wisata GMT.” Terdapat
perspektif strategis penting dalam penerjemahan visi dan misi menjadi sasaran-
sasaran strategis kawasan wisata berbasis masyarakat ini. Perspektif tersebut adalah :
”Memberdayakan dan mensinergikan potensi-potensi masyarakat, memberikan
produk dan pelayanan berbudaya, peningkatan pendapatan dan sumber-sumber
pendanaan rangka mendukung pembangunan sosial ekonomi dan budaya di kawasan
wisata GMT.”
Bahan baku utama yang digunakan adalah kulit samak asli yang berasal dari
hewan, seperti sapi, domba, kambing, dan ikan pari. Bahan baku diperoleh dari
Yogyakarta dan sebagian dari magetan jawa timur. Kulit sapi banyak dibuat menjadi
tas, sepatu, dan topi, sedangkan kulit kambing kebanyakan digunakan untuk jaket dan
berbagai produk lainya, seperti sovenir. Harga jual produk kulit bervariasi tergantung
Desain, tingkat kerumitan, dan terutama bahan baku yang digunakan. Bahan baku
yang digunakan selain kulit asli hewan, juga menggunakan bahan baku kulit sintetis
atau vinyl, merupakan lembaran kulit tiruan dengan permukaan halus, mempunyai
kontruksi pori-pori menyerupai rajah kulit asli, terbuat dari polivinil klorida atau
poliuretan sebagai lapisan atas dan kain sebagai lapisan dasar atau penguat. Bahan
baku kulit vinyl dapat diperoleh didaerah Yogyakarta. Bahan pembantu merupakan
bahan yang digunakan sebagai bahan pendukung dihasilkannya produk kulit. Bahan
pembantu terdiri dari lem (lem lateks, lem kuning, lem karet), cat kulit (cat dasar, cat
finishing), benang (benang nylon, benang mesin), lak, semir, kain, busa, karton, dan
triplek. Asesoris yang digunakan untuk pelengkap dapat berupa ring, gesper, knob,
mangnet, risleting, dan keling.
Proses Produksi
Produk industri kulit memiliki jenis dan produk yang berbeda-beda, namun
secara umum prosesnya adalah;
1. Penyiapan bahan baku
Bahan baku kulit yang digunakan tergantung dari Desain pemesan dan harga jual
produk. Kulit yang digunakan adalah kulit samak yang masih berupa lembaran.
2. Pengecatan Awal
Pengecatan dilakukan hanya dilakukan pada kulit sapi, sedangkan kulit kambing
langsung menempuh proses pembuatan pola. Pengecatan dilakukan dengan
menggunakan cat khusus untuk kulit, serta menggunakn kompresor sehingga cat
dapat merata pada seluruh permukaan kulit.
3. Penjemuran
Proses penjemuran berfungsi untuk mempercepat pengeringan cat. Penjemuran
dilakukan langsung dibawah matahari membutuhkan waktu 2 hari untuk 20-30
lembar kulit sapi.
4. Pengepresan / Penyetrikaan
Proses pengepresan dilakukan untuk memperhalus tekstur bahan kulit, proses ini
dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembagan Kulit, Karet dan Plastik
yang berada di Jalan Sukonandi no.9 Yogyakarta. Waktu yang dibutuhkan untuk
proses pengepresan adalah satu jam. Tahapan proses 1-4 sudah jarang dilakukan
pengusaha kulit Manding saat ini, karena meraka telah membeli bahan kulit jadi
yang siap dipola.
5. Pembuatan Pola
Pembuatan pola sepatu diawali dengan pembuatan pola dasar menggunakan
kertas manila, selanjutnya pembuatan pola jadi. Pola jadi merupakan pola dasar
yang diberi penambahan pada disetiap lipatan, untuk lipatan biasa ditambahkan 1-
3 mm, untuk tumpangan dalam penjahitan diberi penambahan 5-10 mm,
sedangkan untuk bagian bawah atau lasting diberi penambahan 30-50 mm. Pola
jadi yang sudah dibuat kemudian dipolakan pada bahan pokok yang digunakan
seperti kulit, kain pelapis, kertas karton, atau sesuai dengan bahan baku pembantu
yang digunakan.
6. Pemotongan
Pemotongan dilakukan sesuai dengan pola yang telah dibuat. Pemotogan bahan
lebih baik menggunakan pisau cutter agar permukaan hasil pemotongan lebih
rapi, dibanding pemotongan dengan gunting. Untuk produk dari kulit sapi, setelah
proses pemotongan dilakukan penyesetan dengan mesin seset untuk
menghaluskan permukaan potongan kulit, sehingga lebih mudah untuk dijahit.
7. Pengecatan
Pengecetan dilakukan agar cat kulit lebih awet dan tidak mudah pudar. Khusus
kulit pari, sebelum proses pegecaran dilakukan proses penggerindaan dan
pengamplasan atau buffing. Penggerindaan adalah proses penghilangan sisik ikan
pari sesuai dengan pola jahitan menggunakan mesin gerinda. Setelah
penggerindaan dilakukan proses pengampasan atau buffing pada bagian
mutiaranya. Proses buffing bertujuan agar pengecatan lebih optimal dan merata.
Selanjutnya dilakukan proses pengecatan, untuk bahan kulit pari pengecatan
dilakukan dua tahap, tahap pertama pengecatan menggunakan cat air, tahap ini cat
dioleskan menggunakan kuas pada bagian mutiaranya, kemudian kering
anginkan. Tahap kedua merupakan pengecatan dengan cat minyak dicampur
hardener secukupnya, pengecatan tahap kedua dilakukan dengan spray gun.
8. Pengeleman
Komponen produk kulit yang telah dicat kemudian dirangkai membentuk produk
yang dikehendaki menggunakan lem selanjutnya dijahit menjadi produk kulit.
Adapun lem yang biasa digunakan adalah lem fox dan lem lateks. Pengeleman
dilakukan untuk memperkuat sambungan dari bagian-bagian produk serta
mempermudah proses penjahitan.
9. Pemasangan Kain
Proses ini diperlukan untuk produk yang memerlukan lapisan kain dalam seperti
tas, topi, dan boks. Kain pelapis dalam dapat dipasang dengan proses pengeleman
atau penjahitan tergantung dari jenis produknya.
10. Penjahitan
Penjahitan dilakukan dengan mesin jahit, sedangkan untuk bahan yang lebih tebal
dilakukan dengan mesin bumbung, penjahitan juga dapat dilakukan secara manual
sebagai peleengkap asesoris seperti pada produk souvenir. Produk sepatu kulit
setelah proses penjahitan akan mengalami proses lasting dan memasangan sol
sepatu.
11. Perangkaian asesoris
Asesoris yang yang digunakan terdiri dari berbagai jenis dan ukuran sesuai
dengan desain awal, berupa ring, gesper, resliting, knob, kancing dan gesper.
12. Pengecekan ulang
Pengecekan ulang dilakukan untuk memastikan kerapian jahitan, dan
kesempurnaan penempelan bagian-bagian produk. Permukaan produk dibersihkan
dari sisa bahan baku dan bahan pembantu seperti benang, sisa asesoris, dan lem.
13. Finishing
Pada proses ini diberikan bahan Lak agar permukaan produk terlihat mengkilap
dan halus. Penambahan bahan tersebut dilakukan dengan menggunakan
kompresor sehingga hasilnya lebih rapi dan merata diseluruh permukaan produk.
Untuk produk yang mempunyai mutu lebih rendah seperti kulit kambing tidak ada
penambahan lak. Setelah proses finishing selesai, produk jadi siap untuk dikemas
dan disimpan.
Pemasaran
Secara umum pemasaran produk kulit Manding dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu ;
1. Pemasaran lokal
Produk kulit Manding juga dijual di sekitar Yoyakarta, seperti daerah Malioboro,
pasar Bringharjo, dan daerah wisata seperti Borobudur dan Prambanan, karena
lokasi tersebut dirasa strategis untuk memasarkan produk kulit Manding. Di
Dusun Manding juga berdiri showroom-showroom yang menjual produk kulit
kepada konsumen yang datang langsung ke lokasi. Lokasi Manding yang
strategis, yaitu yang dilewati jalur wisatawan ke pantai Parangtritis, serta nama
besar Dusun Manding yang dikenal masyarakat sebagai penghasil produk kulit.
2. Pemasaran luar kota
Pemesanan dilakukan oleh pihak luar kota Yogyakarta, baik secara perorangan
maupun pihak toko yang akan dijual kembali. Pasar luar kota produk Manding
meliputi Lampung, Jakarta, Jatijajar, Magelang, Pati, Aceh, Magetan, Kalasan,
Sumatra, Purwokerto, Semarang, Cilacap, Kalimantan, dan Papua. Sebagian besar
produk kulit Manding dipasarkan ke Bali karena beberapa pembuat produk kulit
Manding pada awalnya bekerja di Bali sebagai pengrajin dan kembali ke Manding
untuk mendirikan UKM sendiri sehingga memiliki jaringan pemasaran di Bali.
Selain itu bali merupakan daerah wisata yang banyak dikunjungi wisatawan asing
sehingga strategis untuk dijadikan pasar produk kulit Manding.
3. Pemasaran ekspor
Produk dipesan dari buyer luar negeri, biasanya buyer perorangan. Jumlah, mutu
dan Desain sesuai dengan keinginan pemesan. Dalam hal ini pelaku bisnis
berhubungan langsung dengan pemesan tersebut. Saat ini pasar ekspor produk
kulit Manding meliputi negara Jerman, Belgia, Cina, Amerika, Eropa, Korea,
Jepang, Singapura, Denmark, dan Turki.
Promosi yang dilakukan pelaku industri kulit Manding masih sangat minimal, yaitu
melalui kartu nama, dan terkadang mengikuti pameran yang diselenggarakan
Pemerintah daerah Bantul. Media internet masih belum digunakan.
Struktur Organisasi
Sistem kelembagaan atau struktur organisasi merupakan kerangka yang
menunjukan batasan tugas dan wewenang masing-masing personil dalam kelompok
organisasi, yang dilakukan untuk menghindari tumpang tindihnya suatu tugas serta
untuk memperjelas tugas masing-masing jabatan pada suatu perusahaan. Selain itu
juga mempermudah pelaksanaan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Secara umum, struktur organisasi industri Manding sangat sederhana,
karena memang IKM. Struktur organisasi terdiri dari pemimpin sebagai pemilik
usaha, yang membawahi bagian produksi dan bagian penjualan.
Ketenagakerjaan
Pengusaha kulit Manding umumnya memiliki pekerja antara 5 sampai 19
orang tenaga kerja, bahkan juga yang hanya memiliki 4 pekerja. Ini menunjukan
pengusaha Manding umumnya berskala kecil. Pekerja pria difokuskan untuk
produksi, sedangkan pekerja wanita ditugaskan untuk melayani pembeli, mengepack
produk, finishing produk, dan membersihkan showroom dan ruang produksi. Dari
segi pendidikan 56 % pengrajin berpendidikan SD; 6,6% berpendidikan SLTA; 30%
berpendidikan SMA dan sisanya berpendidikan diatas SMA.
Identifikasi permasalahan pada penelitian ini dilakukan dengan diskusi
dengan empat pakar industri kulit di Kabupaten Bantul, penyebaran kuesioner
terhadap lima pelaku industri kulit di Manding, 30 konsumen produk kulit Manding,
serta data sekunder berdasarkan penelitian sebelumnya dan teori terkait. Permasalah
utama yang dihadapi industri kulit Manding adalah masalah pemasaran.
Permasalahan dalam bidang pemasaran memang dikeluhkan sebagian besar pelaku
industri kulit di Manding, dari hasil survey yang dilakukan dinas perindustrian
Kabupaten Bantul kepada seluru pengrajin kulit Manding yang berjumlah 30
orang,diperoleh hasil yaitu 51,1% pengrajin memiliki permasalahan dalam hal
pemasaran, 28,9% memiliki permasalahan permodalan, 20% permasalahan lain-lain.
Permasalahan lain-lain umumnya menyangkut kurangnya tenaga kerja terampil.
Menurut para pakar kondisi persaingan industri kulit di Bantul cukup ketat
melihat jumlah permintaan dan jumlah produsen, namun pengrajin Manding masih
buruk dalam hal pemasaran, promosi, dan inovasi Desain produk. Pengrajin Manding
tidak agresif dan hanya menunggu konsumen atau buyer datang terlihat dengan
rendahnya kegiatan promosi yang dilakukan. Sempitnya jaringan kerjasama juga
penyebab rendahnya penjualan. Inovasi Desain produk masih sangat rendah, para
pengrajin masih tergantng pada model yang diinginkan buyer dalam jumlah besar.
Seharusnya dengan mutu baik dan harga yang bersaing serta nama besar yang
dimiliki Manding, para pengrajin dapat menarik banyak konsumen. Rendahnya
kualitas sumber daya manusia dalam mengelola keuangan dan administrasi juga
menjadi permasalahan para pelaku industri kulit di Manding. Permasalahan bahan
baku yang dirasa mahal disebabkan penyesuaian harga jual kulit dalam negeri dengan
harga jual kulit yang dieksport, ini juga disebabkan kecilnya modal pengrajin
sehingga harga bahan baku dirasa mahal, dan bagi pengrajin kulit di Manding harga
bahan baku merupakan komponen utama penentuan harga jual produk.
Permasalahan ini juga terlihat dari saran konsumen yang banyak
menyinggung kurangnya inovasi model produk yang sesuai trend, serta masih
minimnya informasi yang didapatkan tentang produk-produk industri kulit Manding
di media cetak maupun media internet. Kuesioner untuk konsumen merupakan
sumber masukan bagi industri kulit di Manding. Beberapa saran konsumen antara
lain: pemberian merk dagang sebagai identitas produk asli pengrajin Manding (15
konsumen); peningkatan model produk sesuai trend (10 orang); pertahankan mutu
produk (9 orang); pertahankan harga bersaing (7 orang); tingkatkan promosi dan
sebaiknya disediakan penjualan online (5 orang); serta masukan tentang kualitas
pelayanan, sarana prasarana, dan pertahankan daya tahan produk.
Hasil penyebaran kuesioner kepada 30 responden sebagai konsumen produk
Manding yang menjaring informasi mengenai penilaian presepsi produk kulit,
dibandingkan dengan harapan konsumen untuk produk kulit, dengan variabel
penilaian produk meliputi model, warna, harga, daya tahan, kenyamanan, jahitan,
bahan, dan ketersediaan. Maka diperoleh data bahwa variabel model dan warna
memiliki nilai yang cukup jauh dari harapan. Variabel model harapan konsumen
mencapai nilai 3,87 sedangkan penilaian produk Manding hanya 3,40. Variabel warna
harapan konsumen mencapai nilai 3,87 sedangkan penilaian produk Manding 3,40.
Variabel kenyamanan dan variabel jahitan memiliki nilai harapan konsumen 3,97
sedangkan nilai produk Manding 3,57. Variabel daya tahan nilai harapan konsumen
3,97 sedangakan nilai produk Manding 3,60. Variabel bahan nilai harapan konsumen
3,87 sedangakan nilai produk Manding 3,50. Variabel harga nilai harapan konsumen
3,83 sedangkan nilai produk Manding 3,50. Variabel ketersediaan produk nilai
harapan konsumen mencapai 3,80 sedangakan nilai produk Manding 3,63. Variabel
asesoris produk Manding justru memiliki nilai yang lebih tinggi dari harapan, yaitu
2,83 untuk harapan sedangkan nilai produk Manding 3,07, Sehingga dapat
disimpulkan konsumen Manding lebih menyukai produk yang simple asesoris,
sedangkan produk Manding menawaarkan produk dengan asesoris yang sedikit
berlebih. Skala yang digunakan dalam penilaian adalah 1 = Tidak Baik; 2 = Kurang
Baik; 3 = Baik; 4 = Sangat Baik. Variabel model dan warna terkait dengan
pengembangan atau inovasi Desain produk. Data ini menunjukan bahwa variabel
model dan warna produk kulit Manding diluar harapan konsumen, sehingga sangat
penting untuk diperbaiki.
Hasil diskusi dengan pengrajin dan pakar menunjukan bahwa rendahnya
pengembangan produk disebabkan rendahnya pengetahuan pelaku industri tentang
trend model yang sedang digemari, serta masih tergantungnya pelaku industri pada
buyer yang biasanya menginginkan model sesuai pesanan, sehingga pelaku industri
kurang berinisiatif untuk berkreasi menghasilkan model-model baru, selain itu
pengrajin juga kurang mampu untuk memodifikasi model yang telah ada.
Permasalahan lain yang masih menyangkut pengembangan produk adalah saat ada
pemesan yang menginginkan produk kulit dengan kombinasi kulit ikan pari, pelaku
industri mengaku memiliki keterbatasan sumber daya, baik sumber daya manusia
maupun peralatan khusus untuk mengolah kulit pari.
Permasalahan di Manding juga diungkap oleh Tobing (2009) dimana hanya
30% pengrajin yang mendapatkan pinjaman modal dari bank, sedangkan 70%
mengandalkan modal sendiri dari hasil penjualan tanah atau ternak. Ini disebabkan
administrasi peminjaman modal dibank dirasa rumit, bunga pinjaman dinilai cukup
tinggi, serta pengrajin umumnya tidak memiliki agunan untuk peminjaman. Promosi
yang dilakukan juga cukup sederhana, yaitu 43% pengrajin hanya melalui omongan
orang ke orang yang berjualan di Malioboro atau Bringharjo, dan 57% pengrajin
dengan mengikuti pameran yang diselenggarakan pemerintah daerah Kabupaten
Bantul.
Peneliti menyimpulkan permasalahan yang menyebabkan rendahnya daya
saing industri kulit di sentra industri kulit Manding adalah permasalahan pemasaran,
permodalan serta rendahnya ketrampilan tenaga kerja dalam mengelola bisnis.
Masalah pemasaran disebabkan sempitnya jaringan kerjasama pemasaran, rendahnya
tingkat inovasi Desain produk, serta kurangnya kegiatan promosi. Masalah modal
disebabkan kesukaran administrasi pengajuan pinjaman, tidak memiliki agunan
pinjaman, serta tingginya harga bahan baku. Masalah kurang trampilnya tenaga kerja
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang relatif rendah, kurangnya pelatihan, serta
sifat pasif tenaga kerja dalam berinovasi dan menarik konsumen. Permasalahan ini
sesuai dengan permasalahan IKM pada umumnya yang diungkapkan Lestari (2005)
bahwa Sebagai entitas bisnis maka IKM juga menghadapi beberapa masalah, yaitu
masalah permodalan, masalah administrasi keuangan, masalah kaderisasi dan
masalah pengelolaan tunggal, hanya saja permasalahan utama di sentra industri kulit
Manding adalah permasalahan pemasaran.
4.3. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal
Terdapat lima sampel pelaku industri kulit di Manding yang dijadikan objek
penelitian ini, yaitu:
1. Suyono pemilik showroom Shely Kusuma, jumlah pegawai 4 orang, produk yang
dihasilkan souvenir dompet koin.
2. Joko Sudibyo pemilik showroom Dwi Jaya, jumlah pegawai 7 orang, produk yang
dihasilkan sepatu kulit untuk dewasa dan anak-anak.
3. Ekwanto Iswan pemilik showroom Laras, jumlah pegawai 5 orang, produk yang
dihasilkan tas dan jaket.
4. Subandriyono pemilik showroom Wenys, jumlah pegawai 8 orang, produk yang
dihasilkan sepatu drumband.
5. Surahman pemilik showroom Anda, jumlah pegawai 3 orang, produk yang
dihasilkan sabuk dan tas dompet.
Shely Kusuma dan Anda mewakili industri kulit berskala mikro, sedangkan
Dwijaya, Laras, dan wenys mewakili industri kecil. Klasifikasi skala industri menurut
Badan Pusat Statistika (BPS) bahwa pengelompokan perusahaan atau usaha industri
pengolahan berdasarkan jumlah tenaga kerjanya tanpa memperhatikan besarnya
modal yang ditanam yaitu :
1. Industri rumah tangga, jumlah tenaga kerja 1 – 4 karyawan.
2. Industri kecil, jumlah tenaga kerja 5 - 19 karyawan.
3. Industri menengah, jumlah tenaga kerja 20 - 99 karyawan.
4. Industri besar, jumlah tenaga kerja 100 karyawan lebih.
Analisis Internal
Menurut David (2009), lingkungan internal adalah suatu kondisi perusahaan
yang dapat berpengaruh langsung terhadap kelangsungan perusahaan. Mempelajari
lingkungan internal, maka perusahaan dapat menentukan apa yang harus mereka
lakukan untuk memaksimalkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan. Tujuan
mengenali lingkungan di dalam industri adalah untuk mengenali kekuatan dan
kelemahan internal organisasi. Evaluasi internal menekankan pada identifikasi
kekuatan dan kelemahan perusahaan pada area fungsional bisnis, yaitu manajemen,
pemasaran, keuangan, produksi, penelitian dan pengembangan, sistem informasi
manajemen.
A. Aspek Manajemen
Sebagian besar industri kulit di Manding memiliki struktur organisasi yang
sederhana, namun belum jelas job description dan job specification-nya,
disebabkan skala industri yang masih mikro dan kecil sehingga pembagian
pekerjaan cukup mudah. Pada umumnya pembagian pekerjaan hanya dibagi
menjadi bagian produksi dan bagian penjualan. Tingkat pergantian karyawan
sangat rendah, perikrutan dan pengawasan karyawan dilakukan sebatas unsur
kekeluargaan dan saling percaya. Namun yang membuat kondisi harmonis dalam
menjalankan industri. Tingkat pendidikan karyawan SD, SMP dan SMA, dan
belum ada penghargaan dan pelatihan dari dalam industri. Pelatihan hanya
dilakukan jika Pemerintah daerah Kabupaten Bantul menawarkan pada industri.
Kegiatan pencatatan dan administrasi dilakukan dengan sederhana, sebatas jumlah
barang yang terjual, serta rekap catatan dilakukan rata-rata setiap 3 bulan.
B. Aspek Pemasaran
Pelaku industri kulit Manding tidak melakukan segmentasi pasar, namun dari
hasil kuesioner terlihat rata-rata konsumen kelas menengah keatas. Penjualan
disekitar Yoyakarta, seperti daerah Malioboro, pasar Bringharjo, dan daerah
wisata seperti Borobudur dan Prambanan. Pasar luar kota meliputi Jakarta,
Semarang, Bali, Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Pasar ekspor meliputi negara di
Benua Asia dan Eropa melayani pesanan dan pembelian grosir maupun retail.
Cara penjualan terefektif adalah saat pembeli memesan dalam jumlah besar,
selanjutnya cara selanjutnya adalah penjualan melalui showroom, namun tidak
semua pengrajin memiliki showroom. Belum melayani penjualan online dan
belum ada merk dagang, minimnya informasi produk kulit Manding kepada
konsumen. Strategi yang mereka andalkan adalah mutu kulit yang baik dengan
harga yang cukup bersaing atau murah. Namun, untuk hal desain model dan
warna, produk kulit Manding cenderung monoton. Promosi yang dilakukan
sebatas pencetakan kartu nama, bahkan produknya tidak memiliki merk dagang
sendiri. Jaringan kerjasama untuk pemasaran sempit, sebatas menjaga hubungan
baik dengan pelanggan. Penjualan relatif banyak hanya saat libur nasional
maupun libur sekolah, atau mendekati hari raya lebaran. Penetapan harga
berdasakan biaya bahan baku ditambah keuntungan yang diinginkan. Nama besar
Manding sebagai sentra industri kulit memiliki dampak positif bagi penjualan,
serta letak Manding dinilai strategis karena memotong jalur utama dari kota
Yogyakarta menuju pantai Parangtritis, sehingga wisatawan dapat membeli oleh-
oleh khas kulit.
C. Aspek Keuangan
Seluruh pelaku industri kulit Manding mengalami penurunan pendapatan dalam
tiga tahun terakhir ini. Ini disebabkan turunnya permintaan pesanan dari
pelanggan dan turunannya jumlah penjualan di showroom. Namun mereka
memiliki modal yang cukup untuk bertahan. Keuangan dikelola oleh pemilik
sendiri, dan bukan merupakan ahli dalam bidang keuangan, pencatatan keuangan
dilakukan secara sederhana. Keuangan industri tercampur dengan keuangan
keluarga pemilik industri, ini sering mengakibatkan permasalahan keuangan.
Secara umum pengusaha memperoleh modal awal milik sendiri tidak ada yang
berasal dari investor, dan merupakan usaha turun temurun. Dalam usaha
pengembangannya beberapa pengusaha mendapatkan modal pinjaman bank,
namun sebagian besar mengalami kesulitan dalam pengajuan pinjaman ke bank,
merasa bunga pinjama terlalu tinggi, serta tidak memiliki agunan peminjaman.
D. Aspek Produksi
Bahan baku utama berupa kulit samak selalu dapat tercukupi, diperoleh dari
daerah Yogyakarta dan magetan jawa timur, hanya saja harganya yang relatif
mahal menjadi kendala dalam pemenuhan pesanan pembeli dalam jumah yang
besar. Prosedur pemesanan bahan baku dilakukan dengan mendatangi langsung
pemasok bahan baku, ataupun pemesanan melalui telepon jika sudah
berlangganan. Tidak terjadi proses penggudangan bahan baku, karena pengrajin
hanya membeli seperlunya dan langsung diproses, sedangkan untuk produk
langsung disimpan di showroom. Teknologi produksi konvensional secara manual
didapatkan dari ajaran turun-temurun keluarga. Pengendalian mutu produk
dilakukan pada tahap finishing produk, ini dirasa sudah cukup efektif untuk
menjaga mutu produk. Melayani pembuatan produ sesuai pesanan. Mutu produk
baik, variabel kenyaman, jahitan, daya tahan, bahan baku, harga, dan ketersediaan
cukup mendekati harapan konsumen, variabel model dan warna cukup jauh dari
harapan konsumen. Variabel model dan warna menyangkut pengambangan
Desain produk yang lemah.
E. Aspek Pengembangan
Inovasi desain produk jarang dilakukan pelaku industri kulit Manding, umumnya
mereka hanya menerima desain yang diinginkan oleh pemesan. Faktor yang
mereka unggulkan adalah mutu baik dengan harga terjangkau. Pelatihan kepada
karyawan dilakukan jika hanya mendapat bantuan pelatihan dari pemerintah
daerah Kabupaten Bantul maupun ATK.
Evaluasi Faktor Internal (IFE)
Hasil identifikasi faktor internal perusahaan dikelompokkan menjadi dua,
yakni kekuatan internal (strengths) dan kelemahan internal (weaknesses). Daftar
kekuatan dan kelamahan perusahaan diperoleh dengan meringkas kuesioner dan
kemudian ditimbang selama diskusi dalam pertemuan, serta berdasarkan literatur.
Dari hasil analisis faktor internal tersebut diperoleh tujuh kekuatan dan tujuh
kelemahan yang dimiliki perusahaan sebagai berikut:
Kekuatan :
S1 : Lokasi usaha yang strategis
Menurut Sjaifudian (1997) penentuan lokasi sangat berperan penting dalam
kemajuan perkembangan usaha. Dekat dengan jaringan transportasi adalah yang
paling utama. Biaya transportasi mempunyai pengaruh terhadap biaya pemasaran,
akibatnya konsumen akan memasukan biaya transportasi dalam fungsi permintaan.
Lokasi fasilitas merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk
menciptakan efisiensi, efektivitas dan produktivitas dari kegiatan produksi-operasi
perusahaan (Pearce dan Robinson 2004)
Sentra industri kulit Manding memiliki lokasi strategis yaitu terletak
memotong jalan parangtritis yang merupakan jalur dari kota Yogyakarta menuju
pantai Parangtritis, pantai yang sangat terkenal dan banyak penunjungnya baik
wisatawan dalam maupun luar negeri. Jalan ini juga merupakan jalur bus dan jalan
utama menuju pantai-pantai lain di bantul seperti pantai depok yang terkenal dengan
pelelangan ikan, serta pantai glagah yang memiliki pasir putih. Lokasi Manding ini
memungkinkan banyak wisatawan berkunjung untuk membeli oleh-oleh maupun
berbelanja untuk kebutuhan sendiri akan produk khas kulit. Pernyataan bahwa
Manding memiliki lokasi yang strategis disimpulkan dari hasil diskusi dengan pakar,
pernyataan pelaku industri kulit, dan ungkapan beberapa responden konsumen bahwa
lokasi Manding merupakan salah satu alasan berbelanja disana.
S2 : Nama besar Manding sebagai sentra industri kulit dan sebagai Desa wisata.
Loyalitas kosumen terhadap produk merupakan faktor kekuatan dari aspek
pemasaran (Pearce dan Robinson 2004) dimana didalamnya termasuk loyalitas yang
dipengaruhi nama besar perusahaan. Manding telah dikenal sebagai daerah sentra
para pengrajin kulit dari tahun 1980an hingga sekarang. Produk Manding terkenal
dengan mutu yang baik serta harga yang lebih terjangkau. Ini terlihat dari masukan
para konsumen yang puas akan keawetan produk serta harga yang relatif lebih murah.
Predikat Desa wisata juga sudah diberikan kepada Desa Manding, dukungan
pemerintah dan pengelola paguyuban Manding untuk mengankat Desa wisata
Manding yang menyuguhkan kegiatan para pengrajin kulit dalam memproduksi
produk secara manual dan tradisional, ini diungkapkan oleh pakar dari dinas
perindustrian Kabupaten Bantul, serta penerbitas video profil Desa wisata Manding
oleh pengelola kelompok sadar wisata Manding sebagai bukti keseriusan mereka
mempromosikan Desa wisata Manding.
S3 : Terjaminnya ketersediaan bahan baku
Menurut Pearce dan Robinson (2004) ketersediaan bahan baku merupakan
salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan efisiensi, efektivitas dan
produktivitas dari kegiatan produksi-operasi perusahaan. Bahan baku berupa kulit
samak dan bahan tambahan lainya dengan mudah diperoleh para pelaku industri dari
sekitar kota Yogyakarta ataupun dari magetan jawa timur. Pelaku industri tidak
merasa kesulitan dalam mendapatkan bahan baku hanya saja, harga kulit samak yang
dirasa mahal. Menurut para pakar, ketersediaan kulit samak dirasa aman untuk saat
ini dan beberapa tahun kedepan.
S4 : Mutu produk memuaskan
Dua hal yang dibeli konsumen dari sebuah produk. Pertama nilai yang
terkandung dalam produk tersebut dan service yang diberikannya. Nilai ditentukan
oleh biaya dan kualitas sedangkan service ditentukan oleh mutu. Mutu ternyata
menjadi faktor penentu agar produk dapat menarik perhatian konsumen. Oleh karena
itu mutu dapat dijadikan sebagai senjata strategik yang harus dikembangkan guna
mencapai kompetitif. Porter (1997) menyatakan bahwa produk yang bermutu,
ditentukan oleh delapan faktor yaitu : Performance, Feature, Reability, Conformance,
Durability, Service Ability, Aesthetics, dan Perceived Quality. Produk kulit dari
sentra industri kulit Manding munggul dalam mutu durability, yaitu mutu dengan
kecenderung pada ketahanan suatu produk saat digunakan. Mutu produk sangat dijaga
oleh para pelaku industri kulit Manding. Mutu merupakan faktor andalan untuk
menarik dan mempertahankan konsumen. Mutu produk kulit Manding juga diakui
oleh pakar dan para konsumen yang menyatakan produk awet saat dipakai dan
keaslian kulitnya terjamin.
S5 : Suasana kekeluargaan yang kental dalam bisnis
Bisnis industri kulit di Manding merupakan usaha yang turun temurun,
mayoritas pegawainya juga merupakan kerabat dari pemilik industri, ini merupakan
pengakuan para pelaku industri. Ini terlihat juga dari sistem perikrutan pegawai atas
unsur kedekatan dan kekeluargaan, serta sistem pengawasan yang berdasarkan
kepercayaan saja. Ini membuat suasana terasa harmonis dalam menjalankan bisnis
industri kulit di Manding.
S6 : Harga produk lebih murah
Keunggulan bersaing terjadi pada saat perusahaan mampu menyampaikan
manfaat seperti pesaing-pesaingnya tetapi dengan biaya yang lebih rendah (cost
advantage) atau menyampaikan manfaat melebihi dari produk yang berkompetisi
(differentiation advantage) (Porter 1997). Produk kulit di Manding diakui oleh pakar
dan para konsumen memiliki harga yang relatif lebih murah dari toko-toko lain di
luar Manding. Ini dipengaruhi oleh penetuan harga jual produk yang cukup
sederhana, yaitu biaya untuk pembelian bahan baku ditambah estimasi keuntungan
yang ingin didapatkan. Harga yang lebih murah juga merupakan faktor andalan untuk
menarik dan mempertahankan konsumen.
S7 : Produk unik sesuai pesanan
Menurut Porter (1997) service ability merupakan suatu mutu yang berbasis
pada kepuasan konsumen. Mutu ternyata menjadi faktor penentu agar produk dapat
menarik perhatian konsumen. Oleh karena itu mutu dapat dijadikan sebagai senjata
strategik yang harus dikembangkan guna mencapai kompetitif. Pengrajin kulit
Manding melayani pesanan dengan desain sesuai dengan keinginan konsumen, ini
menjadikan produk kulit Manding menjadi unik karena tidak diproduksi dalam
jumlah yang banyak. Keunikan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen yang
ingin memiliki barang eksklusif dan tidak pasaran. Ini diungkapkan oleh pelaku
industri kulit Manding sendiri dan juga pengakuan dari para konsumen.
Kelemahan :
W1 : Jaringan kerjasama terbatas
Keberhasilan program pengembangan usaha kecil sangat dipengaruhi oleh
situasi pasar yang dihadapi oleh UKM. Situasi permintaan terhadap produk UKM
tidak saja melalui permintaan efektif, tetapi juga pada peningkatan akses terhadap
informasi pasar serta akses kepada pasar ekspor (Hubeis, 1997; Sjaifuddian et al,
1997; Thoha, 2000). Produk industri kulit Manding memang banyak di eksport,
namun hanya dua industri berskala sedang yang memiliki jaringan langsung dengan
luar negeri, sedangkan untuk pengrajin yang lain, hanya melayani pesanan dari buyer
yang memiliki jaringan ke luar negeri. Ini diungkapkan pelaku industri yang
menyatakan bahwa mereka hanya menunggu pesanan dari buyer, para pakar juga
berpendapat yang sama bahwa jaringan pemasaran industri kulit di Manding masih
sangat terbatas.
W2 : Promosi kurang agresif.
Promosi merupakan upaya untuk menarik konsumen, konsumen yang tertarik
akan membeli produk dan meningkatkan volume penjualan. Promosi menjadikan
produk lebih dikenal oleh konsumen dan merupakan wadah untuk mencari pasar baru
(Hakimi 2007). Promosi yang dilakukan para pengrajin Manding sebatas membuat
kartu nama, dan terkadang mengikuti pameran yang ditawarkan oleh Pemerintah
daerah bantul. Belum ada tindakan promosi yang agresif ke konsumen, pemberian
kartu nama showroom hanya jika konsumen memintanya. Kurangnya promosi
mengakibatkan rendahnya penjualan karena minimnya informasi yang didapatkan
konsumen agar mempengaruhi keputusan untuk membeli produk.
W3 : Inovasi Desain produk rendah
Kunci bagi kelangsungan hidup perusahaan adalah kemampuan perusahaan
untuk melakukan perubahan diri ketika lingkungan berubah dan menuntut perilaku
yang baru. Perusahaan yang mampu menyesuaikan diri, mengikuti terus perubahan
lingkungan serta melakukan perubahan melalui perencanaan ke masa depan dan akan
mempertahankan strategi yang ada sesuai dengan perubahan lingkungan (Kotler,
2002). Inovasi adalah salah satu perubahan produk yang menyesuaikan keinginan
konsumen. Inovasi merupakan suatu proses yang tidak hanya sebatas menciptakan ide
atau pemikiran baru. Ide tersebut harus diimpelementasikan melalui sebuah proses
adopsi. Keluhan konsumen mengenaik Desain model yang dimiliki produk Manding
banyak saat pengisian kuesioner. Kurang mengikuti trend dan kurang variatif menjadi
keluahan utama. Dari hasil penilaian konsumen, variabel model dan warna produk
Manding sangat jauh dari harapan konsumen. Para pakar juga mengakui para
pengrajin jarang melakukan pengembangan Desain produk, mereka cenderung hanya
membuat Desain yang biasanya dipesan konsumen, padahal frekuensi pemesanan
tidak tentu, dan terkadang selera konsumen luar negeri berbeda dengan selera
konsumen dalam negeri.
W4 : Tidak ada merk dagang
Menurut Pearce dan Robinson (2004) loyalitas konsumen terhadap merk dari
perusahaan tertentu merupakan kekuatan dari aspek pemasaran, namun sampai
sekarang produk hasil pengrajin Manding belum memiliki merk dagang sendiri,
mereka tidak mencantumkan merk dagang apapun pada produknya. Padahal merk
produk dapat menjadi identitas sebuah industri, karena merk lebih mudah dikenal
oleh konsumen. Pengakuan pelaku industri sendiri bahwa mereka tidak memberikan
merk dagang pada produk-produknya. Ini juga mendapatkan masukan dari konsumen
untuk memberikan identitas tertentu pada produk yang asli buatan pengrajin
Manding, sehingga ciri khas Manding dapat terlihat, sehingga dapat dibedakan antara
produk asli buatan pengrajin Manding dengan produk buatan industri diluar Manding
yang juga dijual di showroom.
W5 : Keterbatasan modal, sarana dan prasarana umum
Sebagai entitas bisnis maka IKM juga menghadapi beberapa masalah, baik
masalah internal maupun masalah eksternal. Masalah internal meliputi masalah
permodalan, masalah administrasi keuangan, keterbatasan sarana prasarana yang
dimiliki IKM, masalah kaderisasi dan masalah pengelolaan tunggal. Dari beberapa
masalah tersebut, masalah permodalan merupakan masalah klasik yang dihadapi oleh
UKM. Sebagai perusahaan kecil dan menegah, mereka seringkali tidak dapat
memenuhi persyaratan teknis yang diminta bank atau lembaga keuangan lainnya
untuk mendapatkan kredit untuk meningkatkan usahanya sehingga mereka sulit
berkembang (Lestari, 2005).
Modal merupakan masalah kedua yang dikeluhkan pelaku industri kulit di
Manding setelah masalah pemasaran. Pemenuhan pesanan dalam jumlah yang besar
terkadang menjadi kendala, karena modal pembelian bahan baku cukup mahal,
sehingga terkadang pengrajin tidak bisa memenuhi pesanan yang terlalu besar.
Terbatasnya sarana dan prasarana umum seperti tempat parkir, toilet umum, serta area
bermain anak dan tempat makan juga dikeluhkan oleh para konsumen. Sebenarnya
sudah banyak bantuan dari pemerintah dan pihak lain seperti BI, namun untuk
memenuhi semua kebutuhan sarana dan prasarana tersebut juga dibutuhkan peran
aktif para pelaku industri kulit Manding.
W6 : Permasalahan Showroom
Masalah internal IKM meliputi masalah permodalan, masalah administrasi
keuangan, keterbatasan sarana prasarana yang dimiliki IKM, masalah kaderisasi dan
masalah pengelolaan tunggal (Lestari, 2005). Sarana yang lebih spesifik untuk
kegiatan jual beli adalah showroom. Showroom merupakan sarana yang cukup banyak
memberikan pendapatan bagi pemilik, namun tidak semua pelaku industri kulit di
Manding memiliki showroom. Seluruh industri kulit di Manding berjumlah 32, hanya
13 pengrajin yang memiliki showroom. Sisanya tidak memiliki showroom karena
keterbatasan modal. Selain itu permasalah lain dalam showroom adalah dijualnya
produk kulit yang diproduksi oleh industri diluar Manding, sehingga konsumen tidak
dapat membedakan produk asli dengan produk luar Manding. Produk kulit luar
Manding bertujuan untuk memberikan variasi pilihan produk kepada konsumen, tapi
ini justru menghilangkan ciri khas produk asli buatan pengrajin Manding.
W7 : Tingkat pendidikan rendah
Kaderisasi pada UKM juga merupakan masalah yang krusial mengingat
generasi penerus setelah mencapai pendidikan yang lebih tinggi biasanya memilih
bekerja pada perusahaan lain yang lebih besar dan lebih menjanjikan dari pada
meneruskan usaha orang tuanya. Selain itu masalah pengelolaan tunggal yang juga
merupakan masalah berat mengingat segala aktivitas dikerjakan sendiri oleh pemilik
yang merangkap jadi manajer perusahaan (Lestari 2005). Menurut pendapat para
pakar rendahnya tingkat pendidikan para pengrajin kulit di Manding membuat
rendahnya kesadaran para pengrajin untuk menerapkan ilmu-ilmu yang diberikan saat
pelatihan, sehingga pelatihan dinilai kurang efektif. Misalkan pelatihan Desain
produk yang tidak diterapkan, pelatihan pencatatan keuangan dan administrasi, yang
masih sering tercampur dengan keuangan keluarga, serta pelatihan ketrampilan lain
seperti pelatihan pembuatan bola sepak dan pelatihan pembuatan produk dari kulit
ikan pari.
Selanjutnya faktor kelemahan dan kekuatan tersebut dianalisis menggunakan
matriks IFE. Kekuatan yang dimiliki perusahaan menjadi faktor yang sangat
menguntungkan bagi aktivitas perusahaan, sedangkan kelemahan yang dimiliki
perusahaan merupakan faktor yang bisa merugikan aktivitas perusahaan jika tidak
ditangani dengan baik. Setiap faktor dinilai bobot dan rangkingnya. Pemberian bobot
pada setiap faktor dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (paling penting). Bobot itu
mengindikasikan signifikasi relatif dari suatu faktor terhadap keberhasilan
perusahaan. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1. Untuk mempermudah
penilaian, pembobotan dilakukan dengan metode pairwise comparison atau
perbandingan berpasangan, yaitu membandingakan setiap faktor yang akan diberi
penilaian, dimana nilai 1 menunjukan faktor baris tidak lebih penting dari faktor
kolom, nilai 2 menunjukan faktor baris sama penting dengan faktor kolom, dan nilai 3
menunjukan faktor baris lebih penting dari faktor kolom (David, 2009).
Pemberian peringkat 1 sampai 4 pada setiap faktor untuk mengindikasikan
apakah faktor tersebut sangat lemah (peringkat = 1), lemah (peringkat = 2), kuat
(peringkat = 3), atau sangat kuat (peringkat=4). Perhatikan bahwa kekuatan harus
mendapat peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. Oleh
karenanya, peringkat berbasis perusahaan, sementara bobot berbasis industri.
Kemudian bobot skor diperoleh dengan mengkalikan bobot dengan peringkat.
Menjumlahkan skor bobot untuk memperoleh total skor bobot. Nilai total skor bobot
menunjukkan kekuatan internal perusahaan. Skor bobot tertinggi adalah 4, terendah
adalah 1, dan rata-rata skor bobot 2,5. Skor >2,5 mencirikan organisasi yang lemah
secara internal (David, 2009). Hasil internal faktor evaluasi pada industri kulit di
Manding dapt dilihat pada tabel 13.
Tabel 13 Hasil evaluasi faktor internal perusahaan (IFE)
Faktor Internal Utama
Bobot Peringkat Skor Bobot Kekuatan
A. Lokasi usaha yang strategis 0.064 4.00 0.255
B. Nama besar Manding, Desa wisata 0.085 4.00 0.341
C. Terjaminnya ketersediaan bahan baku 0.069 3.75 0.260
D. Mutu produk memuaskan 0.097 3.75 0.363
E. Suasana kekeluargaan yang kental dalam bisnis 0.036 3.50 0.127
F. Harga produk lebih murah 0.058 3.50 0.204
G. Produk unik sesuai pesanan 0.067 3.25 0.217
Kelemahan
H. Jaringan kerjasama terbatas 0.099 2.00 0.198
I. Promosi kurang agresif 0.082 1.25 0.102
J. Inovasi Desain produk rendah 0.071 1.00 0.071
K. Tidak ada merk dagang 0.043 1.50 0.064
L. Keterbatasan modal, sarana dan prasarana umum 0.062 2.00 0.124
M. Permasalahan Showroom 0.067 2.00 0.135
N. Tingkat pendidikan rendah 0.100 1.75 0.174
Total bobot skor 2.635
Hasil evaluasi faktor internal (IFE) bernilai 2.635 ini menunjukkan bahwa
perusahaan cukup baik dalam mengelola kondisi internalnya, dengan tiga faktor
kekuatan yang memiliki skor bobot tertinggi secara berurutan adalah mutu produk
yang memuaskan (0.363), nama besar Manding sebagai sentra industri kulit dan
sebagai Desa wisata (0.341) dan terjaminnya ketersediaan bahan baku (0.260). Nilai
terjaminnya ketersediaan bahan baku berbeda tipis dengan nilai faktor lokasi usaha
yang strategi (0.255). Faktor kelemahan adalah tiga faktor utama yang memiliki skor
bobot yang paling tinggi adalah Jaringan kerjasama terbatas (0.198), Tingkat
pendidikan rendah (0.174), dan Permasalahan Showroom (0.135). Hasil penilaian
kekuatan dan kelemahan oleh masing-masing pakar dapat dilihat pada Lampiran 1.
Mutu produk yang memuaskan menjadi faktor yang sangat kuat dikendalikan
oleh pengrajin Manding, faktor mutu produk merupakan faktor yang sangat penting
bagi sebuah perusahaan dan pengusaha di Manding mampu memenuhinya dengan
baik. faktor ini mencapai nilai tertinggi. Nama besar Manding sebagai sentra industri
kulit dan Desa wisata sangat penting bagi daya tarik konsumen untuk membeli
produk kulit di Manding. Pengrajin Manding mampu mempertahankan nama mesar
Manding dengan tetap menjaga mutu produk dan mempertahankan harga yang tetap
bersaing. Faktor terjaminnya ketersediaan bahan baku dan lokasi usaha yang strategis
memiliki skor bobot yang hampir sama. Terjaminnya ketersediaan bahan baku karena
pemasok kulit samak mudah ditemukan wilayah Yogyakarta atau magetan, dan
jumlahnya selalu mencukupi kebutuhan industri kulit Manding. Lokasi usaha yang
strategis dikarenakan Manding memotong jalur dari kota Yogyakarta menuju pantai
Parangtritis, yang nama pantai parangtritis cukup besar menarik para wisatawan baik
lokal maupun manca negara. Dapat disimpulkan bahwa para pengrajin Manding harus
dapat mempertahankan skor bobot faktor-fakor tersebut agar dapat tetap berkembang.
Faktor kelemahan yang memiliki skor bobot yang rendah adalah tidak adanya
merk dagang produk, rendahnya inovasi Desain produk, serta promosi yang kurang
agresif. Merk dagang sangat membantu konsumen untuk mengidentifikasi produk
kulit yang asli buatan pengrajin kulit di Manding, merk dagang merupakan media
promosi yang mudah, murah dan cukup diingat konsumen. Akibat tidak adanya merk
dagang maka image produk asli Manding yaitu produk bermutu dengan harga murah,
dapat dirusak oleh produk dari luar Manding yang memiliki mutu yang kurang baik,
namun dijual juga di showroom-showroom di wilayah Manding. Inovasi Desain
produk yang kurang variatif dan tidak mengikuti trend yang sedang digemari
dipasaran juga merupakan permasalahan penting yang harus segera diatasi. Bagi
komsumen wanita, model warna dan trend yang ada merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi dalam pembelian produk. menurut pakar, promosi yang kurang
agresif, salah satu hal yang menyebabkan turunnya penjualan dalam tiga tahun
terakhir. Persaingan yang ketat yang terjadi akibat banyaknya pemain dalam industri
yang sama serta banyaknya produk substitusi mengharuskan sebuah perusahaan
melakukan promosi yang cukup gencar, untuk menarik konsumen.
Analisis Eksternal
Lingkungan eksternal adalah suatu kondisi yang berada di luar perusahaan
yang mana perusahaan tidak mempunyai pengaruh sama sekali terhadapnya
(uncontrolable) sehingga perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan ini akan
mempengaruhi kinerja perusahaan dalam industri tersebut (Wahyudi, 1996). Menurut
Umar (2005), Lingkungan eksternal dibagi menjadi dua kategori, yaitu lingkungan
jauh dan lingkungan industri, sementara lingkungan internal merupakan aspek-aspek
yang ada di dalam perusahaan. Tujuan dari analisis industri dan memeriksa faktor
lingkungan adalah dengan memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman.
Dari hasil kuesioner mengenai pengaruh lingkungan remote (faktor ekonomi,
faktor sosial, budaya, demografi dan lingkungan, faktor pemerintah dan hukum,
faktor teknologi, faktor persaingan) terhadap industri kulit di Manding menunjukkan
bahwa seluruh faktor berpengaruh terhadap industri kulit di Manding, meskipun
untuk faktor teknologi pengaruhnya lemah dengan skor 2,33. Faktor yang paling kuat
berpengaruh adalah faktor ekonomi (3,667), kemudian faktor persaingan (3,556),
faktor yang memiliki pengaruh sedang adalah faktor pemerintah dan hukum (3,222),
serta faktor sosial, budaya, demografi dan lingkungan (3,00). Rekapitulasi kuesioner
lingkungan remote terlihat pada tabel 14.
Tabel 14 Rekapitulasi kuesioner lingkungan remote
Lingkungan Remote Skor Keterangan
Faktor ekonomi 3.667 Berpengaruh kuat
Faktor sosial, budaya, demografi dan lingkungan 3.000 Berpengaruh
Faktor pemerintah dan hukum 3.222 Berpengaruh
Faktor teknologi 2.333 Berpengeruh lemah
Faktor persaingan 3.556 Berpengaruh kuat
A. Aspek Ekonomi
Nilai tukar rupiah – USD dan inflasi rupiah akan sangat berpengaruh terhadap
industri kulit Manding terutama dalam harga pembelian bahan baku kulit samak,
mutu kulit samak impor lebih baik dari mutu kulit samak dalam negeri, mutu ini
terlihat dari segi ukuran dan juga bentuk/keutuhan kulit samak. Untuk
memproduk jaket atau tas eksklusif, para pengrajin lebih memilih menggunakan
bahan baku kulit samak impor, meskipun harganya lebih mahal. Peningkatan
harga kulit samak mengakibatkan meningkatnya harga jual produk, ini
mengakibatkan penurunan jumlah penjualan. Peningkatan jumlah pendapatan
masyarakat akan berpengaruh baik terhadap jumlah penjualan, karena daya beli
masyarakat meningkat. Harga bahan bakar minyak juga mempengeruhi harga jual
produk, karena dengan meningkatnya BBM, maka semua harga bahan pembantu
dan biaya transportasi akan meningkat. Suku bunga KUR retail dari BRI saat ini
berkisar 14%, sedangakan KUR mikro 22% pertahun. Tingginya suku bunga
KUR mikro membuat pengrajin kulit Manding enggan meminjam, padahal
peminjaman melalui paguyuban dapat dikenakan suku bunga yang lebih rendah.
B. Aspek Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan
Faktor gaya hidup, produk kulit asli masih memiliki citra eksklusif bagi
konsumen, ini memberikan dampak positif dalam keberlangsungan industri kulit
di Manding. Saat ini kulit ikan pari sedang digemari konsumen kelas atas. Citra
ini mamupu membentuk segmen konsumen yang loyal terhadap produk kulit,
meski harganya relatif lebih tinggi dari produk substitusinya. Mayoritas
konsumen yang berkunjung ke showroom Manding masih berasal dari dalam kota
Yogyakarta, namun jika musim libur panjang tiba, banyak konsumen dari luar
kota, dan puncak penjualan terjadi saat liburan atau mendekati hari raya.
Kestabilan keamanan lingkungan Indonesia juga mempengaruhi frekuensi
pemesanan dan jumlah produk yang akan di ekspor. Jumlah penduduk
Yogyakarta merupakan potensi peningkatan konsumsi tas, jaket, dan sepatu
sebagai kebutuhan dasar manusia.
C. Aspek Pemerintah Dan Hukum
Peran pemerintah sangat besar bagi perkembangan indutri kulit di Manding.
Dukungan dan bantuan berupa pelatihan, penyuluhan, dan bantuan penyediaan
sarana dan prasarana umum sangat dibutuhkan. Berbagai acara yang
diselenggarakan pemerintah seperti pameran dan pemberian souvenir produk kulit
Manding diberbagai kegiatan dapat sebagai media promosi yang efektif.
Perluasan jaringan pemasaran juga sangat membutuhkan bantuan dan dukungan
pemerintah. Akademi Teknologi Kulit (ATK) dan Balai Besar Kulit Karet dan
Plastik (BBKKP) yang masih dibawah kendali pemerintah juga sangat berperan
dalam perkembangan indutri kulit di Manding.
Adanya kebijakan pajak ekspor (PE) untuk membatasi ekspor kulit mentah
dalam rangka menanggulangi kelangkaan pasokan kulit di dalam negeri dan untuk
memaksimalkan kapasitas terpasang di industri hilir kulit seperti industri
penyamakan kulit dan sepatu. Dalam pelaksanaan PP No. 55 Tahun 2008 kulit
mentah, pickle dan wet blue dikenakan pungutan ekspor (PE). Adapun besarnya
pungutan ekspor dimaksud adalah 25 % untuk kulit mentah dan pickle, serta 15%
untuk wet blue.
D. Aspek Teknologi
Teknologi produksi yang digunakan para pengrajin kulit di Manding masih
manual dan tradisional, merupakan keahlian yang didapatkan turun temurun dan
hingga sekarang tidak banyak perubahan. Yogyakarta memiliki BBKKP dan ATK
yang seharusnya mampu memberi dukungan dalam perkembangan teknologi
industri perkulitan. Teknologi infomasi seperti internet juga belum tersentuh
pengrajin kulit Manding, padahal saat ini teknologi informasi berbasis internet
sangat familiar dengan konsumen. Rendahnya wawasan mengenai penggunaan
teknologi informasi membuat industri kulit Manding lamban menarik konsumen
dan memperluas area pemasaran.
E. Aspek Persaingan
Aspek persaingan merupakan faktor terkuat yang mempengaruhi
perkembangan industri kulit di Manding setelah faktor ekonomi. Banyaknya
jumlah pelaku industri kulit dalam berbagai skala industri, membuat sebuah
perusahaan harus memiliki daya saing yang tinggi sehingga mampu mendapatkan
target konsumen yang diinginkan dan memenangkan persaingan pasar. Faktor
persaingan akan dijelaskan lebih detail pada analisis lingkungan industri.
Analisis Industri (Five Force’s Competitor)
Menurut Porter (1995), kekuatan bersaing pada lingkungan industri
bergantung pada lima faktor yaitu ancaman masuknya pendatang baru, ancaman
terhadap produk substitusi, kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar
menawar pembeli dan intensitas persaingan dalam industri. Tabel 15 merupakan hasil
rekap kuesioner mengenai pengaruh lingkungan industri (faktor ancaman pendatang
baru, faktor daya tawar pemasok, faktor daya tawar pembeli, faktor ancaman barang
substitusi, dan faktor tingkat persaingan) terhadap industri kulit di Manding
menunjukkan bahwa seluruh faktor berpengaruh terhadap industri kulit di Manding.
A. Ancaman Pendatang Baru.
Pendatang baru dalam suatu industri dapat membahayakan perusahaan-
perusahaan yang ada karena pendatang baru akan membawa kapasitas baru,
keinginan untuk merebut pasar serta seringkali juga merebut sumberdaya yang besar.
Akibatnya harga dapat menjadi turun atau biaya membengkak sehingga mengurangi
keuntungan. Seperti dikatakan Porter (1995) bahwa pendatang baru akan menghadapi
6 (enam) rintangan yaitu: (1) skala ekonomi; (2) diferensiasi produk; (3) kebutuhan
modal; (4) biaya beralih pemasok; (5) akses ke saluran distribusi dan (6) peraturan
pemerintah. Faktor tersebut dikembangkan sesuai kondisi objek penelitian.
a. Skala ekonomi : industri kulit Manding umumnya berskala mikro dan kecil,
hanya dua pengrajin yang berskala sedang. Sehingga kemampuan industri untuk
meningkatkan efisiensi dengan penurunan biaya satuan produk sangat lemah. Ini
memberikan peluang kepada pemain baru untuk masuk di Manding dengan skala
ekonomi yang lebih baik. Maka ancaman pendatang baru pada faktor skala
ekonomi cukup berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding,
skor 3.00.
b. Diferensiasi produk: layanan pesan sesuai dengan keinginan pelanggan
menghasilkan produk yang unik dan ini memberikan nilai tambah tersendiri bagi
pelanggan, sehingga konsumen tersebut cenderung bersikap loyal sehingga
pendatang baru memerlukan biaya yang cukup besar untuk merebut loyalitas
pelanggan tersebut. Namun industri kulit Manding lemah dalam inovasi Desain
produk yang sesuai dengan trend yang sedang diminati konsumen, sehingga ini
menjadi peluang bagi pendatang baru. Maka ancaman pendatang baru pada faktor
diferensiasi produk berpengaruh lemah terhadap keberlangsungan industri kulit di
Manding, dengan skor 2.22.
c. Kebutuhan Modal : modal yang dibutuhkan untuk mendirikan showroom di
Manding memang cukup besar, namun bagi pemain baru yang memiliki cukup
modal, ini tidak menjadi masalah, ketersediaan lahan yang cukup, ketersediaan
bahan baku yang cukup aman serta lokasi pemasok yang masih berada diwilayah
Yogyakarta sehingga mudah dijangkau. Peralatan produksi juga cukup sederhana.
Maka ancaman pendatang baru pada faktor kebutuhan modal cukup berpengaruh
terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 3.00.
d. Akses ke jaringan distribusi : jaringan distribusi industri kulit Manding sangat
sederhana, dengan kendaraan pribadi mengambil bahan baku serta mengantar
pesanan. Jika bahan baku atau pesanan dalam jumlah yang banyak mereka
menggunakan jasa pengiriman yang tersedia untuk umum. Oleh karena itu, tidak
ada hambatan bagi pendatang baru dalam akses ke jaringan distribusi. Maka
ancaman pendatang baru pada faktor Akses ke jaringan distribusi berpengaruh
kuat terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 3.56.
Tabel 15 Rekapitulasi kuesioner lingkungan industri
Lingkungan Industri Skor Keterangan
Ancaman Pendatang Baru
a. Skala Ekonomi 3.00 Berpengaruh
b. Diferensiasi Penghalang Masuk 2.22 Berpengaruh lemah
c. Kecukupan Modal 3.00 Berpengaruh
d. Akses ke Saluran Distribusi 3.56 Berpengaruh kuat
e. Mutu Produk 1.00 Tidak berpengaruh
f. Peraturan Pemerintah 3.56 Berpengaruh kuat
g. Tindakan Penolakan yg Diperkirakan 3.44 Berpengaruh
h. Harga Penghalang Masuk 1.00 Tidak berpengaruh
i. Teknologi Hambatan Masuk 2.78 Berpengaruh
j. Pengalaman sebagai hambatan masuk 2.78 Berpengaruh
Daya Tawar Pemasok
a. Kelompok Pemasok 2.44 Berpengaruh lemah
b. Produk Substitusi 2.78 Berpengaruh
c. Pelanggan Penting 3.00 Berpengaruh
d. Masukan Yang Penting 2.89 Berpengaruh
e. Pemerintah 1.33 Tidak berpengaruh
Daya Tawar Pembeli
a. Kelompok Pelanggan 3.00 Berpengaruh
b. Diferensiasi Produk 1.78 Berpengaruh lemah
c. Ancaman Integrasi Balik 2.44 Berpengaruh lemah
d. Mutu Produk 1.00 Tidak berpengaruh
e. Informasi Pelanggan 3.78 Berpengaruh kuat
Ancaman Barang Substitusi 2.00 Berpengaruh lemah
Tingkat Persaingan
a. Jumlah Kompetitor 4.00 Berpengaruh kuat
b. Tingkat Pertumbuhan Industri 3.00 Berpengaruh
c. Biaya Tetap yang Besar 2.56 Berpengaruh
e. Mutu produk : mutu produk yang dihasilkan industri kulit Manding cukup baik,
sehingga cukup sulit bagi pendatang baru untuk menyamai atau mengungguli
mutu produk yang tersedia di Manding, maka ancaman pendatang baru pada
faktor mutu produk tidak berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit di
Manding, dengan skor 1.00
f. Peraturan Pemerintah : tidak ada kebijakan yang membatasi masuknya pendatang
baru dalam usaha industri kulit di Manding, sehingga dengan mudah para
pendatang dapat mendirikan industri kulit di Manding, ini cukup mengancam
keberlangsungan industri kulit yang merupakan bisnis turun temurun penduduk
Manding, maka ancaman pendatang baru pada faktor peraturan pemerintah
berpengaruh kuat terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan
skor 3.56.
g. Tindakan penolakan yang diperkirakan : tidak ada penolakan yang berarti dari
pengrajin kulit Manding terhadap masuknya pendatang baru, ini dikarenakan
mereka merasa tidak punya hak untuk melarang masuknya pendatang baru,
meskipun mereka menyadari pendatang baru pasti akan menjadi pesaing dalam
memperebutkan konsumen. Tidak adanya tindakan penolakan yang diperkirakan
menjadi kabar baik bagi pendatang baru dibidang industri kulit di Manding, maka
ancaman pendatang baru pada faktor tindakan penolakan yang diperkirakan
berpengaruh kuat terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan
skor 3.44.
h. Harga Penghalang Masuk : harga yang ditawarkan oleh industri kulit di Manding
relatif murah, cukup berat bagi pemain baru untuk menekan harga sehingga dapat
menjual produk yang sama dengan harga yang lebih murah, maka ancaman
pendatang baru pada faktor harga penghalang masuk tidak berpengaruh terhadap
keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 1.00
i. Teknologi hambatan masuk : teknologi produksi yang digunakan pengrajin
industri kulit Manding masih manual dan tradisional karena berasal dari ajaran
turun temurun. Teknologi informasi juga belum dimanfaatkan dengan baik oleh
pengrajin industri kulit Manding. Ini menjadi peluang bagi pendatang baru untuk
unggul dibidang teknologi, maka ancaman pendatang baru pada faktor teknologi
hambatan masuk cukup berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit di
Manding, dengan skor 2.78.
j. Pengalaman sebagai hambatan masuk : pengalaman yang dimiliki pelaku industri
kulit Manding relatif lama, karena bisnis indutri kulit merupaka bisnis turun
temurun, sehingga dari usia muda mereka telah menekuni industri kulit. Ini
menjadi ancaman bagi pendatang baru, maka ancaman pendatang baru pada
faktor pengalaman sebagai hambatan masuk cukup berpengaruh terhadap
keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 2.78.
B. Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok.
Meningkatkan harga dan mengurangi mutu produk yang dijual adalah cara
potensial yang dapat digunakan pemasok untuk mendapatkan kekuatan terhadap
perusahaan-perusahaan yang bersaing dalam suatu industri. Apabila perusahaan tidak
dapat menutup peningkatan biaya yang terjadi melalui struktur harganya maka
kemampulabaannya akan berkurang akibat tindakan pemasok. Kondisi-kondisi yang
membuat pemasok kuat cenderung serupa dengan kondisi yang membuat pembeli
kuat, dimana kelompok pemasok dapat dikatakan kuat jika :
a. Kelompok pemasok : pemasok kulit samak memang tidak berkelompok, namun
posisi pemasok dinilai tidak kuat oleh para pakar, ini dikarenakan banyaknnya
pemasok yang dapat menjadi pilihan bagi pengrajin industri kulit Manding, maka
kekuatan tawar menawar pemasok pada faktor kelompok pemasok berpengaruh
lemah terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 2.44.
b. Produk substitusi : sebenarnya ada produk pengganti dari kulit sama yaitu kulit
sintetis yang sangat menyerupai kulit asli, namun tetap saja lebih baik kulit samak
asli, maka kekuatan tawar menawar pemasok pada faktor produk substitusi cukup
berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor
2.78.
c. Pelanggan Penting : industri kulit Manding bukan merupakan pelanggan satu-
satunya para pemasok, karena memang tidak ada ikatan kerja sama, maka
kekuatan tawar menawar pemasok pada faktor pelanggan penting cukup
berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor
3.00.
d. Masukan yang Penting : kulit samak merupakan bahan baku yang penting bagi
industri kulit Manding, sehingga kekuatan pemasok kulit Manding cukup besar,
namun untuk asesoris bukan merupakan masukan yang penting bagi industri kulit
Manding, karena ternyata dari hasil rekap kuesioner responden lebih menyukai
produk yang tidak terlalu rame asesoris, maka kekuatan tawar menawar pemasok
pada faktor masukan yang penting cukup berpengaruh terhadap keberlangsungan
industri kulit di Manding, dengan skor 2.89.
e. Pemerintah : pemerintah memang mengeluarkan kebijakan berupa penetapan PE
kulit mentah sebesar 25% untuk melindungi industri hilir, namun ini tidak terlalu
berpengaruh terhadap pemenuhan kulit samak lokal yang bermutu bagi industri
kulit di Manding, maka kekuatan tawar menawar pemasok pada faktor kebijakan
pemerintah dianggap tidak berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit
di Manding, dengan skor 1.33.
Pasokan bahan baku sangat mudah diperoleh dari Yogyakarta dan Magetan.
Pemasok bahan baku kulit samak diperoleh antara lain dari : Jaynal Kulit, GM
Collection, Loex Manleather, Nad Nad Tannery, PT. Rajawali Nusindo Magelang,
Rohmat Leather, UD. Antique Jaya Leather. Ancaman daya tawar pemasok dinilai
lemah.
C. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli.
Pembeli bersaing dengan industri dengan cara memaksa harga turun, tawar
menawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik. Sebaliknya
pembeli lebih suka membeli produk dengan harga serendah mungkin dimana industri
dapat memperoleh pengembalian serendah mungkin yang dapat diterima. Dan
kelompok pembeli dapat menjadi kuat pada situasi berikut :
a. Kelompok Pelanggan (Pembeli): pelanggan produk kulit di Manding atau disebut
buyer memesan dalam jumlah yang banyak, meskipun frekuensi pemesanannya
tidak tentu. Buyer memiliki daya tawar yang kuat sebagai konsumen, maka
kekuatan tawar menawar pembeli pada faktor kelompok pelanggan cukup
berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit Manding, dengan skor 3.00.
b. Diferensiasi Produk: adanya pelayanan pemesanan sesuai dengan keinginan
konsumen menjadikan produk industri kulit Manding unik dan tidak banyak
ditemui dipasaran. Ini menjadikan konsumen memiliki daya tawar yang lemah
terhadap produk kulit yang diperoleh dari layanan pesanan sesuai keinginan
konsumen, maka kekuatan tawar menawar pembeli pada faktor diferensiasi
produk berpengaruh lemah terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding,
dengan skor 1.78.
c. Ancaman Integrasi Balik: pembeli yang memesan dalam jumlah besar atau
disebut buyer dapat melakukan integrasi balik dengan mengancam akan
mengalihkan pesanan kepada pelaku industri yang lain, namun umumnya buyer
bersifat loyal terhadap pengrajin Manding. Sedangkan untuk pembeli eceran di
showroom hanya dapat melakukan usaha tawar menawar harga yang tidak jauh
dengan harga yang ditawarkan penjual, maka kekuatan tawar menawar pembeli
pada faktor ancaman integrasi balik berpengaruh lemah terhadap keberlangsungan
industri kulit di Manding, dengan skor 2.44.
d. Mutu Produk: mutu produk kulit yang dihasilkan industri kulit di Manding cukup
memuaskan konsumen, sehingga konsumen yang sudah loyal tidak terlalu peka
terhadap perubahan harga, maka kekuatan tawar menawar pembeli pada faktor
mutu produk tidak berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit di
Manding, dengan skor 1.00.
e. Informasi Pelanggan: kemudahan mengakses informasi pengenai produk kulit
yang dijual online maupun offline, merupakan peluang bagi konsumen untuk
mendapatkan berbagai pilihan produk yang diinginkan. Ini tidak diimbangi
dengan kemampuan para industri Manding untuk menawarkan produknya secara
online, ini menjadi ancaman bagi pemasaran industri kulit Manding, maka
kekuatan tawar menawar pembeli pada faktor informasi pelanggan berpengaruh
kuat terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 3.78.
D. Ancaman Produk Pengganti.
Produk pengganti yang melakukan fungsi serupa dengan produk yang
dihasilkan oleh industri kulit Manding memang banyak, seperti sepatu, jaket, tas,
maupun asesoris yang lain yang terbuat dari kulit sintetis, namun produk dari kulit
asli memiliki keunikan tersendiri yang terkesan eksklusif bagi para konsumen. Ini
membuatan ancaman keberadaan produk pengganti dirasa berpengaruh lemah
terhadap keberlangsungan industri kulit Manding, dengan skor 2.00.
E. Tingkat Rivalitas di antara Para Pesaing yang Ada.
Persaingan disini terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya
tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi di industri dan sering
disebabkan oleh harga, inovasi produk dan tindakan lain untuk mencapai diferensiasi
produk. Bagi kebanyakan industri, penentuan utama seluruh persaingan serta tingkat
profitabilitas secara umum adalah persaingan antara perusahaan dalam industri.
Beberapa faktor utama yang menentukan sifat dan intensitas persaingan diantara
perusahaan-perusahaan adalah :
a. Jumlah Kompetitor: jumlah pesaing yang berbisnis di industri kulit cukup banyak,
banyak sentra industri kulit antara lain di Garut, Mojokerto, Tanggulangin, dan
Cibaduyut, serta masih banyak lagi pemain industri kulit berbagai berskala, maka
tingkat rivalitas di antara para pesaing yang ada pada faktor jumlah kompetitor
berpengaruh sangat kuat terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding,
dengan skor 4.00.
b. Tingkat Pertumbuhan Industri: tingkat pertumbuhan industri kulit dinilai cukup
cepat oleh para pakar, perusahaan kulit berskala besar melakukan ekspansi dan
terjadi perebutan pangsa pasar. Ini cukup mengancam keberlangsungan industri
kulit di Manding, maka tingkat rivalitas di antara para pesaing yang ada pada
faktor tingkat pertumbuhan industri cukup berpengaruh terhadap keberlangsungan
industri kulit di Manding, dengan skor 3.00.
c. Biaya tetap yang besar: biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh perusahaan relatif
rendah, karena biaya tiap unit produk sangat dipengaruhi oleh harga bahan baku
yang merupakan biaya variabel. Bila biaya tetap yang dikeluarkan tinggi maka
akan menciptakan tekanan yang berat terhadap semua perusahaan untuk mengisi
kapasitas yang dapat menurunkan harga saat terjadi kapasitas berlebih dan
sebaliknya bila biaya tetap kecil maka tekanan yang dialami perusahaan tidak
terlalu berat. Namun demikian, tingkat rivalitas di antara para pesaing yang ada
pada faktor biaya tetap yang besar tetap berpengaruh terhadap keberlangsungan
industri kulit di Manding, dengan skor 2.56.
Persaingan industri kulit sejenis dirasa sangat kuat, industri kulit Manding
bersaing dengan industri kulit Cibaduyut, Mojokerto, Tanggulangin, dan Garut
memperebutkan segmen pasar yang sama. Secara mutu dan harga produk Manding
cukup bersaing, hanya saja model produk kurang bervariasi, promosi sangat minim
dan jaringan kerjasama pemasaran yang sempit. Penilaian persaingan industri kulit
oleh pakar dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Penilaian persaingan industri kulit.
Cibaduyut Mojokerto Tanggulangin Garut Manding
Mutu 4 4 4 4 4
Harga 3 4 4 3 4
Variasi 4 4 4 3 3
Promosi 4 3 4 3 2
Jaringan pemasaran 4 4 4 4 2
Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Hasil identifikasi faktor eksternal perusahaan dikelompokkan menjadi dua
yaitu peluang (opportunities) dan ancaman (threat). Menurut David (2009), Peluang
merupakan suatu kondisi yang berada di luar perusahaan yang dapat dimanfaatkan
perusahaan dengan sebaik-baiknya untuk menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi
perusahaan, sedangkan ancaman merupakan suatu kondisi yang berada di luar
perusahaan yang harus dihindari perusahaan karena secara langsung ataupun tidak
langsung bisa merugikan perusahaan. Perusahaan tidak mempunyai kontrol langsung
terhadap faktor faktor eksternal ini. Oleh karena itu, perusahaan harus bisa
memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman yang ada. Daftar peluang dan
ancaman perusahaan diperoleh dengan meringkas kuesioner dan kemudian ditimbang
selama diskusi dalam pertemuan, serta mengacu pada literatur. Dari hasil analisis
faktor eksternal tersebut diperoleh tujuh peluang dan tujuh ancaman yang dihadapi
perusahaan, sebagai berikut:
Peluang:
O1 : Ketersediaan kredit bagi IKM
Kebijakan pemerintah untuk mendukung perkembangan IKM terbukti dengan
disediakannya kredit bagi IKM dan kebijakan tentang pengembangan IKM. Secara
umum, baru sebagian kecil usaha kecil yang memiliki akses terhadap pelayanan
bank-bank formal. Dalam struktur pengambilan kebijakan lembaga perbankan
memiliki pengaruh yang kuat khususnya dalam hal kebijakan industri termasuk
industri kecil dan perdagangan. Lembaga keuangan/bank dapat diharapkan
mendukung usaha kecil melalui penyediaan dana kredit (Hubeis 1997).
Dewasa ini, pemerintah menyediakan kredit bagi IKM untuk pendanaaan
usaha, kredit yang disediakan merupakan dana bergulir, jadi sangat memudahkan
bagi IKM untuk mengembalikan kredit tersebut. Lembaga keuangan seperti BRI juga
menyediakan paket kredit bagi IKM. Industri kulit di Manding mayoritas berskala
mikro dan kecil sehingga kebijakan ini merupakan peluang yang sangat bagus untuk
untuk meminimalkan kelemahan industri kulit di Manding dalam hal keterbatasan
modal.
O2 : Dukungan Pemerintah (Kementerian Perindustrian, ATK, BBPPK)
Pemerintah daerah dengan dukungan staf dan anggaran yang dikuasainya,
Pemerintah memiliki potensi sekaligus kapasitas yang besar untuk menjangkau
kelompok sasaran yang luas hingga kepelosok-pelosok desa yang terpencil sekalipun
(Hubeis, 1997). Kebijakan pemerintah terhadap suatu usaha atau aktor ekonomi lain
seperti perkreditan, perpajakan, perijinan, kemitraan, perundangundangan, kebijakan
mengenai perkembangan teknologi serta kebijakan mengenai perdagangan dapat
berdampak pada kegiatan usaha UKM (Sjaifudian, 1997).
Kebijakan yang mendukung pengembangan industri kulit Manding
diantaranya adalah pemberian bantuan pembangunan fasilitas umum seperti gapura
selamat datang, parkiran umum, ATM center, pemberian bantuan peraatan produksi,
pengadaan pameran untuk ajang promosi, pendanaan kegiatan penelitian yang
berkaitan dengan pengembangan industri kulit di bantul yang dilakukan melalui
BBKKP dan ATK, memberi keleluasaan bagi industri kulit di Manding dalam
memasarkan produknya, mengadakan pelatihan dan pendampingan, serta
memberikan informasi paket teknologi.
O3 : Jumlah penduduk Bantul (khususnya) dan Indonesia (umumnya) meningkat
Jumlah penduduk Indonesia yang besar merupakan peluang bagi peningkatan
konsumsi produk dan nantinya akan meningkatan volume penjualan perusahaan
(Hakimi 2007). Jumlah penduduk Indonesia yang besar pada umumnya, dan jumlah
penduduk Bantul pada khususnya merupakan peluang bagi peningkatan kebutuhan
produk industri kulit dan nantinya akan meningkatan volume penjualan perusahaan.
Tercatat dalam laporan badan statistic Kabupaten Bantul yang berjudul “Bantul
dalam Angka” bahwa penduduk Kabupaten Bantul mengalami peningkatan tiap
tahunnya. Tahun 2007, jumlah penduduk Kabupaten Bantul adalah 831.657 jiwa.
Tahun 2008, jumlah penduduk Kabupaten Bantul adalah 856.206 jiwa. Tahun 2009,
jumlah penduduk Kabupaten Bantul adalah 876.172 jiwa. Berdasarkan data dari BPS
Kabupaten Bantul, pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Bantul tercatat
sebanyak 910.572 jiwa Pada tahun 2011, Jumlah penduduk Kabupaten Bantul
sebanyak 921.263 jiwa.
O4 : Kesan produk kulit yang eksotis, elegan, dan eksklusif
Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah kepercayaan, nilai,
sikap dan gaya hidup di lingkungan eksternal perusahaan, yang berkembang dari
pengaruh kultural, ekologi, demografi, agama, pendidikan dan etnik (Pearce dan
Robinson, 2004). Produk yang berasal dari kulit asli memiliki nilai tersendiri bagi
kosumen, yaitu memiliki kesan eksklusif, elegan dan eksotis yang sangat digemari
wisatawan manca negara dan pelanggan dalam negeri yang jumlahnya tidak sedikit.
Peluang inilah yang mampu membuat konsumen loyal terhadap produk yang berasal
dari kulit asli, meskipun harganya jauh lebih tinggi dari pada produk dari kulit
sintetis. Ini juga diakui oleh para pakar dan konsumen dari hasil penyebaran
kuesioner.
O5 : Teknologi informasi
Informasi adalah sumber daya pendukung yang vital bagi kegiatan suatu
usaha. Tidak hanya informasi tentang pasar, pasokan, produksi dan teknologi tapi
juga tentang pasar produk yang ditawarkan. Ketimpangan informasi bagi UKM perlu
dibenahi dengan memberikan porsi yang lebih seimbang dibandingkan dengan usaha
besar. Penyediaan pusat informasi yang mudah dijangkau dengan informasi aktual
merupakan sumber daya yang penting bagi pengembangan UKM (Hubeis 1997).
Untuk tetap bertahan dan unggul dalam persaingan pasar, perusahaan perlu
memberikan perhatian dan mampu memperoleh keunggulan dari peluang teknologis
untuk mendukung strategi bisnis serta meningkatkan operasi dan layanannya. Dalam
hal ini, keberhasilan organisasi atau perusahaan sebagian ditentukan oleh daya
tanggap dan adaptasi terhadap inovasi teknologi (Higa, 1997). Kemajuan teknologi
yang pesat seperti teknologi informasi dan produksi dapat membuat kegiatan
perusahaan menjadi lebih efektif. Penggunaan teknologi modern membuat
perusahaan dapat dengan mudah memperoleh berbagai informasi, berkomunikasi dan
dapat mengefektifkan kegiatan manajemen produksi. Teknologi informasi juga
merupakan media yang murah dan efektif untuk kegiatan promosi dan jual beli
online.
O6 : Produk kulit pari yang sedang digemari
Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah kepercayaan, nilai,
sikap dan gaya hidup di lingkungan eksternal perusahaan, yang berkembang dari
pengaruh kultural, ekologi, demografi, agama, pendidikan dan etnik (Pearce dan
Robinson, 2004). Hasil interview dengan para pakar industri kulit menyatakan bahwa
saat ini produk yang berasal dari kulit ikan pari sedang digemari oleh pecinta produk
kulit, ini juga dinyatakan oleh para konsumen. Motif dan tekstur kulit ikan pari yang
unik menjadi daya tarik tersendiri, butiran sisik punggung yang bulat seperti mutiara
terlihat sangat elegan. Meskipun harganya jauh lebih mahal dari produk kulit sapi,
namun peminat produk kulit ikan pari tidak sensitif terhadap harga karena berasal
dari segmen ekonomi atas. Ini menjadi peluang yang sangat baik bagi industri kulit
Manding untuk mengembangkan berbagai produk dari kulit ikan pari.
O7 : Produk sepatu, jaket dan tas merupakan kebutuhan pokok
Kebututuhan pokok manusia meliputi sandang atau pakaian; pangan atau
makanan; dan papan atau tempat tinggal. Produk yang dihasilkan oleh industri kulit di
Manding berupa sepatu, sandal, jaket, tas, dompet, sabuk atau produk fungsional
lainnya yang merupakan kebutuhan pokok manusia. Ini menjadi peluang bagi industri
kulit Manding untuk meningkatan volume penjualan perusahaan.
Ancaman :
T1 : Kenaikan harga BBM
Tindakan politik yang dirancang untuk melindungi dan memberikan manfaat
bagi perusahaan meliputi undang-undang paten, subsidi pemerintah dan hibah dana
riset produk. Sedangkan kendala politik dikenakan atas perusahaan melalui keputusan
tentang perdagangan yang adil, program perpajakan, ketentuan upah minimum,
kebijakan tentang polusi dan penetapan harga, undang-undang perlindungan pekerja,
konsumen dan lingkungan (Pearce dan Robinson, 2004).
Ancaman kenaikan harga bahan bakar minyak akan memacu peningkatan
semua biaya yang dibutuhkan untuk operasional industri, tidak terkecuali pada
industri kulit di Manding. Kenaikan biaya mulai dari bahan baku, bahan pembantu,
peralatan, transportasi, hingga tuntutan kenaikan honor tenaga kerja. Rencana
pemerintah untuk meningkatkan harga BBM di tahun 2012 menjadi ancaman yang
cukup kuat berpengaruh terhadap kondisi industri kulit di Manding.
T2 : Mudahnya pendatang baru masuk
Menurut Porter (1997), kekuatan bersaing pada lingkungan industri
bergantung pada lima faktor yaitu ancaman masuknya pendatang baru, ancaman
terhadap produk substitusi, kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar
menawar pembeli dan intensitas persaingan dalam industri. Pendatang baru dalam
suatu industri dapat membahayakan perusahaan-perusahaan yang ada karena
pendatang baru akan membawa kapasitas baru, keinginan untuk merebut pasar serta
seringkali juga sumberdaya yang besar. Akibatnya harga dapat menjadi turun atau
biaya membengkak sehingga mengurangi kemampulabaan (Umar, 2005).
Mudahnya pemain baru masuk dalam bisnis industri kulit terlihat dari cukup
tingginya bobot ancaman pendatang baru pada analisis lingkungan industri yang
dilakukan. Kebutuhan modal yang tidak terlalu besar, tidak adanya peraturan
pemerintah yang menyulitkan, serta tidak adanya penolakan terhadap pendatang baru
dari industri yang sudah ada merupakan kemudahan yang terbentuk. Pendatang baru
pada suatu industri ada kemungkinan memiliki kemampuan produksi yang lebih baik
dibandingkan dengan perusahaan yang sudah ada sebab dari pendatang baru tersebut
tentunya ada keinginan untuk merebut pasar serta sering kali mempunyai sumberdaya
yang lebih besar. Ini menjadi ancaman bagi industri kulit di Manding, jika banyak
pedatang baru maka persaingan akan semakin ketat.
T3 : Keberadaan perusahaan sejenis (berbagai skala)
Menurut Porter (1997), kekuatan bersaing pada lingkungan industri
bergantung pada lima faktor yaitu ancaman masuknya pendatang baru, ancaman
terhadap produk substitusi, kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar
menawar pembeli dan intensitas persaingan dalam industri sejenis. Persaingan disini
terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya tekanan atau melihat peluang
untuk memperbaiki posisi dan sering disebabkan oleh harga, inovasi produk dan
tindakan lain untuk mencapai diferensiasi produk. Bagi kebanyakan industri,
penentuan utama seluruh persaingan serta tingkat profitabilitas secara umum adalah
persaingan antara perusahaan dalam industri (Umar 2005). Banyaknya perusahaan
industri kulit yang berkembang saat ini mengakibatkan semakin besarnya pesaing
perusahaan. Banyaknya perusahaan industri kulit sejenis di Garut, Cibaduyut,
Mojokerto, Tanggulangin dan daerah lain, membuat persaingan industri kulit menjadi
lebih tinggi untuk kedepannya.
T4 : Adanya produk substitusi
Menurut Porter (1997), kekuatan bersaing pada lingkungan industri
bergantung pada lima faktor yaitu ancaman masuknya pendatang baru, ancaman
terhadap produk substitusi, kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar
menawar pembeli dan intensitas persaingan dalam industri. Tersedianya produk-
produk pengganti merupakan faktor utama yang mempengaruhi keinginan konsumen
dan akan membangkitkan persaingan dengan perusahaan yang sudah ada (Umar
2005). Adanya produk substitusi yang memiliki fungsi yang sama seperti sepatu
karet, tas anyam, jaket katun, dan produk kulit sintetis, memungkinkan orang untuk
menggunakan produk substitusi tersebut sebagai pengganti produk kulit dari industri
kulit di Manding.
T5 : Bahan baku impor lebih bermutu
Menurut Pearce dan Robinson (2004), kegiatan produksi-operasi perusahaan
dapat dilihat dari efisiensi, efektivitas dan produktivitas. Berdasarkan ketiga hal
tersebut faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah biaya dan ketersediaan bahan
baku, hubungan dengan pemasok, sistem pengendalian persediaan, lokasi fasilitas,
pemanfaatan teknologi, pengendalian mutu, riset dan pengembangan. Menurut salah
seorang pakar dari ATK, menyampaikan bahwa kulitas kulit samak impor lebih
bermutu dari pada kulit samak lokal, mutu ini dilihat dari ukuran luasan kulit samak
dan penampakan permukaan kulit samak yang utuh tidak rusak atau berlobang. Harga
kulit samak impor tentunya lebih mahal dari pada kulit samak lokal, ini akan
mengancam keberlangsungan pengrajin dengan modal kecil, karena tidak mampu
bersaing dalam penyediaan produk dengan mutu bahan baku terbaik yang berasal dari
kulit impor.
T6 : Kulit imitasi semakin menyerupai kulit asli
Tersedianya produk-produk pengganti merupakan faktor utama yang
mempengaruhi keinginan konsumen dan akan membangkitkan persaingan dengan
perusahaan yang sudah ada (Umar 2005). Sama halnya dengan produk substitusi,
produk kulit imitasi juga akan mempengaruhi keinginan konsumen untuk beralih
keproduk yang lebih murah dari produk kulit asli. Kulit imitasi yang semakin
menyerupai kulit samak asli juga mengancam kelangsungan industri kulit Manding.
Pelaku industri kulit di Manding tetap menjaga kepercayaan konsumen dengan
memberikan produk kulit asli, namun keberadaan kulit imitasi tentunya dapat
memberikan harga yang lebih rendah dengan penampakan yang hampir sama. Ini
akan mempengaruhi keputuan konsumen dengan daya beli terbatas, untuk memilih
produk kulit imitasi.
T7 : Bahan baku relatif mahal
Meningkatkan harga dan mengurangi mutu produk yang dijual adalah cara
potensial yang dapat digunakan pemasok untuk mendapatkan kekuatan terhadap
perusahaan-perusahaan yang bersaing dalam suatu industri. Apabila perusahaan tidak
dapat menutup peningkatan biaya yang terjadi melalui struktur harganya, maka
kemampulabaannya akan berkurang akibat tindakan pemasok (Umar 2005). Harga
bahan baku yang dirasa mahal dikeluhkan oleh 15,6% pengrajin Manding. Ini pasti
disebabkan karena keterbatasan modal yang dimiliki industri kulit di Manding. Salah
seorang pengrajin bercerita bahwa harga 1 feet kulit samak berkisar antara Rp15.000
sampai Rp 25.000, untuk menghasilkan jaket berukuran XL membutuhkan sekitar 34
feet, sehingga harga jual jaket kulit cukup mahal, dan hanya konsumen yang berdaya
beli tinggi yang berminat untuk membeli.
Hasil pengidentifikasian faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi strategi
bersaing perusahaan, selanjutnya dievaluasi respon perusahaan terhadap masing-
masing faktor sehingga diketahui seberapa besar respon perusahaan terhadap faktor-
faktor strategis eksternal tersebut. Teknik penentuan respon yang dilakukan adalah
dengan cara pemberian bobot dan per-rangking-an serta menyusun matriks External
Factor Evaluation (EFE).
Pemberian bobot pada setiap faktor dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (paling
penting). Bobot itu mengindikasikan signifikasi relatif dari suatu faktor terhadap
keberhasilan perusahaan. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1. Untuk
mempermudah penilaian, pembobotan dilakukan dengan metode pairwise comparison
atau perbandingan berpasangan, yaitu membandingakan setiap faktor yang akan
diberi penilaian, dimana nilai 1 menunjukan faktor baris tidak lebih penting dari
faktor kolom, nilai 2 menunjukan faktor baris sama penting dengan faktor kolom, dan
nilai 3 menunjukan faktor baris lebih penting dari faktor kolom (David, 2009).
Pemberian peringkat 1 sampai 4 pada faktor peluang didasarkan kepada
kemampuan perusahaan dalam meraih peluang yang ada, peringkat empat untuk
kemampuan yang sangat baik, peringkat tiga untuk kemampuan baik, peringkat dua
untuk kemampuan sedang, dan peringkat satu untuk kemampuan yang tidak baik.
Sedangkan pemberian peringkat pada faktor ancaman didasarkan pada besarnya
ancaman dalam mempengaruhi keadaan perusahaan. Peringkat empat diberikan jika
faktor ancaman tidak memberikan pengaruh terhadap perusahaan, peringkat tiga jika
faktor ancaman memberikan pengaruh biasa terhadap perusahaan, peringkat dua jika
faktor ancaman kuat mempengaruhi perusahaan, sedangkan peringkat satu jika faktor
ancaman sangat kuat mempengaruhi perusahaan.
Peringkat berbasis perusahaan, sementara bobot berbasis industri. Kemudian
bobot skor diperoleh dengan mengkalikan bobot dengan peringkat. Jumlahkan skor
bobot untuk memperoleh total skor bobot. Nilai total skor bobot menunjukkan
kekuatan eksternal perusahaan. Skor bobot tertinggi adalah 4, terendah adalah 1, dan
rata-rata skor bobot 2,5. Total skor sebesar empat mengindikasikan bahwa
perusahaan mampu merespon dengan sangat baik peluang dan ancaman yang ada,
dengan kata lain perusahaan mampu menarik keuntungan dari peluang dan
meminimakan pengaruh negative dari ancaman eksternal. Skor >2,5 mencirikan
perusahaan belum cukup mampu memanfaatkan peluang dan meminimalkan
ancamam lingkungan eksternal (David, 2009). Hasil internal faktor evaluasi pada
industri kulit di Manding terlihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Hasil Evaluasi Faktor Eksternal perusahaan (EFE)
Faktor Eksternal Utama
Bobot Peringkat Skor Bobot Peluang
A. Ketersediaan kredit bagi IKM 0.063 1.75 0.109
B. Dukungan pemerintah 0.095 2.75 0.263
C. Jumlah penduduk meningkat 0.044 2.75 0.121
D. Kesan produk kulit yang eksotis, elegan, eksklusif 0.080 3.50 0.279
E. Teknologi informasi 0.055 1.75 0.096
F. Produk kulit pari yang sedang digemari 0.076 3.00 0.227
G. Sepatu, jaket, tas merupakan kebutuhan pokok 0.058 3.00 0.173
Ancaman
H. Kenaikan harga BBM 0.099 1.75 0.173
I. Mudahnya pemain baru masuk 0.045 3.00 0.134
J. Keberadaan perusahaan sejenis (berbagai skala) 0.096 2.00 0.192
K. Adanya produk substitusi 0.067 2.50 0.167
L. Bahan baku impor lebih bermutu 0.060 2.25 0.136
M. Kulit imitasi semakin menyerupai kulit asli 0.065 2.25 0.145
N. Bahan baku relatif mahal 0.099 1.50 0.148
Total bobot skor 2,363
Hasil evaluasi faktor eksternal (EFE) bernilai 2.363 ini menunjukkan bahwa
industri kulit di Manding belum cukup mampu memanfaatkan peluang dan
meminimalkan ancamam lingkungan eksternal. Tiga faktor peluang yang memiliki
skor bobot tertinggi secara berurutan adalah kesan produk kulit yang eksotis, elegan,
dan eksklusif (0.279), Dukungan pemerintah (Kementerian Perindustrian, ATK,
BBPPK) (0.263), serta Produk kulit pari yang sedang digemari (0.227). Tiga faktor
utama faktor ancaman yang memiliki skor bobot yang paling besar adalah keberadaan
perusahaan sejenis berbagai skala (0.192); kenaikan harga BBM (0.173); serta produk
substitusi (0.167). Hasil penilaian peluang dan ancaman oleh masing-masing pakar
dapat dilihat pada lampiran 2.
Kesan produk kulit yang eksotis, elegan, dan eksklusif dibenak konsumen
menjadi peluang yang cukup dimanfaatkan oleh industri kulit Manding, memberikan
harga jual yang cukup tinggi untuk produk kulit asli dibandingkan dengan produk
dari vinil, karena harga jual tersebut mencerminkan bahan baku yang bermutu.
Dukungan pemerintah melalui Kementerian Peridustrian, Akademi Teknologi Kulit,
dan Balai Besar Kulit Karet dan Plastik, berupa pemberian bantuan pembangunan
fasilitas umum seperti gapura selamat datang, parkiran umum, ATM center,
pemberian bantuan peraatan produksi, pengadaan pameran untuk ajang promosi,
pendanaan kegiatan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan industri kulit di
bantul,memberi keleluasaan bagi industri kulit di Manding dalam memasarkan
produknya, mengadakan pelatihan dan pendampingan, serta memberikan informasi
paket teknologi telah mampu dimanfaatkan para pengrajin Manding meskipun belum
maksimal.
Produk kulit pari yang sedang digemari sudah ditangkap oleh pengrajin
Manding, dengan cara menjual produk tersebut meski masih dalam jumlah yang
sangat sedikit, ini disebabkan karena keterbatasan modal, peralatan dan keahlian.
Bahan baku kulit ikan pari harganya mahal, dalam memproduksi juga memerlukan
peralatan dan keahlian yang cukup berbeda dengan kulit samak lainnya, karena sisik
kulit ikan pari cukup keras dan memerlukan perlakuan khusus agar terlihat elegan.
Faktor kelemahan yang memiliki skor bobot yang rendah adalah kondisi yang
memudahkan pemain baru dalam bisnis industri kulit masuk di wilayah Manding.
Kemudahan itu terlihat dari kebutuhan modal yang tidak terlalu besar, tidak adanya
peraturan pemerintah yang menyulitkan, serta tidak adanya penolakan terhadap
pendatang baru dari industri yang sudah ada. Ini menjadi ancaman bagi industri kulit
di Manding, jika banyak pedatang baru maka persaingan akan semakin ketat. Bahan
baku impor yang lebih bermutu serta kulit imitasi semakin menyerupai kulit asli
merupakan ancaman yang tidak mudah diatasi oleh pengrajin industri kulit Manding.
Usaha untuk meminimalkan ancaman tersebut sebatas mengkombinasikan kulit
bermutu baik dan sedang dalam memproduksi produk, sehingga dapat menekan biaya
tiap unitnya, namun pengkombinasian ini tetap mengutamakan mutu produk.
4.4. Perumusan Strategi
Matriks Internal-Eksternal (IE)
Matriks EFE dan matriks IFE yang telah memiliki skor terbobot lengkap
kemudian digabung dalam Matriks Eksternal dan Internal yang menunjukkan posisi
kekuatan dan keberhasilan strategi yang sudah dijalankan oleh perusahaan dengan
melihat pada letak skor pada kuadran-kuadran dalam matriks Internal- Eksternal.
Matriks IE untuk industri kulit di Manding pada sumbu horizontal menunjukkan skor
total dari matriks IFE sebesar 2.668 sedangkan sumbu vertikal menunjukkan skor
total dari matriks EFE sebesar 2.363. Masing-masing total skor pada matriks IFE dan
EFE dipetakan dalam matriks IE, sehingga menempatkan industri kulit di Manding
pada posisi kuadran V dengan koordinat (2.668; 2.363). Posisi sel ini menunjukkan
industri kulit di Manding dapat ditangani dengan baik melalui strategi menjaga dan
mempertahankan. Hal yang harus dijaga dan dipertahankan adalah kekuatan internal
perusahaan serta kemampuan dalam memanfaatkan peluang yang ada. Adapun
strategi yang dapat dikembangkan oleh perusahaan pada posisi ini adalah strategi
penetrasi pasar dan pengembangan produk.
Posisi eksternal yang berada pada kinerja sedang menunjukkan bahwa faktor
peluang dan ancaman mendapat respon perusahaan dengan intensitas yang sedang
terhadap perkembangan perusahaan yang akan datang. Besarnya pengaruh peluang
yang mungkin dicapai perusahaan dalam pengembangan pasar yang akan datang
relatif sama dengan ancaman yang menjadi faktor penghambat perkembangan
perusahaan. Adanya peluang yang dimanfaatkan dan acaman yang mungkin dikelola,
akan meningkatkan daya saing perusahaan untuk menghadapi persaingan pasar.
Kedinamisan pasar yang dihadapi dan lingkungan eksternal yang terus berubah,
menyebabkan perusahaan harus menciptakan strategi tumbuh dan berkembang
dengan mengelola peluang dan ancaman yang ada.
Matrik IE terlihat pada Tabel 18.Posisi internal yang berada pada kinerja
sedang menunjukkan bahwa faktor kekuatan cukup dapat ditonjolkan, dan faktor
kelemaan cukup dapat ditekan untuk menghadapi perkembangan perusahaan yang
akan datang. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat seharusnya
perusahaan mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki, serta mengelola kelemahan-
kelemahan yang ada agar dapat medukung pertumbuhan dan pengembangan
perusahaan. Kelemahan utama yang harus diatasi dan mempengaruhi perkembangan
perusahaan adalah lemahnya promosi, tidak adanya merk dagang produk serta
rendahnya inovasi desain produk.
Tabel 18 Matriks Internal-Eksternal (IE) industri kulit di Manding
Skor
bobot
tota
l E
FE
Skor bobot total IFE
Kuat 3.0-4.0 Sedang 2.0-2.99 Lemah 1.0-1.99
Tinggi
3.0-4.0
(I)
Tumbuh dan Bina
(Grow and Build)
(II)
Tumbuh dan Bina
(Grow and Build)
(III)
Pertahankan dan
Pelihara
(Hold and maintain)
Sedang
2.0-
2.99
(IV)
Tumbuh dan Bina
(Grow and Build)
(V)
Pertahankan dan
Pelihara
(Hold and maintain)
(VI)
Panen dan Lepas
(Harvest and divest)
Rendah
1.0-
1.99
(VII)
Pertahankan dan
Pelihara
(Hold and maintain)
(VIII)
Panen dan Lepas
(Harvest and divest)
(IX)
Panen dan Lepas
(Harvest and divest)
Analisis SWOT
Langkah yang ditempuh setelah melakukan evaluasi faktor eksternal dan
internal adalah membuat suatu matriks yang menggabungkan faktor eksternal dan
internal ke dalam suatu matriks yang dikenal dengan nama matriks SWOT. Matriks
SWOT mengembangkan empat alternatif strategi berdasarkan kekuatan (strength),
kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threat) bagi perusahaan.
Keempat alternatif strategi tersebut antara lain adalah strategi SO (strength-
opportunity), strategi WO (weakness-opportunity), strategi ST (strength-threat) dan
strategi WT (weakness-threat).
Dari matrik SWOT akan tergambar secara jelas bagaimana perusahaan
memanfaatkan peluang serta mengendalikan ancaman dari eksternal dengan
memberdayakan kekuatan yang dimiliki serta meminimalisir kelemahannya. Tujuan
dibuatnya matriks SWOT adalah mengumpulkan sebanyak mungkin tindakan-
tindakan atau strategi yang memungkinkan untuk digunakan oleh perusahaan.
Pemilihan strategi utama dari matriks SWOT ini disesuaikan dengan posisi
perusahaan dan bersifat melengkapi analisis matriks Internal- Eksternal (IE) yang
telah dilakukan sebelumnya, sebagaimana terlihat pada Tabel 18.
Hasil analisis matriks SWOT diperoleh sebelas strategi yang layak
dipertimbangkan oleh industri kulit di Manding untuk dilakukan dalam rangka
memanfaatkan peluang yang ada dengan kekuatan yang dimiliki serta memperbaiki
kelemahan untuk mengantisipasi ancaman dari eksternal. Strategi yang dihasilkan
matrik SWOT adalah:
1. SO1: Menjalin kerjasama dengan travel agen pariwisata
2. SO2: Melakukan pemasaran berbasis internet.
3. SO3: Pengembangan produk kulit ikan pari yang sedang digemari masyarakat.
4. WO1: Mendirikan showroom milik bersama serta menambahan fasilitas umum.
5. WO2: Pemberian informasi produk dan merk dagang.
6. WO3: Kementerian Perindustrian dan ATK memberian pelatihan, pendampingan,
dan pengawasan yang rutin.
7. WO4: Mengoptimalkan fungsi paguyuban pengrajin.
8. ST1: Mengetatkan persyaratan pendirian showroom produk kulit di wilayah
Manding.
9. ST2: Tetap menjaga mutu produk dengan harga bersaing.
10. WT1: Memproduksi produk kulit yang unik dan dalam jumlah terbatas.
11. WT2: BBKKP dan ATK mengembangkan teknologi penyamakan kulit.
Tabel 19 menjelaskan perumusan strategi industri kulit Manding dengan matrik
SWOT.
Tabel 19 Perumusan strategi industri kulit Manding dengan matrik SWOT
IFE
EFE
KEKUATAN (S) S1 : Lokasi usaha yang strategis
S2 : Nama besar Manding, Desa
wisata
S3 : Terjaminnya ketersediaan
bahan baku
S4 : Mutu produk memuaskan
S5 : Suasana kekeluargaan dalam
bisnis
S6 : Harga produk lebih murah
S7 : Produk unik sesuai pesanan
KELEMAHAN (W) W1 : Jaringan kerjasama terbatas
W2 : promosi kurang agresif,
W3 : Inovasi Desain produk rendah
W4 : Tidak ada merk dagang
W5 : Keterbatasan modal, sarana
prasarana
W6 : Permasalahan Showroom
W7 : Tingkat pendidikan rendah
PELUANG (O) O1 : Ketersediaan kredit bagi IKM
O2 : Dukungan Pemerintah
(Kementerian Perindustrian,
ATK, BBPPK)
O3 : Peningkatan jumlah penduduk
O4 : Kesan eksotis, elegan, eksklusif
produk kulit
O5 : Teknologi informasi
O6 : Produk kulit pari yang sedang
digemari
O7 : Sepatu, jaket dan tas
merupakan kebutuhan pokok
STRATEGI (SO) SO1 : Menjalin kerjasama dengan
travel agen pariwisata .(S1;
S2; O2)
SO2 : Melakukan pemasaran
berbasis internet. (S2; S4;
S6; S7; O2; O4; O5)
SO3 : Pengembangan produk
kulit ikan pari yang sedang
digemari masyarakat (S3;
O1; O6)
STRATEGI (WO) WO1 : Mendirikan showroom milik
bersama serta menambahan
area parkir dan fasilitas
umum. (W5; W6; O1; O2)
WO2 : Pemberian nformasi produk
dan merk dagang.
(W1;W2;W4;W6;O4;O5)
WO3 : Kementerian Perindustrian
dan ATK memberian
pelatihan, pendampingan, dan
pengawasan yang rutin. (W2;
W3; W7; O2; O5; O6)
WO4 : Mengoptimalkan fungsi
paguyuban pengrajin. (W1;
W2; W5; O1; O2)
ANCAMAN (T) T1 : Kenaikan harga BBM
T2 : Mudahnya pemain baru masuk
T3 : Keberadaan perusahaan sejenis
T4 : Adanya produk substitusi
T5 : Bahan baku impor lebih
bermutu
T6 : Kulit imitasi semakin
menyerupai kulit asli
T7 : Bahan baku relatif mahal
STRATEGI (ST) ST1 : Mengetatkan persyaratan
pendirian showroom
produk kulit di wilayah
manding. (S1; S2; T2)
ST2 : Tetap menjaga mutu
produk dengan harga
bersaing. (S4; T3; T4)
STRATEGI (WT) WT1 : Memproduksi produk kulit
yang unik dan dalam jumlah
terbatas. (W3; W5; T3; T4)
WT2 : BBKKP dan ATK
mengembangkan teknologi
penyamakan kulit dalam
negeri. (W5; T5; T7)
Keterangan : (Si;Oi), (Wi;Oi), (Si;Ti) dan (Wi;Ti) menunjukkan kombinasi
lingkungan eksternal dengan internal dalam menghasilkan strategi, (1 = 1,2, ...n).
1. Strategi SO (Strengths – Opportunities):
Merupakan alternatif strategi agresif yang dihasilkan dari penggunaan seluruh
kekuatan untuk memanfaatkan peluang, yakni :
a. SO1: Menjalin kerjasama dengan pihak travel agen pariwisata (S1; S2; O2).
Permasalahan serius yang sedang dihadapi para pelaku industri kulit Manding
adalah masalah pemasaran. Sebuah industri harus memiliki jaringan kerjasama
yang kuat agar wilayah pemasaran luas. Salah satu strategi yang dapat dilakukan
adalah dengan bantuan dinas pariwisata, melakukan kerjasama dengan travel agen
pariwisata agar mencantumkan Manding sebagai salah satu objek wisata Desa
wisata serta pusat belanja produk kulit yang ternama, dengan memanfaatakan
lokasi Manding yang strategis yaitu memotong jalur pantai parang tritis dan kota
Yogyakarta.
b. SO2: Melakukan pemasaran berbasis internet (S2; S4; S6; S7; O2; O4; O5).
Permasalahan pemasaran yang sangat dirasakan melalui penurunan jumlah
penjualan yang dialami oleh industri kulit di Manding, juga disebabkan oleh
lemahnya kegiatan promosi. Strategi yang diusulkan Melakukan pemasaran
berbasis internet. Aplikasi dapat berupa pembuatan website, bergabung dalam
forum jual beli seperti jualbeli.com, berniaga.com dan kaskus.com, maupun
penggunaan media sosial seperti facebookdan twitter sebagai sarana promosi dan
transaksi online. Disediakan katalog produk beserta harganya, menggunakan
Bahasa Indonesia dan Inggris, untuk membidik konsumen lokal dan manca, pada
konsumen kelas menengah keatas dengan menonjolkan kesan eksotis, elegan, dan
eksklusif dari produk kulit; Desa wisata pengrajin kulit; informasi berbagai
produk kulit bermutu yang ditawarkan dengan harga bersaing. Serta penawaran
layanan pesan produk sesuai keinginan konsumen, yang mana semua dapat
nikmati secara online. Strategi ini dinilai dapat mengatasi permasalahan promosi
dan penjualan. Pembuatan website, ID forum jual beli dan media sosial dapat
meminta bantuan dinas perindustrian dan ATK, sedangkan untuk pembuatan
Desain website dapat meminta bantuan ISI Yogyakarta.
c. SO3: Pengembangan produk kulit ikan pari yang sedang digemari masyarakat
(S3; O1; O6).
Perusahaan yang mampu bertahan dalam persaingan yang ketat harus pintar
membaca dan mengambil peluang bisnis. Saat ini produk kulit dari ikan pari
sedang diminati, maka strategi yang dapat diterapkan industri kulit di Manding
adalah pengembangan produk kulit ikan pari yang sedang digemari masyarakat,
dengan memanfaatkan supplier bahan baku yang dapat diandalkan, dan
memanfaatkan peluang ketersediaannya kredit bagi IKM untuk keterbatasan
modal pembelian bahan baku dan peralatan. Memproduksi produk yang sesuai
dengan keinginan konsumen diharapkan mampu mengatasi permasalahan turunan
penjualan dan meningkatkan jumlah pendapatan pengrajin kulit di Manding.
2. Strategi WO (Weaknesses – Opportunities) :
Merupakan alternatif strategi turn around yang dihasilkan dari pemanfaatan peluang
yang ada dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki, yakni :
a. WO1: Mendirikan showroom milik bersama serta menambahan fasilitas umum
(W5; W6; O1; O2).
Showroom merupakan sarana yang cukup efektif bagi pengrajin kulit di Manding
untuk penjualan produk, namun yang menjadi permasalahan permasaran masih
banyak industri kulit mikro dan kecil di Manding yang belum memiliki
showroom, maka strategi yang dapat dilakukan adalah dengan bantuan pemerintah
daerah dan pinjaman kredit bagi IKM mendirikan showroom milik bersama bagi
pengrajin yang belum memiliki showroom atau letaknnya tidak dijalan utama
sehingga kurang terekspos pengunjung, serta menambahan area parkir dan
fasilitas umum seperti toilet, tempat bermain anak, tempat makan agar memberi
daya tarik dan kenyamanan kepada konsumen.
b. WO2: Pemberian informasi produk dan merk dagang (W1;W2;W4; W6; O4; O5).
Banyak konsumen yang kesulitan menbedakan produk asli buatan pengrajin
Manding dengan produk luar Manding. Strategi pemberian merk dagang produk,
serta pemberian informasi bagi produk mana saja yang asli buatan pengrajin
Manding agar konsumen mengenal ciri khas produk asli Manding merupakan
strategi yang dapat dilakukan untuk media promosi dan solusi permasalahan di
showroom tentang penjualan produk hasil industri kulit bukan Manding yang
dapat merusak image produk Manding yaitu bermutu dengan harga terjangkau.
Adanya merk dagang juga dapat memperluas jaringan kerja sama terutama
dengan konsumen yang loyal terhadap merk tersebut.
c. WO3: Kementerian Perindustrian dan ATK memberian pelatihan, pendampingan,
dan pengawasan yang rutin (W2; W3; W7; O2; O5; O6).
Lemahnya kegiatan promosi dan rendahnya inovasi Desain produk yang dialami
oleh industri kulit di Manding disebabkan oleh rendanya tingkat pendidikan,
bukan hanya pendidikan formal namun juga non formal atau berupa kursus
ketrampilan, maka strategi yang dapat dilakukan oleh pihak pemerintah adalah
melalui departemen perindustrian dan ATK, dengan memberian pelatihan,
pendampingan, dan pengawasan yang rutin untuk meningkatkan kemampuan
pengrajin dalam berinovasi model produk, pencatatan administrasi keuangan
yang teratur, pelatihan ketrampilan, contoh nyatannya berupa pelatihan
pembuatan produk dari kulit pari yang sedang digemari masyarakat, atau
pelatihan penggunaan teknologi informasi sebagai media promosi. Pelatihan ini
arus dilakukan secara kontinyu dan dilakukan pendampingan dan pengawasan
sampai industri kulit Manding mampu melakukan sendiri.
d. WO4: Mengoptimalkan fungsi paguyuban pengrajin Manding (W1; W2; W5; O1;
O2).
Mengoptimalkan fungsi paguyuban pengrajin Manding untuk membina para
pengrajin agar aktif mengikuti pelatihan dan acara-acara pameran yang
diselenggarakan pemerintah daerah agar memperluas jaringan kerjasama
sekaligus sebagai media promosi, serta paguyuban dapat memfasilitasi dan
mendampingi pengrajin Manding dalam administrasi peminjaman kredit bagi
IKM. Ini untuk menangkap peluang ketersediaan kredit IKM dan menanggulangi
permasalahan minimnya promosi dan sempitnya jaringan kerjasama, dan
permasalahan minimnya tenaga terampil baik dalam hal produksi, administrasi
keuangan maupun kemampuan berinovasi. Pendampingan administrasi dalam
pengajuan pinjaman modal akan menangani permasalahan permodalan.
3. Strategi ST (Stregths – Threats) :
Merupakan alternatif strategi difersifikasi yang dihasilkan dengan menggunakan
kekuatan yang dimiliki perusahaan dengan cara menghindari ancaman, yaitu :
a. ST1: Mengetatkan persyaratan pendirian showroom produk kulit di wilayah
Manding (S1; S2; T2).
Semakin banyak keberadaan industri sejenis maka persaingan untuk
memperebutkan pasar akan semakin ketat, untuk menekan pelaku baru masuk
strategi yang dapat dilakukan adalah membatasi pendirian showroom produk kulit
di wilayah Manding yang kepemilikanya bukan dari pengrajin Manding, serta
barang-barang yang ditawarkan bukan berasal dari pengrajin Manding. Ini untuk
menekan jumlah pesaing baru yang ingin memanfaatkan nama besar Manding
dan lokasi Manding yang strategis. Streatgi ini hanya dapat dilakukan oleh pihak
pemerintah daerah Kabupaten Bantul.
b. ST2: Tetap menjaga mutu produk dengan harga bersaing (S4; T3; T4).
Strategi untuk tetap menjaga mutu produk dan dengan memberikan harga yang
relatif lebih murah terhadap pesaing, ini akan menekan pemain baru masuk, tetap
bisa bersaing dengan pengusaha sejenis, serta memenangkan produk substitusi.
4. Strategi WT (Weaknesses – Threats) :
Merupakan alternatif strategi defensif (bertahan) yang dihasilkan dengan cara
mengantisipasi atau menghindari ancaman dari eksternal serta meminimalkan
kelemahan-kelemahan yang dimiliki, yaitu :
a. WT1: Memproduksi produk kulit yang unik dan dalam jumlah terbatas (W3; W5;
T3; T4).
Memproduksi produk kulit yang unik dan dalam jumlah terbatas, sehingga
menimbukan kesan eksklusif, sehingga merebut segmen pasar yang berbeda
dengan perusahaan besar, serta meminimalkan kekuatan produk substitusi.
Produksi dengan jumlah yang tebatas maka pembelian bahan baku kulit samak
juga tidak banyak sehingga strategi ini cocok untuk industri yang memiliki
modal yang terbatas. Kesan ekslusive dapat diciptakan dengan Desain produk
yang jarang ditemukan dipasaran, maka inovasi Desain produk harus
ditingkatkan.
b. WT2: BBKKP dan ATK mengembangkan teknologi penyamakan kulit dalam
negeri (W5; T5; T7).
Permasalah mengenai tingginya harga bahan baku disebabkan mutu kulit samak
impor lebih bagus dibandingkan kulit samak lokal. Maka pemerintah perlu
melakukan strategi yaitu melalui BBKKP dan ATK mengembangkan teknologi
penyamakan kulit dalam negeri.
Startegi yang ditujukan untuk pihak pemerintah dan diluar kendali industri
kulit di Manding adalah (ST1) mengetatkan persyaratan pendirian showroom produk
kulit di wilayah Manding; (WO3) pemerintah melalui Kementerian Perindustrian dan
ATK memberikan pelatihan, pendampingan, dan pengawasan yang rutin; dan (WT2)
BBKKP dan ATK mengembangkan teknologi penyamakan kulit dalam negeri, maka
untuk selanjutnya strategi ini tidak diukutkan dalam tahap pemilihan prioritas strategi
dengan metode QSPM.
Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM)
Tahap keputusan berfungsi untuk memilih strategi terbaik dari antara strategi
yang diimplementasikan di perusahaan, yang diperoleh dengan menggunakan analisis
SWOT matriks. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan matriks QSPM
(David 2009). Matrik QSPM dibuat untuk memutuskan dan menentukan strategi
terbaik yang dapat direkomendasikan kepada perusahaan. Prioritas strategi yang
dihasilkan oleh QSPM merupakan strategi yang diandalkan dan menjadi prioritas
untuk menghadapi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelamahan yang dimiliki
oleh perusahaan. Hasil akhirnya, strategi yang diusulkan disajikan dalam urutan
prioritas. Strategi yang memiliki TAS (Total Attractiveness Score) terbesar ditunjuk
sebagai prioritas pertama dan paling penting di antara strategi lain.
Hasil analisis matriks SWOT memberikan beberapa alternatif strategi yang
mungkin dilakukan oleh perusahaan berdasarkan pada lingkungan internal dan
eksternal perusahaan yang mempengaruhinya. Pada analisis QSPM, alternatif tersebut
diprioritaskan berdasarkan tingkat keterkaitan kepada lingkungan internal dan
eksternal perusahaan, sehingga alternatif tersebut dapat dilakukan berdasarkan
tingkatan prioritas kepentingannya. Tabel QSPM dapat dilihat pada Tabel 20.
Pembobotan pada masing-masing faktor internal dan eksternal yang
digunakan pada matriks QSPM adalah sama dengan bobot yang digunakan pada
matriks IFE dan EFE sebelumnya. Sedangkan penilaian AS (Attractiveness Score)
didapat dari hasil kuisioner terhadap para pakar industri kulit di Bantul. Berdasarkan
hasil diskusi dengan pakar, pencocokan permasalahan dengan strategi, serta penilaian
melalui QSPM, urutan prioritas strategi yang diusulkan untuk industri kulit di
Manding adalah;
1. Melakukan pemasaran berbasis internet, dengan jumlah TAS 9.442.
2. Pemberian informasi produk dan merk dagang, dengan jumlah TAS 8.901.
3. Mengoptimalkan fungsi paguyuban pengrajin Manding, dengan jumlah TAS
7.644.
4. Menjalin kerjasama dengan pihak travel agen pariwisata, dengan jumlah TAS
7.394.
5. Tetap menjaga mutu produk dengan harga bersaing, dengan jumlah TAS 7.304.
6. Memproduksi produk kulit yang unik dan dalam jumlah terbatas, dengan jumlah
TAS 7.138.
7. Pengembangan produk kulit ikan pari yang sedang digemari masyarakat, dengan
jumlah TAS 7.008.
8. Mendirikan showroom milik bersama serta menambahan fasilitas umum, dengan
jumlah TAS 6.325.
Tabel 20 Matriks QSPM
Faktor Strategis Bobot
Alternatif Strategi
SO1 SO2 SO3 ST2 WO1 WO2 WO4 WT1
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
S1 : Lokasi usaha yang
strategis 0.064 8 0.511 6 0.383 2 0.128 3 0.192 7 0.447 1 0.064 4 0.255 5 0.319
S2 : Nama besar manding,
desa wisata 0.085 8 0.681 7 0.596 1 0.085 2 0.170 6 0.511 3 0.255 4 0.341 5 0.426
S3 : Terjaminnya
ketersediaan bahan
baku 0.069 1 0.069 3 0.208 6 0.416 8 0.555 2 0.139 7 0.486 5 0.347 4 0.277
S4 : Kualitas produk
memuaskan 0.097 2 0.194 5 0.484 6 0.581 8 0.775 1 0.097 7 0.678 4 0.387 3 0.291
S5 : Kental suasana
kekeluargaan dalam
bisnis 0.036 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000
S6 : Harga produk lebih
murah 0.058 4 0.234 7 0.409 6 0.350 8 0.467 2 0.117 5 0.292 1 0.058 3 0.175
S7 : Produk unik sesuai
pesanan 0.067 2 0.133 6 0.400 7 0.466 5 0.333 1 0.067 8 0.533 3 0.200 4 0.266
W1 : Jaringan kerjasama
terbatas 0.099 7 0.692 6 0.593 2 0.198 3 0.297 4 0.396 1 0.099 8 0.791 5 0.495
W2 : promosi kurang
agresif, 0.082 7 0.572 6 0.490 3 0.245 1 0.082 4 0.327 2 0.163 8 0.654 5 0.409
W3 : Inovasi desain
produk rendah 0.071 2 0.143 6 0.429 7 0.500 5 0.357 1 0.071 8 0.571 3 0.214 4 0.286
W4 : Tidak ada merk
dagang 0.043 4 0.170 7 0.298 3 0.128 2 0.085 6 0.255 5 0.213 1 0.043 8 0.341
W5 : Keterbatasan modal,
sarana prasarana
umum 0.062 2 0.124 3 0.185 4 0.247 1 0.062 6 0.371 5 0.309 8 0.495 7 0.433
W6 : Showroom (sedikit
milik pengrajin,
menjual produk luar
manding) 0.067 4 0.269 7 0.471 2 0.135 1 0.067 8 0.538 3 0.202 5 0.337 6 0.404
W7 : Tingkat pendidikan
rendah 0.100 3 0.299 7 0.697 5 0.498 4 0.398 1 0.100 6 0.598 8 0.797 2 0.199
Tabel 20 Matriks QSPM (lanjutan)
Faktor Strategis Bobot
Alternatif Strategi
SO1 SO2 SO3 ST2 WO1 WO2 WO4 WT1
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
O1 : Ketersediaan kredit
bagi IKM 0.063 2 0.125 5 0.313 6 0.375 1 0.063 7 0.438 4 0.250 8 0.500 3 0.188
O2 : Dukungan
pemerintah 0.095 7 0.668 6 0.573 4 0.382 1 0.095 8 0.764 3 0.286 5 0.477 2 0.191
O3 : Jumlah penduduk
meningkat 0.044 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000
O4 : Keunikan produk
kulit 0.080 3 0.239 5 0.398 7 0.558 6 0.478 2 0.159 8 0.637 1 0.080 4 0.319
O5 : Teknologi
informasi 0.055 7 0.385 8 0.440 2 0.110 4 0.220 1 0.055 6 0.330 3 0.165 5 0.275
O6 : Produk kulit pari
yang sedang
digemari 0.076 3 0.227 4 0.302 7 0.529 6 0.453 2 0.151 8 0.604 1 0.076 5 0.378
O7 : produk sepatu,
jaket dan tas
merupakan
kebutuhan pokok 0.058 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000
T1 : Kenaikan harga
BBM 0.099 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000
T2 : Mudahnya pemain
baru masuk 0.045 7 0.313 8 0.357 3 0.134 2 0.089 6 0.268 1 0.045 4 0.179 5 0.223
T3 : Keberadaan
perusahaan sejenis 0.096 7 0.673 8 0.769 1 0.096 4 0.385 3 0.288 6 0.577 2 0.192 5 0.481
T4 : Adanya produk
substitusi 0.067 5 0.333 4 0.266 2 0.133 7 0.466 6 0.400 8 0.533 3 0.200 1 0.067
T5 : Bahan baku impor
lebih berkualitas 0.060 4 0.242 3 0.181 2 0.121 7 0.423 1 0.060 8 0.484 6 0.363 5 0.302
T6 : Kulit imitasi
semakin
menyerupai kulit
asli 0.065 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000
T7 : Bahan baku relative
mahal 0.099 1 0.099 2 0.198 6 0.593 8 0.791 3 0.297 7 0.692 5 0.495 4 0.396
2.00 100 7.394 129 9.442 94 7.008 97 7.304 88 6.315 120 8.901 100 7.644 100 7.138
Urutan strategi prioritas
4
1
7
5
8
2
3
6
Strategi yang memiliki TAS terbesar ditunjuk sebagai prioritas pertama dan
paling penting di antara strategi lain. Peran penting disini mengacu kepada peran
dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi (David 2009). Berdasarkan nilai TAS
QSPM terbesar maka terdapat tiga alternatif strategi prioritas yang relevan untuk
dijalankan oleh perusahaan yaitu: melakukan pemasaran berbasis internet; pemberian
informasi produk dan merk dagang; dan mengoptimalkan fungsi paguyuban pengrajin
Manding. Ketiga strategi tersebut dinilai mampu mengatasi permasalahan utama
pengrajin kulit di Manding yaitu permasalahan pemasaran serta permasalahan
permodalan, sehingga dengan teratasinya permasalahan utama dinilai mampu
meningkatkan daya saing industri kulit di sentra industri kulit Manding.
Validitas dan Implementasi Strategi
Validasi adalah proses penentuan apakah model, sebagai konseptualisasi atau
abstraksi, merupakan representasi berarti dan akurat dari sistem nyata? (Hoover dan
Perry, 1989). Validasi strategi dalam penelitian ini adalah proses penentuan apakah
strategi yang dihasilkan dan terpilih sesuai dengan permintaan para pakar, sebagai
responden, untuk mengatasi permasalahan nyata di industri kulit Manding, sehingga
dapat meningkatkan daya saingnya.
Strategi bersaing yang diterapkan pelaku industri kulit di Manding saat ini
adalah: memberikan kartu nama pada konsumen yang telah membeli, itu pun juga
jika konsumen meminta; terkadang mengikuti pameran yang ditawarkan oleh
pemerintah; memberi potongan kepada pembeli yang membeli dalam jumlah yang
besar; memajangan produk di showroom. Strategi ini kurang efektif dalam menarik
minat kosumen dan memperluas area pemasaran. Strategi bersaing yang diusulkan
dari hasil penelitian ini lebih agresif dalam menarik minat konsumen dan tepat dalam
menangani permasalahan yang menyebabkan rendahnya daya saing industri kulit di
Manding. Dibandingkan dengan pesaingnya yaitu industri kulit Cibaduyut,
Mojokerto, Tanggulangin, dan Garut, secara mutu dan harga produk Manding cukup
bersaing, hanya saja model produk kurang bervariasi, promosi sangat minim dan
jaringan kerjasama pemasaran yang sempit.
Industri kulit di Manding dapat melaksanakan berbagai strategi dalam upaya
peningkatan daya saingnya. Implementasi strategi peningkatan daya saing ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada di dalam lingkungan perusahaan maupun
yang ada diluar lingkungan perusahaan. Berdasarkan identifiksi permasalahan faktor
pemasaran merupakan faktor yang paling berpengaruh karena faktor pemasaran akan
mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam mencapai penjualan, pasar maupun
profitabilitas. Permasalahan kedua adalah permodalan, yang menyangkut operasional
dan pengembangan industri.
Strategi pertama yaitu dengan melakukan pemasaran berbasis internet. Hasil
validasi terhadap pakar adalah: strategi pemasaran berbasis internet sangat baik untuk
mendukung pengembangan sentra industri kulit di Manding, ini disebabkan
pemasaran produk kulit Manding saat ini masih bersifat konvensional dan sulit
berkembang. Aplikasi dapat berupa pembuatan website atau toko online, bergabung
dalam forum jual beli seperti jualbeli.com, berniaga.com dan kaskus.com, maupun
penggunaan media sosial seperti facebookdan twitter sebagai sarana promosi dan
transaksi online.
Kefektifan pemasaran berbasis internet dikarenakan media internet sudah
menjadi gaya dan kebutuhan hidup saat ini. Berbagai informasi dapat diperoleh
dengan mengakses internet, jaringan social dan forum jual beli juga sangat digemari
masyarakat saat ini. Keunggulan pemasaran berbasis internet atau bisa disebut toko
online adalah: jika ingin mengembangkan pasarnya tanpa dukungan modal cukup,
toko online membawa keuntungan dari segi set-up toko yang murah; mampu
menjangkau pelanggan atau area pasar baru; serta efektifitas dan efisiensi operasional
toko online, dari sisi biaya, waktu, tenaga kerja, serta kefektifan kegiatan promosi.
Keuntungan lain mempunyai online shop adalah dari sisi kemudahan pengelolaan
produk, kemudahan pengelolaan produk bisa dimiliki mulai dari input deskripsi
produk, input harga, kode barang, spesifikasi lengkap, foto dan lain sebagainya.
Selain itu, dengan toko online pemilik mempunyai kemudahan dalam pengelolaan
order dari konsumen yang memesan produk. Hal ini dikarenakan online shop
professional ditunjang dengan beberapa rancangan system yang memang disiapkan
untuk berjualan secara online dengan CMS (Sistem Pengelolaan Konten) khusus toko
online.
Keunggulan toko online juga bisa dilihat dari sisi konsumen. Toko online
akan memudahkan konsumen ketika ingin memesan banyak produk maupun beberapa
produk dalam satu kali pemesanan. Hanya dengan menekan tombol “klik” maka
proses order akan semakin mudah. Pemilik toko online juga akan mendapatkan data
produk yang dipesan dan data pengiriman barang dan tentunya data konsumen secara
lengkap. Selain itu, jika ditinjau dari segi profesionalitas, hal ini berhubungan dengan
kepercayaan pelanggan. Secara instingtif, calon pelanggan akan percaya bahwa toko
online tersebut bukan penipuan hanya dengan melihat bentuk toko online tersebut,
karena pasti jika penipuan tidak akan menggunakan website berbayar dan
professional.
Toko online Manding akan mempunyai nama domain dan tempat yang sangat
mandiri, karena dengan tampilan khusus akan memajang produk Manding sendiri
dilengkapi dengan logo atau tampilan depan tentang toko online Manding, misalnya
www.tokomanding.com. Mengenai metode pembayaran, pemilik toko online dapat
menjadi nasabah bank yang mempunyai jaringan perbankan yang luas. Selain itu,
tersedia juga pilihan system Internet Banking. Ini akan memudahkan pemilik untuk
memonitor pembayaran secara cepat, tanpa perlu harus mengecek ke kantor bank atau
melalui ATM.
Implementasi strategi pembuatan website atau toko online Manding sebagai
media promosi dan transaksi jual beli online. Toko online menggunakan dua versi
bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Bahasa Indonesia untuk
membidik konsumen dalam negeri sedangkan bahasa Inggris untuk menarik
konsumen asing maupun eksportir. Segmentasi pasarnya dibuat untuk konsumen
kelas menengah keatas, ini berdasarkan data penyebaran bagi konsumen dimana rata-
rata konsume memiliki penghasilan diatas 2.5 juta tiap bulan. Toko online tersebut
bercerita mengenai sejarah sentra industri kulit Manding, yang merupakan bisnis
turun temurun, dengan mutu yang sangat terjaga namun memiliki harga yang
terjangkau. Menonjolkan kesan eksotis, elegan dan eksklusif khas produk kulit
dengan Desain yang dapat dipesan sesuai dengan keinginan konsumen sehingga
produk memiliki keunikan tersendiri yang tidak banyak ditemukan di pasaran.
Memperlihatkan foto catalog produk yang dapat dibeli secara online maupun offline
dengan mendatangi showroom. Mencantumkan informasi yang lengkap mengenai
alamat, kontak showroom, harga produk, serta prosedur pemesanan maupun
pembelian produk. Alur tata letak katalog produk bisa Anda atur sedemikian rupa
agar tampak lebih mantak ketika dilihat oleh konsumen.
Pembuatan website atau toko online dapat dilakukan dengan bantuan
Kementerian Perindustrian Kabupaten Bantul, ATK dan ISI Yogyakarta. ISI
Yogyakarta dapat membantu dalam pembuatan Desain website serta proses
konstruksi website. Website Manding yang terhubung dengan website departemen
perindustrian Kabupaten Bantul, serta pengenalan website Manding kepada pihak-
pihak yang memiliki kerjasama dengan Kementerian Perindustrian. Operasional dan
perawatan website diajarkan dan didampingi oleh ATK secara kontinyu dan
berkelanjutan sampai akhirnya para pengrajin industri kulit di Manding mampu
melaksanakan sendiri. Pendampingan ini dapat dilakukan dengan cara mengirimkan
mahasiswa ATK setiap tahunnya yang secara khusus mendapatkan tema tugas akhir
yaitu pendampingan website Manding. Pembentukan website Manding sangat
membutuhkan komitmen dan keseriusan para pelaku industri kulit Manding, karena
selama ini teknologi informasi internet belum dipelajari para pelaku industri,
sehingga menjadi hal yang cukup baru.
Pesaing industri kulit Manding yang telah menggunakan toko online adalah
industri kulit Cibaduyut. Contoh toko online yang dimiliki Cibaduyut antara lain:
sepatucibaduyut.web.id; cibaduyutshoes.com; dan tokosepatucibaduyut.com. Fitur
yang ditawarkan dalam toko online ini antara lain: cerita singkat tentang Cibaduyut
dan toko online tersebut, katalog produk dengan pemisahan kategori produk, produk
terbaru, kontak pemilik beserta lokasi toko nyata, member keanggotaan pelanggan,
cara pendaftaran menjadi member, cara pembayaran, promo yang sedang
berlangsung, penghubung kealamat media social yang digunakan, melayani
pemesanan dengan disain dari konsumen, informasi cara pengiriman barang, cara
menjadi reseller, dan ketentuan garansi, serta fasilitas chat dengan pemilik toko.
Produk Cibaduyut yang dijual secara online juga telah memiliki merk dagang sendiri,
contoh: Garuci, Golfer, Garsel, dan Java7. Kepemilikan toko online Cibaduyut ini
membuat produk Cibaduyut semakin dikenal masyarakat Indonesia bahkan dunia
dunia. Cakupan pasar produk yang tidak terhingga karena toko online ini bisa
dijangkau masyarakat diseluruh tempat. Toko online ini dapat dijadikan contoh dan
acuan dalam pembuatan toko online untuk industri kulit Manding. Lampiran 12
menunjukan gambaran toko online yang dimiliki Cibaduyut.
Aplikasi strategi melakukan pemasaran berbasis internet dengan bergabung
dalam forum jual beli seperti jualbeli.com, berniaga.com dan kaskus.com, maupun
penggunaan media sosial seperti facebook dan twitter sebagai sarana promosi dan
transaksi online. Contoh forum jual beli “www.tokobagus.com,” sebagaimana tertulis
dalam halaman situsnya, Toko Bagus adalah pusat jual beli online terbesar di
Indonesia. Tempat untuk mencari barang baru dan bekas berkualitas seperti produk
handphone murah, komputer, fashion, mobil bekas, motor, rumah dan properti,
pertalatan rumah tangga, aneka jasa dan juga lowongan kerja. Toko Bagus memiliki
sejumlah kelebihan. Untuk para penjual, pasang iklan gratis adalah salah satu layanan
yang disediakan oleh Toko Bagus. Iklan Anda akan dilihat oleh ratusan ribu orang
setiap harinya. Bertransaksi di Toko Bagus, baik jual maupun beli tidak dikenakan
biaya, semua disediakan gratis. Toko Bagus.com berperan sebagai pihak ketiga
dimana pembeli dapat menitipkan barang jualannya berupa gambar-ganbar produk
yang akan dijual sehingga dapat dilihat oleh calon konsumen. Foto-foto itu bisa diberi
keterangan atau informasi mengenai produk dan juga harga jualnya. Kemudian, Toko
Bagus juga dapat dimanfaatkan oleh para usahawan kecil dan menengah untuk
memperkenalkan produk mereka kepada khalayak secara umum. Lampiran 13
menunjukan gambaran forum jual beli Toko Bagus.
Strategi dengan melakukan pemasaran berbasis internet dinilai mampu
mengatasi permasalahan pemasaran antara lain: lemahnya kegiatan promosi,
sempitnya jaringan kerjasama, minimnya informasi produk asli Manding kepada
konsumen, serta diharapkan dapat meningatkan jumlah penjualan dan pendapatan
para pelaku industri kulit di Manding.
Strategi kedua yaitu dengan pemberian informasi produk dan merk dagang,
merupakan strategi yang cukup sederhana. Setiap pelaku industri harus memiliki
merk sendiri yang diakhiri dengan kata “Manding”. Sebagai contoh bapak Ekwanto
yang memiliki showroom Laras, memilik merk dagang “Laras Manding”. Paguyuban
pengrajin Manding harus memiliki data semua merk yang dimiliki pengrajin
Manding, sehingga produk kulit asli Manding dapat diidentifikasikan konsumen, dan
dapat dibedakan dengan produk hasil industri luar Manding. Strategi pemberian merk
dagang produk dan informasi produk dinilai mampu mengatasi permasalahan
pemasaran yaitu tuntutan 50% responden konsumen untuk memberikan identitas
produk asli pengrajin Manding. Merk juga dapat digunakan sebagai sarana promosi.
Hasil validasi terhadap pakar adalah: gagasan strategi pemberian merk produk di
IKM Manding sangat baik untuk dilakukan, sehingga produk kulit IKM Manding
mempunyai ciri khas tersendiri dan memberikan image baik bagi konsumen.
Strategi ketiga dengan mengoptimalkan fungsi paguyuban pengrajin Manding.
dengan mengoptimalkan fungsi paguyuban pengrajin Manding agar para pengrajin
kulit di Manding berperan serta aktif dalam kegiatan pameran dan pelatihan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah daerah Bantul. Hasil validasi terhadap pakar adalah:
strategi pengoptimalan peguyuban pengrajin sangat baik, karena selama ini meskipun
ada paguyuban pengrajin namun belum berfungsi secara maksimal.
Pameran harus dimanfaatkan oleh pengrajin kulit di Manding sebagai ajang
promosi dan memperluas jaringan kerjasama, dengan mengikuti pameran konsumen
dapat lebih mengenal produk-produk kulit Manding, dan sebaiknya pameran
dilakukan secara terbuka di lokasi yang mudah dijangkau oleh perusahaan maupun
konsumen. Pelatihan dapat meningkatkan ketrampilan pengrajin dalam berinovasi,
melaksanakan kegiatan administrasi dan keuangan, serta penyuluhan untuk
pengelolaan dan pengembangan bisnisnya.
Paguyuban memberikan fasilitas pendampingan administrasi pengajuan kredit
bagi IKM (micro banking), yang telah disediakan oleh pihak pemerintah maupun
lembaga keuangan. Ini dikarenakan banyak pengrajin kulit Manding yang belum
mengetahui keberadaan bantuan ini dan persyaratan yang harus dipenuhi untuk setiap
jenis dan jumlah pendanaan. Dalam jumlah bantuan kredit tertentu pada micro
banking bahkan tidak meminta adanya jaminan, misalnya pada Bank Mandiri untuk
kredit dibawah Rp. 10 juta, persyaratan yang harus dipenuhi adalah usia pemohon
minimal 21 tahun, WNI, KTP dan surat keterangan usaha. Bentuk kredit ini bisa
berupa kredit jangka pendek, menengah ataupun panjang dengan tanpa agunan atau
dengan agunan yang ringan. Ini tergantung dari jumlah dana yang dipinjam dan
kemampuan pengembalian oleh perusahaan. Pihak pemberi kredit memiliki hak untuk
memantau penggunaan kredit yang diberikan. Untuk memudahkan pemberian kredit
perusahaan sebaiknya membentuk kelompok sehingga koordinasi dapat dilakukan
dengan baik. Perusahaan harus menyiapkan laporan keuangan sesuai standar yang
ditetapkan sehingga memudahkan dalam penentuan jumlah kredit yang bisa diterima
perusahaan. Strategi ini diharapkan mampu mengatasi permasalahan permodalan
yang dihadapi para pengrajin kulit di Manding, sehingga dapat mengembangkan
usahanya.
Implementasi strategi peningkatan daya saing yang bisa dilaksanakan oleh
para pelaku industri kulit di Manding diharapkan dapat meningkatkan volume
penjualan, menciptakan pasar, dan meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Penerapan strategi ini memerlukan sosialisasi, tambahan SDM dan pendanaan. Selain
itu, ketiga strategi tersebut dinilai mampu mengatasi permasalahan utama pengrajin
kulit di Manding yaitu permasalahan pemasaran dan permasalahan permodalan.
Sehingga dengan teratasinya permasalahan utama dinilai mampu meningkatkan daya
saing industri kulit di sentra industri kulit Manding.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN