4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Umum Penelitianrepository.ub.ac.id/6660/5/5. BAB...
Transcript of 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Umum Penelitianrepository.ub.ac.id/6660/5/5. BAB...
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Umum Penelitian
Lokasi penelitian ini terletak di Desa Kandang Semangkon, Kecamatan
Paciran, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan keadaan
topografinya, Desa Kandang Semangkon berada pada 5 sampai dengan 10
meter dari permukaan air laut sehingga wilayah ini termasuk dataran rendah.
Jarak lokasi penelitian dari jalan raya yaitu 500 m, jarak dari pemukiman yaitu 10
m (untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Lampiran peta Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan Jawa Timur). Batas-batas wilayah Desa Kandang
Semangkon sebelah utara yaitu Laut Jawa, sebelah selatan yaitu Desa Dadapan
Kecamatan Solokuro, sebelah barat yaitu Kelurahan Blimbing dan Kecamatan
Brondong, sebelah Timur yaitu Desa Paciran.
Pantai di Kandang Semangkon memiliki perairan yang relatif bersih, akan
tetapi kawasan pantai yang ada di daerah Kecamatan Paciran telah mengalami
banyak perubahan. Salah satu perubahan dari kawasan pantura Kecamatan
Paciran ini adalah meningkatnya kawasan industri di berbagai sektor. Sumber
pencemar yang masuk di perairan pantura khususnya di perairan Kecamatan
Paciran diduga berasal dari aktifitas manusia, limbah industri, transportasi kapal
nelayan maupun kapal kargo yang melewati wilayah perairan tersebut.
Pantai yang digunakan dalam penelitian ini termasuk pantai yang ada di
kawasan pantai utara atau yang biasa disebut dengan pantura. Kawasan
mangrove di Kecamatan Paciran terdapat 2 lokasi yaitu di Desa Paciran dan
Desa Kandang Semangkon, akan tetapi kawasan mangrove di Desa Paciran
tidak seluas di Kaasan Desa Kandang Semangkon.
31
4.2 Parameter Kualitas Air
Hasil pengukuran parameter kualitas air yang didapatkan di lapang
menunjukkan hasil yang berbeda dari satu titik pengambilan sampel ke titik
lainnya. Titik pengambilan sampel kualitas air di tentukan berdasarkan lokasi
pengambilan sampel pohon mangrove Avicennia marina. Pengambilan sampel
pada titik 1 ditentukan dari gabungan antara wilayah stasiun 1 dan 2, sedangkan
titik pengambilan sampel ke 2 ditentukan dari gabungan antara wilayah stasiun 3
dan 4. Penentuan titik sampel ini dimaksudkan karena pengukuran dilakukan
langsung di lapang, selain itu juga pada perairan laut terdapat arus dan
gelombang yang bisa menyebabkan percampuran massa air secara terus
menerus. Hasil pengukuran kualitas air dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air
Parameter Titik Pengambilan Sampel
Rata-rata 1 2
Suhu (oC) 32,8 32,8 32,8
Salinitas (o/oo) 48 49 48.5
Derajat Keasaman (pH)
6,83 6,77 6,8
a. Suhu (oC)
Suhu air pada saat pengambilan sampel di kawasan mangrove Desa
Kandang Semangkon berkisar 32,8 oC. Kisaran suhu pada perairan pengambilan
sampel dapat dikatakan sangat tinggi, hal ini diduga disebabkan tingginya
intensitas sinar matahari yang diserap oleh perairan. Hal ini juga bisa disebabkan
karena pengukuran suhu dilakukan pada saat menjelang sore hari serta
kerapatan pohon mangrove pada lokasi penelitian tidak teratur. Dari hasil
pengukuran suhu yang telah diperoleh, dapat dikatakan bahwa tidak ada
perbedaan suhu air pada tiap titik pengambilan sampel.
32
Besaran suhu pada perairan dapat mempengaruhi logam berat yang
terdapat pada lingkungan perairan. Semakin besar suhu pada perairan tersebut,
maka kandungan logam berat dapat terserap dengan baik oleh tumbuhan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Ngugi et al. (2016), bahwa perubahan suhu tidak
hanya mempengaruhi laju difusi ion logam, akan tetapi juga mempengaruhi
kelarutan ion logam. Suhu yang optimal adalah pada suhu di atas suhu kamar.
Kisaran suhu dapat disebabkan oleh kerapatan mangrove saat stasiun
pengamatan. Kerapatan pohon mangrove yang jaraknya tidak terlalu dekat dapat
menyebabkan intensitas sinar matahari langsung menembus badan perairan dan
menyebabkan suhu tinggi pada siang hari (Jesus, 2012). Menurut Alwidakdo et
al. (2014), suhu berperan penting dalam proses fisiologis (fotosintesis dan
respirasi). Suhu juga berpengaruh terhadap perkembangan tumbuhan dan
perubahan faktor fisik terutama pada substrat dan air.
b. Salinitas (‰)
Hasil pengukuran salinitas yang diperoleh pada titik pengambilan sampel
1 sebesar 48 ppt dan pada titik ke 2 sebesar 49 ppt. Berdasarkan hasil
pengkuran salinitas tersebut, dapat dikatakan bahwa rata-rata salinitas air laut di
kawasan mangrove sebesar 48,5 ppt. Dari hasil pengukuran salinitas di perairan
Desa Kandang Semangkon dapat disimpulkan bahwa salinitas pada perairan
tersebut adalah tinggi. Besaran salinitas yang ada di kawasan mangrove Desa
Kandang Semangkon ini bisa disebabkan karena lokasi mangrove berhadapan
langsung dengan laut lepas dan jauh dari masukan air tawar yang berasal dari
daratan. Besaran salinitas pada perairan dapat mempengaruhi tingkat
bioakumulasi logam berat pada mangrove. Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Modassir (2000), bahwa peningkatan salinitas pada perairan
33
dapat menyebabkan tingkat bioakumulasi logam berat pada mangrove semakin
meningkat. Akumulasi lebih besar terjadi pada salinitas diatas 30 ppm.
Salinitas diukur berdasarkan jumlah garam-garam klorida terlarut dalam
air dan dinyatakan sebagai perbandingan jumlah garam terlarut terhadap volume
air dalam satuan permil (‰) (Kristanti et al., 2007). Menurut Wantasen (2013),
salinitas air merupakan faktor penting dalam pertumbuhan, daya tahan, dan
zonasi spesies mangrove. Salinitas yang tinggi akan berdampak pada lokasi
mangrove, semakin jauh dari tepian perairan maka secara umum pohon
mangrove akan menjadi kerdil dan berkurang spesiesnya.
c. Derajat Keasaman (pH)
Nilai pH yang diperoleh dari titik pengambilan 1 sebesar 6,83 dan pada
titik ke 2 yaitu 6,77. Kisaran nilai derajat keasaman (pH) dari kedua titik
pengambilan sampel menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang sangat
signifikan. Dapat dikatakan bahwa nilai rata-rata derajat keasaman (pH) pada
lokasi penelitian yaitu sebesar 6,8. Nilai derajat keasaman (pH) tersebut
menggambarkan keseimbangan antara asam dan basa dalam perairan dan yang
diukur adalah konsentrasi ion hidrogen.
Nilai derajat keasaman merupakan salah satu parameter yang dapat
mempengaruhi kandungan logam berat dalam perairan. Ngugi (2015)
menyatakan bahwa pH merupakan parameter pengendali penting dalam proses
adsorpsi. Nilai pH pada kisaran 6.0 - 7.0 mampu meningkatkan jumlah ion logam
yang teradsorbsi pada tumbuhan.
Berdasarkan hasil pengukuran pH pada perairan, dapat disimpulkan
bahwa perairan di kawasan mangrove Desa Kandang Semangkon bersifat asam.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Husainy et al. (2014),
bahwa kondisi pH di perairan mangrove biasanya bersifat asam. Sifat asam pada
34
perairan mangrove disebabkan banyaknya bahan organik pada kawasan
tersebut. Fungsi pH sendiri menjadi faktor pembatas karena masing-masing
organisme memiliki toleransi kadar maksimal dan minimal nilai pH.
4.3 Analisis Kandungan Logam Berat Pb
Nilai kandungan logam berat Pb dalam masing-masing stasiun
didapatkan hasil yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil yang didapatkan, nilai
kandungan logam berat Pb yang paling banyak terdapat pada sedimen. Hasil
analisis kandungan logam berat pada sampel air, sedimen, akar dan daun dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisis Kandungan Logam Berat Pb
Sampel
Hasil Analisis Kandungan Logam Berat Pb (ppm)
Rata-rata Titik Pengambilan 1 Titik Pengambilan 2
Stasuin 1 Stasuin 2 Stasuin 3 Stasuin 4
Air 0,0014 0,0016 0,0015
Sedimen 9,8952 9,0839 9,5108 8,5869 9,2692
Akar 6,3358 5,5160 5,9365 5,0207 5,70225
Daun 1,2069 1,0314 1,1218 0,9505 1,07765
4.3.1 Kandungan Logam Berat Pb dalam Air
Pengambilan sampel dalam pengukuran logam berat Pb perairan dibagi
menjadi 2 titik sampel. Titik pengambilan sampel 1 terdiri dari wilayah stasiun 1
dan 2, sedangkan titik ke 2 terdiri dari wilayah stasiun 3 dan 4. Pengambilan 2
titik sampel ini dimaksudkan karena badan air pada perairan laut dapat bergerak
ke segala arah yang disebabkan oleh arus dan gelombang, sehingga
pengambilan 2 titik sampel dirasa sudah mewakili dari seluruh kandungan logam
berat Pb dalam perairan Desa Kandang Semangkon. Kandungan logam berat Pb
yang didapatkan pada sampel air sebesar 0,0014 ppm pada titik pengambilan
35
sampel 1 dan 0,0016 ppm pada titik pengambilan 2. Hasil analisis kandungan
logam berat Pb pada perairan kawasan mangrove di Desa Kandang Semangkon
dapat dilihat pada tabel 3.
Dari hasil kandungan logam berat Pb dalam air, didapatkan hasil rata-rata
sebesar 0,0015 ppm. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kandungan logam
berat Pb dalam perairan masih tergolong rendah. Rendahnya kandungan logam
berat Pb pada perairan tersebut diduga karena logam berat pada perairan telah
mengendap didalam sedimen. Hal ini sesuai dengan kondisi ketika pengambilan
sampel, dimana saat itu perairan di kawasan mangrove Desa Kandang
Semangkon sedang surut.
Sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun
2004 yang berisi bahwa baku mutu logam berat Pb dalam perairan laut yaitu
sebesar 0,005 ppm. Peningkatan kadar logam berat dalam air akan
mengakibatkan logam berat yang semula dibutuhkan untuk berbagai
metabolisme akan berubah menjadi racun bagi organisme akuatik. Apabila suatu
lingkungan terutama di perairan telah terkontaminasi bahan pencemar logam
berat, maka proses pembersihannya akan sulit sekali dilakukan (Yudo, 2006).
4.3.2 Kandungan Logam Berat Pb dalam Sedimen
Nilai kandungan logam berat Pb dalam sedimen di kawasan mangrove
Desa Kandang Semangkon berkisar antara 8,5869 - 9,8952 ppm. Hasil
pengukuran kandungan logam berat pada sedimen di kawasan mangrove Desa
Kandang Semangkon dapat dilihat pada Tabel 3.
Berdasarkan hasil analisis kandungan logam pada tabel di atas,
didapatkan hasil rata-rata kandungan logam berat Pb pada sedimen sebesar
9,2692 ppm. Tingginya hasil pengukuran kandungan logam berat Pb pada
sedimen diduga disebabkan karena adanya pengendapan logam berat yang
36
tinggi di kawasan mangrove Desa Kandang Semangkon. Nilai hasil pengukuran
kandungan logam berat Pb pada sedimen juga lebih besar jika dibandingkan
dengan nilai kandungan logam berat Pb pada perairan. Akan tetapi, berdasarkan
hasil analisis kandungan logam berat Pb tersebut, dapat dikatakan bahwa
sedimen pada kawasan mangrove Desa Kandang Semangkon termasuk
kedalam kategori belum tercemar.
Sedimentasi yang tinggi akan menyebabkan peningkatan ketebalan
tanah. Semakin tinggi sedimen pada ekosistem mangrove, maka sedimen
tersebut semakin banyak mengandung unsur hara (Noor et al., 2015). Maka tidak
menutup kemungkinan kandungan logam berat pada sedimen tersebut juga
semakin tinggi.
Menurut Ahmad (2009), kadar Pb dalam sedimen perairan yang berkisar
antara 0,059-11,207 ppm dapat dikatakan belum termasuk kategori tercemar,
meskipun telah terkontaminasi. Kontaminasi logam berat Pb pada sedimen
seiring berjalannya waktu akan dapat menimbulkan akumulasi baik pada tubuh
biota maupun tumbuhan perairan yang hidup di sekitar sedimen atau dasar
perairan. Panjaitan (2009) menyatakan bahwa tingginya kandungan logam Pb
dalam perairan akan mengalami pengendapan atau sedimentasi di dasar
perairan.
4.3.3 Kandungan Logam Berat Pb dalam Akar Avicennia marina
Hasil pengukuran kandungan logam berat dalam akar mangrove
Avicennia marina di Desa Kandang Semangkon pada stasiun 1 sebesar 6,3358
ppm, pada stasiun 2 sebesar 5,5160 ppm, sedangkan pada stasiun 3 dan 4
diperoleh hasil sebesar 5,9365 ppm dan 5,0207 ppm. Hasil analisis kandungan
logam berat Pb dalam Akar Avicennia marina dapat dilihat pada Tabel 3.
37
Dari nilai hasil pengukuran kandungan logam Berat Pb dalam Akar
Avicennia marina tersebut diperoleh hasil rata-rata sebesar 5,70225 ppm.
Besarnya kandungan logam berat Pb dalam akar mangrove Avicennia marina
diduga akibat adanya interaksi dengan sedimen yang mengandung banyak
endapan logam berat dibandingkan interaksi dengan kandungan logam berat
yang ada dalam perairan. Sehingga semakin banyak logam berat yang terserap
dalam akar mangrove Avicennia marina, maka akan menyebabkan kandungan
logam berat pada lingkungan semakin berkurang terutama pada sedimen. Hal ini
sesuai dengan pendapat dari Selanno et al. (2015) yang menyatakan bahwa nilai
logam Pb yang diserap oleh mangrove sangat tinggi, maka bisa dikatakan
mangrove tersebut lebih efektif dalam mengurangi bahan pencemar khususnya
Pb dalam lingkungan.
Pohon mangrove Avicennia marina dapat mencegah masuknya logam
berat Pb dari akar masuk ke jaringan lainnya. Sehingga menyebabkan
konsentrasi logam berat Pb di dalam akar lebih besar dibandingan dengan logam
berat pada jaringan lain (Sugiyanto et al., 2016). Supriyantini dan Soenardjo
(2015) menambahkan bahwa Avicennia marina dapat digunakan sebagai
indikator biologis lingkungan yang tercemar logam berat.
4.3.4 Kandungan Logam Berat Pb dalam Daun Avicennia marina
Kandungan logam berat timbal (Pb) dalam daun mangrove Avicennia
marina menunjukkan bahwa kandungan logam berat Pb tertinggi tedapat pada
sampel daun stasiun 1 dimana didapatkan hasil sebesar 1,2069 ppm. Sedangkan
kandungan sampel daun terendah terdapat pada stasiun 4 sebesar 0,9505 ppm.
Adapun hasil analisis kandungan logam berat timbal dalam Daun Avicennia
marina dapat dilihat pada Tabel 3.
38
Berdasarkan hasil analisis kandungan logam berat yang disajikan pada
Tabel 6, dapat dilihat bahwa rata-rata kandungan logam berat timbal (Pb) pada
setiap stasiun yaitu sebesar 1,07765 ppm. Dapat dilihat bahwa hasil analisis
kandungan logam berat yang didapatkan pada daun mangrove Avicennia marina
lebih rendah dibandingkan kandungan logam berat pada akar. Hal ini diduga
dapat disebabkan karena kandungan logam berat Pb yang terdapat dalam akar
telah disebarkan ke semua bagian pohon Avicennia marina baik itu ke batang
maupun ke daun.
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang berperan penting
dalam proses pertumbuhan pada tumbuhan, umumnya daun berwarna hijau
karena mengandung klorofil, dan berfungsi sebagai penangkap energi cahaya
matahari yang digunakan untuk berfotosintesis. Organ Pernafasan daun yaitu
stomata, yang berfungsi sebagai organ respirasi gas untuk fotositesis. Selain
gas-gas tersebut ada kemungkinan daun juga meyerap logam-logam berat
(Suprihatin et al., 2014).
Logam-logam yang telah masuk ke dalam tumbuhan melalui akar akan
didistribusikan ke daun. Di dalam daun, logam tersebut akan disimpan pada
daun-daun tua yang lama kelamaan akan mati dan jatuh, sehingga
konsentrasinya akan berkurang dalam tumbuhan. Kemungkinan logam yang
terserap dari udara seperti logam Hg, Pb dan Cd merupakan logam yang mudah
menguap dan sumber pecemarannya sendiri berasal dari proses-proses industri
yang menggunakan suhu tinggi dan buangan gas kendaraan bermotor. Daun
merupakan organ utama dalam proses fotosintesis, sehingga keberadaan logam-
logam ini akan mengganggu fungsi kerja enzim normal. Oleh karena itu
penanggulangan dilakukan di daun dengan melemahkan efek racun melalui
pengenceran (dilusi), yaitu dengan menyimpan banyak air untuk mengencerkan
39
konsentrasi logam berat dalam jaringan tubuhnya, sehingga mengurangi
toksisitas logam tersebut. Pengenceran dengan penyimpanan air di dalam daun
biasanya diikuti dengan penebalan daun (sukulensi) (Kristanti et al., 2007).
4.4 Faktor Biokonsentrasi
Perhitungan Faktor Biokonsentrasi (BCF) didapatkan dari perbandingan
antara konsentrasi Pb pada tumbuhan dengan konsentrasi Pb pada sedimen.
Konsentrasi Pb dalam tumbuhan diperoleh dari penjumlahan kandungan logam
berat pada akar dan daun. Hasil dari perhitungan nilai Faktor Biokonsentrasi
(BCF) dari setiap stasiun berkisar antara 0,695389 - 0,762261. Data hasil
perhitungan BCF dari masing-masing stasiun pengamatan dapat dilihat pada
Tabel 4.
Berdasarkan hasil perhitungan BCF pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa
rata-rata nilai BCF dari semua stasiun pengambilan sampel yaitu 0,7301395.
Nilai BCF pada mangrove Avicennia marina yang ada di Desa Kandang
Semangkon adalah rendah. Rendahnya nilai BCF tersebut dapat disebabkan
karena kandungan logam berat Pb pada sedimen lebih besar dibandingkan
dengan kandungan logam berat pada tumbuhan.
Akumulasi logam berat dihitung menggunakan Faktor Biokonsentrasi
(BCF). Faktor Biokonsentrasi digunakan untuk menghitung kemampuan akar dan
daun dalam mengakumulasi logam berat Pb (Siahaan et al., 2013). Menurut
Tidjani et al. (2016), nilai BCF <1 menunjukkan bahwa organisme perairan
memiliki kemampuan akumulasi bahan pencemar yang rendah, sedangkan nilai
BCF >1 menunjukkan bahwa organisme perairan memiliki kemampuan
akumulasi bahan pencemar yang tinggi.
40
4.5 Faktor Translokasi
Nilai hasil perhitungan Faktor Translokasi (TF) terendah terdapat pada
stasiun 2 yaitu sebesar 0,186979 dan nilai TF tertinggi pada stasiun 1 yaitu
sebesar 0,190484. Nilai perhitungan TF dari masing-masing stasiun dapat dilihat
pada Tabel 4.
Adapun hasil rata-rata nilai Faktor Translokasi (TF) yang disajikan pada
Tabel 4 adalah 0,188938. Nilai Faktor Translokasi tersebut diperoleh dari
perbandingan antara nilai kandungan logam berat Pb pada Akar dan nilai
kandungan logam berat Pb pada Daun.
Nilai Faktor Translokasi digunakan untuk menentukan besaran
penyerapan logam berat Pb dari akar ke bagian daun. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat mobilitas logam berat Pb pada
mangrove Avicennia marina di Desa Kandang Semangkon sangat rendah.
Rendahnya nilai TF disebabkan karena kandungan logam berat pada akar lebih
tinggi jika dibandingkan kandungan logam berat pada daun.
Menurut Hamzah dan Setiawan (2010), penumpukan logam di akar dapat
disebabkan karena akar mangrove mempunyai sistem penghentian transport
logam menuju daun terutama pada logam non esensial. Faktor translokasi akan
semakin tinggi nilainya jika faktor konsentrasi di daun lebih besar dibandingkan
dengan di akar (Syarifah, 2013). Menurut Hamzah dan Pancawati (2013),
besaran nilai TF yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa tingkat mobilitas logam
berat sangat rendah, sedangkan besaran nilai translokasi (TF) yang melebihi dari
1 menunjukkan bahwa tingkat mobilitas logam berat sangat tinggi.
4.6 Fitoremediasi
Nilai hasil perhitungan Fitoremidiasi (FTD) diperoleh dari selisih antara
nilai Faktor Biokonsentrasi (BCF) dan Faktor Translokasi (TF). Berdasarkan hasil
41
perhitungan FTD, diperoleh nilai FTD pada stasiun 1 sebesar 0,5718, pada
stasiun 2 sebesar 0,5338, serta stasiun 3 dan 4 sebesar 0,5532 dan 0,5061. Nilai
Fitoremidiasi (FTD) dapat dilihat pada Tabel 4.
Berdasarkan perhitungan FTD pada setiap stasiun, maka dapat diperoleh
nilai rata-rata sebesar 0,541225. Nilai Fitoremidiasi digunakan untuk melihat
kemampuan mangrove Avicennia marina dalam mengakumulasi logam berat Pb.
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Kariada (2014), bahwa
mangrove mempunyai peran sebagai bioakumulator logam berat yang baik.
Salah satu fungsi ekosistem mangrove adalah menyerap atau mengikat logam
berat. Tumbuhan mangrove ini termasuk jenis tumbuhan air yang mempunyai
kemampuan sangat tinggi untuk mengakumulasi logam berat yang berada pada
wilayah perairan (Ali dan Rina, 2010).
Untuk mengatasi permasalahan pencemaran air limbah yang
mengandung logam berat, baru – baru ini telah dikembangkan teknologi alternatif
yang dapat membantu proses pengolahan yaitu dengan teknologi fitoremediasi.
Pada pengolahan air limbah dengan menggunakan teknologi fitoremediasi,
tanaman atau tumbuhan memiliki peranan penting dalam mendukung proses
pengolahan, baik itu tanaman yang hidup di tanah ataupun tanaman yang hidup
di air. Namun tanaman yang sering digunakan dalam pengolahan air limbah
adalah tanaman yang hidup di air karena proses yang dilakukan lebih efisien dan
tanaman yang dapat bertahan dalam mengolaha air limbah adalah tanaman air
(Caroline dan Moa, 2015).
Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 7
Tahun 2014 yang menyatakan bahwa kemampuan hutan mangrove sebagai
pelindung pantai, kapasitas hutan sebagai tempat pemijahan dan pengasuh ikan
menurun, dan serapan karbon oleh hutan mangrove juga akan berkurang dengan
42
seiring meningkatnya pencemaran yang terjadi di lingkungan. Akan muncul
berbagai dampak sebagai akibat dari tercemarnya lingkungan perairan salah
satunya adalah rusaknya ekosistem.
Tabel 4. Hasil Perhitungan Nilai Faktor Biokonsentrasi (BCF), Faktor Translokasi (TF), dan Fitoremidiasi (FTD) pada Mangrove Avicennia marina.
Stasiun Biokonsentrasi
(BCF) Translokasi
(TF) Fitoremediasi
1 0,762261 0,190484 0,5718
2 0,720769 0,186979 0,5338
3 0,742139 0,188971 0,5532
4 0,695389 0,189318 0,5061
Rata-rata 0,7301395 0,188938 0,541225