37). Wita D
Transcript of 37). Wita D
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
Pengamatan Penyakit Damping off padaTanaman Mentimun di Berbagai
Tanah Persemaian di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir.
Surveilance of Damping off Disease in Cucumber Plant from Various
Nursery Soil in Pemulutan District Residence of Ogan Ilir.
Wita Despalina1*
), A. Muslim2
1Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya
2Penulis untuk korespondensi : HP.+6282281652381 *)
Corresponding author: [email protected]
ABSTRACT
Surveilance of Damping off Disease in cucumber plant from various nursery soil in Pemulutan
District, OganIlir. The objective of this research is to find the damping off disease in various
nursery soil sample from Pemulutan District. This research was conducted in green house,
department of plant pest and disease Faculty of Agriculture University of
SriwijayaInderalayaOganIlir, started from May to September 2005. The method was a survey
or observation method. The technique of sample taken was done in intentionally (purposive
sampling). The surveillance consist of indication causes of attack, percentage of attack and
intencity of attack. To find the species of disease on cucumber have done diagnose of disease
with microscopic observation in Laboratory. The result showed that the highest attack
percentage pre-emergence damping off is on soil sample’s I from PelabuhanDalam village at
42,5 percent, the highest attack percentage post-emergence damping off is on soil samples’sC
PemulutanIlir village at 100 percent and the highest attack intensity on soil sample’s C at 100
percent too.
Key words: Cucumber, damping off disease, pathogen
Abstrak
Pengamatan penyakit damping off pada tanaman mentimun di berbagai tanah persemaian
Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir. Tujuan dari risetini adalah untuk mengetahui
penyebab penyakit rebah semai (damping off) pada berbagai contoh tanah persemaian di
kecamatan Pemulutan.Risetini dilaksanakan di Rumah kaca Jurusan Hama Penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Inderalaya OganIlir, dimulai dari bulan
Mei sampai dengan bulan September 2005. Metode yang digunakan adalah metode survey
(observasi). Pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Data primer
langsung didapat dari lapangan dan kemudian dilanjutkan dengan mengadakan pengamatan di
labortorium. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada berbagai contoh tanah persemaian
tanaman mentimun, di kecamatan Pemulutan, persentase serangan penyakit pre-emergence
damping off tertinggi pada contoh tanah petani I dari desa Pelabuhan Dalam sebesar
42,5persen, persentase serangan post-emergence damping off tertinggi pada contoh tanah
petani C desa Pemulutan Ilir sebesar 100 persen dan intesitas serangan tertinggi juga pada
contoh tanah petani C sebesar 100 persen.
Kata kunci: Mentimun, Penyakit damping off, Patogen
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
PENDAHULUAN
Mentimun (Cucumissativus) adalah salah satu sayuran buah yang banyak dikonsumsi
oleh masyarakat Indonesia. Nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran ini merupakan
sumber kandungan mineral dan vitamin (Sumpena, 2002). Mentimun termasuk family
Cucurbitaceae yang telah dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber pangan yang penting.
Sebagian besar spesies berasal dari wilayah tropika dengan daerah berbeda-beda, dariAfrika,
Armenia Tropika dan dari Asia Tenggara (Sumpena, 2002). Tanaman mentimun berasal dari
India yang telah ditanam selamari buan tahun.
Mentimun juga dikenal telah dibudidayakan oleh bangsa Mesir danYunani. C. sativus
var. Hardwickii, nama takson liar yang berasal dari India, dianggap sebagai tetua C.sativus,
walaupun mungkin turunan liar (Rubatzky & Yamaguchi, 1999). Salah satu kendala dalam
produksi mentimun adalah adanya serangan penyakit Damping off atau penyakit rebah semai.
Semai atau tanaman yang baru saja tumbuhan di persemaian roboh lalu busuk dan mati,
penyebabnya cendawan Phytium debaryanum Hesse (Pracaya, 2003). Menurut semangun
(2000), rebah semai sering terjadi di persemaian cabai, terong, selada dan mentimun. Biji yang
membusuk didalam tanah atau semai dapat mati sebelum muncul kepermukaan tanah.
Penyakit tersebut disebabkan oleh jamur yang umum terdapat didalam tanah terutama
Rhizoctoniasolani Kuhn dan Phyium sp.
Timbulnya penyakit rebah semai akan lebih cepat terjadi bila temperature dan
kelembaban udara cukup tinggi, kerugian karena penyakit ini cukup besar. Menurut Agrios
(1996), kelembaban seperti suhu, mempengaruhi tahap awal dan perkembangan penyakit
tumbuhan infektif dalam beberap acara yang saling berkaitan. Pada banyak penyakit yang
mempengaruhi bagian tanaman di bawah tanah seperti akar sebagai contoh pada Phytium
penyebab patah roboh dan pembusukan biji. Keganasan penyakit sebanding dengan
kelembaban tanah dan paling tinggi saat mendekati titik jenuh.
Beberapa penyebab penyakit rebah semai adalah : Aphanomyces, Rhizoctonia, Phoma,
Gloeosporium, Colletotrichum, Phytium, Fusarium, Sclerotium, Phythophthora, Thielaviopsis,
Botrytis, Sclerotiniadan lain-lain. Kadang–kadang juga nematode parasite yang sering kali
menyebabkan oleh cendawan (Pracaya, 2003).
Berdasarkan uraian diatas penyakit ini cukup besar maka perlu diketahui lebih lanjut
gejala, penyebab dan persentase serangan penyakit damping off mentimun pada asal tanah
rawa lebak dengan berbagai macam tanah persemaian. Praktek Lapangan ini bertujuan untuk
mengetahui penyakit damping off mentimun pada berbagai sampel tanah persemaian.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca dan Laboratorium Fitopatologi Jurusan
Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Inderalaya.Pelaksanaan
praktek lapangan dimulai dari bulan Mei sampai bulan September 2005.Alat dan Bahan yang
digunakan pada penelitian ini adalah : 11 sampel tanah dari berbagai tanah persemaian yang
terdapat di kecamatan Pemulutan, benih mentimun, pupuk kandang, daun rumbia media PDA,
22 baki, bambu, cawan petri, Bunsen, kaca preparat, jarum preparat dan mikroskop.Riset ini
dilakukan dengan menggunakan metode survey (observasi).Data primer diambil langsung dari
lapangan dengan mengamati langsung persemaian yang terserang damping off.Tanah yang
digunakan berasal dari tanah persemaian petani yang berada dalam satu kecamatan, kemudian
diteruskan dengan mengadakan pengamatan di laboratorium.Cara kerja yaitu Ditentukan 11
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
contoh tanah yang berasal dari beberapa desa di kecamatan Pemulutan, semua contoh tanah
dimasukkan kedalam baki, 1 baki untuk control, tanah control disterilisasi dengan cara
memanaskan tanah dengan sinar matahari selama 3 hari berturut-turut. Semua contoh tanah
dibiarkan selama 2 hari dalam kondisi lembab.Penyemaian benih dilakukan setelah benih
mentimun direndam selama 1 malam.Pengamatan dilakukan 3 hari setelah benih ditanam
sampai bibit tanaman mentimun berumur kurang lebih 15 hari.Setelah pengamatan secara
makroskopis dilanjutkan dengan pengamatan secara mikroskopis dilaboratorium. Akar
mentimun yang terserang rebah kecampah diisolasi dengan menggunakan WA, buat preparat
dari isolate yang dihasilkan. Kemudian amatidibawah mikroskop agar lebih jelas penyebab
penyakit damping off pada mentimun. Parameter pengamatan dengan melihat gejala serangan,
penyebab penyakit, persentase serangan dan intensitas serangan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan gejala yang terlihat mula-mula tanaman layu.Pada
pangkal batang tanaman semai yang terinfeksi penyakit membusuk, berlekuk dan akhirnya
tanaman menjadi rebah atau roboh.Pada tanaman semai yang sakit terdapat benang-benang
yang berwarna putih kecoklatan dan menyebabkan tanaman yang terinfeksi penyakit tersebut
terikat dengan tanah.
Gambar 1.Tanaman mentimun sehat (A), tanaman mentimun yang terserang rebah
kecambah (B).
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada semai mentimun dari berbagai
tanah persemaian dalam kecamatan Pemulutan ditemukan satu macam penyakit yang
disebabkan oleh Fusarium oxysporum Schlect.Yang ditunjukkan dengan koloni cendawan
yang berwarna ungu.Cendawan Fusarium oxysporum Schlect mempunyai koloni yang
berwarna ungu, merah muda, dan berwarna kuning (Barnett, 1981).
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
Gambar 2. Isolat jamur Fusarium oxysporum Schlecht
Gejala serangan yaitu mula-mula tanaman menjadi layu, bibit muda yang masih lunak
terserang pada bagian hipokotil atau bagian batang yang letaknya dibawah keping lembaga
yang terinfeksi akan terlihat kebasah-basahan, membusuk, dan menjadi lunak serta mengerut.
Pada akhirnya batang tidak bisa menahan beratnya keping dan batang atas sehingga tanaman
menjadi mudah rebah dan akhirnya mati.
Hasil perhitungan persentase serangan pre emergence damping off tertinggi pada sampel
tanah I yang berasal dari desa Pelabuhan Dalam sebesar 42,5 % dan sedangkan yang
persentase serangan post emergence damping off tertinggi sampai 15 hari pengamatan yaitu
pada sampel tanah C dari desa Pemulutan Ilir sebesar 100%. Intensitas serangan tertinggi juga
pada sampel tanah C sebesar 86,7%. Tingginya persentase serangan dan intensitas serangan
disebabkan oleh kondisi tanah untuk semaian kemungkinan sudah terinfestasi dengan
penyebab pathogen ini, kelembaban yang tinggi yang semakin memacu serangan rebah
kecambah.Factor lainnya juga yang dapat mempengaruhi perkembangan penyakit ini adalah
lokasi tanah lebak yang banyak terendam air dan bila musim hujan dating maka lahan tersebut
banjir atau terendam air, dimana air merupakan alat pengangkut bahan-bahan organic yang
sudah mengandung jamur tersebut dan bertahan hidup dalam waktu lama didalam tanah
sampai datangnya inang (Semangun, 1996).
Pengaturan jarak tanam semaian juga sangat penting, hal ini untuk mengurangi
kelembaban yang tinggi. Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi serangan
penyakit damping off adalah pemanasan dengan oven atau dengan air panas dengan suhu 85
derajat celcius selama 4-6 jam yang telah dicampur dengan fungisida pada benih yang akan
ditanam (Agrios, 1996). Pembumbunan tanah agar terkena sinar matahari dapat mengurangi
kelembaban, serta mencabut tanaman yang sakit agar tidak menulari tanaman yang sakit.
(Pracaya, 2003).
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
KESIMPULAN
Persentase serangan penyakit pre emergence damping off tertinggi pada sampel tanah I
sebesar 42,5% dari desa Pelabuhan Dalam, persentase serangan post emergence damping off
tertinggi pada sampel tanah C sebesar 100% dari desa Pemulutan Ilir. Rata-rata intensitas
serangan tertinggi pada sampel tanah C sebesar 86,7%. Penyebab penyakit rebah kecambah
pada tanaman mentimun adalah Fusarium oxysporum Sclecht.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, G. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Barnett, H.I. 1981. Ilustrated genera of Imperfect Fungi.Second Ed Burgess Publishing Co.
Morgantown. West Virginia. USA.
Hariyanto. 1999. Mentimum Merambah Pasar Jepang. Trubus. Jakarta
Pracaya. 2003. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta.
Semangun, H. 2001. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada
University Press.Yogyakarta.