36 sebatik
-
Upload
altino-mangiwa -
Category
Documents
-
view
897 -
download
14
Transcript of 36 sebatik
LAPORAN PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOFISIKA KELAUTAN
PERAIRAN SEBATIK, KABUPATEN NUNUKAN
PROPINSI KALIMANTAN TIMUR
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERALBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTANBANDUNG
2006
PROYEK PENGEMBANGAN KAPASITAS PENGELOLAAN
SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
TAHUN ANGGARAN 2005
LAPORAN
PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOFISIKA KELAUTAN PERAIRAN SEBATIK, KABUPATEN NUNUKAN
PROPINSI KALIMANTAN TIMUR
OLEH: TIM SEBATIK
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN
SUMBERDAYA MINERAL PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI
KELAUTAN 2005
Laporan Akhir
Sari
alah satu aktivitas penting Puslitbang Geologi Kelautan (PPPGL) semenjak berdiri (tahun 1984) hingga saat ini adalah melakukan penelitian pantai dan lepas pantai perairan Indonesia. Salah satu
kegiatan pada Tahun Anggaran 2005 yaitu penyelidikan di Perairan Sebatik dan sekitarnya yang dimaksudkan memberikan masukan kepada pemerintah setempat dalam perencanaan pembangunan dan pengembangan kawasan pesisir Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur guna mempertahankan dan melestarikan potensi sumber daya laut serta perubahan lingkungan sekitarnya.
S
Hasil dari pemeruman memperlihatkan, morfologi dasar laut daerah telitian dapat dibagi menjadi 2 sistem, yaitu. morfologi dasar laut daerah perairan laut terbuka dan morfologi dasar laut di perairan selat. Kedalaman laut sepanjang lintasan berkisar antara 0 hingga 45 meter. Bagian terdalam terlampar mulai dari bagian Karang Unarang ke arah timur.
Rekaman seismik yang diperoleh dengan memperhatikan pola reflektor yang ada dapat dikelompokan menjadi 4 (empat) kelompok runtunan. Hal lain adalah adanya gambaran reflector yang mencerminkan kemiringan dan kemenerusan antiklin ternyata dapat diikuti hingga ke bawah dasar laut,dimana pada singkapan di darat dari formasi-formasi Sajau, Tabul dan Meliat juga membentuk struktur lipatan (antiklin) yang berarah relatif baratlaut tenggara.
Secara umum sedimen permukaan dasar laut hasil kegiatan pengambilan conto dasar laut terdiri dari: Terumbu Karang, Lanau, Lanau Pasiran, Lempung, Pasir, Pasir Lanauan dan Pasir Sedikit Kerikilan.. Sedimen ini umumnya mengandung Mineral berat berupa: magnetit, hematit, hornblende, limonit, zirkon, dolomit dan pirit.
Foraminifera bentik yang diselidiki menunjukkan adanya variasi morfologis dari genus Asterorotalia yang berkaitan dengan kondisi lingkungan setempat. Kerusakan cangkang dari genus Elphidium ditemukan pada beberapa titik lokasi yang menunjukkan adanya faktor fisik seperti lingkungan berenergi tinggi atau faktor biologis seperti aktivitas bakteri sebagai penyebab cangkang tersebut rusak.
iiiSARI
Laporan Akhir
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedudukan lokasi Indonesia yang terletak antara benua Asia dan
Australia, dan terdiri dari sekitar 17.000 Pulau-pulau besar dan
kecil, dan mempunyai pesisir terpanjang kedua setelah Kanada,
menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara maritim terbesar
didunia. Keadaan ini menjadikan Indonesia kaya akan sumberdaya
alam kelautan, tetapi potensi ini belum banyak dimanfaatkan untuk
kesejahteraan masyarakat
Kebijakan pembangunan selama ini juga lebih berorientasi kepada
pengembangan kegiatan di daratan di bandingkan di pesisir dan
lautan sehingga eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya pesisir dan
kelautan terabaikan. Walaupun pengembaangan sektor kelautan
sudah ada, tetapi berjalan tanpa perencanaan yang terpadu. Hal ini
disebabkan oleh minimnya data, tidak adanya konsepsi yang jelas
dalam menentukan langkah-langkah perencanaan maritim, serta
belum ada lembaga yang menangani pengelolaan sumberdaya
kelautan secara khusus.
Kawasan pesisir memiliki potensi alam sangat besar karena kaya
akan sumber daya hayati dan non hayati sehingga kawasan pesisir
potensial untuk dijadikan kawasan perekonomian masyarakat.
Perencanaan pembangunan dan pengembangan kawasan pesisir
Kabupaten Kendari harus ditunjang oleh keberadaan data
pendukung dan data unggulan untuk mempertahankan dan
I -1
PENDAHULUAN
Laporan Akhir
melestarikan potensi sumber daya laut sehingga dapat memperkecil
kerugian yang terjadi akibat salah perencanaan. Salah satu
perubahan lingkungan akibat suatu pembangunan di kawasan
pesisir adalah masalah abrasi dan sedimentasi.
Perairan Pulau Sebatik dan sekitarnya merupakan perairan laut
dangkal dengan kedalaman kurang dari 70 meter, sedangkan di
bagian timurnya merupakan laut dalam yang memiliki kedalaman
lebih dari 200 meter. Daerah ini terdiri dari gugusan pulau-pulau
kecil dan dibagian utara berbatasan dengan daratan Kalimantan
yang merupakan bagian dari Malaysia.
Daerah ini penting dari segi geo-politik dan geo-ekonomi dengan
masalah utama adalah penetapan perbatasan Indonesia – Malaysia
pasca Sipadan – Ligitan, karena setelah sengketa Sipadan – Ligitan
selesai dengan kekalahan klaim Indonesia atas kedua pulau
tersebut di Mahkamah Internasional, maka garis batas Indonesia –
Malaysia berubah dan sampai sekarang perundingan perbatasan
antara kedua negara belum menghasilkan kesepakatan mengenai
perbatasan tersebut.
Dari segi ekonomi daerah ini merupakan salah satu titik keluar
masuknya tenaga kerja Indonesia (TKI) yang akan bekerja di
Malaysia serta lalu lintas perdagangan antara Indonesia – Malaysia
yang sudah berlangsung cukup lama.
Sesuai dengan tugas dan fungsinya bahwa Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL), Departemen Energi dan
Sumberdaya Mineral adalah merupakan salah satu instansi
pemerintah yang memiliki peranan penting dalam penelitian di
bidang kelautan. Akan tetapi selama ini kemampuan untuk
memanfaatkan dan mengelola sumberdaya laut tersebut masih
sangat terbatas jika dibandingkan dengan luas wilayah laut
Indonesia itu sendiri. Disamping itu juga laut memiliki dimensi I -2
PENDAHULUAN
Laporan Akhir
pengembangan yang lebih luas dibanding dengan daratan, maka
oleh sebab itu laut lebih mempunyai keragaman potensi alam yang
dapat dikelola.
Salah satu kegiatan yang mendukung di dalam pengelolaan
sumberdaya kelautan di wilayah nusantara ini adalah melalui
pemetaan geologi dan geofisika kelautan terutama pemetaan
cekungan sedimenter Tersier.
Penyelidikan geologi dan Geofisika kelautan merupakan realisasi
dari program penelitian tersebut dengan mengambil lokasi di daerah
Pesisir Sebatik dan sekitarnya.
Informasi mengenai tatanan geologi dan geofisika khususnya di
daerah lepas pantai Pesisir Sebatik dan sekitarnya masih relatif
minim. Disamping itu hasil penelitian ini diharapkan akan memberi
peluang bagi para peneliti yang terlibat dalam program tersebut
untuk mengembangkan hasil penelitiannya yang dapat bermanfaat
bagi pendayagunaan potensi kelautan nusantara khususnya di
daerah-daerah perbatasan. Dilain sisi dalam perencanakan
pembangunan khususnya aspek pencegahan bencana abrasi
maupun sedimentasi di kawasan pesisir diperlukan suatu kajian
mengenai daya dukung kawasan terhadap pembangunan
infrastruktur sebagai sarana atau fasilitas utama. Dengan demikian
studi geoteknik kelautan, geofisika dan hidro-oseanografi
merupakan aspek studi yang utama.
1.2 Tujuan dan Sasaran
Maksud diusulkannya kegiatan ini adalah untuk mengumpulkan data
geologi dan geofisika kelautan daerah Sebatik dan sekitarnya, untuk
mengetahui potensi Sumberdaya Mineral serta mendukung
I -3
PENDAHULUAN
Laporan Akhir
perencanaan dan pengembangan kawasan pesisir daerah telitian
khususnya Perairan Sebatik dan sekitarnya, Kabupaten Nunukan,
sehingga dari penelitian ini akan mendapatkan informasi berbagai
aspek geologi, geofisika, geologi teknik kelautan yang dipadukan
dengan pengamatan/observasi parameter hidro-oseanografi.
Tujuan penelitian ini adalah melaksanakan kegiatan lapangan di
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Tahun
Anggaran 2005 untuk mengetahui kondisi geologi dan geofisika
kelautan di perairan tersebut yang dapat dijadikan sebagai data
dasar dalam perencanaan pembangunan di daerah tersebut. dan
tentunya diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dipergunakan
oleh pemerintah daerah setempat khususnya dan instansi terkait
lainya.
Sasaran akhir dari kegiatan ini adalah memberi masukan kepada
para pengambil keputusan khususnya yang berkaitan dengan
penyelesaian masalah di daerah perbatasan, dimana data geologi
dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.
1.3 LOKASI DAN KESAMPAIAN DAERAH
Lokasi daerah usulan penyelidikan adalah perairan pulau Sebatik
dan sekitarnya, secara administrasi termasuk Kecamatan Sebatik
dan Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Propinsi Kalimantan
Timur. Secara geografis terletak pada posisi 3º 51’ 11.40” - 4º 11’
34.06” LS dan 117º 31’ 38.262” - 118º 7’ 10.1784” BT.(Gambar
1.1)
I -4
PENDAHULUAN
Laporan Akhir
I -5
Gam
bar
1.1
. Pe
ta L
oka
si K
egia
tan
PENDAHULUAN
Laporan Akhir
Kesampaian daerah dapat dijangkau dengan pesawat terbang dari
jakarta ke Tarakan, kemudian dari tarakan menggunakan speed
boat ke Nunukan atau lewat jalur laut dengan kapal Pelni (KM.Awu,
KM.Tidar, KM.Dobonsolo, KM.Agoamas) yang singgah di Nunukan
kira-kira setiap 2 minggu sekali dengan route kota-kota pelabuhan
di Kawasan Indonesia Tengah dan Kawasan Indonesia Timur.
1.4 PELAKSANAAN PENELITIAN
Pangkalan kerja penyelidikan terletak di Kecamatan NmunukaN dan
Sebatik, Kabupaten Nunukan berada dekat lokasi penyelidikan..
Proses pelaksanaan penyelidikan diawali dengan pengumpulan data
sekunder, digitasi peta dasar, pengenalan lapangan
(recoinassance), pengambilan data lapangan, analisa laboratorium,
pengolahan data, dan pembuatan laporan. Adapun waktu
pelaksanaan penyelidikan dibagi dalam dua tahapan yaitu pada
tahap pertama selama 37 hari dari tanggal 31 Mei s/d 6 Juni 2005
dan tahap ke dua dari tanggal 25 Juli sd 16 Agustus 2005.
Mengingat lokasi penelitian berada dalam lokasi perbatasan RI –
Malayasia sehingga dalam pelaksaanan kegiatan survey mengalami
sedikit hambatan khususnya pada lokasi yang mendekati daerah
perbatasan dengan Malaysia yang sering dilakukan pemeriksaan
surat ijin survey. Akan tetapi dengan diikut-sertakannya Security
Officer dari TNI-AL maka koordinasi lapangan relatif berlangsung
dengan baik.
1.5 KEMANFAATAN PENYELIDIKAN
Manfaat dari kegiatan penelitian ini diharapkan dapat mengetahui
kondisi geologi sekitar pesisir daerah telitian saat ini akibat abrasi
pantai serta proses yang mengakibatkannya serta keberadaan
potensi sumber daya mineral khususnya yang berada di sekitar I -6
PENDAHULUAN
Laporan Akhir
perairannya sebagai bagian dari rona awal kondisi sumber daya
alam di daerah penelitian sehingga dapat dipergunakan sebagai
salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
untuk pengelolaan dan pengembangan wilayah.
1.6 LUARAN
Hasil yang akan didapat dari kegiatan ini adalah berupa laporan
Hasil kegiatan penelitian yang dilakukan di daerah telitian yang
dilengkapi dengan peta-peta antara lain : Lintasan Survei, Lokasi
Pengambilan Contoh, Kedalaman Dasar Laut (batimetri), Sebaran
Sedimen Permukaan Dasar Laut, serta identifikasi karakteristik
pantai, potensi keberadaan sumber daya mineral yang semuanya
tersusun dalam format GIS sehingga mudah untuk diedit dan
perbaharui.
1.7 SISTEMATIKA LAPORAN
Dalam penulisan laporan diterapkan susunan yang sedemikian
rupa,dengan maksud untuk menjelaskan keseluruhan kegiatan
lapangan khususnya masalah gambaran regional daerah telitian,
metodologi penyelidikan yang dilakukan, pengolahan data serta
interpretasi dari data yang diperoleh dalam Sistem Informasi
Geografis.
Berikut adalah sistematika penulisan bab – bab yang ada dalam
laporan ini :
I -7
PENDAHULUAN
Laporan Akhir
Tabel 1.1. Sistematika Penulisan Laporan
Nomor Judul Bab Tujuan
BAB I Pendahuluan Menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Maksud dan tujuan, lokasi survei, serta Luaran.
BAB II Tinjauan Umum / Geologi Regional
Menjelaskan gambaran singkat kondisi geologi regional daerah telitian,stratigrafi ,struktur serta kontrol tektonik yang berlangsung.
BAB III Metode Penelitian dan alat yang digunakan
Menjelaskan secara metode lapangan yang dilakukan serta alat-alat yang digunakan, termasuk kegiatan / proses laboratoriumnya
BAB IV Hasil Penelitian
Menjelaskan mengenai data lapangan yang diperoleh serta , pengolahan datanya, analisis dan data hasi penelitian
BAB V Pembahasan Membahas tentang hasil interpretasi data lapangan yang diperoleh serta data yang hasil analisa lab.
BAB VI Penutup Merupakan bab terakhir dari laporan yang berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh
1.8 PERSONIL PELAKSANA
Personil pelaksana kegiatan penyelidikan ini sebagai berikut :
1. Yogi Noviadi S.T (Ketua Tim)
2 Ir. Noor Cahyo D. (Ahli Geologi)
3 Ir. Akrom Mustafa (Ahli Teknik Sipil)
4 Ir. Masagus Ahmad (Ahli Geologi)
5 Ir. Tommy Naibaho (Ahli Geologi)
6 Ir. Koesnadi HS (Ahli Geofisiska)
I -8
PENDAHULUAN
Laporan Akhir
7 Beben Rachmat Ssi (Ahli Oseanografi)
8 Ir. Hartono (Ahli Geologi)
9 Ir. Duddy Arifin (Ahli Geologi)
10 Taufik Sutanto (Ahli Geofisiska)
11 Ir. K. Hardjawidjaksana (Ahli Geologi)
12 Ir. Lukita Ahli Geologi)
13 Dra. Kresna Tri Dewi, M.Sc (Ahli Paleontologi)
14 Aep Saepudin (Teknisi Geofisika)
15 Endang Haryono (Teknisi Geofisika)
16 Sugiono (Teknisi Percontohan)
17 Suyadi (Teknisi Navigasi)
18 Sarip (Teknisi Geofisika)
19 Sumiyati (Teknisi Komputer)
20 Wawan Sudrajat (Teknisi Komputer &
Kartografi)
21 Darmansyah (Pembantu Administrasi)
I -9
PENDAHULUAN
Laporan Akhir
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
Secara regional kondisi geologi daerah penelitian merupakan bagian
dari kawasan Indonesia Barat. Perairan Pulau Sebatik dan
sekitarnya merupakan perairan laut dangkal dengan kedalaman
kurang dari 70 meter, sedangkan di bagian timurnya merupakan
laut dalam yang memiliki kedalaman lebih dari 200 meter. Secara
regional daerah Perairan Pulau Sebatik dan sekitarnya merupakan
bagian dari Cekungan Tarakan, yang memiliki struktur utama
berupa sumbu lipatan berarah barat laut-tenggara
Ada lebih kurang 11 pulau di perairan Sebatik dan sekitarnya serta
puluhan gosong-gosong pasir dan daerah karang. Dari sekian
banyak pulau hanya Pulau Sebatik dan Nunukan yang tersusun oleh
batuan sedimen, terdiri dari perselingan batupasir, lanau dan
lempung. Sedangkan pulau-pulau lainnya merupakan endapan
aluvial delta yang telah ditumbuhi mangrove dan membentuk pulau.
2.1. Pola Tektonik
Berdasarkan bukti geologi (tektonik dan penyebaran cekungan)
daerah telitian secara umum merupakan kelanjutan alamiah dari
Kalimantan Timur dan Selat Makasar (Gambar 2.1& 2.2). Kondisi
serta pola sebaran kerak samudra dan batuan dasar menunjukkan
bahwa daratan Kalimantan Timur merupakan Continental Crust
(Kerak Benua) dan perairan Blok Ambalat merupakan Oceanic Crust
(Kerak Samudra) yang berumur Pliosen – Eosen.
II-1
GEOLOGI REGIONAL
Laporan Akhir
Gambar 2.1. Peta sebaran kerak samudra dan batuan dasar di perairan Blok Ambalat sebagai satu kesatuan dengan perairan Selat Makassar (Prasetyo, 1992).
Gambar 2.2. Elemen-elemen tektonik P. Kalimantan dan P. Sulawesi (BPPKA, 1996)
II-2
GEOLOGI REGIONAL
Laporan Akhir
Kerak samudra tersebut penyebarannya mulai bagian tengah Selat
Makassar hingga bagian barat daratan Sebatik. Di bagian tengah
kerak Samudra Swelat Makassar terdapat daerah Active
Spereading, yaitru suatu daerah bukaan dan penurunan secara
aktif.
2.2. Pembentukan Cekungan Tarakan Dan Potensi Migas
Wilayah sekitar perairan pantai Kalimantan Timur dan Selat
Makassar memiliki karakter geologi yang sama. Proses sedimentasi
dan suplai sedimen yang membentuk seluruh cekungan Kalimantan
Timur termasuk Blok Ambalat yang kaya dengan migas berasal dan
dikontrol oleh interaksi sistem aliran daratan Kalimantan (fluvial
processes) dan sistem oseanografi Selat Makassar (tidal processes).
Sebagai bukti, sedimentasi oleh sungai-sungai besar di Kalimantan
Timur bagian utara seperti S. Sebuku, S. Sembakung dan S.
Sesayang masih berlangsung dan berlanjut hingga sekarang dengan
pembentukan delta muda (resent deltaic) yang menyerupai bentuk
tipe Delta Mahakam Muda (Resent Mahakam Deltaic) seperti P.
Sebatik, P. Nunukan, P. Buyu, P. Mandul, P. Tarakan, P. Ligitan dan
P. Sipadan. Delta Mahakam oleh Golloway (1975) diperkenalkan
sebagai salah satu tipe delta dunia yang disebut Tipe Delta
Mahakam (Mahakam Delta Type). Tetapi sesungguhnya daratan
Kalimantan Timur bagian utara sebagai delta yang lebih tua, jauh
sebelum kondisi sekarang telah membentuk kipas delta yang
menyebar ke arah laut mulai perairan bagian selatan hingga utara
Kalimantan Timur termasuk P. Ligitan dan P. Sipadan. (Gambar 2.3
& 2.4)
Proses-proses sedimentasi yang berlangsung diimbangi pula oleh
proses tektonik yang memisahkan P. Sulawesi dan P. Kalimantan
(extension fault of Makassar Strait). Pemisahan menimbulkan akibat
menurunnya dasar cekungan dan terbentuknya patahan kecil
II-3
GEOLOGI REGIONAL
Laporan Akhir
Gambar 2.3 Peta geologi Cekungan Tarakan (BPPKA, 1996)
Gambar 2.4. Pola tektonik dan penyebaran cekungan Kalimantan Timur. Blok Ambalat termasuk dalam Cekungan Tarakan, di bagian utara dibatasi oleh Patahan Palu-Koro (Koesumadinata, 1994).
GEOLOGI REGIONAL II-4
Laporan Akhir
l (minor fault) bertingkat membentuk tangga dengan bidang
patahan membentuk garis lurus hampir sejajar dengan garis pantai.
Namun karena suplai sedimen dari sistem aliran S. Sebuku, S.
Sembakung dan S. Sesayang yang cukup besar, patahan tersebut
tertutup oleh sedimen muda (resent sediment). Oleh karena adanya
kontrol waktu geologi yang panjang, cekungan yang terisi sedimen
tersebut membentuk cekungan hidrokarbon yang cukup besar dan
tebal yang disebut sebagai Cekungan Tarakan dan Cekungan Kutai.
Sebagian dari Cekungan Tarakan membentuk sub cekungan
Ambalat yang kemudian membentuk suatu kesatuan dan kesamaan
ciri dan model diagram seluruh cekungan Kalimantan Timur
(diagrammatic stratigraphic succession of East Kalimantan) - (Allen,
1979 dan Katili, 1980).
Cekungan Kalimantan Timur terdiri dari tiga cekungan besar, yaitu:
Cekungan Barito di bagian selatan, Cekungan Kutei di bagian
tengah sekitar S. Mahakam dan Cekungan Tarakan di bagian utara
(Koesumadinata, 1994). Cekungan Tarakan mencakup perairan
Kalimantan Timur bagian utara dan Blok Ambalat termasuk bagian
timur Sabah. Ketiga cekungan tersebut dipisahkan dua patahan
besar yang memotong Selat Makassar. Patahan terbesar adalah
Patahan Palu – Koro yang membujur dari Teluk Bone (Sulawesi
Selatan) memotong Selak Makassar hingga utara Sabah. Blok
Ambalat yang termasuk dalam Cekungan Tarakan tersebut berada
di bagian selatan Patahan Palu - Koro. Berdasarkan pola tektonik
tersebut, Cekungan Kutei dan Cekungan Tarakan berada dalam satu
kesatuan pola tektonik (tectonic setting) Kalimantan Timur, di
bagian selatan dan utara kedua cekungan tersebut dipisahkan oleh
dua patahan besar tadi.
Cekungan Tarakan menyebar cukup luas mulai dari Tinggian
Makaliat hingga selatan Sabah. Di bagian tengah Cekungan Tarakan
II-5
GEOLOGI REGIONAL
Laporan Akhir
terdapat tinggian-tinggian yang lebih kecil ukurannya. Tinggian-
tinggian (antiklin) yang berkembang umumnya berah baratlaut-
tenggara membentuk lapisan sedimen yang cukup tebal yang
dikenal sebagai lapisan pembawa hidrokarbon. Berdasarkan kondisi
geologi dan hasil survei seismik & pemboran yang dilakukan
beberapa perusahaan migas, potensi migas di Blok Ambalat adalah:
minyak mencapai 770 MBBO dan gas mencapai 1.959 BCFG.
Walaupun potensi tersebut tidak sebesar di Blok Bukat, namun bila
termasuk Blok Ambalat Timur, makia potensi tersebut akan jauh
lebih besar lagi.
Ciri-ciri lain dari Blok Ambalat dengan perairan lainnya di
Kalimantan Timur adalah kesamaan morfologi dasar laut, bentuk
paparan dan pola oseanografi (gelombang, arus dan pasang surut).
Hasil Survei Geologi Kelautan di perairan Kalimantan Timur bagian
tengah tahun 1999 (Gambar 2.5) menunjukkan pola perlapisan
batuan dan penyebaran terumbu karang yang sama untuk seluruh
perairan di Kalimantan Timur. Oleh sebab itu, berdasarkan hal
tersebut maka kesatuan dan kelanjutan alamiah kontinen
Kalimantan Timur di Blok Ambalat tak terbantahkan.
2.2 Geologi daerah P. Sebatik dan sekitarnya
Keadaan geologi sekitar daerah telitian dan sekitarnya berdasarkan
sumber data dari pusat penelitian dan pengembangan geologi
kelautan peta lembar geologi tarakan dan sebatik yang disusun oleh
S Hidayat, Amiruddin, dan Saatri Anas 1995.(Gambar 2.6.)
2.2.1 Stratigrafi
Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik adalah sebuah antiklin yang
sumbunya memanjang dari arah barat laut ke tenggara dimana
II-6
GEOLOGI REGIONAL
Laporan Akhir
GEOLOGI REGIONAL
Gam
bar
2.5
. Rek
aman
sei
smik
yan
g m
enunju
kkan
ben
tuk
pap
aran
dan
ler
eng k
ontinen
Kal
iman
tan T
imur
(Surv
ei P
PPG
L, 1
998).
II-7
Laporan Akhir
batuan di kawasan perbukitan cenderung lunak, mudah terkikis,
mudah longsor dan beberapa diantarnya mudah mengembang (
Swelling ) hal tersebut terjadi pada singkapan- singkapan alam
lapisan tanah tertutup (soil) umunya tipis.
berdasarkan peta geologi tersebut batuan yang terdapat di daerah
studi terdiri dari (Gambar 2.7):
A. Endapan Alluvial (Holosen)
berupa endapan pantai, sungai, dan rawa yang terdiri dari
lumpur, lanau, pasir, kerikil dan koral uang bersifat lepas.
terutama di sepanjang aliran sungai sungai, pantai dan rawa
B. Formasi Sajau (Plestosen)
terdiri dari batu pasir kuarsa, batu lempung, batu lanau dan
batu bara, lignit dan kolongmerat. setruktur sedimen :
pelasisan silang siur planar dan mangkok bioturbasi, perairan
sejajar, bintil besi,mengandung fosil kayu umumnya
karbonan. formasi ini diendapkan pada lingkungan fluvial
sampai delta dan tabel 600-2000 meter.
C. Formasi Tabul ( Miosen Akhir)
terdiri dari perselingan batu lempung, batu lumpur, batu
pasir, batu gamping, dan batu bara, di bagian atas umumnya
gampingan. fosil petunjuk tidak ditemukan kecuali pecahan
foram besar cylocypeus sp, operculina sp. yang berumur
miosen tengah, dengan pengendapannya delta sampai laut
dangkal, tebal formasi diperkirakan 600 meter.
II-8
GEOLOGI REGIONAL
Laporan Akhir
Gam
bar
2.6
Geo
logi Reg
ional
Dae
rah P
erai
ran S
ebat
ik K
alim
anta
n T
imur
(S H
iday
at,
Am
iruddin
, dan
Saa
tri Anas
1995)
II-9
GEOLOGI REGIONAL
Laporan Akhir
D. Formasi Meliat (Miosen Tengah)
terdiri dari perselingan batu pasir, batu lempung dan
serpihan. dengan sisipan batu bara berstruktur lapisan
bersusun, bioturbasi dan mengandung bintal batu gamping,
dengan kandungan fosil globigerina bulodes, globigerinaoides
obliquus, operculina, flosculinella bernenis. formasi ini diduga
diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai delta paralik.
tabel formasi diperkirakan 800-1000m dan ditindih selaras
oleh Formasi Tabul
E. Sumbatan dan retas (Pleistosen)
terdiri dari andesit, basal,dan desit. andesit, forfirit, dengan
fenokris plagioklas dan piroksen dalam masadasar halus
mengandung plagioklas, kuarsa, piroksen,hornblende, bijih
dan kaca gampingan, sebagian terkloritkan. basal berbutir
halus – afanitik. dasit, forfiris dengan fenokris plagioklas,
kuarsa dan muskovit dalam masadasar plogioklas dan
kuarsa.terkarbonatkan dan saritasi. batuan menerobos
Formasi Sinjin.
2.2.2 Struktur Geologi
Dari hasil pengamatan pada peta geologi serta pengamatan
morfologi di lapangan , struktur geologi yang terdapat di lembar
Tarakan dan Sebatik adalah lipatan, sesar dan kelurusan. lipatan
berupa antiklin dan sinklin dengan sumbu lipatan berarah barat
laut-tanggara dan melibatkan semua formasi batuan dilembar
Tarakan dan Sebatik.
II-10
GEOLOGI REGIONAL
Laporan Akhir
Gambar 2.7 Skema Stratigrafi Perairan Sebatik Kalimantan Timur (S Hidayat, Amiruddin, dan Saatri Anas 1995)
II-11
GEOLOGI REGIONAL
Laporan Akhir
Sesar yang dijumpai pada umumnya berupa sesar normal yang
merupakan hasil pengaktifan kembali sesar-sesar yang terbentuk
sebelumnya. sesar dan kelurusan umunya berarah barat laut-
tenggara dan beberapa berarah barat daya-timur laut. di beberapa
tempat sesar-sesar ini ditempati batuan beku. sebagian dari
struktur yang ditemukan di lembar tarakan dan sebatik ini di
tafsirkan dari citra SAR
Dari pengamatan struktur sedimen dan komposisi batuan tersier,
pada umumnya di duga daerah lembar tarakan dan sebatik telah
mengalami beberapa kali kegiatan tektonika. pengendapan pada
kala tersier diawali oleh pengendapan batu gamping, foraminifera
dan sedimen turbidit dari formasi sembakung pada lingkungan laut
dangkal sampai laut dalam.
Pengangkatan “ daratan sunda “ yang berlangsung pada akhir eosen
telah diikuti oleh penurunan dasar cekungan secara perlahan-lahan
mulai dari kala oligosen sampai miosen akhir. periode ini
merupakan masa pengendapan dalam pola regresi hampir di
seluruh cekungan tarakan yang mengahsilkan endapan paralik
sampai laut dalam yang membentuk runtuhan batuan dari formasi
naintupo, meliat dan tabul. bersam dengan periode ini di daerah
daratan terjadi kegiatan gunung api dan magmatik yang
menghasilkan batuan gunung api formasi jelai dan terobosan
batuan beku granitan.
Periode tektonik selanjutnya berlangsung pada akhir miosen atau
awal pliosen sampai kala plistosen. fase ini merupakan masa
terjadinya kegiatan pengangkatan kembali tepi cekungan yang
ditandai dengan pembentukkan endapan paralik – fluvial delta
seperti batu pasir, batu bara dan batu lempung dari formasi sajau.
pada fase ini juga didaerah daratan terjadi kegiatan gunung api ya g
menghasilkan batuan gunung api dari formasi sinjin dan terobosan
II-12
GEOLOGI REGIONAL
Laporan Akhir
andesit, dasit dan basal, yang berupa sumbat dan retas. kegiatan
tektonik terakhir terjadi kala plistosen menghasilkan perlipatan dan
sesar yang membentuk struktur geologi seperti sekarang.
Struktur geologi yang berkembang pada daerah studi berupa
struktur lipatan antara lain berupa antilkin dan sinklin sinklin.
struktur patahan (sesar ) tidak dijumpai disekitar pulau nunukan.
Formasi Naintupo, Meliat dan Tabul. bersama dengan periode ini
didaerah daratan terjadi kegiatan gunung api dan magmatik yang
menghasilkan batuan gunung api formasi jelai dan terobosan
batuan beku granitan.
Periode tektonik selanjutnya pada akhir miosen atau awal pliosen
sampai kala plistosen. fase ini merupakan masa terjadinya kegiatan
pengangkatan kembali tepi cekungan yang ditandai dengan
pembentukkan endapan paralik – fluvial seprti batu pasir, batu
bara, dan batu lempung dari formadsi sajau. pada masa ini juga
didaerah daratan terjadi kegiatn gunung api yang menghasilkan
batuan gunung api dari formasi sinjin dan terobosan andesit, dasit
dan basal, yang berupa sumbat dan retas. kegiatan tektonik
terakhir terjadi pada kal plistosen menghasilkan perlipatan dan
sesar yang membentuk struktur geologi seprti sekarang.
Struktur geologi yang berkembang pada daerah studi berupa
struktur lipatan antara lain berupa antiklin dan sinklin sinklin.
struktur patahan( sesar ) tidak dijumpai disekitar pulau nunukan.
II-13
GEOLOGI REGIONAL
Laporan Akhir
BAB III
METODA DAN PERALATAN
PENYELIDIKAN
Metoda penyelidikan meliputi penentuan posisi, pengamatan
parameter hidro-oseanografi, perekaman data geifisika,
pengamatan kondisi geologi termasuk karakteristik pantai dan
percontohan sedimen serta analisa laboratorium.
3.1 PENENTUAN POSISI
Penentuan posisi dan lintasan survey dari seluruh kegiatan lapangan
yang diinstal di kapal menggunakan Differential Global Positioning
System (DGPS) TYPE C NAV 272281 (Foto 3.1) yang telah
diintegrasikan dengan personal computer (pc) atau laptop sehingga
dapat langsung diakses dan diproses di lapangan sedangkan untuk
kegiatan di darat dan pantainya menggunakan garmin iii plus. Alat
ini bekerja dengan dukungan minimal 8 (delapan) satelit, dimana
setelah diaktifkan dan deprogram akan terlihat posisi titik-titik
koordinat secara geografis dalam bentuk lintang dan bujur dengan
bidang proyeksi universal transver mercator (utm) yang dapat
disimpan dan langsung dibaca pada layer monitor, dimana PDOP
yang diambil kurang dari 2.
Pengambilan data lintasan penelitian kedalaman dasar laut
dilakukan dengan rentang waktu setiap 1 (satu) menit, begitu pula
untuk data lintasan seismik. Sebelum melaksanakan pengambilan
III -1
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
data, target posisi kapal disesuaikan dengan rencana lintasan yang
telah diplot kedalam perangkat GPS, sehingga semua olah gerak
kapal, termasuk arah haluan (heading), posisi kapal (pos), arah
terhadap target berikutnya (azimuth) maupun jaraknya dapat
dipantau dan diikuti melalui monitor.
Foto 3.1 Global Positioning System (DGPS) TYPE C NAV 272281
Alat penunjang penentu posisi adalah theodolit, waterpass yang
dilengkapi oleh statif dan rambu ukur. Datum yang digunakan
dalam survei ini adalah WGS-84 sesuai datum pada peta dasar.
Cara pengukuran, terutama untuk pengukuran kontinyu pada
lintasan kapal untuk pemetaan kedalaman laut, diperoleh dari
pengolahan data digital posisi menggunakan Paket Program
Modifikasi PPPGL. Dalam hal kehilangan data akibat posisi orbit
satelit, digantikan oleh asumsi gerak linear kapal pada haluan dan
kecepatan kapal yang konstan.
3.2 HIDRO-OSEANOGRAFI
Penyelidikan geofisika dan hidro-oseanografi merupakan salah satu
metoda penting dalam pemetaan dinamika pantai dari sudut
III -2
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
pertimbangan karakteristik laut lokal. Parameter laut yang akan
diamati antara lain meliputi :
Pengukuran pasang surut, arus (secara statis dan dinamis) dan
gelombang.
3.2.1 PENGUKURAN PASANG SURUT
Pasang surut (pasut) adalah proses naik turunnya muka laut secara
hampir periodik karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama
bulan dan matahari. Pengukuran pasang surut dilaksanakan dengan
menggunakan rambu pasang surut yang diamatai setiap interval 1
(satu) jam selama survey berlangsung khususnya untuk koreksi
terhadap kedalaman hasil pemeruman.
Dengan menggunakan Bench Mark (BM) yang sudah ada, maka
lokasi pengukuran pasang surut diasumsikan base station untuk
pengukuran posisi lintasan kapal. Tujuan dari pengukuran pasang
surut ini adalah untuk menghitung nilai koreksi terhadap peta
batimetri.
Data hasil pengukuran dengan interval pengukuran satu jam
tersebut diuraikan menjadi komponen harmonik. Hal ini
dimungkinkan karena pasang surut bersifat sebagai gelombang, dari
nilai amplitudo dan periode masing-masing komponen pasang surut
tersebut dapat di analisis karakteristik pasang surutnya melalui
penjumlahan komponen pasang surut yang ada.
Metode yang digunakan dalam pengolahan data pasang surut ini
adalah metode harmonik British Admiralty untuk menghitung
konstanta harmonik yang terdiri atas: paras laut rata-rata (mean
sea level), amplitudo dan fasa yang terdiri atas 9 (sembilan)
komponen utama pasang surut, yaitu: M2, S2, N2, K1, O1, M4,
MS4, K2 dan P1; dengan keterangan sebagai berikut:
III -3
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
An : Amplitudo harmonik ke-n g(O) : Fase perlambatan S0 : Paras laut rata-rata M2 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh posisi
bulan S2 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh posisi
matahari N2 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh perubahan
jarak bulan K2 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh perubahan
jarak matahari O1 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi
bulan P1 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi
matahari K1 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi
matahari dan bulan M4 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh pengaruh
ganda M2 MS4 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh interaksi
antara M2 dan S2
Konstanta harmonik di atas diperoleh melalui persamaan
harmonik :
A(t) = S0 + ∑ An cos(wt.Gn) A(t) : Amplitudo S0 : Tinggi paras air laut rata-rata di atas titik nol
rambu amat An : Amplitudo komponen harmonik pasang
surut Gn : Fase komponen harmonik pasang surut
N : Konstanta yang diperoleh dari perhitungan astronomis
wt : Waktu
Konstanta pasang surut ini digunakan untuk menghitung kedudukan
muka air rata-rata dan kedudukan muka air rendah terendah.
Selanjutnya data ini digunakan untuk mengoreksi harga batimetri.
III -4
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
Koreksi dilakukan dengan cara mengoreksi harga batimetri terhadap
harga muka air rata-rata di lokasi pengamatan, selanjutnya data
hasil koreksi ini dikurangkan terhadap posisi air rendah terendah
yang dijadikan patokan.
Tipe pasang surut ditentukan oleh frekuensi air pasang dan surut
setiap hari. Secara kuantitatif, tipe pasang surut suatu perairan
dapat ditentukan oleh perbandingan antara amplitudo (tinggi
gelombang) unsur-unsur pasang surut tunggal utama dan unsur-
unsur pasang surut ganda utama. Perbandingan ini dinamakan
bilangan Formzahl yang mempunyai persamaan:
A(O1) + A(K1) Harga indeks Formzahl (F) =
A(M2) + A(S2)
3.2.2 Pengukuran. Arus
Pengukuran arus dimaksudkan untuk mendapatkan data kecepatan
dan arah arus yang merupakan penyebab terjadinya pengangkutan
sedimen (sedimen transport) baik di dekat muara sungai atau di
laut. Peralatan pengukuran arus statis menggunakan :
Valeport/106 (Foto 3.2) dengan meletakkan alat tersebut disuatu
tempat yang dipengaruhi oleh arus. Pengamatannya dilakukan
setiap satu jam sekali selama minimal 26 jam. Alat diturunkan pada
kedalaman setiap 0.6 kali kedalaman air.
3.2.3. Pengukuran Gelombang
Salah satu penyebab perubahan garis pantai adalah diakibatkan
oleh aksi gelombang serta dapat juga menimbulkan kerusakan-
kerusakan pada bagunan pinggir pantai dengan adanya pengikisan
(abrasi) dan pemacuan proses sedimentasi. Oleh karena itu
karakteristik dan mekanisme gelombang ini perlu dipelajari dengan III -5
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
melakukan pengamatan gelombang dan pemisahan frekuensi
kejadian angin. Peralatan yang dipergunakan adalah : peilschall
gelombang
Foto 3.2 Alat pengukururan arus Statis Type Valeport/106
3.2.4 Analisa Data Angin
Analisis ini merupakan bagian dari analisis gelombang. Data angin
permukaan yang digunakan pada penyelidikan ini merupakan data
sekunder yang diperoleh dari Stasion Meteorologi Kendari.
Dari data tersebut kemudian dipilih angin-angin kuat pada setiap
arah angin dari bulan Januari sampai Desember dengan kecepatan
lebih dari 10 knot karena dianggap dapat membangkitkan
gelombang laut (Bretschneider, 1954 ; P.D. Komar, 1974).
3.3 GEOFISIKA
Metoda penelitian geosisika meliputi pemeruman dan perekaman
seismik pantul dangkal. Posisi koordinat data pemeruman dan
seismik dibaca dalam waktu selang 2 menit.
III -6
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
3.3.1 Pemeruman (Sounding)
Pemeruman (sounding) dimaksudkan untuk mengukur dan
mengetahui kedalaman dasar laut daerah penelitian berikut pola
morfologi dasar lautnya. Kegiatan ini menggunakan alat perum
gema Echosounder 200/50 KHz merk Odom Hydrotrack (Foto 3.3)
yang bekerja dengan prinsip pengiriman pulsa energi gelombang
suara melalui transmitting transducer secara vertikal ke dasar laut.
Kemudian gelombang suara yang dikirim ke permukaan dasar laut
dipantulkan kembali dan diterima oleh receiver tranducer. Sinyal-
sinyal tersebut diperkuat dan direkam pada recorder dalam bentuk
grafis maupun digital.
Posisi transducer echosounder berada 0,5 meter dari permukaan air
di sebelah kiri kapal dan berjarak lebih-kurang 3 meter dari antena
GPS.
Foto 3.3 Instrumen pengukur kedalaman dasar laut Echosounder 200/50
KHz tipe Odom Hydrotrack
Data pemeruman digunakan untuk mendapatkan data kedalaman
laut sebagai bahan pembuatan peta kedalaman laut (batimetri),
mengetahui morfologi dasar laut dan kemantapan lereng dasar laut.
Selain itu juga untuk pengontrol hasil rekaman seismik dan
pengambilan contoh sedimen permukaan dasar laut.
III -7
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
Data hasil pembacaan alat yang diperoleh dilakukan suatu koreksi
terhadap data hasil pengamatan pasang surut dengan penentuan
kedalaman yang terkoreksi yaitu terhadap muka air rata-rat (MSL).
Adapun Persamaan yang digunakan adalah sbb:
C = B - MSL
E = D - C + d
dengan :C = Faktor koreksi pasang surut B = Nilai tinggi air/pasang surut terukur di lapangan D = Nilai kedalaman tanpa koreksi E = Nilai kedalaman terkoreksi D = faktor draft kapal
3.3.2 SEISMIK PANTUL DANGKAL
Seismik pantul dangkal saluran tunggal bekerja dengan prinsip
pengiriman gelombang akustik yang ditimbulkan oleh Boomer ke
bawah permukaan laut dan Hidrofone menerima kembali sinyal
yang dipantulkan setelah melalui media lapisan bawah laut.Sinyal
yang diterima akhirnya direkam dan akan tampak sebagai
penampang horison-horison seismik pada kertas rekaman.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh ketebalan lapisan
termuda (isopach) terutama yang diduga sebagai tempat
terakumulasinya mineral berat permukaan dasar laut dan untuk
mengetahui penyebaran serta penerusannya secara horisontal
berikut interpretasi ketebalannya.
Metoda ini menggunakan sistem perangkat seismik pantul dangkal
berresolusi tinggi tipe sparker cumi (Foto 3.4) dengan sumber
energi 300 joule, lintasan kurang lebih bersamaan dengan lintasan
pemeruman. Metoda ini merupakan metoda yang dinamis dan
menerus dengan memanfaatkan hasil pantulan gelombang akustik
oleh bidang pantul akibat adanya perbedaan berat jenis pada bidang
batas antara lapisan sedimen yang satu dengan yang lainnya.
III -8
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
Gelombang atau signal yang dipantulkan oleh permukaan dasar laut
akan ditangkap oleh hydrophone yang diletakkan 8-12 meter di
belakang buritan kapal dan dikirim melalui kabel hydrophone
sepanjang 3-5 meter untuk direkam oleh graphic recorder . Filter
dibuka antara 800 hingga 6000 Hz. Perekaman menggunakan
kecepatan firing 1 second dan kecepatan sweep ½ second
kemudian direkam menggunakan graphic recorder EPC/1086 (Foto
3.5).
3.3.3 SIDE SCAN SONAR
Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran lateral dari
permukaan dasar laut serta rona dari material penyusunnya. Alat ini
terdiri dari tow fish yang berfungsi
mengirim gelombang akustik ke bawah permukaan laut sekaligus
menerima kembali sinyal yang dipantulkan setelah melalui media
lapisan bawah laut.Sinyal yang diterima akhirnya direkam dan akan
tampak gambaran lateral serta rona dari permukaan dasar laut yang
direkam dalam . laptop guna dilakukan pemrosesan lanjut.
Dalam kegiatan lapangan ini digunakan jenis alat Side Scan Sonar
Type Klein 3000 (Tow Fish) (Foto 3.6)
3.4 GEOLOGI KELAUTAN
Penyelidikan geologi kelautan meliputi pengamatan karakteristik
pantai, pengambilan contoh sedimen pantai maupun sedimen
permukaan dasar laut.
III -9
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
Foto 3.4 Perangkat seismik Sparker Cumi
Foto 3.5 Panel perekaman data seismik analog dari model EPC/1086
III -10
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
Foto 3.6 Alat Side Scan Sonar Type Klein 3000 (Tow Fish)
3.4.1 Pemetaan Karakteristik Pantai
Pengamatan dan pemetaan karakteristik pantai dilakukan dengan
peta kerja dari DISHIDROS dan BAKOSURTANAL untuk mengetahui
sampai sejauh mana pengaruh energi laut (arus, gelombang) dan
aktivitas manusia terhadap
perkembangan pantai (maju dan mundurnya garis pantai)dengan
cara pengamatan visual di lapangan terutama dilakukan untuk
mengetahui beberapa parameter pantai antara lain :
• Morfologi pantai dengan pengukuran profil pantai untuk
mengetahui perbedaan relief pantai.
• Kondisi geologi dengan cara diskripsi dan pengambilan contoh
batuan/material penyusun pantai dan tingkat resistensinya,
penetuan posisi dengan GPS, selanjutnya dari contoh tersebut
III -11
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
dianalisa besar butirnya sehingga dapat menjelaskan tentang
pasokan sedimen.
• Karakteristik garis pantainya meliputi jenis pantainya, kondisi
garis pantainya (abrasi, sedimentasi, stabil, arah pengangkutan
sedimen), dan identifikasi jenis tumbuhan pantai.
Hasil akhir dari pemetaan karakteristik pantai disajikan berupa peta
yang nantinya diharapkan dapat dipakai sebagai data dasar
pengembangan kawasan pantai.
3.4.2 PENGAMBILAN CONTOH SEDIMEN PANTAI DAN DASAR
LAUT
Pengambilan contoh sedimen pantai dilakukan bersamaan dengan
karakteristik pantai. Sedimen yang diambil berupa sedimen lepas
berukuran pasir yang terletak di daerah gisik pantai (beach) dan
diambil menggunakan sekop kecil atau tangan lalu dimasukkan ke
dalam kantong plastik.
Pengambilan contoh sedimen dasar laut ini dilaksanakan secara
sistematik pada lokasi-lokasi yang diharapkan mewakili keseluruhan
daerah penyalidikan. Selanjutnya contoh sedimen tersebut
dideskripsi dan dianalisa di laboraturium sehingga nantinya dari
data-data tersebut akan dihasilkan suatu peta sebaran sedimen
permukaan dasar laut.
Peralatan pengambil contoh sedimen dasar laut terdiri dari :
Pemercontoh comot / Grab Sampler (Foto 3.7)
III -12
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
3.4.3 BOR TANGAN
Yang dimaksud pemboran disini ialah guna mendapatkan contoh
tanah asli dan tanah tidak asli yang direncanakan pada beberapa
lokasi terpilih. Adapun alat yang digunakan berupa bor tangan jenis
Hand Auger (Foto 3.8).
3.4.4 PEMBORAN INTI
Yang dimaksud pemboran inti yaitu kegiatan pengambilan contoh
batuan/tanah baik yang terganggu maupun tidak terganggu, serta
memperoleh data Standart Penetration Test (SPT) dari tiap lapisan
guna mendapatkan contoh untuk dianalisa lebih teliti dan
mengetahui kondisi vertikal dari batuan/tanah daerah penyelidikan.
Kegiatan Pemboran ini dilakukan pada dua lokasi dengan masing-
masing kedalaman 60 m. (Foto 3.9). Diharapkan dari data
pemboran ini akan didapat informasi selengkap-lengkapnya meliputi
keadaan geologi, sifat fisis dan mekanis yang dapat ditentukan baik
melalui proses penyelidikan lanjutan di laboratorium maupun
dengan melakukan percobaan-percobaan setempat.
Foto 3.7 Pemercontoh Inti Comot / Grab Sampler
III -13
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
Foto 3.8 Pelaksana pengambilan contoh dengan bor tangan
Foto 3.9 Pelaksana pemboran inti
III -14
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
3.5 ANALISA LABORATORIUM
Kegiatan ini merupakan lanjutan dari kegiatan di lapangan, baik
merupakan kegiatan analisa di laboratorium maupun kegiatan
penafsiran dari data-data yang diperoleh di lapangan. Kegiatan ini
pada dasarnya meliputi:
3.5.1 Analisa Besar Butir
Analisis besar butir dihasilkan dari pengambilan contoh dengan grab
sampler berkisar antara 1 Kg hingga 1,5 Kg . Tujuan dari
pengambilan contoh ini adalah untuk mengetahui sebaran sedimen.
Data yang dianalisis sebanyak 0,5 kg, dan sisanya disimpan pada
cool storage di PPPGL Cirebon. Secara umum analisis besar butir ini
dilaksanakan melalui metoda pengayakan dan pipet, kemudian
diklasifikasi menurut Klasifikasi Folks (1980). Prosedur umum
laboratorium untuk analisis besar butir dapat diterangkan sebagai
berikut (Foto 3.10):
a. Sampel basah + 1 Kg di aduk homogen
b. Sampel basah + 500 gram dikeringkan pada suhu 110 o Celcius
c. Setelah sampel kering, ditimbang untuk berat asal sebanyak
100 gram
d. Sampel direndam + sehari semalam, selanjutnya dimasukkan
pada sampel stirrer (pengaduk contoh), supaya butiran lebih
cepat terpisah
e. Sampel basah dengan saringan 4 phi, untuk memisahkan
butiran lumpur dengan butiran di atasnya
f. Sampel pan (di bawah 4 phi) dan butiran di atasnya
dikeringkan
g. Sampel butiran di ayak kering dengan menggunakan sieve
shaker, dengan interval ayakan 0,5 phi + 10 menit (ayakan
mulai dari -2,0 phi s/d 4,0 phi)
III -15
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
h. Hasil tiap ayakan ditimbang dan ditulis dalam bentuk tabular
i. Jika hasil ayak basah lebih dari 20 gram (lebih dari 20%)
sampel diambil 20 gram untuk dipipet, jika kurang dari 15
gram sampel tidak dipipet
j. Untuk sampel yang berdasarkan hasil deskripsi ahli geologi
berbutir lumpur/lempung, pengerjaannya langsung dikeringkan
contoh basah + 100 gram, setelah dikeringkan, diambil 20
gram contoh untuk berat asal pipet
k. Pemipetan memakai tabung gelas dengan volume 1000 ml dan
pipa kapiler 20 ml, untuk mendapatkan ukuran butiran
4,5,6,7,8 phi.
3.5.2 Analisa Sayatan Oles
Metode analisa sayatan oles diperoleh dengan cara meletakkan
sejumlah sedimen lepas pada permukaan kaca preparat lalu
kemudian dilem dengan menggunakan Canada Balsam lalu ditutup
lagi oleh kaca preparat. Preparasi contoh yang sudah siap ini
kemudian diperiksa dibawah mikroskop binokuler mengenai
kelimpahan Biogenik, bukan biogenik, dan Autigenik serta ukuran
besar butir sedimen lepas yang diperiksa.
3.5.3 Analisa Mineral Berat
Terdapat beberapa metoda untuk memisahkan jenis mineral yang
terdapat di dalam sedimen lepas (pasir, lanau, dan lempung) antara
lain: pemisahan mineral magnetik (magnetik separator), pemisahan
dengan cairan berat (heavy liquid) (Foto 3.11). Standar pengujian
dan klasifikasi yang digunakan adalah secara petrografi (point
counter method) dengan menggunakan mikroskop binokuler
(Muller, 1967).
III -16
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
Metoda Cairan Berat (Heavy Liquid) yang digunakan untuk studi
analisis mineral berat umumnya dilakukan pada sedimen pasir yang
berukuran butir antara 0.05 mm dan 0.063 mm (3 phi, pasir
sedang-halus). Mineral berat yang dianalisis adalah mineral yang
mempunyai Berat Jenis (BJ) lebih besar dari 2.88 gr/cc (cairan
Bromoform). Berat contoh sedimen dengan ukuran butiran diatas
yang umum adalah lebih kurang 20 gram yaitu untuk mengurangi
penggunaan cairan Bromoform yang tidak efisien. Cairan pembilas
Bromoform dari mineral berat dan mineral ringan lainnya yang
digunakan adalah Benzol, CCl4 yaitu cairan khusus pembilas
Bromoform agar BJ Bromoform-nya relatif lama bisa digunakan.
Temperatur dan kelembaban ruang juga sangat berpengaruh
terhadap perubahan BJ Bromoform.
Mineral berat yang terkonsentrasikan hasil cairan berat dipisahkan
dari mineral magnetik dan bukan magnetik dengan menggunakan
magnet tangan dan Electromagnetic Separator untuk mendapatkan
prosentase dan jenis mineral magnetik yang lebih rinci.
Metoda petrografi berdasarkan sifat-sifat fisik optik mineral tersebut
digunakan untuk mengetahui jenis mineral berat magnetik dan
bukan magnetik secara lebih akurat.
3.5.4 Analisa Fosil Mikrofauna
Analisis mikrofauna dilakukan dari contoh sedimen dasar laut yang
dikoleksi dengan menggunakan penginti jatuh bebas (gravity corer)
dan penginti comot (grab sampler). Di laboratorium preparasi
contoh, dengan berat kering yang sama (25 gram), kemudian
contoh sedimen kering dicuci dengan menggunakan ayakan
III -17
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
berukuran bukaan 2, 3, dan 4 phi. Contoh hasil cucian dari masing-
masing ayakan kemudian dikeringkan dalam oven dan siap
Foto 3.10 Perangkat pengayakkan besar butir untuk sedimen kasar (a) dan sedimen halus/ lumpur (b)
Foto 3.11 Lemari asam untuk analisa mineral berat secara wet method
III -18
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
digunakan untuk studi mikrofauna. Studi mikrofauna yang meliputi
ostracoda dan foraminifera dilakukan pada empat puluh tujuh
contoh sedimen hasil cucian (washed residue). Analisis ostracoda
dilakukan hingga tingkat spesies bila memungkinkan dan
perhitungan spesimen / individu tiap spesies/jenis. Sedangkan
analisis foraminifera hanya dilakukan sepintas sebagai pembanding
dan penunjang atau informasi tambahan apabila tidak ditemukan
ostracoda. Kemudian di lakukan penghitungan indeks diversitas
/H(S) yaitu nilai keanekaragaman spesies dalam setiap contoh yang
diperoleh dari rumus Shannon-Weaver dalam suatu paket program
komputer yang dibuat oleh Bakus (1990) yaitu:
H’ = - Σpi log pi
dimana: H’ = indeks diversitas/keanekaragaman pi = ni /N
Σ = jumlah ni = jumlah spesimen dari spesies i1, i2, i3, dst N = jumlah total spesimen
3.5.5 Analisa Geoteknik
Untuk mengetahui lebih rinci mengenai sifat fisik dan keteknikan
dari contoh tanah/sedimen hasil pemboran tersebut telah dilakukan
beberapa pengujian di laboraturium atau pengujian mekanika tanah
”Engineering Properties” pada contoh tanah tidak terganggu
(Undisturb Sample). Disamping itu dilakukan juga pengujian “Index
Properties” berupa “grains size analysis” terhadap contoh tanah
terganggu (disturbed sample) pada contoh bor inti terpilih,
sedangkan untuk mengetahui kerapatan relatif material/sedimen
berdasarkan nilai SPT.
III -19
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
Klasifikasi tanah yang umumnya digunakan untuk kepentingan
geoteknik adalah klasifikasi USCS. Klasifikasi tanah dari sistem ini
pertama kali diusulkan oleh Arthur Cassagrande (1942).
Tanah berbutir kasar (kerikil dan pasir), distribusi dari tanah
berbutir kasar dapat ditentukan dengan cara menyaringnya lewat
satu unit saringan standar (ASTM), jika prosentase lolos saringan
No. 200 kurang dari 50 %, dan simbol-simbol yang dipergunakan
adalah G = kerikil (gravel), S = pasir (sand),
W = gradasi baik (Well-graded), P = gradasi buruk (poorly graded).
Sedangkan tanah berbutir halus, jika prosentase lolos saringan No.
200 lebih dari 50 %, dan simbol-simbol yang dipergunakan adalah
M = lanau, C = lempung dan O = organik. Berdasarkan data hasil
sampling yang dianalisis menggunakan metoda pengujian besar
butir diperoleh hasil pada umumnya adalah dari jenis butiran
umumnya berukuran kasar.
Uji konsolidasi
Data yang diperoleh dari uji konsolidasi disajikan dalam bentuk
penurunan terhadap waktu dan tergambar dalam bentuk kurva
(Lampiran hasil uji konsolidasi). Selanjutnya kurva tersebut dapat
dipergunakan untuk memperoleh tingkat konsolidasi.
Koefisien konsolidasi (Cv)
Untuk suatu penambahan beban yang diberikan pada suatu contoh
tanah terdapat dua metoda grafis yang umum dipakai untuk
menentukan harga Cv yaitu metoda logaritma-waktu (logarithm of
time method) yang diperkenalkan oleh Casagrande dan fadium
(1940), sedangkan metoda yang lain adalah metoda akar waktu (
Square root of time method) yang diperkenalkan oleh Taylor
III -20
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
(1942). Metoda yang kedua tersebut adalah metoda yang dipakai
dalam penentuan harga koefesien konsolidasi (Cv).
Harga koefisien refleksi tersebut didapat dari rumus :
0,848 X H2
Cv = ---------------
T90
Dimana :
T90 = waktu untuk mencapai 90% konsolidasi H = ½ tinggi benda uji rata-rata Penurunan tanah akibat pembebanan pada masing-masing lokasi dapat dilihat pada lampiran hasil pengujian konsolidasi.
Indeks pemampatan (Compression indeks, Cc)
Nilai Indeks pemampatan Cc, didapat melalui penggambaran harga
angka pori e terhadap log p (lihat lampiran V hasil pengujian
konsolidasi). Harga indeks pemampatan dapat digunakan untuk
menghitung besarnya penurunan yang terjadi sebagai akibat
konsolidasi. Disamping itu, harga indeks pemampatan ini dapat
digunakan untuk menghitung harga coefisient of compressibility
(av), harga coefisient of volume compressibility (mv) dan harga
koefsien rembesan (k).
Indeks pemampatan (Cc) berhubungan dengan berapa besarnya
konsolidasi atau penurunan yang akan terjadi, sedangkan koefisien
konsolidasi (Cv) berhubungan dengan berapa lama suatu
konsolidasi tertentu akan terjadi.
Pengujian kuat geser (Triaxial)
Pengujian kuat geser dari contoh tanah di daerah telitian dilakukan
hanya pada beberapa contoh yang mewakili yaitu berupa contoh
tanah asli (undistubed-sample) dan contoh tanah terganggu
III -21
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
(disturbed-sample), namun semua contoh tersebut tersimpan di
dalam tabung dengan maksud menjaga kondisinya terutama kadar
air dan susunan tanah dilapangan. Kuat geser tanah adalah gaya
perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah terhadap desakan
atau tarikan. Dengan dasar pengetian ini, bila tanah mengalami
pembebanan akan ditahan oleh :
• Kohesi tanah tergantung pada jenis tanah dan kepadatannya,
tetapi tidak tergantung dari tegangan vertikal yang bekerja pada
bidang gesernya.
• Gesekan antar butir-butir tanah yang besarnya berbanding lurus
dengan tegangan vertikal pada bidang gesernya.
Kuat geser tidak memiliki satu nilai tunggal tetapi dilapangan sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
Keadaan tanah, angka pori ukuran butir dan bentuk butir.
Jenis tanah seperti, pasir, berpasir, kerikil, lempung, atau jumlah
relatif dari bahan-bahan yang ada.
Kadar air, terutama untuk lempung (sering berkisar dari sangat
lunak sampai kaku, tergantung pada nilai w).
Jenis beban dan tingkatnya, beban yang cepat akan
menghasilkan tekanan pori yang berlebih.
Anisotropis, kekuatan yang tegak lurus terhadap bidang dasar
akan berbeda jika jika dibandingkan dengan kekuatan yang
sejajar dengan bidang tersebut.
Hipotesis pertama mengenai kuat geser tanah diuraikan oleh
Coulomb (1773), sebagai :
s = c + vσ
Dimana :
s = kuat geser pada bidang yang ditinjau
III -22
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
c = kohesi atau pengaruh tarikan antar partikel, hampir tidak tergantung pada tegang normal pada bidang.
σ = tegangan normal pada bidang yang ditinjau v = koefisien friksi antara bahan-bahan yang bersentuhan.
Persamaan diatas disebut kriteria keruntuhan atau kegagalan Mohr-
Coulomb, dimana garis selubung kegagalan dari persamaan
tersebut dilukiskan dalam lampiran.
Tegangan-tegangan efektif yang terjadi di dalam tanah sangat
dipengaruhi oleh tekanan air pori. Terzaghi (1925) mengubah
rumus Coulomb dalam bentuk tegangan efektif sebagai berikut:
s = c' + (σ-u) tg φ'
s = c' + σ' tg φ'
dengan
c' = kohesi tanah efektif σ' = tegangan normal efektif u = tekanan air pori φ' = sudut gesek dalam tanah efektif
Kuat geser tanah juga bisa dinyatakan dalam bentuk
tegangan-tegangan efektif σ1' dan σ3' pada saat keruntuhan terjadi.
Lingkaran Mohr dalam bentuk lingkaran tegangan, dengan
koordinat-koordinat γ dan σ', seperti yang terlihat pada lampiran
data pemeriksaan triaxial.
Persamaan tegangan geser, dinyatakan oleh:
γ = 1/2 (σ1' - σ3') sin 2θ
σ =1/2(σ1' +σ3')+1/2(σ1' -σ3') cos 2θ
dengan θ adalah sudut teoritis antara bidang horizontal dengan
bidang longsor, yang besarnya:
θ = 45° + φ' / 2
III -23
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
Prosedur uji kuat geser
Pelaksanaan uji kuat geser tanah lempung di daerah telitian dengan
cara ”unconsolidated undrained” (tanpa terkonsolidasi-tanpa
drainasi), dimaksudkan untuk mendapatkan nilai seperti pada
kondisi tempat aslinya, dimana angka pori benda uji pada
permulaan pengujian tidak berubah dari nilai aslinya pada tempat
kedalaman contohnya.
Benda uji mula-mula dibebani dengan penerapan tegangan sel
(tegangan keliling), kemudian dibebani dengan beban normal,
melalui penerapan tegangan deviator sampai mencapai keruntuhan.
Pada penerapan tegangan deviator selama penggeserannya, tidak
diizinkan air keluar dari benda ujinya. Jadi selama pengujian katup
drainasi ditutup. Karena pada pengujiannya air tidak diizinkan
mengalir keluar, beban normal tidak ditransfer ke butiran tanahnya.
Pertama, tegangan sel (σ3) diterapkan, setelah itu tegangan
deviator (Δσ) dikerjakan sampai terjadi keruntuhan. Untuk
pengujian ini :
- Tegangan utama mayor total = σ3 + Δσf = σ1
- Tegangan utama minor total = σ3
Persamaan kuat geser pada kondisi undrained dapat dinyatakan
dalam persamaan :
su = cu = σ1 - σ3 = Δσf
2 2
Penafsiran uji kuat geser
Data yang diperoleh dari uji kuat geser disajikan dalam bentuk
kriteria keruntuhan atau kegagalan Mohr-Coulomb tergambar dalam
bentuk kurva (Lihat lampiran hasil uji kuat geser). Selanjutnya
kurva tersebut dapat dipergunakan untuk memperoleh nilai kohesi
tanah (c) dan sudut gesek dalam tanah.
III -24
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
3.5.6 Analisa Geokimia dan Lainnya
Analisa ini dilakukan dengan metoda Atomic Absorption
Spectrometric (AAS); (Foto 3.9) untuk mengindentifikasi secara
khusus unsur logam seperti Au, Cu, Zn dll termasuk konsentrasinya,
analisa unsur utama (major element) guna mengetahui komposisi
utama pembentuk batuan, selain juga diperlukan analisa titrasi
untuk mengetahui beberapa unsur (senyawa) tertentu.
METODA & PERALATAN
Foto 3.9 Seperangkat alat AAS (tabung pengukur unsur & display
3.5.7. Analisa Scanning Electron Microscope (SEM)
Pelapukan akibat reaksi kimia menghasilkan susunan kelompok
pertikel berukuran koloid dengan diameter butiran lebih kecil dari
0.002 mm, yang disebut mineral lempung. Tanah lempung
mempunyai sifat sangat dipengaruhi oleh gaya-gaya permukaan.
Macam mineral yang diklasifikasikan sebagai mineral lempung
(Kerr,1959) diantaranya terdiri dari kelompok-kelompok
motmorillonite, illite, kaolinite, dan polygorskite. Analisa tanah
lempung berdasarkan SEM dimaksudkan untuk mengetahui
kelompok-kelompok dari mineral lempung tersebut.
III -25
Laporan Akhir
Preparasi contoh tanah dilakukan dengan pemecahan contoh sesuai
pecahan aslinya untuk mendapatkan mikrostruktur dari cintoh
aslinya, dengan menggunakan lem konduktif (Dotite dan pasta
perak) ditempelkan pada specimen holder dan dibersihkan dengan
hand blower untuk menghilangkan debu-debu pengotor.
Selanjutnya diberi lapisan tipis (coating) oleh gold-paladium (Au
:80% dan Pd :20%), dengan menggunakan mesin Ion SputterJFC-
1100 akan didapatkan tebal lapisan 400 amstrong. Coating ini
dimaksudkan agar benda uji yang akan dilakukan pemotretan
menjadi penghantar listrik. Contoh/benda uji dimasukan kedalam
specimen Chamber pada mesin SEM (JSM-35 C), untuk dilakukan
pemotretan.
3.5.8. Analisa X Ray Diffraction (XRD)
Dengan meningkatnya keteraturan struktur kristal tetrahedral SiO4
atau derajat kristalisasinya, mineral silika non- dan mikrokristalin
dapat diurutkan sebagai berikut: opal-A, opal-CT, opal-C, tridimit,
kristobalit, dan kuarsa. Karena ukurannya yang lebih halus dari 50 µ
m, mineral-mineral ini sulit dibedakan secara petrografi.
Salah satu metode yang dapat membedakannya adalah metode
difraktometer sinar-X (XRD = X-ray Diffraction) yang menganalisis
mineral berdasarkan struktur kristalnya. Silika non-kristalin, disebut
opal-A, memberikan pola XRD yang amorf, yaitu menunjukkan
sebuah hump (undukan) dengan intensitas maksimum di sekitar 4
Å. Silika mikrokristalin sendiri terbagi menjadi opal mikrokristalin
(opal-C dan opal-CT), tridimit, kristobalit, dan kuarsa. Opal
mikrokristalin mempunyai hump di sekitar 4 Å yang lebih tajam
dengan intensitas lebih tinggi dibandingkan dengan opal-A sebagai
hasil peningkatan keteraturan struktur kristal silika (tetrahedral
SiO4). Tridimit dan kristobalit mempunyai struktur kristal yang
III -26
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
berlapis teratur, tetapi keduanya mempunyai spasi lapisan SiO4
yang berbeda. Oleh karena itu, tridimit menunjukkan dua peak
(puncak) XRD yang intensif pada 4,11 Å dan 4,33 Å, sedangkan
untuk kristobalit peak tersebut muncul pada 4,04 Å dan 2,49 Å.
Kuarsa merupakan mineral silika paling stabil dan mempunyai
struktur kristal tetrahedral SiO4 paling teratur. Pola XRD-nya
menunjukkan dua peak difraksi utama di posisi 3,34 Å dan 4,26 Å.
Difraktometer sinar-X yang digunakan adalah Goniometer Difraksi
Phillips dengan monokromator grafit dan dikontrol dengan
perangkat lunak Diffraction Technology VisXRD. Kondisi
pengoperasian adalah pada 40 kV dan 20 mA dengan menggunakan
radiasi CuKα (γ 1=1,5405 Å dan γ 2=1,5443 Å).
Kalibrasi dengan standar eksternal silikon (99,99% Si) dan
menggunakan kecepatan goniometer sebesar 0,6°2θ /menit dengan
interval 0,01° menunjukkan penurunan spasi-d (d-spacing) peak
XRD di ~4 Å hingga 0,008 Å atau peningkatan sudut 2-theta
sebesar 0,07° dibandingkan dengan referensi JCPDS yang
dikeluarkan oleh The International Centre for Diffraction Data.
Akurasi pengukuran kristalinitas silika dengan metode XRD
dilakukan dengan menggunakan serbuk silikon sebagai standar
internal dan goniometer berkecepatan 0,6°2θ /menit dengan
interval 0,01°. Hasilnya menunjukkan bahwa posisi intensitas-
maksimum akan berkisar kurang dari 0,4°2θ untuk sebuah hump
dan tidak lebih dari 0,02°2θ untuk sebuah peak, sedangkan lebar
yang diukur pada setengah intensitas-maksimum akan mempunyai
kisaran hingga 0,3°2θ untuk sebuah hump dan kurang dari 0,03°2θ
untuk sebuah peak.
III -27
METODA & PERALATAN
Laporan Akhir
BAB IV
HASIL PENYELIDIKAN
4.1 PENENTUAN POSISI
Lintasan penentuan posisi dan lintasan survey hasil dari
pemanfaatan Differential Global Positioning System (DGPS) type C
NAV 272281 yang terinstal di kapal survei dan telah diintegrasikan
dengan Personal Computer (PC) atau laptop (Gambar 4.1a,b,c)
yang memperlihatkan gambaran total lintasan sepanjang
pemeruman 650 kilometer dengan panjang lintasan seismik
sepanjang 381 kilometer, lintasan side scan sonar dengan panjang
48 kilometer, dengan jumlah contoh sedimen permukaan dasar laut
sepanjang 59 lokasi. Serta 11 lokasi pengambilan contoh bor tangan
disepanjang pesisir P. Nunukan dan P. Sebatik.
Pengambilan data lintasan posisi dilakukan setiap saat selama kapal
berolah gerak mengikuti lintasan yang telah direncanakan
sebelumnya, namun untuk memudahkan di dalam penggambaran
dan dengan alasan teknis seperti kesesuaian dengan metode survei
lain seperti seismik dan pemeruman terhadap waktu, maka waktu
dan posisi yang terplotting dalam peta lintasan posisi diambil setiap
rentang 1 menit. Selain itu pula penentuan posisi diperlukan pada
saat penyelidikan karakteristik pantai dan pengambilan contoh
sedimen pantai, menentukan lokasi pengukuran pasang surut, dan
pengukuran arus statis.
IV-1
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
Gam
bar
4.1
a. P
eta
Lin
tasa
n P
emer
um
an d
an S
eism
ik P
antu
l D
angka
l
IV-2
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
Gam
bar
4.1
b.
Peta
lin
tasa
n S
ide
Sca
n S
onar
IV-3
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
IV-4
HASIL PENYELIDIKAN
Gam
bar
4.1
c. P
eta
Loka
si P
engam
bila
n C
onto
h S
edim
en P
erm
uka
an D
asar
Lau
t, B
or
Tan
gan
dan
Pem
bora
n
Laporan Akhir
4.2 HIDRO-OSEANOGRAFI
4.2.1 PENGAMATAN PASANG SURUT
Kegiatan pengamatan pasang surut pada survei ini dilakukan untuk
mendukung kegiatan pemeruman di laut. Pengamatan pasang
surut ini dilakukan di 1 lokasi pengamatan yaitu di Dermaga Sei
Nyamuk, Sebatik secara kontinyu dari tanggal 3 Juni s/d 2 Juli 2005
ditambah pengamatan selama 15 hari dari tanggal 29 Juli s/d 12
Agustus 2005 pada saat kegiatan pemeruman berlangsung.
Pengamatan pasang surut dilakukan dengan menggunakan rambu
ukur pasang surut. Pengamatan dengan menggunakan alat rambu
ukur ini data direkam setiap selang 1 jam. Data hasil pembacaan
pasang surut ini kemudian dianalisis sehingga akan memeperoleh
harga bilangan Formzahl serta sebagai koreksi dalam hasil kegiatan
pemeruman sehingga menghasilkan peta batimetri.
Data pengamatan pasang surut selama kegiatan pemeruman
berlangsung dilampirkan pada Lampiran Data Pasang Surut
berikut dengan kurva pasang surutnya.
Analisa Data Pasang Surut dan Muka Surutan
Konstanta Harmonik Pasang Surut
Data hasil pengamatan pasang surut ini selanjutnya diolah dengan
menggunakan metode British Admiralty untuk mendapatkan
konstanta harmonik (M2, S2, N2, K1, O1, M4, MS4, K2, dan P1)
yang berupa amplitudo dan fasanya.
Hasil akhir perhitungan konstanta harmonik ini adalah sebagai
berikut:
IV-5
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
So M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 K2 P1
A
(cm) 19.6 5.5 2.0 3.2 0.2 2.8 0.1 0.6 0.5 0.1
g (o) 153.0 144.2 256.8 80.7 365.8 390.4 109.2 144.2 80.7
Tabel 4.1 Tabel Konstanta Harmonik pasang surut daerah telitian
- Dimana :
A Amplitudo pasang surut
G Sudut Kelambatan phase
So Level muka laut rata-rata diatas titik nol rambu
M2 Konstanta harmonik yang dipengaruhi posisi bulan
S2 Konstanta harmonik yang dipengaruhi posisi matahari
N2 Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh perubahan jarak, akibat lintasan bulan yang berbentuk elips
K2 Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh perubahan jarak, akibat lintasan matahari yang berbentuk elips
K1 Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi bulan dan matahari
O1 Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi bulan
P1 Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi matahari
M4 Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh bulan sebanyak 2x
MS4 Konstanta harmonik yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara M2 dan S2
Hasil perhitungan metode Admiralty secara lengkap dapat dilihat
pada Lampiran Data Pasang Surut.
Berdasarkan harga perbandingan konstanta harmonic pasang surut
di atas diperoleh harga bilangan Formzahl di stasiun pengamatan
pasang surut Dermaga Sei Nyamuk adalah 0.4067792
Harga bilangan Formzahl di ini menunjukan bahwa tipe pasang
surut pada stasiun pengamatan pasang surut adalah tipe campuran
dominan ganda artinya terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
dalam waktu 24 jam. Sedangkan tunggang air maksimum
berdasarkan harga pasang surut hasil pengamatan selama 30 hari
adalah tunggang air maksimum di stasiun pengamatan pasang
surut Dermaga Sei Nyamuk adalah 3.0 m
IV-6
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
Muka Surutan (Chart Datum)
Tahap selanjutnya dalam pengolahan data pasang surut untuk
mengoreksi data batimetri adalah perhitungan muka surutan (Chart
Datum) dan air tinggi tertinggi berdasarkan pada harga konstanta
pasang surut tersebut di atas. Perhitungan muka surutan dan air
tinggi ini digunakan untuk meghitung berbagai referensi elevasi
atau datum vertikal, HWS (level muka air pasang tertinggi) dan
LWS (level muka air surutan terendah). Elevasi yang lazim
digunakan sebagai level acuan ketinggian adalah LWS. Dengan
demikian seluruh pengukuran batimetri, ataupun titik pangkal di
darat mengacu pada datum LWS sebagai titik nol. Hasil analisa
pasang surut berikut perhitungan muka surutan (chart datum) dan
muka air tertinggi dapat dilihat pada Lampiran Data Pasang
Surut..
Berdasarkan hasil perhitungan muka surutan diperoleh harga Chart
Datum (Zo) sebagai berikut :
Harga Zo untuk lokasi pengamatan pasang surut di Dermaga Sei
Nyamuk adalah 1.7 m di bawah duduk tengah. Harga Zo ini
selanjutnya digunakan untuk menyurutkan seluruh harga
kedalaman hasil koreksi.
4.2.2 PENGUKURAN ARUS
Pengukuran arus ini dimaksudkan untuk mengetahui arah dan
kecepatan arus absolute di lokasi survei. Pengukuran arus ini
dilakukan secara stasioner dengan menggunakan peralatan
Currentmeter Valeport tipe 106. Adapun selang waktu
pengukuran setiap 1 (satu) jam secara terus-menerus selama 25
jam pengamatan, yaitu pada saat bulan mati (neap tide) dan pada
saat bulan purnama (spring tide) dengan jumlah lokasi pengamatan
3 lokasi, yaitu di Perairan sebelah timur P. Sebatik dan P. Nunukan,
IV-7
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
dan perairan Selat Nunukan Khusus untuk stasiun pengukuran di
lokasi perairan Nunukan sebelah timur-tenggara pengukuran arus
hanya dilakukan pada siang hari selama 12 jam setiap harinya,
mengingat kondisi cuaca untuk melakukan pengukuran pada malam
hari di lokasi ini tidak memungkinkan. Pemilihan tanggal dan waktu
pengamatan arus ini didasarkan pada kondisi pasang surutnya,
dimana pada tanggal tersebut posisi air pasang mencapai
maksimum sedangkan posisi air surut mencapai minimum sehingga
kecepatan arus maksimum dapat diukur dengan baik.
Pengukuran arus ini dilakukan dengan cara pembacaan langsung
(direct reading), yaitu pembacaan arah dan kecepatan arus secara
langsung pada alat Valeport kemudian dicatat pada formulir
pengamatan. Pembacaan data arus ini dilakukan sebanyak tiga kali
pembacaan, selanjutnya data ini dirata-ratakan untuk mendapatkan
arah dan kecepatan arus rata-rata untuk setiap kedalaman
pengukuran.
Pengukuran arus ini dilakukan terhadap 3 (tiga) kedalaman berbeda
di setiap stasiun pengukuran arus yaitu kedalaman 0.2 H untuk arus
permukaan, 0.6 H untuk arus menengah dan 0.8 H untuk arus
bawah, dimana H adalah kedalaman laut di lokasi stasiun
pengukuran arus. Kedalaman laut di masing-masing stasiun
pengukuran arus adalah sebagai berikut :
- Di Selat Nunukan sebelah utara kedalaman stasiun
pengukuran arus adalah 12 meter, sehingga pengukuran
untuk arus permukaan, menengah dan bawah dilakukan
pada kedalaman 2.4 m, 7.2 m dan 9.6 m.
- Sedangkan di Selat Nunukan sebelah selatan dan perairan
sebelah timur P. Sebatik dan P. Nunukan kedalaman stasiun
pengukuran arus adalah 10 meter, sehingga pengukuran
IV-8
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
untuk arus permukaan, menengah dan bawah dilakukan pada
kedalaman 2 m, 6 m dan 8 m.
Dari data hasil pengukuran diperoleh harga arah dan kecepatan
untuk arus permukaan, menengah dan bawah. Untuk mengetahui
harga kecepatan arus secara vertical diperoleh dengan cara merata-
ratakan hasil pengukuran pada kedalaman 0.2 H, 0.6 H dan 0.8 H
dengan menggunakan rumus :
V = 0.5 (v 0.6 + ((v 0.2 + v 0.8)/2)
Dimana : V : Kecepatan vertical rata-rata (m/det)
V0.2 : Kecepatan arus permukaan (m/det)
V0.6 : Kecepatan arus menengah (m/det)
V0.8 : Kecepatan arus bawah (m/det)
Data hasil pengukuran lapangan secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran Data Arus, Selanjutnya data ini diolah dengan
melakukan perhitungan matematis untuk menghitung komponen
arah arus pasang surut dan non pasang surut, pengklasifikasian
arus berdasarkan arah dan kecepatan untuk mengetahui arah arus
dominan dan penggambaran hubungan arus dengan pasang
surutnya.
Perhitungan Arus Pasang Surut
Perhitungan arus pasang surut hanya dilakukan pada dua lokasi
pengukuran yaitu lokasi pengukuran arus di Selat Nunukan sebelah
utara dan Selat Nunukan sebelah selatan, sedangkan untuk lokasi di
perairan Nunukan sebelah timur-tenggara tidak dilakukan
perhitungan pemisahan arus karena pengukuran arusnya hanya
dilakukan 12 jam setiap harinya. Perhitungan arus pasang surut ini
bertujuan untuk memisahkan komponen arus pasang surut dengan
IV-9
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
arus non pasang surutnya. Berdasarkan hasil perhitungan arus
pasang surut di lokasi titik-titik pengukuran di peroleh hasil sebagai
berikut:
Lokasi Komponen Utara
Komponen Timur
Arah (o)
Kecepatan (m/det)
P. Sebatik Sebelah Timur -0.01078 0.02218 116 0.025 P. Nunukan Sebelah Utara -0.02141 0.02396 132 0.032 P. Nunukan Sebelah Selatan -0.09967 0.00800 175 0.100
HASIL PENYELIDIKAN
Hasil perhitungan arus pasang surut dan non pasang secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran Data Arus.
Pembuatan diagram grafik arus (lampiran) dilakukan untuk
mengetahui arah arus dominan, khususnya di lokasi stasiun
pengukuran. Pembuatan diagram grafik arus ini didasarkan pada
pengklasifikasian arus menurut arah dan kecepatannya untuk
semua lokasi stasiun pengukuran arus di lapangan. Berdasarkan
diagram grafik arus secara umum arah arus di Selat Nunukan
sebelah utara dan selatan dominan berarah baratlaut – tenggara,
sedangkan di lokasi perairan P. Sebatik dan P. Nunukan sebelah
timur arah arus dominan berarah timur – barat.
Distribusi frekuensi arah dan kecepatan arus pada 3 (tiga)
kedalaman pengukuran memperlihatkan pola penyebaran yang
sama, ini menunjukan bahwa arah arus untuk arus permukaan,
menengah dan bawah relative sama, sedangkan distribusi frekuensi
kecepatannya cukup berbeda. Frekuensi kecepatan arus maksimum
untuk arus permukaan lebih banyak dibandingkan arus menengah
dan bawah, hal ini menunjukan bahwa kecepatan arus permukaan
rata-rata lebih besar daripada arus menengah dan bawah. Tabel di
bawah ini memperlihatkan harga kecepatan arus maksimum untuk
3 (tigat) lokasi pengukuran pada 3 (tiga) kedalaman berbeda.
Lokasi Kedalaman Kecepatan Kondisi Air
Tabel 4.2 Hasil perhitungan arus pasang surut Arus vertical rata-rata:
IV-10
Laporan Akhir
Pengukuran (m/det) - Permukaan - Menengah - Bawah
0.806 0.637 0.571
Surut Arah Timur
Perairan Sebatik Sebelah Timur
- Permukaan - Menengah - Bawah
0.557 0.482 0.412
Pasang Arah Barat
- Permukaan - Menengah - Bawah
0.897 0.677 0.535
Surut Arah Tenggara
Selat Nunukan Sebelah Utara
- Permukaan - Menengah - Bawah
1.243 1.159 1.156
Pasang Arah Baratlaut
- Permukaan - Menengah - Bawah
1.246 1.167 1.013
Surut Arah Tenggara
Selat Nunukan Sebelah Selatan
- Permukaan - Menengah - Bawah
0.890 0.760 0.552
Pasang Arah Baratlaut
Tabel 4.3 Kecepatan Arus Maksimum Di 3 (tiga) Lokasi Pengukuran
Diagram bunga arus dan peta arus di lokasi perairan Sebatik –
Nunukan dapat dilihat pada Lampiran Data Arus.
Hubungan Pola Arus dan Pasang Surut
Penggambaran pola arus dan pasang surut dilakukan untuk melihat
fenomena hubungan antara gerakan naik turunnya air laut (pasang
surut) pengaruhnya terhadap pola arus disekitar lokasi daerah
penelitian.
Dari hasil penggambaran pola arus dan pasang surut untuk 3 (tiga)
stasiun pengukuran memperlihatkan dengan jelas bahwa pola arus
di lokasi survei sangat dipengaruhi oleh kondisi pasang surutnya. Di
daerah Selat Nunukan sebelah utara dan selatan saat air pasang
arus bergerak kearah baratlaut sedangkan pada saat surut arus
bergerak ke arah tenggara, sedangkan di perairan sebelah timur
Nunukan saat pasang arus bergerak kearah barat sedangkan pada
saat surut arus bergerak kearah timur. Kecepatan arus pada saat
surut lebih besar dibandingkan kecepatan arus pada saat pasang.
IV-11
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
Gambaran hubungan pola arus dan pasang surut digambarkan
dengan pada jelas pada Lampiran Data Arus. Dilihat dari
gambaran tersebut terlihat bahwa kecepatan arus maksimum
terjadi pada saat kondisi air sedang pasang dan sedang surut,
sedangkan pada saat kondisi air pasang maksimum dan surut
minimum kecepatan arusnya kecil atau terjadi “Slack Water”. Saat
kondisi air pasang maksimum dan surut minimum terjadi
pembalikan arah arus sesuai dengan kondisi pasang surutnya.
4.2.3 Pengamatan Gelombang
Pengamatan gelombang dilakukan dibeberapa lokasi dengan cara
pengamatan visual. Lokasi-lokasi tersebut adalah sepanjang pantai
Tanjung Batulamampu di P. Sebatik dan Semengkadu di P.
Nunukan. . Secara umum arah penjalaran gelombang di sekitar
perairan Nunukan dan sekitarnya selama pengamatan berasal dari
timurlaut-timur dengan tinggi gelombang rata-rata antara 20 – 50
cm dan periode gelombang 5 – 8 detik pada keadaan normal.
Kondisi ini bisa berubah secara ekstrim hingga mencapai tinggi
gelombang 100 - 150 cm saat angin bertiup kencang khususnya
pada saat musim timur berlangsung, berdasarkan data iklim dari
Bandar Udara Tarakan sepanjang tahun angin timur bertiup antara
6 - 8 bulan. Gelombang yang timbul di perairan ini selain yang
dibangkitkan oleh angin juga gelombang yang ditimbulkan karena
alun dari laut lepas, dimana gelombang ini juga cukup signifikan
berpengaruh terhadap proses terjadinya abrasi pantai di sepanjang
pantai yang mengarah ke Lepas pantai kecuali di Tanjung
Batulampu sebagai akibat resistensi dari batuannya yang cukup
keras.
Pada keadaan normal tipe gelombang yang dominant adalah tipe
plunging, sedangkan pada saat terjadi gelombang besar tipe
IV-12
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
gelombang yang terjadi adalah tipe surging dengan arah datang
gelombang dominant tegak lurus pantai.
4.3 GEOFISIKA
4.3.1 PEMERUMAN
Maksud di lakukannya pekerjaan pemeruman di wilayah perairan
Sebatik – Nunukan Kalimantan Timur adalah dalam rangka
tersediannya data dasar tentang kondisi dasar laut di daerah telitian
sebagai kajian untuk mengetahui kondisi geologi.
Lintasan pemeruman umumnya berarah timurlaut-baratdaya
dengan lintasan silang berarah utara-selatan serta lintasan disekitar
Selat Nunukan. Lintasan pengukuran mencapai kurang lebih 650
km. Data posisi yang disajikan berupa data koordinat setiap 2 menit
pembacaan kedalaman. Data yang disajikan dalam bentuk tabel
yang nantinya akan dikoreksi dengan pembacaan pasang surut
kemudian akan diolah menjadi data kedalaman laut (batimetri).
Kegiatan pengukuran pemeruman selalu dilakukan bersamaan
dengan pengukuran penampang seismik hanya pada beberapa
lintasan kegiatan ini dilakukan secara bersamaan (lihat gambar
4.1). Hasil pengukuran berupa penampang seismik yang
menggambarkan keadaan sedimen dasar laut dan bawah laut serta
struktur geologi.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan 1 (satu) buah
perahu kayu berukuran kurang lebih 10 ton untuk daerah survei
dengan kedalaman lebih dari 2 meter, dan 1 (satu) perahu pancung
untuk kedalaman kurang dari 2 meter (Shallow Sounding). Wahana
perahu tersebut diperlengkapi dengan kelengkapan navigasi dan
echosounder yang sama, yaitu sistem navigasi Differential Global
Positioning System (DGPS) type C Nav 272281, perangkat lunak
IV-13
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
navigasi Hypack yang dijalankan pada sebuah komputer notebook
dan 1 (satu) unit digital echosounder Odom Hydrotrac yang
mempunyai ketelitian 0,1 m.
Koreksi kedalaman dasar laut yang diterapkan untuk menghitung
kedalaman yang sebenarnya (true depth) adalah koreksi pasang
surut yang diperoleh dari pengamatan selama survei dan koreksi
statis yaitu koreksi kedalaman laut terhadap posisi sensor
echosounder. Koreksi statis sudah secara otomatis dilakukan oleh
alat echosounder pada saat dilakukan kegiatan barcheck saat
sebelum survei dan saat sesudah survei sehingga harga kedalaman
laut yang terbaca adalah harga kedalaman yang sudah terkoreksi
statis.
Dalam tahapan pengolahan data, data hasil pemeruman ini
dikoreksikan terhadap data pasang surut selama pengamatan. Data
pasang surut ini diolah dengan menggunakan metode Admiralty
untuk mendapatkan harga duduk tengah dan konstanta
harmoniknya, selanjutnya dilakukan perhitungan analisis kombinasi
untuk mendapatkan harga muka surutannya atau Chart Datum
(Zo). Dari hasil perhitungan analisis kombinasi diperoleh harga Zo
untuk stasiun pengamatan pasang surut Dermaga Sei Nyamuk
Sebatik sebesar 1.7 m. Harga Zo di stasiun pengamatan pasang
surut tersebut digunakan untuk menyurutkan seluruh data batimetri
yang sudah dikoreksi terhadap duduk tengahnya. Harga batimetri
yang sudah disurutkan terhadap Chart Datum selanjutnya dibuat
menjadi Peta Batimetri.
Berdasarkan hasil ekstrapolasi dan intrapolasi dari titik-titik
kedalaman dari setiap lokasi pengambilan data diperoleh Peta
Kontur Batimetri (Gambar 4.2a, b) dengan kedalaman laut hasil
pengukuran berkisar yang terdangkal 5 meter hingga yang terdalam
45 meter .
IV-14
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
Berdasarkan pola kontur kedalaman laut pada Peta Batimetri,
morfologi dasar laut daerah telitian dapat dibagi berdasarkan sistem
perairannya, yaitu :
- Morfologi dasar laut daerah perairan laut terbuka, yaitu
perairan sebelah timur daerah telitian yang termasuk
didalamnya pola kontur dari morfologi terumbu Karang
Unarang.
- Morfologi dasar laut di perairan selat, yaitu perairan Selat
Nunukan dan selat lainnya.
Perairan Laut Terbuka
Kawasan perairan yang termasuk kedalam daerah perairan laut
terbuka, yaitu : perairan sebelah timur P. Sebatik, perairan sebelah
tenggara P. Nunukan, dan perairan sebelah timur P. Haus. Dilihat
dari pola kontur kedalamannya morfologi dasar laut yang dominan
di perairan ini secara umum terdiri dari perairan laut dangkal
(kedalaman 0 – 10 m) dan perairan laut dalam (lebih besar dari 10
m).
Perairan laut dangkal mempunyai ciri sebagai berikut : kemiringan
morfologi dasar laut yang landai dengan kemiringan 0.04o – 0.19o,
daerah surutan yang luas dengan gosong-gosong pasir yang muncul
ke permukaan saat air laut surut rendah. Lokasi gosong-gosong
pasir di pantai dilihat berupa kontur kedalaman yang renggang dan
kontur-kontur tertutup yang berarah tenggara-baratlaut dengan
kedalaman bervariasi antara 0 – 2 m dan melampar luas ke tengah
laut.
IV-15
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
Gam
bar
4.2
a. P
eta
Bat
imet
ri d
aera
h t
elitia
n
IV-16
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
Gambar 4.2b. Peta Batimetri sekitar Karang Unarang
IV-17
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
Pola kontur ini mendominasi sebagian besar perairan pantai sebelah
timur terutama perairan pantai P. Sebatik, pantai P. Nunukan dan
pantai P. Haus. Sedangkan lokasi gosong di tengah laut seperti
Gosong Makasar dan Gosong Padang keberadaanya diindikasikan
oleh bentuk kontur kedalaman tertutup yang cukup rapat dengan
arah barat-timur.
Sedangkan untuk harga kedalaman laut yang lebih besar dari 10 m,
perairan ini dicirikan oleh pola kontur yang rapat dengan sudut
kemiringan mengarah ke tenggara. Harga kedalaman laut di lokasi
perairan ini berkisar antara 10 – 70 m dengan kemiringan antara
0.35o – 0.57o. Lokasi Karang Unarang di sebelah timur daerah
telitian terlihat sebagai suatu kontur tertutup yang relatif kecil.
Perairan Selat
Perairan selat yang dimaksud adalah perairan Selat Nunukan yang
melingkupi P. Nunukan mulai dari perairan Nunukan sebelah timur,
Nunukan sebelah utara, Nunukan sebelah barat hingga perairan
Nunukan sebelah selatan dan perairan selat yang relatif cukup kecil
dan sempit seperti selat di sebelah barat P. Tinambasan. Perairan
Selat Nunukan bagian utara-timur dan bagian selatan mempunyai
profil penampang morfologi dasar laut berbentuk huruf “U” dengan
kedalaman laut berkisar antara 0 – 15 m, namun dibeberapa
tempat ada yang lebih besar dari 15 m. Profil dasar laut di perairan
ini diperlihatkan oleh pola kontur kedalamannya, dimana di pinggir
selat kontur kedalaman relatif rapat dengan harga kedalaman
berkisar antara 0 – 9 m sedangkan di tengah selat konturnya relatif
renggang dengan harga kedalaman laut berkisar antara 10 – 15 m.
Pola kontur rapat menunjukan bahwa kemiringan dasar laut di
pinggir selat relatif cukup curam, sedangkan di tengah selat relatif
landai.
IV-18
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
Sedangkan di perairan Selat Nunukan sebelah barat hingga
baratlaut profil penampang morfologi dasar lautnya relatif lebih
landai dengan kedalaman laut berkisar antara 0 – 8 m. Di sebelah
barat terutama di daerah sekitar Tj. Cantik kontur 2 m relatif
menjorok ketengah hampir bersatu dengan kontur 2 m yang
terdapat di tengah selat, pola kontur ini menunjukan lokasi gosong-
gosong pasir yang terdapat di lokasi ini. Gosong pasir ini
mempersempit alur pelayaran sehingga mengganggu kapal-kapal
yang keluar masuk Nunukan.
Untuk perairan selat yang sempit kondisi morfologinya tidak
berbeda jauh dengan kondisi morfologi daerah sungai, yaitu
mempunyai daerah aliran berbentuk huruf “U”.
4.3.2 SEISMIK PANTUL DANGKAL
Pengambilan data seismik dangkal saluran tunggal dimaksudkan
untuk mengetahui gambaran kondisi geologi bawah permukaan
seperti tatanan struktur geologi, urutan sedimentasi (stratigrafi)
yang teridentifikasi dalam rekaman seismik (analog record).
Lintasan utama seismik berarah umumnya barat - timur (Peta
Lintasan).
Proses geologi bawah dasar laut dapat diketahui berdasarkan hasil
interpretasi rekaman seismik pantul dangkal Dari beberapa contoh
rekaman yang ditampilkan terlihat bahwa proses sedimentasi yang
terjadi tidak menerus, hal ini diperlihatkan oleh pola konfigurasi
reflektor yang tidak seragam dari masing-masing lintasan. Kondisi
yang terjadi demikian merupakan hasil proses geologi, dimana
sedimentasi terjadi mengikuti bentukan dari morfologi sebelum
terjadi pengendapan. Bentukan morfologi dasar laut di daerah
selidikan ditandai oleh adanya tinggian-tingian dasar laut yang
merupakan batuan dasar, bentukan morfologi batuan dasar ini
IV-19
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
tidak seragam kadang kala terlihat bentuk cekungan atau
morfologi berundak dan ada kalanya lapisan sedimen bawah
permukaan ini seperti lapisan datar (flat) karena batuan dasarnya
berada cukup jauh dibawahnya.
Daerah telitian dengan memperhatikan pola reflektor yang ada
terdiri atas 4 (empat) kelompok runtunan, masing-masing:
(Gambar 4.3 & 4.4).
Runtunan A
Runtunan-A merupakan runtunan termuda dicirikan dengan pola
reflektor berupa perlapisan yang menerus dan sejajar/paralel
umumnya pola konfigurasi ini mempunyai kontinuitas rendah dan
variasi amplitudo berjalan secara perlahan atau tidak ada sama
sekali. Hal ini menunjukkan saat pengendapan dalam perioda yang
tenang (Mitchum, 1977). Runtunan ini memiliki ketebalan yang
paling tipis hanya berkisar antara 5 hingga 7.5 m, kemudian di
bawahnya adalah runtuhan B yang merupakan batuan yang lebih
muda. Batas atas unit A ini menerus hampir di semua lintasan
terutama di bagian tengah daerah selidikan (sekitar Gosong
Makasar hingga Karang Unarang) karena selain disebabkan oleh
lemahnya energi, umumnya tertutup oleh karakter pantulan
external, sehingga horizon reflektornya sulit diidentifikasi.
Unit A ini dijumpai hampir di seluruh lintasan seismik di daerah
selidikan Kecuali Lintasan di selatan / tenggara daerah penyelidikan
dengan tatanan struktur geologi yang relatif tidak berkembang.
Pola ini mengandung sedimen berbutir halus dan diendapkan di
lingkungan yang berenergi rendah seperti delta yang mengalami
depresi. Runtuhan ini diperkirakan sebagai sedimen baru berumur
kuarter.
Runtunan B
IV-20
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
Runtunan B pada beberapa lintasan terlihat berada secara tidak
selaras di bawah runtunan A nampak pada Lintasan 11 dengan pola
karakter refleksi berbentuk divergent (Mitchum, 1977), ketebalan
runtunan ini sangat bervariasi yang secara umum berkisar antara
10 hingga 20 m. Runtunan ini dicirikan dengan pola reflektor
berbentuk subpararel hingga divergent dengan di beberapa tempat
mengalami penipisan serta terlihat kontak erosional membentuk
channeling yang nampak pula pada Lintasan-5 yang merupakan
kenampakan khas dari kompleks slope fan;
Runtunan C
Runtunan C terletak di bawah runtunan B secara tidak selaras yang
dicirikan dengan pola reflektor dari subparalel hingga transparan,
memiliki ketebalan 7.5 hingga 12 meter. Di lokasi tertentu
khususnya di sekitar Karang Unarang (selatan Karang Unarang)
seperti terlihat pada Lintasan Unarang-1 memperlihatkan sedimen
transparan yang mengisi channel yang dibentuk oleh struktur
graben dengan arah relatif barat - timur yang diduga berumur Mio-
pliosen;
Runtunan D
Runtunan D merupakan runtunan tertua sekaligus sebagai batuan
dasar akustik di daerah telitian. Pada runtunan ini terlihat adanya
struktur patahan yang berkembang hingga sesar, selain itu terlihat
pula beberapa struktur lipatan berupa antiklin. Khusus untuk lokasi
di sekitar Karang Unarang pola umum struktur yang berkembang
memiliki arah baratlaut-tenggara (relatif sama dengan pola struktur
di daratan Kalimantan Timur).
IV-21
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
Gam
bar
4.3
. Pe
nam
pan
g S
eism
ik L
inta
san 4
IV-1
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
Gam
bar
4.4
. Pe
nam
pan
g S
eism
ik L
inta
san U
nar
ang 1
IV-2
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
4.4 GEOLOGI KELAUTAN
4.4.1 KARAKTERISTIK PANTAI
Pengamatan karakteristik pantai dilakukan sepanjang pantai daerah
penyelidikan. Pengamatan dan pengambilan data dilakukan secara
visual dan deskriptif. Tujuan dari pengamatan karakteristik pantai
adalah untuk mengetahui secara detail kondisi pantai daerah
penyelidikan kaitannya dengan pemetaan garis pantainya (Gambar
4.5).
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan kawasan pantai di daerah
penyelidikan pada umumnya merupakan pantai berbakau dengan
profil pantai dari landai hingga curam. Kawasan pantai di daerah
penyelidikan secara garis besar terdiri dari kawasan pantai P.
Sebatik, pantai Pulau Nunukan, pantai Pulau Nunukan Selatan, dan
pantai Pulau Haus.
Kawasan Pantai Pulau Sebatik
Kawasan pantai Pulau Sebatik terbentang sepanjang Pulau Sebatik
mulai dari perbatasan Indonesia – Malaysia di timur sampai dengan
perbatasan Indonesia – Malaysia di barat dengan panjang pantai
seluruhnya kurang lebih 58 km. Kondisi pantainya sebagian besar
terdiri dari pantai mangrove dengan kondisi cukup kritis khususnya
di sekitar Sei Pancang dan Sei Nyamuk (Foto 4.1) dan hanya
sebagian kecil pantai berpasir, yaitu di kawasan pantai sekitar Sei
Taiwan dan Batulamampu (Foto 4.2 dan 4.3). Dilihat dari profil
batimetrinya pantai sebelah timur hingga selatan mempunyai
karakteristik profil pantai yang landai, sedangkan pantai sebelah
barat karakteristik pantainya relative lebih curam.
IV-24
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
IV-25
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
Foto 4.1 Pantai dengan hutan mangrove dengan kerapatan rendah di Sei Pancang (pada saat pasang), P. Sebatik
Foto 4.2 Pantai Berpasir di sekitar Sei Taiwan, P. Sebatik
IV-26
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
Foto 4.3 Pantai Berpasir di Tanjung Batu Lamampu, P. Sebatik
Di pantai sebelah timur pada saat air surut rendah terlihat daerah
surutan yang sangat luas dengan gosong-gosong pasir yang muncul
ke permukaan, sebaliknya di pantai sebelah barat pada saat air
surut rendah daerah surutan yang teramati dari tumbuhan bakau
terluar ke laut cukup sempit. Karakteristik garis pantai di pantai
sebelah timur berupa pantai lurus agak berlekuk dan tanjung
dengan batas garis pantai pada saat pasang maksimum dapat
teramati dengan jelas terutama pada lokasi yang ada pemukiman
penduduk dan tidak ada tumbuhan bakaunya, sedangkan di pantai
sebelah selatan hingga barat karakteristik garis pantainya berupa
pantai lurus dengan garis pantai pada saat pasang maksimum tidak
dapat teramati karena tertutup oleh tumbuhan bakau.
Pantai bagian timur mulai dari Sei Pancang sampai dengan Sei
Taiwan pada umumnya sudah cukup berkembang karena kawasan
ini merupakan kawasan yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
Sedangkan pantai sebelah selatan hingga barat merupakan pantai
yang belum berkembang, namun belakangan ini telah banyak
dibuka lokasi pertambakan.
IV-27
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
Kawasan Pantai Pulau Nunukan
Pulau Nunukan terletak di sebelah selatan Pulau Sebatik dengan
seluruh pulaunya dikelilingi oleh laut. Panjang garis pantai
seluruhnya kurang lebih 68.1 km dengan kondisi pantainya
sebagian besar adalah pantai mangrove. Karakteristik profil
pantainya dilihat dari penampang batimetri sebagian besar relative
curam kecuali di kawasan pantai sebelah tenggara P. Nunukan dan
sekitar Tanjung Cantik profil pantainya landai, hal ini ditandai
dengan adanya gosong pasir yang cukup lebar mulai dari pantai
hingga ke tengah laut (Foto 4.4). Gosong-gosong pasir tersebut
akan muncul pada saat air surut rendah sehingga terlihat daerah
surutan yang luas yang melampar sampai ke laut, begitu pula di
Tanjung Cantik terlihat daerah surutan yang cukup lebar walaupun
tidak seluas seperti di pantai sebelah tenggara namun demikian di
sebelah barat Tanjung Cantik terdapat juga gosong yang
berdekatan dengan Pulau Tinambasan, sehingga di daerah ini alur
selatnya menjadi sempit dan berbahaya bagi pelayaran.
Sebaliknya di pantai sebelah selatan-baratdaya mulai Semengkadu
ke arah Timur (Foto 4.5) pada saat air surut rendah daerah surutan
yang teramati dari garis bakau terluar sampai ke posisi air laut
cukup sempit karena tertutup oleh tumbuhan bakau. Profil garis
pantainya pada umumnya berupa pantai lurus agak berlekuk dan
tanjung, sedangkan batas garis pantainya pada saat pasang
maksimum sebagian besar tidak dapat diamati karena batas garis
pantainya berada di dalam kawasan bakau. Kawasan pantai
Nunukan sebagian besar belum berkembang hanya di pantai
sebelah utara hingga timurlaut yang sudah berkembang menjadi
daerah pemukiman penduduk dan perkantoran.
IV-28
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
Foto 4.4 Pantai Berpasir dengan kenampakan gosong-gosong pasir di Tanjung Cantik, P. Nunukan
Foto 4.5 Pantai dengan kondisi hutan mangrove yang lebat di sekitar timur Semengkadu, P. Nunukan
IV-29
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
Kawasan Pantai Pulau Nunukan Selatan dan Bukat
Pulau Bukat terletak di sebelah baratdaya Pulau Nunukan, di
sebelah timur dan utara dibatasi oleh Selat Nunukan sedangkan di
sebelah barat dan selatan dibatasi oleh Sungai Sebaung. Dilihat
dari penampang batimetrinya secara umum profil pantai di Pulau
Nunukan Selatan sebelah utara relative lebih curam dibandingkan
dengan profil pantai sebelah selatan dan pantai Pulau Bukat. Di
sebelah timur Pulau Bukat terutama dekat Tanjung Bilas pada saat
surut rendah terlihat adanya gosong pasir yang melebar kearah
timur (Foto 4.6), hal ini menyebabkan daerah surutan yang
teramati cukup luas. Sedangkan daerah surutan di sebagian besar
Pulau Nunukan selatan terlihat cukup sempit diukur dari garis bakau
terluar sampai ke posisi air laut. Karakteristik garis pantainya
berupa pantai lurus berlekuk di pantai sebelah timur, sedangkan di
sebelah barat garis pantainya berlekuk-lekuk. Batas garis pantai
pada saat pasang maksimum tidak dapat teramati karena letaknya
tertutup oleh tumbuhan bakau.
Pulau Nunukan Selatan dan Pulau Bukat termasuk pulau yang tak
ada penduduknya, namun dalam sepuluh tahun terakhir ini telah
berkembang usaha pertambakan udang dan ikan bandeng. Kondisi
ini menyebabkan hampir sebagian besar daratan dari kedua Pulau
ini dijadikan kawasan pertambakan.
Kawasan Pantai Pulau Haus
Profil kawasan pantai sebelah utara hingga timur Pulau Haus dilihat
dari penampang batimetri pada umumnya adalah landai dengan
daerah gosong pasir yang melampar luas dari pantai hingga ke
tengah laut, kondisi ini akan sangat jelas terlihat pada saat air surut
rendah. Hampir seluruh daratan pantai di Pulau Haus ditumbuhi
dengan tumbuhan bakau (Foto 4.7), sehingga batas garis pantai
pada saat pasang maksimum tidak dapat teramati. IV-30
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
Foto 4.6 Pantai tertutup hutan mangrove di utara P. Bukat
Foto 4.7 Pantai mangrove yang umum terdapat di sekitar P. Haus (pada saat pasang maksimum)
IV-31
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
4.4.2 SEBARAN SEDIMEN
Kegiatan ini dibagi dalam 2 macam, yaitu Pengambilan Contoh
Sedimen Permukaan dasar laut yang diambil sepanjang lintasan
pemeruman dengan jumlah contoh sedimen terambil sebanyak 59
contoh dan pengambilan contoh sedimen pantai dan pengambilan
contoh dengan bor tangan. Untuk memperoleh gambaran sedimen
permukaan dasar laut, dilakukan pemisahan butiran di
laboratorium berdasarkan kelulusan mess ayakan (x phi) mulai –2,0
phi hingga 8 phi.
Selanjutnya untuk menentukan nama sedimen berdasarkan
klasifikasi tekstur sedimen permukaan dasar laut dari Folk (1980).
Dalam penentuan klasifikasi tersebut penamaan komposisi sedimen
hanya dilihat dari distribusi besar butirnya, dimana akan terdapat
distribusi yang dominan dan tidak dominan. Oleh karena itu apabila
terdapat fragmen karbonat, yang seringkali berasal dari tempat
sedimentasinya (insitu), maka sulit untuk melihat jenis batuannya.
Hal inilah yang terjadi di daerah penyelidikan.
Berdasarkan analisa besar butir (LAMPIRAN) diperoleh hasil bahwa
litologi sedimen permukaan dasar laut terdiri dari 7 Jenis Sedimen
berdasarkan klasifikasi Folks yaitu : (Gambar 4.6)
1. Terumbu Karang
2. Lanau;
3. Lanau Pasiran;
4. Lempung
5. Pasir;
6. Pasir Lanauan;
7. Pasir Sedikit Kerikilan;
Terumbu Karang, jenis satuan ini terdapat di timur Pulau
Nunukan yang berupa gugusan terumbu karang, atau yang
IV-32
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
lebih dikenal sebagai Karang Unarang. Satuan ini menempati
luas paling sempit di daerah telitian.
Lanau, jenis sedimen dengan butiran halus, berwarna
kecoklatan sampai kehijauan, bersifat lunak, mengandung
fluida tinggi dan plastisitas rendah. ini merupakan jenis yang
dominan dengan penyebaran hampir diseluruh daerah telitian
yang dekat dengan tepi pantai atau sekitar 35% dari daerah
selidikan, mulai dari Baratdaya P. Sebatik, disebelah Timur
sampai Tenggara P Nunukan bahkan hampir meliputi
sekeliling P. Nunukan. Berdasarkan hasil data pemboran (BH-
1) ketebalan lapisan ini mencapai 30 meteran.
Lanau Pasiran, berwarna kehijauan, lunak, fluida rendah,
plastisitas sedang, pasir lebih dari 10% (ukuran pasir sangat
halus sampai halus); komposisi pasir terdiri dari mineral
hitam dan pecahan cangkang moluska, mengandung sisa
organik. Penyebaran satuan ini sekitar 30 % dari daerah
selidikan, mulai dari Arah Barat sampai Tenggara P. Sebatik
dan sebagian kecil terdapat dibagian Utara dan Barat P.
Nunukan
Lempung, berwarna kehijauan, mengandung fluida tinggi,
plastisitas rendah, lunak, besar butir relatif homogen.
Penyebaran satuan sedimen ini berada di sekitar barat daya
daerah selidikan, atau tepatnya disekitar pesisir dari Pulau
Bukat dan sekitarnya.
Pasir, ukuran pasir berbutir sedang sampai kasar, kuning
kecoklatan hingga kehijauan, lunak, mengandung pecahan
cangkang moluska, adanya pecahan cangkang foram
(dominan) ukuran cangkang 0.2 - 1.5 cm, terdapat mineral
hitam biotit, mempunyai penyebaran yang tidak terlalu luas
atau sekitar 15 % dari daerah selidikan, atau tepatnya hanya
IV-33
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
terdapat di daerah Tenggara P. Sebatik dan sebagian kecil
terdapat di sebelah Baratlaut P Nunukan
Pasir Lanauan, memiliki sifat fisik umumnya Lanau pasiran,
berwarna kehijauan , bersifat lunak, mengandung fluida
sedang, plastisitas rendah, kandungan pasir terdiri dari :
pecahan cangkang moluska, hancur, mengandung mineral
hitamdan sisa organik (berwarna hitam, panjang dan pipih
seperti rambut. dengan penyebaran sempit atau sekitar 5 %
dari daerah selidikan, tepatnya hanya terdapat di daerah
tenggara Pulau Sebatik dan sebagian lagi tersebar di sebelah
Timur P. Sebatik
Pasir Sedikit Kerikilan, berwarna kehijauan, sedikit lanauan,
ukuran pasir sedang-kasar, materi pasir terdiri dari:
cangkang moluska dan foram besar, mineral hitam, biotit,
pemilahan buruk-sedang, sub angular-angular,
penyebarannya sekitar 20 % dari daerah selidikan, atau
tepatnya hanya di sebelah Timur Pulau Sebatik dan sebagian
kecil terdapat di sebelah Tenggara P. Sebatik.
Terdapat beberapa faktor yang menentukan terbentuknya pola
sebaran sedimen permukaan dasar laut daerah penyelidikan antara
lain adalah sumber sedimen, jarak transpor sedimen, arus laut/selat
dan bentuk morfologi dasar laut. Sumber sedimen terbesar adalah
daratan pantai yang terdiri dari aluvial pantai hasil erosi daratan.
Aluvium inilah yang dapat diinterpretasikan sebagai sumber detritus
pasir bagi satuan sedimen yang bertekstur kasar di daerah
penyelidikan.
Selanjutnya sumber sedimen lain yang teramati cukup besar adalah
sedimen yang dibawa sungai-sungai yang bermuara ke daerah
penyelidikan. Sungai-sungai tersebut berperan terhadap hadirnya
IV-34
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
IV-35
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
detritus pada sedimen permukaan dasar laut sampai di bagian
timur laut Selat Nunukan yang membentuk Gosong Makasar di
tengah laut.
Adapun kehadiran sebaran pasiran di sekitar laut lepas
kemungkinan karena jarak transport sedimen yang relatif jauh dan
dibuktikan dengan komposisi dominan pasir tersebut adalah
detritus. Dua faktor lainnya, yaitu arus laut selat dan morfologi
dasar laut teramati dan dapat diinterpretasikan sebagai dua faktor
yang tidak dominan dibandingkan sumber sedimen. Hal ini terbukti
dengan dominannya sebaran pasir kerikilan yang berkomposisi
campuran antara detritus dan pasir laut.
4.4.3 Mineral Berat
Berdasarkan hasil preparasi dan analisa yang dilakukan terhadap
contoh sedimen pantai maupun dasar laut didapatkan 7 jenis
mineral berat dan 1 jenis mineral ringan serta 2 material bawaan.
Mineral berat yang diperoleh berupa: magnetit, hematit,
hornblende, limonit, zirkon, dolomit dan pirit. Mineral ringan yang
teramati pada analisis ini adalah kuarsa sedangkan material bawaan
berupa kayu teroksidasi dan cangkang.
Penyajian kadar mineral-mineral di atas untuk tiap lokasi contoh,
berupa persen berat yang merupakan harga perbandingan jumlah
berat mineral yang bersangkutan (gram) terhadap jumlah total
berat mineral berat (gram) dalam fraksi sedimennya lalu dikalikan
100 persen.
Magnetit (Fe3O4), termasuk dalam kelompok oksida kenampakan
sepintas mirip dengan ilmenit dengan variasi warna hitam hingga
hitam agak kebiruan, kilap sub metalik, dengan bentuk khas
biasanya berupa untaian (saling berangkai membentuk untaian
rantai). Magnetit terbentuk dibawah kondisi yang agak lemah
dibanding hematit berupa endapan bijih, umumnya terjadi pada IV-36
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
beberapa tipe batuan magmatik, pegmatit dan kontak metasomatik
(Betekhtin. A, 1976).
Di lokasi kegiatan pada sedimen dasar lautnya kehadiran mineral ini
dijumpai dengan kisaran mulai dari 0.0795% (SBT05-02) pada
sedimen lumpur pasiran sedikit kerikilan yang dijumpai di sekitar
selat antara Nunukan dan Sebatik tepatnya di utara pantai Sei
Bolong hingga dengan kandungan tertinggi sebesar 2.5496% berat
(SBT05-51) terakumulasi di sedimen pasir sedikit kerikilan yang
terdapat di perairan sebelah baratlaut Karang Unarang, selain itu
dijumpai pula di lepas pantai selatan Tanjung Batulamampu,
Sebatik (SBT05-44) dalam sedimen lanau pasiran dengan
kandungan 0.248% berat. Sementara untuk sedimen pantai,
mineral ini dijumpai dari kisaran 0.0525% berat (di sekitar pantai
Sei Nyamuk) hingga 0.6364% berat (sekitar pantai Sei Bajau).
Hematit (Fe2O3): komposisi kimia mineral ini 70% berupa Fe dan
sisanya merupakan percampuran dari isomorphus Ti (titanhematit)
dan Mg. Sistem kristal trigonal; simetri dan ditrigonal scalenohedral
dengan struktur kristal yang analog dengan korondum. Keterjadian
dan keterdapatan di alam terbentuk di bawah kondisi oksidasi.
Umumnya ditemukan dalam endapan yang berkaitan dengan proses
hidrotermal yang berasosiasi dengan kuarsa, barit kadang-kadang
dengan magnetit, siderit dan klorit (Betekhtin. A, 1976).
Keterdapatan di daerah penelitian cukup merata walaupun dijumpai
dalam jumlah yang relatif kecil. Kisaran kandungan mineral ini
berkisar antara 0.0001% berat yang ditemukan di lepas pantai
sebelah timur Sei Taiwan (SBT05-56) pada sedimen pasir hingga
kandungan yang tertinggi dijumpai di tenggara lepas pantai Sei
Nyamuk (SBT05-53) terdapat pada sedimen pasir kerikilan dengan
kandungan sebesar 0.0073% berat. Adapun di bagian pantainya,
keterdapatan mineral ini dijumpai di sekitar pantai Tanjung Aru (BT
IV-37
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
9) dan dermaga Sei Nyamuk (BT 10) dengan kisaran 0.0013%
hingga 0.032% berat.
Hornblende {Ca2Na(Mg,Fe)4 (Al,Fe) (OH)2: merupakan bagian
dari grup amphibol. Komposisi kimiawinya sangat bervariasi dengan
sistem kristal monoklin berupa simetri dan prismatik (Betekhtin. A,
1976).
Keterdapatannya di daerah penelitian tidak menunjukkan kehadiran
yang signifikan, hanya dijumpai di 2 lokasi masing-masing di
perairan (selat) antara P. Tinabasan dan P. Nunukan (SBT05-01)
sebesar 0.0001% berat pada sedimen pasir dan di pantai sekitar
dermaga Sei Nyamuk (BT 10) sebesar 0.021% berat.
Limonit (HFeO2.nH2O): memiliki komposisi kimiawi secara
normatif terdiri atas Fe2O3 89.9% dan H2O 10.1%. Sistem kristalnya
orthorombik yang simetri dan rhombik dipiramidal dengan
kekerasan berkisar antara 4.5 hingga 5.5 (skala Mohs).
Keterdapatannya di daerah penelitian hanya dijumpai di 4 lokasi
dengan kandungan terendah ditemukan pada sedimen pasir yang
terdapat di sekitar perairan (selat) antara P. Tinabasan dan P.
Nunukan (SBT05-01) dengan kandungan 0.0001% berat dan
tertinggi sebesar 0.0025% berat pada sedimen pasir yang dijumpai
di perairan utara Karang Unarang (SBT05-50). Sedangkan 2 contoh
lain ditemukan di sedimen pantainya dengan kisaran antara
0.0014% (BT 9 atau sekitar pantai Tanjung Aru) hingga 0.0081%
berat (BT 8 atau di sekitar pantai Sei Bajau).
Zirkon (ZrSiO4), termasuk grup silikat putih/bening, terjadi pada
daerah yang berasosiasi dengan batuan intrusi magmatik (granitik),
nephelin, syenit dan diorit atau bisa pula ditemukan pada tuff.
Merupakan mineral yang memiliki kemanfaatan tinggi karena sifat
kristalnya.
IV-38
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
Kehadiran di daerah penelitian terdapat di 11 lokasi dari seluruh
contoh yang dianalisa. Dijumpai dengan keterdapatan terendah di
sekitar perairan (selat) antara P. Nunukan dan P. Tinabasan
(SBT05-01) pada sedimen pasir dan di lokasi paling utara atau lepas
pantai timur Sei Nyamuk (SBT05-58) dengan kandungan 0.0001%
berat sedangkan kandungan tertingginya dapat ditemukan pada
sedimen pasir lanauan di perairan sebelah timurlaut Karang
Unarang (SBT05-49) dengan kandungan sebesar 0.004% berat.
Adapun di sedimen pantainya hanya dijumpai di sekitar pantai
Batulamampu (BT 7) dengan kandungan sebesar 0.0034% berat.
Dolomit {CaMg(CO3)2}: secara normatif berkomposisi CaO
30.4%, MgO 21.7%, dan CO2 47.9%. Sistem kristal rhombohedral
dengan kekerasan 3.4 hingga 4 (skala Mohs) serta umumnya
berwarna putih keabuan dan terkadang kecoklatan dengan SG 2.9
(Betekhtin, A., 1976).
Kehadirannya di daerah penelitian terdapat pada semua contoh
yang dianalisa dengan kisaran keterdapatan antara 0.0003% berat -
yang dijumpai di perairan utara Sei Bolong, Nunukan (SBT05-02)
pada sedimen lumpur pasiran sedikit kerikilan hingga kandungan
tertinggi sebesar 0.035% berat terakumulasi pada sedimen pasir
sedikit kerikilan yang dijumpai di perairan sebelah baratlaut Karang
Unarang (SBT05-51). Sedangkan untuk sedimen pantainya, mineral
ini dijumpai di sekitar pantai Sei Pancang (BT 4) dengan kandungan
0.0007% berat dan kandungan 0.023% berat sebagai kandungan
tertinggi yang dijumpai di sekitar pantai Tanjung Batulamampu (BT
7).
Pirit (FeS): pada contoh yang bersifat insitu mineral ini dapat
dijadikan penciri proses mineralisasi tahap awal. Komposisi kimia
normatif terdiri dari Fe 46.6% dan S 53.4% dengan sistem kristal
IV-39
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
kubus simetri serta dicirikan dengan kilap logam yang kuat dan SG
4.9 hingga 5.2 (Betekhtin, A., 1976).
Keterdapatan mineral di daerah penelitian berdasarkan contoh yang
dianalisa dapat dijumpai di sekitar perairan Gosong Makasar
(SBT05-38) dengan kandungan terendah sebesar 0.0002% berat
yang terdapat pada sedimen lanau pasiran hingga kandungan
tertinggi sebesar 0.004% berat yang dijumpai di sekitar muara
perairan antara P. Tinabasan dan P. Nunukan (SBT05-11) yang
terakumulasi pada sedimen lanau.
4.4.4 Fosil Mikro Fauna Hasil analisis ostracoda menunjukkan kelimpahan dan
keanekaragaman yang kurang bervariasi bila dibandingkan dengan
perairan sekitar Tarakan dan Delta Mahakam, yaitu terdapat 82
spesies dan empat diantaranya belum diidentifikasi (Lampiran).
Ostracoda tidak ditemukan pada 18 titik lokasi dan 15 titik lokasi
diantaranya terletak di sekitar P. Nunukan yang dipengaruhi oleh
kegiatan sungai. Hal ini dapat dilihat dari keterdapatan sisa-sisa
tanaman secara dominan dan sedikit mengandung sedimen. Namun
demikian ada satu titik lokasi di dekat P. Tinabasan dimana
ostracoda dan foraminifera dijumpai sangat melimpah tetapi
mempunyai kenampakan cangkang kurang baik, berwarna
kecoklatan dan ostracoda umumnya ditemukan dalam bentuk
tangkupan (carapace). Kemudian ostracoda mulai muncul dalam
jumlah tidak melimpah di daerah transisi dan ditemukan secara
melimpah di laut lepas daerah penelitian.
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa ada 9 species ostracoda yang
dijumpai cukup melimpah dan tersebar cukup merata terutama di
laut lepas yaitu beberapa species dari genus Hemicythreidea (Foto
4.8): Hemicytheridea cf. H. reticulata, Hemicytheridea reticulata,
IV-40
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
genus Keijella (Foto 4.9): Keijella kloempritensis, Keijella
multisulcus, Keijella reticulata Phlyctenophora orientalis, Cytherella
semitalis, Pistocythereis bradyiformis, dan Alocopocythere
kendengensis. Ada beberapa spesies yang dijumpai sangat
melimpah pada titik lokasi tertentu:
• Foveoleberis cyraeoides sangat dominan di titik lokasi SBT-46,
• Phlyctenophora orientalis di SBT-45,
• Hemicytheridea reticulata di SBT-35, -38, -52, –57
Jumlah spesies bervariasi dari 1 hingga 33 dan nilai tertinggi dimiliki
oleh titik lokasi SBT-47 yang terletak tidak jauh dari Karang
Unarang. Pada titik lokasi ini jumlah spesimen tidak dijumpai
maksimal namun ditemukan di dekat P. Tinabasan (SBT-01).
Berdasarkan dari tipe habitatnya, ostracoda yang ditemukan di
daerah penelitian umumnya penciri perairan laut dangkal dan hanya
dua spesies yaitu Myocyprideis sp. dan Sinocytheridea sp. yang
merupakan penciri perairan transisi antara air tawar dan asin.
Jumlah spesies kurang dari 10 ditemukan pada lokasi sekitar
sebelah selatan P. Nunukan dan P. Sebatik yang merupakan daerah
transisi antara daerah sekitar muara sungai dan laut lepas.
Sedangkan jumlah spesies lebih dari 30 ditemukan pada lima titik
lokasi yang terletak di perairan laut lepas (SBT-29, -46, -47, -52
dan -58).
Hasil penghitungan indeks diversitas menurut rumus Shannon-
Weaver / H (S) menunjukkan nilai antara 1.098 sampai 3. 49 pada
17 titik lokasi. Nilai indeks diversitas tidak dapat dihitung pada
beberapa titik lokasi yang tidak ditemukan mikrofauna ataupun
mempunyai jumlah spesies sangat rendah, terutama pada titik-
titik lokasi yang terletak di sekitar P. Sebatik. Nilai indeks diversitas
sangat tinggi (> 3), yang mencerminkan kondisi lingkungan sangat
bagus, terdapat pada lima titik lokasi di laut lepas Sedangkan nilai
indeks diversitas kurang dari dua sebagai pencerminan kondisi
IV-41
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
lingkungan kurang baik bagi kehidupan mikrofauna terdapat pada 7
titik lokasi yang tersebar tidak merata baik di daerah transisi
maupun di laut lepas.
Foto 4.8. Hemicytheridea spp. Foto 4.9. Keijella spp.
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa ostracoda tidak ditemukan di
titik-titik lokasi sekitar P. Nunukan, namun kondisi dasar perairan
dapat dideteksi dari keterdapatan beberapa spesies foraminifera di
titik-titik lokasi tersebut yang diuraikan di bawah ini.
Foraminifera.
Beberapa spesies foraminifera bentik dijumpai cukup dominan di
beberapa titik-titik lokasi tertentu sebagai berikut:
• Asterorotalia trispinosa (SBT-23, -33, -34, -35, -37, -39, -
50, -52, -55 dan -56),
• Ammonia beccarii (SBT-11, -40),
• Cibicides sp. (SBT-47) ,
• Elphidium gunteri, Quinqueloculina sp. dan Textularia sp.
Dua spesies pertama ini cukup mendapat perhatian karena
mempunyai keterkaitan erat dengan kondisi lingkungan setempat.
Asterorotalia merupakan genus yang dapat bertahan dalam kondisi
lingkungan buruk karena bentuk morfologisnya yang mempunyai
IV-42
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
duri sebagai penyangga tubuhnya pada dasar perairan berupa
lumpur atau arus deras. Selain itu, Asterorotalia di daerah
penelitian mempunyai bentuk morfologis yang bervariasi yaitu
berduri dua, empat, lima bengkok dan ada dua duri yang muncul
berdekatan (Foto 4.10), dimana pada umumnya genus ini berduri
tiga (Foto 4.11A). Selain itu dijumpai pula cangkang yang tidak
normal pada Elphidium berupa kerusakan kamar-kamarnya (Foto
4.11B)
Foto 4.10. Genus Asterorotalia dengan berbagai bentuk morfologis yang tidak normal.
Foto 4.11A. Bentuk normal Asterorotalia Foto 4.11B. Bentuk abnormal Elphidium
IV-43
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
4.4.5 Mineral Lempung
Suatu mineral silika dapat berubah menjadi mineral silika lain yang
lebih stabil dengan mengubah keteraturan struktur kristalnya. Studi
diagenesis silika pada sedimen klastik menunjukkan perubahan
yang progresif dari silika non-kristalin menjadi opal-CT dan opal-C.
Urutan perubahan yang sama juga ditunjukkan oleh beberapa hasil
eksperimen kristalisasi silika di laboratorium.
Pada tulisan ini diuraikan suatu metode optimum yang mempunyai
reproduksibilitas tinggi yang dapat digunakan untuk mengukur
derajat kristalinitas silika berdasarkan pola XRD diuraikan. Karena
semua mineral silika menunjukkan adanya refleksi atau peak atau
hump pada posisi 4,0 hingga 4,3 Å (sekitar 22°2θ ), maka
kristalinitas silika dapat diekuivalenkan dengan melihat bentuk peak
XRD, meliputi intensitas atau tinggi dan lebar pada posisi sekitar 4 Å
Berdasarkan 6 contoh yang dianalisa di daerah telitian mineral
kuarsa (SiO2) dijumpai di seluruh contoh yang dianalisa dengan
keterdapatan (score) yang paling dominan berkisar antara 75
hingga 90 (Lampiran), karena mineral ini secara struktur kristal
memang merupakan mineral silika mikrokristalin yang paling stabil
struktur kristalnya. Kenampakan umum karakteristiknya
diperlihatkan dengan pemunculan 2 puncak (peak) yang berkisar
pada 3.34 Å dan 4.25 Å. Selain kuarsa, dimana indikasi
keterdapatan tertinggi dijumpai di lokasi contoh BH-2 pada
kedalaman 26 meter (score 90), berdasarkan kenampakan
mikroskopis dengan menggunakan alat scanning electron
microscope (SEM), mineral silika mikrokristalin lainnya yang dapat
teramati adalah kristobalit dengan dicirikan kenampakan
strukturnya yang berlapis (sama dengan tridimit, hanya dibedakan
derajat intensitas difraktographnya); (Foto 4.12).
IV-44
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
3
(X)
Gambar 4.12. Kenampakan mineral kristobalit (X) pada lokasi Bor D
Mineral dengan keterdapatan tertinggi ke-dua setelah kuarsa adalan
halite (NaCl/ sodium cloride) dijumpai di daerah telitian dengan
kisaran score antara 25 hingga 47 (Lampiran), khusus untuk lokasi
contoh SBT05-19 dan SBT05-30, keduanya merupakan sedimen
lanau - memperlihatkan kekerapan yang tinggi, ini diduga
kaitannya dengan kondisi contoh yang berasal dari sedimen dasar
laut sehingga masih dipengaruhi oleh keberadaan air laut. Secara
kenampakan fisik mineral halite dicirikan dengan warna bening atau
putih dengan kekerasan 2 (skala Mohs) dan sifat kristal yang
transparan hingga translusen dengan sistem kristal isometrik-
hexoktahedral serta kilap kaca (gelas) yang secara difraktogram
memperlihatkan kisaran intensitas puncak (peak) pada 2.82 Å
(sangat kuat) dan 1.99 Å (sedang).
Illite adalah salah satu mineral lempung yang terbentuk selama
proses alterasi dari kelompok mineral silikat seperti mika dan
IV-45
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
feldspar atau hasil pelapukan dari muskovit. Mineral ini secara
kristalografi memiliki sistem kristal monoklin dengan kilap tanah
serta sekala kekerasan antara 1-2 (antara talc dan gypsum).
Di daerah penelitian kehadiran mineral ini dapat dijumpai dengan
kekerapan yang cukup tinggi (score). dan secara kenampakan foto
mikrograph dengan memanfaatkan teknologi SEM diperoleh image
seperti gambar di bawah Foto 4.13
(Y)
Gambar 4.13. Kenampakan image mineral illite (Y) di lokasi SBT05-19
4.4.6 Pemboran Inti Geoteknik
Untuk mengetahui kondisi lapisan tanah/sedimen bawah
permukaan di Perairan Nunukan, telah dilakukan pemboran inti
pada 2 (dua) lokasi terpilih, yaitu BH-1 mencapai kedalaman 60 m
dan BH-2 mencapai kedalaman 60 m (Lampiran). Adapun ke 2
(dua) lokasi tersebut yaitu (Gambar 4.8):
• Tenggara Mamolo, Nunukan (BH-1 ) dengan koordinat
117°53’36,0” BT ; 04°1’02,5” LU dan
IV-46
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
• Selatan Batulamampu, Sebatik (BH-2 ) dengan koordinat
117°45’51,5” BT ; 03°59’37,9” LU
Hasil Penyelidikan geologi teknik di Semengkadu dan Sebatik
Kabupaten Nunukan Propinsi Kalimantan Timur adalah sebagai
berikut :
Dari hasil pemboran dangkal yang dilakukan di 2 (dua) titik
pemboran yang terletak di dua lokasi yaitu 1(satu) titik di
Mamolo/Semengkadu Nunukan dan di Batulamampu Sebatik,
keduanya termasuk dalam satu kabupaten yaitu Kabupaten
Nunukan.
Pemboran di Semengkadu BH-01 menunjukkan bahwa secara
umum lapisan tanah pada lokasi ini secara berurutan dari lapisan
teratas ke bawah adalah, berupa : Pasir (endapan pantai) berwarna
coklat, ukuran butir sedang,bersifat lepas(urai),berikut Pasir
lanauan, coklat - abu-abu sampai kehitaman,agak padat lunak,di
bawahnya Lanau lempung/pasiran,abu-abu kecoklatan, plastisitas
tinggi, ke bawah semakin padat/kenyal, teguh,sampai pada
kedalaman 26 meter, sesudahnya berupa pasir warna coklat
kekuningan,butiran sedang,agak padu komposisi kwarsa.Sedangkan
di Batulamampu di Pulau Sebatik BH-02, menunjukkan lapisan dari
atas berupa Pasir yang berwarna coklat ukuran butir halus-sedang
bersifat urai,berikutnya batupasir lanauan,coklat keabuan,ukuran
butir sedang-halus agak padu,kemudian dibawahnya
batulempung,abu-abu,keras,struktur laminasi kondisi lapuk ringan
(slighty weathered).
Deskripsi Hasil Pemboran
Deskripsi hasil pemboran mesin yang dilakukan di lapangan dapat
disajikan dalam bentuk tabel 4.4 dan 4.5 sebagai berikut :
IV-47
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
No. Bor
Kedalaman
Deskripsi
Keterangan
BH-01 0.00 – 13.00 Pasir(endapan pantai) coklat,ukuran butir sedang, bersifat urai (lepas) Komposisi kwarsa/ silika
13,00 –26.00
Lempung,lanauan/, ,coklat,ukuran butir sedang,plastisitas sedang,agak padat,lunak
26,00 – 60,00
Pasir,coklat kekuningan,ukuran butir sedang-halus, padat,padu
UDS diambil interval 5 meter
BH-. 02 0.00 – 2,00 Pasir (endapan pantai) Putih cokelat, ukuran butir halus-sedang, urai (lepas) ,lunak.
2,00 – 5,00
Coklat, ub. Sedang- halus,berlapis, agak keras.
5,00 – 21,00
Batupasir,Lanau Coklat kehitaman,ukuran sedang – halus berlapis,agak keras.
UDS diambil interval 5 mtr
21,00 – 60,00
Batulempung Abu-abu,keras ,laminasi,kondisi lapuk ringan.
Tabel 4.4 Deskripsi Hasil Pemboran
IV-48
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
Hasil Uji Penetrasi/ Standart Penetration Test Uji Penetrasi
SPT No.
Kedalaman (m) N1 N2 N3 N
Keterangan
BH– 01
BH - 02
3,50 – 4,00
5,50 – 6,00
7,50 – 8,00
9,50 – 10,00
12,50 – 13,00
14,5 – 15,00
16,50 – 17,00
19,00 – 19,50
22,50 – 23,00
24,50 – 25,00
26,00 – 26,50
30,00 – 30,50
34,50 – 35,00
36,50 – 37,00
38,50 – 39,00
40,00 – 40,50
43,00 – 43,50
45,50 – 46,00
48,50 – 49,00
50,50 – 51,00
53,50 – 54,00
55,50 – 56,00
58,00 – 58,50
2,00 – 2,50
5,00 – 5,50
2/15
5/15
4/15
4/15
7/15
4/45
5/45
3/15
4/15
4/15
10/15
9/15
11/15
9/15
6/15
10/15
10/15
10/15
8/15
10/15
10/15
9/15
10/15
14/15
50/15
4/15
7/15
6/15
7/15
8/15
-
-
3/15
6/15
6/15
10/15
10/15
12/15
10/15
11/15
12/15
11/15
11/15
12/15
12/15
11/15
12/15
12/15
37/10
5/15
7/15
7/15
8/15
8/15
-
-
4/15
6/15
7/15
12/15
12/15
12/15
11,50
11/15
12/15
12/15
13/15
13/15
12/15
12/15
13/15
13/15
9
14
13
15
16
4
4
7
12
13
22
22
24
22
22
24
23
24
25
25
23
25
25
37
50
Tabel 4.5 Hasil Uji Penetrasi / SPT
PENYELIDIKAN LABORATORIUM.
Hasil penyelidikan di lokasi Mamolo/Semengkadu dan
Batulamampu,Pulau Nunukan sebagai berikut :
1. Uji Atterberg Limit
- Liquit Limt (LL) : 42,36 – 58,70 %
- Plastis Limit (PL) : 16,41 – 20,16 %
IV-49
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
- Plastisitas Index (PI) : 24,55 - 38,54 %
2. Uji Natural State
- Water Content : 42,15 – 57,30
- Wet Density : 1,620 – 1,900
- Dry Density : 1, 463 – 1,528
- Specific Gravity (Gs) : 2,630 – 2,670
- Voit Ratio (e) : 1,300 – 2,26
- Porosity (n) : 55,25 – 74,13
- Degredation Saturation (Sr) : 93,22 – 100,39 %
3. Gradation G : 10
S : 4,00 – 55,00
M : 28,00 – 46,00
C : 35,006 – 41,00
4. Uji Triaxial
- Cohesion (C) : 0,032 – 0,83 kg/m2
- Angle of Int. Friction (Ø) : 1,30, - 3,80 o
5. Uji Konsolidasi
- Index Compresion (Cc) : 0,10 – 0,280
- Index Sweling (Cs) : 0,0074 – 0,1285
- Koeffissien Konsolidasi (Cv) : 0,00797 – 0,00963
- Tegangan Awal (Tc) : 1,50 – 2,00
6. USCS
- kelas Tanah : CH – CL
IV-50
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
4.4.7 Pembahasan Unsur Utama Berdasarkan hasil analisa unsur utama terhadap 22 contoh
diperoleh nilai/kandungan dari 10 unsur utama (Lampiran). Kondisi
contoh yang dianalisa berasal baik dari contoh sedimen dasar laut
(7 contoh), sedimen pantai hasil pemboran tangan (11 contoh) dan
contoh hasil pemboran mesin (4 contoh).
Untuk pembahasan di subbab ini, akan dibahas karakterisasi setiap
contoh khususnya contoh yang berasal dari sedimen dasar laut dan
pantai terhadap variasi keterdapatan unsur utama seperti TiO2,
Al2O3, MgO, Na2O dan CaO terhadap kandungan SiO2 untuk
mengetahui karakterisasi contoh-contoh dimaksud.
Berdasarkan hasil penggambaran kurva kartesius untuk contoh
yang berasal dari sedimen dasar laut (terdiri atas SBT-08, 19, 44,
47, 55, 57 dan 58) dari konsentrasi unsur-unsur di atas sebagai
absis terhadap kandungan SiO2 sebagai ordinat terlihat adanya
bentuk kecenderungan (trend) yang relatif seragam (menggunakan
pola logaritma), dimana kandungan unsur-unsur seperti TiO2, Al2O3,
MgO, Na2O dan CaO akan menurun ke arah barat daya sejalan
dengan peningkatan kandungan SiO2 nya. (Gambar 4.14a,b,c,d dan
e). Dimana lokasi contoh SBT-08 yang merupakan sedimen lanau
yang terletak di lepas perairan P. Nunukan adalah merupakan
contoh dengan kandungan SiO2 tertinggi sekaligus merupakan
contoh dengan kandungan TiO2, Al2O3, MgO, Na2O dan CaO yang
terendah.
Sedangkan kenampakan kurva berdasarkan kandungan 5 unsur
utama seperti di atas (TiO2, Al2O3, MgO, Na2O dan CaO) sebagai
ordinat terhadap SiO2 - sebagai absis untuk sedimen pantai hasil
pemboran tangan yang terdiri atas lokasi contoh BT 2 (Tg.
Semengkadu), STA-II, (selatan Tg. Harapan, Nunukan), BT 4 (Sei
Pancang), BT 5 (Sei Taiwan), BT 8 (Sei Bajau) dan BT 9 (Tg. Aru)
IV-51
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
dengan kedalaman berkisar antara 20 hingga 60 cm,
memperlihatkan pola kecenderungan (trend) yang lebih bervariasi
(menggunakan pola polynomial), (Gambar 4.15a,b,c,d dan e). Dari
gambar-gambar tersebut, nampak distribusi contoh untuk unsur
utama TiO2 memperlihatkan bentuk kurva parabolik utuh (Gambar
4.14 e). dimana contoh dengan kandungan TiO2 yang terendah (BT
4) sekaligus merupakan contoh dengan kandungan SiO2 tertinggi,
sedangkan pada lengan satunya memiliki kandungan SiO2 terendah
(BT 5). Kenampakan berbeda juga terlihat pada distribusi contoh
untuk unsur Al2O3 yang memperlihatkan pola kecenderungan
menyerupai kurva ellipsoid yang menghadap ke bawah (Gambar
4.15 b),. Sedangkan bentuk kurva yang sama diperlihatkan oleh
distribusi contoh untuk unsur-unsur seperti MgO, CaO dan Na2O
dengan pola kecenderungan (trend) berupa setengah parabolik ke
atas (Gambar 4.15 c,d,e). Namun demikian dari semua bentuk
kurva di atas, yang menarik untuk dicermati adalah kesamaan
dalam hal kandungan SiO2, dimana distribusi unsur utama untuk
semua contoh - kandungan SiO2 tertingginya terdapat di lokasi
contoh BT 4 di sekitar Sei Pancang, Sebatik pada sedimen lanau
pasiran yaitu sebesar 95,95% berat.
4.4.8 Pembahasan Unsur Tanah Jarang (Rare Earth
Element/REE)
Unsur tanah jarang (Rare Earth Element/ REE) dari mulai lantanum
hingga lutetium adalah merupakan anggota dari Golongan IIIA
dalam susunan tabel berkala dengan sifat kimia dan kenampakan
yang hampir sama satu dengan lainnya. Geokimia unsur tanah
jarang merupakan hal yang menarik untuk diketahui karena
dengan mengamati derajat fraksinasi REE dalam suatu batuan atau
mineral dapat mengetahui keterjadian (genesis) batuan atau
mineral yang bersangkutan.
IV-52
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
Karakteristik Sedimen Dasar L t
SBT-08 SBT-58
SBT-44
SBT-57
SBT-47 SBT-55
BT-19
Gambar 4.14a. Pola kecenderungan kandungan TiO2 terhadap SiO2
Karakteristik Sedimen Dasar Laut
SBT-19
SBT-55
SBT-47
SBT-57
SBT-44
SBT-58SBT-08
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
54 58 62 66 70 74 78 82 86 90 94
SiO2 (%-berat)
Al
O (%
-ber
at)
Gambar 4.14b. Pola kecenderungan kandungan Al2O3 terhadap SiO2
IV-53
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
HASIL PENYELIDIKAN
Karakteristi Sedimen Dasar Laut
SBT-08
SBT-58
SBT-44
SBT-57
SBT-47
SBT-55
SBT-19
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
54 58 62 66 70 74 78 82 86 90 94
SiO2 (%-berat)
MgO
(%-b
erat
)
k
Gambar 4.14c. Pola kecenderungan kandungan MgO terhadap SiO2
Gambar 4.14d. Pola kecenderungan kandungan Na2O terhadap SiO2
Karakteristik Sedimen Dasar Laut
SBT-08SBT-58
SBT-44
SBT-57SBT-47
SBT-55
SBT-19
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
54 58 62 66 70 74 78 82 86 90 94
SiO2 (%-berat)
Na
O (%
-ber
at)
IV-54
Laporan Akhir
Karakteristik Sedimen Dasar Laut
SBT-08
SBT-58
SBT-44
SBT-57
SBT-47
SBT-55
SBT-19
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
54 58 62 66 70 74 78 82 86 90 94
SiO2 (%-berat)
CaO
(%-b
erat
)
Gambar 4.14e. Pola kecenderungan kandungan CaO terhadap SiO2
Gambar 4.15a. Pola kecenderungan kandungan TiO2 terhadap SiO2
Karakteristik Sedimen Pantai
BT-4
BT-5BT-9
BT-08
BT-2
STA-II
-0.05
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97
SiO2 (%-berat)
TiO
2 (%
-ber
at)
IV-55
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
HASIL PENYELIDIKAN
.
Karakteristik Sedimen Pantai
BT-4
BT-5
BT-9
BT-08
BT-2
STA-II
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97
O2 (%-berat)
Al
(%-b
erat
)O
Si
Gambar 4.15b. Pola kecenderungan kandungan Al2O3 terhadap SiO2
Gambar 4.15c. Pola kecenderungan kandungan MgO terhadap SiO2
Karakteristik Sedimen Pantai
BT-4
BT-5
BT-9
BT-08
BT-2
STA-II
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97
SiO2 (%-berat)
MgO
(%-b
erat
)
IV-56
Laporan Akhir
Gambar 4.15d. Pola kecenderungan kandungan Na2O terhadap SiO2
Karakteristik Sedimen Pantai
BT-4
BT-5
BT-9
BT-08
BT-2STA-II
-0.05
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97
SiO2 (%-berat)
Na
O (
%-b
erat
)
Gambar 4.15e. Pola kecenderungan kandungan CaO terhadap SiO2
Karakteristik Sedimen Pantai
BT-4
BT-5
BT-9
BT-08
BT-2
STA-II
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97
SiO2 (%-berat)
CaO
(%-b
erat
)
IV-57
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
Dari hasil analisa geokimia terhadap 28 contoh, baik yang berasal
dari sedimen laut maupun pantainya, unsur-unsur yang dianalisa
berturut-turut dari LREE ke HREE adalah: Lanthanum (La), Cerium
(Ce), Lutetium (Lu), Niodimium (Nd), dan Ytterbium (Yb);
(Lampiran)
Lantanum (La)
Unsur ini memiliki nomor atom 57 dengan berat atom 138,9055,
karena nomor dan massanya yang ringan unsur ini dikelompokan
kedalam unsur tanah jarang ringan (LREE).
Di daerah telitian untuk contoh sedimen dasar laut yang terwakili
oleh 13 contoh yang dianalisa memberikan kisaran antara 5.57
ppm dijumpai di lepas pantai Tg. Batulamampu lepas perairan P.
Sebatik (SBT05-45) pada sedimen pasir hingga yang tertinggi
sebesar 62 ppm di sekitar baratdaya perairan Karang Unarang
(SBT05-26) dijumpai pada sedimen lanau pasiran.
Untuk contoh sedimen pantainya yang terwakili oleh 11 contoh yang
dianalisa - di luar contoh yang berasal dari pemboran mesin,
keterdapatan unsur ini berkisar dari yang terendah 1.70 ppm
terdapat di lokasi bor tangan BT-04 (di sekitar Sei Pancang,
Sebatik) pada kedalaman 60 cm hingga 100 cm dengan sedimen
berupa lanau pasiran, hingga konsentrasi yang tertinggi sebesar
44.0 ppm di jumpai di lokasi bor tangan BT-05 (sekitar pantai Sei
Taiwan, Sebatik) pada kedalaman 20 cm hingga 60 cm pada
sedimen pasir sedikit kerikilan.
Cerium (Ce)
Unsur ini memiliki nomor atom 58 dengan berat atom 140,12.
Seperti halnya lantanum, unsur inipun termasuk dalam kelompok
unsur tanah jarang yang ringan (LREE). Kandungan keterdapatan
unsur ini di daerah penelitian untuk contoh sedimen dasar lautnya
berkisar antara 0.01 ppm (dijumpai di 3 lokasi: SBT05-47, 54 dan
IV-58
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
58) pada sedimen lanau pasiran dan pasir sedikit kerikilan, hingga
kandungan yang tertinggi dijumpai di sekitar sebelah utara perairan
Karang Unarang (SBT05-51) dengan kandungan 52.1 ppm pada
sedimen pasir sedikit kerikilan.
Untuk contoh sedimen pantai hasil pemboran tangan, kisaran
kandungan unsur ini berkisar antara 0.02 ppm yang dijumpai di
sekitar pantai Sei Taiwan sebatik (BT-05) dengan kedalaman 20 cm
hingga 60 cm pada sedimen pasir sedikit kerikilan hingga
kandungan tertinggi sebesar 34.19 ppm yang dijumpai di sekitar
selatan Tg. Harapan, Nunukan (STA-II) pada sedimen lanau
pasiran.
Lutetium (Lu)
Unsur ini memiliki nomor atom 71 dengan berat atom 174.97.
Merupakan bagian dari kelompok unsur tanah jarang yang berat
(HREE). Kandungan keterdapatan unsur ini di daerah penelitian
untuk contoh sedimen dasar lautnya berkisar antara 0.05 ppm yang
dijumpai di sebelah tenggara pantai Tg. Batulamampu (SBT05-45)
pada sedimen pasir, hingga kandungan yang tertinggi dijumpai di
perairan sebelah tenggara Tg. Batulamampu (SBT05-44 dan 28)
dengan kandungan sebesar 2.88 ppm yang terakumulasi pada
sedimen lanau pasiran dan pasir lanauan.
Niodimium (Nd)
Unsur ini memiliki nomor atom 60 dengan berat atom 144,24.
Merupakan bagian dari kelompok unsur tanah jarang yang berat
(HREE). Kandungan keterdapatan unsur ini di daerah penelitian
untuk contoh sedimen dasar lautnya berkisar antara 0.051 sampai
dengan 14,58 ppm yang paling besar dijumpai di sebelah tenggara
pantai Tg. Batulamampu (SBT05-44) dan di selatan kawasan
Karang Unarang (SBT05-26) dengan jenis sedimen berupa lanau
pasir dengan besar kandungan lebih dari 14 ppm, sedangkan
IV-59
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
kandungan yang dalam jumlah yang kecil dijumpai di perairan
sebelah tenggara Tg. Batulamampu (SBT05-28) dengan kandungan
sebesar 0,01 ppm yang terakumulasi pada sedimen pasir lanauan.
Untuk contoh sedimen pantainya, keterdapatan unsur ini berkisar
dari yang terendah 1.01 ppm disekitar Tanjung Semengkadu, P.
Nunukan sedangkan terdapat di lokasi bor tangan BT-02 pada
kedalaman 20 cm hingga 60 cm hingga konsentrasi yang tertinggi
sebesar 14.58 ppm di jumpai di lokasi bor tangan BT-05 (sekitar
pantai Sei Taiwan, Sebatik) pada kedalaman 20 cm hingga 60 cm
pada sedimen pasir sedikit kerikilan.
Ytterbium (Yb)
Unsur ini memiliki nomor atom 70 dengan berat atom 173,04.
Merupakan bagian dari kelompok unsur tanah jarang yang berat
(HREE). Kandungan keterdapatan unsur ini di daerah penelitian
untuk contoh sedimen dasar lautnya berkisar antara 0.13 ppm yang
dijumpai di sebelah selatan Karang Unarang (SBT05-25) hingga
kandungan yang tertinggi dijumpai di lokasi contoh SBT05-30 dan
47 dengan kandungan lebih dari 14 ppm yang terakumulasi pada
sedimen lanau dan lanau pasiran.
IV-60
HASIL PENYELIDIKAN
Laporan Akhir
BAB V
PEMBAHASAN
Kondisi Geologi daratan Pulau Sebatik dan Nunukan di domininasi
oleh Formasi Tabul yang terdiri dari perselingan batulempung,
batupasir, batugamping dan Formasi Meliat berupa perselingan
batupasir, batulempung, dan serpih dengan struktur bersusun,
bioturbasi dan mengandung bintal batugamping , dengan struktur
geologi yang berkembang berupa struktur antiklin dengan arah
barat laut – tenggara (Lihat Peta Geologi / Gb 2.6-). Hal ini sesuai
dengan dijumpainya singkapan dibeberapa tempat, salah satunya
diperoleh di lokasi kegiatan dengan terwakilinya oleh formasi-
formasi seperti Sajau, Tabul dan Meliat dengan diikuti
kemiringannya ke arah laut. Singkapan dari Formasi Tabul antara
Pantai Sei Taiwan dan Tg. Batulamampu, Sebatik yang
memperlihatkan kemiringan ke arah baratdaya (Foto 5.1).
Hasil survei yang telah dilakukan dengan menggunakan metoda
seismik pantul dangkal (Lampiran) memperlihatkan bahwa
terdapat bukti-bukti yang menunjukan perairan di sekitar Karang
Unarang merupakan penerusan alamiah (natural prolongation) dari
daratan Kalimantan Timur atau daratan P. Sebatik yang dipengaruhi
oleh proses asal darat (terestrial) dari daratan Kalimantan Timur.
Hal ini tampak dalam rekaman seismik yang diperoleh pada
beberapa lintasan yang dilakukan.
Batuan dasar akustik yang mendasari daerah telitian dan Karang
Unarang yang terlihat jelas di lintasan Unarang-1 merupakan bagian
dari Formasi Tabul (dengan mensebandingkan terhadap hasill
V-1
PEMBAHASAN
Laporan Akhir
pemboran BH-2 di sekitar pantai Tanjung Batulamampu yang
diduga berumur Oligo-Miosen;
Foto 5. 1. Singkapan dari Formasi Tabul antara Pantai Sei Taiwan dan Tg. Batulamampu, Sebatik dengan kemiringan ke arah baratdaya
Pada lintasan yang melalui sekitar Karang Unarang nampak jelas
bahwa Karang Unarang adalah merupakan Terumbu Karang (reef)
(Foto 5.2) yang tumbuh di atas batuan dasarnya. Selain itu pula
gambaran hasil rekaman Side Scan Sonar memperlihatkan pola dari
terumbu di sekitar suar Karang Unarang (Gb.5.1).
Foto 5. 2. Kondisi Karang disekitar Suar Karang Unarang
V-2
PEMBAHASAN
Laporan Akhir
Batuan dasar dari Karang Unarang ini adalah merupakan .
kemenerusan pelamparan batuan yang terdapat di daratan P.
Sebatik yang tampak pada Lintasan 17. Pada lintasan 17 tersebut
di atas memperlihatkan karakteristik rekaman reflektor seismik
yang mencerminkan kondisi geologi dengan kemiringan dan
kemenerusan antiklin yang terdapat di daratannya dan ternyata
menerus hingga ke bawah dasar laut. Kenampakan struktur antiklin
ini masih dapat terlihat hingga lintasan-5. Disamping itu
kenampakan morfologi yang membentuk alur purba bawah
permukaan dasar laut pada lintasan 17 yang merupakan lintasan
terdekat dengan daratan P. Sebatik memperlihatkan bentuk dan
kenampakan yang sama berupa bentuk alur purba bawah dasar laut
di lintasan sekitar Karang Unarang.
Dengan membandingkan ketebalan sedimen transparan pada suatu
runtunan yang sama antara lintasan yang terdekat dengan daratan
Sebatik (Lintasan-17) dengan lintasan yang mendekati Karang
Unarang (Lintasan-9) memperlihatkan penebalan ke arah tenggara
atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa arah sedimen
transpor yang terakumulasi pada cekungan tersebut diduga dari
arah antara barat-baratlaut atau bersumber dari daerah antara
daratan Sebatik-Nunukan. Pendapat ini didukung oleh penampakan
pola reflektor sigmoid-oblique (shingled) yang jelas terlihat di
lintasan-4. Kenampakan dari lintasan ini menceritakan mekanisme
pengendapan yang progradasi dengan energi kecepatan yang relatif
tinggi pada sistem delta (deltaic system).
V-3
PEMBAHASAN
Laporan Akhir
Gb. 5.1. Rekaman hasil Side Scan Sonar Karang Unarang
Di sisi lain pengaruh daratan dan laut lepas di daerah penelitian
dapat tercermin dari kenampakan morfologis dari struktur
komunitas mikrofauna, khususnya ostracoda. Perairan sekitar P.
Nunukan tidak ditemukan ostracoda dan didominasi oleh
keterdapatan sisa-sisa tanaman yang menunjukkan kondisi
berenergi tinggi. Sisa-sisa tanaman tersebut mempunyai kandungan
cukup tinggi di sekitar P. Nunukan dan berkurang di sebelah
selatan P. Sebatik dan sisa tanaman jarang dijumpai kearah laut
lepas, walaupun masih ditemukan di sekitar Karang Unarang.
Perairan di sekitar P. Nunukan ini merupakan kondisi lingkungan
yang cukup sulit bagi organisme untuk beradaptasi yang
disebabkan oleh banyak faktor seperti pasang surut, pasokan air
V-1
PEMBAHASAN
Laporan Akhir
sungai dan lain-lain. Aktivitas pasokan air sungai dan sedimentasi
cukup berperan di daerah ini dan disisi lain, pengaruh arus dari laut
lepas juga mempunyai peran tidak kalah penting. Peran aktifitas
laut dapat dilihat dari terakumulasinya spesies ostracoda laut
dangkal di SBT-01 secara melimpah. Kumpulan ostracoda dan
foraminifera bentik secara melimpah di titik lokasi ini
memperlihatkan bahwa arus tidak bergerak mengelilingi P. Nunukan
namun berbalik arah dari titik lokasi tersebut kembali ke arah laut
lepas.
Selain itu kenampakan cangkang yang berwarna coklat atau gelap
dibandingkan warna normal serta cangkang dalam bentuk terkatup
dapat mencerminkan kondisi dasar perairan setempat. Kondisi
cangkang yang berwarna tidak normal, menurut Whatley (1988 dan
Frenzel, 2005, komunikasi pribadi) terjadi pada lingkungan tenang
dengan dasar perairan berupa lumpur kaya akan zat organik dan
aktivitas bakteria menyebabkan cangkang diselimuti oleh zat besi
dan mangan. Namun dilihat dari kondisi cangkang di daerah
penelitian tampak bahwa bewarna gelap terkonsentrasi di bagian
hiasan/retikulasi yang menunjukkan bahwa kumpulan ini sebagai
hasil akumulasi dari kondisi tenang ke titik lokasi tersebut. Faktor
arus kuat yang menyebabkan kecepatan sedimentasi tinggi dapat
ditunjukkan oleh berlimpahnya kumpulan cangkang terkatup.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kumpulan tersebut berasal
dari lingkungan tenang atau terlindung dan dalam waktu yang tidak
lama terpindahkan ke titik lokasi tersebut sebelum cangkang
terpisahkan menjadi dua karena aktivitas biologis.
Beberapa spesies ostracoda mempunyai sebaran dan jumlah cukup
melimpah yang merupakan komunitas penciri laut dangkal dan
hanya dua spesies penciri perairan transisi. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa daerah penelitian termasuk lingkungan laut
dangkal pada zona kedalaman neritik dalam (inner nerritic) yang
V-2
PEMBAHASAN
Laporan Akhir
mendapat pengaruh dari daratan. Nilai diversitas di daerah
penelitian cukup bervariasi yang dapat mencerminkan kondisi dasar
perairannya, yaitu nilai diversitas rendah di perairan sekitar P.
Nunukan dan nilai yang tinggi ditemukan di perairan laut lepas.
Kondisi ini dapat dikilasbalikkan pada saat merekonstruksi
lingkungan purba.
Bentuk morfologis yang abnormal dari foraminifera, khususnya
genus Elphidium berkaitan dengan beberapa faktor seperti faktor
mekanis berupa lingkungan berenergi tinggi yang dapat merusak
cangkang atau faktor biologis berupa aktivitas bakteri yang
mengakibatkan cangkang menjadi abnormal. Disamping kerusakan
cangkang tersebut, di daerah penelitian juga dijumpai variasi
morfologis dari genus Asterorotalia yang cukup menarik. Menurut
Boltovskoy & Wright (1976), variasi morfologis dari suatu takson
dapat berkaitan erat dengan faktor genetis, geografis yang
terisolasi, dan kondisi lingkungan setempat. Adanya perubahan
lingkungan yang drastis seperti salinitas, pasokan makanan,
temperatur, konsentrasi elemen jejak dapat mengakibatkan
timbulnya variasi morfologis dari cangkang foraminifera.. Oleh
karena itu untuk memastikan faktor mana yang berperan dari
kemunculan variasi spesies tersebut, diperlukan studi lebih lanjut.
Studi ini diperlukan untuk mendapatkan jumlah spesimen dalam
bentuk juvenil dan dewasa yang akan menghasilkan informasi
akurat.
Munculnya beberapa spesies secara melimpah di satu titik lokasi
tertentu menunjukkan bahwa titik lokasi tersebut merupakan
habitat yang cocok untuk kehidupan spsies tersebut dengan
mengalahkan spesies lain sebagai pesaing hidupnya dalam
mendapatkan makanan atau merupakan spesies yang mampu
dalam pertahanan diri terhadap kondisi lingkungan setempat.
V-3
PEMBAHASAN
Laporan Akhir
Kenampakan morfologis dasar perairan sekitar P. Nunukan dapat
dilihat pada komposisi antara mikrofauna dan material sedimen.
Secara umum di daerah penelitian dapat dibedakan menjadi:
• Lingkungan sekitar P. Nunukan yang di dominasi oleh material
organik. Ostracoda tidak ditemukan di lingkungan ini namun
ada beberapa spesies foraminifera bentik seperti Asterorotalia
trispinosa dan Ammonia beccarii yang dapat bertahan pada
kondisi lingkungan berenergi tinggi.
• Lingkungan transisi di selatan P. Sebatik yang dicirikan oleh
percampuran antara material organik dan non-organik. Pada
lingkungan ini material organik yang berupa sisa-sisa tanaman
masih ditemukan walaupun tidak semelimpah seperti pada
lingkungan sekitar P. Nunukan. Sedimen terdiri dari pasir
kuarsa dan lumpur halus sedangkan mirkofauna ditemukan
mulai melimpah dengan variasi spesies dari sedang sampai
tinggi.
• Lingkungan laut lepas yang didominasi oleh cangkang
mikrofauna. Pada lingkungan ini tampak jelas bahwa baik
ostracoda dan foraminifera bentik dijumpai sangat bervariasi
dan mempunyai jumlah cukup melimpah. Pada beberapa titik-
titik lokasi ditemukan kuarsa yang cukup dominan. Pada zona
ini ditemukan jumlah spesies dan spesimen ostracoda sangat
tinggi; juga adanya bentukan morfologi dari Asterorotalia yang
cukup bervariasi serta ditemukan kerusakan cangkang pada
genus Elphidium pada beberapa titik lokasi.
V-4
PEMBAHASAN
Laporan Akhir
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penyelidikan dan pengolahan data yang telah
dilakukan ditambah dengan data sekunder yang dikumpulkan maka
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Jenis pasang surut di daerah selidikan menunjukkan tipe tipe
campuran dominan ganda artinya terjadi dua kali pasang dan
dua kali surut dalam waktu 24 jam. Tunggang air maksimum
berdasarkan harga pasang surut hasil pengamatan di stasiun
pengamatan pasang surut Dermaga Sei Nyamuk adalah 3.0
meter.
Secara keseluruhan kecepatan arus pada tiga lokasi
pengamatan menunjukkan arah pada saat kondisi air surut
berarah timur hingga tenggara dan pada saat kondisi air
pasang berarah barat hingga barat laut dengan kecepatan di
atas 0,5 m / det pada pengamatan tiga kedalaman yang
berbeda.
Secara umum arah penjalaran gelombang di sekitar perairan
Nunukan dan sekitarnya berasal dari timurlaut-timur dengan
tinggi gelombang rata-rata antara 20 – 50 cm dan periode
gelombang 5 – 8 detik pada keadaan normal. Kondisi
ekstrim tinggi gelombang mencapai 100 - 150 cm saat angin
bertiup kencang. Gelombang yang timbul juga ditimbulkan
karena alun dari laut lepas, yang berpengaruh terhadap
proses terjadinya abrasi pantai di sepanjang pantai yang
VI-1
KESIMPULAN & SARAN
Laporan Akhir
mengarah ke Lepas pantai kecuali di Tanjung Batulampu
sebagai akibat resistensi dari batuannya yang cukup keras.
Pada keadaan normal tipe gelombang yang dominan adalah
tipe plunging, sedangkan pada saat terjadi gelombang besar
tipe gelombang yang terjadi adalah tipe surging dengan arah
datang gelombang dominant tegak lurus pantai.
Berdasarkan pola kontur kedalaman laut pada Peta Batimetri,
kondisi morfologi dasar laut daerah telitian memperlihatkan
gambaran kedalaman dasar laut yang terukur –5 m sampai –
45 m. Morfologi dasar laut daerah telitian dapat dibagi
berdasarkan sistem perairannya, yaitu :
- Morfologi dasar laut daerah perairan laut terbuka, yaitu
perairan sebelah timur daerah telitian yang termasuk
didalamnya pola kontur dari morfologi terumbu Karang
Unarang.
- Morfologi dasar laut di perairan selat, yaitu perairan Selat
Nunukan dan selat lainnya.
Berdasarkan interpretasi rekaman Daerah telitian dengan
memperhatikan pola reflektor yang ada terdiri atas 4 (empat)
kelompok runtunan dengan Bentukan morfologi dasar laut di
daerah selidikan ditandai oleh adanya tinggian-tingian dasar
laut yang merupakan batuan dasar, bentukan morfologi
batuan dasar ini tidak seragam kadang kala terlihat bentuk
cekungan atau morfologi berundak dan ada kalanya lapisan
sedimen bawah permukaan ini seperti lapisan datar (flat)
karena batuan dasarnya berada cukup jauh dibawahnya.
Runtunan-A merupakan runtunan termuda dicirikan dengan
pola reflektor berupa perlapisan yang menerus dan
sejajar/paralel umumnya pola konfigurasi ini mempunyai
kontinuitas rendah dan variasi amplitudo berjalan secara
VI-2
KESIMPULAN & SARAN
Laporan Akhir
perlahan atau tidak ada sama sekali dengan ketebalan yang
paling tipis hanya berkisar antara 5 hingga 7.5 m. Dijumpai
hampir di seluruh lintasan seismik di daerah selidikan Kecuali
Lintasan di selatan / tenggara daerah penyelidikan dengan
tatanan struktur geologi yang relatif tidak berkembang. Pola
ini mengandung sedimen berbutir halus dan diendapkan di
lingkungan yang berenergi rendah seperti delta yang
mengalami depresi. Runtuhan ini diperkirakan sebagai
sedimen baru berumur kuarter. Runtunan B pada beberapa
lintasan terlihat berada secara tidak selaras di bawah
runtunan A nampak pada Lintasan 11 dengan pola karakter
refleksi berbentuk divergent dengan ketebalan bervariasi
berkisar antara 10 hingga 20 m. Dicirikan dengan pola
reflektor berbentuk subpararel hingga divergent dengan di
beberapa tempat mengalami penipisan serta terlihat kontak
erosional membentuk channeling yang merupakan
kenampakan khas dari kompleks slope fan. Runtunan C
terletak di bawah runtunan B secara tidak selaras yang
dicirikan dengan pola reflektor dari subparalel hingga
transparan, memiliki ketebalan 7.5 hingga 12 meter.
khususnya di sekitar Karang Unarang memperlihatkan
sedimen transparan yang mengisi channel yang dibentuk oleh
struktur graben dengan arah relatif barat - timur yang diduga
berumur Mio-pliosen. Runtunan D sebagai batuan dasar
akustik di daerah telitian. Terlihat adanya struktur patahan
yang berkembang hingga sesar, struktur lipatan berupa
antiklin. Pola struktur yang berkembang memiliki arah
baratlaut-tenggara (relatif sama dengan pola struktur di
daratan Kalimantan Timur).
VI-3
KESIMPULAN & SARAN
Laporan Akhir
Kawasan pantai Pulau Sebatik kondisi pantainya sebagian
besar berupa pantai mangrove dengan kondisi cukup kritis
khususnya di sekitar Sei Pancang dan Sei Nyamuk dan
sebagian kecil pantai berpasir, mempunyai karakteristik profil
pantai yang landai, sedangkan pantai sebelah barat
karakteristik pantainya relative lebih curam.
Pulau Nunukan karakteristik profil pantainya dilihat dari
penampang batimetri sebagian besar relative curam kecuali di
kawasan pantai sebelah tenggara P. Nunukan dan sekitar
Tanjung Cantik profil pantainya landai, hal ini ditandai dengan
adanya gosong pasir yang cukup lebar mulai dari pantai
hingga ke tengah laut. Sebaliknya di pantai sebelah selatan-
baratdaya mulai Semengkadu ke arah Timur teramati dari
garis bakau terluar sampai ke posisi air laut cukup sempit
karena tertutup oleh tumbuhan bakau. Profil garis pantainya
pada umumnya berupa pantai lurus agak berlekuk dan
tanjung.
Kawasan Pantai Pulau Bukat Dilihat dari penampang
batimetrinya secara umum profil pantai relative lebih landai
dibandingkan dengan profil pantai P Nunukan, terutama dekat
Tanjung Bilas pada saat surut rendah terlihat adanya gosong
pasir yang melebar kearah timur. Batas garis pantai pada
saat pasang maksimum tidak dapat teramati karena letaknya
tertutup oleh tumbuhan bakau. Demikian pula dengan
Kawasan Pantai Pulau Haus umumnya juga landai dengan
daerah gosong pasir yang melampar luas dari pantai hingga
ke tengah laut.
Berdasarkan analisa besar butir sedimen permukaan dasar
laut terdiri dari 5 Jenis Sedimen berdasarkan klasifikasi Folks
yaitu : Terumbu Karang, Lanau, Lanau Pasiran, Lempung,
VI-4
KESIMPULAN & SARAN
Laporan Akhir
Pasir, Pasir Lanauan, dan Pasir Sedikit Kerikilan. Beberapa
faktor yang menentukan terbentuknya pola sebaran sedimen
permukaan dasar laut daerah penyelidikan antara lain adalah
sumber sedimen, jarak transpor sedimen, arus laut/selat dan
bentuk morfologi dasar laut. Sumber sedimen terbesar adalah
daratan pantai yang terdiri dari aluvial pantai hasil erosi
daratan. Sumber sedimen lain yang teramati cukup besar
adalah sedimen yang dibawa sungai-sungai yang bermuara ke
daerah penyelidikan. Sungai-sungai tersebut berperan
terhadap hadirnya detritus pada sedimen permukaan dasar
laut sampai di bagian timur laut Selat Nunukan yang
membentuk Gosong Makasar di tengah laut.
Mineral berat yang diperoleh berupa: magnetit, hematit,
hornblende, limonit, zirkon, dolomit dan pirit. Mineral ringan
yang teramati pada analisis ini adalah kuarsa sedangkan
material bawaan berupa kayu teroksidasi dan cangkang.
Mikrofauna yang dijumpai mempunyai kelimpahan dan
keanekaragaman cukup bervariasi yang dapat dikaitkan
dengan kondisi lingkungan daerah penelitian. Secara umum di
daerah penelitian dapat dibedakan menjadi lingkungan sekitar
P. Nunukan yang di dominasi oleh material organik;
lingkungan transisi di selatan P. Sebatik yang dicirikan oleh
percampuran antara material organik dan non-organik dan
lingkungan laut lepas yang didominasi oleh cangkang
mikrofauna.
Kenampakan morfologis dan bentuk abnormal dari mikrofauna
dapat mencerminkan kondisi dasar perairan setempat.
Faktor aktivitas air, baik dari darat maupun dari laut
mempunyai peran penting bagi komunitas mikrofauna
VI-5
KESIMPULAN & SARAN
Laporan Akhir
dibandingkan dengan faktor lain seperti kedalaman, jenis
sedimen dan lain-lain.
Berdasarkan hasil analisa mineral lempung di daerah telitian
yang dapat teramati adalah kristobalit dengan dicirikan
kenampakan strukturnya yang berlapis (sama dengan tridimit,
hanya dibedakan derajat intensitas difraktographnya), ke-dua
setelah kuarsa adalan halite (NaCl/ sodium cloride) dijumpai
pada jenis sedimen lanau yang memperlihatkan kekerapan
yang tinggi, ini diduga kaitannya dengan kondisi contoh yang
berasal dari sedimen dasar laut. Illite adalah salah satu
mineral lempung lainnya dapat dijumpai pada daerah telitian
dengan kekerapan yang cukup tinggi.
Dari hasil pemboran dangkal pemboran di Semengkadu BH-01
secara berurutan berupa : Pasir (endapan pantai) berwarna
coklat, ukuran butir sedang,bersifat lepas(urai),berikut Pasir
lanauan, coklat - abu-abu sampai kehitaman,agak padat
lunak,di bawahnya Lanau lempung/pasiran,abu-abu
kecoklatan, plastisitas tinggi, ke bawah semakin
padat/kenyal, teguh,sampai pada kedalaman 26 meter,
sesudahnya berupa pasir warna coklat kekuningan,butiran
sedang,agak padu komposisi kwarsa. Di lokasi Batulamampu
di Pulau Sebatik BH-02 lapisan paling atas berupa Pasir coklat
ukuran butir halus-sedang bersifat urai,berikutnya batupasir
lanauan,coklat keabuan,ukuran butir sedang-halus agak
padu,kemudian dibawahnya batulempung,abu-
abu,keras,struktur laminasi kondisi lapuk ringan (slighty
weathered).
Berdasarkan hasil analisa unsur utama dengan penggambaran
kurva kartesius untuk contoh yang berasal dari sedimen dasar
laut, konsentrasi unsur-unsur TiO2, Al2O3, MgO, Na2O dan
VI-6
KESIMPULAN & SARAN
Laporan Akhir
CaO terhadap kandungan SiO2 terlihat adanya bentuk
kecenderungan kandungan unsur-unsur seperti TiO2, Al2O3,
MgO, Na2O dan CaO akan menurun ke arah barat daya sejalan
dengan peningkatan kandungan SiO2 nya. Sedangkan
kenampakan kurva untuk sedimen pantai memperlihatkan
pola kecenderungan (trend) yang lebih bervariasi untuk unsur
utama TiO2 memperlihatkan bentuk kurva parabolik utuh ,
kenampakan berbeda terlihat pada distribusi untuk unsur
Al2O3 yang memperlihatkan pola kecenderungan menyerupai
kurva ellipsoid yang menghadap ke bawah, sedangkan bentuk
kurva yang sama untuk unsur-unsur MgO, CaO dan Na2O
dengan pola berupa setengah parabolik ke atas.
Dari hasil analisa geokimia terhadap sedimen laut maupun
pantainya, unsur-unsur yang dianalisa berturut-turut dari
LREE ke HREE adalah: Lanthanum (La), Cerium (Ce), Lutetium
(Lu), Niodimium (Nd), dan Ytterbium (Yb);
VI-7
KESIMPULAN & SARAN
Laporan Akhir
DAFTAR PUSTAKA
Bakus, G.J. 1990. Quantitative ecology and marine biology. A.A. Balkema, Rotterdam: 157h.
Bearman, Gerry (ed), 1989, Oceaon Circulation, Poen University, United Kingdom, England.
Bertschneider, C.L., 1954, Generation of wind wave over a Shallow Bottom, US Army Corps of Engineers, Beach Tech. Memo No. 51.
Betekhtin, A., 1960, A course of mineralogy, Moscow Peace Publisher.
Boichard, R., Burollet, P.F., Lambert, B., and Villain, J-M. 1985. La Plateforme Carbonatee du Pater Noster, Est de Kalimantan, etud Sedimentologique et Ecologique. Notes et Momoires, Total, Compagnie Francaise des Petroles, Paris 20: 1-103p.
Boltovskoy, E. & Wright, R., 1976. Recent Foraminifera. W. Junk. B.v. Publisher, The Haque, 515 hal.
Dolan, R., Hayde, B.P., Hornberger, G., Zieman, J and Vincent, M.K., 1975. Classification of coastal landform of the Americas. Zethschr Geomorphology, In Encyclopedia of Beaches and Coastal Environment.
Dewi, K.T., dan Illahude, D. 2005. Ostracoda from off Derawan islanda, east Kalimantan (LP-1815) in relation to bathymetric zonation. Bulletin of Marine Geology
Folk, R.L., 1980. Petrology of sedimentary rocks, Hemphill publishing Co, Austin, Texas.
Gustiantini, L., Dewi, K.T., dan Illahude, D., 2005. Perbandingan foraminifera bentik dan plangtonik (PB ratio) di perairan sekitar P. Derawan, Kalimantan Timur, Joint Convention IAGI-HAGI-PERHAPI, Surabaya 28-30 November 2005.
Lapedes, Daniel N., 1978. Encyclopedia of the geological sciences, Mc. Graw-Hill, Inc.
Sihombing, D.F.F., Dewi, K.T., Kapid, R., Ranawijaya, DAS. 2005) Ostracod (microcrustacea) biofacies from Mahakam Delta, Rast Kalimantan The 13th PAMS/JECSS, 13-15 July 2005, Bali, INDONESIA
Zulkarnain, Iskandar, 2002, Geochemical signatures of volcanik rocks from Sangihe Island, North Sulawesi, Indonesia, Buletin Geologi, Departemen teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
Tidal Analysis Form Admiralty Method
Location : Perairan Sebatik, Kaltim Central Day : hari ke 15 Instrument : Rambu Ukur Time Zone : 08.00 WIB ( GMT + 8 ) Unit Data : dm
Jam 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Hari ke
1 8,8 8,9 11,3 16,5 22,8 28,8 33,2 35,7 35,3 32,3 25,6 17,6 11,3 6,5 6,1 9,0 13,0 17,6 21,6 24,8 25,9 23,8 20,7 16,3
2 11,3 9,4 9,7 13,5 18,8 24,5 29,8 33,6 34,9 33,9 29,7 23,9 16,6 10,9 7,0 8,5 11,0 15,1 18,5 22,5 25,0 24,5 23,2 19,5
3 14,6 9,8 9,5 13,8 15,7 20,8 26,0 30,2 32,7 33,3 31,3 27,3 21,7 16,0 11,3 9,3 10,7 13,3 17,2 20,0 23,0 24,7 23,8 22,2
4 18,6 14,8 11,8 12,5 13,7 16,7 21,4 25,0 28,1 30,3 30,9 28,8 25,4 20,4 16,3 12,6 11,5 12,5 15,0 17,6 20,3 22,6 23,3 23,5
5 22,9 18,9 14,8 13,4 13,2 14,5 17,3 20,4 23,9 26,3 27,9 28,7 26,9 24,3 19,9 16,2 14,8 12,9 14,0 15,8 17,5 19,7 21,6 22,9
6 23,2 22,3 20,2 17,9 15,8 14,2 15,2 16,3 18,9 21,7 24,4 26,0 26,9 25,1 23,7 20,5 18,1 15,8 14,2 13,8 14,8 17,2 19,5 21,8
7 23,2 24,2 25,2 24,2 17,7 16,9 15,4 15,0 15,5 17,5 19,9 23,3 24,8 26,0 25,6 23,7 21,7 18,5 18,3 14,5 13,3 14,8 17,3 19,3
8 22,3 24,8 26,3 25,9 25,0 21,0 18,8 15,5 13,6 13,7 15,3 18,1 20,8 23,3 25,7 26,0 24,9 22,3 18,9 15,5 13,2 12,5 14,8 20,0
9 22,5 25,2 27,8 29,5 28,3 26,5 22,6 18,3 14,3 12,4 13,3 13,8 17,3 20,3 22,0 25,3 26,3 25,0 21,6 18,3 14,0 11,8 11,6 17,5
10 20,3 26,5 28,9 30,6 30,6 29,3 27,2 23,5 18,0 12,1 9,5 9,7 12,1 16,2 20,3 24,0 26,2 26,7 24,6 21,5 16,6 12,7 10,4 11,5
11 14,6 19,2 24,0 28,0 31,2 32,0 30,3 26,7 22,0 15,5 10,6 8,0 9,4 14,2 16,7 20,9 24,1 26,7 26,2 24,0 20,3 14,6 10,8 11,2
12 12,0 16,5 21,3 26,0 29,9 32,8 32,5 30,0 26,0 19,8 14,3 8,7 7,9 9,7 13,5 18,3 22,2 24,7 26,3 25,5 22,9 19,0 13,8 10,5
13 10,3 9,5 13,5 25,3 28,2 32,0 33,2 32,5 29,3 23,5 16,7 10,7 7,7 8,4 11,3 15,2 19,9 22,5 25,5 25,8 24,3 21,2 16,8 11,9
14 10,5 11,9 15,2 20,5 25,9 29,8 32,5 33,5 31,3 26,2 20,5 14,5 8,9 7,3 9,2 12,5 17,2 20,4 23,5 25,5 24,9 22,7 18,8 14,3
15 10,9 10,2 11,3 17,4 22,2 27,3 30,9 32,5 32,3 28,9 23,7 22,5 21,2 17,4 13,7 13,2 12,4 14,4 18,4 22,5 26,4 28,4 29,3 27,7
Location : Perairan Sebatik, Kaltim Instrument
at : Rambu Ukur
dm Time Zone : 08.00 WIB ( GMT + 8 )
Unit D a :
Hari Ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jam
0 23 24 23 21 18 15 12 9 7 6 6 8 10 14 18 1 19 22 23 22 21 18 15 12 9 6 5 4 6 9 13 2 15 19 22 23 23 22 19 16 13 9 6 5 4 6 9 3 12 16 20 23 24 25 23 21 18 15 11 8 6 6 7 4 11 14 18 22 25 27 27 26 24 21 18 14 11 8 8 5 11 13 16 20 24 27 29 30 29 27 24 21 17 14 11 6 13 13 15 18 22 25 28 30 32 31 30 27 24 20 16 7 16 14 14 16 19 22 26 29 31 32 32 31 29 25 21 8 19 16 14 14 16 18 21 24 27 30 31 32 31 28 25 9 21 18 15 13 13 14 16 19 22 25 27 29 29 29 26 10 23 19 15 13 11 11 11 13 15 18 20 23 25 26 25 11 22 19 16 13 10 9 8 8 9 11 13 16 19 21 22 12 20 19 17 14 11 8 7 6 5 6 7 9 12 15 17 13 17 18 17 15 12 10 8 6 4 4 4 5 7 9 12 14 14 16 16 16 15 13 11 8 6 5 4 3 4 6 8 15 11 14 16 17 17 16 15 13 11 9 7 5 4 5 6 16 10 13 15 17 18 19 18 18 16 15 13 10 8 7 7 17 10 12 14 17 19 20 21 22 22 21 19 17 14 12 10 18 12 12 14 16 18 20 22 24 25 25 25 23 21 18 15 19 15 14 14 15 17 19 21 23 25 27 28 28 26 23 20 20 18 16 15 14 15 16 18 21 23 26 28 29 29 28 25 21 21 18 16 14 13 14 15 16 19 22 25 27 29 29 27 22 23 21 18 15 13 12 11 12 14 16 19 23 26 28 28 23 24 22 19 16 13 11 9 8 9 10 13 17 20 24 26
Pengamatan pasang surut di Perairan Sebatik, tanggal 29 Juli s/d 12 Agustus 2005
X1 Y1 X2 Y2 X4 Y4 Xo X1 Y1 X2 Y2 X4 Y4 Date
+ - + - + - + - + - + - +2000 +2000 +2000 +2000 +2000 +2000
243,2 230,2 196,6 276,8 189,2 284,2 160,6 312,8 155,2 160,2 229,4 244 473,4 2000 2000 2000 2000 2000 2000
254,9 220,4 202,3 273 219,6 255,7 156,3 319 159,2 157 229,2 246,1 475,3 2000 2000 2000 2000 2000 2000
263,1 215,1 213,2 265 245,5 232,7 166,5 311,7 163,1 157,6 232 246,2 478,2 2000 2000 2000 2000 2000 2000
263,2 210,4 221 252,6 266,7 206,9 186,8 286,8 161,9 154,5 234,7 238,9 473,6 2000 2000 2000 2000 2000 2000
259,5 209,2 226,5 242,2 274,8 193,9 212,7 256 160,1 151,7 236,6 232,1 468,7 2000 2000 2000 2000 2000 2000
252,6 214,9 231,4 236,1 272 195,5 243,7 223,8 157,3 154,9 234,6 232,9 467,5 2000 2000 2000 2000 2000 2000
246,9 228,9 237,8 238 261,1 214,7 271,7 204,1 159,7 159,8 241 234,8 475,8 2000 2000 2000 2000 2000 2000
238 240,2 237,9 240,3 237,6 240,6 288,3 189,9 162,2 156,9 238,7 239,5 478,2 1998 1998 1997 2098 2005 1999
230,9 254,6 231 254,5 215,5 270 296 189,5 166,8 157,1 244,2 241,3 485,5 1976 1977 1946 2107 2010 2003
225,5 263,5 222,8 266,2 190,2 298,8 291,7 197,3 161,4 163,2 255,7 233,3 489 1962 1957 1891 2094 1998 2022
225,1 256,1 219,1 262,1 168,8 312,4 261 220,2 158,4 162 247,6 233,6 481,2 1969 1957 1856 2041 1996 2014
227,6 256,5 214,3 269,8 167 317,1 234,8 249,3 155,4 166,8 244,1 240 484,1 1971 1945 1850 1986 1989 2004
230,9 244,3 210,5 264,7 161,5 313,7 203,8 271,4 153,8 163,6 231,3 243,9 475,2 1987 1946 1848 1932 1990 1987
234 243,5 205,2 272,3 180 297,5 189,3 288,2 154,4 162,5 234,2 243,3 477,5 1991 1933 1883 1901 1992 1991
263,1 252 245 270,1 245,2 269,9 191,6 323,5 173,3 171,6 247,7 267,4 515,1 2011 1975 1975 1868 2002 1980
238,1 240,3 238,8 239,6 263,5 214,9 195,5 282,9 160,1 158,1 242,4 236 478,4 1998 1999 2049 1913 2002 2006
249,8 225,1 239,6 235,3 275,8 199,1 217,5 257,4 160,5 156,8 235,4 239,5 474,9 2025 2004 2077 1960 2004 1996
251,6 215,9 239,8 227,7 271,5 196 244,5 223 157 155,1 235,1 232,4 467,5 2036 2012 2076 2022 2002 2003
256,2 212,8 246,2 222,8 258,7 210,3 274,8 194,2 160,8 153,1 237,9 231,1 469 2043 2023 2048 2081 2008 2007
256,8 221,1 259,4 218,5 243,2 234,7 298,7 179,2 162,5 157,4 245,6 232,3 477,9 2036 2041 2009 2120 2005 2013
254,3 227,9 272,1 210,1 214,6 267,6 308,8 173,4 159,5 162,6 248,6 233,6 482,2 2026 2062 1947 2135 1997 2015
243,6 235 278,3 200,3 186,5 292,1 301,9 176,7 155,9 163,1 245,2 233,4 478,6 2009 2078 1894 2125 1993 2012
231,6 244,3 279,3 196,6 161,1 314,8 280,6 195,3 153,3 163,7 239,8 236,1 475,9 2000 2000 2000 2000 2000 2000
220,3 246,8 273 194,1 200,1 267 148,2 318,9 153,8 156,8 222,4 244,7 467,1 2000 2000 2000 2000 2000 2000
217,4 249,9 265 202,3 227,5 239,8 153,3 314 158,4 154,3 223,3 244 467,3 2000 2000 2000 2000 2000 2000
219 246,8 252,6 213,2 254,9 210,9 170,4 295,4 159,9 151 228,9 236,9 465,8 2000 2000 2000 2000 2000 2000
220 243,2 242,2 221 271 192,2 196,4 266,8 159,8 150,2 233,2 230 463,2 2000 2000 2000 2000 2000 2000
225,1 237,5 236,1 226,5 273,1 189,5 228,6 234 155,3 152 234,5 228,1 462,6 2000 2000 2000 2000 2000 2000
232,7 236,7 238 231,4 267,5 201,9 261,5 207,9 157,5 158,6 237 232,4 469,4 2000 2000 2000 2000 2000 2000
Index Mark X Y X Y Addition Total
00 + 7075,95 7075,9 10 + 58036,7 57906 36,7 -94,3
- 58000 58000 12 + 30017,5 29814 -1,7 -278,3
- 28019,2 28092 (29) (+) 2000 2000 1b + 23855,5 23713 -308,2 -428,6
- 24163,7 24142 13 + 30010,7 29857 -15,3 -191,5
- 28026 28049 (29) (+) 2000 2000 1c + 27987,9 27961 -49,8 -8,6
- 28037,7 27970 20 + 57344,9 58382 -655,1 382,1
- 58000 58000 22 + 29756,3 29581 167,7 -1219,5
- 27588,6 28801 (29) (+) 2000 2000 2b + 23273,5 24061 -931,2 -169
- 24204,7 24230 23 + 29830,9 29574 316,9 -1233,5
- 27514 28808 (29) (+) 2000 2000 2c + 27286,5 28240 -796,6 -34,2
- 28083,1 28274 42 + 29980 29968 -32,1 -117,7
- 28012,1 28085 (29) (+) 2000 2000 4b + 23975 24022 -42,3 -18,4
- 24017,3 24040 44 + 30000,3 30007 8,5 -40,1
- 27991,8 28047
(29) (+) 2000 2000 4d + 23980,4 24018 -31,5 -26,8
VI - 24011,9 24044
X 00 = 7075,949 7075,95 X 10 = 36,7 0,37 -0,37 0,37 1,10 36,70 -2,57 0,37 (29) : Table 3a X 12 - Y 1b = 426,9 -8,54 38,42 -4,27 -38,42 -38,42 426,90 -8,54 8,54 (15) : Table 3b X 13 - Y 1c = -6,7 -0,27 0,47 -0,07 -0,87 -1,34 3,95 -0,20 X 20 = -655,1 6,55 98,26 -655,10 -189,98 -6,55 -1,97 X 22 - Y 2b = 336,7 3,37 336,70 -47,14 -205,39 -6,73 -10,10 10,10 -10,10 X 23 - Y 2c = 351,1 -7,02 -228,21 87,77 351,10 10,53 -17,55 -3,51 X 42 - Y 4b = -13,7 -0,14 -0,14 -1,37 -13,70 V X 44 - Y 4d = 35,3 -0,35 0,35 0,71 35,65 -1,76 Y 10 = -94,3 0,94 -1,89 -95,24 7,54 -0,94 -0,94 Y 12 + X 1b = -586,5 -29,33 -5,87 29,33 70,38 -615,83 17,60 -5,87 Y 13 + X 1c = -241,3 4,83 4,83 -21,72 -57,91 156,85 -9,65 -4,83 Y 20 = 382,1 -61,14 382,10 114,63 -3,82 7,64 -11,46 -3,82 Y 22 + X 2b = -2150,7 -2236,73 322,60 1376,45 -43,01 215,07 -86,03 43,01 Y 23 + X 2c = -2030,1 1421,07 -527,83 -2091,00 60,90 -182,71 142,11 -4,26 Y 42 + X 4b = -160 -3,20 -17,60 -160,00 VI Y 44 + X 4d = -71,6 2,15 -0,72 -3,58 -71,60 4,30 So M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 V PR cos r 244,78 -618,08 -81,89 -5,81 418,18 16,49 -20,54 V I PR sin r -902,34 176,07 -597,78 -68,71 -411,43 -37,58 -132,41 PR 7070,41 934,96 642,67 603,37 68,95 586,65 41,04 133,99
Table 3a (3b) : P 360,00 175,00 214,00 166,00 217,00 177,00 273,00 280,00 Table 5 : f 0,97 1,00 0,97 1,10 1,17 1,94 0,97 VIII : 1 + W 1,00 0,74 1,18 1,29 1,00 1,00 0,86 Table 6 : V' Table 7 : V'' Table 8 : V''' V' + V'' + V''' = V 255,86 0 30,78 9,77 246,10 511,73 255,86 Table 9 : u -1,02 0 -1,02 -3,71 4,20 -2,04 -1,02 VIII : w 0 -4,86 -2,21 -3,55 0 0 -4,86 Table 3a (3b) : p 333,00 345,00 327,00 173,00 160,00 307,00 318,00 Table 4 : r 285,18 164,10 262,20 265,16 315,47 293,69 261,18 Total : s 873,02 504,24 616,75 440,67 725,76 1110,38 829,17 g 153,02 144,24 256,75 80,67 365,76 390,38 109,17 VII PR : [P X f X (1 + W)] = A 19,64 5,50 2,04 3,16 0,22 2,84 0,08 0,57
v and (1 + W) for S2 , MS4 M2 , O1 , M4 : W = 0 : w = 0 VII : K1 V = 9,7667715 S2 : f = 1 : V, u = 0 VII : K1 u = -3,7087565 N2 , MS4 : f, u similar with the M2 Total V + u = 6,058015 M4 : f = (f M2) ^ 2 Table 10 : S2 : w / f = -3,7929439 = 0,94341 Table 10 : S2 : W / f = -0,205719 V = (V M2) x 2 Table 5 : K2 : f = 1,2804096 = 511,7262 w = -4,8565218 g = (u M2) x 2 W = -0,2634046 = -2,037177 1 + W = 0,7365954 MS4 V = V M2 = 255,8631 K2 : A = A S2 x 0.23 w and (1 + W) for K1 = 0,468858 VII : K1 : 2V = 19,533543 g = g S2 VII : K1 : u = -3,7087565 = 144,2433 P1 : A = A K1 x 0.33 Total : 2V + u = 15,824787 = 0,073639 Table 10 : K1 : wf = -3,9164058 g = g K1 Table 10 : K1 : Wf = 0,3215412 = 80,66938 Table 5 w = -3,5526026 W = 0,2916726 1 + W = 1,2916726 w and (1 + W) for N2
VII : M2 : 3V = 767,58933 VII : N2 : 2V = 61,563985 Difference (M2 - N2) = 706,02534 Table 10 : N2 : w = -2,2087136 Table 10 : N2 : 1+W = 1,1842859 VIII FINAL RESULT So M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4
A cm 19,6 5,5 2,0 3,2 0,5 0,2 2,8 0,1 0,1 0,6 g 153,0 144,2 256,8 144,2 80,7 365,8 80,7 390,4 109,2
F = 0,406779
KedalamanUrut Sample X Y Lintang Bujur Tinur (m)
1 SBT05-01 566946,65 456406,68 4,1289532 117,6031767 6,62 SBT05-02 573132,35 459538,19 4,1572372 117,6589297 16,23 SBT05-03 576864,34 456970,20 4,1339778 117,6925335 11,44 SBT05-04 581773,98 452332,12 4,0919813 117,7367275 11,25 SBT05-05 586207,16 448431,76 4,0566608 117,7766312 10,06 SBT05-06 584085,43 444417,34 4,0203643 117,7574842 1,17 SBT05-07 585874,86 442468,28 4,0027178 117,7735867 2,78 SBT05-08 583435,81 439171,75 3,9729177 117,7515892 0,09 SBT05-09 578424,60 433925,07 3,9254952 117,7064105 10,5
10 SBT05-10 575236,72 436185,85 3,9459706 117,6777135 10,011 SBT05-11 571129,63 434514,54 3,9308808 117,6407080 8,512 SBT05-12 568235,80 439018,97 3,9716492 117,6146725 10,013 SBT05-13 564412,51 439817,82 3,9789008 117,5802383 8,414 SBT05-14 564020,23 443161,41 4,0091508 117,5767258 8,715 SBT05-15 564871,33 447284,45 4,0464440 117,5844193 1,416 SBT05-16 560759,83 449290,81 4,0646203 117,5473927 5,017 SBT05-17 563432,33 451786,71 4,0871825 117,5714847 1,018 SBT05-18 590952,60 444308,04 4,0193157 117,8193420 10,019 SBT05-19 596298,54 439654,80 3,9771733 117,8674528 12,320 SBT05-20 599129,69 435877,23 3,9429750 117,8929170 5,421 SBT05-21 604317,92 436137,70 3,9452795 117,9396488 6,422 SBT05-22 611199,62 436499,08 3,9484758 118,0016338 10,023 SBT05-23 622583,23 437117,82 3,9539422 118,104167224 SBT05-24 618750,19 438492,81 3,9664247 118,0696612 20,525 SBT05-25 620708,33 441556,84 3,9941165 118,0873337 40,026 SBT05-26 616571,18 441230,25 3,9912110 118,0500670 10,027 SBT05-27 612998,65 439416,56 3,9748460 118,0178692 10,028 SBT05-28 606642,20 440442,42 3,9841943 117,9606278 13,029 SBT05-29 602027,28 441200,25 3,9910970 117,9190682 13,030 SBT05-30 589588,17 439110,72 3,9723132 117,8070055 1,231 SBT05-31 591444,29 435435,75 3,9390530 117,8236913 6,532 SBT05-32 591861,21 427218,83 3,8647195 117,8273738 7,033 SBT05-33 599873,52 427642,14 3,8684750 117,8995372 8,834 SBT05-34 606224,87 427991,62 3,8715735 117,9567407 10,235 SBT05-35 612661,03 428329,48 3,8745620 118,0147072 11,036 SBT05-36 622029,15 428836,58 3,8790432 118,0990792 43,037 SBT05-37 615700,48 432655,24 3,9136568 118,0421278 12,038 SBT05-38 608530,89 432158,55 3,9092420 117,9775518 8,839 SBT05-39 602223,04 431728,02 3,9054120 117,9207370 8,340 SBT05-40 595627,82 431296,07 3,9015678 117,8613337 8,7
POSISI PENGAMBILAN CONTOH SEDIMEN DASAR LAUTPERAIRAN SEBATIK DAN SEKITARNYA, KALIMANTAN TIMUR
MEI - JUNI 20005
UTM, Zona 50N WGS84 GeografisNomor
Metoda : Penginti Comot / Grab SamplerDiskripsi oleh : Yogi Noviadi & Indra Adhirana
No NO_CONTOH Diskripsi1 SBT05-01 Pasir berbutir sedang sampai kasar, kuning kecoklatan, adanya pecahan cangkang foram
(dominan) ukuran cangkang 0.2 - 1.5 cm, terdapat mineral hitam biotit.2 SBT05-02 Lempung lanauan, kehijauan, lunak, fluida rendah, plastis tinggi, sedikit mengandung cangkang
fauna (foram besar) dan sisa organik, terdapatnya mineral hitam.3 SBT05-03 Lempung lanauan, kehijauan , fluida rendah, bersifat plastis, mengandung organik dan khas
pada lingkungan rawa.4 SBT05-04 Lempung lanauan, berwrna kehijauan, bersifat plastis dan fluida rendah, mengandung sisa
organik, mengandung mineral hitam dan khas pada lingkungan rawa.5 SBT05-05 Lempung lanauan, berwrna kehijauan, sedikit pasiran, mengandung sisa organik, mengandung
mineral hitam dan khas pada lingkungan rawa.
6 SBT05-06 Lumpur lanauan, berwrna abu-abu kecoklatan-kehijauan, bersifat lunak, mengandung sifat fluida yang tinggi, plastisitas rendah, mengandung cangkang.
7 SBT05-07 Lumpur lanauan, berwrna abu-abu kecoklatan-kehijauan, bersifat lunak, mengandung sifat fluida yang tinggi, plastisitas rendah, mengandung cangkang.
8 SBT05-08 Lumpur lanauan, berwrna abu-abu kecoklatan-kehijauan, bersifat lunak, mengandung sifat fluida yang tinggi, plastisitas rendah, mengandung cangkang.
9 SBT05-09 Lempung lanauan, berwarna abu-abu kecoklatan, bersifat lunak, kandungan fluida rendah, sifat plastisitas sedang,ukuran buutir relatif homogen.
10 SBT05-10 Lempung lanauan, berwarna abu-abu kecoklatan, bersifat lunak, kandungan fluida rendah, sifat plastisitas sedang,ukuran buutir relatif homogen.
11 SBT05-11 Lumpur kerikilan, berwarna abu-abu kehijauan,materi kerikil berupa pecahan cangkang foram besar, ukuran butir bervariasi 0.5 - 3.5 cm (lainnya >1.5 cm); kondisi umumnya pecah
12 SBT05-12 Lumpur lanauan, berwarna kecoklatan, berdifta plastis rendah, kandungan fluida rendah, mengandung mineral hitam, khas pada lingkungan rawa.
13 SBT05-13 Lempung lanauan, berwrna abu-abu kehijauan, bersifat lunak,lengket, plastisitas sedang, mengandung fluida rendah, ukuran butir relatif homogen.
14 SBT05-14 Lempung lanauan, berwrna abu-abu kehijauan, bersifat lunak,lengket, plastisitas tinggi, mengandung fluida rendah, ukuran butir relatif homogen.
15 SBT05-15 Lempung lanauan, berwrna abu-abu kehijauan, bersifat lunak,lengket, plastisitas tinggi, mengandung fluida rendah, ukuran butir relatif homogen.
16 SBT05-16Lanau lempungan sampai lempung, berwarna kecoklatan, bersifat lunak, agak lengket, plastisitas rendah, kandungan fluida tinggi, tidak mengandung mineral dan cangkang, ukuran butir relatif homogen.
17 SBT05-17Lumpur lanauan, abu-abu kecoklatan sampai kehitaman, bersifat lunak, agak lengket, plastisitas rendah, mengandung sisa tumbuhan, mengandung mineral hitam, berbau khas lingkungan rawa, tidak terlihat mengandung cangkang.
18 SBT05-18 Lumpur lanauan, berwarna kecoklatan sampai kehijauan, bersifat lunak, mengandung fluida tinggi dan plastisitas rendah.
19 SBT05-19 Lanau, berwarna kehijauan, mengandung fluida tinggi, plastisitas rendah, lunak, besar butir relatif homogen.
20 SBT05-20 Lanau, berwarna kehijauan, mengandung fluida tinggi, plastisitas rendah, lunak, besar butir relatif homogen.
21 SBT05-21 Lanau, berwarna kehijauan, mengandung fluida tinggi, plastisitas rendah, lunak, besar butir relatif homogen.
22 SBT05-22 Lanau, berwarna kehijauan, mengandung fluida tinggi, plastisitas rendah, lunak, besar butir relatif homogen.
23 SBT05-23 Lumpur lanauan, berwarna abu-abu kehijauan sampai kecoklatan, fluida tinggi, plastisitas rendah, besar butir relatif homogen.
24 SBT05-24Lempung lanauan, berwarna kehijauan, lunak, fluida rendah, plastisitas sedang, ukuran butir relatif homogen, sedikit pasiran (pasir sangat halus), mengandung sisa organik dan mineral hitam.
25 SBT05-25 Lempung lanauan, berwarna kehijauan, lunak, fluida sedang, plastisitas sedang sampai tinggi, ukuran butir relatif homogen.
26 SBT05-26 Lanau pasiran, lanau + 90%, pasir + 10%(ukuran pasir sangat halus sampai halus); komposisi pasir terdiri dari mineral hitam dan pecahan cangkang moluska, mengandung sisa organik.
27 SBT05-27 Pasir halus sampai sedang, sedikit lanauan, kehijauan, bersifat lunak, ukuran cangkang + 0.1 - 0.3 cm, dan pecahan cangkang moluska dan mineral hitam, pemilahan sedang sampai baik.
PERAIRAN SEBATIK, KALIMANTAN TIMURDISKRIPSI MEGASKOPIS SEDIMEN PERMUKAAN DASAR LAUT
No NO_CONTOH Diskripsi
28 SBT05-28Pasir sedang sampai kasar, sedikit lanauan, berwarna kehijauan-kecoklatan, dominan pecahan cangkang foram besar (+ 0.1 - 3.0 cm), mineral hitam, biotit, pemilahan buruk, sub Anguler sampai anguler.
29 SBT05-29 Pasir kasar, kecoklatan, dominan pecahan cangkang foram besar (+ 0.1 - 3.0 cm), mineral hitam, biotit, pemilahan buruk, sub Anguler sampai anguler.
30 SBT05-30 Lempung lanauan, kehijauan, bersifat lunak, kandungan fluida sedang sampai tinggi, mengandung sedikit sisa organik.
31 SBT05-31Lumpur lanauan, berwarna kecoklatan, lunak, kandungan fluida tinggi, plastisitas rendah.
32 SBT05-32 Lempung lanauan, abu-abu kehijauan, lunak, fluida sedang, plastistas rendah sampai sedang, besar butir relatif homogen.
33 SBT05-33 Lumpur lanauan, sedikit pasir (sangat halus), materi pasir berupa pecahan cangkang moluska, mineral hita dan sisa organik, ukuran butir sangat halus.
34 SBT05-34 Lumpur lanauan, sedikit pasir (sangat halus), materi pasir berupa pecahan cangkang moluska, mineral hita dan sisa organik, ukuran butir sangat halus.
35 SBT05-35 Lumpur lanauan, sedikit pasir (sangat halus), materi pasir berupa pecahan cangkang moluska, mineral hita dan sisa organik, ukuran butir sangat halus.
36 SBT05-36 Lanauan, kehijauan, ukuran butir relatif homogen, plastisitas sedang, lunak, kandungan fluida sedang.
37 SBT05-37 Lanauan, berwarna kehijauan, lunak, fluida rendah, pl;astisitas rendah sampai sedang, agak lengket.
38 SBT05-38 Lumpur pasiran (Lumpur + 80%, pasir + 20%), komponen pecahan cangkang moluska dan mineral hitam, Sub Angular sampai angular, ukuran butir dari pasir halus sampai sedang.
39 SBT05-39Lumpur lanauan, berwarna kecoklatan sampai kehijauan, dan plastisitas rendah.
40 SBT05-40Lumpur lanauan, berwarna kecoklatan sampai kehijauan, dan plastisitas rendah.
41 SBT05-41Lumpur lanauan, berwarna kecoklatan sampai kehijauan, dan plastisitas rendah.
42 SBT05-42 Lanau pasiran, (lanau + 90%, pasir 10%), komposisi pasir berupa cangkang foram besar, mineral hitam, ukuran butir halus-sedang
43 SBT05-43Lumpur lanauan, kecoklatan, fluida tinggi, lunak ukuran butir relatif homogen.
44 SBT05-44Lanau lempungan, kehijauan, fluida sedang, bersifat lunak ukuran butir relatif homogen
45 SBT05-45 Pasir sedang sampai kasar, berwrna kecoklatan, komponen pasir terdiri dari : pecahan cangkang foram besar, mineral hitam, pemilahan buruk, sub Angular.
46 SBT05-46Lempung pasiran, berwrna kehijauan, komposisi : lempung 80% dan pasir 20%, lunak, fluida rendah, plastisitas rendah, kandungan pasir berupa pecahan cangkang moluska, berbentuk hancur, mineral hitam, berukuran pasir halus.
47 SBT05-47 Lanau - lempung lanauan, berwarna kehijauan, bersifat lunak, ukuran butir relatif homogen, agak lengket, memiliki kandungan fluida tinggi.
48SBT05-48 Lanau - lempung lanauan, pasiran (sangat halus), kehijauan kandungan fluida tinggi.
49SBT05-49
Lanau pasiran, berwrna kehijauan , bersifat lunak, komposisi lanau 90% dan pasir 10%, mengandung fluida sedang, plastisitas rendah, kandungan pasir terdiri dari : pecahan cangkang moluska, hancur, mengandung mineral hitamdan sisa organik (berwarna hitam, panjang dan pipih seperti rambut.
50SBT05-50
Pasir, berwarna kecoklatan(keruh)-kehijauan, bersifat lepas dan urai, ukuran pasir halus sampai sedang, materi pasir terdiri dari: cangkang moluska dan foram besar, mineral hitam, biotit, plagioklas, pemilahan sedang, sub angular-angular.
51 SBT05-51 Pasir kehijauan, sedikit lanauan, ukuran pasir sedang-kasar, materi pasir terdiri dari: cangkang moluska dan foram besar, mineral hitam, biotit, pemilahan buruk-sedang, sub angular-angular.
52 SBT05-52 Pasir kehijauan, sedikit lanauan, ukuran pasir sedang-kasar, materi pasir terdiri dari: cangkang moluska dan foram besar, mineral hitam, biotit, pemilahan buruk-sedang, sub angular-angular.
53 SBT05-53Pasir, ukuran cangkang jauh lebih besar, hancur dan lepas, mengandung mineral hitam.
54 SBT05-54 Pasir sampai dengan pasir lanauan ukuran cangkang jauh lebih besar, hancur dan lepas, mengandung mineral hitam.
No NO_CONTOH Diskripsi55 SBT05-55
Lanau- lanau lempungan, berwarna kehijauan, lunak, mengandung sedikit cangkang moluska.
56 SBT05-56 Pasir lanauan, kehijauan, lunak; pasir 70% lanau 30%, ukuran pasir sangat halus sampai halus; mengandung pecahan cangkang moluska.
57 SBT05-57 Lanau pasiran sampai lumpur pasiran berwarna kehijauan; komposisi : lanau lumpura 65% dan pasi 35%, ukuran pasir sangat halus -halus.
58 SBT05-58 Pasir sampai pasir lanauan (lanau <5%); kekeruhan, materi pasir : Pecahan cangkang moluska, umumnya pecah, mengandung mineral hitam, pemilahan sedang, sub angular.
59 Kr UnarangPasir, coklat kehijauan berbutir sedang, terpilah baik, membundar baik, berukuran pasir halus - pasir sedang, berbutir sedang, terpilah baik, membundar baik, kuarsa sebagai mineral penyusun utamanya, detritus banyak dijumpai hingga 75 %, matrik jarang dijumpai.
POSOSI PENGAMBILAN CONTOH BOR TANGANPERAIRAN SEBATIK DAN SEKITARNYA, KALIMANTAN TIMUR
NomorUrut Sample o .' " Decimal o .' " Decimal Lokasi
1 BT. 05-01 117 40 35,1 117,67642 3 58 1,6 3,96711 Pantai Semengkudu2 BT. 05-02 117 39 52,3 117,66453 3 58 2,4 3,96733 Tj. Semengkudu3 BT. 05-03 117 44 21,7 117,73936 4 2 5,7 4,03492 Mamolo4 BT. 05-04 117 54 2,5 117,90069 4 9 53,7 4,16492 Sei Pancang, Sebatik5 BT. 05-05 117 54 58,5 117,91625 4 3 10,2 4,05283 Pantai Sei Taiwan6 BT. 05-06 117 54 35,3 117,90981 4 2 40,1 0,04447 Tg. Batulamampu7 BT. 05-07 117 54 17,2 117,90478 4 2 24,7 4,04019 Pantai Batulamampu8 BT. 05-08 117 55 21 117,9225 4 6 28,4 4,10789 Pantai Sei Bajau9 BT. 05-09 117 55 26,5 117,92403 4 8 23,8 4,13994 Tg. Aru
10 BT. 05-10 117 43 51,3 117,73092 4 4 37,3 4,07703 Kp. Sedadap11 BT. 05-11 117 41 38,8 117,69411 4 7 0,3 4,11675 Mambunut
27 – 07 – 2005
04 – 08 – 2005
5.35
1 X
10-4
2.34
X 1
0-41.
73 X
10-4
4.25
2 X
10-5
1.37
X 1
0-58.
97 X
10-5
VA
RIA
BLE
H
EA
D T
ES
T
27 – 07 – 2005
04 – 08 – 2005
3.24
0 X
10-4
4.57
X
10-4
8.73
X 1
0-41.
271
X 1
0-43.
53 X
10-4
2.79
X 1
0-4
VA
RIA
BLE
H
EA
D T
ES
T
06 – 08 – 2005
18 – 08 – 2005
7.84
X 1
0-45.
426
X 1
0-44.
325
X 1
0-43.
355
X 1
0-45.
65 X
10-4
6.74
5 X
10-4
VA
RIA
BLE
H
EA
D T
ES
T
06 – 08 – 2005
18 – 08 – 2005
2.76
0 X
10-4
3.37
5 X
10-4
7.60
X 1
0-44.
55
X 1
0-46.
785
X 1
0-42.
345
X 1
0-4
VA
RIA
BLE
H
EA
D T
ES
T
No. No. Contoh X(phi) Sort Skew Kurt Kri Pas Lan Lem Keterangan (Klasifikasi Folks' 72)
1 SBT-05.001 1,7 0,5 1,5 4,3 0 100% 0 0 Pasir2 SBT-05.002 5,7 1,7 -0,7 4,6 0,4 11 79,9 8,6 Lumpur Pasiran sedikit Krikilan3 SBT-05.003 5,6 1,4 0 2,4 0 10,6 85,7 3,7 Lanau Pasiran4 SBT-05.004 5,8 1,3 0,2 2,2 0 5,7 89,6 4,7 Lanau 5 SBT-05.005 5,6 1,2 0,1 2,1 0 9,4 90,1 0,5 Lanau 6 SBT-05.006 5,9 1,2 0,3 2,1 0 0,2 95,9 3,9 Lanau 7 SBT-05.007 6,1 1,1 0,3 2,2 0 0,1 95,1 4,8 Lanau 8 SBT-05.008 6 1,2 0,4 2,1 0 0,6 92,9 6,5 Lanau 9 SBT-05.009 6 1,3 0,3 2,1 0 0,9 91,1 8 Lanau 10 SBT-05.010 5,9 1,3 0,3 2,2 0 3,7 89,7 6,6 Lanau 11 SBT-05.011 6 1,4 0,2 2,3 0 3,7 87 9,4 Lanau / Lempung12 SBT-05.012 6 1,2 0,3 2,1 0 0,2 94,9 4,9 Lanau13 SBT-05.013 5,9 1,4 0,2 2,2 0 6,1 86,9 7 Lanau / Lempung14 SBT-05.014 5,8 1,4 0,2 2,1 0 9,2 83,1 7,6 Lanau15 SBT-05.015 6,1 1,3 0,3 2 0 0,6 88,3 11,1 Lanau16 SBT-05.016 6,1 1,3 0,3 2 0 1,9 87,8 10,4 Lanau17 SBT-05.017 5,6 1,5 0,3 2,2 0 15,6 76,3 8 Lanau Pasiran18 SBT-05.018 5,9 1,2 0,3 2,1 0 1,5 95,4 3,1 Lanau19 SBT-05.019 6 1,2 0,2 2 0 0,3 95,1 4,5 Lanau20 SBT-05.020 5,7 1,1 0,4 2,5 0 2,1 94,5 3,4 Lanau21 SBT-05.021 5,9 1,2 0,3 2,2 0 2,1 93,9 4 Lanau22 SBT-05.022 6 1,3 0,3 2,1 0 1,9 88,9 9,2 Lanau23 SBT-05.023 6 1,3 0,4 2,1 0 0,4 92,1 7,5 Lanau24 SBT-05.024 5 1,3 1 3,4 0 18,5 77,5 4 Lanau Pasiran25 SBT-05.025 6 1,4 0,3 2 0 4,7 83,9 11,4 Lanau26 SBT-05.026 4,9 1,5 0,8 2,7 0 37,2 58,6 4,2 Lanau Pasiran27 SBT-05.027 4,6 1,7 0,8 2,6 0 48,9 46,3 4,8 Lanau Pasiran28 SBT-05.028 3,9 2,1 0,7 2,3 0 59,1 35,9 5 Pasir Lanauan29 SBT-05.029 1,6 1,1 -1,2 5,7 2,3 97,7 0 0 Pasir Sedikit krikilan30 SBT-05.030 6,1 1,3 0,3 2 0 1 88 10,9 Lanau31 SBT-05.031 6,2 1,4 0,2 1,9 0 0,9 86,2 12,9 Lanau32 SBT-05.032 6 1,3 0,4 2 0 0,5 88,8 10,7 Lanau33 SBT-05.033 5,4 1,5 0,1 2,1 0 20,4 75,3 4,3 Lanau Pasiran34 SBT-05.034 5,4 1,7 0,2 2 0 26,7 65 8,3 Lanau Pasiran35 SBT-05.035 5,2 1,5 0,5 2,1 0 31,3 64,4 4,3 Lanau Pasiran36 SBT-05.036 5,8 1,1 0,3 2 0 0,3 98 1,7 Lanau37 SBT-05.037 5,8 1,3 0,4 2,2 0 3,8 90,5 5,7 Lanau38 SBT-05.038 4,8 2,2 -0,1 1,9 0 33,8 58,8 7,5 Lanau Pasiran39 SBT-05.039 5,8 1,3 0,3 2,2 0 3,9 92,1 4 Lanau40 SBT-05.040 6 1,4 0,2 2,1 0 4,5 86,2 9,4 Lanau41 SBT-05.041 5,9 1,2 0,3 2 0 0,2 96,5 3,3 Lanau42 SBT-05.042 6 1,4 0,3 2 0 3,6 85,1 11,2 Lanau / Lempung43 SBT-05.043 5,9 1,2 0,3 2 0 0,2 97 2,8 Lanau44 SBT-05.044 5,4 1,4 0 2,6 0 11,7 86 2,3 Lanau Pasiran45 SBT-05.045 2,9 0,8 -0,8 2,2 0 100 0 0 Pasir46 SBT-05.046 5,4 1,8 -0,4 2,7 0 17,6 76,3 6,1 Lanau Pasiran47 SBT-05.047 5,1 1,5 0,9 2,7 0 26,8 67 6,1 Lanau Pasiran48 SBT-05.048 5,5 1,5 0,3 2,1 0 15,6 80 4,4 Lanau Pasiran49 SBT-05.049 4,1 1,2 1,7 6,4 0 62,2 35,6 2,1 Pasir lanauan50 SBT-05.050 2,8 0,8 -1 2,9 0 100% 0 0 Pasir51 SBT-05.051 2,3 1,1 -0,9 3,4 0,4 99,6 0 0 Pasir Sedikit Krikilan52 SBT-05.052 2,1 1,4 -0,7 2,4 1,6 98,4 0 0 Pasir Sedikit Krikilan53 SBT-05.053 1,5 1,5 -0,7 2,7 8,2 91,8 0 0 Pasir Krikilan54 SBT-05.054 2,2 1,4 -0,4 6,6 2,9 92,3 0 0 Pasir Sedikit Krikilan55 SBT-05.055 4,8 1,4 1,1 3,4 0 35,4 0 0 Lanau Pasiran56 SBT-05.056 3,4 0,3 -4,1 20,4 0 100% 0 0 Pasir57 SBT-05.057 4,2 2 0,4 2,3 0 49,8 45,3 4,8 Lanau Pasiran58 SBT-05.058 1,9 1,2 -1,2 4,6 4,1 95,9 0 0 Pasir Sedikit Krikilan59 BT-05.001(0-20) 4,4 1,8 -0,3 2 0 35,5 64,4 0,4 Lanau Pasiran60 BT-05.001(50-370) 4,4 1,8 -0,3 2 0 35,5 64,4 0,4 Lanau Pasiran
Keterangan (Klasifikasi Folks' 72)
TABEL HASIL ANALISA GRAIN SIZEPERAIRAN SEBATIK, KALIMANTAN TIMUR
No. No. Contoh X(phi) Sort Skew Kurt Kri Pas Lan Lem Keterangan (Klasifikasi Folks' 72)61 BT-05.001(370-400) 4,4 1,8 -0,3 2 0 35,5 64,4 0,4 Lanau Pasiran62 BT-05.002(0-17) 5,1 2,2 -0,4 3,1 1 29,7 60,3 8,9 Lumpur Pasiran Sedikit Krikilan63 BT-05.002(17-27) 5,1 2,2 -0,4 3,1 1 29,7 60,3 8,9 Lumpur Pasiran Sedikit Krikilan64 BT-05.002(27-160) 5,1 2,2 -0,4 3,1 1 29,7 60,3 8,9 Lumpur Pasiran Sedikit Krikilan65 BT-05.002(160-400) 5,1 2,2 -0,4 3,1 1 29,7 60,3 8,9 Lumpur Pasiran Sedikit Krikilan66 BT-05.003(0-90) 1,5 1,1 -0,9 4,7 4,4 95,6 0 0 Pasir Sedikit Krikilan67 BT-05.003(90-310) 1,5 1,1 -0,9 4,7 4,4 95,6 0 0 Pasir Sedikit Krikilan68 BT-05.004(20-40) 4,7 1,9 -0,2 2,3 0 31,5 66,7 1,7 Lanau Pasiran69 BT-05.004(40-50) 4,7 1,9 -0,2 2,3 0 31,5 66,7 1,7 Lanau Pasiran70 BT-05.004(60-100) 4,7 1,9 -0,2 2,3 0 31,5 66,7 1,7 Lanau Pasiran71 BT-05.004(100-180) 4,7 1,9 -0,2 2,3 0 31,5 66,7 1,7 Lanau Pasiran72 BT-05.004(180-380) 4,7 1,9 -0,2 2,3 0 31,5 66,7 1,7 Lanau Pasiran73 BT-05.004(380-400) 4,7 1,9 -0,2 2,3 0 31,5 66,7 1,7 Lanau Pasiran74 BT-05.005(0-20) 2,3 1,1 -1 4,3 1,4 98,6 0 0 Pasir Sedikit krikilan75 BT-05.005(20-60) 2,3 1,1 -1 4,3 1,4 98,6 0 0 Pasir Sedikit krikilan76 BT-05.005(60-100) 2,3 1,1 -1 4,3 1,4 98,6 0 0 Pasir Sedikit krikilan77 BT-05.005(100-120) 2,3 1,1 -1 4,3 1,4 98,6 0 0 Pasir Sedikit krikilan78 BT-05.005(150-200) 2,3 1,1 -1 4,3 1,4 98,6 0 0 Pasir Sedikit krikilan79 BT-05.006(0-20) 0,5 2,6 0 1,2 40,3 59,7 0 0 Krikil Pasiran80 BT-05.006(20-60) 0,5 2,6 0 1,2 40,3 59,7 0 0 Krikil Pasiran81 BT-05.006(70-80) 0,5 2,6 0 1,2 40,3 59,7 0 0 Krikil Pasiran82 BT-05.007(0-20) 1,8 1,8 -0,5 1,7 5,1 94,9 0 0 Pasir Krikilan83 BT-05.007(20-60) 1,8 1,8 -0,5 1,7 5,1 94,9 0 0 Pasir Krikilan84 BT-05.007(60-80) 1,8 1,8 -0,5 1,7 5,1 94,9 0 0 Pasir Krikilan85 BT-05.008(20-60) 4,5 2 -0,4 2,6 0,6 33,3 66 0,1 Lumpur Pasiran sedikit Krikilan86 BT-05.008(80-100) 4,5 2 -0,4 2,6 0,6 33,3 66 0,1 Lumpur Pasiran sedikit Krikilan87 BT-05.009(0-20) 4,7 1,8 0,5 2,3 0 44,1 50,3 5,6 Lanau Pasiran88 BT-05.009(20-60) 4,7 1,8 0,5 2,3 0 44,1 50,3 5,6 Lanau Pasiran89 BT-05.009(60-100) 4,7 1,8 0,5 2,3 0 44,1 50,3 5,6 Lanau Pasiran90 BT-05.009(100-150) 4,7 1,8 0,5 2,3 0 44,1 50,3 5,6 Lanau Pasiran91 BT-05.009(150-200) 4,7 1,8 0,5 2,3 0 44,1 50,3 5,6 Lanau Pasiran92 BT-05.010(0-25) 5,4 1 0 2,7 0 6,3 93,1 0,6 Lanau93 BT-05.010(25-110) 5,4 1 0 2,7 0 6,3 93,1 0,6 Lanau94 BT-05.010(110-215) 5,4 1 0 2,7 0 6,3 93,1 0,6 Lanau95 BT-05.010(215-315) 5,4 1 0 2,7 0 6,3 93,1 0,6 Lanau96 BT-05.011(0-10) 5,8 1,2 0 2,4 0 3,4 95 1,6 Lanau97 BT-05.011(10-200) 5,8 1,2 0 2,4 0 3,4 95 1,6 Lanau98 STA-05.001BH1(1) 5,7 1,7 -0,4 3,2 0 9,9 81 9 Lanau99 STA-05.001BH2(2,5) 5,7 1,7 -0,4 3,2 0 9,9 81 9 Lanau
100 STA-05.001BH3(3.6) 5,7 1,7 -0,4 3,2 0 9,9 81 9 Lanau101 STA-05.001BH4(4.7) 5,7 1,7 -0,4 3,2 0 9,9 81 9 Lanau102 STA-05.002BH1 4,9 1,5 0,7 2,7 0 32,9 62 5,1 Lanau Pasiran103 STA-95.002BH2 4,9 1,5 0,7 2,7 0 32,9 62 5,1 Lanau Pasiran104 STA-05.003BH1 5,6 1,4 0,4 2,2 0 10,3 82,7 7 Lanau Pasiran
DAERAH : PERAIRAN SEBATIK - KALIMANTAN TIMURKA. TIM. : Ir. YOGI NOVIADIWAKTU : JUNI s/d JULI 2005
No No Berat Berat Berat non BeratUrut Contoh asal ckg ckg kumulatif
1 SBT - 05.001 100,0 10,7200 89,2800 88,05762 SBT - 05.002 100,0 1,7956 98,2044 97,96073 SBT - 05.003 100,0 1,4587 98,5413 97,43804 SBT - 05.004 100,0 0,3074 99,6926 98,51425 SBT - 05.005 100,0 0,6846 99,3154 98,77106 SBT - 05.006 100,0 0,2660 99,7340 99,20687 SBT - 05.007 100,0 0,0397 99,9603 98,17108 SBT - 05.008 100,0 0,1402 99,8598 98,33219 SBT - 05.009 100,0 0,1297 99,8703 98,6202
10 SBT - 05.010 100,0 0,1555 99,8445 98,555411 SBT - 05.011 100,0 37,1834 62,8166 61,607512 SBT - 05.012 100,0 0,1739 99,8261 98,279513 SBT - 05.013 100,0 0,1831 99,8169 98,953914 SBT - 05.014 100,0 0,2393 99,7607 98,444015 SBT - 05.015 100,0 0,2079 99,7921 98,429416 SBT - 05.016 100,0 0,1431 99,8569 98,301717 SBT - 05.017 100,0 2,3938 97,6062 97,149418 SBT - 05.018 100,0 0,2492 99,7508 99,097019 SBT - 05.019 100,0 0,6147 99,3853 98,199520 SBT - 05.020 100,0 0,3393 99,6607 98,042321 SBT - 05.021 100,0 0,8380 99,1620 98,972422 SBT - 05.022 100,0 0,5696 99,4304 98,538723 SBT - 05.023 100,0 0,1106 99,8894 98,419924 SBT - 05.024 100,0 0,6229 99,3771 98,586425 SBT - 05.025 100,0 0,1734 99,8266 98,196326 SBT - 05.026 100,0 1,3058 98,6942 97,739327 SBT - 05.027 100,0 2,0919 97,9081 96,678028 SBT - 05.028 100,0 6,7227 93,2773 92,290529 SBT - 05.029 100,0 7,6557 92,3443 91,673530 SBT - 05.030 100,0 0,1854 99,8146 98,697331 SBT - 05.031 100,0 0,1650 99,8350 98,3565
32 SBT - 05.032 100,0 0,8981 99,1019 98,436933 SBT - 05.033 100,0 2,2822 97,7178 97,360334 SBT - 05.034 100,0 7,2187 92,7813 92,160535 SBT - 05.035 100,0 1,5427 98,4573 97,947536 SBT - 05.036 100,0 0,2496 99,7504 98,300437 SBT - 05.037 100,0 0,1603 99,8397 99,510538 SBT - 05.038 100,0 7,8611 92,1389 91,508939 SBT - 05.039 100,0 0,3412 99,6588 99,033940 SBT - 05.040 100,0 0,3631 99,6369 99,105341 SBT - 05.041 100,0 0,1782 99,8218 99,160142 SBT - 05.042 100,0 0,2615 99,7385 98,136243 SBT - 05.043 100,0 0,1800 99,8200 99,169744 SBT - 05.044 100,0 3,4341 96,5659 96,001945 SBT - 05.045 100,0 30,9939 69,0061 68,767846 SBT - 05.046 100,0 0,9236 99,0764 97,788547 SBT - 05.047 100,0 0,3663 99,6337 98,884748 SBT - 05.048 100,0 0,7587 99,2413 98,522949 SBT - 05.049 100,0 0,8215 99,1785 98,002550 SBT - 05.050 100,0 7,9793 92,0207 91,834151 SBT - 05.051 100,0 8,6636 91,3364 90,3330
DATA BESAR BUTIR
No No Berat Berat Berat non BeratUrut Contoh asal ckg ckg kumulatif52 SBT - 05.052 100,0 13,6851 86,3149 85,177453 SBT - 05.053 100,0 10,4719 89,5281 88,203254 SBT - 05.054 100,0 8,2020 91,7980 90,739155 SBT - 05.055 100,0 1,9164 98,0836 97,012256 SBT - 05.056 100,0 1,5253 98,4747 97,194857 SBT - 05.057 100,0 15,1135 84,8865 83,925658 SBT - 05.058 100,0 3,1597 96,8403 95,797859 BT - 05.001 0 - 20 cm 100,0 6,4786 93,5214 92,3722
50 - 370 cm 100,0 4,1703 95,8297 95,4565370 - 400 cm 100,0 2,6200 97,3800 96,1725
60 BT - 05.0020 - 17 cm 100,0 0,8271 99,1729 98,7494
17 - 27 cm 100,0 0,7871 99,2129 98,979427 - 160 cm 100,0 2,5340 97,4660 96,9274
160 - 400 cm 100,0 1,5730 98,4270 98,068561 BT - 05.003
0 - 90 cm 100,0 1,2906 98,7094 97,840690 - 310 cm 100,0 3,0215 96,9785 96,6260
62 BT - 05.00420 - 40 cm 100,0 0,1916 99,8084 99,651840 - 50 cm 100,0 2,7311 97,2689 96,9155
60 - 100 cm 100,0 6,6260 93,3740 92,3706100 - 180 cm 100,0 0,4775 99,5225 98,2586180 - 380 cm 100,0 4,3635 95,6365 94,2606380 - 400 cm 100,0 2,4876 97,5124 96,8960
63 BT - 05.0050 - 20 cm 100,0 0,6253 99,3747 99,3889
20 - 60 cm 100,0 0,2453 99,7547 99,581060 - 100 cm 100,0 0,4901 99,5099 99,5329
100 - 120 cm 100,0 0,3942 99,6058 99,5503150 - 200 cm 100,0 4,0366 95,9634 95,3730
64 BT - 05.0060 - 20 cm 100,0 14,0507 85,9493 85,7955
20 - 60 cm 100,0 13,1188 86,8812 86,449670 - 80 cm 100,0 13,7237 86,2763 86,2181
65 BT - 05.0070 - 20 cm 100,0 2,7760 97,2240 97,0644
20 - 60 cm 100,0 2,1574 97,8426 97,338660 - 80 cm 100,0 10,1699 89,8301 89,4936
66 BT - 05.00820 - 60 cm 100,0 0,2885 99,7115 99,511580 - 100 cm 100,0 0,2808 99,7192 98,3184
67 BT - 05.0090 - 20 cm 100,0 2,5062 97,4938 97,3444
20 - 60 cm 100,0 4,6613 95,3387 94,475960 - 100 cm 100,0 1,8854 98,1146 97,2744
100 - 150 cm 100,0 1,0792 98,9208 98,6595150 - 200 cm 100,0 1,7311 98,2689 97,7389
68 BT - 05.0100 - 25 cm 100,0 1,1117 98,8883 97,6513
25 - 110 cm 100,0 7,4640 92,5360 91,8101110 - 215 cm 100,0 6,6896 93,3104 92,0868215 - 315 cm 100,0 1,4129 98,5871 98,0198
69 BT - 05.0110 - 10 cm 100,0 1,0176 98,9824 97,2008
10 - 200 cm 100,0 0,8334 99,1666 98,7568
No No Berat Berat Berat non BeratUrut Contoh asal ckg ckg kumulatif70 STA - 05.001 BH. 1 (1 m) 100,0 0,0256 99,9744 99,6337
BH. 2 (2.5 m) 100,0 0,0454 99,9546 99,8606BH. 3 (3.6 m) 100,0 0,0090 99,9910 99,5701BH. 4 (4.7 m) 100,0 1,4354 98,5646 97,6402
71 STA - 05.002BH. 1 100,0 0,0000 100,0000 99,2866BH. 2 100,0 0,0817 99,9183 99,7548
72 STA - 05.003BH. 1 100,0 0,2754 99,7246 98,0437
73 STA - 05.004BH. 1 100,0 0,0000 100,0000 0,0000
ANALISA BESAR BUTIR
DAERAH : PERAIRAN SEBATIK - NUNUKAN - KALIMANTAN TIMURKA. TIM. : Ir. YOGI NOVIADIWAKTU
No No -2.0 phi -1.5 phi -1.0 phi -0.5 phi -0 phi 0.5 phi 1.0 phi 1.5 phi 2.0 phi 2.5 phi 3.0 phi 3.5 phi 4.0 phi BeratUrut Contoh pipet
1 SBT - 05.001 - - - - - - - 7,3193 56,2007 16,6933 1,5072 0,7939 0,1028 5,4404 - - - - - -2 SBT - 05.002 0,3632 - - - 0,0472 0,1351 0,1682 0,3345 0,7451 1,7382 1,6605 3,6159 0,9191 88,2337 20,0 0,3855 0,3714 0,3435 0,2626 0,14743 SBT - 05.003 - - - - - - - - 1,7522 4,9737 1,3466 89,3655 20,0 0,3959 0,3598 0,3204 0,2354 0,05654 SBT - 05.004 - - - - - - - - - - 0,0999 2,1846 1,9461 94,2836 20,0 0,3894 0,3811 0,3238 0,2457 0,07045 SBT - 05.005 - - - - - - - - - - - 4,8716 2,0715 91,8279 20,0 0,4066 0,3811 0,3091 0,2303 0,00766 SBT - 05.006 - - - - - - - - - - - 0,0896 0,0681 99,0491 20,0 0,4226 0,4152 0,3598 0,2739 0,06027 SBT - 05.007 - - - - - - - - - - - 0,0241 0,0269 98,1200 20,0 0,4268 0,4125 0,3382 0,2548 0,06428 SBT - 05.008 - - - - - - - - - - - 0,1333 0,2662 97,9326 20,0 0,3755 0,3641 0,3235 0,2293 0,09089 SBT - 05.009 - - - - - - - - - - - 0,3283 0,3802 97,9117 20,0 0,3911 0,3746 0,3543 0,2564 0,1211
10 SBT - 05.010 - - - - - - - - - - - 1,6925 1,0936 95,7693 20,0 0,3950 0,3859 0,3333 0,2422 0,099311 SBT - 05.011 - - - - - - - - - - 0,9334 1,3819 0,4546 58,8376 20,0 0,3883 0,3711 0,3296 0,2305 0,142612 SBT - 05.012 - - - - - - - - - - - - 0,1231 98,1564 20,0 0,4201 0,4128 0,3748 0,2677 0,076813 SBT - 05.013 - - - - - - - - - - 0,1423 2,8624 1,7330 94,2162 20,0 0,3871 0,3823 0,3354 0,2497 0,108814 SBT - 05.014 - - - - - - - - - - 0,1514 5,7064 2,2267 90,3595 20,0 0,4145 0,3963 0,3607 0,2829 0,133115 SBT - 05.015 - - - - - - - - - - - 0,2992 0,2255 97,9047 20,0 0,4217 0,4123 0,3469 0,2622 0,180816 SBT - 05.016 - - - - - - - - - - - 0,7648 0,7485 96,7884 20,0 0,4075 0,3987 0,3552 0,2627 0,168517 SBT - 05.017 - - - - - - - - - - 0,5159 7,2887 4,6333 84,7115 20,0 0,3805 0,3585 0,3116 0,1631 0,127518 SBT - 05.018 - - - - - - - - - - - 0,3408 0,5594 98,1968 20,0 0,3386 0,3245 0,2884 0,2078 0,037619 SBT - 05.019 - - - - - - - - - - 0,0347 0,1044 0,1047 97,9557 20,0 0,3733 0,3598 0,3446 0,2798 0,064820 SBT - 05.020 - - - - - - - - - - - 0,4864 0,8888 96,6671 20,0 0,3898 0,3833 0,3335 0,1444 0,045621 SBT - 05.021 - - - - - - - - - - - 0,7418 0,7051 97,5255 20,0 0,3855 0,3715 0,3286 0,2310 0,056122 SBT - 05.022 - - - - - - - - - - - 0,4861 0,7673 97,2853 20,0 0,3511 0,3443 0,2739 0,2123 0,122823 SBT - 05.023 - - - - - - - - - - - 0,1364 0,1292 98,1543 20,0 0,3777 0,3671 0,2906 0,2104 0,102124 SBT - 05.024 - - - - - - - - - - - 1,4009 6,6000 90,5855 20,0 0,3640 0,1793 0,0662 0,0616 0,034325 SBT - 05.025 - - - - - - - - - - - 0,2451 2,8292 95,1220 20,0 0,3594 0,2963 0,2411 0,2003 0,148426 SBT - 05.026 - - - - - - - - - 0,3081 0,3476 9,7291 13,6745 73,6800 20,0 0,3234 0,1934 0,1330 0,1074 0,054027 SBT - 05.027 - - - - - - - - - 4,0568 10,3526 38,0672 3,8545 40,3469 20,0 0,3795 0,2963 0,2156 0,1740 0,109628 SBT - 05.028 - - - - - - - 3,8348 19,5412 22,5592 15,2473 14,8468 0,8253 15,4359 15,0 0,2860 0,2529 0,2203 0,1735 0,130029 SBT - 05.029 1,5618 0,2402 0,1643 1,5185 3,1294 4,6915 3,8602 9,1070 29,0492 20,1726 6,1405 4,4951 0,3318 7,2114 - - - - - -30 SBT - 05.030 - - - - - - - - - - - 0,1426 0,6027 97,9520 20,0 0,3826 0,3664 0,3201 0,2304 0,157431 SBT - 05.031 - - - - - - - - - - - 0,3475 0,4208 97,5882 20,0 0,3956 0,3796 0,3732 0,2996 0,2159
32 SBT - 05.032 - - - - - - - - - - - - 0,3331 98,1038 20,0 0,3850 0,3532 0,3041 0,2045 0,150333 SBT - 05.033 - - - - 0,5931 2,5898 12,5230 1,2292 80,4252 20,0 0,3609 0,3463 0,3088 0,2360 0,072334 SBT - 05.034 - - - - - - - - - 1,8821 2,4306 17,6071 4,5445 65,6962 20,0 0,3661 0,3577 0,2990 0,2658 0,164435 SBT - 05.035 - - - - - - - - - 0,6217 0,2995 18,5230 8,5978 69,9055 20,0 0,3724 0,3081 0,2513 0,1993 0,075536 SBT - 05.036 - - - - - - - - - - - - 0,1672 98,1332 20,0 0,3746 0,3657 0,3206 0,2235 0,022437 SBT - 05.037 - - - - - - - - - - - 0,4037 1,9760 97,1308 20,0 0,3827 0,3119 0,2444 0,1972 0,072138 SBT - 05.038 - - - - - - - 7,9060 12,4534 9,0008 3,5608 4,0416 1,2636 53,2827 20,0 0,3890 0,3782 0,3157 0,2470 0,169139 SBT - 05.039 - - - - - - - - - - - 1,2571 1,5113 96,2655 20,0 0,3959 0,3655 0,3186 0,2291 0,057040 SBT - 05.040 - - - - - - - - - - - 2,8556 1,0861 95,1636 20,0 0,4232 0,4146 0,3815 0,3022 0,165641 SBT - 05.041 - - - - - - - - - - - - 0,1192 99,0409 20,0 0,3907 0,3818 0,3487 0,2620 0,047642 SBT - 05.042 - - - - - - - - - - - 0,9916 1,6298 95,5148 20,0 0,4050 0,3384 0,2666 0,2115 0,160943 SBT - 05.043 - - - - - - - - - - - - 0,1497 99,0200 20,0 0,3806 0,3758 0,3492 0,2602 0,039744 SBT - 05.044 - - - - - - - - - - 3,4158 3,0302 1,1813 88,3746 20,0 0,3852 0,3246 0,2371 0,1722 0,030345 SBT - 05.045 - - - - - - - 4,2133 5,1530 4,4802 10,3354 30,6124 2,1713 11,8022 - - - - - -46 SBT - 05.046 - - - - - - - 2,4534 2,8644 1,4500 0,4480 3,5204 3,2479 83,8044 20,0 0,3880 0,3582 0,3103 0,2443 0,104147 SBT - 05.047 - - - - - - - - - - 0,1045 2,6576 9,8036 86,3190 20,0 0,3283 0,1240 0,0954 0,0800 0,0576
7.0 phi 8.0 phi Ket.Pan 4.0 phi 5.0 phi 6.0 phi
No No -2.0 phi -1.5 phi -1.0 phi -0.5 phi -0 phi 0.5 phi 1.0 phi 1.5 phi 2.0 phi 2.5 phi 3.0 phi 3.5 phi 4.0 phi BeratUrut Contoh pipet
7.0 phi 8.0 phi Ket.Pan 4.0 phi 5.0 phi 6.0 phi
48 SBT - 05.048 - - - - - - - - - 0,3414 0,2592 3,7550 5,1262 89,0411 20,0 0,3497 0,2406 0,1995 0,1796 0,053149 SBT - 05.049 - - - - - - - - 0,7281 1,1505 1,0910 27,5100 14,8013 52,7216 20,0 0,3287 0,1038 0,0516 0,0349 0,031350 SBT - 05.050 - - - - - - 2,2941 5,2407 8,5121 5,8525 14,8762 44,0018 3,4923 7,5644 - - - - - -51 SBT - 05.051 - - 0,3117 1,0791 2,5281 3,5250 3,6975 6,1260 9,3009 15,2222 20,0912 24,6758 1,2181 2,5574 - - - - - -52 SBT - 05.052 - - 1,3072 3,0691 3,7489 5,5058 4,2665 6,9773 8,9199 4,7307 12,4232 27,8674 2,8484 3,5130 - - - - - -53 SBT - 05.053 1,9547 1,5587 3,4106 4,2745 5,4757 6,0795 5,6335 6,7334 10,7490 16,3459 11,8820 9,1036 1,7210 3,2811 - - - - - -54 SBT - 05.054 1,0967 0,8058 0,8162 2,4211 2,1222 2,2834 1,9246 3,7903 10,4198 36,7202 17,7195 8,3770 0,2105 2,0318 15,0 0,0333 0,0303 0,0193 0,0036 0,003155 SBT - 05.055 - - - - - - - - - - - 8,0962 11,4213 77,4947 20,0 0,3437 0,1576 0,1108 0,0522 0,048056 SBT - 05.056 - - - - - - - - 0,9917 1,6074 3,3885 74,5250 4,1855 12,4967 - - - - - -57 SBT - 05.057 - - - - - - - - 14,2766 14,1311 6,2886 7,7834 10,5777 30,8682 20,0 0,3604 0,2745 0,1980 0,1327 0,102858 SBT - 05.058 0,8086 0,5968 2,1209 1,8063 2,2791 3,5960 4,1828 6,6456 15,4255 25,0210 14,6715 9,1818 0,4258 9,0361 - - - - - -59 BT - 05.001 0 - 20 cm - - - - - - - 1,9620 5,7770 14,1498 13,6066 13,1087 0,2817 43,4864 20,0 0,4151 0,3857 0,3496 0,2346 0,1444
50 - 370 cm - - - - 1,0420 1,4604 3,6412 9,9493 22,5609 23,4014 12,0674 9,2939 0,2062 11,8338 - - - - - -370 - 400 cm - - - - - - 1,2453 3,5178 8,2572 8,7437 3,9625 4,1279 1,2423 65,0758 20,0 0,4012 0,3640 0,2958 0,0738 0,0063
60 BT - 05.0020 - 17 cm - - 0,2721 0,3123 0,6030 0,3522 0,7506 1,6318 4,0995 11,3821 13,9792 47,4526 9,8582 8,0558 - - - - -
17 - 27 cm 0,7414 0,2031 0,4531 0,3014 0,4075 0,6696 0,8886 1,2841 4,0794 13,0368 12,4979 31,6121 5,8467 26,9577 20,0 0,3871 0,3544 0,3085 0,2125 0,127527 - 160 cm 0,2990 0,1224 0,0581 0,3447 0,3880 0,6506 0,8401 1,6422 5,6589 22,6172 18,5055 30,0664 3,3509 12,3834 - - - - - -
160 - 400 cm 0,8062 0,2709 0,1574 0,0346 0,2139 0,3436 0,5199 1,5030 5,0059 7,2224 4,7145 10,4749 4,4409 62,3604 20,0 0,4061 0,3683 0,3330 0,2940 0,207861 BT - 05.003
0 - 90 cm 0,7264 0,5314 0,3830 0,6317 0,6944 1,1320 3,3693 14,0144 42,0924 14,5057 4,8098 5,0959 0,8036 9,0506 - - - - - -90 - 310 cm 0,7591 1,6208 1,4039 1,5638 1,8782 7,2264 4,1420 12,9503 30,8004 13,4380 4,3577 4,8689 0,8503 10,7662 - - - - - -
62 BT - 05.00420 - 40 cm - - 0,0488 0,1393 0,7182 2,2786 8,7138 25,7062 40,7739 19,2642 1,7900 0,1722 0,0197 0,0269 - - - - - -40 - 50 cm - - 0,1595 0,8187 3,5951 11,3594 19,4982 28,1563 20,2901 9,8264 2,1772 0,7882 0,1088 0,1376 - - - - - -
60 - 100 cm - 0,3955 0,4277 0,6060 2,3428 7,2259 9,4593 25,1291 22,7234 14,8081 4,0298 2,4212 0,5329 2,2689 - - - - - -100 - 180 cm - - 0,3821 0,8166 2,6266 7,1151 12,2186 20,7950 22,3453 14,9818 3,6454 1,4326 0,3943 11,5052 - - - - - -180 - 380 cm 0,2444 - - - 0,6890 1,5204 3,3602 6,2494 7,9059 9,0586 4,0950 8,0743 3,7898 49,2736 20,0 0,3850 0,3781 0,3086 0,2318 0,1639380 - 400 cm - - - - - - 1,6663 3,3117 5,1973 5,7827 3,3198 6,7592 2,7640 68,0950 20,0 0,3973 0,3462 0,2709 0,2040 0,0317
63 BT - 05.0050 - 20 cm - - - - - - - - 7,3969 22,8360 22,6113 45,8362 0,6713 0,0372 - - - - - -
20 - 60 cm - - - - - - - - 5,7172 33,4483 27,9231 31,8200 0,5937 0,0787 - - - - - -60 - 100 cm - - - - - - - - 5,1312 21,9108 30,2297 41,6484 0,4713 0,1415 - - - - - -
100 - 120 cm - - - - - - - - 4,6253 22,7951 24,4377 46,6782 0,8343 0,1797 - - - - - -150 - 200 cm - 0,4955 0,7164 1,4392 1,6088 1,5474 1,6005 4,4540 17,7214 19,9689 11,5771 22,3274 1,4904 10,4260 - - - - - -
64 BT - 05.0060 - 20 cm 8,8206 3,1073 1,5164 5,1825 4,7837 3,6239 2,1416 2,6580 6,8388 9,9417 9,0245 27,7930 0,2568 0,1067 - - - - - -
20 - 60 cm 3,4756 3,3741 2,2558 6,0114 5,8309 4,1469 3,2190 4,1749 10,6283 13,3279 9,1938 19,8416 0,5134 0,4560 - - - - - -70 - 80 cm 27,9188 1,5231 0,9534 3,1363 3,5683 3,1219 2,0532 2,0279 3,4392 3,9603 2,8495 19,8472 4,1092 7,7098 - - - - - -
65 BT - 05.0070 - 20 cm - - 0,1760 0,2511 1,0843 1,9314 2,8390 5,5402 16,5923 13,3444 8,1269 45,4764 1,5964 0,1060 - - - - - -
20 - 60 cm - - 0,1471 1,9044 3,2293 2,8166 2,7821 6,5061 17,9771 17,0384 8,7184 35,1189 0,9518 0,1484 - - - - - -60 - 80 cm 0,7983 1,2025 2,5654 8,8727 10,2135 6,2927 3,4146 2,4497 3,9584 4,5579 3,7594 39,5283 1,5719 0,3083 - - - - - -
66 BT - 05.00820 - 60 cm - - - - 0,3109 0,3716 1,5240 4,1719 16,3214 39,3377 25,1053 12,0963 0,1336 0,1388 - - - - - -80 - 100 cm - 0,1040 0,4056 0,4847 0,6841 1,0176 1,0785 1,8389 4,7450 7,7360 5,4612 5,1105 1,5367 68,1156 20,0 0,3891 0,3413 0,2542 0,1933 0,0025
67 BT - 05.0090 - 20 cm - - - - - - - - 17,9082 62,1696 12,5340 4,2647 0,1933 0,2746 - - - - - -
20 - 60 cm - - - - - - - - 7,0778 54,0488 17,1894 8,6488 0,2588 7,2523 - - - - - -60 - 100 cm - - - - - - - - 5,4373 36,2366 19,3914 15,7947 0,2582 20,1562 20,0 0,3743 0,3473 0,3103 0,2128 0,1657
100 - 150 cm - - - - - - - - 5,6225 31,3292 10,9557 16,3310 12,9975 21,4236 20,0 0,3206 0,2541 0,1947 0,1326 0,0899150 - 200 cm - - - - - - - - 2,3661 13,0464 5,5385 14,4933 12,5894 49,7052 20,0 0,3738 0,3105 0,2284 0,1818 0,1211
No No -2.0 phi -1.5 phi -1.0 phi -0.5 phi -0 phi 0.5 phi 1.0 phi 1.5 phi 2.0 phi 2.5 phi 3.0 phi 3.5 phi 4.0 phi BeratUrut Contoh pipet
7.0 phi 8.0 phi Ket.Pan 4.0 phi 5.0 phi 6.0 phi
68 BT - 05.0100 - 25 cm 0,3068 0,4510 0,3349 0,3190 0,6956 0,8151 1,7173 4,7072 16,1317 29,3085 18,8906 16,6909 1,0051 6,2776 - - - - - -
25 - 110 cm - - - - - - - 1,9783 5,9565 10,9592 9,5691 15,6082 2,8568 44,8820 20,0 0,3987 0,3767 0,3443 0,2183 0,2027110 - 215 cm - - - - - - - 1,5539 2,8633 4,0729 3,6624 5,1206 2,5580 72,2557 20,0 0,4119 0,4015 0,3619 0,3210 0,0180215 - 315 cm - - - - - - - - - - 0,3881 1,6605 1,6880 94,2832 20,0 0,3911 0,3656 0,3243 0,0169 0,0072
69 BT - 05.0110 - 10 cm 0,3293 0,1761 0,1418 0,2325 0,4862 0,5655 0,8049 4,5345 8,5515 14,5336 6,4033 11,2991 3,0983 46,0442 20,0 0,3974 0,3395 0,3402 0,2331 0,1620
10 - 200 cm - - - - - - - - - - 0,9244 4,5183 1,1288 92,1853 20,0 0,4060 0,3988 0,3546 0,2919 0,024670 STA - 05.001 BH. 1 (1 m) - - - 0,1336 0,4868 0,8064 1,5418 5,2050 17,2622 20,8223 5,3446 7,9280 3,6107 36,4923 20,0 0,3889 0,3301 0,2572 0,2010 0,1457 Sample
BH. 2 (2.5 m) - - 0,0655 0,1448 0,5473 0,7781 1,4744 4,4650 15,5686 20,1113 5,1061 8,4059 3,4569 39,7367 20,0 0,3840 0,3175 0,2229 0,1785 0,1199 daratBH. 3 (3.6 m) 0,4610 2,4545 2,3409 1,4978 1,8442 1,8711 2,7243 5,8244 12,3670 15,1209 7,2642 15,8490 6,1042 23,8466 20,0 0,3823 0,2859 0,2474 0,1806 0,1392BH. 4 (4.7 m) - - - - - - 0,4981 1,2027 1,6182 1,6323 0,8277 2,2841 1,5054 88,0717 20,0 0,3888 0,3423 0,2940 0,2091 0,1378
71 STA - 05.002BH. 1 - - - - - - 0,4686 0,3809 4,2270 4,2067 7,1556 26,1199 9,3953 47,3326 20,0 0,3640 0,2053 0,1354 0,0866 0,0557BH. 2 - - - - - - - - 0,0809 0,8783 2,3138 14,1116 6,2027 76,1675 20,0 0,3756 0,2534 0,1526 0,1078 0,0726
72 STA - 05.003BH. 1 - - - - - - - - - 0,0711 0,1300 2,1509 4,8473 90,8444 20,0 0,3231 0,2099 0,1699 0,1311 0,0705
1
Hasil Analisa Sayatan Oles SEDIMEN PANTAI & DASAR LAUTDaerah selidikan : Pulau Sebatik Kalimantan TimurDikerjakan oleh : Ir. Hartono
BIOGENIK BUKAN BIOGENIK AUTIGENIKPASIR DAN LANAU
F N F M R D S K T d Fe/Mn v s L Z D G G BESAR BUTIRo a r i a i p a o e O o h e e o i lr n a k d a o r t n k l a m o l p aa n g r i t n b a t s k r p l o s um o m i o o g o l r i a r u i m u ki e t l m e n i d n d n t i m on n a a a t a i g t ni r e s n u k if i p s te a ir ca
Q F M HMSBT- 05.001 Grab R - R C - - - - R - TR R R - A - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
SBT- 05.002 Grab TR - TR c - - - - c - - R R - A - - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.003 Grab TR - R c - - - - c - - TR TR - A - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.004 Grab TR - TR c - - - - TR - - TR TR - D - - - - Lp - Ln
SBT- 05.005 Grab TR - C c - - - TR - - TR TR - A - - - - Lp - Ln
SBT- 05.006 Grab TR - R c - - - - TR - - - TR - D - - - - Lp - Ln
SBT- 05.007 Grab TR - TR c - - - - TR - - TR TR - D - - - - Lp - Ln
SBT- 05.008 Grab R - R c - - - - R - - R c - A - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh -Ps.h
SBT- 05.009 Grab TR - R c - - - - TR - - R c - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.010 Grab TR - TR c - - - - C - TR TR R - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh -Ps.h
SBT- 05.011 Grab TR - TR c - - - - R - - TR TR - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.012 Grab TR - TR R - - - - c - - TR - - D - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.013 Grab TR - TR R - - - - R - TR TR TR - D - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.014 Grab - - TR R - - - - C - - TR TR - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.015 Grab TR - TR R - - - - R - - TR - - D - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.016 Grab TR - R c - - - - R - TR TR R - A - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.017 Grab TR - TR R - - - - c - TR TR TR - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
SBT- 05.018 Grab TR - TR c - - - - C - - TR TR - a - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.019 Grab TR - TR R - - - - R - - TR TR - D - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.020 Grab - - TR R - - - - c - TR R TR - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.021 Grab TR - TR c - - - - C - - TR TR - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.022 Grab TR - TR c - - - - A - - TR TR - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
SBT- 05.023 Grab TR - R R - - - - a - TR R TR - C - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.024 Grab TR - TR R - - - - a - TR R TR - C - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
SBT- 05.025 Grab TR - TR R - - - - C - - TR - - a - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.026 Grab - - TR TR - - - - A - TR R TR - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.027 Grab - - TR TR - - - - A - TR R TR - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
SBT- 05.028 Grab - - TR TR - - - - A - - R - - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
No. Contoh &Kedalaman
c
R
GAMPINGAN SILIKATAN
c
c
a
a
C
A
A
A
TR
TR
TR
c
c
R
R
c
R
C
R
c
c
A
C
R
C
C
2
BIOGENIK BUKAN BIOGENIK AUTIGENIKPASIR DAN LANAU
F N F M R D S K T d Fe/Mn v s L Z D G G BESAR BUTIRo a r i a i p a o e O o h e e o i lr n a k d a o r t n k l a m o l p aa n g r i t n b a t s k r p l o s um o m i o o g o l r i a r u i m u ki e t l m e n i d n d n t i m on n a a a t a i g t ni r e s n u k if i p s te a ir ca
Q F M HM
No. Contoh &Kedalaman
GAMPINGAN SILIKATAN
SBT- 05.029 Grab TR - R TR - - - - A - - R - - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
SBT- 05.030 Grab TR - TR R - - - - R - - TR R - A - - - - Lp - Ln
SBT- 05.031 Grab TR - - R - - - - TR - - TR R - D - - - - Lp - Ln
SBT- 05.032 Grab TR - - R - - - - c - - TR R - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.033 Grab TR - TR R - - - - c - - TR R - a - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.034 Grab TR - R R - - - - C - TR R R - a - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m
SBT- 05.035 Grab TR - R c - - - - C - - R TR - a - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
SBT- 05.036 Grab - - TR TR - - - - C - - TR - - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.037 Grab R - TR R - - - - A - - R TR - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
SBT- 05.038 Grab TR - TR c - - - - a - - R R - C - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.039 Grab TR - TR c - - - - A - - TR TR - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.040 Grab TR - TR R - - - - c - TR TR TR - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.041 Grab - - - R - - - - R - - TR R - D - - - - Lp - Ln
SBT- 05.042 Grab - - - R - - - - c - - R c - A - - - - Lp - Ln
SBT- 05.043 Grab - - - R - - - - c - - R c - A - - - - Lp - Ln
SBT- 05.044 Grab TR - TR R - - - - A - TR R R - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
SBT- 05.045 Grab TR - R TR - - - - A - TR R TR - R - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
SBT- 05.046 Grab TR - R R - - - - A - TR R TR - c - - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.047 Grab TR - R R - - - - a - TR TR TR - C - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.048 Grab TR - TR c - - - - a - - TR TR - C - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.049 Grab TR - TR R - - - - A - TR R TR - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
SBT- 05.050 Grab TR - R - - - - - D - TR R - - - - TR - - Ps.Sh - Ps.m
SBT- 05.051 Grab TR - R - - - - - D - TR R - - - - TR - - Ps.Sh - Ps.m
SBT- 05.052 Grab TR - R - - - - - D - - R - - - - TR - - Ps.Sh - Ps.m
SBT- 05.053 Grab TR - R - - - - - D - - R - - - - TR - - Ps.Sh - Ps.m
SBT- 05.054 Grab TR - R - - - - - D - - R - - - - TR - - Ps.Sh - Ps.m
SBT- 05.055 Grab - - TR - - - - - D - - R - - - - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.056 Grab TR - R - - - - - D - - R - - - - TR - - Ps.Sh - Ps.m
SBT- 05.057 Grab TR - R - - - - - D - - R - - - - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh
SBT- 05.058 Grab - - TR - - - - - D - - R - - - - - - - Ps.Sh - Ps.m
BT BT 05.007.0.20 cm - - - R - - - - c - - TR - - D - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
BT- 05.001.50.370 cm - - - R - - - - C - - TR - - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m
D
D
C
D
D
D
D
D
c
C
a
A
D
D
A
A
A
a
C
R
C
C
R
c
C
C
C
A
a
A
A
R
3
BIOGENIK BUKAN BIOGENIK AUTIGENIKPASIR DAN LANAU
F N F M R D S K T d Fe/Mn v s L Z D G G BESAR BUTIRo a r i a i p a o e O o h e e o i lr n a k d a o r t n k l a m o l p aa n g r i t n b a t s k r p l o s um o m i o o g o l r i a r u i m u ki e t l m e n i d n d n t i m on n a a a t a i g t ni r e s n u k if i p s te a ir ca
Q F M HM
No. Contoh &Kedalaman
GAMPINGAN SILIKATAN
BT- 05.001.370.400 cm - - - R - - - - C - - TR - - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
BT- 05.002.0.17 cm - - R - - - - - D - - R - - - - TR - - Ps.Sh - Ps.m
BT- 05.002.17.27 cm - - TR c - - - - c - - TR - - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
BT- 05.002.27.160 cm TR - R R - - - - A - - R - - c - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m
BT- 05.002.160.400 cm - - TR R - - - - c - - TR TR - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
BT- 05.003.0.90 cm - - TR - - - - - D - - R - - R - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m
BT- 05.003.90.310 cm - - R - - - - - A - - R R - c - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m
BT- 05.004.20.40 cm - - TR - - - - - D - - R - - - - - - - Ps.Sh - Ps.m
BT- 05.004.40.50 cm - - TR - - - - - A - - R - - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m
BT- 05.004.60.100 cm - - R TR - - - - A - - TR - - c - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m
BT- 05.004.100.180 cm - - R - - - - A - - R TR - C - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
BT- 05.004.180.380 cm - - TR R - - - - c - - TR TR - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
BT- 05.004.380.400 cm - - TR - - - - - C - - R R - A - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
BT- 05.005.0.20 cm - - R - - - - - D - - R - - - - TR - - Ps.Sh - Ps.m
BT- 05.005.20.60 cm - - R - - - - - D - - R - - - - R - - Ps.Sh - Ps.m
BT- 05.005.60.100 cm - - TR - - - - - D - - R - - - - TR - - Ps.Sh - Ps.m
BT- 05.005.100.120 - - TR - - - - - D - - TR - - - - - - Ps.Sh - Ps.m
BT- 05.005.150.200 TR - R c - - - - A - - R TR - c - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m
BT- 05.006.0.20 - - R - - - - - D - - TR - - - - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh
BT- 05.006.20.60 TR - c R - - - - A - - R - - R - R - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m
BT- 05.006.70.80 - - TR R - - - - A - - R TR - c - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
BT- 05.007.0.20 - - R - - - - - D - - TR - - - - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh
BT- 05.007.20.60 - - c - - - - - D - - TR - - - - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh
BT- 05.007.60.80 TR - c - - - - - D - - TR - - - - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh
BT- 05.008.20.60 TR - R - - - - - D - - R - - - - TR - - Ps.Sh - Ps.m
BT- 05.008.80.100 - - R c - - - - a - - R c - C - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
BT- 05.009.0.20 - - TR - - - - - D - - R - - - - TR - - Ps.Sh - Ps.m
BT- 05.009.20.60 TR - R R - - - - D - - R TR - R - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m
BT- 05.009.60.100 TR - R R - - - - A - - R TR - c - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m
BT- 05.009.100.150 TR - R R - - - - A - - R TR - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m
BT- 05.009.150.200 TR - TR R - - - - A - - R R - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
BT- 05.010.0.25 - - TR TR - - - - D - - TR - - R - - - - Ps.Sh - Ps.m
A
c
C
A
D
A
A
c
A
c
D
C
D
D
D
D
D
D
A
A
D
D
D
A
A
D
A
a
D
D
A
D
4
BIOGENIK BUKAN BIOGENIK AUTIGENIKPASIR DAN LANAU
F N F M R D S K T d Fe/Mn v s L Z D G G BESAR BUTIRo a r i a i p a o e O o h e e o i lr n a k d a o r t n k l a m o l p aa n g r i t n b a t s k r p l o s um o m i o o g o l r i a r u i m u ki e t l m e n i d n d n t i m on n a a a t a i g t ni r e s n u k if i p s te a ir ca
Q F M HM
No. Contoh &Kedalaman
GAMPINGAN SILIKATAN
BT- 05.010.25.110 - - TR R - - - - A - - R c - C - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
BT- 05.010.110.215 - - - R - - - - A - - R c - C - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
BT- 05.010.215.315 TR - - R - - - - A - - R R - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
BT- 05.011.0.10 - - TR R - - - - A - - R TR - c - TR - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
BT- 05.011.10.200 TR - - R - - - - c - - TR TR - D - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
- - TR R - - - - A - - R C - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
- - - - - - - - A - - R C - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
- - TR - - - - - D - - TR R - - - - - Ps.Sh - Ps.m
- - - c - - - - R - - TR R - D - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
- - - R - - - - C - - R C - C - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
- - TR TR - - - - A - - R R - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h
- - TR R - - - - A - - R R - c - - - - Lp - Ln - Ps.Sh
Keterangan :D = banyak (75 %) C = agak umum (30 - 15 %) R = jarang (5 - 1 %) Lp = Lempung Ps.h = Pasir halusA = sangat umum (75 - 50 %) c = kadang - kadang (15 - 5 %) TR = sangat jarang (1 %) Ln = Lanau Ps.m = Pasir menengaha = umum (50 - 30 %) Ps.sh = Pasir sangat halus
STA III BH I
STA I BH 3 (3,6)
STA I BH 4 (4,7)
STA II BH I
STA II BH 2
STA I BH 1 (1m)
STA I BH 2 (2,5) A
D
A
R
C
A
A
A
C
A
A
A
ANALISA MINERAL BERAT
Daerah : Perairan Nunukan - Sebatik, Kalimantan TimurDideskripsi oleh : Ir.Hartono
Mineral LOKASI CONTOHSBT05-01 SBT05-02 SBT05-03 SBT05-11 SBT05-27 SBT05-28 SBT05-29 SBT05-34 SBT05-38 SBT05-44 SBT05-45 SBT05-49 SBT05-50 SBT05-51 SBT05-52
Magnetit 0,1595 0,0795 0,1098 0,0800 0,1240 0,4065 0,2142 0,4565 0,1985 0,2480 0,6731 0,6731 1,2726 2,5496 2,0039Hematit 0,0006 0,0002 0,0015 0,0070 0,0062 0,0065 0,0021 0,0004 0,0009 0,0023 0,0027 0,0027 0,0017 0,0037 0,0050Hornblende 0,0001Limonit 0,0001 0,0025Zirkon 0,0001 0,0000 0,0010 0,0004 0,0006 0,0039 0,0020Dolomit 0,0004 0,0003 0,0019 0,0012 0,0021 0,0034 0,0014 0,0005 0,0005 0,0012 0,0029 0,0029 0,0028 0,0347 0,0177Cangkang 0,0003 0,0011 0,0009 0,0003 0,0024 0,0042 0,0014 0,0003 0,0008 0,0070 0,0070 0,0046 0,0022 0,0027Kuarsa 0,0001 0,0003 0,0007 0,0028 0,0003 0,0059Pirit 0,0037 0,0016 0,0002 0,0030 0,0030Kayu teroksidasi 0,0013 0,0005 0,0006 0,0018 0,0018
Mineral LOKASI CONTOHSBT05-53 SBT05-54 SBT05-56 SBT05-57 SBT05-58 bt-1/0-20 bt-2/0-17 bt-3/0-92 bt-4/20-40 bt-5/0-20 bt-6/6-20 bt-7/0-20 bt-8/20-60 bt-9/0-20 bt-10/0-25
Magnetit 1,1686 0,7451 1,1098 0,2933 0,6598 0,0643 0,1712 0,0256 0,0297 0,3188 0,3933 0,2013 0,6364 0,3212 0,0525Hematit 0,0073 0,0123 0,0001 0,0050 0,0023 0,0022 0,0014 0,0043 0,0021 0,0039 0,0048 0,0032 0,0264 0,0013 0,0319Hornblende 0,0214Limonit 0,0081 0,0014Zirkon 0,0010 0,0002 0,0001 0,0002 0,0034Dolomit 0,0033 0,0027 0,0011 0,0020 0,0009 0,0027 0,0027 0,0015 0,0007 0,0029 0,0019 0,0229 0,0034 0,0077 0,0166Cangkang 0,0055 0,0017 0,0002 0,0039 0,0004 0,0017 0,0012 0,0007 0,0002 0,0010 0,0006 0,0283KuarsaPirit 0,0015 0,0003 0,0003 0,0010Kayu teroksidasi 0,0019 0,0092 0,0153
HASIL PEMERIKSAAN
• Kode/Nomor Contoh : LP-7 • Pemerian Megaskopis : Contoh berupa bongkah batuan,berwarna
abu- abu kecoklatan bercak putih-coklat
Deskripsi Contoh
Sayatan batuan berwarna coklat-coklat terang, berbutir kasar terdiri dariplagioklas, kuarsa, pyroksen, fragmen batuan dan mineral bijih sebagaikomponen halus pada masa dasar semen gelas dan mika halus.
0.5 mm
κ BA D FC E
4
IHG κ
3
2
1
5
2
1
3
4
5
6 6
XPL X-Nikol
Photomikrograft sayatan tipis contoh batuan Tuff Terubah. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan pyroksen terdapat sebagai komponen pada masasemen gelas dan mika halus
No Nama Mineral % Keterangan
1 Plagioklas 16,6
Bentuk kristalin menyudut warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,90 mm, terdapat sebagai komponen pada masa dasar semen gelas dan mika halus
2 Kuarsa 20,7
Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelom-bang, halus, ukuran 0,02-0,20 mm terdapat sebagai komponen pada masa semen gelas dan mika halus
3 Pyroksen 8,7 Bentuk kristalin warna kuning terang, ukuran 0,02-0.18 mm, terdapat sebagai Komponen pada masa dasar semen gelas dan mika halus
4 Gelas 38,7
Bentuk tidak teratur (non kriatalin) warna abu-abu terang sedikit coklat terang, terdapat sebagai masa semen dengan mika halus
5 Mika 9,8 Bentuk tidak teratur berserat halus warna kuning terang,halus terdapat sebagai masa semen dengan gelas
6 Mineral Bijih 5,5 Bentuk kristalin halus, warna gelap terdapat sebagai komponen pada masa semen mika halus dan gelas
Nama Batuan : Tuff Terubah
HASIL PEMERIKSAAN Kode/Nomor Contoh : Bor Batu Lamampu 59,6 M Pemerian Megaskopis : Contoh berupa pecahan kecil batuan, rapuh,
berwarna abu-abu kecoklatan
Deskripsi Contoh
Sayatan batuan berwarna coklat terang, berbutir halus, terdiri dari kuarsa dan mineral bijih sebagai komponen halus pada masa dasar semen mika halus dan mineral lempung
0.5 mm
κ BA D FC E
4
IHG κ
3
2
1
5
2
1
3
4
5
6 6
XPL X-Nikol
Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Lempung Pasiran. Nampak Mineral Kuarsa dan mineral bijih terdapat sebagai komponen pada masa semengelas dan mika halus dan mineral lempung
No Nama Mineral % Keterangan
1 Kuarsa 24,8 Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,12 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen mineral lempung
2 Mineral Lempung 71,6 Bentuk tidak teratur warna coklat -coklat terang, halus sebagai masa semen
3 Mineral Bijih 3,6 Bentuk kristalin halus bentuk tidak teratur warna coklat-gelap terdapat sebagian sebagai komponen halus pada masa semen mineral lempung
Nama Batuan : Batu Lempung Pasiran
HASIL PEMERIKSAAN Kode/Nomor Contoh : Bor Batu Lamapu 35 M Pemerian Megaskopis : Contoh berupa pecahan kecil batuan, cukup
kompak, berwana abu-abu kecoklatan
Deskripsi Contoh
Sayatan batuan berwarna coklat terang, berbutir halus terdiri dari kuarsaan mineral bijih sebagai komponen halus pada masa dasar semen mika halus dan mineral lempung
0.5 mm
κ BA D FC E
4
IHG κ
3
2
1
5
2
1
3
4
5
6 6
XPL X-Nikol
Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Lempung Pasiran. Nampak Mineral Kuarsa dan mineral bijih terdapat sebagai komponen pada masa semengelas dan mika halus dan mineral lempung
No Nama Mineral % Keterangan
1 Kuarsa 23,9 Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,08 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen mineral lempung
2 Mineral Lempung 72,4 Bentuk tidak teratur warna coklat -coklat terang, halus sebagai masa semen
3 Mineral Bijih 3,7 Bentuk kristalin halus bentuk tidak teratur warna coklat-gelap terdapat sebagian sebagai komponen halus pada masa semen mineral lempung
Nama Batuan : Batu Lempung Pasiran
HASIL PEMERIKSAAN Kode/Nomor Contoh : Bor Batu Lamapu 51 M Pemerian Megaskopis : Contoh berupa pecahan kecil batuan, rapuh,
berwarna abu-abu gelap -hitam
Deskripsi Contoh
Sayatan batuan berwarna abu-abu terang, tekstursparitik (kasar) terdiri dari plagioklas, kuarsa dan mineral bijih sebagai komponen halus pada masa dasar semen karbonat halus dan mineral lempung
0.5 mm
κ BA D FC E
4
IHG κ
3
2
1
5
2
1
3
4
5
6 6
XPL X-Nikol
Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Gamping Pasiran. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan mineral bijih terdapat sebagai komponen padamasa dasar semen karbonat halus dan mineral lempung
No Nama Mineral % Keterangan
1 Plagioklas 19,2 Bentuk kristalin menyudut, warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,20 mm, terdapat sbg komponen pd masa dasar semen kabonat halus dan min lempung
2 Kuarsa 11,7 Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,20mm terdapat sebagai komponen pada masa semen karbonat halus dan mineral lempung
3 Karbonat 59,6 Bentuk kristalin halus, warna abu abu terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung sebagian mengisi kerangka fosil
4 Mineral Lempung 7,2 Bentuk tidak teratur warna coklat -coklat terang, halus, terdapat sebagai masa semen dengan karbonat halus sebagian mengisi kerangka fosil
5 Mineral Bijih 2,3 Bentuk kristalin halus tidak teratur, warna coklat-gelap terdapat sebagian sebagai komponen halus pd masa semen karbonat halus dan min lempung
Nama Batuan : Batu Gamping Pasiran
HASIL PEMERIKSAAN Kode/Nomor Contoh : Bor Batu Lamapu 42,3 M Pemerian Megaskopis : Contoh berupa pecahan kecil batuan, rapuh,
berwarna abu- abu gelap -hitam
Deskripsi Contoh
Sayatan batuan berwarna coklat-coklat terang, berbutir halus terdiri dariplagioklas, kuarsa, dan mineral bijih sebagai komponen halus pada masadasar semen mineral lempung dan gelas.
0.5 mm
κ BA D FC E
4
IHG κ
3
2
1
5
2
1
3
4
5
6 6
XPL X-Nikol
Photomikrograft sayatan tipis contoh batuan Tuff. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan mineral bijih terdapat sebagai komponen padamasa semen mineral lempung dan gelas
No Nama Mineral % Keterangan
1 Plagioklas 17,2 Bentuk kristalin menyudut warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,08 mm terdapat sebagai komponen pada masa dasar semen gelas dan mineral lempung
2 Kuarsa 12,4 Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,06 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen gelas dan mineral lempung
3 Gelas 46,4 Bentuk tidak teratur (non kriatalin), warna abu-abu terang-sedikit coklat terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung
4 Mineral Lempung 19,5 Bentuk tidak teratur warna coklat terang-kuning terang, halus, terdapat sebagai masa semen sebagian warna gelap pengaruh dari oksida besi
5 Mineral Bijih 4,5 Bentuk kristalin halus, bentuk tidak teratur, warna coklat-gelap, terdapat sebagai komponen halus dan oksida besi pd masa semen gelas dan min. lempung
Nama Batuan : Tuff
HASIL PEMERIKSAAN Kode/Nomor Contoh : Bor Batu Lamapu 17,5 M Pemerian Megaskopis : Contoh berupa bongkah kecil batuan, kompak,
berwarna abu- abu terang
Deskripsi Contoh
Sayatan batuan berwarna coklat-coklat terang, berbutir halus, terdiri dariplagioklas, kuarsa, dan mineral bijih sebagai komponen halus pada masadasar semen mineral lempung, gelas dan mika halus.
0.5 mm
κ BA D FC E
4
IHG κ
3
2
1
5
2
1
3
4
5
6 6
XPL X-Nikol
Photomikrograft sayatan tipis contoh batuan Tuff Terubah. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan mineral bijih terdapat sebagai komponen padamasa daras semen mineral lempung, gelas dan mika halus
No Nama Mineral % Keterangan
1 Plagioklas 16,9 Bentuk kristalin menyudut, warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,08 mm, terdapat sbg komp. pd masa dasar semen gelas, min lempung, dan mika halus
2 Kuarsa 19,6 Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,06 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen gelas, mineral lempung dan mika halus
3 Mika 18,3 Bentuk kristalin halus, berserat tidak teratur, warna kuning terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung dan gelas
4 Gelas 32,3 Bentuk tidak teratur (non kriatalin), warna abu-abu terang sedikit-coklat terang, terdapat sbg masa semen dengan mineral lempung dan mika halus
5 Mineral Lempung 9,4 Bentuk tidak teratur, warna coklat terang-kuning terang, halus, terdapat sebagai masa semen sebagian warna gelap pengaruh dari oksida besi
6 Mineral Bijih 3,5 Bentuk kristalin halus, bentuk tidak teratur, warna coklat-gelap, terdapat sebagai komponen halus dan oksida besi pada masa semen gelas, mineral lempung dan mika halus
Nama Batuan : Tuff Terubah
HASIL PEMERIKSAAN Kode/Nomor Contoh : Bukit Menangis BH.3 (220 M) Pemerian Megaskopis : Contoh berupa bongkah batuan, kompak,
berwarna coklat terang
Deskripsi Contoh
Sayatan batuan berwarna kuning terang-coklat terang, berbutir halus,terdiri dari plagioklas,kuarsa dan mineral bijih sebagai komponen halus padamasa dasar semen mika halus dan mineral lempung
0.5 mm
κ BA D FC E
4
IHG κ
3
2
1
5
2
1
3
4
5
6 6
XPL X-Nikol
Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Pasir Kuarsa. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan mineral bijih terdapat sebagai komponen padamasa semen dan mika halus dan mineral lempung
No Nama Mineral % Keterangan
1 Plagioklas 12,3 Bentuk kristalin menyudut, warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,18 mm, terdapat sebagai komponen pd masa dasar semen mika halus dan min. lempung
2 Kuarsa 50,1 Bentuk kristalin, warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,16 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen mika halus dan mineral lempung
3 Mika 19,1 Bentuk kristalin halus, berserat tidak teratur, warna kuning, terang terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung
4 Mineral Lempung 16,7 Bentuk tidak teratur, warna coklat -coklat terang, halus, terdapat sebagai masa semen dengan mika halus
5 Mineral Bijih 1,8 Bentuk kristalin halus, bentuk tidak teratur, warna coklat-gelap, terdapat sebagian sebagai komponen halus pada masa semen mika halus dan mineral lempung
Nama Batuan : Batu Pasir Kuarsa
HASIL PEMERIKSAAN Kode/Nomor Contoh : Bukit Menangis BH.1 (1,80 M) Pemerian Megaskopis : Contoh berupa bongkah kecil batuan, rapuh,
berwarna coklat terang
Deskripsi Contoh
Sayatan batuan berwarna abu-abu terang, berbutir halus terdiri dariplagioklas, kuarsa dan mineral bijih sebagai komponen halus pada masadasar semen mika halus dan mineral lempung
B DA C E F G H I κκ
No Nama Mineral % Keterangan
1 Plagioklas 13,9 Bentuk kristalin menyudut, warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,24 mm, terdapat sebagai komponen pada masa dasar semen mika halus dan mineral lempung
2 Kuarsa 29,6 Bentuk kristalin, warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,20 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen mika halus dan mineral lempung
3 Mika 15,2 Bentuk kristalin halus, berserat tidak teratur, warna kuning terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung
4 Mineral Lempung 39,5 Bentuk tidak teratur, warna coklat -coklat terang, halus, terdapat sbg masa semen dengan mika halus
5 Mineral Bijih 1,8 Bentuk kristalin halus, bentuk tidak teratur, warna coklat-gelap, terdapat sebagian sebagai komponen halus pada masa semen mika halus dan mineral lempung
Nama Batuan : Batu Lempung Pasiran
Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Lempung Pasiran. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan mineral bijih terdapat sebagai komponen padamasa semen mika halus dan mineral lempung
0.5 mm
4
3
2
1
2
1
3
4
5 5
6 6
XPL X-Nikol
HASIL PEMERIKSAAN Kode/Nomor Contoh : Bor Batu Lamampu 41,5 M Pemerian Megaskopis : Contoh berupa bongkah kecil batuan, cukup rapuh,
Berwarna hitam
Deskripsi Contoh
Sayatan batuan berwarna coklat-coklat terang, berbutir halus, terdiri dariplagioklas, kuarsa dan mineral bijih sebagai komponen halus pada masadasar semen mika halus dan mineral lempung
0.5 mm
κ BA D FC E
4
IHG κ
3
2
1
5
2
1
3
4
5
6 6
XPL X-Nikol
Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Lempung Pasiran. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan mineral bijih terdapat sebagai komponen padamasa dasar semen mika halus dan mineral lempung
No Nama Mineral % Keterangan
1 Plagioklas 12,6 Bentuk kristalin menyudut, warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,24 mm, terdapat sebagai komponen pada masa dasar semen mika halus dan mineral lempung
2 Kuarsa 26,3 Bentuk kristalin, warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,20 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen mika halus dan mineral lempung
3 Mika 21,9 Bentuk kristalin halus, berserat tidak teratur, warna kuning terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung
4 Mineral Lempung 34,7 Bentuk tidak teratur, warna coklat -coklat terang, halus, tredapat sbg masa semen dengan mika halus
5 Mineral Bijih 4,5 Bentuk kristalin halus, bentuk tidak teratur, warna coklat-gela, terdapat sebagian sebagai komponen halus pada masa semen mika halus dan mineral lempung
Nama Batuan : Batu Lempung Pasiran
HASIL PEMERIKSAAN Kode/Nomor Contoh : Bor Batu Lalampu, Sebatik 40,3 M Pemerian Megaskopis : Contoh berupa bongkah kecil batuan, cukup rapuh,
berwarna abu-abu gelap
Deskripsi Contoh
Sayatan batuanberwarna abu-abu terang, teksturmikritik (halus) dan sparitik(kasar) terdiri dr plagoiklas, kuarsa dan mineral bijih sebagai komponenhalus pada masa dasar semen karbonat halus dan mineral lempung
0.5 mm
κ BA D FC E
4
IHG κ
3
2
1
5
2
1
3
4
5
6 6
XPL X-Nikol
Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Gamping Pasiran. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan mineral bijih terdapat sebagai komponen padamasa dasar semen karbonat halus dan mineral lempung
No Nama Mineral % Keterangan
1 Plagioklas 9,6 Bentuk kristalin menyudut, warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,30 mm, terdapat sebagai komponen pada masa dasar semen kabonat halus dan mineral lempung
2 Kuarsa 24,2 Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,60 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen karbonat halus dan mineral lempung
3 Karbonat 47,2 Bentuk kristalin halus, warna abu-abu terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung sebagian mengisi kerangka fosil
4 Mineral Lempung 12,8 Bentuk tidak teratur, warna coklat-coklat terang, halus, terdapat sebagai masa semen dengan karbonat halus sebagian mengisi kerangka fosil
5 Mineral Bijih 6,2 Bentuk kristalin halus, bentuk tidak teratur, warna coklat-gelap, terdapat sebagian sebagai komponen halus pada masa semen karbonat halus dan mineral lempung
Nama Batuan : Batu Gamping Pasiran
HASIL PEMERIKSAAN Kode/Nomor Contoh : Tg. Batu Lamampu Pemerian Megaskopis : Contoh berupa bongkah batuan,berwarna
abu- abu kecoklatan bercak putih-coklat
Deskripsi Contoh Di dalam sayatan tipis menunjukan tekstur klsatik berbutir halus yang
menyudut hingga menyudut tanggung, dengan minral penyusun yangdidominasi oleh kuarsa dengan fragmen batuan kuarsitik dengan sedikitplagioklas, mineral opak, zeolit dan anhidrit.
0.5 mm
κ BA D FC E
4
IHG κ
3
2
1
5
2
1
3
4
5
6 6
XPL X-Nikol
Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Batupasir kuarsa karbonatan. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan fragmen kuarsit dengan penyemen karbonat
No Nama Mineral % Keterangan
1 Kuarsa 60 Bentuk kristalin menyudut, warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,30 mm, terdapat sebagai komponen pada masa dasar semen kabonat halus dan mineral lempung
2 Kuarsit 24,2 Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,60 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen karbonat halus dan mineral lempung
3 Plagioklas 2,0 Bentuk kristalin halus, warna abu-abu terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung sebagian mengisi kerangka fosil
4 Zeolit 12,8 Bentuk tidak teratur, warna coklat-coklat terang, halus, terdapat sebagai masa semen dengan karbonat halus sebagian mengisi kerangka fosil
5 Mineral Opak 6,2 Bentuk kristalin halus, bentuk tidak teratur, warna coklat-gelap, terdapat sebagian sebagai komponen halus pada masa semen karbonat halus dan mineral lempung
Nama Batuan : Batupasir kuarsa karbonatan
HASIL PEMERIKSAAN Kode/Nomor Contoh : LP 8A Pemerian Megaskopis : Contoh berupa pecahan kecil batuan, rapuh,
berwarna abu-abu gelap -hitam
Deskripsi Contoh Di dalam sayatan tipis menunjukan tekstur klsatik, berbutir halus hingga
berukuran 0,6 mm, butiran menyudut tanggung, kemas terbuka, terpilahsedang. Mineral penyusun didominasi kuarsa disertai fragmen kuarsit dengansemen oksidasi besi (hematite).
0.5 mm
κ BA D FC E
4
IHG κ
3
2
1
5
2
1
3
4
5
6 6
XPL X-Nikol
Batupasir kuarsa hematite yang disusun oleh kuarsa dan karbonat yang mengisi rongga-ranggadengan oksidasi besi sebagai semen
No Nama Mineral % Keterangan
1 Kuarsa 50 Bentuk kristalin menyudut, tak berwarna, ukuran 0,6 mm, terdapat sebagai komponen domina umumnya retak-retak halus.
2 Kuarsit 45 Bentuk kristalin warna terang, butir menyudut tanggung yang disusun oleh butiran-butiran halus kuarsa yang saling bertautan, beberapa fragmennya disertai oleh oksida besi
3 Karbonat 5 Bentuk kristalin halus, warna abu-abu terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung sebagian mengisi kerangka fosil
Nama Batuan : Batupasir Kuarsa
Sample BH I (9,55 mtr)
Sample BH I (13,00 mtr)
Sample SBT-19
Sample BH II (25,00 mtr)
Sample BH II (26.5 mtr)
Sample SBT-30
Sam
ple
BH
I (9
,55
mtr
Sam
ple
BH
I (1
3,00
mtr
)
Sam
ple
BH
II (2
5,00
mtr
)
Sam
ple
BH
II (2
6.5
mtr
)
Sam
ple
SBT
-19
Sam
ple
SBT
-30