3. Tata Ejaan Bahasa Indonesia
-
Upload
ike-purwanti -
Category
Documents
-
view
23 -
download
9
description
Transcript of 3. Tata Ejaan Bahasa Indonesia
pemahaman tentang ejaan yang disempurnakan dalam bahasa
Indonesia mutlak diperlukan ketika seseorang akan menulis sebuah laporan.
Aturan-aturan yang ada dalam EYD merupakan rambu-rambu untuk membuat
tulisan yang baik dan meminimalkan terjadinya kesalahan penafsiran terhadap
tulisan tersebut.
2.1 Pemakaian Huruf Besar atau Kapital
Dalam khasanah penulisan sebagai sebuah proses kreatif, huruf besar
atau kapital memiliki peran yang besar. Hal itu berkaitan dengan pemakaian
huruf besar atau kapital yang tidak dapat dilepaskan dalam kegiatan tulis-
menulis, khususnya dalam penulisan ilmiah. Oleh karena itu, sangat perlu bagi
mahasiswa untuk mengetahui kaidah-kaidah pemakaian huruf besar atau
kapital. Pemakaian huruf besar atau kapital mengacu pada hal-hal berikut.
Bahasa Indonesia Kontekstual 20
TUJUANDalam subtopik ini dibahas tentang EYD yang terdiri atas sub-subtopik yang meliputi: (1) pemakaian huruf besar atau kapital, (2) pemakaian huruf miring, (3) pemakaian tanda baca, (4) pemenggalan kata, (5) singkatan dan akronim.Setelah mempelajari subtopik ini, diharapkan mahasiswa mampu:Mahasiswa memiliki kemampuan untuk memahami dan menerapkan pemakaian EYD dalam tulisan ilmiah, yang meliputi:.
1. Pemakaian Huruf Besar atau Kapital, 2. Pemakaian Huruf Miring, 3. Pemakaian Tanda Baca, 4. Pemenggalan Kata, 5. Singkatan dan Akronim.
1) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama kata dalam sebuah
kalimat.
Contoh: Mahasiswa baru sedang mengikuti Ormaba. Ormaba dilaksanakan selama enam hari. Dalam Ormaba, mahasiswa baru dikenalkan kehidupan
kampus.
2) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh: Joni bertanya, “Kapan kita berangkat ke kampus?” “Setengah jam lagi,” jawab Tomi. “Kemarin kau terlambat,” sela Roni, “Ayo berangkat
sekarang!”
3) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan
yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan,
termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh: Allah Yang Mahakasih Yang Maha Pengasih Alquran atau Quran Islam Tuhan pasti memberi petunjuk kepada umat-Nya.
4) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh: Haji Ahmad Ridwan (H. Ahmad Ridwan) Mahaputra Yamin Nabi Ibrahim Sultan Hasanudin
Akan tetapi, huruf besar atau kapital tidak dipakai apabila penulisan gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan tidak diikuti nama orang.
Contoh: Para jamaah haji sedang berkumpul di bandara. Muhammad Yamin mendapatkan gelar mahaputra dari
presiden. Nabi Sulaiman dikenal sebagai nabi yang kaya raya dan
banyak ilmunya. Hasanudin diangkat menjadi sultan.
Bahasa Indonesia Kontekstual 21
5) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang.
Contoh: Gubernur Imam Utomo Presiden Susilo Bambang Yudoyono Jenderal Ahmad Yani
Akan tetapi, huruf besar atau kapital tidak dipakai apabila penulisan nama
jabatan dan pangkat tidak diikuti nama orang.
Contoh: Presiden SBY sedang berdialog dengan para gubernur. Para petani dan nelayan mengadukan nasibnya kepada
presiden. Mayor Jenderal Ahmad Yani mendapatkan kenaikan
pangkat menjadi jenderal setelah peristiwa G30S/PKI.
6) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama orang.
Contoh: Fauzin Nurus Zaman Priyono Tri Febrianto
7) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku,
ras, dan bahasa.
Contoh: bangsa Indonesia suku Madura ras Cina bahasa Jawa
Akan tetapi, huruf besar atau kapital tidak dipakai apabila penulisannya
tidak menunjukkan nama bangsa, suku, dan bahasa.
Contoh: mengindonesiakan kata-kata asing kemadura-maduraan mebel cina gula jawa
8) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,
hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh: tahun Masehi bulan Agustus hari Senin hari Lebaran Proklamasi Kemerdekaan,
Bahasa Indonesia Kontekstual 22
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut.
memproklamasikan kemerdekaan
9) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam
geografi.
Contoh: Asia Tenggara Bukit Barisan Selat Madura Danau Toba Gunung Semeru Kali Mas Teluk Benggala
Akan tetapi, huruf besar atau kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Contoh: Anak itu menunjuk ke arah tenggara. Daerah wisata itu berbukit-bukit. Para nelayan sedang menyeberangi selat yang ganas. Berdayung di danau sangat menyenangkan. Panorama gunung di Indonesia menakjubkan. Anak-anak sedang mandi di kali. Kapal asing itu sedang berlayar ke teluk.
10) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama
negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama
dokumen resmi, kecuali konjungsi (kata hubung).
Contoh: Republik Indonesia Majelis Permusywaratan Rakyat Departemen Pendidikan Nasional Undang-Undang Dasar 1945 Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
Akan tetapi, huruf besar atau kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Contoh: Negara Indonesia berbentuk republik. Kerjasama antara pemerintah dan rakyat harus selalu
ditumbuhkembangkan. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan nasional.
Bahasa Indonesia Kontekstual 23
Peraturan itu didasarkan pada undang-undang yang berlaku.
11) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Contoh: Perserikatan Bangsa-Bangsa Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Rancangan Undang-Undang Guru dan Dosen
12) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata
(termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku,
majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali konjungsi yang tidak
terletak pada posisi awal.
Contoh: Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Setiap pagi, ia membaca harian Jawa Pos. Para mahasiswa menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum
Perdata”.
13) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan,
nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Contoh: Dr. doktor dr. dokter (sebagai bentuk perkecualian)
S.H. sarjana hukum S.Kom. sarjana komunikasi S.S. sarjana sastra S.E. sarjana ekonomi S.Pd. sarjana pendidikan M.H. master hukum M.Hum. master humaniora M.Pd. master pendidikan Prof. profesor Sdr. saudara
14) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan yang dipakai sebagai kata sapaan, acuan, dan kata
ganti.
Contoh: Kapan Bapak berangkat? Surat Saudara sudah saya baca. Para ibu mengunjungi Ibu Ahmadi.
Bahasa Indonesia Kontekstual 24
Sudahkah Anda mengerti?
2.2 Pemakaian Huruf Miring
Sama halnya dengan huruf besar atau kapital, dalam penulisan ilmiah
keberadaan huruf miring juga memiliki peranan yang penting. Dalam penulisan
ilmiah, huruf miring digunakan pada hal-hal sebagai berikut.
1) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh: Buku Negarakertagama dikarang oleh Mpu Prapanca. Perkembangan majalah Bahasa dan Kesusastraan sangat
memprihatinkan. Setiap pagi ayah membaca surat kabar Republika.
2) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh: Huruf pertama kata abad adalah a. Dalam pembahasan ini tidak dibicarakan masalah pelik-
pelik hukum di Indonesia Buatlah kalimat dengan geli hati.
3) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku
dalam penulisan daftar pustaka.
Contoh: Moeliono, Anton M (ed.). 1992. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
4) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama
ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh: Politik devide et impera pernah merajalela di negara kita. Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi
‘pandangan dunia’. Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan
dicetak miring diberi satu garis di bawah kata tersebut.
Bahasa Indonesia Kontekstual 25
2.3 Pemakaian Tanda Baca
Deretan huruf yang membentuk kata, deretan kata yang membentuk
frase, dan lebih luas akan membentuk klausa dan kalimat tidak akan berarti
tanpa adanya tanda baca. Kesatuan makna dalam kalimat dapat diwujudkan
apabila ada tanda baca. Tanpa tanda baca, tidak akan terbentuk kalimat.
Dengan demikian, kedudukan tanda baca juga merupakan unsur terpenting
dalam berbahasa, khususnya ragam tulis. Oleh karena itu, dalam pembahasan
ini akan dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pemakaian tanda baca,
meliputi: (1) titik, (2) koma, (3) titik koma, (4) titik dua, (5) petik, dan (6) petik
tunggal. Pemilihan keenam tanda baca tersebut didasarkan pada keajegan
keenam tanda baca itu digunakan dalam penulisan ilmiah.
2.3.1 Tanda Titik (.)
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan, merupakan pernyataan.
Contoh: Setiap pagi aku pergi ke kampus UTM. Dosen-dosen UTM ramah-ramah. Perkuliahan dilaksanakan dengan tepat waktu.
b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
Contoh: I. PendahuluanA. Latar BelakangB. Rumusan MasalahC. TujuanD. Manfaat
II. Kajian Pustaka2.1 Teori Jender
2.1.1 Jender dan Ketidakadilan2.1.2 Marginalisasi Perempuan2.1.3 Stereotip Perempuan
2.2 Konsep Feminisme2.2.1 Konsep Perempuan dan Pembangunan2.2.2 Konsep Perempuan dan Pemimpin
Bahasa Indonesia Kontekstual 26
2.2.3 Konsep Perempuan dan Keluarga
Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf
dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau itu
merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan waktu.
Contoh: pukul 1.30.15 (pukul 1 lewat 30 menit 15 detik)
d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan rentang/jangka waktu.
Contoh: 1.30.15 jam (1 jam, 30 menit, 15 detik) 0.50.45 jam (50 menit, 45 detik)
e. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, tahun, judul tulisan, yang
tidak berakhir dengan tanda tanya dan seru, dan tempat terbit dalam
daftar pustaka.
Contoh: Rendra. 1993. Blues untuk Bonnie. Jakarta: Pustaka Jaya
f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya.
Contoh: Ibu membeli gula seharga Rp 5.500,00 perkilogram. Pulau Madura dihuni tidak kurang 2.500.000 jiwa. Akibat Tsunami, diperkirakan 120.000 orang tewas.
Akan tetapi, tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan
ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh: Bung Tohir lahir pada tahun 1971. Rekening tabungannya bernomor 9876543210.
g. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, table, dan sebagainya.
Contoh: Layar Terkembang (judul roman)
Bahasa Indonesia Kontekstual 27
Bab III Metode Penelitian Romantisme dalam Sastra Indonesia Mutakhir
h. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal
surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Contoh: Jalan Raya Telang PO BOX 2 Kamal, Bangkalan 17 Agustus 2007 Yang terhormat
Saudara Ali HisyamJalan Raya Cendana 17 SurabayaatauUniversitas TrunojoyoJalan Raya Telang PO BOX 2 KamalBangkalan
2.3.2 Tanda Koma (,)
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Contoh: Ani membeli kertas, pensil, pena, dan tinta. Dimulai dari aba-aba satu, dua, tiga, para pelari memulai
perlombaan.
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi atau
melainkan.
Contoh: Saya ingin datang, tetapi kau tidak mengundangku. Parto tidak bodoh, melainkan malas belajar.
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat jika anak kalimat mendahului induk kalimat.
Contoh: Ketika hujan turun, adik kedinginan. Karena sibuk mengerjakan tugas, ia lupa akan janjinya.
Akan tetapi, tanda koma tidak dipakai apabila anak kalimat terletak
setelah induk kalimat.
Contoh: Adik kedinginan ketika hujan turun. Ia lupa akan janjinya karena sibuk mengerjakan tugas.
Bahasa Indonesia Kontekstual 28
d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan
penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh: ... Namun, kita belum berbuat maksimal. ... Akan tetapi, ia tetap menjalani hukuman kurungan. … Jadi, kemiskinan tetap menghantui masyarakat kita.
e. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain dalam kalimat.
Contoh: Ibu berkata, “Tadi pagi saya membeli beras dan ikan”. “Aminah tadi pagi membaca koran,” kata Ahmad.
Akan tetapi, tanda koma tidak dipakai apabila kalimat dalam petikan
langsung tersebut berakhir dengan tanda seru atau tanya.
Contoh: “Kau akan pergi kemana?” tanya ibu. “Jangan kau petik bunga itu!” kata ayah.
f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru dari kata lain
dalam kalimat.
Contoh: Aduh, kakiku sakit. O, begitu? Belajar yang rajin, ya, biar nilainya bagus.
g. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-
bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal surat, (iv) nama tempat dan
wilayah atau negara yang ditulis berurutan.
Contoh: Saudara Sholahuddin, Perum Giri Asri O-19, Gresik Surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas
Hukum, Universitas Trunojoyo, Jalan Raya Telang PO Box 2, Kamal, Bangkalan
Surabaya, 27 Agustus 2007 Jakarta, Indonesia
h. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang
dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh: Badudu, Yus. 1985. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.
Bahasa Indonesia Kontekstual 29
i. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh: W.J.S. Poerwadarminto, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: Indonesia, 1976), hlm. 4.
j. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik
yang mengikutinya.
Contoh: Muhammad Munir, S.H. Dr. Rahmat Hidayat, S.T., M.T.
k. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara
rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh: 75,25 Rp 1.500,00 Rp 15.000,50
l. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang
sifatnya tidak membatasi.
Contoh: Ani, gadis yang berbaju merah itu, manis sekali. Semua mahasiswa baru, laki-laki dan perempuan,
mengikuti Ormaba.
2.3.3 Tanda Titik Koma (;)
a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
yang sejenis atau setara.
Contoh: Malam semakin larut; pekerjaan belum selesai juga.
b. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung
untuk memisahkan bagian kalimat yang setara dalam kalimat
majemuk.
Contoh: Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sedang memasak; adik asyik bermain di halaman.
Bahasa Indonesia Kontekstual 30
2.3.4 Tanda Titik Dua (:)
a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika
diikuti rangakaian atau pemerian.
Contoh: Kita sekarang memerlukan alat-alat tulis kantor: kertas, pena, pensil, dan tinta.
Akan tetapi, tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian tersebut
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh: “Kau akan pergi kemana?” tanya ibu.
b. Tanda titik dua dapat dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian.
Contoh: Ketua: Ahmadun YosSekretaris: HandarbeniBendahara: Lasi
c. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di
antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul
suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam
daftar pustaka.
Contoh: Jawa Pos, XXXVI (2007), 24:7 Surat Yasin:9 Karangan Abdul Chaer, Semantik Bahasa Indonesia:
Sebuah Pengantar Trimansyah, Bambang. 1998. Jurnalistik untuk Remaja.
Bandung: Grafindo
2.3.5 Tanda Petik (“)
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan
dan naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh: Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
Bahasa Indonesia Kontekstual 31
b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
Contoh: Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
Karangan Sulaiman yang berjudul “Stereotipe dan Kekerasan terhadap Perempuan dalam Novel Indonesia Mutakhir”.
Sajak “Aku” dikarang oleh Chairil Anwar.
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau
kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh: Pekerjaan itu dilakukan dengan cara “coba dan ralat” saja.
Saya “geregetan” melihat tingkah anak itu.
d. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di
belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai
dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Contoh: Karena hidungnya mancung, ia dijuluki “Si Beo”. Bung Karno dan Bung Hatta disebur “proklamator”
bangsa Indonesia.
2.3.6 Tanda Petik Tunggal (‘)
a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan
lain.
Contoh: Tanya Edi, ”Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
atau ungkapan asing.
Contoh: feed-back ‘balikan’
2.4 Suku Kata (Pemenggalan kata)
Pemenggalan kata bersangkutan dengan penulisan kata yang belum selesai
dalam satu larik. Aturan-aturan suku kata tersebut, meliputi kata dasar, kata
berimbuhan, dan kata yang terdiri atas dua unsur.
Bahasa Indonesia Kontekstual 32
2.4.1 Pemenggalan Kata Dasar
Pemenggalan kata dasar dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1) Jika di tengah kata terdapat huruf konsonan di antara dua buah huruf
vokal, pemenggalan dilakukan sebelum konsonan.
Contoh: ba-pak, mu-ta-khir, ke-nang, ka-kek, de-ngan, ba-rang
2) Jika di tengah kata terdapat vokal berurutan, pemenggalan dilakukan di
antara dua vokal tersebut.
Contoh: ma-in, sa-at, bu-at, bu-ah, si-ap, ri-el
3) Jika di tengah kata terdapat konsonan berurutan, pemenggalan dilakukan di
antara dua konsonan tersebut.
Contoh: man-di, cap-lok, makh-luk, Ap-ril, pab-rik, bang-sa, swas-ta
4) Jika di tengah kata terdapat tiga buah konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan di antara konsonan yang pertama dengan yang kedua.
Contoh: in-stru-men, ul-tra, in-fra, ben-trok, bang-krut, kom-pleks
2.4.2 Pemenggalan Kata Berimbuhan
Pemenggalan kata berimbuhan dilakukan dengan cara memisahkan
imbuhan, yaitu awalan dan akhiran, kemudian mengikuti aturan pemenggalan
kata dasar. Khusus sisipan diberlakukan aturan pemenggalan kata dasar.
Contoh: makan-an (ma-kan-an) me-rasa-kan (me-ra-sa-kan) me-laku-kan (me-la-ku-kan) ge-me-tar (bukan em-getar) ge-ri-gi (bukan er-gigi) ge-le-tar (bukan el-getar)
Jika suatu kata terdiri atas dua unsur atau lebih, pemenggalan dilakukan
dengan memisahkan dua kata tsb. kemudian mengikuti aturan pemenggalan
kata dasar.
Contoh: bio-grafi (bi-o-gra-fi) trans-migrasi (trans-mig-ra-si) foto-grafi (fo-to-gra-fi) intro-speksi (in-tro-spek-si)
bio-logi (bi-o-lo-gi).
Bahasa Indonesia Kontekstual 33
2.5 Singkatan dan Akronim
2.5.1 Singkatan
Singkatan ialah bentuk bahasa yang dipendekkan yang terdiri atas satu
huruf atau lebih.
1) Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, dan pangkat diikuti tanda titik.
Contoh: H.O.S. Cokoroaminoto Sukanto S.A. Bpk., Kol. Drs.
S.E.
2) Singkatan nama resmi lembaga, badan atau organisasi, dan nama dokumen
resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan
tidak diikuti tanda titik.
Contoh: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) PT (perseroan terbatas) NIP (nomor induk pegawai)
GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara)
3) Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf diikuti dua titik, sedangkan
yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Contoh: a.n. (atas nama) d.a. (dengan alamat) u.p. (untuk perhatian) dll. (dan lain-lain) sda. (sama dengan atas) dsb. (dan sebagainya) Yth. (yang terhormat)
4) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata
uang tidak diikuti tanda titik.
Contoh: Cu (kuprum) TNT (trinitrotoluen) cm (centi meter) Rp (rupiah) kg (kilogram)
Bahasa Indonesia Kontekstual 34
2.5.2 Akronim
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata.
1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh: ABRI SIM LAN KONI
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Contoh: Depdagri Deplu Depkeu
3) Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf kecil.
Contoh: pemilu rudal rapim
Bahasa Indonesia Kontekstual 35
Latihan Soal Materi Ejaan Bahasa Indonesia
Sempurnakanlah kalimat-kalimat di bawah ini berkaitan dengan
penulisan huruf kapital, huruf miring, dan pemakaian tanda baca!
Akhir-akhir ini terjadi peningkatan impor mebel dari Cina. Faktor utama yang menyebabkan peningkatan impor terkait dengan kelangkaan bahan baku. Kelangkaan ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk membatasi jatah tebang dan maraknya penyelundupan kayu sebagai bahan baku industri mebel. Faktor kedua adalah harga mebel cina yang lebih murah 10 s.d. 20 persen jika dibandingkan dengan buatan Indonesia. Harga satu kursi rotan kita 50 dolar AS, tetapi harga mebel cina dapat 26 dolar AS. Faktor ketiga ialah desain mebel cina lebih menarik daripada mebel kita. Salah satu surat kabar terkemuka, Jawa Pos mengemukakan bahwa perkembangan yang tidak menguntungkan ini perlu dicari solusinya. Sikap bangga terhadap produksi dalam negeri harus ditumbuhkembangkan, terutama bagi kalangan muda. Di samping itu, diperlukan patriotisme dari pengusaha-pengusaha pribumi untuk berkorban menekan harga dan menciptakan desain yang lebih menarik.
Bahasa Indonesia Kontekstual 36
Bahasa Indonesia Kontekstual 37