3 Syarat Bid'ah

download 3 Syarat Bid'ah

of 4

Transcript of 3 Syarat Bid'ah

  • 8/16/2019 3 Syarat Bid'ah

    1/4

    3 Syarat Disebut Bid’ah

     Muhammad Abduh Tuasikal

    Sebagian orang kadang memahami apa yang dimaksud dengan bid’ah. Mereka menganggap

     bahwa bid’ah adalah setiap perkara baru. Sehingga karena saking tidak suka dengan orang

    yang meneriakkan bid’ah, ia pun mengatakan, “Kalau memang hal itu bid’ah, kamu tidak

    boleh pakai HP, tidak boleh haji dengan naik pesawat, tidak boleh pakai komputer, dst

    karena semua itu baru dan bid’ah adalah suatu yang baru dan dibuat-buat “. Padahal

    sebenarnya hal-hal tadi bukanlah bid’ah yang tercela dalam Islam karena bid’ah yang tercela

    adalah bid’ah dalam masalah agama. Begitu juga ada yang tidak setuju dengan nasehat

     bid’ah, ia menyampaikan bahwa para sahabat dahulu mengumpulkan Al Qur’an dan di masa

    ‘Umar dihidupkan shalat tarawih secara berjama’ah. Syubhat-syubhat yang muncul ini karena

    tidak memahami hakekat bid’ah. Untuk lebih jelas dalam memahami bid’ah, kita seharusnyamemahami tiga syarat disebut bid’ah yang disimpulkan dari dalil-dalil berikut ini.

    Pertama: Hadits Al ‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu, dalam hadits tersebut disebutkan

    sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam,

    ة  بدعة ضال َّلكو ةعدب ةثدحم  َّلك  َّنإف رومألا تاثدحمو مكاَّی و

    “ Hati-hatilah dengan perkara yang diada-adakan karena setiap perkara yang diada-adakan

    adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat .”[1] 

    Kedua: Hadits Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dalam hadits tersebut Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,

     األمور محدثاتھا و ُّرشو دَّ

    ھدى ھدى محم  وخیر ا َّهللا باتك ثیدح  خیر ا َّنإف دعب اَّ

    ةم  بدعة ضال ُّلك

    “ Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik

     petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara

    adalah yang diada-adakan (bid’ah) dan setiap bid’ah adalah sesat.”[2] 

    Dalam riwayat An Nasa’i dikatakan,

    ار

    َّ

    ة فى الن  ضال َّلكو

    “Setiap kesesatan tempatnya di neraka.”[3] 

    Ketiga: Hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    یس منھ فھو رد مرنا ھذا ما  حدث فى  من 

    “ Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya,

    maka perkara tersebut tertolak .”[4] 

    Keempat: Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftn1https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftn1https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftn2https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftn2https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftn3https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftn3https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftn3https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftn4https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftn4https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftn4https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftn3https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftn2https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftn1

  • 8/16/2019 3 Syarat Bid'ah

    2/4

    مرنا فھو رد  یھ  یس ع من عمل عمال 

    “ Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut

    tertolak .”[5] 

    Dari hadits-hadits tersebut dapat disimpulkan apa yang dimaksud bid’ah yang terlarangdalam agama, yaitu:

    1.  Sesuatu yang baru (dibuat-buat).

    2. 

    Sesuatu yang baru dalam agama.

    3.  Tidak disandarkan pada dalil syar’i.

    Pertama: Sesuatu yang baru (dibuat-buat).

    Syarat pertama ini diambil dari sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam,

    حدث

     من

    “Siapa yang berbuat sesuatu yang baru.”

     محدثة بدعة َّلك

    “Setiap yang baru adalah bid’ah.”

    Sehingga masuk dalam definisi adalah segala sesuatu yang baru yang tidak ada contoh

    sebelumnya baik berkaitan dengan urusan agama maupun dunia, baik sesuatu yang terpuji

    (mahmudah) maupun yang tercela (madzmuma). Sehingga perkara yang sudah adasebelumnya yang tidak dibuat-buat tidak termasuk bid’ah seperti shalat lima waktu dan puasa

    Ramadhan. Perkara dunia juga termasuk dalam definisi pertama ini, namun akan semakin

     jelas jika kita menambah pada syarat kedua.

    Kedua: Sesuatu yang baru dalam agama.

    Karena dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan,

    مرنا ھذا فى 

    “ Dalam urusan agama kami.” Sehingga perkara dunia tidak termasuk dalam hal ini. Yang

    dimaksudkan bid’ah dalam urusan agama berarti: (1) bid’ah mendekatkan diri pada Allah

    dengan sesuatu yang tidak disyari’atkan, (2) bid’ah telah keluar dari aturan Islam, dan (3)

    sesuatu dilarang karena dapat mengantarkan pada bid’ah lainnya.

    Ketiga: Tidak disandarkan pada dalil syar’i yang bersifat umum maupun khusus.

    Hal ini diambil dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

    یس منھ ما 

    “Tidak asalnya (dalilnya) dalam Islam.”

    https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftn5https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftn5https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftn5

  • 8/16/2019 3 Syarat Bid'ah

    3/4

  • 8/16/2019 3 Syarat Bid'ah

    4/4

    Setelah memahami yang dikemukakan di atas, pengertian bid’ah secara ringkas adalah,

    ما أحدث في الدین من غیر دلیل

    “Sesuatu yang baru (dibuat-buat) dalam masalah agama tanpa adanya dalil.”[11] Inilah

    yang dimaksud dengan bid’ah yang tercela dan dicela oleh Islam.

    Semoga dengan memahami hal ini, kita tidak rancu lagi dengan berbagai macam hal seputar

     bid’ah, terkhusus dalam memahami  perkataan ulama mengenai bid’ah hasanah. 

    Wallahu waliyyut taufiq. 

    @ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 19 Jumadats Tsaniyah 1433 H

    https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html 

    [1] HR. Abu Daud no. 4607 dan Tirmidzi no. 2676. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini

    shahih.

    [2] HR. Muslim no. 867

    [3] HR. An Nasa’i no. 1578. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.

    [4] HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718

    [5] HR. Muslim no. 1718.

    [6] Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 128.

    [7] Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 127.

    [8] Fathul Bari, 13: 254.

    [9] Fathul Bari, 5: 302.

    [10] Fathul Bari, 13: 253.

    [11] Lihat Qowa’id Ma’rifatil Bida’, hal. 22. Pembahasan pada point ini juga diringkas dari

    Qowa’id Ma’rifatil Bida’, hal. 17-22.

    https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftn11https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftn11https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftn11https://rumaysho.com/belajar-islam/jalan-kebenaran/umar-dan-imam-syafii-berbicara-tentang-bidah-hasanah-2428https://rumaysho.com/belajar-islam/jalan-kebenaran/umar-dan-imam-syafii-berbicara-tentang-bidah-hasanah-2428https://rumaysho.com/belajar-islam/jalan-kebenaran/umar-dan-imam-syafii-berbicara-tentang-bidah-hasanah-2428https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.htmlhttps://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.htmlhttps://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref1https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref1https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref2https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref2https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref3https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref3https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref4https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref4https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref5https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref5https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref6https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref6https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref7https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref7https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref8https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref8https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref9https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref9https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref10https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref10https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref11https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref11https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref11https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref10https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref9https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref8https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref7https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref6https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref5https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref4https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref3https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref2https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftnref1https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.htmlhttps://rumaysho.com/belajar-islam/jalan-kebenaran/umar-dan-imam-syafii-berbicara-tentang-bidah-hasanah-2428https://rumaysho.com/2438-3-syarat-disebut-bidah.html#_ftn11