3. e. Aspek Perkembangan Moral
-
Upload
ristanty-wuland -
Category
Documents
-
view
289 -
download
3
Transcript of 3. e. Aspek Perkembangan Moral
Manajemen Pendidikan Psikologi Pendidikan
Aspek Perkembangan_Moral Damajanti Kusuma Dewi
PERKEMBANGAN MORAL DEFINISI MORAL
Yusuf (2002/h.132) berpendapat bahwa istilah moral berasal dari kata Latin “mor” (Moris), yang berarti ada istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tatacara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti : a. seruan untuk berbuat baik kepada orang lain,
memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak
orang lain. b. Larangan mecuri, berzina, membunuh, meminum minuman keras.
Chaplin (Ibung, 2009/h.3) mengatakan bahwa moral mengacu pada akhlak
yang sesuai dengan peraturan sosial, atau menyangkut hokum atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku.
Hurlock (Ibung, 2009/h.3) berpendapat bahwa perilaku moral adalah perilaku yag sesuai dengan kode moral kelompok sosial.
Wantah (Ibung, 2009/h.3) mendefinisikan moral sesuatu yang berkaitan atau ada hubungannya dengan kemampuan menentukan benar salah dan bik buruknya tingkah laku.
Seorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkahlaku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MORAL Perkembangan moral seseorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungannya. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama dari orangtuanya. Dia belajar untuk mengenal nilai-niali dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai ersebut. Dalam mengembangkan moral anak, peranan orangtua sangatlah penting, terutama pada waktu anak masih kecil. Menurut Yusuf (2002/h.133) bahwa beberapa sikap orangtua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak, diantaranya sebagai berikut : a. Konsistens dalam mendidik anak
Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perbuatan yang sama dalam melarang atau membolehkan tingkah laku tertentu kepada anak. Suatu tingkah laku anak yang dilarang oleh orangtua pada suatu waktu, harus juga dilarang apabila dilakukan kembali pada waktu lain.
b. Sikap orangtua dalam keluarga Secara tidak langsung, sikap orangtua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu, atau sebaliknya, dapat mempengaruhi perkembangan moral anak, yaitu
Manajemen Pendidikan Psikologi Pendidikan
Aspek Perkembangan_Moral Damajanti Kusuma Dewi
melalui proses peniruan (imitasi). Sikap orangtua yang keras (otoriter), cenderung melahirkan sikap disiplin semu pada anak, sedangkan sikap yang acuh tak acuh atau sikap masa bodoh, cenderung mengembangkan sikap kurang bertanggung jawab dan kurang memperdulikan norma pada diri anak.sikap yang sebaiknya dimiliki oleh orangtua adalah sikap kasih sayang, keterbukaan, musyawarah (dialogis), dan konsisten.
c. Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut Orangtu merupakan panutan (teladan) bagi anak, termasuk di sini panutan dalam mengamalkan ajaran agama. Orangtua yang menciptakan iklim yang religious (agamis), dengan cara membersihkan ajaran atau bimbingan tentang nilai-nilai agama kepada anak, maka anak akan mengalami perkembangan moral yang baik.
d. Sikap Orang tua yang tidak menghendaki anaknya berbohong, atau berlaku tidak jujur, mereka harus menjauhkan dirinya dari perilaku berbohong atau tidak jujur. Apabila orang tua mengajarkan kepada anak, agar berperilaku jujur bertutur kata yang sopan, bertanggung jawab atau taat beragama, tetapi orangtua sendiri menampilkan perilaku yang sebaliknya, maka anak akan mengalami konflik pada dirinya, dan akan menggunakan ketidak konsistenan (ketidakajegan) orangtua itu sebagai alasan untuk melakuka tidak melakukan apa yang diinginkan oleh orangtuanya, bahkan mungkin dia akan berperilaku seperti orangtuanya.
PROSES PERKEMBANGAN MORAL Perkembangan moral anak dapat berlangsung mellui beberapa cara, sebagai berikut :
1. Pendidikan langsung, yaitu melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar dan salah, atau baik dan buruk oleh orangtua, guru atau orang dewasa lainnya. Di samping itu, yang aling penting dalam pendidikan moral ini, adalah keteladanan dari orangutan, guru atau orang dewasa lainnya dalam melakukan nilai-nilai moral.
2. Identifikasi, yaitu dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan atau tingkah laku moral seseorang yang menjadi idolanya (seperti orangtua, guru, kiai, artis atau orang dewasa lainnya)
Manajemen Pendidikan Psikologi Pendidikan
Aspek Perkembangan_Moral Damajanti Kusuma Dewi
3. Proses coba-coba (trial & error), yaitu dengan cara mengembangkan tingkah laku moral secara coba-coba. Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau penghargaan akan terus dikembangkan, sementara tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaan akan dihentikannya.
PERKEMBANGAN MORAL
Tingkat (Level) Tahap (Stage)
I. Pra Konvensional Pada tahap ini, anak mengenal baik-‐buruk, benar-‐salah suatu perbuatan dari sudut konsekuensi (dampak/akibat menyenangkan (ganjaran) atau menyakiti (hukuman) secara fisik, atau enak tidaknya akibat perbuatan yang diterima
1. Orientasi Hukuman dan kepatuhan Anak menlai baik buruk, atau benar salah dari sudut dampak (hukuman atau ganjaran) yang diterimanya dari yang mempunyai otoritas (yang membuat aturan), bai orangtua atau orang ewasa lainnya. Di sini anak mematuhi aturan orangtua agar terhindari dari hukuman
2. Orientasi Relativis-‐Instrumental Perbuatan yang baik/benar adalah yang berfungsi sebagai instrument (alat) untuk memenuhi kebutuhan atau kepuasan diri. Dalam hal ini hubungan dengan orang lain dipandang sebagai hubungan orang di pasar (hubungan jual beli). Dalam melakukan atau memberikan sesuatu kepada orang lain, bukan karena rasa terima kasih atau sebagai curahan kasih sayang, tetapi bersifat pamrih (keinginan untuk mendapatkan balasan); “Jika kau memberiku, maka aku akan memberimu”
II. Konvensional Pada tingkat ini, anak memandang perbuatan itu baik/benar, atau berharga bagi dirinya apabila dapat memenuhi harapan/persetujuan keluarga, kelompok atau bangsa. Di sini berkembang sikap konformitas, loyalitas, atau penyesuaian diri
3. Orientasi Kesalahan antar-‐Pribadi atau Orientasi Anak Manis (Good Boy/Girl) Anak memandang suatu perbuatan itu baik, atau berharga baginya apabila dapat menyenangkan, membantu, atau disetujui/diterima orang lain.
4. Orientasi Hukum dan Ketertiban Perilaku yang baik adalah meaksanakan atau menunaikan tugas/kewajiban sendiri,
Manajemen Pendidikan Psikologi Pendidikan
Aspek Perkembangan_Moral Damajanti Kusuma Dewi
terhadap keinginan kelompok atau aturan sosial masyarakat.
menghormati otoritas, dan memelihara ketertiban sosial.
III. Pasca Konvensional Pada tingkat ini ada usaha individu untuk mengartikan nilai-‐nilai atau prinsip-‐prinsip moral yang dapat diterapkan atau dilaksanakan terlepas dari otoritas kelompok, pendkung, atau orang yang memegang/menganut prinsip-‐prinsip moral tersebut. Juga terlepas apakah individu yang bersangkutan termasuk kelompok itu atau tidak.
5. Orientasi Kontrol Sosial Legalistis Perbuatan atau tindakan ang baik cenderung dirumuskan dalam kerangka hak-‐hak individual yang umum, dan dari segi aturan atau patokan yang telah diuji secara kritis, serta disepakati oleh seluruh masyarakat. Dengan demikian, perbuatan yang baik itu adalah yang sesuai dengan perundang-‐undangan yang berlaku.
6. Orientasi Prinsip Etika Universal Kebenaran ditentukan oleh keputusan kata hati, sesuai dengan prinsip-‐prinsip etika yang logis, universalitas dan konsistensi. Prinsip-‐prinsip etika universalitas ini bersift abstrak, seperti keadilan, kesamaan hak asasi manusia dan penghormatan kepada martabat manusia
Daftar Pustaka Ibung, Dian. 2009. Mengembangkan Nilai Moral pada Anak. Panduan bagi Orang
Tua untuk Membimbing Anaknya Menjadi Anak yag Baik. Penerbit : PT. Elex Media Komputindo, Jakarta
Yusuf, Syamsu. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Penerbit : PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung http://www.usefulcharts.com/psychology/kohlberg-stages-of-moral-development.html