3. BAB I,II,III MAKALAH BIOTEKNOLOGI FERMENTASI DAN TANAMAN TRANSGENIK
-
Upload
nenden-dwi-sajati -
Category
Documents
-
view
60 -
download
2
Transcript of 3. BAB I,II,III MAKALAH BIOTEKNOLOGI FERMENTASI DAN TANAMAN TRANSGENIK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan
makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk
hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan
jasa. Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme
melalui aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi
biologis suatu organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau
merekayasa gen pada organisme tersebut. Selain itu bioteknologi juga
memanfaatkan sel tumbuhan atau sel hewan yang dibiakkan sebagai bahan dasar
sebagai proses industri.
Bioteknologi memiliki peranan dan manfaat besar bagi kehidupan
umat manusia. Dalam bidang pertanian misalnya, dengan bioteknologi kini
ketersediaan pangan menjadi lebih baik karena produktivitas tanaman menjadi
lebih tinggi. Beberapa contoh penerapan bioteknologi dalam bidang pertanian
misalnya dapat kita temukan pada produksi fermentasi dan tanaman transgenik.
Pemanfaatan bioteknologi untuk meningkatkan hasil pertanian pada masa
sekarang ini dilakukan secara modern, misalnya pada pemuliaan tanaman dengan
menciptakan tanaman transgenik (tanaman yang gennya telah dimodifikasi).
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan aktivitas
mikroorganisme, untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Produk fermentasi
tradisional yang telah banyak dikenal diantaranya adalah tape, tempe, oncom,
kecap, asinan sayur, roti ,alkohol dan lain-lain. Fermentasi memberikan efek
1
yang menguntungkan, diantaranya mengawetkan, menghilangkan bau yang tidak
diinginkan, meningkatkan daya cerna dan meningkatkan flavour.
Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau
memiliki gen asing dari spesies tanaman yang berbeda atau makhluk
hidup lainnya. Penggabungan gen asing ini bertujuan untuk mendapatkan
tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya pembuatan tanaman yang
tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap organisme
pengganggu tanaman, serta kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi dari tanaman
alami. Sebagian besar rekayasa atau modifikasi sifat tanaman dilakukan untuk
mengatasi kebutuhan pangan penduduk dunia yang semakin meningkat dan juga
permasalahan kekurangan gizi manusia sehingga pembuatan tanaman transgenik
juga menjadi bagian dari pemuliaan tanaman.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini
adalah :
1. Apa itu fermentasi ?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi ?
3. Apa saja produk-produk hasil fermentasi ?
4. Bagaimana proses pembuatan tanaman transgenik ?
5. Apa saja dampak positif dan negatif tanaman transgenik ?
2
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Mengetahui definisi fermentasi
2. Mengetahui faktor-faktor fermentasi
3. Mengetahui produk-produk hasil fermentasi
4. Mengetahui proses pembuatan tanaman transgenik
5. Mengetahui dampak positif dan negatif tanaman transgenik
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang produk fermentasi.
2. Memberikan informasi keunggulan produk fermentasi
3. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang proses pembuatan tanaman
transgenik.
4. Memberikan informasi keunggulan dan kelemahan tanaman transgenik.
3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fermentasi2.1.1 Pengertian Fermentasi
Fermentasi adalah proses pengubahan bahan organik menjadi bentuk lain yang lebih berguna dengan bantuan mikroorganisme secara terkontrol. Mikroorganisme yang terlibat diantaranya adalah bakteri, protozoa, jamur atau fungi dan ragi(yeast).
2.1.2 Prinsip FermentasiPrinsip dari sebuah fermentasi adalah memperbanyak jumlah mikroorganisme dan menggiatkan metabolismenya dalam bahan pangan. Kondisi lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan produksi maksimum dalam fermentasi harus sesuai, terutama faktor-faktor berikut ini: suhu inkubasi, pH medium, oksigen, cahaya, dan agitasi.Prinsip pengawetan dengan fermentasi didasarkan pada:
a. Menggiatkan pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme penghasil alkohol dan asam organik.
b. Menekan/mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme proteolitik dan lipolitik oleh alkohol atau asam organik yang dihasilkan dan bila populasinya sudah tinggi melalui persaingan akan zat gizi yang terdapat pada substrat (Tjahjadi, 2011).
2.1.3 Syarat-syarat FermentasiDalam fermentasi makanan tentunya membutuhkan mikroba sebagai media yang diharapkan akan menghasilkan suatu produk baru dengan nilai yang tinggi. Persiapan atau pengawetan bahan pangan dengan cara fermentasi tergantung pada produksi mikroorganisme tertentu. Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi karena fermentasi mikroba ada yang bersifat menguntungkan dan ada yang bersifat merugikan, oleh karena itu dalam melakukan fermentasi ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar dapat membuat mikroba dapat bekerja dengan optimal, yaitu :1. Murni
Mikroba yang akan di biakkan harus dalam keadaan murni atau steril hal ini bertujuan untuk membantu menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.
2. UnggulMikroba yang digunakan haruslah memiliki sifat unggul yang berarti bahwa mikroba yang diharapkan adalah mikroba yang menguntungkan.
4
3. StabilKestabilan mikroba sangatlah dibutuhkan karena jika mikroba hidup tidak stabil maka proses penanganan dan produksi akan terganggu, bisa saja dalam proses pemanfaatannya mikroba sewaktu-waktu akan mati.
4. Bukan patogenTentunya mikroba yang akan digunakan bukanlah mikroba yang bersifat pathogenic baik bagi manusia maupun hewan.
5. Mampu tumbuh cepat dalam substrat dan lingkungan yang cocok untuk memperbanyak diri.
6. Mudah dibudidayakan dalam jumlah yang besar.7. Mikroorganisme harus memiliki kemampuan untuk mengatur ketahan
fisiologi dan memiliki enzim essential yang mudah dan banyak supaya perubahan-perubahan kimia yang dikehendaki dapat terjadi.
8. Kondisi lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan harus sesuai supaya produksi maksimum.Adapun syarat lainnya yang perlu diperhatikan dalam proses fermentasi
yaitu : 1. Oksigen, organisme membutuhkan oksigen untuk pertumbuhan.2. Nilai pH, untuk fermentasi pH diatur dan dijaga sekitar 6 – 7.3. Suhu, suhu optimum untuk pertumbuhan mikroba sekitar 28ºC – 30ºC.4. Substrat, kebutuhan organisme akan substrat berbeda, ada yang
memerlukan substrat lengkap dan substrat sederhana.
9. Faktor-faktor yang Memengaruhi Fermentasi1. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik artinya adalah segala sesuatu yang terdapat atau melekat pada lingkungan (media) tempat tumbuh mikroba tersebut. Apabila diasumsikan media berada pada kondisi stabil dan steril, faktor intrinsik ini tidak akan berubah-ubah kondisinya.Faktor intrinsik terjadinya fermentasi; nutrient, faktor penghambat dan stimulan, aktivitas air, pH, potensial redoks.
2. Faktor EkstrinsikFaktor ekstrinsik berarti keadaan lingkungan yang dapat berubah dikarenakan entitasnya tidak melekat pada lingkungan (media) tempat tumbuh mikroba, melainkan dikarenakan kondisi di sekitar media tersebut.Faktor ektrinsik terjadinya fermentasi; kelembaban relatif, RH, temperatur, komposisi gas.
5
Fermentasi bahan pangan merupakan hasil kegiatan beberapa mikroorganisme. Agar proses fermentasi dapat berjalan dengan baik, tentunya beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan dari mikroorganisme perlu pula diperhatikan. Sehingga apabila kita berbicara mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi proses fermentasi, tentunya tidak lepas dari kegiatan mikroorganisme itu sendiri. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi proses fermentasi meliputi suhu, oksigen, air dan substrat.A. Suhu
Suhu sebagai salah satu faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi dan menentukan macam organisme yang dominan selama fermentasi. Beberapa hal sehubungan dengan suhu untuk setiap mikroorganisme dapat digolongkan sebagai berikut :- Suhu minimum, di bawah suhu itu pertumbuhan mikroorganisme
tidak terjadi lagi.- Suhu optimum, sebagai suhu yang memungkinkan pertumbuhan
mikroorganisme paling cepat.- Suhu maksimum, di atas suhu itu pertumbuhan mikroorganisme
tidak mungkin terjadi lagi.
B. OksigenUdara atau oksigen selama proses fermentasi harus diatur sebaik mungkin untuk memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Setiap mikroba membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya untuk pertumbuhan atau membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi.
C. SubstratSeperti halnya makhluk lain, mikroorganisme juga membutuhkan suplai makanan yang akan menjadi sumber energi, dan menyediakan unsur-unsur kimia dasar untuk pertumbuhan sel. Substrat (makanan) yang dibutuhkan oleh mikroba untuk kelangsungan hidupnya berhubungan erat dengan komposisi kimianya.Kebutuhan mikroorganisme akan substrat juga berbeda-beda. Ada yang memerlukan substrat lengkap dan ada pula yang tumbuh subur dengan substrat yang sangat sederhana. Hal itu karena beberapa mikroorganisme ada yang memiliki sistem enzim (katalis biologis) yang dapat mencerna senyawa- senyawa yang tidak dapat dilakukan oleh mikroorganisme lain. Komposisi kimia hasil
6
pertanian yang terpenting adalah ptotein, karbohidrat dan lemak. Pada pH 7,0 protein mudah sekali digunakan oleh bakteri sebagai substrat. Karbohidrat seperti pektin, pati dan lainnya merupakan substrat yang baik bagi kapang dan beberapa khamir.
D. AirMikroorganisme tidak dapat tumbuh tanpa adanya air. Air dalam substrat yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme dinyatakan dalam istilah water activity atau aktivitas air, yaitu perbandingan antara tekanan uap dari larutan (P) dengan tekanan uap air murni (Po) pada suhu yang sama.
3. Macam Produk Hasil Fermentasi dan Cara Pengolahan/Pengawetan
Pada Proses Fermentasi
1. Pembuatan Tape
Tape merupakan makanan hasil fermentasi yang mengandung
alkohol. Makanan ini dibuat dari beras ketan ataupun singkong
dengan jamur Endomycopsis fibuligera, Rhizopus oryzae, ataupun
Saccharomyces cereviceae sebagai ragi.
2. Pembuatan Tempe
Tempe terbuat dari kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus sp.
Jamur ini akan mengubah protein kompleks kacang kedelai yang
sukar dicerna menjadi protein sederhana yang mudah dicerna karena
adanya perubahan-perubahan kimia pada protein, lemak, dan
karbohidrat. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan
dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti
diare.
7
3. Pembuatan Oncom
Oncom terbuat dari ampas tahu, yaitu ampas kedelai dengan bantuan
jamur Neurospora sitophila. Jamur ini dapat menghasilkan zat warna
merah atau oranye yang merupakan pewarna alami. Neurospora
dapat mengeluarkan enzim amilase, lipase protease yang aktif
selama proses fermentasi. Selain itu, juga dapat menguraikan bahan-
bahan dinding sel ampas kacang kedelai, singkong, atau kelapa.
Fermentasi ini juga menyebabkan terbentuknya sedikit alkohol dan
berbagai ester yang beraroma sedap.
4. Pembuatan Kecap
Kecap terbuat dari kacang kedelai berwarna hitam. Untuk
mempercepat fermentasi biasanya dicampurkan sumber karbohidrat
atau energi yang berbentuk tepung beras atau nasi, sedangkan warna
larutan kecap yang terjadi, tergantung pada waktu.
Perendaman kedelai dilakukan dalam larutan garam, maka
pembuatan kecap dinamakan fermentasi garam. Fermentasi pada
proses pembuatan kecap dengan menggunakan jamur Aspergillus
wentii dan Rhizopus sp.
5. Pembuatan Asinan Sayur
Asinan sayuran merupakan sayuran yang diawetkan dengan jalan
fermentasi asam. Bakteri yang digunakan adalah Lactobacillus sp.,
Streptococcus sp., dan Pediococcus. Mikroorganisme tersebut
mengubah zat gula yang terdapat dalam sayuran menjadi asam
laktat. Asam laktat yang terbentuk dapat membatasi pertumbuhan
mikroorganisme lain dan memberikan rasa khas pada sayuran yang
difermentasi atau sering dikenal dengan nama ‘acar’.8
6. Pembuatan Roti
Proses fermentasi roti dibantu dengan bantuan yeast atau khamir
yaitu sejenis jamur. Yeast yang ditambahkan pada adonan tepung
akan menjadikan proses fermentasi, yaitu akan menghasilkan gas
karbon dioksida dan alkohol. Gas karbon dioksida tersebut dapat
berguna untuk mengembangkan roti, sedangkan alkohol dibiarkan
menguap. Selanjutnya, akan terlihat jika adonan tersebut dioven
akan tampak lebih mengembang dan ukurannya membesar, hal ini
dikarenakan gas akan mengembang jika temperatur tinggi.
2.2. Tanaman Transgenik
2.2.1 Pengertian Transgenik
Transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya
melalui penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk
tujuan tertentu. Organisme transgenik adalah organisme yang mendapatkan
pindahan gen dari organisme lain. Gen yang ditransfer dapat berasal dari jenis
(spesies) lain seperti bakteri, virus, hewan, atau tanaman lain.
Secara ontologi tanaman transgenik adalah suatu produk rekayasa genetika
melalui transformasi gen dari makhluk hidup lain ke dalam tanaman yang
tujuannya untuk menghasilkan tanaman baru yang memiliki sifat unggul yang
lebih baik dari tanaman sebelumnya.
2.2.2 Pembuatan Tanaman Transgenik
Gen yang telah diidentifikasi diisolasi dan kemudian dimasukkan ke dalam sel
tanaman. Melalui suatu sistem tertentu, sel tanaman yang membawa gen
tersebut dapat dipisahkan dari sel tanaman yang tidak membawa gen.
Tanaman pembawa gen ini kemudian ditumbuhkan secara normal. Tanaman 9
inilah yang disebut sebagai tanaman transgenik karena ada gen asing yang
telah dipindahkan dari makhluk hidup lain ke tanaman tersebut (Muladno,
2002).
Tanaman transgenik merupakan hasil rekayasa gen dengan cara disisipi satu
atau sejumlah gen. Gen yang dimasukkan itu disebut transgene bisa diisolasi
dari tanaman tidak sekerabat atau spesies yang lain sama sekali.
Transgene umumnya diambil dari organisme yang memiliki sifat unggul
tertentu. Misal, pada proses membuat jagung Bt tahan hama, pakar
bioteknologi memanfaatkan gen bakteri tanah Bacillus thuringiensis (Bt)
penghasil racun yang mematikan bagi hama tertentu. Gen Bt ini disisipkan ke
rangkaian gen tanaman jagung. Sehingga tanaman resipien (jagung) juga
mewarisi sifat toksis bagi hama. Ulat atau hama penggerek jagung Bt akan
mati.
2.2.3 Proses Transgenik
Pada dasarnya ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi setelah transformasi
dilakukan, yaitu:
1. Sel inang tidak dimasuki DNA apa pun atau berarti transformasi gagal.
2. Sel inang dimasuki vektor religasi atau berarti ligasi gagal.
3. Sel inang dimasuki vektor rekombinan dengan/tanpa fragmen sisipan atau
gen yang diinginkan.
Untuk membedakan antara kemungkinan pertama dan kedua dilihat
perubahan sifat yang terjadi pada sel inang. Jika sel inang memperlihatkan
dua sifat marker vektor, maka dapat dipastikan bahwa kemungkinan kedualah
yang terjadi. Selanjutnya, untuk membedakan antara kemungkinan kedua dan
ketiga dilihat pula perubahan sifat yang terjadi pada sel inang. Jika sel inang
hanya memperlihatkan salah satu sifat di antara kedua marker vektor, maka
dapat dipastikan bahwa kemungkinan ketigalah yang terjadi.
10
Seleksi sel rekombinan yang membawa fragmen yang diinginkan dilakukan
dengan mencari fragmen tersebut menggunakan fragmen pelacak (probe),
yang pembuatannya dilakukan secara in vitro menggunakan teknik reaksi
polimerisasi berantai atau polymerase chain reaction (PCR).
Koloni-koloni sel rekombinan ditransfer ke membran nilon, dilisis agar isi
selnya keluar, dibersihkan protein dan remukan sel lainnya hingga tinggal
tersisa DNAnya saja. Selanjutnya, dilakukan fiksasi DNA dan perendaman di
dalam larutan pelacak. Posisi-posisi DNA yang terhibridisasi oleh fragmen
pelacak dicocokkan dengan posisi koloni pada kultur awal (master plate).
Dengan demikian, kita bisa menentukan koloni-koloni sel rekombinan yang
membawa fragmen yang diinginkan.
Susunan materil genetic diubah dengan jalan menyisipkan gen baru yang
unggul ke dalam kromosomnya.Tanaman transgenik memiliki kualitas lebih
dibanding tanaman konvensional, kandungan nutrisi lebih tinggi, tahan hama,
tahan cuaca, umur pendek, dll; sehingga penanaman komoditas tersebut dapat
memenuhi kebutuhan pangan secara cepat dan menghemat devisa akibat
penghematan pemakaian pestisida atau bahan kimia lain serta tanaman
transgenik produksi lebih baik.
Teknik rekayasa genetika sama dengan pemuliaan tanaman; yaitu
memperbaiki sifat-sifat tanaman dengan menambah sifat-sifat ketahanan
terhadap cekaman hama maupun lingkungan yang kurang menguntungkan;
sehingga tanaman transgenik memiliki kualitas lebih baik dari tanaman
konvensional, serta bukan hal baru karena sudah lama dilakukan tetapi tidak
disadari oleh masyarakat.
2.2.4 Tujuan Transgenik
Tujuan memindahkan gen tersebut untuk mendapatkan organisme baru yang
memiliki sifat lebih baik. Hasilnya saat ini sudah banyak jenis tanaman
transgenik, misalnya jagung, kentang, kacang, kedelai, dan kapas. 11
Keunggulan dari tanaman transgenik tersebut umumnya adalah tahan terhadap
serangan hama.
Rekayasa genetika seperti dalam pembuatan transgenik dilakukan untuk
kesejahteraan manusia. Akan tetapi, terkadang muncul dampak yang tidak
diinginkan, yaitu dampak negatif dan positifnya sebagai berikut.
2.2.5 Pemanfaatan Organisme Transgenik dan Produk yang Dihasilkannya
Teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika telah melahirkan revolusi
baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia, yang dikenal sebagai revolusi
gen. Produk teknologi tersebut berupa organisme transgenik atau organisme
hasil modifikasi genetik (OHMG), yang dalam bahasa Inggris disebut dengan
genetically modified organism (GMO). Namun, sering kali pula aplikasi
teknologi DNA rekombinan bukan berupa pemanfaatan langsung organisme
transgeniknya, melainkan produk yang dihasilkan oleh organisme transgenik.
Dewasa ini cukup banyak organisme transgenik atau pun produknya yang
dikenal oleh kalangan masyarakat luas. Beberapa di antaranya bahkan telah
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berikut ini akan
dikemukakan beberapa contoh pemanfaatan organisme transgenik dan produk
yang dihasilkannya dalam berbagai bidang kehidupan manusia.
Adapun Dalam Bidang Pertanian, aplikasi teknologi DNA rekombinan di
bidang pertanian berkembang pesat dengan dimungkinkannya transfer gen
asing ke dalam tanaman dengan bantuan bakteri Agrobacterium tumefaciens.
Melalui cara ini telah berhasil diperoleh sejumlah tanaman transgenik seperti
tomat dan tembakau dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya perlambatan
kematangan buah dan resistensi terhadap hama dan penyakit tertentu. Pada
tahun 1996 luas areal untuk tanaman transgenik di seluruh dunia telah
mencapai 1,7 ha, dan tiga tahun kemudian meningkat menjadi hampir 40 juta
ha. Negara- negara yang melakukan penanaman tersebut antara lain Amerika
Serikat (28,7 juta ha), Argentina (6,7 juta ha), Kanada (4 juta ha), Cina (0,3 12
juta ha), Australia (0,1 juta ha), dan Afrika Selatan (0,1 juta ha). Indonesia
sendiri pada tahun 1999 telah mengimpor produk pertanian tanaman pangan
transgenik berupa kedelai sebanyak 1,09 juta ton, bungkil kedelai 780.000
ton, dan jagung 687.000 ton. Pengembangan tanaman transgenik di Indonesia
meliputi jagung (Jawa Tengah), kapas (Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan),
kedelai, kentang, dan padi (Jawa Tengah). Sementara itu, tanaman transgenik
lainnya yang masih dalam tahap penelitian di Indonesia adalah kacang tanah,
kakao, tebu, tembakau, dan ubi jalar.
2.2.6 Dampak Positif Dan Negatif Rekayasa Genetik Transgenik
1. Dampak Positif Transgenik
Rekayasa transgenik dapat menghasilkan prodik lebih banyak dari sumber
yang lebih sedikit. Rekayasa tanaman dapat hidup dalam kondisi
lingkungan ekstrem akan memperluas daerah pertanian dan mengurangi
bahaya kelaparan. Makanan dapat direkayasa supaya lebih lezat dan
menyehatkan.
2. Dampak Negatif Transgenik
Adapun dampak negatif dari rekayasa transgenik dapat dilihat dari
berbagai macamaspek, yaitu :
a. Aspek Ekonomi
Berbagai komoditas pertanian hasil rekayasa genetika telah
memberikan ancaman persaingan serius terhadap komoditas serupa
yang dihasilkan secara konvensional. Penggunaan tebu transgenik
mampu menghasilkan gula dengan derajad kemanisan jauh lebih tinggi
daripada gula dari tebu atau bit biasa. Hal ini jelas menimbulkan
kekhawatiran bagi masa depan pabrik-pabrik gula yang menggunakan
bahan alami. Begitu juga, produksi minyak goreng canola dari
tanaman rapeseeds transgenik dapat berpuluh kali lipat bila 13
dibandingkan dengan produksi dari kelapa atau kelapa sawit sehingga
mengancam eksistensi industri minyak goreng konvensional.
b. Potensi pergeseran gen
Daun tanaman tomat transgenik yang resisten terhadap serangga
Lepidoptera setelah 10 tahun ternyata mempunyai akar yang dapat
mematikan mikroorganisme dan organisme tanah, misalnya cacing
tanah. Tanaman tomat transgenik ini dikatakan telah mengalami
pergeseran gen karena semula hanya mematikan Lepidoptera tetapi
kemudian dapat juga mematikan organisme lainnya. Pergeseran gen
pada tanaman tomat transgenik semacam ini dapat mengakibatkan
perubahan struktur dan tekstur tanah di areal pertanamannya.
c. Potensi pergeseran ekologi
Organisme transgenik dapat pula mengalami pergeseran ekologi.
Organisme yang pada mulanya tidak tahan terhadap suhu tinggi, asam
atau garam, serta tidak dapat memecah selulosa atau lignin, setelah
direkayasa berubah menjadi tahan terhadap faktor-faktor lingkungan
tersebut. Pergeseran ekologi organisme transgenik dapat menimbulkan
gangguan lingkungan yang dikenal sebagai gangguan adaptasi.
d. Potensi mudah diserang penyakit
Tanaman transgenik di alam pada umumnya mengalami kekalahan
kompetisi dengan gulma liar yang memang telah lama beradaptasi
terhadap berbagai kondisi lingkungan yang buruk. Hal ini
mengakibatkan tanaman transgenik berpotensi mudah diserang
penyakit dan lebih disukai oleh serangga.
Sebagai contoh, penggunaan tanaman transgenik yang resisten
terhadap herbisida akan mengakibatkan peningkatan kadar gula di 14
dalam akar. Akibatnya, akan makin banyak cendawan dan bakteri
yang datang menyerang akar tanaman tersebut. Dengan perkataan lain,
terjadi peningkatan jumlah dan jenis mikroorganisme yang menyerang
tanaman transgenik tahan herbisida. Jadi, tanaman transgenik tahan
herbisida justru memerlukan penggunaan pestisida yang lebih banyak,
yang dengan sendirinya akan menimbulkan masalah tersendiri bagi
lingkungan.
15
BAB III
KESIMPULAN
3.1. KESIMPULAN
Dari uraian yang telah kami sajikan dapat kami simpulkan bahwa :
1. Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan
anaerobik (tanpa oksigen).
2. Beberapa produk makanan yang merupakan hasil dari proses fermentasi
adalah tape,tempe,oncom,kecap,asinan sayur,roti.
3. Rekayasa transgenik dapat menghasilkan prodik lebih banyak dari sumber
yang lebih sedikit.
4. Rekayasa tanaman dapat hidup dalam kondisi lingkungan ekstrem akan
memperluas daerah pertanian dan mengurangi bahaya kelaparan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Lindung. 2013. Tanaman Transgenik. Laporan Bacaan. Widyaiswara Balai Pelatihan
Pertanian Jambi.
Muladno, MSA. 2002. Seputar Teknologi Rekayasa Genetika. Bogor. Pustaka
Wirausaha Muda.
Siregar, Edi Batara Mulya dan Emmy Harso Khardinata. 2005. Rekayasa Genetika.
Jurnal. USU.
Tjahjadi, C., dan Martha, H. 2011. Pengantar Teknologi Pangan. Universitas
Padjajaran, Jatinangor.
17