25310009-Khrisna-Protecta-Adiprima

4
1 KAJIAN KESESUAIAN LAHAN TAMBAK, KONSERVASI DAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS: PESISIR PANGANDARAN, JAWA BARAT) Khrisna Protecta Adiprima 1 dan Arief Sudradjat 2 Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 1 [email protected] dan 2 [email protected] Abstrak : Pesisir merupakan wilayah yang rentan terhadap perubahan, baik perubahan yang terjadi karena proses alami dan perubahan karena campur tangan manusia. Perubahan yang terjadi akan mempengaruhi tata guna lahan, geomorfologi dan ekosistem wilayah tersebut. Wilayah yang akan dikaji menggunakan analisis kesesuaian lahan adalah pesisir Pangandaran yang berada di bagian Selatan Pulau Jawa. Wilayah penelitian terdiri atas sepuluh desa, yaitu Desa Batukaras, Desa Cijulang, Desa Parigi, Desa Karangjaladri, Desa Cibenda, Desa Sukaresik, Desa Cikembulan, Desa Wonoharjo, Desa Pananjung, Desa Pangandaran dan Desa Babakan dimana wilayah tersebut merupakan daerah wisata yang berkembang, kegiatan perikanan tambak, kawasan suaka alam, dan kawasan permukiman. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi lahan yang sesuai untuk peruntukan tambak, konservasi dan permukiman di kawasan pesisir Pangandaran. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan analisis kesesuaian lahan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) berdasarkan evaluasi multikriteria. SIG berfungsi untuk mengolah data spasial dan visualisasi hasil analisis kesesuaian lahan. Dari hasil analisis didapatkan bahwa lahan yang sesuai (S1) untuk peruntukan lahan tambak, konservasi, dan permukiman berturut-turut adalah 2.864,67 ha, 517,41 ha, dan 1.675,77 ha. Kata kunci: kawasan pesisir, kesesuaian lahan, multikriteria, SIG. PENDAHULUAN Pesisir merupakan wilayah yang rentan terhadap perubahan, baik perubahan yang terjadi karena proses alami dan perubahan karena campur tangan manusia. Kegiatan-kegiatan di kawasan pesisir seperti perikanan tangkap, perikanan budidaya (tambak), pelabuhan, pariwisata, permukiman dan suaka alam dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem dan geomorfologi kawasan pesisir. Konversi lahan dan pemanfaatan lahan di kawasan pesisir menjadi salah satu penyebab utama terjadinya permasalahan pada kawasan pesisir yang mempengaruhi penyimpangan tata guna lahan di kawasan tersebut. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk melakukan pemantauan lingkungan kawasan pesisir dapat dilakukan dengan analisis kesesuaian lahan menggunakan teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Perencanaan pengelolaan dan pengambilan keputusan yang tepat harus dilandasi oleh data dan informasi yang yang akurat tentang kondisi lahan dengan demikian harus dilakukan pemantauan kesesuaian lahan, penggunaan teknologi GIS dapat mempermudah analisis kesesuaian lahan pada suatu kawasan/wilayah yang luas (Gatheru dan Maingi, 2010) seperti pada kawasan pesisir. Manurung (2002) dan Erwindy (2000) menyatakan bahwa analisis kesesuaian lahan menggunakan SIG dapat digunakan untuk menentukan rekomendasi pengelolaan dan kebijakan suatu kawasan. Bandyopadhyay dkk. (2009) mengemukakan bahwa analisis kesesuaian lahan menggunakan SIG dapat membantu penilaian penentuan lahan untuk peruntukan yang spesifik, (Jafari dan Narges, 2010) juga menjelaskan bahwa dengan menggunakan analisis kesesuaian lahan maka dapat ditentukan apakah lahan tersebut sesuai atau tidak untuk digunakan oleh suatu peruntukan lahan secara spesifik. Kawasan pesisir Pangandaran merupakan daerah wisata yang berkembang, kegiatan perikanan tambak, kawasan suaka alam, dan kawasan permukiman. Monitoring dan evaluasi pemanfaatan lahan di pesisir Pangandaran perlu dilakukan mengingat banyaknya aktivitas manusia di wilayah tersebut yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian di kawasan pesisir Pangandaran untuk mengetahui pemanfaatan lahan dan kesesuaiannya sehingga dapat memberikan masukan untuk kebijakan lingkungan yang dapat diterapkan di kawasan pesisir Pangandaran. Penelitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran kondisi lingkungan di wilayah pesisir Pangandaran berdasarkan data kesesuaian lahan menggunakan SIG. Kalogirou (2001) dan Hossain (2008) menyatakan SIG dapat berfungsi untuk mengolah data spasial dan

description

morfo tanah

Transcript of 25310009-Khrisna-Protecta-Adiprima

Page 1: 25310009-Khrisna-Protecta-Adiprima

1

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN

TAMBAK, KONSERVASI DAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR

MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

(STUDI KASUS: PESISIR PANGANDARAN, JAWA BARAT)

Khrisna Protecta Adiprima1 dan Arief Sudradjat

2

Program Studi Teknik Lingkungan

Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung

Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 1 [email protected] dan

2 [email protected]

Abstrak : Pesisir merupakan wilayah yang rentan terhadap perubahan, baik perubahan yang terjadi karena proses

alami dan perubahan karena campur tangan manusia. Perubahan yang terjadi akan mempengaruhi tata guna lahan,

geomorfologi dan ekosistem wilayah tersebut. Wilayah yang akan dikaji menggunakan analisis kesesuaian lahan

adalah pesisir Pangandaran yang berada di bagian Selatan Pulau Jawa. Wilayah penelitian terdiri atas sepuluh desa,

yaitu Desa Batukaras, Desa Cijulang, Desa Parigi, Desa Karangjaladri, Desa Cibenda, Desa Sukaresik, Desa

Cikembulan, Desa Wonoharjo, Desa Pananjung, Desa Pangandaran dan Desa Babakan dimana wilayah tersebut

merupakan daerah wisata yang berkembang, kegiatan perikanan tambak, kawasan suaka alam, dan kawasan

permukiman. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi lahan yang sesuai untuk peruntukan tambak,

konservasi dan permukiman di kawasan pesisir Pangandaran. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu dengan analisis kesesuaian lahan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) berdasarkan evaluasi

multikriteria. SIG berfungsi untuk mengolah data spasial dan visualisasi hasil analisis kesesuaian lahan. Dari hasil

analisis didapatkan bahwa lahan yang sesuai (S1) untuk peruntukan lahan tambak, konservasi, dan permukiman

berturut-turut adalah 2.864,67 ha, 517,41 ha, dan 1.675,77 ha.

Kata kunci: kawasan pesisir, kesesuaian lahan, multikriteria, SIG.

PENDAHULUAN Pesisir merupakan wilayah yang rentan terhadap

perubahan, baik perubahan yang terjadi karena proses

alami dan perubahan karena campur tangan manusia.

Kegiatan-kegiatan di kawasan pesisir seperti perikanan

tangkap, perikanan budidaya (tambak), pelabuhan,

pariwisata, permukiman dan suaka alam dapat

mempengaruhi keseimbangan ekosistem dan

geomorfologi kawasan pesisir. Konversi lahan dan

pemanfaatan lahan di kawasan pesisir menjadi salah

satu penyebab utama terjadinya permasalahan pada

kawasan pesisir yang mempengaruhi penyimpangan tata

guna lahan di kawasan tersebut.

Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk

melakukan pemantauan lingkungan kawasan pesisir

dapat dilakukan dengan analisis kesesuaian lahan

menggunakan teknologi penginderaan jauh dan Sistem

Informasi Geografis (SIG). Perencanaan pengelolaan

dan pengambilan keputusan yang tepat harus dilandasi

oleh data dan informasi yang yang akurat tentang

kondisi lahan dengan demikian harus dilakukan

pemantauan kesesuaian lahan, penggunaan teknologi

GIS dapat mempermudah analisis kesesuaian lahan pada

suatu kawasan/wilayah yang luas (Gatheru dan Maingi,

2010) seperti pada kawasan pesisir. Manurung (2002)

dan Erwindy (2000) menyatakan bahwa analisis

kesesuaian lahan menggunakan SIG dapat digunakan

untuk menentukan rekomendasi pengelolaan dan

kebijakan suatu kawasan. Bandyopadhyay dkk. (2009)

mengemukakan bahwa analisis kesesuaian lahan

menggunakan SIG dapat membantu penilaian penentuan

lahan untuk peruntukan yang spesifik, (Jafari dan

Narges, 2010) juga menjelaskan bahwa dengan

menggunakan analisis kesesuaian lahan maka dapat

ditentukan apakah lahan tersebut sesuai atau tidak untuk

digunakan oleh suatu peruntukan lahan secara spesifik. Kawasan pesisir Pangandaran merupakan daerah

wisata yang berkembang, kegiatan perikanan tambak,

kawasan suaka alam, dan kawasan permukiman.

Monitoring dan evaluasi pemanfaatan lahan di pesisir

Pangandaran perlu dilakukan mengingat banyaknya

aktivitas manusia di wilayah tersebut yang dapat

mempengaruhi kualitas lingkungan.

Dengan demikian perlu dilakukan penelitian di

kawasan pesisir Pangandaran untuk mengetahui

pemanfaatan lahan dan kesesuaiannya sehingga dapat

memberikan masukan untuk kebijakan lingkungan yang

dapat diterapkan di kawasan pesisir Pangandaran.

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan

gambaran kondisi lingkungan di wilayah pesisir

Pangandaran berdasarkan data kesesuaian lahan

menggunakan SIG.

Kalogirou (2001) dan Hossain (2008) menyatakan

SIG dapat berfungsi untuk mengolah data spasial dan

Page 2: 25310009-Khrisna-Protecta-Adiprima

2

visualisasi hasil analisis kesesuaian lahan. Dalam

perencanaan penggunaan lahan seringkali harus

mengambil keputusan yang kompleks dalam waktu

singkat, dan ketika harus memperhitungkan konsep

pembangunan berkelanjutan dan pengembangan

ekonomi maka satu set peta kesesuaian penggunaan

lahan akan sangat berguna dalam pengambilan

keputusan (Joerin dkk., 2001, Geneletti dan Iris, 2008).

METODOLOGI Penelitian dilakukan di sepuluh Desa yang berada

dalam wilayah pesisir Pangandaran. Secara

Administratif wilayah penelitian berada pada wilayah

administrasi tingkat Kabupaten, yaitu Kabupaten

Ciamis, Provinsi Jawa Barat yang terdiri atas sepuluh

Desa yang berbatasan langsung dengan laut di empat

Kecamatan, yakni Desa Batukaras, Desa Cijulang, Desa

Parigi, Desa Karangjaladri, Desa Cibenda, Desa

Sukaresik, Desa Cikembulan, Desa Wonoharjo, Desa

Pananjung, Desa Pangandaran dan Desa Babakan.

Analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan

menggunakan analisis SIG, tahap pengumpulan data

spasial/vektor wilayah penelitian dilakukan bersamaan

dengan identifikasi kriteria kesesuaian lahan baik untuk

tambak, konservasi dan permukiman. Setelah dilakukan

pengumpulan data, data spasial/vektor yang sudah

didapat kemudian diolah menggunakan software SIG

dan dilakukan tumpang susun sesuai dengan criteria

kesesuaian lahan. Dalam proses pemetaan kesesuaian

lahan, hasil pengolahan data kemudian dievaluasi dan

dianalisis sehingga didapatkan peta yang

menggambarkan distribusi kesesuaian lahan sesuai

dengan peruntukannya.

Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian

ini adalah (1) peta rupa bumi pesisir Pangandaran skala

1 : 25.000, (2) peta lereng, (3) peta jenis tanah, (4) peta

penggunaan lahan, (5) peta administrasi, (6) peta status

hutan, (7) peta ekosistem mangrove dan terumbu

karang, (8) peta sungai, dan (9) peta kawasan rawan.

Sedangkan peralatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah GPS Map sebagai alat untuk

mengetahui posisi koordinat dan digunakan untuk

melakukan koreksi georefference. Software yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Quantum-GIS

untuk melakukan proses digitasi peta dan pengolahan

data spasial/vektor.

Analisis kesesuaian lahan diolah menggunakan

Sistem Informasi Geografis (SIG), mencakup 4 tahapan

analisis, yaitu:

1. penyusunan peta kawasan pesisir Pangandaran,

2. penyusunan matriks (CGIA, 2005) kesesuaian lahan

tambak, konservasi dan permukiman

3. pembobotan dan scoring (CGIA, 2005), dan

4. analisis spasial untuk mengetahui kesesuaian

kesesuaian lahan tambak, konservasi dan

permukiman yang ada di kawasan pesisir

Pangandaran. Penentuan bobot dan skor didasarkan

pada tingkat kepentingan parameter terhadap suatu

peruntukan.

Analisis spasial menggunakan formula matematis

sebagai berikut (Fauzy dkk., 2009):

P(x) = f (Abiotik) + f (Biotik) + f (RTRW)……….(1)

dimana, P(x) = daerah potensial untuk pengembangan

usaha x.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kesesuaian Lahan

Analisis kesesuaian lahan pesisir Pangandaran

difokuskan pada 3 peruntukan, yaitu perikanan tambak,

konservasi dan permukiman yang didasarkan atas

evaluasi multi kriteria dari parameter/faktor pembatas

biofisik untuk setiap peruntukan. Secara keseluruhan

luas wilayah yang dianalisis adalah seluas 7.875,75 Ha

dengan panjang garis pantai 48.119,48 m. Hasil analisis

spasial dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis

untuk masing-masing peruntukan pada ketiga kategori

kesesuaian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas lahan (dalam hektar) untuk setiap

peruntukan lahan pada masing-masing kategori

kesesuaian.

Peruntukan Sesuai (S1) Sesuai

Bersyarat (S2)

Tidak Sesuai

(N1)

Tambak 2.596,30 1.202,13 4.077,32

Konservasi 517,41 4.493,68 2.864,69

Permukiman 1.675,77 535,20 5.664,79

Kesesuaian Tambak

Dapat dilihat pada Tabel 1, kesesuaian lahan

tambak dengan kategori sesuai (S1) seluas 2.596,30 ha,

kemudian kategori sesuai bersyarat (S2) seluas total

1.202,13 ha dan kategori Tidak Sesuai (N1) seluas total

4.077,32 ha. Tingkat kesesuaian didapatkan dari

tumpang susun parameter-parameter kesesuaian lahan

untuk peruntukan lahan tambak yang disajikan pada

Tabel 2. Peta kesesuaian lahan tambak dapat dilihat

pada Gambar 1.

Tabel 2. Parameter kesesuaian lahan tambak

berdasarkan tingkat kesesuaian lahan

Parameter

Tingkat Kesesuaian

Sesuai (S1) Sesuai

Bersyarat (S2)

Tidak Sesuai

(N1)

Lereng

Tanah

Jarak dari

sungai

Jarak dari

pantai

Penggunaan

lahan

0-8%

(datar)

Entisol

0-500 m

0-2000 m

Hutan rawa,

tegalan,

belukar

8-15% (landai)

Entisol

500-2000 m

2000-4000 m

Sawah,

perkebunan

<15% (curam)

Non-entisol

>2000 m

>4000 m

Konservasi,

permukiman,

industri

Page 3: 25310009-Khrisna-Protecta-Adiprima

3

Kesesuaian Konservasi

Kesesuaian lahan bagi peruntukan kawasan

konservasi (Tabel 2), menunjukan bahwa lahan dengan

kategori sesuai (S1) seluas total 517,41 ha, sesuai

bersyarat (S2) seluas total 4.493,68 ha, dan tidak sesuai

(N1) seluas total 2.864,69 ha. Kategori sesuai (S1)

hanya terdapat di Desa Pangandaran sedangkan kategori

sesuai bersyarat (S2) dan kategori tidak sesuai (N1)

tersebar pada kesepuluh desa di kawasan pesisir

Pangandaran.

Tingkat kesesuaian didapatkan dari tumpang susun

parameter-parameter kesesuaian lahan untuk peruntukan

konservasi yang disajikan pada Tabel 3. Peta kesesuaian

lahan konservasi dapat dilihat pada Gambar 2.

Tabel 3. Parameter kesesuaian lahan konservasi

berdasarkan tingkat kesesuaian lahan

Parameter

Tingkat Kesesuaian

Sesuai (S1)

Sesuai

Bersyarat

(S2)

Tidak Sesuai

(N1)

Tanah

Vegetasi

Penggunaan

lahan

Zona resapan

air

Entisol

Mangrove

Cagar alam

Resapan air

utama

Entisol

Pinus

Hutan pantai,

taman wisata

alam

Resapan air

tambahan

Non-entisol

Kelapa

Permukiman,

pelabuhan

Tidak berarti

Kesesuaian Permukiman

Pada Tabel 2 dapat dilihat untuk kesesuaian lahan

permukiman yang memiliki kategori sesuai (S1) yaitu

seluas total 1.675,77 ha, kemudian Kategori sesuai

bersyarat (S2) seluas total 535,20 dan Kategori tidak

sesuai (N1) seluas total 5.664,78 ha. Berdasarkan

peruntukannya, lahan untuk permukiman dibatasi oleh

parameter-parameter sebagai berikut (Tabel 4). Peta

kesesuaian lahan permukiman dapat dilihat pada

Gambar 3.

Tabel 4. Parameter kesesuaian lahan permukiman

berdasarkan tingkat kesesuaian lahan

Parameter

Tingkat Kesesuaian

Sesuai (S1)

Sesuai

Bersyarat

(S2)

Tidak Sesuai

(N1)

Lereng

Jarak dari rawa

Jarak dari

daerah banjir

Jarak dari

pasang

tertinggi

Zona resapan

air

<8% (datar)

>500 m

>200 m

>300 m

Resapan air

utama

8-15%

(landai)

300-500 m

300-500 m

150-300 m

Resapan air

tambahan

>15% (curam)

0-299 m

0-300 m

0-150 m

Tidak berarti

Berdasarkan analisis SIG yang telah dilakukan

pada setiap kesesuaian lahan (tambak, konservasi, dan

permukiman) di kawasan pesisir Pangandaran lahan

yang memiliki kategori sesuai (S1) untuk setiap

peruntukan berturut-turut yaitu seluas 2.596,30 ha untuk

lahan tambak, 517,41 ha untuk konservasi, dan 1.675,77

untuk permukiman. Dari ketiga peruntukan tersebut

terdapat 1.320,63 ha lahan yang saling bertumpang

susun dengan kategori sesuai (S1) untuk lahan tambak

dan permukiman.

Hasil tumpang susun antara peta lahan yang

memiliki kategori sesuai (S1) dengan peta rencana pola

ruang kawasan Pangandaran yang diolah menggunakan

SIG didapatkan bahwa kawasan konservasi hasil

analisis sudah sesuai dengan dengan kawasan

konservasi pada rencana pola ruang. Namun ditemukan

adanya luasan lahan yang tidak masuk pada kategori

Sesuai (S1) untuk lahan permukiman yang berada pada

peta rencana pola ruang untuk kawasan permukiman

(perkotaan dan pedesaan) di pesisir Pangandaran.

Sementara itu peruntukan lahan tambak belum terdapat

pada peta rencana pola ruang kawasan Pangandaran

yang disusun oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Gambar 1. Peta kesesuaian lahan tambak

Gambar 2. Peta kesesuaian lahan konservasi

Kec.

Kecamatan Desa

S1

S2

N1

Kec. Kecamatan Desa

S1

S2

N1

Page 4: 25310009-Khrisna-Protecta-Adiprima

4

Gambar 3. Peta kesesuaian lahan permukiman

Gambar 4. Peta tumpang susun kesesuaian lahan

kategori (S1) dengan peta rencana pola ruang

KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan

kawasan pesisir Pangandaran, dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Hasil analisis kesesuaian lahan bagi peruntukan

tambak, konservasi dan permukiman adalah:

- Kategori sesuai (S1) bagi peruntukan tambak

memiliki luas total 2.596,30 ha.

- Kategori sesuai (S1) bagi peruntukan

konservasi memiliki luas total 517,41 ha.

- Kategori sesuai (S1) bagi peruntukan

permukiman memiliki luas total 1.675,77 ha.

2. Hasil tumpang susun lahan dengan kategori sesuai

(S1) untuk tambak saja tersebar di kesepuluh desa

wilayah penelitian dengan luas 1.275,67 ha,

sementara lahan dengan kategori sesuai (S1) untuk

konservasi hanya berada pada satu desa yaitu Desa

Pangandaran dengan luas 517,41 ha, dan lahan

dengan kategori sesuai (S1) untuk permukiman saja

hanya berada pada 4 desa yaitu Desa Batukaras,

Desa Cijulang, Desa Parigi dan Desa Babakan

dengan luas 355,14 ha.

3. Hasil analisis kesesuaian lahan kawasan pesisir

Pangandaran dapat dijadikan sebagai masukan

dalam penyusunan rencana tata ruang yang lebih

spesifik.

Daftar Pustaka Bandyophadyay, S., Jaiswal, R. K., Hedge V. S., dan

Jayaraman, V. 2009. Assessment of Land Suitability

Potentials for Agriculture Using a Remote Sensing and

GIS Based Approach. International Journal of Remote

Sensing Vol. 30, Issue 4, March 2009, Hal. 879-895.

CGIA, 2005. Land Suitability Analisys User Guide: For

ArcView 3.x and ArcGIS 9.x. Center for

Geographic and Information Analisys. Division of

Coastal Management, North Carolina.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2002. Pedoman Umum

Penataan Ruang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Erwindy, J. 2000. Analisis Kesesuaian Lahan Sebagai

Masukan Pengembangan Wilayah Kecamatan Lembang.

Program Pasca Sarjana ITB, Bandung.

Fauzy, Y., Boko S., dan Zulfia, M. M. 2009. Analisis

Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Bengkulu

Melalui Perancangan Model Spasial dan Sistem

Informasi Geografis (SIG). Forum Geografi, Vol. 23,

No. 2, Desember 2009, Hal. 101 – 111.

Hossain, M. S., Sayedur, R. C., Nani, G. D., Sharifuzzaman,

S. M. dan Abida S. 2008. Integration of GIS and

multicriteria decision analysis for urban aquaculture

development in Bangladesh. Landscape and Urban

Planning, Vol. 90, No. 3-4, April 2009, Hal. 119-

133.

Jafari, S., dan Narges, Z. Land Suitability Analysis using

Multi Attribute Decision Making Approach.

International Journal of Environmental Science and

Development, Vol.1, No.5, December 2010.

Kalogirou, S. 2001. Expert System and GIS: an Application of

Land Suitability Evaluation. Computers, Environment

and Urban Systems, Volume 26, Issues 2-3, March-May

2002, Hal. 89-112.

Manurung, H. 2002. Perubahan Penggunaan Lahan Kawasan

Pesisir dan Pengaruhnya terhadap Sosial Ekonomi

Masyarakat di Kabupaten Deli Serdang Propinsi

Sumatera Utara. Program Pasca Sarjana USU, Medan.

Kec. Kecamatan Desa

S1

S2

N1