24. PROVINSI KALIMANTAN TENGAH - ujp.ucoz.com · Bintang Lapak Lime ( Bintang Segi Lima), adalah...
-
Upload
duonghuong -
Category
Documents
-
view
229 -
download
0
Transcript of 24. PROVINSI KALIMANTAN TENGAH - ujp.ucoz.com · Bintang Lapak Lime ( Bintang Segi Lima), adalah...
719 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
PETA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
720 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
A. UMUM
1. Dasar Hukum
Provinsi Kalimantan Tengah berdiri dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1958,
tertanggal 2 Juli 1958, dengan ibukota Palangkaraya.
2. Lambang Provinsi
Lambang Daerah Propinsi Kalimantan Tengah berbentuk
segilima, warna dasar
Merah dan di tengah lambang berwarna hijau, dengan moto
ISEN MULANG (Pantang Mundur).
Segi lima, adalah lambang falsafah hidup bangsa Indonesia
adalah Pancasila.
Merah, adalah lambang keberanian, keperkasaan dalam
menghadapi berbagai tantangan yang memecah belah
persatuan dan kesatuan.
Hijau, adalah lambang kesuburan bumi Tanbun Bungai dengan
berbagai kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Talawang (Perisai), adalah lambang alat penangkis serangan musuh yang melambangkan
kewaspadaan dan ketahanan masyarakat terhadap anasir - anasir yang merusak baik
dari luar maupun dari dalam.
Belanga (Guci), adalah lambang barang pusaka yang bernilai tinggi, yang melambangkan
potensi kekayaan alam Kalimantan Tengah.
Tali Tengang (Tali yang terbuat dari kulit kayu), adalah lambang kekokohan dan
kekompakan yang tidak mudah di cerai beraikan.
Kapas dan Parei (Kapas dan Padi), adalah lambang bahan sandang pangan yang
melambangkan kemakmuran bangsa Indonesia pada umumnya dan rakyat Kalimantan
Tengah pada khususnya.
Bintang Lapak Lime ( Bintang Segi Lima), adalah lambang Pancasila sebagai Dasar Negara
Republik Indonesia.
Kambang Kapas (Bunga Kapas) 17 buah, Dawen (daun) 8 lembar dan Bua Parei (Buah
Padi) 45 butir adalah lambang Hari Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Burung Tingang (Burung Enggang), adalah lambang pertanda kemakmuran dan
kedinamisan serta tekat rakyat Kalimantan Tengah untuk ikut serta secara aktif
pemeliharaan dan pelestarian lingkungan.
Mandau dan sipet (Parang dan Sumpit) adalah pasangan senjata yang di buat oleh nenek
moyang Suku Dayak Kalimantan Tengah yang digunakan untuk bekerja, berburu dan
menghadapi serangan musuh.
24 PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
721 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
Garantung (gong) adalah lambang bahwa masyarakat Kalimantan Tengah menjunjung
tinggi kesenian, kebudayaan, berpandangan optimis dalam menghadapi berbagai tugas
dalam suasana gotong royong sebagai lambang persatuan dan kesatuan.
3. Pemerintahan
Secara administrasi Pemerintahan Provinsi Kalimantan Tengah terdiri dari 13
Pemerintahan Kabupaten dan 1 Pemerintahan Kota.
No. Kabupaten/Kota Ibu kota
1 Kabupaten Barito Selatan Buntok
2 Kabupaten Barito Timur Tamiang
3 Kabupaten Barito Utara Muara Teweh
4 Kabupaten Gunung Mas Kuala Kurun
5 Kabupaten Kapuas Kuala Kapuas
6 Kabupaten Katingan Kasongan
7 Kabupaten Kotawaringin Barat Pangkalan Bun
8 Kabupaten Kotawaringin Timur Sampit
9 Kabupaten Lamandau Nanga Bulik
10 Kabupaten Murung Raya Purukcahu
11 Kabupaten Pulang Pisau Pulang Pisau
12 Kabupaten Sukamara Sukamara
13 Kabupaten Seruyan Kuala Pembuang
14 Kota Palangka Raya -
4. Letak Geografis dan Batas Wilayah
Letak geografis Propinsi Kalimantan Timur yaitu 02 ` 27 ` 20 ” LS-04` 24` 55 ” LU dan 113`
49` 00 119 57 BT, dengan luas perairan laut sebesar 9.800.000 Ha pada 02 27 20″ LS 04
24 55 ” LU dan 117 50 00 ” 119 57 00 ” BT dan panjang pantai 1.185 Km yang terbentang
dari selatan di Kabupaten Pasir sampai Utara di Kabupaten Nunukan, dengan batas
wilayah sebagai berikut :
• Utara Kalteng berbatasan langsung dengan sebagian Kalimantan Barat dan
sebagian Kalimantan Timur.
• Timur Kalteng berbatasan dengan sebagian Kalimantan Timur dan Sebagian
Kalimantan Selatan.
• Selatan Propinsi Kalteng berbatasan dengan Laut Jawa.
• Barat Kalteng berbatasan dengan Kalimantan Barat.
5. Komposisi Penganut Agama
Islam = 69,67%
Protestan = 16,41%
Katolik = 3,11%
Hindu = 10,69%
Budha = 0,12%
722 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
6. Bahasa dan Suku Bangsa
Bahasa :
• Bahasa Dayak (ngaju, katingan Rungan, Ma’anyan, Ot’Danum)
• Bahasa Sa,pit
• Bahasa bakumpai
• Bahasa Tamuan
Suku :
• Suku Dayak (Bakumpai, Bawo, Dusun, katingan, Sampit)
7. Budaya
a. Lagu Daerah : Naluyak, Kalayar, Palu Cempang Pupoi
b. Tarian Tradisional : Tari Balean Dadas, Tari Tambun dan Bungi
c. Senjata Tradisional : Mandau
d. Rumah Tradisional : Rumah Betang
e. Alat Musik tradisional : Gerdek, Sampek, kledi
f. Makanan khas daerah : kalo-kalo
8. Bandara dan Pelabuhan Laut
Bandara : Tjilik Riwut
Pelabuhan Laut : Sampit, Kumai
9. Industri dan Pertambangan : Karet, rotan, industri barang kelontong, minyak kelapa,
minyak bumi dan intan.
B. OBYEK WISATA
1. Obyek Wisata Alam
a. Taman Nasional Tanjung Puting
Taman Nasional Tanjung Puting awalnya
adalah Suaka Margasatwa Tanjung Puting
yang ditetapkan oleh Pemerintah Kolonial
Hindia Belanda pada tanggal 13 Juni 1936
dengan luas wilayah 305.000 hektar. Oleh
Pemerintah Hindia Belanda, kawasan ini
dijadikan sebagai tempat perlindungan
orangutan (pongo pygmaeus) dan
bekantan (nasalis larvatus).
Selanjutnya, pada tanggal 12 Mei 1984
Pemerintah Indonesia, melalui Menteri
Kehutanan, menetapkan Tanjung Puting sebagai taman nasional dengan luas
wilayah menjadi 300.040 hektar. Pada tahun 1996, melalui SK Menteri Kehutanan
No. 687/kpts-II/96 tanggal 25 Oktober 1996, luas kawasan Taman Nasional Tanjung
Puting bertambah menjadi 415.040 hektar yang terdiri atas Suaka Margasatwa
Tanjung Puting 300.040 hektar, hutan produksi 90.000 hektar, dan kawasan daerah
perairan sekitar 25.000 hektar.
723 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
Taman Nasional Tanjung Puting merupakan kawasan konservasi yang penting untuk
melindungi satwa langka seperti orangutan, bekantan, owa-owa, kelasi, dan lain-
lain. Kawasan yang oleh UNESCO ditetapkan sebagai paru-paru dunia (cagar biosfer)
ini termasuk tipe ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah, hutan rawa air
tawar, hutan mangrove, dan hutan pantai. Kawasan ini mempunyai topografi datar
sampai sedikit bergelombang dengan ketinggian 0—100 m dpl (di atas permukaan
laut). Secara umum tipe iklimnya termasuk tropika basah dengan curah hujan rata-
rata 2.400 mm per tahun dan memiliki kelembaban yang tinggi.
b. Kota Air Muara Teweh
Sebagai kota air, Muara Teweh
menyuguhkan pemandangan yang unik.
Di kota kecil ini, terdapat rumah apung
yang cukup banyak, berderet di
sepanjang tepian Sungai Barito. Jenis
rumah semacam ini dapat dianggap
sebagai kearifan lokal dalam menghadapi
bahaya banjir. Karena banjir di Muara
Teweh pada umumnya berupa genangan,
bukan air bah, jadi setinggi apapun banjir yang terjadi tidak akan menenggelamkan
rumah-rumah tersebut.
Di sepanjang aliran sungai, pengunjung juga akan menjumpai pemandangan alam
yang menawan. Menyaksikan lebat dan hijaunya hutan Kalimantan serta
mendengarkan nyanyian khas hewan-hewan yang hidup di dalamnya merupakan
pengalaman berharga yang mungkin tidak akan dialami di tempat-tempat lain.
Dengan menggunakan jasa ojek speed boat, pengunjung dapat menikmati
sepuasnya keindahan pemandangan alam di sepanjang aliran Sungai Barito tersebut.
Pengunjung tidak perlu khawatir dengan harga yang ditawarkan, sebab tidak ada
harga resmi untuk alat transportasi ini, sehingga pengunjung dapat menawarnya.
Pada umumnya, besar-kecilnya biaya yang dikeluarkan tergantung pada jarak
tempuh yang dikehendaki oleh pengunjung.
c. Taman Nasional Bukit Raya – Bukit Baka
Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya
merupakan kawasan konservasi yang terletak
di jantung Pulau Kalimantan. Kawasan ini
memiliki peranan penting dalam fungsi
hidrologis yaitu sebagai catchment area
(daerah resapan air) bagi daerah aliran Sungai
Melawi di Kalimantan Barat dan daerah aliran
Sungai Katingan di Kalimantan Tengah.
Kawasan hutan Bukit Baka-Bukit Raya
didominasi oleh berbagai jenis ekosistem hutan hujan tropis khas pegunungan.
Bukit Baka-Bukit Raya merupakan gabungan Cagar Alam Bukit Baka di Kalimantan
Barat dan Cagar Alam Bukit Raya di Kalimantan Tengah. Telah terjadi enam kali
perluasan area hingga akhirnya kawasan ini ditetapkan sebagai taman nasional.
Pertama, tahun 1978, kawasan Bukit Raya ditetapkan sebagai cagar alam dengan
luas 50.000 hektar. Kedua, tahun 1979, cagar alam diperluas menjadi 110.000
hektar. Ketiga, tahun 1981, kawasan Bukit Baka ditetapkan sebagai kawasan cagar
724 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
alam dengan luas 100.000 hektar. Keempat, tahun 1982, luas cagar alam Bukit Baka
bertambah menjadi 116.063 hektar. Kelima, tahun 1987, mengalami pengurangan
luas cagar alam menjadi 70.500 hektar. Keenam, tahun 1992, Cagar Alam Bukit Baka
dan Cagar Alam Bukit Raya disatukan dan statusnya diubah menjadi taman nasional
dengan nama Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya melalui Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor: 281/Kpts-II/1992, tanggal 26 Februari 1992, dengan luas
wilayah 181.090 hektar.
Keistimewaan kawasan wisata Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya terletak pada
kekayaan flora dan faunanya. Secara umum, wilayah taman nasional ini didominasi
oleh vegetasi tingkat pohon yang penyebarannya bervariasi, dari kaki hingga ke
puncak bukit. Vegetasi pada dataran rendah (kaki bukit) hingga ketinggian 400 m
menunjukkan kekhasan hutan hujan dataran rendah yang menjadi rumah bagi
sekitar 30 % spesies dipterocarpaceae.
Disebabkan oleh adanya perubahan ketinggian tempat, maka tipe vegetasi dominan
kemudian berubah secara bertahap, sehingga di wilayah ini ditemui tipe-tipe
vegetasi hutan dataran rendah, hutan dataran tinggi, hutan pegunungan, vegetasi
sungai, dan vegetasi lumut (di puncak-puncak bukit).
Keistimewaan kawasan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya yang lainnya adalah
terdapat beraneka ragam jenis satwa di dalamnya, di antaranya berbagai jenis
burung seperti Burung Ruai (argusianus argus) dan 3 jenis Burung Enggang, salah
satunya adalah burung Enggang Gading (rhinoplax vigil). Jenis-jenis satwa lainnya
yang dapat dijumpai di kawasan ini adalah mamalia, seperti landak (hystrix
branchyura), lutung merah (presbytis rubicunda), dan beruk (macaca nemestrina).
Kekayaan fauna Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya juga bisa dilihat dari hewan
reptil yang hidup di kawasan ini, seperti ular (lamaria schlegeli), kadal
(spenomorphus), kura-kura darat (famili testudinidae), katak daun, katak batu, dan
kodok. Selain itu, di kawasan ini juga hidup jenis-jenis ikan yang termasuk dalam
kategori langka yang mungkin tidak akan dapat dijumpai di kawasan lain, seperti
ikan seluang (osteochilus spilurus), baung (mystus micracanthus), dan adung
(hampala macrolepidota).
Kawasan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya terletak di Kabupaten Sintang,
Propinsi Kalimantan Barat dan Kabupaten Kotawaringin Timur.
d. Danau Tahai
Danau Tahai memiliki keunikan yang
mungkin tidak dimiliki oleh danau-
danau lainnya (terutama di luar Pulau
Kalimantan), yaitu airnya berwarna
merah—yang disebabkan oleh akar-
akar pohon di lahan gambut. Di sekitar
danau, pengunjung juga dapat
menyaksikan pemandangan yang unik,
yaitu banyak terdapat rumah-rumah
terapung—yang oleh penduduk
setempat disebut sebagai rumah lanting.
725 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
Jika merasa bosan dengan pemandangan air saja, pengunjung dapat menyambangi
lokasi Penangkaran Orangutan Nyaru Menteng milik Yayasan BOS (Borneo
Orangutan Survival) yang tidak jauh dari lokasi Danau Tahai ini. Di lokasi
penangkaran ini, pengunjung dapat menyaksikan kelucuan tingkah-laku orangutan
yang berada di kandangnya. Selain melihat orangutan, pengunjung juga dapat
mencoba tracking ke dalam hutan yang masih terjaga kelestariannya di sekitar areal
penangkaran ini. Namun, tempat penangkaran ini tidak buka setiap hari. Hanya pada
hari Minggu dan hari-hari libur lainnya lokasi penangkaran ini dibuka untuk umum.
Keistimewaan kawasan wisata Danau Tahai lainnya adalah disediakannya jembatan-
jembatan kayu yang mengelilingi areal hutan ini, sehingga pengunjung tidak perlu
khawatir akan terendam air gambut. Di dalam hutan, pengunjung dapat menikmati
sejuk dan segarnya udara hutan sambil mendengarkan merdunya kicauan burung-
burung. Jika sedang beruntung, pengunjung juga dapat bertemu dengan uwak-uwak,
salah satu jenis kera langka yang dilindungi oleh pemerintah dan hanya terdapat di
kawasan ini.
Danau Tahai terletak di Jalan Palangkaraya—Sampit km 28, atau tepatnya di Desa
Tahai, Kelurahan Tumbang Tahai, Kecamatan Bukit Batu, Kotamadya Palangkaraya.
e. Pantai Ujung Pandaran di Kotawaringin Timur
Pantai Ujung Pandaran merupakan representasi dari keindahan pemandangan alam
yang sungguh memesona. Di pantai ini, pengunjung dapat menjumpai hamparan
pasir putih yang begitu luas, barisan pohon nyiur yang jika dilihat dari kejauhan
seolah-olah memagari pantai ini, deburan ombak yang cukup besar, dan kekayaan
biota laut khas pantai ini. Khusus untuk biota laut, di Pantai Ujung Pandaran banyak
terdapat ubur-ubur, ikan pari, berbagai jenis ikan kecil yang hidup di terumbu
karang, dan lain-lain.
Selain menikmati keindahan pemandangan
alamnya, di Pantai Ujung Pandaran ini
pengunjung juga dapat menyaksikan ritual
adat Simah Laut yang dipraktekkan oleh
masyarakat nelayan setempat secara turun
temurun. Simah Laut adalah ritual tolak bala
yang dilakukan oleh para nelayan Ujung
Pandaran sebelum memulai pelayaran ke laut
untuk mencari ikan. Ritual tahunan ini
dilakukan setiap tanggal 10 bulan Syawal, atau sepuluh hari setelah Hari Raya
Idulfitri. Sebelum acara ini dilaksanakan, biasanya masyarakat setempat bergotong-
royong membersihkan pantai terlebih dahulu. Setelah pantai dirasa cukup bersih,
ritual Simah Laut baru diselenggarakan dengan cara melarungkan berbagai macam
sesaji ke tengah laut. Oleh masyarakat setempat, ritual ini dipercaya dapat
mendatangkan keselamatan dan memberikan limpahan rezeki selama melaut.
Pantai Ujung Pandaran terletak di Desa Ujung Pandaran, Kecamatan Teluk Sampit,
Kabupaten Kotawaringin Timur.
726 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
f. Arboretum Nyaru Menteng
Arboretum Nyaru Menteng merupakan
hutan konservasi yang terdapat di
Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Secara harfiah, arboretum adalah
tempat pelestarian dan penelitian untuk
tumbuh-tumbuhan langka yang terdapat
di hutan. Namun, Arboretum Nyaru
Menteng tidak hanya dijadikan sebagai
tempat konservasi untuk tumbuh-
tumbuhan langka, tetapi juga sebagai
tempat konservasi orangutan. Sampai dengan bulan November 2007, Arboretum
Nyaru Menteng telah merawat lebih dari 200 orangutan. Arboterum ini dibangun
pada tahun 1988 dan merupakan areal bekas kawasan HPH (Hak Pengolahan Hutan)
yang telah dieksploitasi sejak tahun 1974. Nama Nyaru Menteng sendiri berasal dari
bahasa Dayak yang berarti gagah berani.
Selain sebagai kawasan konservasi, Arboretum yang luas wilayahnya mencapai 65,2
hektar ini juga sering digunakan sebagai tempat pembinaan bagi para pelajar,
pramuka, mahasiswa, dan organisasi-organisasi kepemudaan yang memiliki
kecintaan terhadap aktivitas pelestarian alam. Sejak ditetapkan sebagai kawasan
wisata yang dibuka untuk umum, Arboretum Nyaru Menteng selalu ramai dikunjungi
pada hari Minggu dan hari-hari libur lainnya. Pada umumnya, pengunjung ingin
menikmati keindahan alam Arboretum sambil melihat-lihat binatang yang ada di
kawasan ini.
2. Obyek Wisata Sejarah
a. Monumen Palagan Sambi
Sekitar 61 tahun yang lalu, tepatnya
pada tanggal 17 Oktober 1947, di Desa
Sambi, pedalaman Kabupaten
Kotawaringin Barat, tergores sebuah
cacatan sejarah bagi TNI AU yang
pertama kalinya menerjunkan pasukan
payung RI di daerah itu. Penerjunan
pasukan payung pertama RI itu atas
permintaan Gubernur Kalimantan
Selatan waktu itu, yaitu Ir. Pangeran
Muhamad Noor kepada KSAU (Kepala
Staf Angkatan Udara) Komodor Udara D. Suryadarma untuk mendirikan stasiun radio
induk yang dapat menghubungkan Yogyakarta (pusat pemerintahan waktu itu)
dengan Pulau Kalimantan sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan
kemerdekaan.
Untuk memenuhi permohonan tersebut, KSAU membentuk staf khusus dengan
tugas mempersiapkan dan melatih pasukan payung sebanyak 13 orang yang
sebagian besar direkrut dari putra asli Kalimantan bersama dengan pemuda asal
727 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
Sulawesi dan Jawa di bawah komandan Mayor Tjilik Riwut. Dengan hanya dilatih
selama satu minggu, anggota pasukan payung yang belum memiliki ketrampilan
secara memadai itu diterjunkan dari pesawat C 4/Dakota RI-002.
Pada penerjunan tersebut tidak ada satu pun di antara 13 anggota pasukan yang
berhasil dengan mulus mendarat sampai ke tanah. Semuanya mengalami hambatan-
hambatan di atas pohon. Namun, tantangan yang paling tragis justru datang dari
penghianatan bangsa sendiri, karena ada oknum yang telah memberitahu kepada
Belanda tentang operasi penerjunan tersebut. Pasukan khusus yang selama
berbulan-bulan hidup di rimba belantara itu akhirnya diserang oleh pasukan Belanda
dan mengakibatkan tiga orang anggota pasukan gugur di medan laga. Ketiga orang
yang gugur dalam penyergapan pasukan Belanda itu adalah Iskandar, pimpinan
pasukan, dan dua anggota lainnya, Akhmad Kosasih dan Hary Hadi Sumantri.
Untuk mengenang jasa-jasa pahlawan yang gugur pada penerjunan pasukan payung
pertama itu, pada tahun 2000 diresmikan Monumen Palagan Sambi oleh Kepala Staf
TNI-AU Marsekal TNI Hanafie Asnan di Desa Sambi, Kotawaringin Barat, Kalimantan
Tengah. Pemberian nama Palagan Sambi didasarkan pada lokasi di mana peristiwa
penerjunan itu terjadi, yaitu di Desa Sambi.
b. Masjid Kiai Gede
Ajaran Islam masuk wilayah Nusantara dengan
meninggalkan jejak-jejaknya yang jelas. Salah
satunya adalah Masjid Kiai Gede di Kotawaringin
Barat, Propinsi Kalimantan Tengah. Masjid yang
berukuran 16 x 16 meter atau 256 meter persegi ini
dibangun pada tahun 1632 Miladiyah atau tahun
1052 Hijriyah, tepatnya pada masa pemerintahan
Sultan Mustainubillah (1650-1678 M), raja keempat
dari Kesultanan Banjarmasin.
Nama Kiai Gede untuk masjid ini diambil dari nama seorang ulama yang telah
berjasa besar dalam menyebarkan ajaran Islam di Pulau Kalimantan, khususnya di
wilayah Kotawaringin. Ulama tersebut adalah Kiai Gede, seorang ulama asal Jawa
yang diutus oleh Kesultanan Demak untuk menyebarkan ajaran Islam di Pulau
Kalimantan. Kedatangan Kiai Gede tersebut ternyata disambut baik oleh Sultan
Mustainubillah. Oleh sang Sultan, Kiai Gede kemudian ditugaskan menyebarkan
Islam di wilayah Kotawaringin, sekaligus membawa misi untuk merintis kesultanan
baru di wilayah ini.
Berkat jasa-jasanya yang besar dalam menyebarkan Islam dan membangun wilayah
Kotawaringin, Sultan Mustainubillah kemudian menganugerahi jabatan kepada Kiai
Gede sebagai Adipati di Kotawaringin dengan pangkat Patih Hamengkubumi dan
bergelar Adipati Gede Ing Kotawaringin. Namun, hadiah yang paling berharga dari
sang Sultan bagi Kiai Gede adalah dibangunnya sebuah masjid yang kelak bukan
sekedar sebagai tempat beribadah, melainkan juga sebagai pusat kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan bagi Kiai Gede dan para pengikutnya.
Bersama para pengikutnya, yang waktu itu hanya berjumlah 40 orang, Kiai Gede
kemudian membangun Kotawaringin dari hutan belantara menjadi sebuah kawasan
permukiman yang cukup maju. Kalaupun wilayah Kotawaringin sekarang ini menjadi
728 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
salah satu kota yang terbilang maju di Kalimantan, hal itu tidak dapat dipisahkan dari
jasa besar Kiai Gede dan para pengikutnya.
Saat ini, Masjid Kiai Gede yang sudah berumur ratusan tahun tersebut masih berdiri
kokoh dan terawat dengan baik. Hal ini disebabkan oleh keseriusan masyarakat
Kotawaringin Barat dalam merawat dan memfungsikan masjid yang dianggap
menjadi tonggak sejarah perkembangan Islam di wilayah ini. Bagi masyarakat
Kotawaringin Barat, Masjid Kiai Gede tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah
saja, tetapi juga sebagai pusat kegiatan-kegiatan sosial-kemasyarakatan,
sebagaimana Kiai Gede dan para pengikutnya memfungsikan masjid ini di masa lalu.
3. Wisata Budaya
a. Festival Tira Tangka Balang
“Tira Tangka Balang” merupakan
sebuah istilah adat yang menjadi ikon
Kabupaten Murung Raya, Kalimantan
Tengah, Indonesia. Bahkan, “Tira Tangka
Balang” dijadikan slogan utama
kabupaten yang dimekarkan dari
Kabupaten Barito Utara pada 2002
tersebut. Istilah Tira Tangka Balang
dalam bahasa Dayak merupakan
rangkaian kata dari bahasa Kandan
Siang Murung Ot Danum. Dalam tradisi
suku Dayak, makna harfiah dari istilah Murung Ot Danum sebenarnya kira-kira
seperti ini: “Kalau sudah membuat tangga untuk menebang sebatang pohon yang
sangat besar, maka pohon tersebut harus tuntas sampai tumbang”. Arti harfiah
tersebut kemudian dimengerti secara luas dengan pemaknaan bahwa “Kalau bekerja
jangan dengan setengah hati, harus sampai tuntas”. Jargon inilah yang kemudian
dijadikan pegangan dan penyemangat bagi segenap warga Kabupaten Murung Raya.
Selain menjadi slogan kebanggaan warga Kabupaten Murung Raya, istilah “Tira
Tangka Balang” pada akhirnya diabadikan dalam rupa bangunan atau monumen
tugu yang diletakkan di jantung pemerintahan Kabupaten Murung Raya. Tugu
tersebut menjadi kebanggaan masyarakat di kabupaten yang memiliki luas wilayah
38.617 km² ini. Boleh jadi karena Tira Tangka Balang dijadikan sebagai simbol
penggugah semangat masyarakat Kabupaten Murung Raya, maka semboyan ini
kemudian digunakan juga untuk menamai sebuah perhelatan budaya, yang tidak lain
adalah festival seni dan budaya tahunan khas Kalimantan Tengah yang dinamakan
Festival Tira Tangka Balang.
729 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
Tugu Tira Tangka Balang
Sumber Foto: http://rozimura.blogspot.com
Festival Tira Tangka Balang menyajikan berbagai jenis kegiatan seni dan budaya khas
Kalimantan Tengah untuk dipertandingkan, antara lain perlombaan olahraga
tradisional, tarian tradisional, musik tradisional, karungut (seni berkisah, semacam
pantun dalam tradisi Melayu atau kidung dalam tradisi Jawa), pakasak lamang
(memasak nasi dengan memakai bambu), menempek kenta (membuat makanan
berbahan dasar ketan khas Dayak), dan lain-lainnya. Tarian khas Kalimantan Tengah
yang diperlombakan dalam event seni dan budaya ini di antaranya adalah tari
pedalaman dan tari pesisir. Selain itu, dalam Festival Tira Tangka Balang ini juga
diperlombakan kontes pemilihan putra dan putri pariwisata sebagai calon duta
wisata Kabupaten Murung Raya.
Perlombaan olahraga tradisional tampaknya menjadi cabang seni/budaya yang
paling digemari oleh kalangan penikmat Festival Tira Tangka Balang sehingga citra
agenda tahunan ini menjadi lebih lekat sebagai perhelatan lomba olahraga
tradisional. Beberapa cabang krida tradisional khas Borneo yang menjadi sajian khas
Festival Tira Tangka Balang antara lain: menyumpit, jukung (perahu tradisional),
besei kambe (tarik tambang di atas sungai dengan menggunakan perahu), balogo
(permainan tradisional khas suku Banjar dengan menggunakan tempurung kelapa),
mangaruhi (tradisi menangkap ikan rawa), sepak sawut (sepak bola api), maneweng
(seni menebang pohon), manetek (keahlian memotong kayu), menyila (kemahiran
membelah kayu), bagasing (permainan gasing), dan lain-lainnya. Beberapa dari
cabang lomba yang dipertandingkan pada Festival Tira Tangka Balang dibagi dalam
kategori putra dan putri.
Festival budaya Kalimantan Tengah Tira Tangka Balang ini sudah menjadi agenda
rutin tahunan yang diikuti oleh hampir semua kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Murung Raya. Kesepuluh kecamatan di kabupaten yang beribu kota di
Puruk Cahu ini antara lain Murung, Tanah Siang, Laung Tuhup, Permata Intan,
Sumber Barito, Sungai Babuat, Tanah Siang Selatan, Barito Tuhup Raya, Seribu Riam,
dan Uut Murung (www.wikipedia.org).
Festival Tira Tangka Balang diikuti ratusan peserta dan kontingen dari seluruh
kecamatan di Kabupaten untuk memperebutkan Piala Bergilir Bupati Murung Raya.
Festival ini juga dimanfaatkan sebagai persiapan sekaligus pencarian bibit baru bagi
730 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
kontingen Kabupaten Murung Raya untuk ikut serta dalam event seni dan budaya
tingkat provinsi, Festival Isen Mulang, yang pada tahun 2009 ini diselenggarakan di
Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Kabupaten Murung Raya sendiri merupakan juara
bertahan dengan meraih predikat sebagai juara umum pada Festival Isen Mulang
tahun 2008 lalu.
Festival seni dan budaya ini telah menjadi agenda tetap Pemerintah Kabupaten
Murung Raya dan menjadi andalan untuk melestarikan serta menggairahkan tradisi
berkesenian dan kebudayaan yang dimiliki masyarakat Kalimantan Tengah,
khususnya di Kabupaten Murung Raya. Diharapkan, festival ini dapat menggali
potensi dan kreativitas seniman dan budayawan yang ada di Kabupaten Murung
Raya untuk menuangkannya dalam gerak dan seni yang memiliki nilai estetika tinggi
serta mencerminkan nilai kepribadian serta budaya masyarakat Kabupaten Murung
Raya (www.kaltengpos.com). Festival Tira Tangka Balang menjadi wadah untuk
memfasilitasi nilai seni budaya lokal yang bermunculan sehingga memperkaya
khasanah seni dan budaya Kabupaten Murung Raya, sekaligus sebagai upaya untuk
membentengi arus masuknya budaya luar yang dapat mengikis kekayaan budaya
daerah yang dimiliki Kabupaten Murung Raya.
Selain sebagai upaya untuk mempertahankan tradisi lokal, perhelatan Festival Tira
Tangka Balang juga mulai diarahkan sebagai komoditas dan ajang promosi sektor
kepariwisataan Kabupaten Murung Raya di dalam maupun luar daerah. Dengan
digelarnya perhelatan seni dan budaya ini secara rutin, diharapkan mampu
meningkatkan kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara sehingga
dapat mengangkat kemakmuran masyarakat dan diharapkan dapat meningkatkan
pemasukan daerah Kabupaten Murung Raya di masa yang akan datang. Bupati
Murung Raya, Willy M. Yoseph, sendiri mengatakan bahwa Festival Tira Tangka
Balang merupakan upaya pemerintah daerah untuk melestarikan seni dan budaya
Kabupaten Murung Raya sebagai aset yang tidak ternilai harganya. Bupati
mengharapkan, Festival Tira Tangka Balang akan mampu menjadi primadona untuk
menarik wisatawan berkunjung ke Kabupaten Murung Raya sehingga dapat
memberikan kontribusi yang maksimal dari sektor pariwisata
(www.kaltengpos.com).
731 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
4. Wisata Minat Khusus
a. Rumah Betang Ojung Batu
Di Kecamatan Delang, Kabupaten
Lamandau, Propinsi Kalimantan Tengah,
masih banyak terlihat rumah-rumah
penduduk yang berbentuk rumah betang.
Rumah betang adalah rumah tradisional
Suku Dayak di Kalimantan, berbentuk
rumah panggung yang memanjang ke
belakang dengan kayu ulin sebagai bahan
utama bangunannya. Rumah-rumah
betang yang ada di Kecamatan Delang
rata-rata berumur ratusan tahun dan masih terpelihara dengan baik hingga saat ini.
Hal itu menandakan bahwa penduduk di Kecamatan Delang sampai saat ini masih
melestarikan adat-istiadat dan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.
Salah satu rumah betang di Kecamatan Delang yang masih terawat dengan baik dan
sering dikunjungi oleh banyak wisatawan adalah Rumah Betang Ojung Batu. Yang
membedakan Rumah Betang Ojung Batu dengan rumah-rumah betang lainnya
adalah di dalamnya terdapat banyak tajau. Konon, rumah betang ini dulunya dikenal
sebagai tempat kediaman seorang tokoh masyarakat Dayak yang sangat kaya yang
memiliki ribuan tajau, sebuah benda mirip tempayan yang oleh masyarakat
setempat dijadikan sebagai simbol kekayaan dan kehormatan seseorang.
Tajau juga dianggap sebagai benda yang memiliki kekuatan gaib dan dapat
membawa rejeki bagi orang yang memilikinya. Konon, orang yang membuat tajau
bukanlah orang sembarangan, karena dia harus menguasai upacara khusus sebelum
membuatnya. Namun sayang, jumlah tajau yang ada di rumah betang ini sekarang
sudah jauh berkurang, menjadi ratusan saja. Saat ini, rumah betang yang sudah
berumur hampir 1.000 tahun dimiliki oleh Omas Petinggi Kaya, salah satu tetua adat
di Kecamatan Delang. Oleh Pemerintah Kabupaten Lamandau, Rumah Betang Ojung
Batu ditetapkan sebagai bangunan bersejarah yang dilindungi.
b. Rumah Betang Tumbang Gagu
Jika orang Jawa memiliki rumah joglo,
orang Padang memiliki rumah gadang,
maka orang Dayak memiliki rumah
betang. Bagi orang Dayak di Kalimantan,
rumah betang lazim disebut lamin atau
panjal, sedangkan orang luar
menyebutnya sebagai rumah panjang
atau long house. Sebutan ini merujuk
pada arsitektur rumah yang bentuknya
memanjang ke belakang. Panjang rumah
semakin tergantung seberapa jumlah keluarga yang menghuninya. Semakin banyak
jumlah keluarga yang menghuninya, maka semakin panjang rumah betang tersebut.
Rumah betang adalah sejenis rumah yang mengadaptasi bentuk rumah panggung.
Jarak rumah dari tanah dapat mencapai lima meter. Pemilihan bentuk rumah seperti
732 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
ini berhubungan erat dengan kondisi alam Kalimantan yang pada umumnya dekat
dengan sungai besar. Sehingga, ketika sungai meluap, air tidak akan masuk ke dalam
rumah.
Salah satu rumah betang yang terkenal di Kalimantan adalah Rumah Betang
Tumbang Gagu. Rumah betang yang berada di Kabupaten Katingan, Kalimantan
Tengah ini termasuk salah satu rumah betang tua yang masih terjaga keasliannya.
Rumah yang dibangun pada tahun 1870 M dan memakan waktu sekitar tujuh tahun
ini berdiri megah di atas tanah seluas 110 x 130 m, dengan luas rumahnya sendiri
sekitar 47 x 15,5 m. Rumah Betang ini termasuk yang tertinggi di Kalimantan, karena
jarak rumah dengan tanah mencapai lima meter.
Dulu, pembuatan Rumah Betang Tumbang Gagu dipelopori oleh Singa Jaya Antang,
kepala suku di Desa Tumbang Gagu, atau kakek buyut dari Labuan Undong Antang
yang sekarang ini menjadi kepala keluarga di rumah ini. Rumah Betang Tumbang
Gagu dibangun dengan bahan baku utama dari kayu besi atau kayu ulin—kayu khas
Kalimantan yang terkenal keras dan tahan lama. Sedangkan tangganya dibuat dari
batang pohon yang bentuknya berundak-undak untuk menghindari serangan
binatang buas. Selain itu, tangga sengaja dibuat tidak permanen, agar dapat
dipindahkan dan diangkat ke dalam rumah kapan saja.