236 lporan 1

18
2. Bagaiamana mekanisme pengaturab gerakan otorik kasar dan motorik halus serta sensorik ? (letaknya dan jalurnya) A. Sel saraf motorik (saraf eferen) Sel saraf motorik (eferen) merupakan saraf berfungsi untuk menghantarkan atau membawa impus saraf dari otak dan sumsum tulang belakang ke otak atau saraf tepi atau saraf perifer. Sel saraf motorik disebut juga sel saraf penggerak (Sherwood, 2010). Sistem motorik dimulai dari sel-sel area motorik, serabut kortikospinal, melintas ke bawah dalam bentuk seperti kipas, kemudian melewati kapsul interna, yang melintas diantara thalamus dan ganglia basalis. Semua serabut motorik mempersarafi satu titik tubuh, sehingga jika terjadi cereda akan menyebabkan paralisis pada sisi yang terkena (hemiplegic). Serabut saraf kemudian melewati pons ke medulla oblongata dan membentuk proyeksi yang panjang dan sempit, yang disebut pyramid. Sehingga serabut saraf muncul pada hemisfer serebral kiri dan selanjutnya akan mempersarafi tubuh bagian kanan. Serabut saraf jalan ke medulla spinalis sebagai traktus kortikospinalis lateral. Serabut saraf, yang tak menyebrang ke sisi yang berlawanan, berjalan meninggalkan medulla spinalis pada traktus

Transcript of 236 lporan 1

Page 1: 236 lporan 1

2. Bagaiamana mekanisme pengaturab gerakan otorik kasar dan motorik halus

serta sensorik ? (letaknya dan jalurnya)

A. Sel saraf motorik (saraf eferen)

Sel saraf motorik (eferen) merupakan saraf berfungsi untuk

menghantarkan atau membawa impus saraf dari otak dan sumsum tulang

belakang ke otak atau saraf tepi atau saraf perifer. Sel saraf motorik disebut

juga sel saraf penggerak (Sherwood, 2010).

Sistem motorik dimulai dari sel-sel area motorik, serabut kortikospinal,

melintas ke bawah dalam bentuk seperti kipas, kemudian melewati kapsul

interna, yang melintas diantara thalamus dan ganglia basalis. Semua serabut

motorik mempersarafi satu titik tubuh, sehingga jika terjadi cereda akan

menyebabkan paralisis pada sisi yang terkena (hemiplegic). Serabut saraf

kemudian melewati pons ke medulla oblongata dan membentuk proyeksi yang

panjang dan sempit, yang disebut pyramid. Sehingga serabut saraf muncul pada

hemisfer serebral kiri dan selanjutnya akan mempersarafi tubuh bagian kanan.

Serabut saraf jalan ke medulla spinalis sebagai traktus kortikospinalis lateral.

Serabut saraf, yang tak menyebrang ke sisi yang berlawanan, berjalan

meninggalkan medulla spinalis pada traktus kortikospinal anterior dan

menyebrang kea rah yang berlawanan di medulla spinalis(Sherwood, 2010).

Serabut saraf melewati kornu anterius medulla spinalis, tempat terjadinya

sinaps. Kemudian dari depan medulla spinalis, serabut saraf muncul sebagai

akar anterior dan dan bergabung dengan akar posterior untuk membentuk saraf

spinal campuran. Saraf perifer berakhir pada percabangan diberbagai area,

termasuk di otot (Sherwood, 2010).

Serabut motorik dibagi menjadi cabang-cabang dan tiap cabang berakhir

pada lempeng ujung motorik (motor end plate). Yang menempel pada serabut

otot. Area motorik menerima impuls dari berbagai bagian otak, termasuk area

sensorik. Dari korteks , impuls dikirim ke medulla spinalis, inti otorik pada

batang otak, basal ganglia, serebelum, dan pons,. Melalui berbagai traktus

saraf, stimulus masuk melewati saraf perifer ke otot skeletal, yang tetap dalam

keadaan tegang, yang disebut tonus otot (Sherwood, 2010).

Page 2: 236 lporan 1

Gerakan motorik terdiri dari dua jenis gerakan yaitu gerakan motorik

kasar dan gerakan motorik halus. Gerakan motorik kasar terbentuk saat anak

mulai memiliki koordinasi dan keseimbangan hampir seperti orang dewasa.

Gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi

sebagian besar bagian tubuh anak. Oleh karena itu, biasanya memerlukan

tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar. Pengembangan

gerakan motorik kasar juga memerlukan koordinasi kelompok otot-otot anak

yang tertentu yang dapat membuat mereka dapat meloncat, memanjat, berlari,

menaiki sepeda roda tiga, serta berdiri dengan dengan satu kaki. Bahkan, ada

juga anak yang dapat melakukan hal-hal yang lebih sulit, seperti jungkir balik

dan bermain sepatu roda. Gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot

tangan, kaki, dan seluruh tubuh anak. Gerakan ini mengandalkan kematangan

dalam koordinasi. Berbagai gerakan motorik kasar yang dicapai anak tentu

sangat berguna bagi kehidupannya kelak. sudah lebih besar ia akan senang

berolahraga (Bambang Sujiono, 2005 :10) (Maryatun, 2010).

Page 3: 236 lporan 1

Traktu kortikospinalis dan kortikobulbar

Gyrus presentralis (korteks motorik)

Traktus KortikobulbarisTrkatus kortikospinalis

Substansia grisea kornu anterior

segmen vertebral

Traktus kortikospinal lateralis

Medulla Spinalis

OTOT

Pons

Komisura ventralis

Otak tengah

Traktus kortikospinal ventralis

Otak tengah

Pons

Nukeli nervus cranial

(N. V, N. VII, N. IX, N. X, N. XI, N. XII)

dekusasio piramidum

UMN

LMN

Traktus Piramidalis

(motorik halus)

Traktus Ekstrapiramidalis (motorik kasar)

Page 4: 236 lporan 1

Gerakan motorik terdiri dari dua traktus yaitu traktus piramidalis yang

pusatnya pada gyrus presentralis (area 4) atau korteks motorik. Di mana traktus

piramidalis mengatur mekanisme mengenai sistem motorik halus. Motorik

halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian bagian tubuh tertentu saja

dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti ketrampilan menggunakan jari

jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Traktus piramidalis

merupakan kumpulan serabut saraf yang mengatur volunter otot rangka

(kontralateral). Serabut sistem piramidalis ini dimulai dari sel-sel Betz daerah

korteks girus presentralis/area Broadman 4, sel fusiform korteks Broadman 4,

dan area Broadman 6. Serabut ini berjalan menurun secara konvergen melewati

kororna radiate dan berkumpul di kapsula interna yang terletak di daerah

talamus dengan dengan ganglia basalis (nukleus kaudatus, putamen dan globus

palidus). Impuls dari korteks motorik ini disalurakan melalui dua jalur yang

terdiri dari serabut-serabut traktus kortikobulbar dan sarbut kortikospinal.

Traktus kortikobulbar berpengaruh terhadap LMN saraf-saraf cranial otak.

Traktus kortikospinal berpengaruh terhadap LMN saraf spinal (Satyanegara,

2010).

Serabut kortikobulbar berjalan dari kapsula interna menuju otak tengah

(mesensefalon). Pada area traktus kortikobulbar mengalami persilangn. Ada

beberapa serabut yang menyilang dan sisanya berjalan ipsilateral. Nukleus

yang terlibat merupakan saraf-saraf otak yang mengatur inervasi volunter otot

wajah dan mulut yaitu saraf (N. V, N. VII, N. IX, N. X, N. XI, N. XII). Ada

sebagian kumpulan serabut yang kadang-kadang juga ikut dikelompokan

kedalam traktus ini, yaitu traktus kortikomesensefalik yang berasal dari area

Broadman 8 menuju nukleus motorik N. III, N. IV dan N. VI (Satyanegara,

2010).

Serabut kortikospinal berjalan dari kapsula interna menuju mesensefalon

lalau turun menuju pons dan kemudian muncul melewati piramis yang terletak

di medulla oblongata. pada bagian bawa medulla oblongata serabut traktus ini

akan menyilang garis tengah (dekusasio piramidum) dan melanjutkan diri

menjadi trkatus kortikospinalis lateralis, sedangkan sisanya akan terus turun

(tidak menyilang) sebagai traktus kortikospinal ventralis. Traktus kortikospinal

Page 5: 236 lporan 1

lateralis nantinya akan terus menurun untuk masuk kedalam substansia grisea

kornu anteriordengan segmen vertebral yang bersangkutan dan berakhir di sel-

sel kornu anterior dan selanjutnya akan mempersarafi otot-otot rangka melalui

medulla spinalis. Traktus kortikospinalis ventralis akan terus menurun dan baru

menyilang melalui komisura ventralis di masing-masing segmen yang

bersangkutan untuk berakhir di kornu anterior untuk kemudian mempersarafi

otot-otot rangka (Satyanegara, 2010).

Sistem ekstrapiramidalis tersusun dari semua jaras motorik yang tidak

melalui piramis medulla oblongata dan berkepentingan untuk mengatur sirkuit

umpan balik motorik pada medulla spinalis, batang otak, serebelum dan

korteks serebri. Selain itu, sistem ini juga mencakup serabut-serabut yang

menghubungkan korteks serebri dengan massa kelabu (seperti striatum,

nukleus ruber, dan substansia nigra), dengan formasio retikularis dan dengan

nukleus tegmental batang otak lainnya (Satyanegara, 2010).

Impuls extrapiramidalis yang dicetuskan di korteks motorik tambahan

(area 4), misalnya, akan menghasilkan impuls yang tiba kembali di situ atau

korteks piramidalis. Impuls tersebut merupakan impuls hasil pengolahan

berbagai komponen ganglia basalis dan serebelum. Tibanya impuls itu di

korteks piramidalis dan extrapiramidalis mengakibatkan dicetuskannya impuls

piramidalis untuk membangkitkan suatu gerakan voluntar dan timbulnya

impuls extrapiramidalis yang akan membangkitkan gerakan sekutu, yang

memperlengkapi gerakan voluntar (Satyanegara, 2010).

Secara disederhanakan dan bersifat hipotetik telah ditemukan 3 macam

lintasan melingkar atau sirkuit yang telah disebut di atas.

Lintasan sirkuit pertama. Lintasan yang disusun oleh jaras-jaras penghubung

berbagai inti melewati korteks piramidalis (area 4), area 6, oliva inferior, inti-

inti pes pontis, korteks serebeli, nukleus dentatus, nukleus rubber, nukleus

ventrolateralis talami, korteks piramidalis dan extrapiramidalis.

Dengan perantaraan lintasan sirkuit ini impuls extrapiramidalis dikirim ke

serebelum untuk di integrasikan dengan impuls proprioseptif yang tiba di

serebelum melalui tractus spinoserebelaris. Dengan terintegrasinya impuls

extrapiramidalis itu, maka korteks serebeli dapat memberikan pengarahan

Page 6: 236 lporan 1

kepada korteks piramidalis dan extrapiramidalis dalam aktivitas berikutnya.

Pengarahan tersebut terlaksana dengan dikiirimnya impuls oleh korteks

serebelum kepada korteks piramidalis dan extrapiramidalis. Secara fungsional

dapat dikatakan bahwa serebelum mengadakan feedback terhadap aktivitas

korteks piramidalis dan extrapiramidalis, yang bertujuan untuk mengendalikan

garakan-gerakan selama satu gerakan voluntar masih berlangsung.

Jadi bila ada sebuah impuls dicetuskan di korteks motorik primer yang

ditujukan kepada suatau kelompok otot skeletal, maka pada saat itu juga

korteks serebri memberitahu tentang hal itu kepada serebelum. Dengan

diterimanya informasi ini, maka serebelum dapat melakukan prakontrol

terhadap gerakan yang akan terjadi. Begitu gerakan otot skeletal dinyatakan

maka segera impuls-impuls proprioseptif dihantarkan ke serebeli melalui jaras

spinoserebelar. Melalui serabut-serabut dentato-rubro-talamic (brachium

konjunctivum) maka impuls yang dicetuskan oleh korteks serebeli disampaikan

kepada nukleus ventro lateralis talami. Atas kedatangan impuls itu, nukleus

ventrolateralis talami memancarkan impuls ke korteks piramidalis dan

extrapiramidalis. Impuls tersebut membawa info untuk diadakannya gerakan-

gerakan sekutu yang sesuai dengan gerakan yang kemudian akan terjadi.

Apabila mekanisme feedback tersebut terganggu oleh lesi di salah satu

komponen lintasan sirkuitnya, maka kejanggalan gerakan voluntar akan terjadi.

Gangguan gerakan itu dikenal sebagai ataksia, dismetria dan tremor sewaktu

gerakan volunter berlangsung (Satyanegara, 2010).

Lintasan sirkuit kedua. Menghubungkan korteks area 4 dan area 6 dengan

korteks motorik piramidalis dan extrapiramidalis melalui substantia nigra,

globus palidus dan nukleus ventrolateralis talami.

Pengolahan impuls extrapiramidalis dan piramidalis itu oleh berbagai

kompponen susunan extrapiramidalis bertujuan untuk mengadakan inhibisi

terhadap korteks piramidalis dan extrapiramidalis agar gerakan volunter yang

bangkit memiliki ketangkasan yang sesuai.jika pengaruh korteks

extrapiramidalis tidak dapat diteruskan ke globus palidus karena subtantia

nigra rusak, maka globus palidus kehilangan kelola dari subtantia nigra,

sehingga globus palidus mengeluarkan impuls yang abnormal. Impuls globus

Page 7: 236 lporan 1

palidus ini tidak melakukan inhibisi terhadap korteks piramidalis dan

extrapiramidalis. Gerakan yang terjadi akibat kerusakan di substantia nigra itu

berupa tremor sewaktu istirahat dan gejala-gejala motorik lain yang ditemukan

pada Sindroma Parkinson (Satyanegara, 2010).

Lintasan sirkuit ketiga. Merupakan lintasan bagi impuls yang dicetuskan

di area 8 dan area 4 untuk diolah secara berturut-turut oleh nukleus kaudatus,

globus palidus dan nukleus ventro lateral talami. Hasil pengolahan itu ialah

dicetuskannya impuls oleh nukleus ventro lateral talami yang dipancarkannya

kepada korteks piramidalis dan extrapiramidalis (area 6). Impuls itu terakhir

melakukan tugas inhibisi. Bila area 4 dan area 6 tidak dikelola oleh impuls

tersebut di atas, maka bangkitlah gerakan spontan yang tidak dapat

dikendalikan, yang dikenal dengan khorea dan atetosis. Keadaan demikian

dijumpai jika terdapat lesi di nukleus kaudatus dan globus palidus.

Sebagian dari impuls inhibisi tadi disampaikan oleh globus palidus kepada

nukleus Luysi. Jaras yang menghubungkan inti ini dengan area 4 dan area 6

belum diketahui, tetapi kerusakan di nukleus Luysi itu menimbulkan gerakan

involuntar yang dikenal sebagai balismus. Ada juga lintasan yang tidak

melingkar, tapi membujur menuju ke formatio retikularis batang otak. Di

dalam batang otak itu terdapat serangkaian neuron-neuron yang menyususn

jaras retikulo spinal multisinaptik. Impuls-impuls yang di salurkan melalui

lintasan retikulo spinal multisinaptik itu akan disampaikan keppada pusat

inhibisi di bagian ventral tegmentum medula oblongata. Impuls dari pusat

inhibisi dikirim ke interneuron di sekitar motoneuron di kornu anterior medula

spinalis, agar efek inhibisi itu dapat di sampaikan melalui interneuron tersebut

ke motoneuron yang bersangkutan (Satyanegara, 2010).

Selain korteks extrapiramidalis, juga korteks serebeli dengan intinya

mempunyai hubungan dengan pusat inhibisi tersebut.

Di samping pusat inhibisi, tegmentum batang otak mengandung juga sel-sel

subtantia retikularis yang dalam kegiatannya mengadakan eksitasi. Sel-sel

tersebut di atas tersebar di bagian dorsal tegmentum batang otak sampai

pertengahan tingkatan medula oblongata yang dalam keseluruhannya dikenal

sebagai pusat eksitasi. Komponen sususnan extrapiramidalis mempunyai yang

Page 8: 236 lporan 1

hubungan dengan pusat eksitasi itu ialah nukleus kaudatus dan nukleus

vestibularis. Melalui jaras retikulospinal multisinaptik impuls eksitasi dari

pusat tersebut disampaikan kepada interneuron yang akan mengadakan eksitasi

terhadap motoneuron tertentu. Melalui cabang-cabang jaras asendens impuls

sensorik dapat merangsang juga pusat eksitasi sehingga impuls visual,

auditorik, protopatik dan sebagainya dapat mempengaruhi gerakan involunter.

Melalui mekanisme inhibisi dan eksitassi tersebut, gerakan vplunter dapat

menjadi kaku atau lemas dalam batas-batas fisiologik. Dengan kata lain,

susunan extrapiramidalis melakukan tugas pembagian tonus motorik melalui

pusat inhibisi dan eksitasi (Satyanegara, 2010).

B. Sistem sensorik

Bertugas menginterpretasi impuls yang secara konstans menstimulasinya,

banyak impuls tidak mencapai tingkat kesadaran, karena system saraf secara

otomatis menyesuaikan diri dengan tekanan darah., nadi dan derajat tonus otot.

(Sherwood, 2010).

Sistem sensori pada indera khusus (Mata). Impuls sinar dibawa dari

retina mata melalui saraf optic (saraf cranial ke dua) ke kiasma optic. Disini

serabut medial setiap saraf optic menyebrangi sisi yang berlawanan. Hal ini,

bagian yang menyebrangi daerah fisual hemisfer serebral kiri menerima kesan

dari sisi luar (temporal) retina mata kiri dan sisi dalam (nasal) mata kanan.

Impuls kemudian dibawa ke daerah visual lobus oksipital. Disini impuls

tersebut diinterpretasi. Akan terlihat bahwa pembagian saraf optic kiri

menyebabkan kebutaan mata pada sisi yang sama. Tetapi pembagian pada

traktus optic kiri akan mengakibatkan individu tidak dapat melihat isi kiri

lapang pandang normal (Sherwood, 2010).

Somesthesia merupakan sensibilitas somatik sensorik yang mencakup

peristiwa penerimaan rasa raba, nyeri, temperature dan proprioseptif oleh

tubuh. Propriosepsi terdiri dari sensibilitas gerak dan regangan kulit, otot,

tendon dan sendi. Stimulus perifer akan dihantarkan sebagai impuls menuju

talamus. Jalur sensasi somatic dapat di jelaskan menjadi tiga tahap perjalanan

yaitu, informasi dari reseptor akan melewati beragam saraf perifer untuk

memasuki akar dorsal medulla spinalis.semua jaras sensorik somatic akan

Page 9: 236 lporan 1

menyilang garis tengah dan berakhir di korteks sensorik hemisphere

kontralateral (gyrus pascasentralis) (Satyanegara, 2010).

Perasaan protopatik (perasaan yang menyakiti seperti nyeri, suhu, rasa

tekan) yang reseptornya pada kulit. Perasaan proprioseptif merupakan perasaan

untuk mengatur diri sendiri seperti gerak, getar, sikap rasa halus yang

respetornya berada di dalam otot, tendon, dan jaringan pengikat sendi-sendi

(Mardjono, 2010).

Traktus trigeminotalamikus

Gyrus pascasentralis (korteks sensorik)

Impuls

Nucleus utama N. V Pons: berikatan

dengan raba/taktil dari poteral

N. V (nervus trigeminus)

Nucleus spinalis berkaitan dengan

nyeri dan suhu

Traktus Tektotalamus

Nucleus ventroposterior lateralis talamus

Page 10: 236 lporan 1

Traktus Spinotalamikus

Gyrus pascasentralis (korteks sensorik)

Impuls: panas, dingin, nyeri

Traktus Spinotalamikus

Nucleus ventroposterior lateralis talamus

Komisura ventralis massa

putih

Cabang Ascenden

Cabang Ascenden

Medulla Spinalis

Reseptor: nosiseptor dan termoreseptor

Formation Retikularis

Page 11: 236 lporan 1

Sinyal nyeri diterima reseptor, nosiseptor → Akson-akson menuju

ganglion spinale → melalui radiks posterior menuju cornu posterior medulla

spinalis → membentuk traktus posterolateralis Lissauer → lanjut, berganti

menjadi neuron sensoris ke-2 → lalu menyilang ke sisi lain medulla spinalis di

substansia grisea anterior dan comissura alba dalam satu segmen medula

spinalis → naik di dalam columna alba kontralateral sebagai traktus

spinotalamikus lateralis membentuk jaras yang berjalan ke atas yaitu traktus

spinotalamikus lateralis → terjadi penambahan serabut-serabut baru → traktus

spinotalamikus naik melalui medula oblongata, disini traktus spinotalamikus

lateralis disertai oleh traktus spinothalamicus anterior dan traktus spinotectalis;

ketiganya bersama-sama akan membentuk lemniscus spinalis → lemniscus

spinalis berjalan terus ke atas melalui bagian posterior pons. membentuk jaras

yang berjalan ke atas yaitu traktus

spinotalamikus lateralis → terjadi penambahan serabut-serabut baru

→ traktus spinotalamikus naik melalui medula oblongata, disini traktus

spinotalamikus lateralis disertai oleh traktus spinothalamicus anterior dan

traktus spinotectalis ketiganya bersama-sama akan membentuk lemniscus

spinalis → lemniscus spinalis berjalan terus ke atas melalui bagian posterior

pons. Traktus berjalan terus menuju ke thalamus → traktus spinotalamikus

lateralis berakhir dan bersinaps dengan neuron tingkat ke-3 di dalam nukleus

ventralis posterolateralis thalami, terjadi apresiasi sensasi nyeri dan suhu →

akson neuron tingkat ke-3 berjalan menuju kapsula interna dan corona radiata

untuk mencapai area somestesia di gyrus postcentralis (Richard, 2011).

Jalur impuls suhu sama seperti impuls nyeri tapi dari reseptor yang

berbeda yaitu ruffini dan crause, untuk penyaluran impuls raba dan tekan jalur

impuls sama seperti traktus spinotalamikus lateralis hanya letak tratusnya

bukan di lateral tetapi di anterior  → traktur spinotalamikus anterior (Richard,

2011).

Page 12: 236 lporan 1

DAFTAR PUSTAKA

Baehr, Mathias. 2010. Diagnosis Topik Neurologi DUUS edisi 4. Jakarta. EGC

Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat

Kiftiyah, Maryatun. 2010. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui

Metode Pemberian Tugas Melipat Kertas Pada Siswa. Universitas

Muhammadiyah Purwokerto : Jawa Tengah.

Mardjono, Mahar dan Priguna Sidharta. 2010. Neurologi Klinis Dasar. Dian

Rakyat: Jakarta.

Satyanegara dkk. 2010. Ilmu Bedah Saraf. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Sherwood, Lauralee. 2010. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC : Jakarta.

Snell, Richard.S. 2011. Neuroanatomi Klinik edisi 7. Jakarta. EGC