236 lporan 1
-
Upload
adiba-shakila -
Category
Documents
-
view
231 -
download
1
Transcript of 236 lporan 1
![Page 1: 236 lporan 1](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022082401/5695d4021a28ab9b029ff039/html5/thumbnails/1.jpg)
2. Bagaiamana mekanisme pengaturab gerakan otorik kasar dan motorik halus
serta sensorik ? (letaknya dan jalurnya)
A. Sel saraf motorik (saraf eferen)
Sel saraf motorik (eferen) merupakan saraf berfungsi untuk
menghantarkan atau membawa impus saraf dari otak dan sumsum tulang
belakang ke otak atau saraf tepi atau saraf perifer. Sel saraf motorik disebut
juga sel saraf penggerak (Sherwood, 2010).
Sistem motorik dimulai dari sel-sel area motorik, serabut kortikospinal,
melintas ke bawah dalam bentuk seperti kipas, kemudian melewati kapsul
interna, yang melintas diantara thalamus dan ganglia basalis. Semua serabut
motorik mempersarafi satu titik tubuh, sehingga jika terjadi cereda akan
menyebabkan paralisis pada sisi yang terkena (hemiplegic). Serabut saraf
kemudian melewati pons ke medulla oblongata dan membentuk proyeksi yang
panjang dan sempit, yang disebut pyramid. Sehingga serabut saraf muncul pada
hemisfer serebral kiri dan selanjutnya akan mempersarafi tubuh bagian kanan.
Serabut saraf jalan ke medulla spinalis sebagai traktus kortikospinalis lateral.
Serabut saraf, yang tak menyebrang ke sisi yang berlawanan, berjalan
meninggalkan medulla spinalis pada traktus kortikospinal anterior dan
menyebrang kea rah yang berlawanan di medulla spinalis(Sherwood, 2010).
Serabut saraf melewati kornu anterius medulla spinalis, tempat terjadinya
sinaps. Kemudian dari depan medulla spinalis, serabut saraf muncul sebagai
akar anterior dan dan bergabung dengan akar posterior untuk membentuk saraf
spinal campuran. Saraf perifer berakhir pada percabangan diberbagai area,
termasuk di otot (Sherwood, 2010).
Serabut motorik dibagi menjadi cabang-cabang dan tiap cabang berakhir
pada lempeng ujung motorik (motor end plate). Yang menempel pada serabut
otot. Area motorik menerima impuls dari berbagai bagian otak, termasuk area
sensorik. Dari korteks , impuls dikirim ke medulla spinalis, inti otorik pada
batang otak, basal ganglia, serebelum, dan pons,. Melalui berbagai traktus
saraf, stimulus masuk melewati saraf perifer ke otot skeletal, yang tetap dalam
keadaan tegang, yang disebut tonus otot (Sherwood, 2010).
![Page 2: 236 lporan 1](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022082401/5695d4021a28ab9b029ff039/html5/thumbnails/2.jpg)
Gerakan motorik terdiri dari dua jenis gerakan yaitu gerakan motorik
kasar dan gerakan motorik halus. Gerakan motorik kasar terbentuk saat anak
mulai memiliki koordinasi dan keseimbangan hampir seperti orang dewasa.
Gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi
sebagian besar bagian tubuh anak. Oleh karena itu, biasanya memerlukan
tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar. Pengembangan
gerakan motorik kasar juga memerlukan koordinasi kelompok otot-otot anak
yang tertentu yang dapat membuat mereka dapat meloncat, memanjat, berlari,
menaiki sepeda roda tiga, serta berdiri dengan dengan satu kaki. Bahkan, ada
juga anak yang dapat melakukan hal-hal yang lebih sulit, seperti jungkir balik
dan bermain sepatu roda. Gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot
tangan, kaki, dan seluruh tubuh anak. Gerakan ini mengandalkan kematangan
dalam koordinasi. Berbagai gerakan motorik kasar yang dicapai anak tentu
sangat berguna bagi kehidupannya kelak. sudah lebih besar ia akan senang
berolahraga (Bambang Sujiono, 2005 :10) (Maryatun, 2010).
![Page 3: 236 lporan 1](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022082401/5695d4021a28ab9b029ff039/html5/thumbnails/3.jpg)
Traktu kortikospinalis dan kortikobulbar
Gyrus presentralis (korteks motorik)
Traktus KortikobulbarisTrkatus kortikospinalis
Substansia grisea kornu anterior
segmen vertebral
Traktus kortikospinal lateralis
Medulla Spinalis
OTOT
Pons
Komisura ventralis
Otak tengah
Traktus kortikospinal ventralis
Otak tengah
Pons
Nukeli nervus cranial
(N. V, N. VII, N. IX, N. X, N. XI, N. XII)
dekusasio piramidum
UMN
LMN
Traktus Piramidalis
(motorik halus)
Traktus Ekstrapiramidalis (motorik kasar)
![Page 4: 236 lporan 1](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022082401/5695d4021a28ab9b029ff039/html5/thumbnails/4.jpg)
Gerakan motorik terdiri dari dua traktus yaitu traktus piramidalis yang
pusatnya pada gyrus presentralis (area 4) atau korteks motorik. Di mana traktus
piramidalis mengatur mekanisme mengenai sistem motorik halus. Motorik
halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian bagian tubuh tertentu saja
dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti ketrampilan menggunakan jari
jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Traktus piramidalis
merupakan kumpulan serabut saraf yang mengatur volunter otot rangka
(kontralateral). Serabut sistem piramidalis ini dimulai dari sel-sel Betz daerah
korteks girus presentralis/area Broadman 4, sel fusiform korteks Broadman 4,
dan area Broadman 6. Serabut ini berjalan menurun secara konvergen melewati
kororna radiate dan berkumpul di kapsula interna yang terletak di daerah
talamus dengan dengan ganglia basalis (nukleus kaudatus, putamen dan globus
palidus). Impuls dari korteks motorik ini disalurakan melalui dua jalur yang
terdiri dari serabut-serabut traktus kortikobulbar dan sarbut kortikospinal.
Traktus kortikobulbar berpengaruh terhadap LMN saraf-saraf cranial otak.
Traktus kortikospinal berpengaruh terhadap LMN saraf spinal (Satyanegara,
2010).
Serabut kortikobulbar berjalan dari kapsula interna menuju otak tengah
(mesensefalon). Pada area traktus kortikobulbar mengalami persilangn. Ada
beberapa serabut yang menyilang dan sisanya berjalan ipsilateral. Nukleus
yang terlibat merupakan saraf-saraf otak yang mengatur inervasi volunter otot
wajah dan mulut yaitu saraf (N. V, N. VII, N. IX, N. X, N. XI, N. XII). Ada
sebagian kumpulan serabut yang kadang-kadang juga ikut dikelompokan
kedalam traktus ini, yaitu traktus kortikomesensefalik yang berasal dari area
Broadman 8 menuju nukleus motorik N. III, N. IV dan N. VI (Satyanegara,
2010).
Serabut kortikospinal berjalan dari kapsula interna menuju mesensefalon
lalau turun menuju pons dan kemudian muncul melewati piramis yang terletak
di medulla oblongata. pada bagian bawa medulla oblongata serabut traktus ini
akan menyilang garis tengah (dekusasio piramidum) dan melanjutkan diri
menjadi trkatus kortikospinalis lateralis, sedangkan sisanya akan terus turun
(tidak menyilang) sebagai traktus kortikospinal ventralis. Traktus kortikospinal
![Page 5: 236 lporan 1](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022082401/5695d4021a28ab9b029ff039/html5/thumbnails/5.jpg)
lateralis nantinya akan terus menurun untuk masuk kedalam substansia grisea
kornu anteriordengan segmen vertebral yang bersangkutan dan berakhir di sel-
sel kornu anterior dan selanjutnya akan mempersarafi otot-otot rangka melalui
medulla spinalis. Traktus kortikospinalis ventralis akan terus menurun dan baru
menyilang melalui komisura ventralis di masing-masing segmen yang
bersangkutan untuk berakhir di kornu anterior untuk kemudian mempersarafi
otot-otot rangka (Satyanegara, 2010).
Sistem ekstrapiramidalis tersusun dari semua jaras motorik yang tidak
melalui piramis medulla oblongata dan berkepentingan untuk mengatur sirkuit
umpan balik motorik pada medulla spinalis, batang otak, serebelum dan
korteks serebri. Selain itu, sistem ini juga mencakup serabut-serabut yang
menghubungkan korteks serebri dengan massa kelabu (seperti striatum,
nukleus ruber, dan substansia nigra), dengan formasio retikularis dan dengan
nukleus tegmental batang otak lainnya (Satyanegara, 2010).
Impuls extrapiramidalis yang dicetuskan di korteks motorik tambahan
(area 4), misalnya, akan menghasilkan impuls yang tiba kembali di situ atau
korteks piramidalis. Impuls tersebut merupakan impuls hasil pengolahan
berbagai komponen ganglia basalis dan serebelum. Tibanya impuls itu di
korteks piramidalis dan extrapiramidalis mengakibatkan dicetuskannya impuls
piramidalis untuk membangkitkan suatu gerakan voluntar dan timbulnya
impuls extrapiramidalis yang akan membangkitkan gerakan sekutu, yang
memperlengkapi gerakan voluntar (Satyanegara, 2010).
Secara disederhanakan dan bersifat hipotetik telah ditemukan 3 macam
lintasan melingkar atau sirkuit yang telah disebut di atas.
Lintasan sirkuit pertama. Lintasan yang disusun oleh jaras-jaras penghubung
berbagai inti melewati korteks piramidalis (area 4), area 6, oliva inferior, inti-
inti pes pontis, korteks serebeli, nukleus dentatus, nukleus rubber, nukleus
ventrolateralis talami, korteks piramidalis dan extrapiramidalis.
Dengan perantaraan lintasan sirkuit ini impuls extrapiramidalis dikirim ke
serebelum untuk di integrasikan dengan impuls proprioseptif yang tiba di
serebelum melalui tractus spinoserebelaris. Dengan terintegrasinya impuls
extrapiramidalis itu, maka korteks serebeli dapat memberikan pengarahan
![Page 6: 236 lporan 1](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022082401/5695d4021a28ab9b029ff039/html5/thumbnails/6.jpg)
kepada korteks piramidalis dan extrapiramidalis dalam aktivitas berikutnya.
Pengarahan tersebut terlaksana dengan dikiirimnya impuls oleh korteks
serebelum kepada korteks piramidalis dan extrapiramidalis. Secara fungsional
dapat dikatakan bahwa serebelum mengadakan feedback terhadap aktivitas
korteks piramidalis dan extrapiramidalis, yang bertujuan untuk mengendalikan
garakan-gerakan selama satu gerakan voluntar masih berlangsung.
Jadi bila ada sebuah impuls dicetuskan di korteks motorik primer yang
ditujukan kepada suatau kelompok otot skeletal, maka pada saat itu juga
korteks serebri memberitahu tentang hal itu kepada serebelum. Dengan
diterimanya informasi ini, maka serebelum dapat melakukan prakontrol
terhadap gerakan yang akan terjadi. Begitu gerakan otot skeletal dinyatakan
maka segera impuls-impuls proprioseptif dihantarkan ke serebeli melalui jaras
spinoserebelar. Melalui serabut-serabut dentato-rubro-talamic (brachium
konjunctivum) maka impuls yang dicetuskan oleh korteks serebeli disampaikan
kepada nukleus ventro lateralis talami. Atas kedatangan impuls itu, nukleus
ventrolateralis talami memancarkan impuls ke korteks piramidalis dan
extrapiramidalis. Impuls tersebut membawa info untuk diadakannya gerakan-
gerakan sekutu yang sesuai dengan gerakan yang kemudian akan terjadi.
Apabila mekanisme feedback tersebut terganggu oleh lesi di salah satu
komponen lintasan sirkuitnya, maka kejanggalan gerakan voluntar akan terjadi.
Gangguan gerakan itu dikenal sebagai ataksia, dismetria dan tremor sewaktu
gerakan volunter berlangsung (Satyanegara, 2010).
Lintasan sirkuit kedua. Menghubungkan korteks area 4 dan area 6 dengan
korteks motorik piramidalis dan extrapiramidalis melalui substantia nigra,
globus palidus dan nukleus ventrolateralis talami.
Pengolahan impuls extrapiramidalis dan piramidalis itu oleh berbagai
kompponen susunan extrapiramidalis bertujuan untuk mengadakan inhibisi
terhadap korteks piramidalis dan extrapiramidalis agar gerakan volunter yang
bangkit memiliki ketangkasan yang sesuai.jika pengaruh korteks
extrapiramidalis tidak dapat diteruskan ke globus palidus karena subtantia
nigra rusak, maka globus palidus kehilangan kelola dari subtantia nigra,
sehingga globus palidus mengeluarkan impuls yang abnormal. Impuls globus
![Page 7: 236 lporan 1](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022082401/5695d4021a28ab9b029ff039/html5/thumbnails/7.jpg)
palidus ini tidak melakukan inhibisi terhadap korteks piramidalis dan
extrapiramidalis. Gerakan yang terjadi akibat kerusakan di substantia nigra itu
berupa tremor sewaktu istirahat dan gejala-gejala motorik lain yang ditemukan
pada Sindroma Parkinson (Satyanegara, 2010).
Lintasan sirkuit ketiga. Merupakan lintasan bagi impuls yang dicetuskan
di area 8 dan area 4 untuk diolah secara berturut-turut oleh nukleus kaudatus,
globus palidus dan nukleus ventro lateral talami. Hasil pengolahan itu ialah
dicetuskannya impuls oleh nukleus ventro lateral talami yang dipancarkannya
kepada korteks piramidalis dan extrapiramidalis (area 6). Impuls itu terakhir
melakukan tugas inhibisi. Bila area 4 dan area 6 tidak dikelola oleh impuls
tersebut di atas, maka bangkitlah gerakan spontan yang tidak dapat
dikendalikan, yang dikenal dengan khorea dan atetosis. Keadaan demikian
dijumpai jika terdapat lesi di nukleus kaudatus dan globus palidus.
Sebagian dari impuls inhibisi tadi disampaikan oleh globus palidus kepada
nukleus Luysi. Jaras yang menghubungkan inti ini dengan area 4 dan area 6
belum diketahui, tetapi kerusakan di nukleus Luysi itu menimbulkan gerakan
involuntar yang dikenal sebagai balismus. Ada juga lintasan yang tidak
melingkar, tapi membujur menuju ke formatio retikularis batang otak. Di
dalam batang otak itu terdapat serangkaian neuron-neuron yang menyususn
jaras retikulo spinal multisinaptik. Impuls-impuls yang di salurkan melalui
lintasan retikulo spinal multisinaptik itu akan disampaikan keppada pusat
inhibisi di bagian ventral tegmentum medula oblongata. Impuls dari pusat
inhibisi dikirim ke interneuron di sekitar motoneuron di kornu anterior medula
spinalis, agar efek inhibisi itu dapat di sampaikan melalui interneuron tersebut
ke motoneuron yang bersangkutan (Satyanegara, 2010).
Selain korteks extrapiramidalis, juga korteks serebeli dengan intinya
mempunyai hubungan dengan pusat inhibisi tersebut.
Di samping pusat inhibisi, tegmentum batang otak mengandung juga sel-sel
subtantia retikularis yang dalam kegiatannya mengadakan eksitasi. Sel-sel
tersebut di atas tersebar di bagian dorsal tegmentum batang otak sampai
pertengahan tingkatan medula oblongata yang dalam keseluruhannya dikenal
sebagai pusat eksitasi. Komponen sususnan extrapiramidalis mempunyai yang
![Page 8: 236 lporan 1](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022082401/5695d4021a28ab9b029ff039/html5/thumbnails/8.jpg)
hubungan dengan pusat eksitasi itu ialah nukleus kaudatus dan nukleus
vestibularis. Melalui jaras retikulospinal multisinaptik impuls eksitasi dari
pusat tersebut disampaikan kepada interneuron yang akan mengadakan eksitasi
terhadap motoneuron tertentu. Melalui cabang-cabang jaras asendens impuls
sensorik dapat merangsang juga pusat eksitasi sehingga impuls visual,
auditorik, protopatik dan sebagainya dapat mempengaruhi gerakan involunter.
Melalui mekanisme inhibisi dan eksitassi tersebut, gerakan vplunter dapat
menjadi kaku atau lemas dalam batas-batas fisiologik. Dengan kata lain,
susunan extrapiramidalis melakukan tugas pembagian tonus motorik melalui
pusat inhibisi dan eksitasi (Satyanegara, 2010).
B. Sistem sensorik
Bertugas menginterpretasi impuls yang secara konstans menstimulasinya,
banyak impuls tidak mencapai tingkat kesadaran, karena system saraf secara
otomatis menyesuaikan diri dengan tekanan darah., nadi dan derajat tonus otot.
(Sherwood, 2010).
Sistem sensori pada indera khusus (Mata). Impuls sinar dibawa dari
retina mata melalui saraf optic (saraf cranial ke dua) ke kiasma optic. Disini
serabut medial setiap saraf optic menyebrangi sisi yang berlawanan. Hal ini,
bagian yang menyebrangi daerah fisual hemisfer serebral kiri menerima kesan
dari sisi luar (temporal) retina mata kiri dan sisi dalam (nasal) mata kanan.
Impuls kemudian dibawa ke daerah visual lobus oksipital. Disini impuls
tersebut diinterpretasi. Akan terlihat bahwa pembagian saraf optic kiri
menyebabkan kebutaan mata pada sisi yang sama. Tetapi pembagian pada
traktus optic kiri akan mengakibatkan individu tidak dapat melihat isi kiri
lapang pandang normal (Sherwood, 2010).
Somesthesia merupakan sensibilitas somatik sensorik yang mencakup
peristiwa penerimaan rasa raba, nyeri, temperature dan proprioseptif oleh
tubuh. Propriosepsi terdiri dari sensibilitas gerak dan regangan kulit, otot,
tendon dan sendi. Stimulus perifer akan dihantarkan sebagai impuls menuju
talamus. Jalur sensasi somatic dapat di jelaskan menjadi tiga tahap perjalanan
yaitu, informasi dari reseptor akan melewati beragam saraf perifer untuk
memasuki akar dorsal medulla spinalis.semua jaras sensorik somatic akan
![Page 9: 236 lporan 1](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022082401/5695d4021a28ab9b029ff039/html5/thumbnails/9.jpg)
menyilang garis tengah dan berakhir di korteks sensorik hemisphere
kontralateral (gyrus pascasentralis) (Satyanegara, 2010).
Perasaan protopatik (perasaan yang menyakiti seperti nyeri, suhu, rasa
tekan) yang reseptornya pada kulit. Perasaan proprioseptif merupakan perasaan
untuk mengatur diri sendiri seperti gerak, getar, sikap rasa halus yang
respetornya berada di dalam otot, tendon, dan jaringan pengikat sendi-sendi
(Mardjono, 2010).
Traktus trigeminotalamikus
Gyrus pascasentralis (korteks sensorik)
Impuls
Nucleus utama N. V Pons: berikatan
dengan raba/taktil dari poteral
N. V (nervus trigeminus)
Nucleus spinalis berkaitan dengan
nyeri dan suhu
Traktus Tektotalamus
Nucleus ventroposterior lateralis talamus
![Page 10: 236 lporan 1](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022082401/5695d4021a28ab9b029ff039/html5/thumbnails/10.jpg)
Traktus Spinotalamikus
Gyrus pascasentralis (korteks sensorik)
Impuls: panas, dingin, nyeri
Traktus Spinotalamikus
Nucleus ventroposterior lateralis talamus
Komisura ventralis massa
putih
Cabang Ascenden
Cabang Ascenden
Medulla Spinalis
Reseptor: nosiseptor dan termoreseptor
Formation Retikularis
![Page 11: 236 lporan 1](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022082401/5695d4021a28ab9b029ff039/html5/thumbnails/11.jpg)
Sinyal nyeri diterima reseptor, nosiseptor → Akson-akson menuju
ganglion spinale → melalui radiks posterior menuju cornu posterior medulla
spinalis → membentuk traktus posterolateralis Lissauer → lanjut, berganti
menjadi neuron sensoris ke-2 → lalu menyilang ke sisi lain medulla spinalis di
substansia grisea anterior dan comissura alba dalam satu segmen medula
spinalis → naik di dalam columna alba kontralateral sebagai traktus
spinotalamikus lateralis membentuk jaras yang berjalan ke atas yaitu traktus
spinotalamikus lateralis → terjadi penambahan serabut-serabut baru → traktus
spinotalamikus naik melalui medula oblongata, disini traktus spinotalamikus
lateralis disertai oleh traktus spinothalamicus anterior dan traktus spinotectalis;
ketiganya bersama-sama akan membentuk lemniscus spinalis → lemniscus
spinalis berjalan terus ke atas melalui bagian posterior pons. membentuk jaras
yang berjalan ke atas yaitu traktus
spinotalamikus lateralis → terjadi penambahan serabut-serabut baru
→ traktus spinotalamikus naik melalui medula oblongata, disini traktus
spinotalamikus lateralis disertai oleh traktus spinothalamicus anterior dan
traktus spinotectalis ketiganya bersama-sama akan membentuk lemniscus
spinalis → lemniscus spinalis berjalan terus ke atas melalui bagian posterior
pons. Traktus berjalan terus menuju ke thalamus → traktus spinotalamikus
lateralis berakhir dan bersinaps dengan neuron tingkat ke-3 di dalam nukleus
ventralis posterolateralis thalami, terjadi apresiasi sensasi nyeri dan suhu →
akson neuron tingkat ke-3 berjalan menuju kapsula interna dan corona radiata
untuk mencapai area somestesia di gyrus postcentralis (Richard, 2011).
Jalur impuls suhu sama seperti impuls nyeri tapi dari reseptor yang
berbeda yaitu ruffini dan crause, untuk penyaluran impuls raba dan tekan jalur
impuls sama seperti traktus spinotalamikus lateralis hanya letak tratusnya
bukan di lateral tetapi di anterior → traktur spinotalamikus anterior (Richard,
2011).
![Page 12: 236 lporan 1](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022082401/5695d4021a28ab9b029ff039/html5/thumbnails/12.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Baehr, Mathias. 2010. Diagnosis Topik Neurologi DUUS edisi 4. Jakarta. EGC
Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat
Kiftiyah, Maryatun. 2010. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui
Metode Pemberian Tugas Melipat Kertas Pada Siswa. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto : Jawa Tengah.
Mardjono, Mahar dan Priguna Sidharta. 2010. Neurologi Klinis Dasar. Dian
Rakyat: Jakarta.
Satyanegara dkk. 2010. Ilmu Bedah Saraf. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Sherwood, Lauralee. 2010. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC : Jakarta.
Snell, Richard.S. 2011. Neuroanatomi Klinik edisi 7. Jakarta. EGC