211575674 Epidemiologi Karies Gigi
-
Upload
kara-araujo -
Category
Documents
-
view
162 -
download
10
description
Transcript of 211575674 Epidemiologi Karies Gigi
EPIDEMIOLOGI KARIES GIGI
Dalam memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Semester Lima
Oleh :
1 Nabella Kusuma 101111128
2 Enov Sayu 101111129
3 Primastuti Rolini P 101111189
4 Ade Shinta 101111194
5 Dianita Ratwitasari 101111196
6 Dwi Kirwan 101111205
7 Septiana N 101111208
8 Fransisca Anggiyostiana S 101111222
9 Putaka Mastar 101111239
10 Bagus Syahru Z. 101111240
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga Surabaya
2013
ABSTRAK
Karies gigi atau gigi berlubang adalah penyakit yang terjadi pada gigi karena adanya
interaksi plak dan bakteri rongga mulut dengan sisa makanan dan menghasilkan asam
yang mampu merusak lapisan email gigi. Interaksi yang terus menerus dan lama atau
kronis tersebut dapat mengkikis gigi sehingga menjadi berlubang. Karies gigi paling
banyak dijumpai pada anak usia 5-17 tahun sebesar 59% (Centers for Disease Control).
Sekali terkena karies gigi harus segera dirawat karena jika terlambat semakin lama akan
semakin besar. Bakteri yang berinteraksi dengan plak dan sisa makanan diantaranya
adalah streptococcus terutama streptococcus mutans dan lactobasilus sehingga terbentuk
asam yang menyebabkan karies gigi. Natural History Diseases karies gigi adalah bakteri
yang terdapat pada mulut membentuk asam karena berinteraksi dengan gula yang
terkandung dalam makanan yang melekat pada permukaan gigi, selanjutnya asam tersebut
melarutkan email gigi dan menghancurkan susunan gigi yang jika berlangsung lama akan
menyebabkan gigi berlubang bahkan akan menyebabkan penetrasi karies dari email ke
gigi bagian dalam dibawah kepala. Gejala awal karies gigi sulit dideteksi dan yang sering
dijumpai adalah gejala lanjut yakni kepekaan gigi terhadap rasa manis, makanan dingin
dan panas, serta lubang pada jaringan keras gigi, dapat berwarna coklat atau hitam.
Bentuk karies gigi dibedakan menjadi dua yakni berdasarkan stadium karies, banyak
permukaan gigi yang terkena karies dan lokasinya menurut G.V. Black. Faktor risiko
yang mempengaruhi karies gigi adalah usia, suku bangsa, kultur sosial penduduk,
kesadaran, sikap dan perilaku terhadap kesehatan gigi dan mulut. Factor risiko tersebut
mendasari aspek pencegahan dari karies gigi baik primer, sekunder dan tersier.
Kata Kunci: Karies Gigi, Epidemiologi Karies Gigi, Riwayat Alamiah Karies Gigi,
Faktor Risiko Karies Gigi, Pencegahan Karies Gigi.
ABSTRACT
Dental caries or tooth decay is a disease that occurs on the teeth due to the interaction of
plaque and oral bacteria with food scraps and produce acids that can destroy enamel .
Continuous interaction and prolonged or chronic can erode teeth and become perforated .
Dental caries is most founded in children aged 5-17 years by 59 % ( Centers for Disease
Control ) . Once exposed to dental caries should be treated as if late the longer the greater
. The bacteria that interact with the plaque and food scraps which are mainly
Streptococcus mutans and Streptococcus lactobasilus form acids that cause dental caries .
Natural History of dental caries diseases are bacteria found in the mouth form acid as it
interacts with the sugars contained in foods that are attached to the tooth surface , then the
acid dissolves tooth enamel and destroy the teeth which if prolonged will cause cavities
even will cause caries penetration from email to inside of thetooth under the head . Early
symptoms of dental caries is difficult to detect and are often found further symptoms that
tooth sensitiv to sweet, cold and hot food , as well as holes in the hard tissues of the teeth
, can be brown or black . Form of dental caries that is divided into two stages based caries
, tooth surfaces affected many caries and its location according to GV Black . Factors that
influence the risk of dental caries is the age , ethnicity , socio-cultural population ,
awareness , attitudes and behaviors towards oral health . The risk factors underlying the
preventive aspects of dental caries both primary , secondary and tertiary .
Keywords: Dental Caries, Dental Caries Epidemiology, Natural History of Dental Caries,
Dental Caries Risk Factors, Prevention of Dental Caries.
GAMBARAN EPIDEMIOLOGI KARIES GIGI
Karies Gigi adalah penyakit jaringan pada gigi yang sering dijumpai.
Penyakit tersebut biasanya ditandai dengan kerusakan pada jaringan keras gigi
(lubang pada gigi). Adanya bakteri dalam mulut merupakan sesuatu hal yang
wajar. Namun, jika bakteri tersebut berlebihan akan menjadi masalah kesehatan
tersendiri terutama pada gigi. Bakteri mampu mengubah semua sisa-sisa makanan
khususnya gula menjadi asam. Asam yang terbentuk akibat bakteri tersebut akan
memicu penumpukan lapisan dan melekat di gigi yang biasa disebut dengan plak.
Plak akan biasanya akan terbentuk kurang lebih 20 menit setelah mengkonsumsi
makanan. Zat asam lemak yang terdapat pada plak mampu melarutkan jaringan
keras pada gigi sehingga terjadilah karies. Streptococcus mutans disebut-sebut
sebagai bakteri yang sangat berperan dalam pembentukan karies.
Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang
memberi gambaran tentang hubungan antara tiga faktor yg berperan dalam
terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Segitiga epidemiologi
merupakan interaksi antara Host (penjamu), Agent (penyebab) dan Environment
(lingkungan)
1. Host merupakan semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat
mempengaruhi timbulnya serta perjalanan penyakt.
2. Agent merupakan substansi atau elemen makhluk hidup/bukan makhluk
hidup yang kehadirannya/ketidakhadirannya dapat menimbulkan
/mempengaruhi perjalanan suatu penyakit.
3. Environment merupakan kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi dan
menesuaikan diri, bertempat tinggal & berkembang biak dalam diri
penjamu.
Epidemiologi penyakit ginggiva dan periodontal
Survey epidemiologi untuk mengetahui distribusi universal dari penyakit-
penyakit dalam mulut.
Penelitian epidemiologi karies gigi lebih berkembang dari pada
epidemiologi penyakit periodontal. melibatkan jaringan keras dan
lunak,pengukurannya lebih kompleks.
Epidemiologi adalah penelitian mengenai pola/distribusi kedinamisan
penyakit gigi dalam populasI manusia.
Pola ini dapat dipengaruhi :
1. umur
2. Seks
3. Ras/kelompok etnik
4. Pekerjaan
5. Karakteristik sosial
6. Tempat tinggal
7. Kepekaan
8. Keterpaparan pada agen tertentu
Tujuan epidemiologi ini adalah lebih memahami proses penyakit.
Indeks epidemiologi atau usaha untuk mengkuatitasi keadaan klinis dalam
skala yang berjenjang.
Dengan demikian dapat dilakukan perbandingan antara populasi yang
menggunakan kriteria dan metode yang sama.
Prevalensi / proporsi penderita
Kriteria indeks epidemiologi yang baik
Mudah digunakan memungkinkan pemeriksaan pada banyak orang dalam
waktu yang singkat.
Kondisi klinis secara objective
Reproduksible
Dapat dipakai dalam analisa statistik
Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan
sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Prevalensi karies tertinggi
terdapat di Asia dan Amerika Latin. Prevalensi terendah terdapat di Afrika. Di
Amerika Serikat, karies gigi merupakan penyakit kronis anak-anak yang sering
terjadi dan tingkatnya 5 kali lebih tinggi dari asma. Karies merupakan penyebab
patologi primer atas penanggalan gigi pada anak-anak. Antara 29% hingga 59%
orang dewasa dengan usia lebih dari limapuluh tahun mengalami karies. Jumlah
kasus karies menurun di berbagai negara berkembang, karena adanya peningkatan
kesadaran atas kesehatan gigi dan tindakan pencegahan dengan terapi florida.
Celah atau fisura gigi dapat menjadi lokasi karies. Karies gigi dapat
dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju perkembangan, dan jaringan keras
yang terkena. Secara umum, ada dua tipe karies gigi bila dibedakan lokasinya,
yaitu karies yang ditemukan di permukaan halus dan karies di celah atau fisura
gigi. Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk saat
perkembangan alur, dan tidak sepenuhnya menyatu, dan membuat suatu turunan
atau depresio yang khas pada strutkur permukaan email. Tempat ini mudah sekali
menjadi lokasi karies gigi. Celah yang ada daerah pipi atau bukal ditemukan di
gigi geraham. Karies celah dan fisura kadang-kadang sulit dideteksi. Semakin
berkembangnya proses perlubangan akrena karies, email atau enamel terdekat
berlubang semakin dalam. Ketika karies telah mencapai dentin pada pertemuan
enamel dengan dental, lubang akan menyebar secara lateral. Di dentin, proses
perlubangan akan mengikuti pola segitiga ke arah pulpa gigi.
Ada tiga macam karies permukaan halus. Karies proksimal, atau dikenal
juga sebagai karies interproksimal, terbentuk pada permukaan halus antara batas
gigi. Karies akar terbentuk pada permukaan akar gigi. Tipe ketiga karies
permukaan halus ini terbentuk pada permukaan lainnya.
Pada radiograf ini, titik hitam pada batas gigi menunjukkan sebuah karies
proksimal. Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi. Tipe ini
kadang tidak dapat dideteksi secara visual atau manual dengan sebuah eksplorer
gigi. Karies proksimal ini memerlukan pemeriksaan radiografi.
Karies akar adalah tipe karies yang sering terjadi dan biasanya terbentuk
ketika permukaan akar telah terbuka karena resesi gusi. Bila gusi sehat, karies ini
tidak akan berkembang karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri. Permukaan
akar lebih rentan terkena proses demineralisasi daripada enamel atau email karena
sementumnya demineraliasi pada pH 6,7, di mana lebih tinggi dari enamel. Karies
akar lebih sering ditemukan di permukaan fasial, permukaan interproksimal, dan
permukaan lingual. Gigi geraham atas merupakan lokasi tersering dari karies akar.
Penyebab
Ada empat hal utama yang berpengaruh pada karies: permukaan gigi,
bakteri kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan, dan
waktu.
Gigi (Agent)
Ada penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat mempertinggi
faktor risiko terkena karies. Amelogenesis imperfekta, yang timbul pada 1
dari 718 hingga 14.000 orang, ada penyakit di mana enamel tidak
terbentuk sempurna. Dentinogenesis imperfekta adalah ketidaksempurnaan
pembentukan dentin. Pada kebanyakan kasus, gangguan ini bukanlah
penyebab utama dari karies. Anatomi gigi juga berpengaruh pada
pembentukan karies. Celah atau alur yang dalam pada gigi dapat menjadi
lokasi perkembangan karies. Karies juga sering terjadi pada tempat yang
sering terselip sisa makanan.
Bakteri
Preparat Streptococcus mutans.
Mulut merupakan tempat berkembanganya banyak bakteri, namun hanya
sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacilli di
antaranya. Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering ditemukan adalah
Lactobacillus acidophilus, Actinomyces viscosus, Nocardia spp., dan
Streptococcus mutans. Contoh bakteri dapat diambil pada plak.
Karbohidrat yang dapat difermentasikan
Bakteri pada mulut seseorang akan mengubah glukosa, fruktosa, dan
sukrosa menjadi asam laktat melalui sebuah proses glikolisis yang disebut
fermentasi. Bila asam ini mengenai gigi dapat menyebabkan demineralisasi.
Proses sebaliknya, remineralisasi dapat terjadi bila pH telah dinetralkan. Mineral
yang diperlukan gigi tersedia pada air liur dan pasta gigi berflorida dan cairan
pencuci mulut. Karies lanjut dapat ditahan pada tingkat ini. Bila demineralisasi
terus berlanjut, maka akan terjadi proses pelubangan.
Waktu
Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat
memengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang mengonsumsi makanan
mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi
asam dan menurunkan pH. PH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air
liur dan proses sebelumnya telah melarutkan mineral gigi. Demineralisasi dapat
terjadi setelah 2 jam.
Faktor lainnya (Host)
Selain empat faktor di atas, terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan
karies.
Air liur dapat menjadi penyeimbangan lingkungan asam pada mulut.
Terdapat keadaan dimana air liur mengalami gangguan produksi, seperti pada
sindrom Sjögren, diabetes mellitus, diabetes insipidus, dan sarkoidosis.
Karies yang merajalela karena penggunaan metamfetamin. Obat-obatan
seperti antihistamin dan antidepresan dapat memengaruhi produksi air liur. Terapi
radiasi pada kepala dan leher dapat merusak sel pada kelenjar liur.
Penggunaan tembakau juga dapat mempertinggi risiko karies. Tembakau
adalah faktor yang signifikan pada penyakit periodontis, seperti dapat
menyusutkan gusi. Dengan gusi yang menyusut, maka permukaan gigi akan
terbuka. Sementum pada akar gigi akan lebih mudah mengalami demineralisasi.
Karies botol susu atau karies kanak-kanak adalah pola lubang yang
ditemukan di anak-anak pada gigi susu. Gigi yang sering terkena adalah gigi
depan di rahang atas, namun kesemua giginya dapat terkena juga. Sebutan "karies
botol susu" karena karies ini sering muncul pada anak-anak yang tidur dengan
cairan yang manis (misalnya susu) dengan botolnya. Sering pula disebabkan oleh
seringnya pemberian makan pada anak-anak dengan cairan manis.
Ada juga karies yang merajalela atau karies yang menjalar ke semua gigi.
Tipe karies ini sering ditemukan pada pasien dengan xerostomia, kebersihan
mulut yang buruk, pengonsumsi gula yang tinggi, dan pengguna metamfetamin
karena obat ini membuat mulut kering. Bila karies yang parah ini merupakan hasil
karena radiasi kepala dan leher, ini mungkin sebuah karies yang dipengaruhi
radiasi.
RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang
perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak
terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti
kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif
maupun terapetik (CDC, 2010c). Riwayat alamiah penyakit merupakan salah satu
elemen utama epidemiologi deskriptif (Bhopal, 2002, dikutip Wikipedia, 2010).
1) Prepatogenesis
Pada fase tersebut, individu berada dalam keadaan sehat/normal. Namun, telah
terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit di luar tubuh manusia /
lingkungan.
2) Patogenesis
a. Tahap Inkubasi
Di dalam tahap ini agent sudah masuk didalam tubuh tetapi gejala
klinisnya belum tampak sehingga yang disebut masa inkubasi adalah waktu
antara masuknya akibat penyakit ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala
penyakit. Berawal dari sisa makanan yang berampur dengan hasil metabolisme
bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans, Lactobacillus, dll yang
berupa asam akan mengakibatkan proses demineralisasi pada email.
b. Tahap Dini
Pada tahap ini lesi karies tampak berkapur di permukaan gigi yang
menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi tampak coklat
dan membentuk lubang. Proses tersebut dapat kembali ke asal atau reversibel,
namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak dapat
diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat dapat menandakan
karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif. Bila enamel
dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah yang terkena
akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies kemudian
menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa nyeri. Nyeri dapat bertambah
hebat dengan panas, suhu yang dindin, dan makanan atau minuman yang
manis. Karies gigi dapat menyebabkan napas tak sedap dan pengecapan yang
buruk. Dalam kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke
jaringan lainnya sehingga menjadi berbahaya.
c. Tahap Lanjut
Pada tahap ini timbul gejala-gejala, antara lain sebagai berikut :
a. Terdapat lubang yang agak dalam (mengenai lapisan dentin)
b. Kadang-kadang disertai keluhan rasa sakit bila terkena rangsangan
makanan dan minuman (panas, dingin, manis).
c. Terdapat lubang yang lebih dalam (mengenai atap pulpa atau ruang
pulpa).
d. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dindin, dan
makanan atau minuman yang manis
e. Terdapat keluhan rasa sakit spontan yang terus-menerus dengan disertai
rasa sakit kepala dan bisa juga oleh pembengkakan pada gusi dan pipi
atau pada leher.
3) Pasca Patogenesis / Tahap Akhir
Pada tahap ini akhirnya menyebabkan gigi nekrosis merupakan permulaan
terbentuknya abses odontogenik, dimana tanda klinis dari abses odontogenik
terlihat adanya pus (nanah) yang terlokalisir disekitar gigi yang nekrose
tersebut. Erupsinya gigi menimbulkan masalah salah satu diantaranya food
impaksi, yang akan mengakibatkan mudahnya terjadi retensi makanan pada
gigi tersebut, sulit untuk dilakukan pembersihan dan sulit dijangkau oleh sikat
gigi, sehingga mudah untuk terjadinya karies, jika karies ini berlanjut tanpa
ada penanganan yang cepat maka bakteri penyebab karies tersebut akan
menyebar kesekitar apeks akar sehingga abses odontogenikpun dapat
terjadi.Terdapat keluhan rasa sakit spontan atau nyeri yang terus-menerus
dengan disertai rasa sakit kepala dan bisa juga oleh pembengkakan pada gusi
dan pipi atau pada leher.
Pada tahap akhir ini, jika pendirita memperoleh penanganan yang baik, ia
dapat sembuh sempurna.namun jika tidak mendapat penanganan yang baik.
Maka kematian dapt terjadi.
Faktor Risiko Terjadinya Karies
Gigi
Anatomi gigi , struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis
berpengaruh pada pembentukan karies. Pit dan fisur pada gigi posterior
sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk
di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Komposisi gigi
terdiri dari enamel di luar dan dentin di dalam, sehingga enamel memiliki
peranan penting dalam proses karies.
Bakteri
Mulut merupakan tempat berkembanganya banyak bakteri, namun hanya
sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan
Lactobacilli di antaranya. Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering
ditemukan adalah Lactobacillus acidophilus, Actinomyces viscosus,
Nocardia spp., dan Streptococcus mutans. Bakteri ini sangat kariogen
karena mampu membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan.
Dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat
polisakarida ekstrasel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan.
Polisakarida ini terdiri dari polimer glukosa, menyebabkan matriks plak
gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin. Akibatnya bakteri-bakteri
terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain.
Waktu
Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat
memengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang mengonsumsi
makanan mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat
memetabolisme gula menjadi asam dan menurunkan pH. PH dapat
menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan proses sebelumnya
telah melarutkan mineral gigi. Demineralisasi dapat terjadi setelah 2 jam.
Sedangkan lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang
menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
Usia
Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah karies pun akan
bertambah. Hal ini jelas, karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih
lama berpengaruh terhadap gigi.
Letak geografis
Perbedaan prevalensi karies ditemukan pada penduduk yang geografis
letak kediamannya berubah-ubah seperti suhu, cuaca, air, keadaan, tanah,
dan jarak dari laut.
Pengetahuan, sikap dan perilaku
Kebiasaan dan perilaku menggosok gigi merupakan perawatan dasar yang
dilakukan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Kebiasaan dan
perilaku menggosok gigi sangat bepengaruh terhadap status kesehatan
kebersihan gigi dan mulut seseorang (OHI-S), apabila seseorang
mempunyai kebiasaan menggosok gigi dengan benar maka OHI-S akan
menjadi baik dan angka kejadian karies menurun.
Jenis kelamin
Vokker dan Russel menyatakan bahwa karies gigi tetap wanita lebih tinggi
dibandingkan dengan pria demikian juga halnya anak, prevalensi karies
gigi pada anak perempuan sedikit lebih tinggi dibanding anak laki-laki.
Hal ini di sebabkan pertumbuhan gigi pada anak perempuan lebih cepat
dibanding anak laki-laki.
Suku bangsa
Beberapa penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara suku bangsa
dengan prevalensi karies, hal ini disebabkan oleh faktor pendidikan,
konsumsi makanan, jangkauan pelayanan kesehatan gigi yang berbeda
disetiap suku bangsa.
Kultur sosial penduduk
Faktor yang mempengaruhi perbedaan ini adalah pendidikan dan
penghasilan yang berhubungan dengan diet.
Diabetes mellitus
Diabetes mellitus menaikkan kejadian dan jumlah karies. Tetapi bila
seorang penderita telah menyadari keadaanya dan menjalankan diet, karies
akan terjadi lebih sedikit dibandingkan rata-rata.
Radiasi
Radiasi kepala leher menyebabkan penurunan aliran saliva dan pH saliva
yang berdampak pada terjadinya karies gigi.
Penggunaan metamfetamin
Metamfetamin menyebabkan mulut kering sehingga menurunkan produksi
air liur. Obat-obatan seperti antihistamin dan antidepresan juga dapat
memengaruhi produksi air liur.
Penggunaan tembakau
Penggunaan tembakau juga dapat mempertinggi risiko karies. Tembakau
adalah faktor yang signifikan pada penyakit periodontis, seperti dapat
menyusutkan gusi. Dengan gusi yang menyusut, maka permukaan gigi
akan terbuka. Sementum pada akar gigi akan lebih mudah mengalami
demineralisasi.
Makan Makanan Kariogenik
Timbulnya karies gigi antara lain disebabkan karena kurangnya perhatian
akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut serta didorong pola
konsumsi bahan makanan yang dapat memicu timbulnya serangan karies
gigi. Bila makanan ini mempunyai daya lekat yang kuat pada gigi dan
dalam waktu yang sering dan lama, maka sangat memungkinkan
mikroorganisme yang ada di mulut untuk menciptakan lingkungan yang
asam, sehingga lingkungan yang asam inilah yang akan melarutkan bagian
organik dari gigi maka terjadilah karies gigi. Adanya anak suka
mengkonsumsi makanan jajanan kariogenik akan meningkatkan resiko
anak terkena karies gigi. Dengan demikian jenis makanan, waktu makan
dan frekuensi makan makanan kariogenik diduga dapat meningkatkan
kejadian karies gigi anak. Hasil penelitian Wulansari (2008) menunjukkan
bahwa pola jajanan bergula pada anak sekolah dasar termasuk tinggi, dan
sebagian besar mempunyai karies gigi (80,0%). Menurut penelitian
Albiner dan Dumasari di Medan (2008), menemukan sebagian besar anak
SD, sangat suka makanan yang bersifat kariogenik seperti makanan yang
manis, lunak dan lengket. Dengan meningkatnya konsumsi snack dan
makanan cepat saji yang kebanyakan mengandung gula, maka sering sulit
bagi anak untuk menghindari konsumsi gula yang banyak.
Frekuensi Dan Waktu Sikat Gigi
Mengingat pentingnya fungsi gigi maka sejak dini kesehatan gigi anak-
anak perlu diperhatikan. Disamping faktor makanan, menggosok gigi juga
merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam rangka tindakan
pencegahan karies gigi. Kebersihan mulut dapat dipelihara dengan
menyikat gigi dan melakukan pembersihan gigi dengan benang pembersih
gigi. Pentingnya upaya ini adalah untuk menghilangkan plak yang
menempel pada gigi. Penelitian menunjukkan bahwa jika semua plak
dibersihkan dengan cermat tiap 48 jam, penyakit gusi pada kebanyakan
orang dapat dikendalikan. Tetapi untuk kerusakan gigi harus lebih sering
lagi. Dalam menyikat gigi yang perlu diperhatikan adalah frekuensi dan
waktu dalam melakukan kegiatan sikat gigi, karena hal ini berpengaruh
terhadap terjadinya karies. Dalam penelitian terbukti bahwa frekuensi sikat
gigi berhubungan dengan angka kejadian karies/DMFT pada anak-anak.
Dan disarankan supaya anak-anak menyikat gigi minimal dua kali sehari
atau lebih, hal ini akan lebih baik dibandingkan dengan hanya melakukan
sikat gigi satu kali perhari.
KESIMPULAN DAN SARAN
Karies Gigi adalah penyakit jaringan pada gigi yang sering dijumpai. Penyakit
tersebut biasanya ditandai dengan kerusakan pada jaringan keras gigi (lubang
pada gigi). Karies gigi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju
perkembangan, dan jaringan keras yang terkena. Secara umum, ada dua tipe karies
gigi bila dibedakan lokasinya, yaitu karies yang ditemukan di permukaan halus
dan karies di celah atau fisura gigi. Ada tiga macam karies permukaan halus.
Karies proksimal, atau dikenal juga sebagai karies interproksimal, terbentuk pada
permukaan halus antara batas gigi. Karies akar terbentuk pada permukaan akar
gigi. Tipe ketiga karies permukaan halus ini terbentuk pada permukaan lainnya.
Riwayat alamiah penyakit karies gigi ini terdiri beberapa tahap yaitu
prepatogenesis, patogenesis, dan pasca patogenesis. Untuk tahap patogenesis
dibaglagi menjadi masa inkubasi, tahap dini, dan tahap lanjut. Ada empat hal
utama yang berpengaruh pada karies: permukaan gigi, bakteri kariogenik
(penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan, dan waktu. Sedangkan
faktor resiko dari karies gigi adalah gigi, bakteri, waktu, usia, letak geografis,
pengetahuan, sikap, perilaku, jenis kelamin, suku bangsa, kultur sosial penduduk,
diabetes mellitus, radiasi, penggunaan metamfetamin, penggunaan tembakau,
makan makanan kariogenik, waktu dan frekuensi sikat gigi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Savedra P. 2008. Pengaruh pengunyahan permen karet yang mengandung
xylitol terhadap laju aliran saliva pada anak usia 10-12 tahun di pesantren Al-
Hamidiyah Depok tahun 2008 [Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia
2. Anonim.2011. Karies gigi: pengukuran risiko dan evaluasi.
http://usupress.usu.ac.id/files/Menuju%20Gigi%20dan%20Mulut%20Sehat%
20_Pencegahan%20dan%20Pemeliharaan__Normal_bab%201.pdf [diakses 1
Desember 2013].
3. Diana S, Indeswati D, Rinna ES.2005. Peranan sorbitol dalam
mempertahankan kestabilan pH saliva pada proses pencegahan karies.
Majalah Kedokteran Gigi. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-1-
07.pdf. [diakses 1 Desember 2013].
4. Yuyus R.1991. Diet yang dapat merusak gigi pada anak-anak.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15_DietyangdapatMerusakGigipada
Anak.pdf/15_DietyangdapatMerusakGigipadaAnak.pdf [diakses 2
Desember 2013].
5. Sekarsari, Anggita Putri.2012. PENGARUH STATUS DIABETES
MELLITUS TERHADAP DERAJAT KARIES GIGI.
http://eprints.undip.ac.id/37373/1/Anggita_Putri_Sekarsari_G2A008021_
LAPORAN_KTI.pdf. [diakses 2 Desember 2013].
6. Noviani. Nita. 2010. FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN STATUS KARIES GIGI (DMFT) SANTRI PESANTREN AL
ASHRIYYAH NURUL IMAN PARUNG BOGOR.
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20270368-T%2028494-Faktor-
faktor%20yang-full%20text.pdf. [diakses 2 Desember 2013].
7. http://id.shvoong.com/medicineandhealth/dentistryoralmedicine/2091481epidemiologi-penyakit-ginggiva-dan-periodontal/#ixzz2mX004tSQ
8. http://health.diwarta.com/pengertianpenyakitkariesgigi/19/02/2012/#sthash
.T7kSAmoR.dpuf