digilibadmin.unismuh.ac.id · 2018. 12. 3. · Model Problem Solving (pe mecahan Masalah) pada...
Transcript of digilibadmin.unismuh.ac.id · 2018. 12. 3. · Model Problem Solving (pe mecahan Masalah) pada...
-
vi
ABSTRAK
MUH. AL ICHZAN, 2014. “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan SosialMelaui Model Problem Solving (Pemecahan Masalah) pada Murid Kelas IV SDNTombolo Pao Kabupaten Gowa”. Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.Dibimbing oleh H. Nursalam dan H. Nurdin.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom ActionResearch) yang terdiri dari dua siklus. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas(PTK) ini dilaksanakan selama dua siklus, dan disetiap akhir siklus dilaksanakantes. Tiap siklus dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan. Prosedur penelitianmeliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian inibertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial melaluiModel Problem Solving (pemecahan Masalah) pada Murid Kelas IV SDNTombolo Pao Kabupaten Gowa dengan jumlah Murid 34 orang. Murid perempuan19 orang dan 15 murid laki-laki.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I yang tuntas secaraindividual dari 34 murid 6 murid atau 17,64% yang memenuhi KriteriaKetuntasan Minimal (KKM) atau berada ada kategori sangat rendah. Secaraklasikal belum terpenuhi karena nilai rata-rata diperoleh sebesar 43,94. Sedangkanpada siklus II dimana dari 34 murid terdapat 28 murid atau 82,35% telahmemenuhi KKM dan secara klasikal sudah terpenuhi yaitu nilai rata-rata yangdiperoleh sebesar 77,17 atau berada dalam kategori sangat tinggi.
Kata kunci : Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, Problem Solving(Pemecahan Masalah)
-
vii
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Jika ingin dihargai
Belajarlah menghargai orang lain
Jika ingin menanam ilmu
Belajarlah sepanjang masa
Jika ingin mengabdi kepada nusa dan bangsa
Tekunilah profesi sebagai pendidik
Kuperuntukkan karya ini kepada kedua orang tuaku
yang tercinta dan saudara-saudaraku yang tersayang
yang dengan tulus dan ikhlas selalu berdoa dan
membantu baik material maupun moril demi
keberhasilan penulis.
Semoga Allah SWT Memberikan Rahmat danKarunianya Kepada Kita Semua.
-
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur atas izin dan petunjuk Allah Swt, sehingga
skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
Melalui Model Problem Solving (Pemecahan Masalah) Pada murid Kelas IV
SDN Tombolo Pao Kabupaten Gowa” dapat diselesaikan sesuai dengan waktu
yang direncanakan.
Ucapan terima kasih teristimewa penulis sampaikan kepada ayahanda,
ibunda, dan keluarga atas segala usaha, pengorbanan serta doa restu yang telah
diberikan demi kesuksesan penulis dalam menuntut ilmu dari sejak kecil hingga
saat ini. Tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada kepada semua
keluarga yang telah memberi motivasi, dukungan, dan doa yang diberikan untuk
kesuksesan penulis. Apa yang mereka berikan menjadi modal berharga bagi
penulis dalam meraih kesuksesan.
Selanjutnya, penghargaan yang setinggi-tingginya serta ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan dengan hormat kepada:
1. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak Dr. A. Sukri Syamsuri, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
-
ix
3. Ibu Sulfasyah, MA., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Fitriani Saleh, S.Pd., M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
5. Bapak Drs. H. Nursalam, M. Si, selaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa
memberikan arahan dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Bapak Drs. H. Nurdin, M. Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa
memberikan arahan dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.
7. Ibu Salwiah, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SDN Tombolo Pao yang telah
memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian.
8. Ibu Nurasia, S.Pd, selaku wali kelas IV SDN Tombolo Pao yang telah
memberikan arahan dan masukan selama penulis melaksanakan penelitian.
9. Bapak dan Ibu guru serta staf di SDN Tombolo Pao yang telah memberikan
bantuan kepada penulis selama melaksanakan penelitian.
10. Bapak dan Ibu dosen di jurusan pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) atas
segala pengetahuan dan pengalaman yang diberikan kepada penulis selama
proses perkuliahan.
11. Semua teman seperjuangan kelas D angkatan 2009 terima kasih atas
kerjasama dan kekompakan yang diberikan selama menjalani perkuliahan.
12. Semua teman seperjuangan angkatan 2009 yang tidak bisa disebutkan
namanya satu persatu, atas kerjasama dan dukungannya.
-
x
13. Dan semua pihak yang telah berpartisipasi dalam rangka penyelesaian skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan baik isi maupun format penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang
sifatnya membangun untuk dijadikan sebagai motivasi demi perbaikan di masa
yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap semoga keberadaan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan pada khususnya bagi penulis
sendiri. Amin.
Makassar, 2014
Penulis
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ iPERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... iiHALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iiiSURAT PERNYATAAN ................................................................................ ivSURAT PERJANJIAN .................................................................................... vABSTRAK ...................................................................................................... viMOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... viiKATA PENGANTAR ..................................................................................... viiiDAFTAR ISI.................................................................................................... xDAFTAR TABEL............................................................................................ xiiDAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiiiDAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian………………………………………………. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS....... 9
A. Kajian Pustaka ............................................................................. 9
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ...................................... 14
2. Hakikat Pembelajaran IPS ....................................................... 11
3. Model Pemecahan Masalah (Problem solving) Sebagai
Model Pembelajaran ................................................................. 22
B. Kerangka Pikir.............................................................................. 30
C. Hipotesis ....................................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 33
A. Jenis Penelitian ........................................................................... 33
B. Tempat dan Subjek Penelitian..................................................... 33
C. Fokus Penelitian ......................................................................... 33
D. Prosedur Penelitian..................................................................... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 40
F. Teknik Analisis Data .................................................................. 41
-
xii
G. Indikator Keberhasilan....................... ........................................ 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 43
A. Hasil Penelitian ............................................................................ 43
B. Pembahasan ................................................................................. 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 74
A. Simpulan .................................................................................... 74
B. Saran ............................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 76
-
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikir.............................................................................. 32
Gambar 3.1 Alur penelitian.............................................................................. 36
-
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tingkat Penguasaan Materi............................................................. 31
Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Murid Pada Siklus I .................. 51
Tabel 4.2 Nilai Statistik Skor Hasil Belajar Pada Tes Akhir Siklus I............. 52
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Hasil Belajar Siklus I... 53
Tabel 4.4 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I .................................. 53
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Murid Pada Siklus II................. 62
Tabel 4.6 Nilai Statistik Skor Hasil Belajar Pada Tes Akhir Siklus II ........... 63
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Hasil Belajar Siklus II.. 64
Tabel 4.8 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II.................................. 64
-
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. RPP dan LKS
Lampiran 2. Evaluasi
Lampiran 3. Daftar Hadir Murid
Lampiran 4. Hasil Tes Murid
Lampiran 5. Hasil Evaluasi Murid
Lampiran 6. Daftar Hasil Ketuntasan Murid
Lampiran 7. Hasil Observasi Murid
Lampiran 8. Dokumentasi
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan yang serba maju, modern dan serba canggih seperti saat
ini, pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup.
Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas
sumber daya manusia. Melalui penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat
mencetak manusia-manusia berkualitas yang akan mendukung tercapainya sasaran
pembangunan nasional. Dalam pasal 20 UU tahun 2003, pendidikan nasional
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa dengan tujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki
peserta didik agar menjadi manusia yang berkualitas dengan ciri-ciri beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab
(UU No.20 tahun 2003).
Kini semakin disadari bahwa pendidikan memainkan peranan yang sangat
penting didalam kehidupan dan kemajuan umat manusia. Pendidikan merupakan
suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu, yang
mempengaruhi perkembangan fisiknya, daya, jiwa, sosial dan moralitasnya, atau
dengan perkataan lain, pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam
mempengaruhi kemampuan, kepribadian dan kehidupan individu dalam
pertemuan dan pergaulannya dengan sesama, serta hubungannya dengan Tuhan.
1
-
2
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan-
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang
akan datang.
Mutu pendidikan sangat erat hubungannya dengan mutu murid, karena
murid merupakan titik pusat proses belajar mengajar. Oleh karena itu, dalam
meningkatkan mutu pendidikan harus diikuti dengan peningkatan mutu murid.
Peningkatan mutu murid dapat dilihat pada tingginya tingkat prestasi belajar
murid, sedangkan tingginya tingkat prestasi belajar murid dipengaruhi oleh
besarnya minat belajar murid itu sendiri.
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah kurikulum.
Kurikulum disusun untuk mendorong anak berkembang ke arah tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan ini dicoba diwujudkan dalam kurikulum tiap
tingkat dan jenis pendidikan, diuraikan dalam bidang studi dan akhirnya dalam
tiap pelajaran yang diberikan oleh guru di dalam kelas.
Dalam mencapai tujuan pendidikan ini, pemerintah menggagas
diberlakukannya kurikulum baru, yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan
oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah. KTSP tersebut memberikan
keleluasaan kepada sekolah untuk merancang, mengembangkan, dan
mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi, dan
potensi keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh sekolah.
Upaya pemerintah dalam bentuk KTSP ini merupakan pengembangan
kurikulum dari kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum berbasis kompetensi
-
3
(KBK). Dengan menggunakan KTSP diharapkan peserta didik bisa mencapai
kompetensi-kompetensi tertentu yang sudah ditentukan sebagai kriteria
keberhasilan.
Masih rendahnya hasil belajar IPS disebabkan oleh masih dominannya skill
menghafal dari pada skill memproses sendiri pemahaman suatu materi. Selama
ini, minat belajar murid terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
masih tergolong sangat rendah. Hal ini dapat dilihat pada sikap murid selama
mengikuti proses pembelajaran tidak fokus dan ramai sendiri. Bahkan ada
sebagian murid yang menganggap mata pelajaran IPS tidak begitu penting
dikarenakan tidak masuk pada mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional
(UN). Faktor minat itu juga dipengaruhi oleh adanya metode mengajar yang
digunakan guru dalam menyampaikan materi. Metode yang konvensional seperti
menjelaskan materi secara abstrak, hafalan materi dan ceramah dengan
komunikasi satu arah, yang aktif masih didominasi oleh pengajar, sedangkan
murid biasanya hanya memfokuskan penglihatan dan pendengaran. Kondisi
pembelajaran seperti inilah yang mengakibatkan murid kurang aktif dan
pembelajaran yang dilakukan kurang efektif. Disini guru dituntut untuk pandai
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi murid sehingga
murid kembali berminat mengikuti kegiatan belajar.
Pembelajaran IPS di sekolah, khususnya di kelas IV bahwa guru sering
berhadapan dengan berbagai keluhan murid tentang pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial. Misalnya, membosankan, dan tidak menarik. Faktor yang menyebabkan
hal itu disebabkan daya kreativitas guru yang sangat kurang. Menggunakan
-
4
metode, model dan model yang cenderung monoton yang menyebabkan murid
tidak termotivasi dan tidak bergairah ketika dihadapkan dengan pembelajaran IPS.
Penggunaan media yang sangat minim juga menyebabkan ketidak berhasilan
dalam pembelajaran IPS di kelas IV SDN Tombolo Pao Kab. Gowa, sehingga
pembelajaran IPS tidak menarik bagi murid. Kecendrungan guru menggunakan
metode ceramah membuat murid tidak terlihat antusias dalam pembelajaran IPS.
Keadaan ini ditandai dengan munculnya gejala murid yang suka berbicara dengan
teman sebangkunya, sebagian murid mengantuk saat guru menjelaskan, dan ada
juga yang lebih suka bermain- main.
Berkaitan dengan itu perlu adanya suatu terobosan dalam mengidentifikasi
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kualitas pembelajaran pada
umumnya dan peningkatan hasil belajar murid pada khususnya dengan
memanfaatkan semua sumber belajar di dalam proses pengajaran.
Dari pengamatan awal peneliti yang dilakukan pada tahun ajaran 2013-
2014 semester II di SDN Tombolo Pao Kab. Gowa hasil belajar IPS masih
rendah. Hal ini dapat dilihat dari murid yang memperoleh nilai di bawah rata- rata
sebanyak 68 orang, sedangkan murid yang memperoleh nilai di atas rata- rata
sebanyak 34 orang. Nilai rata-rata murid adalah 54,8 sedangkan hasil belajar yang
ingin dicapai sesuai dengan KKM adalah 65 ke atas. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya kreativitas guru dalam mengajarkan materi IPS. Motivasi dan hasil
belajar siswa yang berbeda-beda khususnya pada pelajaran IPS, ada siswa yang
mempunyai motivasi serta prestasi yang tinggi, ada pula yang mempunyai
motivasi serta hasil belajar yang sedang bahkan kurang.
-
5
Oleh karena itu guru harus menggunakan berbagai model pembelajaran yang
dapat merangsang murid untuk lebih aktif dalam penguasaan mata pelajaran IPS,
diantaranya penerapan pendekatan pemecahan masalah (problem solving).
Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur
antara lain tujuan, bahan, alat, dan metode, serta evaluasi. Unsur metode dan alat
merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi
sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada
tujuan. Dalam pencapaian tujuan tersebut, metode pembelajaran sangat penting
sebab dengan adanya metode pembelajaran, bahan dapat dengan mudah dipahami
oleh murid.
Selain itu penggunaan metode pembelajaran yang mengajarkan murid dalam
pemecahan masalah, terutama pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari
masih kurang. Pengembangan metode pembelajaran tersebut sangat perlu
dilakukan untuk menjawab kebutuhan keterampilan pemecahan permasalahan
yang harus dimiliki oleh murid. Model pembelajaran problem solving atau
pemecahan masalah kegunaannya adalah untuk merangsang berfikir dalam situasi
masalah yang komplek. Dalam hal ini akan menjawab permasalahan yang
menganggap sekolah kurang bisa bermakna dalam kehidupan nyata di
masyarakat.
Penggunaan metode dalam pembelajaran sangat diutamakan guna
menimbulkan gairah belajar, motivasi belajar, merangsang murid berperan aktif
dalam proses pembelajaran. Melalui model problem solving diharapkan dapat
-
6
lebih mempermudah pemahaman materi pelajaran yang diberikan dan nantinya
dapat mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang selanjutnya dapat
meningkatkan hasil belajar murid.
Sekolah SDN Tombolo Pao Kab. Gowa adalah salah satu sekolah yang
terletak Tombolo Pao Kab. Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan
pembelajaran di Sekolah SDN Tombolo Pao Kab. Gowa ini masih termasuk
tradisional karena kebanyakan guru hanya menggunakan metode ceramah dalam
penyampaian materi, sehingga murid merasa bosan dalam megikuti proses
pembelajaran. Hal itu diketahui dari hasil survei yang telah dilakukan. Dari hasil
survei tersebut bahwa pembelajaran IPS kurang diminati oleh murid. Dalam
proses pembelajaran terlihat masih rendah perhatian murid, murid kurang
berpartisipasi, sedangkan guru hanya menggunakan metode ceramah dalam
penyampaian materi.
Diharapkan dengan menggunakan model problem solving dalam proses
pembelajaran IPS akan menarik minat murid mengikuti kegiatan belajar sehingga
akan meningkatkan hasil belajar murid.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: ”Apakah penerapan model pemecahan
masalah (problem solving) dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) pada murid kelas IV SDN Tombolo Pao Kab. Gowa”?
-
7
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial ( IPS ) melalui penerapan model pemecahan masalah
(problem solving) pada murid kelas IV SDN Tombolo Pao Kab. Gowa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi yang lebih rinci dan akurat tentang hasil belajar
murid dengan menggunakan penerapan model pemecahan masalah (problem
solving) sehingga dapat dijadikan teori dan teknik yang efektif diterapkan dalam
peningkatan hasil belajar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Mampu menganalisis terjadinya permasalahan-permasalahan
pembelajaran dan mampu mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini
guru menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirangcang untuk
membantu murid menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru
biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Dapat
pula menyajikan pembelajaran menyenangkan melalui model
pemecahan masalah (problem solving).
2) Mampu menumbuhkan suasana pembelajaran yang kondusif. Perang
guru dalam mengembangkan pembelajaran ialah dengan memberikan
dukungan dan bantuan kepada peserta didik yang sedang pada awal
-
8
belajar kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau
bantuan tersebut setelah peserta didik mampu memecahkan masalah
yang dihadapi. Dukungan itu dapat berupa isyarat-isyarat, peringatan-
peringatan, memecahkan masalah dalam beberapa tahap, memberikan
contoh. Guru memotivasi peserta didik selama mereka menyelesaikan
soal-soal secara mandiri atau didalam kelompok.
b. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengalaman peneliti untuk terjun ke bidang
pendidikan. Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada
dasarnya adalah hasil dari interaksi antara pesrta didik dengan
lingkungannya. William mengemukakan bahwa A good learning situation
consist of a rich and varied series of learning experiences unitefied
around a vigorous purpuse and carried on in interaction with a rich
varied and propocative environtment. Pada proses belajar ini murid
diharapkan dapat belajar memecahkan permasalahan yang dihadapi pada
materi pembelajaran IPS.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
menumbuhkan minat belajar murid sehingga prestasi belajar murid
meningkat. Melalui perang kepala sekolah hendaknya menjadikan model
pemecahan masalah sebagai salah satu model pembelajaran pilihan bagi
guru-guru khususnya pada tingkat sekolah dasar.
-
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Pada hakikatnya, manusia belajar karena mempunyai bakat untuk belajar
yang dipacu oleh hasrat ingin tahu dan kadang oleh kemampuan untuk
mengetahui. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu
hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, melainkan meliputi
kegiatan yang lebih luas, yakni mengalami perubahan tingkah laku.
Belajar terjadi bila seseorang menghadapi suatu situasi yang di dalamnya
tidak dapat menyesuaikan diri dengan menggunakan bentuk-bentuk kebiasaan
untuk menghadapi tantangan atau apabila ia harus mengatasi rintangan dalam
aktivitasnya. Dengan demikian, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu
proses kegiatan yang menimbulkan kelakukan baru atau mengubah kelakuan
lama sehingga seseorang lebih mampu memecahkan masalah dan
menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi yang dihadapi dalam hidupnya.
Menurut Hamalik (2004: 27) bahwa: Belajar merupakan suatuproses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajarbukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yaknimengalami,hasil belajar bukan suatu penguasaan latihan melainkanpengubahan kelakuan.Menurut Crobach, belajar adalah perubahanperilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadimelalui interaksi antara individu dengan lingkungannya”.MenurutPiaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya.
9
-
10
Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
seseorang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan
tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu baik dari segi pengetahuan
maupun sikapnya.
1) Tujuan Belajar
Tujuan berkaitan dengan arah atau sasaran yang ingin dicapai dalam
penyelenggaraan pendidikan di mana tujuan belajar dikaitkan dengan
perubahan tingkah laku. Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan
bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit mengusahakan untuk dicapai dengan
tindakan intruksional, lazim dinamakan intructional effects, yang biasa
berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai
hasil yang menyertai tujuan belajar intruksional lazim disebut nurturant
effects. Bentuknya berupa, kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap
terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya. Tujuan ini
merupakan konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi” (live in) suatu
sistem belajar tertentu. Di dalam tujuan belajar apabila dikatakan berhasil
adalah mampu menciptakan suasana belajar menyenangkan dan mampu
membuat murid bergairah dalam belajar serta mendapat hasil yang diinginkan.
2) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto (2000:29) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
proses dan kegiatan belajar. Fakto.r-faktor itu antara lain :
(a) Faktor Kecerdasan
Tingkat kecerdasan manusia tidak sama; ada yang lebih tinggi.
Ada yang sedang, dan ada yang kurang. Orang yang tinggi
-
11
kecerdasannya dapat mengolah gagasan yang rumit, abstrak dan sulit,
dan dilakukan dengan cepat dan tanpa melalui banyak kesulitan
dibandingkan dengan orang yang kurang cerdas. Di dalam proses
pembelajaran guru harus betul-betul memperhatikan siswanya dengan
baik mana siswa yang kurang dalam memahami pelajaran dan kita
berikan bimbingan yang baik agar pembelajarannya juga dapat
meningkat sepeti yang lain.
(b) Faktor Belajar
Yang dimaksud faktor belajar adalah semua segi kegiatan
belajar misalnya kurang dapat memusatkan perhatian pada pelajaran
yang sedang dihadapi, tidak dapat menguasai kaidah yang berkiatan
dengan proses belajar sehingga tidak dapat memahami pelajaran. Pada
proses pembelajaran biasanya minat belajar siswa sangat kurang
memahami pelajaran karena guru dalam memberikan pelajaran masih
kebanyakan mengunakan ceramah.
(c) Faktor Sikap
Banyak pengaruh sikap terhadap kegiatan dan keberhasilan
belajar. Sikap dapat menentukan apakah seseorang dapat belajar
dengan lancar atau tidak, gigih atau tidak, seorang mempelajari
pelajaran yang dihadapinya atau tidak dan masih banyak lagi yang
lain. Seperti kia ketahui bahwa sikap adalah kemanpuan menerima
atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-
nilai. Kegiatan belajar sikap atau yang dikenal dengan kegiatan
efektif. Kegiatan belajar ini lebih tepat menggunakan istilah
pendidikan dari pada pembelajaran maupun pengajaran. Sikap
diartikan sebagai pola tindakan peserta didk dalam merespon
-
12
stiomulus tertentu. Sikap merupakan kecenderungan atau predisposisi
perasaan dam perbuatan yang konsisten pada diri sendiri. Sikap
berhubungan dengan minat, nilai, penghargaan, pendapat, dan
prasanka. Dalam kegiatan belajar sikap, upaya guru adalah membantu
peserta didik memiliki dan mengembangkan perubahan sikap.
(d) Faktor Fisik
Yang dimaksud faktor fisik adalah faktor yang ada kaitannya
dengan kesehatan, kesegaran jasmani dan keadaan fisik seseorang
sebagaimana telah diketahui, bahwa badan yang tidak sehat membuat
kosentrasi terganggu, sehingga menghambat kegiatan belajar.
Kebanyakan murid penglihatannya kurang baik apalagi kita tempatkan
dibelakan maka guru disini harus ditempatkan didepan, mungkin juga
karena pengaruh sejak lahir.
(e) Faktor Emosi dan Sosial
Faktor emosi seperti rasa tidak senang dan rasa suka dan faktor
sosial seperti persaingan dan kerja sama yang sangat besar
pengaruhnya terhadap proses belajar. Pada faktor ini guru lebih
menekankan bagaimana murid bekerjasama dalam menyelesaikan soal
yang telah diberikan oleh guru agar murid lain dapat aktif.
(f) Faktor Lingkungan
Yang dimaksud dengan faktor lingkungan adalah keadaan dan
suasana tempat seseorang belajar. Suasana dan keadaan tempat belajar
-
13
turut menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan belajar. Lingkungan
juga sangat menentukan faktor belajar, apabila lingkungan kita
memiliki fasilitas yang bagus maka kita termotivasi untuk belajar dan
akhirnya mencapai hasil yang baik.
b. Pengertian Pembelajaran
Istilah pembelajara dan pengajaran tentu sering anda dengar.
Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning dan pengajaran terjemahan
dari teaching. Perbedaan diantara keduanya tidak saja pada arti leksikal,
namun juga pada implementasi kegiatan belajar mengajar. Tahukah anda, apa
perbedaan diantara keduanya.
Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan
mempelajari. Perbedaan esensiil istilah ini dengan pengajaran adalah pada
tingkat ajar. Pada pengajaran guru mengajar, serta didik belajar, sementara
pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir
lingkungan terjadinya pengajaran. Guru mengajar dalam perspektif
pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya
untuk mempelajarinya. Jadi, subyek pembelajaran adalah peserta didik.
Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog
interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif, bukan
mekanis seperti halnya pengajaran.
-
14
Kontruksi pengajaran banyak menuai kritik. Pengajaran hanya
dipandang hanya melahirkan individu-individu berjiwa nekrofili. Implikasi
lebih jauh adalah pada saatnya nanti, peserta didik akan benar-benar
menjadikan diri mereka sebagai duplikasi guru mereka dulu. Paulo Freire
menganalokkan pengajaran sebagai pendidikan gaya bank atau banking
concept of education. Dalam proses ini guru diandaikan sebagai investor,
pengetahuan guru adalah sumber investasi, dan peserta didik adalah rekening
yang berisi catatan-catatan investasi yang dilakukan guru.
2. Hakikat Pembelajaran IPS
a. Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan
konsep-konsep dasar dari berbagi ilmu sosial yang disusun melalui
modelpendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaan bagi
murid dan kehidupannya.
(Kosasih,1994: 42).Pada hakikatnya IPS adalah telaah tentanghubungan manusia dan lingkungannya. Lingkungan masyarakatmerupakan tempat dimana anak didik tumbuh dan berkembangsebagai bagian dari masyarakat. Di dalam hidupnya dihadapkan padaberbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungansekitarnya, oleh karena itu dengan adanya mata pelajaran IPS, makaakan membantu anak didik dalam memecahkan permasalahan yangdihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti danmemahami lingkungan sosial masyarakat.
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu bidang yang mempelajari
seluk beluk kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan. Konsep
-
15
inilah yang harus ditanamkan pada anak didik untuk dipahami dan dipetik
nilai dan manfaatnya dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat.
Hakikat dari IPS jika disorot dari anak didik adalah sebagai pengetahuan
yang akan membina para generasi muda belajar ke arah positif yakni
mengadakan perubahan – perubahan sesuai kondisi yang diinginkan oleh
dunia modern atau sesuai daya kreasi pembangunan serta prinsip – prinsip
dasar dan sistem nilai yang dianut masyarakat serta membina kehidupan masa
depan mayarakat secara lebih cemerlang dan lebih baik untuk kelak
diwariskan kepada turunannya secara lebih baik.
Menurut (Farris and Cooper, 1994: 46), pendidikan ilmupengetahuan sosial adalah salah satu upaya yang akan membawakesadaran terhadap ruang, waktu dan lingkungan sekitar bagi anak.
Pembelajaran IPS tidak menginginkan melahirkan manusia percaya
begitu saja terhadap sesuatu tetapi paling tidak meminta keterangan dam
mengolah kebenaran berita tersebut dan lebih ideal dia harus meyakinkan,
sehingga dia menjadi manusia kritis dan memanfaatkan potensinya serta
percaya diri sendiri.
Pelajaran IPS di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia
antara 6- 12 tahun, anak dalam kelompok usia 7- 11 tahun menurut Piaget
berada dalam perkembangan kemampuan intektual / kognitifnya pada tingkat
kongkrit. Mereka pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa
depan yang belum mereka pahami (abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh
dengan pesan- pesan yang bersifat abstrak. Berbagai cara dan teknik
-
16
pembelajaran untuk memungkinkan konsep- konsep abstrak itu dipahami
anak.
Bruner (1987: 48) memberikan pemecahan untuk mengkongkitkanyang abstrak melalui percontohan dengan gerak tubuh, gambar,bagan, peta, dan grafik.
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi.
Kurikulum IPS sebagaimana yang dikatakan oleh Hamid Hasan(1990: 14), merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu.
Martorella (1987:15) mengatakan bahwa pembelajaran lebihmenekankan pada aspek “pendidikan” daripada “transfer konsep”karena dalam pembelajaran IPS murid diharapkan memperolehpemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan sertamelatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkankonsep yang telah dimilikinya.
IPS merupakan perwujudan dari satu modelinterdisipliner dari pelajaran
ilmu-ilmu sosial yang merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu
sosial antara lain: Sosiologi, Antropologi Budaya, Sejarah, Psikologi Sosial,
Geografi, Ekonomi, Politik, dan Ekologi.
Berdasarkan uraian di atas maka Pembelajaran IPS diharapkan mampu
mengembangkan cara berfikir murid sehingga dapat membawa kesadaran
terhadap ruang, waktu, dan lingkungan sekitar bagi anak.
b. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Menurut Para Ahli
(1) Moeljono cokrodikardjo mengumukakan bahwa IPS adalah perwujudan
dari suatu modelinterdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi
dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya,
-
17
psikologi, sejarah, geograpi, ekonomi, ilmu politik, dan ekologi manusia,
yang dipermulasikan untuk tujuan intruksional dengan materi dan tujuan
yang disederhanakan agar mudah dipelajari.
(2) Nu’man soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu
sosial yang diserhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA.
Penyerhaan mengandung arti: a) menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu
sosial yang biasanya dipelajari diuniversitas menjadi pelajaran yang sesuai
deangan kematangan berfikir murid sekolah dasar dan lanjutan. b)
mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu-ilmu sosial dan
kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran mudah dicerna.
(3) Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau
paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan
bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan perang manusia
dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjak sejarah, ekonomi,
geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.
(4) Tim IKIP surabaya mengemukakan bahwa IPS merupakan bidang studi
yang menghormati, mempelajari, mengolah dan membahas hal-hal yang
harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sisoal yang
terpilih, kemudian disederhanakan sesuai kepentingan sekolah.
Dengan demikian, IPS bukan ilmu social dan pembelajaran IPS yang
dilaksananakan baik pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi tidak
menekankan Pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam
mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial dimasyarakat,
-
18
yang bobot dalam keluasannya sesuai dengan jenjang pendidikan masing-
masing. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam
lingkungan yang terbatas, yakni lingkungan sekitar sekolah atau murid dan
lingkungan yang luas, yaitu Negara lain, baik yang ada dimasa sekarang
maupun dimasa lampau.
c. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu sosial yang secara harfiah terbagi
menjadi 3 sub bidang ilmu yaitu geografi, sejarah, dan kependudukan.
Masing-masing bagian tersebut dapat lagi dibedakan berdasarkan bidang
kajian masing-masing. Semakin tinggi kompleksitas ke dalam ilmu maka
semakin sempit ruang lingkup yang dikaji. Sedangkan untuk sekolah dasar
pokok-pokok materi mengacu kepada 3 bidang tersebut yang terkadang
diberikan secara terintegrasi.
Dalam pengenalan bidang geografi di SD lebih banyak menyajikan
fenomena alam baik di Indonesia maupun di luar negeri yang akan
membangkitkan rasa ingin tahu murid. Sehingga murid yang kreatif akan
secara aktif mencari literatur-literatur tambahan selain buku yang
direkomendasikan oleh sekolah. Bidang sejarah dikenalkan kepada anak SD
lebih banyak menguraikan cerita-cerita kepahlawanan dengan batas
pemahaman baik dan buruk. Dengan pengembangan aspek sesungguhnya
diantara baik dan buruk tersebut terdapat daerah abu-abu yang memerlukan
kesabaran guru untuk menjelaskannya berdasarkan fakta dan landasan
-
19
psikologis suatu peristiwa. Dimana murid akan terlibat langsung dengan
aspek kejiwaan ketika memerangkan tokoh-tokoh sejarah. Bidang
kependudukan lebih banyak mengulas tentang tingkah laku manusia dalam
hubungannya dengan fungsi sosialnya dalam berhubungan dengan orang-
orang sekitarnya, baik dalam ruang lingkup yang sempit sampai hubngan
antar negara.
Fajar (2009: 111) menyatakan bahwa “ruang lingkup mata pelajaran
Ilmu Pengtahuan Sosial di SD yaitu: system sosial budaya; manusia, tempat,
dan lingkungan; perilaku ekonomi dan kesejahtraan; watak, keberlanjutan,
dan perubahan; dan system berbangsa dan bernegara”. Hal ini berarti ruang
lingkup mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berkaitan dengan segala
aspek kehidupan manusia, khususnya berkaitan dengan aspek sosial budaya,
ekonomi, bahkan kewarganegaraan.
Kompleksitas hubngan tersebut maka akan berdampak kepada dua hal
yaitu positif dan negatif. Bentuk nyatanya adalah hungan tersebut akan
membawa manfaat di satu sisi dan berpotensi komplik di sisi lain.
Harapannya adalah anak SD dapat lebih memahami keberadaannya dalam
hubungannya dengan lingkungan alam dan sosial. Baik dalam skala sempit
maupun luas. Sehingga anak-anak kita mempunyai keterampilan dasar dalam
upaya membangun hubungan sosial baik dalam skala regional maupun
antarnegara.
-
20
d. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran IPS
(1) Tujuan Pembelajaran IPS
Mengenai tujuan ilmu pengetahuan sosial (Pendidikan IPS), para ahli
sering mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari
program pendidikan tersebut.
Gross (1978) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalahuntuk mempersiapkan mahasiswa menjadi warganegara yang baikdalam kehidupannya dimasyarakat, secara tegas ia mengatakan “toprepare students to be well-functioning citizens in a democraticsociety” tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untukmengebangkan kemampuan mahasiswa menggunakan penalarandalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya .
(Kosasih, 1994): Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalahuntuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepadamurid untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat,kemampuan dan lingkungannya, serta sebagai bekal bagi siswauntuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.Berdasarkan pengertian dan tujuan pendidikan IPS, nampaknyadibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjebatanitercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan keterampilan gurudalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode, danstrategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan (Kosasih,1994).
(2) Fungsi Pembelajaran IPS
IPS berfungsi untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan anak
didik dengan mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya dan melatih
anak didik untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat yang demokratis,
serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik.
IPS berfungsi untuk mengembangkan keterampilan, terutama
keterampilan sosial dan keterampilan intelektual:
-
21
(a) Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial yaitu keterampilan melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan kepentingan kehidupan bermasyarakat, seperti
bekerja sama bergotong-royong, menolong orang yang memerlukan, dan
melakukan tindakan secara cepat dalam memecahkan persoalan di
masyarakat. Apabila kita menemukan orang yang mengalami kesulitan
maka kita harus membantunya dan tidak boleh melihatnya begitu saja.
(b) Keterampilan Intelektual
Keterampilan intelektual yaitu keterampilan berpikir, kecekatan dan
kecepatan memanfaatkan pikiran, cepat tanggap dalam menghadapi
permasalahan sosial di masyarakat. Di dalam menghadapi persoalan kita
harus memikirkan bagaimana dapat dipecahkan masalah tersebut.
Selain itu, tujuan IPS bersifat kemampuan dan keterampilan, yaitu
kemampuan untuk menemukan informasi yang tepat dan teknik dalam
pengalaman seorang murid untuk menolongnya memecahkan masalah-
masalah baru atau menghadapi pengalaman baru.
Tujuan yang bersifat afektif, berupa pengembangan sikap-sikap,
pengertian-pengertian dan nilai-nilai yang akan meningkatkan pola hidup
demokratis dan menolong murid mengembangkan filsafat hidupnya dalam
kehidupan sehari- hari, sehingga murid dapat beradaptasi dengan
lingkungannya.
-
22
e. Hasil Belajar
Setelah terjadi proses belajar mengajar maka diharapkan terjadi suatu
perubahan pada diri murid, baik pengetahuan, keterampilan maupun sikap
perubahan tingkah laku.
Menurut Nana Sudjana (2000 : 54) mengemukakan bahwa “Hasilbelajar adalah terjadinya perubahan pada diri murid ditinjau daritiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor murid”.
Menurut Bloom mengumukakan bahwa hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah
knowledge (pengetahuan ingatan). Comprehension (pemahaman, menjelaskan,
meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,
menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,
membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain efiktif adalah
receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valiung (nilai),
organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain
psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan ruontinized. Psikomotor juga
mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, menejerial, dan
intelektual.
3. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Sebagai Model
Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2005 : 740 )memberikan pengertian sebagai berikut “ Model adalah cara teraturyang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapaisesuai dengan yang dikehendaki. Atau dapat dikatakan sebagai cara
-
23
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatanguna mencapai tujuan yang ditentukan ’’.
Selanjutnya pengertian pembelajaran berdasarkan Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan
Nasional menjelaskan, Salah satu peran pendidikan di tingkat sekolah
dasar adalah memberikan pembelajaran kepada muridnya. Murid sekolah
dasar harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah, di
samping mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan
pengetahuan kepada murid merupakan proses pembelajaran yang harus
dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara-cara atau
metode tertentu. Cara –cara demikian yang dimaksud sebagai metode
pembelajaran.
Kemudian Sagala ( 2005 : 61 ) memberikan pengertian sebagai
berikut :
Pembelajaran adalah membelajarkan murid menggunakan asaspendidikan maupun teori belajar merupakan proseskomunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak gurusebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh pesertadidik atau murid.
Pengertian pembelajaran, menurut sadiman ( Sutikno, 2005 :27 ) bahwa “pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencanadalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi prosesbelajar dalam diri peserta didik’’.
Selanjutnya Dunkin dan Biddle ( Sagala, 2005 : 64 )menambahkan bahwa proses pembelajaran itu akanberlangsung dengan baik jika pendidik mempunyai duakompetensi utama yaitu: “(1) kompetensi substansi materipembelajaran atau penguasaan materi pelajaran,dan (2)kompetensi metodologi pembelajaran’’.
-
24
Surakhmad (2003: 97) menegaskan “metode pembelajaran adalah
cara-cara pelaksanaan daripada proses pengajaran, atau soal bagaimana
teknisnya suatu bahan pelajaran diberikan kepada murid di sekolah’’.
Sedangkan Suryosubroto (2002: 149) mengemukakan sebagai berikut :
Metodologi pembelajaran pada hakikatnya merupakan penerapanprinsip-prinsip psikologi dan prinsip-prinsip pendidikan bagiperkembangan anak didik. Metodologi yang bersifat interaksiedukatif bermaksud mempertinggi kualitas hasil pendidikan danpengajaran di sekolah.
Selanjutnya Joyce dan Weil (sagala, 2005:176) mengatakan :
Metode pembelajaran adalah suatu deskripsi lingkungan belajar yangmenggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, buku-buku kerja, program multimedia, dan bantuan belajar melaluiprogram komputer.
Metode yang digunakan untuk memotivasi khususnya pada murid
sekolah dasar agar mampu menggunakan pengetahuannya untuk
memecahkan suatu masalah yang dihadapi atau menjawab suatu
pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk mampu
berfikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi
segala persoalan dalam proses pembelajaran di sekolah dasar.
Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa metode pembelajaran adalahsuatu cara, berfungsi untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Makin tepat metodenya, diharapkan makin
efektif pula pencapaian tujuan tersebut. Penggunaan metode tercapai jika
ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang
-
25
ikut berperan dalam menentukan efektifnya metode mengajar, antara lain
adalah guru itu sendiri, murid, dan situasi belajar.
b. Pengertian Model Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Model problem solving atau sering juga disebut dengan nama Model
Pemecahan Masalah merupakan suatu cara mengajar yang merangsang
seseorang untuk menganalisa dan melakukan sintesa dalam kesatuan struktur
atau situasi di mana masalah itu berada, atas inisiatif sendiri. Metode ini
menuntut kemampuan untuk dapat melihat sebab akibat atau relasi- relasi
diantara berbagai data, sehingga pada akhirnya dapat menemukan kunci
pembuka masalahnya. Kegiatan semacam ini merupakan ciri yang khas
daripada suatu kegiatan intelegensi. Metode ini mengembangkan
kemampuan berfikir yang dipupuk dengan adanya kesempatan untuk
mengobservasi problema, mengumpulkan data, menganalisa data, menyusun
suatu hipotesa, mencari hubungan (data) yang hilang dari data yang telah
terkumpul untuk kemudian menarik kesimpulan yang merupakan hasil
pemecahan masalah tersebut. Cara berfikir semacam itu lazim disebut cara
berfikir ilmiah. Cara berfikir yang menghasilkan suatu kesimpulan atau
keputusan yang diyakini kebenarannya karena seluruh proses pemecahan
masalah itu telah diikuti dan dikontrol dari data yang pertama yang berhasil
dikumpulkan dan dianalisa sampai kepada kesimpulan yang ditarik atau
ditetapkan.
(Gulo, 2002: 116) Penyelesaian masalah dalam model problemsolving ini dilakukan melalui kelompok. Suatu isu yang berkaitandengan pokok bahasan dalam pelajaran diberikan kepada muriduntuk diselesaikan secara kelompok. Masalah yang dipilih
-
26
hendaknya mempunyai sifat conflict issue atau kontroversial,masalahnya dianggap penting (important), urgen dan dapatdiselesaikan (solutionable) oleh murid.
Tujuan utama dari penggunaan model Pemecahan Masalah adalah:
(1) Mengembangkan kemampuan berfikir, terutama didalam mencari sebab-
akibat dan tujuan suatu masalah. Model ini melatih murid dalam cara-
cara mendekati dan cara-cara mengambil langkah-langkah apabila akan
memecahkan suatu masalah.
(2) Memberikan kepada murid pengetahuan dan kecakapan praktis yang
bernilai/bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari. Model ini
memberikan dasar-dasar pengalaman yang praktis mengenai bagaimana
cara-cara memecahkan masalah dan kecakapan ini dapat diterapkan bagi
keperluan menghadapi masalah-masalah lainnya didalam masyarakat.
(Omi Kartawidjaya, 1988: 42) Problem solving melatih muridterlatih mencari informasi dan mengecek silang validitasinformasi itu dengan sumber lainnya, juga problem solvingmelatih murid berfikir kritis dan metode ini melatih muridmemecahkan dilema. Sehingga dengan menerapkan metodeproblem solving ini murid menjadi lebih dapat mengertibagaimana cara memecahkan masalah yang akan dihadapi padakehidupan nyata/ di luar lingkungan sekolah.
Untuk mendukung strategi belajar mengajar dengan menggunakan
metode problem solving ini, guru perlu memilih bahan pelajaran yang
memiliki permasalahan. Materi pelajaran tidak terbatas hanya pada buku
teks di sekolah, tetapi juga di ambil dari sumber-sumber lingkungan seperti
peristiwa-peristiwa kemasyarakatan atau peristiwa dalam lingkungan
sekolah (Gulo, 2002: 114). Tujuannya agar memudahkan murid dalam
menghadapi dan memecahkan masalah yang terjadi di lingkungan
-
27
sebenarnya dan murid memperoleh pengalaman tentang penyelesaian
masalah sehingga dapat diterapkan di kehidupan nyata.
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pemecahan Masalah (Problem
Solving)
Kelebihan model Problem Solving :
(1) Mendidik murid untuk berpikir secara sistematis
(2) Mendidik berpikir untuk mencari sebab akibat
(3) Menjadi terbuka untuk berbagi pendapat dan mampu membuat
pertimbangan untuk memilih satu ketetapan
(4) Mampu mencari berbagai cara jalan keluar dari suatu kesulitan atau
masalah
(5) Mendidik suatu sikap hidup, bahwa setiap kesulitan ada jalan
pemecahannya jika dihadapi dengan sungguh-sungguh.
Sedangkan kelemahan model Problem Solving adalah:
(1) Model ini memerlukan waktu yang cukup jika diharapkan suatu hasil
keputusan yang tepat. Padahal kita ketahui bahwa jam-jam pelajaran selalu
terbatas.
(2) Dalam satu jam atau dua jam pelajaran mungkin hanya satu atau dua
masalah saja yang dapat , sehingga mungkin sekali bahan pelajaran akan
tertinggal.
(3) Model ini baru akan berhasil bila dingunakan pada kurikulum yang
berpusat pada anak dengan pembangunan semesta, dan bukan dari
-
28
kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran seperti pada kurikulum
konvensional/tradisional.
(4) Model ini tidak dapat digunakan dikelas-kelas rendahan karena
memerlukan kecakapan bersoal jawab dan memikirkan sebab akibat
sesuatu. (Jusuf djajadisastra, 1982:26-27),
d. Pelaksanaan Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) dalam
Meningkatkan hasil Belajar.
Pelaksanaan model pemecahan masalah (Problem Solving) dalam
meningkatkan hasil belajar dapat diartiakn sebagai rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang
dihadapi secara ilmiah. Menurut Sanjaya ( 2006 : 212 ) terdapat 3 ciri utama
model pemecahan masalah (Problem Solving), yaitu :
(1) Merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalamimplementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukanmurid. SPBM tidak mengharapkan murid hanya sekedarmendengarkan, mencatat, kemudian menghapal materi pelajaran,akan tetapi melalui SPBM murid aktif berfikir, berkomunikasi,mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan.
(2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.SPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari prosespembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin adaproses pembelajaran.
(3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan modelberfikirsecara ilmiah. Berfikir dengan menggunakan metode ilmiah adalahproses berfikir deduktif dan induktif. Proses berfikir ini dilakukansecara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berfikir ilmiahdilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu ; sedangkan empirisartinya proses penyelesaian masalah didasarkan data dan fakta yangjelas.
-
29
Untuk mengimplementasiakn strategi proses pembelajaran berbasis
masalah guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan
yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa diambil dari buku teks
atau dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi di
lingkungan sekitar, denagn melihat media cetak ( koran dan majalah ) atau
media elektronik (televisi radio).
Strategi pembelajaran dengan menerapkan pemecahan masalah pada
murid sekolah dasar dengan memperhatikan masalah yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari murid.
Langkah- langkah model ini antara lain:
(1) Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh
dari murid sesuai dengan taraf kemampuannya. Guru disini mencari
masalah yang dihadapi muridnya dan memecahkan masalah bersama-
sama serta masalahnya juga jelas agar murid tidak mengalami kesulitan
dalam pembelajaran.
(2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku- buku,
meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain- lain. Guru disini dapat
menggunakan cara formal dan nonformal yang dapat dijadikan alat
untuk memperoleh informasi. Cara tersebut seharysnya digunakan oleh
guru sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
-
30
(3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban
ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah
kedua diatas. Dalam langkah ini murid masih diharapkan mencari
jawaban tambahan kemudian merangkum semua jawaban yang telah
dicapai.
(4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini
murid harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin
bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan
jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji
kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya
seperti, demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.
(5) Menarik kesimpulan. Artinya murid harus sampai kepada kesimpulan
terakhir tentang jawaban dari masalah yang ada (Nana Sudjana, 1989:
85-86).
B. Kerangka Pikir
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari permasalahan yang
ada di masyarakat berkaitan denagn kehidupan sosial yang merupakan gabungan
mata pelajaran sosial seperti sejarah, ekonomi, dan geografi yang bertujuan untuk
mengembangkan diri, bakat, kemampuan dengan keadaan lingkungannya.
-
31
Tujuan dari pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mendidik dan
melatih memberi bekal kemampuan dasar kepada murid untuk mengembangkan
diri sesuai dengan bakat, minat kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai
bekal bagi murid untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial secara efektif,
maka salah satu pilihan yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan model
pemecahan masalah (problem solving) dalam proses pembelajaran pada tingkat
sekolah dasar.
Model pemecahan masalah ( Problem Solving ) dalam kaitannya dengan
murid sekolah dasar merupakan suatu cara, tehnik, model yang digunakan dalam
proses pembelajaran dengan mengangkat suatu pokok permasalahan yang perlu
dipecahkan, dan dalam pelaksanaan pembelajaran semua murid diharapkan turut
berpikir untuk memecahkan persoalan dalam memecahkan permasalahan sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
Tujuan akhir penerapan model pemecahan masalah (Problem Solving) dalam
proses pembelajaran ilmu pengetahuan sosial pada murid sekolah dasar adalah
peningkatan hasil belajar. Hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tingkat
penguasaan bahan pelajaran setelah mendapatkan atau memperoleh pengalaman
belajar dalam kurun waktu tertentu yang dapat diukur dengan menggunakan tes
atau penilaiaan tertentu melalaui proses pembelajaran.
Adapun skema kerangka pikir sebagai berikut :
-
32
Skema kerangka pikir
Kerangka Pikir Penerapan Pembelajaran Model Problem Solving
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “ jika guru menggunakan
model pemecahan masalah (problem solving) pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosia (IPS), maka Hasil Belajar Murid Kelas IV SDN Tombolo Pao
Kab. Gowa meningkat”.
Hasil belajar IPS murid masih rendah
PENERAPAN MODEL(Problem Solving)
Hasil Belajar IPSMeningkat
ASPEK GURU1. Metode yang digunakan
adalah metode ceramah2. Kurang mengaktifkan
murid dalam prosespembelajaran
ASPEK MURID1. Minat murid pada
mata pelajaran IPSmasih kurang.
2. Nilai hasil belajar IPSdibawah 65
PELAKSANAAN SIKLUS1 dan SIKLUS 2
-
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK)
yang akan dilaksanakan dalam dua siklus. Salah satu model PTK yang sering
digunakan di dalam bidang pendidikan adalah model Kurt Lewin (Alimin Umar
2005:20) mengemukakan bahwa konsep inti yang diperkenalkan dalam satu siklus
terdiri dari empat langkah yaitu: perencancanaan (Planning), Tindakan (Acting),
Pengamatan (Observasi), Refleksi (Reflection).
B. Tempat dan Subjek Penelitian.
Penelitan tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Tombolo Pao Kecamatan
Tombolo Pao Kabupaten Gowa untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Sedangkan sebagai subjek dalam penelitian ini adalah Murid kelas IV tahun
pelajaran 2013/2014 dengan Jumlah murid sebanyak 34 orang, terdiri dari 15
murid laki-laki dan 19 murid perempuan serta 1 orang guru.
C. Fokus Penelitian
Karena input dari penelitian ini adalah murid maka peneliti akan meneliti
peningkatan hasil belajar murid pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) melalui penerapan model pemecahan masalah (Problem Solving).
Adapun fokus dari penelitian ini adalah
33
-
34
1. Penerapan model pemecahan masalah (Problem Solving)
Merupakan model penyajian pelajaran dalam bentuk pemberian pertanyaan
yang harus dijawab terutama dari guru kepada murid, tapi dapat pula dari murid
kepada guru.
Adapun indikator Penerapan model pemecahan masalah (Problem Solving)
yaitu: (a) bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami, (b) mampu membuat
soal sendiri dan menjawab sendiri dengan benar, (c) menguasai keterampilan yang
diperlukan, (d) berani mencoba berbuat, (e) perhatian terhadap tugas besar, (f)
senang belajar.
Sedangkan indikator penerapan model pemecahan masalah untuk guru
adalah: (a) memantau kegiatan belajar murid, (b) memberi umpan balik, (c)
mengajukan pertanyaan menantang, (d) mengembangkan kegiatan bervariasi, (e)
membuat alat bantu belajar sederhana, (f) memilih media yang sesui dengan
materi ajar, (g) mencapai tujuan pembelajaran, (h) tidak membuat anak takut
salah, ditertawakan dan dianggap sepele, (i) menumbuhkan motivasi belajar.
2. Hasil Belajar Murid
Hasil belajar murid adalah ukuran berhasil tidaknya seseorang setelah
mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Indikator hasil belajar murid adalah bahwa
setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan Penerapan
model pemecahan masalah (Problem Solving) dapat meningkatkan hasil belajar
murid.
-
35
D. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus empat kali
pertemuan.dan setiap pertemuan diakhiri dengan tes untuk mengukur tingkat
pemahaman siswa dalam menerima pelajaran yang diberikan. Prosedur penelitian
tindakan kelas dijabarkan sebagai berikut :
Skema penelitian tindakan kelas ( Arikunto,dkk.2007)
Tahapan Siklus I
1. Tahap Perencanaan
a. Membuat skenario pembelajaran dan menentukan materi. Sebelum guru
mengajar sebaiknya menentukan dulu materi apa yang akan diajarkan.
Skenario pembelajaran dirancang dengan baik untuk penguasaan
Perencanaan
Refleksi
Refleksi
Siklus I
Siklus II Pelaksanaan
Pengamatan
Pengamatan
Perencanaan
Pelaksanaan
-
36
pengetahuan prosedural, pengetahuan deklaratif (pengetahuan faktual)
serta berbagai keterampilan. Pembelajaran dimaksudkan untuk
menuntaskan dua hasil belajar yaitu penguasaan pengetahuan yang
distrukturklan dengan baik dan penguasaan keterampilan.
b. Menyusun dan mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Guru dalam melaksanaan pembelajaran dituntut membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran dan merancang dengan baik.
c. Menyiapkan media pembelajaran dengan gambar. Media dalam
pembelajaran dapat mempertingi proses belajar murid yang pada
gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.
Ada beberapa jenis media yang baiasa yang digunakan dalam proses
pengajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau
diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga
disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang
dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yakni dalam bentuk model seperti
model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja,
mock up, diorama dan lain-lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film
stips, film, penggunaan OHP dan lain-lain. Keempat penggunaan
linkungan sebagai media pembelajaran.
d. Membuat lembar observasi sebagai alat pengumpul data untuk mengetahui
bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas pada waktu berlangsungnya
kegiatan pembelajaran, baik murid maupun guru.
-
37
e. Membuat alat evaluasi untuk melihat pemahaman murid terhadap materi
yang telah dipelajari.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan siklus 1 dilaksanakan sebanyak 4 kali
pertemuan dan siklus II sebanyak 4 kali pertemuan, pada tahap ini adalah
melaksanakan pembelajaran sesuai skenario pembelajaran yang telah dibuat.
Kegiatan itu sebagai berikut:
a. Pada awal tatap muka peneliti menyampaikan materi yang sesuai dengan
rencana pembelajaran yang telah dibuat dan membagi murid dalam
beberapa kelompok
b. Peneliti atau guru menjelaskan materi pelajaran setelah itu murid diminta
untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
c. Peneliti atau Guru mencari data atau keterangan yang dapat digunakan
untuk memecahakan tersebut.
d. Peneliti atau Guru menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut
dan Guru melakukan pemantauan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung berdasarkan pedoman observasi.
e. Meminta murid untuk menguji jawaban sementara tersebut.
f. Menarik kesimpulan.
g. Memberikan tugas rumah yaitu membuat soal sendiri dan dijawab sendiri.
h. Pada akhir siklus dilakukan pengukuran kemampuan.
-
38
3. Observasi
a. Peneliti memperhatikan keseluruhan murid untuk mengetahui siapa yang
hadir dan siapa yang tidak hadir.
b. Pemantauan keaktifan murid pada saat pembelajaran berlangsung
berdasarkan format yang telah disiapkan.
c. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data dari hasil
pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam
situasi sebenarnya dan langsung diamati oleh peneliti.
4. Refleksi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis data yang
diperoleh pada tahap observasi. Berdasarkan hasil analisis data dilakukan
refleksi guna melihat kekurangan dan kelebihan yang terjadi pada saat
pembelajaran. Kekurangan dan kelebihan dalam tahap ini dipergunakan
sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
Tahapan Siklus Il
Langkah -langkah yang dilakukan pada siklus II ini relatif sama dengan
perencanaan dan penelitian pelaksanaan dalam siklus I. Berdasarkan hasil refleksi
tindakan yang dilaksanakan pada siklus I, dilakukan perbaikan pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II. Pelaksanaan tindakan pada siklus II disesuaikan
dengan perubahan yang ingin dicapai. Hasil yang dicapai pada siklus ini
dikumpulkan serta dianalisis untuk menetapkan suatu kesimpulan.
Berikut akan diuraikan gambaran kegiatan pada siklus II:
-
39
1. Tahap perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan lanjut
dari siklus I. Hal-hal yang di lakukan adalah:
a. Mempersiapkan perangkat pembelajaran
b. Mempersiapkan lembar observasi untuk mengamati aktifitas murid selama
berlangsungnya proses belajar mengajar.
c. Melakukan perencanaan kegiatan yang dilakukan pada siklus I dengan
berdasarkan pada refleksi siklus II.
2. Tahap Pelaksanaan
(a) Mempersiapkan semua perangkat pembelajaran media dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan dalam kelas serta
lembar kerja aktifitas murid dan memasang media yang akan digunakan
pada saat proses pembelajaran
(b) Kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan Penerapan model pemecahan
masalah (Problem Solving), waktunya sama dengan langkah- langkah
siklus I dan siklus II
3. Observasi
Melakukan observasi aktifitas murid selama berlangsung proses
belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi aktifitas murid
untuk melihat adanya peningkatan aktifitas murid. Melakukan aktifitas
dengan menggunakan tes berupa essay pada akhir tindakan siklus II
dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar murid.
-
40
4. Refleksi
Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dan evaluasi akan
dianalisis dan merupakan hasil pelaksanaan tinadakan siklus II masih ada
kekurangan untuk melakukan perbaikan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, maka teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Tes
Tes dalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk
yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan
peteunjuk itu. ( Sudjana, 1989: 43)
Jenis data yang diperoleh dari bentuk tes dalam penelitian ini adalah
bentuk essay.
2. Observasi
Menurut Sudjana (2005 : 84) observasi adalah alat untuk mengukur
atau menilai hasil dan proses belajar. Misalnya tingkah laku murid pada
waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, kegiatan diskusi
murid, partisipasi murid dalam simulasi serta penggunaan alat peraga.
Bentuk observasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah observasi
langsung, yaitu pengamatan yang dilakukan terhadap gejala dan proses yang
terjadi dalam situasi sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.
-
41
3. Wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan- bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan melakukan Tanya- jawab lisan secara sepihak,
berhadapan muka dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
(sudjana, 2003 : 82). Bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara
bebas.
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil tes analisis dengan menggunakan statistic
ragam persentase, sebelum nilai yang diperoleh murid dipersentasekan, terlebih
dahulu diberikan skor terhadap hasil pekerjaan setiap murid dengan rumus
sebagai berikut := 100(Depdikbud, 2004: 27)
Rentang nilai yang diperoleh adalah 0-100. Adapun kriteria yang digunakan
sebagai standar dengan menentukan mampu atau tidaknya memahami materi dan
menjawab soal- soal , adalah nilai 65 ke atas dengan persentase 80 %.
Adapun untuk keperluan analisis kuantitatif digunakan teknik kategori
tingkat penguasaan materi. Pedoman yang digunakan untuk mengubah skor
mentah yang diperoleh murid menjadi skor standar ( nilai).
-
42
Tabel 3.1 : Tingkat Penguasaan Materi
No. Interval Kategori Hasil Belajar
1. 0-34 Sangat rendah
2. 35- 54 Rendah
3. 55- 64 Sedang
4. 65- 84 Tinggi
5. 85- 100 Sangat tinggi
Diadaptasi dari laporan penilaian Dinas Pendidikan Nasional(Arikunto, dkk. 2007)
G. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah bila hasil belajar murid
selama proses pembelajaran tiap siklus mengalami peningkatan dari siklus I ke
siklus II. Hal ini ditandai dengan daya serap individu minimal 60% dan
ketuntasan klasikal 80% serta observasi murid dan pengelolaan pembelajaran
berada dalam kategori baik dan sangat baik.
-
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dibahas tentang hasil penelitian yang menunjukkan peningkatan
hasil belajar IPS melalui penerapan model pemecahan masalah (Problem Solving)
pada Murid Kelas IV SDN Tombolo Pao Kab. Gowa dalam bentuk penelitian
tindakan kelas ( PTK).
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Pada pelaksanaan tindakan ini
dilakukan dalam dua siklus yaitu kegiatan siklus I dan siklus II.
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Hasil Siklus Pertama
Tahapan penelitian tindakan kelas pada siklus I dalam pembelajaran IPS
dengan menggunakan model pemecahan masalah (Problem Solving) dalam
meningkatkan hasil belajar IPS pada murid kelas IV SDN Tombolo Pao, yaitu:
a. Perencanaan
Perencanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I sebagai berikut:
1) Peneliti bertindak sebagai pengamat dan pengarah pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru dengan penerapan model pemecahan masalah
(Problem Solving). Guru menerapkan model pembelajaran kepada murid
sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun secara kolaboratif,
sedangkan peneliti mengamati secara totalitas.
4343
-
44
2) Peneliti menyiapkan lembar observasi/pengamatan untuk melihat bagaimana
situasi pembelajaran ketika pembelajaran berlangsung .
3) Kegiatan yang direncanakan dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan
pembelajaran untuk membangkitkan minat murid, meliputi:
a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) IPS di kelas IV
dengan menggunakan model pemecahan masalah (Problem Solving),
b. Menyiapkan media pembelajaran berupa gambar- gambar yang sesuai
dengan materi,
c. Menyiapkan alat evaluasi yang akan dimanfaatkan murid untuk menjawab
pertanyaan.
b. Pelaksanaan
Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I dilakukan
pada tanggal 7,10 dan 14 April 2014 merupakan tindakan atau kegiatan guru
dalam upaya guru meningkatkan hasil belajar IPS melalui penerapan model
pemecahan masalah (Problem Solving) pada murid kelas IV SDN Tombolo Pao
Kab. gowa.
Pertemuan I : Hari rabu 7 mei 2014
Sebelum memulai pembelajaran, pengajar menjelaskan kepada murid
tentang belajar, sesuai yang dikemukakan oleh Menurut Hamalik (2004: 27)
mengemukakan “Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan
suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih
luas dari itu, yakni mengalami,hasil belajar bukan suatu penguasaan latihan
melainkan pengubahan kelakuan”. Menurut Crobach, belajar adalah
-
45
perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi
melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Adapun pelaksanaan pembelajaran dimulai dari kegiatan awal, yaitu:
mengecek kehadiran murid, berdoa, menyampaiakan tujuan pembelajaran.
Mengarahkan murid menentukan masalah yang akan dipecahkan merupakan
langkah-langkah guru untuk memberikan permasalahan-permasalahan yang
terdapat pada meteri pokok bahasan kegiatan ekonomi melalui penerapan
pemecahan masalah kepada murid.
Guru mengarahkan murid meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut
pandang. Setelah mengarahkan murid menentukan masalah yang akan dipecahkan
kemudian meminta murid menyelesaikan masalah dalam bentuk individu atau
kelompok melalui kegiatan kegiatan pembelajaran karena ada kelompok yang
menguasai materi dan ada kelompok yang menanggapi, sehingga terjadi proses
pembelajaran memberikan pengetahuan dan pemahaman yang sama pada setiap
kelompok.
Guru merumuskan berbagai kemungkinan cara pemecahan masalah sesuai
dengan pengetahun yang dimilikinya merupakan langka antisipatif dari guru pada
pelaksanaan pembelajaran dengan memberikan arahan pada permasalahan yang
dihadapi murid mengenai materi pembelajaran pada mata pelajaran IPS yang
dianggap susah. Dengan demikian tingkat pemahaman murid terhadap materi
pembelajaran IPS dapat merata dan dialami oleh setiap murid yang ada di kelas.
Guru menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah. Setelah guru memberikan arahan kepada murid untuk merumuskan
-
46
berbagai kemungkinan cara pemecahan masalah yang dimiliki murid selanjutnya
guru menggambarkan informasi dan diperlukan untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi murid pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.
Guru mengarahkan murid memberikan kesimpulan terhadap permasalahan
yang dihadapi pada materi pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS). Hal ini
dilakuakn untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman murid, sehingga
murid memiliki pemahaman dan pengetahuan yang sama dan merata tentang
pokok bahasan pentingnya koperasi dalam kehidupan masyarakat.
Guru mampu membuat kesimpulan materi pembelajaran adalaah langkah-
langkah yang dilakukan guru untuk memberikan kesimpulan tentang pokok
bahasan koperasi yang dibahas dalam pembelajaran, sehingga setiap murid
menguasai permasalahan yang terdapat dalam materi yang dibahas pada
pembelajaran, sehingga hasil belajar murid dapat ditingkatan secara optimal.
Guru memberikan tes tertulis untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
dan pemahaman yang dimiliki murid terhadap materi pelajaran setelah diterapkan
pendekatan model pemecahan masalah (Problem Solving) pada pokok bahasan
pentingnya koperasi dalam kehidupan masyarakat.
Pertemuan II: Hari sabtu 10 mei 2014
Pada pertemuan kedua tidak jauh apa yang dikukan pada pertemuan pertama
proses pembelajaran ini dilaksanakan selama 2x35 menit. Yang bertindak sebagai
pengajar adalah peneliti sendiri dan yang bertindak sebagai observer adalah wali
kelas IV SDN Tombolo Pao Kabupaten Gowa.
-
47
Sebelum memulai pembelajaran, pengajar menyampaikan beberapa kutipan
kepada murid seperti yang dikemukakan oleh Gross (1978) menyebutkan bahwa
tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan murid menjadi warga Negara
yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. Ia juga menambahkan, tujuan IPS
adalah untuk mengembangkan kemampuan peserta didik menggunakan penalaran
dalam berbagai persoalan yang dihadapinya.
Selanjutnya aktifitas mengajar dilanjutkan dengan kegiatan pembelajaran,
yaitu pelaksanaan pembelajaran di mulai dari kegiatan awal, yaitu guru mengecek
kehadiran murid, berdoa,menyampaiakan tujuan pembelajaran. Mengarahkan
murid menentukan masalah yang akan dipecahkan merupakan langkah-langkah
guru untuk memberikan permasalahan-permasalahan yang terdapat pada meteri
pokok bahasan kegiatan ekonomi melalui penerapan pemecahan masalah kepada
murid.
Guru mengarahkan murid meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut
pandang. Setelah mengarahkan murid menentukan masalah yang akan dipecahkan
kemudian meminta murid menyelesaikan masalah dalam bentuk individu atau
kelompok melalui kegiatan kegiatan pembelajaran karena ada kelompok yang
menguasai materi dan ada kelompok yang menanggapi, sehingga terjadi proses
pembelajaran memberikan pengetahuan dan pemahaman yang sama pada setiap
kelompok.
Guru merumuskan berbagai kemungkinan cara pemecahan masalah sesuai
dengan pengetahun yang dimilikinya merupakan langka antisipatif dari guru pada
pelaksanaan pembelajaran dengan memberikan arahan pada permasalahan yang
-
48
dihadapi murid mengenai materi pembelajaran pada mata pelajaran IPS yang
dianggap susah. Dengan demikian tingkat pemahaman murid terhadap materi
pembelajaran IPS dapat merata dan dialami oleh setiap murid yang ada di kelas.
Guru menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah. Setelah guru memberiklan arahan kepada murid untuk merumuskan
berbagai kemungkinan cara pemecahan masalah yang dimiliki murid selanjutnya
guru menggambarkan informasi dan diperlukan untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi murid pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.
Guru mengarahkan murid memberikan kesimpulan terhadap permasalahan
yang dihadapi pada materi pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS). Hal ini
dilakuakn untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman murid, sehingga
murid memiliki pemahaman dan pengetahuan yang sama dan merata tentang
pokok bahasan tujuan dan manfaat koperasi.
Guru mampu membuat kesimpulan materi pembelajaran adalah langkah-
langkah yang dilakukan guru untuk memberikan kesimpulan tentang pokok
bahasan kegiatan ekonomi yang dibahas dalam pembelajaran, sehingga setiap
murid menguasai permasalahan yang terdapat dalam materi yang dibahas pada
pembelajaran, sehingga hasil belajar murid dapat ditingkatan secara optimal.
Guru memberikan tes tertulis untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
dan pemahaman yang dimiliki murid terhadap materi pelajaran setelah diterapkan
pendekatan model pemecahan masalah (Problem Solving) pada pokok bahasan
tujuan dan manfaat koperasi.
-
49
Pertemuan III: Hari rabu 14 mei 2014
Pertemuan III siklus I ini sama dengan pertemuan I dan pertemuan II.
Sebelum memulai pebelajaran, pengajar menyampaikan beberapa kutipan kepada
murid tentang factor yang mempengaruhi proses dan kegiatan belajar menurut
Slameto (2000:29) yaitu:
a. Faktor kecerdasan, tingkat kecerdasan manusia tidak sama, ada yang lebih
tinggi, ada yang sedang, dan ada yang kurang. Orang yang tinggi kecerdasannya
dapat mengolah gagasan yang rumit, abstrak dan sulit dilakukan dengan cepat dan
tanpa melalui banyak kesulitan dibandingkan dengan orang yang kurang cerdas.
b. Faktor belajar, yaitu semua segi kegiatan bealajar misalnya kurang dapat
memusatkan perhatian pada pelajaran yang sedang dihadapi, tidak dapat
menguasai kaidah yang berkaitan dengan proses belajar sehingga tidak dapat
memahami pelajaran.
Selanjutnya aktifitas mengajar dilanjutkan dengan kegiatan pembelajaran,
yaitu pelaksanaan pembelajaran dimulai dari kegiatan awal, yaitu mengucapkan
salam, berdoa, menyampaiakan tujuan pembelajaran. Mengarahkan murid
menentukan masalah yang akan dipecahkan merupakan langkah-langkah guru
untuk memberikan permasalahan-permasalahan yang terdapat pada meteri pokok
bahasan kegiatan ekonomi melalui penerapan pemecahan masalah kepada murid.
Guru mengarahkan murid meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut
pandang. Setelah mengarahkan murid menentukan masalah yang akan dipecahkan
kemudian meminta murid menyelesaikan masalah dalam bentuk individu atau
kelompok melalui kegiatan kegiatan pembelajaran karena ada kelompok yang
-
50
menguasai materi dan ada kelompok yang menanggapi, sehingga terjadi proses
pembelajaran memberikan pengetahuan dan pemahaman yang sama pada setiap
kelompok.
Guru merumuskan berbagai kemungkinan cara pemecahan masalah sesuai
dengan pengetahun yang dimilikinya merupakan langka antisipatif dari guru pada
pelaksanaan pembelajaran dengan memberikan arahan pada permasalahan yang
dihadapi murid mengenai materi pembelajaran pada mata pelajaran IPS yang
dianggap susah. Dengan demikian tingkat pemahaman murid terhadap materi
pembelajaran IPS dapat merata dan dialami oleh setiap murid yang ada di kelas.
Guru menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah. Setelah guru memberiklan arahan kepada murid untuk merumuskan
berbagai kemungkinan cara pemecahan masalah yang dimiliki murid selanjutnya
guru menggambarkan informasi dan diperlukan untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi murid pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.
Guru mengarahkan murid memberikan kesimpulan terhadap permasalahan
yang dihadapi pada materi pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS). Hal ini
dilakuakn untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman murid, sehingga
murid memiliki pemahaman dan pengetahuan yang sama dan merata tentang
pokok bahasan perbedaan koperasi dengan badan usaha lain.
Guru mampu membuat kesimpulan materi pembelajaran adalaah langkah-
langkah yang dilakukan guru untuk memberikan kesimpulan tentang pokok
bahasan kegiatan ekonomi yang dibahas dalam pembelajaran, sehingga setiap
-
51
murid menguasai permasalahan yang terdapat dalam materi yang dibahas pada
pembelajaran, sehingga hasil belajar murid dapat ditingkatan secara optimal.
Guru memberikan tes tertulis untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
dan pemahaman yang dimiliki murid terhadap materi pelajaran setelah diterapkan
pendekatan model pemecahan masalah (Problem Solving) pada pokok bahasan
perbedaan koperasi dengan badan usaha lain.
c. Observasi/ Pengamatan
Pada siklus I ini dilaksanakan tes hasil belajar setelah menyelesaikan
pelaksanaan tindakan siklus I. Adapun analisis deskriptif skor gabungan hasil tes
belajar untuk tiga pertemuan pada siklus I pelajaran IPS murid kelas IV SDN
Tombolo Pao Kab. Gowa setelah penerapan model pemecahan masalah (Problem
Solving) disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktvitas Belajar Murid Kelas IV SDNTombolo Pao Pada Siklus I
.No. Aspek yang diamati
Pertemuan
Jumlah PersentaseI II III IV
1Murid yang memperhatikan
penjelasan guru17 20 24
T
E
S
S
I
K
L
U
6159,80
2Murid yang mencatat materi dalam
belajar18 24 27 69
67,47
3Murid yang aktif mengajukan
pertanyaan25 21 20 66
64,70
4Murid yang aktif menjawab
pertanyaan18 22 25 65
63,72
-
52
5Murid yang melakukan kegiatan
lain pada saat guru menjelaskan20 18 15
S
I53
51,96
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 34 murid kelas V SDN Tombolo
Pao Kab. Gowa yang diobservasi terkait aspek-aspek aktivitas belajar murid pada
siklus I selama proses pembelajaran berlangsung, murid yang memperhatikan
pelajaran sekitar 59,80%, murid dalam mencatat materi dalam belajar PKn sekitar
67,47%, murid yang aktif mengajukan pertanyaan sekitar 64,70%, murid yang
aktif menjawab pertanyaan sekitar 63,72%, dan murid yang melakukan kegiatan
lain pada saat guru menjelaskan sekitar 51,96%.
Selanjutnya pada pertemuan keempat diadakan tes hasil siklus. Nilai tes
dapat dilihat pada lampiran 3. Jika nilai hasil tes tersebut dikelompokkan
berdasarkan skala deskriptif, maka diperoleh distribusi frekuensi dan presentase
nilai sebagaimana disajikan pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Nilai Statistik skor hasil belajar IPS murid kelas IV SDNTombolo Pao pada tes akhir Siklus I.
Statistik Nilai Statistik
Subjek 34
Skor Ideal 100
Skor tertinggi 70
Skor terendah 8
Rentang skor 62
Skor Rata-rata 43,94
-
53
Jika skor hasil belajar IPS murid pada siklus I dikelompokkan kedalam 5
kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Belajar IPS padaMurid kelas IV SDN Tombolo Pao pada Siklus I
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 – 34 Sangat rendah 9 26,47%
35 – 54 Rendah 15 44,11%
55 – 64 Sedang 4 11,76%
65 -84 Tinggi 6 17,64%
85 – 100 Sangat tinggi - -
Jumlah 34 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa 26,47% murid yang nilainya berada pada
kategori sangat rendah, 44,11% berada pada kategori rendah, 11,76% berada pada
kategori sedang, 17,64% berada pada kategori tinggi.
Untuk melihat persentase ketuntasan belajar murid kelas IV SDN Tombol