2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

58
PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDAS KEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU A

description

bkb

Transcript of 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

Page 1: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU A

Page 2: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)
Page 3: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI

DAN KADER POSYANDU

Praktik Cerdas ini didukung oleh Proyek BASICS melalui mekanisme BASICS Responsive Initiative pada tahun 2010-2013

PenulisTim BASICS

PenyuntingTheresia Erni

PenasehatTim Babcock

Kontributor: Pemerintah Kabupaten Buton Utara, Sulawesi TenggaraPemerintah Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi TenggaraPemerintah Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi TenggaraPemerintah Kota Baubau, Sulawesi TenggaraPemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi UtaraPemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Sulawesi Utara

Dicetak di Jakarta – April 2014Publikasi ini didanai oleh Department of Foreign Affairs, Trade and Development (DFATD) Canada melalui Proyek BASICS. Sebagian atau seluruh isi buku ini, termasuk ilustrasinya, boleh diperbanyak dengan syarat disebarkan secara gratis dan mencantumkan sumbernya. Versi elektronik dokumen ini dapat diunduh dari situs internet www.basicsproject.or.id

Page 4: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)
Page 5: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU i

PANDUAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU

Proyek BASICS mendefinisikan Praktik Cerdas sebagai beragam upaya yang berhasil dilakukan pemerintah daerah bersama masyarakat dalam menjawab tantangan pelayanan dasar kesehatan dan pendidikan dan berkontribusi pada pencapaian SPM dan MDGs di bidang kesehatan dan pendidikan dasar.

Page 6: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDUii

SEKILAS TENTANG PROYEK BASICS

Page 7: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU iii

BASICS (Better Approaches for Service Provision through Increased Capacities in Sulawesi) atau Peningkatan Pelayanan Dasar melalui Pengembangan Kapasitas di Sulawesi, adalah proyek inisiatif kerjasama antara Pemerintah Kanada melalui Canadian International Development Agency (CIDA) dengan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Dalam Negeri yang ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman pada tanggal 25 September 2007 di Jakarta. Cowater International dipilih sebagai Badan Pelaksana Kanada untuk melaksanakan seluruh proyek termasuk administrasi keuangan dan pengelolaan teknis proyek dalam dokumen Project Implementation Plan (PIP) yang disepakati bersama.

Proyek BASICS bekerja di 10 Kabupaten/Kota di Propinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara dalam rangka berkontribusi bagi percepatan pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) kesehatan dan pendidikan, dan Millennium Development Goals (MDGs). Lima kabupaten/kota Propinsi Sulawesi Utara terdiri atas: Kota Bitung, Kab. Minahasa, Kab. Minahasa Utara, Kab. Siau Tagulang dan Biaro, dan Kab. Kepulauan Sangihe. Sedangkan lima kabupaten/kota Propinsi Sulawesi Tenggara meliputi Kota Baubau, Kab. Buton Utara, Kab. Wakatobi, Kab. Konawe Selatan dan Kab. Kolaka Utara. Pada tahun 2014, Proyek BASICS menambah 4 kabupaten sebagai mitra kerja di Propinsi Sulawesi Utara (Kab. Kepulauan Talaud dan Kab. Minahasa Tenggara) dan Propinsi Sulawesi Tenggara (Kab. Bombana dan Kab. Konawe Utara).

Proyek BASICS mempunyai dua komponen utama. Komponen pertama adalah pengembangan kapasitas (Capacity Development) yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas para pihak (eksekutif, legislatif, dan organisasi masyarakat sipil) di daerah dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan, melalui: (1) peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah dalam perencanaan dan penganggaran untuk meningkatkan pelayanan dasar kesehatan dan pendidikan; (2) penguatan kapasitas DPRD bersama Organisasi Masyarakat Sipil dalam mendukung dan mengawasi kinerja pelayanan dasar kesehatan dan pendidikan di daerah; dan (3) pengarusutamaan gender dalam perencanaan dan penganggaran pelayanan dasar kesehatan dan pendidikan. Komponen kedua adalah BASICS Responsive Initiative (BRI) yang merupakan dana hibah yang diberikan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mendukung inovasi atau praktik cerdas yang dilakukan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan dasar kesehatan dan pendidikan untuk percepatan pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) kesehatan dan pendidikan dan Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals/MDGs). Informasi lebih lanjut tentang Proyek BASICS dapat dilihat pada www.basicsproject.or.id

SEKILAS TENTANG PROYEK BASICS

Page 8: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDUiv

Page 9: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU v

DAFTAR ISIKATA PENGANTARABSTRAKSIDAFTAR SINGKATAN

BAB I MENGAPA, UNTUK APA, DAN UNTUK SIAPA PANDUAN INI DIBUAT? A. Latar Belakang 1. Kondisi Kesehatan Ibu di Indonesia 2. Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi 3. Peran Strategis Kader Posyandu B. Tujuan C. Landasan Hukum D. Ruang Lingkup E. Pemanfaat

BAB II KONSEP DASAR KEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU A. Pengertian B. Konsep Kemitraan C. Prinsip Kemitraan D. Landasan Kemitraan E. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Kemitraan

BAB III LANGKAH-LANGKAH MENUJU KEMITRAAN A. Pendataan Kesehatan Ibu dan Anak B. Identifikasi Potensi yang Mendukung Kemitraan C. Membangun Dukungan Para Pihak D. Lokakarya Kemitraan Bidan, Dukun Bayi dan Kader Posyandu E. Pembentukan Regulasi Daerah F. Koordinasi dan Peningkatan Kapasitas bagi Dukun Bayi dan Kader Posyandu G. Pemantauan dan Penilaian H. Mempersiapkan Sarana dan Prasarana Pendukung I. Administrasi dan Pelaporan J. Pembiayaan K. Pedoman-pedoman dalam Kemitraan Bidan, Dukun Bayi dan Kader Posyandu

LAMPIRAN Persiapan untuk Kehidupan Keluarga Sehat Identifikasi Pemeriksaan Kehamilan Pemeriksaan dan Pemantauan Kehamilan Persiapan Persalinan Pertolongan Persalinan (Asuhan Pertolongan Kala 1) Pelayanan Ibu Menyusui, Bayi dan Balita

viiixx

111234455

99

10111213

171718181920202122222324

29293131333840

Page 10: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDUvi

Page 11: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU vii

KATA PENGANTAR

Salah satu tema pelayanan kesehatan yang dikembangan oleh mitra kerja Proyek BASICS adalah kesehatan ibu dan bayi. Tema tersebut dipilih berdasarkan analisis beberapa target MDGs dan indikator cakupan SPM bidang kesehatan yang masih timpang dari target nasional. Beberapa target dan indikator tersebut diantaranya: Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), cakupan kunjungan ibu hamil, dan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Guna mendukung upaya tersebut salah satu program yang dikembangkan adalah kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu.

Kemitraan bidan dan dukun bayi merupakan satu upaya yang sesungguhnya telah dicanangkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan telah cukup sukses diterapkan di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya adalah Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Bahkan sebelumnya pendekatan “community-based” ini diterapkan cukup luas di Sulawesi Tenggara melalui program “Healthy Mothers, Healthy Babies” bantuan Australia, namun dengan pemekaran wilayah, mutasi tenaga (bidan) terampil menjadi tenaga “struktural” di kantor, serta selesainya program bantuan, maka pendekatan itu pelan-pelan dibiarkan menghilang alias tidak dilembagakan. Sukses Pemerintah Kabupaten Takalar tidak lepas juga dari dukungan UNICEF yang fokus mendukung hal tersebut sejak tahun 2007. Karena pilot proyek itu menurut evaluasi sangat berhasil, terutama karena dirancang dengan pendekatan sosiokultural berdasarkan aset, nilai dan budaya setempat, maka kemudian Pemerintah Sulawesi Selatan dengan anggaran sendiri mereplikasi pendekatannya ke 15 kabupaten/kota lainnya. Keberhasilan tersebut menjadi sebuah insipirasi Proyek BASICS untuk belajar, menerapkan dan mengembangkannya. Atas dasar hal tersebut, mitra kerja Proyek BASICS dari Kabupaten Buton Utara, Kota Baubau, Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Kolaka Utara melakukan studi banding ke Takalar pada tahun 2012. Kunjungan studi banding juga dilakukan oleh mitra kerja Proyek BASICS dari Kabupaten Kepulauan Sitaro dan Kabupaten Kepulauan Sangihe ke Kabupaten Takalar pada tahun 2013.

Belajar dari Kabupaten Takalar serta upaya-upaya penyesuaian dan pengembangan yang dilakukan oleh mitra kerja Proyek BASICS, berkembanglah bentuk kemitraan bidan, dukun bayi, dan kader posyandu. Kader posyandu dipandang sebagai elemen strategis lain yang perlu bermitra. Elemen ini merupakan bentuk pengejawantahan nyata dari partisipasi masyarakat dalam peningkatan pelayanan kesehatan dasar di lingkungannya. Bentuk kemitraan ini dipandang cukup sukses

Page 12: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDUviii

dilakukan, salah satu hasilnya adalah ikut berkontribusi bagi pencapaian zero maternal mortality (tidak ada kematian ibu) sepanjang tahun 2013 di Kabupaten Buton Utara serta dua kecamatan di Kota Baubau yang bekerjasama dengan proyek BASIS dan yang menjadi lokasi ujicoba Program Kemitraan Bidan, Dukun Bayi, dan Kader Posyandu.

Mengadopsi sukses Pemerintah Kabupaten Takalar dan mitra-mitra Proyek BASICS serta panduan kemitraan bidan dan dukun bayi yang telah disusun Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Proyek BASICS mencoba mengembangkan Buku Panduan ini. Harapannya, panduan ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah lain ataupun proyek-proyek pembangunan lain seperti Proyek BASICS.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerjasama dan berkontribusi dalam pengembangan praktik cerdas yang dibahas dalam Panduan ini sekaligus menyampaikan apresiasi kepada seluruh kontributor yang mendukung penyusunan Panduan Praktik Cerdas ini.

Maret 2014

Bill DugganProject Director BASICS

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDUviii

Page 13: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU ix

ABSTRAKSI

Panduan Penerapan Praktik Cerdas ini disusun sebagai upaya untuk mendokumentasikan proses penerapan kemitraan bidan, dukun bayi, dan kader posyandu yang telah dilakukan pemerintah daerah mitra kerja BASICS dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu dan anak sekaligus sebagai bahan pembelajaran yang diharapkan dapat menginspirasi daerah-daerah lain untuk melakukan pendekatan yang sama. Panduan ini menjelaskan tentang konsep dasar kemitraan, prinsip-prinsip dalam kemitraan dan langkah-langkah menuju kemitraan yang lebih baik antara bidan sebagai petugas kesehatan dan dukun bayi serta kader posyandu sebagai komponen masyarakat. Dalam panduan ini dijelaskan juga langkah-langkah untuk membangun komitmen para pihak dalam mendukung kemitraan. Disertakan juga berbagai pedoman yang dapat dipergunakan oleh bidan, dukun bayi dan kader posyandu dalam pelaksanaan tugasnya.

ABSTRACT

These smart practice implementation guidelines were developed to document the process of implementing partnerships between midwives, traditional birth attendants and Posyandu cadres that have been carried out by BASICS’ local government and community partners in improving the quality of health services for mothers and children. These guidelines can also be used as learning materials and are expected to inspire local governments in other regions to adapt and adopt the same approach. These guidelines describe the basic concepts and principles of partnership, and the steps toward better partnerships between midwives as health workers and traditional birth attendants and Posyandu cadres as components of society. These guidelines also explain the steps to build commitment among related parties to support the partnership. Also included are a variety of guidelines that can be used by midwives, traditional birth attendants and Posyandu cadres to better performtheir duties.

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU ix

Page 14: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDUx

DAFTAR SINGKATAN

AKB Angka Kematian BayiAKI Angka Kematian Ibu AMP Audit Maternal PerinatalAPBD Anggaran Pembangunan DaerahBappeda Badan Perencanaan Pembangunan DaerahBKD Badan Kepegawaian DaerahBOK Bantuan Operasional KesehatanBPMD Badan Pemberdayaan Masyarakat DesaBPPKB Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga BerencanaDPRD Dewan Perwakilan Rakyat DaerahJamkesda Jaminan Kesehatan DaerahJamkesmas Jaminan Kesehatan MasyarakatJampersal Jaminan PersalinanKIA Kesehatan Ibu dan AnakKMS Kartu Menuju SehatLSM Lembaga Swadaya Masyarakat MDG Millenium Development GoalsPuskesmas Pusat Kesehatan MasyarakatPustu Puskemas PembantuPoskesdes Pos Kesehatan DesaPolindes Pos Bersalin DesaPUS Pasangan Usia SuburPosyandu Pos Pelayanan TerpaduPKK Program Kesejahteraan KeluargaPokjanal Kelompok Kerja OperasionalRSUD Rumah Sakit Umum DaerahSPM Standar Pelayanan MinimalSKPD Satuan Kerja Perangkat DaerahWHO World Health OrganizationWUS Wanita Usia Subur

Page 15: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU A

Setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan

Page 16: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)
Page 17: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

MEN

GAPA

, UN

TUK

APA

, DAN

UN

TUK

SIAPA

PA

ND

UAN

INI D

IBU

AT?KO

NSEP

DASA

R K

EMITR

AAN

BID

AN

,D

UKU

N B

AYI DAN

KAD

ER P

OSYA

ND

ULA

NG

KAH

-LAN

GK

AH

M

ENU

JU K

EMITR

AAN

LAM

PIR

AN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU 1

BAB IMENGAPA, UNTUK APA, DAN UNTUK SIAPA PANDUAN INI DIBUAT?

A. Latar Belakang

1. Kondisi Kesehatan Ibu di Indonesia

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan barometer pelayanan kesehatan di suatu negara. Bila angka kematian tersebut masih tinggi artinya pelayanan kesehatan ibu belum optimal, begitu juga sebaliknya. Tinggi atau rendahnya angka kematian tersebut sangat terkait dengan optimalisasi peran pemerintah dalam menyediakan layanan kesehatan yang layak dan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan di lingkungannya.

Saat ini status kesehatan ibu di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan, bahkan jauh tertinggal dibandingkan dengan beberapa negara tetangga. Hal ini ditandai dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, tercatat 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Hasil ini jauh lebih buruk dari hasil SDKI tahun 2007 yang mencatat 228 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, walaupun bisa saja pencatatan kasus AKI di survei tahun 2012 lebih komprehensif dan akurat juga. Sementara target yang dicanangkan untuk mencapai MDGs pada tahun 2015 adalah 102 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dan diperkirakan tidak akan tercapai. Suatu tantangan besar yang memerlukan kerja keras dari banyak pihak.

Untuk memastikan pelayanan kesehatan yang layak bagi masyarakat, Pemerintah telah mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 741 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. Didalamnya terdapat empat indikator pelayanan kesehatan ibu, yaitu: cakupan kunjungan ibu hamil K4 (minimal empat kali selama kehamilan), cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, dan cakupan pelayanan nifas atau pasca persalinan.

Proses persalinan ibu merupakan salah satu yang berkontribusi besar terhadap tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. Komplikasi atau kegawatdaruratan yang terjadi dalam proses persalinan dan satu minggu pertama masa nifas diperkirakan menyumbang 60% dari seluruh kematian ibu.1 Hasil penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di 97 negara pada tahun 2002-2003 menyimpulkan korelasi yang signifikan antara mutu pertolongan persalinan

“Ada korelasi yang signifikan antara pertolongan persalinan dengan kematian ibu”

(Hasil Penlitian WHO, 2002-2003)

1 Maternal Mortality: who, when, where and why; by Dr. Carine Ronsmans, MD and Prof. Wendy J. Graham, published in The Lancet, Volume 368, Issue 9542, Pages 1189 - 1200, 30 September 2006.

Page 18: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU2

dengan kematian ibu. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa semakin tinggi jumlah persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi akan semakin merugikan dan membahayakan keselamatan ibu dan bayi. Hal ini disebabkan karena para dukun bayi tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk menangani komplikasi yang terjadi pada saat dan setelah persalinan.

Pertolongan persalinan yang aman oleh tenaga kesehatan yang terlatih merupakan cara yang efektif untuk menurunkan AKI. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak masyarakat Indonesia, khususnya yang tinggal di desa-desa dan daerah terpencil, yang mempercayakan pertolongan persalinan pada dukun bayi yang merupakan bagian dari sistem kepercayaan dan kebudayaan masyarakat. Oleh karenanya, peranan dukun bayi tidak dapat dihilangkan begitu saja, tetapi mereka dapat diajak untuk bermitra dan mengalihkan sebagian perannya sebagai penolong persalinan kepada bidan.

Kesediaan dukun bayi untuk mengalihkan perannya sebagai penolong persalinan merupakan satu tantangan tersendiri. Kebijakan Kementerian Kesehatan sangat tegas bahwa setiap persalinan ibu harus ditolong oleh tenaga kesehatan. Sebagai konsekuensi kebijakan tersebut, Pemerintah harus memastikan ketersediaan bidan yang berkualitas di setiap desa, fasilitas kesehatan yang memadai serta tersedianya akses yang mudah menuju sarana kesehatan.

Upaya untuk menurunkan AKI dipengaruhi faktor kualitas pelayanan kesehatan yang difasilitasi pemerintah dan faktor partisipasi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu di daerahnya. Kualitas pelayanan kesehatan meliputi: ketersediaan, kemampuan dan keterampilan tenaga kesehatan, serta fasilitas kesehatan yang memadai. Sedangkan partisipasi masyarakat sangat dipengaruhi oleh kesediaan ibu untuk memeriksakan kehamilan secara teratur, kesediaan ibu hamil untuk melakukan persalinan pada tenaga kesehatan, kesiapsiagaan masyarakat dalam mendukung proses rujukan ibu bayi pada saat terjadi kedaruratan persalinan, keaktifan para kader posyandu memberikan sosialisasi kesehatan ibu dan anak kepada masyarakat, serta kesediaan dukun bayi untuk beralih peran dari penolong persalinan menjadi mitra bidan dalam merawat ibu sebelum dan sesudah persalinan.

2. Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi

Peranan dukun bayi di masyarakat dalam menolong seorang ibu selama masa kehamilan, persalinan dan sesudah persalinan berkaitan sangat erat dengan budaya dan kebiasaan setempat. Dukun bayi kebanyakan merupakan orang yang cukup dikenal di desa, dihormati, dianggap sebagai orang tua yang dapat dipercaya, dan sudah berpengalaman. Selain melakukan perawatan kehamilan, menolong persalinan, serta merawat ibu dan bayinya sesudah persalinan, dukun bayi umumnya dipercaya dapat memberikan kekuatan spiritual melalui doa-doa, mantra, dan ritual-ritual adat yang dilakukannya, sehingga memberikan rasa nyaman dan aman pada ibu yang akan melahirkan.

Setiap persalinan ibu harus ditolong oleh tenaga kesehatan

(Kebijakan Kementerian Kesehatan RI)

Page 19: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

MEN

GAPA

, UN

TUK

APA

, DAN

UN

TUK

SIAPA

PA

ND

UAN

INI D

IBU

AT?KO

NSEP

DASA

R K

EMITR

AAN

BID

AN

,D

UKU

N B

AYI DAN

KAD

ER P

OSYA

ND

ULA

NG

KAH

-LAN

GK

AH

M

ENU

JU K

EMITR

AAN

LAM

PIR

AN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU 3

Fakta yang ada di lapangan, jumlah dukun bayi jauh lebih banyak dari jumlah bidan. Hal ini berbanding terbalik dengan keberadaan bidan yang relatif terbatas, khususnya di desa-desa dan daerah terpencil. Meskipun secara teknis bidan memiliki keahlian yang diakui dalam membantu persalinan, pengalaman dan usia yang umumnya masih muda (terutama bagi yang ditempatkan di daerah terpencil) seringkali menjadi hambatan dalam meraih kepercayaan masyarakat.

Berdasarkan fakta tersebut serta kebijakan pemerintah bahwa setiap persalinan ibu harus ditangani oleh tenaga kesehatan, maka upaya membangun kemitraan bidan dan dukun bayi menjadi sangat perlu dilakukan. Dukun bayi bersedia mengalihkan peranannya sebagai penolong persalinan kepada bidan, tetapi tetap berperan dalam merawat ibu selama masa kehamilan, mendampingi saat persalinan (dengan melakukan ritual adat atau keagamaan untuk membuat ibu merasa tenang dan aman), dan merawat ibu dan bayi setelah persalinan (masa nifas).

Bentuk kemitraan sangat dinamis. Dukun bayi yang sudah bermitra bisa saja kembali menangani persalinan ibu. Pengalaman Pemerintah Kabupaten Takalar menyebutkan bahwa tidak bersedianya salah seorang dukun bayi pada sebuah kecamatan yang telah melakukan kemitraan bidan dan dukun bayi akan mempengaruhi komitmen dukun bayi yang telah bermitra sebelumnya. Oleh karena itu upaya-upaya kemitraan bidan dan dukun bayi harus diperkuat, dikembangkan dan dijaga keberlanjutannya.

3. Peran Strategis Kader Posyandu

Satu elemen di masyarakat yang sangat penting dilibatkan dalam kemitraan bersama bidan dan dukun bayi adalah kader posyandu. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu merupakan satu inisiatif Kementerian Kesehatan dalam upaya mendorong Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Peningkatan peran dan fungsi Posyandu bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah, melainkan semua komponen yang ada di masyarakat, termasuk kader. Peran kader posyandu sangat besar, selain sebagai pemberi informasi kesehatan kepada

“Walaupun keluarga saya menganjurkan melahirkan di dukun bayi, tetapi karena saat memeriksakan kandungan selalu ke bidan, maka saya

melahirkannya di bidan, tetapi dukun bayi juga ada tetapi hanya memijat saja dan membacakan doa-doa. Jika melahirkan dengan bidan lebih tenang

kalau terjadi apa-apa bisa langsung dibawa ke RS, tetapi lebih tenang lagi jika ada dukun bayi karena ada yang mendoakan.”

(Ibu Ramlah – Kota Kendari).

Page 20: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU4

masyarakat juga sebagai penggerak masyarakat untuk datang ke Posyandu dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. Salah satu program utamanya adalah kesehatan ibu dan anak.

Meskipun kader posyandu pada awalnya merupakan elemen yang dikembangkan dan didukung oleh Kementerian Kesehatan melalui Dinas Kesehatan, seringkali kader-kader tersebut menjadi fasilitator-fasilitator masyarakat yang mendapatkan pelatihan dan bekerjasama dengan berbagai instansi lain, seperti Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Dinas Sosial, PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) dan juga oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bekerja untuk pemberdayaan masyarakat. Hal ini membuat peranan kader posyandu menjadi sangat strategis dalam upaya pemberdayaan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat desa.

Kapasitas dan posisi strategis tersebut menjadi satu hal yang penting diperhatikan untuk membangun kemitraan bersama dengan bidan dan dukun bayi. Peran kader posyandu tersebut justru dapat menjadi elemen yang dapat memediasi pembentukan kemitraan itu sendiri bahkan dalam jangka panjang peran kader posyandu tersebut dapat juga menjaga komitmen dukun bayi untuk tetap bermitra atau tidak kembali lagi menolong persalinan ibu tanpa bidan. Dalam kerangka tersebut, dibangunlah suatu upaya kemitraan antara bidan sebagai tenaga kesehatan terlatih, dukun bayi sebagai tenaga non medis yang dipercaya oleh masyarakat, dan kader posyandu sebagai fasilitator pemberdayaan kesehatan masyarakat.

B. Tujuan Tujuan kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu adalah sebagai berikut:

• Meningkatkan pelayanan terhadap ibu hamil, ibu bayi, ibu menyusui, bayi, dan balita.• Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mendukung kemajuan pembangunan kesehatan di desa/kelurahan.• Membangun kerjasama antara bidan, dukun bayi, dan kader posyandu

dalam melakukan pelayanan terhadap ibu hamil, ibu bayi, ibu menyusui, bayi, dan balita.

C. Landasan Hukum • Undang-undang nomor 32 tentang tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;• Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan; • Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan;• Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 19 tahun 2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu;

Salah satu peran kader posyandu adalah mendorong keluarga melakukan persalinan di fasilitas kesehatan dengan pertolongan tenaga kesehatan agar ibu dan bayi selamat dan sehat.

Page 21: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

MEN

GAPA

, UN

TUK

APA

, DAN

UN

TUK

SIAPA

PA

ND

UAN

INI D

IBU

AT?KO

NSEP

DASA

R K

EMITR

AAN

BID

AN

,D

UKU

N B

AYI DAN

KAD

ER P

OSYA

ND

ULA

NG

KAH

-LAN

GK

AH

M

ENU

JU K

EMITR

AAN

LAM

PIR

AN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU 5

• Peraturan Menteri Kesehatan nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;

• Keputusan Menteri Kesehatan nomor 900 tahun 2002 tentang Registrasi dan Praktek Bidan;• Keputusan Menteri Kesehatan nomor 369/Menkes/SK/2007 tahun 2007 tentang Standar Profesi Bidan;• Keputusan Menteri Kesehatan nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan; dan• Keputusan Menteri Kesehatan nomor 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang

Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

D. Ruang Lingkup Ruang lingkup yang diatur dalam Panduan Kemitraan Bidan, Dukun Bayi dan

Kader Posyandu ini mencakup:

• Menjelaskan urgensi kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu.• Memberikan gambaran umum atas kebutuhan sarana, prasana dan

sumber daya lain yang dibutuhkan dalam menjalankan kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu.

• Memberikan gambaran umum atas langkah-langkah yang harus ditempuh dalam membentuk dan mengembangkan kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu.

• Memberikan gambaran secara jelas bagi peran bidan, dukun bayi dan kader posyandu dalam menjalankan kemitraan.

E. Pemanfaat Panduan Kemitraan Bidan, Dukun Bayi dan Kader Posyandu ditujukan bagi:

1. Bidan Desa dan PuskesmasBidan desa dan Puskesmas dapat menggunakan panduan ini sebagai: pedoman untuk memahami perannya dalam pelayanan kepada ibu hamil, ibu bayi, ibu nifas, bayi dan balita; alat bantu untuk melaksanakan pembinaan atau kerjasama dengan dukun bayi dan kader posyandu dalam pelayanan ibu hamil, ibu bayi, ibu nifas dan bayi; dan pedoman untuk membangun kerjasama yang saling menguntungkan dengan dukun bayi dan kader posyandu dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan ibu, bayi dan balita.

2. Dukun Bayi dan Kader PosyanduDukun bayi dan kader posyandu dapat menggunakan panduan ini sebagai: pedoman tentang peranannya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bayi, ibu nifas, bayi dan balita; dan alat bantu untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan ibu dan bayi.

Page 22: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU6

3. Pemerintah dan Masyarakat DesaPemerintah dan masyarakat desa dapat menggunakan panduan ini sebagai: bahan pembelajaran dalam mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan balita; bahan pembelajaran dalam mengelola program kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu berdasarkan pengalaman mitra Proyek BASICS; dan bahan masukan bagi upaya sinergisasi program yang dikembangkan Kementerian Kesehatan terkait kemitraan bidan dan dukun bayi dengan program pengembangan Posyandu.

4. Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/KotaPemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat menggunakan panduan ini sebagai: bahan masukan bagi pengambil kebijakan dan SKPD terkait dalam mendukung upaya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan; dan bahan masukan dalam perencanaan kesehatan untuk pemenuhan SPM Kesehatan dan pencapaian MDGs bidang kesehatan.

Page 23: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

MEN

GAPA

, UN

TUK

APA

, DAN

UN

TUK

SIAPA

PA

ND

UAN

INI D

IBU

AT?KO

NSEP

DASA

R K

EMITR

AAN

BID

AN

,D

UKU

N B

AYI DAN

KAD

ER P

OSYA

ND

ULA

NG

KAH

-LAN

GK

AH

M

ENU

JU K

EMITR

AAN

LAM

PIR

AN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU 7

Kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu adalah suatu kerjasama yang dibangun dengan SALING

menghormati tugas dan peran masing-masing pihak

Page 24: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU8

Page 25: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

MEN

GAPA

, UN

TUK

APA

, DAN

UN

TUK

SIAPA

PA

ND

UAN

INI D

IBU

AT?KO

NSEP

DASA

R K

EMITR

AAN

BID

AN

,D

UKU

N B

AYI DAN

KAD

ER P

OSYA

ND

ULA

NG

KAH

-LAN

GK

AH

M

ENU

JU K

EMITR

AAN

LAM

PIR

AN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU 9

BAB IIKONSEP DASAR KEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU

A. Pengertian

Sebagaimana disebut pada bab sebelumnya, kemitraan bidan dengan dukun bayi adalah suatu bentuk kerjasama bidan dengan dukun bayi yang saling menguntungkan dan telah dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan RI melalui prinsip keterbukaaan, kesetaraan dan kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Kemitraan tersebut menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan mengalihfungsikan peran dukun bayi dari penolong persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu hamil, mendampingi ibu pada saat persalinan, serta merawat ibu dan bayi sesudah persalinan. Kemitraan yang dibentuk ini didasarkan pada kesepakatan yang telah dibuat antara bidan, dukun bayi dan kader posyandu melalui keterlibatan berbagai elemen di masyarakat.

Jika dilihat dari pengertian kemitraan itu sendiri dapat dimaknai sebagai suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut terbangun kesepakatan dan harapan masing-masing pihak, termasuk risiko maupun keuntungan yang diperoleh. Dari definisi tersebut ada tiga kata kunci yang menjadi perhatian yakni: kerjasama antara kelompok, organisasi dan individu; bersama-sama mencapai tujuan tertentu (sesuai kesepakatan) dan saling menanggung risiko serta keuntungan.

Kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu adalah suatu kerjasama yang dibangun dengan saling menghormati tugas dan peran masing-masing pihak. Secara umum batasan pengertian atas bidan, dukun bayi dan kader Puskesmas dalam panduan ini:

• Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan kebidanan yang diakui pemerintah, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar dan atau memiliki izin untuk melakukan praktik bidan.2

• Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang perempuan yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional, dan memperoleh keterampilan tersebut secara turun temurun, belajar secara praktis, atau cara lain yang menjurus ke arah peningkatan keterampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan (Depkes RI, 1994: 1)

2 Definisi bidan menurut International Confederation of Midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation of International Gynecology and Obstetrics (FIGO).

Kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu di Kabupaten Kolaka Utara

Page 26: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU10

• Kader posyandu adalah warga masyarakat setempat yang dipilih oleh masyarakat dan bekerja secara terorganisir dalam mengelola pos pelayanan terpadu guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Kader posyandu umumnya bekerja secara sukarela.

B. Konsep Kemitraan Kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu adalah suatu bentuk kerja sama bidan dengan dukun bayi dan kader posyandu yang saling menguntungkan dengan prinsip keterbukaan, kesetaraan, dan kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir. Kemitraan tersebut menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan mengalihfungsikan peran dukun bayi dari penolong persalinan menjadi mitra bidan dalam perawatan ibu dan bayi secara non medis serta mendorong kader posyandu sebagai pihak yang memediasi dan memfasilitasi masyarakat dan dukun bayi agar seluruh proses persalinaan dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan terlatih.

Kegiatan bidan mencakup aspek medis, sedangkan kegiatan dukun bayi dan kader kesehatan mencakup aspek non medis. Aspek medis adalah proses pengelolaan dan pelayanan program kesehatan ibu dan anak mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian (evaluasi). Aspek non medis adalah menggerakkan keterlibatan individu, keluarga (termasuk pasangan ibu hamil), dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta memberdayakan ibu hamil dan keluarganya.

Pelayanan kesehatan ibu dan anak mencakup kegiatan yang dilakukan bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan sesuai wewenang, etika dan tanggung jawab bidan. Tugas dukun bayi menolong persalinan menjadi dialihkan merujuk ibu hamil dan merawat ibu nifas dan bayi baru lahir berdasarkan kesepakatan antara bidan dan dukun bayi. Kader posyandu bersama dukun bayi memberdayakan tradisi setempat

“Kemitraan menempatkan bidan sebagai penolong persalinan, mengalihfungsikan dukun bayi menjadi mitra bidan, dan mendorong kader posyandu untuk memediasi dan memfasilitasi masyarakat dan dukun bayi agar seluruh proses persalinaan dilakukan oleh bidan/tenaga kesehatan terlatih”

Page 27: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

MEN

GAPA

, UN

TUK

APA

, DAN

UN

TUK

SIAPA

PA

ND

UAN

INI D

IBU

AT?KO

NSEP

DASA

R K

EMITR

AAN

BID

AN

,D

UKU

N B

AYI DAN

KAD

ER P

OSYA

ND

ULA

NG

KAH

-LAN

GK

AH

M

ENU

JU K

EMITR

AAN

LAM

PIR

AN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU 11

yang positif berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak, serta menghilangkan kebiasaan buruk yang dilakukan pada ibu hamil, bayi, nifas dan bayi baru lahir.

Jumlah dukun bayi dan kader posyandu yang lebih banyak dari bidan menjadi satu kekuatan utama yang dapat dikembangkan dalam kemitraan, demikian pula dengan keberadaan dan kedekatan mereka dengan masyarakat. Hal tersebut akan sangat mendukung tugas bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta melakukan promosi kesehatan dan pendataan kesehatan ibu dan anak.

Secara konseptual kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu dapat digambarkan sebagai berikut.

C. Prinsip Kemitraan Kemitraan hanya dapat dibentuk bila ada lebih dari satu orang atau satu organisasi yang akan bekerjasama, dalam hal ini adalah bidan, dukun bayi dan kader posyandu. Untuk mencapai suatu kemitraan ada beberapa prinsip yang digunakan:

• KesetaraanKesetaraan yang dimaksud adalah saling menghargai pengetahuan, pengalaman, keberadaan dan keahlian mitranya. Jadi harus dimulai dari menerima mitra apa adanya setara dengan dirinya.

Page 28: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU12

• KeterbukaanKeterbukaan yang dimaksud adalah kemauan bersama untuk menjelaskan perasaan dan keinginannya serta membicarakan persoalan masing-masing yang masih harus diuji kebenarananya. Antara bidan, dukun bayi dan kader posyandu harus dibuat suasana yang tidak membuat satunya merasa lebih rendah, lebih pintar dan lebih mampu.

• Saling menguntungkanKemitraan yang dimaksud adalah tidak ada yang kehilangan atau kerugian yang diterima pada salah satu pihak, tetapi terjadi sinergi dari para pihak. Dengan demikian harus dicari hal apa yang dapat disinergikan dan menyebabkan keuntungan lebih besar untuk para pihak yang bermitra.

D. Landasan Kemitraan Dalam suatu kerjasama yang berprinsip kemitraan ada beberapa landasan yang harus dipenuhi para pihak yang bermitra atau biasa disebut Tujuh Saling, yaitu:

1. Saling Memahami Kedudukan Tugas dan Fungsi

Bidan memiliki tugas dan fungsi utama dalam membantu persalinan ibu hamil. Dukun bayi tidak melakukan tugas dan fungsi dalam membantu persalinan ibu secara langsung. Tugas dan fungsi dukun bayi adalah mendorong agar proses rujukan ibu bayi hanya kepada bidan atau tenaga kesehatan terlatih. Tugas dan fungsi kader posyandu adalah mendorong penyadaran masyarakat tentang perlunya pemeriksaan rutin ibu hamil, persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan serta kesiapsiagaan masyarakat desa dalam penanganan ibu bayi yang harus dirujuk ke rumah sakit.

“Bermitra artinya adanya kerjasama antara bidan dan dukun bayi dalam menolong persalinan.Kerjasamanya saat persalinan, bagian dukun bayi adalah

bagian atas badan ibu yang bersalin, dukun hanya mengurut dan memijat-mijat si ibu dan bagian bidan adalah bagian bawah badan ibu bersalin artinya

yang menolong persalinan. Bermitra itu artinya meronga-ronga. Dengan menjalin kerjasama dengan dukun bayi, pekerjaan terbantu dan lebih ringan. Selain itu dukun

bayi membantu mensupport si ibu untuk mengejan dan memijit. Apalagi dukun bayi umumnya adalah mereka yang sudah sangat dekat dengan masyarakat. Jadi dukun bayi

biasanya lebih tahu terlebih dahulu jika ada pasien yang hamil.”

(Bidan Hasriati – Kota Kendari)

Page 29: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

MEN

GAPA

, UN

TUK

APA

, DAN

UN

TUK

SIAPA

PA

ND

UAN

INI D

IBU

AT?KO

NSEP

DASA

R K

EMITR

AAN

BID

AN

,D

UKU

N B

AYI DAN

KAD

ER P

OSYA

ND

ULA

NG

KAH

-LAN

GK

AH

M

ENU

JU K

EMITR

AAN

LAM

PIR

AN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU 13

2. Saling Memahami Kemampuan Masing-Masing

Bidan memiliki kemampuan teknis dan tugas utama dalam membantu persalinan ibu, dukun bayi memiliki pengaruh dan dipercaya masyarakat, serta kader posyandu memiliki hubungan yang dekat dengan masyarakat dalam melakukan promosi kesehatan dan memobilisasi pertemuan masyarakat. Masing-masing kemampuan tersebut saling sinergi dan perlu dioptimalkan dalam mendukung persalinan yang aman dan selamat bagi ibu.

3. Saling Menghubungi

Optimalisasi kemitraan antara bidan, dukun bayi dan kader posyandu perlu terus ditingkatkan dengan upaya saling menghubungi di antara masing-masing.

4. Saling Mendekati

Bidan lebih banyak berada di unit pelayanan (Puskesmas, Pustu, atau Poskesdes), dukun bayi sering dikunjungi atau mengunjungi ibu hamil sementara kader kesehatan seringkali mengunjungi dan memfasilitasi pertemuan rutin masyarakat di posyandu. Untuk itu perlu kiranya para pihak tersebut saling mendekati, seperti: mendorong dukun bayi juga aktif datang ke posyandu, pustu, poskesdes ataupun Puskesmas. Demikian pula dengan bidan desa untuk lebih aktif mengunjungi dukun bayi dan kader posyandu.

5. Saling Bersedia Membantu dan Dibantu

Pada umumnya bidan yang ditugaskan di desa masih relatif muda, terutama di daerah terpencil dan kurang banyak pengalaman dan kepercayaan dari masyarakat dibandingkan dukun bayi. Pada sisi lain, dukun bayi dengan pengalaman yang cukup banyak dan disegani oleh masyarakat tidak memiliki keterampilan medis. Karenanya dukun bayi tidak bisa mendeteksi persoalan komplikasi kehamilan ibu serta penanganannya secara medis. Hal tersebut perlu saling disadari dengan cara sifat bersedia membantu dan dibantu.

6. Saling Mendorong dan Mendukung

Bidan perlu terus mendorong dan mendukung peran kader posyandu di masyarakat serta mendukung dukun bayi untuk tetap dihargai oleh masyarakat. Demikian pula sebaliknya, dukun bayi dan kader posyandu perlu mendukung proses persiapan dan pasca persalinan yang dilakukan oleh bidan.

Page 30: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU14

7. Saling Menghargai

Saling menghargai antara bidan, dukun bayi dan kader posyandu sangat penting. Dukun bayi telah ada di masyarakat jauh sebelum keberadaan bidan ataupun perkembangan ilmu kebidanan. Dukun bayi perlu menghargai perkembangan ilmu dan teknologi kebidanan yang dimiliki dan ditugaskan oleh pemerintah. Demikian pula saling menghargai juga penting diberikan kepada kader posyandu yang banyak mendukung promosi kesehatan pemerintah kepada masyarakat.

E. Pihak-pihak yang terlibat dalam Kemitraan Pihak-pihak yang terlibat dalam kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu bukan saja pihak di desa/kelurahan, namun juga pihak-pihak terkait di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan. Berikut para pihak tersebut serta perannya.

Tingkat kabupaten

• Dinas Kesehatan sebagai koordinator dalam Program Kemitraan Bidan, Dukun Bayi dan Kader Posyandu.

• Dalam program ini juga dilibatkan peran multi pihak seperti SKPD yang terkait urusan kesehatan (Dinas Kesehatan, RSUD, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Dinas Sosial, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa), Tim Penggerak PKK tingkat Kabupaten, organisasi profesi kesehatan, akademisi, perguruan tinggi, LSM yang bergerak di bidang kesehatan, serta yang tak kalah penting adalah melibatkan DPRD (khususnya Komisi yang membidangi kesehatan).

• Dinas Kesehatan akan membentuk tim yang terdiri dari berbagai pihak tersebut di atas. Tim tersebut akan bertugas memberikan pembinaan, pengawasan dan evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan Program ini.

Tingkat Kecamatan

Untuk skala kecamatan akan didampingi oleh Camat, Kepala Puskesmas, PKK tingkat Kecamatan, dan Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Desa Siaga tingkat Kecamatan. Kerjasama tersebut untuk mendampingi, mengawasi dan evaluasi program kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu secara berkala di tingkat kecamatan.

Tingkat Desa/Kelurahan

Pada skala desa/kelurahan, maka Kepala Desa/Lurah bersama dengan kelompok PKK, pengurus Desa Siaga, tokoh agama dan tokoh masyarakat akan mendampingi, memberikan pembinaan dan melakukan evaluasi proses kemitraan secara berkala di tingkat desa/kelurahan bersama dengan bidan, dukun bayi, dan kader posyandu.

Page 31: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

MEN

GAPA

, UN

TUK

APA

, DAN

UN

TUK

SIAPA

PA

ND

UAN

INI D

IBU

AT?KO

NSEP

DASA

R K

EMITR

AAN

BID

AN

,D

UKU

N B

AYI DAN

KAD

ER P

OSYA

ND

ULA

NG

KAH

-LAN

GK

AH

M

ENU

JU K

EMITR

AAN

LAM

PIR

AN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU 15

KEMITRAAN MENEMPATKAN BIDAN SEBAGAI PENOLONG PERSALINAN DAN DUKUN BAYI SEBAGAI MITRA

DALAM MERAWAT IBU DAN BAYI

Page 32: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU16

Page 33: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

MEN

GAPA

, UN

TUK

APA

, DAN

UN

TUK

SIAPA

PA

ND

UAN

INI D

IBU

AT?KO

NSEP

DASA

R K

EMITR

AAN

BID

AN

, D

UKU

N B

AYI DAN

KAD

ER P

OSYA

ND

ULA

NG

KAH

-LAN

GK

AH

M

ENU

JU K

EMITR

AAN

LAM

PIR

AN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU 17

BAB IIILANGKAH-LANGKAH MENUJU KEMITRAAN

A. Pendataan Kesehatan Ibu dan Anak Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang terkait dengan kesehatan ibu dan bayi, serta potensi untuk penanganan masalah melalui kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu. Identifikasi awal dapat dilakukan melalui pemanfaatan data kesehatan yang termuat dalam profil Puskesmas maupun profil kesehatan kabupaten/kota. Beberapa data utama yang dibutuhkan dari profil tersebut adalah:1) Jumlah, sebaran dan kualifikasi bidan yang bertugas di Puskesmas, Pustu,

Poskesdes, dan Polindes, termasuk data kualitatif tentang pelayanan bidan (apakah bidan tinggal di desa? apakah bidan selalu ada di desa atau sering tidak di lokasi?, apakah bidan melayani lebih dari satu desa?, dan sebagainya)

2) Jumlah dan sebaran ibu hamil;3) Jumlah dan sebaran ibu hamil risiko tinggi; 4) Jumlah dan sebaran Wanita Usia Subur (WUS) dan Pasangan Usia Subur (PUS);5) Jumlah kasus dan angka kematian ibu melahirkan (AKI);6) Jumlah kasus dan angka kematian bayi (AKA);7) Cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan K1 – K4; 8) Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan;9) Jumlah dukun bayi dan kader posyandu;10) Jumlah Posyandu dan Desa Siaga Aktif; 11) Jumlah Pos Bersalin Desa (Polindes), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), dan

Puskesmas Pembantu (Pustu); dan12) Jumlah dan status/kondisi Puskesmas termasuk tenaganya.

Selain data sebagaimana tersebut perlu dilakukan analisis masalah kematian ibu melahirkan dan bayi berdasarkan informasi dari bidang yang menangani kesehatan ibu dan anak pada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Beberapa data dan informasi yang dapat diperoleh diantaranya adalah:

1) Hasil Audit Maternal Perinatal (AMP). AMP merupakan proses penelaahan bersama kasus kesakitan dan kematian ibu dan perinatal, serta penatalaksanaannya, dengan menggunakan berbagai informasi dan pengalaman dari suatu kelompok terdekat untuk mendapatkan masukan mengenai intervensi yang paling tepat dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA;

2) Kapasitas Puskesmas dalam menangani persalinan komplikasi; dan 3) Aksesibilitas masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan.

Kemitraan Bidan, Dukun Bayi dan Kader Posyandu telah dilaksanakan di beberapa Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara yang bekerjasama dengan Proyek BASICS. Berdasarkan pengalaman dari beberapa daerah tersebut, dalam bagian ini akan dijabarkan langkah-langkah yang dilakukan menuju Kemitraan Bidan, Dukun Bayi dan Kader Posyandu.

Page 34: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU18

Dalam menghimpun dan menganalisa data kuantitatif dan kualitatif, perlu melihatnya secara kritis dan mengecek silang data/informasi yang terhimpun, karena kualitas data yang terekam seringkali banyak permasalahannya dan tidak terlepas dari unsur manipulasi dalam kasus tertentu.

B. Identifikasi Potensi yang Mendukung Kemitraan Dalam membangun kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu beberapa informasi awal dibutuhkan untuk mendukungnya. Informasi tersebut dapat diperoleh dari bidan desa atau bidan koordinator Puskesmas, kader Posyandu, Tim Penggerak PKK ataupun laporan-laporan program Puskesmas kepada Dinas Kesehatan. Potensi-potensi yang dapat dieksplorasi diantaranya: 1) Jumlah dan sebaran dukun bayi; 2) Jumlah dan keaktifan kader posyandu; 3) Kebiasaan atau budaya lokal masyarakat yang dapat mendukung pengembangan kemitraan; 4) Dukungan pemerintah desa/kelurahan dan kecamatan dalam peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat; dan5) Jumlah dan sumber-sumber pendanaan untuk mendukung kemitraan.

Potensi-potensi tersebut dapat menjadi dasar dalam membangun kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu. Sumber dana dan pembiayaan juga penting dianalisis dan direncanakan dalam memberi penghargaan bagi peran dukun bayi dan kader posyandu dalam kemitraan tersebut. Berdasarkan penghitungan kemampuan sumber daya anggaran tersebut dapat menjadi salah satu bahan dan informasi yang dapat digunakan pada pertemuan membangun kesepahaman dan kesepakatan antarpihak.

C. Membangun Dukungan Para Pihak Hasil analisis masalah kesehatan ibu dan anak, serta analisis potensi dalam membangun kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu perlu didukung oleh pembuat kebijakan daerah, seperti: Bupati/Walikota, DPRD, Kepala BAPPEDA, Kepala Dinas Kesehatan, Direktur RSUD dan Kepala BPMD (Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa).

Pada langkah ini analisa data akan membantu kita dalam mengidentifikasi sejumlah akar masalah penyebab kematian ibu dan bayi, serta strategi intervensi lain yang dapat dikembangkan selain kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu, seperti: pembangunan/renovasi unit pelayanan kesehatan, penyediaan tenaga bidan, pembinaan Desa Siaga Aktif, dan lain-lain.

Pada langkah ini akan diperoleh lokasi prioritas kemitraan, gambaran umum insentif atau penghargaan bagi dukun bayi dan kader posyandu yang akan bermitra sesuai dengan kondisi daerah serta strategi pendekatan budaya dalam masyarakat dalam menunjang kemitraan.

Page 35: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

MEN

GAPA

, UN

TUK

APA

, DAN

UN

TUK

SIAPA

PA

ND

UAN

INI D

IBU

AT?KO

NSEP

DASA

R K

EMITR

AAN

BID

AN

, D

UKU

N B

AYI DAN

KAD

ER P

OSYA

ND

ULA

NG

KAH

-LAN

GK

AH

M

ENU

JU K

EMITR

AAN

LAM

PIR

AN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU 19

Dukungan para pihak di tingkat kabupaten/kota akan mendorong percepatan pembentukan kemitraan, utamanya melalui dukungan program, anggaran dan dukungan moral dari kepala daerah. Dukungan langsung dari Kepala Daerah kepada bidan di desa, dukun bayi dan juga kader posyandu sangat berpengaruh dalam memecah kebekuan relasi antara dukun bayi dan bidan pada khususnya. Bentuk kegiatan untuk memperoleh dukungan para pihak dapat dilakukan melalui konsultasi dan koordinasi intensif dengan Kepala Daerah maupun dalam bentuk audiensi kepada DPRD Kabupaten/Kota.

D. Lokakarya Kemitraan Bidan, Dukun Bayi dan Kader Posyandu Kesepahaman dan kesepakatan perlu dibangun mengingat kemitraan ini mengubah pola kebiasaan dukun bayi yang sebelumnya bertugas melakukan persalinan. Implikasi perubahan tersebut perlu dipahami oleh dukun bayi serta disepakati peran dan implikasi yang harus ditanggung atas perubahan peran yang selama ini menjadi keahlian atau pekerjaan utama dukun bayi tersebut. Selain menyepakati peran dan penghargaan bagi dukun bayi, juga perlu dibangun kesepakatan atas peran kader posyandu dalam kemitraan tersebut. Gambaran umum untuk menjadi pedoman peran masing-masing pihak yang bermitra akan diuraikan pada bab berikutnya.

Kesepahaman dan kesepakatan ini dapat dilakukan melalui pertemuan yang menghadirkan bidan, dukun bayi, kader posyandu, pemerintah desa/kelurahan, Puskesmas dan Dinas Kesehatan. Kesepakatan tersebut dapat dituangkan dalam sebuah kesepakatan bersama yang ditandatangani oleh seluruh pihak yang akan bermitra. Pada proses tersebut, kehadiran Kepala Daerah dan pengambil keputusan di tingkat kabupaten/kota dapat mempermudah mencapai tujuan sekaligus memberikan dukungan moral bagi para pihak yang bermitra.

Dari langkah ini diharapkan muncul komitmen Bupati/Walikota untuk hadir pada pertemuan pembentukan kesepakatan antara bidan, dukun bayi dan kader posyandu; komitmen untuk mendukung melalui program dan anggaran daerah; serta komitmen untuk mendorong pembentukan regulasi yang menjamin keberlangsungan kemitraan tersebut.

Dari langkah ini diharapkan terbangun kesepakatan antara bidan, dukun bayi dan kader posyandu yang ditandatangani bersama, serta komitmen pemerintah daerah untuk mendukung pembiayaan operasional kemitraan tersebut.

Page 36: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU20

Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini dapat berupa lokakarya kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu di tingkat kecamatan maupun tingkat kabupaten atau dalam bentuk kegiatan lain sesuai dengan momentum yang strategis di kabupaten/kota.

E. Pembentukan Regulasi Daerah Meski telah dibangun kesepakatan dan kesepahaman antara peran dan tugas bidan, dukun bayi dan kader posyandu dalam kemitraan serta telah didukung komitmen informal atas nama pemerintah daerah, hal tersebut juga perlu didukung dengan dengan pembentukan regulasi daerah

Peran para pihak dan konsekuensi pembiayaan perlu dituangkan dalam regulasi daerah agar dapat dijamin oleh program dan angggaran pemerintah daerah.

Proses pembentukan regulasi daerah dapat berupa peraturan Kepala Daerah ataupun Peraturan Daerah. Regulasi ini selain dapat memberikan jaminan ketersediaan dana dalam mendukung kemitraan juga mendorong pemenuhan ketersediaan dan distribusi bidan yang lebih merata di desa-desa terpencil sebagai syarat terbentuknya kemitraan.

F. Koordinasi dan Peningkatan Kapasitas bagi Dukun Bayi dan Kader Posyandu

Koordinasi dan peningkatan kapasitas bagi dukun bayi dan kader posyandu merupakan langkah untuk optimalisasi pelaksanaan peran dan tugas masing-masing sebagaimana termuat dalam bab berikutnya.

Proses peningkatan kapasitas bagi dukun bayi dan kader posyandu juga dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan rutin yang dilakukan, seperti:1) Pelibatan dukun bayi dalam kegiatan bulanan rutin kader posyandu bersama bidan di desa/kelurahan;2) Pelibatan kader posyandu dan dukun bayi pada hal non medis pada proses persalinan di Puskesmas, Pustu, Poskesdes, atau Polindes;

Pada langkah ini diharapkan terbentuk Peraturan Bupati/Walikota atau Peraturan Daerah tentang Kemitraan Bidan, Dukun Bayi dan Kader Posyandu sesuai dengan tata urutan dan pembentukan perundang-undangan yang berlaku.

Page 37: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

MEN

GAPA

, UN

TUK

APA

, DAN

UN

TUK

SIAPA

PA

ND

UAN

INI D

IBU

AT?KO

NSEP

DASA

R K

EMITR

AAN

BID

AN

, D

UKU

N B

AYI DAN

KAD

ER P

OSYA

ND

ULA

NG

KAH

-LAN

GK

AH

M

ENU

JU K

EMITR

AAN

LAM

PIR

AN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU 21

3) Menyusun laporan rutin bulanan kader posyandu dan dukun bayi dalam menunaikan peran dan tugasnya;4) Pelibatan dukun bayi dan kader posyandu dalam kegiatan-kegiatan Desa Siaga Aktif yang dikelola pemerintah desa/kelurahan. 5) Pelaksanaan pelatihan secara berkala bagi dukun bayi dan kader posyandu untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang kesehatan ibu dan anak.

Dalam proses kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu, selalu ada kemungkinan dukun bayi yang tidak mau bermitra dengan bidan. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan peran aktif bidan dalam melakukan pendekatan kepada dukun bayi yang tidak mau bermitra, antara lain dengan sering mengunjungi dukun bayi yang tidak mau bermitra (bisa dilakukan bersama perangkat desa, tokoh masyarakat, dukun bayi yang sudah bermitra, kader posyandu) untuk memberi pemahaman bahwa tugas dukun bayi tidak seluruhnya digantikan oleh bidan dan menginformasikan berbagai keuntungan yang didapat dukun bayi yang mau bermitra (insentif berupa uang, pelatihan-pelatihan, sertifikat, seragam, perlengkapan penyuluhan, kesempatan magang di Pustu atau Puskesmas, dan lain-lain).

G. Pemantauan dan Penilaian Secara teknis pemantauan dan penilaian dilakukan oleh Puskesmas bekerjasama dengan pemerintah desa/kelurahan dan kecamatan. Secara umum, upaya memantau kemitraan dapat diukur dengan indikator utama seperti:1) Cakupan K-4: Apakah pemeriksaan ibu hamil telah dilakukan seluruhnya oleh bidan atau tenaga kesehatan? 2) Persalinan oleh tenaga kesehatan: Berapa banyak ibu bayi yang dirujuk

oleh dukun bayi kepada bidan atau tenaga kesehatan? dan apakah masih ada proses persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi?

3) Kematian ibu dan bayi : Berapa banyak kematian ibu dan bayi dan apa penyebab utamanya?

Masyarakat, terutama para keluarga ibu yang melahirkan, juga dapat melakukan monitoring dan evaluasi. Hal ini dapat “diformalkan” melalui fasilitasi diskusi kelompok sewaktu-waktu.

Langkah ini memastikan agar bidan, dukun bayi dan kader posyandu menguasai seluruh peran dan tugas yang telah disusun.

Langkah ini dapat tergambar dari laporan triwulan Puskesmas yang memuat tiga indikator sebagaimana tersebut di atas. Peningkatan kemajuan capaian atas tiga indikator itu menunjukkan kemitraan yang baik dan sebaliknya, penurunan capaian tiga indikator tersebut perlu menjadi satu bahan refleksi untuk peningkatan kemitraan itu sendiri.

Page 38: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU22

Keberhasilan kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu dapat dilihat dari tiga pertanyaan kunci tersebut. Rendahnya cakupan pemeriksaan kehamilan K4 mengindikasikan peran kader posyandu dalam memberikan penyuluhan kesehatan ibu masih perlu ditingkatkan. Demikian pula jika masih ditemukan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi, hal ini mengindikasikan bahwa komitmen dukun bayi untuk bermitra belum optimal atau upaya kader posyandu menyadarkan masyarakat tentang persalinan yang aman oleh tenaga kesehatan perlu ditingkatkan.

Fungsi utama kemitraan adalah upaya preventif dan promotif dan hal itu merupakan satu kesatuan dari peran bidan, dukun bayi dan kader posyandu. Kemitraan sangat terkait dengan keterlibatan seluruh dukun bayi yang ada di desa/kelurahaan maupun kecamatan. Jika terdapat satu atau beberapa orang dukun bayi yang tidak ingin bermitra akan sangat berpotensi ‘mengganggu’ kemitraan yang telah terjadi. Pemantauan dan penilaian atas hal tersebut juga penting dilakukan

H. Mempersiapkan Sarana Dan Prasarana Pendukung Dalam pelaksanaan kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu, dibutuhkan sarana dan prasarana pendukung yang juga merupakan prasyarat keberhasilan pelaksanaan kemitraan tersebut. Beberapa prasarana dasar yang perlu ada dalam pemberian pelayanan oleh bidan atau tenaga kesehatan adalah: Puskesmas, Pustu, Poskesdes, Polindes, Rumah Tunggu Kelahiran, Posyandu, yang dilengkapi listrik dan air bersih.

Sedangkan sarana yang dibutuhkan dalam menunjang kemitraan, diantaranya: • Mobiler: tempat tidur lengkap, lemari, meja, kursi, kain tirai;• Alat kesehatan (alkes): Bidan kit, dopler, sungkup/amubag, tabung oksigen,

tiang infus, incubator, timbangan bayi, balita dan timbangan ibu hamil, alat pengukur panjang badan bayi;

• Buku pegangan bidan, kader, dukun bayi dan alat tulis;• Baju seragam kader dan baju seragam dukun bayi (dimaksudkan untuk

memberi rasa bangga dan sebagai pengakuan atas status dan peranan mereka di masyarakat)

• Peralatan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan);• Media penyuluhan: lembar balik penyuluhan, film tentang KIA, brosur, poster, dan lain-lain.

I. Administrasi dan Pelaporan Secara administratif, kader posyandu dan dukun bayi juga menyusun laporan kegiatan yang dicatat dalam buku laporan kader posyandu dan dukun bayi. Buku laporan tersebut disesuaikan dengan kebijakan Puskesmas dan kemudahan pembuatan oleh kader posyandu dan dukun bayi. Pembuatan laporan dapat dilakukan bersama-sama antara kader posyandu dan dukun bayi sehingga kader dapat membantu dukun bayi yang mengalami kesulitan dalam pembuatan laporan. Demikian pula dengan laporan bidan desa, format laporan pada umumnya telah rutin digunakan dan dikembangkan oleh masing-masing Puskesmas tempat koordinasi bidan desa terkait.

Page 39: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

MEN

GAPA

, UN

TUK

APA

, DAN

UN

TUK

SIAPA

PA

ND

UAN

INI D

IBU

AT?KO

NSEP

DASA

R K

EMITR

AAN

BID

AN

, D

UKU

N B

AYI DAN

KAD

ER P

OSYA

ND

ULA

NG

KAH

-LAN

GK

AH

M

ENU

JU K

EMITR

AAN

LAM

PIR

AN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU 23

Berikut beberapa contoh format laporan:

Format Laporan BidanLAPORAN PENDAMPINGAN DAN PEMANTAUANIBU HAMIL, IBU MELAHIRKAN DAN IBU NIFAS

BULAN/TAHUN : ……………………………../20….DESA/KELURAHAN :

KECAMATAN :

Hari/Tanggal

Nama Kegiatan/Aktivitas

Sasaran/Peserta

Tujuan Hasil KeteranganTindak Lanjut

Contoh :19-10-2012

Contoh :Kunjungan kerumah Ibu hamil

Ibu Wati dan suami/ keluarga

Memantau perkembangan kehamilan ibuMemberikan penyuluhan kesehatan

Ibu Wati posisi janin baikTekanan darah normalDst

Ibu Hamil mempunyai faktor resiko : …………Ibu hamil baru 3 kali memeriksa kehamilannya

Memberikan tablet Fe dan menganjurkan ibu untuk banyak makan-makanan yang bergizi

Lampiran :o Kartu ibu/partograf dan kartu bayio Kohor Ibu/ANCo Kohor Persalinano Kohor Nifaso Kohor Bayio Kohor Balita

NOHARI /

TANGGAL

NAMA IBU /

SUAMIUMUR ALAMAT G P A

KUNJUNGANTtd bidan

I II III IV Ket

Format Laporan Kader PosyanduLaporan kader posyandu adalah buku registrasi posyandu yang berisi informasi tentang keadaan ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, bayi dan balita.

J. Pembiayaan Sumber pembiayaan bagi program kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu ini berasal dari APBD (melalui Dinas Kesehatan dan Puskesmas), dana BOK (Bantuan Operasional Khusus) Puskesmas, dana Jaminan Persalinan (Jampersal), sumber dana dari pihak ketiga, ataupun dana dari swadaya masyarakat desa. Dana-dana tersebut dipergunakan untuk membiayai: 1) pendataan Kesehatan Ibu dan Anak; 2) pertemuan-pertemuan koordinasi di tingkat Kabupaten/Kota; 3) pelatihan-pelatihan bagi bidan, dukun bayi dan kader posyandu,

Page 40: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU24

4) pemberian transport bagi dukun bayi dan kader posyandu setiap kali mengantarkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan di fasilitas kesehatan, 5) insentif untuk dukun bayi dan kader posyandu untuk setiap persalinan yang dirujuk ke bidan; 6) pelatihan-pelatihan berkala bagi bidan, dukun bayi, dan kader posyandu; 7) penyediaan sarana dan prasarana pendukung kemitraan; 8) penyusunan regulasi daerah tentang Kemitraan Bidan, Dukun Bayi dan Kader Posyandu; dan9) Pembiayaan lain sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah.

K. Pedoman-pedoman dalam Kemitraan Bidan, Dukun Bayi dan Kader Posyandu

Tersedia beberapa pedoman dalam pelaksanaan kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu. Pedoman-pedoman tersebut menjabarkan peran masing-masing pihak dalam mendukung ibu hamil mulai dari pemeriksaan kehamilan, proses persalinan oleh tenaga kesehatan, sampai perawatan sesudah persalinan (masa nifas). Pedoman-pedoman tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam lampiran dari Panduan ini.

Page 41: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

MEN

GAPA

, UN

TUK

APA

, DAN

UN

TUK

SIAPA

PA

ND

UAN

INI D

IBU

AT?KO

NSEP

DASA

R K

EMITR

AAN

BID

AN

, D

UKU

N B

AYI DAN

KAD

ER P

OSYA

ND

ULA

NG

KAH

-LAN

GK

AH

M

ENU

JU K

EMITR

AAN

LAM

PIR

AN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU 25

Page 42: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU26

Page 43: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

MEN

GAPA

, UN

TUK

APA

, DAN

UN

TUK

SIAPA

PA

ND

UAN

INI D

IBU

AT?KO

NSEP

DASA

R K

EMITR

AAN

BID

AN

,D

UKU

N B

AYI DAN

KAD

ER P

OSYA

ND

ULA

NG

KAH

-LAN

GK

AH

M

ENU

JU K

EMITR

AAN

LAM

PIR

AN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU 27

PEDOMAN-PEDOMAN DALAM KEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU

Page 44: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU28

Page 45: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

MEN

GAPA

, UN

TUK

APA

, DAN

UN

TUK

SIAPA

PA

ND

UAN

INI D

IBU

AT?KO

NSEP

DASA

R K

EMITR

AAN

BID

AN

,D

UKU

N B

AYI DAN

KAD

ER P

OSYA

ND

ULA

NG

KAH

-LAN

GK

AH

M

ENU

JU K

EMITR

AAN

LAM

PIR

AN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU 29

LAMPIRAN

Pedoman 1Persiapan untuk Kehidupan Keluarga Sehat

Tujuan

Memberikan penyuluhan kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orangtua yang bertanggung jawab.

Peran Bidan

a. Merencanakan kunjungan secara teratur ke posyandu, kelompok ibu, sekolah serta kegiatan masyarakat.

b. Memberikan penyuluhan tentang kesehatan/kebersihan secara umum, termasuk penyuluhan terkait kesiapan menghadapi kehamilan, makanan bergizi, pencegahan anemia, kematangan seksual, kehidupan seksual yang bertanggung jawab dan bahaya kehamilan pada usia muda.

c. Mendata ibu hamil dan memotifasinya agar memeriksakan kehamilannya sejak dini.

d. Membahas manfaat pemeriksaan kehamilan dan pentingnya suami siaga (siap antar dan jaga) kepada ibu dan suami.

e. Menjelaskan prosedur pemeriksaan kehamilan kepada ibu, suami dan keluarganya.

f. Menjelaskan tanda bahaya kehamilan kepada dukun bersalin, kader posyandu ibu hamil, suami, dan keluarganya.

g. Membimbing dukun bersalin dan kader posyandu untuk mendata/mencatat semua ibu hamil di daerahnya.

h. Mengggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) ibu hamil dan kartu ibu.

i. Menjelaskan tentang pentingnya menabung untuk mempersiapkan biaya kehamilan sampai persalinan atau tabungan ibu bersalin (tabulin).

Peran Dukun Bersalin

a. Menyarankan ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara rutin ke posyandu atau petugas kesehatan minimal 4 kali selama kehamilan : 3 bulan (tri mester) pertama, 3 bulan ke dua dan melahirkan di fasilitas kesehatan.

b. Mendampingi bidan dalam melaksanakan kunjungan ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas.

c. Memberikan masukan tentang kebutuhan masyarakat akan kunjungan dan materi pelatihan/penyuluhan.

d. Mengetahui tanda–tanda kehamilan dan tanda-tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas.

e. Memotivasi dan menganjurkan ibu hamil dengan segera diperiksa oleh bidan.

f. Melakukan kunjungan rumah dan memberi penyuluhan:

1) Kebersihan dan kesehatan secara umum;2) kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan persalinan;3) makanan bergizi dan pencegahan anemia;4) kematangan seksual, kehidupan seksual yang bertanggung jawab;5) bahaya kehamilan pada usia muda;6) perencanaan Keluarga Sehat Sejahtera;

g. Menyampaikan tentang keuntungan dan kerugian dari tradisi yang berkembang di masyarakat tentang kehamilan.

Page 46: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU30

Peran Kader Posyandu

a. Menyarankan ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara rutin di posyandu atau petugas kesehatan minimal 4 kali selama kehamilan dan melahirkan di fasilitas kesehatan.

b. Mendampingi bidan dalam melaksanakan kunjungan ke rumah ibu hamil.

c. Setiap ibu hamil yang dicurigai resiko tinggi, kader posyandu dan dukun bersalin harus mengantarkan kepada bidan

d. Bersama dengan dukun bersalin, kader mendeteksi resiko dan tanda-tanda bahaya pada ibu hamil dan ibu nifas.

e. Membantu bidan dalam merencanakan kunjungan ke posyandu dan atau kelas ibu hamil.

f. Mempersiapkan kelengkapan posyandu sebelum hari pelaksanaan.

g. Melengkapi pendataan posyandu.

h. Kader bersama bidan melakukan pendataan keluarga, ibu hamil, Pasangan Usia Subur (PUS) dan Wanita Usia Subur (WUS).

Hal yang perlu diperhatikan

a. Perlunya menghormati adat istiadat setempat/perorangan ketika memberikan penyuluhan dan berikan dukun bagian untuk kebiasaan tradisional yang positif, namun perlu dicegah mitos atau tabu yang membahayakan kehamilan, persalinan dan perawatan anak.

b. Beri penyuluhan yang dapat memotivasi masyarakat untuk meningkatkan kesehatannya dan buatlah agar mereka mau mengajukan pertanyaan.

c. Jawablah pertanyaan dengan jujur dan sopan.

d. Berikan alat bantu yang menunjang dan bahasa yang difahami.

Page 47: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

MEN

GAPA

, UN

TUK

APA

, DAN

UN

TUK

SIAPA

PA

ND

UAN

INI D

IBU

AT?KO

NSEP

DASA

R K

EMITR

AAN

BID

AN

,D

UKU

N B

AYI DAN

KAD

ER P

OSYA

ND

ULA

NG

KAH

-LAN

GK

AH

M

ENU

JU K

EMITR

AAN

LAM

PIR

AN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU 31

Pedoman 2Identifikasi Pemeriksaan Kehamilan

Tujuan

Mengenali tanda-tanda kehamilan sedini mungkin dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya.

Peran Bidan

a. Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur untuk menjelaskan tujuan pemeriksaan kepada ibu hamil, suami, keluarga maupun masyarakat.

b. Mendata ibu hamil dan memotivasinya agar memeriksakan kehamilannya sejak dini (segera setelah terlambat haid atau diduga hamil).

c. Membahas manfaat pemeriksaan kehamilan dengan ibu/sekelompok ibu (ajak mereka memanfaatkan pelayanan KIA lainnya untuk memeriksakan kehamilan).

d. Menjelaskan prosedur pemeriksaan kehamilan melalui komunikasi dua arah dengan pemerintah setempat, tokoh masyarakat dan dukun bersalin (hal tersebut akan mengurangi keraguan mereka dan memperjelas manfaat pelayanan antenatal).

e. Memberikan penjelasan kepada seluruh ibu tentang tanda kehamilan dan fungsi organ reproduksinya (perempuan harus memperhatikan siklus haidnya, mengetahui dan memeriksakan diri bila terjadi keterlambatan atau haid kurang dari biasanya).

f. Membimbing kader posyandu untuk mendata/mencatat semua ibu hamil di daerahnya, lakukan kunjungan rumah kepada mereka yang tidak memeriksakan kehamilannya, pelajari alasannya mengapa ibu hamil tersebut tidak memeriksakan diri, dan jelaskan manfaat pemeriksakan kehamilan.

g. Menggunakan KMS ibu hamil, Buku KIA dan kartu ibu untuk menjelaskan tentang kondisi ibu.

Peran Dukun Bersalin

a. Mengetahui tanda-tanda kehamilan.

b. Memotivasi/ menganjurkan ibu dengan tanda-tanda kehamilannya untuk segera diperiksa oleh bidan.

c. Melakukan kunjungan rumah dan memberi penyuluhan kepada ibu hamil, suami, keluarga maupun masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan.

d. Menyampaikan tentang keuntungan dan kerugian dan tradisi yang berkembang dimasyarakat mengenai kehamilan seperti (tidak mengizinkan seorang ibu hamil meninggalkan rumah) sehingga ibu hamil tidak dapat memeriksakan kehamilannya.

e. Membantu menghilangkan tahayul dan keraguan untuk memeriksakan kehamilannya kepada petugas kesehatan.

f. Mengajak ibu hamil dan keluarganya untuk mempersiapkan biaya dan tempat persalinan yang aman.

Peran Kader Posyandu

a. Bekerjasama dengan Bidan untuk mendata/mencatat semua ibu hamil didaerahnya lakukan kunjungan rumah kepada mereka yang tidak memeriksakan kehamilannya, pelajari alasannya mengapa ibu hamil tersebut tidak memeriksakan diri, dan jelaskan manfaat pemeriksakan kehamilan.

b. Hasil pendataan dilaporkan kepada bidan desa secara berkala.

c. Bila menemukan ada tanda-tanda bahaya pada ibu hamil, bayi dan balita segera melaporkan ke bidan atau petugas kesehatan lainnya.

d. Bila menemukan bayi dan balita dengan penyakit tertentu atau gizi kurang dan gizi buruk segera melaporkan ke petugas kesehatan terdekat.

Page 48: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU32

e. Bersama bidan membuat peta kesehatan desa yang memuat informasi KIA, gizi dan informasi kesehatan lainnya.

f. Kader posyandu melaksanakan posyandu sesuai pedoman umum pelaksanaan posyandu.

Hal yang perlu diperhatikan

Tekankan bahwa tujuan pemeriksaan kehamilan adalah agar ibu dan bayi sehat pada akhir kehamilan. Agar tujuan tersebut tercapai pemeriksaan kehamilan harus segera dilaksanakan begitu diduga terjadi kehamilan, dan dilaksanakan terus secara berkala selama kehamilan.

Pemeriksaan kehamilan merupakan tahapan yang harus dilakukan ibu hamil

demi mencegah terjadinya kondisi darurat persalinan. Namun faktanya, pemeriksaan

ibu hamil tidak sepenuhnya dilakukan ibu hamil dengan beberapa alasan, diantaranya:

1) Ibu seringkali tidak berhak memutuskan sesuatu; karena hal itu hak suami atau

mertua, sementara mereka tidak mengetahui perlunya memeriksakan kehamilan

dan hanya mengandalkan cara-cara tradisional;

2) Fasilitas untuk pelayanan antenatal tidak memadai, tidak berfungsi sebagaimana

mestinya, harus menunggu lama atau perlakuan petugas yang kurang memuaskan;

3) Ketidaktahuan manfaat pemeriksaan kehamilan;

4) Transportasi yang sulit, baik bagi ibu untuk memeriksakan kehamilan maupun

bagi bidan untuk mendatangi mereka;

5) Tradisi dan takhayul yang tidak mengizinkan seorang perempuan hamil

meninggalkan rumah walaupun untuk memeriksakan kehamilannya;

6) Keraguan untuk memeriksakan kehamilannya kepada petugas kesehatan (terlebih

jika petugasnya seorang laki-laki);

7) Ketidakpercayaan pada tenaga kesehatan secara umum;

8) Kurangnya kesadaran ibu hamil, suami dan keluarganya untuk memeriksakan

kehamilannya di fasilitas kesehatan atau petugas kesehatan;

9) Kurangnya pemahaman ibu hamil, suami, dan keluarganya tentang pentingnya

pemeriksaan kehamilan.

Page 49: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

MEN

GAPA

, UN

TUK

APA

, DAN

UN

TUK

SIAPA

PA

ND

UAN

INI D

IBU

AT?KO

NSEP

DASA

R K

EMITR

AAN

BID

AN

,D

UKU

N B

AYI DAN

KAD

ER P

OSYA

ND

ULA

NG

KAH

-LAN

GK

AH

M

ENU

JU K

EMITR

AAN

LAM

PIR

AN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU 33

Pedoman 3Pemeriksaan dan Pemantauan Kehamilan

Tujuan

Memberikan pelayanan dan pemantauan kehamilan berkualitas.

Peran Bidan

a. Pada kunjungan pertama bidan:

1) Melakukan anamneses riwayat dan mengisi KMS ibu Hamil/ Kartu Ibu secara lengkap;2) Memastikan bahwa kehamilannya itu diharapkan;3) Menentukan hari taksiran persalinan (HTP). Jika hari pertama hari terakhir

(HPHT) tidak diketahui, tanyakan kapan pertama kali dirasakan pergerakan janin dan cocokkan dengan hasil pemeriksaan tinggi fundus uteri. Jelaskan bahwa hari taksiran persalinan hanyalah suatu perkiraan;

4) Memeriksa kadar Hb;5) Berikan imunisasi TT (Tetanus Toksoid) sesuai dengan ketentuan.

b. Pada setiap kunjungan bidan harus:

1) Menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis ibu hamil;2) Memeriksa urine dan tes protein dan glukosa urine atas indikasi. Bila ada kelainan,

ibu dirujuk;3) Mengukur Berat Badan (BB) dan lingkar lengan atas. Jika beratnya tidak bertambah

atau pengukuran lengan menunjukkan kurang gizi, beri penyuluhan tentang gizi dan rujuk untuk pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut;

4) Mengukur tekanan darah dengan posisi ibu hamil duduk atau berbaring dengan mengganjal punggung kiri dengan bantal. Letakkan tensimeter dipermukaan yang datar setinggi jantungnya. Gunakan selalu ukuran manset yang sesuai. Ukur takanan darah. Tekanan Darah diatas 140/90 mmHg atau peningkatan Diastole 10 mmHg/lebih sebelum kehamilan 16 minggu , atau paling sedikit pada pengukuran dua kali berturut-turut pada selisih waktu 1 jam berarti ada kenaikan nyata dan ibu perlu dirujuk;

5) Periksa Hb pada kunjungan pertama dan pada kehamilan 28 minggu atau lebih sering jika ada tanda-tanda anemia pada daerah endemis malaria beri proflaksis dan penyuluhan saat kunjungan pertama (lihat standar 6);

6) Tanyakan apakah ibu hamil meminum tablet zat besi sesuai dengan ketentuan dan apakah persediaannya cukup. Tablet zat besi berisi 60 mg zat besi dan 0,5 mg asam folat paling sedikit diminum satu tablet sehari selama 90 hari berturut-turut. Ingatkan ibu hamil agar tidak meminumnya dengan teh/kopi;

7) Tanyakan dan periksa tanda/gejala penyakit menular seksual (PMS), dan ambil tindakan sesuai dengan ketentuan;

8) Lakukan pemeriksaan fisik ibu hamil secara lengkap. Periksa payudara, lakukan penyuluhan dan perawatan untuk pemberian ASI eksklusif;

9) Pastikan bahwa kandung kencing ibu kosong; 10) Ukur tinggi fundus uteri dalam cm dengan menggunaka meteran kain.

(tinggi fundus uteri sesudah kehamilan lebih dari 24 minggu sama dengan umur kehamilan dalam cm, bila diambil ukuran tinggi fundus dari simfisis pubis sampai ke fundus uteri, lihat standar 5). Jika ukuran berbeda nyata dengan umur kehamilan dalam minggu sesuaikan dengan grafidigram, tidak terjadi pertumbuhan janin, rujuklah ibu untuk pemeriksaan lebih lanjut;

Page 50: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU34

. 11) Dengarkan denyut jantung janin dan tanyakan apakah janin sering bergerak. Rujuk jika tidak terdengar atau pergerakkan janin menurun pada bulan terakhir kehamilan;

12) Beri nasihat tentang cara perawatan diri selama kehamilan, tanda bahaya pada kehamilan, kurang gizi dan anemia;

13) Dengarkan keluhan yang disampaikan ibu dengan penuh minat dan beri nasihat atau rujuk jika diperlukan. Ingat, semua ibu memerlukan dukungan moril selama kehamilannya;

14) Bicarakan tentang tempat persalinan, persiapan transportasi untuk rujukan jika diperlukan. Beri nasihat mengenai persiapan persalinan (lihat standar 8 pada SPK);

15) Catat semua temuan pada KMS ibu hamil/ kartu ibu. Pelajari semua temuan untuk menentukan tidakan selanjutnya, termasuk rujukan ke fasilitas rujukan/ Rumah sakit.

Peran Dukun Bersalin

a. Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat tentang:

b. 1) Ibu harus hamil mendapat imunisasi TT (Tetanus Toksoid) lengkap sebanyak dua kali. Suntikan pertama dilakukan pada periksa hamil pertama dan suntikan kedua dilakukan paling sedikit sebulan sesudah suntikan yang pertama.

2) Faktor resiko yang perlu diperhatikan pada ibu hamil, antara lain:• Mukanya pucat;• Umurnya dibawah 20 tahun;• Umurnya di atas 35 tahun;• Jumlah anak lebih dari 4 orang;• Tinggi badannya kurang dari 145 cm;• Jarak kehamilannya kurang dari 2 tahun;• Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm;• Puting susunya tertarik ke dalam.

3) Kehamilan dengan faktor resiko harus segera dirujuk ke Puskesmas/bidan. Tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan persalinan antara lain:• Muntah terus menerus dan menolak makanan;• Pusing kepala yang hebat dan kaki yang bengkak;• Mengalami perdarahan;• Keluar cairan sebelum waktunya disertai panas badan tinggi;• Penyakit menahun;• Pucat, lesu dan letih;• Penglihatan kabur;

4) Ibu hamil dengan tanda-tanda bahaya harus segera dirujuk ke Puskesmas/Rumah sakit.

5) Cara perawatan payudara pada kehamilan 7 bulan ke atas:• Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak;• Kompres puting susu dengan kapas/lap berminyak;• Kedua puting susu ditarik bersamaan kemudian diputar kearah dalam dan luar;• Pangkal payudara dipegang kedua tangan lalu diurut kearah puting

susu sebanyak 20 kali;• Pijat daerah lingkar hitam dan puting susu hingga keluar 1-2 tetes ASI;• Bersihkan puting susu dan sekitarnya dengan handuk bersih dan kering;• Anjurkan memakai BH yang baik yaitu yang menopang payudara.

6) Makanan yang baik dan sehat bagi ibu hamil, seperti: makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah serta susu.

Page 51: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

MEN

GAPA

, UN

TUK

APA

, DAN

UN

TUK

SIAPA

PA

ND

UAN

INI D

IBU

AT?KO

NSEP

DASA

R K

EMITR

AAN

BID

AN

,D

UKU

N B

AYI DAN

KAD

ER P

OSYA

ND

ULA

NG

KAH

-LAN

GK

AH

M

ENU

JU K

EMITR

AAN

LAM

PIR

AN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU 35

7) Pentingnya tablet zat besi diminum setiap hari oleh ibu hamil atau memakan bahan makanan yang memiliki sumber zat besi, seperti: kangkung, kacang panjang, bayam, daun singkong, daun ubi, daun katu, buncis, sawi hijau, daun pepaya.

8) Mengapa harus bersalin di Bidan atau pada sarana kesehatan.

Peran Kader Posyandu

a. Mengajak ibu hamil memeriksakan kehamilannnya di posyandu, bidan dan fasilitas kesehatan.

b. Mendata ibu hamil yang belum memeriksakan kehamilannya minimal empat (4) kali selama kehamilan.

c. Memberikan penyuluhan tentang asupan gizi ibu selama hamil baik di posyandu maupun melalui kunjungan rumah.

d. Memberikan penyuluhan tentang tanda bahaya kehamilan baik di posyandu maupun melalui kunjungan rumah.

Hal yang perlu diperhatikan oleh bidan

a. Menimbang berat badan ibu hamil setiap bulan.

b. Memeriksa tekanan darah minimal 1 kali setiap bulan.

c. Memeriksa umur kehamilan dan besarnya janin.

d. Imunisasi TT 2x selama hamil.

e. Memberikan tablet tambah darah paling sedikit 90 tablet selama hamil,

f. Memberikan penyuluhan dan konsultasi tentang:

• Pentingnya pemeriksaan kehamilan secara teratur setiap bulan;• Pentingnya ibu hamil makan makanan bergizi setiap hari;• Pentingnya perawata diri dan payudara;• Pentingnya ber kb setelah melahirkan;

g. Mengingatkan untuk segera memeriksakan diri bila ada tanda-tanda resiko kehamilan.

Perlu diperhatikan oleh Dukun Bersalin

Dukun bersalin penting mengajak bidan dalam menghadiri upacara adat/kebiasaan masyarakat (seperti tujuh bulanan, dll) sekaligus dimanfaatkan untuk:a. Memberikan penyuluhan dan pendampingan dalam menghadapi masa kehamilan;b. Memberikan penyuluhan dan pendampingan dalam mempersiapkan fisik dan mental

ibu dalam menghadapi persalinan.Dukun bersalin perlu menyampaikan kepada masyarakat bahwa telah bermitra kerja dengan bidan dan kader posyandu.

Page 52: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU36

Pedoman 4Identifikasi Pemeriksaan Kehamilan

Tujuan

Untuk memastikan bahwa persalinan direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai.

Peran Bidan

a. Mengatur pertemuan dengan ibu hamil dan suami/keluarganya pada trimester ketiga untuk membicarakan tempat persalinan dan hal-hal yang perlu diketahui dan dipersiapkan. Untuk persalinan yang akan dilakukan dirumah, pertemuan sebaiknya dilakukan dirumah tersebut.

b. Melaksanakan seluruh pemeriksaan antenatal, termasuk anamnesis dan pemeriksaan secara rinci sebelum memberikan nasihat.

c. Memberikan informasi agar mengetahui saat akan melahirkan dan kapan harus mencari pertolongan, termasuk pengenalan tanda bahaya (ketuban pecah sebelum waktunya dan perdarahan pada kehamilan yang bukan darah lendir normalperlu ditolong secepatnya).

d. Jika direncanakan persalinan dirumah atau daerah terpencil:

1) Beritahukan kepada ibu hamil perlengkapan yang diperlukan untuk persalinan yang bersih dan aman. Paling sedikit tersedia tempat yang bersih untuk ibu berbaring sewaktu bersalin, sabun yang baru, air bersih, handuk bersih untuk cuci tangan, kain bersih dan hangat untuk membersihkan dan mengeringkan bayi serta ruangan yang bersih dan sehat.

2) Atur agar ada orang yang dipilih oleh ibu sendiri untuk membantu persalinan (harus disepakati tentang bagaimana dan kemana merujuk jika terjadi kegawatdaruratan).

3) Beri penjelasan kepada ibu hamil kapan harus memanggil bidan (misalnya jika ketuban pecah atau mulas yang teratur)

4) Sebagai persiapan untuk rujukan atur transportasi ke rumah sakit bersama ibu hamil, suami dan keluarganya (termasuk persetujuan jenis dan biaya transportasi yang diperlukan jika terjadi keadaan darurat).

e. Jika direncanakan persalinan di rumah sakit atau tempat lainnya:

1) Beri penjelasan kepada ibu hamil dan keluarganya tentang kapan ke Rumah sakit dan perlengkapan yang diperlukan. Hal ini dapat berbeda tergantung keadaan tapi setidaknya diperlukan sabun dan handuk bersih, pakaian bersih untuk ibu dan bayi serta pembalut wanita.

2) Ibu hamil dengan kondisi dibawah ini, sebaiknya dianjurkan untukmelahirkan di Rumah sakit:

• Pernah mengalami persalinan yang sulit atau lahir mati;• Pernah menjalani bedah sesar;• Anemia berat;• Penyakit kronis: kencing manis, jantung, asma berat, dll;• Perdarahan antepartum;• Preklamsi pada kehamilan sekarang;• Kelainan letak atau posisi janin;• Kehamilan ganda;• Kehamilan kelima atau lebih terutama pada ibu hamil dengan status sosial

rendah atau kurang energi kronis;

• Primigravida sangat muda (dibawah 16 tahun) atau multi paritas berusia diatas 40 tahun;

• Kehamilan kurang bulan sudah in partu.

Page 53: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

MEN

GAPA

, UN

TUK

APA

, DAN

UN

TUK

SIAPA

PA

ND

UAN

INI D

IBU

AT?KO

NSEP

DASA

R K

EMITR

AAN

BID

AN

,D

UKU

N B

AYI DAN

KAD

ER P

OSYA

ND

ULA

NG

KAH

-LAN

GK

AH

M

ENU

JU K

EMITR

AAN

LAM

PIR

AN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU 37

Peran Dukun Bersalin

a. Bersama dengan bidan mengatur pertemuan dengan ibu hamil, suami dan keluarganya pada trimester ketiga untuk membahas tempat persalinan dan hal-hal yang perlu diketahui dan dipersiapkan.

b. Memberikan informasi kepada ibu hamil mengenai:

• Tanda-tanda persalinan;• Kapan harus mencari pertolongan;• Pengenalan tanda-tanda bahaya persalinan.

c. Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan untuk persalinan yang bersih dan aman yaitu:

• Tempat yang bersih untuk ibu bersalin;• Sabun yang baru;• Air dan handuk yang bersih untuk mencuci tangan;• Kain bersih dan hangat untuk mebersihkan dan mengeringkan bayi;• Ruangan yang bersih dan sehat;• Cahaya dan ventilai yang cukup.

d. Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan transportasi, donor darah bila terjadi kegawat daruratan.

e. Segera hubungi bidan bila ibu hamil telah menunjukkan tanda-tanda persalinan (ketuban pecah atau mulas yang teratur)

f. Membantu bidan dan merujuk ibu bersalin ke Rumah sakit atau tempat lainnya.

g. Menganjurkan dan mempersiapkan ibu hamil dengan kondisi dibawah ini, untuk melahirkan di Rumah sakit:

• Pernah mengalami persalinan yang sulit atau lahir mati.• Pernah menjalani bedah sesar.• Anemia berat.• Penyakit kronis: kencing manis, jantung, asma berat, dll.• Perdarahan antepartum.• Preeklamsi pada kehamilan sekarang.• Kelainan letak atau posisi janin.• Kehamilan ganda.• Kehamilan kelima atau lebih terutama pada ibu hamil dengan status sosial rendah

atau kurang energi kronis.• Primigravida sangat muda (dibawah 16 tahun) atau multi paritas berusia diatas 40 tahun.• Kehamilan kurang bulan sudah in partu.

Peran Kader Posyandu

a. Mengajak ibu hamil untuk melahirkan di fasilitas kesehatan.

b. Memberikan penyuluan tentang tanda bahaya persalinan.

Hal yang perlu diperhatikan

a. Peringatkan ibu hamil untuk tidah memasukan/ mengoleskan minyak atau bahan lainnya kedalam vagina pada akhir kehamilan, terutama menjelang persalinan. Karena hal tersebut akan menyebabkan infeksi dan membahayakan ibu serta janin.

b. Peringatkan ibu hamil, suami dan keluarganya bahwa mereka harus mencari bidan jika ketuban sudah pecah.

c. Peringatkan ibu hamil bahwa setiap perdarahan pervaginam selama kehamilan atau persalinan yang bukan darah lendir normal, adalah tanda-tanda bahaya dan harus segera dibawa ketempat rujukan terdekat atau memanggil bidan, meskipun perdarahannya hanya sedikit.

d. Pastikan bahwa ibu hamil, suami dan keluarganya mengerti tanda dan gejala preeklamsi berat. Pembengkakan pada tangan dan wajah perlu segera dirujuk

Page 54: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU38

Pedoman 5Pertolongan Persalinan (Asuhan Pertolongan Kala 1)

Tujuan

Untuk memastikan bahwa persalinan direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai

Peran Bidan

a. Segera mendatangi ibu hamil ketika diberitahu persalinan sudah mulai atau ketuban pecah

b. Melaksanakan pemeriksaan kehamilan dengan memberikan perhatian kepada tekanan darah, teraturnya His (kontraksi otot rahim pada persalinan), dan denyut jantung janin (DJJ) bila ketuban sudah pecah.

c. Catat semua temuan pemeriksaan dengan tepat, jika ditemukan kelainan lakukan rujukan ke Puskesmas/rumah sakit

d. Lakukan pemeriksaan dalam secara aseptic dan sesuai dengan kebutuhan (jika His teratur dan tidak ada hal yang mengkhawatirkan atau lemah tapi tanda-tanda vital ibu atau janin normal, maka perlu segera dilaksanakan pemeriksaan dalam.

e. Dalam keadaan normal periksa dalam setiap 4 jam dan harus selalu secara aseptik.

f. Jika sampai pada fase aktif catat semua temuan pada partograf dan kartu ibu.

g. Anjurkan ibu untuk mandi dan tetap aktif bergerak seperti biasa, dan memilih posisi yang dirasakan nyaman, kecuali jika belum terjadi penurunan kepala sementara ketuban belum pecah.

h. Amati kontraksi dan DJJ sedikitnya setiap 30 menit pada kala I, pada akhir kala I atau jika kontraksi sudah sangat kuat, periksa DJJ setiap 15 menit.

i. Catat dan amati penurunan kepala janin dengan palpasi abdomen setiap 4 jam.

j. Catat tekanan darah setiap 4 jam.

k. Minta agar ibu hamil sering buang air kecil setidaknya tiap 2 jam.

l. Pada persalinan normal, mintalah ibu untuk banyak minum guna menghindari dehidrasi dan gawat janin.

m. Selama melahirkan beri dukungan moril dan perlakuan yang baik dan peka terhadap kebutuhan ibu hamil, suami/ keluarga/ oarng yang terdekat yang mendampingi.

n. Jelaskan proses persalinan yang terjadi pada ibu, suami dan keluarganya beritahu mereka kemajuan persalinan secara berkala.

o. Segera catat semua temuan pada partograf dan kartu ibu.

p. Saat proses persalinan berlangsung bersiaplah untuk menghadapi kelahiran bayi.

q. Lakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman.

Peran Dukun Bersalin

a. Mengetahui tanda-tanda persalinan, seperti: keluar lendir campur bercak darah, perut sering terasa mulas dan cairan ketuban keluar.

b. Menyarankan dan atau mengantar ibu untuk melahirkan di polindes/ pondokan/ Rumah Bidan dan bila ibu mau, dampingi ke tempat persalinan.

c. Segera hubungi dan memberitahu serta ajak bidan untuk segera datang ke rumah ibu yang akan bersalin atau menyiapkan tempat persalinan.

d. Bila ibu mau bersalin dirumah siapkan tempat persalinan yang bersih, ventilasi cukup, terang dan jauh dari tempat yang kotor (kandang, tempat sampah dan atau gudang).

Page 55: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

MEN

GAPA

, UN

TUK

APA

, DAN

UN

TUK

SIAPA

PA

ND

UAN

INI D

IBU

AT?KO

NSEP

DASA

R K

EMITR

AAN

BID

AN

,D

UKU

N B

AYI DAN

KAD

ER P

OSYA

ND

ULA

NG

KAH

-LAN

GK

AH

M

ENU

JU K

EMITR

AAN

LAM

PIR

AN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU 39

e. Membersihkan alat-alat untuk menolong persalinan. Gunting dan alat yang akan dipakai bidan harus bersih, tajam, tidak berkarat dan direbus dalam air mendidih selama 15 menit.

f. Membantu bidan menolong persalinan. Terlebih dahulu mencuci tangan dengan sikat tangan dan sabun selama 15 detik dengan air mengalir. Kemudian tangan dikeringkan tidak dengan lap kain atau handuk.

Peran Kader Posyandu

a. Mengajak ibu hamil untuk melahirkan di fasilitas kesehatan.

b. Memberikan penyuluan tentang tanda bahaya persalinan.

Hal yang perlu diperhatikan

a. Memberikan penyuluhan pentingnya imunisasi lengkap pada bayi dan balita dan KB paska persalinan.

b. Memberikan penyuluhan tentang ASI Ekslusif termasuk penggunaan colostrum.

c. Pemberian vitamin A pada ibu nifas.

Page 56: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU40

Pedoman 6Pelayanan Ibu Menyusui, Bayi dan Balita

Tujuan

Memberikan pelayanan yang memadai terhadap ibu menyusui, bayi dan balita

Peran Bidan

a. Memberikan penyuluhan tentang cara menyusui yang benar.

b. Memberikan penyuluhan tentang perawatan payudara.

c. Memberikan penyuluhan tentang perawatan bayi dan balita.

d. Memberikan penyuluhan tentang pemberian makanan pendamping ASI pada bayi dan balita.

e. Membentuk kelas ibu bayi dan balita.

Peran Dukun Bersalin

a. Membantu bidan dalam penyuluhan tentang cara menyusui yang benar.

b. Membantu bidan dalam penyuluhan tentang perawatan payudara.

c. Membantu Bidan dalam penyuluhan tentang perawatan bayi dan balita.

d. Membantu bidan dalam penyuluhan tentang pemberian makanan pendamping ASI pada bayi dan balita.

Peran Kader Posyandu

a. Mendata bayi dan balita yang ada di dasanya.

b. Mengajak ibu bayi dan ibu balita untuk hadir di posyandu setiap bulan.

c. Membantu bidan dalam penyuluhan tentang cara menyusui yang benar.

d. Membantu bidan dalam penyuluhan tentang perawatan payudara.

e. Membantu Bidan dalam penyuluhan tentang perawatan bayi dan balita.

f. Membantu bidan dalam penyuluhan tentang pemberian makanan pendamping ASI pada bayi dan balita.

g. Bersama bidan membentuk kelas ibu bayi dan balita.

Page 57: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

MEN

GAPA

, UN

TUK

APA

, DAN

UN

TUK

SIAPA

PA

ND

UAN

INI D

IBU

AT?KO

NSEP

DASA

R K

EMITR

AAN

BID

AN

,D

UKU

N B

AYI DAN

KAD

ER P

OSYA

ND

ULA

NG

KAH

-LAN

GK

AH

M

ENU

JU K

EMITR

AAN

LAM

PIR

AN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU 41

Designed by PT Ekselensi Kreasi Komunika

(www.ekselensi.co.id)

Page 58: 2014-11-28-75_1_Panduan_Penerapan_Kemitraan_Bidan_Dukun_dan_Kader_Posyandu (1)

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDASKEMITRAAN BIDAN, DUKUN BAYI DAN KADER POSYANDU42

Panduan Penerapan Praktik Cerdas ini disusun sebagai upaya untuk mendokumentasikan proses penerapan kemitraan bidan, dukun bayi, dan kader posyandu yang telah dilakukan pemerintah daerah mitra kerja BASICS dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu dan anak sekaligus sebagai bahan pembelajaran yang diharapkan dapat menginspirasi daerah-daerah lain untuk melakukan pendekatan yang sama. Panduan ini menjelaskan tentang konsep dasar kemitraan, prinsip-prinsip dalam kemitraan dan langkah-langkah menuju kemitraan yang lebih baik antara bidan sebagai petugas kesehatan dan dukun bayi serta kader posyandu sebagai komponen masyarakat. Dalam panduan ini dijelaskan juga langkah-langkah untuk membangun komitmen para pihak dalam mendukung kemitraan. Disertakan juga berbagai pedoman yang dapat digunakan oleh bidan, dukun bayi dan kader posyandu

dalam pelaksanaan tugasnya.