2. Teknik-Drainase-KONSEP DRAINASE.pdf
-
Upload
aridi-fajar -
Category
Documents
-
view
82 -
download
4
Transcript of 2. Teknik-Drainase-KONSEP DRAINASE.pdf
2.2.2.2.KONSEP KONSEP
DRAINASEDRAINASETEKNIK DRAINASETEKNIK DRAINASE
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
2.12.1. K. KOMPETENSIOMPETENSI YYANGANG DDIHARAPKANIHARAPKAN
Setelah menyelesaikan perkuliahan pada bab ini
mahasiswa dapat menjelaskan:
� Konsep Drainase Perkotaan,
� Lingkup Drainase Perkotaan,� Lingkup Drainase Perkotaan,
� Permasalahan Drainase Perkotaan,
� Jenis Sistem Drainase,
� Pola Sistem Drainase.
� Sistem Buangan Drainase
� Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tata letak
saluran Drainase
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
2.2. K2.2. KONSEPONSEP DDRAINASERAINASE
� Drainase melayani pembuangan kelebihan air pada
suatu daerah dengan cara mengalirkannya melalui
permukaan tanah atau lewat di bawah permukaan
tanah, untuk dibuang ke sungai, laut atau danau.
� Kelebihan air tersebut bisa berupa air hujan, air
limbah domestik maupun air limbah industri.
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
2.3.2.3. PPERMASALAHANERMASALAHAN DDRAINASERAINASE
PPERKOTAANERKOTAAN
� Banjir merupakan kata yang sangat populer di
Indonesia, khususnya pada musim hujan,
mengingat hampir semua kota di Indonesia
mengalami bencana banjir.
� Peristiwa ini hampir setiap tahun berulang, namun
permasalahan ini sampai saat ini belum
terselesaikan, bahkan cenderung makin meningkat,
baik frekuensinya, luasannya, kedalamannya
maupun durasinya.
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
2.3.1.2.3.1.CCONTOHONTOH PPERMASALAHANERMASALAHAN
DDRAINASERAINASE PPERKOTAANERKOTAAN
Contoh 1, di kiri dan kanan ruas
jalan ini ada saluran drainase tetapi
pada waktu musim hujan masih saja
terjadi luapan aliran air ke badan
jalan
Contoh 2, di kiri dan kanan ruas
jalan ini ada saluran drainase tetapi
pada waktu hujan, badan jalan selalu
tergenang air padahal air di selokan
tidak penuh
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
2.3.2.2.3.2.CCONTOHONTOH LLAINAIN PPERMASALAHANERMASALAHAN
DDRAINASERAINASE PPERKOTAANERKOTAAN
Adanya
bangunan liar
di atas badan
saluran,
saluran tidak
terawat
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
2.3.2.2.3.2.CCONTOHONTOH LLAINAIN PPERMASALAHANERMASALAHAN
DDRAINASERAINASE PPERKOTAANERKOTAAN
Adanya
bangunan liar
menutupi
badan saluran,
OP saluran jadi
sulit
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
2.3.2.2.3.2.CCONTOHONTOH LLAINAIN PPERMASALAHANERMASALAHAN
DDRAINASERAINASE PPERKOTAANERKOTAAN
Adanya
bangunan liar
menutupi
badan saluran,
OP saluran jadi
sulit
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
2.3.2.2.3.2.CCONTOHONTOH LLAINAIN PPERMASALAHANERMASALAHAN
DDRAINASERAINASE PPERKOTAANERKOTAAN
Adanya
bangunan
permanen di
badan saluran,
timbul masalah
sosial bila ada
pengembangan
saluran
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
2.3.2.2.3.2.CCONTOHONTOH LLAINAIN PPERMASALAHANERMASALAHAN
DDRAINASERAINASE PPERKOTAANERKOTAAN
Adanya
tumpukan
sampah
buangan
masyarakat,
menghambat
jalan air
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
2.3.2.2.3.2.CCONTOHONTOH LLAINAIN PPERMASALAHANERMASALAHAN
DDRAINASERAINASE PPERKOTAANERKOTAAN
Adanya
jaringan
pipa/kabel
melintang di
badan saluran,
menutupi jalan
air (gorong2)
saat banjir
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
2.3.2.2.3.2.CCONTOHONTOH LLAINAIN PPERMASALAHANERMASALAHAN
DDRAINASERAINASE PPERKOTAANERKOTAAN
Adanya
jaringan
pipa/kabel
melintang di
badan saluran,
menutupi jalan
air (gorong2)
saat banjir
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
2.3.2.3. PPERMASALAHANERMASALAHAN DDRAINASERAINASE
PPERKOTAANERKOTAAN
AKAR MASALAH
� Akar permasalahan drainase berawal dari pertambahan penduduk yang sangat cepat, di atas rata-rata pertumbuhan nasional, akibat urbanisasi.
� Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang memadai mengakibatkan pemanfaatan lahan menjadi kurang teratur.
� Pemanfaatan lahan yang tidak teratur inilah yang menyebabkan persoalan drainase di suatu daerah menjadi sangat kompleks. Hal ini barangkali juga disebabkan oleh kesadaran masyarakat yang masih rendah.
2.3.2.3. PPERMASALAHANERMASALAHAN DDRAINASERAINASE
PPERKOTAANERKOTAAN
�Pertumbuhan penduduk yang pesat menuntut permukiman dan
Pengaruh Urbanisasi pada Daerah Tangkapan AirPengaruh Urbanisasi pada Daerah Tangkapan Air
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
permukiman dan bangunan untuk kegiatannya.
�Tuntutan dipenuhi dengan mengubah fungsi lahan
2.3.2.3. PPERMASALAHANERMASALAHAN DDRAINASERAINASE
PPERKOTAANERKOTAANContoh kasus implementasi manajemen struktural alamiah (California, USA)
▼Post-urban Pre-urban▼
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
2.3.2.3. PPERMASALAHANERMASALAHAN DDRAINASERAINASE
PPERKOTAANERKOTAANContoh kasus implementasi manajemen struktural alamiah (California, USA)
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
Hasil penelitian lapangan: (c) mendekati (a)Makna implementasi: Pembangunan permukiman perlu disertai dengan pemanfaatan kemampuan alam (tumbuhan) dan struktur permeabel (paving stone) → infiltrasi tinggi, runoff kecil, saluran drainase kecil.
2.3.2.3. PPERMASALAHANERMASALAHAN DDRAINASERAINASE
PPERKOTAANERKOTAAN
Dampak Urbanisasi
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
2.3.2.3. PPERMASALAHANERMASALAHAN DDRAINASERAINASE
PPERKOTAANERKOTAAN
Dampak Urbanisasi
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
2.3.2.3. PPERMASALAHANERMASALAHAN DDRAINASERAINASE
PPERKOTAANERKOTAAN
AKAR MASALAH
� Tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah
dan masih acuh tak acuh terhadap permasalahan
yang dihadapi kotanya. Sebagian besar masyarakat
masih terfokus pada permasalahan yang lebih
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
masih terfokus pada permasalahan yang lebih
penting dan mendesak, yaitu pemenuhan
kebutuhan primer.
� Hal ini menyebabkan belum mengakarnya
kesadaran terhadap hukum, perundangan dan
kaidah-kaidah yang berlaku. Kecenderungan ini
timbul karena proses pembangunan selama ini
berlangsung kurang melibatkan masyarakat.
2.3.2.3. PPERMASALAHANERMASALAHAN DDRAINASERAINASE
PPERKOTAANERKOTAAN
AKAR MASALAH
� Dalam siklus pembangunan dulu dikenal SIDKOM (Survey, Investigation, Design, Construction, Operation, and Maintenance) merupakan siklus yang kurang lengkap karena tidak mencantumkan evaluasi dan monitoring.
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
evaluasi dan monitoring.
� Kurang lengkapnya siklus tersebut menyebabkan arus informasi terputus, sehingga keberhasilan atau kegagalan hasil pembangunan sistem drainase pada khususnya dan infrastruktur pada umumnya, yang telah lalu tidak terinventarisasi untuk dijadikan bahan pijakan dan pertimbangan dalam pengembangan di masa mendatang.
2.3.2.3. PPERMASALAHANERMASALAHAN DDRAINASERAINASE
PPERKOTAANERKOTAAN
PEMROGRAMAN DAN PERENCANAANPEMROGRAMAN DAN PERENCANAANPEMROGRAMAN DAN PERENCANAANPEMROGRAMAN DAN PERENCANAANPEMROGRAMAN DAN PERENCANAANPEMROGRAMAN DAN PERENCANAANPEMROGRAMAN DAN PERENCANAANPEMROGRAMAN DAN PERENCANAAN
PELAKSANAAN PELAKSANAAN PELAKSANAAN PELAKSANAAN
PEMBANGUNANPEMBANGUNANPEMBANGUNANPEMBANGUNAN
Persiapan
Konstruksi
Identifikasi
ProyekPra Studi
Kelayakan
Studi
Kelayakan
Perencanaan
Rinci
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
OPERASI DAN PEMELIHARAANOPERASI DAN PEMELIHARAANOPERASI DAN PEMELIHARAANOPERASI DAN PEMELIHARAANOPERASI DAN PEMELIHARAANOPERASI DAN PEMELIHARAANOPERASI DAN PEMELIHARAANOPERASI DAN PEMELIHARAAN
EVALUASI EVALUASI EVALUASI EVALUASI EVALUASI EVALUASI EVALUASI EVALUASI
DAN DAN DAN DAN DAN DAN DAN DAN
MONITORINMONITORINMONITORINMONITORINMONITORINMONITORINMONITORINMONITORINGGGG
Project
Completion
Report (PCR)
Konstruksi
Konstruksi
2.4.2.4. KKONSEPONSEP SSISTEMISTEM DDRAINASERAINASE
Sistem drainase perkotaan terdiri atas : Saluran
primer, Saluran sekunder dan Saluran tersier (Ini adalah ketentuan umum yang berlaku di Indonesia dan banyak
negara lain).
Untuk menyiapkan Master Plan dan Detail Desain
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
Untuk menyiapkan Master Plan dan Detail Desain
pada jaringan primer, sekunder dan tersier tersebut,
maka perlu lebih jauh memperhatikan perencanaan
saluran tersier, terutama yang sering direncanakan dan
dibangun sebagai saluran drainase di sisi jalan.
2.4.2.4. KKONSEPONSEP SSISTEMISTEM DDRAINASERAINASE
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
Sumber : TTPS, Buku Referensi Opsi Sistem
dan Teknologi Sanitasi.
2.4.2.4. KKONSEPONSEP SSISTEMISTEM DDRAINASERAINASE
Konsep green infrastructure diterapkan pada
beberapa jenis konstruksi penampang drainase
tersier, yaitu sebagai berikut :
� Drainase tanpa perkerasan
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
Sumber : TTPS, Buku Referensi Opsi Sistem
dan Teknologi Sanitasi.
� Drainase tanpa perkerasan
� Drainase dengan perkerasan
� Drainase Swale
2.4.2.4. KKONSEPONSEP SSISTEMISTEM DDRAINASERAINASE
DRAINASE DRAINASE TANPA PERKERASAN TANPA PERKERASAN
Pro dan Kontra dan Efisiensi
� Merupakan kombinasi antara
sistem untuk meminimalisir
kuantitas aliran permukaan,
sekaligus meningkatkan kualitas
air limpasan hujan (runoff).
� Biaya konstruksi lebih murah jika
dibandingkan saluran dengan
perkerasan.
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
Sumber : TTPS, Buku Referensi Opsi Sistem
dan Teknologi Sanitasi.
Deskripsi Dasar :
� Drainase jalan yang menggunakan
perkerasan cenderung mengakumulasi
aliran air dengan volume besar dan
kecepatan aliran yang relatif tinggi.
� Terkait green infrastructure, desain
drainase tanpa perkerasan diharapkan
dapat lebih meningkatkan kemungkinan
terjadinya infiltrasi air ke dalam tanah.
perkerasan.
� Mengurangi kecepatan aliran
permukaan.
� Biaya pemeliharaan lebih tinggi
dibandingkan struktur saluran
dengan perkerasan.
� Tidak dapat digunakan untuk
area dengan kemiringan lahan
yang curam.
� Memungkinkan terjadinya erosi
dasar.
2.4.2.4. KKONSEPONSEP SSISTEMISTEM DDRAINASERAINASE
DRAINASE DENGAN DRAINASE DENGAN PERKERASAN PERKERASAN
Pro dan Kontra dan Efisiensi
� Biaya pemeliharaan lebih murah
dibandingkan saluran tanpa
perkerasan.
� Tidak perlu lahan luas
dibandingkan dengan saluran
tanpa perkerasan.
o Biaya konstruksi lebih mahal
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
Sumber : TTPS, Buku Referensi Opsi Sistem
dan Teknologi Sanitasi.
Deskripsi Dasar :
� Saluran drainase dapat dibuat dengan
menggunakan perkerasan (batu kali,
beton, dan lain-lain) atau tanpa
perkerasan.
� Saluran drainase di komplek
permukiman banyak dibuat bersamaan
dengan drainase jalan
o Biaya konstruksi lebih mahal
dibandingkan saluran tanpa
perkerasan.
o Kecepatan aliran tinggi, tidak
memungkinkan adanya infiltrasi
dari saluran, debit akumulasi air
limpasan hujan (runoff) tinggi.
2.4.2.4. KKONSEPONSEP SSISTEMISTEM DDRAINASERAINASE
DRAINASE SWALEDRAINASE SWALE Pro dan Kontra
�Merupakan kombinasi antara
sistem untuk meminimalisir
kuantitas aliran permukaan,
sekaligus meningkatkan kualitas air
limpasan hujan (runoff).
� Biaya konstruksi lebih murah
dibandingkan saluran struktur
perkerasan.
�Mengurangi kecepatan aliran
Kering
Tergenang
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
Sumber : TTPS, Buku Referensi Opsi Sistem
dan Teknologi Sanitasi.
Deskripsi Dasar :
� Penggunaan media penyaring polutan
adalah pembeda antara saluran drainase
Swale dan konvensional.
�Media penyaring polutan ini biasanya
diterapkan di daerah pantai, daerah
berawa, atau daerah yang muka air
tanahnya tinggi.
�Mengurangi kecepatan aliran
permukaan.
o Biaya pemeliharaan lebih tinggi
dibandingkan saluran struktur
perkerasan.
o Tidak dapat digunakan untuk area
dengan kemiringan lahan curam.
o Memungkinkan terjadinya
akumulasi sedimen.
o Memungkinkan timbulnya bau
tidak sedap dan berkembangnya
nyamuk (jika air selalu
menggenang).
2.4.2.4. KKONSEPONSEP SSISTEMISTEM DDRAINASERAINASE
Bangunan Pelengkap Drainase Tersier:
� Bak Perangkap Lemak (untuk Bengkel dan
Restauran);
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
Sumber : TTPS, Buku Referensi Opsi Sistem
dan Teknologi Sanitasi.
Restauran);
� Kolam Retensi; dan
� Parit Infiltrasi
2.4.2.4. KKONSEPONSEP SSISTEMISTEM DDRAINASERAINASE
PERANGKAP LEMAKPERANGKAP LEMAK
Aplikasi dan Effisiensi
� Perangkap lemak sering dipakai
untuk pra-pengolahan (misalnya
untuk grey water dari dapur dan
restoran) sebelum langkah
pengolahan sekunder.
� Jika pengendalian sumber yang
efisien tidak bisa dilakukan untuk
minyak dan lemak dalam grey
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
Sumber : TTPS, Buku Referensi Opsi Sistem
dan Teknologi Sanitasi.
Deskripsi Dasar :
� Bak Perangkap Lemak diperlukan untuk
buangan air hujan dari bengkel dan
restauran, atau industri kecil lainnya,
yang dalam aktivitasnya membuang
terdapat tumpahan oli atau lemak.
minyak dan lemak dalam grey
water dapur, maka sumber grey
water tidak boleh masuk ke dalam
sistem pengolahan.
�Minyak dan lemak harus dibuang
bersama air limbah WC (ini
mungkin sulit dalam situasi yang
memakai WC kering).
2.4.2.4. KKONSEPONSEP SSISTEMISTEM DDRAINASERAINASE
KOLAM RETENSIKOLAM RETENSIDeskripsi Dasar : � Kolam retensi (retention basin) adalah saluran terbuka dengan vegetasi tertentu (rumput dan lain-lain).
� Kolam retensi dikenal juga dengan istilah wet pond, atau wetpool.
� Kolam ini digunakan untuk mereduksi kadar polutan yang terbawa aliran air hujan.
Aplikasi dan Effisiensi
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
Sumber : TTPS, Buku Referensi Opsi Sistem
dan Teknologi Sanitasi.
Aplikasi dan Effisiensi� Kolam retensi dapat direncanakan untuk fungsi tunggal, yakni untuk tujuan peningkatan kualitas air limpasan hujan.
� Bisa pula direncanakan untuk fungsi ganda, yakni untuk mencegah banjir.
� Kolam retensi dapat bekerja baik jika terdapat aliran masuk dan keluar kolam.
� Jika direncanakan dan dipelihara dengan baik, kolam retensi dapat dikembangkan menjadi area rekreasi, ruang terbuka hijau, sumber air cadangan bagi pemadam kebakaran, dan lain-lain.
Denah kolam retensi
2.4.2.4. KKONSEPONSEP SSISTEMISTEM DDRAINASERAINASE
KOLAM RETENSIKOLAM RETENSI
Pro dan Kontra: � Dapat mengurangi kadar polutan dari aliran permukaan.
Potongan A-A
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
Sumber : TTPS, Buku Referensi Opsi Sistem
dan Teknologi Sanitasi.
� Dapat mengurangi kadar polutan dari aliran permukaan.�Masyarakat mudah menerima keberadaannya.� Dapat menambah aspek estetika.� Potensi sebagai tempat tinggal satwa.
� Memerlukan struktur berupa tanggul yang disesuaikan kondisi topografi.� Sulit untuk diaplikasikan pada daerah dengan kondisi topografi datar.� Kesalahan desain dan pemeliharaan dapat menyebabkan eutrofikasi (penguraian secara alami dengan bakteri), kekurangan oksigen dalam air yang menganggu proses pengendalian polutan, timbulnya bau tidak sedap, serta penumpukan sampah.
� Memerlukan lahan cukup luas.
2.4.2.4. KKONSEPONSEP SSISTEMISTEM DDRAINASERAINASE
PARIT INFILTRASIPARIT INFILTRASI
Aplikasi dan Effisiensi
� Dapat diaplikasikan pada daerah
yang tidak terlalu luas, dengan jenis
tanah yang relatif lolos air (porous).
� Dapat digunakan untuk
permukiman padat atau tidak
padat.
� Kemungkinan masuknya aliran
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
Sumber : TTPS, Buku Referensi Opsi Sistem
dan Teknologi Sanitasi.
Deskripsi Dasar :
� Parit infiltrasi adalah parit yang diisi
agregat batu, sehingga memungkinkan
penyerapan limpasan air hujan melalui
dinding dan dasar parit.
� Kemungkinan masuknya aliran
polutan ke dalam air tanah, karena
itu tidak dipakai untuk sistem
tercampur.
� Tidak dapat digunakan di daerah
komersial.
2.5.2.5. JJENISENIS SSISTEMISTEM DDRAINASERAINASE
Jenis Sistem DrainaseJenis Sistem Drainase
1. Menurut sejarah terbentuknyaa. Drainase alamiahb. Drainase buatan
2. Menurut letak bangunana. Drainase permukaan tanah
Contoh Jenis Sistem DrainaseContoh Jenis Sistem Drainase
dimana saluran drainase merupakan
saluan buatan, di atas permukaan
tanah, multi purpose, dan saluran
terbuka terbuat dari pasangan bata
diplester, supaya saluran tidak longsor
di tiap-tiap ruas saluran diberi
penyangga/perkuatan.
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
a. Drainase permukaan tanahb. Drainase bawah permukaan
3. Menurut fungsia. Single purposeb. Multi purpose
4. Menurut konstruksia. Saluran terbukab. Saluran tertutup
2.6.2.6. PPOLAOLA SSISTEMISTEM DDRAINASERAINASE
Pola Sistem Pola Sistem
DrainaseDrainase
1. Siku
2. Pararel
3. Grid iron
SIKUSIKU
Dipakai pada daerah yang
mempunyai topografi
sedikit lebih tinggi dari
pada sungai. Sungai
sebagai saluran pembuang
akhir berada di tengah
kota.
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
3. Grid iron
4. Alamiah
5. Radial
6. Jaring-jaring
PARALELPARALEL
Saluran utama terletak
sejajar dengan saluran
cabang. Saluran cabang
(sekunder) cukup banyak
dan pendek-pendek,
apabila terjadi
perkembangan kota,
saluran akan dapat
menyesuaikan diri.
2.6.2.6. PPOLAOLA SSISTEMISTEM DDRAINASERAINASE
Pola Sistem Pola Sistem
DrainaseDrainase
1. Siku
2. Pararel
3. Grid iron
GRID IRONGRID IRON
untuk daerah dimana
sungainya terletak di
pinggir kota, sehingga
saluran saluran cabang
dikumpulkan dulu pada
saluran pengumpul.
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
3. Grid iron
4. Alamiah
5. Radial
6. Jaring-jaring
ALAMIAHALAMIAH
Sama seperti pola siku,
hanya beban sungai pada
pola alamiah lebih besar.
2.6.2.6. PPOLAOLA SSISTEMISTEM DDRAINASERAINASE
Pola Sistem Pola Sistem
DrainaseDrainase
1. Siku
2. Pararel
3. Grid iron
RADIALRADIAL
Pola ini cocok untuk
daerah yang berbukit,
sehingga pola aliran
memencar ke segala arah.
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
3. Grid iron
4. Alamiah
5. Radial
6. Jaring-jaring
JARINGJARING--JARINGJARING
Saluran-saluran pembuang
mengikuti arah jalan raya,
dan cocok untuk daerah
yang bertopografi datar.
2.7.2.7. SSISTEMISTEM BBUANGANUANGAN DDRAINASERAINASE
SISTEM TERPISAH SISTEM TERPISAH
(SEPARATE SYSTEM)(SEPARATE SYSTEM)
� Air kotor dan air hujan
dilayani terpisah
� Dasar pertimbangan :
� Periode musim hujan dan
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
� Periode musim hujan dan
kemarau terlalu lama
� Kuantitas jauh beda antara
air buangan dan air hujan
� Air buangan perlu diolah
dulu, air hujan tidak perlu
2.7.2.7. SSISTEMISTEM BBUANGANUANGAN DDRAINASERAINASE
SISTEM TERCAMPUR SISTEM TERCAMPUR (COMBINED SYSTEM)(COMBINED SYSTEM)
� Air kotor dan air hujan disalurkan pada saluran yg sama
� Dasar pertimbangan :
Debit buangan pada
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
� Debit buangan pada masing-masing buangan relatif kecil shg dapt disatukan
� Kuantitas air hujan dan air buangan tidak jauh beda
� Fluktuasi curah hujan dari tahu ke tahun relatif kecil
2.7.2.7. SSISTEMISTEM BBUANGANUANGAN DDRAINASERAINASE
SISTEM KOMBINASI (PSEUDO SISTEM KOMBINASI (PSEUDO SISTEM KOMBINASI (PSEUDO SISTEM KOMBINASI (PSEUDO SEPARATE SYS)SEPARATE SYS)
� Perpaduan antara saluran air buangan dan saluran air hujan, dimana pada saat hujan air buangan dan air hujan tercampur dalam saluran air buangan, sedang air hujan berfungsi sebagai pengencer. Kedua saluran tidak bersatu, tetapi dihubungkan dengan
� Berdasarkan
pertimbangan di atas
secara teknis dan
ekonomis yang layak
diterapkan adalah system
terpisah antara air
buangan dari RT dan air
� Teknik Drainase Bambang Sujatmoko, MT
tetapi dihubungkan dengan sistem perpipaan interseptor.
� Dasar pertimbangan :� Perbedaan kuantitas yg besar antara air buangan dan air hujan
� Kota dilalui sungai, dimana air hujan dibuang ke sungai
� Periode musim kemarau dan hujan cukup lama, dan fluktuasi hujan tidak tetap
buangan dari RT dan air
buangan dari hujan
� Air buangan yang akan
diolah dalam bangunan
IPAL adalah air buangan
dari aktifitas pendduk dan
industri/pabrik
2.8.2.8. HHALAL--HALHAL YGYG PERLUPERLU DIPERHATIKANDIPERHATIKAN DALAMDALAM
PERANCANGANPERANCANGAN TATATATA LETAKLETAK SALURANSALURAN ::
�� Pola arah aliran Pola arah aliran � Berguna untuk menentukan arah aliran yg merupakan “natural drainage system” yg terbentuk secara alami dan dpt menentukan toleransi lamanya genangan daerah studi.
�� Situasi dan kondisi fisik kotaSituasi dan kondisi fisik kota�� Situasi dan kondisi fisik kotaSituasi dan kondisi fisik kota� Sistem jaringan eksisting (drainase, irigasi, air minum, telp)
� Bottle neck yang mungkin ada
� Batas-batas daerah kepemilikan
� Letak dan jumlah prasarana yg ada
� Tingkat kebutuhan drainase yang dibutuhkan
� Gambaran umum prioritas daerah
2.8.1. 2.8.1.
CCONTOHONTOH
KKASUSASUS TATATATA
LETAKLETAK
SALURANSALURAN