2. Manual Survei BB IRMS 05-OK

download 2. Manual Survei BB IRMS 05-OK

of 13

description

Indonesian IRMS

Transcript of 2. Manual Survei BB IRMS 05-OK

Manual Survei _BB_IRMS_05-OK.doc

Panduan Survai Pengujian Lendutan Perkerasan Lentur Dengan Alat Benkelman Beam

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Isi

iBab I DESKRIPSI ...

11.1 Maksud dan Tujuan .........................................................................

11.2 Ruang Lingkup ................................................................................

11.3 Pengertian ........................................................................................

1Bab IICARA PELAKSANAAN ......................................................................

2

2.1 Peralatan ...........................................................................................

2

2.2 Persiapan Alat Sebelum Pengujian ...................................................

3

2.3 Cara Menyetel Alat Benkelman Beam ............................................

3

2.4 Cara Mengukur Lendutan Balik .......................................................

5

2.5 Cara Mengukur Lendutan Balik Titik Belok ....................................

7

2.6 Cara Mengukur Lendutan Maksimum dan Cekung Lendutan ..........

8

2.7 Cara Mengukur Temperatur .............................................................

10

2.8 Cara mengukur Tebal dan Jenis Konstruksi Lapis Permukaan ........

12

2.9 Laporan .............................................................................................

13Lampiran A: Daftar Rujukan ........................................................................ L-1Lampiran B: Daftar Istilah ............................................................................

L-2Lampiran C: Lain lain ................................................................................

L-3BAB IDESKRIPSI

1.1Maksud dan Tujuan

1.1.1Maksud

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian perkerasan jalan dengan alat Benkelman Beam, yaitu mengukur gerakan vertikal permukaan lapis jalan dengan cara mengatur pemberian beban roda yang diakibatkan oleh beban tertentu.

1.1.2Tujuan

Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh data lapangan yang akan bermanfaat untuk:

1)penilaian struktur perkerasan;

2)perbandingan sifat sifat struktural sistim perkerasan yang berlainan;

3)peramalan perwujudan ( performance ) perkerasan;

4)perencanaan pelapisan perkerasan tambahan ( overlay ) di atas perkerasan lama.1.2Ruang Lingkup

Pengujian ini dapat digunakan untuk mengukur lendutan dan lendutan balik dari lapisan perkerasan jalan. Hasil pengujian dapat digunakan dalam perencanaan pelapisan perkerasan tambahan (overlay) di atas perkerasan lama, dan juga dapat digunakan sebagai Quality Control.1.3Pengertian

Yang dinaksud dengan :

1)lapisan perkerasan adalah susunan perkerasan jalan yang terdiri dari tanah dasar ( sub grade ), pondasi bawah ( sub base ), pondasi atas ( base ), dan lapisan aus ( surface );

2)tanah dasar ( sub grade ) adalah permukaan tanah semula, permukaan galian, atau permukaan tanah timbunan yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian bagian perkerasan lainnya;3)lapis pondasi bawah ( sub base ) adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan tanah dasar ( sub grade );

4)lapis pondasi atas adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapisan permukaan dengan lapis pondasi bawah, bila tidak ada lapis pondasi bawah, maka lapis pondasi atas ( base) adalah bagian yang terletak antara lapis permukaan dengan tanah dasar ( sub grade )

5)lapis permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas dan langsung menerima beban lalu lintas serta mendistribusikan beban yang diterimanya kelapisan perkerasan di bawahnya. BAB II

CARA PELAKSANAAN

2.1Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam metode ini :

1)Truk dengan spesifikasi standar sebagai berikut ( lihat GAMBAR No. 1 dan No. 2) :

( 1 )

berat kosong truk ( 5 +0,1 ) ton;

( 2 )jumlah as 2 buah, dengan roda belakang ganda;

( 3 )beban masing-masing roda belakang ban ganda ( 4,08 + 0,045 ) ton atau ( 9000 + 100 ) lbs;

( 4 )ban dalam kondisi baik dan dari jenis kembang halus ( zig - zag ) dengan ukuran : 25,4 x 50,8 cm atau 10 x 20 inch 12 ply;

( 5 )tekanan angin ban ( 5,5 + 0,07 ) kg/cm2 atau ( 80 + 1 ) psi;

( 6 )jarak sisi kedua bidang kontak ban dengan permukaan jalan antara 10 15 cm atau 4 6 inch;

2)alat timbang muatan praktis yang dapat dibawa bawa ( portable weight bridge ), kapasitas 10 ton;3)alat Benkelman Beam terdiri dari dua batang mempunyai panjang total pada umumnya (366 + 0,16 ) cm, yang terbagi menjadi dua bagian dengan perbanding- an 1 : 2 oleh sumbu O, dengan perlengkapan sebagai berikut ( lihat GAMBAR NO. 3 );

( 1 )arloji pengukur ( dial gauge ), berskala mm dengan ketelitian 0,01 mm;

( 2 )alat penggetar ( buzzer );

( 3 )alat pendatar ( waterpass );

( 4 )pengukur tekanan yang dapa t mengukur tekanan angin ban minimum 5 kg/cm2

atau 80 psi;

( 5 )termometer ( 5oC 70oC ) dengan pembagian skala 1oC atau ( 40oF 140oF )

dengan pembagian skala 1oF ( lihat GAMBAR NO. 4 );

( 6 )rolmeter 30 m dan 3 m ( 100 ft dan 10 ft );

( 7 )formulir formulir lapangan dan handboard;

( 8 )minyak arloji pengukur dan alkohol murni untuk membersihkan batang arloji pengukur ;

( 9 )perlengkapan keamanan bagi petugas dan tempat pengujian ( lihat GAMBAR NO. 5 ):

( a )tanda batas kecepatan lalu lintas pada saat melewati tempat pengujian ditempatkan lebih kurang 50 m di depan dan dibelakang truk;

( b )tanda penunjuk lalu lintas yang dapat dilewati;

( c )tanda lampu peringatan terutama bila pengujian dilakukan pada malamhari;

( d )bendera merah kuning yang selalu dipasang pada truk selama pengujian;

( e )tanda pengenal pada kain yang dipasang pada truk di bagian depan danbagian belakang;

( f )tanda pengaman lalu lintas yang dipegang oleh petugas ( tanda STOP/JALAN );

( g )pakaian khusus petugas yang warnanya dapat dengan mudah dilihat olehpengendara lalu lintas ( misalnya pakaian berwarna oranye ).

2.2Persiapan Alat Sebelum Pengujian

Ikhwal yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1)truk dimuati hingga beban masing masing roda belakang ban ganda ( 4,08 + 0,045 ) ton atau ( 9000 + 100 ) lbs;

2)ban belakang diperiksa dan tekanan angin pada ban dibuat ( 5,5 + 0,07 ) kg/cm2 atau ( 80 + 1 ) psi, dan diukur setiap 4 jam sekali;

3)pasang batang Benkelman Beam sehingga sambungan kaku;

4)periksa arloji pengukur,bila perlu batang arloji dibersihkan dengan minyak arloji/ alkohol murni guna memperkecil gesekan; untuk mengurangi terjadinya karat, hindari pemakaian air sebagai pembersih;

5)pasang arloji pengukur pada tangkai sedemikian rupa sehingga batang arloji pengukur arahnya vertikal pada tangkai Benkelman Beam;

6)bila tidak atau belum dilakukan pengujian dan truk berhenti lebih dari 40 jam, selama masih dimuati beban, maka sebaiknya beban truk ditahan dengan balok balok kayu untuk menghindari rusaknya per truk.

2.3Cara Menyetel Alat Benkelman Beam

Di dalam menggunakan suatu alat lebih lebih yang bersifat presisi, perlu diadakan penyetelan lebih dahulu terhadap alat tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah alat tersebut dalam keadaan baik, memenuhi batas batas ketelitian yang diinginkan, sesuai dengan fungsi penggunaannya. Di dalam penggunaan alat Benkelman Beam untuk mengukur lendutan perkerasan jalan, diperlukan ketelitian yang cukup tinggi, oleh karena itu diperlukan penyetelan terlebih dahulu terhadap alat tersebut sebelum dipakai. Benkelman Beam yang masih berada didalam batas batas toleransi ketelitian yang ada dapat langsung digunakan, sedang Benkelman Beam yang menunjukkan kelainan kelainan di luar batas toleransi ketelitian, perlu diperbaiki sampai batas toleransi ketelitian tersebut dipenuhi.

Penyetelan alat Benkelman Beam dengan alat penyetel ditujukan untuk mengetahui batas batas toleransi ketelitian alat Benkelman Beam. Apabila batas batas toleransi tersebut dilampaui, maka Benkelman Beam tersebut harus diperbaiki.

2.3.1Alat Penyetel Benkelman Beam

Alat penyetel Benkelman Beam ( lihat GAMBAR 7 ), terdiri dari :

1)pelat landasan ( L ) untuk landasan pelat penyetel dan tiang arloji pengukur;

2)pelat penyetel ( T ) yang dapat turun naik pada salah satu sisi ( S );

3)engsel ( E ) untuk menghubungkan pelat L dan T;

4)sekrup pengatur ( SP1), untuk mengatur pelat landasan ( T ) dalam kedudukan yang stabil;

5)sekrup pengatur ( SP2 ) untuk menggerakkan pelat penyetel ( T ) turun naik pada bagian sisi ( S ), yang dihubungkan oleh engsel ( E )

6)tiang ( TA ), untuk kedudukan arloji pengukur alat penyetel;

7)arloji pengukur alat penyetel ( AP1 ).

2.3.2Cara Mengukur Ketelitian

Cara mengukur ketelitian, adalah sebagai berikut :

1)pasang batang pengukur Benkelman Beam sehingga menjadi sambungan kaku;

2)dengan batang pengukur dalam keadaan terkunci, tempatkan Benkelman Beam pada bidang yang datar, kokoh dan rata, misalnya pada lantai;

3)atur kaki ( K ) sehingga Benkelman Beam dalam keadaan datar;

4)tempatkan alat penyetel dalam bidang yang sama dan atur sehingga alat penyetelberada dibawah tumit batang (TB) dari batang pengukur ( lihat GAMBAR NO.8) kemudian atur landasan hingga datar dan mantap;

5)lepaskan pengunci ( P ) atau batang pengukur dan turunkan ujung batang perlahan lahan hingga tumit batang terletak pada pelat penyetel ( T );

6)atur arloji pengukur ( AP2 ) Benkelman Beam pada dudukannya hingga batang ujung arloji pengukur bersinggungan dengan bagian belakang batang pengukur, lalu dikunci dengan erat;

7) atur arloji pengukur alat penyetel ( AP1 ) pada dudukannya hingga ujung batang arloji pengukur bersinggungan dengan batang pengukur, tepat diatas tumit batang ( TB ), kemudian dikunci dengan erat;

8)atur kedudukan batang arloji pengukur Benkelman Beam dan batang arloji alat penyetel, sehingga batang arloji bisa bergerak + 5 mm;

9)dalam kedudukan seperti 8), atur kedua jarum arloji pengukur pada angka nol;

10)hidupkan alat penggetar ( B ), kemudian turunkan pelat penyetel dengan memutar sekrup pengatur ( SP2 ), sehingga jarum arloji pengukur alat tera menunjukkan penurunan batang arloji pengukur 0,25 mm catat pembacaan kedua arloji pengukur pada formulir yang telah tersedia ( formulir 6 );

11)lakukan seperti 10), berturut turut pada setiap penurunan batang arloji pengukur 0,25 mm sampai mencapai penurunan 2,50 mm; catat pembacaan kedua arloji setiap penurunan tersebut;

12)dalam keadaan kedudukan terakhir 11), naikkan pelat penyetel berturut turut pada setiap kenaikkan batang arloji pengukur 0,25 mm, sampai mencapai kenaikkan 2,50 mm ( tumit batang kembali pada kedudukan semula );

13)hasil pembacaan arloji Benkelman Beam dikalikan dengan faktor pembandingbatang Benkelman Beam ( perbandingan jarak antara tumit batang sampai sumbu O terhadap jarak antara sumbu O sampai ujung belakang batang pengukur ); untuk alat Benkelman Beam yang umum dipergunakan dengan faktor pem banding 2 : 1 maka hasil pembacaan arloji tersebut dikalikan dengan 2;

14)jika hasil pembacaan arloji pengukur Benkelman Beam, berbeda dengan hasil pembacaan pada arloji pengukur alat penyetel, berarti ada kemungkinan kesalahan pada alat, seperti gesekan pada sumbu yang terlalu besar atau peluru - peluru sumbu yang terlalu longgar.2.3.3Batas Toleransi

Jika selisih pada butir 2.3.2 sub butir 14) sama atau lebih kecil 0,05 mm maka alat masih dianggap baik; tetapi jika lebih besar dari 0,05 mm maka alat tersebut perlu diperiksa dan diperbaiki.

2.4Cara Mengukur Lendutan Balik

Cara mengukur lendutan ini, adalah sebagai berikut :

1)tentukan titik pengujian, dengan penjelasan :

( 1 )tanpa median, tipe jalan : 1 jalur , 2 jalur, 3 jalur, 4 dan 6 jalur; letak titik pengujian ( lihat GAMBAR NO. 6 );

( 2 )dengan median, tipe jalan : 2 x 1 jalur dan 2 x 3 jalur; masing masing jarak dianggap seperti jalan yang berdiri sendiri, letak titik pengujian seperti tipe jalan : 1 jalur, 2 jalur, dan 3 jalur untuk masing masing arah;2)tentukan titik pada permukaan jalan yang akan diuji dan beri tanda ( + ) dengan kapurtulis;

3)pusatkan salah satu ban ganda pada titik yang telah ditentukan tersebut; apabila yang diuji ada disebelah kiri sebuah jalur maka yang dipusatkan adalah ban ganda kiri; apabila yang akan diuji adalah kiri dan kanan pada suatu jalur maka yang dipusatkan pada titik titik yang telah ditetapkan tersebut ialah ban ganda kiri dan ban ganda kanan;

4)selipkan tumit batang ( beam toe ) Benkelman Beam diselipkan ditengah tengah ban ganda tersebut, sehingga tepat dibawah pusat muatan sumbu gandar, dan batang Benkelman Beam masih dalam keadaan terkunci;

5)atur ketiga kaki sehingga Benkelman Beam dalam keadaan mendatar (waterpass);

6)lepaskan kunci Benkelman Beam, sehingga batang Benkelman Beam dapat digerakkan turun naik;

7)atur batang arloji pengukur sehingga menyinggung dengan bagian atas dari batang belakang;

8)hidupkan penggetar ( buzzer ) untuk memeriksa kestabilan jarum arloji pengukur;

9)setelah jarum arloji pengukur stabil, atur jarum pada angka nol, sehingga kecepatan perubahan jarum lebih kecil atau sama dengan 0,01 mm/menit atausetelah 3 menit; catat pembacaan ini sebagai pembacaan awal;

10)jalankan truk perlahan lahan maju ke depan dengan kecepatan maksimum 5 km/jam sejauh 6 m; setelah truk berhenti, arloji pengukur dibaca setiap menit,sampai kecepatan perubahan jarum lebih kecil atau sama dengan 0,01 mm/menit atau setelah 3 menit; catat pembacaan ini sebagai pembacaan akhir;

11)catat suhu permukaan jalan ( tp ) dan suhu udara ( tu ) pada tiap titik pengujian;suhutengah ( tt ) dan suhu bawah ( tb ) bila perlu dicatat setiap 2 jam (lihat formulir 1b);

12)tekanan angin pada ban selalu diperiksa bila dianggap perlu setiap 4 jam dan dibuat selalu ( 5,5 + 0,07 ) kg/cm2 atau ( 80 + 1 ) psi;

13)apabila diragukan adanya perubahan letak muatan, maka beban gandar belakang truk selalu diperiksa dengan timbangan muatan;

14)periksa dan catat tebal lapisan aspal ( formulir 1b );

15)hindari penempatan tumit batang dan kaki kaki Benkelman Beam pada tempat yang diperkirakan terjadi pelelehan aspal ( bleeding );

Perhitungan Lendutan Balik

Setelah mendapatkan data data lapangan yang berupa hasil tiap titik pemerksaan dengan cara seperti pada ( 2.4 ), maka lendutan balik pada titik pemeriksaan tersebut dihitung dengan rumus :

d = 2 ( d3 d1 ) . ft . C

d= lendutan balik ( mm )

d1= pembacaan awal ( mm )

d2= pembacaan antara ( mm )

d3= pembacaan akhir ( mm )

C= faktor pengaruh air tanah.

= 1 apabila pemeriksaan dilakukan pada keadaan kritis

( misalnya : musim hujan atau kedudukan air tanah tinggi )

= 1,5 apabila pemeriksaan dilakukan pada keadaan baik

( misalnya : musim kemarau atau kedudukan air tanah rendah )

ft= faktor penyesuaian temperatur lapis permukaan ( t1 ) dan grafik

( gambar 9 )

t1= 1/3 ( tp + tt + tb )

tp= temperatur permukaan, dari data lapangan

tt= temperatur tengah, dari data lapangan atau grafik ( gambar 10 )

tb= temperatur bawah, dari data lapangan atau grafik ( gambar 10 )2.5Cara Mengukur Lendutan Balik Titik Belok

Cara mengukur lendutan ini, adalah sebagai berikut :

1)tentukan titik pengujian jalan tanpa median atau dengan median, sama dengan cara mengukur lendutan ( lihat 2.4. butir 1 ) atau disesuaikan dengan kebutuhan;2)tentukan titik pada permukaan jalan yang akan diuji dan beri tanda ( + ) dengan kapur tulis;

3)pusatkan salah satu ban ganda pada titik yang telah ditentukan; apabila yang diuji adalah sebelah kiri sebuah jalan maka yang dipusatkan ialah ban ganda kiri; apa bila yang akan diuji adalah kiri dan kanan pada suatu jalur maka yang dipusatkan pada titik yang telah ditetapkan tersebut ialah ban ganda kiri dan ban ganda kanan;

4)tumit batang ( beam toe ) Benkelman Beam diselipkan ditengah tengah ban ganda tersebut, sehingga tepat dibawah pusat muatan sumbu gandar dan batang Benkelman Beam sejajar dengan arah truk; Benkelman Beam masih dalam Keadaan terkunci;

5)atur ketiga kaki sehingga Benkelman Beam dalam keadaan mendatar (waterpass);

6)lepaskan kunci Benkelman Beam, sehingga batang Benkelman Beam dapat di-gerakkan turun naik;

7)aturlah batang arloji pengukur sehingga bersinggungan dengan bagian atas batang belakang;

8)hidupkan penggetar ( buzzer ) untuk memeriksa kestabilan jarum arloji pengukur;

9)setelah jarum arloji pengukur stabil, atur jarum pada angka nol sehingga kecepatan perubahan jarum lebih kecil atau sama dengan 0,01 mm/menit atausetelah 3 menit;

10)jalankan truk perlahan lahan maju ke depan dengan kecepatan maksimum 5 km/jam sejauh 0,30 m untuk penetrasi butas dan laburan atau sejauh 0,40 muntukas pal beton; setelah truk berhenti, arloji pengukur dibaca setiap menit, sampai kecepatan perubahan jarum lebih kecil atau sama dengan 0,01 mm/menit atau setelah 3 menit; catat pembacaan ini sebagai pembacaan antara;

11)jalankan truk perlahan lahan maju ke depan dengan kecepatan maksimum 5 km/jam sejauh 6 m; setelah truk berhenti, arloji pengukur dibaca setiap menit, sampai kecepatan perubahan jarum lebih kecil atau sama dengan 0,01 mm/menit atau setelah 3 menit; catat pembacaan ini sebagai pembacaan akhir;

12)catat suhu permukaan jalan ( tp ) dan suhu udara ( tu ) tiap titik pengujian; suhu tengah ( tt ) dan suhu bawah ( tb ) bila perlu dicatat setiap 2 jam ( lihat formulir 1b );

13)tekanan angin pada ban selalu diperiksa bila dianggap perlu setiap 4 jam dan dibuat selalu ( 5,5 + 0,07 ) kg/cm2 atau ( 80 + 1 ) psi;

14)apabila diragukan adanya perubahan letak muatan, maka beban as belakang truk selalu diperiksa dengan timbangan muatan;

15)ukur dan catat tebal lapisan beraspal ( lihat formulir 1b )

16)hindari penempatan tumit batang dan kaki kaki Benkelman Beam pada tempat yang diperkirakan terjadi pelelehan aspal ( bleeding ).

Perhitungan Lendutan Sisa

Setelah mendapatkan data data lapangan yang berupa hasil pembacaan tiap titik pemeriksaan dengan cara seperti pada ( 2.5 ), maka lendutan sisa pada titik pemeriksaan tersebut dihitung dengan rumus :

d= 2 ( d3 ) . ft . C

d= lendutan sisa ( mm )

d3= pembacaan akhir ( mm )

ft= faktor penyesuaian temperatur lapis permukaan ( t1 ) dan garfik

( gambar 9 )

C= faktor pengaruh air

= 1 apabila pemeriksaan dilakukan pada keadaan kritis

( misalnya : musim hujan atau kedudukan air tanah tinggi )

= 1,5 apabila pemeriksaan dilakukan pada keadaan baik

( misalnya : musim kemarau atau kedudukan air tanah rendah )2.6Cara Mengukur Lendutan Maksimum dan Cekung LendutanCara pengukuran ini, adalah sebagai berikut :

1) menentukan titik pengujian, pengujian pada umumnya dilakukan pada titik-titik lendutan balik yang memerlukan data tambahan, atau disesuaikan dengan kebutuhan;

2)tentukan titik pada permukaan jalan yang akan diuji dan beri tanda ( + ) dengan kapur tulis;

3)tempatkan truk arah kemuka sejauh 6 m dari titik yang akan diuji;

4)letakkan tumit batang ( beam toe ) Benkelman Beam pada titik yang akan diuji kemudian;

( 1 )periksa kedudukan batang sehingga sejajar as jalan dan kaki batang terletak pada landasan yang stabil/mantap;

( 2 )atur jarum arloji pengukur pada angka nol;

5)beri tanda pada permukaan jalan mulai dari titik kontak batang, dengan jarak-jarak 10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm, 70 cm, 100 cm, 150 cm, 200 cm, dan 600 cm arah ke muka;

6)truk dijalankan mundur perlahan lahan sehingga tumit batang terselip diantara salah satu ban ganda belakang dan truk berhenti pada saat pusat muatan ban ganda belakang berada diatas titik kontak belakang;

7)pada kedudukan ban ganda belakang tersebut pada ( 2.6.6 ) dilakukan pembacaan; pembacaan arloji pengukur dilakukan setiap menit, sampai kecepatan perubahan jarum lebih kecil atau sama dengan 0,01 mm/menit atau setelah 3 menit; catat pembacaan ini sebagai pembacaan lendutan maksimum;

8)kemudian jalankan truk maju perlahan lahan sejauh 10 cm dari titik kontak batang, pembacaan dilakukan lagi setiap menit sampai kecepatan perubahan jarum lebih kecil atau sama dengan 0,01 mm/menit atau setelah 3 menit;

9)truk dijalankan lagi maju perlahan lahan pada jarak 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm, 70 cm, 100 cm, 150 cm, 200 cm, dan 600 cm, dari titik kontak batang dan pembacaan dilakukan pada tiap tiap jarak tersebut diatas sesuai cara ( 2.6.8 ); catat pembacaan ( 2.6.8 ) dan ( 2.6.9 ) ini sebagai pembacaan cekung lendutan;

10)catat dan gambar penampang perkerasan, serta data data lain yang diperlukan (formulir 1c );

11)pada waktu truk berjalan mundur dan ban ganda + 2 m di depan titik belakang sudah berada kontak batang, dan diperkirakan batang tidak akan tepat masuk diantara ban ganda yang bersangkutan maka truk harus maju lagi untuk menempatkan arah;

12)untuk mendapatkan data data yang baik, disarankan selalu bekerja pada cuaca yang dingin ( suhu permukaan jalan lebih rendah atau sama dengan 40oC ) guna menghindari pengaruh suhu terhadap alat dan struktur jalan.

Perhitungan Lendutan Maksimum

Setelah mendapatkan data data lapangan yang berupa hasil pembacaan tiap titik pemeriksaan dengan cara seperti tersebut pada ( 2.6 ), maka lendutan maksimum pada titik pemeriksaan tersebut dihitung dengan rumus :

dmaks= 2 ( - d1 ) . ft . C

dmaks= lendutan maksimum ( mm )

d1= pembacaan awal ( mm ), sejauh 0 cm

C= factor pengaruh air tanah

= 1 apabila pemeriksaan dilakukan pada keadaan kritis

( misalnya : musim hujan atau kedudukan air tanah tinggi )

= 1,5 apabila pemeriksaan dilakukan pada keadaan baik

( misalnya : musim kemarau atau kedudukan air tanah rendah )

ft= factor penyesuaian temperatur lapis permukaan ( t1 ) dan grafik

( gambar 9 )

Perhitungan Cekung Lendutan

Setelah mendapatkan data data lapangan yang berupa hasil pembacaan tiap titik pemeriksaan dengan cara seperti pada ( 2.6 ), maka cekung lendutan pada titik pemeriksaan tersebut dihitung dengan rumus :

dci= 2 ( - di ) . ft . C

dci= lendutan pada titik pembacaan i

di= pembacaan pada i cm

C= factor pengaruh air tanah

= 1 apabila pemeriksaan dilakukan pada keadaan kritis

( misalnya : musim hujan atau kedudukan air tanah tinggi )

= 1,5 apabila pemeriksaan dilakukan pada keadaan baik

( misalnya : musim kemarau atau kedudukan air tanah rendah )

ft= factor penyesuaian temperatur lapis permukaan ( t1 ) dan grafik

( gambar 9 2.7Cara Mengukur Temperatur

2.7.1Maksud Pengukuran Temperatur

Maksud pengukuran temperatur adalah untuk mencari faktor koreksi penyesuaian temperatur terhadap temperatur standar 35oC, pengukuran dapat dilakukan terhadap :1)temperatur udara ( tu ) dan temperatur permukaan ( tp ); dengan menggunakan grafik ( gambar 10 ) akan diperoleh temperatur tengah ( tt ) dan temperatur bawah ( tb ); temperatur lapis permukaan ( t1 ) dihitung dengan rumus:

t1 = 1/3 ( tp + tt + tb ) .................... ( rumus 1 )

atau dengan menggunakan grafik ( gambar 9 ) dapat langsung diperoleh

temperatur lapis permukaan;

2)temperatur udara ( tu ), temperatur permukaan ( tp ), temperatur tengah ( tt ), dan temperatur bawah ( tb ); temperatur lapis permukaan ( t1 ) dihitung dengan rumus :

t1 = 1/3 ( tp + tt + tb ) .................... ( rumus 2 )

cara yang umum dipergunakan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga adalah cara pertama, sedang cara kedua dapat dipakai untuk tujuan tujuan penelitian; dalam mencari faktor penyesuaian temperatur, diperlukan juga tebal dan jenis konstruksi lapis permukaan yang sekaligus dilakukan bersama sama dengan pengukuran temperatur;

2.7.2Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah :

1)termometer udara : 5o 70oC dengan pembagian skala 1oC atau 40 140oF dengan pembagian skala 1oF ( lihat GAMBAR NO. 4 );

2)termometer permukaan : 5o 70oC dengan pembagian skala 1oC, atau 40o 140oF dengan pembagian skala 1oF; termometer dilengkapi kerangka pelindung dan dapat berdiri diatas permukaan jalan ( lihat GAMBAR NO. 4 );

3)alat alat penggali sederhana pahat dan palu;

4)payung atau alat pelindung lainnya terhadap sinar matahari;

2.7.3Cara Menggunakan dan Membaca Termometer

Ikhwal yang dilakukan :

1)pada setiap akan melakukan pengukuran suhu harus dilihat bahwa semua air raksa di dalam termometer harus saling berhubungan ( untuk termometer yang kurang baik sering dalam keadaan terpisah pisah, sehingga dapat memungkinkan terjadinya salah pembacaan );

2)didalam meletakkan termometer permukaan harus hati hati agar benar-benar dapat dipastikan bahwa yang bersinggungan dengan permukaan aspal atau permukaan dasar lubang galian adalah alas dari termometer tersebut, bukan alas kerangka pelindung termometer;

3)dalam membaca termometer harus diusahakan setinggi mata, agar suhu yang terbacaadalah suhu yang sebenarnya ( tinggi air raksa tepat pada angka yang terbaca ).

2.7.4Cara Mengukur Temperatur Udara ( tu );

Pengukuran ini dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

1)gunakan termometer udara seperti tersebut dalam 2.7.2 butir 1;

2)pada siang hari pengukuran dilakukan di tempat teduh dan terbuka ( di bawah pohon atau pelindung lainnya ), sedangkan pada malam hari pengukuran bisa dilakukan langsung di tempat pekerjaan dan terbuka; pengukuran tidak boleh terpengaruh sumber panas lainnya ( misalnya : mobil/truk, mesin, dan api );

3)pembacaan dilakukan setelah pengukuran berjalan sekitar 5 menit; suhu yang terbaca dicatat dalam formulir yang tersedia ( formulir 1b dan 1a );

2.7.5Cara Mengukur Temperatur Permukaan ( tp );

Pengukuran ini dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

1)pengukuran dilakukan dengan menggunakan termometer permukaan seperti tersebut dalam 2.7.2 butir 2 );

2)bersihkan permukaan yang akan diukur terhadap kotoran atau debu yang melekat

3)lindungi termometer tersebut terhadap sinar matahari langsung, dengan payung atau alat pelindung lainnya;

4)pembacaan dilakukan setelah pengukuran berjalan 5 menit; suhu yang terbaca dicatat dalam formulir yang tersedia ( formulir 1b dan 1a );

2.7.6Cara Mengukur Temperatur Tengah ( tt );

Pengukuran dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

1)pengukuran dilakukan dengan menggunakan termometer permukaan seperti tersebut dalam 2.7.2 butir 2;

2)titik yang akan diukur dapat diambil pada lokasi pengukuran termometer permukaan seperti tersebut dalam 2.7.4;

3)pada titik tersebut dilakukan penggalian permukaan perkerasan dengan ukuran 10 x 10 cm ( kira kira cukup untuk memasukkan termometer permukaan dengan baik); penggalian dilakukan sampai kedalaman setengah lapis permukaan seperti tersebut dalam 2.7.5 butir 1; ratakan lubang galian tersebut hingga alat termometer permukaan dapat diletakkan secara baik pada permukaan dasar galian tersebut;

4)letakkan termometer permukaan tegak lurus pada dasar lubang galian sehingga alat termometer benar benar bersinggungan pada permukaan dasar lubang galian tersebut; lindungi termometer tersebut terhadap sinar matahari langsung,dengan payung atau alat pelindung lainnya;5)pembacaan dilakukan setelah pengukuran berjalan 5 menit; suhu yang terbaca dicatat dalam formulir yang tersedia ( formulir 1b dan 1d )

2.7.7Cara Mengukur Temperatur Bawah ( tb )

1)pengukuran dilakukan dengan menggunakan termometer permukaan seperti tersebut dalam 2.7.2 butir 2);

2)titik yang akan diukur dapat diambil pada lokasi pengukuran temperatur tengah seperti tersebut dalam 2.7.6);

3)pada titik tersebut dilanjutkan penggalian sampai kedalaman dasar tebal lapis permukaan seperti tersebut dalam 2.7.5 butir 1); ratakan dasar lubang galian tersebut hingga alat termometer permukaan dapat diletakkan secara baik pada dasar galian tersebut;

4)letakkan termometer tegak lurus pada dasar lubang galian sehingga alas termometer benar benar bersinggungan pada permukaan dasar lubang galian tersebut; lindungi termometer tersebut terhadap sinar matahari langsung, dengan payung atau alat pelindung lainnya;

5)pembacaan dilakukan setelah pengukuran berjalan 5 menit; suhu yang terbaca dicatat dalam formulir yang tersedia ( formulir 1b dan 1d );

2.8Cara Mengukur Tebal dan Jenis Konstruksi Lapis Permukaan :Ikhwal yang dilakukan :

1)ukur tebal dan jenis konstruksi lapis permukaan diukur di tepi perkerasan dengan mengadakan penggalian dengan ukuran 10 x 10 cm sedalam tebal lapis perkerasan;

2)catat tebal dan jenis konstruksi lapis permukaan dalam formulir yang tersedia (formulir 1a,1b dan 1d );

2.9LaporanIkhwal yang dilakukan :

1)laporkan hasil hasil pengukuran kalibrasi alat Benkelman Beam tersebut pada 2.3.2) ke dalam formulir 6;

2)laporkan hasil hasil pengukuran lendutan balik yang sudah dikoreksi tersebut pada 2.4 ke dalam formulir 1a dan 1b;3)laporkan hasil hasil pengukuran lendutan balik titik belok yang sudah dikoreksi tersebut pada 2.5 ke dalam formulir 1a, dan 1b;

4)laporkan hasil hasil pengukuran lendutan maksimum yang sudah dikoreksi tersebut pada 2.6 ke dalam formulir 1c dan 1b.PAGE 12IIRMS -2005