1.a.sejarah Arbitrase

5
J. Peradilan Internasional Peradilan Internasional dilaksanakan oleh Mahkamah Internasional yang merupakan salah satu organ perlengkapan PBB yang berkedudukan di Denhaag (Belanda). Para angota nya terdiri atas ahli hukum terkemuka, yakni 15 orang hakim yang dipilih dari 15 negara berdasarkan kecakapannya dalam hukum. Masa jabatan mereka 9 tahun, sedangkan tugasnya antara lain selain memberi nasehat tentang persoalan hukum kepada majelis umum dan dewan keamanan, juga memeriksa perselisihan atau sengketa antara negara-negara anggota PBB yang diserahkan kepada mahkamah internasional. Mahkamah internasional dalam mengadili suatu perkara berpedoman pada perjanjian-perjanjian internasional ( traktat- traktat dan kebiasaan- kebiasaan internasional ) sebagai sumber- sumber hukum. Keputusan Mahkamah Internasional merupakan keputusan terakhir walaupun dapat diminta banding. Disamping pengadilan mahkamah internasional, terdapat juga pengadilan arbitrase internasionl. Arbitrase internasional hanya untuk perselisihan hukum, dan keputusan para arbitet tidak perlu berdasarkan peraturan hukum. Dalam hukum internasional dikenal juga istilah adjudikation, yaitu suatu tehnik hukum untuk meyelesaikan persengketaan

description

sejarah

Transcript of 1.a.sejarah Arbitrase

Page 1: 1.a.sejarah Arbitrase

J.     Peradilan Internasional

Peradilan Internasional dilaksanakan oleh Mahkamah Internasional yang merupakan

salah satu organ perlengkapan PBB yang berkedudukan di Denhaag (Belanda).

Para angota nya terdiri atas ahli hukum terkemuka, yakni 15 orang hakim yang dipilih

dari 15 negara berdasarkan kecakapannya dalam hukum. Masa jabatan mereka 9 tahun,

sedangkan tugasnya antara lain selain memberi nasehat tentang persoalan hukum kepada majelis

umum dan dewan keamanan, juga memeriksa perselisihan atau sengketa antara negara-negara

anggota PBB yang diserahkan kepada mahkamah internasional.

Mahkamah internasional dalam mengadili suatu perkara berpedoman pada perjanjian-

perjanjian internasional ( traktat-traktat dan kebiasaan- kebiasaan internasional ) sebagai sumber-

sumber hukum. Keputusan Mahkamah Internasional merupakan keputusan terakhir walaupun

dapat diminta banding. Disamping pengadilan mahkamah internasional, terdapat juga pengadilan

arbitrase internasionl. Arbitrase internasional hanya untuk perselisihan hukum, dan keputusan

para arbitet tidak perlu berdasarkan peraturan hukum.

Dalam hukum internasional dikenal juga istilah adjudikation, yaitu suatu tehnik hukum

untuk meyelesaikan persengketaan internasional dengan menyerahkan keputusan kepada

peradilan. Adjudikasi berbeda dengan arbitrase karena adjudikasi mencangkup proses

kelembagaan. Yang dilakukan oleh lembaga peradialan tetap semntara arbitrase dilakukan

melalui prosedur ade hoc. Lembaga peradilan internasional pertama yang berkaitan dengan

adjudikasi adalah permanent court of internasional justice ( PCJI ) yang berfungsi sebagai bagian

dari sistem LBB mulai tahun 1920 hingga 1946. PCJI dilanjutkan dengan kehadiran internasional

court of justice (ICJ), suatu organ pokok PBB.

http://charming29bawell.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

F. Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai.

Page 2: 1.a.sejarah Arbitrase

Ketentuan hukum internasional telah melarang penggunaan kekerasan dalam hubungan antar

negara. Keharusan ini seperti tercantum pada Pasal 1 Konvensi mengenai Penyelesaian

Sengketa-Sengketa Secara Damai yang ditandatangani di Den Haag pada tanggal 18 Oktober

1907, yang kemudian dikukuhkan oleh pasal 2 ayat (3) Piagan Perserikatan bangsa-Bangsa dan

selanjutnya oleh Deklarasi Prinsip-Prinsip Hukum Internasional mengenai Hubungan Bersahabat

dan Kerjasama antar Negara. Deklarasi tersebut meminta agar “semua negara menyelesaikan

sengketa mereka dengan cara damai sedemikian rupa agar perdamaian, keamanan internasional

dan keadilan tidak sampai terganggu”.

Penyelesaian sengketa secara damai dibedakan menjadi: penyelesaian melalui pengadilan dan di

luar pengadilan. Yang akan dibahas pada kesemapatan kali ini hanyalah penyelesaian perkara

melalui pengadilan. Penyelesaian melalui pengadilan dapat ditempuh melalui:

1. Arbitrase Internasional

Penyelesaian sengketa internasional melalui arbitrase internasional adalah pengajuan sengketa

internasional kepada arbitrator yang dipilih secara bebas oleh para pihak, yang memberi

keputusan dengan tidak harus terlalu terpaku pada pertimbangan-pertimbangan hukum. Arbitrase

adalah merupakan suatu cara penerapan prinsip hukum terhadap suatu sengketa dalam batas-

batas yang telah disetujui sebelumnya oleh para pihak yang bersengketa. Hal-hal yang penting

dalam arbitrase adalah :

(1). Perlunya persetujuan para pihak dalam setiap tahap proses arbitrase, dan

(2). Sengketa diselesaikan atas dasar menghormati hukum. (Burhan Tsani, 1990; 211)

Secara esensial, arbitrase merupakan prosedur konsensus, karenanya persetujuan para pihaklah

yang mengatur pengadilan arbitrase.

Arbitrase terdiri dari seorang arbitrator atau komisi bersama antar anggota-anggota yang ditunjuk

oleh para pihak atau dan komisi campuran, yang terdiri dari orang-orang yang diajukan oleh para

pihak dan anggota tambahan yang dipilih dengan cara lain.

Pengadilan arbitrase dilaksanakan oleh suatu “panel hakim” atau arbitrator yang dibentuk atas

dasar persetujuan khusus para pihak, atau dengan perjanjian arbitrase yang telah ada. Persetujuan

arbitrase tersebut dikenal dengan compromis (kompromi) yang memuat:

1. persetujuan para pihak untuk terikat pada keputusan arbitrase;

2. metode pemilihan panel arbitrase;

3. waktu dan tempat hearing (dengar pendapat);

Page 3: 1.a.sejarah Arbitrase

4. batas-batas fakta yang harus dipertimbangkan, dan;

5. prinsip-prinsip hukum atau keadilan yang harus diterapkan untuk mencapai suatu kesepakatan.

(Burhan Tsani, 1990, 214)

Masyarakat internasional sudah menyediakan beberapa institusi arbitrase internasional, antara

lain:

1. Pengadilan Arbitrase Kamar Dagang Internasional (Court of Arbitration of the International

Chamber of Commerce) yang didirikan di Paris, tahun 1919;

2. Pusat Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal Internasional (International Centre for

Settlement of Investment Disputes) yang berkedudukan di Washington DC;

3. Pusat Arbitrase Dagang Regional untuk Asia (Regional Centre for Commercial Arbitration),

berkedudukan di Kuala Lumpur, Malaysia;

4. Pusat Arbitrase Dagang Regional untuk Afrika (Regional Centre for Commercial Arbitration),

berkedudukan di Kairo, Mesir. (Burhan Tsani; 216)

REFERENSI

Ardiwisastra Yudha Bhakti, 2003, Hukum Internasional, Bunga Rampai, Alumni, Bandung

Brownlie Ian, 1999, Principles of Public International Law, Fourth Edition, Clarendon Press,

Oxford

Burhantsani, Muhammad, 1990; Hukum dan Hubungan Internasional, Yogyakarta : Penerbit

Liberty.

Kusamaatmadja Mochtar, 1999, Pengantar Hukum Internasional, Cetakan ke-9, Putra Abardin

Mauna Boer, 2003, Hukum Internasional; Pengertian, Peran dan Fungsi dalam Era Dinamika

Global, Cetakan ke-4, PT. Alumni, Bandung

Phartiana I Wayan, 2003, Pengantar Hukum Internasional, Penerbit Mandar maju, Bandung

Situni F. A. Whisnu, 1989, Identifikasi dan Reformulasi Sumber-Sumber Hukum Internasional,

Penerbit Mandar Maju, Bandung

Ditulis Oleh : irwansyah Hari: Jumat, Juni 08, 2012 Kategori: Makalah Hukum

original post/copas from : http://irwansyah-hukum.blogspot.com/2012/06/makalah-hukum-

internasional.html#comment-form

http://padmimonang.wordpress.com/2012/10/23/makalah-sejarah-hukum-internasional/