162933991-Kinerja-Karyawan.pdf

39
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia bisnis sekarang dituntut menciptakan kinerja karyawan yang tinggi untuk pengembangan perusahaan. Perusahaan harus mampu membangun dan meningkatkan kinerja di dalam lingkungannya. Keberhasilan perusahaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor penting adalah sumber daya manusia, karena sumber daya manusia merupakan pelaku dari keseluruhan tingkat perencanaan sampai dengan evaluasi yang mampu memanfaatkan sumberdayasumberdaya lainnya yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan. Keberadaan sumber daya manusia di dalam suatu perusahaan memegang peranan sangat penting. Tenaga kerja memiliki potensi yang besar untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Potensi setiap sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga mampu memberikan output optimal. Tercapainya tujuan perusahaan tidak hanya tergantung pada peralatan modern, sarana dan prasarana yang lengkap, tetapi justru lebih tergantung pada manusia yang melaksanakan pekerjaan tersebut. Keberhasilan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh kinerja individu karyawannya. Setiap organisasi maupun perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawan, dengan harapan apa yang menjadi tujuan perusahaan akan tercapai. Dalam meningkatkan kinerja karyawannya perusahaan menempuh beberapa cara misalnya melalui pendidikan, pelatihan, pemberian kompensasi yang layak, menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan pemberian motivasi. Melalui proses-proses tersebut, karyawan diharapkan akan lebih memaksimalkan tanggung jawab atas pekerjaan mereka karena para karyawan telah terbekali oleh pendidikan dan pelatihan yang tentu berkaitan dengan implementasi kerja mereka. 1

Transcript of 162933991-Kinerja-Karyawan.pdf

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dunia bisnis sekarang dituntut menciptakan kinerja karyawan yang tinggi untuk

    pengembangan perusahaan. Perusahaan harus mampu membangun dan meningkatkan kinerja di

    dalam lingkungannya. Keberhasilan perusahaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

    satu faktor penting adalah sumber daya manusia, karena sumber daya manusia merupakan pelaku

    dari keseluruhan tingkat perencanaan sampai dengan evaluasi yang mampu memanfaatkan

    sumberdayasumberdaya lainnya yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.

    Keberadaan sumber daya manusia di dalam suatu perusahaan memegang peranan sangat

    penting. Tenaga kerja memiliki potensi yang besar untuk menjalankan aktivitas perusahaan.

    Potensi setiap sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan harus dapat dimanfaatkan

    dengan sebaik-baiknya sehingga mampu memberikan output optimal.

    Tercapainya tujuan perusahaan tidak hanya tergantung pada peralatan modern, sarana dan

    prasarana yang lengkap, tetapi justru lebih tergantung pada manusia yang melaksanakan

    pekerjaan tersebut. Keberhasilan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh kinerja individu

    karyawannya. Setiap organisasi maupun perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan

    kinerja karyawan, dengan harapan apa yang menjadi tujuan perusahaan akan tercapai.

    Dalam meningkatkan kinerja karyawannya perusahaan menempuh beberapa cara

    misalnya melalui pendidikan, pelatihan, pemberian kompensasi yang layak, menciptakan

    lingkungan kerja yang kondusif dan pemberian motivasi. Melalui proses-proses tersebut,

    karyawan diharapkan akan lebih memaksimalkan tanggung jawab atas pekerjaan mereka karena

    para karyawan telah terbekali oleh pendidikan dan pelatihan yang tentu berkaitan dengan

    implementasi kerja mereka.

    1

  • Sedangkan pemberian kompensasi, lingkungan kerja yang baik serta pemberian motivasi

    pada dasarnya adalah hak para karyawan dan merupakan kewajiban dari pihak perusahaan untuk

    mendukung kontribusi para karyawannya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.

    Prestasi kerja pegawai bukanlah suatu kebetulan saja, tetapi banyak factor yang

    mempengaruhi diantaranya pemberian kompensasi dan motivasi. Prestasi kerja akan dapat

    dicapai jika didahului dengan perbuatan yaitu melaksanakan tugas yang dibebankan. Para

    karyawan akan lebih termotivasi untuk melakukan tanggung jawab atas pekerjaan mereka

    apabila perusahaan mengerti dan memperhatikan betul akan kebutuhan para karyawan yang pada

    dasarnya adalah mereka bekerja untuk mendapatkan uang, dalam hal ini berbentuk gaji.

    Setiap anggota dari suatu organisasi mempunyai kepentingan dan tujuan sendiri ketika ia

    bergabung pada organisasi tersebut. Bagi sebagian karyawan, harapan untuk mendapatkan uang

    adalah satu-satunya alasan untuk bekerja, namun yang lain berpendapat bahwa uang hanyalah

    salah satu dari banyak kebutuhan yang terpenuhi melalui kerja. Seseorang yang bekerja akan

    merasa lebih dihargai oleh masyarakat di sekitarnya, dibandingkan yang tidak bekerja. Untuk

    menjamin tercapainya keselarasan tujuan, pimpinan organisasi bias memberikan perhatian

    dengan memberikan kompensasi, karena kompensasi merupakan bagian dari hubungan timbal

    balik antara organisasi dengan sumber daya manusia.

    Kompensasi menurut Malayu S.P. Hasibuan (2002) adalah semua pendapatan yang

    berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan

    atas jasa yang diberikan kepada perusahaan. Tujuan pemberian kompensasi antara lain adalah

    sebagai ikatan kerja sama, kepuasan kerja, pengadaan efektif, motivasi, stabilitas karyawan,

    disiplin, serta pengaruh serikat buruh dan pemerintah. Kompensasi adalah penghargaan atau

    ganjaran pada para pekerja yang telah memberikan kontribusi dalam mewujudkan tujuannya,

    melalui kegiatan yang disebut bekerja (Nawawi, 2001).

    2

  • Kompensasi juga merupakan penghargaan yang diberikan karyawan baik langsung

    maupun tidak langsung, financial maupun non financial yang adil kepada karyawan atas

    sumbangan mereka dalam mencapai tujuan organisasi, sehingga pemberian kompensasi sangat

    dibutuhkan oleh perusahaan manapun guna meningkatkan kinerja karyawannya. Adapun bentuk

    kompensasi financial adalah gaji, tunjangan, bonus,dan komisi. Sedangkan untuk kompensasi

    non-financial diantaranya pelatihan, wewenang dan tanggung jawab, penghargaan atas kinerja

    serta lingkungan kerja yang mendukung (Jurnal SDM.blogspot, 2009).

    Tidak hanya faktor pemberian kompensasi saja yang perlu diperhatikan oleh perusahaan

    guna menigkatkan kinerja karyawan, akan tetapi perusahaan harus memperhatikan faktor

    motivasi. Pegawai dapat melaksanakan tugasnya secara maksimum antara lain ditentukan oleh

    motivasi yang mendorong pegawai itu bekerja dengan tekun, serta disiplin yang diterapkan

    sehingga dapat tercapai tujuan perusahaan di bawah kepemimpinan yang dapat menciptakan

    suasana kondusif terhadap lingkungan kerja tersebut. Setiap pegawai belum tentu bersedia

    mengerahkan prestasi kerja yang dimilikinya secara optimal, sehingga masih diperlukan adanya

    pendorong agar seseorang mau menggunakan seluruh potensinya untuk bekerja. Daya dorong

    tersebut disebut motivasi.

    Victor H. Vroom dan Gary Dessler, 1997 (dikutip oleh Arrizal, 1999) mengatakan bahwa

    orang-orang biasanya termotivasi atau terdorong untuk bekerja pada suatu jabatan tertentu yang

    mereka rasa akan memperoleh imbalan. Bagi Gary Dessler pernyataan inilah yang dinamakannya

    hukum motivasi. Berdasarkan hukum motivasi kerja itu maka untuk memotivasi kerja seorang

    pegawai diperlukan dua syarat mutlak yaitu kemampuan kerja dan kemauan kerja. Motivasi

    menurut Marihot Tua Efendi Hariandja (2002) diartikan sebagai faktorfaktor yang mengarahkan

    dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang

    dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah. Pemahaman terhadap motivasi karyawan

    akan sangat penting kaitannya dengan pencapaian tujuan, yaitu produktivitas dan efesiensi.

    3

  • Terpenuhinya kompensasi dan pemberian motivasi yang baik tentu saja akan

    meningkatkan produktivitas serta kinerja para karyawan. Menurut Suyadi Prawirosentono (1999)

    arti kinerja atau performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

    sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab

    masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak

    melanggar hokum dan sesuai dengan moral maupun etika. Sedangkan menurut Marihot Tua E.H.

    (2002) kinerja adalah hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai atau perilaku nyata yang

    ditampilkan sesuai dengan perannya di organisasi. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang

    sangat penting dalam usaha organisasi untuk mencapai tujuannya.

    Oleh karena, itu salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kapasitas kinerja karyawan

    adalah dengan menghubungkan kompensasi dengan perkembangan karyawan. Jika program

    kompensasi dirasakan adil dan kompetitif oleh karyawan, maka perusahaan akan lebih mudah

    untuk menarik karyawan yang potensial, mempertahankannya dan memotivasi karyawan agar

    lebih meningkatkan kinerjanya, sehingga produktivitas meningkat dan perusahaan mampu

    menghasilkan produk dengan harga yang kompetitif. Pada akhirnya, perusahaan bukan hanya

    unggul dalam persaingan, namun juga mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya, bahkan

    mampu meningkatkan profitabilitas dan mengembangkan usahanya (Triyono Nugroho, 2009).

    Berdasarkan keterangan di atas dapat pula diartikan bahwa kinerja adalah sebagai seluruh

    hasil yang diproduksi pada fungsi pekerjaan atau aktivitas khusus selama periode khusus.

    Kinerja keseluruhan pada pekerjaan adalah sama dengan jumlah atau rata - rata kinerja pada

    fungsi pekerjaan yang penting. Fungsi yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut akan dilakukan

    dan tidak dilakukan dengan karakteristik kinerja individu.

    4

  • B. Rumusan Masalah

    Dari latar belakang diatas, untuk lebih memfokuskan pembahasan mengingat apa yang

    akan dijadikan topic pembahasan adalah tentang masalah Pengaruh Kompensasi Dan Motivasi

    Terhadap Kinerja Karyawan, maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah antara lain ;

    1. Pengertian Kompensasi

    2. Pengertian Motivasi

    3. Pengertian Kinerja

    4. Hubungan Variabel Kompensasi Sebagai Motivasi Kinerja Karyawan

    C. Tujuan Penulisan

    Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah :

    Untuk mengetahui pengertian kompensasi, motivasi, dan kinerja karyawan.

    Untuk menganalisis pengaruh kompensasi terhadap kinerja sebagai motivasi peningkatan

    kinerja karyawan

    5

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Kompensasi

    I. Pengertian Kompensasi

    Pada dasarnya manusia bekerja juga ingin memeroleh uang untuk memenuhi kebutuhan

    hidupnya. Untuk itulah seorang karyawan mulai menghargai kerja keras dan semakin

    menunjukkan loyalitas terhadap perusahaan dan karena itulah perusahaan memberikan

    penghargaan terhadap prestasi kerja karyawan yaitu dengan jalan memberikan kompensasi.

    Salah satu cara manajemen untuk meningkatkan prestasi kerja, memotivasi dan meningkatkan

    kinerja para karyawan adalah melalui kompensasi (Mathis dan Jackson, 2000). Hani Handoko

    (1993) menyatakan bahwa kompensasi penting bagi karyawan sebagai individu karena besarnya

    kompensasi mencerminkan ukuran karya mereka diantara para karyawan itu sendiri, keluarga

    dan masyarakat. Kompensasi acapkali juga disebut penghargaan dan dapat didefinisikan sebagai

    setiap bentuk penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi

    yang mereka berikan kepada organisasi (Mutiara S. Panggabean, 2002). Selain itu dalam buku

    Malayu S.P. Hasibuan (2002) terdapat beberapa pengertian kompensasi dari beberapa tokoh

    yaitu :

    1. Menurut William B. Werther dan Keith Davis kompensasi adalah apa yang seorang

    pekerja terima sebagai balasan dari pekerjaan yang diberikannya. Baik upah per jam

    ataupun gaji periodic didesain dan dikelola oleh bagian personalia.

    2. Menurut Andrew F. Sikula kompensasi adalah segala sesuatu yang dikonstitusikan atau

    dianggap segai suatu balas jasa atau ekuivalen.

    Pengertian kompensasi juga terdapat pada berbagai literatur yang dikemukakan oleh beberapa

    pakar, antara lain:

    6

  • 1. Menurut Bejo Siswanto (2003) kompensasi merupakan istilah luas yang berkaitan dengan

    imbalan-imbalan finansial yang diterima oleh orang-orang melalui hubungan kepegawaian

    mereka dengan organisasi.

    2. Menurut Dessler (1997) kompensasi karyawan adalah setiap bentuk pembayaran atau imbalan

    yang diberikan kepada karyawan dan timbul dari dipekerjakannya karyawan itu.

    3. Menurut Hani Handoko (1993) kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para

    karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka.

    II. Jenis-Jenis Kompensasi

    Menurut Gary Dessler (dikutip oleh Lies Indriyatni, 2009) kompensasi mempunyai tiga

    komponen sebagai berikut :

    1. Pembayaran uang secara langsung (direct financial payment) dalam bentuk gaji, dan intensif

    atau bonus/komisi.

    2. Pembayaran tidak langsung (indirect payment) dalam bentuk tunjangan dan asuransi.

    3. Ganjaran non finansial (non financial rewards) seperti jam kerja yang luwes dan kantor yang

    bergengsi.

    III. Tujuan Diadakan Pemberian Kompensasi

    Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2002), tujuan pemberian kompensasi (balas jasa) antara

    lain adalah:

    7

  • 1. Ikatan Kerja Sama

    Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal antara majikan

    dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik, sedangkan

    pengusaha/majikan wajib membayar kompensasi sesuai dengan perjanjian yang disepakati.

    2. Kepuasan Kerja

    Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik, status sosial, dan

    egoistiknya sehingga memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya.

    3. Pengadaan Efektif

    Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang qualified untuk

    perusahaan akan lebih mudah.

    4. Motivasi

    Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah memotivasi bawahannya.

    5. Stabilitas Karyawan

    Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal konsistensi yang

    kompentatif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena turn-over relatif kecil.

    6. Disiplin

    Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan semakin baik. Mereka

    akan menyadari serta mentaati peraturan-peraturan yang berlaku.

    8

  • 7. Pengaruh Serikat Buruh

    Dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat dihindarkan dan karyawan

    akan berkonsentrasi pada pekerjaannya.

    8. Pengaruh Pemerintah

    Jika program kompensasi sesuai dengan undang-undang perburuhan yang berlaku (seperti batas

    upah minimum) maka intervensi pemerintah dapat dihindarkan.

    IV. Sistem Kompensasi

    Sistem pembayaran kompensasi yang umum diterapkan adalah:

    1. Sistem Waktu

    Dalam sistem waktu, besarnya kompensasi (gaji, upah) ditetapkan berdasarkan standar waktu

    seperti jam, minggu, atau bulan.

    2. Sistem Hasil (Output)

    Dalam sistem hasil, besarnya kompensasi/upah ditetapkan atas kesatuan unit yang dihasilkan

    pekerja, seperti per potong, meter, liter, dan kilogram.

    3. Sistem Borongan

    Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang penetapan besarnya jasa didasarkan atas

    volume pekerjaan dan lama mengerjakannya.

    9

  • B. Motivasi

    I. Pengertian Motivasi

    Sebelum sampai pada motivasi, maka penulis terlebih dahulu akan menjelaskan kata

    motiv terlebih dahulu, karena kata motiv muncul terlebih dahulu sebelum kata motivasi.

    Kedua hal tersebut merupakan daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan

    sesuatu. Motiv dapat diartikan sebagai suatu kondisi internal (kesiapan, dan kesiagaan). Yang

    berawal dari kata motiv itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah

    aktif pada saat-saat tertentu terutama apabila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat

    dirasakan mendesak.

    Pengertian Motivasi Menurut Para Ahli:

    Sujono Trimo memberikan pengertian motivasi adalah suatu kekuatan penggerak dalam

    prilaku individu dalam prilaku individu baik yang akam menentukan arah maupun daya ahan

    (perintence) tiap perilaku manusia yang didalamnya terkandung pula ungsur-ungsur emosional

    insane yang berasangkutan

    Dari uraian diatas dapat di sipulkan bahwa motivasi secara etimologi adalah dorongan

    atau daya penggerak yang ada daya penggerak yang berada dalam diri seseorang untuk

    melakukan suatu tindakan untuk mencapai sebuah tujuan.

    Sedangkan secara terminonologi banyak para ahli yang memberikan batasan tentang

    pengertian motivasi diantaranya adalah:

    Menurut Sartain, Motivasi adalah suatu pertanyaan yang komplek dimana dalam suatu

    organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal ) atau perangsang.

    10

  • Menurut Chifford T. Morgan, motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus

    merupakan aspek-aspek dari pada motivasi. Ketiga hal tersebut adalah keadaan yang

    mendorong tingkah laku (Motiving states), yaitu tingkah laku yang didorong oleh

    keadaan tersebut (Motiving Behavior), dan tujuan dari tingkah laku tersebut (Goal or

    Endsof Such Behavior).

    Menurut Fredrick J. Mc Donal, memberikan sebuah pernyataan yaitu motivasi adalah

    perubahan energi pada diri dari seseorang yang ditantai dengan perasaan dan juga reaksi

    untuk mencapai sebuah tujuan.

    Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat dipandang

    sebagai fungsi, berarti motivasi berfungsi sebagai daya enggerak dari dalam individu

    untuk melakukan aktivitas tertentu dalam mencapai tujuan. Motivasi dipandang dari

    segi proses, berarti motivasi dapat dirangsang oleh factor luar, untuk menimbulkan

    motivasi dalam diri siswa yang melalui proses rangsangan belajar sehingga dapat

    mencapai tujuan yang di kehendaki. Motivasi daipandang dari segi tujuan, berarti

    motivasi merupakan sasaran stimulus yang akan dicapai. Jika seorang mempunyai

    keinginan untuk belajar suatu hal, maka dia akan termotivasi untuk mencapainya.

    Pengertian lainnya tentang motivasi dikemukakan oleh Sopiah (2008) dengan definisi

    sebagai keadaan di mana usaha dan kemauan keras seseorang diarahkan kepada pencapaian

    hasil-hasil atau tujuan tertentu. Hasil-hasil yang dimaksud bisa berupa produktivitas, kehadiran

    atau perilaku kerja kreatif lainnya.

    Berdasarkan beberapa pengertian motivasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi

    timbul dari diri sendiri untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan juga bisa dikarenakan oleh

    dorongan orang lain. Tetapi motivasi yang paling baik adalah dari diri sendiri karena dilakukan

    tanpa paksaan dan setiap individu memiliki motivasi yang berbeda untuk mencapai tujuannya.

    11

  • II. Teori Motivasi

    Beberapa teori motivasi yang dikenal dan dapat diterapkan dalam organisasi akan

    diuraikan sebagai berikut :

    1. Teori Dua Faktor Herzberg

    Teori ini berdasarkan interview yang telah dilakukan oleh Herzberg. Penelitian yang

    dilakukan dengan menginterview sejumlah orang. Herzberg tiba pada suatu keyakinan bahwa

    dua kelompok faktor yang mempengaruhi perilaku adalah :

    a. Hygiene Factor

    Faktor ini berkaitan dengan konteks kerja dan arti lingkungan kerja bagi individu. Faktor-

    faktor higinis yang dimaksud adalah kondisi kerja, dasar pembayaran (gaji), kebijakan

    organisasi, hubungan antar personal, dan kualitas pengawasan.

    b. Satisfier Factor

    Merupakan faktor pemuas yang dimaksud berhubungan dengan isi kerja dan definisi

    bagaimana seseorang menikmati atau merasakan pekerjaannya yang dimaksud adalah prestasi,

    pengakuan, tanggung jawab dan kesempatan untuk berkembang

    Menurut teori ini faktor-faktor yang mendorong aspek motivasi adalah keberhasilan,

    pengakuan, sifat pekerjaan yang menjadi tanggung jawab seseorang, kesempatan meraih

    kemajuan, dan pertumbuhan. Sedangkan faktorfaktor hygiene yang menonjol adalah

    kebijaksanaan perusahaan, supervisi, kondisi pekerjaan, upah dan gaji, hubungan dengan rekan

    kerja sekerja, kehidupan pribadi, hubungan dengan para bawahan, status, dan keamanan.

    12

  • 2. Tiga Jenis Motivasi David McClelland

    a. Kebutuhan Akan Prestasi (n-ACH)

    Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi

    sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses. Kebutuhan ini pada hirarki

    Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Ciri-

    ciri inidividu yang menunjukkan orientasi tinggi antara lain bersedia menerima resiko yang

    relative tinggi, keinginan untuk mendapatkan umpan balik tentang hasil kerja mereka, keinginan

    mendapatkan tanggung jawab pemecahan masalah.

    n-ACH adalah motivasi untuk berprestasi , karena itu karyawan akan berusaha mencapai

    prestasi tertingginya, pencapaian tujuan tersebut bersifat realistis tetapi menantang, dan

    kemajuan dalam pekerjaan. Karyawan perlu mendapat umpan balik dari lingkungannya sebagai

    bentuk pengakuan terhadap prestasinya tersebut.

    b. Kebutuhan Akan Kekuasaan (n-pow)

    Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku

    dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau

    suatu bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain.

    Kebutuhan ini pada teori Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan

    aktualisasi diri. McClelland menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan

    dengan kebutuhan untuk mencapai suatu posisi kepemimpinan.

    n-pow adalah motivasi terhadap kekuasaan. Karyawan memiliki motivasi untuk

    berpengaruh terhadap lingkungannya, memiliki karakter kuat untuk memimpin dan memiliki ide-

    ide untuk menang. Ada juga motivasi untuk peningkatan status dan prestise pribadi.

    13

  • c. Kebutuhan Untuk Berafiliasi atau Bersahabat (n-affil)

    Kebutuhan akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan

    akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan

    penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang

    tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi.

    McClelland mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi karakteristik

    tersebut, akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja atau mengelola

    organisasi.

    Dalam teorinya McClelland mengemukakan bahwa individu mempunyai cadangan energi

    potensial, bagaimana energi ini dilepaskan dan dikembangkan tergantung pada kekuatan atau

    dorongan motivasi individu dan situasi serta peluang yang tersedia. Teori ini memfokuskan pada

    tiga kebutuhan yaitu kebutuhan akan prestasi kebutuhan, kekuasaan, dan kebutuhan afiliasi.

    Model motivasi ini ditemukan diberbagai lini organisasi, baik staf maupun manajer. Beberapa

    karyawan memiliki karakter yang merupakan perpaduan dari model motivasi tersebut.

    3. Teori Motivasi Kebutuhan Maslow

    Maslow menyatakan bahwa manusia dimotivasi untuk memuaskan sejumlah kebutuhan

    yang melekat pada diri setiap manusia yang cenderung bersifat bawaan (Marihot Tua E.H.,

    2002). Hipotesis Maslow mengatakan bahwa lima jenjang kebutuhan yang bersemayam dalam

    diri manusia terdiri dari :

    1. Fisiologis, antara lain kebutuhan akan sandang, pangan, papan dan kebutuhan jasmani lain.

    2. Keamanan, antara lain kebutuhan akan keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik

    dan emosional.

    14

  • 3. Sosial, antara lain kasih sayang, rasa saling memiliki, diterima-baik, persahabatan.

    4. Penghargaan, antara lain mencakup faktor penghormatan diri seperti harga diri, otonomi, dan

    prestasi; serta faktor penghormatan diri luar seperti misalnya status, pengakuan dan perhatian.

    5. Aktualisasi Diri, merupakan dorongan untuk menjadi seseorang atau sesuai ambisinya yang

    mencakup pertumbuhan, pencapaian potensi, dan pemenuhan kebutuhan diri.

    Sedangkan Mitchell, Vance F. Dan Pravin Moudgill (dikutip oleh Fuad Masud, 2004)

    mengembangkan teori hierarki kebutuhan menjadi :

    Kebutuhan keamanan

    Kebutuhan sosial

    Kebutuhan harga diri

    Kebutuhan otonomi

    Kebutuhan aktualisasi diri

    4. Teori Douglas McGregor (Teori X dan Teori Y)

    Douglas McGregor mengemukakan dua pandangan yang jelas berbeda mengenai

    manusia. Pada dasarnya yang satu negatif, yang ditandai sebagai Teori X, dan yang lain positif,

    yang ditandai dengan Teori Y. Menurut Teori X, empat asumsi yang dipegang manajer adalah

    sebagai berikut:

    1. Karyawan secara inheren tidak menyukai kerja dan, bila dimungkinkan, akan mencoba

    menghindarinya.

    2. Karena karyawan tidak menyukai kerja, mereka harus dipaksa, diawasi, atau diancam dengan

    hukuman untuk mencapai sasaran.

    3. Karyawan akan menghindari tanggung jawab dan mencari pengarahan formal bila mungkin.

    15

  • 4. Kebanyakan karyawan menempatkan keamanan di atas semua faktor lain yang terkait dengan

    kerja dan akan menunjukkan ambisi yang rendah.

    Kontras dengan pandangan negatif mengenai kodrat manusia ini, Mc Gregor mencatat

    empat asumsi positif, yang disebutnya sebagai teori Y :

    Karyawan dapat memandang kerja sebagai kegiatan alami yang sama dengan istirahat

    atau bermain.

    Orang-orang akan melakukan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka memiliki

    komitmen pada sasaran.

    Rata-rata orang dapat belajar untuk menerima, bahkan mengusahakan, tanggung jawab.

    Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif menyebar luas ke semua orang dan

    tidak hanya milik mereka yang berada dalam posisi manajemen.

    5. Teori ERG

    Teori ini dikemukakan oleh Clayton Alderfer yang berargumen bahwa ada 3 kelompok

    kebutuhan inti, yaitu :

    1. Existence (eksistensi)

    Kelompok eksistensi memperhatikan tentang pemberian persyaratan keberadaan materiil

    dasar kita, mencakup butir-butir yang yang oleh Maslow dianggap sebagai kebutuhan psikologis

    dan keamanan.

    2. Relatedness (keterhubungan)

    Hasrat yang kita miliki untuk memelihara hubungan antar pribadi yang penting. Hasrat

    sosial dan status menuntut terpenuhinya interaksi dengan orang-orang lain, dan hasrat ini sejalan

    dengan kebutuhan sosial Maslow dan komponen eksternal pada klasifikasi penghargaan Maslow.

    16

  • 3. Growth (pertumbuhan)

    Hasrat intrinsik untuk perkembangan pribadi, yang mencakup komponen intrinsik dari

    kategori penghargaan Maslow dan karakteristik-karakteristik yang tercakup pada aktualisasi diri.

    Berbeda dengan teori hierarki kebutuhan, teori ERG memperlihatkan bahwa lebih dari

    satu kebutuhan dapat berjalan pada saat yang sama, dan jika kepuasan pada kebutuhan pada

    kebutuhan tingkat lebih tinggi tertahan, maka hasrat untuk memenuhi kebutuhan tingkat lebih

    rendah meningkat.

    6. Teori Pengharapan

    Dewasa ini, salah satu dari penjelasan yang paling diterima secara luas mengenai

    motivasi adalah teori pengharapan (ekspektasi) dari Victor Vroom. Teori ini berargumen bahwa

    kekuatan dari kecenderungan untuk bertindak dengan cara tertentu bergantung pada kekuatan

    pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh output tertentu dan tergantung pada daya tarik

    output itu bagi individu tersebut. Dalam istilah yang lebih praktis, teori pengharapan mengatakan

    karyawan dimotivasi untuk melakukan upaya lebih keras bila ia meyakini upaya itu akan

    menghasilkan penilaian kinerja yang lebih baik. Oleh karena itu, teori tersebut berfokus pada 3

    hubungan, yaitu :

    1. Hubungan upaya kinerja. Probabilitas yang dipersepsikan oleh individu yang mengeluarkan

    sejumlah upaya tertentu itu akan mendorong kinerja.

    2. Hubungan kinerja imbalan. Sampai sejauh mana individu itu meyakini bahwa berkinerja

    pada tingkat tertentu akan mendorong tercapainya output yang diinginkan.

    3. Hubungan imbalan sasaran pribadi. Sampai sejauh mana imbalan imbalan organisasi

    memenuhi sasaran atau kebutuhan pribadi individu serta potensi daya tarik imbalan tersebut bagi

    individu tersebut.

    17

  • III. Jenis-Jenis Motivasi

    Ada dua jenis motivasi, yaitu motivasi positif dan motivasi negatif dengan penjelasan

    sebagai berikut:

    1. Motivasi Kerja Positif

    Motivasi kerja positif adalah suatu dorongan yang diberikan oleh seorang karyawan

    untuk bekerja dengan baik, dengan maksud mendapatkan kompensasi untuk mencukupi

    kebutuhan hidupnya dan berpartisipasi penuh terhadap pekerjaan yang ditugaskan oleh

    perusahaan / organisasinya. Ada beberapa macam bentuk pendekatan motivasi positif dalam

    rangka meningkatkan kinerja pegawai, yaitu :

    1. Penghargaan terhadap pekerjaan yang dilakukan

    Seorang pemimpin memberikan pujian atas hasil kerja seorang karyawan jika pekerjaan

    tersebut memuaskan maka akan menyenangkan karyawan tersebut.

    2. Informasi

    Pemberian informasi yang jelas akan sangat berguna untuk menghindari adanya berita-

    berita yang tidak benar, kesalahpahaman, atau perbedaan pendapat dalam menyelesaikan suatu

    pekerjaan.

    3. Pemberian perhatian yang tulus kepada karyawan sebagai seorang individu

    Para karyawan dapat merasakan apakah suatu perhatian diberkan secara tulus atau tidak,

    dan hendaknya seorang pimpinan harus berhati-hati dalam memberikan perhatian.

    4. Persaingan

    Pada umumnya setiap orang senang bersaing secara jujur. Oleh karena itu pemberian

    hadiah untuk yang menang merupakan bentuk motivasi positif.

    18

  • 5. Partisipasi

    Dijalankannya partisipasi akan memberikan manfaat seperti dapat dihasilkannya suatu

    keputusan yang lebih baik.

    6. Kebanggaan

    Penyelesaian suatu pekerjaan yang dibebankan akan menimbulkan rasa puas dan bangga, terlebih

    lagi jika pekerjaan yang dilakukan sudah disepakati bersama.

    2. Motivasi Kerja Negatif

    Motivasi kerja negatif dilakukan dalam rangka menghindari kesalahan-kesalahan yang terjadi

    pada masa kerja. Selain itu, motivasi kerja negatif juga berguna agar karyawan tidak melalaikan

    kewajiban-kewajiban yang telah dibebankan. Bentuk motivasi kerja negatif dapat berupa sangsi,

    skors, penurunan jabatan atau pembebanan denda.

    C. Kinerja Karyawan

    Hani Handoko (2002) mengistilahkan kinerja (performance) dengan prestasi kerja yaitu

    proses melalui mana organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Berikut ini

    adalah beberapa pengertian kinerja oleh beberapa pakar yang dikutip oleh Bambang Guritno dan

    Waridin (2005) yaitu:

    1. Menurut Winardi (1992) kinerja merupakan konsep yang bersifat universal yang merupakan

    efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan bagian karyawannya berdasar

    standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, karena organisasi pada dasarnya

    dijalankan oleh manusia, maka kinerja sesungguhnya merupakan perilaku manusia dalam

    memainkan peran yang mereka lakukan dalam suatu organisasi untuk memenuhi standar perilaku

    yang telah ditetapkan agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.

    19

  • 2. Menurut Gomes (2000) kinerja merupakan catatan terhadap hasil produksi dari sebuah

    pekerjaan tertentu atau aktivitas tertentu dalam periode waktu tertentu.

    3. Dessler (1997) menyatakan bahwa penilaian kinerja adalah memberikan umpan balik kepada

    karyawan dengan tujuan memotivasi orang tersebut untuk menghilangkan kemerosotan kinerja

    atau berkinerja lebih tinggi lagi. Menurut Dessler, penilaian kerja terdiri dari tiga langkah,

    pertama mendifinisikan pekerjaan berarti memastikan bahwa atasan dan bawahan sepakat

    dengan tugas-tugasnya dan standar jabatan. Kedua, menilai kinerja berarti membandingkan

    kinerja aktual atasan dengan standar-standar yang telah ditetapkan, dan ini mencakup beberapa

    jenis tingkat penilaian. Ketiga, sesi umpan balik berarti kinerja dan kemajuan atasan dibahas dan

    rencana-rencana dibuat untuk perkembangan apa saja yang dituntut.

    Marihot Tua Efendi (2002) berpendapat bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang

    dihasilkan oleh pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai peranannya dalam

    organisasi. Kinerja juga berarti hasil yang dicapai seseorang baik kualitas maupun kuantitas

    sesuai dengan tanggungjawab yang diberian kepadanya. Selain itu kinerja seseorang dipengaruhi

    oleh tingkat pendidikan, inisiatif, pengalaman kerja, dan motivasi karyawan. Hasil kerja

    seseorang akan memberikan umpan balik bagi orang itu sendiri untuk selalu aktif melakukan

    pekerjaannya secara baik dan diharapkan akan menghasilkan mutu pekerjaan yang baik pula.

    Pendidikan mempengaruhi kinerja seseorang karena dapat memberikan wawasan yang lebih luas

    untuk berinisiatif dan berinovasi dan selanjutnya berpengaruh terhadap kinerjanya.

    Sopiah (2008) menyatakan lingkungan juga bisa mempengaruhi kinerja seseorang.

    Situasi lingkungan yang kondusif, misalnya dukungan dari atasan, teman kerja, sarana dan

    prasarana yang memadai akan menciptaka kenyamanan tersendiri dan akan memacu kinerja yang

    baik. Sebaliknya, suasana kerja yang tidak nyaman karena sarana dan prasarana yang tidak

    memadai, tidak adanya dukungan dari atasan, dan banyak terjadi konflik akan memberi dampak

    negative yang mengakibatkan kemerosotan pada kinerja seseorang.

    20

  • Sedangkan kinerja karyawan menurut Henry Simamora (2004) adalah tingkat hasil kerja

    karyawan dalam pencapaian persyaratan pekerjaan yang diberikan. Deskripsi dari kinerja

    menyangkut tiga komponen penting yaitu:

    1. Tujuan

    Tujuan ini akan memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku

    kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap personel.

    2. Ukuran

    Ukuran dibutuhkan untuk mengetahui apakah seorang personel telah mencapai kinerja yang

    diharapkan, untuk itu kuantitatif dan kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan

    personal memegang peranan penting.

    3. Penilaian

    Penilaian kinerja reguler yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan kinerja setiap personel.

    Tindakan ini akan membuat personel untuk senantiasa berorientasi terhadap tujuan dan

    berperilaku kerja sesuai dan searah dengan tujuan yang hendak dicapai.

    Menurut Rita Swietenia (2009) manfaat kinerja pegawai antara lain adalah untuk

    menganalisa dan mendorong efisiensi produksi, untuk menentukan target atau sasaran yang

    nyata, lalu untuk pertukaran informasi antara tenaga kerja dan manajemen yang berhubungan

    terhadap masalah-masalah yang berkaitan. Adapun indikator kinerja karyawan menurut

    Bambang Guritno dan Waridin (2005) adalah sebagai berikut :

    1. Mampu meningkatkan target pekerjaan

    2. Mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu

    3. Mampu menciptakan inovasi dalam menyelesaikan pekerjaan

    21

  • 4. Mampu menciptakan kreativitas dalam menyelesaikan pekerjaan

    5. Mampu maminimalkan kesalahan pekerjaan

    Penilaian Kinerja

    Penilaian kinerja (performance appraisal) memainkan peranan yang sangat penting

    dalam peningkatan motivasi di tempat kerja. Karyawan menginginkan dan memerlukan balikan

    berkenan dengan prestasi mereka dan penilaian menyediakan kesempatan untuk memberikan

    balikan kepada mereka. Jika kinerja tidak sesuai dengan standar, maka penilaian memberikan

    kesempatan untuk meninjau kemajuan karyawan dan untuk menyusun rencana peningkatan

    kinerja. Penilaian kinerja merupakan upaya membandingkan prestasi aktual karyawan dengan

    prestasi kerja dengan yang diharapkan darinya (Dessler 2000).

    Dalam penilaian kinerja karyawan tidak hanya menilai hasil fisik, tetapi pelaksanaan

    pekerjaan secara keseluruhan yang menyangkut berbagai bidang seperti kemampuan kerja,

    kerajinan, kedisiplinan, hubungan kerja atau hal-hal khusus sesuai dengan bidang dan level

    pekerjaan yang dijabatnya. Menurt Dessler (2000) ada lima faktor dalam penilaian kinerja yang

    populer, yaitu:

    Prestasi pekerjaan, meliputi: akurasi, ketelitian, keterampilan, dan penerimaan keluaran

    Kuantitas pekerjaan, meliputi: volume keluaran dan kontribusi

    Kepemimpinan yang diperlukan, meliputi: membutuhkan saran, arahan atau Perbaikan.

    Kedisiplinan, meliputi: kehadiran, sanksi, warkat, regulasi, dapat dipercaya/ diandalkan

    dan ketepatan waktu

    Komunikasi, meliputi: hubungan antar karyawan maupun dengan pimpinan, media

    komunikasi

    Menurut Hani Handoko (2002) pengukuran kinerja adalah usaha untuk merencanakan dan

    mengontrol proses pengelolaan pekerjaan sehingga dapat dilaksanakan sesuai tujuan yang telah

    ditetapkan.

    22

  • Penilaian prestasi kerja juga merupakan proses mengevaluasi dan menilai prestasi kerja

    karyawan diwaktu yang lalu atau untuk memprediksi prestasi kerja di waktu yang akan datang

    dalam suatu organisasi.

    Kinerja karyawan pada dasarnya adalah hasil kerja karyawan selama periode tertentu.

    Pemikiran tersebut dibandingkan dengan target/ sasaran yang telah disepakati bersama. Tentunya

    dalam penilaian tetap mempertimbangkan berbagai keadaan dan perkembangan yang

    mempengaruhi kinerja tersebut. Hani Handoko (2000) menyebutkan bahwa penilaian kinerja

    terdiri dari 3 kriteria, yaitu :

    1. Penilaian berdasarkan hasil yaitu penilaian yang didasarkan adanya target-target dan

    ukurannya spesifik serta dapat diukur.

    2. Penilaian berdasarkan perilaku yaitu penilaian perilaku-perilaku yang berkaitan dengan

    pekerjaan.

    3. Penilaian berdasarkan judgement yaitu penilaian yang berdasarkan kualitas pekerjaan,

    kuantitas pekerjaan, koordinasi, pengetahuan pekerjaan dan ketrampilan, kreativitas, semangat

    kerja, kepribadian, keramahan, intregitas pribadi serta kesadaran dan dapat dipercaya dalam

    menyelesaikan tugas.

    D. Pengaruh Kompensasi Sebagai Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan

    Dalam menjalankan kegiatan usahanya, suatu perusahaan tentunya membutuhkan

    berbagai sumber daya, seperti modal, material dan mesin. Perusahaan juga membutuhkan sumber

    daya manusia, yaitu para karyawan. Karyawan merupakan sumber daya yang penting bagi

    perusahaan, karena memiliki bakat, tenaga dan kreativitas yang sangat dibutuhkan oleh

    perusahaan untuk mencapai tujuannya. Sebaliknya, sumber daya manusia juga mempunyai

    berbagai macam kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan

    inilah yang dipandang sebagai pendorong atau penggerak bagi seseorang untuk melakukan

    sesuatu, termasuk melakukan pekerjaan atau bekerja.

    23

  • Bagi sebagian karyawan, harapan untuk mendapatkan uang adalah satu-satunya alasan

    untuk bekerja, namun yang lain berpendapat bahwa uang hanyalah salah satu dari banyak

    kebutuhan yang terpenuhi melalui kerja. Seseorang yang bekerja akan merasa lebih dihargai oleh

    masyarakat di sekitarnya, dibandingkan yang tidak bekerja. Mereka akan merasa lebih dihargai

    lagi apabila menerima berbagai fasilitas dan simbol-simbol status lainnya dari perusahaan

    dimana mereka bekerja. Dari uraian di atas dapat dikatakan, bahwa kesediaan karyawan untuk

    mencurahkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, tenaga, dan waktunya, sebenarnya

    mengharapkan adanya imbalan dari pihak perusahaan yang dapat memuaskan kebutuhannya.

    Menurut Schuler dan Jackson (1999), Mondy, et al. (1999), Schermerhorn, et al. (1998),

    Robbins (1996), dan Siagian (1995), pada prinsipnya imbalan dapat dibedakan menjadi dua,

    yaitu imbalan intrinsik dan imbalan ekstrinsik. Imbalan intrinsik yaitu imbalan yang diterima

    karyawan untuk dirinya sendiri. Biasanya imbalan ini merupakan nilai positif atau rasa puas

    karyawan terhadap dirinya sendiri karena telah menyelesaikan suatu tugas yang baginya cukup

    menantang. Teknik-teknik pemerkayaan pekerjaan, seperti pemberian peran dalam pengambilan

    keputusan, tanggung jawab yang lebih besar, kebebasan dan keleluasaan kerja yang lebih besar

    dengan tujuan untuk meningkatkan harga diri karyawan, secara intrinsik merupakan imbalan

    bagi karyawan.

    Imbalan ekstrinsik mencakup kompensasi langsung, kompensasi tidak langsung dan

    imbalan bukan uang. Termasuk dalam kompensasi langsung antara lain adalah gaji pokok, upah

    lembur, pembayaran insentif, tunjangan, bonus; sedangkan termasuk kompensasi tidak langsung

    antara lain jaminan sosial, asuransi, pensiun, pesangon, cuti kerja, pelatihan dan liburan. Imbalan

    bukan uang adalah kepuasan yang diterima karyawan dari pekerjaan itu sendiri atau dari

    lingkungan psikologis dan/atau phisik dimana karyawan bekerja. Termasuk imbalan bukan uang

    misalnya rasa aman, atau lingkungan kerja yang nyaman, pengembangan diri, fleksibilitas karier,

    peluang kenaikan penghasilan, simbol status, pujian dan pengakuan.

    24

  • Imbalan bukan uang juga penting untuk diperhatikan oleh perusahaan, misalnya

    mengenai rasa aman. Ketika baru-baru ini di negara kita terjadi pemutusan hubungan kerja

    (PHK) besar-besaran yang disebabkan karena adanya bank-bank yang dilikuidasi dan adanya

    krisis moneter, mengakibatkan banyak karyawan yang merasa tidak aman dalam menjalankan

    tugas dan kewajibannya. Untuk mengatasi hal ini, beberapa pengusaha berusaha menenangkan

    karyawannya dengan menawarkan rasa aman untuk tidak di PHK, dan sebagai gantinya

    karyawan tidak memperoleh peningkatan imbalan berupa uang. Contoh lain, misalnya simbol

    status. Disadari atau tidak, sebenarnya setiap orang ingin memperoleh dan menggunakan simbol-

    simbol status tertentu untuk memuaskan kebutuhannya.

    Semakin banyak simbol status yang dimilikinya, misalnya memperoleh fasilitas

    perumahan, fasilitas kendaraan, atau memperoleh kenaikan pangkat, maka karyawan yang

    bersangkutan akan merasa berhasil memuaskan kebutuhannya. Salah satu kebutuhan yang

    terpuaskan itu misalnya kebutuhan untuk dihargai dan dihormati oleh orang-orang dalam

    lingkungan kerjanya atau masyarakat di sekitarnya. Menurut Siagian (1995), status merupakan

    faktor motivasional yang penting, sebab status dipandang sebagai peringkat prestise seseorang

    dalam suatu organisasi, seperti jabatan, pangkat dan fasilitas yang diperoleh.

    Menurut Schuler dan Jackson (1999) kompensasi dapat digunakan untuk (a) menarik

    orang-orang yang potensial atau berkualitas untuk bergabung dengan perusahaan. Dalam

    hubungannya dengan upaya rekrutmen, program kompensasi yang baik dapat membantu untuk

    mendapatkan orang yang potensial atau berkualitas sesuai dengan yang dibutuhkan oleh

    perusahaan. Hal ini disebabkan karena orang-orang dengan kualitas yang baik akan merasa

    tertantang untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu, dengan kompensasi yang dianggap layak

    dan cukup baik. (b) mempertahankan karyawan yang baik. Jika program kompensai dirasakan

    adil secara internal dan kompetitif secara eksternal, maka karyawan yang baik (yang ingin

    dipertahankan oleh perusahaan) akan merasa puas. Sebaliknya, apabila kompensai dirasakan

    tidak adil maka akan menimbulkan rasa kecewa, sehingga karyawan yang baik akan

    meninggalkan perusahaan.

    25

  • Oleh karena itu agar dapat mempertahankan karyawan yang baik, maka program

    kompensasi dibuat sedemikian rupa, sehingga karyawan yang potensial akan merasa dihargai dan

    bersedia untuk tetap bertahan di perusahaan. (c) meraih keunggulan kompetitif. Adanya program

    kompensasi yang baik akan memudahkan perusahaan untuk mengetahui apakah besarnya

    kompensasi masih merupakan biaya yang signifikan untuk menjalankan bisnis dan meraih

    keunggulan kompetitif. Apabila sudah tidak signifikan lagi, maka perusahaan mungkin akan

    beralih dengan menggunakan sistem komputer dan mengurangi jumlah tenaga kerjanya atau

    berpindah ke daerah yang tenaga kerjanya lebih murah. (d) memotivasi karyawan dalam

    meningkatkan produktivitas atau mencapai tingkat kinerja yang tinggi. Dengan adanya program

    kompensasi yang dirasakan adil, maka karyawan akan merasa puas dan sebagai dampaknya

    tentunya akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya. (e) melakukan pembayaran sesuai

    aturan hukum.

    Dalam hal ini kompensasi yang diberikan kepada karyawan disesuaikan dengan aturan

    hukum yang berlaku. Contoh, sesuai peraturan pemerintah patokan minimal pemberian upah

    yang berlaku saat ini adalah sebesar UMR (upah minimum regional), tersebut. (f) memudahkan

    sasaran strategis. Suatu perusahaan mungkin ingin menjadi tempat kerja yang menarik, sehingga

    dapat menarik pelamar-pelamar terbaik. Kompensasi dapat digunakan oleh perusahaan untuk

    mencapai sasaran ini dan dapat juga dipakai untuk mencapai sasaran strategis lainnya, seperti

    pertumbuhan yang pesat, kelangsungan hidup dan inovasi. (g) mengokohkan dan menentukan

    struktur. Sistem kompensasi dapat membantu menentukan struktur organisasi, sehingga

    berdasarkan hierarhi statusnya, maka orang-orang dalam suatu posisi tertentu dapat

    mempengaruhi orang-orang yang ada di posisi lainnya.

    Tujuan dari pemberian kompensasi tersebut saling terkait, artinya apabila pemberian

    kompensasi tersebut mampu mengundang orang-orang yang potensial untuk bergabung dengan

    perusahaan dan membuat karyawan yang baik untuk tetap bertahan di perusahaan, serta mampu

    memotivasi karyawan untuk meningkatkan kinerjanya, berarti produktivitas juga akan meningkat

    dan perusahaan dapat menghasilkan produk dengan harga yang kompetitif.

    26.

  • Apabila perhitungan kompensasi didasarkan pada jabatan atau keterampilan yang relevan

    dengan jabatan, maka perusahaan juga akan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk

    menarik, memotivasi dan mempertahankan karyawan yang berpotensi dan mempunyai kinerja

    tinggi. Di satu pihak kebutuhan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan

    mengembangkan usahanya akan tercapai, di pihak lain karyawan juga dapat menikmati hasil

    berupa kompensasi yang diberikan oleh perusahaan dengan rasa puas. Dengan demikian

    kompensasi dapat dipandang sebagai alat untuk mengelola sumber daya manusia secara efektif

    sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan kebutuhan karyawan itu sendiri.

    Menurut Schuler dan Jackson (1999), biasanya orang akan membandingkan besarnya

    kompensasi yang diterimanya dengan jumlah yang mereka yakini semestinya mereka terima.

    Mereka akan puas apabila tingkat kompensasi yang semestinya sebanding dengan tingkat

    kompensasi aktual, atau tidak puas apabila tingkat kompensasi actual lebih kecil daripada tingkat

    kompensasi yang semestinya. Sedangkan Siagian (1995) menyebut tingkat kompensasi ini

    dengan istilah harapan. Mengenai harapan, dapat dikatakan bahwa setiap karyawan dalam

    pikirannya sudah mempunyai gambaran atau mungkin bahkan keputusan tentang jumlah

    kompensasi yang layak diterimanya berdasarkan pertimbangan pendidikan, pengetahuan,

    keterampilan, sifat pekerjaan, besarnya tanggung jawab, dan besarnya wewenang. Disamping itu,

    harapan biasanya juga dikaitkan dengan kebutuhan ekonomisnya, seperti kebutuhan akan

    sandang, pangan, perumahan, biaya pendidikan anak, jumlah tanggungan dan status sosialnya di

    masyarakat. Jadi, harapan didasarkan pada keinginan karyawan agar kompensasi yang diterima

    dari perusahaan memungkinkannya untuk memuaskan berbagai kebutuhannya secara wajar.

    Apabila kompensasi yang diterima ternyata tidak sesuai dengan harapannya, maka karyawan

    menjadi tidak puas.

    Dari uraian di atas jelaslah bahwa kepuasan akan tercapai apabila pemberian kompensasi

    dirasakan adil dan sesuai dengan harapan karyawan. Jadi jika perusahaan ingin menarik

    karyawan baru dan mempertahankan karyawan yang potensial dan mempunyai keterampilan,

    maka kompensasi yang ditawarkan seharusnya kurang lebih sama dengan karyawan lainnya

    dalam perusahaan yang setara-dengan kata lain ada keadilan eksternal.

    27

  • Apabila sistem kompensasi didasarkan pada kinerja, maka harus disertai dengan metode

    pengukuran kinerja karyawan yang akurat dan terbuka, sehingga karyawan secara jelas dapat

    melihat hubungan kinerja dengan kompensasi. Tingkat kompensasi juga harus ditinjau kembali

    secara terus menerus dan diperbaharui jika perlu. Kepercayaan dan konsistensi harus dipelihara,

    sehingga karyawan dapat merasakan bahwa perusahaan memperhatikan kepentingan karyawan

    dan juga kepentingan perusahaan sendiri.

    Berbicara tentang kebijakan pemberian kompensasi, umumnya hanya tertuju pada jumlah

    yang dibayarkan kepada karyawan. Apabila jumlah kompensasi telah cukup memadai, berarti

    sudah cukup layak dan baik. Permasalahannya sebenarnya tidak sesederhana itu, sebab cukup

    memadai menurut kacamata perusahaan, belum tentu dirasakan cukup oleh karyawan yang

    bersangkutan. Menurut Nitisemito (1996) pengaruh kompensasi terhadap karyawan sangatlah

    besar. Semangat kerja yang tinggi, keresahan dan loyalitas karyawan banyak dipengaruhi oleh

    besarnya kompensasi. Pada umumnya, pemogokan kerja yang sering terjadi di negara kita ini,

    sebagian besar disebabkan karena masalah upah.

    Pembayaran kompensasi berdasarkan keterampilan, sebenarnya dalam kondisi tertentu

    dapat meningkatkan kinerja karyawan, disamping dapat pula membuat karyawan frustasi. lagi

    karyawan yang memang memiliki keterampilan yang dapat diandalkan, maka pemberian

    kompensasi berdasarkan keterampilan akan dapat meningkatkan kinerja, sebaliknya bagi

    karyawan yang tidak memiliki keterampilan dan tidak mempunyai kemampuan untuk

    meningkatkan keterampilannya, maka sistem pemberian kompensasi ini dapat mengakibatkan

    frustasi.

    Dikaitkan dengan teori pengharapan, maka pemberian kompensasi berdasarkan

    keterampilan akan memotivasi karyawan, sebab dalam teori pengharapan dikatakan bahwa

    seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerahkan usahanya dengan lebih baik lagi apabila

    karyawan merasa yakin, bahwa usahanya akan menghasilkan penilaian prestasi yang baik.

    Penilaian yang baik akan diwujudkan dengan penghargaan dari perusahaan seperti pemberian

    bonus, peningkatan gaji atau promosi dan penghargaan itu dapat memuaskan karyawan.

    28

  • Jadi dalam teori pengharapan terdapat tiga hubungan, yaitu hubungan antara usaha

    dengan prestasi, hubungan prestasi dengan penghargaan perusahaan dan hubungan antara

    penghargaan perusahaan dengan tujuan karyawan. Apabila penghargaan yang diberikan oleh

    perusahaan sesuai dengan pengharapan dan dapat memuaskan kebutuhannya, maka karyawan

    tersebut akan termotivasi untuk lebih meningkatkan usaha/kinerjanya, sebaliknya apabila usaha

    yang dilakukan tidak mendapat penghargaan sesuai dengan harapan karyawan, maka karyawan

    yang bersangkutan akan merasa frustasi, sehingga tidak termotivasi untuk meningkatkan

    kinerjanya.

    Menurut Robbins (2001), kompensasi berdasarkan keterampilan adalah sesuai dengan

    teori ERG (Existence, Relatedness and Growth theory) dari Alderfer, sebab system pembayaran

    ini dapat mendorong karyawan untuk belajar, meningkatkan keterampilannya dan memelihara

    keterampilannya. Hal ini dapat diartikan, bahwa bagi karyawan yang ingin memenuhi

    kebutuhannya dengan lebih baik, maka pemberian kompensasi berdasarkan keterampilan akan

    menjadi pendorong baginya untuk lebih meningkatkan keterampilan, agar memperoleh

    kompensasi yang lebih tinggi, sehingga kebutuhannya dapat terpenuhi.

    Dikaitkan dengan teori kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement theory),

    pemberian kompensasi berdasarkan keterampilan juga sesuai, sebab sistem pembayaran

    kompensasi ini dapat akan mendorong karyawan untuk bekerja lebih efisien, mau mempelajari

    keterampilan yang baru atau berusaha meningkatkan keterampilannya, sehingga siap

    menghadapi tantangan baru. Hal ini cukup jelas, sebab mempelajari keterampilan baru

    merupakan tantangan tersendiri bagi seseorang yang ingin maju. Apabila tantangan ini dapat

    dilampaui, maka akan timbul rasa bangga bagi yang bersangkutan, kebanggaan bukan hanya

    karena prestasi yang meningkat, namun karena penghargaan yang diterima juga meningkat dan

    memuaskan bagi dirinya.

    29

  • Dalam kaitannya dengan teori penguatan (reinforcement theory), pembayaran

    kompensasi berdasarkan keterampilan akan mendorong karyawan untuk belajar secara kontinyu,

    mengembangkan keterampilannya, dan dapat bekerja sama dengan anggota lain dalam

    perusahaan. Semakin berkembang keterampilan yang dimiliki, maka akan semakin besar pula

    kompensasi yang akan diterimanya.

    Sistem pembayaran kompensasi berdasarkan keterampilan juga sesuai dengan teori

    keadilan (equity theory) yang membandingkan antara prestasi yang dicapai dengan kompensasi

    atau penghargaan yang diberikan oleh perusahaan. Apabila prestasi karyawan sebanding dengan

    penghargaan yang diberikan oleh perusahaan, maka motivasi karyawan untuk meningkatkan

    kinerjanya dapat dioptimalkan. Jadi dengan kata lain, bila kompensasi yang diberikan sesuai

    dengan keadilan dan harapan karyawan, maka karyawan akan merasa puas dan termotivasi untuk

    terus meningkatkan kinerjanya.

    Pada kenyataannya, sebagian besar perusahaan yang ada disini masih kurang menghargai

    keterampilan dan kemampuan seseorang, sehingga sering dijumpai pemberian kompensasi

    didasarkan pada senioritas bukan pada kemampuan seorang karyawan untuk mengembangkan

    keterampilan yang dimilikinya. Kondisi ini dapat mengakibatkan karyawan menjadi apatis dan

    tidak termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya, sebab peningkatan keterampilan tidak

    diimbangi dengan peningkatan kompensasi. Sebaliknya, kompensasi akan naik dengan

    sendirinya tanpa perlu meningkatkan keterampilan. Hanya waktu yang dapat meningkatkan

    besarnya kompensasi, sehingga apabila kompensasi ditingkatkan, karyawan hanya termotivasi

    untuk sementara waktu, setelah itu kinerjanya akan kembali seperti semula. Hal ini merupakan

    salah satu sebab yang mengakibatkan perusahaan sulit untuk meningkatka produktivitas maupun

    kualitas produknya, sehingga sulit untuk menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga

    yang kompetitif.

    30

  • Agar karyawan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya, sebaiknya perusahaan

    menggunakan keterampilan sebagai dasar perhitungan kompensasi. Kepada karyawan juga perlu

    dijelaskan bahwa kompensasi yang diberikan, dihitung berdasarkan keterampilan dan

    kemampuan mereka dalam mengembangkan keterampilannya untuk menunjang penyelesaian

    tugas yang dibebankan kepadanya. Sebagaimana dicontohkan di depan, apabila karyawan tata

    usaha mampu mengetik menggunakan mesin ketik manual maupun elektrik dengan hasil yang

    memuaskan, seharusnya dibayar lebih tinggi daripada yang hanya mampu menggunakan mesin

    ketik manual saja. Demikian pula bagi yang telah mampu mengoperasikan komputer dengan

    terampil, seharusnya dinilai lebih daripada yang lain.

    - Sekian -

    31

  • BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja, sehingga adanya

    peningkatan pemberian kompensasi akan meningkatkan kinerja karyawan.

    Kompensasi berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja melalui motivasi kerja,

    sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja menjadi variable yang memediasi antara

    kompensasi terhadap kinerja karyawan.

    Lalu, ada dua hal yang perlu diingat oleh perusahaan dalam pemberian kompensasi.

    Pertama, kompensasi yang diberikan harus dapat dirasakan adil oleh karyawan dan kedua,

    besarnya kompensasi tidak jauh berbeda dengan yang diharapkan oleh karyawan. Apabila dua

    hal ini dapat dipenuhi, maka karyawan akan merasa puas. Kepuasan akan memicu karyawan

    untuk terus meningkatkan kinerjanya, sehingga tujuan perusahaan maupun kebutuhan karyawan

    akan tercapai secara bersama.

    Kompensasi yang diberikan berdasarkan pekerjaan atau senioritas tanpa memperhatikan

    kemampuan dan keterampilan seringkali membuat karyawan yang mempunyai keterampilan dan

    kinerja baik menjadi frustasi dan meninggalkan perusahaan, sebab kompensasi yang diberikan

    oleh perusahaan dirasakan tidak adil dan tidak sesuai dengan harapan mereka. Sebaliknya,

    kompensasi ini akan membuat karyawan yang tidak berprestasi menjadi benalu bagi perusahaan.

    Kompensasi yang diberikan berdasarkan kinerja dan keterampilan karyawan nampaknya

    dapat memuaskan karyawan, sehingga diharapkan karyawan termotivasi untuk meningkatkan

    kinerja dan mengembangkan keterampilannya.

    32

  • Hal ini disebabkan karena karyawan yang selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja dan

    keterampilannya akan mendapatkan kompensasi yang semakin besar.

    B. Saran

    Pada faktor kompensasi masih perlu meningkatkan jumlah kompensasi yang diberikan

    kepada karyawan, khsusunya pemberian bonus yang lebih menarik yang disesuaikan dengan jam

    lembur karyawan, sehingga karyawan akan merasa lebih puas dalam bekerja dan dapat lebih

    termotivasi serta dapat meningkatkan kinerja karyawan.

    Pada faktor motivasi kerja masih perlu adanya peningkatan hubungan yang baik antara

    pimpinan dengan karyawan, serta pimpinan perlu lebih mendorong semangat karyawan dalam

    bekerja. Para pimpinan perlu sering turun ke bawah menjalin komunikasi dengan para bawahan

    serta membimbing karyawan agar bekerja secara baik, sehingga hal ini akan membuat karyawan

    lebih termotivasi untuk bekerja lebih baik karena merasa mendapat dukungan dari pimpinan

    dalam menjalankan tugasnya.

    33

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan Syukur saya Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan

    Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.

    Makalah ini membahas tentang Pengaruh Kompensasi Sebagai Motivasi Kinerja Karyawan.

    Dalam penyusunan makalah ini, saya banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi

    dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, saya mengucapkan

    terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam

    penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang

    Maha Esa.

    Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan

    maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan

    makalah selanjutnya.

    Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

    Pamulang, 29 Mei 2012

    Muhammad Rivai

    i

  • KATA PENUTUP

    Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam

    makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya

    pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah

    ini.

    Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang

    membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di

    kesempatan kesempatan berikutnya.

    Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman

    pada umumnya.

    iii

  • DAFTAR PUSTAKA

    Pengembangan Sumber Daya Manusia

    http://sdmatr.wordpress.com/

    Pengertian Kinerja Karyawan

    http://www.anneahira.com/pengertian-kinerja-karyawan.htm/

    Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan

    http://eprints.undip.ac.id/23253/1/Lengkap.pdf

    Pengertian Kompensasi & Jenis/Macam Kompensasi SDM

    http://organisasi.org/pengertian-kompensasi-jenis-macam-kompensasi-sdm-upah-gaji-insentif-

    tunjangan-dsb

    Definisi gaji, upah, insentif dan kompensasi

    http://id.shvoong.com/business-management/human-resources/2123609-definisi-gaji-upah-

    insentif-dan/

    Bentuk-Bentuk Motivasi Kerja

    http://www.anneahira.com/motivasi-kerja.htm

    Teknis Manajemen HRD

    http://www.teknismanajemenhrd57.com/

    Serikat Pekerja

    http://www.gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/serikat-pekerja

    Hak dan Kewajiban Pekerja/Karyawan

    http://nurwantoblogs.blogspot.com/2010/11/hak-dan-kewajiban-pekerjakaryawan.html

    Hukum Perburuhan

    http://rhomastry.blogspot.com/2010/12/hukum-perburuhan-hak-dan-kewajiban.html

  • DAFTAR ISI

    Kata Pengantar........................................................................................................... ........... i

    Daftar Isi.................................................................................................................... ........... ii

    BAB I : Pendahuluan................................................................................................. ........... 1

    A. Latar Belakang............................................................................................... ........... 1

    B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 5

    C. Tujuan Penulisan............................................................................................ ........... 5

    BAB II : Pembahasan............................................................................................................ 6

    A. Kompensasi................................................................................................................ 6

    B. Motivasi......................................................................................................... ........... 10

    C. Kinerja Karyawan.......................................................................................... ........... 19

    D. Pengaruh Kompensasi Sebagai Motivasi Kinerja Karyawan.................................... 23

    BAB III : Penutup...................................................................................................... ........... 32

    A. Kesimpulan.................................................................................................... ........... 32

    B. Saran.............................................................................................................. ........... 33

    Kata Penutup.............................................................................................................. ........... iii

    Daftar Pustaka

    ii

  • MAKALAH MANAJEMEN

    PENGARUH KOMPENSASI SEBAGAI MOTIVASI

    KINERJA KARYAWAN

    DI SUSUN OLEH :

    MUHAMMAD RIVAI (2011120553)

    02SAKMA

    UNIVERSITAS PAMULANG