137903384 Makalah Teknik Media Tanam Acara Aplikasi Teknik Media Tanam Sawi Pahit Dengan Berbagai...
-
Upload
hafid-windu-ardi -
Category
Documents
-
view
71 -
download
0
Transcript of 137903384 Makalah Teknik Media Tanam Acara Aplikasi Teknik Media Tanam Sawi Pahit Dengan Berbagai...
MAKALAH
REKAYASA MEDIA TANAM
Kelompok 4 :
ARGHYA NARENDRA D. (111510501105)
MAHASISWA S-1 BEASISWA UNGGULAN
AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNEJ
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sawi atau Caisin (Brassica sinensis L.) termasuk famili Brassicaceae,
daunnya panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Sawi mengandung pro
vitamin A dan Asam Askorbat yang tinggi. Tumbuh baik di tempat yang berhawa
panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah
sampai dataran tinggi, tapi lebih baik di dataran tinggi. Biasanya dibudidayakan di
daerah ketinggian 100 - 500 m dpl, dengan kondisi tanah gembur, banyak
mengandung humus, subur dan drainase baik. Tanaman sawi terdiri dari dua jenis
yaitu sawi pait dan sawi daging.
Sawi bukan tanaman asli Indonesia, namun Indonesia mempunyai
kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di
Indonesia. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas
maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun
dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih
baik di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian
5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya
dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500
meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam
sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman
secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa
yang sejuklebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi
tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian,
tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir musim penghujan. Tanah yang cocok
untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta
pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk
pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7.
Tanaman sawi adalah tanaman sayuran yang sering dikonsumsi oleh
masyarakat indonesia, hal ini dikarenakan tanaman sawi mempunyai kelebihan
untuk kesehatan tubuh, karena dapat melengkapi asupan vitamin untuk kesehatan
tubuh. Sawi sebagai salah satu jenis sayuran yang murah harganya dan mudah
didapatkan. Hal ini menjadi sebuah faktor yang menyebabkan konsumsi akan sawi
yang banyak.
Pertumbuhan sawi yang bagus tidak terlepas dari peran media tanam yang
sangat penting, karena asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman sawi. Media
tanam menjadi faktor yang menentukan untuk perkembangan pertumbuhan. Tanah
yang subur haruslah mengandung unsur hara makro dan mikro. Selain itu dalam
tanah juga terdapat mineral yang merupakan bagian dari cadangan hara, karena
dengan proses mineralisasi akan menjadi unsur-unsur hara yang siap diserap oleh
tanaman maupun kehidupan lain di dalam tanah. Mineral juga menjaga kestabilan
bentuk dan struktur tanah sehingga tidak mudah berubah komposisi komponennya
oleh pengaruh perubahan-perubahan dan pergerakan-pergerakan di dalam tanah.
Struktur tanah juga akan menopang tanaman dan memberi ruang gerak kehidupan
bagi akar tanaman dan makhluk hidup lainnya di dalam tanah.Untuk mendapatkan
kesuburan yang baik juga dilakukan pengolahan tanah, secara umum melakukan
penggemburan bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan
pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan
menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan.
Namun kondisi tanah saat ini tidak dapat menunjang perkembangan
tanaman sawi, karena tanah sudah terlalu banyak mengandung zat kimia yang dapat
meracuni tanaman, juga mengurangi kegunaaan tanah sebagai media tanah. Untuk
mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengkombinasikan media
tanah dengan media penunjang yang lain. Media penunjang yang lain seperti
sekam, untuk aerasi yang optimal, dan untuk kebutuhan zat hara dapat ditambah
dengan bahan organik.
Dengan praktikum yang dilakukan selama 30 hari tersebut kita dapat
mengetahui dan belajar dari kejadian-kejadian baik secara eksternal maupun
internal. Setelah pemindahan bibit ke area tanam maka faktor eksternal sangat
mempengaruhi kegagalan maupun keuntungan dari tanaman sawi. Contoh jika
cahaya, kelembapan mendukung untuk pertumbuhan tanaman sawi untuk tumbuh
maka sawi tersebut dapat tumbuh secara optimal. Tetapi jika terjadi suatu hujan
yang dapat menggenangi atau merobohkan tanaman sawi maka akan
mengakibatkan kerugian.
1.2 Tujuan
Praktikum Teknik Media Tanam acara 2 dengan judul “Rekayasa Media
Tanam” memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mendapatkan formulasi komposisi media tanam yang ideal tanaman sawi.
2. Untuk mengetahui pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan
tanaman sawi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Sawi atau Caisin (Brassica sinensis L.) termasuk famili Brassicaceae,
daunnya panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Sawi mengandung pro
vitamin A dan asam askorbat yang tinggi. Tumbuh baik di tempat yang berhawa
panas maupunberhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran
rendahsampai dataran tinggi, tetapi pertumbuhan dan produksi sawi yangditanam
lebih baik di dataran tinggi. Biasanya dibudidayakan didaerah ketinggian 100 - 500
m dpl, dengan kondisi tanah gembur, banyak mengandung humus, subur dan
drainase baik. Tanaman sawi terdiri dari dua jenis yaitu sawi putih dan sawi hijau
(Edi, 2010). Secara umum tanaman sawi memiliki bentuk lonjong, halus, tidak
berbulu dan tidak berkrop. Salah satu sawi yang banyak dikonsumsi dan banyak
terdapat di pasaran adalah sawi bakso. Tangkai daunnya panjang, tipis dan
berwarna hijau (Haryanto, 1995). Sawi memiliki akar tunggang dan cabang akar
bentuknya silindris menyebar ke semua arah pada kedalaman 30-50 cm. Akar sawi
berfungsi untuk menyerap air, unsur hara, dan berdiri tegaknya tanaman sawi
(Rukmana, 1994).
Berdasarkan agroklimat, keadaan alam Indonesia khusunya di Sulawesi
Selatan mempunyai lahan yang potensial untuk budidaya berbagai jenis sayuran,
baik lokal maupun luar negeri. Salah satu tanaman yang potensial adalah tanaman
sawi karena merupakan jenis tanman yang mempunyai nilai komersial dan prospek
yang cukup baik. Tanaman sawi selain sebagai tanaman sayur, juga mempunyai
khasiat untuk kesehatan (Rina, dkk, 2007).
Proses penyerapan kobalt oleh tanaman dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu
tekanan akar, kapilaritas dan transpirasi (daya isap daun). Akar tanaman menyerap
air dan garam mineral baik siang maupun malam. Pada malam hari, ketika
transpirasi sangat rendah atau bahkan nol, sel-sel akar masih tetap menggunakan
energi untuk memompa ion–ion kobalt ke dalam xylem. Endodermis yang
mengelilingi stele akar tersebut membantu mencegah kebocoran ion-ion kobalt
keluar dari stele. Akumulasi kobalt di dalam stele akan menurunkan potensial air.
Air akan mengalir masuk dari korteks akar, menghasilkan suatu tekanan positif
yang memaksa cairan naik ke xilem. Dorongan getah xilem ke arah atas ini disebut
tekanan akar (roof pressure) (Hodson, 2006). Kebanyakan tanaman mempunyai
pertumbuhan yang bagus pada kondisi kapasitas lapang. Kapasitas lapang adalah
keadaan dimana air hanya berada dalam pori-pori mikro tanah dan disebut sebagai
air tersedia, sedang pori-pori makro tanah ditempati oleh udara (Setiari,dkk.2009).
Daun merupakan organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis.
Kedudukan batang caisim pada poros utamanya menyebar secara merata. Oleh
karena itu jumlah daun yang optimum memungkinkan distribusi (pembagian)
cahaya antar daun lebih merata. Distribusi cahaya yang lebih merata antar daun
mengurangi kejadian saling menaungi antar daun. Daun dengan jumlah yang lebih
banyak memungkinkan pupuk lebih banyak yang menempel pada daun, serta
penyerapan hara yang lebih optimum (Agusta dan Handoyo, 2010).
Usaha budidaya tanaman sawi, salah satu kendala utama yang menjadi
penghambat produksi baik secara kualitas maupun kuantitas, adalah adanya
serangan organisme pengganggu tanaman, terutama hama ulat. Akibat dari adannya
serangan organisme pengganggu tanaman, baik pada masa pra panen maupun pada
pasca panen diperkirakan menimbulkan sekitar 45% kehilangan hasil dari total
potensi produksi, dan dalam beberapa kasus dapat mengakibatkan kegagalan
panen/puso (Rina, 2007).
Sayuran memerlukan banyak sekali hara tanaman. Pemberian yang terlalu
banyak dapat mengakibatkan ketidak seimbangan hara di dalam tanah dan tanaman.
Selain itu tidak semua N dari kompos dapat diserap oleh tanaman, sehingga
mengakibatkan berlebihnya hara N dan dapat menjadi polusi lingkungan (Sunarlim,
2005).
Perbandingan pengambilan logam berat antara dua jenis tumbuhan yang
berbeda sangatlah berguna. Tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai akumulasi
atau indikator unsur. Tumbuhan akumulator mempunyai kemampuan untuk
mengakumulasikan unsur tertentu dalam konsentrasi yang tinggi tanpa
menimbulkan efek toksik pada tumbuhan. Tumbuhan indikator adalah jenis
tumbuhan yang pengambilan elemennya berhubungan dengan kadar metal pada
lingkungan disekitarnya. Keduanya dapat digunakan sebagai indikator sumber
pencemar dari intensitasnya (Hendrasarie, 2007).
Nitrogen yang berlimpah menaikkan pertumbuhan dengan cepat dengan
perkembangan yang lebih besar pada batang dan daun-daun berwarna hijau gelap.
Penyediaan nitrogen tersedia yang cukup selama awal kehidupan tanaman dapat
memacu pertumbuhan dan berakibat dalam kemasakan yang terlalu dini. Gejala
kekurangan nitrogen ditandai oleh adanya warna hijau terang sampai kuning pada
daun. Pada pohon buah-buahan, rontoknya daun yang terlalu awal, kematian tunas -
tunas lateral, rangkaian buah yang kurang baik, perkembangan warna buah yang
tidak biasa merupakan tanda-tanda kekurangan nitrogen (Rahmah, 2005).
Konsumsi caisim diduga akan mengalami peningkatan sesuai pertumbuhan
jumlah penduduk, meningkatnya daya beli masyarakat, kemudahan tanaman ini
diperoleh di pasar, dan peningkatan pengetahuan gizi masyarakat. Oleh karena itu
perlu dilakukan perbaikan budidaya yang sudah ada agar hasilnya meningkat, salah
satunya melalui pemupukan (Agusta, dan Handoyo, 2010).
Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan
tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah
menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga
menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk
kerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah penting
bagi negara berkembang karena intensitasnya yang cenderung meningkat sehingga
tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah maupun intensitasnya meningkat.
Kerusakan tanah secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga kelompok
utama, yaitu kerusakan sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Kerusakan kimia tanah
dapat terjadi karena proses pemasaman tanah, akumulasi garam-garam (salinisasi),
tercemar logam berat, dan tercemar senyawa-senyawa organik dan xenobiotik
seperti pestisida atau tumpahan minyak bumi (Djajakirana, 2001).
Bahan organik dalam tanah mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai
amelioran, sumber hara, perbaikan sifat kimia dan fisik tanah, dan sumber energi
bagi mikroba tanah. Pemberian bahan organik dikombinasikan dengan pemberian
pupuk P anorganik memberikan kadar P-Colwell lebih tinggi dibandingkan
pemberian pupuk anorganik saja (Purnomo et al., 2002). Bahan organik dapat
meningkatkan KTK yang lebih besar (lebih dari 200 cmol/kg), dan transformasi
kimia dan mikrobiologi menghasilkan asam-asam organik. Selain itu bahan organik
dapat meningkatkan kelarutan FA melalui peningkatan daya sangga Ca,
menghasilkan proton, dan pengkelatan kation (Rajan et al., 1996). Moersidi (1993)
dan Hue dalam Iyamuremye et, al, (1996) mengemukakan bahwa pemupukan P
anorganik lebih Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Pemupukan Fosfat pada
Teknik Budidaya efisien bila diberikan bersama-sama dengan bahan organik.
Pemberian bahan organik menurunkan erapan P, kebutuhan pupuk P, kelarutan Al
dan Fe. Bahan organik dalam tanah dapat berfungsi meningkatkan ketersediaan
unsur hara, pH tanah, aktivitas mikroorganisme, dan jumlah Al yang terkelat oleh
senyawa humik pada Typic Haplohumults (Purwani, 2007).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknik Media Tanam acara 2 dengan judul acara “Rekayasa
Media Tanam” dilaksanakan mulai tanggal Februari 2013 sampai rentang waktu 1
bulan, yakni berakhir pada tanggal Maret 2013 dilaksanakan di lahan
Agroteknopark, Universitas Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Tanah
2. Kompos
3. Polybag
4. Cocopeat
3.2.2 Alat
1. Timba plastik
2. Ayakan 2 mm
3. Karung plastik
4. Centok
5. Gembor
3.3 Cara Kerja
1. Mengambil contoh tanah
2. Mengeringanginkan pada tempat yang telah disediakan
3. Mengayak dengan saringan lolos 2 mm
4. Menyiapkan plastik untuk alas hasil ayakan tanah dan kantong plastik sebagai
tempat hasil ayakan
5. Menyiapkan kompos dan cocopeat sebagai campuran media
6. Mencampur bahan tersebut sesuai dengan petunjuk, memasukkan dalam pot
plastik, menyiram sampai kapasitas lapang
7. Menanam biji, atau bibit yang telah disiapkan, setelah itu menimbang media +
tanaman yang telah ditanam tersebut
8. Menyiram setiap hari (bilamana perlu)
9. Mengamati dan menyiram dengan air bilamana setiap hari bobot media tanam
berkurang dari bobot awal, menjaga dari gangguan hama dan penyakit
10. Mengukur tinggi tanaman dan menghitung jumlah daun setiap seminggu sekali
11. Pada akhir pengamatan, mengukur tinggi tanaman dan menghitung jumlah
daun serta menimbang bobot basah tanaman di Laboratorium
12. Membahas data yang telah didapat dalam bentuk makalah kemudian
mendiskusikan dengan kelompok yang lain.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Pengamatan Sifat Fisik Media Tanam (Pasir Kasar/Pasir Halus/Debu/Lempung)
Kelompok Perlakuan
Sifat Fisik Media TanamSebelum pencampuran
Setelah pencampuran
Setelah ada tanaman
Saat panen
4 U1P0U2P0
U3P0
U1P1U2P1
U3P1
Pasir halusPasir halus
Pasir halus
Pasir halusPasir halus
Pasir halus
Pasir halusPasir halus
Pasir halus
Pasir halusPasir halus
Pasir halus
LempungPasir halusPasir halusLempungPasir halusPasir halus
LempungPasir halusPasir halusLempungPasir halusPasir halus
Tabel 2. Pengamatan Sifat Fisik Media Tanam Sebelum Pencampuarn
Sifat FisikPerlakuan
U1P0 U2P0 U3P0 U1P1 U2P1 U3P1WHCKapilaritasPerkolasiKapasitas absorbsiPlastisitasTemperatur
Aerasi
SedangRendah CepatRendah
SedangAgak hangat Agak baik
SedangRendahCepatRendah
SedangAgak hangatAgak baik
SedangRendahCepat Rendah
SedangAgak hangatAgak baik
SedangRendahCepatRendah
SedangAgak hangatAgak baik
SedangRendahCepatRendah
SedangAgak hangatAgak baik
SedangRendahCepatRendah
SedangAgak hangatAgak baik
Tabel 3. Tabel Pengamatan Sifat Fisik Media Tanam Setelah Pencampuran
Sifat FisikPerlakuan
U1P0 U2P0 U3P0 U1P1 U2P1 U3P1WHC
Kapilaritas
Perkolasi
Kapasitas
Sedang
Rendah
Cepat
Rendah
Sedang
Rendah
Cepat
Rendah
Sangat rendahSangat cepatSangat cepat Sangat
Sedang
Rendah
Cepat
Rendah
Sedang
Rendah
Cepat
Rendah
Sangat rendahSangat cepatSangat cepatSangat
absorbsiPlastisitas
Temperatur
Aerasi
Rendah
Agak hangat Agak baik
Rendah
Agak hangatAgak baik
rendahTidak adaHangat
Sangatbaik
Rendah
Agak hangatAgak baik
Rendah
Agak hangatAgak baik
rendahTidak adaHangat
Sangat baik
Tabel 4. Tabel Pengamatan Sifat Fisik Media Tanam Setelah Ada Tanaman Pencampuran
Sifat FisikPerlakuan
U1P0 U2P0 U3P0 U1P1 U2P1 U3P1WHC
Kapilaritas
Perkolasi
Kapasitas absorbsiPlastisitas
Temperatur
Aerasi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Dingin
Buruk
Sedang
Rendah
Cepat
Rendah
Rendah
Agak hangatAgak baik
Sangat rendahSangat cepatSangat cepat Sangat rendahTidak adaHangat
Sangatbaik
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Dingin
Buruk
Sedang
Rendah
Cepat
Rendah
Rendah
Agak hangatAgak baik
Sangat rendahSangat cepatSangat cepatSangat rendahTidak adaHangat
Sangat baik
Tabel 5. Tabel Pengamatan Sifat Fisik Media Tanam Saat Panen Tanaman
Sifat FisikPerlakuan
U1P0 U2P0 U3P0 U1P1 U2P1 U3P1WHC
Kapilaritas
Perkolasi
Kapasitas absorbsiPlastisitas
Temperatur
Aerasi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Dingin
Buruk
Sedang
Rendah
Cepat
Rendah
Rendah
Agak hangatAgak baik
Sangat rendahSangat cepatSangat cepat Sangat rendahTidak adaHangat
Sangatbaik
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Dingin
Buruk
Sedang
Rendah
Cepat
Rendah
Rendah
Agak hangatAgak baik
Sangat rendahSangat cepatSangat cepatSangat rendahTidak adaHangat
Sangat baik
Tabel 6. Pengamatan Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun
Kelom
pok
Perlaku
an
Jumlah Daun Tinggi Tanaman (cm) Bobot
Basah
Tana
man
Minggu Ke- Minggu Ke-
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
4 U1P0
U2P0
U3P0
U1P1
U2P1
U3P1
4
5
5
5
5
5
6
4
6
6
6
6
6
5
5
6
6
6
6
5
5
8
8
8
5
5
4
7
7
7
1.5
1
1.5
1
1
1.3
2
2.5
2.5
1.8
2.1
2
3.5
3
3.5
4
4
3
3.7
3.2
3.7
6
6
5
10
12
10
19
20
25
9.04 gr
9.27 gr
10.4 gr
52.12 gr
54.19 gr
63.53 gr
4.2 Pembahasan
Pada praktikum rekayasa media tanam kali ini, kelompok 4 menggunakan
media tanah, kompos, dan cocopet. Praktikum kali ini menggunakan 6 kali ulangan
dengan 3 perlakuan komposisi media yang berbeda. U1P0 dan U1P1 menggunakan
media tanah seluruhnya, untuk U2P0 dan U2P1 menggunakan komposisi media
tanam kompos dan tanah dengan perbandingan komposisi 1 : 1. Sedangkan untuk
perlakuan U3P0 dan U3P1 menggunakan komposisi media tanah, kompos dan
cocopeat dengan perbandingan masing-masing 1:1:1.
Tanaman yang ditanam pada praktikum kali ini adalah tanaman sawi pait
dan sawi daging. Tanaman ini digunakan sebagai bahan percobaan karena tanaman
sawi menunjukkan perubahan pertumbuhan yang mudah diamati terhadap media
tumbuh yang digunakan pada praktikum kali ini. Sebelum mengetahui pertumbuhan
tanaman sawi yang terdapat pada media tersebut, maka diperlukan teknik
transplanting pada bibit tanaman sawi. Transplanting merupakan teknik
pemindahan bibit tanaman pada media tanam. Bahan transplanting bisa berasal dari
bibit sosis dan bibit sebaran. Transpanting pada praktikum kali ini menggunakan
bibit yang berasal dari bibit sosis. Perbedaan transplanting menggunakan bibit sosis
dan sebaran yaitu pada bibit sosis, saat melakukan transplanting, tanah disekitar
akar tanaman diikutkan, sedangkan pada bibit sebaran tanah yang disekitar tanaman
tidak diikutkan ketika ditanam pada media tanam. Kelebihan transplanting
menggunakan bibit sosis yaitu tanaman cepat menyesuaikan terhadap media yang
baru, karena akar tanaman tetap berada di media sosis. Kelemahan bibit media sosis
yaitu jumlah bibit lebih sedikit dibandingkan dengan bibit sebaran. Sedangkan
kelebihan dari bibit sebaran yaitu bibit tanaman lebih banyak. Kelemahan dari bibit
sebaran yaitu bibit lebih lama beradaptasi dengan media yang baru, karena akar
tanaman telah terusik ketika dicabut dari media sebaran.
Perawatan yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu dengan menjaga
kestabilan bobot awal media + tanaman agar tidak berkurang. Cara yang digunakan
yaitu dengan menambahkan air / menyiram tanaman ketika bobot berkurang dari
bobot awal sampai mencapai bobot yang sama dengan bobot yang awal. Selain itu,
juga melakukan perlindungan tanaman terhadap serangan hama tanaman sawi,
terutama hama belalang. Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah hama belalang
ini yaitu dengan menanam tanaman sawi di dalam tempat yang sekelilingnya diberi
waring atau dengan memasang insectrap. Perawatan yang terakhir yaitu dengan
menjaga agar lingkungan disekitar tanaman terhindar dari gulma. Cara yang dapat
dilakukan yaitu dengan mencabut gulma yang ada disekitar tanaman.
Dari hasil praktikum, diketahui bahwa tekstur media tanam sawi kelompok
4 sebelum pencampuran diketahui U1P0 memiliki tekstur pasir halus, U2P0
bertekstur halus, U3P0 bertekstur pasir halus, U1P1 bertekstur pasir halus, U2P1
bertekstur pasir halus, dan U3P1 juga memiliki tekstur pasir halus. Setelah adanya
pencampuran, pada ulangan U1P0 memiliki tekstur pasir halus dan U1P1 memiliki
tekstur pasir halus, pada ulangan U2P0 memiliki tekstur pasir halus dan U2P1
memiliki tekstur pasir halus, sedangkan pada ulangan U3P0 juga memiliki tekstur
sama yaitu pasir halus dan U3P1 juga bertekstur pasir halus. Saat ada tanaman
masing-masing media tersebut memiliki tekstur sebagai berikut : pada ulangan
U1P0 dan U1P1 bertektur lempung, untuk U2P0 dan U2P1 memiliki tekstur pasir
halus, sedangkan untuk U3P0 dan U3P1 memiliki tekstur pasir halus. Setelah
pemanenan tanaman, sifat fisik dari masing – masing media tersebut yaitu : pada
U1P0 dan U1P1 memiliki tekstur lempung, untuk U2P0 dan U2P1 memiliki tekstur
pasir halus, sedangkan untuk U3P0 dan U3P1 bertekstur pasir halus.
Pengamatan sifat fisik media tanam yang dilakukan yaitu terhadap WHC,
kapilaritas, perkolasi, kapasitas absorbsi, plastisitas, temperatur dan aerasi. Sifat
fisik media tanam sebelum pencampuran diketahui bahwa WHC pada seluruh
media tanam yaitu sedang, sifat kapilaritas pada seluruh medai tanam diketahui
rendah, perkolasi seluruh media tanam diketahui cepat, kapasitas absorbsi seluruh
media rendah, plastisitas seluruh media sedang, temperatur keseluruhan media yang
digunakan menunjukkan agak hangat dan aerasi pada seluruh media menunjukkan
agak baik. Setelah terjadi pencampuran, WHC U1 dan U2 yaitu sedang, untuk U3
WHCnya sangat rendah, kapilaritas U1 dan U2 yaitu rendah, sedangkan U3
menunjukkan sangat cepat. Sifat perkolasi untu U1 dan U2 yaitu cepat, sedangkan
untuk U3 sangat cepat. Sifat kapasitas absorbsi untuk U1 dan U2 yaitu rendah,
sedangkan U3 memiliki kapasitas absorbsi sangat rendah. Sifat kapilaritas untuk U1
dan U2 rendah, sedangkan untuk U3 memiliki sifat tidak plastis. Temperatur pada
media U1 dan U2 yaitu agak hangat, sedangkan untuk U3 hangat. Aerasi yang
ditunjukkan media tanam U1 dan U2 yaitu agak baik, sedangkan U3 menunjukkan
aerasi yang sangat baik.
Saat setelah pemanenan tanaman, sifat WHC media tanam U1P0 yaitu
tinggi, U2P0 sedang, U3P0 sangat rendah, U1P1 sedang, U2P1 sedang dan U3P1
sangat rendah. Kapilaritas yang ditunjukkan oleh media U1P0 yaitu tinggi, U2P0
rendah, U3P0 sangat cepat, U1P1 rendah, U2P1 rendah dan U3P1 sangat cepat.
Perkolasi media tanam yang ditunjukkan oleh U1P0 yaitu rendah, U2P0 cepat,
U3P0 sangat cepat, U1P1 cepat, U2P1 cepat dan U3P1 sangat cepat. Kapasitas
absorbsi yang ditunjukkan pada masing-masing media percobaan yaitu U1P0
tinggi, U2P0 rendah, U3P0 sangat rendah, U1P1 rendah, U2P1 rendah, U3P1
sangat rendah. Plastisitas media yang diketahui untuk U1P0 yaitu tinggi, U2P0
rendah, U3P0 tidak ada, U1P1 rendah, U2P1 rendah, U3P1 tidak ada. Temperatur
media tanam percobaan masing-masing media untuk U1P0 dingin, U2P0 agak
hangat, U3P0 hangat, U1P1 agak hangat, U2P1 agak hangat, U3P1 hangat.
Sedangkan untuk aerasi pada masing-masing media diketahui U1P0 buruk, U2P0
agak baik, U3P0 sangat baik, U1P1 buruk, U2P1 agak baik dan U3P1 sangat baik.
Media tanam yang digunakan tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Media pertama yaitu tanah, tanah merupakan media tanam yang
paling umum digunakan untuk menanam tanaman. Tanah memiliki banyak
kelebihan diantaranya sebagai tempat berpijaknya akar tanaman, sebagai media
tegak tumbuhnya tanaman, sebagai penyedia air untuk tanaman, penyimpan nutrisi
yang dibutuhkan tanaman, dan sebagai tempat penyedia udara yang dibutuhkan
tanaman, sedangkan kelemahannya diantaranya semakin berkurangnya kesuburan
tanah, residu bahan kimia yang semakin tinggi dalam tanah, menurunnya
kandungan BO tanah yang juga berakibat pada semakin berkurangnya jumlah jasad
hidup di dalam tanah. Sedangkan untuk media kompos memiliki kelebihan yaitu
mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, sebagai fasilitator
penyerapan unsur N yang sangat dibutuhkan tanaman, dapat memperbaiki struktur
tanah, dan dapat memperbaiki kapasitas tukar kation pada tanah. Media cocpeat
yang digunakan memiliki kelebihan diantaranya mampu mengikat dan menyimpan
air dengan kuat, mengandung unsur-unsur hara esensial seperti kalsium,
magnesium, kalium, natrium, dan fosfor, sedangkan kelemahannya yaitu mudah
lapuk, apabila sering jenuh air, akar tanaman akan mudah membusuk dan terserang
penyakit.
Komposisi media tanam yang dipraktekkan kali ini juga berpengaruh pada
tanaman sawi yang ditanam. Perbedaan yang terlihat jelas yaitu pada tinggi
tanaman yang telah diamati. Pada media tanpa adanya percampuran yaitu hanya
tanah ketinggian tanaman sawi pada U1P0 akhir pengamatan hanya mencapai 10
cm dan U1P1 memiliki ketinggian tanaman 19 cm, pada U2P0 tinggi tanaman sawi
12 cm dan U2P1 memiliki ketinggian 20 cm, sedangkan pada U3P0 ketinggian
tanaman sawi yaitu 10 cm dan U3P1 memiliki ketinggian 25 cm. Dari data tersebut
sudah jelas bahwa komposisi media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman. Campuarn dari ketiga media tersebut menunjukkan pertumbuhan tanaman
sawi yang paling baik, sedangkan untuk campuran dari 2 media memiliki
pertumbuhan sedang dan untuk media tanpa adanya percapuarn yaitu hanya tanah
saja pertumbuhannya kurang menunjukkan hal yang baik.
Pertumbuhan tanaman sawi pada kelompok 4 yang paling baik yaitu pada
campuran ketiga media tanam yang terdiri dari tanah, kompos dan cocopeat dengan
masing-masing perbandingan 1:1:1. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan
tanaman sawi yang menunjukkan ketinggian yang paling tinggi dan jumlah daun
yang paling banyak diantara tanaman sawi yang lain. Pada akhir pengamatan
diketahui bahwa ketinggian tanaman sawi untuk U1P0 yaitu 10 cm, U2P0 yaitu 12
cm, U3P0 10 cm, U1P1 memiliki ketinggian tanaman 19 cm, U2P1 dengan
ketinggian 20 cm, dan untuk U3P1 memiliki ketinggian 25 cm. Jumlah daun yang
paling banyak yaitu pada U1P1, U2P1 dan U3P1 yaitu dengan masing-masing
memiliki jumlah 7 helai daun, sedangkan untuk jumlah daun tanaman sawi yang
paling sedikit pada percobaan yang dilakukan oleh kelompok 4 yaitu pada U3P0
dengan jumlah daun 4 helai.
Perbedaan pertumbuhan yang mencolok pada tanaman sawi tersebut
dipengaruhi oleh pengaruh pemberian aplikasi pupuk dan yang tidak diberi pupuk.
Tanaman sawi yang tidak diberi pupuk memiliki pertumbuhan yang sangat lambat,
rata – rata ketinggian pada akhir pengamatan yaitu 10.7 cm, sedangkan pada
tanaman sawi yang diberi perlakuan pupuk memiliki rata-rata ketinggian tanaman
pada akhir pengamatan yaitu 21,3 cm. Hal tersebut jelas menunjukkan perbedaan
antara yang tidak dipupuk dengan yang diberi pupuk. Dengan demikian diketahui
bahwa pemberian pupuk pada tanaman sawi ini sangat penting untuk mempercepat
pertumbuhan tanaman. Selain itu, hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman yang
tidak diberi pupuk tidak memperoleh nutrisi yang cukup, sedangkan pada tanaman
yang dipupuk menunjukkan bahwa tanaman tersebut memperoleh nutrisi yang
cukup sehingga pertumbuhannya sangat baik. Pupuk kimia yang diberikan
merupakan tambahan nutrisi untuk tanaman, karena nutrisi yang ada di dalam
media tanam hanya terbatas, sehingga tidak dapat membuat pertumbuhan tanaman
maksimal, sedangkan apabila ditambahkan pupuk kimia pertumbuhannya menjadi
maksimal.
Dapat disimpulkan bahwa tanaman yang memiliki pertumbuhan terburuk
adalah U3P0 dengan tinggi tanaman 10cm dan jumlah daun 4 helai. Kondisi ini
dikarenakan komposisi media tanam tanah + kompos + cocopeat memiliki kadar
C/N ratio yang tinggi sekitar 50:1 keatas sehingga dapat menyebabkan
immobilisasi. Immobilisasi adalah pengambilan unsur N oleh mikroorganisme
terhadap tanaman karena kurangnya nitrogen dalam tanah sehingga
mikroorganisme terpaksa mengambilnya dari tanaman. Tanaman yang memiliki
pertumbuhan terbaik adalah U3P1 dengan tinggi tanaman 25cm dan jumlah daun 7
helai. Kondisi ini dikarenakan seimbangnya perlakuan, mulai dari komposisi media
tanam tanah + kompos + cocopeat yang diimbangi pemberian pupuk urea sehingga
kebutuhan mikroorganisme akan nitrogen tercukupi untuk mengurai bahan organik
dalam media. C/N ratio menjadi berkurang menjadi normal bagi kebutuhan
tanaman, akibatnya tanaman tumbuh dengan baik dan menghasilkan tanaman sawi
pahit yang terbaik (63,5 gram) dari satu golongan. Rekayasa media tanam memang
perlu dilakukan, namun harus diimbangi oleh pemupukan dan perlakuan yang lain
agar pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik dan seimbang.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum teknik media tanaman yang dilakukan, didapatkan
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Tanaman yang ditanam pada saat praktikum adalah sawi pait dan sawi
daging.
2. Pengamatan sifat fisik yang dilakukan adalah mengenai WHC, kapilaritas,
perkolasi, kapasitas absorbsi, plastisitas, temperatur, dan aerasi.
3. Pertumbuhan tanaman sawi pada kelompok 4 yang paling baik yaitu pada
campuran ketiga media tanam yang terdiri dari tanah, kompos dan cocopeat
dengan masing-masing perbandingan 1:1:1. Hal ini ditunjukkan dengan
pertumbuhan tanaman sawi yang menunjukkan ketinggian yang paling
tinggi dan jumlah daun yang paling banyak diantara tanaman sawi yang
lain.
4. Perbedaan pertumbuhan yang mencolok pada tanaman sawi tersebut
dipengaruhi oleh pengaruh pemberian aplikasi pupuk dan yang tidak diberi
pupuk. Tanaman sawi yang tidak diberi pupuk memiliki pertumbuhan yang
sangat lambat, rata – rata ketinggian pada akhir pengamatan yaitu 10.7 cm,
sedangkan pada tanaman sawi yang diberi perlakuan pupuk memiliki rata-
rata ketinggian tanaman pada akhir pengamatan yaitu 21,3 cm.
5. Dapat disimpulkan bahwa tanaman yang memiliki pertumbuhan terburuk
adalah U3P0 dengan tinggi tanaman 10cm dan jumlah daun 4 helai. Kondisi
ini dikarenakan komposisi media tanam tanah + kompos + cocopeat
memiliki kadar C/N ratio yang tinggi sekitar 50:1 keatas sehingga dapat
menyebabkan immobilisasi.
5.2 Saran
Dalam perawatan tamanan sawi, haruslah diperhatikan asupan nutrisi dan
asupan air yang sesuai untuk pertumbuhan, juga dalam pemupukan haruslah sesuai
prosedur yang benar agar tidak mengakibatkan kematian pada tanaman sawi.Dalam
pengambilan data, perlu ketelitian dan kecermatan dalam pengambilan data, seperti
penimbangan berat, perhitungan jumlah daun, tinggi daun, pemberian air,
danpemberian pupuk.
DAFTAR PUSTAKA
Adil, Widiati Hadi, dkk. 2006. Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Nitrogen Terhadap Tanaman Sayuran. Jurnal Biodiversitas,Vol. 7(1)
Edi, Safri. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran. Jambi : Kementerian Pertanian
Handoyo, Gani Cahyo dan Herdhata A. 2007. Respon Tanaman Caisim (Brassica Chinensis) Terhadap Pupuk Npk (16-20-29) di Dataran Tinggi. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura.
Haryanto,E. 1995.Sawi dan Selada.Penebar Jakarta : Swadaya.
Hendriyani, Ika Susanti dan Setiari N. 2009. Kandungan Klorofil Dan Pertumbuhan Kacang Panjang (Vigna Sinensis) Pada Tingkat Penyediaan Air Yang Berbeda. Jurnal Sains & Mat. Vol. 17(3)
Hodson, Robert C. 2006. Water Transport in Plants: Anatomy and Physiology. Journal of Department of Biological Sciences University of Delaware. Newark, DE.
Lengkong, Jeane E. DanRafli I.K. 2008. Pengelolaan Bahan Organik Untuk Memelihara Kesuburan Tanah. Jurnal Soil Environment, Vol.6(2)
Rahmah, Nur. 2005. Studi Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Untuk Pupuk Cair Tanaman (Studi Kasus Pabrik Tahu Kenjeran).
Rina, dkk. 2007. Evaluasi Penyuluhan dan Analisi Usaha Tani Pestisida Nabati Daun Sirsak (Annona Muricata L.) Untuk Mengendalikan Hama Ulat Daun (Plutella Xylostella) Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.). Jurnal Agrisitem. Vol 3(2)
Rukmana,R.1994.Bertanam Petsai dan Sawi.Jakarta :Penebar Swadaya.Brady, N.C. 1990. The Nature and Properties of Soils. 10th ed. Macmillan Publ.
Com., New York
Delgado, J. A. and R. F. Follett. 2002. Carbon and Nutrient Cycles. J. Soil and Water Conserv. Vol 57 no. 6: 455-464
Djajakirana, G. 2001. Kerusakan Tanah Sebagai Dampak Pembangunan Pertanian. Makalah disampaikan pada Seminar Petani “Tanah Sehat Titik Tumbuh Pertanian Ekologis” di Sleman, 30 Oktober 2001.
Munir, H. M. 1994. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya, Jakarta.
Munir, H. M. 1995. Geologi dan Mineralogi Tanah. Pustaka Jaya, Jakarta.
Purwani, J. Purnomo, dan R. Saraswati.2008. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Dan Pemupukan Fosfat Pada Teknik Budidaya Ubikayu Terhadap Sifat Kimia Dan Aktivitas Dehydrogenase Lahan Kering Masam Ultisols Lampung. Jurnal 473:482
Radjagukguk,B. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Gadjah mada University Press. Yogyakarta.
Supriyadi, Slamet. 2008. Kandungan Bahan Organik Sebagai Dasar Pengelolaan Tanah di Lahan Kering Madura. Embryo 5(2). 176:183
Sukojo, Bangun Muljo dan Wahono . 2002. Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Kandungan Bahan Organik Tanah. Makara Teknologi 6(3). 102:112