12606904 Pengaruh Perhatian Orang Tua Konsep Diri Dan Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Belajar...
description
Transcript of 12606904 Pengaruh Perhatian Orang Tua Konsep Diri Dan Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Belajar...
PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA, KONSEP DIRI, DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SOSIOLOGI SISWA SMAN 3 PONTIANAK(SURVEY KAUSAL)
(Tugas Proposal)
Oleh:
SRI RAHAYU
F2281141017
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN SOSIOLOGIUNIVERSITAS TANJUNGPURA
2015
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ........................................................... 8
D. Rumusan Masalah ................................................................ 9
E. Kegunaan Penelitian ............................................................ 10
II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori ....................................................................... 11
1. Hakikat Prestasi Belajar .................................................... 11
2. Hakikat Perhatian Orang Tua............................................. 14
3. Hakikat Konsep Diri ........................................................... 21
4. Hakikat Kemandirian Belajar ............................................. 25
B. Kerangka Pikir ........................................................................ 27
1. Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap
Prestasi Belajar Sosiologi ................................................. 27
2. Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Konsep Diri .... 28
3. Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap
Kemandirian Belajar .......................................................... 29
4. Pengaruh Perhatian Konsep Diri Terhadap
Prestasi Belajar Sosiologi Siswa........................................ 30
5. Pengaruh Perhatian Konsep Diri Terhadap
Kemandirian Belajar...........................................................31
6. Pengaruh Perhatian Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Belajar ................................................32
C. Hipotesis ................................................................................33
III. METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ..................................................................34
2
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................34
C. Metode Penelitian .................................................................34
D. Teknik Pengambilan Sampel ................................................35
F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................36
G. Teknik Analisa Data .............................................................46
H. Pengujian Hipotesis .............................................................48
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................49
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbincangan seputar rendahnya mutu pendidikan di Indonesia
bukanlah merupakan hal baru dan bahkan sudah menjadi pengetahuan
umum, common sense, bagi sebagian masyarakat Indonesia.
Sayangnya, sampai saat ini belum ada solusi cerdik untuk mengatasi
rendahnya mutu yang dimaksud. Bayangkan data dari hasil survei yang
dilakukan oleh the Asian-South Pacific Bureau of Adult Education and the
Global Campaign for Education, menunjukkan bahwa Indonesia hanya
mampu menduduki rangking 10 dari 14 negara di kawasan Asia Pasifik.
Jika dikalkulasi Indonesia hanya mencapai 42 dari 100 skor maksimal,
atau mendapat angka E dalam komitmen kepada pendidikan dasar.
Sedangkan Thailand dan Malaysia menduduki nilai A, yang kemudian
diikuti Srilanka dengan nilai B. Sedangkan Filipina, Cina, Vietnam,
Bangladesh, Kampuchea, dan India mendapat nilai antara C dan F.
Indonesia lebih baik hanya jika dibandingkan dengan Nepal, Papua
Nugini, Kepulauan Solomon, dan Pakistan ( Azra dalam Yaumi 2005 : 4).
Pengelolaan penyelenggaraan pendidikan yang belum terpusat
(satu atap) menyebabkan budget (anggaran) pendidikan terbagi ke semua
departemen yang menyelenggaraan pendidikan nasional yang berimbas
pada rendahnya pembiayaan yang diarahkan pada masing-masing
lembaga pendidikan. Permasalahan ini telah berdampak pada rendahnya
4
mutu pendidikan di Indonesia saat ini seperti data dari hasil survei yang
dipaparkan di atas.
Faktor internal antara lain: konsep diri, motivasi, minat, kebiasaan,
kemandirian belajar, dan lain-lain. Sedangkan, faktor eksternal antara lain
sarana prasarana, guru, orang tua dan lain-lain. Konsep diri merupakan
bagian penting dalam perkembangan pribadi seseorang. Konsep diri yang
positif akan memudahkan orang untuk berhasil mengembangkan diri. Hal
ini sejalan dengan pendapat bahwa konsep diri akan berpengaruh besar
terhadap keseluruhan prilaku yang akan ditampilkan oleh seseorang,
sehingga peserta didik yang memiliki konsep diri positif akan mudah
dikembangkan minatnya untuk belajar, karena menyadari bahwa belajar
adalah kebutuhannya. Perhatian orang tua secara simultan juga dapat
membantu dan mendorong anak-anak untuk dapat lebih berhasil dalam
pendidikannya, peran orang tua dalam pendidikan anak adalah
memberikan bantuan, dukungan/motivasi dan informasi tentang cara
belajar yang baik dan tepat.
Dua hal tersebut di atas pada akhirnya akan menimbulkan rasa
percaya diri pada diri si anak yang pada akhirnya sikap ini akan
memunculkan kemandirian belajar pada dirinya pula. Sifat dan sikap
berkonsep diri secara positif merujuk pada mengetahui tentang
keunggulan dan kelemahan diri dan menerima baik keunggulan maupun
kelemahan itu. Berbagai ciri orang yang memeiliki sifat seperti tersebut di
atas cenderung bangga terhadap kemampuan dirinya, selalu
memperjuangkan kemampuannya secara penuh, pantang mundur,
5
menerima dirinya sendiri maupun orang lain apa adanya, dan tidak lari
dari kenyataan (Drost SJ 1993 : 72). Produk dari proses pembelajaran
diukur berdasarkan hasil belajar yang dicapai seorang siswa merupakan
hasil interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhi dan saling
berkaitan antara lain karakter non kognitif. Karakter non kognitif itu antara
lain motivasi, minat, sikap, bakat, konsep diri, perhatian orang tua,
kemandirian dan sebagainya.
Berbagai upaya masih perlu dipikirkan dan dijalankan guna
meningkatkan mutu pendidikan kita, khususnya ditingkat menengah.
Berbagai faktor memang disadari mempengaruhi pembentukan mutu,
antara lain berupa input instrumental, proses belajar mengajar dan yang
lainnya. Masalah peningkatan kualitas pendidikan merujuk pada
peningkatan proses belajar mengajar (pembelajaran). Proses
pembelajaran di sekolah bersifat sangat kompleks, karena di dalamnya
terdapat aspek pedagogis, psikologis dan didaktis. Prestasi belajar anak
didik dipengaruhi oleh banyak faktor, namun yang paling menentukan
adalah faktor guru (Tilaar 1999 : 35). Peranan orang tua juga sangat
penting misalnya pada saat guru memberikan pekerjaan rumah,
diperlukan bimbingan orang tua dalam memecahkan masalah yang
dihadapi anak.
Peranan orang tua sangat tinggi dalam menentukan prestasi siswa,
dalam hal ini orang tua yang memperhatikan pendididkan anaknya tentu
akan selalu memperhatikan kebutuhan belajar anaknya. Perhatian
tersebut dapat berbentuk penyediaan fasilitas belajar yang cukup,
6
bimbingan belajar dirumah baik yang dilakukan secara langsung ataupun
tidak langsung. Pada tataran mikro dapat kita lihat bahwa siswa yang
mempunyai orang tua yang memberikan perhatian tinggi terhadap
kebutuhan untuk pendidikan anaknya kuat kemungkinannya untuk dapat
mencapai prestasi yang lebih baik.
Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa mutu pendidikan tidaklah
ditentukan oleh faktor tunggal, namun ada sejumlah variabel yang
dianggap saling mempengaruhi. Hal itulah yang mengugah penulis untuk
melakukan suatu kajian sederhana yang akan melakukan uji secara
empirik hubungan langsung atau tidak langsung dalam satu rangkaian
dalam sistem pendidikan yakni Input – Proses – Out-put yang mengacu
pada sejumlah variabel bebas yaitu: Perhatian orang tua di rumah,
konsep diri, dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah tersebut di atas,
maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: apakah
rendahnya prestasi belajar Sosiologi siswa Madrasah Aliyah Negeri
mempunyai hubungan dengan cara dan strategi mengajar guru Sosiologi?
Apakah ada kaitan antara bimbingan orang tua dengan prestasi belajar
siswa di sekolah? Apakah kemandirian belajar siswa mempunyai
hubungan dengan prestasi belajar siswa? Apakah terdapat pengaruh
perhatian orang tua terhadap prestasi belajar siswa? Apakah terdapat
pengaruh perhatian orang tua terhadap konsep diri? Apakah terdapat
pengaruh perhatian orang tua terhadap kemandirian belajar? Apakah
7
terdapat pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar siswa? Apakah
terdapat pengaruh konsep diri terhadap kemandirian belajar siswa?
Apakah terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar
siswa?
Apakah keberadaan orang tua dan konsep diri yang baik mempunyai
pengaruh signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar Sosiologi
siswa? Apakah perhatian orang tua mempunyai hubungan dengan
kemandirian siswa? Apakah perhatian orang tua, konsep diri, dan
kemandirian belajar siswa memberi pengaruh terhadap kemandirian
belajar siswa? Apakah perhatian orang tua, konsep diri, dan kemandirian
belajar mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar?
B. Pembatasan Masalah
Berbagai masalah seperti dikemukakan di atas sanagt penting
untuk dikaji dan diteliti. Tetapi, mengingat keterbatan waktu, dana, dan
tenaga maka penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh perhatian orang
tua, konsep diri, dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar
Sosiologi siswa. Pembatasan masalah tersebut mencakup hal-hal yang
berkaitan dengan (1) perhatian orang tua yang dipandang sebagai bentuk
kesadaran untuk mengarahkan pikiran, sikap, dan tindakan yang diberikan
oleh orang tua/keluarga kepada anaknya dalam rangka menjadikan anak
itu dewasa dan dapat hidup secara mandiri, (2) konsep diri yang merujuk
pada persepsi gambaran dan penilaian secara menyeluruh oleh
seseorang terhadap dirinya sendiri yang meliputi aspek fisik, psikis, sosial,
dan status akademik atau kemampuan akademik yang dimiliki, (3)
8
kemandirian belajar yang mengarah pada kebebasan dari pengaruh orang
lain sehingga mampu berbuat, bertindak, dan berpikir atas dasar kreatif
dan penuh inisiatif, percaya diri, bertanggung jawab serta mampu
mengatasi problem belajar yang dihadapi, dan melakukan hal belajar yang
menurutnya baik atas integritas dirinya, (4) prestasi belajar Sosiologi yang
merupakan nilai yang diperoleh dari tes kemampuan bahasa yang
mencakup mebaca, mendengar, berbicara, dan menulis.
C. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah yang telah diuraikan di atas, selanjutnya
penulis merumuskan masalah terutama bagaimana upaya meningkatkan
prestasi belajar siswa, khususnya siswa SMAN 3 PONTIANAK. Adapun
rumusan masalahnya sebagai berikut:
(1) Apakah terdapat pengaruh perhatian orang tua terhadap prestasi
belajar Sosiologi siswa SMAN 3 Pontianak?
(2) Apakah terdapat pengaruh perhatian orang tua terhadap konsep diri
siswa SMAN 3 Pontianak?
(3) Apakah terdapat pengaruh perhatian orang tua terhadap kemandirian
belajar siswa SMAN 3 Pontianak?
(4) Apakah terdapat pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar
Sosiologi siswa SMAN 3 Pontianak?
(5) Apakah terdapat pengaruh konsep diri terhadap kemandirian belajar
siswa SMAN 3 Pontianak?
9
(6) Apakah terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi
belajar Sosiologi siswa SMAN 3 Pontianak?
B. Kegunaan Penelitian
Secara khusus hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan
ada tidaknya pengaruh perhatian orang tua, konsep diri, dan kemandirian
belajar terhadap prestasi belajar Sosiologi siswa SMAN 3 Pontianak. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam pembelajaran
Sosiologi termasuk memgembangkan kurikulum, membuat silabus, dan
RPP di Indonesia umumnya dan pada SMAN 3 Pontianak khususnya.
10
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Deskripsi Teori
Pada bagian ini, akan dikaji hakekat prestasi belajar Sosiologi,
perhatian orang tua, konsep diri, dan kemandirian belajat. Kemudian
dilanjutkan dengan pembahasan mengenai kerangka berpikir dan
hipotesis penelitian.
1. Hakikat Prestasi Belajar Sosiologi
a. Pengertian Belajar
Kegiatan belajar merupakan kegiatan mental yang terjadi dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Terjadinya belajar ditandai dengan
adanya perubahan dalam pola prilaku. Perubahan yang terjadi akan
bertahan lama, bahkan sampai taraf tertentu tidak menghilang lagi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Winkel (Winkel, 2004 : 53) bahwa belajar
merupakan suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perubahan yang terjadi dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan,
dan nilai sikap. Perubahan yang terjadi relatif konstan dan berbekas.
Sesuai dengan pendapat di atas Klein (Sarifah, 2004 : 23)
mengatakan bahwa belajar merupakan perubahan yang bersifat
permanen dalam tingkah laku sebagai hasil dari proses pengalaman yang
tidak dapat ditunjukkan oleh keadaan sementara, kematangan atau
11
pembawaan lahir. Hal ini diperkuat oleh Snelbecker (dalam Soekamto
dan Winataputra,2010 : 8) mengatakan bahwa perubahan yang terjadi
dalam belajar dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat yang paling
kompleks dan proses perubahan tersebut dikontrol sendiri atau dikontrol
faktor lain. Sementara itu perubahan yang terjadi menurut Rusyan
(Rusyan. 1989 : 1 ) mempunyai ciri terjadinya secara sadar, bersifat
sinambung dan fungsional, bersifat positif dan aktip serta mempunyai
tujuan dan arah. Menurut Hamalik (Hamalik, 2002 : 121) lingkungan yang
menyenangkan untuk belajar merupakan masalah yang paling mendasar
dalam sistim pendidikan formal. Dialog serta komunikasi antara anak
dengan orang dewasa merupakan hal yang sangat penting untuk
meningkatkan lingkungan belajar. Lebih lanjut, Hamalik
merekomendasikan bahwa bimbingan orang dewasa merupakan aspek
yang sangat penting dalam pendidikan. Menurut pengertian belajar yang
diuraikan di atas maka belajar merupakan perubahan tingkah laku yang
memiliki ciri: (1) perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan bersifat
kontinu dan fungsional, (3) perubahan bersifat positif dan aktif, (4)
perubahannya tidak bersifat sementara, (5) perubahannya mempunyai
tujuan atau terarah, (6) perubahannya mencakup seluruh aspek tingkah
laku.
b. Prestasi Belajar Sosiologi
Prestasi belajar Sosiologi adalah kemampuan yang diperoleh siswa
setelah melalui kegiatan belajar Sosiologi dalam satuan program
12
pembelajaran, dan belajar merupakan suatu proses dari seseorang yang
berusaha untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang relatif
menetap. Prestasi belajar menurut Gagne (dalam Sopah, 2000 : 121-137)
adalah kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar
dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learned’s performance).
Sedangkan Dick dan Reiser mengatakan bahwa prestasi belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan
pembelajaran. Mereka membedakan hasil belajar atas empat macam,
yaitu: (a) pengetahuan, (b) keterampilan intelektual, (c) keterampilan
motorik, dan (d) sikap. Selanjutnya (Skagitwatershed 1967) membedakan
prestasi belajar menjadi tiga ranah, yaitu: (a) kognitif, (b) afektif, dan (c)
psikomotorik. Prestasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
faktor internal maupun faktor eksternal. Slameto (1995 : 89) membagi
faktor internal menjadi 3 bagian pokok yaitu: (1) faktor jasmaniah
(kesehatan dan cacat tubuh), (2) faktor psikologis (inteligensi, perhatian,
minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), dan (3) faktor kelelahan.
Sedangkan faktor eksternal menjadi 3 bagian pokok yaitu: (1) faktor
keluarga (cara orang tua mendidik, reaksi antar anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar
belakang kebudayaan), (2) faktor sekolah (kurikulum, metode mengajar,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode
belajar, tugas rumah), dan (3) faktor masyarakat (kegiatan siswa di
masyarakat, mas media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).
13
Prestasi belajar Sosiologi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai
yang diperoleh siswa dalam pembelajaran Sosiologi yang mencakup
seluruh komponen keterampilan yang secara integrated tercantum dalam
buku rapor.
2. Hakikat Perhatian Orang Tua
Menurut ahli psikologi, istilah perhatian dirumuskan sebagai
pemusatan energi tertuju pada suatu objek, juga diartikan sebagai
kesadaran yang menyertai suatu aktifitas yang sedang dilakukan. Salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain
adalah perhatian orang tua (Slameto, 1998 : 246).
Pada kamus besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Pusat
bahasa Depdiknas, perhatian adalah memperhatikan apa yang
diperhatikan sedangkan menurut Walgito (Walgito Bimo, 1995: 53)
menjelaskan bahwa perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi
dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan pada sesuatu atau
sekumpulan obyek dan perhatian diartikan kegiatan atau keadaan
mengambil bagian dalam suatu aktivitas untuk mencapai suatu obyek
pelajaran atau dapat dikatakan sebagai sedikit banyaknya kesadaran
yang menyertai aktivitas belajar.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa
perhatian itu merupakan pemusatan kegiatan yang ditujukan pada suatu
obyek. Artinya perhatian orang tua yang ditujukan pada kegiatan belajar
anak terutama pada mata pelajaran Sosiologi. Keluarga merupakan awal
14
tempat proses sosialisasi bagi anak-anaknya, keluarga juga merupakan
tempat anak memperoleh pemenuhan kebutuhan sarana prasarana dan
kasih sayang dalam bentuk perhatian orang tua.
Suryabrata (Suryabrata, 2000 : 233) menjelaskan bahwa perhatian
orang tua dengan penuh kasih sayang terhadap pendidikan anaknya,
akan menumbuhkan aktivitas anak sebagai suatu potensi yang sangat
berharga untuk menghadapi masa depan. Pengertian perhatian orang tua
yang dimaksud di sini adalah tanggapan siswa atas perhatian orang
tuanya terhadap pendidikan anaknya yaitu tanggapan tentang bagaimana
cara orang tuanya memberikan bimbingan belajar di rumah,
memperhatikan dan memenuhi kebutuhan-kebuahan alat yang menunjang
pelajaran, memberikan dorongan untuk belajar, memberikan pengawasan,
memberikan pengarahan pentingnya belajar.
Selanjutnya (2000:17) bentuk-bentuk perhatian dapat mencakup:
a. Atas dasar intensitasnya
- Perhatian intensif
- Perhatian tidak intensif
b. Atas dasar timbulnya
- Perhatian spontan, perhatian tak disengaja, perhatian tak
sekehendak
- Perhatian disengaja (perhatian sekehendak, perhatian reflektif)
c. Atas dasar luas objek yang dikenai perhatian
- Perhatian terpencar atau distributif
- Perhatian terpusat atau konsentratif
Perhatian orang tua apabila dikaitkan dengan macam-macam perhatian di
atas, maka perhatian orang tua dapat diartikan sebagai pemusatan energi
15
yang disengaja, intensif dan terkonsentrasi dari orang tua yang dilandasi
dari rasa penuh kesadaran, tanggung jawab dan kasih sayang dalam
melakukan tindakan demi tercapainya hasil belajar yang memuaskan.
Pengawasan dan pengarahan dari orang tua akan berpengaruh
terhadap anak dalam mengikuti pembelajaran di sekolah khususnya
dalam pembelajaran Sosiologi. Menurut Mardapi ( Madapi, 1984 : 60)
orang tua harus bersedia meluangkan waktunya untuk selalu
mendampingi anak-anaknya. Pada waktu yang demikian kepada mereka
diberikan pengarahan dan nasehat, yang bertujuan supaya mereka
meningkatkan kegairahan dan cara belajarnya di sekolah. Anak-anak
haruslah dimotivasi untuk belajar lebih giat, lebih semangat.
Dengan demikian si anak akan lebih percaya pada hari depannya,
di samping rasa bangga dalam diri mereka karena mendapat perhatian
dari orang tuanya. Perhatian dan bimbingan orang tua di rumah akan
mempengaruhi kesiapan belajar siswa, baik belajar di rumah maupun
belajar di sekolah.perhatian orang tua sangat diperlukan sebagai
penguatan dalam proses pembelajaran ( Slameto, 1988 : 52).
Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya, adalah
mereka yang tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan
kepentingan dan kebutuhan anak dalam belajar, tidak mengatur waktu
belajarnya, tidak melengkapi kebutuhan alat belajarnya, tak terlalu peduli
dengan kemajuan belajar anaknya atau kesulitan- kesulitan apa yang
dialami dalam belajar, hal ini dapat menyebabkan anak tidak terpacu
belajarnya.
16
Selanjutnya, dikatakan bahwa perhatian orang tua membantu
anaknya berprestasi yaitu:
1. Menemui guru pada awal tahun pelajaran, menghadiri setiap
pertemuan sekolah, sekali sekali kunjungi ruang kelas dan lihatlah
kegiatan anak, apa yang diajarkan guru, buku apa yang harus
dibaca, berapa banyak pekerjaan rumah yang diberikan guru.
2. Suruhlah anak anda pergi sekolah setiap hari, jangan sampai
absen.
3. Berikanlah perhatian pada apa yang dilakukan anak, perhatikan
peningkatan yang paling kecil dan jangan segan-segan memuji dan
jangan sekali-kali mencela atau menghina dan mengejek bila
mereka ada kekurangan.
4. Tanyakanlah apa yang dicapai atau apa yang dilakukan anak di
sekolah.
5. Berbagilah informasi yang dapat membantu guru dalam memahami
anak anda baik dalam pelajaran maupun kepribadiannya.
6. Dukunglah kegiatan anak, berilah pujian atau hadiah bila anak
memperoleh prestasi dalam pekerjaannya.
7. Ajari anak untuk dapat mengajukan pertanyaan, ketika ia
membaca dan diskusikan apa kesimpulan yang dibaca.
8. Setiap anak cenderung memerlukan tempat belajar yang tenang
bebas dari gangguan, serta dilengkapi dengan penerangan yang
baik.
17
9. Belajar di rumah memerlukan partisipasi orang tua, tetapi harus
diingat bahwa itu pekerjaan rumah anak anda kalau ia tidak tau
bagaimana cara mengeja kata jawablah dengan tepat.
Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh
terhadap hasil belajar anaknya. Perhatian yang dapat diberikan orang tua
kepada anak dalam kegiatan belajar adalah mengelola kegiatan belajar
anak di rumah dan membantu kesulitan anak dalam belajar yang meliputi :
a. Mengelola kegiatan belajar di rumah:
1. menyediakan fasilitas belajar antara lain peralatan alat tulis
meliputi: fulpen, pensil, mistar penggaris, penghapus, buku-buku
refrensi, penerangan yang baik. Dalam kegiatan belajar anak pasti
membutuhkan fasilitas-fasilitas itu, maka orang tua yang
bertanggung jawab terhadap kesuksean study siswa akan
berusaha memenuhi kebutuhan tersebut pendapat tersebut
didukung oleh Munandar (Munandar, 1985 : 160) yang menyatakan
keadaan rumah dengan fasilitas yang lebih baik dan lebih banyak
akan memungkinkan anak dapat mengembangkan minat,
pengetahuan dan pengalaman.
2. Mengawasi kegiatan belajar anak di rumah, membiasakan anak
untuk belajar merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam
mencapai keberhasilan. Setiap orang tua mengharapkan agar
anaknya berhasil dalam belajar, oleh karenanya orang tua yang
bijaksana harus mengikuti tingkat kemajuan belajar anaknya.
Selama anak berada ditingkat pendidikan dasar perhatian terhadap
18
aktivitas belajarnya merupakan hal yang lebih penting dari sekedar
menyediakan fasilitas di rumah, walaupun semua fasilitas terpenuhi
tanpa bimbingan dan kontrol serta pengawasan orang tua hasilnya
belum tentu sesuai dengan yang diharapkan, oleh karena itu sudah
menjadi kewajiban orang tua untuk memberikan perhatian dalam
pendidikan anak-anaknya. Anak belajar butuh suatu kepastian,
dalam artian penggunaan waktu unuk belajarnya atau jadwal
belajar yang konsisten sehingga belajar dapat dijadikan kegiatan
rutinitas yang pasti. Selain itu anak sejak dini harus dilatih dan
dikontrol dalam belajarnya. Gunarsa ( Gunarsa, 1985 : 160) bahwa
disiplin diri pada anak akan dapat dipupuk sejak dini dengan
memberikan tata tertib yang mengatur hidupnya, adanya disiplin diri
khususnya dalam belajar akan memudahkan kelancaran belajar
dan keteraturan belajar makin lebih baik sehingga hasil belajar
yang diharapkan akan tercapai.
3. Mengontrol hasil belajar, denan adanya pengontrolan niali, orang
tua akan dapat melihat sejauh mana kemampuan dan kesulitan
yang dialami anaknya dalam mengerjakan pekerjaan rumah atau
ulangan yang diberikan guru di sekolah.
b. Membantu kesulitan anak dalam belajar
1. menanyakan dan mendengarkan kesulitan yang dialami anak
dalam belajar, orang tua perlu mengenal kesulitan anak dalam
belajar, karena dengan mengenal kesulitan anak dalam belajar
19
maka orang tua dapat membantu anak untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan tersebut. Disamping mengatur jadwal belajar anak orang
tuapun harus dapat mengenali kesulitan belajar yang dialami
anaknya. Untuk mengenali kesulitan anak dalam belajar orang tua
dapat melakukannya dengan bertanya langsung kepada anaknya
apakah di sekolah ada pelajaran yang sulit diikuti atau dapat pula
bertanya kepada guru mengenai materi-materi apa yang sulit
diikuti oleh anaknya.
2. Membantu memecahkan kesulitan-kesulitan anak dalam belajar di
rumah. Orang tua perlu memahami anaknya dalam belajar di
rumah, walupun tidak harus terus menerus tetapi paling tidak ketika
anak mengalami kesulitan belajar orang tua akan dapat membantu
memecahkan kesulitan belajarnya, bantuan bisa berupa bimbingan
dan bantuan atau pengarahan yang diberikan kepada anak agar
dapat mengembangkan kemampuan atau potensi yang ada dalam
dirinya. Dalam hal ini yang dimaksud adalah bimbingan yang
diberikan dari orang tua kepada anaknya/siswa. Oleh karena itu
bimbingan dan pengarahan yang diberikan oleh orang tua terhadap
anaknya sangat penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardapi
mengenai fungsi pokok dari bimbingan, antara lain: (1)
mengungkapkan potensi bakat, kemampuan dan minat anak, (2)
mengarahkan dan menyuburkan pertumbuhan dan perkembangan
anak sesuai dengan potensi, bakat, kemampuan dan minat anak,
(3) mencegah terhadap kelancaran pertumbuhan dan
20
perkembangan, (4) mengatasi masalah yang dihadapi anak jika ia
mengalaminya, (5) menyajikan informasi yang perlu bagi anak.
Cara orang tua mendidik anaknya dapat mempengaruhi hasil
belajar anaknya, hal ini dinyatakan bahwa keluarga adalah lembaga
pendidikan yang pertama dan utama. Orang tua yang dapat memberikan
pengarahan dan bimbingan terhadap anaknya dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dan menjelaskan pentingnya belajar matematika,
akan merangsang anak untuk menjadi senang dengan mata pelajaran
matematika yang selama ini oleh sebagian anak dianggap pelajaran yang
sulit dan menakutkan. Dalam hal ini maka peran orang tua sangat
diperlukan untuk dapat memberikan pengertian pada anak-anaknya
bahwa mata pelajaran matematika bukanlah pelajaran yang sulit dan
menakutkan.
Berdasarkan uraian di atas, perhatian orang tua adalah cara orang
tuanya memberikan bimbingan belajar di rumah, mendorong untuk belajar,
memberikan pengarahan pentingnya belajar, memperhatikan kebutuhan-
kebutuhan alat yang menunjang pelajaran.
3. Hakikat Konsep Diri
Dasar dari penyesuaian diri bagi individu adalah kesadaran akan
diri dan lingkungan. Kesadaran diri akan mengacu pada gambaran
tentang diri dan penilaian pada diri sendiri. Sedangkan kesadaran
terhadap lingkungan mengacu pada persepsi individu dan lingkungannya,
baik lingkungan sosial, non sosial, fisik maupun psikologis. Gambaran
21
pada penilaian terhadap diri dan lingkungan ini disebut dengan konsep
diri. Konsep diri dapat diartikan gambaran mental seseorang terhadap
dirinya, pandangan terhadap diri, penilaian terhadap diri, serta usaha
untuk menyempurnakan dan mempertahankan diri.
Peranan konsep diri bagi individu dalam berprilaku tidak dapat
diragukan lagi, sebab konsep diri merupakan pusat dari perilaku individu.
Safarino (Safarino, 1980 : 386) menjelaskan bahwa konsep diri adalah
pemikiran seseorang tentang ciri khas dirinya yang meliputi ciri-ciri fisik,
jenis kelamin, kecendrungan tingkah laku, watak emosional dan cita-cita.
Calhaun (Callahuan, 1990 : 67) mengungkapkan, konsep diri adalah
pandangan diri anda tentang anda sendiri yang meliputi tiga dimensi yakni
pengetahuan anda tentang diri anda sendiri, pengharapan mengenai diri
anda, dan penilaian tentang diri anda sendiri.
Dengan demikian, konsep diri adalah pandangan dan perasaan
tentang diri sendiri (persepsi diri). Persepsi diri tersebut dapat bersifat
sosial, fisik, dan psikologis yang diperoleh dari pengalaman berinteraksi
dengan orang lain. Senada dengan definisi ini Smart and Russel (Dalam
Smart Russel. 1982 : 374) mengemukakan bahwa konsep diri dibangun
dari semua jenis pengalaman dengan obyek (benda) orang, seorang diri
dan dalam interaksi sosial. Dengan demikian, konsep diri sebagai cara-
cara bagaimana seseorang beraksi terhadap dirinya sendiri yang pada
hakikatnya meliputi empat aspek yaitu : (a) bagaimana orang mengamati
dirinya sendiri (b) bagaimana orang berpikir tentang dirinya sendiri (c)
Bagaimana orang menilai dirinya sendiri dan, (d) bagaimana orang
22
berusaha dengan berbagai cara untuk menyempurnakan dan
mempertahankan diri.
Setiap macam konsep diri mempunyai aspek fisik dan psikologis.
Aspek fisik terdiri dari konsep yang dimiliki individu tentang
penampilannya, kesesuaian dengan aksesnya, arti penting tubuhnya
dalam hubungan dengan perilaku dan gengsi yang diberikan tubuhnya di
mata orang lain. Aspek psikologis terdiri dari konsep individu tentang
kemampuan dan ketidak mampuannya, harga dirinya dan hubungannya
dengan orang lain. Selanjutnya Fahmy (Fahmy, 1982 : 111-112)
mengemukakan bahwa konsep diri merupakan gambaran mental yang
dibentuk tentang dirinya mempunyai tiga sisi yang pertama khusus
tentang ide yang diambil dari kemampuan dan kemungkinannya, boleh
jadi gambaran tentang dirinya sebagai orang yang mempunyai tempat
yang memiliki kemampuan untuk belajar, dan mempunyai kekuatan
jasmani. Dengan kata lain, ia mampu untuk mencapai keberhasilan.
Adapun sisi kedua dari pengertian pribadi hubungannya dengan orang
lain. Karena yang sangat mempengaruhi pandangan hidup tentang
dirinya. Sisi ketiga adalah pandangan orang yang seharusnya terhadap
dirinya. Semakin kecil beda antara gambaran orang tentang dirinya secara
nyata dengan pandangan atau gambaran ideal diangan-angankan,
semakin bertambah kematangan dan semakin dekat tercapainya
gambaran tersebut.
Berdasarkan kajian secara mendalam bahwa konsep diri berperan
penting dalam menentukan prilaku seseorang guna mempertahankan
23
keselarasan batin, mengatasi konflik yang ada pada dirinya dan untuk
menafsirkan pengalaman yang didapatkan. Karena itu konsep diri
diperlukan seseorang untuk dijadikan acuan dan pegangan hidup dalam
menghadapi segala tantangan dan hambatan guna memenuhi kebutuhan
meraih prestasi. Konsep diri bukan merupakan pembawaan tetapi
dipelajari dan terbentuk karena seseorang berinteraksi dengan orang lain.
Semakin luas dan berkualitas interkasi tersebut, pengalaman seseorang
akan semakin mantap membentuk konsep diri lebih rinci dan spesifik.
Flinberg seperti dikutip Sarafino menjelaskan bahwa keluarga dan teman
sebaya memberikan sifat-sifat dasar sosial bagi konsep diri.
Adapun orang lain yang dimaksud dan yang akan membubuhkan
tanda pada konsep diri seseorang adalah orang tua, kawan sebaya, dan
masyarakat termasuk guru di sekolah. Orang tua adalah kontak sosial
paling awal yang kita alami dan yang paling kuat. Orang tua mereka
sangat penting, apa yang dikomunikasikan oleh orang tua pada anak lebih
menancap dari pada informasi lain yang diterima anak sepanjang
hidupnya. Orang tua memberi arus informasi yang konstan tentang diri
kita. Lagi pula merekalah yang menolong menetapkan pengharapan kita,
dan orang tua mengajarkan bagaimana menilai diri sendiri. Dalam
keluargalah konsep diri seseorang mulai terbentuk berdasarkan penilaian
orang tua terhadap diri anak. Penilaian tersebut menyangkut penghargaan
dan hukuman terhadap perilaku anak berdasarkan pedoman dan standar
nilai yang dimiliki orang tua.
24
Berdasarkan beberapa pendapat di atas konsep diri adalah
persepsi gambaran dan penilaian secara menyeluruh oleh seseorang
terhadap dirinya sendiri yang meliputi aspek fisik, psikis, sosial dan status
akademik atau kemampuan akademik yang dimiliki.
4. Hakikat Kemandirian Belajar
Upaya meningkatkan kemandirian belajar kiranya baik juga dimulai
pembicaraan mengenai pentingnya kemandirian. Kemandirian merupakan
jawaban yang ampuh dalam menghadapi tantangan dan perkembangan
zaman bagi setiap orang termasuk pelajar dalam menjawab tantangan
maupun hambatan belajar. Tantangan tersebut meliputi tantangan akibat
perubahan-perubahan dan perkembangan segala aspek kehidupan.
Orang yunani berseru: “Kenalilah diri sendiri” artinya pribadi mandiri
adalah dia yang tahu siapa dia dan apa yang harus dilakukan.
Istilah kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti berdiri
sendiri, yaitu suatu keadaan yang memungkinkan seseorang mengatur
dan mengarahkan diri sendiri sesuai tingkat perkembangannya. Menururt
Darodzat (Dalam Darojat Zakiah, 1983 : 130) mengemukakan
bahwa kemandirian adalah kecendrungan anak untuk melakukan sesuatu
yang diingini tanpa minta tolong pada orang lain, juga dapat mengarahkan
kelakuannya tanpa tunduk pada orang lain. Sedangkan, Smart, Mollie S
dan Russel (Smart Mollie Russel, 1982 : 272) mendefinisikan
kemandirian dari kebalikannya yaitu, menggantung yang dicirikan sebagai
perilaku pasif dalam menghadapi hambatan, membutuhkan dorongan dan
25
bantuan apabila menghadapi masalah tertentu. Pendapat lain tentang
kemandirian dikemukakan oleh Holstein (Dalam Holstein Herman, 1986 :
9-11) yang mengatakan bahwa kemandiria adalah penampilan seseorang
yang sikap dan perbuatannya menandakan keswakarsaan (berbuat
sendiri secara aktif dalam memberikan pendapat, penilaian pengambilan
keputusan dan pertanggung jawaban. Selanjutnya tindakan tersebut
merupakan respons yang muncul secara spontan sebagai cerminan
percaya diri seseorang yang mandiri.
Kemandirian belajar siswa akan dapat mengembangkan nilai,
sikap, pengetahuan dan keterampilan dalam hal sebagai berikut: (1)
membuat keputusan yang bertanggung jawab, (2) menentukan aktivitas
belajar sesuai keinginan sendiri, (3) membuat pengertian sesuai
pemahaman, (4) menyadari tentang kenapa dan bagaimana memperoleh
pengetahuan baru sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka.
Selanjutnya, From ( From Erich, 1987 : 1) menyatakan belajar merupakan
suatu proses psikis yang terjadi dalam interaksi aktif antara subyek dan
lingkungannya. Proses tersebut menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai yang bersifat tetap.
Perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru, yang segera
tampak dalam prilaku nyata maupun tersembunyi. Proses belajar dapat
berlangsung bila disertai kesadaran dan intensitas kemauan dari individu
yang belajar. Sikap dan perbuatan yang ditujukan dalam kemandirian
merupakan kebutuhan dasar dari setiap individu untuk
mengaktualisasikan potensi dan kemampuan diri untuk mencapai
26
kepuasan sendiri. Adapun kepuasan yang diperoleh orang yang mandiri
tidak bergantung pada lingkungan dan orang lain disekitarnya, tetapi
tergantung pada potensi-potensi yang mereka miliki.
Berdasarkan analisis tentang konsep dan teori-teori di atas dapat
disimpulkan bahwa kemandirian adalah kebebasan dari pengaruh orang
lain sehingga mampu berbuat, bertindak, dan berfikir atas dasar kreatif
dan penuh inisiatif, percaya diri, bertanggung jawab serta mampu
mengatasi problem yang dihadapi, dan melakukan hal yang menurutnya
baik atas integritas dirinya. Jadi yang dimaksud dengan kemandirian
belajar dalam penelitian ini adalah kemandirian seseorang dalam kegiatan
belajarnya. Kemandirian belajar mendorong seseorang mengambil prinsip
terhadap kegiatan serta segala aspek kegiatan belajarnya. Kemandirian
belajar siswa diwujudkan dengan adanya inisiatif pada kegiatan belajar.
Kebebasan bertindak sesuai nilai yang diajarkan. Keyakinan dalam setiap
kegiatan belajar dan bertanggung jawab dalam setiap aktivitas belajarnya.
B. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar
Sosiologi Siswa
Aktivitas belajar guna meningkatkan prestasi belajar sering
menemui kesulitan-kesulitan. Berbagai kesulitan itu harus diatasi agar
pencapaian tujuan belajar secara optimal dapat diwujudkan. Upaya
mengatasi berbagai kesulitan itu tidak cukup dibebankan kepada anak.
Orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk membantu
meringankan atau mengatasi kesulitan yang dihadapi anak.
27
Siswa dengan intensitas perhatian yang tinggi akan cepat untuk
mencari bantuan dalam menyelesaikan tugas ataupun kesulitan yang
dihadapi dalam belajar. Dengan perhatian atau bimbingan orang tua yang
dilakukan secara kontinu maka orang tua juga dapat mengetahui sedini
mungkin kesulitan yang dihadapi anak dalam belajar. Walaupun orang tua
tidak memahami dan menguasai Sosiologi, tetapi dengan perhatian yang
cukup diarahkan kepada anaknya, akan mudah dibantu melalui proses
bimbingan atau melalui kursus-kursus singkat Sosiologi. Tentu saja orang
tua segera mengambil sikap yang positif untuk membantu anaknya dalam
menghadapi masalah belajar. Berdasarkan uraian di atas, diduga terdapat
pengaruh perhatian orang tua terhadap prestasi belajar Sosiologi siswa.
2. Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Konsep Diri Siswa
Dalam aktivitas belajar anak sering menemui kesulitan-kesulitan.
Berbagai kesulitan itu harus diatasi agar pencapaian tujuan belajar secara
optimal dapat diwujudkan. Upaya mengatasi berbagai kesulitan itu tidak
cukup dibebankan kepada anak. Orang tua mempunyai tugas dan
tanggung jawab untuk membantu meringankan atau mengatasi kesulitan
yang dihadapi anak.
Pentingnya keterlibatan orang tua dalam menangani kesulitan
belajar anak didasarkan pada beberapa pertimbangan: (1) Anak umumnya
belum sepenuhnya dapat mandiri dalam kegiatan belajar, (2) Lingkungan
keluarga, merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak, (3)
Waktu terbanyak yang digunakan anak adalah di rumah.
28
Dengan pemberian bimbingan yang sungguh-sungguh orang tua
dapat memahami berbagai kebutuhan anaknya, khususnya kebutuhan
untuk belajar. Memahami kesulitan belajar yang dihadapi memahami
faktor-faktor yang menyebabkan munculnya kesulitan tersebut. Dengan
mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi anak orang tua dapat
memberikan saran, arahan, petunjuk bahkan perintah pada anak guna
mengatasi kesulitan yang dihadapinya.
Pemecahan masalah kesulitan belajar akan memberikan
sumbangan terhadap konsep diri pada anak, pada akhirnya dapat
meningkatkan prestasi belajar. Perhatian yang diberikan orang tua
terhadap anaknya akan menciptakan seseorang anak paham terhadap
dirinya sendiri yang meliputi aspek fisik, psikis, sosial dan status akademik
atau kemampuan akademik yang dimiliki. Dengan demikian, diduga
terdapat pengaruh yang signifikan dari perhatian orang tua terhadap
konsep diri siswa.
3. Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Kemandirian Belajar
Siswa
Orang tua sangat bertanggung jawab atas kemajuan studi
putra/putrinya. Jika orang tua kurang perhatian dan pengawasan terhadap
anaknya mengakibatkan kecendrungan bebas mutlak, pengawasan bukan
berarti menghambat atau menekan akan tetapi mendorong ke arah
kesadaran diri sehingga diharapkan muncul kemandirian dalam belajar.
Perhatian orang tua sangat penting dalam menumbuhkan kemandirian
siswa dalam belajar, seperti dukungan dan penghargaan.
29
Jika orang tua cenderung kurang menghargai prestasi belajar anak
mereka, tidak akan dapat mendorong siswa tersebut untuk mandiri dalam
mencapai hasil belajar yang baik di sekolah. Hal-hal yang perlu
diperhatikan orang tua adalah menghargai prestsi belajar anak disekolah,
memperhatikan dan mengikuti perkembangan anak dalam pelajaran
(seperti memeriksa kerapian buku pelajaran, buku latihan, dan pekerjaan
rumah) memberikan contoh yang baik langsung kepada anak.
Berdasarkan hal tersebut di atas, diduga bahwa segala bentuk
perhatian orang tua yang diberikan pada anak mereka akan
mempengaruhi kemandirian belajar siswa (anak mereka).
4. Pengaruh Konsep Diri Terhadap Prestasi Belajar Sosiologi Siswa
Prestasi belajar Sosiologi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor internal adalah konsep diri.
Konsep diri memberikan kekuatan mental yang mendorong terjadinya
proses belajar, sehingga anak yang dengan sendirinya akan menganggap
bahwa belajar tidak lagi menjadi kewajiban namun belajar menjadi
kebutuhan. Bila siswa memiliki konsep diri yang tinggi maka belajar
menjadi kegiatan yang menyenangkan karena akan menemukan hal-hal
baru yang setiap hari. Siswa tersebut akan mampu mengamati dirinya
sendiri, berpikir tentang dirinya sendiri, menilai dirinya sendiri, dan
berusaha dengan berbagai cara untuk menyempurnakan dan
mempertahankan diri.
Dengan konsep diri yang tinggi secara langsung akan
mempengaruhi prestasi belajar. Karena siswa yang memiliki konsep diri
30
yang tinggi tidak akan menunda kegiatan belajarnya, akan selalu
mengerjakan tugas-tugas rumah, selalu mencari informasi sehingga akan
meningkatkan prestasi belajarnya. Berdasarkan uraian di atas, diduga
terdapat pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar.
5. Pengaruh Konsep Diri Terhadap Kemandirian Belajar Siswa
Konsep diri mengandung unsur deskripsi-evaluatif yaitu merupakan
pendapat dan pandangan atau penilaian terhadap diri sendiri. Seseorang
mungkin akan memberikan pendapat atau penilaian yang salah (keliru)
tentang dirinya, misalnya ia menganggap dirinya orang yang bodoh.
Pernyataan semacam ini merupakan indikator bahwa orang tersebut
memiliki konsep diri yang negatif tentang kemampuan dirinya atau
mungkin sebaliknya jika orang tersebut memiliki konsep diri yang positif.
Siswa yang memiliki kemandirian belajar yang sangat tinggi dapat
membuat keputusan yang bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang
diberikan kepadanya, menentukan aktivitas belajar sesuai keinginan
sendiri sehingga dapat menggunakan waktu untuk belajar baik dilakukan
dalam atau di luar sekolah, membuat pengertian sesuai pemahaman yang
dikonstruksi dari hasil interaksi dengan sumber belajar, menyadari tentang
betapa pentingnya memperoleh pengetahuan baru sesuai dengan minat
dan kebutuhan mereka.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diduga bahwa konsep diri yang
positif akan bepengaruh terhadap kemandirian belajar siswa.
Kemandirian belajar akan tumbuh apabila pada diri seseorang memiliki
31
pemahaman yang positif terhadap permasalahan pembelajaran yang
dihadapi.
6. Pengaruh Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Belajar Sosiologi
Siswa
Penyampaian pelajaran Sosiologi yang menuntut cara belajar siswa
aktif, mengharuskan partisipasi aktif peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran. Partisipasi aktif tersebut akan dapat terlaksana apabila
ditunjang oleh kemandirian belajar peserta didik secara sosial psikologis
adalah penting karena individu pada hakekatnya selalu berusaha
menyesuaikan diri secara aktif dengan lingkungannya. Tanpa kemandirian
segala usaha sulit dilakukan dengan mantap untuk mengelola hidup dan
lingkungan. Tanpa kemandirian individu tidak mungkin dapat
mempengaruhi dan menguasai lingkungan, tetapi akan lebih banyak
tergantung pada lingkungan dan dikuasai lingkungan.
Oleh karena itu kemandirian sangat penting bagi peserta didik
sebab kemandirian merupakan modal dasar bagi peserta didik dalam
menetukan sikap dan tindakan terhadap proses belajarnya. Karena belajar
merupakan proses psikis, maka keberhasilan belajar banyak ditentukan
oleh individu itu sendiri. Kemandirian belajar seseorang mendorong untuk
berprestsi, berinisiatif dan berkreasi. Dengan itu kemandirian dapat
mengantar seseorang menjadi produktif, serta mendorongnya menuju ke
arah kemajuan dan selalu ingin maju lagi. Kemandirian belajar ditunjukan
dengan otonomi dalam merencanakan, mengorganisir dan mengevaluasi
32
kegiatan belajarnya. Dengan demikian dapat diduga adanya pengaruh
kemandirian belajar siswa SMAN 3 Pontianak terhadap prestasi belajar
Sosiologi yang dicapai.
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka teoritis dan kerangka pikir tersebut di atas,
maka peneliti merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
(1) Terdapat pengaruh perhatian orang tua terhadap prestasi belajar
Sosiologi siswa SMAN 3 Pontianak.
(2) Terdapat pengaruh perhatian orang tua terhadap kemadirian belajar
siswa SMAN 3 Pontianak.
(3) Terdapat pengaruh perhatian orang tua terhadap konsep diri siswa
SMAN 3 Pontianak.
(4) Terdapat pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar siswa
SMAN 3 Pontianak.
(5) Terdapat pengaruh konsep diri terhadap kemandirian belajar siswa
SMAN 3 Pontianak.
(6) Terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar
siswa SMAN 3 Pontianak.
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk menguji apakah :
1. Apakah terdapat pengaruh perhatian orang tua terhadap prestasi
belajar Sosiologi siswa SMAN 3 Pontianak?
2. Apakah terdapat pengaruh perhatian orang tua terhadap konsep diri
siswa SMAN 3 Pontianak?
3. Apakah terdapat pengaruh perhatian orang tua terhadap kemandirian
belajar siswa SMAN 3 Pontianak?
4. Apakah terdapat pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar
Sosiologi siswa SMAN 3 Pontianak?
5. Apakah terdapat pengaruh konsep diri terhadap kemandirian belajar
siswa SMAN 3 Pontianak?
6. Apakah terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi
belajar Sosiologi siswa SMAN 3 Pontianak?
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada Sekolah SMAN 3 Pontianak dan
berlangsung selama enam bulan (Satu Semester) mulai pada tanggal
Januarii sampai dengan bulan Juni 2015.
C. Metode Penelitian
34
X1
X2
X4X3
r41
r43r21
r31
r32
r42
Penelitian ini menggunakan metode Survey kausal dengan teknik analisis
jalur. Adapun konstelasi masalahnya adalah sebagai berikut:
Keterangan:
X1 : Perhatian orang tua
X2 : Konsep diri
X3 : Kemandirian belajar
X4 : Prestasi Belajar Siswa
D. Teknik Pengambilan Sampel
Populasi target penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 3
Pontianak Tahun Pelajaran 2014/20015 dan populasi terjangkau
penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 3 Pontianak. Tahun Pelajaran
2014/2015, berjumlah 288 Siswa. Sedangkan, sampel penelitian ini
ditentukan dengan menggunakan Simple Random Sampling, dengan
persentase 15 % dari populasi terjangkau. Hal ini mengacu dari pendapat
dari Arikunto (2002: 107) apabila populasi kurang dari 100 maka
sebaiknya diambil semua, apabila lebih dari 100 maka dapat diambil
35
sampel 10–15 % atau 20–25%. Jumlah sampelnya adalah 72 orang
siswa.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian dengan menggunakan instrumen non
tes dan dokumentasi sekolah. Untuk data perhatian orang tua, konsep
diri, dan kemandirian belajar siswa, data dikumpulkan dengan
menggunakan instrumen non tes berbentuk angket dengan skala Linkert
yang dimodifikasi. Sedangkan data prestasi belajar siswa dikumpulkan
dari dokumen sekolah yaitu dari leger nilai rapor semester ganjil. Angket
diisi oleh siswa secara langsung, hal yang menjadi pertimbangan peneliti
karena sebagai objek penelitian adalah siswa kelas X, maka siswa
tersebut peneliti asumsikan sudah dapat memahami isi pernyataan yang
peneliti buat dalam rangka pengumpulan data.
Untuk mempermudah peneliti dalam pengambilan data, maka
peneliti meminta bantuan kepada guru untuk membagikan angket serta
mengumpulkan kembali. Angket dibagikan kepada seluruh siswa kelas X
yang terpilih menjadi sampel, hal ini dilakukan untuk mengurangi bias
dalam menjawab pertanyaan yang ada.
1. Variabel Perhatian Orang Tua
a. Definisi konseptual
Perhatian orang tua adalah cara orang tuanya memberikan
bimbingan belajar di rumah, mendorong untuk belajar, memberikan
36
pengarahan pentingnya belajar, memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
alat yang menunjang pelajaran.
b. Definisi Operasional
Perhatian orang tua adalah skor yang diperoleh melalui angket.
Skor ini mengambarkan tentang bagaimana orang tua, memberikan
bimbingan belajar di rumah, mendorong untuk belajar, memberikan
pengarahan pentingnya belajar, memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
alat yang menunjang pelajaran. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka
semakin tinggi pemberian perhatian orang tua kepada anaknya.
c. Kisi-Kisi Instrumen Perhatian Orang Tua
Berdasarkan definisi konseptual dan operasional tersebut, disusun
kisi-kisi instrumen dengan mengacu pada aspek aspek teori yang ada.
Tabel 1. Kisi- kisi instrumen perhatian orang tua
Variabel IndikatorPernyataan Jumlah
Positif Negatif
Perhatian Orang tua
1. Memberikan bimbingan belajar di rumah
2. Mendorong untuk belajar
3. Memberikan pengarahan pentingnya belajar
4. Memperhatikan kebutuhan-kebutuhan alat yang menunjang pelajaran
Jumlah
37
d. Kalibrasi Instrumen
Sebelum instrumen tentang perhatian orang tua ini digunakan
untuk mengambil data, maka instrumen ini diujiobakan dulu. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui validitas dan realibilitas instrumen tersebut.
Uji coba dilakukan terhadap siswa yang bukan menjadi sample penelitian,
sehingga siswa yang akan dijadikan sebagai objek penelitian tidak akan
mengisi angket yang sama sebanyak 2 kali.
1. Validitas Instrumen
Setelah instrumen diuji coba, maka dilakukan uji validitas, untuk
mengetahui sejauh mana suatu alat pengumpul data dapat mengukur apa
yang hendak diukur. Validitas instrumen dilakukan dengan mengadakan
analisis terhadap butir instrumen dengan menggunakan teknik korelasi
pearson Product Moment. Pengolahan data untuk mencari validitas
intrumen menggunakan program Microsoft Excel.
Rumus korelasi Product Moment adalah :
rXY=NΣXY−(ΣX )(ΣY )
√ {NΣX2−(ΣX )2} {NΣY 2−(ΣX )2}
Keterangan :
rXY = Koefisien korelasi antara variable X dan variable Y, dua variable yang dikorelasikan.
N = Jumlah sampel
∑ XY = Jumlah hasil perkalian antara skor butir X dan skor total butir Y
38
∑ X = Jumlah seluruh skor butir X
∑Y = Jumlah seluruh skor total Y
Program Microsoft Excel for windows digunakan untuk membantu
mendapatkan hasil koefisien korelasi setiap butir dengan skor total. Harga
r tersebut ditransformasikan ke harga t, sehingga diperoleh thitung =
r xy√n−2
√1−r xy2 , Butir soal secara empiris dianggap valid apabila harga thitung >
ttabel pada paraf α = 0,05.
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen dalam peneitian ini dicari menggunakan
rumus koefisien alfa (Cranbach’s Alpha) dalam Arikunto (2002: 109)
berikut :
rii=( nn−1 )(1− Σσ i2σ
i2)
Keterangan:
rii = reabilitas yang dicari
n = jumlah butir soal valid
∑ σ i
2
= Jumlah varians skor tiap-tiap butir
σ i
2
= varians total.
39
2. Variabel Konsep Diri
a. Definisi konseptual
Konsep diri adalah persepsi gambaran dan penilaian secara
menyeluruh oleh seseorang terhadap dirinya sendiri yang meliputi aspek
fisik, psikis, sosial dan status akademik atau kemampuan akademik yang
dimiliki.
b. Definisi Operasional
Konsep diri adalah skor total yang diperoleh siswa setelah
menjawab kuesioner yang berbentuk skala dengan rentang angka 1 (satu)
hingga 5 (lima). Konsep diri siswa diukur dengan menggunakan
gambaran kuesioner skala linkert yang telah dimodivikasi, butir
pernyataan yang mencerminkan gambaran dan penilaian pada diri siswa
yang meliputi aspek fisik, psikis, sosial dan status akademik.
c. Kisi- kisi Instrumen Konsep Diri
Berdasarkan definisi konseptual dan operasional tersebut, disusun
kisi-kisi instrumen dengan mengacu pada aspek aspek teori yang ada.
Tabel 2. Kisi- kisi instrumen Konsep diri
No Dimensi IndikatorNomorItem
Jumlah
1. Fisik - Fakta tentang kondisi fisik (wajah,
bentuk tubuh dan penampilan)
40
- Kelebihan dan kekurangan fisik diri
sendiri
2 Psikis - Tidak rendah diri
- Mengakui, jika bersalah
- Mengendalikan diri
- Kesadaran diri dalam beragama3 Sosial - Mudah menyesuaikan diri
- Aktif Berorganisasi
- Setia Kawan
- Hubungan dengan Keluarga4 Akademik - Kesadaran dalam belajar
- Kedudukan (Prestasi) di kelas
- Realistis menilai kemampuan diri
d. Kalibrasi Instrumen
Sebelum instrumen tentang konsep diri ini digunakan untuk
mengambil data, maka instrumen ini diujiobakan dulu. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui validitas dan realibilitas instrumen tersebut. Uji coba
dilakukan terhadap siswa yang bukan menjadi sample penelitian,
sehingga siswa yang akan digunakan sebagai objek penelitian tidak akan
mengisi angket yang sama sebanyak 2 kali.
1. Validitas Instrumen
Setelah instrumen diuji coba, maka dilakukan uji validitas, untuk
mengetahui sejauh mana suatu alat pengumpul data dapat mengukur apa
41
yang hendak diukur. Validitas instrumen dilakukan dengan mengadakan
analisis terhadap butir instrumen dengan menggunakan teknik korelasi
pearson Product Moment. Pengolahan data untuk mencari validitas
intrumen menggunakan program Microsoft Excel.
Rumus korelasi Product Moment adalah :
rXY=NΣXY−(ΣX )(ΣY )
√ {NΣX2−(ΣX )2} {NΣY 2−(ΣX )2}
Keterangan :
rXY = Koefisien korelasi antara variable X dan variable Y, dua variable yang dikorelasikan.
N = Jumlah sampel
∑ XY = Jumlah hasil perkalian antara skor butir X dan skor total butir Y
∑ X = Jumlah seluruh skor butir X
∑Y = Jumlah seluruh skor total Y
Program Microsoft Excel for windows digunakan untuk membantu
mendapatkan hasil koefisien korelasi setiap butir dengan skor total. Harga
r tersebut ditransformasikan ke harga t, sehingga diperoleh thitung =
r xy√n−2
√1−r xy2 , Butir soal secara empiris dianggap valid apabila harga thitung >
ttabel pada paraf α = 0,05.
2. Reliabilitas Instrumen
42
Reliabilitas instrumen dalam peneitian ini dicari menggunakan rumus
koefisien alfa (Cranbach’s Alpha) dalam Arikunto (2002: 109) berikut :
rii=( nn−1 )(1− Σσ i2σ
i2)
Keterangan:
rii = reabilitas yang dicari
n = jumlah butir soal valid
∑ σ i
2
= Jumlah varians skor tiap-tiap butir
σ i
2
= varians total
3. Variabel Kemandirian Belajar
a. Definisi Konseptual
Kemandirian belajar adalah sikap mandiri siswa dalam kegiatan
belajar. Kemandirian belajar pada suatu bidang studi ditandai dengan
adanya kreatif pada kegiatan belajar, kebebasan dalam bertindak,
keyakinan dalam kegiatan belajar dan bertanggung jawab dalam setiap
aktivitas belajarnya.
b. Definisi Operasional
Kemandirian belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
sejumlah skor dari pertanyaan yang mencerminkan kreatif, kebebasan,
keyakinan dan tanggung jawab ditandai dengan adanya berbagai inisiatif
belajar, ingin mendapat pengalaman baru, berusaha mengatasi masalah.
43
Untuk mengungkap kemandirian belajar siswa digunakan skala likert
dengan lima pilihan.
c. Kisi-kisi Instrumen Kemandirian Belajar
Berdasarkan definisi konseptual dan operasional tersebut, disusun
kisi-kisi instrumen dengan mengacu pada aspek aspek teori yang ada.
Tabel 3. Kisi- kisi instrumen kemandirian belajar
No Dimensi IndikatorNomorItem
Jumlah
1. Kreatif dalamKegiatan belajar
- Mempunyai inisiatif- Ingin mendatkan pengalaman
baru- Berusaha mengatasi masalah
2 Kebebasan dalam bertindak sesuai nilai yang di-ajarkan
- Tidak menggantungkan pada orang lain
- Melakukan tugas dengan senang hati.
- Puas akan usahanya- Perasaan aman bila berbeda
pandapat dengan orang lain3 Keyakinan dalam
bertindak- Percaya diri- Tegas- Teguh pendirian
4 Tanggung Jawab - Disiplin- Berani menanggung resiko- Tepat Waktu- Mengontrol tugas
d. Kalibrasi Instrumen
Sebelum instrumen tentang kemandirian belajar ini digunakan
untuk mengambil data, maka instrumen ini diujiobakan dulu. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui validitas dan realibilitas instrumen tersebut.
Uji coba dilakukan terhadap siswa yang bukan menjadi sample penelitian,
sehingga siswa yang akan digunakan sebagai objek penelitian tidak akan
mengisi angket yang sama sebanyak 2 kali.
44
1. Validitas Instrumen
Setelah instrumen diuji coba, maka dilakukan uji validitas, untuk
mengetahui sejauh mana suatu alat pengumpul data dapat mengukur apa
yang hendak diukur. Validitas instrumen dilakukan dengan mengadakan
analisis terhadap butir instrumen dengan menggunakan teknik korelasi
pearson Product Moment. Pengolahan data untuk mencari validitas
intrumen menggunakan program Microsoft Excel.
Rumus korelasi Product Moment adalah :
rXY=NΣXY−(ΣX )(ΣY )
√ {NΣX2−(ΣX )2} {NΣY 2−(ΣX )2}
Keterangan :
rXY = Koefisien korelasi antara variable X dan variable Y, dua variable yang dikorelasikan.
N = Jumlah sampel
∑ XY = Jumlah hasil perkalian antara skor butir X dan skor total butir Y
∑ X = Jumlah seluruh skor butir X
∑Y = Jumlah seluruh skor total Y
Program Microsoft Excel for windows digunakan untuk membantu
mendapatkan hasil koefisien korelasi setiap butir dengan skor total. Harga
r tersebut ditransformasikan ke harga t, sehingga diperoleh thitung =
45
r xy√n−2
√1−r xy2 , Butir soal secara empiris dianggap valid apabila harga thitung >
ttabel pada paraf α = 0,05.
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen dalam peneitian ini dicari menggunakan
rumus koefisien alfa (Cranbach’s Alpha) dalam Arikunto (2002: 109)
berikut :
rii=( nn−1 )(1− Σσ i2σ
i2)
Keterangan:
rii = reabilitas yang dicari
n = jumlah butir soal valid
∑ σ i
2
= Jumlah varians skor tiap-tiap butir
σ i
2
= varians total
G. Teknik Analisis Data
Setelah memperoleh data hasil penelitian maka langkah awal
adalah melakukan analisis dengan menggunakan metode statistik
deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan data hasil penelitian sehingga dapat mengambarkan
karakteristik penyebaran nilai atau skor rata-rata (mean), median (Md),
modus (Mo) varians dan simpangan baku (Sd), serta visualisasi data
berupa tabel dan grafis histogram. Guna mendapatkan hasil yang
46
diinginkan dilakukan serangkaian kegiatan berupa: (1) mengkompilasi dan
mensortir data secara manual, (2) mentabulasikan data, (3) mengolah dan
menganalisis data.
Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yang
diajukan dalam penelitian uji persyaratan analisis data sebagaimana
dipersyaratkan dalam pengujian hipotesis. Sebelum diadakan pengujian
hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas, homogenitas, dan
linieritas. Uji normalitas data terhadap variabel-variabel penelitian dengan
menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov.
Hipotesis yang diuji adalah:
Ho : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal
Kriteria uji:
Jika signifikan yang diperoleh > α, maka sampel berasal dari populasi
berdistribusi normal.
Jika signifikan yang diperoleh < α, maka sampel bukan berasal dari
populasi berdistribusi tidak normal.
Taraf signifikan uji adalah α = 0,05.
Pengujian homogenitas variansi data dilakukan dengan
mempergunakan pengujian lewat komputer (Levene Test). Kriteria yang
digunakan melalui pengujian lewat komputer adalah: Jika signifikan yang
diperoleh > α, maka variansi setiap sampel sama (homogen) dan jika
signifikan yang diperoleh < α, maka variansi setiap sampel tidak sama
(tidak homogen).
47
Bila segala persyaratan diatas terpenuhi, maka analisis dilanjutkan
dengan model analisis untuk menguji hipotesis. Model analisis untuk
menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis jalur (path analysis).
H. Hipotesis Statistik
Berdasarkan hipotesis yang telah dikemukakan di atas, maka
bentuk hipotesis statistik yang akan diuji dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Hipotesis pertama Ho : ρ 41 = 0
H1 : ρ 41 > 0
2. Hipotesis kedua Ho : ρ 31 = 0
H1 : ρ 31 > 0
3. Hipotesis ketiga Ho : ρ 21 = 0
H1 : ρ 21 > 0
4. Hipotesis keempat Ho : ρ 43 = 0
H1 : ρ 43 > 0
5. Hipotesis kelima Ho : ρ 32 = 0
H1 : ρ 32 > 0
6. Hipotesis keenam Ho : ρ 42 = 0
H1 : ρ 42 > 0.
48
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosudur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Calhuan, James F. 1990. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Penterjemah Satmoko. Semarang: IKIP Semarang.
Darojat, Zakiah. 1983. Perawatan Jiwa Untuk Anak. Jakarta : Bulan Bintang.
Drost, SJ. 1993. Menjadi Pribadi Dewasa dan Mandiri. Yogyakarta: Kaninsius.
Fahmy, Musthafa. 1982. Penyesuaian Diri Pengertian dan Peranan dalam Kesehatan Mental. Peterjemah Zakiah Darojat. Jakarta: Bulan Bintang.
From, Erich. 1987. Memiliki dan Menjadi. Terjemahan F Susilohardjo. Jakarta: LP3ES.
Gunarsa, D Singgih. 1985. Bimbingan Bagi Anak Dan Remaja Bermasalah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Holstein, Herman. 1986. Murid Belajar Mandiri. Penterjemah Suparno. Bandung: Remaja Karya.
Mardapi, Djemari. 1984. Faktor-faktor yang menentukan Prestasi Belajar Mahasiswa FPTK IKIP Yogyakarta. Jakarta: Tesis. Fakultas Pascasarjana IKIP.
Said, Abd. Muis, Rusdi, dan Yaumi, Muhammad. English Instruction in UIN Alauddin: A Case Study of PIKHI Program. Makassar: Lembaga Penelitian UIN Alauddin, 2008.
Munandar, Utami. S.C. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Pratista, Arif. 2002. Aplikasi SPSS 10.05 dalam Statistik dan Rancangan Percobaan. Bandung: Alfabeta.
Pusat Bahasa Depdiknas. 2003. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
49
Rakhmat, Jalaludin. 1996. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rusyan, A. Tabrani. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Safarino, Edward P. and James W. Amstrong. 1980. Child And Adolescent Development. London Scott. Foreman And Company.
Sarifah, Eva. 2002. Pengaruh Sistem Penilaian Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar ditinjau dari Gaya Belajar. Tesis: Jakarta. PPS UNJ. (tidak diterbitkan).
Slameto. 1998. Beajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Smart, Mollie S dan Russel C Smart. 1982. Childern Development and Relationship. NewYork. The macmilan Company.
Sukamto, Toeti dan Udin S. Winataputra. 2001. Prinsip Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka.
Sopah, Djamaah. 2000. Pengaruh Model Pembelajaran dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar. Jakarta. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 022 Tahun ke-5 Maret 2000 h 121-137.
Suryabrata, Sumadi. 2000. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tilaar. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional. (Dalam Perspektif Abad 21). Jakarta: Indonesia Tera.
Walgito, Bimo. 1995. Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Fak Psikologi UGM.
Winkel,W.S. 2004. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.
Yaumi, Muhammad, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Antara Harapan dan Kenyataan, 2005 (http://re-earchengines.com/1205yaumi.html).
50