12
-
Upload
ratri-tamayanti -
Category
Documents
-
view
212 -
download
0
description
Transcript of 12
Foto Formal
3 x 4
DATA DIRI
Nama Lengkap & Panggilan : Ratri Tamayanti/ Ratri
Nomor Pokok Mahasiswa : 1506689742
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 16 November 1997
Agama : Islam
Alamat Tinggal : Jl. Sumur Jambu II RT 007 RW 05
Kel/Kec Makasar, Jakarta Timur 13570
Fakultas/Program Studi : Ilmu Keperawatan/ Ilmu Keperawatan
No Telepon/HP : 087876248470
Email : [email protected]
Akun
FB : Ratri Tamayanti
Twitter : ratamay
Line : ratamay
Instagram : ratamay
Bakat dalam bidang Seni : Menyanyi
Bakat dalam bidang Olahraga: Bulutangkis dan Volley
Bahasa yang dikuasai : Indonesia, Jawa
Motto hidup : Usaha keras tidak akan mengkhianati
PENGALAMAN DIRI
1. Riwayat Pendidikan Formal
Nama Sekolah Tahun Masuk Tahun Kelulusan
TK Yudha 2002 2003SDSN 06 Makasar 2003 2009SMPN 49 Jakarta 2009 2012SMAN 14 Jakarta 2012 2015
2. Riwayat Pendidikan Non-Formal
Nama Institusi Tahun Masuk Tahun Kelulusan
LPIA Jakarta 2008 2008Dynasti 2006 2008Nurul Fikri 2011 2012
3. ORGANISASI
No. Nama Organisasi Jabatan Tahun
1. Palang Merah Remaja SMPN 49
Jakarta
Bendahara I 2010-2011
2. Persatuan Bulutangkis SMAN 14
Jakarta
Bendahaa II 2012-2013
3. Organisasi Intra Sekolah (OSIS)
SMAN 14 Jakarta
Koordinator Divisi
Pembinaan
2013-2014
4. KEPANITIAAN
No
.
Nama Kepanitiaan Jabatan Tahun
1. Maulid Nabi Muhammad SAW Bendahara 2012-2013
2. Pelantikan Gabungan SMAN 14
Jakarta
Bendahara 2013-2014
3. Masa Orientasi Siswa Islam Koordinator Akhwat 2013-2014
4. Idul Adha Staff Kebersihan 2013-2014
5. Tafakur Alam PJ Sarana 2013-2014
6. Together We Share Islamic Festival
With Rohis 14 (Lomba Rohis Se-
jabodetabek tingkat SMP dan SMA)
PJ Acara 2013-2014
7. Pesantren Kilat SMAN 14 Jakarta PJ Outbond 2014-2015
8. Keputrian Akbar SMAN 14 Jakarta Staff Humas 2014-2015
9. Buletin Tahunan PJ Wawancara 2014-2015
10. Scooter (Lomba berbagai cabang
sejabodetabek tingkat SMP dan
Staff Dokumentasi 2014-2015
SMA)
16 November 1997, pukul 18.30 WIB tangisan suara bayi perempuan terdengar keras
di salah satu ruangan rumah sakit bersalin Mekarsari. Tangisan bayi kecil ini juga turut
megikuti orang-orang sekitar di ruangan tersebut. Bayi tersebut lahir dari pasangan suami
istri, Suhartono dan Siti Dalimah dengan persalinan secara normal dengan bantuan alat
vakum. Ya, mereka merupakan orangtua hebat yang memiliki anak perempuan. Satu minggu
telah beralalu, pengajian digelar sebagai tanda syukur atas kelahiran normal anak perempuan.
Pemberiaan nama dari orangtua, Ratri Tamayanti. Itulah namaku sekarang, Ratri yang berarti
malam dalam bahasa jawa, Tama yang berarti anak pertama.
Terlahir dari sebuah keluarga sederhana, Ayahku kelahiran 10 September 1967 di
Kebumen, Jawa Tengah. Lahir dari sebuah keluarga pegawai negeri sipil dan petani. Ayahku
anak tertua laki-laki, sehingga bisa dibilang saat itu sebagai penanggung jawab bagi saudara-
saudara yang lainnya. Mama kelahiran 6 Agustus 1966, sama-sama berasal dari Kebumen,
Jawa Tengah. Anak terakhir dari empat bersaudara, hidup di keluarga petani. Meskipun
tempat tinggal kedua orangtuaku berdekatan. Akan tetapi, mereka justru bertemu saat
merantau di Jakarta. Hingga pada tanggal 10 September 1966, ikatan janji suci itu terikat
dalam suatu pernikahan. Hidup dalam keluarga sederhana merupakan suatu kebahagiaan
tersendiri buat saya. Menjadikan pribadi yang lebih bersyukur dengan apa yang kita punya.
Masa kecilku sebagai anak pertama rasanya nano-nano. Tahun pertama diusia yang
kesatu, disaat balita seumuran itu sudah mulai belajar berjalan bahkan bisa berjalan, rasanya
berbeda dengan anak seusia itu. Kedua kakiku yang terasa tidak kokoh sehingga membuat
langkah kaki kecilku ini susah untuk belajar berjalan. Kepanikan orangtuaku bertambah
terjadi ketika memasuki umur 14 bulan belum dapat berjalan, sehingga hampir tiap harinya
diberi makan-makanan sumsum tulang yang bermanfaat bagi kebaikan tulang dan badan.
Hingga akhirnya diusia yang meninjak 18 bulan, kaki-kaki kecil ini mampu berjalan dengan
lancar. Tidak hanya itu, ketika waktu kecil kejadian yang membuat beban untuk orangtua saat
pencernaanku tidak lancar. Untuk buang air rasanya susah sekali, asupan makanan yang
mengandung serat menjadi piliahan untuk diberikan kepadaku. Hal itu sampai sekarang tidak
pernah saya rasakan, akan tetapi cerita-cerita tersebut selalu dilontarkan oleh orangtua dan
keluargaku.
Memasuki usia tiga tahun mulailah perilaku-perilaku kecilku teringat hingga
sekarang. Memakai baju dress mini seragam dengan bando dan sepatunya, memiliki teman
kecil yang dekat dengan rumah hingga sekarang kami masih berkomunikasi dengan baik.
Namanya Ratna Tiwi Yenita, panggilan akrabku buatnya ialah Tiwi. Posturnya yang lebih
kecil dariku sering sekali dibilang tak seumuran. Bermain boneka dan masak-masakan
merupakan hal yang paling sering kami lakukan bersama-sama, terlebih lagi boneka Tiwi
sangat banyak dan beragam, terkadang saya sampai iri melihatnya. Rasanya ingin membawa
satu untuk dibawa pulang ke rumah.
Foto bersama teman dekatku Tiwi
Saat umurku tiga tahun hal yang sampai sekarang teringat ialah kepergiaan mbah
kakungku atau ayah dari ibuku, Alm. Marisod. Aku hanya ingat wajah beliau dari sebuah foto
saja. Perjalanan saat kecil yang paling saya ingat, beliau tinggal dikampung halaman kedua
orangtuaku, Kebumen, Jawa Tengah. Kami sekeluarga tinggal di Jakarta, saat kejadian itu
saya dan kedua orangtuaku bersegera untuk pergi ke Kebumen menaiki kereta. Hal yang
tidak dilupakan, ketika menaiki gerbong kereta, sesak dan sangat penuh orang didalamnya.
Hanya dengan membawa tas berisi barang yang penting saja. Badan mungilku digendong
oleh ayahku, kami bertiga berdiri di depan persis pintu kereta. Saat itu armada kereta masih
sangat buruk, dari segi pelayanan dan fasilitas. Bahkan ketika kami berdiri di depan pintu
kereta tanpa pintu tersebut tertutup dengan rapat. Hati ini bergetar sekali, melihat perjuangan
yang dilakukan oleh orangtua. Menggendongku di pinggir pintu rel kereta yang melaju
dengan cepatnya sambil berdiri. Ya Allah, kejadian itu sangat mengiang-ngiang dikepalaku,
terharu akan perjuangan ayah yang harus berdiri, berdesak-desakan dan menggendong putri
kecilnya ini dengan perjalanan hamper delapan jam. Begitu juga dengan mama yang tangguh
dan kuat. Hingga sekarang, apabila ada masalah dengan orangtua, hal itulah yang membuat
hati ini redup bahwa perjuangan dan kasih saying orangtua tidak ada habisnya.
Mejadi anak satu-satunya saat itu menjadikan diri ini pribadi yang manja dan sangat
disayangi orangtua. Hal-hal yang teringat saat itu, kebiasaan saya dan orangtua ketika hari
minggu ialah selalu mengunjungi suatu mall yang bernama Ramayana. Kegiataan itu rutin
seminggu sekali dilakukan. Berjalan-jalan di Ramayana, berbelanja kebutuhan mingguan dan
kegiatan wajib yang tak ketinggalan yaitu menaiki odong-odong di dalam Ramayana. Alat
mainan seperti motor-motoran, kuda-kudaan setelah itu memainkannya dengan memasuki
koin logam agar mainan odong-odongan tersebut dapat bergerak. Apabila keinginan untuk
menaiki odong-odongan tidak dituruti oleh orangtua, maka saya selalu merengek sambil
menangis. Tempat kejadiannya itu selalu di Ramayana yang sama setiap minggunya,
Ramayana Cililitan saat itu. Tak ketinggalan, kejadian-kejadian yang aneh di Ramayana
semasa kecil juga turut menjadi pengalaman. Sore itu saya dengan budhe pergi ke Ramayana,
untuk memasuki Ramayana kita harus naik ke atas menggunakan tangga berjalan atau
eskalator, saat itu umurku juga masih berusia empat tahun. Ketika kami sudah mau mencapai
diujung jalan, tiba-tiba saya salah dalam melompatkan kaki, hingga akhirnya jatuh terguling-
guling ke bawah. Akibatnya aku menagis keras karena kaget dan sakit dibagian kaki, tetapi
Alhamdulillah tidak ada yang terluka dengan parah. Sejak saat itu, sedikit rasa trauma
menaiki tangga berjalan atau eskalator sempat menghantui diri ini. Mulai dari situlah, ketika
pergi kemana-mana tanganku selalu digandeng.
Kebersamaan dengan keluarga
Pembukaan pendaftaran taman kanak-kanak banyak dibuka, menginjak akan
dimulainya tahun pelajarn baru. Bulan Juli tahun 2002, saya resmi menjadi siswa di taman
kanak-kanak Yudha, bertempat di dekat daearah rumahku. Usiaku masih belum lima tahun,
tetapi sudah bersedia sekali untuk sekolah. Teman kecilku, Tiwi juga satu TK denganku,
tetapi kami berbeda kelas. Saya di kelas 3B sedangkan dia di 1A. Hal yang tak terlupakan
ketika di TK, ternyata saya satu kelas dengan anak artis, Alm. Mamik pemain srimulat. Masa-
masa TK yang terngiang hingga sekarang ialah tidak berani untuk izin pergi ke toilet. Bahkan
saat itu saya ngompol di kelas sambil duduk mendengarkan Ibu guru, wajar saja karena tidak
hanya saya yang bersikap seperti itu. Lomba-lomba mewarnai, gerak jalan di Taman Mini
Indonesia Indah dan membeli boneka barbie sebagai oleh-oleh. Memasuki masa awal TK, tak
ketinggalan juga babak awalku mendaftarkan diri di tempat pengajiaan, Mendaftar di TPA
Ar-Rahman bersama pula dengan teman kecilku, Tiwi. Guru yang berjasa dalam
mengajarkanku tilawah, belajar menulis huruf hijaiyah, mengahafalkan doa-doa dan surah
ialah Om Parji, guru TPA. Di TPA kejadian-kejadian menyenangkan tak kalah dengan di TK,
jajan minuman es berbentuk hewan-hewan, bermain prosotan, dan juga sama halnya dengan
di TK, ketika sedang ingin buang air kecil, saya malu untuk izin ke kamar mandi. Alhasil,
kejadian di TK terjadi kembali di TPA, baju muslim yang digunakan basah pada bagian
bawah. Tetapi ini menjadikan ajang pembelajaran, setelah kedua kejadian itu terulang, saya
tidak pernah mengalami hal tersebut hingga sekarang saya dewasa.
Hari-hari berlalu, sudah saatnya masuk ke jejang berikutnya yaitu sekolah dasar,
meskipun umurku masih dibilang belum matang tetapi saya dan orangtua bertekad
mendaftarkan diri SD Percontohan 06 Makasar, salah satu SD favorit dan sangat dekat
dengan rumah. Alhamdulillah, Allah mengabulkan doaku dan orangtua, tidak hanya sekedar
masuk di SD favorit, tetapi kembali bersama-sama dengan teman kecilku, Tiwi. Enam tahun
yang merubah semuanya.
Gerbang SDN 06 Makasar
Dimulai dari kelas satu, dua, dan tiga. Di kelas tiga inilah suatu tenaga dan usahaku
yang ingin sekali membahagiakan keluarga. Mendapatkan peringkat tiga besar dari jumlah
muridnya 42, membuat kebanggaan tersendiri dan mejadikan motivasi untuk kenaikan kelas
berikutnya. Hingga saat memasuki kelas 5, Alhamdulillah mampu mepertahankan peringkat
terebut pada posisi satu. Hal inilah yang mengantarkan saya memiliki pengalaman yang luar
biasa diusia saya yang masih kecil. Saat itu, sekolahku mengadakan program cerdas istimewa
berbakat istimewa CI/BI. Setiap lima perwakilan dari kelas tiga, empat, dan lima mewakili
untuk menjadi siswa CI/BI. Program ini membuka banyak pengalaman bagiku yang masih
duduk di bangku sekolah dasar. Dimulai dari outbond yang dilakukan secara rutin seperti
menaiki flyfox, sepeda bertali satu. Tak hanya itu, perjalanan panjang ke Bogor dan Bandung
juga tak ketinggalan. Mengungjungi IPB dan berkeliling di sana, melihat asrinya hutan dan
perkebunan yang terhampar luas di sana. Sempat istirahat dan sholat sebentar di sebuah
taman ITB. Hari kedua juga tak ketinggalan serunya, mengunjungi laboratoriun Boscha, yaitu
teropong terbesar di Indonesia untuk melihat fenomena-fenoma di langit. Hari terkakhir
ditutup dengan mengunjungi SMAN 3 Bandung, salah satu SMA favorit di sana. Sekolah
dengan berarsitektur Belanda ini terlihat bekas-bekas penjajahan. Berkeliling sepanjang
SMA, mengunjungi laboratorium dan masih banyak lagi. Hal yang mungkin tak dirasakan
oleh orang lain diusia yang semuda ini. Ucapan syukur tak henti ku ucapkan.
Memasuki kelas satu hingga tiga SD, aku berada diposisi yang bisa dibilang biasa saja
diantara teman-temanku yang memiliki kecerdasan dan keahlian yang lebih dibandingkan
dengan diriku. Akan tetapi memasuki kelas 3 SD, semua itu menjadi pacuan buat diri sendiri.
Memiliki wali kelas Ibu Dini, sosok yang tegas, disiplin dan luar biasa. Beliau yang membuat
banyak perubahan. Saat pembagain rapot di semester dua, hasil yang tidak diduga-duga.
Tertulis bahwa peringkat dua dari 38 siswa satu kelas, pencapaian yang tidak pernah ku duga
buat diriku karena sebelum-sebelumnya hanya berada diposisi enam atau tidak tujuh.
Memulai duduk di kelas empat, pacuan untuk bertahan dan meningkatkan prestasi semakin
bergelora, hingga saat pembagin rapot Alhamdulillah perigkat satu dari 42 siswa di kelas.
Anugrah tersebut tak lantas membuatku bangga secara berlebihan, mempertahankan hingga
kelas enam semester satu diposisi tersebut butuh perjuangan, meskipun saat pelajaran mau
berakhir di semester dua kelas enam, saya mengalami penurunan nilai.
Kegiatan di sekolah dasar yang tak pernah saya lupakan, menjadi salah satu bagian
dari drumband sekolah merupakan kebanggan sendiri. Menjadi bagian pemegang bendera,
meliuk-liukan badan dan bendera agar selaras dengan music yang sedang dilantunkan,
menjadi bagian dipianika juga pernah digeluti. Ketika ada acara-acara, drumbandlah yang
selalu tampil, mengikuti parade dengan mengelilingi satu kecamatan juga pernah dirasakan.
Tidak hanya drumband, di sekolah menyediakan angklung satu paket. Kesempatan untuk
bermain alat music asal Sunda tersebut tidak diberikan ke semua kelas, tetapi hanya diberikan
kepada kelas empat yang saat itu aku duduk dibangku kelas empat sekolah dasar. Memegang
tiga buah angklung untuk bagianku dan belajar memainkannya tiap seminggu sekali.
Kesenangan tersendiri bagiku karena merupakan pengalaman berharga dan mahal yang tidak
didapatkan oleh semua anak. Menyukai suatu seni musik bagiku membuat hati dan suasana
merasa senang dan tenang.
Tidak hanya kegiatan seni, mewakili sekolah dalam ajang lomba pendidikan dan
kebudayaan di tingkat Jakarta, juga merupakan suatu kegiataan yang tak akan dilupakan.
Metode lomba yang satu ini berbeda dengan lomba-lomba lainnya. Babak penyisihan dengan
melalukan metode elektronik menggunakan handphone. Saat itu, satu tim terdiri tiga orang,
memasuki babak penyisihan dengan menjawab soal-soal menggunakan handphone dengan
mengetik dan menjawab yang paling cepat dan tepat. Dari puluhan grup yang ada, lima grup
terpilih untuk memasuki babak final cerdas cermat termasuk juga saya dan teman-teman. Tak
menyangka dapat mewakili sekolah hingga babak final cerdas cermat. Memperoleh juara
keempat, meskipun sedikit kecewa tetapi pengalaman yang berharga yang tak pernah saya
lupakan. Hadiah yang kuterima dari sekolah berupa uang tabungan dan juga tas yang sampai
sekarang bahkan masih kupakai.
Di usia 10 tahun, mendapatkan kado yang istimewa. Mamaku sedang mengandung
adekku. Terpaut usia yang memang cukup jauh denganku, terlbih lagi usia mama sudah
menginjak kepala empat untuk melahirkan seseorang anak. Hingga kehamilan delapan bulan,
mama tetap bekerja seperti biasanya meskiupun tidak seintensif sebelumnya. Memasuki
bulan ke sembilan, cek rutin untuk kehamilan ke rumah sakit polri. Kali ini saya dan budheku
menemani mama untuk periksa kehamilannya. Saat dicek, ternyata sudah pembukaan kedua.
Akhirnya kami semua berada di rumah sakit polri menunggu mama melahirkan. Malam
menjelang, belum terdengar suara tangisan bayi hingga akhirnya aku pulang dengan
menginap di rumah tetanggaku, sedangkan ayah dan budheku menemani di rumah sakit. Mata
ini tidak bisa terlelap tidur, justru memikirkan mama yang masih harus berjuang melawan
sakitnya.
Sekitar jam dua pagi, suara telepon terdengan di rumah temenku. Aku mendengar
dengan suara perlahan dan mata sayup, ternyata adikku sudah lahir dengan berjenis kelamin
laki-laki. Akan tetapi, saat itu aku mendengar hanya seperti mimpi hingga akhirnya aku pun
tertidur lagi. Pagi menjelang dan aku pun terbangun. Ternyata benar, semalam itu bukan lah
mimpi, adikku sudah lahir pukul 00.03 di rumah sakit bersalin anak dan ibu, Bekasi. Tidak
perlu lama-lama, aku dan tetangga dekatku langsung pergi ke sana untuk mengunjungi adik
baruku. Adikku kurus dan terlihat warna kulitnya lebih gelap. Semalem, di rumah sakit polri
ternyata ketika mama mau melahirkan, dokter yang menjaga sedang berada di RSIB di
Bekasi. Mama harus menaiki ambulan untuk ke bekasi, sesampainya di sana mama tidak kuat
apabila dilakukan persalinan secara normal, sehingga proses melahirkan dilakukan dengan
bantuan alat vakum. Adik laki-lakiku diberi nama Rezki Ardiansyah, dengan nama panggilan
Rezki atau Iki.
Foto Rezki, adikku
Berada di kelas penghujung akhir, kelas enam sekolah dasar. Bagian dari hal yang
mendebar-debarkan. Disaat teman-teman lainnya mengikuti kegiatan tamabahan pelajaran
dengan mengikuti bimbel, tidak dengan diriku. Orangtuaku yang kerja dengan keterbatasan
biaya dan juga tempat yang jauh membuatku aku mengurungkan diri untuk mengikuti
bimbel. Belajar sendiri dengan giat dan disiplin, menjadi pola belajarku di rumah. Meskipun
terkadang rasa malas masih saja menghantui. Hingga akhirnya selepas ujain nasional dan
pengunguman, mendapatkan nilai kumulati 26,80. Saat itu terdapat tiga pelajaran.
Alhamdulillah masih bisa mendapatkan nilai yang baik diantara teman-teman.
Sebelum memilih untuk meneruskan sekolah menengah pertama, kami mengadakan
perpisahan di daerah puncak, semua teman sekalas, guru-guru dari sekolah dan juga orangtua
kami ikut menghadiri perpisahan di puncak. Diawali dengan berjalan-berjalan di sekitar
kebun teh, hingga saat malam hari merupakan puncak acara perpisahan. Penampilan dari satu
kelas untuk mempersembahkan kepada ibu dan bapak guru kami, tak ketinggalan juga kepada
orangtua hebat kami. Acara diakhiri dengan tukar kado dengan bersama teman.
Persiapan keberangkatan perpisahan
Guru-guru di SDN 06 Makasar
Menginjak pendaftaran sekolah menengah pertama, merupakan hal yang membuat
saya menjadi dag dig dug rasanya. Saat itu, diberi pilihan lima daftar SMP untuk dipilih.
Cita-cita saya dan orangtua ialah memasuki SMPN 49 Jakarta, sekolah favorit di Jakarta dan
juga sekolah negeri kedua teraik di Jakarta. Banyak dari sepupuku yang lulus dari SMP sana,
sehingga memacu saya untuk bersekolah di situ. Tekad yang bulat untuk memilih pilihan-
pilihan SMP, SMP 49, SMP 20, SMP 150, SMP 281, SMP 287. Itulah pilihan SMPku dengan
mempertimbangkan kebagusan dari sekolah dan juga jarak tempuh dari rumah ke sekolah.
Dengan system online, saya bisa melihat pergeseran posisi saya di sekolah-sekolah tersebut.
Hingga hari akhir pendaftaran menuju pengunguman, saat itu posisiku nyaris untuk terlemapr
dari SMP 49. Hanya menyedeiakan 240 kuota di SMP 49, sedangkan aku berada diposisi
238. Jam sudah menunjukan lima sore, pengunguman sudah muncul di layar monitor
computer. Beribu-ribu syukur terucap, SMPN 49 Jakarta. Impian dari kecil untuk bersekolah
disana akhirnya terwujud. Meskipun terkenal dengan bayarannya yang mahal. Tetapi tidak
mengurungkan niatku untuk tetap sekolah di sana.
Putih merah berganti dengan putih biru, memasuki awal SMP ini aku menduduki
kelas 7-6, kelas paling akhir. Disini aku mendapatkan teman-teman yang luar biasa, bahkan
sampai sekarang kami masih terus berhubungan antar satu dengan yang lainnya. Ruang kelas
7-6 yagn berada di lantai empat, sedikit membuat saya harus terengah-engah. Ajaran baru
2012/2013 SMP 49 memiliki dua gedung, gedung a yang berada di pinggir jalan dan gedung
b yang berada di belakang. Saat itu, sekolah sedang mengalami renovasi pembangunan untuk
gedung b, sehingga siswa-siswinya bergantian masuk pagi dan siang. Kelas tujuh, aku
kedapatan untuk masuk siang. Ketika pulang sore, depan sekolah ramai dengan murid-
muriddnya yang menunggu jemputan atau menunggu angkutan umum jurusannya lewat. Tak
hanya itu, bersebrangan dengan SMP 20 membuat sore hari semakin ramai. Hal lainnya, saya
mendapatkan teman baru dari SMP 20 hanya karena satu angkutan umum saja.
Aktif dikegiatan pramuka dan PMR merupakan kegiatan selama di sekolah selain
belajar. Kegiatan perkemahan yang rutin dilakukan setahun dua kali menjadiakn sekolah ini
terkenal akan aktivitas pramukanya yang hebat. Dari kegiatan pramuka yang latihannya rutin
dan perkemahan membuat saya memiliki pegalaman-pengalaman yang luar biasa. Terlebih
saat perekamahan, belajar untuk meyiapkan makanan sendiri. Tidur bersama-sama dalam satu
tenda, menjaga kekompakan anggota, belajar melewati rintangan. Tidur bersama-sama dalam
keadaan sempit, gelap dan banyak nyamuk. Akrab dengan teman-teman juga bermula dari
kegiatan ini.
Kegiatan Pramuka di TMII
Selain kegiatan pramuka, ekstrakulikuler yang diikuti ialah palang merah remaja atau
PMR. Enttah kenapa saat itu saya tertarik dengan kegiataan ini, selain banyak teman yang
memilih disini, kegiatan sosial yang dilakukan PMR membuat saya merasa tertarik.
Mempelajari dasar-dasar dalam menolong orang pada pertolongan pertama. Tak hanya
kegiatan saja yang menarik, disini juga disalurkan semua bakatnya dalam ajang lomba. Saat
itu, saya mengikuti lomba dibagian pertolongan pertama mengenai pemakaian tandu yang
benar, terjadi patah tulang dibagian tertentu. Semua itu merupakan pengalaman yang sangat
berharga. Menjadi pengurus inti dalam ekstrakuliker PMR merupakan suatu amanah untuk
diri saya sendiri agar belajar lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan juga orang
lain.
Saat Pelantikan PMR
Seusai lomba PMR tingkat SMA
Pelatihan tandu dan tanggap cepat
Memasuki kelas delapan, berpisah dengan teman-teman dari kelas tujuh. Berpindah
juga gedung sekolahnya. Dahulu gedung dengan empat laintai yang beada dipinggir jalan.
Namun sekarang, gedung dengan lingkungan yang lebih hening dan tidak menggunakan
tangga. Suasana baru mulai terasa, baik ssuasa kelas maupun suasana sekolah. Banyak orang
berkata masa-masa dimana seseorang mengalami remaja. Sepertinya bisa dibilang iya, itu
juga pertama kalinya merasakan bagaiman memiliki teman dekat lawan jenis. Tetapi jelas
hanya teman dekat saja, kalau kata orang seperti cinta monyet. Selepas dari memikirkan hal
yang belum penting diusiaku saat itu. Akademik menjadi skala prioritas yang utama.
Gedung B SMPN 49 Jakarta
Waktu begitu cepat berlalu, setelah melewati masa-masa duduk di kelas delapan.
Mulailah lembaran baru dibangku kelas sembilan. Masa dimana mulai untuk mempersiapkan
diri dalam mengahapi tahapan sekolah selanjutnya. Dimulai dengan diadakannya try out dan
juga pendalaman materi. Hasil dari try out tersebut akan digunakan untuk pembagian kelas
dalam pendalaman materi. Sebelum menempuh ujian nasional, banyak hal yang dilalui.
Dimulai dari tuntutan ujian-ujian praktek untuk memenuhi syarat ijazah lulus. Ujian praktek
agama tentang sholat dan doa-doa, ujian seni seperti menggambar dan juga memainkan alat
musik. Tak ketinggalan juga yang paling membuat ujian praktek menjadi sosok yang sangat
ditunggu-tunggu. Ujian fisika dan biologi, mata ujian yang biasa dibilang anak-anak sebagai
momok yang menakutkan. Ujian praktek fisika masih dbilang bisa dilalui secara baik. Akan
tetapi, ketika ujian praktek biologi rasanya seperti gunung yang ingin meletus. Tetapi
semuanya dapat dilalui dengan lancar.
Memiliki teman-teman yang luar biasa peduli dengan diri saya. Begitu juga dengan
teman sebangku saat duduk di kelas sembilan. Namanya Intan Dian Lestari, sosok teman
yang selalu periang dan menemani hari-hariku menjadi lebih riang. Ketika itu, hal yang
membuat saya terarik ialah kartun shaun the sheep, tidak tahu alasannya. Padahal diusiaku
yang saat itu empat belas tahun sudah seharusnya tidak menyukai kartun. Hingga pada suatu
hari, seminggu setelah hari ulang tahunku Intan memberikan kejutan dengan hadiah sebuah
boneka shaun the sheep. Tangis bahagia mengalir dan tidak tertahankan. Terimakasih banyak
Intan .
Sebelum benar-benar focus dengan ujian nasional, diadakannya buku tahunan yang
berisi biodata seluruh warga sekolah beserta kenang-kenagan yang berisi seama tiga tahun
bersekolah disana. Kelasku mendapatkan tema yaitu holiday untuk foto kelasnya. Memilih
pantai Segara di Ancol untuk mengambil foto, Hal-hal unik yang tidak terlupakan saat satu
kelas berkumpul bersama.
Ujian Nasional tahun ajaran 2011/2012 akan segera dimulai, bermodal dengan latihan
belajar secara rutin dan dibantu juga dengan tambahan belajar, sudah memantapkan diriku
untuk menempuh UN. Empat hari UN dilaksanankan dengan lancar, meskipun saat hari
pertama saya merasa kewalahan karena pengawas UN sempat salah membagikan paket soal.
Hasil UN ku serahkan semua kepada-Nya.
Sembari menunggu pengunguman hasil ujian nasioanl, kebingungan mulai muncul
dengan sekolah lanjutan apa yang harus aku masuki. Orangtua smepat menyarankan untuk
sekolah kesehatan atau sekolah analisis, akan tetapi saat itu aku merasa gengsi untuk masuk
ke sana, bahkan pelajaran yang berbau hafalan tidak menjadi pelajaran favoritku. Hingga
pengunguman UN SMP keluar, Alhamdulillah inilah hasil terbaik yang saya dapatkan
meskipun sedikit kecewa dengan rata-rata nilai 9,08. Keinginan orang tua dan diri sendiri
untuk memilih SMAN 48 Jakarta, selain sekolah favorit SMA 48 juga sangat dekat dengan
rumahku. Bahkan ketika SMP dulu, setiap melewati gedung sekolah saya membaca sholawat
nabi dan doa-doa agar kelak saya bisa masuk sana. Dengan mengikuti passing grade tahun
lalu, nilai rata-rata saya masih bisa masuk di sekolag tersebut. Akan tetapi tiap tahun
mengalami kenanaikan nilai yang signifikan. Hal ini membuat hati saya menjadi menciut.
Terdapat tiga pilihan SMA negeri yang dapat didaftarkan. Kebimbangan
anatra saya dan orangtua mulai terasa, debat antara orangtua tidak terkelakan. Pilihan saya
saat itu ialah SMA 48, SMA 14, SMA 67 karena SMA dengan prioritas pilihan tersebut
meruapakan SMA favorit. Akan tetapi orangtua saya tidak menyetujui untuk memilih di
SMA 14 dan SMA 67 dengan alas an akses sekolah yang cukup jauh dengan rumah.
Orangtua saya menyarankan untuk pilihan keduanya SMA 62. Akan tetapi dengan tekad dan
alasan saya kuat, akhirnya setelah menimbang-nimbang pilihan jatuh di SMA 48, SMA 14
dan SMA 62. Saat pendaftaran online, hari ketiga namaku masih ada di pilihan pertama,
tetapi setelah dua hari namaku ternyata dipilihan kedua. Air mata langsung menetes, rasa
kecewa sedikit timbul dipikiran ini, karena SMA yang saya idam-idamakan sejak SD tidak
bisa saya raih untuk mendapatkanya. Pelajaran berharga sekelibat muncul didiriku. Pernah
ada yang menawarkan aku untuk bersekolah di SMA 14, akan tetapi dengan mudahya saya
berkata bahwa saya tidak tertarik dengan sekolah tersebut. Mulutmu adalah harimaumu,
justru saya terperangkap untuk bersekolah di 14.
Memasuki sekolah di 14 awalnya dengan hati yang berat, ditambah juga dengan
gedung sekolah yang sedang direnovasi dan harus bersekolah di STIKES Binawan untuk
sementara waktu. Hari pertama status menjadi SMA, justru bukan digedung sendiri.
Pembagian kelas sepuluh, ternyata memiliki teman-teman satu kelas yang isinya banyak dari
temen SMPku yang dahulu, kelas X-B. Kelas yang membuat banyak perubahan dalam diri
saya hingga sekarang.
Berawal dari kelas X ini saya mengenal teman-teman yang luar biasa, diikat oleh
ikatan batin. Bermula dari adanya mentoring dengan kakak kelas. Meskipun saat itu jumlah
muslimah di kelas dibagi dua kelompok lagi, akan tetapi kami selalu meminta mentoringnya
untuk digabung. Dari lingkaran kecil inilah kepribadianku banyak berubah dratis. Kak Ulfa
dan Kak Iir, mereka berdua yang menggerakan hati saya untuk bertekad memakai hijab selain
kedua orang tua saya. Siraman-siraman rohani, semangat dari teman-teman untuk menjalani
kewajiban setiap mulslimah ini. Tepatnya setelah diadakannya tafakur alam di sekolah. 25
Desember 2012 merupakan hari pertama aku mengenakan kain yang menjulur menutupi
rambutku ini, meskipun belum syar’i sesuai Al-Qur’an. Saat itu Kak Ulfa menghadiahi aku
dan teman-teman dengan makan-makan karena aku mengenakan hijab.
Selama kelas sepuluh, kegiatan akademis yang baru juga dirasa berbeda dengan
tingkat sekolah menengah pertama. Tuntutan tugas yang cukup banyak dan kegiatan-kegiatan
yang padat. Salah satunya kegiatan ekstrakulikuler yang saya ikuti yaitu persatuan
bulutangkis. Ekstarkulikuler yang membuat banyak perubahan dalam diri saya. Teman
seperjuangan yang mengisi hari-hari ini, canda, tawa, suka maupun duka. Awal mula belajar
berorganisasi, belajar saling mengerti antar satu dengan yang lainnya. Tidak hanya sebatas
masalah ekskul, tukar pikiran dalam hal lain.
Teman satu ekstrakulikuler PB
Memiliki teman seperjuangan yang tak juga melupakan akademik sekolah merupakan
semangat besar dalam diri saya untuk memacu menjadi yang terbaik. Ditegaskan dari pihak
sekolah bahwa hasil dari nilai rapot akan digunakan untuk mengikuti jalur undangan dalam
pemilihan perguruan tinggi negeri. Alhamdulillah, ucapan syukur saat menutup pintu gerbang
dikelas sepuluh.
Kelas sebelas merupakan kelas pertengahan. Banyak yang bilang, ini merupakan
masa-masa indah di SMA. Duduk di kelas sebelas dengan jurusan ipa, sebelas ipa tiga
meruapkan kelas yang saya duduki. Kelas dengan banyak karakterk berbeda-beda menjadi
satu. Mengawali kelas sebelas dengan pembukaan yang cukup luar biasa. Mendapat amanah
untuk menjalai pendidikan kilat OSIS dibidang rohis. Diantara semua teman-teman yang ada,
saya dan empat teman lainnya yang mewakili di sini. Sempat senggan dengan tanggung
jawab, karena ilmu agama saya yang masih dirasa kurang. Tetapi berkat dorongan orangtua,
kakak kelas dan teman-teman maka saya tetap melanjutkannya. Di sinilah saya belajar
bersosialisasi dengan teman-teman lainnya, mengenal teman satu angkatan lebih dalam.
Foto bersama saat kelas XII IPA 3 Bersama teman-teman dari kelas
Pendidikan kilat atau yang biasa disebut diklat ini menguras cukup tenaga. Dimulai
dari tugas-tugas kelompok maupun individu yang harus dikerjakan dengan tepat waktu. Rapat
yang harus rutin dilakukakn. Sembari melaksanakan tugas ini, nilai akademis juga tidak boleh
terlena, harus seimbang. Disinilah memulai kegiatan dengan menjadi kepanitian diacara-
acara sekolah.
Setelah pendidikan kilat sudah selesai, masuklah LDKO latihan dasar kepemimpinan
osis. Disana dituntut untuk belajar memangage diri dibidang organisasi, belajar jiwa
kepemimpinan dan memanage teman-teman lainnya. Selepas LDKO selesai, masa peralihan
jabatan dimulai. Amanah menjadi korrdinator akhwat divisi pembinaan di bidang rohis,
merupakan tanggung jawab yang luar biasa buat diri saya sendiri. Menjadi BPH inti Rohis,
memiliki keluarga baru yang mendukung keberlangsungan untuk satu tahun kedepan
Nano-nano SMA sangat terasa dibangku kelas sebelas ini. Suka duka dalam
mengikuti segala kegiatan-kegiatan, mengharuskan bekerja sama dengan suatu tim demi
keberlangsungan acara, belajar untuk menanamkan jiwa leadership. Kewajiban sebagai
seorang pelajar yang tidak boleh juga untuk ditinggalkan serta kewajiban sebagai orang anak,
yang terkadang harus terganjal karena pulang larut malam untuk mengurusi kegiatan di SMA.
Mengalami penurunan nilai memang saya sadari karena aktivitas yang padat dan tidak bisa
membagi waktu dengan baik. Ditambah lagi dengan menjadi banyak kepanitian diberbagai
tempat.
Selepas memasuki peralihan di kelas sebelas. Kelas dua belas sudah menanti di depan.
Tidak hanya beban pendidikan yang lebih berat, tetapi keluarga baru juga turut hadir.
Menjadi seorang kakak mentor meruapakan amanah yang Allah SWT untuk saya.
Mementoring adek kelas yang duduk di kelas sepuluh. Memeberi arahan yang baik untuk
adek-adek baru ini agar kelak menjadi pribadi yang lebih baik. Menjadi kakak mentor selama
satu semester merupakan pengalaman yang tak terlupakan.
Bersama satu tim Divisi Pembinaan
Mentoring dengan adik kelas
Menginjak semester dua di kelas dua belas merupakan semester terpendek. Semester
yang diisi dengan pendalaman materi dan juga try out. Ditambah dengan mengikuti tambahan
belajar di luar. Selepas dengan try out dan latihan-latihan, tak ketinggalan ujian praktek
SMA. Ujian praktek SMAku berbeda dengan sekolah-sekolah lain dalam praktek pelajaran
mipa, yaitu fisika, kimia dan biologi. Masing-masing dari pelajaran terdiri dari lebih dari lima
praktek dan harus kita hafalkan semua karena kita akan tahu praktek dengan percobaan yang
seperti apa saat hari ujian praktek berlangsung. Tak heran, di sekolah ujian praktek masih
menjadi sosok yang menakutkan selain ujian nasional.
Sebelum ujian nasional dimulai, pendaftaran jalur SNMPTN telah dibuka. Hal yang
ditunggu-tunggu datang juga. Saat itu, belum terfikirkan untuk memilih jurusan apa. Untuk
universitas sudah memiliki target untuk berada yang di Jakarta, karena orangtua tidak
memperbolehkan sekolah di luar daerah Jakarta. Hingga pilihan itu jatuh pada jurusan Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia untuk menjadi pilihan pertama di jalur SNMPTN. Mama
menjadi alasan kuat kenapa saya memilih ini. Ilmu keperawatan merupakan jurusan dibidang
kesehatan dengan profesi, hal inilah yang menggugah hatiku. Setauku kerja yang enak itu
cuman duduk di kantor, di belakang meja dan dibalik layar monitor, Akan tetapi, dengan ilmu
keperawatan, mata dan batinku terbuka luas. Kesehatan di Indonesia yang masih sangat
terpuruk dan membutuhkan tenaga medis yang professional untuk turut membangun
Indonesia. Ilmu keperawatan tidak hanya belajar seperti biologi, tetapi bagaimana psikologis
seorang pasien, dengan peminatan-peminatan yang banyak membuat saya yakin dan teguh
untuk memilih dijurusan ini.
Ujian nasional sudah dilalui, kesal, senang, dan lega juga turut hadir mewarnai
perasaan ini, akan tetapi tidak benar-benar merasa lega. Pengunguman SNMPTN dan Ujian
Nasional menjadi salah satu hal yang ditunggu-tunggu. Pengunguman ujian nasional lebih
dulu diumumkan, jujur hasil ujian nasional yang jauh dari kata harapan. Meskipun saya akui,
tidak belajar maksimal dalam ujian nasional ini karena terpecah belah dengan belajar
SBMPTN dan juga ujian sekolah. Akan tetapi ini menjadi evaluasi diri bagi saya untuk tidak
menyepelehkan dan harus lebih bekerja keras.
Jam sudah menunjukan lima sore, saat itu hari sudah sore. Rintik hujan turut
menghiasi keadaan di luar rumah. Hari dimana pengunguman SNMPTN. Hari Sabtu, orang
tua memang tidak bekerja dan berada di rumah. Saat itu, perlahan mulai menekan tombol di
handphone untuk membuka website pengunguman SNMPTN dengan penuh rasa yang tidak
jelas. Pertama kali terlihat kotak hijau, seketika tanganku diam badanku berasa tidak
bernyawa seperkian detik. Lulus, itulah pengunguman website yang terteta dengan jurusan
ilmu keperawatan, Universitas Indonesia. Ucapan syukur dan shalawat tak hentinya aku
lantunkan. Setelah sekian lamanya, aku melihat air mata membahasi pipi mama. Matanya
berkaca-kaca dengan ucapan syukur dan bangga. Tetapi tidak boleh berlarut-larut dalam
kebahagiaan, harus rendah diri dengan semua yang sudah diterima. Kabar dari teman-teman
juga turut membuat hati ini senang meskipun beberapa teman ada yang harus menjadi
pejuang tulis untuk menggapai cita-citanya.
Wisuda sebagai tanda perpisahan juga dilaksanakan. Meskipun kali ini, wisuda
dilaksanakan di gedung sekolah. Semua larut dalam kebahagiaan, sejenak melupakan
pengunguman-pengunguman dan juga ujian tulis kedepanya untuk memasuki gerbang
perguruan tinggi.
Saat wisuda
SMAN 14 Jakarta
Teman baru di FIK UI
Tamana, salah satu teman dekat di FIK UI
Daftar ulang dengan melengkapi berkas-berkas sebagai syarat untuk menjadi
mahasiswa baru di Universitas Indonesia. Selepas dari daftar ulang, kegiatan mahasiswa baru
Universitas Indonesia semakin padat. Dimulai dengan rangkaian kegiatan OBM, yaitu
orientasi belajar mahasiswa. Mengenalkan system pembelajaran kelas di Universitas
Indonesia. Setelah itu kegiatan latihan paduan suara, program cinta lingkungan, tak
ketinggalakan orientasi kehidupan kampu atau disebut OKK UI. Kegiatan-kegiatan ini
meruapakn suatu rangkaian kamaba UI 2015, butuh perjuangan juga untuk mendapatkan
jaket almamater Universitas Indonesia yang terkenal dengan jaket kuningnya. Menjadi
mahasiswa dengan jakut kuning bermakara biru muda, biru tua dan biru muda merupakan
suatu anugrah dan rahmat dari Allah SWT. Oleh karena itu, memotivasi diri untuk menjadi
mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang luar biasa dan
berkontribusi terhadap diri sendiri, keluarga, orang-orang sekitar dan negara.