113

56
PENUNTUN PRAKTIKUM IBD 2013-2014 MIKROSKOP DAN JARINGAN DASAR & INTEGUMEN PENGENALAN MIKROSKOP DAN MACAM-MACAM JARINGAN DASAR PENDAHULUAN Mikroskop merupakan alat bantu untuk melihat kehidupan sel yang kecil. Pada praktikum ini, kita mempelajari mikroskop cahaya yang bekerja dengan membelokkan refraksi cahaya. Pada mikroskop cahaya gabungan, terdiri dari dua atau lebih set lensa yang membelokkan cahaya yang datang untuk membentuk gambaran lebih besar dari sel atau spesimen lain yang ingin dilihat. Akan membantu jika bagian-bagian sel dibedakan dengan warna atau densitas dari lingkungannya. Mikroskop mempunyai resolusi power (RP) yaitu kemampuan untuk memisahkan dua partikel pada jarak tertentu sehingga dapat dibedakab satu sama lain. Misalnya: dua partikel akan terlihat berbeda bila mereka terpisah dengan jarak sebesar 0,3 μm dan mikroskop mempunyai RP sebesar 0,3 μm, maka titik akan terlihat jelas. Tipe mikroskop dibedakan berdasarkan: sumber cahaya yang dipakai dan RP. Jenis mikroskop elektron dapat melihat bagian yang lebih kecil didasarkan pada akselerasi aliran elektron yang memiliki gelombang sekitar 0,005 nanometer dan dapat melihat 100.000 kali daripada cahaya biasa. Pemilihan jenis mikroskop ini tergantung pada kebutuhan. Jika hanya ingin melihat sel, cukup dengan menggunakan mikroskop cahaya yang dapat memperbesar gambar maksimal sekitar 1.250 kali (dengan minyak emersi). KOMPONEN-KOMPONEN PENYUSUN MIKROSKOP CAHAYA A. BAGIAN OPTIS/ BAGIAN YANG BERUPA LENSA: 1. Kondensor + iris/ diafragma: berhubungan dengan cermin yang berfungsi memproyeksikan kerucut sinar untuk menyinari objek yang diamati.

Transcript of 113

Page 1: 113

PENUNTUN PRAKTIKUM IBD 2013-2014

MIKROSKOP DAN JARINGAN DASAR & INTEGUMEN

PENGENALAN MIKROSKOP DAN MACAM-MACAM JARINGAN DASAR

PENDAHULUAN

Mikroskop merupakan alat bantu untuk melihat kehidupan sel yang kecil. Pada praktikum ini,

kita mempelajari mikroskop cahaya yang bekerja dengan membelokkan refraksi cahaya. Pada

mikroskop cahaya gabungan, terdiri dari dua atau lebih set lensa yang membelokkan cahaya

yang datang untuk membentuk gambaran lebih besar dari sel atau spesimen lain yang ingin

dilihat. Akan membantu jika bagian-bagian sel dibedakan dengan warna atau densitas dari

lingkungannya. Mikroskop mempunyai resolusi power (RP) yaitu kemampuan untuk

memisahkan dua partikel pada jarak tertentu sehingga dapat dibedakab satu sama lain.

Misalnya: dua partikel akan terlihat berbeda bila mereka terpisah dengan jarak sebesar 0,3 µm

dan mikroskop mempunyai RP sebesar 0,3 µm, maka titik akan terlihat jelas. Tipe mikroskop

dibedakan berdasarkan: sumber cahaya yang dipakai dan RP. Jenis mikroskop elektron dapat

melihat bagian yang lebih kecil didasarkan pada akselerasi aliran elektron yang memiliki

gelombang sekitar 0,005 nanometer dan dapat melihat 100.000 kali daripada cahaya biasa.

Pemilihan jenis mikroskop ini tergantung pada kebutuhan. Jika hanya ingin melihat sel, cukup

dengan menggunakan mikroskop cahaya yang dapat memperbesar gambar maksimal sekitar

1.250 kali (dengan minyak emersi).

KOMPONEN-KOMPONEN PENYUSUN MIKROSKOP CAHAYA

A. BAGIAN OPTIS/ BAGIAN YANG BERUPA LENSA:

1. Kondensor + iris/ diafragma: berhubungan dengan cermin yang berfungsi

memproyeksikan kerucut sinar untuk menyinari objek yang diamati.

Page 2: 113

2. Cermin: mengkoleksi sinar dan memproyeksikan pada kondensor, terdiri dari lensa datar

dan konkaf.

3. Lensa objektif: memperbesar objek dan memproyeksikan bayangan ke arah lensa

okuler/ lensa mata. Ada tiga jenis lensa objektif berdasarkan kemampuan memperbesar

bayangan yaitu 10X; 45X; dan 100X. Sifat utama lensa objektif adalah adanya apertura

numerik yaitu indeks bias terkecil yang terlihat di antara specimen mikroskopik. Indeks

bias adalah suatu ukuran mengenai rapat optic suatu benda. Mudah tidaknya suatu

gelombang cahaya melintasi suatu benda tergantung rapat optis benda tersebut.

4. Pada lensa objektif terdapat tulisan: Plan 100/ 1,25; 160/ 0,17 artinya: pembesaran

objektif 100X; NA 1,25; Panjang tubus 160 mm dan tebal gelas penutup 0,17 mm.

5. Lensa okuler: memperbesar bayangan dari lensa objektif dan memproyeksikan ke retina

pada mata. Ada dua jenis lensa okuler yaitu: 5X dan 10X/ 12,5X

B. BAGIAN MEKANIK

1. Tubus (observation tube)

2. Tangkai/ lengan (arm)

3. Meja sediaan (stage)

4. Penjepit sediaan (stage clip)

5. Penggerak sediaan (mechanical stage)

6. Pengatur focus makro dan mikro (coarse and fine focus adjustment knob)

7. Pengatur kondensor (condenser dial)

8. Revolver

9. Kaki (base)

PRINSIP KERJA MIKROSKOP CAHAYA

Mikroskop berfungsi sebagai alat pembesar dua tingkat. Lensa objektif melakukan pembesaran

awal dan lensa okuler akan memperbesar bayangan pertama untuk kedua kalinya. Pembesaran

total: hasil kali kekuatan lensa objektif dan lensa okuler.

Page 3: 113

Lensa kondensor memusatkan cahaya dari sumbernya menjadi suatu berkas sinar terang yang

akan menyinari objek sehingga memberikan cahaya yang cukup terang untuk mengamati

bayangan yang diperbesar tersebut.

GAMBAR-GAMBAR POLA IRISAN:

Gambar yang terlihat di bawah mikroskop merupakan potongan/ irisan dari sediaan jaringan.

Ada tiga macam pola irisan: Cross section, longitudinal section, oblique section. Jadi kita harus

berimaginasi bentuk yang kita lihat dari irisan/ potongannya.

ALAT DAN BAHAN:

1. Mikroskop

2. Preparat: Vesika urinaria, Ren, Intestine, Oviduct, Kulit, Tendo, Jantung, Hepar,

Pembuluh darah arteri dan vena, Darah.

TUJUAN:

Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa mampu:

1. Mengidentifikasi komponen-komponen penyusun mikroskop cahaya 2. Mengetahui prinsip kerja mikroskop cahaya 3. Mengetahui cara penggunaan mikroskop dan beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam menggunakan mikroskop 4. Mengetahui pola-pola irisan preparat histologis. 5. Mengidentifikasi dan dapat membedakan secara umum tipe-tipe jaringan dasar 6. Mengidentifikasi fungsi dan letak jaringan dasar.

CARA KERJA:

1. Pengenalanbagian-bagian mikroskop dan fungsinya

2. Pengenalan macam-macam irisan pada mikroskop

3. Identifikasi letak dan fungsi jaringan dasar.

4. Gambarkan jaringan dasar yang anda lihat pada semua preparat yang disediakan

Page 4: 113

HASIL:

Tugas 1: Sebutkan bagian-bagian dari mikroskop cahaya pada gambar 1!

Gambar 5: Mikroskop cahaya

Tugas 2: Identifikasi tipe-tipe jaringan dasar pada preparat berikut, dan gambarkan jaringan

dasar tersebut di bagian hasil, serta jelaskan fungsinya.

1. Vesika urinaria: epitel selapis gepeng pada tunika serosa, epitel peralihan pada tunika

mukosa

2. Ren/ ginjal: epitel selapis kubus pada tubulus uriniferus

Page 5: 113

3. Intestine/ usus halus: epitel selapis pada tunika mukosa dan otot polos pada tunika

muskularis.

4. Oviduct: epitel selapis torak bersilia pada tunika mukosa.

5. Kulit: Epitel berlapis gepeng bertanduk pada epidermis.

6. Tendo: jaringan ikat kolagen, otot lurik

7. Cor/ jantung: otot jantung

8. Hepar

9. Pembuluh darah arteri dan vena

10. Darah: macam-macam sel darah

KESIMPULAN

REFERENSI

Starr, C. & Taggart, R. (1998). Biology: the unity and diversity of life. London: International

Thomson Publishing Europe. Hal. 58 – 73 (microscopes, the defining features of

eukayotic cells).

Thibodeau, G.A. & Patton, KT (1994). Anthony’s textbook of anatomy & physiology. St. Louis:

Mosby Year Book, Inc. Hal. 62 – 66 (cell structure and function).

Soeradi O., dkk (1989). Penuntun Praktikum Anatomi Mikroskopik. Jakarta: Bagian laboratorium

biologi kedokteran FKUI.

Singh I. (1991). Buku ajar Histologi Manusia. Alih bahasa: Jan T. Jakarta: Binarupa Aksara. Buku

asli diterbitkan tahun 1988.

Geneser F. (1994). Buku teks histologi. Alih bahasa: F. Arifin G, dkk. Jakarta: Binarupa aksara.

Buku asli diterbitkan tahun 1993.

Petunjuk penggunaan mikroskop cahaya Olympus CH 20.

Page 6: 113

KOMPONEN TUBUH MANUSIA TERDIRI DARI:

1. Sel: adalah bagian terkecil dari makhluk hidup (tubuh manusia)

2. Jaringan: adalah sekumpulan sel yang serupa bentuk, besar, dan fungsi

3. Organ: adalah sekumpulan bermacam-macam jaringan yang menjadi satu dan

mempunyai fungsi khusus.

4. Sistema (susunan tubuh): adalah suatu susunan dari organ-organ yang mempunyai fungsi

tertentu. Misalnya: system reproduksi, system perkemihan, dan lain-lain.

JARINGAN DASAR PENYUSUN TUBUH MAKHLUK HIDUP TERDIRI DARI:

1. Jaringan epitel

2. Jaringan pengikat atau penyokong

3. Jaringan otot

4. Jaringan saraf

1. Jaringan epitel:

Ciri khas: di permukaan yang berfungsi sebagai proteksi, absorbsi, dan sekresi

Macam-macam jaringan epitel:

a. Epitel selapis

- Epitel selapis gepeng (squamosa)

- Epitel selapis kubus (kuboid)

- Epitel selapis torak/ silindris (kolumnar)

b. Epitel berlapis banyak

- Epitel berlapis semu (pseudostratified)

- Epitel berlapis sempurna (stratified)

c. Epitel kelenjar: suatu system kelenjar yang multiselular. Hasil sekresi ini disalurkan ke suatu

permukaan. Sekret kelenjar terdiri dari cairan encer yang mengandung hasil-hasil sekresi

seperti enzim.

d. Epitel persarafan/ neuroepitel. Sel epitel ini memiliki bentuk dan peranan khusus untuk

persarafan yaitu sebagai sel indra, terdapat pada putting pengecap yang ada pada lidah.

e. Epitel pergerakan: terdapat pada berbagai kelenjar keringat, kelenjar susu, kelenjar liur.

Kelenjar epitel ini dapat berkerut seperti sel otot disebut mioepitel.

Page 7: 113

Epitel selapis gepeng pada tunika serosa vesika urinaria

Epitel selapis kubus pada tubulus uriniferus

Epitel transisional pada tunika mukosa vesika urinaria

Epitel selapis thoraks bersilia

Page 8: 113

Epitel berlapis gepeng bertanduk pada kulit

Gambar 1. Bentuk-bentuk jaringan epitel

2. Jaringan penunjang: jaringan yang berada di antara jaringan lainnya, sekumpulan sel

khusus yang serupa bentuk, besar, dan pekerjaannya yang berfungsi untuk menunjang dan

menyokong berbagai susunan tubuh sekitarnya. Jaringan penunjang terdiri dari: jaringan

ikat, jaringan rawan, jaringan tulang, dan jaringan ikat khusus (darah).

Jaringan ikat pada tendo (sel bersayap atau fibrosit

yang berwarna lebih gelap)

Jaringan ikat khusus darah: neutrofil

Page 9: 113

Jaringan ikat khusus darah

Gambar 2. Jaringan ikat khusus

3. Jaringan otot

a. Otot polos: terdapat di bagian visceral yang membentuk bagian kontraktil pada dinding

saluran cerna dari pertengahan esophagus sampai ke anus. Yang termasuk otot polos, yaitu

system pernapasan, system perkemihan, alat reproduksi, arteri, vena, pembuluh limfe,

dermis, iris, dan korpus silare pada mata.

b. Otot kerangka: merupakan otot lurik yang terikat pada tulang atau fasia, membentuk daging

dari anggota badan dan dinding tubuh. Keseluruhan otot itu ujungnya berhubungan dengan

tendo dan ujung yang lain pada jaringan ikat dalam otot itu.

c. Otot jantung: bersifat lurik dan involunter berkontraksi secara ritmik dan ototmatis, hanya

terdapat pada miokard (lapisan otot jantung) dan dinding pembuluh darah. Gambaran umum

berupa serat-serat yang jalannya parallel, dengan banyak guratan melintang terdapat jaringan

ikat halus pada endomisium dan mengandung pembuluh darah.

Page 10: 113

Otot polos pada intestine

Otot lurik pada tendon

Page 11: 113

Otot jantung

Gambar 3. Bentuk-bentuk jaringan otot

4. Jaringan saraf:

Ritabilits: merupakan kapasitas untuk memberikan jawaban (respons) terhadap rangsangan fisik

dan zat kimia melalui pembentukan impuls.

Konduktifitas: kemampuan untuk menghantarkan impuls tersebut melalui sel saraf/ neuron.

Page 12: 113

Gambar 4. Bentuk jaringan saraf pada jaringan cerebrum kucin

PREPARAT: APUS DARAH TEPI

Praktikum : Mengenal macam-macam sel darah

Gambar 1. Sajian apus darah tepi

Keterangan:

A . Basofil: Sel ini ukurannya juga kurang lebih sama dengan neutrofil. Namun sel ini paling

sulit dicari karena jumlahnya dalam keadaan normal sangat sedikit, bahkan lebih sedikit daripada

eosinofil (kurang dari 1% dari seluruh leukosit). Sel ini lebih bervariasi dalam hal ukuran, bentuk

inti tidak tentu dan sering tidak jelas karena tertutup granula. Kadang juga terlihat berlobus atau

berbentuk batang bengkok. Granula sitoplasma berwarna biru kehitaman, besar namun

ukurannya tidak seragam, dan tersebar menutupi inti.

B. Netrofil batang/muda: inti berbentuk batang bengkok, tidak berlobus, yang disebut neutrofil

batang (stab neutrophil). Sitoplasma neutrofil mengandung granula spesifik halus, berwarna

merah muda.

C. Monosit: Monosit merupakan leukosit yang paling besar, biasanya ditemukan di bagian tepi

sajian. Jumlahnya sekitar 3–8% dari seluruh leukosit. Sel ini ditandai dengan intinya yang besar,

eksentris, dan terpulas tidak sepadat leukosit lain. Bentuk intinya bervariasi, sering terdapat

lekukan pada aspek inti yang menghadap pusat sel sehingga tampak seperti ginjal atau tapal

Page 13: 113

kuda. Kromatin intinya tidak padat bahkan kadang-kadang dapat dilihat anak inti. Gambaran

kromatin mirip relung-relung otak. Sitoplasmanya berwarna biru kelabu pucat, tanpa granula

spesifik. Kadang-kadang dapat pula ditemukan granula azurofil (granula lisosom kecil yang

terpulas ungu merah muda dan vakuol sitoplasma sehingga memberikan gambaran seperti ‘kaca

berkabut’)

D. Limfosit: Limfosit merupakan leukosit nomor dua terbanyak dalam peredaran darah,

jumlahnya 20–30% dari seluruh leukosit. Ukuran sel ini bermacam-macam, ada yang sebesar

eritrosit dan

ada yang sebesar neutrofil. Intinya kebanyakan bulat atau mirip kacang bogor, atau kadang mirip

ginjal. Kromatin inti amat padat dan berwarna biru gelap. Sitoplasmanya relatif sedikit dan

berwarna biru langit tanpa granula spesifik, namun pada beberapa sel terlihat granula azurofil,

yang jika pulasannya baik akan berwarna ungu kemerahan

E. Netrofil segmen: Neutrofil adalah jenis leukosit yang paling banyak ditemukan dalam darah

dan merupakan 60–70% dari leukosit yang beredar. Selnya cukup besar, hampir 1,5× ukuran

eritrosit. Intinya

berlobus banyak, 2–5 buah; satu sama lain dihubungkan dengan benang kromatin halus sehingga

tampak membentuk segmen-segmen (segmented neutrophil). Kromatin intinya kasar dan padat.

Sitoplasma neutrofil mengandung granula spesifik halus, berwarna merah muda

F. Netrofil segmen

G. Trombosit : Unsur darah ini tidak berupa sel, tetapi merupakan kepingan sitoplasma. Dalam

sajian tampak sebagai kelompok ‘kepingan sel’ yang iregular dengan sitoplasma basofil dan

terdapatdi antara eritrosit.

H. Eritrosit: Tampak sebagai bangunan bundar berwarna merah muda (eosinofilia/asidofilia)

dengan bagian tengahnya pucat, tersebar di seluruh permukaan sajian. Eritrosit merupakan sel

yang tidak berinti dan jumlahnya paling banyak pada sajian ini, ukurannya seragam dan dapat

digunakan sebagai pembanding untuk menentukan jenis sel-sel lainnya

I. Eosinofil: Sel ini ukurannya kurang lebih sama dengan neutrofil, intinya tampak terdiri

atas dua lobus (bilobus), namun kadang dapat juga ditemukan lobus ketiga. Bentuknya mirip

gagang telepon atau kaca mata dengan kromatin yang tidak sepadat neutrofil. Eosinofil dapat

dikenali berdasarkan sitoplasma-nya yang bergranula kasar dengan ukuran yang kurang lebih

seragam dan berwarna merah jingga. Sel ini agak sulit dicari karena jumlahnya jauh lebih sedikit

daripada neutrofil, yaitu sekitar 2–4% dari seluruh leukosit.

Page 14: 113

PREPARAT: MEDULA SPINALIS

Praktikum : Mengenal sel saraf dan bagian-bagiannya

Gambar 2. Medula spinalis

Keterangan: 1. Substansia alba

2. Substansia grisea

Pertama-tama carilah sel saraf motorik di bagian substansia grisea di bagian tengah medula

spinalis yang berbentuk seperti kupu-kupu, kemudian gunakan pembesaran yang lebih kuat

(objektif 10x dan 45x) untuk mencari sel saraf motorik.

2

1

Page 15: 113

Gambar 3. Sel saraf motorik

Keterangan:

1. Badan sel saraf /soma

2. Inti/nukleus sel saraf

3. Anak inti/ nukleolus sel saraf

4. Dendrit

5. Akson

6. Akson hillock

7. Substansi tigroid

2

5

4

3 7

1

6

Page 16: 113

PREPARAT: LINGUA/LIDAH

Praktikum : Mengenal jaringan otot skelet dan sel/serabut penyusunnya

Gambar 4. Dari kiri ke kanan: Jaringan otot polos (atas: potongan melintang, bawah: potongan

memanjang) –Jaringan otot jantung polos (atas: potongan melintang, bawah: potongan

memanjang) – Jaringan otot rangka/ skelet polos(preparat: lidah) -(atas: potongan melintang,

bawah: potongan memanjang)

Keterangan:

Perbandingan morfologi jaringan otot

Subjek Otot polos Otot jantung Otot rangka/skelet

Inti sel pada potongan

memanjang:

1 buah , letak di

tengah

1-2 buah, letak di

tengah

Banyak, di perifer

Inti sel pada potongan

melintang:

1buah , letak di tengah 1 buah, letak di

tengah

Bisa terpotong lebih

dari 1, di perifer

Morfologi sel/ serabut

saraf potongan

memanjang

Individual,tidak

bercabang, bentuk

seperti gelendong,

Bercabang, terdapat

diskus interkalaris

dan gurat melintang

Paralel satu sama lain.

Tidak bercabang,

bentuk seperti tabung,

Perinuclear space

nucleus

Page 17: 113

tidak terdapat gurat

melintang

(pita A/gelap dan

I/terang)

terdapat gurat

melintang (pita A/gelap

dan I/terang)

Morfologi sel/ serabut

saraf potongan

melintang

Bentuk poligonal,

terkadang terpotong

lewat inti/ tidak

Bentuk poligonal,

terkadang terpotong

lewat inti, ruang

perinuklir, atau lewat

serabut otot saja

Bentuk poligonal,

terkadang terpotong

lewat inti/ tidak

PREPARAT: KULIT/INTEGUMEN

Praktikum : Mengenal kulit, lapisan-lapisannya dan karakteristik berbagai jenis epitel

Gambar 5. Kulit tebal

Lapisan tanduk

Epidermis

Dermis

Epitel berlapis

gepeng

Badan Meissner

Papil

dermis

Jar.ikat padat

tdk teratur

Page 18: 113

Gambar 6. Kulit tipis

Keterangan:

Kulit terdiri dari 2 lapisan, epidermis dan dermis. Epidermis kulit tersusun atas epitel berlapis

gepeng dengan lapisan tanduk, sedangkan dermis tersusun atas jaringan ikat longgar (papila

dermis) dan jaringan ikat padat tidak teratur. Berdasarkan jenisnya, kulit dibagi atas 2 macam,

yakni kulit tebal dan kulit tipis.

Perbedaan kulit tebal dan kulit tipis

Kulit tebal Kulit tipis

Epidermis Lapisan tanduk tebal,

Epitel berlapis gepeng tebal

Lapisan tanduk tipis,

Epitel berlapis gepeng tipis

Dermis Tebal Cukup tebal

Turunan kulit

(kelenjar dan

rambut)

Tidak terdapat kelenjar sebasea dan folikel

rambut, hanya kelenjar keringat

(merokrin)

Terdapat kelenjar sebasea

dan folikel rambut, dan

kelenjar keringat (merokrin).

Pada ketiak dan kemaluan

mengandung kelenjar

apokrin.

Epidermis

Dermis

Jar.ikat padat

tdk teratur

Papil

dermis

Folikel rambut

Page 19: 113

Gambar 7. Kelenjar keringat

Keterangan:

1. Pars terminalis (bagian yang menghasilkan keringat) dilapisi oleh epitel selapis kuboid (atau

terkadang epitel selapis kolumnar)

2. Duktus ekskretorius ( saluran keluar kelenjar keringat) dilapisi oleh epitel berlapis kuboid

3. Jaringan lemak

4. Jaringan ikat padat

Gambar 8. Kelenjar apokrin

Keterangan:

1. Pars terminalis (bagian yang menghasilkan sekret) dilapisi oleh epitel selapis kuboid (atau

terkadang epitel selapis kolumnar)

2

1

3

4

1

Page 20: 113

Gambar 9. Folikel rambut dan Kelenjar sebasea

Keterangan:

1. Folikel rambut

2. Kelenjar sebasea (bagian yang menghasilkan sebum/minyak) tersusun atas sel yang

poligonal

3. Sel penyusun kelenjar sebasea berbentuk poligonal dengan inti di tengah

KEPUSTAKAAN:

1. Wonodirekso S, Martoprawiro M, Siswojo SK, dkk. Penuntun Praktikum Histologi. Dian

Rakyat

2. http://lab.anhb.uwa.edu.au

http://bcrc.bio.umass.edu

2

1

3

Page 21: 113

BIOLOGI SEL DAN GENETIKA

Meiosis (Spermatogenesis dan Oogenesis)

A. Spermatogenesis pada tikus

Tujuan : Mempelajari berbagai tingkat perkembangan sel kelamin jantan (sel spermatogenik)

pada proses spematogenesis tikus.

Sediaan: Potongan melintang tstis tikus

Petunjuk

Testis dibungkus/dilapisi oleh jaringan pengikat fibrosa yang tipis dan transparan disebut

tunika albibugnea. Jaringan tersebut masuk ke dalam testis membentuk septa (sekat) dan

membagi testis dalam beberapa lubus. Di dalam tiap lobus terdapat saluran yang berkelok-kelok

disebut tubulus seminiferus. Dinding tubulus seminiferus disusun oleh sel-sel epitel seminiferus

(epitel geminal) yang selalu membelah secara mitosis dan meiosis dalam membentuk

spermatozoa. Tubulus seminiferus tersebut dibatasi oleh lapisan sel-sel gepeng yang dinamakan

membran basalis dan di dalam tubulus seminifrus terdapat lumen.

Dari hasil pembelahan mitosis dan meiosis akan terbentuk berbagai tingkat

perkembangan sel kelamin, berturut-turut dimulai dari sel spermatogonium A dan B, spermatosit

I (keduanya diploid), spermatosit II, spermatid, dan spermatozoa (keempatnya haploid).

Perkembangan spematid menjadi spermatozoa disebut spermatogenesis. Pada perkembangan

tersebut, inti sel speratid yang mula-mula bentuknya bulat berangsur-angsur beubah memanjang

dan akhirnya berbentuk sabit. Perubahan bentuk inti diikuti pula dengan pembentukan flagelum

(ekor).

Bentuk inti seperti sabit tersebut merupakan bagian kepala spermatozoa dewasa.

Speratozoa dapat dijumpai di sekitar sel sertoli atau di dekat lumen tubulus. Di luar tubulus

seminiferus terdapat sel-sel interstisial atau disebut pula sel leydig yang merupakan sel endokrin

menghasilkan hormon testosteron. Hormon tersebut sangat berperan dalam kelangsungan proses

spermatogenesis.

Page 22: 113

Pelajarilah : Carilah tubulus seminiferus yang bentuk irisannya baik, kemudian dengan

menggunakan pembesaran lemah dan pembesaran sedang (obyektif 40X atau 45X), pelajarilah

dengan seksama hal berikut ini:

1. Tunika albuginea, selaput tipis yang membungkus testis.

2. Membran basalis, merupakan dinding tubulus yang disusun oleh sel gepeng

3. Tubulus seminiferus

Bentuk irisannya bulat, oval, atau menunjang berkelok-kelok, Tubulus seminiferus

terdiri atas epitel seminiferus dan lumen, Epitel seminiferus terdiri dari berbagai

tingkat pekembangan sel kelamin, dimulai dari sel spermatogononium sampai

spermatozoa.

4. Spermatogonium

Sel ini letaknya dekat dengan membran basalis (baris pertama). Ada dua macam sel

spermatogonium, yaitu spematogonium A berinti lonjong agak jernih, sedangkan

spermatogonium B berbentuk bulat, lebih kecil dan agak gelap.

5. Spermatosit I

Umumnya sel tersebut berada pada stadium profase, terletak di baris kedua dari

membran basal yang terdiri dari sel-sel :

a. Leptoten : Selnya berinti padat seperti benang wol

b. Zigoten : Sel ini agak sulit dibedakan dari sel leptoten

c. Pakhiten : Kromatin dalam inti sel membentuk jaring-jaring seperti

jala, intinya bervariasi dari kecil sama besar sesuai

dengan tingkat perkembangannya. Perkembangan sel

pakhiten cukup panjang, sehingga selalu terdapat pada

setiap potongan tubulus seminiferus.

d. Diakinesis : Sel ini mudah ditemukan pada potongan tubulus yang

Banyak Berisi sel-sel dalam keadaan mitosis. Kromatin

tertarik ke pinggir, sehingga di bagaian tengah selnya

relatif nampak kosong seperti cincin.

Page 23: 113

6. Spermatosit II

Sel ini ditemukan dalam tubulus pada stadium bersama-sama dengan diakinesis. Sel

ini sulit/jarang ditemukan karena kehadiranya hanya sebentar, dan segera akan

membelah lagi menjadi sel spermatid. Jumlah kromosom sel spermatosit II adalah

haploid.

7. Spermatid

Sel ini merupakan hasil pembelahan spermatosit II, intinya kecil, dan umumnya

menempati baris ke tiga atau ke empat dari membran basal.

8. Spermatozoa

Bentuk kepala yang seperti sabit terlihat kurang jelas, sedangkan ekornya jelas

terlihat seperti rambut halus, dan banyak terdapat dekat sel sertoli atau dekat lumen

tubulus seminiferus

9. Sel sertoli

Terletak pada baris pertama, berinti besar, bentuknya bulat atau segitiga yang

mengarah ke lumen tubulus dan biasanya dikerumuni beberapa spermatozoa

10. Sel Leydig

Sel ini terletak di luar tubulus seminiferus, mudah ditemukan di antara beberapa

tubulus seminiferus

Gambarkan

Sebuah tubulus seminiferus yang mengandung beberapa tingkat perkembangan sel-sel

kelamin jantan (sel spermatogenik), seperti yang telah diuraikan di atas.

Pertanyaan:

a. Apa yang dimaksud dengan spermatogenesis dan spermiogenesis?

b. Apa perbedaaan spermatogenesis dan oogenesis?

c. Apa makna dari pembelahan mitosis dan meiosis pada pembentukan kelamin?

d. Mengapa spermatozoa banyak terdapat di dekat sel sertoli?

Page 24: 113

B. Oogenesis pada tikus

Tujuan : Mempelajari berbagai tingkat perkembangan ovum pada proses oogenesis.

Sediaan : Potongan melintang ovarium tikus

Petunjuk:

Bentuk dan besar ovarium seperti kaca hijau. Ovarium dibungkus selapissel kubis yaitu

epitel germinativum. Dari epitel inilah dihasilkan ovum dan sel folikel yang melapisi ovum.

Ovarium tikus terdiri dari jaringan korteks di bagian perifer dan jaringan medula dibagian

Page 25: 113

tengah. Pada jaringan korteks terdapat banyak sel ovum yang dibungkus oleh sel-sel folikel

berbagai tingkat perkembangan ovum, korpus haemoragikum (rubrum) dan korpus luteum. Pada

tikus sulit ditemukan korpus albikans. Fenomena oogenesis yang terjadi pada tikus mirip dengan

fenomena yang terjadi pada wanita. Jumlah sel folikel yang membungkus ovum disesuaikan

namanya dengan tingkat perkembangan ovum seperti folikel primer, folikel sekunder, folikel

tertier, dan folikel de graaf. Selanjutnya dapat ditemukan pula folikel atresia, yaitu folikel yang

telah berkembang lebih lanjut dan mengalami degenerasi.

Pelajarilah : struktur berikut ini dengan menggunakan pembesaran lemah dahulu, kemudian

pembesaran sedang.

1. Bentuk ovarium, hilus ovarium, jaringan korteks, dan medula

2. Epitel germinativum, terdapat dibagian luar ovarium berupa selapis sel epitel kubis yang

membungkus ovarium

3. Folikel primer, Ovum dikelilingi selapis sel folikel

4. Folikel sekunder, Ovum dikelilingi oleh dua lapis sel folikel

5. Folikel tesier, Ovum yang dikelilingi tiga atau lebih lapis sel folikel, seringkali terbentuk

rongga di antara sel folikel yang disebut antrum folikuli, berisi cairan.

6. Folikel de Graaf, merupakan ovum yang dewasa/matang. Antrum folikuli cukup besar,

sehingga ovum terletak di tengah antrum folikel de Graaf. Folikel ini umumnya berada di

bagian tepi ovarium

7. Folikel atresia

Banyak sel-sel folikel atau ovum yang mengalami kerusakan, menunjukan gejala

piknotis. Gejala ini dapat terjadi mulai dari tingkat pekembangan folikel primer sampai

folikel de Graaf.

8. Korpus haemoragikum, terbentuk setelah ovulasi dan agak sulit ditemukan dalam

sediaan.

9. Korpus luteum, terbentuk dari korpus haemoragikum yang terdiri dari sel-sel lutein dan

berfungsi memproduksi hormon progesteron.

Page 26: 113

Pertanyaan

1. Apa peranan hormon estrogen dan progesteron?

2. Uraikan mekanisme umpan balik hormon estrogen dan progesteon pada sistem

reproduksi wanita!

3. Apa peranan hormon FSH dan LH pada proses oogenesis?

Page 27: 113

Mitosis

Tujuan : Mempelajari pembelahan mitosis yang terjadi pada sel somatik, dan untuk

mengingatkan saudara kembali pada salah satu fenomena dasar biologi organisme hidup

Sediaan : Berbagai stadium mitosis pada hewan bintang laut (starfish)

Petunjuk

Proses pembelahan mitosis yang terjadi pada sel-sel somatik dibedakan dari sel-sel

kelamin (sel germinal), dimana tiap anak sel memiliki jumlah kromosom yang sama seperti

induknya. Ada lima stadium mitosis seperti yang pernah saudara peroleh dari kuliah, dan kini

saudara lihat pada sediaan starfish.

Pelajarilah dengan menggunakan pembesaran sedang (objektif 40X atau 45X), dipelajari stadium

mitosis :

1. Interfase

2. Profase

3. Metafase

4. Anafase

5. Telofase

Gambarkan : Semua stadium mitosis yang telah saudara pelajari

Page 28: 113

Kariotip Manusia

Tujuan : Mempelajarai kromosom manusia normal

Sediaan : Kromosom manusia dan gambar kromosom dari harsil analisis kromosom

Petunjuk

a. Setelah diwarnai, kromosom dapat dikenali dengan cara memperhatikan ukuran, bentuk,

letak sentromer dan satelit

b. Kromosom manusia diberi normor berdasarkan urutan besar kecilnya kromosom dan

selanjutnya di kelompokan mulai dari golongan A sampai golongan G

c. Kromosom autosom (22 pasang), diberi nomer 1 untuk kromosom yang terbesar, sampai

nomer 22 untuk kromosom yang terkecil

d. Kromosom seks jumlahnya sepasang terdiri dari XX atau XY. Kromosom X dimasukkan

dalam golongan C, sedangkan kromosom Y termasuk golongan G

e. Tiap kromosom mempuyai lengan panjang (q) dan lengan pendek (p)

f. Letak sentromer akan menentukan tipe kromosom. Kromosom metasentrik adalah

kromosom yang mempunyai lengan p sama panjang dengan lengan q, sedangkan

submetasentrik adalah kromosom yang mempunyai lengan p lebih pendek sedikit (secara

mikroskopis) dibandingkan lengan q. Bila lengan p jauh lebih pendek dibandingkan

dengan lengan q (1/3-1/4 q) disebut tipe kromosom akrosentrik

g. Biasanya kromosom tipe akrosentrik memiliki satelit, yaitu bagian ujung lengan

kromosom seperti terpisah yang dihubungkan oleh bagian lengan yang sangat halus.

Pelajarilah : Dengan menggunakan perbesaran kuat (obyektif 100X), carilah dan gambarkan

mengenai hal berikut :

A. Kromosom tipe metasentrik, submetasentrik, akrosentrik dan bedakan kromosom golongan A

sampai G dengan mengikuti ketentuan sebagai berkut :

1. Golongan A

Terdiri dari tiga pasang kromosom metasentrik paling bsar, yaitu kromosom 1, 2 dan 3,

Page 29: 113

2. Golongan B

Terdiri dari 2 pasang kromosom sub metasentrik yang lebih kecil daripada golongan A,

yaitu kromosom nomor 4 dan 5.

3. Golongan C

Kromosom berukuran lebih kecil dari golongan B. Pada wanita terdiri dari 8 pasang

kromosom metasentrik dan submetasentrik, sedangkan pada laki-laki terdiri atas 7 pasang

kromosom dari golongan C yang meliputi kromosom nomor 6- 12 dan kromosom –X

4. Golongan D

Merupakan kromosom akrosentrik besar (lebih kecil daripada golongan C) dan bersatelit.

Ada tiga pasang, yaitu kromosom nomor 13, 14, dan 15

5. Golongan E

Lebih kecil daripada golongan E dan terdiri dari 3 pasang kromosom, yaitu kromosom

nomor 16. 17. Dan 18. Kromosom nomor 16 hampir metasentrik, sedangkan nomer 17

dan 18 hampir submetasentrik

6. Golongan F

Terdiri dari 2 pasang kromosom metasentrik kecil (lebih kecil daripada kromosom

golongan E), yaitu kromosom 19 dan 20

7. Golongan G

Terdiri 2 pasang kromosom yaitu kromosom nomor 21 dan nommor 22 yang merupakan

kromosom terkecil, akrosentrik dan bersatelit. Pada laki-laki kromosom G ada 5 karena

kromosom Y termasuk kelompok ini.

B. Buatlah kariotip dan gambarkan kromosom yang telah diberikan berdasarkan ukuran,

golongan dan letak sentromer. Dari gambar metafase kromosom manusia (bahan dari foto

copy), hitunglah jumlah kromosomnya. Setelah diketahui jumlah dan golongannya,

Guntinglah setiap kromosom tersebut dan susunlah berdasarkan golongannya ke dalam

format kariotip yang diberikan.

Page 30: 113
Page 31: 113

Kromatin Seks

Tujuan : Memperlajari penentuan seks manusia dari darah tepi dan sel epitel mukosa pipi

Sediaan: Preparat apus darah tepi manusia (wanita)

Petunjuk

Kromatin –X dapat ditemukan pada inti sel epitel mukosa pipi wanita berupa satelit dan

disebut badan barr (barr body) yang menempel pada membran inti. Selain itu, kromatin –X

dapat ditemukan pula pada leukosit netrofil, letaknya tidak menempel pada membran inti, tetapi

justru keluar menonjol dari inti netrofil dan bentuknya seperti pemukul genderang (drum stick).

Bentuknya kepala pemukul genderang bulat dan padat, berukuran ± 1,5 mikron

Pelajari: Dengan menggunakan pembesaran kuat (obyektif 100X) Carilah :

1. Badan Barr (Barr body) pada sediaan sel epitel mukosa pipi

2. Pemukul tambur (drum stcik) yang keluar dari salah satu lobus inti netrofil pada sediaan

apus darah tepi.

Gambarkan : Badan barr yang menempel pada membran inti dan drum stick pada lobus inti

netrofil

Pertanyaan:

1. Apakah pada laki-laki terdapat badan barr dan drumstick ?

2. Jelaskan manfaat pemeriksaan kromatin seks ?

3. Apa manfaat pemeriksaan kromatin dilakukan pada bayi yang baru lahir?

Page 32: 113
Page 33: 113

Golongan Darah

Tujuan :

Mempelajari sistem penggolongan darah (ABO) dan Rhesus dengan melihat reaksi aglutinasi

antara antigen dan antibodi.

Berbagai sistem golongan terbentuk oleh karena pada lokus Isoaglutinogen (I), terjadi mutasi

berulang-ulang sehingga menimbulkan alel berganda (multiple alel). Pada sistem ABO, seorang

yang bergolongan A memiliki zat anti B/antibodi B (beta). Seorang yang bergolongan darah B

memiliki antigen B pada permukaan eritrositnya dan pada plasma darahnya memiliki zat anti A

(alfa). Namun seorang bergolongan darah AB memiliki zat anti A dan B pada plasma darahnya.

Reaksi aglutinasi terjadi jika antigen A bercampur atau bertemu dengan zat anti A dan antigen B

bercampur atau bertemu dengan zat anti B.

Pada sistem Rhesus, terdiri dari Rhesus positif dan Rhesus negatif. Sebagian besar orang Asia

termasuk Indonesia memiliki Rhesus positif sedangka Rhesus negatif banyak dimiliki oleh ras

orang Kaukasia. Zat anti Rhesus secara alami tidak terdapat dalam plasma darah, namun berada

dalam plasma darah hewan percobaan (kelinci) yang telah disuntik antigen Rhesus. Reaksi

aglutinasi terjadi jika antigen Rhesus bercampur atau bertemu dengan zat anti Rhesus.

Contoh Reaksi aglutinasi golongan darah :

Gol darah Anti A Anti B Anti A,B Anti Rhesus

Gol darah A + - +

Gol darah B - + +

Gol darah AB + + +

Gol darah O - - -

Rhesus + +

Rhesus - - - - -

Ket : (+) = menunjukkan adanya reaksi aglutinasi

(-) = tidak adanya reaksi aglutinasi

Bahan dan pereaksi :

- Kaca obyek yang bersih dan kering

- Stylet steril

- Kapas alcohol

Page 34: 113

- Pereaksi antibodi A dan antibody B

Cara kerja :

- Siapkan gelas obyek yang kering dan bersih, dengan menggunakan spidol bagi 2 dan

tandai A dan B

- Teteskan pada bagian A antibodi anti A, dan pada bagian B antibodi anti B.

- Bersihkan dengan kapas alkohol telapak jari manis kiri dan biarkan sampai kering

- Tusuk telapak jari manis tersebut dengan stylet steril sampai darah keluar

- Teteskan 1 tetes darah langsung dari jari ke tiap serum anti A dan ani B tersebut. Aduk

pelan dengan pengaduk

- Perhatikan dan catat terbentuknya gumpalan aglutinasi.

- Luka bekas tusukan stylet ditekan dengan kapas alkohol

Anti A Anti B Golongan darah

Kesimpulan:

Daftar Pustaka

1. Arey IB, 1958, Development Anatomy, WB Saunders Publisihing Co.Inc, New York

2. Mathew WH, 1976. Atlas of Descriptive Ambriology, 2nd edition, McMillan Publishing

co,Inc, New York

3. Ramelan W, 1994, Kromatin seks Hand Out bahan kuliah semester II untuk mahasiswa

FKUI tingkat I. Bagian Biologi Fakultas Keddokteran Univesitas Indonesia

4. Soeradi O, Suryadi R, Tjokronegoro A, Sartono ML, Suharso P 2000. Penuntun

Praktikum Anatomi Mikroskopik. Bagian Biologi Fakultas Kedoktean Univesitas

Indoensia, Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta.

5. Suhana N 1981, Tehnik Mikroskopi: Medan Terang, Perbedaan fase, Fotography,

Flourosensi, Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta

Page 35: 113

6. Syahrum MH, Kamaludin, Tjokronegoro K,1994 Reproduksi dan Embriologi: dari satu

sel menjadi Organisme. Balai Penerbit FKUI, Jakarta

7. Syahrum MH, Puri K, Poerwodihardjo S, Kamaluin, Suhana N,Moeloek N dkk, 2000

Penuntun Anatomy Perkembangan. Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

8. Thomson JS and Thompson MW, 1985, Genetics in Medicine. WH Saunders, Co, Inc

Philadelphia.

9. Weis I and Greep RO. 1977. Histology, 4th Edition, McGraw Hill, Co.,A Blakiston

Publication, New York

10. WHO Laboratory manual for the Examniation of human Semen and Servical Mucous

Interaction, 1988, Singapore Press Concern

Yurnadi, Sari P, Hartamto H, Moeloek N, 2002 Penuntun Praktikum untuk Akademi

Kebidanan, Biologi Kesehatan, Departemen Biologi Kedoktean FKUI Jakarta

Page 36: 113

IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT, PROTEIN, LIPID

I. Karbohidrat.

1. Uji Molisch

Tujuan : Membedakan senyawa karbohidrat dengan senyawa bukan karbohidrat

Prinsip : Karbohidrat dengan asam sulfat pekat menghasilkan senyawa furfural. Senyawa furfural yang

terbentuk bereaksi dengan α-naftol menghasilkan senyawa yang berwarna ungu.

Bahan/Alat:

- Larutan pati, laktosa, sukrosa dan glukosa

- Pereaksi molisch

- H2SO4 pekat

- Tabung reaksi

- Pipet tetes

Cara Kerja:

Siapkan 4 tabung reaksi yang kering dan bersih. Pipetkan ke dalam masing-masing tabung reaksi seperti

table berikut.

Tabung 1 2 3 4

Larutan pati 2 mL - - -

Larutan laktosa - 2 mL - -

Larutan sukrosa - - 2 mL -

Larutan glukosa - - - 2 mL

Pereaksi Molisch 3 tetes 3 tetes 3 tetes 3 tetes

H2SO4 pekat,

dialirkan melalui

dinding tabung

2 mL 2 mL 2 mL 2 mL

HASIL:

KESIMPULAN:

Page 37: 113

2. ji Iodium.

Tujuan : Membedakan Polisakarida dari disakarida dan monosakarida

Prinsip : Struktur 3 dimensi pati yang berupa spiral dapat mengikat molekul Iodium secara fisik, yaitu

dengan cara menempatkan iodium tersebut dalam spiral, sehingga membentuk kompleks yang berwarna

biru. Bila larutan pati dipanaskan, struktur spiral akan hilang sehingga melekul pati tidak dapat lagi

mengikat iodium.

Bahan/Alat :

- Larutan pati, laktosa, sukrosa dan glukosa

- Larutan lugol (terdiri atas I2 dalam KI)

- Tabung reaksi

- Pipet tetes

Cara kerja :

Siapkan 4 tabung yang kering dan bersih. Pipetkan ke dalam masing-masing tabung reaksi seperti table

berikut.

Tabung 1 2 3 4

Larutan pati 2 mL - - -

Larutan laktosa - 2 mL - -

Larutan sukrosa - - 2 mL -

Larutan glukosa - - - 2 mL

Larutan Lugol 1 tetes 1 tetes 1 tetes 1 tretes

HASIL:

KESIMPULAN :

Page 38: 113

3. Uji Barfoed

Tujuan : membedakan monosakarida dan disakarida

Prinsip : Reduksi oleh karbohidrat dalam suasana asam. Uji ini untuk mendeteksi adanya monosakarida.

Dengan penambahan pereaksi warna fosfomolibdat larutan monosakarida akan memberikan warna biru

tua.

Bahan dan Alat:

- Larutan laktosa, glukosa

- Larutan barfoed

- Pereaksi warna fosfomolibdat

- Tabung reaksi

- Pipet tetes

Cara Kerja:

Siapkan 2 tabung yang kering dan bersih. Pipetkan ke dalam masing-masing tabung reaksi seperti table

berikut.

Tabung 1 2

Larutan Barfoed 1 mL 1 mL

Larutan laktosa 1 mL

Larutan glukosa 1 mL

Panaskan dalam air mendidih selama 3 menit

Masukkan dalam bejana berisi air 2 menit

Pereaksi fosfomolibdat 1 mL 1 mL

HASIL

KESIMPULAN:

Page 39: 113

4. Uji Selliwanoff

Tujuan : Membedakan karbohidrat yang mempunyai gugus keto dan aldehid

Prinsip : Karbohidrat atau turunannya (4-hidroksi metal furfural) dengan resorsinol menghasilkan

senyawa yang berwarna merah.

Bahan dan Alat

- Larutan laktosa, sukrosa, glukosa, fruktosa

- Larutan selliwanoff

- Tabung reaksi

- Pipet tetes

- Penangas air mendidih

Cara Kerja

Siapkan 4 tabung yang kering dan bersih. Pipetkan ke dalam masing-masing tabung reaksi seperti table

berikut.

Tabung 1 2 3 4

Larutan laktosa 0,5 mL

Larutan sukrosa 0,5 mL

Larutan glukosa 0,5 mL

Larutan fruktosa 0,5 mL

Pereaksi selliwanoff 5 mL 5 mL 5 mL 5 mL

Panaskan dalam penangas air mendidih 1 menit atau langsung pada api 30 detik

HASIL:

KESIMPULAN :

5. Uji Benedict

Tujuan : Memperlihatkan sifat mereduksi dari karbohidrat

Prinsip : Larutan tembaga (Cu 2+

)dalam suasana basa akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus

aldehid atau keton bebas, sehingga akan terbentuk endapan kupro-oksida yang berwarna hijau sampai

merah bata.

Page 40: 113

Bahan dan Alat:

- Larutan laktosa, sukrosa dan glukosa

- Larutan Benedict

- Tabung reaksi

- pipet tetes

- penangaas air

Cara kerja:

Lakukan uji benedict pada larutan laktosa, sukrosa dan laktosa. Siapkan 3 tabung reaksi yang kering dan

bersih. Pipetkan ke dalam masing-masing tabung reaksi sperti table berikut.

Tabung 1 2 3

Larutan Benedict

Larutan laktosa

Larutan sukrosa

Larutan glukosa

Panaskan dalam penangas air mendidih selama 5 menit atau panaskan langsung pada api selama 2 menit

HASIL: warna endapan

KESIMPULAN :

II. PROTEIN

1. Reaksi Biuret

Tujuan : Memperlihatkan bahwa protein mengandung ikatan peptide

Prinsip : Gugus CO dan NH dari ikatan peptide dalam molekul protein membentuk warna lembayung bila

direaksikan dengan ion Cu++

dalam suasana alkali.

Bahan dan Alat

- larutan putih telur dan gelatin

- NaOH 10%

- Larutan CuSO4

- Tabung reaksi

- Pipet tetes

Page 41: 113

Cara Kerja :

Siapkan 2 tabung reaksi yang kering dan bersih. Pipetkan ke dalam masing-masing tabung reaksi seperti

table berikut

tabung 1 2

Larutan gelatin 2 mL -

Larutan putih telur - 2 mL

NaOH 10% 2 mL 2 mL

Larutan CuSO4 1 – 10 tetes 1 – 10 tetes

HASIL :

KESIMPULAN :

2. Reaksi Xantoprotein

Tujuan : Memperlihatkan bahwa protein tertentu mengandung asam amino dengan inti benzene

Prinsip : Nitrasi inti benzene dari asam amino dalam molekul protein (tirosin, fenilalanin, triptofan)

menjadi senyawa nitro yang berwarna kuning. Dalam lingkungan alkalis terionisasi dan warnanya

berubah lebih tua atau jingga.

Bahan dan alat:

- Larutan gelatin dan putih telur

- HNO3 pekat

- Larutan alkali pekat (NH4OH/NaOH)

- Tabung reaksi

- Pipet tetes

- Penangas air mendidih

Cara kerja:

Siapkan 2 tabung reaksi yang kering dan bersih. Ke dalam masing-masing tabung reaksi pipetkan seperti

pada table berikut:

Page 42: 113

Tabung 1 2

Larutan gelatin 2 mL -

Larutan putih telur - 2 mL

HNO3 pekat 1 mL 1 mL

Perhatikan Terbentuk endapan, kemudian panaskan hati-hati sampai larutan berubah kuning dan endapan

larut kembali

Dinginkan di bawah air mengalir

Tambahkan tetes demi tetes

larutan alkali

Beberapa tetes Beberapa tetes

HASIL :

Kesimpulan :

3. Reaksi Millon

Tujuan : Memperlihatkan bahwa protein mengandung aasam amino dengan inti fenol (tirosin)

Prinsip : Nitrasi derivate monofenol dari asam amino tirosin dalam senyawa protein.

Bahan dan alat :

- Larutan gelatin dan putih telur

- Pereaksi Millon yang mengandung merkuri dalam asam nitrat pekat.

- Tabung reaksi

- Pipet tetes

- Penangas air mendidih

Cara Kerja :

Siapkan 2 tabung reaksi yang kering dan bersih. Pipetkan ke dalam masing-masing tabung reaksi seperti

dalam table berikut.

Tabel 1 2

Larutan gelatin 2 mL ---

Larutan putih telur --- 2 mL

Pereaksi Millon Beberapa tetas Beberapa tetes

Panaskan hati-hati

HASIL :

Page 43: 113

Kesimpulan :

4. Reaksi Hopkins-Cole

Tujuan : Memperlihatkan bahwa protein mengandung asam amino triptofan

Prinsip : Asam amino Triptofan yang terdapat dalam protein berkondensasi dengan asam glioksilat yang

dengan asam pekat membentuk kompleks berwarna.

Bahan dan alat :

- Larutan gelatin

- Larutan putih telor

- H2SO4 pekat

- Pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat

- Tabung reaksi

- Pipet tetes

- Buret

- Penjepit tabung

Cara kerja :

Siapkan 2 tabung reaksi yang kering dan bersih. Ke dalam masing-masing tabung reaksi pipetkan seperti

urutan dalam table berilut.

Tabung 1 2

Larutan gelatin 2 mL --

Larutan putih telur -- 2 mL

Pereaksi Hopkins-Cole 2 mL 2 mL

Alirkan hati-hati dan perlahan melalui dinding

tabung H2SO4 pekat sampai terbentuk 2

lapisan cairan

2 mL 2 mL

HASIL:

Page 44: 113

Kesimpulan :

Pertanyaan :

1. Berdasarkan percobaan-percobaan yang saudara lakukan terhadap larutan gelatin dan putih telur, asam

amino apa saja yang terdapat dalam protein tersebut ?

2. Mengingat ada tidaknya salah satu asam amino esensial, mana yang lebih baik di antara kedua protein

itu sebagai sumber protein hewani ?

Jawaban :

III. LIPID (LEMAK)

1. Uji pengelmusian lemak

Tujuan : Memperlihatkan bahwa minyak dan air dapat dicampur secara merata dan stabil dalam bentuk

emulsi, dengan bantuan suatu bahan pengemulsi.

Prinsip : Suatu senyawa bersifat pengemulsi, bila dapat larut baik dalam air maupun dalam minyak.

Adanya bahan pengemulsi ini menyebabkan minyak dapat tersebar merata dan stabil di antara molekul-

molekul air.

Bahan dan alat :

- Air suling

- Minyak kelapa

- Bahan pengemulsi, (sabun bubuk)

- Tabung reaksi

- Pipet tetes

Cara Kerja :

Siapkan 2 tabung reaksi yang kering dan bersih. Pipetkan ke dalam masing-masing tabung reaksi seperti

dalam table berikut.

Page 45: 113

Tabung 1 2

Air suling 2 mL 2 mL

Minyak kelapa 1 mL 1 mL

Sabun -- Seujung sendok

Kocok dengan kuat, kemudian diamkan

HASIL :

Kesimpulan :

2. Uji Kejenuhan Lemak

Tujuan : Memperlihatkan bahwa minyak nabati, ada yang jenuh, tidak punya ikatan rangkap dan ada yang

tidak jenuh, mempunyai ikatan rangkap

Prinsip : Minyak tidak jenuh (yang mempunyai ikatan rangkap), akan mengaddisi iodium (I2) sehingga

ikatan rangkap hilang. Bersamaan dengan itu warna coklat iodium juga hilang.

Bahan dan alat:

- Minyak kelapa (minyak jenuh)

- Minyak jagung (minyak tidak jenuh)

- Minyak jagung yang telah dipanaskan

- Larutan Hubl

- Tabung reaksi

- Pipet tetes

Cara kerja:

Siapkan 3 tabung reaksi yang kering dan bersih. Pipetkan ke dalam masing-masing tabung reaksi seperti

dalam table berikut.

Tabung 1 2 3

Minyak kelapa

Minyak jagung

Minyak jagung yang

telah dipanaskan

Larutan Hubl tetes demi tetes sampai warna coklat

HASIL :

Jumlah tetesan

Page 46: 113

Kesimpulan :

3. Uji Kolesterol

Tujuan : memperlihatkan bahwa kolesterol tidak terdapat dalam minyak nabati dan terdapat dalam

sumber hewani.

Prinsip : kolesterol akan membentuk warna merah, dan ungu bila direaksikan dengan H2SO4 pekat

Bahan dan Alat :

- Larutan kolesterol 0,5% dalam kloroform

- Minyak kelapa

- Larutan kuning telur dalam kloroform

- H2SO4

- Tabung reaksi

- Pipet tetes

- Buret

Cara kerja:

Siapkan 3 tabung reaksi yang kering dan bersih. Pipetkan ke dalam masing-masing tabung reaksi seperti

dalam table berikut.

Tabung 1 2 3

Larutan kolesterol 1 mL --- ---

Minyak kelapa --- 1 mL ---

Larutan kuning telur

dalam kloroform

--- --- 1 mL

H2SO4 pekat, alirkan

dari buret

1 mL 1 mL 1mL

HASIL:

Perhatikan warnanya

Kesimpulan :

Page 47: 113

Pertanyaan :

Apakah minyak kelapa mengandung kolesterol ?

Daftar Pustaka:

1. Biokimia Eksperimen Laboratorium Bagian Biokimia FK UI, Widya Medika

2.Lembar Kerja Praktikum Biokimia, dr. Mohamad Sadikin, DSc, dr. Sri Widia A. Jusman, MS, dr. Ani

Retno Prijanti, MS

Page 48: 113

PERCOBAAN DARAH

1. Hemolisis Sel Darah Merah (Sdm)

Memperlihatkan pengaruh larutan hipertonik atau hipotonik terhadap membrane sel darah merah Sel

daram merah dalam larutan hipotonik akan menggembung karena cairan dari luar sel akan masuk ke

dalam SDM. Bila penggembungan SDM tadi melewati batas fragilitas SDM, maka sel itu akan pecah dan

terjadi hemolisis. Hemoglobin akan larut dalam cairan hipotonik sehingga larutan akan berwarna merah

jernih. Di dalam larutan hipertonik terhadap tekanan osmotic plasma darah, maka cairan dari SDM akan

ke luar dari sel sehingga SDM akan mengkerut (crenated)

Bahan dan alat

- Larutan NaCl 2%

- Darah segar

Cara kerja

- Ke dalam 10 tabung reaksi masukkan/pipetkan cairan berikut

Tabung Akuades (mL) NaCl 2% (mL) % NaCl

1 10,0 0,0

2 9,0 1,0

3 8,0 2,0

4 7,5 2,5

5 7,0 3,0

6 6,5 3,5

7 6,0 4,0

8 5,5 4,5

9 50 5,0

10 4,5 5,5

- Campur sampai tercampur rata

- Tambahkan 2 tetes suspense darah ke dalam setiap tabung dan kocok dengan membalik-balikkan

tabung perlahan. Diamkan selama 1 jam

- Perhatikan dan catat derajat hemolisis pada tiap tabung.

Hasil:

tabung %NaCl Hemolisis Tabung %NaCl Hemolisis

1 6

2 7

3 8

4 9

5 10

Page 49: 113

Kesimpulan:

2. Pengaruh Pelarut Organik Terhadap Membran Sel Darah Merah

Memperlihatkan bahwa membrane sel darah merah dapat mengalami lisis dalam pelarut organik tertentu.

Membrane SDM mengandung lipid. Pelarut organik tertentu yang bersifat melarutkan lemak akan

menyebabkan lipid membrane larut sehingga terjadi hemolisis

Bahan dan alat:

- Darah segar

- Larutan NaCl 0,9%

- Kloroform

- Eter

- Aseton

- Toluene

- Alkohol

Pelaksanaan:

- Siapkan 6 tabung reaksi yang bersih dan kering

- Ke dalam tiap tabung masukkan 10 mL larutan NaCl 0,9%

- Tabung pertama dipakai sebagai kontrol dan ke dalam 5 tabung lainnya tambahkan setiap 2 tetes

kloroform, eter, aseton, toluene, dan alkohol secara berurutan.

- Tambahkan ke dalam tiap tabung 2 tetes suspense darah, biarkan selama setengah jam. Perhatikan

warna yang terbentuk dan bandingkan dengan kontrol

Hasil :

Pelarut Hemolisis

NaCl 0,9% (kontrol)

Kloroform

Eter

Aseton

Toluene

alkohol

Page 50: 113

3. Uji Kadar Hemoglobin Dengan Cara Sahli

Tujuan :

Menentukan kadar hemoglobin dengan cara Sahli

Dasar :

Hemoglobin diubah menjadi hematin asam dengan penambahan HCl 0,1 N. Hematin asam yang terbentuk

diencerkan dengan penambahan air suling sampai intensitas warna sama dengan intensitas warna

pembanding. Penilaian dilakukan secara visual

Bahan dan alat :

- Darah

- HCl 0,1 N

- Hemoglobinometer Sahli yang terdiri atas tabung berskala, komparator (pembanding), batang

pengaduk dan pipet Sahli.

- Kapas alcohol 70%

Pelaksanaan

- Pipetkan HCl 0,1 N kedalam tabung hemoglobinometer Sahli sampai miniskus bawah menyentuh

tanda angka 10.

- Bersihkan telapak jari manis kiri dengan kapas alcohol 70 %, biarkan sampai kering.

- Tusuk dengan stylet sampai darah keluar, buang tetesan darah pertama.

- Ambil darah dengan pipet Sahli sampai tanda 20 dengan menggunakan sifat kapiler.

- Masukkan darah ke dalam larutan HCl 0,1 N. Isap dan keluarkan campuran itu beberapa kali.

- Balik-balikan tabung tersebut beberapa kali kemudian, biarkan selama 2 – 3 menit.

- Tambahkan air suling setetes demi setetes aduk tiap kali, sampai warna dalam tabung sama

dengan warna pembanding. Lakukan pembacaan warna dengan bantuan cahaya matahari.

- Baca skala persentase hemoglobin. Untuk mengubah nilai menjadi satuan gram/dL darah,

kalikan persentase tersebut dengan factor 17,3.

Contoh : Hasil pembacaan pada skala 94%. Kandungan hemoglobin dalam darah tersebut = 94% x

17,3 = 16,262 g Hb/dL darah

Hasil :

Pembacaan skala Faktor Hasil Perhitungan

17,3

Kesimpulan :

Daftar Pustaka.

1. Biokimia Eksperimen Laboratorium Bagian Biokimia FK UI, Widya Medika

2.Lembar Kerja Praktikum Biokimia, dr. Mohamad Sadikin, DSc, dr. Sri Widia A. Jusman, MS, dr. Ani

Retno Prijanti, MS

Page 51: 113

PRAKTIKUM URIN

TEORI

Urin mengandung :

1. Air dan garam – garam dalam jumlah sedemikian rupa sehingga terdapat keseimbangan antara

cairan ekstrasel dan intrasel.

2. Asam dan basa.

3. Sisa – sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi tubuh.

4. Zat – zat hasil detoksikasi.

5. Zat – zat lain dikeluarkan dari dalam darah karena kadarnya berlebihan.

Jika kita melakukan urinalisis dengan memakai urin kumpulan sepanjang 24 jam pada seseorang, ternyata

susunan urin itu tidak banyak berbeda dari susunan urin 24 jam berikutnya. Akan tetapi kalau kita

mengadakan pemeriksaan dengan sampel – sample urin pada saat – saat yang tidak menentu di waktu

siang atau malam, akan terlihat bahwa sampel urin dapat berbeda jauh dari sample lain. Oleh karena itu

penting sekali untuk memilih sampel urin sesuai dengan tujuan pemeriksaan.

MEMILIH SAMPEL URIN

1. Urin sewaktu

Yaitu urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan dengan khusus. Urin sewaktu

cukup baik untuk pemeriksaan rutin.

2. Urin pagi

Yaitu urin pertama – tama dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur. Urin ini lebih pekat

dari urin yang dikeluarkan pada siang hari. Baik untuk pemeriksaan sediment, protein, berat jenis dan

lain – lain.

3. Urin postpradial

Merupakan urin yang pertama kali dikeluarkan 11/2 – 2 jam sehabis makan. Sampel urin ini

baik untuk pemeriksaan terhadap glukosuria.

4. Urin 24 jam

Yaitu urin yang dikumpulkan selama 24 jam. Cara mengumpulkannya sebagai berikut: jam 7 pagi

urin pertama dikeluarkan, urin ini dibuang. Semua urin yang dikeluarkan kemudian, termasuk juga

urin jam 7 pagi esok harinya harus ditampung dalam botol urin yang tersedia dan isinya

dicampur.

Page 52: 113

Untuk mengumpulkan urin 24 jam diperlukan botol besar, bervolume 11/2 liter atau lebih

yang dapat ditutup dengan baik. Botol harus bersih dan biasanya memerlukan zat pengawet. Urin 24

jam dapat digunakan untuk pemeriksaan kuantitatif semua zat dalam urin. Selain itu dikenal juga urin

siang 12 jam, urin malam 12 jam, urin 2 jam, urin 3 gelas, urin 2 gelas dan sebagainya.

WADAH URIN

Botol penampung ( wadah ) urin harus bersih dan kering; bermulut lebar dan dapat disumbat rapat.

SUSUNAN URIN

Urin normal mempunyai susunan yang sangat berbeda – beda, dipengaruhi oleh makanan dan faktor –

faktor lain. Urin normal mengandung sejumlah zat diantaranya : urea, asam urat, kreatinin, keratin,

belerang, indikan, ammonia, klorida, fosfat, vitamin, hormone dan enzim.

Zat – zat patologik dalam urin yaitu : glukosa, protein, zat keton, nanah, darah, lemak, asam amino,

pigmen empedu dan batu urin.

PERCOBAAN URIN

A. Bahan

1. Urine sewaktu

2. Kertas lakmus dan pH indikator universal

3. Kertas saring

4. Reagen kimia (pereaksi)

B. Peralatan

1. Gelas ukur 1 L

2. Urinometer

3. Beaker glass

4. Tabung reaksi

5. Corong

6. Pipet tetes

Page 53: 113

C. Prosedur

1. Sifat – sifat urin

Catatlah hal – hal dibawah ini :

1. Volume dalam ml

2. Warna, bau dan kejernihan

3. pH urin dengan menguji reaksi terhadap lakmus dan kertas indicator universal. Juga uji

dengan fenolftalein.

4. Berat jenis

Terlebih dahulu ketelitian hydrometer yang akan digunakan harus diuji terhadap air suling. Bila

kesalahan tidak terlalu besar, dapat dilakukan koreksi. Perlu diperhatikan bahwa semua toluene

harus dibuang.

Prosedur :

Isilah sebuah tabung urinometer dengan urin. Busa yang mungkin terjadi dibuang dengan

memakai sepotong kertas saring atau dengan setetes eter. Letakkan hidrometer didalamnya.

Hidrometer tidak boleh menyentuh dinding tabung. Catatlah suhu urin tersebut. Tiap – tiap

urinometer talah ditera pada suhu tertentu. Bila suhu urin tidak sama dengan suhu tera 27,5 0C

lakukan koreksi sebagai berikut:

Tambahkan 0,001 pada angka yang dinyatakan urinometer bagi tiap penambahan suhu 30C diatas

suhu tera, atau dikurangi 0,001 untuk setiap perbedaan suhu 30C dibawah suhu tera.

2. Jumlah zat padat total

Kalikan kedua angka terakhir dari B.J urin tersebut dengan angka 2,6. Hasilnya menyatakan

secara kasar jumlah zat padat total ( gram ) dalam 1 liter urin / 24 jam.

3. Garam – garam ammonium

Prosedur :

Tambahkan NaOH pada 5 ml urin hingga reaksinya alkalis. Panaskan. Perhatikan bau yang

timbul dan uji uap yang terbentuk dengan kertas lakmus yang dibasahi air .

Sulfat

Prinsip

Dalam suasana asam, sulfat akan mengendap bila bereaksi dengan ion barium, menurut reaksi:

Page 54: 113

H++ SO4

2+ + Ba

2+ BaSO4

a) Sulfat Anorganik

Merupakan bagian terbesar (85 – 90 %) dari belerang teroksidasi dan berasal terutama dari

metabolisme protein.

Metoda :

Pada 10 ml urin tambahkan 10 tetes HCL encer dan 10 tetes BaCl2. Terlihat endapan putih.

Saringlah campuran ini, uji filtrate terhadap belerang etereal.

b) Sulfat etereal (organik)

Merupakan senyawaan asam sulfat dengan zat – zat organik seperti indol, kresol, fenol dan

sebagainya. Zat – zat organik tersebut berasal dari metabolisme protein, atau pembusukan

protein dalam lumen usus. Semuanya terurai pada pemanasan dengan asam. Merupakan 5 –

15 % dari belerang total urin.

Prosedur :

Didihkan filtrate dari percobaan ( a ) selama beberapa menit. Bila tidak terbentuk endapan,

tambahkan lagi HCl dan panaskanlah, mungkin perlu ditambahkan BaCl2 hingga mengendap.

4. Fosfat

Tujuan untuk membuktikan adanya fosfat di dalam urine

Prinsip

Fosfat akan berekasi dengan ion molibdat dalam suasan asam dan akan membentuk senyawaan

berwarna biru.

Prosedur

1. Masukan 10 ml urine ke dalam tabung reaksi. Kemudian tambahkan 1 ml asam nitrat

encer dan 2 ml ammonium molibdat.

2. Panaskan selama 1 menit dan amati dalam waktu 5 menit

3. Catat hasil yang diperoleh

5. Kalsium

Tujuan adalah untuk membuktikan adanya kalsium di dalam urine

Prinsip

Kalsium dalam suasana asam akan mengendap pada penambahan NH4-oksalat

Prosedur

Page 55: 113

1. Masukan 5 ml urine ke dalam tabung reaksi.

2. Kemudian tambahkan 3 tetes asam asetat encer dan 1 ml ammonium oksalat.

3. Catat hasil yang diperoleh

6. Kreatinin

Reaksi Jaffe

Reaksi ini berdasarkan pembentukan tautomer kreatinin pikrat yang berwarna merah bila

kreatinin direaksikan dengan larutan pikrat alkalis. Warna ini akan berubah menjadi kuning

apabila larutan diasamkan.

Prosedur:

Masukkan 5 ml urin ke dalam sebuah tabung reaksi dan 5 ml ke dalam tabungyang lain.

Tambahkan pada masing – masing tabung 1 ml larutan asam pikrat jenuh dan 1 ml NaOH 10 %.

Perhatikan warna yang terbentuk. Tambahkan HCl 20 tetes pada salah satu tabung. Bandingkan

hasilnya terhadap tabung yang tidak ditambahkan HCl.

7. Glukosa

Adanya glukosa dalam urin dapat dinyatakan berdasarkan sifat glukosa yang dapat mereduksi ion

– ion logam tertentu dalam larutan alkalis. Test ini tidak spesifik terhadap glukosa, gula – gula

lain yang berdaya reduksi maupun zat – zat lain yang bukan gula dapat juga memperlihatkan hasil

positif.

Test Benedict (semi kuantitatif )

Dengan test ini dapat diperhitungkan secara kasar kadar gula dalam urin ( semi kuantitatif ).

Prosedur :

Siapkan 5 tabung reaksi. Isi 10 tetes urin pada tabung pertama, 5 tetes urin pada tabung kedua

sampai kelima. Masukkan kedalam tiap tabung tersebut 2,5 ml pereaksi Benedict kualitatif,

campurkan dengan seksama. Tambahkan ( 1 ) glukosa 0,3 %; ( 2 ) glukosa 1 %; ( 3 ) glukosa 2 %

; ( 4 ) glukosa 5 % dan ( 5 ) sebagai blanko. Panaskan kelima tabung di atas secara bersamaan

selama 5 menit pada penangas air mendidih hingga terjadi perubahan warna.

Page 56: 113

Penafsiran

WARNA PENILAIAN KADAR

Biru / hijau keruh : 0 -

Hijau / kuning hijau : + kurang dari 0,5 %

Kuning / kuning kehijauan : ++ 0,5 – 1,0 %

Jingga : +++ 1,0 – 2,0 %

Merah : ++++ lebih dari 2,0 %