11. Gabena Indrayani Dalimunthe
-
Upload
nur-hasbullah-matturungan -
Category
Documents
-
view
31 -
download
0
Transcript of 11. Gabena Indrayani Dalimunthe
Kultura Volume: 12 No.1 Juni 2011
PENERAPAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET PADA PENETAPAN KADAR BEBERAPA OBAT YANG MENGANDUNG
NATRIUM DIKLOFENAK DALAM SEDIAAN TABLET
Gabena Indrayani Dalimunthe1
Abstrak
Dalam perdagangan sediaan tablet yang mengandung Natrium Diklofenak terdapat dalam sediaan obat generik dan nama dagang. Obat dengan nama generik harganya lebih murah dari nama dagang, sedangkan masyarakat menilai obat yang harganya murah tidak berkualitas. Salah satu parameter sidiaan obat tersebut dinyatakan berkualitas bila kadar zat aktifnya sesuai dengan persyaratan kadar menurut Farmakope Indonesia dan/atau buku standart lain.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kesesuaian kadar Natrium Diklofenak dalam sediaan tablet generik dan nama dagang dengan persyaratan kadar menurut USP 30,2007,menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet. Keuntungan metode ini yaitu biayanya relatif lebih murah dan mudah dalam pelaksanaannya.
Dari hasil penelitian menunjukkan metode spektrofotometri ultraviolet dapat diterapkan pada penetapan kadar Natrium Diklofenak dalam sediaan tablet dengan perolehan kadar dari masing-masing tablet yaitu untuk tablet dengan nama dagang Voltaren 25 mg adalah 95,67 ± 2,43% (PT. Novartis), Fenaren 50 mg adalah 103,58 ± 8,68% (PT.Bernofarm),Klotaren 50 mg adalah 102,39 ± 6,25% (PT.Kimia Farma) dan tablet generik, Natrium Diklofenak 25 mg adalah 107,44 ± 4,36% (PT. Kimia Farma) dan Natrium Diklofenak 50 mg adalah 91,29 ± 3,66% (PT. First Medifarma)
1.1 Latar Belakang
Natrium Diklofenak merupakan turunan asam fenil asetat yang mempunyai aktifitas
antirematik, antiradang dan analgesik-antipiretik, terutama digunakan untuk mengurangi rasa nyeri
akibat peradangan pada berbagai keadaan rematik dan arthritis.
Dalam perdagangan sedian tablet yang mengandung Natrium Diklofenak terdapat dalam
sediaan obat generik dan nama dagang. Obat dengan nama generik harganya jauh lebih murah dari
pada nama dagang, sementara sampai saat ini masih ada saja sebagian masyarakat yang
meragukan kualitas dari obat generik karena harganya jauh lebih murah dari pada obat nama
dagang. Masyarakat beranggapan obat dengan harga murah khasiatnya tidak sebaik obat dengan
harga mahal.
Departemen Kesehatan telah menetapkan penggunaan obat generik yaitu dengan
dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan N0.085/Menkes/Per/1989, tentang kewajiban
menuliskan resep dan menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah.
Menurut Undang-undang Kesehatan No.36 tahun 2009, menetapkan bahwa obat-obat dan
bahan obat harus memenuhi standar Farmakope atau buku standar lain. Salah satu parameter 1 Dosen Yayasan UMN Al Washliyah
1
Kultura Volume: 12 No.1 Juni 2011
sediaan obat tersebut memenuhi standar apabila kadar zat aktifnya sesuai dengan persyaratan
Farmakope Indonesia atau buku standar lain.
Ditinjau dari struktur Natrium Diklofenak yang mempunyai gugus kromofor dan
auksokrom senyawa ini dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet. Menurut Moffat (2005),
Natrium Diklofenak memiliki serapan maksimum dalam larutan asam pada panjang gelombang
273 nm (A11=309 b) dan dalam larutan basa pada panjang gelombang 275 nm (A1
1=351b).
Monografi Natrium Diklofenak baik sebagai bahan baku maupun sediaan tablet tidak
terdapat dalam Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995. Dalam United Stated Pharmacopoeia
(USP) 30 tahun 2007, monografinya hanya terdapat dalam sediaan tablet dengan penentuan
kadarnya secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), Metode ini memerlukan alat dan biaya
operasional yang mahal serta waktu analisis yang relatif lama.
Penelitian ini juga dilatarbelakangi dengan melihat banyaknya resep diapotik yang
dituliskan oleh Dokter gigi yaitu voltaren ( Nama dagang ) dimana dari segi harganya lebih mahal
dari pada obat generik. Yang menduga bahwa generik tidak memberikan penyembuhan yang cepat,
oleh karena itu masyarakat ragu membeli obat generik.
Mengingat hal tersebut diatas maka perlu dicari suatu metode analisis yang memerlukan
alat dan biaya operasional yang relatif murah serta lebih mudah dalam pelaksanaannya dan metode
tersebut salah satunya adalah spektrofotometri ultraviolet, dan terbukti bahwa obat generik juga
sama dengan zat berkhasiat setara USP.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah metode spektrofotometri ultraviolet dapat diterapkan pada penetapan kadar
Natrium Diklofenak dalam sediaan tablet ?
2. Apakah kadar Natrium Diklofenak dalam sediaan tablet yang beredar dipasaran
dengan nama generik dan dagang telah memenuhi persyaratan kadar menurut USP 30
(2007) ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menerapkan metode spektrofotometri pada penetapan kadar Natrium Diklofenak
dalam sediaan tablet.
2. Untuk mengetahui kadar Natrium Diklofenak dalam tablet generik dan nama dagang
yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan kadar yang ditentukan dalam USP 30
(2007).
1.4 Hipotesa
1. Metode spektrofotometri dapat diterapkan pada penetapan kadar Natrium Diklofenak
dalam sediaan tablet.
2
Kultura Volume: 12 No.1 Juni 2011
2. Kadar Natrium Diklofenak dalam sediaan tablet generik dan nama dagang yang
beredar dipasaran memenuhi persyaratan kadar menurut USP 30 (2007)
Tinjauan Pustaka
2.1 Uraian Natrium Diklofenak
2.1.1 Sifat fisiko kimia Natrium Diklofenak
Nama kimia : Sodium [2-(2,6-dichloroanilino)phenyl] asetat
Rumus Molekul : C14H10Cl2NO2Na
Berat Molekul : 318,1
Pemerian : Serbuk kristalin, berwarna putih kekuningan dan
tidak berbau
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, sangat mudah larut
dalam metanol, larut dalam etanol, sedikit larut
dalam aseton, Praktis tidak larut dalam eter,
kloroform dan asetat encer.
pKa : 4,2
Titik lebur : 283 – 2850 C
Test Warna : Lieberman test (merah-coklat) Mandelin test (merah coklat),
Marquis (coklat lemah)
Spektrum Ultraviolet : Dalam pelarut asam, panjang gelombang 273 nm
(A11 309 b) dan 275 nm dalam pelarut basa
(A11 351 b)
Persyaratan Kadar : Mengandung tidak kurang dari 90 % dan tidak lebih dari 110%
C14H10Cl2NNaO2 (USP 30,2007)
2.1.2 Farmakologi Natrium Diklofenak
Natrium Diklofenak adalah derivat sederhana dari asam fenil asetat yang menyerupai
flurbiprofen dan meclofenamat. Potensinya lebih besar atau dari indometasin atau dari naproksen.
Obat ini memiliki sifat-sifat antiinflamasi, analgesik dan antipiretik. Obat ini digunakan untuk efek-
efek analgetik dan antipiretik pada symptom artritis reumatoid.
Natrium Diklofenak cepat diabsorpsi melalui saluran cerna setelah pemberian oral, efek
analgetik dimulai setelah 1 jam dan mempunyai waktu paruh 1-2 jam. Natrium Diklofenak
3
Kultura Volume: 12 No.1 Juni 2011
terakumulasi dalam cairan synovial setelah pemberian oral yang menjelaskan efek terapi di sendi
jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut (katzung, 1997).
Efek samping yang lazim ialah mual, gastritis, eritema kulit dan sakit kepala. Efek samping
yang terjadi pada kira-kira 20% penderita meliputi distres saluran cerna, pendarahan saluran cerna
dan timbulnya tukak lambung (Tjay. 2002).
Absorpsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap. Obat ini terikat 99
% pada protein plasma. Natrium Diklofenak diakumulasi dicairan sinovial yang menjelaskan efek
terapi disendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut. Pemakaian obat ini harus berhati
– hati pada penderita tukak lambung. Pemakaian selama kehamilan tidak dianjurkan (Ganiswarna,
1995).
Natrium Diklofenak merupakan salah satu golongan obat antiinflamasi non steroid
(OAINS) yang banyak digunakan untuk nyeri dan inflamasi. Natrium Diklofenak dalam bentuk
lepas lambat terkendali adalah salah satu teknologi yang dikembangkan untuk memperbaiki
toleransi Natrium Diklofenak. Beberapa studi klinis Natrium Diklofenak yang diberikan sebagai
monoterapi atau kombinasi, menunjukkan obat ini efektif meredakan gejala osteoarthritis maupun
rheumatoid arthritis (Anonim a , 2006).
2.1.3 Dosis Pemakaian
Dosis oral 3 kali sehari 25-50 mg setelah makan, rektal 1 kali sehari 50 mg sampai 100 mg,
i.m. Pada nyeri kolik atau serangan encok: 1-2 kali sehari 75 mg selama 1-3 hari (Tjay. T.H,
2000).
2.2 Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan
molekul atau atom dari suatu zat kimia. Spektrofotometer terdiri dari suatu sistem optik dengan
kemampuan menghasilkan cahaya monokromatik dalam jangkauan 200 nm hingga 800 nm dan
suatu alat yang sesuai untuk menetapkan serapan (Depkes RI, 1995).
2.2.1 Hukum Lambert-Beer
Menurut Lambert bila suatu cahaya monokromatis melalui suatu larutan senyawa dengan
ketebalan b, maka sebagian energi akan terabsorpsi oleh molekul dalam larutan. Berkurangnya
energi cahaya (P) tersebut berbanding lurus dengan ketebalan medium.
Istilah log (Po/P) disebut absorban dan diberi lambang A. Lambang b menyatakan panjang
jalan menembus medium penyerap, biasanya dinyatakan dalam sentimeter. Nilai tetapan a atau c
dalam hukum Lambert-Beer tergantung pada konsentrasi mana yang digunakan. Bila c dalam gram
per liter tetapan itu disebut absorbtivitas (a) dan bila dalam mol per liter disebut absorbtivitas
molar ( ) (Day and Underwood, 1999).
4
Kultura Volume: 12 No.1 Juni 2011
Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat
penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan. Absorbtivitas (a) merupakan suatu
konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet, dan intensitas yang mengenai
larutan sampel. Absorbtivitas tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang
gelombang radiasi. Jika c (konsentrasi) dinyatakan dengan persen berat/volume (g/100 ml) maka
absorbtivitas dapat ditulis dengan A1%1cm dan bila konsentrasi dinyatakan dengan satuan molar
maka absorbtivitasnya ditulis dengan E1%1cm.
Dalam Farmakope, metode spektrofotometri Ultra violet banyak digunakan untuk
menetapkan kadar senyawa obat. Metode ini biasanya mendasarkan pada penggunaan nilai A1%1cm
suatu senyawa obat. Spektrofotometer yang digunakan harus telah dikalibrasi dengan benar jika
menggunakan nilai A1%1cm.
Nilai A1%1cm merupakan absorbansi suatu senyawa yang diukur pada konsentrasi 1% b/v (1 g/100
ml) dengan kuvet yang mempunyai ketebalan 1 cm pada panjang gelombang dan pelarut tertentu.
Manfaat lain dari informasi A1%1cm adalah terkait dengan apakah senyawa tersebut cukup
sensitif diukur dengan spektrofotometer Ultra violet. Sebagai contoh jika ada dua senyawa A
dengan nilai (A1%1cm 900) dan senyawa B (A1%
1cm 4) yang keduanya akan ditetapkan kadarnya
dengan spektrofotometer UV, maka dapat dikatakan bahwa senyawa A cukup sensitif dan layak
untuk dianalisis dengan spektrofotometer UV, sementara senyawa B tidak layak karena sensitivitas
senyawa tersebut sangat rendah jika dianalisis dengan spektrofotometer.
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang
yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih panjang gelombang maksimal, dilakukan
dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan
baku pada konsentrasi tertentu.
Tahapan-tahapan penentuan kadar bahan baku dan sediaan obat secara spektrofotometri
yaitu :
1. Mencari pelarut yang sesuai/tepat untuk melarutkan zat aktif yang terdapat dalam sediaan
obat, ini dapat dilihat pada Farmakope Indonesia, Farmakope negara lain, dan literatur lain.
Pelarut yang umum digunakan antara lain aquades; etanol: metanol; asam sulfat 0,1 N: asam
klorida 0,1 N; natrium hidroksida 0,1 N; kalium hidroksida 0,1 N; aseton; kloroform.
2. Mencari panjang gelombang maksimum dari zat yang akan ditetapkan kadarnya, ini dapat
dilihat dari Farmakope Indonesia, Clarke’s atau literatur lain.
3. Membuat larutan induk baku dari baku pembanding Farmakope Indonesia (BPFI). Larutan
induk biasanya dengan konsentrasi 100 mcg/ml atau 200 mcg/ml.
5
Kultura Volume: 12 No.1 Juni 2011
4. Menentukan panjang gelombang maksimum dan zat yang akan ditetapkan kadarnya dengan
spektrofotometer yang digunakan, dan sebelumnya ditentukan terlebih dahulu konsentrasi dari
pengukuran dengan menggunakan nilai A11 dari zat yang akan ditentukan kadarnya.
5. Membuat kurva kalibrasi dari larutan baku pembanding dengan konsentasi yang meningkat
dan paling sedikit dengan 5 konsentrasi yang memberikan serapan pada batas-batas serapan
menurut hukum Lamber Beer.
Dari data-data yang diperoleh dibuat kurva kalibrasi dan dihitung persamaan regresi
menggunakan rumus persamaan berikut:
Y = aX + b dimana a =
X = konsentrasi (mcg/ml)
Y = serapan
N = banyak pengukuran serapan yang dilakukan
Dari persamaan diatas dapat dihitung harga a dan b dan dilanjutkan penentuan koefisien
korelasi (r).
r =
6. Kadar zat yang akan ditentukan dapat diperoieh dengan mengukur serapan zat tersebut pada
panjang gelombang maksimumnya dan memasukan harga serapan yang diperoleh pada
persamaan garis regresi atau meialui persamaan:
Csampel =
Menurut Hukum Lambert Beer, serapan berbanding lurus dengan ketebalan lapisan yang
disinari. Sedangkan menurut Hukum Beer serapan berbanding lurus dengan konsentrasi. Kedua
pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam Hukum Lambert Beer, sehingga diperoleh kesimpulan
bahwa serapan berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan sel yang dapat ditulis dengan
persamaan.
A = ε.b.C
Dimana : A = serapan,
ε = absorptivitas molar,
b = ketebalan sel dan
C = konsentrasi ( Fessenden, 1994 ).
6
Kultura Volume: 12 No.1 Juni 2011
Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimental. Penelitian ini
dilaksanakan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara.
3.1. Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, spektrofotometer
ultraviolet (UV mini 1240 shimadzu), neraca listrik (Sartorius), buret, bola hisap dan alat-alat gelas
yang umum digunakan dalam laboratorium kimia.
3.2. Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain, Natrium Hidroksida (E.Merck), aquades (Lab
kimia Farmasi USU), Natrium Diklofenak 50 mg (BPFI),Tablet Natrium Diklofenak generik 25
mg (PT. Kimia Farma), Tablet Natrium Diklofenak generik 50 mg (PT. First Medifarma), tablet
klotaren 50 mg (PT. Kimia Farma), tablet Fenaren 50 mg (PT. Bernofarm) dan tablet Voltaren 25
mg (PT. Novartis).
3.3. Pengambilan Sampel
Yang menjadi populasi sampel dalam penelitian ini adalah dua tablet generik dengan
komposisi Natrium Diklofenak 25 mg dan 50 mg dan tiga tablet dengan nama dagang yang
terdapat di pasaran Kota Medan.
3.4. Pembuatan Pereaksi
3.4.1. Pembuatan air bebas CO2
Didihkan akuades selama 5 menit atau lebih, tutup dan diamkan 5 menit.
3.4.2 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N
Ditimbang 4 gram natrium hidroksida dilarutkan dalam akuades bebas CO2 hingga 1000 ml
(Ditjen POM 1979).
3.5. Penetapan kadar tablet Natrium Diklofenak secara Spektrofotometri Ultraviolet
3.5.1 Pembuatan larutan induk baku pembanding
Ditimbang seksama 50 mg Natrium Diklofenak BPFI, dimasukkan ke dalam labu
tentukur 50 ml. dilarutkan dengan NaOH 0,1N, di kocok homogen, sehingga diperoleh larutan
dengan konsentrasi 1000 mcg/ml. Larutan ini disebut larutan induk baku I.
7
Kultura Volume: 12 No.1 Juni 2011
Dipipet 10 ml larutan induk baku I, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan
dicukupkan dengan NaOH 0,1N sampai garis tanda, konsentrasi larutan 100 mcg/ml. Larutan
ini disebut larutan induk baku II.
3.5.2 Penentuan panjang gelombang serapan maksimum.
Pipet 6 ml larutan induk baku II dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml,
dicukupkan dengan NaOH 0,1N sampai garis tanda, konsentrasi larutan (12 mcg/ml).
Kemudian diukur serapannya pada rentang panjang gelombang 200 nm-400 nm .
3.5.3 Penentuan linieritas kurva kalibrasi.
Dipipet larutan induk baku pembanding II berturut-turut 5 ml, 6 ml, 7 ml, 8 ml, dan 9 ml.
kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, ditambah NaOH 0,1 N sampai garis tanda.
konsentrasi larutan masing-masing 10 mcg/ml, 12 mcg/ml, 14 mcg/ml, 16 mcg/ml dan 18 mcg/ml.
kemudian larutan ini diukur pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh.
3.5.4 Penetapan kadar tablet Natrium Diklofenak secara Spektrofotometri
Sejumlah 20 tablet ditimbang, digerus homogen. serbuk ditimbang seksama setara 60 mg
Natrium Diklofenak, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml ditambah NaOH 0,1N dikocok,
diencerkan dengan NaOH sampai garis tanda, disaring. Dipipet 10 ml filtrat dimasukkan ke dalam
labu tentukur 100 ml, diencerkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda. Kemudian dipipet 6 ml
dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, ditambah NaOH 0,1N sampai garis tanda. Kemudian
diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum. Serapan yang diperoleh disubstitusikan
pada persamaan regresi.
Hasil Dan Pembahasan
4.1 Penentuan Serapan Maksimum Diklofenak Na
Sebelum dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum terlebih dahulu ditentukan
konsentrasi pengukuran yang memberikan kesalahan fotometri terkecil dengan menggunakan nilai
A11 dari Natrium Diklofenak dalam pelarut Natrium Hidroksida 0,1 N (A1 = 351b). Dari
perhitungan diperoleh konsentasi 12 mcg/ml dan dari pengukuran diperoleh panjang gelombang
maksimum pada 274,5 nm. Panjang gelombang yang diperoleh ini berbeda 0,5 nm dari panjang
gelombang yang terdapat dalam literatur yaitu 275 nm (Moffat, 2004). Panjang gelombang ini
masih dalam batas yang diperkenankan dalam Farmakope Indonesia, berarti panjang gelombang
maksimum ini dapat digunakan untuk pada penentuan kadar tablet Natrium Diklofenak Kurva
serapan dapat dilihat pada gambar 1.
8
Kultura Volume: 12 No.1 Juni 2011
Gambar 1. Kurva Serapan Natrium Diklofenak BPFI (Konsentrasi 12 mcg/ ml)
4.2. Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi
Dan hasil penentuan linieritas kurva kalibrasi Natrium Diklofenak BPFI dalam larutan
NaOH 0,1 N pada rentang konsentrasi 0.00 rncg/ml - 18 mcg/ml, diperoleh hubungan yang linier
antara serapan dengan konsentrasi dengan koefisien korelasi (r) = 0,9996. Koefisien korelasi ini
dapat diterima karena masih dalam batas penerimaan menurut Badan POM 2003, r = 0,9995. Dari
perhitungan didapatkan persamaan regresi Y = 0,02658 (X) + 0,0035. Data kurva kalibrasi pada
lampiran 1, tabel 7 dan kurva kalibrasi pada gambar 2.
Gambar 2. Kurva Kalibrasi Natrium Diklofenak BPFI dalam NaOH 0,1 N Pada panjang gelombang 274,5 nm.
4.3. Penentuan Kadar Natrium Diklofenak Dalam Sediaan Tablet
Tablet Natrium Diklofenak merupakan sediaan tablet bersalut, maka sebelum dilakukan
penetapan kadarnya terlebih dahulu dihilangkan salutnya dengan cara mengupas karena adanya
salut ini dapat mengganggu dalam pengukuran serapan dimana larutannya berwarna kuning
meskipun telah di saring. Data hasil penentuan kadar rata-rata tablet Natrium Diklofenak generik
dan nama dagang dapat dilihat pada tabel 1,2,3,4 dan 5.
Tabel 1. Data Hasil Perhitungan Kadar Tablet Voltaren 25 mg (PT. Novartis).
N0Berat Serapan
(A) Konsentrasiteoritis (mcg/ml)
Konsentrasiperolehan(mcg/ml)
(%) Kadar rata-rata (%)Sampel
(mg)Setara(mg)
1 292,5 60,007 0,3608 14,401 13,7133 94,61%96,31%
2 292,4 59,986 0,3635 14,396 13,8148 95,34%
3 292,5 60,007 0,3652 14,401 13,8788l 95,74%
4 292,3 59,960 0,3794 14,391 14,4133 99,50%
5 293,6 60,233 0,3740 14,455 14,2099 97,66%
9
Kultura Volume: 12 No.1 Juni 2011
6 293,3 60,171 0,3635 14,441 13,8148 95,04%
Tabel 2. Data Hasil Perhitungan Kadar Tablet Fenaren 50 mg (PT. Bernofarm).
N0
BeratSerapan
(A)Konsentrasi
teoritis (mcg/ml)
Konsentrasiperolehan(mcg/ml)
Kadar(%)
Kadar rata-rata (%)Sampel
(mg)Setara(mg)
1. 223,1 60,259 0,3792 14,462 14,4055 98,96%
103,58%
2. 223,3 60,313 0,3997 14,475 15,1768 104,16%
3. 223,3 60,313 0,4310 14,475 16,3544 112,24%
4. 223,4 60,340 0,3964 14,481 15,0526 103,27%
5. 223,2 60,286 0,3734 14,468 14,1873 97,42%
6. 223,4 60,340 0,4049 14,481 15,3724 105,45%
Tabel 3. Data Hasil Perhitungan Kadar Tablet Klotaren 50 mg (PT Kimia Farma)
N0Berat Serapan
(A)Konsentrasi
teoritis (mcg/ml)
Konsentrasiperolehan(mcg/ml)
Kadar(%)
Kadar rata-rata (%)Sampel
(mg)Setara(mg)
1 133,7 59,912 0,3783 14,378 14,3717 99,30%
102,39%
2 133,9 60,001 0,3987 14,400 15,1392 104,44%
3 133,7 59,912 0,3975 14,378 15,0940 104,29%
4 133,8 59,9569 0,4126 14,389 15,6621 108,14%
5 133,7 59,912 0,3783 14,378 14,3717 99,30%
6 133,9 60,001 0,3774 14,400 14,3378 98,92%
Tabel 4. Data Hasil Perhitungan Kadar Tablet Natrium Diklofenak 25 mg (PT. Kimia Farma)
N0Berat Serapan
(A)Konsentrasi
teoritis (mcg/ml)
Konsentrasiperolehan(mcg/ml)
Kadar(%)
Kadar rata-rata (%)Sampel
(mg)Setara(mg)
1 405,2 60,140 0,4447 14,433 16,8698 116,12%
108,88%
2 405,4 60,169 0,4242 14,440 16,8985 110,67%
3 405,5 60,184 0,4065 14,444 15,4326 106,15%
4 405,4 60,169 0,4126 14,440 15,6621 107,74%
5 405,3 60,140 0,4020 14,433 15,2633 105,06%
6 405,6 60.199 0,4121 14,447 15,6433 107,59%
10
Kultura Volume: 12 No.1 Juni 2011
Tabel 5. Data Hasil Perhitungan Kadar Tablet Natrium Diklofenak 50 mg (PT. First Medifarma)
N0Berat Serapan
(A)Konsentrasi
teoritis (mcg/ml)
Konsentrasiperolehan(mcg/ml)
Kadar(%)
Kadar rata-rataSampel
(mg)Setara(mg)
1 147,1 59,772 0,3420 14,345 13,0060 90,07%
91,29%
2 147,7 60,016 0,3583 14,403 13,6192 93,94%
3 147, 9 60,097 0,3370 14,423 12,8179 88,29%
4 147,8 60,056 0,3453 14,413 13,1527 90,66%
5 147,6 59,975 0,3466 14,394 13,1790 90,96%
6 147,8 60,056 0,3583 14,413 13,6192 93,87%
Dari tabel diatas terlihat pengukuran masing-masing sampel dengan 6 kali perlakuan
memberikan serapan dalam rentang serapan kurva kalibrasi baku pembanding atau dengan kata
lain dalam batas-batas ketentuan dari hukum Lambert Beer (0,2 – 0,6). Setelah diperoleh kadar dari
masing-masing sampel, dilanjutkan perhitungan uji statistik untuk menerima atau ditolaknya data
yang diperoleh dengan taraf kepercayaan 99%. Rentang kadar masing-masing sampel dapat dilihat
pada tabel 6 (Sudjana, 1992).
Tabel 6. Data hasil uji statistik rentang Kadar Natrium Diklofenak dalam sedian tablet generik dan nama dagang
No Nama Tablet Rentang Kadar(%)
1. Voltaren (PT. Novartis) 95,67 ± 2,43
2. Fenaren (PT. Bernofarm) 103,58 ± 8,68
3. Klotaren (PT. Kimia farma) 102,39 ± 6,25
4. Diklofernak Na (PT. Kimia Farma) 107,44 ± 4,36
5. Diklofenak Na generik (PT. First medifarma) 91,29 ± 3,66
Dari tabel diatas menunjukan data hasil uji statistik rentang kadar natrium diklofenak dalam
sediaan tablet generik dan nama dagang yang beredar di pasaran.
Kesimpulan Dan Saran
5.1. Kesimpulan
5.1.1 Metode spektrofotometri dapat diterapkan pada penetapan kadar Natrium diklofenak
dalam sediaan tablet menggunakan pelarut Natrium Hidroksida 0,1 N pada panjang
gelombang maksimum 274,5 nm.
11
Kultura Volume: 12 No.1 Juni 2011
5.1.2 Semua sampel yaitu tiga tablet dengan nama generik dan dua tablet dengan nama dagang
memenuhi persyaratan kadar menurut USP 30 (2007)
5.2. Saran
Disarankan kepada industri farmasi untuk menggunakan metode spektrofotometri sebagai
metode alternatif pada penetapan kadar Natrium Diklofenak tablet.
Daftar Pustaka
Anonima, 2006, Majalah – farmacia.com/rubric/one_news.asp?IDNews.
Anonimb. (2007). The United States Pharmacopoeia 30 – The National Formulary 25. United States Pharmacopoeial Convention, Inc. Electronic version. hal.1266, 2327.
Dachryanus (2004) Analisis struktur senyawa Organik Secara spektrofotometri. Padang. Andalas University Press. Hal 1
Day, R.A dan Underwood, A.L. (2002). Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi keenam Penerjemah : Soendoro, R. . Jakarta. Penerbit Erlangga. Hal 391-394, 412-414.
Depkes RI. (1989). Informasi Tentang Obat Generik. Jakarta. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Hal 3-4.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal 95-96.
Fessenden ( 1989 ). Kimia Organik. Edisi ІІІ. Jilid 2. Jakarta. Erlangga. Hal 435 -440.
Gandjar, G.H., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar: Yogyakarta: hal.120, 164, 166.
Ganiswara, G.S. (1995). Farmakologi dan Terapi. Edisi keempat. Jakarta. bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 590-592.
Harris, D.C. (1982). Quantitative Chemical Analysis. Second Edition. New York: W.H. Freeman and company. Page 512-514.
Katzung, B .G (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik, Jakarta. Salemba Medika Hal: 462
Moffat, A.C., dkk. (2005). Clarke‘S Analysis Of Drug And Poisons. Thirth edition London: Pharmaceutical Press. Electronic version , Hal: 348-349
Rohman, Abdul, M.Si. Apt. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Edisi I. yogyakarta. Pustaka Pelajar, Hal 220, 228, 230, 231, 232, 236, 255.
Sudjana. (1992). Metode Statistika. Edisi Kelima. Penerbit Tarsito. Bandung. Hal 168, 469.
Tjay, T.H., dan Rahardja, K. (2000). Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Edisi Kelima. Jakarta. PT Elex Media Komputindo, Hal 134-135.
12