109786_masyarakat Madani Dan Kesejahteraan Umat
-
Upload
ahmad-puji-ardi -
Category
Documents
-
view
21 -
download
3
description
Transcript of 109786_masyarakat Madani Dan Kesejahteraan Umat
MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Agama dan Etika Islam (KU2061)
Disusunoleh: Kelompok 8
Sevina Putri Mahenda 10713045
Nurina Maretha Rianti 10713071
Ulvah Utari 10713074
Siti Hardiyanti 10713094
Sains danTeknologi Farmasi
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2015
1
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya akhirnya dapat diselesaikan penyusunan makalah dan presentasi materi Masyarakat Madani
dan Kesejahteraan Umat ini.
Makalah ini disusun untuk membuka wawasan masyarakat mengenai masyarakat madani
dan hubungannya hingga tercipta kesejahteraan umat.
Pada proses penyusunannya, tidak terdapat begitu banyak kendala karena pada dasarnya
istilah masyarakat madani dan kesejahteraan umat telah umum didengar dimasyarakat namun
belum terlalu banyak pengaplikasian dalam perilaku.
Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya lah makalah ini dapat diselesaikan Penulis juga ucapkan terima kasih kepada Bapak
Cecep Alba atas bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Terima kasih
juga kepada orang tua kami dan juga teman-teman Kelas Agama dan Etika Islam 09 atas segala
bantuan dan dukungannya. Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, sehingga
kritik dan saran akan sangat diterima.
Bandung, 20 April 2015
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
PRAKATA......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
2.1 Konsep Masyarakat Madani..............................................................................................5
2.1.1. Pengertian Masyarakat Madani.................................................................................6
2.1.2. Masyarakat Madani Dalam Sejarah..............................................................................7
2.1.3. Karakteristik Masyarakat Madani..............................................................................7
2.2. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani...........................................8
2.3. Sistem Ekonomi Islam dan Kesejahteraan umat.............................................................10
2.3.1. Definisi Ekonomi Islam...........................................................................................10
2.3.2. Tujuan ekonomi Islam.............................................................................................10
2.3.3. Prinsip Ekonomi Islam............................................................................................11
2.3.4. Sistem Ekonomi Islam.............................................................................................12
2.3.5. Etos Kerja Islam......................................................................................................16
2.3.6. Kesejahteraan umat..................................................................................................18
BAB III..........................................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................20
3.2 Saran................................................................................................................................21
LAMPIRAN PERTANYAAN......................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................26
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu Negara sering berpikir bahwa untuk memajukan negaranya adalah dengan
cara memajukan beberapa aspek berikut seperti ekonomi, teknologi, politik, sosial
budaya, pertahanan keamanan, kesehatan, pendidikan dan banyak aspek lainnya. Suatu
Negara dianggap maju jika negaranya sudah dapat menciptakan teknologi yang canggih
dan pendapatan perkapitanya tinggi. Seluruh aspek yang diatas adalah aspek yang
menjadi fokus untuk diperbaiki setiap Negara.
Tanpa disadari, ada satu aspek sederhana yang juga menjadi penentu besar dalam
memajukan suatu bangsa, yaitu sumber daya manusianya. Sebenarnya sumber daya
manusianyalah yang perlu dibenahi pola pikirnya. Jika SDM suatu Negara sudah baik
dan berkualitas, maka SDM tersebut dapat mengelola aspek-aspek parameter tadi
menjadi lebih baik dan memajukan Negara tersebut.
Konsep masyarakat madani hadir dengan konsep ideal bagaimana manusia
seharusnya berlaku. Masyrakat madani adalah masyarakat yang teratur mulai dari adanya
aturan yang mengatur sikap diri sampai sikap kepada lingkungan. Bahkan konsep ini juga
mengajarkan bagaimana sikap kita dalam bekerja dan berkegiatan dalam bidang
ekonomi, yang merupakan salah satu aspek penting dalam kemajuan suatu bangsa. Serta
tujuan akhir yang akan dicapai masyarakat madani adalah kesejahteraan umat. Jika
keadaan umat sudah sejahtera, maka suatu bangsa dapat dipandang dan dikatakan sebagai
Negara maju oleh bangsa-bangsa lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian konsep masyarakat madani serta sejarah perkembangan dan
karakteristik masyarakat madani?
2. Bagaimana peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani?
3. Bagaimana sistem ekonomi islam serta etos kerja masyarakat madani dalam
mewujudkan kesejahteraan umat?
4
BAB II
ISI
2.1 Konsep Masyarakat Madani
Istilah masyarakat madani pertama kali disebutkan oleh Anwar Ibrahim, lalu
kemudian dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid, yang merupakan
perluasan dari konsep “civil society” yang diislamkan. Jika kita berbicara tentang
masyarakat madani, maka biasanya ada istilah civil society. Civil Society atau masyarakat
sipil pertama kali disebutkan oleh Cicero di dalam sebuah filsafat politik. Pada
mulanya,civil societyini dipahami sebagai suatu negara (state). Secara historis,istilah civil
societyini berakar dari pemikiran Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan Hubbes.
Mereka membangun suatu bangunan masyarakat sipil yang dapat meruntuhkan
otoritarian kekuasaan monarchi-absolut dan ortodoksi gereja (Larry Diamond, 2003:
278).
Perbedaan antara Masyarakat Madani dan Civil Society adalah masyarakat
madani merupakan istilah yang dilahirkan untuk menerjemahkan konsep di luar menjadi
“Islami” sedangkan masyarakat sipil tidak. Kemudian perbedaan kedua yaitu masyarakat
sipil adalah buahmodernitas dari gerakan Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang
tidak mementingkan Tuhan. Maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat sipil itu
menganut moral-transendental yang rapuh karena meninggalkan nilai-nilai ketuhanan.
Kebalikannya, masyarakat madani lahir dari petunjuk Tuhan. Sesuai dengan perkataan
Maarif bahwa masyarakat madani sebagai sebuah masyarakat yang terbuka, egalitar, dan
toleran atas landasan nilai-nilai etik-moral transendental yang bersumber dari wahyu
Allah (A. Syafii Maarif, 2004: 84).
Konsep masyarakat madani semula dimunculkan sebagai jawaban atas usulan
untuk meletakkan peran agama ke dalam suatu masyarakat Multikultural. Multikultural
sendiri adalah produk dari proses demokratisasiyang kemudian memunculkan ide
pluralistik dan implikasinya kesetaraan hak individual. Perlu kita pahami, perbincangan
5
seputar Mmasyarakat sipil adalah terjemahan dari istilah Inggris civil society, yang
kemudian diterjemahkan sebagai masyarakat madani.
Masyarakat madani bukan konsep ekslusif, namun masyarakat madani merupakan
konsep yang senantiasa hidup dan dapat berkembang dalam setiap ruang dan waktu.
Karena Al-Qur’an menjadi landasan dan motivasi utama dalam masyarakat madani.
Meskipun Alquran tidak disebukan secara tersurat namun di dalamnya tetap ada arahan
mengenai prinsip-prinsip dasar sebuah masyarakat yang baik.
Berdasarkan sejarah Islam,sejak hijrahnya Nabi Muhammad Saw, masyarakat
madani mulai diterapkan dalam kehidupan di masyarakat.. Hal tersebut terlihat dari
tujuan hijrah sebagai sebuah refleksi gerakan penyelamatan akidah dan sebuah sikap
optimisme dalam mewujudkan cita-cita membentuk yang madaniyyah (beradab).
2.1.1. Pengertian Masyarakat Madani
Masyarakat madani ( الح�ض�ر�ي� = al hadhariyyu) adalah masyarakat berbudaya
dan al-madaniyyah (tamaddun) yang maju, berakhlak baik, melaksanakan nilai - nilai
agama (etika religi), beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju
dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi dan juga mengamalkan ajaran
Islam (syarak) dengan benar.
Masyarakat madani adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para
anggotanya menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan
pendapat dan mewujudkan kepentingan-kepentingannya; dimana pemerintahannya
memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk
mewujudkan program-program pembangunan di wilayahnya. Masyarakat madani
adalah konsep yang cair yang dibentuk dari proses sejarah yang panjang dan
perjuangan yang terus menerus. Masyarakat di negara-negara maju yang sudah dapat
dikatakan sebagai masyarakat madani, maka ada beberapa prasyarat yang harus
dipenuhi untuk menjadi masyarakat madani, yakni adanya pemerintahan
demokratisyang dipilih dan berkuasa secara demokratis dan democratic civilian
6
(masyarakat sipil yang sanggup menjunjung nilai-nilai civil security; civil
responsibility dan civil resilience).
2.1.2. Masyarakat Madani Dalam Sejarah
Masyarakat madani yang tercatat dalam sejarah sampai saat ini ada dua,yaitu:
1) Masyarakat Saba’
Masyarakat Saba’ adalah masyarakat di masa Nabi Sulaiman.
2) Masyarakat Madinah
Masyarakat Madinah adalah setelah melakukan traktat atau perjanjian Madinah antara
Rasullullah SAW , umat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama Yahudi
dan Watsani dari kaum Aus dan Khazraj. Perjanjiannya berisi kesepakatan antara
semua pihak untuk saling menolong, menjadikan Rasullullah SAW sebagai
pemimpin, menciptakan kedamaian, memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk
memeluk agama, menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman, dan juga beribadah sesuai
dengan ajaran agama yang dianutnya.
2.1.3. Karakteristik Masyarakat Madani
Masyarakat madani memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam
masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
2. Menyebarnya kekuasaan agar kepentingan-kepentingan individu dapat
terhubung dengan negara.
3. Meluasnya kesetiaan dan kepercayaan dan tidak mementingkan diri sendiri.
4. Individu maupun kelompok menghormati pihak lain secara adil
5. Toleran dan tolong menolong antar sesama
6. Berperadaban tinggi, misalnya kecintaan terhadap ilmu pengetahuan.
7. Bertuhan dan berakhlak mulia.
8. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi
dalam masyarakat dapat dikurangi.
7
9. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara
dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.
10. Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-rejim
totaliter.
11. Adanya pembebasan masyarakat dengan banyak kegiatan yang diadakan oleh
pemerintah.
12. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah
diberikan oleh Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu
oleh aktivitas pihak lain yang berbeda tersebut.
13. Terciptanya keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
2.2. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani
Mewujudkan masyarakat madani merupakan cita-cita yang amat mulia untuk
dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat. Umat Islam di Indonesia merupakan
komponen mayoritas bangsa Indonesia. Sebagai komponen terbesar penyusun bangsa ini,
umat Islam dituntut untuk berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan bernegara ini.
Umat islam di Indonesia yang sebagai mayoritas bertanggung jawab atau berperan sangat
besar dalam mewujudkan masyarakat madani. Di negeri ini akan tergantung oleh
bagaimana cara umat Islam dalam menjalani kehidupannya.
Dalam Q.S. Ali Imran ayat 110
Artinya:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
8
sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada
yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa umat Islam adalah
umat yang terbaik dari semua kelompok manusia yang Allah ciptakan. Di antara aspek
kebaikan umat Islam itu adalah keunggulan kualitas SDM-nya dibanding umat non Islam.
Maka dari itu umat islam memiliki tiga peran yang nyata yaitu:
1. Sebagai Warga Negara
Sebagai warga negara hendaknya umat Islam memenuhi kewajibannya sesuai
pada peraturan-peraturan negara yang telah dibuat.
2. Sebagai Pengembang Kehidupan Bangsa
Dalam hal ini, umat Islam diharapkan dapat menawarkan dirinya sebagai sumber
pengembangan dalam segala aspek kehidupan seperti, ekonomi, sosial, pendidikan,
politik dan budaya. Dalam melaksanakan perannya, segala tindakan harus didasari pada
nilai-nilai yang Islami.
3. Sebagai Penata Kehidupan Bangsa dan Negara
Dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk karena negara ini memiliki
berbagai macam ras, suku, agama, etnik dan lain-lain. Hal ini karena untuk terciptannya
kedamaian dan ketentraman, seperti yang diajarkan oleh Rasullullah SAW bahwa umat
muslim adalah umat yang penuh kasih sayang, keadilan, dan kearifan yang sesuai dengan
perintah Allah SWT. Dasar-dasar inilah yang dijadikan oleh umat Islam dalam kehidupan
bermasyarakat. Jika setiap orang memiliki rasa toleransi dan menghormati, maka
kehidupan masyarakat madani akan tercapai. Dalam melakukan perannya hendaknya
umat Islam didasari pada pengetahuan dan wawasan.
9
2.3. Sistem Ekonomi Islam dan Kesejahteraan umat
2.3.1. Definisi Ekonomi Islam
Ekonomi Islam adalah sebuah konsep yang meliputi kegiatan ekonomi
yang berlandaskan tauhid. Sedangkan menurut para Ahli, ekonomi islam adalah
bagaimana cara Islam mengatur kehidupan perekonomian, dengan apa yang dimiliki
dan ditujukan pada ketelitian cara berfikir yang terdiri dari nilai nilai moral Islam dan
nilai nilai ilmu eknomi sera nilai nilai sejarah yang ada hubungannya dengan masalah
masalah siasat perekonomian maupun yang memiliki hubngan dengan sejarah
masyarakat manusia.
Ekonomi Islam juga merupakan sekumpulan dasar dasar umum ekonomi yang
bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah, sehingga pada penerapannya kita dapat
mendirikan bagunan perekonomian dan berlandaskan dasar dasar tersebut namun
tetap dapat disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan dan waktu.
Sehingga secara umum, Islam mengajarkan bahwa apabila seseorang
melakukan suatu kegiatan ekonomi seperti bekerja dan tidak melakukannya sesuai
ajaran Islam maka hak itu akan membentuk ikatan yang tidak Islami. Menurut ajaran
islam, manusia tidak memiliki adanya hal milik mutlak, namun hanya hak milik
relatif atau nisbi. Islam mengakui bahwa setiap manusia dapat menjadi pemilik dari
apa yang diperolehnya melalui bekerja dalam pengertian seluas luasnya, dan manusia
juga dapat mempertukarkan hak haknya itu dalam batas batas yang telah ditentukan
secara khusus dalam hukum islam. Batas batas hak milik dalam Islam sesuai dengan
kodrat manusia itu sendiri, yaitu dengan sistem keadilan dan sesuai dengan hak hak
semua pihak yang terlibat.
2.3.2. Tujuan ekonomi Islam
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa ekonomi islam
dilaksanakan berlandaskan tauhid maka tujuan ekonomi Islam pun mengarah pada
tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan,
kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya sehingga dapat membantu
manusia mencapai kemenangan di dunia dan akhirat.
10
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Seorang fuqaha asal Mesir bernama
Prof.Muhammad Abu Zahrah mengatakan ada tiga sasaran hukum Islam yang
menunjukan bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia,
yaitu:
a) Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi
masyarakat dan lingkungannya.
b) Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakup
aspek kehidupan di bidang hukum dan muamalah.
c) Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati
bahwa masalah yang menjad puncak sasaran di atas mencakup lima jaminan dasar:
1. Keselamatan keyakinan agama (al din)
2. Kesalamatan jiwa (al nafs)
3. Keselamatan akal (al aql)
4. Keselamatan keluarga dan keturunan (al nasl)
5. Keselamatan harta benda (al mal)
2.3.3. Prinsip Ekonomi Islam
Dalam melakukan kegiatan kegiatan berkaitan dengan ekonomi Islam, terdapat
beberapa prinsip dasar, seperti:
a) Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari
Allah swt kepada manusia.
b) Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
c) Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.
d) Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai
oleh segelintir orang saja.
e) Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya
direncanakan untuk kepentingan banyak orang.
f) Seorang muslim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di
akhirat nanti.
g) Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab)
11
h) Islam melarang riba dalam segala bentuk
2.3.4. Sistem Ekonomi Islam
Ekonomi Islam berbeda dari kapitalisme, sosialisme, maupun negara
kesejahteraan. Ekonomi dalam kacamata Islam merupakan tuntutan kehidupan
sekaligus anjuran yang memiliki dimensi ibadah yang teraplikasi dalam etika dan
moral. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh
masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha. Tidak banyak
yang dikemukakan dalam Al Qur'an, hanya prinsip-prinsip yang mendasar saja.
Karena alasan-alasan yang sangat tepat, Al Qur'an dan Sunnah banyak sekali
membahas tentang bagaimana seharusnya kaum Muslim berprilaku sebagai
produsen, konsumen, dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem
ekonomi. Ekonomi Islam menekankan empat sifat, antara lain:
1. Kesatuan (unity)
2. Keseimbangan (equilibrium)
3. Kebebasan (free will)
4. Tanggungjawab (responsibility)
Perbankan syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang
pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan
adanya larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut pinjaman
dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada
usaha-usaha berkategori terlarang. Perbankan syariah memiliki tujuan yang sama
seperti perbankan konvensional, yaitu agar lembaga perbankan dapat menghasilkan
keuntungan dengan cara meminjamkan modal, menyimpan dana, membiayai
kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai. Perbandingan antara bank syariah
dan bank konvensional adalah sebagai berikut:
Bank Islam Bank Konvensional
12
Melakukan hanya investasi yang halal
menurut hukum Islam
Memakai prinsip bagi hasil, jual-beli,
dan sewa
Berorientasi keuntungan dan falah
(kebahagiaan dunia dan akhirat sesuai
ajaran Islam)
Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk kemitraan
Penghimpunan dan penyaluran dana
sesuai fatwa Dewan Pengawas Syariah
Melakukan investasi baik
yang halal atau haram
menurut hukum Islam
Memakai perangkat suku
bunga
Berorientasi keuntungan
Hubungan dengan nasabah
dalam bentuk kreditur-debitur
Penghimpunan dan
penyaluran dana tidak diatur
oleh dewan sejenis
Beberapa produk jasa yang disediakan oleh bank berbasis syariah antara lain:
a. Titipan atau simpanan
1) Al-Wadi'ah (jasa penitipan), adalah jasa penitipan dana dimana
penitip dapat mengambil dana tersebut sewaktu-waktu. Dengan
sistem wadiah Bank tidak berkewajiban, namun diperbolehkan,
untuk memberikan bonus kepada nasabah. Bank Muamalat
Indonesia-Shahibul Maal.
2) Deposito Mudharabah, nasabah menyimpan dana di Bank dalam
kurun waktu yang tertentu. Keuntungan dari investasi terhadap
dana nasabah yang dilakukan bank akan dibagikan antara bank dan
nasabah dengan nisbah bagi hasil tertentu.
b. Bagi Hasil
1) Al-Musyarakah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model
partnership atau joint venture. Keuntungan yang diraih akan dibagi
dalam rasio yang disepakati sementara kerugian akan dibagi
berdasarkan rasio ekuitas yang dimiliki masing-masing pihak.
Perbedaan mendasar dengan mudharabah ialah dalam konsep ini
13
ada campur tangan pengelolaan manajemennya sedangkan
mudharabah tidak ada campur tangan
2) Al-Mudharabah, adalah perjanjian antara penyedia modal dengan
pengusaha. Setiap keuntungan yang diraih akan dibagi menurut
rasio tertentu yang disepakati. Resiko kerugian ditanggung penuh
oleh pihak Bank kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan
pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah seperti
penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan.
3) Al-Muzara'ah, adalah bank memberikan pembiayaan bagi nasabah
yang bergerak dalam bidang pertanian/perkebunan atas dasar bagi
hasil dari hasil panen.
4) Al-Musaqah, adalah bentuk lebih yang sederhana dari muzara'ah,
di mana nasabah hanya bertanggung-jawab atas penyiramaan dan
pemeliharaan, dan sebagai imbalannya nasabah berhak atas nisbah
tertentu dari hasil panen.
c. Jual beli
1) Bai' Al-Murabahah, adalah penyaluran dana dalam bentuk jual
beli. Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan pengguna
jasa kemudian menjualnya kembali ke pengguna jasa dengan harga
yang dinaikkan sesuai margin keuntungan yang ditetapkan bank,
dan pengguna jasa dapat mengangsur barang tersebut. Besarnya
angsuran flat sesuai akad diawal dan besarnya angsuran=harga
pokok ditambah margin yang disepakati. Contoh: harga rumah 500
juta, margin bank/keuntungan bank 100 jt, maka yang dibayar
nasabah peminjam ialah 600 juta dan diangsur selama waktu yang
disepakati diawal antara Bank dan Nasabah.
2) Bai' As-Salam, Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan di
kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Barang
yang dibeli harus diukur dan ditimbang secara jelas dan spesifik,
dan penetapan harga beli berdasarkan keridhaan yang utuh antara
14
kedua belah pihak. Contoh: Pembiayaan bagi petani dalam jangka
waktu yang pendek (2-6 bulan). Karena barang yang dibeli
(misalnya padi, jagung, cabai) tidak dimaksudkan sebagai
inventori, maka bank melakukan akad bai' as-salam kepada
pembeli kedua (misalnya Bulog, pedagang pasar induk, grosir).
Contoh lain misalnya pada produk garmen, yaitu antara penjual,
bank, dan rekanan yang direkomendasikan penjual.
3) Bai' Al-Istishna', merupakan bentuk As-Salam khusus di mana
harga barang bisa dibayar saat kontrak, dibayar secara angsuran,
atau dibayar di kemudian hari. Bank mengikat masing-masing
kepada pembeli dan penjual secara terpisah, tidak seperti As-Salam
di mana semua pihak diikat secara bersama sejak semula. Dengan
demikian, bank sebagai pihak yang mengadakan barang
bertanggung-jawab kepada nasabah atas kesalahan pelaksanaan
pekerjaan dan jaminan yang timbul dari transaksi tersebut.
4) Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang itu sendiri.
5) Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik sama dengan ijarah adalah akad
pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui pembayaran
upah sewa, namun dimasa akhir sewa terjadi pemindahan
kepemilikan atas barang sewa.
d. Jasa
1) Al-Wakalah adalah suatu akad pada transaksi perbankan syariah,
yang merupakan akad (perwakilan) yang sesuai dengan prinsip
prinsip yang di terapkan dalam syariat islam.
2) Al-Kafalah adalah memberikan jaminan yang diberikan oleh
penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak
kedua atau yang ditanggung, dengan kata lain mengalihkan
15
tanggung jawab seorang yang dijamin dengan berpegang pada
tanggung jawab orang lain sebagai jaminan.
3) Al-Hawalah adalah akad perpindahan dimana dalam prakteknya
memindahkan hutang dari tanggungan orang yang berhutang
menjadi tanggungan orang yang berkewajiban membayar hutang
(contoh: lembaga pengambilalihan hutang).
4) Ar-Rahn, adalah suatu akad pada transaksi perbankan syariah,
yang merupakan akad gadai yang sesuai dengan syariah.
5) Al-Qardh adalah salah satu akad yang terdapat pada sistem
perbankan syariah yang tidak lain adalah memberikan pinjaman
baik berupa uang ataupun lainnya tanpa mengharapkan imbalan
atau bunga (riba . secara tidak langsung berniat untuk tolong
menolong bukan komersial.
2.3.5. Etos Kerja Islam
Ekonomi Islam akan berkaitan erat dengan sikap dan karakter seorang muslim
dalam berkerja atau disebut dengan etos kerja Islam. Etos kerja secara luas
merupakan akhlak seorang muslim dalam bekerja yang didasarkan pada cara seorang
muslim melihat arti kerja dalam kehidupan, cara bekerja dan hakikat bekerja. Dalam
Islam, Iman sering kali dikaitkan dengan amal, sehingga kerja yang merupakan
bagian amal secara tidak langsung akan berkaitan dengan iman seseorang.
Berkaitan dengan iman, maka etos kerja islam juga dapat diartikan sebagai
semangat menapaki jalan lurus dengan mengharapkan ridha Allah SWT, berdasarkan
Al-Quran dan Al-hadits sebagai tuntunan dan pegangan dalam masalah yang
berkaitan dengan kerja.
16
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu
sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka.” (QS:Ar-Ra’d : 11)
Rasulullah SAW bersabda: “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu
hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.”
Etika kerja dalam Islam yang perlu diperhatikan adalah
a) Adanya keterkaitan individu terhadap Allah sehingga menuntut individu
untuk bersikap cermat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha
keras memperoleh keridhaan Allah dan mempunyai hubungan baik dengan
relasinya.
b) Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan.
c) Tidak memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam
bekerja, semua harus dipekerjakan secara professional dan wajar.
d) Tidak melakukan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya
dengan minuman keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah.
e) Professionalisme dalam setiap pekerjaan.
Berikut ini merupakan penjelasan tentang ciri-ciri etos kerja muslim tersebut
adalah kutipan dari buku Memperdayakan Etos Kerja Islam yang ditulis oleh
K.H.Toto Tasmara. 25 ciri etos kerja islam itu adalah sebagai berikut:
1. Mereka kecanduan terhadap waktu
2. Mereka memiliki moralitas yang bersih (ikhlas)
3. Mereka kecanduan kejujuran
4. Mereka memiliki komitmen
5. Istiqomah kuat pendirian
6. Mereka kecanduan disiplin
7. Konsekuan dan berani menghadapi tantangan
8. Mereka memiliki sikap percaya diri
9. Mereka orang yang kreatif
10. Mereka tipe orang yang bertanggung jawab
11. Mereka bahagia karena melayani
12. Mereka memiliki harga diri
13. Memiliki jiwa kepemimpinan
17
14. Mereka berorientasi ke masa depan
15. Hidup berhemat dan efisien
16. Memiliki jiwa wiraswasta
17. Memiliki insting bertanding
18. Keinginan untuk mandiri
19. Mereka kecanduan belajar dan haus ilmu
20. Memiliki semangat perantauan
21. Mempertahankan kesehatan dan gizi
22. Tangguh dan pantang menyerah
23. Berorientasi pada produktivitas
24. Memperkaya jaringan silaturahmi
25. Mereka memiliki semangat perubahan
2.3.6. Kesejahteraan umat
Ekonomi Islam yang dilaksanakan dengan etos kerja Islam diharapkan dapat
mewujudkan cita cita kesejahteraan umat. Ajaran ekonomi yang dilandaskan oleh
nilai nilai agama akan menjadikan tujuan kesejahteraan kehidupan yang
meningkatkan jiwa dan iman umat terhadap-Nya.
Karena sesungguhnya apanila kebutuhan hidup pribadi dan keluarga seorang
umat telah terpenuhi maka akan timbul rasa aman terhadap diri dan rezekinya
sendiri, sehingga akan tecipta ketenangan dalam hidupnya dan dapat beribadah
dengan khusyu’.
Namun kembali lagi untuk melakukan kegiatan ekonomi yang berlandaskan
nilainilai agama masih susah ditanamkan karena keadaan pasar masa kini yang
berada dibawah naungan peradaban yang materialism yang mencerminkan miniatur
kehidupan manusia rimba, dimana orang kuat akan memangsa dan menginjak-injak
orang kecil, sehingga orang orang yang bisa bertahan adalah orang yang paling kuat
dan kejam, dan bukanlah orang yang paling baik dan ideal. Keadaan ini sangatlah
bertolak belakang dengan keadaan pasar yang dapat dirasakan apabila seluruh
kegiatan ekonomi dapat dilaksanakan berdasarkan nilai nilai agama yang ada dimana
akan terdapat pasar yang manusiawi, orang besar yang mengasihi dan membimbing
18
orang kecil, orang pintar yang mengajarkan hal hal baik kepada orang yang bodoh
dan orang orang saling mengingatkan untuk berbuat kebaikan.
Sehingga kita dapat membayangkan bahwa pasar merupakan sebuah
mekanisme yang mudah diubah dan dipengaruhi dengan kesadaran para pesertanya.
Perlu kita ingat bahwa pada Ajaran Islam tidak pernah melupakan unsur materi
dalam kehidupan dunia. Materi penting bagi kemakmuran, kemajuan umat manusia,
realisasi kehidupan yang baik bagi setiap manuisa, dan membantu manusia
melaksanakan kewajibannya kepada Allah. Namun demikian, walaupun kehidupan
ekonomi yang baik merupakan tujuan Islam yang dicita-citakan, bukan merupakan
tujuan akhir. Kehidupan ekonomi yang baik, pada hakikatnya merupakan sarana
untuk mencapai tujuan yang lebih besar dan lebih jauh. Hal ini merupakan perbedaan
yang sangat esensial antara ajaran Islam dengan faham materialisme yang dianut oleh
kaum Komunis ataupun para Sekuleristik.
Menurut Qardhawi, ideologi-ideologi materialisme bertumbuh kepada
pemenuhan nafsu yang tidak terlepas dari ruang lingkup kepentingan ekonomi yang
rendah. Kesenangan materi menjadi tujuan akhir dan merupakan surga yang dicita-
citakan. Berbeda dengan ekonomi yang dilandasi moral agama, kesejahteraan
kehidupan menjadikan tujuan untuk meningkatkan jiwa dan ruhani manusia menuju
Tuhannya. Materi digunakan untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi
kehidupan yang lebih baik dan lebih kekal.
Sehingga pada akhirnya, apabila kita sebagai umat dapat mengaplikasikan ilmu
dan nilai nilai agama yang kita miliki dan menerapkan pula etos kerja Islam,
kesejahteraan umat akan dapat menjadi hal yang mudah untuk diraih.
19
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Konsep masyarakat madani berasal dari istilah civil society (masyarakat sipil)
yang meninggikan nilai-nilai ketuhanan. Masyarakat madani adalah sebuah masyarakat
demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam
menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan-kepentingannya; dimana
pemerintahannya memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara
untuk mewujudkan program-program pembangunan di wilayahnya. Dua masyarakat
madani yang tercatat dalam sejarah adalah masyarakat saba’ dan masyarakat madinah.
Terdapat beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya yaitu sikap toleransi,
berintegritas dan seimbang.
Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani tercantum dalam Q.S.
Ali Imran ayat 110. Tiga peran nyata masyarakat madani yaitu sebagai warga Negara
yang memenuhi kewajiban, sebagai pengembang kehidupan bangsa dan sebagai penata
kehidupan bangsa dan Negara.
Islam mengajarkan bahwa apabila seseorang melakukan suatu kegiatan ekonomi
seperti bekerja dan tidak melakukannya sesuai ajaran Islam maka hak itu akan
membentuk ikatan yang tidak Islami. Terdapat tiga sasaran hukum Islam yang
menunjukan bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia,
yaitupenyucian jiwa , tegaknya keadilan, dan tercapainya maslahah dalam keselamatan
agama, jiwa, akal, keluarga dan harta. Dalam melakukan kegiatan kegiatan berkaitan
dengan ekonomi, Islam mengaturnya dalam beberapa prinsip dasar.
Ekonomi Islam akan berkaitan erat dengan sikap dan karakter seorang muslim
dalam berkerja atau disebut dengan etos kerja Islam. Etos kerja secara luas merupakan
akhlak seorang muslim dalam bekerja yang didasarkan pada cara seorang muslim melihat
arti kerja dalam kehidupan, cara bekerja dan hakikat bekerja. Ekonomi Islam yang
dilaksanakan dengan etos kerja Islam diharapkan dapat mewujudkan cita cita
kesejahteraan umat. Ajaran ekonomi yang dilandaskan oleh nilai nilai agama akan
20
menjadikan tujuan kesejahteraan kehidupan yang meningkatkan jiwa dan iman umat
terhadap-Nya.
3.2 Saran
Kesejahteraan umat merupakan hasil yang dicapai masyarakat madani karena
keteraturan yang dijalankannya. Oleh karena setiap manusia mengharapkan
kesejahteraan, berlakulah seperti masyarakat madani.
21
LAMPIRAN PERTANYAAN
No Pertanyaan (Penanya) Jawaban
1 Apakah selisih jual beli
dolar merupakan riba?
-Sevi Maulindya P.
(12313054)
Penukaran uang bukanlah bentuk riba, yang
termasuk riba adalah apabila uang sebagai alat tukar
diperjual belikan.
2 Apa yang dimaksud dengan
kecanduan waktu dalam
etos kerja?
-Ayu P. M. (13412002)
Kecanduan waktu dalam prinsip ekonomi islam
merupakan bentuk aplikasi pemanfaatan waktu
secara maksimum, yaitu dengan mengerjakan semua
hal dengan maksimum. Kecanduan waktu juga dapat
diartikan bahwa manusia selalu menghargai waktu.
Bagi orang orang yang sibuk dan memanfaatkan
waktu secara maksimum, mereka akan selalu merasa
kekurangan waktu sehingga akan timbul rasa
kecanduan waktu.
3 Masyarakat saba merupakan
contoh masyarakat madani,
bagaimana pandangannya
terhadap pluralisme?
-Ariella A.R (10713005)
Menurut Alquran Surat Saba’ dijelaskan bahwa
masyarakat Saba’ merupakan masyarakat yang telah
diberi nikmat sehingga dapat hidup dengan sejahtera.
Pandangan masyarakat Saba’ terhadap pluralisme
adalah bertoleransi karena pada saat itu masyarakat
Saba’ telah menyembah Allah SWT.
4 Apakah Bank syariah sudah
mencerminkan ekonomi
Sudah, karena Bank syariah adalah suatu sistem
perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum
22
islam?
-Khairunnisa A (10713014)
Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya
larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan
atau memungut pinjaman dengan mengenakan bunga
pinjaman (riba), serta larangan untuk berinvestasi
pada usaha-usaha berkategori terlarang. Selain itu,
produk dalam bank syariah merupakan produk
produk yang dilakukan berdasarkan ekonomi Islam,
seperti: Al-Wadi'ah (jasa penitipan), Al-Musyarakah
(Joint Venture), dan Al-Wakalah
5 Apa saja keunggulan
ekonomi islam
dibandingkan ekonomi
lainnya?
-M. Raffi R (15012011)
Terdapat beberapa keunggulan ekonomi islam dari
ekonomi lainnya seperti ekonomi konvensional,
yaitu:
5. Kesatuan (unity)
6. Keseimbangan (equilibrium)
7. Kebebasan (free will)
8. Tanggungjawab (responsibility)
6 Bagaimana cara mengurangi
sifat materialisme dengan
prinsip ekonomi islam?
Dengan menerapkan dan mengaplikasikan prinsip
ekonomi islam tersebut dalam kehidupan sehari hari,
seperti selalu ingat bahwa seluruh harta yang kita
miliki adalah titipan Allah, terdapatnya ketakutan
seorang muslim kepada Allah sehingga akan merasa
terdapatnya batasan dalam kepemilikan pribadi.
Apabila telah melakukan hal tersebut seharusnya
sifat materialisme dapat dikurangi secara tidak
23
-Ardi P. (12313079)
langsung.
7 Apa faktor lain yang
menyejahterakan umat
selain ekonomi islam ?
-M. Bagus Z (15509048)
Terdapat beberapa faktor lain yang berperan dalam
usaha menyejahterakan umat yaitu bidang teknologi,
politik, sosial budaya, pertahanan keamanan,
kesehatan dan pendidikan
8 Masyarakat madani ideal
seperti apa?
-Deri
Sesuai dengan makalah ini, bahwa masyarakat
madani ideal memiliki ciri ciri antara lain: Bertuhan
dan berakhlak mulia, saling menghormati antar
mahluk Allah, berperadaban tinggi yang ditunjukkan
dengan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan,
menjadi pemegang kekuasaan sehingga kepentingan
kepentingan lain yang mendominasi dapat dikurangi,
dan toleran
9 Bagaimana hukum
melakukan jual beli dolar
yang didilakukan dengan
membeli suatu barang
dalam dolar dan menjualnya
kembali saat nilai dolar
telah naik?
-Dianisa P. (10713053)
Tidak, karena hal tersebut merupakan bentuk
investasi.
24
10 Apakah hubungan
masyarakat madani dengan
ajaran islam sudah sejalan?
-Hangga (12213083)
Terdapat dua jenis masyarakat madani, yaitu
masyarakat madani dengan konsep islam dan
masyarakat madani konsep barat. Masyarakat
madani konsep islam memegang tauhidullah,
toleransi, percaya bahwa kehidupan adalah fana,
sehingga muncul keyakinan bahwa seluruh zat yang
ada di dunia berpusat kepada Allah. Sedangkan
masyarakat madani konsep barat memegang paham
materialisme, mengutamakan kehidupan di dunia
sehingga hal hal yang dilakukan berpusat kepada
manusia.
Masyarakat madani konsep islam tersebut telah
menggambarkan bahwa muncurnya suatu
masyarakat madani harus sejalan agar saling
melengkapi dan meningkatkan kesejahteraan umat
islam.
DAFTAR PUSTAKA
25
Ahmad, Muhammad Al-‘AssaldanFathi Ahmad Abdul Karim.1980. Sistem Ekonomi Islam,
Prinsip-prinsip dan Tujuan-tujuannya, Surabaya : PT. BinaIlmu
Abdullah, Taufik. 1988. Agama, EtosKerjadanPerkembanganEkonomi.Edisi ke-4.
Jakarta:LP3ES
BadanStandar Nasional.2006.Standar Kompetensi Dasar Pendidikan Kewarganegaraan
SMA/SMK/MA.Jakarta: Depdiknas-BSNP
Cetakan pertama, 2000, jl. Kedondong I, No. 26 Rawamangun, Jakarta Timur: (ICCE UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2003)
Mansur, Hamdan. 2004. Materi Instrusional Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Depag RI
Rosyada Dede, dkk, Demokrasi, hak asasi manusia masyarakat madani, Edisi Revisi, 2003
Sosrosoediro, Endang Rudiatin. 2007. Dari Civil Society Ke Civil Religion. Jakarta: MUI
Sudarsono. 1992. Pokok-pokok Hukum Islam. Jakarta: Rineka Cipta
Suharto, Edi. 2002. Masyarakat Madani: Aktualisasi Profesionalisme Community Workers
Dalam Mewujudkan Masyarakat Yang Berkeadilan. Bandung: STKS Bandung
Suito, Deny. 2006. Membangun Masyarakat Madani. Jakarta: Centre For Moderate Muslim
Indonesia
Sutianto, Anen. 2004. Reaktualisasi Masyarakat Madani Dalam Kehidupan. Bandung: Pikiran
Rakyat
Suryana, A. Toto, dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara
Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani
Tim Icce UIN Jakarta. 2000. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta:
Prenada Media
Tim Musyawarah Guru Bina PAI Madrasah Aliyah. 2010. Al-Hikmah. Sragen: Akik Pustaka
26