108713968 Asal Usul Sejarah GAmelan Jegog
-
Upload
komang-agus-aryanto -
Category
Documents
-
view
115 -
download
4
Transcript of 108713968 Asal Usul Sejarah GAmelan Jegog
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyusun tugas mata pelajaran Seni Budaya dalam bentuk Tugas Karya Tulis ini.
Tugas Karya Tulis ini disusun untuk menambah nilai mapel Seni Budaya, dalam bentuk tugas
kelompok.
Kami menyadari, tanpa bantuan berbagai pihak, penyusunan tugas ini tidak dapat terselesaikan.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak selaku guru mapel Seni Budaya .
2. Teman-teman X.11.
3. Pihak-pihak yang telah membantu hingga Karya Tulis ini selesai.
Kami menyadari bahwa dalam tugas ini masih jauh dari kesempurnaan,Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas di masa mendatang.
Semoga tugas ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan pendidikan, ilmu
pengetahuan, dan kemajuan bangsa.
Penyusun
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budaya adalah ciri khas suatu bangsa. Gamelan salah satunya. Dengan
mengetahui gamelan, maka kita akan selalu cinta kepada Budaya Jawa. Akan tetapi,
sekarang ini Gamelan sudah mulai luntur tergantikan oleh Budaya Barat.
Padahal, dengan kita mempelajari Gamelan, kita akan mengetahui betapa
indahnya Budaya Indonesia. Kita juga bisa ikut melestarikan dan menjaga Budaya Jawa,
sehingga Indonesia tetap mempunyai ciri khas yang mendunia. Oleh karena itu, kami
akan mencoba membahas mengenai gamelan yang kami kemas dalam judul Gamelan,
Budaya Jawa Tengah
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka saya batasi permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah umum gamelan?
2. Bagaimana sejarah khusus gamelan?
3. Bagaimanakah bentuk dan karakteristik instrument gamelan?
4. Apa saja contoh lagu dan syair gamelan?
5. Bagaimana contoh penampilan dari gamelan?
6. Bagaimanakah tangga nada dari gamelan?
7. Siapa saja yang memainkan gamelan?
8. Bagaimanakah cara memainkan gamelan?
C. Tujuan
Tujuan dari Karya Tulis Ilmiah Sederhana ini adalah:
1. Agar kita tahu sejarah umum dan khusus dari gamelan.
2. Agar kita tahu bentuk dan karakteristik gamelan.
3. Untuk mengetahui contoh penampilan gamelan.
4. Agar kita tahu tangga nada gamelan.
5. Agar kita tahu orang yang memainkan gamelan.
6. Agar dapat mengetahui cara memainkan gamelan
DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar
2. Pendahuluan
3. Daftar Isi
4. Sejarah Umum Gamelan
5. Sejarah Khusus Gamelan
6. Bentuk dan Karakteristik Instrumen Gamelan
7. Contoh Lagu dan Syair Gamelan
8. Contoh Penampilan Gamelan
9. Tangga Nada Gamelan
10. Orang Yang Memainkan Gamelan
11. Cara Memainkan Gamelan
12. Penutup, Kesimpulan dan Saran
13. Daftar Pustaka
SEJARAH UMUM GAMELAN
Bagi masyarakat Jawa khususnya, gamelan bukanlah sesuatu yang asing dalam
kehidupan kesehariannya. Dengan kata lain, masyarakat tahu benar mana yang disebut
gamelan atau seperangkat gamelan. Mereka telah mengenal istilah 'gamelan',
'karawitan', atau 'gangsa'. Namun barangkali rnasih banyak yang belum mengetahui
bagaimana sejarah perkembangan gamelan itu sendiri, sejak kapan gamelan mulai ada
di Jawa?.
Seorang sarjana berkebangsaan Belanda bernama Dr. J.L.A. Brandes secara
teoritis mengatakan bahwa jauh sebelum datangnya pengaruh budaya India, bangsa
Jawa telah rnemiliki ketrampilan budaya atau pengetahuan yang mencakup 10 butir
(Brandes, 1889):
(1) wayang,
(2) gamelan,
(3)ilmu irama sanjak,
(4) batik,
(5) pengerjaan logam,
(6) sistem mata uang sendiri,
(7) ilmu teknologi pelayaran,
(8) astronomi,
(9) pertanian sawah,
(10) birokrasi pemerintahan yang teratur
Sepuluh butir ketrampilan budaya tersebut bukan dari pemberian bangsa Hindu
dari India. Kalau teori itu benar berarti keberadaan gamelan dan wayang sudah ada
sejak jaman prasejarah. Namun tahun yang tepat sulit diketahui karena pada masa
prasejarah masyarakat belum mengenal sistem tulisan. Tidak ada bukti-bukti tertulis
yang dapat dipakai untuk melacak dan merunut gamelan pada masa prasejarah.
Gamelan adalah produk budaya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan
kesenian. Kesenian merupakan salah satu unsur budaya yang bersifat universal. Ini
berarti bahwa setiap bangsa dipastikan memiliki kesenian, namun wujudnya berbeda
antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Apabila antar bangsa terjadi kontak
budaya maka keseniannya pun juga ikut berkontak sehingga dapat terjadi satu bangsa
akan menyerap atau mengarn bila unsur seni dari bangsa lain disesuaikan dengan
kondisi seternpat. Oleh karena itu sejak keberadaan gamelan sampai sekarang telah
terjadi perubahan dan perkembangan, khususnya dalam kelengkapan ansambelnya.
Istilah “karawitan†� yang digunakan untuk merujuk pada kesenian gamelan
banyak dipakai oleh kalangan masyarakat Jawa. Istilah tersebut mengalami
perkembangan penggunaan maupun pemaknaannya. Banyak orang memaknai
"karawitan" berangkat dari kata dasar “rawit†� yang berarti kecil, halus atau rumit.
Konon, di lingkungan kraton Surakarta, istilah karawitan pernah juga digunakan
sebagai payung dari beberapa cabang kesenian seperti: tatah sungging, ukir, tari,
hingga pedhalangan (Supanggah, 2002:5¬6).
Dalarn pengertian yang sempit istilah karawitan dipakai untuk menyebut suatu
jenis seni suara atau musik yang mengandung salah satu atau kedua unsur berikut
(Supanggah, 2002:12):
(1) menggunakan alat musik gamelan - sebagian atau seluruhnya baik berlaras slendro
atau pelog - sebagian atau semuanya.
(2) menggunakan laras (tangga nada slendro) dan / atau pelog baik instrumental
gamelan atau non-gamelan maupun vocal atau carnpuran dari keduanya.
Gamelan Jawa sekarang ini bukan hanya dikenal di Indonesia saja, bahkan
telah berkembang di luar negeri seperti di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Canada.
Karawitan telah 'mendunia'. Oleh karna itu cukup ironis apabila bangsa Jawa sebagai
pewaris langsung malahan tidak mau peduli terhadap seni gamelan atau seni
karawitan pada khususnya atau kebudayaan Jawa pada umumnya. Bangsa lain begitu
tekunnya mempelajari gamelan Jawa, bahkan di beberapa negara memiliki
seperangkat gamelan Jawa. Sudah selayaknya masyarakat Jawa menghargai karya
agung nenek moyang sendiri.
Sumber data tentang gamelan
Kebudayaan Jawa setelah masa prasejarah memasuki era baru yaitu suatu masa
ketika kebudayaan dari luar -dalam hal ini kebudayaan India- mulai berpengaruh.
Kebudayaan Jawa mulai memasuki jaman sejarah yang ditandai dengan adanya sistem
tulisan dalam kehidupan masyarakat. Dilihat dari perspektif historis selama kurun
waktu antara abad VIll sampai abad XV Masehi kebudayaan Jawa, mendapat
pengayaan unsur-unsur kebudayaan India. Tampaknya unsur-unsur budaya India juga
dapat dilihat pada kesenian seperti gamelan dan seni tari. Transformasi budaya musik
ke Jawa melalui jalur agama Hindu-Budha.
Data-data tentang keberadaan gamelan ditemukan di dalam sumber verbal
yakni sumber - sumber tertulis yang berupa prasasti dan kitab-kitab kesusastraan yang
berasal dari masa Hindu-Budha dan sumber piktorial berupa relief yang dipahatkan
pada bangunan candi baik pada candi-candi yang berasal dari masa klasik Jawa
Tengah (abad ke-7 sampai abad ke-10) dan candi-candi yang berasal dari masa klasik
Jawa Timur yang lebih muda (abad ke-11 sampai abad ke¬15) (Haryono, 1985).
Dalam sumber-sumber tertulis masa Jawa Timur kelompok ansambel gamelan
dikatakan sebagai “tabeh - tabehan†(bahasa Jawa baru 'tabuh-tabuhan' atau�
'tetabuhan' yang berarti segala sesuatu yang ditabuh atau dibunyikan dengan dipukul).
Zoetmulder menjelaskan kata “gamèl†� dengan alat musik perkusi yakni alat
musik yang dipukul
(1982). Dalam bahasa Jawa ada kata “gèmbèl†� yang berarti 'alat pemukul'.
Dalam bahasa Bali ada istilah 'gambèlan' yang kemudian mungkin menjadi istilah
'gamelan'. Istilah 'gamelan' telah disebut dalam kaitannya dengan musik. Namur
dalam masa Kadiri (sekitar abad ke¬13 Masehi), seorang ahli musik Judith Becker
malahan mengatakan bahwa kata 'gamelan' berasal dari nama seorang pendeta Burma
dan seorang ahli besi bernama Gumlao. Kalau pendapat Becker ini benar adanya,
tentunya istilah 'gamelan' dijumpai juga di Burma atau di beberapa daerah di Asia
Tenggara daratan, namun ternyata tidak.
Gambaran instrument gamelan pada relief candi
Pada beberapa bagian dinding candi Borobudur dapat 17 dilihat jenis-jenis
instrumen gamelan yaitu: kendang bertali yang dikalungkan di leher, kendang
berbentuk seperti periuk, siter dan kecapi, simbal, suling, saron, gambang. Pada candi
Lara Jonggrang (Prambanan) dapat dilihat gambar relief kendang silindris, kendang
cembung, kendang bentuk periuk, simbal (kècèr), dan suling.
Gambar relief instrumen gamelan di candi-candi masa Jawa Timur dapat
dijumpai pada candi Jago (abad ke -13 M) berupa alat musik petik: kecapi berleher
panjang dan celempung. Sedangkan pada candi Ngrimbi (abad ke - 13 M) ada relief
reyong (dua buah bonang pencon). Sementara itu relief gong besar dijumpai di candi
Kedaton (abad ke-14 M), dan kendang silindris di candi Tegawangi (abad ke-14 M).
Pada candi induk Panataran (abad ke-14 M) ada relief gong, bendhe, kemanak,
kendang sejenis tambur; dan di pandapa teras relief gambang, reyong, serta simbal.
Relief bendhe dan terompet ada pada candi Sukuh (abad ke-15 M).
Berdasarkan data-data pada relief dan kitab-kitab kesusastraan diperoleh
petunjuk bahwa paling tidak ada pengaruh India terhadap keberadaan beberapa jenis
gamelan Jawa. Keberadaan musik di India sangat erat dengan aktivitas keagamaan.
Musik merupakan salah satu unsur penting dalam upacara keagamaan
(Koentjaraningrat, 1985:42-45). Di dalam beberapa kitab-kitab kesastraan India
seperti kitab Natya Sastra seni musik dan seni tari berfungsi untuk aktivitas upacara.
keagamaan (Vatsyayan, 1968). Secara keseluruhan kelompok musik di India disebut
'vaditra' yang dikelompokkan menjadi 5 kelas, yakni: tata (instrumen musik gesek),
begat (instrumen musik petik), sushira (instrumen musik tiup), dhola (kendang),
ghana (instrumen musik pukul). Pengelompokan yang lain adalah:
(1) Avanaddha vadya, bunyi yang dihasilkan oleh getaran selaput kulit karena
dipukul.
(2) Ghana vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran alat musik itu sendiri.
(3) Sushira vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran udara dengan ditiup.
(4) Tata vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran dawai yang dipetik atau digesek.
Klasifikasi tersebut dapat disamakan dengan membranofon (Avanaddha
vadya), ideofon (Ghana vadya), aerofon (sushira vadya), kordofon (tata vadya). Irama
musik di India disebut “laya†dibakukan dengan menggunakan pola 'tala' yang�
dilakukan dengan kendang. Irama tersebut dikelompokkan menjadi: druta (cepat),
madhya (sedang), dan vilambita (lamban).
SEJARAH KHUSUS GAMELAN
Sejarah Gamelan Jawa dan Asal Usulnya – Salah satu kekayaan budaya Indonesia
yang terkenal dalam bidang musik adalah seni gamelan. Gamelan banyak ditemui di
berbagai daerah Indonesia. Musik gamelan terdapat di Pulau Jawa, Madura, Bali, dan
Lombok. Tentu saja, varian alat musik yang digunakan berbeda. Baik nama maupun
bentuk.
Di Jawa, gamelan disebut dengan istilah gong. Terutama, sejak abad ke-18. Gamelan
jawa berasal dari bahasa Jawa, gamel, yang artinya adalah alat musik yang dipukul
dan ditabuh. Terbuat dari kayu dan gangsa, sejenis logam yang dicampur tembaga
atau timah dan rejasa. Alat musik pengiring instrumen gamelan terdiri dari kendang,
bonang, panerus, gender, gambang, suling, siter, clempung, slenthem, demung, saron,
kenong, kethuk, japan, kempyang, kempul, peking, dan gong.
Asal Mula Gamelan Jawa
Awalnya, alat musik instrumen gamelan dibuat berdasarkan relief yang ada dalam
Candi Borobudur pada abad ke-8. Dalam relief di candi tersebut, terdapat beberapa
alat musik yang terdiri dari kendang, suling bambu, kecapi, dawai yang digesek dan
dipetik, serta lonceng.
Sejak itu, alat musik tersebut dijadikan sebagai alat musik dalam alunan musik
gamelan jawa. Alat musik yang terdapat di relief Candi Borobudur tersebut digunakan
untuk memainkan gamelan. Pada masa pengaruh budaya Hindu-Budha berkembang di
Kerajaan Majapahit, gamelan diperkenalkan pada masyarakat Jawa di Kerajaan
Majapahit.
Konon, menurut kepercayaan orang Jawa, gamelan itu sendiri diciptakan oleh Sang
Hyang Guru Era Saka, sebagai dewa yang dulu menguasai seluruh tanah Jawa. Sang
dewa inilah yang menciptakan alat musik gong, yang digunakan untuk memanggil
para dewa.
Alunan musik gamelan jawa di daerah Jawa sendiri disebut karawitan. Karawitan
adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan alunan musik gamelan yang halus.
Seni karawitan yang menggunakan instrumen gamelan terdapat pada seni tari dan seni
suara khas Jawa, yaitu sebagai berikut.
1. Seni suara terdiri dari sinden, bawa, gerong, sendon, dan celuk.
2. Seni pedalangan terdiri dari wayang kulit, wayang golek, wayang gedog, wayang
klithik, wayang beber, wayang suluh, dan wayang wahyu.
3. Seni tari terdiri dari tari srimpi, bedayan, golek, wireng, dan tari pethilan.
Seni gamelan Jawa tidak hanya dimainkan untuk mengiringi seni suara, seni tari, dan
atraksi wayang. Saat diadakan acara resmi kerajaan di keraton, digunakan alunan
musik gamelan sebagai pengiring. Terutama, jika ada anggota keraton yang
melangsungkan pernikahan tradisi Jawa. Masyarakat Jawa pun menggunakan alunan
musik gamelan ketika mengadakan resepsi pernikahan.
BENTUK DAN KARAKTERISTIK INSTRUMEN GAMELAN
Berdasarkan cara memainkanya, alat musik gamelan dibagi menjadi tiga yaitu
instrumen petik, instrumen gesek, dan instrumen pukul.
1. Instrumen Petik
Sesuai dengan judulnya, alat musik yang termasuk ke dalam instrumen
petik dimainkan dengan cara dipetik. Salah satu contohnya yaitu siter.
(Siter)
2. Instrumen Gesek
Alat musik instrumen gesek dimainkan dengan cara digesek. Salah satu
contohnya adalah rebab.
(Rebab)
3. Instrumen Pukul
Alat musik gamelan yang termasuk ke dalam instrumen pukul cukup
banyak, contohnya kendang, gong, slenthem, demung, saron barung 1, saron
barung 2, saron penerus, bonang barung, bonang penerus, kethuk kempyang,
kenong, kempul, dan sebagainya.
(Contoh Instrumen Pukul)
CONTOH LAGU DAN SYAIR GAMELAN
CONTOH PENAMPILAN
TANGGA NADA GAMELAN
Tangga Nada adalah susunan nada-nada yang memiliki perbedaan tinggi rendah nada
yang teratur.tangga nada adaduamacamyaitu :
1. Tangga Nada Diatonis
2. Tangga nada Pentatonis
Tangga nada diatonic adalah :berasal dari kata “dia ” dan “tonis “, dia artinya : lima
sedangakan tonis berasal dari kata tone yang berarti suara atau nada . Jadi tangga nada diatonic
adalah tangga nada yang terdiri dari lima nada atau lima suara. Mengenal tangga nada
pentatonik/pentatonis (pentatonic scale)
Pentatonik berasal dari kata penta(5) dan tonic(nada). Pentatonic dibentuk dengan
mengurangkan nada ke 4 dan ke 7 dari struktur oktaf 8 nada. Bila kita ambil C sebagai nada
dasarnya, maka not nya akan menjadi C,D,E,G,A. Pentatonik banyak digunakan untuk musik
modern maupun tradisional di berbagai negara di dunia ini.
Tangga nada diatonis ada dua macam yaitu :
1. tangga nada pelog
2. tangga nada slendro
Menurut mitologi Jawa, Gamelan Slendro lebih tua usianya dari pada Gamelan
Pelog. Slendro memiliki 5 (lima) nada per oktaf, yaitu 1 2 3 5 6 (C- D E+ G A) dengan interval
yang sama atau kalau pun berbeda perbedaan intervalnya sangat kecil. Pelog memiliki 7 (tujuh)
nada per oktaf, yaitu1 2 3 4 5 6 7 (C+ D E- F# G# A B) dengan perbedaan interval yang
besar.Dalam memainkan pelog, masih dibagi menjadi dua lagi, yaitu Pelog Barang, dan Pelog
Bem.Pelog Barang tidak pernah membunyikan nada 1, sedangkan pelog Bem tidak pernah
membunyikan nada 7.
Dalam menciptakan lagu bernuansa pelog maupun slendro, ada aturan-aturannya
tersendiri.
Pada gamelan, tidak ada nada re dan la.Tetapi ada beberapa lagu yang dipaksakan
menggunakan nada la, dan ini memiliki nilai arti tersendiri pada lagu tersebut.
Perbedaannya pelog dan slendro hanya pada tangga nada nya. Interval nada-nada pada slendro
berbeda dengan interval pada nada-nada di pelog.Nada slendro memiliki interval yang lebih besar dari pada
pelog. Nantinya berpengaruh pada tembang (nyanyian) yang dilagu kan oleh penyanyi.
Sléndro atau kadang kala di eja sebagai saléndro adalah satu di antara dua skala dari
gamelan musik. Skalainilebihmudahuntukmengertidaripada pelog, skala yang lain, Karena
adalah secara mendasar hanya lima nada dekat yang berjarak hamper sama dalam satu oktaf .
Oleh karena itu mempunyai interval sempurna keempat yang lebih sempit, sekitar 480sen,
berbeda dengan interval pelog yang lebih lebar. Tangga nada slendro biasa disebut dengan
•1 -siji- ji
•2 -loro - ro
•3 -telu- lu
•5 -lima- ma
•6 -enem– nem
Skala pelog dapat dibuat dengan cara merangkaikan interval sempurna keempat dengan
interval yang cukup lebar, sekitar 515 sampai 535 sen. Interval ini berada pada jarak yang
ekstrem yang dapat didengar sebagai interval keempat.
Skala pelog yang penuh terdiri dari tujuh nada yang berbeda (suatu tumpukan dari 6
buah interval keempat), tetapi biasanya suatu komposisi akan ditulis dalam 5 nada. Ketujuh
nada dalam skala pelog disebut "barang", "dada", "nem", "gulu", "lima", "bem", dan "pelog".
Nada dalam skala dengan dua interval yang berbeda, dilambangkan dengan L dan S,
adalah: gulu-S-dada-L-pelog-S-lima-S-nem-S-barang-L-bem-S-gulu. Dalam hal ini, S adalah
sekitar 110-150 sen dan L adalah sekitar 250-300 sen.
Tangga nada gamelan berdasarkan larasnya diklasifikasikan menjadi 2, yaitu slendro dan
pelog. Sedangkan laras slendro dan pelog berdasar kan pathet dibagi menjadi :
- slendro 9 (ji, ro, lu, mo, nem)
- slendro manyuro (ji, ro, lu, mo, nem)
- pelog nem (ji, ro, lu, mo, nem)
- pelog barang (ro, lu, mo, nem, pi)
- pelog limo (ji, ro, pat, mo, nem)
Contoh judul lagu bertangga nada pelog :
1. suwe ora jamu
2. gundul-gundul pacul
3. gambang suling
4. kupu kuwi
5. sapi
Contoh judul lagu bertangga nada slendro :
1. cublak-cublak suweng
2. lir – ilir
3. pitik tukung
4. kroto – kroto
5. jamuran
ORANG YANG MEMAINKAN GAMELAN
CARA MEMAINKAN GAMELAN
Gamelan memiliki berbagai macam bentuk, seperti pencon, balungan dan atau bilah. Setiap tipe
memiliki cara memainkan yang berbeda-beda, tergantung dari sumber bunyinya. Berikut ini adalah cara-
cara memainkan gamelan :
1. Ditabuh
2. Dithuthuk
3. Dipukul
4. Digesek
1. Ditabuh
Salah satu dari tekhnik memainkan gamelan adalah ditabuh. Ditabuh maksudnya di pukul tapi
menggunakan tangan. Gamelan yang dimainkan dengan cara ini adalah kendhang. Bunyi dari tabuhan
kendhang digunakan untuk mengatur irama musik gamelan.
2. Dithuthuk
Instrumen yang biasa dimainkan dengan cara dithuthuk biasanya berupa instrumen dengan bentuk
bilah atau balungan. Caranya dengan menuthuk atau memukul dengan alat pukul ( tabuh) yang terbuat
dari kayu. Contoh dari instrumen yang dimainkan dengan cara ini adalah saron, slenthem, dhemung,
dan gambang.
3. Dipukul
Alat musik yang dimainkan dengan cara ini biasanya berbentuk pencon. Instrumen yan biasa
dimainkan dengan cara ini adalah bonang, kenong, kethuk kempyang, gong dan kenong. Alat
yang digunakan untuk memukul gong dan kenong sedikit berbeda karena alatnya dilapisi dengan
kain berukuran tebal.
4. Digesek
Cara memainkannya hampir sama dengan cra menggeek biola. Instrumen yang dimainkan dengan
cara digesek adalah rebab.
PENUTUP
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan pembuatan tugas Karya Tulis ini. Hal ini
juga tidak terlepas dari adanya bimbingan, pengarahan, bantuan dan dorongan dari semua pihak.
Harapan kami tugas ini dapat dijadikan sebagai media pembelajaran khususnya siswa kelas X.11
serta dapat memenuhi syarat penambahan nilai Seni Budaya.
Kami menyadari bahwa pembuatan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik,
saran, dan masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan, sehingga pembuatan
tugas di masa datang dapat maksimal. Akhir kata semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk dan
memberkahi kita semua. Amien.
Penyusun
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Untuk Anak Bangsa
Mempelajari Budaya adalah suatu kewajiban, maka lakukanlah dengan penuh
tanggungjawab dan tulus ikhlas. Selalu optimis dan lakukanlah yang terbaik.
Jagalah kelestarian budaya bangsa sebagai bukti cinta kita pada Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Untuk Guru
Seorang guru sebaiknya selalu memberikan pengajaran tentenag budaya Jawa,
terutama Gamelan. Seorang guru juga sebaiknya dapat mendorong siswanya agar
dapat melestarikan gamelan dengan baik, melalui tindakan, motivasi, maupun
cara mengajar.
DAFTAR PUSTAKA