108081000167 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN...
Transcript of 108081000167 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN...
“ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR ), LOAN TO
DEPOSIT RATIO (LDR), NON PERFORMING LOAN (NPL) DAN BIAYA
OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO) TERHADAP
RETURN ON ASSET ( ROA) PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT
DARMAWAN ADHIGUNA LESTARI”
Skripsi
Disusun oleh :
Iis Ismayanti
108081000167
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 / 1436 H
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
Data Pribadi
Nama lengkap : Iis Ismayanti
Panggilan : Iis
Tempat&tanggal lahir : Bekasi, 17 Desember 1989
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Ujung Harapan rt.003/004
Kel.Bahagia-Kec.Babelan,
Kabupaten Bekasi
Prov. Jawa Barat
Status : Single
Email : [email protected]
Pendidikan Formal
2008 – : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
2005 – 2008 : MA Negeri 1 Kota Bekasi (IPS)
2002 – 2005 : MTS Pesantren 02 Attaqwa Putri
1996 – 2002 : MI 05 Kota Bekasi
1995 – 1996 : TK 02 Bekasi
Pendidikan Informal
Seminar-seminar
Language English Center (LEC)
Pengalaman Organisasi
1. Anggota PMII periode 2008/2011.
2. Anggota Ikatan Remaja Attaqwa (IKRA) periode 2002/2008
3. Dewan Perwakilan Kelas (DPK) bagian olahraga MTS 02 Attaqwa Putri
periode 2003
4. Dewan Perwakilan Kelas (DPK) bagian pendidikan MTS 02 Attaqwa Putri
periode 2004
Pengalaman Bekerja
Magang sebagai Admin Kredit di PT Bank Perkreditan Rakyat
Darmawan Adhiguna Lestari periode 30 Januari 2013 – 30 April 2013
Staff Admin Kredit di PT Bank Perkreditan Rakyat Darmawan
Adhiguna Lestari periode 30 April 2013 – 30 Juli 2015
vii
ABSTRACT
This research is performed on order to test the influence of the variable
Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing
Loan (NPL) a n d , BOPO (Operational Cost Operational Income), toward Return
On Asset (ROA). The sample used in this study is the Mountly Financial Statement BPR
Darmawan Adhiguna Lestari period 2010-2014 by using purposive sampling
method. Types of data used are secondary data obtained from published
financial statement and downloaded through the official website of Bank
Indonesia. The method of analysis used is Multiple Regression with a significance
level of 5%.
During research period show as variabel and data research was normal
distributed. Based on test, multicolinearity test, heterosskedasticity test and
autocorrelation test classic assumption deviation has no founded, this indicate
that the available data has fulfill the condition to use multi linear regression
model. This result of research show that variable Loan to Deposit Ratio (LDR),
did not influence ROA. Variable CAR, NPL, and BOPO negatif significant influence
toward ROA. Prediction capability from these four variable toward ROA is 65,1%
where the balance 34,9% is affected to other factor which was not to be entered to
research model. Key Words : ROA, CAR, LDR, NPL, BOPO
viii
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh capital adequacy ratio
(CAR), loan to deposit ratio (LDR), non performing loan (NPL) dan biaya
operasional pendapatan operasional (BOPO) terhadap return on asset (ROA).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan Kuangan
Bulanan BPR Adhiguna Lestari periode 2010-2014 dengan menggunakan metode
purposive sampling. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dan bersifat
kuantitatif yang diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan dan
diunduh melalui situs resmi Bank Indonesia. Metode analisis yang digunakan
adalah Regresi Berganda dengan tingkat signifikansi 5%.
Selama periode pengamatan menunjukkan bahwa data penelitian
berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi tidak ditemukan variabel yang
menyimpang dari asumsi klasik. Hal ini menunjukkan data yang tersedia telah
memenuhi syarat menggunakan model persamaan regresi linier berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa variabel LDR tidak menunjukkan pengaruh
signifikan terhadap ROA. Variabel CAR, NPL, dan BOPO berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA. Kemampuan prediksi dari keempat variabel tersebut
terhadap ROA dalam penelitian ini sebesar 65,1%, sedangkan sisanya 34,9%
dipengarui oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.
Kata Kunci : ROA, CAR,LDR, NPL, BOPO
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan Deposit Ratio (LDR), Non
Performing Loan (NPL), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan
Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tehadap Return On Asset (ROA) )
pada Bank Perkreditan Rakyat Darmawan Adhiguna Lestari. Adapun skripsi ini
diajukan guna memenuhi syarat untuk meraih gelar Sarjana.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terwujud
dengan baik tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun
materil. Maka dari itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini
terutama kepada :
1. Kedua Orang Tua Penulis, Ayahanda tercinta Alhillah dan Ibunda tercinta
Salmanih, yang senantiasa memberi banyak bantuan baik moril dan materil
hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Segenap keluarga besar yang telah menyemangati penulis dengan doa
yang tak henti-hentinya. Terutama kepada Adik-Adikku Aldi, Dona dan
kepada Encing Shobah dan Encang Imron. Terimakasih telah mengirimkan
doa dan support yang tak ternilai harganya.
3. Bapak Ustaj. Somad yang telah memberikan support yang begitu besar dan
keyakinan kalo semua orang pasti mampu. Hari ini saya buktikan sama
encang kalo saya bisa menyelesaikannya dan akan bikin encang bangga
karena tidak ada kata terlambat untuk memulai.
4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
6. Bapak Dr.Indo Yama Nasarudin,SE selaku dosen pembimbing I yang
telah berkenan memberikan waktu, ilmu dan pengetahuan kepada penulis
serta bimbingan dan arahan selama penulis menyusun skripsi.
7. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si selaku dosen pembimbing II yang
telah berkenan memberikan waktu, ilmu dan pengetahuan kepada penulis
serta bimbingan dan arahan selama penulis menyusun skripsi.
8. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa
perkuliahan.
9. Seluruh Teman-Teman Manajemen E Angkatan 2008, Terimakasih telah
menemani dalam berbagai keadaan, baik suka maupun duka. Terutama
kepada, Yuni, Okta, Nurul, Tyo dan Agus yang telah memberikan
banyak motivasi terbaiknya kepada penulis.
10. Seluruh Teman-Teman Manajemen Perbankan 2008, Terimakasih telah
menemani dalam suka maupun duka. Terutama kepada, Sandhi Guntoro
teman yang mengajarkan banyak hal dan paling berperan dalam penulisan
ini.
11. Buat sahabatku Eneng Khairunnisa. Terimakasih atas doa dan semngat.
12. Ucapan terimakasih kepada Mas,dody tempat berkeluh-kesah, Terimakasyih
atas doa semangat dan bantuannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi yang telah terselesaikan ini masih jauh
diatas kata sempurna, dikarenakan terbatasnya ilmu dan pengetahuan yang
penulis miliki. Maka dari itu, penulis mengharapkan segala bentuk masukan,
saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat untuk kita semua, terutama kepada penulis dan seluruh pihak.
Jakarta, 10 September 2015
Iis Ismayanti
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Penelitian .......................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................... 15
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 15
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 16
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 18
A. Landasan Teori ........................................................................... 18
1. Bank ........................................................................................ 18
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ............................................. 24
3. Kinerja Bank ........................................................................... 26
xii
4. Laporan Keuangan Bank ........................................................ 30
4. Return On Asset (ROA) .......................................................... 37
5. Capital Adequacy Ratio (CAR) .............................................. 39
5. Loan to Deposit Ratio (LDR) ................................................. 41
6. Non Performing Loan (NPL) .................................................. 43
7. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) ............. 45
B. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 47
C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 49
D. Hipotesis........................................................................................ 50
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 52
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 52
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 52
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 53
D. Metode Analisis Data .................................................................... 54
1. Analisis Regresi Berganda ........................................................ 54
2. Analisis Statistik Deskriptif ...................................................... 56
3. Pengujian Asumsi Klasik .......................................................... 56
a. Uji Normalitas ..................................................................... 57
b. Uji Multikolinieritas ............................................................ 59
c. Uji Heteroskedesitas ............................................................ 60
d. Uji Autokolerasi .................................................................. 62
4. Pengujian Hipotesis ................................................................... 63
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ...................................... 63
b. Uji Parsial (Uji T) .............................................................. 64
c. Koefisien Determinasi (R2) ............................................... 64
E. Operasional Variabel .................................................................... 65
xiii
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................. 69
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian.................................. 69
B. Hasil Analisis dan Pembahasan..................................................... 70
1. Analisis Deskriptif..................................................................... 70
2. Pengujian Asumsi Klasik .......................................................... 80
a. Uji Normalitas ..................................................................... 80
b. Uji Multikolinieritas ............................................................ 84
c. Uji Heteroskedesitas ............................................................ 85
d. Uji Autokolerasi ................................................................... 87
3. Pengujian Hipotesis ................................................................... 88
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ........................................ 88
b. Uji Parsial (Uji T) ................................................................ 89
c. Koefisien Determinasi (R2) .................................................. 92
4. Uji Persamaan Regresi Linier Berganda ................................... 93
BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................ 100
A. Kesimpulan ................................................................................... 100
B. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 101
B. Implikasi ........................................................................................ 102
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 104
LAMPIRAN .................................................................................................... 108
xiv
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan ROA,CAR,LDR,NPL,BOPO .................................... 2
2.1 Hasil PenelitianTerdahulu ................................................................... 47
4.1 Hasil Statistik Deskriptif variabel return on asset (ROA) ................. 72
4.2 Hasil Statistik Deskriptif variabel capital adequacy ratio(CAR) ...... 74
4.3 Hasil Statistik Deskriptif variabel loan to deposit ratio (LDR) ......... 76
4.4 Hasil Statistik Deskriptif variabel non performing loan (NPL) ........ 77
4.5 Hasil Statistik Deskriptif variabel biaya operasional pendapatan
operasional (BOPO) .............................................................................. 79
4.6 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ........................................................... 83
4.7 Hasil Uji Multikolinieritas .................................................................... 84
4.8 Hasil Uji Heterokedastisitas ................................................................. 86
4.9 Hasiluji Durbin Watson ........................................................................ 87
4.10 Hasil Uji F .............................................................................................. 88
4.11 Hasil Uji T .............................................................................................. 89
4.12 Hasil Uji Adjusted R Square (R2
adj) .................................................... 89
4.13 Hasil Uji Analisis Regresi Berganda ................................................... 93
xv
DAFTAR GRAFIK
No Grafik Keterangan Halaman
4.1 Analisa Grafik Histogram .................................................................... 81
4.2 Analisa Grafik Normal Probability Plot (Normal P-P Plot ................ 82
4.3 Analisis Grafik Scatterplot .................................................................... 85
xvi
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Keterangan Halaman
2.1 Struktur Perbankan Indonesia ........................................................... 21
2.2 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 49
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1. Data-data variabel penelitian dari tahun 2010-2014 ........................... 108
2. Deskriptif Statistik .................................................................................. 110
3. Model Regresi, Anova, dan Koefisien ................................................... 111
4. Hasil Uji Normalitas Data ...................................................................... 112
5. Hasil Uji Multikolinearitas dan Autokorelasi ...................................... 113
6. Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................................. 114
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peran
penting di dalam perekonomian suatu negara baik secara mikro maupun makro.
Bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke
masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian
lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak dibidang keuangan
dimana kegiatannya apakah hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan
dana atau kedua-duanya (Kasmir, 2012:3).
Perusahaan perbankan yang ada di Indonesia meliputi Bank Milik
Pemerintah, Bank Umum Swasta Nasional Devisa, Bank Umum Swasta
Nasional Devisa, Bank Pembangunan Daerah, Bank Campuran, dan Bank
Asing. Bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Perkreditan
Rakyat. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Dalam
kegiatannya BPR tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya
jasa-jasa perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan
dengan kegiatan atau jasa bank umum (Kasmir, 2012:21).
2
Dengan semakin berkembangnya dunia perbankan dewasa ini yang
disertai dengan krisis keuangan global, maka persaingan antar bank khususnya
antar bank yang sejenis akan semakin ketat. Perbankan mempunyai pangsa
pasar cukup besar sekitar 80 persen dari keseluruhan sistem keuangan yang
ada. Mengingat begitu besarnya peranan perbankan di Indonesia, maka
pengambilan keputusan perlu melakukan evaluasi kinerja yang memadai
(Suroso, 2008:20).
Sejalan dengan kuatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, sektor
perbankan Indonesia khususnya BPR Darmawan terus menunjukkan
perkembangan kinerja yang memuaskan dari tahun ke tahun.
Tabel 1.1 di bawah ini adalah perkembangan ROA, CAR, LDR, NPL
dan Bopo tahun 2010 sampai dengan tahun 2014
Tabel 1.1
Perkembangan ROA, CAR, LDR, NPL dan Bopo
BPR Darmawan Adhiguna Lestari
.
Sumber : Bank Indonesia & Website Bank (laporan keuangan yang diolah)
NO Variabel 2010 2011 2012 2013 2014
1 ROA 2,38 4,37 7,43 7,60 8,23
2 CAR 26,08 29,17 18,98 16,90 19,15
3 LDR 70,14 77,12 74,46 86,67 90,28
4 NPL 6,10 4,19 1,30 0,77 5,03
5 BOPO 67,96 80,7 58,27 65,92 68,20
3
Berdasarkan tabel 1.1 sepanjang 2010-2014, kinerja keungan BPR
Darmawan mencatat hasil memuaskan. Pada tahun 2010-2011 Laba bersih
mengalami pertumbuhan sebesar 1,99 persen dari 2,38 persen menjadi 4,37
persen. Pada tahun 2011-2012 ROA mengalami peningkatan sebesar 3,06
persen dari 4,37 persen menjadi 7,43 persen. Pada tahun 2012-2013 ROA
mengalami peningkatan sebesar 0,17 persen dari 7,43 menjadi 7,60 persen.
Pada tahun 2013-2014 ROA mengalami peningkatan sebesar 0,63 persen dari
7,60 persen menjadi 8,23 persen. Peningkatan ROA tertinggi terjadi pada tahun
2011-2012 yaitu sebesar 3,06 persen. hal ini menunjukkan bahwa tingkat
profitabilitas yang diperoleh BPR Darmawan cenderung meningkat dari tahun
ke tahun. Kondisi ini berbanding terbalik dengan NPL cenderung menurun
setiap tahunnya. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa ROA berbanding
terbalik dengan NPL, dimana semakin kecil nilai NPL maka akan semakin
meningkatkan profitabilitas bank (ROA).
Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa CAR dalam perkembangannya
selama periode tahun 2010-2014 mengalami peningkatan. Pada tahun
2010-2011 CAR mengalami peningkatan sebesar 3,09 persen dari 26,08 persen
menjadi 4,37 persen, dan ROA mengalami peningkatan sebesar 1,99 persen.
Pada tahun 2011-2012 CAR mengalami penururan sebesar 10,09 persen
dari 29,17 persen menjadi 18,98 persen, sedangan ROA mengalami
peningkatan sebesar 3,06 persen. Pada tahun 2012-2013 CAR mengalami
penurunan sebesar 2,08 persen dari 18,98 menjadi 16,90 persen, sedangkan
ROA mengalami peningkatan sebesar 0,17 persen. Pada tahun 2013-2014
4
CAR mengalami peningkatan sebesar 2,25 dari 16,90 persen menjadi 19,15
persen, dan ROA mengalami peningkatan sebesar 0,63 persen. dapat dilihat
bahwa rasio CAR pada tahun 2010-2014 menunjukkan kecenderungan yang
menurun, sementara ROA menunjukkan kecenderungan yang meningkat pada
tahun 2010-2014. Hal ini menunjukkan bahwa variabel CAR mengalami
perubahan secara fluktuatif setiap tahunnya. Namun tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap ROA karena ROA Bank Darmawan cenderung naik setiap
tahunnya.
Pada tabel 1.1 rasio LDR BPR Darmawan pada tahun 2010 – 2012 masih
dibawah 80% sedangkan ditahun 2013-2014 mengalami peningkatan yaitu
diatas 80% karena Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, nilai rasio LDR
suatu bank memiliki rentang antara 80% hingga maksimumnya sebesar
110%. %. Apabila nilai rasio LDR suatu bank tinggi maka hal ini akan
mempengaruhi laba bank tersebut dengan asumsi bahwa bank tersebut dapat
menyalurkan kreditnya dengan efektif. Dengan adanya peningkatan laba
maka kinerja bank tersebut diharapkan juga mengalami peningkatan. Dengan
demikian terlihat bahwa LDR memiliki pengaruh terhadap kinerja suatu
bank.
Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa NPL dalam perkembangannya
selama periode tahun 2010-2014 mengalami peningkatan. Pada tahun
2010-2011 NPL mengalami peningkatan sebesar 1,91 persen dari 6,10 persen
menjadi 4,19 persen, dan ROA mengalami peningkatan sebesar 1,99 persen.
Pada tahun 2011-2012 NPL mengalami penururan sebesar 2,89 persen dari
5
4,19 persen menjadi 1,30 persen, sedangan ROA mengalami peningkatan
sebesar 3,06 persen. Pada tahun 2012-2013 CAR mengalami penurunan
sebesar 0,53 persen dari 1,30 menjadi 0,77 persen, sedangkan ROA
mengalami peningkatan sebesar 0,17 persen. Pada tahun 2013-2014
mengalami peningkatan sebesar 4,26 dari 0,77 persen menjadi 5,03 persen,
dan ROA mengalami peningkatan sebesar 0,63 persen. Fenomena ini
menunjukkan telah terjadi ketidakkonsistenan hubungan antara NPL dengan
ROA. Di mana pada tahun 2011-2012 NPL mengalami peningkatan dan
ROA juga mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2012-2013 NPL
mengalami penurunan dan ROA mengalami peningkatan. Apabila NPL
terus mengalami peningkatan maka akan mempengaruhi kinerja perusahaan
terutama total laba yang didapat.
Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa BOPO dalam perkembangannya
selama periode tahun 2010-2014 mengalami peningkatan. Pada tahun
2010-2011 BOPO mengalami peningkatan sebesar 12,74 persen dari 67,96
persen menjadi 80,7 persen, dan ROA mengalami peningkatan sebesar 1,99
persen. Pada tahun 2011-2012 BOPO mengalami penururan sebesar 22,43
persen dari 80,7 persen menjadi 58,27 persen, sedangan ROA mengalami
peningkatan sebesar 3,06 persen. Pada tahun 2012-2013 BOPO mengalami
peningkatan sebesar 7,65 persen dari 58,27 menjadi 65,92 persen, dan ROA
mengalami peningkatan sebesar 0,17 persen. Pada tahun 2013-2014
mengalami peningkatan sebesar 2,28 dari 65,92 persen menjadi 68,20 persen,
dan ROA mengalami peningkatan sebesar 0,63 persen. Fenomena ini
6
menunjukkan telah terjadi ketidakkonsistenan hubungan antara BOPO dengan
ROA. Di mana pada tahun 2010-2011 BOPO mengalami peningkatan dan
ROA juga mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2011-2012
BOPO mengalami penurunan dan ROA mengalami peningkatan. Dari sini
dapat disimpulkan bahwa nilai bopo berbanding terbalik dengan ROA, hal ini
sesuai dengan teori bahwa semakin kecil nilai BOPO maka akan semakin besar
profitabilitasnya (ROA) demikian pula sebaliknya.
Dengan berkembangnya rasio keuangan BPR Darmawan merefleksikan
pertumbuhan yang seimbang dari berbagai lini usaha. strategi pencapaian
kinerja BPR Darmawan telah dijalankan. selain mencapai target-target
profitabilitas, direksi telah melakukan peningkatan kualitas pelayanan dan
keunggulan operasional serta melakukan investasi dibidang pengembangan
sumber daya manusia. Tantangan yang dihadapi direksi adalah untuk terus
meraih profitabilitas dan melakukan investasi peningkatan sistem dan budaya
organisasi, sehingga BPR Darmawan dapat mencapai kinerja yang meningkat
ditengah persaingan yang sangat ketat (Laporan Tahunan BPR Darmawan,
2014).
Krisis perbankan sudah sekitar lima tahun melanda perbankan
Indonesia pada tahun 1997 dan 1998 merupakan tahun terberat dalam tiga
puluh tahun terakhir pelaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia. Diawali
dengan krisis nilai tukar yang terjadi pertengahan tahun 1997. Sejak itu, kinerja
perekonomian Indonesia menurun tajam dan berubah menjadi krisis yang
berkepanjangan di berbagai bidang, termasuk sektor perbankan dengan terus
7
menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan semakin
meningkatnya penarikan dana masyarakat dari perbankan disamping
bertambahnya jumlah kredit bermasalah, semakin memperburuk kondisi
perbankan. namun dalam kenyataannya masih banyak bank yang mampu
bertahan, bahkan dapat mencetak laba (Khasanah,2013:3).
Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut BPR Darmawan untuk
meningkatkan kinerjanya agar dapat menarik investor. Investor sebelum
menginvestasikan dananya memerlukan informasi mengenai kinerja
perusahaan. penggunaan laporan keuangan BPR Darmawan bagi masyarakat
luas merupakan suatu jaminan terhadap uang disimpan di bank. Jaminan ini
diperoleh dari laporan keuangan yang ada dengan melihat angka-angka yang
ada dilaporan keuangan pemilik dana dapat mengetahui kondisi bank yang
bersangkutan sehingga masih tetap mempercayakan dananya disimpan di bank
yang bersangkutan atau tidak (Kasmir,2008:256).
Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai
dengan peraturan perbankan yang berlaku (Putra, 2012:3). Dengan adanya
peraturan bank tersebut, diharapakan perbankan mampu menjaga kinerjanya
dan tingkat kesehatannya.
Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga
dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi
intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat
8
digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya,
terutama kebijakan moneter (Rivai, 2007).
Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu
indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan
bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan akan dapat dihitung
sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat
kesehatan bank. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu
menginterpretasikan berbagai hubungan kunci serta kecendrungan yang dapat
memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan
dimasa mendatang. Analisis laporan keuangan dapat membantu para pelaku
bisnis, baik pemerintah dan para pemakai laporan keuangan lainnya dalam
menilai kondisi keuangan suatu perusahaan tidak terkecuali perusahaan
perbankan (Ponco,2008:18).
Untuk menilai kesehatan suatu bank dapat diukur dengan berbagai
metode. Salah satu alat untuk mengukur kesehatan bank adalah dengan analisa
CAMEL (Capital , Asset, Management, Earning, Liquidity). Aspek capital
meliputi CAR, aspek asset meliputi NPL, aspek management meliputi NPM,
aspek eraning meliputi ROA dan BOPO, aspek likuiditas meliputi LDR.
Aspek-aspek tersebut kemudian dinilai dengan menggunakan rasio keuangan
sehingga dapat menilai kondisi keuangan perusahaan perbankan
(Kasmir,2008:273).
9
Dalam menentukan tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia lebih
mementingkan penilaian besarnya terhadap return on asset (ROA) dan tidak
memasukkan unsur unsur return on equity (ROE). Hal ini dikarenakan Bank
Inodonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan
nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian
besar dari simpanan masyarakat (Ruslim,2012:3).
Alasan dipilihnya ROA (Return on Asset) sebagai indikator
pengukur tingkat profitabilitas bank karena ROA digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan dengan
memanfaatkan sebaik-baiknya aktiva yang dimilikinya. Menurut Azwir
(2006:6) ROA juga sudah memperhitungkan hutang perusahaan dan
pembayaran dividen, selain itu untuk mendapatkan ROA, laba perusahaan
yang digunakan adalah laba bersih artinya ROA juga sudah
memperhitungkan biaya bunga dan pajak perusahaan, disamping itu juga
didasarkan pada alasan bahwa bagi investor atau pemodal adalah seberapa
besar laba bersih yang diperoleh perusahaan, sehingga investor dapat
mengharapkan berapa besar tingkat kembalian yang bakal diterima, sehingga
ROA sangat bermanfaat bagi investor.
Besarnya jumlah modal bank yang harus dimiliki umumnya ditentukan
oleh penguasa moneter. Bank sentral sebagai penguasa moneter menetapkan
jumlah minimum modal yang harus dipenuhi oleh setiap bank yang biasanya
dihubungkan dengan total assetnya setelah memperhitungkan risiko yang
mungkin dihadapi masing-masing aset. Ketentuan minimum permodalan
10
tersebut biasanya digunakan suatu ukuran yang disebut capital adequacy ratio
(CAR) atau rasio minimum perbandingan antara modal risiko dengan aktiva
yang mengandung risiko (Kasmir,2012:146).
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan indikator permodalan
harus berada di atas ketentuan BI yaitu minimal 8% dari total asetnya.
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian
didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga (Martono,
2010:84). Selain itu, semakin tinggi permodalan bank maka bank dapat
melakukan ekspansi usahanya dengan lebih aman. Adanya ekspansi usaha
yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja keuangan bank tersebut.
Selain masalah CAR yang dialami oleh perbankan di Indonesia,
masalah yang tidak kalah peliknya adalah tentang efisiensi yang berkaitan
dengan kegiatan operasional perbankan. efisensi operasional merupakan
masalah yang kompleks dimana setiap perusahaan perbankan selalu berusaha
untuk memberikan layanan yang terbaik kepada nasabah, namun pada saat
yang sama bank harus berupaya untuk beroperasi dengan efisien. Kompetisi di
industri perbankan bagaimanapun juga dapat menurunkan tingkat profitabilitas
masing-masing bank, dan apabila tingkat profitabilitas ini rendah maka akan
mengakibatkan kerugian dan penurunan kinerja perusahaan. Indikator efisiensi
operasional yang lazim digunakan adalah BOPO (rasio biaya operasional
dengan pendapatan operasional). BOPO adalah rasio perbandingan antara
biaya operasional dengan pendapatan operasional. Semakin besar BOPO maka
11
akan semakin kecil atau menurun kinerja keuangan perbankan. begitu juga
sebaliknya, jika BOPO semakin kecil, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja
keuangan suatu perusahaan (perbankan) semakin meningkat atau membaik
(Restiyana,2011:21).
Pemberian kredit yang dilakukan oleh bank mengandung resiko yaitu
berupa tidak lancarnya pembayaran kredit atau dengan kata lain disebut kredit
bermasalah (Non Performing Loan) yang dialami perbankan juga akan
mengakibatkan tersendatnya penyaluran kredit. Banyaknya kredit bermasalah
menyebabkan terkikisnya permodalan bank yang dapat dilihat dari angka
capital adequacy ratio (CAR) dan menurunnya tingkat keuntungan atau laba
yang diperoleh bank, yang dapat dilihat dari angkat return on asset (ROA)
(Khasanah, 2013:7).
Terdapat penelitian yang berkaitan dengan pengukuran kinerja
perbankan dengan menggunakan rasio keuangan untuk menilai
profitabilitas. Dewi (2015), menganalisis pengaruh NIM, BOPO, LDR, dan
NPL terhadap Profitabilitas (studi kasus pada bank umum swasta nasional yang
terdaftar pada bursa efek Indonesia periode 2009-2013). Metode analisis yang
digunakan analisis regresi berganda. Dari hasil penelitiannya variabel NIM,
LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, sedangkan BOPO,
NPL bepengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
Penelitian Paraditha (2014), Analisis Pengaruh Capital Adequancy
Ratio (CAR), Loan Deposit Ratio (LDR), Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Biaya
12
Operasional/Pendapatan Operasional Terhadap Profitabilitas Perbankan (Studi
pada Bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Model analisis
yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Dari hasil
penelitiannya variabel CAR, LDR, DPK berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ROA sedangkan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
ROA.
Penelitian yang dilakukan oleh Bilal (2013) tentang “Influnce of Bank
Specific and Macroeconomic Factors on Probability of Commercial Banks:
A Case Study of Pakistan” hasil penelitian menunjukan bahwa Bank Size,
NIM, dan GDP berpengaruh terhadap ROA sedangkan CAR, NPL, dan
Inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap profitabilitas (ROA).
Penelitian Manikam (2013) menganalisis pengaruh Capital Adequacy
Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non
Performing Loan (NPL) dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Persero di
Indonesia Periode 2005-2012. Hasil penelitian menunjukka NPL, NIM, BOPO
berpengaruh terhadap ROA, sedangkan CAR dan LDR tidak berpengaruh
terhadap ROA.
Penelitian Qin (2012) tentang “Commercial Banks Profitability
Position: The Case of Tanzania”, temuannya menunjukan bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan terhadap profitabilitas diantara bank-bank
komersial, dalam konteks model regresi panel telah mencatat bahwa likuiditas
dan kualitas aktiva memiliki dapak positif terhadap profitabilitas dengan
pengecualian tingkat kredit bermasalah yang memiliki pengaruh negatif
13
pada profitabilitas, juga kecukupan modal (CAR) telah menunjukan
dampak negatif terhadap profitabilitas.
Penelitian Suroso (2010), menganalisis pengaruh Dana Pihak
Ketiga (DPK), BOPO, CAR, dan LDR terhadap Kinerja Keuangan pada
Sektor Perbankan yang Go Public di BEI. Model analisis yang digunakan
adalah analisis regresi linier berganda. Dari hasil penelitiannya DPK,
CAR berpengaruh positif, LDR berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
dan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kinerja Perbankan
(ROA).
Penelitian Yuliani (2007) tentang hubungan efisiensi operasional dengan
kinerja profitabilitas pada sector perbankan yang go public di BEJ. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengukur hubungan antara tingkat efisiensi
operasional terhadap kinerja profitabilitas perbankan di BEJ. Dalam penelitian
ini menggunakan variabel MSDN, CAR, BOPO, LDR. Variabel BOPO
berpengaruh signifikan negatif, sedangkan CAR berpengaruh signifikan positif
terhadap kinerja profitabilitas perbankan. Variabel MSDN dan LDR tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja profitabilitas perbankan. Penelitian ini
menggunakan metode regresi time-series cross-section.
Berdasarkan uraian di atas dan penjelasan data empiris, maka perbankan
telah berupaya menjadi alat bantu negara dalam terciptanya kesejahteraan.
Hal ini dapat dilihat dari kemampuan bank dalam menjaga kecukupan modal
yang ada. Besarnya modal suatu bank, akan mempengaruhi tingkat
14
kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank. Selain itu, dapat dilihat dari
penyaluran kredit perbankan go public yang bersedia menyalurkan kredit dari
dana pihak ketiganya kepada pencari dana yang umumnya pelaku usaha.
Dengan demikian, dengan adanya kredit maka sektor usaha dapat bergeliat
guna memajukan usahanya. Keseriusan bank dalam menjalankan kegiatannya
tersebut berdampak pada peningkatan keuntungan yang diperoleh bank. Hal
ini terlihat semakin menggembirakan dengan efisiensi (BOPO) yang
berhasil ditekan dan angka nya terus menurun dari tahun ke tahun. Sesuai data
tersebut, semakin angka efisiensi ditekan maka profitabilitas (ROA)
meningkat. Namun bagi bank harus menjalankan kegiatannya sesuai dengan
peraturan dengan prinsip prudential yang mana harus menjaga dan mengelola
dengan baik kredit yang telah disalurkan untuk meminimumkan kredit
bermasalah.
Berdasarkan latar belakang, data empiris serta beberapa penelitian
terdahulu yang memilki keterkaitan serta menginspirasi dalam penlitian
ini, maka peneliti tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai
profitabilitas perbankan dengan judul “ANALISIS PENGARUH CAPITAL
ADEQUACY RATIO (CAR ), LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR), NON
PERFORMING LOAN (NPL) DAN BIAYA OPERASIONAL
PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO) TERHADAP RETURN ON
ASSET ( ROA) PADA BANK BANK PERKREDITAN RAKYAT
DARMAWAN ADHIGUNA LESTARI”. Untuk lebih memfokuskan arah
penelitian ini maka variabel-variabel yang dijadikan objek penelitian terdiri
15
dari variabel independen capital adequacy ratio (CAR), loan to deposit ratio
(LDR), non performing loan (NPL) dan biaya operasional pendapatan
operasional (BOPO) dan variabel dependen return on asset (ROA).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimanakah pengaruh capital adequacy ratio (CAR), loan to deposit
ratio (LDR), non performing loan (NPL) dan biaya operasional
pendapatan operasional (BOPO) secara parsial terhadap return on asset
(ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat Darmawan Adhiguna Lestari?
2. Bagaimanakah pengaruh capital adequacy ratio (CAR), loan to deposit
ratio (LDR), non performing loan (NPL) dan biaya operasional
pendapatan operasional (BOPO) secara simultan terhadap return on
asset (ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat Darmawan Adhiguna
Lestari?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh capital adequacy ratio
(CAR), loan to deposit ratio (LDR), non performing loan (NPL) dan
biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) secara parsial
16
terhadap return on asset (ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat
Darmawan Adhiguna Lestari?
2. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh capital adequacy ratio
(CAR), loan to deposit ratio (LDR), non performing loan (NPL) dan
biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) secara simultan
terhadap return on asset (ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat
Darmawan Adhiguna Lestari?
D. Manfaat Penelitian
1. Kontribusi Teoritis
a. Manfaat bagi peneliti yaitu untuk menambah wawasan tentang
seberapa besar pengaruh pemberian kredit, kredit bermasalah
terhadap profitabilitas bank.
b. Bagi dunia akademis dan peneliti selanjutnya, semoga dengan
sumbangan kecil berupa penelitian ini dapat membantu
perkembangan penelitian selanjutnya dan demi kemajuan akademis di
bidang perbankan khususnya.
2. Kontribusi Praktisi
a. Manfaat bagi bank yang telah go public khusunya yaitu sedikit
memberikan informasi mengenai faktor yang mempengaruhi
profitabilitas. Sehingga dengan hal itu diharapkan bank lebih peka
terhadap perubahan situasi ekonomi yang terjadi dan tepat dalam
mengambil kebijakan guna meningkatkan keuntungan bank.
17
b. Bagi pihak investor, diharapkan peneltian ini dapat menjadi salah
satu bahan masukan untuk perencanaan investasi khususnya di
bidang usaha perbankan.
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan teori
1. Bank
Menurut Kasmir (2012:3) Bank diartikan sebagai lembaga keuangan
yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-
jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap
perusahaan yang bergerak dibidang keuangan dimana kegiatannya apakah
hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya.
Menurut Dendawijaya (2009:14) bank adalah suatu badan usaha yang
tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial
intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana
(idlefund surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau
kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan.
Menurut Stuart dalam Martono (2010:20) Bank merupakan salah satu
badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit, baik
dengan alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang
lain, dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang
giral.
Menurut Hasibuan (2011:11) bank adalah badan usaha yang kekayaan
terutama dalam bentuk aset keuangan serta bermotivasi profit dan juga
sosial, jadi bukan mencari keuntungan saja.
19
Menurut Darmawi (2012:1) yang dimaksud dengan perbankan adalah
segala sesuatu yang menyangkut bank, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Sedangkan bank adalah salah satu badan usaha financial yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.
a. Tugas dan Fungsi Bank
Menurut Arthesa (2006:11) tugas dan fungsi bank adalah sebagai
penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Fungsi tersebut dikenal
sebagai intermediasi keuangan, maksud dari fungsi intermediasi
(perantara) adalah bahwa perbankan memberikan kemudahan untuk
mengalirkan dana dari nasabah yang memiliki kelebihan dana (savers)
dengan kedudukan sebagai penabung ke nasabah yang memerlukan dana
(borrowers) untuk berbagai kepentingan.
Menurut Martono (2010:20) fungsi bank pada umumnya adalah:
1. Menerima berbagai bentuk simpanan dari masyarakat.
2. Memberikan kredit, baik bersumber dari dana yang diterima dari
masyarakat maupun berdasarkan atas kemampuannya untuk
memciptakan tenaga beli baru.
3. Memberikan jasa-jasa lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
20
b. Tujuan Bank
Menurut Arthesa (2006:13) perbankan Indonesia bertujuan
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional
ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
c. Jenis – Jenis Bank
Berdasarkan fungsinya, dalam sistem perbankan Indonesia terdapat
tiga subsistem yaitu bank sentral, bank umum dan bank prekreditan
rakyat (Darmawi, 2012:1).
1) Bank Sentral adalah bank yang memounyai tugas sebagai pengawas
perbankan. Sebegai otoritas moneter, bank sentral tidak melakukan
usaha perbankan umum, dalam arti tidak menghimpun dana dari
masyarakat, dan tidak memberikan kredit kepada masyarakat. Di
Indonesia bank sentral adalah Bank Indonesia.
2) Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang salah satu
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
3) Bank Perkreditas Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatannya
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak boleh memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Ditinjau dari sudut prinsip kerjanya, maka dalam sistem perbankan
Indonesia dapat dibedakan atas : (Darmawi,2012:21)
21
a. Bank Konvensional, yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat yang
memakai “bunga uang” sebagai dasar kegiatannya.
b. Bank Syariah, yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat yang
kegiatannya didasarkan atas syariah, antara lain prinsip “jual-beli”,
prinsip “bagi hasil”.
Gambar 2.1
Struktur Perbankan Indonesia
d. Resiko Usaha Perbankan
Secara garis besar jenis-jenis risiko usaha tersebut dapat dibagi
sebagai berikut : (Darmawi, 2012:18)
a. Risiko Kredit
Kegiatan utama adalah memberikan kredit kepada nasabahnya.
Ketidaklancaran pembayaran pokok pinjaman dan bunga secara
langsung dapat menurunkan kinerja bank.
Otoritas Jasa Keuangan
Bank Umum
Bank Umum Devisa Bank Umum Non Devisa
Bank Prekreditan Rakyat
22
b. Risiko Ekonomi
Kondisi perekonomian dunia maupun nasional dan daerah yang
secara langsung akan mempengaruhi iklim usaha perbankan baik
dalam perkreditan, pengumpulan dana dari nasabah yang telah
dibiayai. Kondisi itu mempengaruhi tingkat bunga dan pendapatan
yang diperoleh oleh bank serta berpengaruh pada kemampuan nasabah
dalam membayarkan pinjaman dan bunganya. Kondisi ini pada
akhirnya akan mempengaruhi tingkat keuntungan bank.
c. Risiko Perubahan Kebijakan Pemerintah
Risiko ini berupa risiko akibat kebijakan pemerintah dibidang
fiskal, moneter, dan perbankan yang dapat berubah setiap waktu
sesuai dengan perkembangan perekonomian. Ketidakmampuan dalam
mengantisipasi perubahan kebijakan pemerintah dapat mempengaruh
kegiatan usaha yang pada gilirannya dapat menurunkan kinerja bank.
d. Risiko Likuiditas
Risiko ini terjadi akibat penarikan dana yang cukup besar oleh
nasabah diluar perhitungan bank, sehingga dapat mengakibatkan
kesulitas likuiditas. Hal ini dapat mengurangi tingkat kesehatan bank
dan kepercayaan masyarakat.
e. Risiko Operasional
Sesuai bidang usahanya dalam bidang perbankan, bank juga
menghadapi risiko dalam operasionalnya, antara lain kelangkaan
23
sumber dana, pengendalian biaya dan kesalah manajemen. Kondisi ini
sangat berpengaruh pada tingkat pendapatan bank.
f. Risiko Persaingan
Ketidakmampuan untuk mengantisipasi persaingan akan
berakibat menurunnya pangsa pasar (market share) yang telah dimiliki
sehingga mengurangi pendapatan bank.
g. Risiko Tidak Cukupnya Modal
Apabila ketentuan rasio kecukupan modal tidak terpenuhi, akan
mengurangi kemampuan ekspansi kredit dan mempengaruhi tingkat
kesehatan bank.
h. Risiko Valuta Asing
Sebagai bank devisa, bank mengadakan transaksi mata uang
asing. Sedangkan nilai tukar mata uang asing dapat berfluktuasi
karena berbagai faktor. Kesalahan dalam memprediksi fluktuasi nilai
tukar mata uang asing dapat mengakibatkan kerugian pada bank.
i. Risiko Teknologi
Keterlambatan mengantisipasi kemajuan teknologi akan
mengurangi kemampaun bank untuk bersaing dalam pelayanan
kepada nasabah. Tapi penggunaan teknologi sangat rentan terhadap
kejahatan terhadap perbankan apabila tidak didukung sistem
pengamanan yang baik.
24
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Dalam
kegiatannya BPR tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Artinya jasa-jasa perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika
dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum (Kasmir, 2012:21).
Menurut Zulfikar (2012:2) BPR adalah lembaga keuangan bank
yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka,
tabungan dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu dan
menyalurkan dana dalam bentuk kredit atau dalam bentuk lain dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat yang melaksanakan kegiatan
usahanya melalui prinsip konvensional atau berdasarkan prinsip syariah
yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Menurut Martono (2010:35) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
merupakan bank yang fungsinya menerima simpanan dalam bentuk uang
dan memberikan kredit jangka pendek untuk masyarakat pedesaan. BPR
tergolong bank sekunder dengan wilayah usahanya terbatas pada linkungan
kecamatan dan beberapa desa tertentu. Maksud bank sekunder, yaitu bank
yang tidak dapat menciptakan uang karena tidak memberikan pinjaman
melebihi dana yang dihimpun.
25
Menurut Martono (2010:36) usaha-usaha Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) adalah :
1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
2) Memberikan kredit kepada pengusaha kecil dan rumah tangga.
3) Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah.
4) Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan
pada bank lain. SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank
Indonesia kepada BPR apabila BPR mengalami over likuiditas
Karena keterbatasannya yang dimiliki oleh BPR, maka ada
beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan BPR (Kasmir, 2012:41).
Larangan ini meliputi hal-hal sebagai berikut
1) Menerima simpanan berupa giro
2) Mengikuti kliring
3) Mengikuti kegiatan valuta asing
4) Mengikuti kegiatan perasuransian
Bank umum dan BPR memiliki tugas yang hampir serupa
karena sama-sama memberikan kredit pada masyarakat. Namun jika
dilihat dari definisinya, bank umum dan BPR memiliki perbedaan.
26
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran. Sedangkan
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah
yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalulintas
pembayaran.
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui perbedaan antara
keduanya terletak pada kegiatan memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Bank umum memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran
sedangkan BPR tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.
3. Kinerja Bank
Kinerja (performance) adalah hasil pekerjaan yang dicapai seseorang
berdasarkan persyaratan-persyaratan pekerjaan (job requirement). Suatu
pekerjaan mempunyai persyaratan tertentu untuk dapat dilakukan dalam
mencapai tujuan yang disebut juga sebagai standar pekerjaan (job standard)
(Wilson, 2012:231).
Kinerja (performance) merupakan prestasi yang dihasilkan dari suatu
proses atau cara bertindak dari suatu fungsi atau lebih (Junaid, 2009:3).
Kinerja adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian
atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode,
seiring dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu
27
atau yang diproyesikan suatu dasar efisiensi, pertanggungjawaban, atau
akuntabilitas manajemen, dan semacamnya (Padji, 2006:3).
Penilaian kinerja merupakan proses yang dilakukan perusahaan dalam
mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang dalam melaksanakan tugasnya
(Mangkuprawira, 2011:231). Penilai dapat dilakukan dengan
membandingkan hasil kerja yang dicapai karyawan dengan standar
pekerjaan.
Kinerja merupakan hal yang penting yang harus dicapai oleh
perusahaan, karena merupakan suatu gambaran tentang kondisi dari
suatu perusahaan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya
keadaan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode
tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal
dalam menghadapi perubahan lingkungan.
Sedangkan penilaian kinerja menurut Mulyadi (1997) dalam
Sudiyanto (2010: 129) merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam
melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi. Berbeda
dengan pengertian kinerja pada umumnya, maka pengertian kinerja
keuangan adalah penentuan ukuran–ukuran tertentu yang dapat mengukur
keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. adalah penentuan
secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi
dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan
sebelumnya. Mengingat bahwa organisasi pada dasarnya dijalankan oleh
manusia, maka penilaian kinerja sesungguhnya.
28
Menurut Kidwell (1982) dalam Suroso (2010:129) Kinerja perbankan
dapat diukur dengan mengunakan rata–rata tingkat bunga pinjaman, rata–
rata tingkat bunga simpanan, dan profitabilitas perbankan. Ketiga ukuran
tersebut bisa diinterprestasikan secara berbeda, tergantung pada sudut
pandang analisisnya, apakah dari sudut pandang pemilik ataukah dari sudut
sosial.
a. Penilaian Kinerja Bank
Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang
dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi
kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Penilaian kinerja suatu bank tertentu dapat dilakukan
dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangannya. Menurut
peraturan BI No.13/1/PBI/2011 dikatakan bahwa penilaian kinerja
keuangan terdiri atas:
1) Aspek Permodalan (Capital)
Dalam aspek ini yang dinilai adalah permodalan yang dimiliki
oleh bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal
minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR (Capital
Adequacy Ratio) yang telah ditetapkan BI. Sesuai ketentuan yang
telah ditetapkan pemerintah, maka CAR perbankan untuk tahun 2002
minimal harus 8%. Bagi bank yang memiliki CAR dibawah 8% harus
29
segera memperoleh perhatian dan penanganan yang serius untuk
diperbaiki (Kasmir, 2012:48)
2) Aspek Kualitas Aset (Assets)
Penilaian aset harus sesuai dengan dengan peraturan Bank
Indonesia dengan membandingkan antara aktiva produktif. Kemudian
rasio penysisihan penghapusan aktiva produktif terhadap produktif
diklasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat dari necara yang telah
dilaporkan secara berkala kepada Bank Indonesia (Kasmir, 2012:48).
3) Aspek Kualitas Manajemen (Management)
Dalam asep ini yang dinilai adalah manajemen permodalan,
manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen
rentabilitas dan manajemen likuiditas (Kasmir, 2012:49).
4) Aspek Earning
Merupakan aspek yang digunakan untuk mengukur kemampuan
bank dalam meningkatkan keuntungan.bank yang sehat adalah nak
yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat diatas standar
yeng telah ditetapkan (Kasmir, 2012:49).
5) Aspek Likuiditas (Liquidity)
Suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang
bersangkutan mampu membayar semua utangn jangka pendek. Dalam
hal ini yang dimaksud dengan utang-utang jangka pendek yang ada di
bank antara lain adalah simpanan masyarakat seperti simpanan
tabungan, giro dan deposito.
30
b. Tujuan Penilaian Kinerja Bank
Tujuan penilaian kinerja bank menurut Parathon (2012:3)
1. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank
terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas
yang dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya.
2. Untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan
semua aktiva yang dimiliki dalam menghasilkan profit.
3. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan
perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur
dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar
beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali
pokok hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan
membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa
mengalami hambatan atau krisis keuangan.
4. Laporan Keuangan Bank
a. Pengertian Laporan Keuangan Bank
Secara umum setiap perusahaan baik itu bank maupun non bank
pada suatu periode tertentu akan melaporkan kegiatan keuangannya.
Informasi tentang proses keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, aliran
kas dan informasi lainnya yang berkaitan dengan kegiatan laporan
keuangan dapat diperoleh dari laporam keuangan perusahaan.
Laporan keuangan merupakan hal terpenting yang tidak dapat
dipisahkan oleh suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan
31
pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepada para pemilik perusahaan atas kinerja yang telah dicapainya serta
merupakan laporan akuntansi utama yang mengkomunikasikan informasi
kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat analisa
ekonomi dan peramalan untuk masa yang akan datang.
Sistem pembukuan akuntansi sangat diperlukan oleh semua
lembaga keuangan, untuk mencatat semua transaksi ekonomi yang
dilakukan oleh lembaga keuangan yang bersangkutan biasanya
setahun sekali pada akhir tahun periode akuntansi (Adyani, 2011:21).
Salah satu indikator utama yang dijadikan dasar penelitian adalah
laporan keuangan bank di Indonsia. Oleh karena itu, kegiatan usaha
suatu bank menurut ketentuan pemerintah harus dinyatakan dalam
laporan keuangan yang diterbitkan dan dilaporkan kepada masyarakat
dan otoritas moneter sebagai pengawas perbankan nasional.
Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi bank secara
keseluruhan. Laporan keuangan yang dihasilkan bank diharapkan
dapat memberikan informasi tentang kinerja keuangan dan
pertanggungjawaban manajemen bank kepada seluruh stake holder bank
(Dewi, 2010:18).
Menurut Brigham (2010:84) laporan keuangan adalah beberapa
lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis diatasnya, tetapi penting
juga untuk memikirkan aset-aset nyata yang berharga dibalik angka
32
tersebut.Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantitatif
dalam nilai moneter. Laporan keuangan yang sering disajikan adalah
1. Neraca,
2. Laporan laba-rugi,
3. Laporan arus kas,
4. Laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham.
Menurut kasmir (2008:253) laporan keuangan adalah laporan yang
menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu
periode tertentu, maksudnya adalah kondisi keuangan terkini yaitu
keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan
periode tertentu (untuk laporan laba rugi). Biasanya laporan keuangan
dibuat per periode misalnya tiga bulan atau enam bulan untuk
kepentingan internal perusahaan. sementara itu, untuk laporan luas
dilakukan satu tahun sekali. Selain itu dapat diketahui posisi perusahaan
terkini setelah setelah menganalisis laporan keuangan tersebut dianalisis.
Menurut Harahap (2008:190) menguraikan pos-pos laporan
keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat
hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna
antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif atau data non
kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keungan lebih dalam
yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.
33
Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan
keuangan merupakan suatu laporan yang menggambarkan posisi
keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu, dan hasil usahanya
pada periode tertentu digunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan
laporan tersebut baik pihak intern maupun pihak ekstern perusahaan.
laporan keuangan merupakan sumber informasi yang sangat penting
untuk mengetahui dan menganalisa keadaan keuangan keadaan keuangan
dari suatu perusahaan dan dari hasil analisis tersebut dapat dijadikan
acuan untuk pengambilan keputusan yang tepat.
b. Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Jenis-jenis laporan keuangan menurut Kasmir (2008:257) adalah :
1) Neraca (Balance Sheet)
Neraca merupakkan laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank
pada tanggal tertentu. Posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi
aktiva (harta), pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank. Penyusutan
komponen didalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh
tempo.
2) Laporan komitmen dan kontinjensi
Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa
janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak dan harus
dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama depenuhi.
34
3) Laporan lab rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang
menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu.
4) Laporan arus kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek
yang berkaitan dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh
langsung terhadap kas. Laporan arus kas disusun berdasarkan konsep
kas selama periode laporan.
5) Catatan atas laporan keungan
Merupakan yang berisi mengenai posisi Devisa Neto, menurut jenis
mata uang dan aktivitas lainnya.
6) Laporan keuangan gabungan dan konsolidasi
Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang
bank yang bersangkutan baik ynag ada di dalam negeri maupun di luar
negeri.
c. Tujuan Laporan keuangan
Tujuan laporan keuangan merupakan dasar awal dari struktur teori
akuntansi, banyak pendapat tentang tujuan laporan keuangan ini, baik
objek maupun penekanannya, namun menurut Harahap (2007:66) tujuan
yang selama ini mendapatg dukungan luas adalah bahwa laporan
keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan kepada para
pemakainya untuk dipakai dalam proses pengambilan keputusan.
menurut Darsono (2005:2) tujuan laporan keuangan adalah untuk
35
memberikan informasu yang berguna bagi pengambilan keputusan atas
perusahaan. dalam pengertian tersbeut yang dicatat dan dilaporkan adalah
transaksi atau kejadian ekonomi (kejadian yang berhubungan dengan
uang).
Selanjutnya menurut Ikatan Akuntansi Indonesian (2007:3) dalam
kerangka dasar pernyataan dasar akuntansi keuangan, merumuskan
tujuan laporan keuangan sebagai berikut: “Tujuan laporan keuangan
adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan”.
Menurut Kasmir (2008:254) pembuatan laporan keuangan memiliki
tujuan tersendiri. Secara umum tujuan pembuatan laporan keuangan
suatu bank adalah :
1) Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis-
jenis-jenis aktiva yang dimiliki.
2) Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-
jenis kewajiban baik jangka pendek (lancar) maupun jangka panjang.
d. Keterbatasan Laporan Keuangan
Adapun keterbatasan laporan keuangan menurut Harahap
(2007:90) yaitu:
1) Bersifat historis, dimana menunjukkan transaksi dan peristiwa yang
telah lewat.
36
2) Bersifat umum, baik dari sisi informasi maupuun manfaat bagi pihak
pengguna. Biasanya informasi khusus yang dibutuhkan oleh pihak
tertentu tidak dapat secara langsung dipenuhi semata-mata dari
laporan keuangan saja.
3) Tidak luput dari pengguna berbagai pertimbangan dan taksiran.
4) Hanya melaporkan informasij yang materil.
5) Bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, apabila
terdapat beberapa kemungkinan yang tidak pasti mengenai penilaian
suatu pos, maka dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau
nilai aktiva yang paling kecil.
6) Lebih menekankan pada penyajian transaksi dan peristiwa sesuai
dengan substansij dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk
hukumnya (formalitas).
7) Disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dimana pemakai
laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa dan istilah-istilah
tersebut, serta mengerti sifat dari informasi yang dilaporkan.
8) Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat dipergunakan
sehingga menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber daya
ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan.
9) Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat
dikuantifikasikan umumnya diabaikan.
37
5. Return On Asset (ROA)
Menurut Dendawijaya (2009:118) Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan
(Laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar
pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula
posisi bank tersebut dari segi penggunaannya.
Menurut Riyadi (2006:156) mengungkapkan bahwa yang dimaksud
Return On Asset ( ROA) adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan
perbandingan antara laba dengan total asset bank, rasio ini menunjukkan
tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan oleh bank yang
bersangkutan.
Return On Asset (ROA) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak
untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki
oleh perusahaan. pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA
menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA yang
negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi.
Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara
keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba (Hakim, 2006:19).
ROA menurut Fauziah (2011) adalah rasio perbandingan antara
laba setelah pajak dengan total aktiva yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas aktiva yang
dipergunakan dalam periode tertentu. Jika ROA suatu perusahana naik
38
dari tahun ke tahun, maka bisa dikatakan perusahaan semakin efisien dalam
mengelola bisnisnya.
Menurut Suroso (2010:2) Return On Asset (ROA) digunakan untuk
mengukur efisiensi dan efektifitas perusahaan didalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return On
Asset (ROA) merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total
asset. Semakin besar Return On Asset (ROA) menunjukkan kinerja yang
semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar.
Alasan menggunakan ROA dalam penelitian ini mengacu pada
penelitian yang dilakukan Rasiah (2010:5) bahwa ROA merupakan
indikator utama dalam mengukur efisiensi manajerial. ROA juga
menunjukkan bagaimana kemampuan manajemen bank mengkonversi
asset perusahaan nya menjadi pendapatan. Dan ROA adalah pengukuran
berharga dalam mengukur profitabilitas antara satu bank komersil dengan
bank lainnya dalam sebuah sistem secara keseluruhan.
Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut
(Dendawijaya, 2009:118).
Laba Sebelum Pajak
ROA = x 100%
Total Asset
Analisis ROA mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan menggunakan kekayaan (total asset) yang
dimiliki perusahaan yang bersangkutan setelah disesuaikan dengan
biaya-biaya yang mendanai aset tersebut.
39
Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank, terdapat
perbedaan kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoritis dan cara
perhitungan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teoritis, laba
yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem
CAMEL, laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum pajak
(Dendawijaya, 2009:118)
6. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko
(kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai
dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari
sumber-sumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman
(utang), dan lain-lain. (Dendawijaya, 2009:121)
Capital adequacy ratio (CAR) adalah rasio yang memperhitungkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain).ikut dibiayai dari dana
modal sendiri bank disamping memperoleh dana–dana dari sumber–sumber
diluar bank, seperti masyarakat, pinjaman (utang), dan lain–lain. Dengan
kata lain Capital Adequancy Rasio adalah rasio kinerja bank untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva
yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan
(Suroso, 2010:6).
40
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva
yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalkan kredit yang diberikan
bank (Paraditha, 2014:35).
Menurut Kasmir (2012:146) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah
ketentuan permodalan, yaitu rasio minimum perbandingan antara modal
risiko dengan aktiva yang mengandung risiko. Pada saat ini, CAR yang
harus dipenuhi oleh bank adalah minimum sebesar 12%. Ketentuan ini
berlaku di Indonesia berdasarkan ketentuan Bank for Internasional
Settlements (BIS).
Menurut Martono (2010:84) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah
rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada
untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan
perdagangan surat-surat berharga.
Capital Adequacy Ratio yaitu rasio kewajiban pemenuhan modal
minimum yang harus dimiliki oleh bank. Untuk saat ini minimal CAR
sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR), atau
ditambah dengan Risiko Pasar dan Risko Operasional, ini tergantung
pada kondisi bank yang bersangkutan. CAR yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia ini, mengacu pada ketentuan/ standar internasional yang
dikeluarkan oleh Banking for International Settlement (Riyadi, 2006:161).
Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam
rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Bank
41
Indonesia menetapkan CAR yaitu kewajiban penyediaan modal minimum
yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi
tertentu dari aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). ATMR adalah
nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-
masing bobot risiko aktiva tersebut.
Secara matematis CAR dapat dirumuskan sebagai berikut
(Dendawijaya, 2009:121).
Modal Bank
CAR = x 100%
ATMR
7. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Menurut Dendawijaya (2009 : 116), menyebutkan pengertian loan to
deposit ratio (LDR) adalah ”rasio antara jumlah kredit yang diberikan bank
dengan dana yang diterima oleh bank”.
Loan to Deposit Rasio (LDR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur
likuiditas bank dalam memenuhi kebutuhan dana yang ditarik oleh masyarakat
dalam bentuk tabungan, giro dan deposito (Suroso, 2010:6).
Loan to deposit ratio (LDR) tersebut menyatakan seberapa jauh
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan
deposan dngan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya (Dendawijaya, 2009:116). Dengan kata lain, seberapa jauh
pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank
42
untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali
uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.
Menurut Martono (2010:82) Loan to deposit ratio rasio ini untuk
mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada
para nasabah yang telah menamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah
diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi
likuiditasnya.
Sedangkan Kasmir (2008 : 290) menyatakan bahwa “loan to deposit
ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan
dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang
digunakan”.
Menurut Kasmir (2008 : 290), besarnya loan to deposit ratio (LDR)
menurut peraturan pemerintah maksimum adalah 110%. Semakin tinggi rasio
tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank
yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan
untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.Rasio ini juga merupakan
indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank.
Adapun batasan yang diberikan BI untuk LDR yang nilainya lebih
dari 110% (>110%) maka skor nya adalah nol. Sedangkan untuk yang kurang
dari 110% (<110%) maka skor nya adalah lima.
Tujuan dibatasi karena agar bank tidak berlebihan memberi kredit
yang berasal dari simpanan masyarakat. Hal ini akan mengakibatkan
terganggunya likuiditas bank, yaitu saat nasabah melakukan penarikan
43
dana yang dimiliki bank tidak mencukupi karena dana tersebut telah
tersalurkan melalui kredit. Dampak negatif akan diterima bank karena
kepercayaan merupakan hal utama dalam bisnis bank.
Secara matematis LDR dapat dirumuskan sebagai berikut
(Dendawijaya, 2009:119).
Total Kredit
LDR = x 100%
Dana Pihak Ketiga
Apabila LDR perbankan meningkat maka dapat dikatakan bahwa
perbankan tersebut menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi
karena meningkatnya jumlah kredit yang disalurkan perbankan kepada
masyarakat. Peningkatan LDR disertai dengan meningkatnya kredit
menyebabkan likuiditas perbankan menurun karena dana tersebut
dipergunakan untuk penyalurkan kredit. Penurunan likuiditas ini,
menyebabkan perbankan berusaha untuk mendapatkan dana dari
masyarakat dengan meningkatkan suku bunga simpanan, dalam hal ini adalah
suku bunga deposito. Artinya, apabila terjadi peningkatan pada LDR
perbankan maka suku bunga deposito perbankan cenderung meningkat.
Sebaliknya, apabila terjadi penurunan pada LDR perbankan maka suku
bunga deposito perbankan cenderung menurun (Dwiastuti, 2006).
8. Non Performing Loan (NPL)
Menurut Riyadi (2006:160), Non Performing Loan (NPL) gross
merupakan rasio yang menunjukkan jumlah pembiayaan yang tergolong
44
dalam kolektibilitas 3 sampai dengan 5. Jika NPL suatu bank selalu
tinggi maka akan mempengaruhi permodalan bank tersebut karena dengan
NPL yang tinggi akan membuat bank mempunyai kewajiban untuk
memenuhi PPAP yang terbentuk.
Menurut Arthesa (2006:181) kredit bermasalah secara umum adalah
semua kredit yang mengandung resiko tinggi atau kredit bermasalah adalah
kredit-kredit yang mengandung kelemahan atau tidak memenuhi standar
kualitas yang telah ditetapkan oleh bank
Menurut Indrawan (2013:37) Non Performing Loan (NPL) piutang
yang tak tertagih atau mempunyai kriteria kurang lancar, diragukan karena
mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor-faktor tertentu.
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa NPL mencerminkan risiko
kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula resiko kredit yang
ditanggung pihak bank. besarnya non performing loan yang diperbolehkan
oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5% (Riyadi, 2006:161).
Menurut Dahlan Siamat (2005:361) persyaratan yang ketat dalam
kebijakan kredit akan mengurangi kemungkinan terjadinya kredit
bermasalah, namun tidak akan menghilangkan timbulnya masalahmasalah
seperti terjadinya default risk atau penunggakan pembayaran.
Secara matematis NPL dapat dirumuskan sebagai berikut
(Riyadi, 2006:161).
Kredit Bermasalah
NPL = x 100%
Total Pembiayaan
45
Dalam dunia perbankan perbankan internasional, kredit dikategorikan ke dalam
kredit bermasalah apabila (Sutojo, 2008:13):
1) Terjadinya keterlambatan pembayaran bunga dan/ atau kredit induk lebih
dari 90 hari sejak tanggal jatuh temponya.
2) Tidak dilunasi sama sekali.
3) Diperlukan negosiasi kemali atas syarat pembayaran kembali kredit dan
bunga yang tercantum dalam perjanjian kredit.
9. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap
pendapatan operasional (Ponco, 2008:22).
Rasio BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam menjalankan usaha
pokoknya, terutama kredit, dimana sampai saat ini pendapatan bankbank di
Indonesia masih didominasi oleh pendapatan bunga kredit. Semakin kecil
BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas
usahanya. Bank yang sehat rasio BOPO nya kurang dari 1 sebaliknya bank
yang kurang sehat rasio BOPO nya lebih dari 1(Wibowo, 2013:4).
Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya (Dendawijaya,
2009:120). Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak
46
sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana
masyarakat), maka biaya dan pendapatan operasional bank di dominasi oleh
biaya bunga dan hasil bunga.
Menurut Martono (2010:85) Biaya operasional dan pendapatan
operasional (BOPO) rasio ini digunakan untuk mengukur pebandingan biaya
operasi atau biaya intermediasi terhadap pendapatan operasi yang diperoleh
bank. Semakin kecil angka rasio BOPO, maka semakin baik kondisi bank
tersebut.
Secara matematis BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut
(Dendawijaya, 2009:120).
Biaya Operasional
BOPO = x 100%
Pendapatan Operasional
BOPO merupakan upaya bank untuk meminimalkan resiko operasional,
yang merupakan ketidakpastian, mengenai kegiatan usaha bank. Resiko
operasional berasal dari kerugian operasional bila terjadi penurunan
keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank, dan
kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan produk- produk yang
ditawarkan.
47
B. Penelitian Terdahulu
Berikut disajikan ringkasan penelitian terdahulu yang tampak pada tabel
2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Hasil Penelitian Peneliti ( tahun ) Judul Penelitian
1 CAR,LDR, NPL,
BOPO berpengaruh
(+) & siginifikan
terhadap ROA
- Luh Eprima ( 2015 )
- Xuezhi Qin dan
Dickson Pastory (2012)
- Analisis Pengaruh NIM,
BOPO, LDR dan NPL
terhadap Profitabilitas
(BUSN 2009-2013)
-“Commercial Banks
Profitability Position:
The Case of Tanzania”.
International Journal of
Business and
Management”
2 CAR, LDR, NPL,
BOPO berpengaruh
(-) & siginifikan
terhadap ROA
- Luh Eprima ( 2015 )
- Lalu Iwan Paradhita
(2014)
- Analisis Pengaruh NIM,
BOPO, LDR dan NPL
terhadap Profitabilitas
(BUSN 2009-2013)
- Analisis pengaruh capital
adequacy ratio (CAR),
loan to deposit ratio
(LDR), dana pihak ketiga
(DPK) dan BOPO
terhadap profitabilitas
Perbankan (Studi pada
Bank Umum di BEI )
48
3
CAR, LDR,NPL,
BOPO tidak
berpengaruh
siginifikan terhadap
ROA
- Hasanah (2011)
- Ahmad Buyung
(2009)
- Jati Suroso (2010)
- Yuliani (2007)
- Pengaruh CAR dan LDR
terhadap ROA (Studi
Kasus pada Bank Syariah
Mandiri)
- Analisis Pengaruh NPL,
CAR, LDR dan BOPO
Terhadap Profitabilitas
Bank (Bank Umum Go
Publik dan Bank Umum
Non Go Publik 2005-
2007)
- Analisis Pengaruh
Dana Pihak Ketiga,
BOPO, CAR, dan LDR
terhadap Kinerja
Keuangan pada Sektor
Perbankan yang Go
Publik di BEI Periode
2005-2008
- Hubungan Efisiensi
operasional dengan
kinerja profitabilitas pada
sektor perbankan yang go
publik di bursa efek
Sumber: Jurnal dan Skripsi Hasil Penelitian Terdahulu
49
C. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu capital
cdequacy ratio , non performing loan, loan to deposite ratio, beban
operasional dan pendapatan operasional sedangkan variabel dependennya
adalah return on asset.
Kerangka pemikiran teoritis yang akan dikembangkan dalam penelitian
ini mengacu pada telaah berbagai pustaka yang telah dilakukan. Berdasarkan
hasil telaah pustaka tersebut di atas, kerangka pemikiran teoritis yang akan
dikembangkan dalam penelitian ini adalah seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
H1
H2
H3
CAR
NPL
BOPO
ROA
50
D. Hipotesis
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis di
bawah ini pada dasarnya merupakan jawaban sementara terhadap suatu
masalah yang harus dibuktikan kebenarannya, adapun hipotesis yang
dirumuskan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis Goodness of fit ( Uji kesesuaian/ kelayakan model penelitian )
Ho : b1,b2,b3,b4, = 0 : Tidak terdapat pengaruh secara simultan antara
variabel capital adequacy ratio (CAR), loan to
deposit ratio (LDR), non performing loan (NPL),
biaya operasional pendapatan operasional (BOPO)
terhadap return on asset (ROA).
Ha : b1,b2,b3,b4, ≠ 0 : Terdapat pengaruh secara simultan antara variabel
capital adequacy ratio (CAR), loan to deposit ratio
(LDR), non performing loan (NPL), biaya
operasional pendapatan operasional (BOPO)
terhadap return on asset (ROA).
2. Hipotesis secara parsial
Ho : b1 = 0 : Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel capital
adequacy ratio (CAR) terhadap return on asset (ROA).
Ha : b1 ≠ 0 : Terdapat pengaruh secara parsial antara variabel capital
adequacy ratio (CAR) terhadap return on asset (ROA).
Ho : b2 = 0 : Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel loan to
deposit ratio (LDR) terhadap return on asset (ROA).
51
Ha : b2 ≠ 0 : Terdapat pengaruh secara parsial antara variabel loan to
deposit ratio (LDR) terhadap return on asset (ROA).
Ho : b3 = 0 : Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel non
performing loan (NPL) terhadap return on asset (ROA).
Ha : b3 ≠ 0 : Terdapat pengaruh secara parsial antara variabel non
performing loan (NPL) terhadap return on asset (ROA).
Ho : b4 = 0 : Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel biaya
operasional pendapatan operasional (BOPO) terhadap return
on asset (ROA).
Ha : b4 ≠ 0 : Terdapat pengaruh secara parsial antara variabel biaya
operasional pendapatan operasional (BOPO) terhadap return
on asset (ROA).
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder dan bersifat
kuantitatif yang berasal dari laporan keuangan bulanan dan laporan
keuangan publikasi BPR Darmawan Adhiguna lestari antara bulan
januari 2010 sampai dengan desember 2014 serta laporan publikasi Bank
Indonesia. Beberapa data lainnya juga dapat diambil di Bank Indonesia.
Pemilihan lokasi penelitian ini karena dianggap sebagai rujukan yang
tepat dalam memperoleh data yang diperlukan berupa laporan keuangan
serta dokumen penunjang lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
Pada penelitian ini membahas variabel-variabel independen
(variabel bebas) nya yakni kredit yang disalurkan dengan rasio CAR
(X1), LDR (X2), NPL (X3), dan BOPO (X4). Sedangkan variabel
dependen (variabel terikat) yakni ROA (Y).
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam menentukan jenis sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini yaitu menggunakan teknik purposive sampling yaitu
metode penarikan sampel probabilitas yang dilakukan dengan kriteria
tertentu (Hamid, 2010:16). Sampel yang diambil dalam penelitian ini
yaitu Bank Perkreditan Rakyat Darmawan Adhiguna Lestari yang
memiliki aset terbesar dan data keuangan yang lengkap. Adapun data
53
yang digunakan dalam penelitian ini data sekunder yaitu data time series
atau data runtut waktu yang tersedia di Laporan Publikasi Bank
Indonesia maka populasi yang diambil adalah Laporan Publikasi Bank
Indonesia dengan sampel data bulanan periode Januari 2010 hingga
Desember 2014 Bank Perkreditan Rakyat Darmawan Adhiguna Lestari.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi Kepustakaan
Untuk dapat memperoleh landasan dan konsep yang kuat agar dapat
memecahkan permasalahan, maka panelis mengadakan penelitiian
kepustakaan dengan mengumpulkan literature-literature ilmiah,
beberapa buku, artikel, serta jurnal yang berhubungan dengan topik
ini.
2. Data Sekunder
Pengumpulan data dan keterangan seperti laporan keuangan, dan data
lain yang berhubungan dengan penelitian ini, diperoleh dari BPR
Darmawan Adhiguna Lestari.
Penelusuran data dilakukan dengan dua cara, yakni:
a) Penelusuran secara manual untuk data dalam format kertas hasil
cetakan.
b) Penelusuran dengan komputer untuk data dalam format laporan
elektronik.
54
D. Metode Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah
dengan menggunakan analisis kuantitatif yang dinyatakan dengan
angka-angka.
Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh antara capital
adequacy ratio (CAR), loan to deposit ratio (LDR), non performing loan
(NPL) dan biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) secara
parsial terhadap return on asset (ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat
Darmawan Adhiguna Lestari. Penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program computer
(software) SPSS versi 20 dan Microsoft Excel 2007. Berikut adalah
metode yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini:
1. Analisis Regresi Berganda
Menurut Winarno (2009:4.1) analisis regresi digunakan
untuk mengetahui hubungan antara suatu variabel dependen dan
satu variabel independen, disebut analisis regresi sederhana.
Apabila terdapat beberapa variabel independen, analisisnya disebut
dengan analisis regresi berganda.
55
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda karena
menggunakan empat variabel bebas yaitu capital adequacy ratio, loan
to deposit ratio, non performing loan dan biaya operasional terhadap
pendapatan, serta satu variabel terikat yaitu return on asset, maka
persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
Keterangan :
ROA = Return on Asset, Variabel terikat (Y)
a = Intercept (konstanta)
b1 = Koefisiensi regresi untuk X1
b2 = Koefisiensi regresi untuk X2
Bn = Koefisiensi regresi untuk X3
CAR = Capital Adequacy Ratio (X1)
LDR = Loan to Deposit Ratio, variabel bebas kedua (X2)
NPL = Non Performing Loan, variabel bebas ketiga (X3)
BOPO = Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional, variable
bebas keempat (X4)
e = Nilai residu
YROA = a + b1CAR + b2LDR + b3NPL + b4BOPO + e
56
2. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2011:19).
Menurut Hasan (2004:7) penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai dari suatu variabel,
dapat diartikan sebagai prosedur pemecah masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek/ objek
penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana
adanya.
3. Pengujian Asumsi Klasik
Model regresi linier adalah suatu analisis kuantitatif yang dapat
memberikan informasi mengenai hal-hal tersebut. Pada prinsipnya
model regresi linier merupakan suatu model yang parameternya linier
dan secara kuantitatif dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh
suatu variabel terhadap variabel lainnya (Nachrowi dan Usman,
2006:7).
Uji asumsi klasik ini dilakukan sebagai parameter untuk
mengukur apakah data yang digunakan ini bersifat blue atau tidak.
Asumsi dasar klasik adalah bahwa hubungan antar variabel
independen dengan variabel dependen bersifat linier serta tidak terjadi
57
multikolinieritas, autokorelasi dan heterokedastisitas diantara variabel
independen dalam regresi tersebut. Pengujian-pengujian asumsi dasar
klasik adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan
variabel terikat mempunyai distribusi normal. Menurut Singgih
(2012:230), tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui
apakah dalam sebuah model regresi, error yang dihasilkan
mempunyai distribusi normal atau tidak. Maksud data distribusi
normal adalah data akan mengikuti arah garis diagonal dan
menyebar disekitar garis diagonal. Dasar pengambilan keputusan
dalam uji normalitas adalah (Singgih, 2012:233):
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka model tidak memenuhi
asumsi normalitas.
58
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas
dengan analisis grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan
dalam uji ini adalah sebagai berikut:
1) Histogram
Jika histogram standardized regression residual
membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut
dinyatakan normal.
2) Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)
Menurut Ghazali (2005:161), metode yang lebih handal
adalah dengan melihat Normal Probability Plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal,
dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis
diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya.
3) Metode Kolmogorov-Smirnov
Uji normalitas menggunakan uji statistik non parametrik
Kolmogorov-Smirnov merupakan uji normalitas menggunakan
fungsi distribusi kumulatif. Nilai residual terstandarisasi
berdistribusi normal jika K hitung < K tabel atau nilai Sig. >
alpha (Suliyanto, 2011:75).
59
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas merupakan hubungan linier antara
variabel independen didalam regresi berganda.(Widarjono,
2010:75).
Multikolininieritas berarti terjadi korelasi linier yang
mendekati sempurna antar lebih dari dua variabel bebas. Uji
multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna di
antara variabel bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang
terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna di antara
variabel bebas maka model regresi tersebut dinyatakan
mengandung multikolinieritas. (Suliyanto, 2011:81).
Salah satu cara untuk menguji gejala multikolinieritas dalam
model regresi adalah dengan melihat nilai TOL (tolerance) dan
Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikatnya. Suatu model regresi yang bebas
multikolinieritas adalah mempunyai nilai VIF tidak lebih dari 10
dan mempunyai angka tollerance mendekati 1.
Adapun Hipotesis yang akandiuji untuk membuktikan ada
tidaknya multikolinearitas antarvariabel bebas dinyatakan sebagai
berikut.
a) Ho : VIF > 10, terjadi multikolinieritas
b) H1: VIF < 10, tidak terjadi multikolinieritas
60
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi yang terbentuk terjadi ketidaksamaan varian
dari residual model regresi. Data yang baik adalah data yang
homokedastisitas. Homokedastisitas terjadi jika varian variabel
pada model regresi memiliki nilai yang sama atau konstan
(Suliyanto, 2011:95). Heteroskedastisitas berarti varians variabel
gangguan yang tidak konstan. Masalah heteroskedastisitas dengan
demikian lebih sering muncul pada cross section daripada time
series. Jika varian dari residual suatu pengamatan kepengamatan
lainnya tetap, maka disebut heteroskedastisitas.
Tujuan uji asumsi ini adalah ingin mengetahui apakah dalam
sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians pada residual
(error) dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Singgih,
2012:238).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji
heteroskedastisitas dengan analisis grafik. Adapun dasar
pengambilan keputusan dalam uji ini adalah sebagai berikut:
1) Metode Grafik dengan Scatterplot
Pengujian heteroskedastisitas untuk penelitian ini menggunakan
grafik scatterplot. Dasar pengambilan keputusan dalam uji
heteroskedastisitas (Singgih, 2012:240):
61
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit),maka telah terjadi Heteroskedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
Heteroskedastisitas.
Salah satu kelemahan pengujian secara grafis adalah tidak
jarang kita ragu terhadap pola yang ditunjukkan grafik.
Keputusan secara subjektif tentunya dapat mengakibatkan
berbedanya keputusan antara satu orang dengan lainnya. Maka
dari itu, penulis melakukan pengujian heteroskedastisitas dengan
metode Glejser untuk mendukung bahwa dalam model regresi
ini tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.
2) Metode Glejser
Uji heteroskedastisitas dengan metode Glejser dilakukan
dengan meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai
mutlak residualnya. Jika dilakukan dengan meregresikan semua
variabel bebas terhadap nilai mutlak residualnya. Jika terdapat
pengaruh variabel bebas yang signifikan terhadap nilai mutlak
residualnya maka dalam model terdapat masalah
heteroskedastisitas.
Gejala heteroskedastisitas ditujukan oleh koefisien regresi
dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolute
62
residualnya. Jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha
(Sig. > α), maka dapat disimpulkan model tidak mengandung
gejala heteroskedastisitas atau dikatakan tidak terjadi
heteroskedastisitas apabila t hitung < t table ( Suliyanto,
2011:102).
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya) (Santoso, 2012:241).
Salah satu uji formal yang paling populer untuk mendeteksi
Otokorelasi adalah uji Durbin-Watson, yang secara umum bisa
diambil patokan sebagai berikut (Santoso, 2012:243):
a) Angka D-W di bawah -2 berarti ada otokorelasi positif.
b) Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada
otokorelasi.
c) Angka D-W di atas +2 berarti ada otokorelasi negatif.
63
4. Pengujian Hipotesis
Dari perhitungan dengan SPSS 20 akan diperoleh keterangan
atau hasil mengenai Uji t, Uji F dan koefisien determinan (R2) untuk
menjawab perumusan masalah penelitian. Berikut ini keterangan yang
berkenaan dengan hal tersebut yaitu sebagai berikut :
1) Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Menurut Suliyanto (2011:40), uji F digunakan untuk
menguji pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap
variabel tergantungnya. Jika variabel bebas memiliki pengaruh
secara simultan terhadap variabel tegantung, maka model
persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit.
Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara simultan maka hal
ini akan masuk dalam kategori tidak cocok atau not fit.
Menurut Nachrowi & Usman (2006:17) Uji-F digunakan untuk
menguji koefisien bersama-sama, sehingga nilai dari koefisien
regresi tersebut dapat diketahui secara bersama. Uji ini digunakan
untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk
mempengaruhi variabel dependent secara simultan atau tidak,
dengan kriteria pengujian tingkat signifikan α = 0,05. Kriteria
keputusannya adalah sebagai berikut:
a. Apabila F hitung > F tabel atau memiliki tingkat signifikansi <
0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
64
b. Apabila F hitung < F tabel atau memiliki tingkat signifikansi >
0,05 maka H0 diterima atau H1 ditolak.
Adapun cara pengujian baik dalam regresi sederhana maupun
regresi berganda sama, yaitu dengan menggunakan suatu tabel
yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis of Variance) melalui
bantuan program SPSS versi 20.
2) Uji Parsial (Uji T)
Menurut Nachrowi & Usman (2006 : 18) setelah melakukan
uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya
adalah menghitung koefisien regresi secara individu, dengan
menggunakan suatu uji yang dikenal dengan sebutan Uji-t. Adapun
hipotesis dalam uji ini adalah sebagai berikut:
H0 ditolak apabila : t-hit > t-tabel atau –t hit < -t-tabelH0
diterima apabila : t-hit < t-tabel atau –t hit > -t-tabel
3) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan
variabel dependen. Nilai R2 berada diantara 0 – 1, semakin dekat
nilai R2 dengan 1 maka garis regresi yang digambarkan
menjelaskan 100% variasi dalam Y. Sebaliknya, jika nilai R square
sama dengan 0 atau mendekatinya maka garis regresi tidak
menjelaskan variasi dalam Y (Ghazali, 2011:97).
65
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias
terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model
regresi di mana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah
pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun
variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel tergantungnya.
Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan
koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square
(R2
adj). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa
koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah
variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan
koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien
determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya
penambahan variabel baru dalam model (Suliyanto, 2011:59).
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen (Y)
a) Return On Asset
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas (Sugiyono, 2003:33). Variabel dependen (terikat)
dalam penelitian ini adalah profitabilitas yang diukur dengan
Return On Asset.
Menurut Dendawijaya (2009:118) Rasio ini digunakan untuk
66
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan (Laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu
bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi
penggunaannya.
Return On Asset dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Laba Bersih
ROA = x 100%
Total Asset
Data mengenai return on asset (ROA) diperoleh dari
laporan keuangan/ laporan tahunan masing-masing bank yang menjadi
sampel dalam penelitian ini.
2. Variabel Independen (X)
a) Capital Adequacy Ratio (CAR) ( X1)
Menurut Riyadi (2006:161), Capital Adequacy ratio (CAR) yaitu
rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki
oleh bank. Untuk saat ini minimal CAR sebesar 8% dari Aktiva
Tertimbang Menurut Resiko (ATMR), atau ditambah dengan
Risiko Pasar dan Risiko Operasional, ini tergantung pada kondisi
bank yang bersangkutan. CAR yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia ini, mengacu pada ketentuan/standar internasional yang
dikeluarkan oleh Banking
for International Settlement (BIS). Rasio ini juga sangat umum
67
digunakan sebagai aspek permodalan sesuai dengan ketetapan
Bank Indonesia.
Capital Adequacy Ratio dapat dihitung dengan rumus berikut:
Modal
CAR = x 100%
ATMR
Data mengenai capital adequacy ratio diperoleh dari laporan
tahunan masing-masing bank yang menjadi sampel dalam penelitian
ini.
b) Loan to Deposit Ratio (LDR) ( X2)
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang
mengindikasikan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan
dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya. Alasan pemilihan LDR sebagai salah satu variabel
penelitian dikarenakan tingkat likuiditas suatu bank pada tahun
tertentu akan berpengaruh pada penetapan tingkat suku bunga
simpanan (deposito berjangka) pada bank yang bersangkutan di tahun
berikutnya. Semakin tinggi LDR memberikan indikasi semakin
rendahnya likuiditas suatu bank.
LDR dihitung dengan membandingkan antara total kredit yang
diberikan dan total penghimpunan dana pihak ketiga. Dalam
penelitian ini, komponen perhitungan LDR dapat dilihat pada pos –
pos neraca masing – masing bank (data tahunan) yang akan diteliti
68
dalam periode tahun sebelumnya (t–1). Variabel ini dinyatakan dalam
persen (%).
c) Non Performing Loan (NPL) (X3)
Menurut Riyadi (2006:160) Non Performing Loan adalah
perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan 69 tingkat
kolektabilitas 3 sampai dengan 5 dibandingkan dengan total kredit
yang diberikan oleh pihak bank.
Besarnya NPL yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat
ini adalah maksimal 5%, jika melebihi 5% maka akan
mempengaruhi penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang
bersangkutan, yaitu akan mengurangi nilai/ skor yang
diperolehnya. Semakin besar tingkat NPL ini menunjukan bahwa bank
tersebut tidak profesional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus
memberikan indikasi bahwa tingkat resiko atas pemberian kredit
pada bank tersebut cukup tingginya NPL yang dihadapi bank
(Riyadi, 2006:161).
d) Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) (X4)
Rasio Biaya Operasi pada Pendapatan Operasional sering
disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional. Menurut Dendawijaya (2009) rasio
biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.
69
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Perkembangan BPR Darmawan
BPR Darmawan didirikan pada 20 Maret 1992 berdasarkan Akte
Notaris No.44 oleh Notaris Sri Rahayu dan telah mendapat pengesahan
dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia mulai surat keputusan
No.C-5505 HT.01.01. 1992 tanggal 9 Juli 1992. dengan nama awal PT
Bank Perkreditan Rakyat Adyacikarang sempana bertempat di Cikarang.
Pada bank berjalan baik dengan menghimpun dana dan menyalurkannya
kembali kepada masyarakat meskipun skalanya kecil.
Selanjutnya pada 15 Agustus 2002 berdasarkan akta Notaris No. 13
mengalami perubahan mengenai nama dan tempat kedudukan perusahaan
menjadi PT Bank Perkreditan Rakyat Dermawan Adhiguna Lestari
bertempat di Bekasi. serta mengenai perubahan peningkatan Modal dasar
perusahan. Dengan pertimbangan pangsa pasar lebih bagus karena
posisinya di pusat pemerintahan kota bekasi. Untuk kemudian dalam
perkembangannya bank darmawan sebagai salah satu bank yang
mempunyai prestasi bagus karena kemampuan manajemen perusahaan
dalam mengelola kinerjanya dengan baik.
Sehubungan dengan perubahan anggaran dasar dan penambahan
modal pada 17 Juni 2011 Akta No.11 oleh Notaris Rosliana,S.H. di
Bekasi mengenai perubahan susunan pengurus. Akte tersebut telah di
70
laporkan kepada kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan
nomer AHU-AH.01.10.21563 tanggal 8 Juli 2011 dan telah disetujui
dan di catat dalam administrasi Pengawasan Bank Indonesia. Perubahan
ini melandasi pelayanan yang lebih baik. Kemampuan BPR Darmawan
untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan sosial
budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas
perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga
menegaskan dedikasi dan komitmen BPR Darmawan terhadap
perbaikan kualitas kinerja secara terus menerus (Annual report BPR
Darmawan,8 Agustus 2015).
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan
bantuan Microsoft Word dan spss 20 untuk dapat mengolah data dan
memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti, yaitu variabel
independen variabel independen capital adequacy ratio (CAR), loan to
deposit ratio (LDR), non performing loan (NPL), biaya operasional
pendapatan operasional (BOPO) dan variabel dependen return on asset
(ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat Darmawan Adhiguna Lestari.
Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut:
a. Analisis deskriptif variabel return on asset (ROA)
Menurut Dendawijaya (2009:118) Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
71
keuntungan (Laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu
bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi
penggunaannya.
Menurut Riyadi (2006:156) mengungkapkan bahwa yang
dimaksud Return On Asset ( ROA) adalah rasio profitabilitas yang
menunjukkan perbandingan antara laba dengan total asset bank, rasio
ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan
oleh bank yang bersangkutan.
Return On Asset (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan
untuk memperoleh profit (keuntungan) dalam kegiatan operasi
perusahaan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Data Return On Asset (ROA) yang digunakan pada bulan Januari
2010-Desember 2014. Data Return On Asset (ROA) tersebut diperoleh
dari Laporan Publikasi Bank Indonesia.
72
Tabel 4.1
Perkembangan Return On Asset
BPR Darmawan Adhiguna Lestari
Sumber : Laporan Publikasi Bank Indonesia
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa secara umum ROA
bergerak secara fluktuatif. ROA tertingi pada bulan bulan Juni 2013
yaitu sebesar 12,68%, sementara ROA terendah pada bulan Juni 2010
yaitu 1,98%.
Pada tahun 2010 ROA tertinggi bulan Desember 3.24%,
sedangkan nilai terendah bulan Juni 1,98%. Tahun 2011 ROA
tertinggi bulan November 6.46%, sedangkan nilai terendah bulan Juni
4.14%. Pada tahun 2012 ROA tertinggi bulan Desember 9.57%,
sedangkan nilai terendah bulan Januari 6.67%. Pada tahun 2013 ROA
tertinggi bulan Mei 12.68%, sedangkan nilai terendah bulan Oktober
Bulan 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 2.30 4.20 6.77 10.01 9.92
Februari 2.31 4.46 6.84 10.69 9.86
Maret 2.69 4.16 7.88 10.90 9.39
April 3.18 4.97 7.86 10.95 9.38
Mei 3.16 4.23 7.86 12.68 9.64
Juni 1.98 4.14 8.64 10.96 9.28
Juli 2.05 4.09 8.57 3.44 7.77
Agustus 2.47 4.21 8.83 3.74 9.05
September 2.01 5.19 8.11 4.14 5.75
Oktober 2.52 5.70 8.31 3.37 6.67
November 3.04 6.46 7.80 12.95 6.42
Desember 3.24 6.41 9.57 8.36 5.63
73
3.37%, Dan pada tahun 2014 ROA tertinggi bulan Januari 9.92%,
sedangkan nilai terendah bulan September 5.75%
ROA perlu dijadikan pedoman dalam mengukur profitabilitas
bank, karena ROA merupakan indikator yang umum digunakan
oleh BI sebagai pembina dan pengawas perbankan yang lebih
mementingkan aset yang dananya berasal dari masyarakat
(Dendawijaya, 2009). Disamping itu karena ROA merupakan metode
pengukuran yang obyektif yang didasarkan pada data akuntansi
yang tersedia dan besarnya ROA dapat mencerminkan hasil dari
serangkaian kebijaksanaan perusahaan terutama perbankan.
b. Analisis deskriptif variabel capital adequacy ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung
risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut
dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-
dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat,
pinjaman (utang) dan lain-lain. (Dendawijaya, 2009:121)
Berdasarkan aspek penilaian kinerja suatu bank dapat
dilihat dari rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut resiko
(ATMR) atau yang dikenal Capital Adequacy Ratio. CAR digunakan
untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk
menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko,
misalnya kredit yang diberikan.Besarnya suatu modal suatu bank,
74
akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja
bank.
Data Capital Adequacy Ratio (CAR) yang digunakan pada bulan
Januari 2010-Desember 2014. Data Capital Adequacy Ratio (CAR)
tersebut diperoleh dari Laporan Publikasi Bank Indonesia.
Tabel 4.2
Perkembangan Capital Adequacy Ratio
BPR Darmawan Adhiguna Lestari
Sumber : Laporan Publikasi Bank Indonesia
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa secara umum
CAR bergerak secara fluktuatif. CAR tertingi pada bulan bulan
Desember 2010 yaitu sebesar 38.17%, sementara CAR terendah pada
bulan September 2013 yaitu 18.08%.
Pada tahun 2010 CAR tertinggi bulan Desember 38.17%,
sedangkan nilai terendah bulan Agustus 25.13%. Tahun 2011 CAR
tertinggi bulan Januari 35.17%, sedangkan nilai terendah bulan
Bulan 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 29.38 35.17 24.77 22.97 21.83
Februari 30.08 33.93 23.70 17.97 18.31
Maret 30.68 32.69 22.66 19.05 18.48
April 30.13 32.25 22.06 18.20 18.63
Mei 28.50 29.13 21.95 18.48 18.39
Juni 26.75 27.46 21.11 17.80 18.34
Juli 25.67 26.38 19.78 17.01 18.33
Agustus 25.13 25.59 19.92 17.63 18.96
September 25.68 26.43 18.88 18.08 20.79
Oktober 25.69 26.61 18.78 17.55 18.75
November 25.68 27.73 18.57 17.75 19.20
Desember 38.17 26.78 19.31 18.11 19.85
75
Agustus 25.57%. Pada tahun 2012 CAR tertinggi bulan Januari
24.77%, sedangkan nilai terendah bulan November 18.57%. Pada
tahun 2013 CAR tertinggi bulan Januari 22.97%, sedangkan nilai
terendah bulan Juli 17.01%, Dan pada tahun 2014 CAR tertinggi
bulan Januari 21.83%, sedangkan nilai terendah bulan Februari
18.31%.
c. Analisis deskriptif variabel loan to deposit ratio (LDR)
Kasmir (2008 : 290) menyatakan bahwa “loan to deposit ratio
merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang
diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal
sendiri yang digunakan”. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia,
nilai rasio LDR suatu bank memiliki rentang antara 80% hingga
maksimumnya sebesar 110%. Apabila nilai rasio LDR suatu
bank tinggi maka hal ini akan memengaruhi laba bank tersebut
dengan asumsi bahwa bank tersebut dapat menyalurkan kreditnya
dengan efektif. Dengan adanya peningkatan laba maka kinerja
bank tersebut diharapkan juga mengalami peningkatan. Dengan
demikian terlihat bahwa LDR memiliki pengaruh terhadap kinerja
suatu bank.
Data loan to deposit ratio (LDR) yang digunakan pada bulan
Januari 2010-Desember 2014. Data loan to deposit ratio (LDR)
tersebut diperoleh dari Laporan Publikasi Bank Indonesia.
76
Tabel 4.3
Perkembangan LDR
BPR Darmawan Adhiguna Lestari
Bulan 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 72.97 174.97 149.99 99.85 121.14
Februari 85.79 106.11 114.01 92.01 107.50
Maret 86.10 126.20 102.73 89.98 98.64
April 86.24 123.74 100.03 90.60 96.26
Mei 87.30 107.63 92.94 90.28 94.18
Juni 104.58 99.41 92.04 90.17 92.13
Juli 123.90 97.71 90.39 87.04 93.62
Agustus 100.84 96.97 91.11 86.95 93.62
September 102.01 96.06 92.65 87.36 95.44
Oktober 104.46 99.19 90.97 89.26 92.95
November 104.34 96.44 90.88 89.22 92.42
Desember 95.17 97.05 90.68 89.92 92.35
Sumber : Laporan Publikasi Bank Indonesia
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa secara umum
LDR bergerak secara fluktuatif. LDR tertingi pada bulan bulan Januari
2011 yaitu sebesar 174.97%, sementara LDR terendah pada bulan
Januari 2010 yaitu 72.97%.
Pada tahun 2010 LDR tertinggi bulan Juli 123.90%, sedangkan
nilai terendah bulan Januari 72.97%. Tahun 2011 LDR tertinggi bulan
Januari 174.97%, sedangkan nilai terendah bulan September 96.06%.
Pada tahun 2012 LDR tertinggi bulan Januari 149.99%, sedangkan
nilai terendah bulan Juli 90.39%. Pada tahun 2013 LDR tertinggi
bulan Januari 99.85%, sedangkan nilai terendah bulan Juli 87.04%,
Dan pada tahun 2014 LDR tertinggi bulan Januari 121.14%,
sedangkan nilai terendah bulan Juni 92
77
d. Analisis deskriptif variabel non performing loan (NPL)
Non Performing Loan (NPL) atau yang sering disebut
dengan kredit bemasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang
mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesenjangan
dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali
debitur (Setyorini: 2012:181).
Data non performing loan (NPL) yang digunakan pada bulan
Januari 2010-Desember 2014. Data non performing loan (NPL)
tersebut diperoleh dari Laporan Publikasi Bank Indonesia.
Tabel 4.4
Perkembangan NPL
BPR Darmawan Adhiguna Lestari
Sumber : Laporan Publikasi Bank Indonesia
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa secara umum NPL
bergerak secara fluktuatif. NPL tertingi pada bulan bulan Oktober
2014 yaitu sebesar 174.97%, sementara NPL terendah pada bulan
Januari 2013 yaitu sebesar 0.16%.
Bulan 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 12.11 5.07 1.99 .16 .30
Februari 14.85 4.97 1.71 .20 .35
Maret 7.10 4.18 1.41 .20 .54
April 8.52 4.91 1.72 .21 1.17
Mei 4.42 4.22 1.72 .64 1.75
Juni 11.66 4.17 1.18 .49 2.69
Juli 11.90 5.59 1.03 2.38 8.65
Agustus 7.20 5.58 1.27 2.35 3.11
September 5.27 4.69 1.34 .87 11.76
Oktober 5.29 4.77 1.16 .98 11.94
November 5.99 3.70 .75 .81 10.09
Desember 5.13 2.17 .33 .30 8.31
78
Pada tahun 2010 NPL tertinggi bulan Februari 14.85%,
sedangkan nilai terendah bulan Mei 4.42%. Tahun 2011 NPL tertinggi
bulan Juli 5.59%, sedangkan nilai terendah bulan September 2.17%.
Pada tahun 2012 NPL tertinggi bulan Januari 1.99%, sedangkan nilai
terendah bulan Desember 0.33%. Pada tahun 2013 NPL tertinggi
bulan Juli 2.38%, sedangkan nilai terendah bulan Juli 0.16%, Dan
pada tahun 2014 NPL tertinggi bulan Oktober 11.94%, sedangkan
nilai terendah bulan Juni 0.30%.
e. Analisis deskriptif variabel biaya operasional pendapatan operasional
(BOPO)
Hal lain yang juga mempengaruhi tingkat profitabilitas bank
dalam hal ini adalah return on asset (ROA) yaitu biaya operasional
atau pendapatan operasional (BOPO). Jika BOPO meningkat yang
berarti efisiensi menurun, maka return on asset (ROA) yang diperoleh
bank akan menurun. Hal ini disebabkan karena tingkat efisiensi bank
dalam menjalankan operasinya berpengaruh terhadap pendapatan
atau earning yang dihasilkan oleh bank tersebut. Jika kegiatan
operasional dilakukan dengan efisien (dalam hal ini nilai rasio BOPO
rendah) maka pendapatan yang dihasilkan bank tersebut akan naik.
Rasio BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam menjalankan
usaha pokoknya, terutama kredit, dimana sampai saat ini pendapatan
bank-bank di Indonesia masih didominasi oleh pendapatan bunga
kredit. Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank
79
dalam menjalankan aktivitas usahanya. Bank yang sehat rasio BOPO
nya kurang dari satu sebaliknya bank yang kurang sehat rasio
BOPO nya lebih dari satu (Wibowo, 2013:4).
Data biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) yang
digunakan pada bulan Januari 2010-Desember 2014. Data biaya
operasional pendapatan operasional (BOPO) tersebut diperoleh dari
Laporan Publikasi Bank Indonesia.
Tabel 4.5
Perkembangan BOPO BPR
Bulan 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 81.74 85.21 75.60 65.08 64.42
Februari 81.27 83.51 75.62 63.93 6.00
Maret 89.90 85.21 72.48 63.14 64.71
April 88.02 84.15 72.90 63.02 66.36
Mei 88.30 84.05 71.41 62.40 62.70
Juni 92.44 82.98 69.56 61.31 67.14
Juli 91.90 79.91 67.98 72.85 66.99
Agustus 93.16 79.39 68.07 70.68 63.56
September 92.08 77.35 68.61 68.24 70.99
Oktober 89.89 76.05 69.04 72.28 73.99
November 78.76 74.52 69.59 54.53 75.11
Desember 78.18 76.08 66.97 53.58 78.56
Sumber : Laporan Publikasi Bank Indonesia
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa secara umum
bopobergerak secara fluktuatif. BOPO tertinggi pada bulan bulan Juni
2010 yaitu sebesar 92.44%, sementara BOPO terendah pada bulan
Februari yaitu sebesar 6.00%.
80
Pada tahun 2010 BOPO tertinggi bulan Juni 92.44%, sedangkan
nilai terendah bulan Desember 78.18%. Tahun 2011 BOPO tertinggi
bulan Januari 85.21%, sedangkan nilai terendah bulan November
74.52%. Pada tahun 2012 BOPO tertinggi bulan Januari 75.60%,
sedangkan nilai terendah bulan Desember 66.97%. Pada tahun 2013
BOPO tertinggi bulan Juli 72.85%, sedangkan nilai terendah bulan
Desember 53.58%, Dan pada tahun 2014 BOPO tertinggi bulan
78.56%, sedangkan nilai terendah bulan Februari 6.00%.
2. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas
dan variabel terikat mempunyai distribusi normal. Maksud data
distribusi normal adalah data akan mengikuti arah garis diagonal dan
menyebar disekitar garis diagonal. Nilai residual dikatakan
berdistribusi normal jika residual nilai residual terstandarisasi tersebut
sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya.
81
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan
analisis grafik dan uji Kolmogorov-Smirnov. Berikut adalah hasil dari uji
ini:
a. Analisa Grafik Histogram
Gambar 4.1
Sumber : Hasil output SPSS
Berdasarkan gambar diatas histogram Regression Residual
membentuk pola distribusi yang melenceng ke kanan yang artinya
adalah data berdistribusi normal.
82
b. Analisa Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P
Plot)
Gambar 4.2
Grafik P-P Plot
Sumber : Hasil output SPSS
Berdasarkan grafik diatas, titik-titik mengikuti atau
merapat ke garis diagonal maka data dalam penelitian ini
berdistribusi normal. Untuk mendukung bahwa data dalam
penelitian ini berdistribusi normal maka data juga diuji dengan
derajat α 0,05 (5%) dengan uji kolmogorov-smirnov.
83
c. Uji Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4.6
Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N 60
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation ,96550680
Most Extreme Differences
Absolute ,157
Positive ,095
Negative -,157
Kolmogorov-Smirnov Z 1,219
Asymp. Sig. (2-tailed) ,102
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Hasil output SPSS
Berdasarkan uji kolmogorof-sminov di atas, terlihat nilai
Asymp.Sig memiliki nilai > 0,05. Hal ini menunjukan bahwa data
pada penelitian ini berdistribusi secara normal dan model regresi
tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen
yaitu return on asset (ROA). Besarnya nilai kolmogorof-sminov
adalah 1,219 dengan nilai signifikansi sebesar 0,102 yang jauh di
atas 0,05 (Gozali 2011:207).
84
b. Uji Multikolilinieritas
Salah satu asumsi model regresi linier berganda adalah tidak terjadi
korelasi yang signifikan antara variabel bebasnya.
Peneltian dilakukan pengujian terhadap data bahwa data harus
terbebasdari gejala multikoliniearitas. Gejala ini ditunjukkan dengan
korelasi antar variabel independen.Pengujian dalam uji multikoliniearitas
dengan melihat nilai variance inflation factor (VIF) harus berada
dibawah 10 dan nilai tolerance harus diatas 0,10. Hal ini akan dijelaskan
sebagai berikut:
Tabel 4.7
Uji Multikolinieritas dengan Nilai Tolerance dan VIF (Variance
Inflation Factor)
Coefficients
a
Model Collinearity Statistics Tolerance VIF
1 (Constant)
CAR ,489 2,043
LDR ,788 1,268
NPL ,660 1,515
BOPO ,515 1,943
a. Dependent Variable: ROA Sumber : Hasil Output SPSS
Dari tabel 4.7 di atas menunjukkan suatu model regresi
dinyatakan bebas dari multikolinearitas adalah jika data mempunyai
nilai tolerance lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10.
Dari tabel perhitungan di atas diperoleh hasil bahwa semua variabel
bebas memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF
lebih kecil dari angka 10. Hasil regresi pada tabel tersebut sesuai
85
dengan pendapat (Ghozali,2011:105). Dengan demikian dalam model ini
tidak terdapat multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas yaitu kondisi dimana semua residual atau error
mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Untuk
mengetahui apakah suatu data bersifat heteroskedastisitas atau tidak,
maka perlu pengujian. Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini
menggunakan metode analisis grafik Scatterplot dan metode Glejser.
Berikut adalah hasil dari metode yang dilakukan:
1. Metode Analisis Grafik Scatterplot
Berikut adalah tampilan scatterplot pada gambar 4.3 di bawah ini:
Gambar 4.3
Sumber : Hasil Output SPSS
86
Berdasarkan tampilan Scatterplot pada gambar 4.3 di atas
maka dapat disimpulkan bahwa plot menyebar secara acak diatas
maupun dibawah angka nol pada sumbu Regression Studentized
Residual. Oleh karena itu pada model regresi yang dibentuk
dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
2. Metode Glejser
Selain dengan menggunakan metode grafik, deteksi
heteroskedastisitas juga dapat di deteksi dengan menggunakan metode
Glejser. Uji glejser jika dilihat berdasarkan hasil SPSS, maka yang
kita lihat adalah hasil sig dari output. Jika sig >5% maka H0 tidak
dapat ditolak, berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. Dengan kata
lain jika sig >5% maka terjadi homokedastisitas. Berikut hasil dari uji
Glejser :
Tabel 4.8
Uji Heterokedastisitas dengan Metode Glejser
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 5,044 1,110 4,544 ,000
CAR -,066 ,037 -,289 -1,785 ,080
LDR -,005 ,010 -,059 -,460 ,647
NPL -,013 ,045 -,041 -,296 ,768
BOPO -,025 ,015 -,264 -1,671 ,100
a. Dependent Variable: ABSRESID
Sumber : Hasil Output SPSS
87
Berdasarkan hasil tabel diatas dari kelima variabel
independent (CAR, LDR, NPL dan BOPO) diperoleh hasil nilai
Sig. > 5%. Karena nilai Sig. > 5% maka dapat dikatakan
bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas dan hasil uji dapat
dilanjutkan.
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi
antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu
(time-series) atau ruang (cross section). Salah satu penyebab munculnya
masalah otokorelasi adalah adanya kelambaman (inertia) artinya
kemungkinan besar akan mengandung saling ketergantungan
(interdependence) pada data observasi periode sebelumnya dan periode
sekarang.
Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah
otokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW). Berikut adalah hasil
uji otokorelasi dengan metode Durbin Watson (DW) pada tabel 4.9 di
bawah ini:
Tabel 4.9
Uji Durbin Watson (DW)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,821a ,675 ,651 1.78149 1,255
a. Predictors: (Constant), BOPO, LDR, NPL, CAR
b. Dependent Variable: ROA
Sumber : Hasil Output SPSS
88
Berdasarkan pada tabel 4.9 diatas nilai Durbin-Watson (DW)
sebesar 1,255. Maka dapat disimpulkan pada model regresi ini tidak
terdapat gejala otokorelasi karena nilai DW diantara -2 dan +2.
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji Goodness Of Fit (Uji F)
Uji F ini bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel
independen secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel Independen (Priyatno, 2011 : 258 )
Nilai F-tabel didapat dari niali Degree of freedom (df1) = k –
1, degree of freedom (df2) = n – k.
F-tabel = {α ; (df1) = k – 1, (df2) = n – k}
= 5% ; df1= (5 – 1), df2 = 60 – 5)
= 0,050 ; df1= 4, df2 = 55
= 2.54
Tabel 4.10
Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 361,976 4 90,494 28,514 ,000b
Residual 174,554 55 3,174
Total 536,530 59
a. Dependent Variable: ROA
b. Predictors: (Constant), BOPO, LDR, NPL, CAR
Sumber : Hasil Output SPSS
89
Kriteria pengambilan keputusan :
Hipotesis ditolak jika F hitung ≤ F tabel pada α = 5%
Hipotesis diterima jika F hitung > F tabel pada α = 5%
Dari hasil F hitung pada tabel ANOVA adalah 28,514 sedangkan
nilai F tabel 2,54, artinya variabel independen yang diteliti secara
simultan mempengaruhi variabel dependen. Hasil uji F menunjukkan
bahwa nilai sig. F sebesar 0.000 lebih kecil dari tingkat signifikansi
α=5%. Karena sig. f < α maka dapat di ambil kesimpulan Ho ditolak dan
Ha diterima. Hasil tersebut menunjukan yakni Capital Adequacy Ratio
(CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL) dan
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh secara
simultan terhadap ROA.
b. Uji Parsial (Uji T)
Uji T bertujuan ini adalah untuk mempengaruhi besarnya pengaruh
masing-masing variabel secara parsial terhadap variabel terikat.
Apabila nilai signifikansi T hitung lebih kecil dari α : 5% (0,05) (sig , α ),
berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen
secara parsial dengan variabel independen.
T-tabel = {α ; df = (n – k)}
= 5% ; df= (60 – 5)
= 0,050 ; df = 55
= 1.67303
90
Adapun hasil dari uji hipotesis ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.11
Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 16,897 1,868 9,046 ,000
CAR -,156 ,063 -,274 -2,490 ,016
LDR ,010 ,017 ,050 ,582 ,563
NPL -,254 ,076 -,318 -3,354 ,001
BOPO -,093 ,025 -,401 -3,745 ,000
a. Dependent Variable: ROA
Sumber : Hasil Output SPSS
Terlihat bahwa thitung untuk koefisien capital adequacy ratio
(CAR) adalah -2.490, sedang ttabel bisa dihitung pada tabel t-test,
dengan a = 0.05, dan df = 60 (didapat dari rumus n – k), dimana n
adalah jumlah data, 60 – 4 = 55. Didapat ttabel adalah 1,67303 variabel
capital adequacy ratio, dengan nilai thitung sebesar -2.490 > 1,67303
atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,016<0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti capital
adequacy ratio berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return
on asset.
Terlihat bahwa thitung untuk koefisien loan to deposit ratio adalah
0.582, sedang ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan a = 0.05, dan
df = 60 (didapat dari rumus n – k), dimana n adalah jumlah data, 60 –
4 = 55. Didapat ttabel adalah 1,67303 variabel loan to deposit ratio,
91
dengan nilai thitung sebesar 0.582 > 1,67303 atau nilai alpha lebih kecil
dari 0,05 (0,563>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima
dan Ha ditolak yang berarti loan to deposit ratio tidak berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap return on asset.
Terlihat bahwa thitung untuk koefisien non performing loan (NPL)
adalah -3,354, sedang ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan a =
0.05, dan df = 60 (didapat dari rumus n – k), dimana n adalah jumlah
data, 60 – 4 = 55. Didapat ttabel adalah 1,67303 variabel non
performing loan, dengan nilai thitung sebesar -3,354>1,67303 atau nilai
alpha lebih kecil dari 0,05 (0,01<0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti non performing loan
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset.
Terlihat bahwa thitung untuk koefisien biaya operasional atau
pendapatan operasional (BOPO) adalah -3,745, sedang ttabel bisa
dihitung pada tabel t-test, dengan a = 0.05, dan df = 60 (didapat dari
rumus n – k), dimana n adalah jumlah data, 60 – 4 = 55. Didapat ttabel
adalah 1,67303 variabel biaya operasional atau pendapatan
operasional, dengan nilai thitung sebesar -3,745>1,67303 atau nilai alpha
lebih kecil dari 0,05 (0,00<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima yang berarti biaya operasional atau
pendapatan operasional berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
return on asset.
92
c. Uji Adjusted R Square (R2
adj)
Nilai Adjusted R Square dapat dilihat pada hasil output SPSS
dalam tabel model summary. Hasil output koefisien determinasi adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.12
Uji Koefisien Determinasi
Sumber :Hasil output SPSS
Pada tabel 4.9 menunjukkan nilai Besarnya angka Adjusted R
Square adalah 0,651 atau sebesar 65,1%. Dapat disimpulkan bahwa
pengaruh capital adequacy ratio (CAR), loan to deposit ratio (LDR),
non performing loan (NPL) dan biaya operasional pendapatan
operasional (BOPO) terhadap return on asset (ROA) pada BPR
Darmawan adalah 65,1%, sedangkan sisanya sebesar 34,9% (100% -
65,1%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke
dalam penelitian ini. Adapun angka koefisien korelasi (R) menunjukkan
nilai sebesar 0,821 atau sebesar 82% yang menandakan bahwa hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat adalah kuat karena memiliki
nilai lebih dari 0,5 (R > 0,5) atau 0,821> 0,5.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,821a ,675 ,651 1.78149 1,255
a. Predictors: (Constant), BOPO, LDR, NPL, CAR
b. Dependent Variable: ROA
93
4. Uji Persamaan Regresi Linier Berganda
Pada uji persamaan regresi linier berganda untuk persamaan regresi
linier bergandananya menggunakan unstandardized coefficients yaitu
regresi dihasilkan dengan menggunakan variabel biasa (tidak
distandarisasi), tetap menggunakan unit skala dan ukuran aslinya.
unstandardized coef lebih baik dan mudah dibaca, disamping itu dengan
unstandardized variable R square biasa dapat dipergunakan (Julfahmi,2015)
Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh empat variabel
independen yakni capital adequacy ratio (CAR), loan to deposit ratio
(LDR), non performing loan (NPL) dan biaya operasional pendapatan
operasional (BOPO) terhadap variabel dependen yakni return on asset
(ROA) ditunjukkan pada tabel 4.13 :
Tabel 4.13
Hasil Regresi
Nilai Coefficient, t dan sig.
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 16,897 1,868 9,046 ,000
CAR -,156 ,063 -,274 -2,490 ,016
LDR ,010 ,017 ,050 ,582 ,563
NPL -,254 ,076 -,318 -3,354 ,001
BOPO -,093 ,025 -,401 -3,745 ,000
a. Dependent Variable: ROA
Sumber : Hasil Output SPSS
Dari tabel diatas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk
mengetahui pengaruh capital adequacy ratio (CAR), loan to deposit ratio
94
(LDR), non performing loan (NPL) dan biaya operasional pendapatan
operasional (BOPO) terhadap variabel dependen yakni return on asset
(ROA) sebagai berikut :
Dimana :
Y = Return On Asset
a = Konstanta
X1 = Capital Adequacy Ratio
X2 = Loan Deposit Ratio
X3 = Non Performing Loan
X4 = Biaya Operasional Pendapatan Operasional
Koefisien – koefisien persamaan regresi linier berganda diatas dapat
diartikan koefisien regresi untuk konstan sebesar 16,897 menunjukkan
bahwa jika variabel capital adequacy ratio,loan to deposit ratio, non
performing loan dan biaya operasional pendapatan operasional bernilai nol
maka nilai return on asset adalah 16,897 kali. Sedangkan variabel capital
adequacy ratio sebesar (-)0,156 menunjukkan bahwa jika variabel capital
adequacy ratio meningkat I satuan makan akan menurun return on asset
sebesar 0,156 kali. variabel non performing loan sebesar (-)0,254
menunjukkan bahwa jika variabel non performing loan meningkat I satuan
Y = 16,897-0,156CAR - 0,254NPL - 0,093BOPO
95
makan akan menurun return on asset sebesar 0,254 kali. variabel biaya
operasional pendapatan operasional sebesar (-)0,093 menunjukkan bahwa
jika variabel biaya operasional pendapatan operasional meningkat I satuan
makan akan menurun return on asset sebesar 0,093 kali.
Berdasarkan hasil SPSS pada tabel 4.10 didapat bahwa uji F
(simultan) diketahui bahwa variabel capital adequacy ratio,loan to deposit
ratio, non performing loan dan biaya operasional pendapatan operasional
secara simultan atau bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap return
on asset, karena nilai Fhitung (28.514) > Ftabel (2.54) dan nilai
Profitabilitasnya (0.000) < (0.05)
Sedangkan berdasarkan output SPSS tabel 4.13 bahwa uji T (Parsial)
didapat tiga variabel independen yang mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap return on asset yaitu variabel capital adequacy ratio,non
performing loan dan biaya operasional pendapatan operasional.
Pertama, variabel capital adequacy ratio menghasilkan Thitung > Ttabel
dan nilai signifikan < dari 0.05 dari hasil uji t diatas disimpulkan bahwa
variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai pengaruh signifikan
negatif terhadap Return On Asset (ROA). BPR telah menjalankan fungsi
mediasi berupa penyaluran kredit kepada masyarakat, namun dana yang
tersedia oleh BPR masih digunakan atau ditempatkan pada penempatan
antar bank dalam hal ini ditempatkan pada bank umum dimana
berdasarkan aturan regulator penempatan pada bank umum tidak
diperlukan cadangan penghapusan atau dianggap resikonya nol. Selain
96
itu penempatan pada bank umum dimaksudkan untuk menjaga
likuiditas BPR. Likuiditas bagi BPR adalah sesuatu yang sangat
diperhatikan, karena efek kesulitan likuditas dapat mengakibatkan
kerugian yang besar, berbeda dengan bank umum apabila mengalami
kesulitan likuiditas maka dapat dengan mudah diperoleh pada pasar uang
antar bank sementara dalam industri BPR hal ini tidak dapat dilakukan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Hasanah (2011) dan Fatimah (2013), hasil penelitian
menunjukkan CAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
Kedua, variabel non performing loan menghasilkan Thitung > Ttabel dan
nilai signifikan < dari 0.05 dari hasil uji t diatas disimpulkan bahwa
variabel non performing loan mempunyai pengaruh signifikan negatif
terhadap Return On Asset (ROA). Peningkatan Non Performing Loan
(NPL) akan mempengaruhi profitabilitas bank, karena semakin tinggi Non
Performing Loan (NPL) maka akan semakin buruk kualitas kredit bank
yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, dan oleh
karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan
operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba (ROA)
yang diperoleh bank. Non Performing Loan (NPL) yang rendah
mengindikasikan kinerja keuangan bank semakin baik.
Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian dari Iwan (2015) yang
menunjukkan bahwa Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif
signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
97
Ketiga, variabel biaya operasional pendapatan operasional
menghasilkan Thitung > Ttabel dan nilai signifikan < dari 0.05 dari hasil uji t
diatas disimpulkan bahwa variabel biaya operasional pendapatan
operasional mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap Return On
Asset (ROA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar
jumlah biaya operasi (BOPO), semakin rendah ROA. Kondisi ini terjadi
disebabkan setiap peningkatan biaya operasi bank yang tidak dibarengi
dengan peningkatan pendapatan operasi yang lebih besar akan berakibat
berkurangnya laba sebelum pajak.
Biaya operasi (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kinerja keuangan bank (ROA). Hasil penelitian ini sesuai dengan konsep
dan logika operasi bank, dan teori efisiensi (Kast and Rosenzweig, 1985),
yang menyatakan bahwa efisiensi bank bisa dicapai dengan beberapa cara,
antara lain: dengan meningkatkan pendapatan operasional dan memperkecil
biaya operasional, atau dengan biaya operasional yang sama dapat
meningkatkan pendapatan operasional, sehingga pada akhirnya akan
meningkatkan laba operasional bank dan ROA.
Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian dari Dewi (2015), Iwan
(2015), Suroso (2010) dan Yuliani (2007), yang menunjukkan bahwa
Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif signifikan terhadap
Return On Asset (ROA).
Kelima, variabel loan to deposit ratio menghasilkan Thitung < Ttabel dan
nilai signifikan > dari 0.05 dari hasil uji t diatas disimpulkan bahwa
98
variabel loan to deposit ratio tidak terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap Return On Asset (ROA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
ada kecenderungan LDR berpengaruh positif terhadap ROA, namun
pengaruh tersebut tidak signifikan atau tidak berarti. Kondisi ini
menggambarkan bahwa kinerja BPR Darmawan pada umumnya tidak
efisien, sehingga tidak dapat memaksimalkan nilai pendapatan dari dana
yang dipinjamkan kepada masyarakat. Ketidak efisienan ini bisa disebabkan
karena banyak kredit yang mengalami kegagalan, sehingga menambah
beban bagi bank.
Penelitian yang dilakukan oleh Suroso (2010) dan Yuliani (2007)
yang menunjukkan bahwa LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap ROA. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan konsep dan logika
operasi bank, dimana peningkatan dana yang dipinjamkan kepada nasabah
akan meningkatkan kinerja bank (ROA). semakin tinggi LDR suatu bank
tidak menjadi tolok ukur keberhasilan manajemen bank untuk memperoleh
keuntungan tinggi. ldr digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank
dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap
dana pihak ketiga. dan tidak termasuk kredit yang diberikan kepada
bank lain. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas
bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah akan semakin besar. Pada bank darmawan kredit yang
disalurkan cukup besar tiap bulannya namun penyalurannya tidak efektif
tergambar dengan jumlah kredit macet yang tambah besar dan menjadi
99
beban perusahaan. perolehan dana pihak ketiga yang didapat oleh bank
darmawan berasal dari tabungan ku, mapan, paket dan deposito cukup besar
setiap bulannya namun pengembalian dana dari kredit yang disalurkan kecil.
Karena terjadi kegagalan dan ketidak efektifan dalam penyalurannya. Hal
ini yang menyebabkan pada penelitian ini LDR yang merupakan tolok
ukur rasio likuiditas tidak memberikan pengaruh nyata dalam
mengukur kinerja profitabilitas bank.
Upaya yang dapat dilakukan oleh manajemen untuk meningkatkan
kinerja bank ROA adalah dengan memperbaiki kualitas pemberian kredit
atau pinjaman kepada nasabah melalui penilaian nasabah kredit yang lebih
ketat untuk menekan NPL, sehingga dapat mengurangi atau terhindar dari
kredit yang bermasalah.
100
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Selama periode pengamatan menunjukkan bahwa data penelitian
berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikoloniaritas, uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi tidak ditemukan variabel yang
menyimpang dari asumsi klasik, hal tersebut menunjukkan bahwa data yang
tersedia telah memenuhi syarat untuk menggunakan model persamaan regresi
linier berganda.
Penelitian ini mencoba untuk meneliti bagaimana pengaruh capital
adequacy ratio (CAR), loan to deposit ratio (LDR), non performing loan
(NPL) dan biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) terhadap return
on asset (ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat Darmawan Adhiguna Lestari.
Berdasarkan hasil analisis linier berganda menunjukkan bahwa sebagian
besar hipotesis penelitian diterima, atau dengan kata lain mendapat pengaruh
yang signifikan antara variabel indepeden dan variabel dependen. Hasilnya
analisisnya sebagai berikut:
1. Capital adequacy ratio (CAR), non performing loan (NPL) dan biaya
operasional pendapatan operasional (BOPO) secara parsial berpengaruh
terhadap return on asset (ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat Darmawan
Adhiguna Lestari. Sedangkan loan to deposit ratio (LDR) tidak
101
berpengaruh terhadap return on asset (ROA) pada Bank Perkreditan
Rakyat Darmawan Adhiguna Lestari.
2. Capital adequacy ratio (CAR), loan to deposit ratio (LDR), non performing
loan (NPL) dan biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) secara
simultan berpengaruh terhadap return on asset (ROA) pada Bank
Perkreditan Rakyat Darmawan Adhiguna Lestari.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya:
1. Model penelitian yang relatif sederhana karena hanya mengungkap
pengaruh capital adequacy ratio (CAR), loan to deposit ratio (LDR), non
performing loan (NPL) dan biaya operasional pendapatan operasional
(BOPO) terhadap return on asset (ROA) padahal masih terdapat faktor
lain yang memengaruhi profitabilitas, misalnya: Dana Pihak Ketiga (DPK),
Net Interest Margin (NIM), Posisi Devisa Netto (PDN), dan Suku Bunga
SBI.
2. Keterbatasan dalam mengambil periode penelitian, periode penelitian yang
diambil relatif singkat yaitu 4 tahun (2010-2014), padahal hasil penelitian
dapat lebih digeneralisasikan apabila melibatkan tahun pengamatan
yang panjang.
102
C. IMPLIKASI
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, ada beberapa
implikasiyang mungkin bisa bermanfaat, diantaranya:
1. Bagi Perbankan
Saran penulis berdasarkan temuan hasil penelitian maka untuk
meningkatkan pendapatan maka hendak bank perkreditan rakyat dengan
modal dan dana pihak ke 3 yang tersedia dapat menjalankan fungsi
intermediasi yaitu dengan menyalurkan kredit dengan bunga kredit
yang lebih rendah serta didukung dengan penambahan kantor cabang,
modernisasi IT dan tenaga kerja yang handal. Tujuan dari pemberian
bunga kredit yang rendah adalah agar BPR dapat bersaing dalam
penyaluran kredit kepada masyarakat yang tentunya akan meningkatkan
jumlah kredit secara account maupun secara nominal. Dalam hal
penyaluran kredit kepada masyarakat tentunya harus tetap
memperhatikan prinsip kehati-hatian serta menjaga efisiensi dalam hal
pengeluaran biaya.
2. Bagi Investor
Bagi investor dapat dijadikan acuan dalam memilih investasinya, karena
dengan mengetahui tingkat kesehatan bank maka investor akan lebih
nyaman dalam menginvestasikan dananya. Selain itu juga kesehatan bank
dapat meningkatkan kepercayaan kepada masyarakat tentang kinerja bank
tersebut.
103
3. Bagi Akademisi / Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian
selanjutnya, dilihat bahwa penilaian kesehatan bank penting bagi pihak-
pihak yang terkait.
a. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya, agar menggunakan variabel-
variabel, tahun, perusahaan-perusahan yang berbeda atau lebih
beragam sehingga hasil penelitian yang dihasilkan dapat memberikan
pengetahuan dan informasi yang baru tentang faktor faktor yang
mempengaruhi profitabilitas bank.
b. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya, agar mengambil waktu
penelitian jangan hanya 7 tahun saja akan tetapi lebih dari 7 tahun agar
nantinya dapat mendapatkan hasil yang lebih akurat lagi
c. Diharapkan agar penelitian selanjutnya menggunakan metode analisis
yang lain.
104
DAFTAR PUSTAKA
Arthesa, ade. Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank” PT Indeks, Jakarta, 2006.
Azwir , Yacub. “Analisis Pengaruh Kecukupan Modal, Efisiensi, Likuiditas, NPL,
dan PPAP Terhadap ROA Bank”. Tesis Program Studi Magister
Manajemen Universitas Diponegoro, 2006.
Bambang Sudiyatno. “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Bopo, CAR dan
LDR terhadap kinerja keuangan pada sektor perbankan yang go publik
di bursa efek indonesia (BEI)”. Jurnal dinamika keuangan dan
perbankan Vol. 2, No.2. Mei 2010, Hal: 125 – 137.
Darmawi, Herman. “Manajemen Perbankan”, Cetakan 2. Bumi Aksara.
Jakarta,2012.
Dendawijaya, Lukman.“Manajemen Perbankan”. Jakarta : Penerbit Ghalia
Indonesia,2005.
Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”. Edisis Kedua, Cetakan Kedua,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009.
Dwijayanthy, Febriana & Prima Naomi, “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate,
dan Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode
2003-2007”, Jurnal Manajemen, Vol. 3 (2): 87-98, 2009.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”.
5th
edition, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
Hamid, Abdul. “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”. FEB UIN Jakarta, Jakarta,
2010
Hasibuan, Malayu. “Dasar-Dasar Perbankan”, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2007.
Hasibuan. “ Dasar-dasar Perbankan “ Cetakan Kedelapan. PT Bumi. Jakarta, 2011
Junaid, Asriani.”Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada
Industri Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal
Ichsan Gorontalo. Volume.4.No. 2 Edisi Mei-Juli 2009.
Kamco, Jeferson. “Investasi Di Bank Century”, Suara Merdeka, 25 November
2008.
105
Kasmir. “Bank & Lembaga Keuangan Lainnya”. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2008
Kasmir. “Dasar-Dasar Perbankan”. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2012.
Khasanah, Marfuatin”Analisis Pengaruh CAR, BOPO, NPL dan Inflasi terhadap
ROA (Studi Kasus PT BNI 2003-2011)”. Fakultas Ekonomi Universitas
Islam Negeri. Jakarta. 2013.
Kuncoro Mudrajat, Suhardjono. “Manajemen Perbankan, Teori danAplikasi”
Yogyakarta: BPFE . 2002.
Luh Eprima Dewi. 2015. Analisis Pengaruh NIM, BOPO,LDR dan NPL terhadap
profitabilitas (studi kasus pada Bank umum swasta nasional yang
terdaftar pada bursa efek indonesia periode 2009-2013). e-Journal S1
Ak. Universitas Pendidikan Ganesha. Jurusan Akuntansi Program S1
(Volume: 3 No. 1 Tahun 2015).
Bangun, Wilson. “Manajemen Sumber Daya Manusia”Jakarta: Erlangga, 2012
Mangkuprawira, Sjafri. “Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik” Bogor:
Ghalia Indonesia.
Martono. “Bank & Lembaga Keuangan Lain”. Cetakan Keempat, Ekonisia,
Yogyakarta, 2010.
Mishkin, Frederic. “Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan”.
8th
edition,Salemba Empat, Jakarta, 2008.
Nachrowi, dan Hardius Usman. “Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika
uuntuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”. Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Jakarta. 2006.
Nanda Tri Putra,” Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perbankan
pada industri perbankan yang terdaftar di BEI periode 2008-2010”,
Skripsi, Uin Jakarta,2012.
Parathon, Audri Ayuwardani. Analisis Rasio Keuangan Perbankan Sebagai Alat
Ukur Kinerja Keuangan Bank (Studi Kasus PT. Bank Pembangunan
Daerah Jawa Timur, Tbk Surabaya periode 2009-2012), Fakultas Ilmu
Administrasi, Universitas Brawijaya.
106
Ponco, Budi, “Analisis Pengaruh CAL, NPL, BOPO, NIM, dan LDR
Terhadap ROA (Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007)”, Universitas
Diponegoro, Semarang, 2008.
Qin, Xuezhi dan Pastory, Dickson. “Commercial Banks Profitability
Position: The Case of Tanzania”. International Journal of Business
and Management, Vol.7, No.13, 2012.
Restiyana, “ Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO, LDR dan NIM Terhadap
Profitabilitas perbankan (Studi Pada Bank Umum Di Indonesia Periode
2006-2010”, Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
Riyadi, Selamet. “Banking Assets and Liability Management”. 3rd
edition,Lembaga
Penerbit FEUI, Jakarta, 2006.
Rivai, Veitzhal. “Credit management handbook:teori, konsep,, prosedur,dan
aplikasi panduan praktis mahasiswa, bankir,, dan nasabah”. Ed.1-2, PT
Raja Gafindo Persada, Jakarta, 2007.
Santoso, Singgih. “Aplikasi SPSS pada Statitik Parametrik”. Elex Media
Komputindo. Jakarta. 2012.
Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuanga: Kebijakan Moneter dan
Perbankan”. 5th
edition. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Jakarta. 2005.
Simorangkir, O.P, “Pengantar Lembaga Keuangan Bank & Non Bank”,
Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.
Stiawan, Adi, “Analisis Pengaruh Faktor Makroekonomi, Pangsa Pasar dan
Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank Syariah” Universitas
Diponegoro, Semarang, 2009.
Sudianto, Bambang Suroso, Jati. Analisis pengaruh dana pihak ketiga, bopo, Car
dan LDR terhadap kinerja keuangan pada sektor perbankan yang Go-
Public (BEI Periode 2005-2008). Jurnal dinamika keuangan dan
perbankan. Mei 2010.
107
Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. 3rd
edition, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2010.
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS”. Andi,
Yogyakarta, 2011.
Suroso, Jati, (2010). Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, BOPO, CAR,
dan LDR terhadap Kinerja Keuangan pada Sektor Perbankan yang Go
Publik di BEI Periode 2005-2008. Jurnal Dinamika Keuangan dan
Perbankan, Mei 2010, Vol. 2, No.2, Hal: 125 – 137
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews”.Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta. 2009.
Yuliani, 2007. Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada
Sektor Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta, Jurnal
Manajemen dan Bisnis Sriwijaya, Vol. 5, No. 10, Desember, 2007.
Zulfikar, Taufik.”Pengaruh CAR,LDR,NPL,BOPO dan NIM terhadap Kinerja
Profitabilitas (ROA) Bank Kreditan Rakyat Indonesia”. Tesis.
Universitas Katolik Parahyangan. 2012.
www.bi.go.id. Peraturan Bank Indonesia No.13/I/PBI/2011.”Tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum” . Di akses 11 Agustus 2015.
www.bi.go.id. Laporan Tahunan Bank Indonesia.”Tentang Perkembangan Rasio
Keuangan Bank Darmawan Adhiguna Lestari” . Di akses 11 Agustus 2015.
www.bi.go.id. Laporan Tahunan Bank Indonesia.”Profil Perkembangan BPR
Darmawan Adhiguna Lestari” . Di akses 8 Agustus 2015.
www.ojk.go.id/laporan-profil-perbankan/bank/bpr-darmawan. Di akses 8 Agustus
2015.
www.julfahmisalim.com/2014/04/ standardized coef- unstandardized coef. Di
akses 22 September 2015.
108
Lampiran 1 : Data-data Variabel Penelitian dari Tahun 2010-2014
Data Bank Perkreditan Rakyat Darmawan Adhiguna Lestari
TAHUN BULAN ROA CAR LDR NPL BOPO
2010
JAN 2.30 29.38 72.97 12.11 81.74
FEB 2.31 30.08 85.79 14.85 81.27
MAR 2.69 30.68 86.10 7.10 89.90
APR 3.18 30.13 86.24 8.52 88.02
MEI 3.16 28.50 87.30 4.42 88.30
JUN 1.98 26.75 104.58 11.66 92.44
JUL 2.05 25.67 123.90 11.90 91.90
AGU 2.47 25.13 100.84 7.20 93.16
SEP 2.01 25.68 102.01 5.27 92.08
OKT 2.52 25.69 104.46 5.29 89.89
NOV 3.04 25.68 104.34 5.99 78.76
DES 3.24 38.17 95.17 5.13 78.18
2011
JAN 4.20 35.17 174.97 5.07 85.21
FEB 4.46 33.93 106.11 4.97 83.51
MAR 4.16 32.69 126.20 4.18 85.21
APR 4.97 32.25 123.74 4.91 84.15
MEI 4.23 29.13 107.63 4.22 84.05
JUN 4.14 27.46 99.41 4.17 82.98
JUL 4.09 26.38 97.71 5.59 79.91
AGU 4.21 25.59 96.97 5.58 79.39
SEP 5.19 26.43 96.06 4.69 77.35
OKT 5.70 26.61 99.19 4.77 76.05
NOV 6.46 27.73 96.44 3.70 74.52
DES 6.41 26.78 97.05 2.17 76.08
2012
JAN 6.77 24.77 149.99 1.99 75.60
FEB 6.84 23.70 114.01 1.71 75.62
MAR 7.88 22.66 102.73 1.41 72.48
APR 7.86 22.06 100.03 1.72 72.90
MEI 7.86 21.95 92.94 1.72 71.41
JUN 8.64 21.11 92.04 1.18 69.56
JUL 8.57 19.78 90.39 1.03 67.98
AGU 8.83 19.92 91.11 1.27 68.07
SEP 8.11 18.88 92.65 1.34 68.61
OKT 8.31 18.78 90.97 1.16 69.04
NOV 7.80 18.57 90.88 .75 69.59
DES 9.57 19.31 90.68 .33 66.97
109
2013
JAN 10.01 22.97 99.85 .16 65.08
FEB 10.69 17.97 92.01 .20 63.93
MAR 10.90 19.05 89.98 .20 63.14
APR 10.95 18.20 90.60 .21 63.02
MEI 12.68 18.48 90.28 .64 62.40
JUN 10.96 17.80 90.17 .49 61.31
JUL 3.44 17.01 87.04 2.38 72.85
AGU 3.74 17.63 86.95 2.35 70.68
SEP 4.14 18.08 87.36 .87 68.24
OKT 3.37 17.55 89.26 .98 72.28
NOV 12.95 17.75 89.22 .81 54.53
DES 8.36 18.11 89.92 .30 53.58
2014
JAN 9.92 21.83 121.14 .30 64.42
FEB 9.86 18.31 107.50 .35 6.00
MAR 9.39 18.48 98.64 .54 64.71
APR 9.38 18.63 96.26 1.17 66.36
MEI 9.64 18.39 94.18 1.75 62.70
JUN 9.28 18.34 92.13 2.69 67.14
JUL 7.77 18.33 93.62 8.65 66.99
AGU 9.05 18.96 93.62 3.11 63.56
SEP 5.75 20.79 95.44 11.76 70.99
OKT 6.67 18.75 92.95 11.94 73.99
NOV 6.42 19.20 92.42 10.09 75.11
DES 5.63 19.85 92.35 8.31 78.56
Sumber: Laporan Keuangan Publikasi Bank Indonesia
110
Lampiran 2 : Tabel Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA 60 1.98 12.95 6.4527 3.01558
CAR 60 17.01 38.17 23.2273 5.30324
LDR 60 72.97 174.97 98.7748 15.68452
NPL 60 .16 14.85 3.9887 3.77487
BOPO 60 6.00 93.16 73.2242 13.08452
Valid N (listwise) 60
111
Lampiran 3: Tabel Model Regresi. Anova. dan Koefisien
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 361,976 4 90,494 28,514 ,000b
Residual 174,554 55 3,174
Total 536,530 59
a. Dependent Variable: ROA
b. Predictors: (Constant), BOPO, LDR, NPL, CAR
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,821a ,675 ,651 1.78149 1,255
a. Predictors: (Constant), BOPO, LDR, NPL, CAR
b. Dependent Variable: ROA
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 16,897 1,868 9,046 ,000
CAR -,156 ,063 -,274 -2,490 ,016
LDR ,010 ,017 ,050 ,582 ,563
NPL -,254 ,076 -,318 -3,354 ,001
BOPO -,093 ,025 -,401 -3,745 ,000
a. Dependent Variable: ROA
112
Lampiran 4: Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N 60
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation ,96550680
Most Extreme Differences
Absolute ,157
Positive ,095
Negative -,157
Kolmogorov-Smirnov Z 1,219
Asymp. Sig. (2-tailed) ,102
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
113
a. Dependent Variable: ROA
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,821a ,675 ,651 1.78149 1,255
a. Predictors: (Constant), BOPO, LDR, NPL, CAR
b. Dependent Variable: ROA
Lampiran 5: Uji Multikolinieritas dan Autokorelasi
Model Collinearity Statistics Tolerance VIF
1 (Constant)
CAR ,489 2,043
LDR ,788 1,268
NPL ,660 1,515
BOPO ,515 1,943
114
Lampiran 6: Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 5,044 1,110 4,544 ,000
CAR -,066 ,037 -,289 -1,785 ,080
LDR -,005 ,010 -,059 -,460 ,647
NPL -,013 ,045 -,041 -,296 ,768
BOPO -,025 ,015 -,264 -1,671 ,100
a. Dependent Variable: ABSRESID