100406039 - HILDA SYARIKA NST (1).pdf
-
Upload
abdul-joshua-oh-mandai -
Category
Documents
-
view
54 -
download
3
Transcript of 100406039 - HILDA SYARIKA NST (1).pdf
Tulisan ilmiah ini ditujukan agar kita dapat mengetahui apa itu kota kairo ataupun sejarah peradaban
yang berkembang di kota ini. Di dalamnya terdapat perkembangan kota kairo ,sejarah
perkembangannya serta bagaimana keadaan kota kairo dari duu hingga saat ini.
Karya ilmiah ini terdiri dari sebagai berikut :
1. Judul Karya llmiah merupakan tema karya ilmiah yang diaitkan dengan isi materi
2. Gambar Awal Karya Ilmiah merupakan bagian penjelasan visual yang berhubugan dengan
materi karya ilmiah
3. Pendahuluan merupakan tulisan singkat yang menjelaskan isi dari karya ilimiah tersebut
4. Gambar Peta merupakan penjelasan dimana letaknya kota kairo tersebut
5. Teori merupakan penjelasan bagaimana peradaban di kota tesebut
6. Gambar Arsitektural merupakan gambaran dari beberapa bangunan yang ada di kota kairo
7. Kesimpulan merupakan evaluasi agar mempermudah dalam memaham isi karya ilmiah
Harapan penulis adalah karya ilmiah ini dapat menjadi manfaat bagi kita untuh mengetahui sejarah
maupun peradaban yang terjadi di kota kairo.
BAB I PENDAHULUAN
Luas :
- Kota : 453 km2
- Perkotaan : 5,360 km2 Kairo
- Metro : 86,369 km2
Meninggalkan kawasan Necropolis, kami memasuki ibu kota Mesir modern, yaitu Kairo.
Inilah ibu kota keempat setelah Memphis, Luxor, dan Alexandria, yang menjadi pusat
pemerintahan negeri Mesir selama ribuan tahun. Masing-masing ibu kota itu memiliki ciri
khas yang sangat kental, terkait dengan peradabannya.
Memphis dan Luxor adalah ibu kota di zaman para Firaun beragama pagan. Karena itu,
kedua kota tersebut meninggalkan artefak-artefak yang kental dengan tempat-tempat
peribadatan agama pagan dan segala aksesorinya. Misalnya, kuil, patung sesembahan, dan
makam raja-raja yang dipertuhankan.
KAIRO IBU KOTA
SERIBU MENARA
BAB II TEORI
Kondisi ini berbeda dengan Alexandria. Kota yang berseberangan dengan Eropa di Laut
Mediterania itu banyak meninggalkan bekas-bekas yang terkait dengan peralihan agama
pagan ke Kristen. Kota pantai ini menjadi saksi masuknya dua peradaban besar, yaitu Yunani
dan Romawi, ke Mesir. Tetapi, kelak terbukti, mereka pun membawa peradaban Mesir dan
juga pagan ke dalam budaya mereka.
Sebelum Nabi Isa terlahir, Alexandria menjadi pusat agama pagan ala Yunani-Romawi.
Tetapi, setelah Nabi Isa lahir, berangsur-angsur Alexandria menjadi pusat penyebaran
agama Kristen di Mesir. Akhirnya, terlahirlah agama Kristen Koptik yang khas Mesir, yang
mengklaim sebagai penerima berita di masa-masa awal berkembanganya Kristen secara
langsung.
Sedangkan Kairo sangat kental dengan budaya Islam. Kota ini dibangun kali pertama dengan
nama Fustat oleh Amru bin Ash. Dia yang dikenal sebagai tokoh ''Pembuka Mesir'' itu
menjadi gubernur pertama Kairo di zaman Khalifah Umar bin Khathab pada abad ke-7. Sejak
itu, sang gubernur memindahkan ibu kota dari Alexandria ke Fustat.
Kairo yang terletak di delta Sungai Nil telah didiami manusia Mesir Kuno sejak tahun 3500
SM. Mesir Kuno sempat mencapai kemakmuran di bawah penguasa Zoser, Khufu, Khafre,
Menaure, Unas dan lainnya. Di masa itu, ibukota Mesir Kuno itu sudah menjadi salah satu
kota yang berpengaruh di dunia.
Sejak 30 SM, Mesir dikuasai bangsa Romawi. Kekuasaan Romawi di Mesir akhirnya tumbang
ketika Islam menjejakkan pengaruhnya pada tahun 641 M. Adalah pasukan di bawah
komando jenderal perang Muslim, Amar bin Al-Ash yang pertama kali menancapkan
pengaruh Islam di Mesir. Saat itu, Amar bin Al-Ash justru menjadikan Fustat – kini bagian
kota Cairo – sebagai pusat pemerintahannya.
Di Fustat itulah, bangunan masjid pertama kali berdiri di daratan Afrika. Fustat tercatat
mengalami pasang-surut sebagai sebuah kota utama di Mesir selama 500 tahun. Penjelajah
dari Persia, Nasir-i-Khusron mencatat kemajuan yang dicapai Fustat. Ia melihat betapa
eksotik dan indahnya barang-barang di pasar Fustat, seperti tembikar warna-warni, kristal
dan begitu melimpahnya buah-buahan dan bunga, sekalipun di musim dingin.
Dari tahun 975 sampai 1075 M Fustat menjadi pusat produksi keramik dan karya seni Islami
– sekaligus salah satu kota terkaya di dunia. Ketika Dinasti Umayyah digulingkan Dinasti
Abbasiyah pada 750 M, pusat pemerintahan Islam di Mesir dipindahkan ke Al-Askar – basis
pendukung Abbasiyah. Kota itu bertahan menjadi ibukota pemerintahan hingga tahun 868
M. Sekitar 1168 M, Fustat dibumihanguskan agar tak dikuasai tentara Perang Salib.
Berdirinya Cairo sebagai ibukota dan pusat pemerintahan diawali gerakan penumpasan
golongan Syiah yang dilancarkan penguasa Abbasiyah di Baghdad. Kongsi yang dibangun
golongan Syiah dengan Bani Abbas untuk menjatuhkan Bani Umayyah akhirnya pecah.
Penguasa Abbasiyah mencoba meredam perlawanan golongan Syiah Ismailiyah di bawah
pimpinan Ubaidillah Al-Mahdi. Setelah sempat ditahan, Ubadilah akhirnya dibaiat menjadi
khalifah bergelar Al-Mahdi Amir Al-Mu’minin (909 M). Pengganti Khalifah Ubaidilah Al-
Mahdi, Muizz Lidinillah mulai mengalihkan perhatiannya ke Mesir.
Ia menunjuk Panglima Jauhar Al-Katib As-Siqili untuk menaklukan Mesir. Tahun 969 M,
Mesir berada dalam kekuasaan Syiah Ismailiyah. Sejak itu, mereka membangun kota baru
yang diberi nama Al-Qahirah atau Kairo yang berarti ‘penaklukan’ atau ‘kejayaan’. Pada 972
M, di Kairo telah berdiri Masjid Al-Azhar.
Kota Cairo tumbuh pesat setelah pada tahun 973, seiring dengan hijrahnya Khalifah Mu’izz
Lidinillah dari Qairawan ke Mesir. Sejak saat itu, Kairo mencapai kejayaan sebagai pusat
pemerintahan Dinasti Fatimiyah. Dinasti itu menorehkan kegemilangan selama 200 tahun.
Di masa itu, Mesir menjadi pusat kekuasaan yang mencakup Afrika Utara, Sisilia, pesisir Laut
Merah Afrika, Palestina, Suriah, Yaman, dan Hijaz.
Kairo tumbuh dan berkembang sebagai pusat perdagangan luas di Laut Tengah dan
Samudera Hindia. Kairo pun menggabungkan Fustat sebagai bagian dari wilayah
administratifnya. Tak heran, jika Cairo tumbuh semakin pesat sebagai salah satu metropolis
modern yang diperhitungkan dan berpengaruh.
Pada era itu pula, Cairo menjelma menjadi pusat intelektual dan kegiatan ilmiah baru.
Bahkan, pada masa pemerintahan Abu Mansur Nizar Al-Aziz (975 M – 996 M), Kairo mampu
bersaing dengan dua ibu kota Dinasti Islam lainnya yakni, Baghdad di bawah Dinasti
Abbasiyah dan Cordoba pusat pemerintahan Umayyah di Spanyol. Kini, Universitas Al-Azhar
menjadi salah satu perguruan tinggi terkemuka yang berada di kota itu.
Jika kedua dinasti lainnya mampu membangun istana, Bani Fatimiyah pun mampu
mendirikannya. Selain itu, ketiga dinasti yang tersebar di tiga benua itu juga berlomba
membangun masjid. Dinasti Abbasiyah di Baghdad bangga memiliki Masjid Samarra, Dinasti
Umayyah memiliki Masjid Cordoba dan Fatimiyah memiliki Masjid Al-Azhar.
Fatimiyah mencapai kemajuan yang pesat dalam administrasi negara. Karena, pada saat itu,
dinasti itu mengutamakan kecakapan dibandingkan keturunan dalam merekrut pegawai.
Toleransi pun dikembangkan. Penganut Sunni yang profesional pun diangkat kedudukannya
laiknya Syiah. Toleransi antarumat beragama pun begitu tinggi. Siapapun yang mampu bisa
duduk di pemerintahan.
Diakhir masa kejayaan Fatimiyah, Kairo hampir saja jatuh ke dalam kekuasaan tentara
Perang Salib pada 1167 M. Untunglah panglima perang Salahudin Al-Ayubi berhasil
menghalaunya. Sejak itu, Salahudin kemudian mendeklarasikan kekuasaannya di bawah
bendera Dinasti Ayubiyah – penganut Sunni. Dinasti itu hanya mampu bertahan selama 75
tahun.
Kairo kemudian diambil alih Dinasti Mamluk. Sekitar tiga abad lamanya Mamluk menjadikan
Kairo sebagai pusat pemerintahannya. Ketika Baghdad dihancurkan bangsa Mongol pada
1258 M, pasukan Hulagu Khan tak mampu menembus benteng pertahanan Kairo. Selama
periode itu, Kairo menjadi salah satu pusat kebudayaan Islam dan gudang barang-barang
dagang untuk Eropa dan dunia Timur.
Kairo juga sempat dikuasai Turki. Sejak kekuasaan Turki berakhir pada 1517 M, kota itu
sempat tenggelam. Kairo kembali menggeliat ketika pada awal abad modern, Muhammad
Ali memimpin Mesir. Kota itu pun menjelma sebagai pusat pembaruan Islam zaman
modern. Demikianlah perjalanan panjang kota Kairo.
Di zaman Ibnu Tulun, pusat pemerintahannya berpindah dari Fustat ke Al Qattai, yang juga
berada di kawasan Kairo. Nama Kairo baru diperkenalkan pada zaman Kerajaan Fathimiyah
pada 969 Masehi, dengan nama Al Qahiroh. Namun, nama tersebut terbaca oleh para
pedagang Eropa sebagai Cairo. Maka, Kairo pun tumbuh secara khas dalam perpaduan
budaya Arab dan peradaban Islam.
Pemilihan lokasi Kota Kairo agak mirip dengan Memphis sebagai ibu kota Mesir kuno.
Kawasannya berada di dekat delta Sungai Nil yang subur. Luasnya sekitar 450 km persegi,
dengan Sungai Nil membelah di tengah-tengahnya. Benar-benar sebuah kota yang indah
dan strategis. Jaraknya yang tidak terlalu jauh dari pantai dan pelabuhan -sekitar 200 km-
menyebabkan kota ini berkembang menjadi kawasan yang terbuka secara internasional,
sejak belum adanya transportasi udara.
Kini, kota terbesar di Afrika dan dunia Arab ini menjadi kota yang sangat padat dengan
kompleksitas tinggi karena jumlah penduduknya yang besar. Yakni, sekitar 10 juta di malam
hari dan 20 juta pada jam-jam kerja di siang hari. Kompleksitas itu terjadi akibat
berkembangnya Kairo menjadi Kairo Raya, yang mencakup kota-kota di sekitarnya. Otomatis
banyak orang di sekitar Kairo yang masuk ke ibu kota Mesir itu.
Sebagai ibu kota yang didirikan oleh pemerintahan Islam, Kairo berkembang seiring dengan
penyebaran agama Islam. Pembangunan masjid terjadi di semua penjuru kota. Ada ribuan
masjid yang kini digunakan umat Islam Mesir yang berjumlah sekitar 70 juta jiwa. Di Kairo
saja, ada sekitar 4.000 masjid. Sedangkan di seantero Mesir terdapat sekitar 24.000 masjid.
Jumlah penduduk Mesir sekitar 80 juta, dan 80 persennya beragama Islam.
Jadi, bisa dibayangkan bagaimana ''ramainya'' angkasa Mesir oleh suara azan bila saat
datangnya waktu salat tiba. Karena itu, pemerintah Mesir sempat menetapkan peraturan
untuk menyatukan suara azan di seluruh Mesir agar terdengar lebih sejuk dan teratur.
Setiap masjid cukup me-relay suara azan yang dipancarkan dari sebuah stasiun radio
terbesar di Mesir. Tetapi, peraturan yang ditetapkan tiga tahun lalu itu sampai sekarang
belum terlaksana karena terjadi pro-kontra di lapangan.
Demikian banyaknya masjid di Kairo sehingga dalam satu kompleks bisa berdiri beberapa
masjid sekaligus. Misalnya, kalau kita berdiri di ketinggian Benteng Salahuddin ke arah
barat, kita akan melihat dua masjid besar, Masjid Sultan Hassan dan Masjid Ar Rifai, berdiri
berdampingan. Di sekitarnya terdapat tiga masjid lain yang lebih kecil.
Salah satu masjid yang sangat bersejarah dan hingga kini masih menjadi pusat pengkajian
Islam adalah Masjid Al Azhar yang didirikan pada 972 M. Inilah masjid tertua nomor tiga
setelah Masjid Amru bin Ash (dibangun 641 M) dan Masjid Ibnu Tulun (dibangun 876 M).
Tetapi, aktivitas Masjid Al Azhar paling padat karena masjid ini berada di dalam kampus Al
Azhar, salah satu universitas tertua di dunia, yang telah menghasilkan ribuan ulama di
berbagai negara.
Memasuki kawasan Al Azhar bukan main ramainya. Bahkan, cenderung macet. Sebab, tidak
jauh dari kampus ini ada pusat perbelanjaan terkenal, yaitu Bazar Khan El Khalili yang sangat
legendaris. Di sebelah bazar ini juga ada masjid besar, yakni Masjid Hussein. Di sana
terdapat makam cucu Rasulullah yang menjadi korban perang saudara di Karbala. Hampir
setiap hari makam cucu Rasulullah dikunjungi umat Islam, terutama dari kalangan syiah.
Saya sempat salat di Masjid Husein.
Ketika salat di Masjid Al Azhar yang sudah berusia lebih dari 1.000 tahun, kita bisa
merasakan kadar spiritual yang melingkupinya. Dari masjid inilah ribuan ulama Islam di
seluruh penjuru dunia dihasilkan. Kajian-kajian dengan sistem halaqoh yang tradisional
masih digelar di dalam masjid, melengkapi metode pembelajaran modern di dalam kelas-
kelas kampus Al Azhar.
KOLONIAL ARCHITECTURE
ARSITEKTUR KOTA KAIRO
CAIRO CITADE
STONE TOWERS
BENTENGSALAHUDDIN
GIZA
MESJID MUHAMMAD ALI PASHA
SPHINX
Berjuta cerita bersejarah menggambarkan Mesir Kuno pada masa lalu. Budayanya yang
memesona, sebagai pusat pengembangan Islam yang moderat. Dari pluralisme, modernisasi
Terusan Suez, hingga gegap gempita hiburan Sungai Nil sepanjang malam. Kairo kota yang
kaya sejarah peradaban dunia.
Berkunjung ke Kairo Mesir, menurut beberapa orang serasa mengelilingi dunia. Ternyata
anggapan tersebut terbukti bagi siapapun yang telah menginjakkan kakinya di kota ini
setelah mengeksplorasi situs-situs bersejarah. Bahkan walaupun Anda hanya berkunjung
dalam waktu singkat selama 4 sampai 10 hari. Mengapa 4 hari saja cukup? Karena bagi Anda
yang berkunjung karena tugas pekerjaan, waktu singkat dapat digunakan hingga larut
malam untuk menyaksikan atraksi unik dan mendatangi museum peninggalan Mesir Kuno
cukup di dalam Kota Kairo. Namun, wisatawan yang memiliki waktu panjang dapat
berkunjung ke Alexandria, Ismailia, hingga menelusuri Sungai Nil sampai Luxor.
Pemandangan gurun pasir sebagai ciri khas Benua Afrika terhampar luas di sepanjang jalan
menuju Kairo dari utara. Walaupun berbeda pemandangannya ketika melewati Laut Merah
yang memantulkan warna biru yang dikelilingi tebing-tebing curam kecokelatan. Kesibukan
kapal laut lalu lalang di Laut Merah yang membelah Benua Asia dan Benua Afrika
menandakan beberapa menit lagi pesawat akan mendarat Cairo International Airport.
Bandaranya tepat di pusat Kota Kairo. Bandara Kairo Internasional yang terdiri atas 3
terminal ini tampak megah, khususnya di terminal 3 yang masih baru. Desain konstruksi
bangunannya perpaduan antara Eropa dan Mesir sebagai simbol dominan yang
menggambarkan kejayaan raja-raja Mesir.
Memahami budaya orang Mesir, dapat diketahui sejak berurusan dengan pihak imigrasi,
menggunakan jasa taksi dan suasana di jalan raya. Watak warga Kairo adalah keras dan tidak
disiplin. Saling zigzag, suara klakson mobil dan omelan di antara pengendara adalah
pemandangan biasa sepanjang hari. Namun, tanpa ada perkelahian karena warga Kairo
meyakini pihak yang memukul orang lain adalah kejahatan berat.
BAB III STUDI KASUS
Lain warung lain menunya, lain kota lain pula aturannya. Mesir adalah salah satu negara
yang memiliki gaya kepemimpinan otoriter dengan kekuasaan berlangsung puluhan tahun
dengan rezim yang sama. Hal ini praktis mewarnai roda kehidupan masyarakatnya sehari-
hari, yaitu aman, tenang, dan tanpa gejolak berarti. Aman di sini berarti tanpa copet
terhadap turis, pencurian barang, termasuk tukang palak atau pengemis di jalanan.
Kairo dikenal memiliki sejarah perkembangan kejayaan kerajaan Islam sejak ratusan tahun
silam. Istilah Kota Seribu Menara pun pantas disandangnya karena berbagai corak menara
yang terhampar di setiap mata memandang menjadi ciri khas Kairo. Adapun menara yang
tertinggi adalah Kairo Tower, sedangkan yang terendah adalah simbol kuburan dari Islam,
Kristen, dan Yahudi. Istilah Kota Seribu Menara pada hakekatnya melambangkan jumlah
menara masjid bersejarah yang didirikan sejak jaman kebesaran khalifah yang memimpin
ketika itu.
Hal ini dapat diketahui melalui desain menaranya, yang beraneka ragam sebagai pertanda
siapakah yang memerintah dan mendirikan masjid tersebut. Pemerintah Mesir menjunjung
tinggi pluralisme bagi warga negaranya dalam meyakini kepercayaannya. Sebab itu letak
masjid dan gereja yang berdampingan menjadi sorotan menarik untuk melukiskan toleransi
beragama yang kuat bagi masyarakat Mesir.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama memutuskan datang ke Kairo sebagai kota pertama
kali yang dikunjunginya dalam lawatan hubungan internasional. Hal ini sebagai wujud
kepedulian dan menarik simpati pada dunia Islam. Namun mengapa Kairo yang dipilih?
Tentu berdasarkan perhitungan yang sangat matang. Mungkin salah satu alasannya karena
Mesir memiliki kekuatan berpengaruh di antara negara-negara Arab, sebagai negara sekuler
yang masyarakatnya menganut Islam yang moderat.
Apabila ribuan menara di Kairo merujuk pada peradaban Mesir Kuno dan kejayaan kerajaan
Islam pada masa lampau, zaman sekarang simbol Kota Kairo juga dikenal dengan Kota Sejuta
Parabola. Hal itu karena perubahan sosial masyarakat Kairo yang diukur dari perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi. Rumah warga Kairo seluruhnya menempati apartemen
yang dibangun oleh pemerintah atau pihak swasta. Setiap apartemen bisa dihuni puluhan
hingga ratusan keluarga. Tren sekarang, bagian atas setiap apartemen di Kairo dipenuhi
antena parabola untuk menerima gambar dari satelit. Hal ini menunjukkan gairah warga
yang ingin mendapatkan variasi informasi dan hiburan dari mancanegara.
Selain karena kemajuan teknologi informasi danm media yang pesat, parabola diminati
warga Kairo karena mereka merasa program siaran televisi dalam negeri membosankan dan
monoton. Sebab itulah kecanggihan teknologi dan keingintahuan warga untuk
meningkatkan wawasan menjadi penyulut tumbuhnya parabola yang jumlahnya konon telah
jutaan di Kota Kairo.
Adapun geliat ekonomi dan hiburan di Kota Kairo meningkat justru pada malam hari. Sejak
matahari terbenam, semarak warga untuk keluar rumah menuju berbagai aktivitas, seperti
pesat rakyat, festival, dan atraksi budaya tradisional khas Mesir akan disajikan pada malam
hari hingga larut malam menjelang subuh. Sida peninggalan kolonial Perancis sangat kentara
di Kota Kairo, khususnya di daerah downtown. Lokasinya berada di pusat kota dengan blok-
blok bangunan yang rapi dipisahkan dengan persimpangan jalan yang simetris. Setiap
persimpangan jalan tersebut dihiasi pula dengan pemandangan patung pahlawan Mesir
yang diletakkan di posisi tengah perimpangan jalan. Hal itu sebagai penghormatan sekaligus
memperindah kota.
Gedung-gedung berjejer hampir sama tingginya di sepanjang jalan downtown dengan gaya
arsitektur Perancis. Pintu dan jendela gedung yang tinggi-tinggi dihiasi ukiran-ukiran
romantis arsitektur Eropa. Atau lebih jelasnya, suasana downtown mirip lanskap kota Paris.
Karena yang mendesain Kota Downtown menurut beberapa pemilik toko, memang para ahli
arsitektur yang khusus didatangkan pihak kolonial ketika itu. Downtown sejak pagi hari telah
ramai dikunjungi karena lokasinya berada di pusat kota, berdekatan dengan pusat
pemerintahan, beberapa gedung bersejarah, dan Museum Firaun.
Kesimpulan yang dapat di ambil dalam karya ilmiah ini adalah :
1. Kairo merupakan ibu kota dari Negara Mesir yang memiliki banyak tower pada
bangunannya karena didukung dengan masyarakat yang banyak menganut agama
islam sehingga terdapat banyak tower tower mesjid.
2. Kairo sangat kental dengan budaya Islam. Kota ini dibangun kali pertama dengan
nama Fustat oleh Amru bin Ash. Dia yang dikenal sebagai tokoh ''Pembuka Mesir'' itu
menjadi gubernur pertama Kairo di zaman Khalifah Umar bin Khathab pada abad ke-
7. Sejak itu, sang gubernur memindahkan ibu kota dari Alexandria ke Fustat.
3. Berdirinya Kairo sebagai ibukota dan pusat pemerintahan diawali gerakan
penumpasan golongan Syiah yang dilancarkan penguasa Abbasiyah di Baghdad.
Kongsi yang dibangun golongan Syiah dengan Bani Abbas untuk menjatuhkan Bani
Umayyah akhirnya pecah.
4. Kairo berkembang seiring dengan penyebaran agama Islam. Pembangunan masjid
terjadi di semua penjuru kota. Ada ribuan masjid yang kini digunakan umat Islam
Mesir yang berjumlah sekitar 70 juta jiwa. Di Kairo saja, ada sekitar 4.000 masjid.
Sedangkan di seantero Mesir terdapat sekitar 24.000 masjid. Jumlah penduduk
Mesir sekitar 80 juta, dan 80 persennya beragama Islam.
5. Masjid yang sangat bersejarah dan hingga kini masih menjadi pusat pengkajian Islam
adalah Masjid Al Azhar yang didirikan pada 972 M. Inilah masjid tertua nomor tiga
setelah Masjid Amru bin Ash (dibangun 641 M) dan Masjid Ibnu Tulun (dibangun 876
M). Tetapi, aktivitas Masjid Al Azhar paling padat karena masjid ini berada di dalam
kampus Al Azhar, salah satu universitas tertua di dunia, yang telah menghasilkan
ribuan ulama di berbagai negara.
BAB IV KESIMPULAN
http://www.jalanjalanyuk.com/kairo-mesir-kota-seribu-menara-dan-sejuta-parabola/
http://kebunhidayah.wordpress.com/2009/05/26/277/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kairo
http://mediaonlinenews.com/dunia/10-kota-tertua-di-dunia
DARTAR PUSTAKA