1. FRAKTUR
description
Transcript of 1. FRAKTUR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia memiliki tulang dan sendi (sistem gerak) yang memiliki banyak fungsi untuk
menunjang kehidupan manusia. Tanpa kondisi yang normal, tulang dan sendi manusia akan
kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sama dengan sistem organ yang lain, sistem
gerak juga dapat mengalami gangguan atau kelainan. Faktor-faktor penyebab gangguan atau
kelainan, antara lain disebabkan oleh kebiasaan, pola hidup atau biasa pula berasal dari
pembawaan. Hal Ini dapat terjadi akibat gangguan faktor luar maupun faktor dalam. Faktor luar
dapat diakibatkan karena kecelakaan dan serangan penyakit, sedangkan faktor dalam bisa terjadi
karena bawaan atau kesalahan gerak yang tidak biasa dilakukan. Kelainan dan gangguan pada
tulang dapat mengganggu proses gerakan yang normal. Salah satunya adalah fraktur.
B. Rumusan Masalah
Ada pun rumusan masalah yang kami jelaskan pada makalah ini, sebagai berikut:
Apa konsep phatofisiologi fraktur?
Apa pemeriksaan penunjang pada fraktur?
Bagaimana rencana asuhan keperawatan pada fraktur?
C. Tujuan
Tujuan yang kami inginkan dalam pembuatan makalah ini, sebagai berikut:
Untuk mengetahui konsep patofisiologi fraktur.
Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada fraktur.
Untuk mengetahui perencanaan asuhan keperawatan pada fraktur.
D. Metode penulisan
Buku-buku yang berhubungan dengan sistem muskuloskeleteal
Sumber informasi dari Internet yang berhubungan dengan sistem muskuloskeletal
BAB II
1
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuaijenis dan luasnya, biasanya disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, dan
gerakan puntir yang mendadak. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang,
dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu
lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah,
sedangkan pada fraktur tidak lengkap melibatkan seluruh ketebalan tulang. .
B. Klasifikasi fraktur
Ada beberapa istilah yang dipakai untuk menjelaskan fraktur, yaitu :
1. Sudut patah
a. Fraktur Transversal
Merupakan fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang
tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi
atau direduksi kembali ketempatnya semula, maka segmen-segmen itu akan
stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.
b. Fraktur Oblik
Merupakan fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.
Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.
c. Fraktur Spiral
Fraktur ini timbul akibat torsi pada ekstremitas. Fraktur ini adalah jenis
fraktur yang rendah energi yang hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan
lunak, dan mudah sembuh dengan imobilisasi luar.
2. Fraktur Multipel pada Satu Tulang
a. Fraktur Segmental
Merupakan dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan
terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya. Fraktur semacam ini sulit
ditangani. Biasanya satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi
2
sulit untuk disembuhkandan keadaan ini mungkin memerlukan pengobatan
secara bedah.
b. Fraktur Kominuta
Merupakan serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dengan
lebih dari dua fragmen tulang.
3. Fraktur Impaksi
a. Fraktur Kompresi
Fraktur ini terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada
diantaranya. Pada orang muda, fraktur kompresi dapat disertai perdarahan
retroperitoneal yang cukup berat.
4. Fraktur Patologik
Terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah karena tumor atau
proses patologik lainnya. Tulang sering kali menunjukan penurunan densitas.
3
Penyebab yang paling sering dari fraktur-fraktur semacam ini adalah tumor primer
atau tumor metastasis.
5. Fraktur Beban ( kelelahan lainnya )
Fraktur ini biasanya terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah tingkat
aktivitas mereka. Pada saat awal gejala timbul, radiogram terkadang tidak
menunjukan adanya fraktur. Tetapi, biasanya setelah dua minggu timbul garis-garis
radiopak linear tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Fraktur semacam ini
akan sembuh dengan baik jika tulang itu diimobolisasi selama beberapa minggu.
Tetapi jika tidak terdiagnosis, tulang-tulang itu dapat bergeser dari tempat asalnya
dan tidak sembuh dengan seharusnya. Jika mengalami fraktur ini dapat diproteksi
dengan memakai tongkat atau bidai gips, setelah dua minggu harus dilakukan
pemeriksaan radiografi.
6. Fraktur Greenstick
Merupakan fraktur yang tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak.
Korteks tulangnya sebagian masih utuh demikian juga periosteum. Fraktur-fraktur
ini akan segera sembuh dan akan segera mengalami remodeling kebentuk dan fungsi
normal.
7. Fraktur Avulsi
Fraktur ini memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon
ataupun ligamen. Biasanya tidak ada pengobatan yang spesifik yang diperlukan.
Namun bila diduga terjadi ketidakstabilan sendi atau hal-hal lain yang menyebabkan
kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk membuang atau meletakan
kembali fragmen tulang yang mengalami kerusakan.
C. Penyembuhan Fraktur
Jika satu tulang sudah patah, jaringan lunak disekitarnya juga akan rusak,
periosteum akan terpisah dari tulang dan terjadi perdarahan yang cukup berat. Bekuan
darah pun akan terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan akan membentuk jaringan
granulasi di dalamnya dengan sel-sel pembentuk tulang primitif ( osteogenik )
berdiferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblas. Kondroblas akan mensekresi fosfat,
yang merangsang deposisi kalsium. Terbentuk kalus disekitar lokasi fraktur. Lapisan ini
terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen satunya dan
menyatu. Penyatuan dari dua fragmen ( penyembuhan fraktur ) terus berlanjut dengan
4
terbentuknya trabekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas
menyeberangi lokasi fraktur. Penyatuan tulang ini akan menjalani transformasi
metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalus tulang akan
mengalami remodeling untuk mengambil bentu tulang yang utuh seperti bentuk osteoblas
tulang baru dan osteoklas akan menyingkirkan bagian yang rusak dan tulang sementara.
5
D. Manifestasi klinis
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan
eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas
normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.
Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
6
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau
beberapa hari setelah cedera.
E. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah
akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak
sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah.
Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk
mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
F. Asuhan Keperawatan pada Fraktur
1. Pengkajian
Aktivitas dan istirahat
Tanda:
keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera,
fraktur atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri.
Sirkulasi
Tanda:
hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ ansietas) atau
hipotensi (kehilangan darah)
takikardi (respons terhadap stres, hipovolemia)
penurunan nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian kapiler lambat, pucat
pada bagian yang terkena
pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi yang cedera
Neurosensori
Gejala:
7
hilang gerakan/ sensasi, spame otot
kebas/ kesemutan
Tanda:
deformitas lokal, pemendekan, krepitasi, spasme otot, terlihat kelemahan dan
hilangnya fungsi
agitasi (berhubungan dengan nyeri/ ansietas)
Nyeri/ kenyamanan
Gejala:
nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan/
kerusakan tulang; dapat berkurang pada imobilisasi)
Spasme/ kram otot (setelah imobilisasi)
Keamanan
Tanda:
Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna
Pembengkakan lokal (secara bertahap atau tiba-tiba)
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri b.d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, dan cedera pada
jaringan lunak, stres, ansietas
b. Resiko tinggi terhadap cedera yang b.d kerusakan neurovaskuler, tekanan dan
disuse
c. Kurang perawatan diri yang b.d hilangnya kemampuan menjalankan aktivitas
kehidupan sehari-hari
d. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)
3. Intervensi Keperawatan
Dx: Nyeri yang berhubungan dengan fraktur
Hasil yang diharapkan: menyatakan nyeri hilang
1. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat,
traksi.
Rasional: menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang/ tegangan
jaringan yang cedera
2. Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena fraktur.
8
Rasional: meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema, dan menurunkan
nyeri.
3. Hindari penggunaan sprei/ bantal plastik di bawah ekstremitas dalam gips
Rasional: dapat meningkatkan ketidaknyamanan karena peningkatan produksi
panas dalam gips yang kering.
4. Jelaskan prosedur sebelum memulai
Rasional: memungkinkan pasien untuk siap secara mental untuk aktivitas juga
berpartisipasi dalam mengontrol tingkat ketidaknyamanan.
5. Evaluasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi dan karakteristik, termasuk intensitas
dan skala nyeri.
Rasional: mempengaruhi pilihan keefektifan intervensi. Tingkat ansietas dapat
mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
6. Lakukan dan awasi latihan rentang gerak aktif/ pasif
Rasional: mempertahankan kekuatan/ mobilitas otot yang sakit.
7. Identifikasi aktivitas yang tepat untuk usia, kemampuan fisik
Rasional: mencegah kebosanan, menurunkan tegangan, dan dapat meningkatkan
kekuatan otot.
Dx: Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler, tekanan dan disuse
Hasil yang diharapkan: pencapaian penyembuhan tanpa komplikasi
1. Kaji terjadinya kerusakan neurovaskular:
a. Bertambahnya nyeri
b. Suhu kulit dingin
c. Menurunnya kemampuan motoris
d. Berkurangnya pengisian kapiler
Rasional: penemuan awal masalah peredaran darah dan saraf akibat sindrom
kompartemen diperlukan untuk mencegah hilangnya fungsi
2. Kaji terjadinya kerusakan kulit:
a. Abrasi kulit
b. Sensasi iritasi
Rasional: tekanan akibat gips dapat mengakibatkan kerusakan kulit.
9
3. Ajarkan mengenai tanda dan gejala kerusakan kulit
Rasional: pendidikan pasien diperlukan untuk perawatan diri
4. Dorong latihan aktif dan latihan rentang gerak bagian tubuh yang tidak
diimobilisasi
Rasional: disuse dapat mengakibatkan atrofi otot dan kehilangan gerakan sendi
Dx: Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan hilangnya kemampuan
menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari
Hasil yang diharapkan: pasien menunjukkan penyesuaian yang memuaskan
terhadap perubahan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari.
1. Dorong pasien mengekspresikan keprihatinan dan mendiskusikan cedera dan
masalah yang berhubungan dengan cedera, dengarkan secara aktif.
Rasional: fraktur dapat mempengaruhi kemampuan seseorang melakukan
aktivitas sehari-hari. Terjadi kehilangan waktu pekerjaan.
2. Libatkan orang yang berarti bila dibutuhkan dan perlu
Rasional: orang lain dapat membantu pasien melakukan aktivitas hidup sehari-
hari
3. Dorong partisipasi aktif pasien dalam aktivitas hidup sehari-hari
Rasional: rasa harga diri dapat ditingkatkan dengan aktivitas perawatan diri.
4. Evaluasi kemampuan pasien untuk melakukan perawatan diri di rumah:
a. Merencanakan regimen terapi
b. Mengenali potensial masalah
c. Mengenali situasi yang tidak aman
d. Meneruskan supervisi kesehatan
Rasional: meyakinkan kemampuan pasien untuk menangani fraktur di rumah.
Kekurangan pengetahuan dan persiapan perawatan diri yang buruk di rumah
menyebabkan terjadinya ansietas dan ketidakdisiplinan terhadap terapi
Dx: Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)
Hasil yang diharapkan:
meningkatkan/ mempertahankan mobilitas pada tingkat optimal
Mempertahankan posisi fungsional
Meningkatkan kekuatan/ fungsi bagian yang sakit
10
Menunjukkan teknik yang memampukan melakukan aktivitas
1. Instruksikan pasien untuk bantu dalam rentang gerak pasien/ aktif pada
ekstremitas yang sakit dan yang tidak sakit
Rasional: meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan
tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi.
2. Bantu/ dorong perawatan diri/ kebersihan
Rasional: meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol
pasien terhadap situasi, dan juga meningkatkan kesehatan diri langsung
3. Berikan/ bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, tongkat sebisa mungkin.
Instrusikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas
Rasional: mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring, dan
meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi organ. Belajar memperbaiki
cara menggunakan alat penting untuk mempertahankan mobilisasi optimal dan
keamanan pasien
4. Awasi TD dengan melakukan aktivitas. Perhatikan keluhan pusing
Rasional: hipotensi postural adalah masalah umum menyertai tirah baring lama
dan dapat memerlukan intervensi khusus
5. Awasi kebiasaan eliminasi dan berikan keteraturan defekasi rutin.
Rasional: tirah baring, penggunaan analgesik dan perubahan dalam kebiasaaan
diet dapat memperlambat peristaltik dan menghasilkan konstipasi. Tindakan
keperawatan yang memudahkan eliminasi dapat mencegah/ membatasi
komplikasi.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam materi ini, dapat dilihat bahwa tulang – tulang kita
bisa mengalami kelainan dan gangguan tulang. Berbagai macam kelainan tulang dapat
terjadi sesuai dengan faktor penyebabnya. Salah satu gangguan tulang yang dapat
terjadi adalah fraktur. Fraktur adalah patah tulang, yang biasanya disebabkan oleh
trauma atau tenaga fisik.
Adapun beberapa jenis fraktur yang dapat terjadi dalam keseharian kita sesuai
dengan faktor penyebabnya, antara lain :
1. Sudut patah
a. Fraktur Transversal
b. Fraktur Oblik
c. Fraktur Spiral
2. Fraktur Multipel pada Satu Tulang
a. Fraktur Segmental
b. Fraktur Kominuta
3. Fraktur Impaksi
a. Fraktur Kompresi
4. Fraktur Patologik
5. Fraktur Beban ( kelelahan lainnya )
6. Fraktur Greenstick
7. Fraktur Avulsi
12
DAFTAR PUSTAKA
Wilson, Lorraine M., dkk. 2006 . Patofisiologi: konseo klinis proses-proses penyakit, Ed. 6,
vol.2 .Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C., dkk. 2002 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth, Ed. 8, vol. 3. Jakarta : EGC.
13