1. FRAKTUR

18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiliki tulang dan sendi (sistem gerak) yang memiliki banyak fungsi untuk menunjang kehidupan manusia. Tanpa kondisi yang normal, tulang dan sendi manusia akan kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sama dengan sistem organ yang lain, sistem gerak juga dapat mengalami gangguan atau kelainan. Faktor-faktor penyebab gangguan atau kelainan, antara lain disebabkan oleh kebiasaan, pola hidup atau biasa pula berasal dari pembawaan. Hal Ini dapat terjadi akibat gangguan faktor luar maupun faktor dalam. Faktor luar dapat diakibatkan karena kecelakaan dan serangan penyakit, sedangkan faktor dalam bisa terjadi karena bawaan atau kesalahan gerak yang tidak biasa dilakukan. Kelainan dan gangguan pada tulang dapat mengganggu proses gerakan yang normal. Salah satunya adalah fraktur. B. Rumusan Masalah Ada pun rumusan masalah yang kami jelaskan pada makalah ini, sebagai berikut: Apa konsep phatofisiologi fraktur? Apa pemeriksaan penunjang pada fraktur? Bagaimana rencana asuhan keperawatan pada fraktur? C. Tujuan Tujuan yang kami inginkan dalam pembuatan makalah ini, sebagai berikut: Untuk mengetahui konsep patofisiologi fraktur. 1

description

a

Transcript of 1. FRAKTUR

Page 1: 1. FRAKTUR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia memiliki tulang dan sendi (sistem gerak) yang memiliki banyak fungsi untuk

menunjang kehidupan manusia. Tanpa kondisi yang normal, tulang dan sendi manusia akan

kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sama dengan sistem organ yang lain, sistem

gerak juga dapat mengalami gangguan atau kelainan. Faktor-faktor penyebab gangguan atau

kelainan, antara lain disebabkan oleh kebiasaan, pola hidup atau biasa pula berasal dari

pembawaan. Hal Ini dapat terjadi akibat gangguan faktor luar maupun faktor dalam. Faktor luar

dapat diakibatkan karena kecelakaan dan serangan penyakit, sedangkan faktor dalam bisa terjadi

karena bawaan atau kesalahan gerak yang tidak biasa dilakukan. Kelainan dan gangguan pada

tulang dapat mengganggu proses gerakan yang normal. Salah satunya adalah fraktur.

B. Rumusan Masalah

Ada pun rumusan masalah yang kami jelaskan pada makalah ini, sebagai berikut:

Apa konsep phatofisiologi fraktur?

Apa pemeriksaan penunjang pada fraktur?

Bagaimana rencana asuhan keperawatan pada fraktur?

C. Tujuan

Tujuan yang kami inginkan dalam pembuatan makalah ini, sebagai berikut:

Untuk mengetahui konsep patofisiologi fraktur.

Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada fraktur.

Untuk mengetahui perencanaan asuhan keperawatan pada fraktur.

D. Metode penulisan

Buku-buku yang berhubungan dengan sistem muskuloskeleteal

Sumber informasi dari Internet yang berhubungan dengan sistem muskuloskeletal

BAB II

1

Page 2: 1. FRAKTUR

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fraktur

Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan

sesuaijenis dan luasnya, biasanya disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, dan

gerakan puntir yang mendadak. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang,

dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu

lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah,

sedangkan pada fraktur tidak lengkap melibatkan seluruh ketebalan tulang. .

B. Klasifikasi fraktur

Ada beberapa istilah yang dipakai untuk menjelaskan fraktur, yaitu :

1. Sudut patah

a. Fraktur Transversal

Merupakan fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang

tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi

atau direduksi kembali ketempatnya semula, maka segmen-segmen itu akan

stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.

b. Fraktur Oblik

Merupakan fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.

Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.

c. Fraktur Spiral

Fraktur ini timbul akibat torsi pada ekstremitas. Fraktur ini adalah jenis

fraktur yang rendah energi yang hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan

lunak, dan mudah sembuh dengan imobilisasi luar.

2. Fraktur Multipel pada Satu Tulang

a. Fraktur Segmental

Merupakan dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan

terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya. Fraktur semacam ini sulit

ditangani. Biasanya satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi

2

Page 3: 1. FRAKTUR

sulit untuk disembuhkandan keadaan ini mungkin memerlukan pengobatan

secara bedah.

b. Fraktur Kominuta

Merupakan serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dengan

lebih dari dua fragmen tulang.

3. Fraktur Impaksi

a. Fraktur Kompresi

Fraktur ini terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada

diantaranya. Pada orang muda, fraktur kompresi dapat disertai perdarahan

retroperitoneal yang cukup berat.

4. Fraktur Patologik

Terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah karena tumor atau

proses patologik lainnya. Tulang sering kali menunjukan penurunan densitas.

3

Page 4: 1. FRAKTUR

Penyebab yang paling sering dari fraktur-fraktur semacam ini adalah tumor primer

atau tumor metastasis.

5. Fraktur Beban ( kelelahan lainnya )

Fraktur ini biasanya terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah tingkat

aktivitas mereka. Pada saat awal gejala timbul, radiogram terkadang tidak

menunjukan adanya fraktur. Tetapi, biasanya setelah dua minggu timbul garis-garis

radiopak linear tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Fraktur semacam ini

akan sembuh dengan baik jika tulang itu diimobolisasi selama beberapa minggu.

Tetapi jika tidak terdiagnosis, tulang-tulang itu dapat bergeser dari tempat asalnya

dan tidak sembuh dengan seharusnya. Jika mengalami fraktur ini dapat diproteksi

dengan memakai tongkat atau bidai gips, setelah dua minggu harus dilakukan

pemeriksaan radiografi.

6. Fraktur Greenstick

Merupakan fraktur yang tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak.

Korteks tulangnya sebagian masih utuh demikian juga periosteum. Fraktur-fraktur

ini akan segera sembuh dan akan segera mengalami remodeling kebentuk dan fungsi

normal.

7. Fraktur Avulsi

Fraktur ini memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon

ataupun ligamen. Biasanya tidak ada pengobatan yang spesifik yang diperlukan.

Namun bila diduga terjadi ketidakstabilan sendi atau hal-hal lain yang menyebabkan

kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk membuang atau meletakan

kembali fragmen tulang yang mengalami kerusakan.

C. Penyembuhan Fraktur

Jika satu tulang sudah patah, jaringan lunak disekitarnya juga akan rusak,

periosteum akan terpisah dari tulang dan terjadi perdarahan yang cukup berat. Bekuan

darah pun akan terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan akan membentuk jaringan

granulasi di dalamnya dengan sel-sel pembentuk tulang primitif ( osteogenik )

berdiferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblas. Kondroblas akan mensekresi fosfat,

yang merangsang deposisi kalsium. Terbentuk kalus disekitar lokasi fraktur. Lapisan ini

terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen satunya dan

menyatu. Penyatuan dari dua fragmen ( penyembuhan fraktur ) terus berlanjut dengan

4

Page 5: 1. FRAKTUR

terbentuknya trabekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas

menyeberangi lokasi fraktur. Penyatuan tulang ini akan menjalani transformasi

metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalus tulang akan

mengalami remodeling untuk mengambil bentu tulang yang utuh seperti bentuk osteoblas

tulang baru dan osteoklas akan menyingkirkan bagian yang rusak dan tulang sementara.

5

Page 6: 1. FRAKTUR

D. Manifestasi klinis

Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang   diimobilisasi.

Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang

untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan

eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas

normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi  normal otot

bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.

Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah  tempat

fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm

Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik

tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.

6

Page 7: 1. FRAKTUR

Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan

perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau

beberapa hari setelah cedera.

E. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium :

Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah

akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak

sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah.

Radiologi :

X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.

Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk

mendeteksi struktur fraktur yang kompleks. 

F. Asuhan Keperawatan pada Fraktur

1. Pengkajian

Aktivitas dan istirahat

Tanda:

keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera,

fraktur atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri.

Sirkulasi

Tanda:

hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ ansietas) atau

hipotensi (kehilangan darah)

takikardi (respons terhadap stres, hipovolemia)

penurunan nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian kapiler lambat, pucat

pada bagian yang terkena

pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi yang cedera

Neurosensori

Gejala:

7

Page 8: 1. FRAKTUR

hilang gerakan/ sensasi, spame otot

kebas/ kesemutan

Tanda:

deformitas lokal, pemendekan, krepitasi, spasme otot, terlihat kelemahan dan

hilangnya fungsi

agitasi (berhubungan dengan nyeri/ ansietas)

Nyeri/ kenyamanan

Gejala:

nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan/

kerusakan tulang; dapat berkurang pada imobilisasi)

Spasme/ kram otot (setelah imobilisasi)

Keamanan

Tanda:

Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna

Pembengkakan lokal (secara bertahap atau tiba-tiba)

2. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri b.d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, dan cedera pada

jaringan lunak, stres, ansietas

b. Resiko tinggi terhadap cedera yang b.d kerusakan neurovaskuler, tekanan dan

disuse

c. Kurang perawatan diri yang b.d hilangnya kemampuan menjalankan aktivitas

kehidupan sehari-hari

d. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)

3. Intervensi Keperawatan

Dx: Nyeri yang berhubungan dengan fraktur

Hasil yang diharapkan: menyatakan nyeri hilang

1. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat,

traksi.

Rasional: menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang/ tegangan

jaringan yang cedera

2. Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena fraktur.

8

Page 9: 1. FRAKTUR

Rasional: meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema, dan menurunkan

nyeri.

3. Hindari penggunaan sprei/ bantal plastik di bawah ekstremitas dalam gips

Rasional: dapat meningkatkan ketidaknyamanan karena peningkatan produksi

panas dalam gips yang kering.

4. Jelaskan prosedur sebelum memulai

Rasional: memungkinkan pasien untuk siap secara mental untuk aktivitas juga

berpartisipasi dalam mengontrol tingkat ketidaknyamanan.

5. Evaluasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi dan karakteristik, termasuk intensitas

dan skala nyeri.

Rasional: mempengaruhi pilihan keefektifan intervensi. Tingkat ansietas dapat

mempengaruhi reaksi terhadap nyeri

6. Lakukan dan awasi latihan rentang gerak aktif/ pasif

Rasional: mempertahankan kekuatan/ mobilitas otot yang sakit.

7. Identifikasi aktivitas yang tepat untuk usia, kemampuan fisik

Rasional: mencegah kebosanan, menurunkan tegangan, dan dapat meningkatkan

kekuatan otot.

Dx: Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan

neurovaskuler, tekanan dan disuse

Hasil yang diharapkan: pencapaian penyembuhan tanpa komplikasi

1. Kaji terjadinya kerusakan neurovaskular:

a. Bertambahnya nyeri

b. Suhu kulit dingin

c. Menurunnya kemampuan motoris

d. Berkurangnya pengisian kapiler

Rasional: penemuan awal masalah peredaran darah dan saraf akibat sindrom

kompartemen diperlukan untuk mencegah hilangnya fungsi

2. Kaji terjadinya kerusakan kulit:

a. Abrasi kulit

b. Sensasi iritasi

Rasional: tekanan akibat gips dapat mengakibatkan kerusakan kulit.

9

Page 10: 1. FRAKTUR

3. Ajarkan mengenai tanda dan gejala kerusakan kulit

Rasional: pendidikan pasien diperlukan untuk perawatan diri

4. Dorong latihan aktif dan latihan rentang gerak bagian tubuh yang tidak

diimobilisasi

Rasional: disuse dapat mengakibatkan atrofi otot dan kehilangan gerakan sendi

Dx: Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan hilangnya kemampuan

menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari

Hasil yang diharapkan: pasien menunjukkan penyesuaian yang memuaskan

terhadap perubahan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari.

1. Dorong pasien mengekspresikan keprihatinan dan mendiskusikan cedera dan

masalah yang berhubungan dengan cedera, dengarkan secara aktif.

Rasional: fraktur dapat mempengaruhi kemampuan seseorang melakukan

aktivitas sehari-hari. Terjadi kehilangan waktu pekerjaan.

2. Libatkan orang yang berarti bila dibutuhkan dan perlu

Rasional: orang lain dapat membantu pasien melakukan aktivitas hidup sehari-

hari

3. Dorong partisipasi aktif pasien dalam aktivitas hidup sehari-hari

Rasional: rasa harga diri dapat ditingkatkan dengan aktivitas perawatan diri.

4. Evaluasi kemampuan pasien untuk melakukan perawatan diri di rumah:

a. Merencanakan regimen terapi

b. Mengenali potensial masalah

c. Mengenali situasi yang tidak aman

d. Meneruskan supervisi kesehatan

Rasional: meyakinkan kemampuan pasien untuk menangani fraktur di rumah.

Kekurangan pengetahuan dan persiapan perawatan diri yang buruk di rumah

menyebabkan terjadinya ansietas dan ketidakdisiplinan terhadap terapi

Dx: Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)

Hasil yang diharapkan:

meningkatkan/ mempertahankan mobilitas pada tingkat optimal

Mempertahankan posisi fungsional

Meningkatkan kekuatan/ fungsi bagian yang sakit

10

Page 11: 1. FRAKTUR

Menunjukkan teknik yang memampukan melakukan aktivitas

1. Instruksikan pasien untuk bantu dalam rentang gerak pasien/ aktif pada

ekstremitas yang sakit dan yang tidak sakit

Rasional: meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan

tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi.

2. Bantu/ dorong perawatan diri/ kebersihan

Rasional: meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol

pasien terhadap situasi, dan juga meningkatkan kesehatan diri langsung

3. Berikan/ bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, tongkat sebisa mungkin.

Instrusikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas

Rasional: mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring, dan

meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi organ. Belajar memperbaiki

cara menggunakan alat penting untuk mempertahankan mobilisasi optimal dan

keamanan pasien

4. Awasi TD dengan melakukan aktivitas. Perhatikan keluhan pusing

Rasional: hipotensi postural adalah masalah umum menyertai tirah baring lama

dan dapat memerlukan intervensi khusus

5. Awasi kebiasaan eliminasi dan berikan keteraturan defekasi rutin.

Rasional: tirah baring, penggunaan analgesik dan perubahan dalam kebiasaaan

diet dapat memperlambat peristaltik dan menghasilkan konstipasi. Tindakan

keperawatan yang memudahkan eliminasi dapat mencegah/ membatasi

komplikasi.

11

Page 12: 1. FRAKTUR

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam materi ini, dapat dilihat bahwa tulang – tulang kita

bisa mengalami kelainan dan gangguan tulang. Berbagai macam kelainan tulang dapat

terjadi sesuai dengan faktor penyebabnya. Salah satu gangguan tulang yang dapat

terjadi adalah fraktur. Fraktur adalah patah tulang, yang biasanya disebabkan oleh

trauma atau tenaga fisik.

Adapun beberapa jenis fraktur yang dapat terjadi dalam keseharian kita sesuai

dengan faktor penyebabnya, antara lain :

1. Sudut patah

a. Fraktur Transversal

b. Fraktur Oblik

c. Fraktur Spiral

2. Fraktur Multipel pada Satu Tulang

a. Fraktur Segmental

b. Fraktur Kominuta

3. Fraktur Impaksi

a. Fraktur Kompresi

4. Fraktur Patologik

5. Fraktur Beban ( kelelahan lainnya )

6. Fraktur Greenstick

7. Fraktur Avulsi

12

Page 13: 1. FRAKTUR

DAFTAR PUSTAKA

Wilson, Lorraine M., dkk. 2006 . Patofisiologi: konseo klinis proses-proses penyakit, Ed. 6,

vol.2 .Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C., dkk. 2002 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan

Suddarth, Ed. 8, vol. 3. Jakarta : EGC.

13