09E01946.pdf
-
Upload
hera-vinandika-p -
Category
Documents
-
view
226 -
download
8
Transcript of 09E01946.pdf
-
PENGARUH MOTIVASI KERJA PETUGAS KIA TERHADAP MUTU PELAYANAN KIA DI PUSKESMAS
KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2008
T E S I S
Oleh
AGENDA ERLIANA GINTING 067013002/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
PENGARUH MOTIVASI KERJA PETUGAS KIA TERHADAP MUTU PELAYANAN KIA DI PUSKESMAS
KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2008
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
AGENDA ERLIANA GINTING 067013002/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
Judul Tesis : PENGARUH MOTIVASI KERJA PETUGAS KIA TERHADAP MUTU PELAYANAN KIA DI PUSKESMAS KABUPATEN ACEH TENGGARA
Nama Mahasiswa : Agenda Erliana Ginting Nomor Pokok : 067013002 Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi Rumah Sakit
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Dr.Ir. Evawany Aritonang, M.Si) (dr. Surya Dharma, MPH)
Ketua Anggota Ketua Program Studi, Direktur, (Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc) Tanggal lulus : 06 Juli 2009
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
Telah diuji pada
Tanggal : 06 Juli 2009
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Dr.Ir. Evawany Aritonang, MSi
Anggota : 1. dr. Surya Dharma, MPH
2. Dra. Jumirah, Apt, MKes
3. Ernawati Nasution, SKM, MKes
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
PERNYATAAN
PENGARUH MOTIVASI KERJA PETUGAS KIA TERHADAP MUTU PELAYANAN KIA DI PUSKESMAS
KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2008
T E S I S
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 06 Juli 2009
Agenda Erliana Ginting 067013002/AKK
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
ABSTRAK
Mutu pelayanan merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Ciri pelayanan yang bermutu adalah yang simpatik, disiplin, bertanggung jawab dan penuh perhatian sehingga memberikan kepuasan atas pelayanan yang diberikan. Pada Tahun 2007 pencapaian program KIA di puskesmas di Kabupaten Aceh Tenggara masih rendah, yaitu pelayanan antenatal sebesar 71%, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 66%, dan pelayanan neonatal sebesar 70%. Rendahnya mutu pelayanan KIA diasumsikan akibat motivasi kerja petugas KIA puskesmas yang belum optimal.
Penelitian adalah survei menggunakan pendekatan explanatory research terhadap 56 pengelola program KIA Puskesmas di Kabupaten Aceh Tenggara. Bertujuan untuk menganalisis pengaruh motivasi kerja petugas KIA terhadap mutu pelayanan KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008. Analisis data menggunakan uji regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi kerja intrinsik dan ekstrinsik petugas KIA pada kategori sedang sebesar 69,6% dan 76,8%. Variabel motivasi kerja intrinsik meliputi (tanggung jawab, kemajuan, pekerjaan itu sendiri, pencapaian, dan pengakuan) dan ekstrinsik (administrasi dan kebijakan organisasi, penyeliaan, gaji, hubungan antar pribadi, dan kondisi kerja) berpengaruh terhadap mutu pelayanan KIA di Kabupaten Aceh Tenggara (p
-
kerja petugas. Koordinator Pengelola Program KIA Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara perlu melakukan peningkatan pengetahuan dengan memberikan pelatihan, seminar atau lokakarya kepada petugas KIA.
Kata kunci : Motivasi Kerja, Mutu Pelayanan
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
ABSTRACT
Service quality is a dynamic condition related to product, service, human, process and environment that meet and over expectation. The characteristics of quality service is sympathic, discipline, responsible and attentive so that provide satisfaction to are service delivered. Performance KIA Program of Puskesmas at Southeast Aceh Regency is low, antenatal care 71%, neonatal care is 70%. The low of performance KIA assumted because working motivation of the KIA officials is low This study is a survey using an explanatory research approach health provider for 56 of KIA Program of Puskesmas at Southeast Aceh Regency. This study is to analyze know the effect of working motivation of the KIA officials on service quality of KIA at the Puskesmas of Southeast Aceh Regency in 2008. The data were analyzed using multiple regression test. Based on the result of the study, it is formal that 51.85 of the respondents aged 6 years. 69.6% of the KIA officials have intrinsic motivation (responsible, progress, self-job, performance and recognition) of moderate category. Some 76.8% of the KIA officials have extrinsic motivation ( administration and policy of organization, provision, salary, interpersonal relationship, and work condition) of moderate category. The conclusion is that the intrinsic motivation has effect on service quality of KIA and the extrinsic motivation has effect on service quality of KIA in Southeast Aceh Regency. It is suggested that the District Health Office of Southeast Aceh to
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
support the implementation of KIA program and the coordinator of the program has to improve their support to the KIA officials. The public figures needs to give their advices and guidance for the community about the importance of KIA officials. Keywords:working motivation, KIA officials, Service Quality.
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan tesis ini dengan judul "Pengaruh Motivasi Kerja
Petugas KIA terhadap Mutu Pelayanan KIA di Puskesmas
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008".
Penulisan ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Dengan segala ketulusan hati dan keikhlasan serta cinta kasih,
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada :
Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp. A(K), sebagai
Rektor Universitas Sumatera Utara.
Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, sebagai Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, sebagai Ketua Program Studi
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
Ibu Dr. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Ketua Komisi
Pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing,
mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai
dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
Bapak dr. Surya Dharma, MPH, selaku Anggota Komisi
Pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing,
mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai
dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
Para dosen dan staf di lingkungan Sekolah Pascasarjana Program
Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan khususnya Administrasi
Rumah Sakit.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tenggara serta seluruh
keluarga besar puskesmas di seluruh Kabupaten Aceh Tenggara,
khususnya petugas KIA yang telah bersedia menjadi responden
penelitian serta memberikan data yang dibutuhkan untuk kelengkapan
penulisan tesis ini.
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada seluruh keluarga
serta teman-teman satu angkatan pada Program Studi Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan yang telah memberikan dukungan baik moril dan
do'a restu.
Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi
pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu
pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, Juli 2009
Penulis
Agenda Erliana Ginting
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
RIWAYAT HIDUP
Agenda Erliana Ginting, lahir pada tanggal 10 Agustus 1953 di
Lau Baleng Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.
Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan sekolah dasar
di Sekolah Dasar Negeri 2 Lau Baleng, Sekolah Menengah Pertama
Negeri (SMPN) 1 Lau Baleng, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN)
4 Medan, Sekolah Bidan RSUPP Medan, S-1 di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
Bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kota Medan
ditugaskan di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Medan pada unit kerja
Puskesmas Medan Labuhan Kota Medan.
Tahun 2006 penulis mengikuti pendidikan lanjutan di S-2 Program
Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi
dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara Medan.
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .......................................................................................... i ABSTRACT ........................................................................................... ii KATA PENGANTAR ......................................................................... iii RIWAYAT HIDUP.............................................................................. v DAFTAR ISI ....................................................................................... vi DAFTAR TABEL................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ xii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................... 1 1.2. Permasalahan .................................................................... 6 1.3. Tujuan Penelitian.............................................................. 6 1.4. Hipotesis ........................................................................... 6 1.5. Manfaat Penelitian............................................................ 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 8
2.1. Motivasi Kerja ................................................................... 8 2.1.1. Pengertian Motivasi Kerja ....................................... 8
2.1.2. Faktor-Faktor Penggerak Motivasi Kerja................. 9 2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja 12 2.1.4. Ciri-Ciri Individu yang Memiliki Motivasi Kerja.... 15 2.1.5. Bentuk-bentuk Motivasi Kerja ................................. 16
2.2. Mutu Pelayanan Kesehatan ............................................... 17
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
2.2.1. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan .................... 17 2.2.2. Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan ....................... 19
2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pelayanan Kesehatan............................................................................. 21
2.3. Program Kesehatan Ibu dan Anak..................................... 23 2.3.1. Pelayanan Antenatal ................................................. 24 2.3.2. Pertolongan Persalinan ............................................. 26 2.3.3. Deteksi Dini Ibu Hamil Berisiko.............................. 27 2.3.4. Penanganan Komplikasi Kebidanan......................... 27 2.3.5. Pelayanan Kesehatan Neonatal dan Ibu Nifas.......... 28
2.4. Landasan Teori .................................................................. 29 2.5. Kerangka Konsep Penelitian.............................................. 30
BAB 3 METODE PENELITIAN..................................................... 32 3.1. Jenis Penelitian .................................................................. 32 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................. 32 3.3. Populasi dan Sampel .......................................................... 32 3.4. Metode Pengumpulan Data................................................ 33
3.4.1. Jenis Data .................................................................. 33 3.4.2. Cara Pengumpulan Data ........................................... 33 3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas.................................... 34
3.5. Variabel dan Definisi Operasional .................................... 35 3.6. Metode Pengukuran ........................................................... 38 3.7. Metode Analisis Data......................................................... 41
3.7.1. Uji t (Uji Secara Parsial) .......................................... 41 3.7.2. Uji F (Uji Secara Serentak) ..................................... 42 3.7.3. Uji Koefisien Determinasi (R2) .............................. 42
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
BAB 4 HASIL PENELITIAN .......................................................... 43 4.1. Lokasi Penelitian ............................................................... 43 4.2. Karakteristik Responden ................................................... 45 4.3. Motivasi Kerja Petugas KIA ............................................. 47
4.3.1. Motivasi Intrinsik .................................................. 47 4.3.2. Motivasi Ekstrinsik ................................................ 54
4.4. Mutu Pelayanan KIA ........................................................ 62 4.5. Pengaruh Motivasi Kerja KIA terhadap Mutu Pelayanan KIA 69
BAB 5 PEMBAHASAN .................................................................... 71
5.1. Pengaruh Motivasi Intrinsik terhadap Mutu Pelayanan KIA 71 5.2. Pengaruh Motivasi Ekstrinsik terhadap Mutu Pelayanan KIA 76
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN............................................. 88
6.1. Kesimpulan ......................................................................... 88 6.2. Saran ................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 90
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman
3.1. Skala Pengukuran Variabel Bebas.............................................. 39
3.2. Skala Pengukuran Variabel Terikat ............................................ 40
4.1. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Aceh Tenggara ...................................................................................... 44
4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara .......................................................... 45
4.3 Silang Umur dengan Motivasi Kerja Petugas KIA ...................... 45
4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara .......................................................... 46
4.5 Silang Penduidikan dengan Motivasi Kerja Petugas KIA ........... 46
4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara .......................................................... 47
4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggung Jawab Petugas KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ..... 48
4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggung Jawab Petugas KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ..... 48
4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kemajuan Petugas KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ........................................ 49
4.10. Distribusi Responden Berdasarkan kemajuan Petugas KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ........................................ 50
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan sebagai Petugas KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ..... 51
4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Petugas KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ........................................ 51
4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Pencapaian Program KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ........................................ 52
4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Pencapaian Petugas KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ........................................ 52
4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Pengakuan terhadap Petugas KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ........................... 53
4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Pengakuan terhadap Petugas KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ........................... 54
4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Motivasi Intrinsik Petugas KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara .............. 54
4.18. Distribusi Responden Berdasarkan Administrasi dan Kebijakan Organisasi KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ......... 55
4.19. Distribusi Responden Berdasarkan Administrasi dan Kebijakan Organisasi Program KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ...................................................................................... 55
4.20. Distribusi Responden Berdasarkan Penyeliaan terhadap Petugas KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ........................... 56
4.21. Distribusi Responden Berdasarkan Penyeliaan terhadap Petugas KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ........................... 57
4.22. Distribusi Responden Berdasarkan Gaji Petugas KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ........................................ 58
4.23. Distribusi Responden Berdasarkan Gaji Petugas KIA di
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ........................................ 58
4.24. Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan antar Pribadi Petugas KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara .............. 59
4.25. Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan antar pribadi Petugas KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara .............. 60
4.26. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Kerja Petugas KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ................................... 61
4.27. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Kerja Petugas KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ................................... 61
4.28. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Motivasi Ekstrinsik Petugas KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ...................................................................................... 62
4.29. Distribusi Responden Berdasarkan Keterjangkauan Masyarakat terhadap Pelayanan KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ...................................................................................... 63
4.30. Distribusi Responden Berdasarkan Keterjangkauan Pelayanan KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ........................... 63
4.31. Distribusi Responden Berdasarkan Keresposifan Petugas dalam Pelayanan KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara .......... 64
4.32. Distribusi Responden Berdasarkan Keresponsifan Petugas KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ................................... 65
4.33. Distribusi Responden Berdasarkan Wujud Pelayanan KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ........................................ 66
4.34. Distribusi Responden Berdasarkan Wujud Pelayanan KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ........................................ 66
4.35. Distribusi Responden Berdasarkan Keyakinan Pelayanan KIA
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ................................... 67
4.36. Distribusi Responden Berdasarkan Wujud Pelayanan KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ........................................ 67
4.37. Distribusi Responden Berdasarkan Empati Pelayanan KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ........................................ 68
4.38. Distribusi Responden Berdasarkan Empati terhadap Pelayanan KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ........................... 69
4.39. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Mutu Pelayanan KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara ........................... 69
4.40. Hasil Uji Regresi Seluruh Variabel Motivasi Kerja terhadap Mutu Pelayanan KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara 70
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman
2.1. Kerangka Konsep Penelitian ....................................................... 31
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman 1. Kuesioner Penelitian .................................................................. 93
2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................... 105
3. Hasil Uji Regresi....................................................................... 111
4. Master Data................................................................................ 112
5. Dokumentasi Penelitian ............................................................. 115
6. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Aceh Tenggara ........................................................ 117
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Mutu pelayanan merupakan suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan. Ciri pelayanan yang bermutu adalah
yang simpatik, disiplin, bertanggung jawab dan penuh perhatian sehingga
memberikan kepuasan atas pelayanan yang diberikan.
Mutu pelayanan sangat terkait dengan standarisasi faktor input
(tenaga, dana, sarana dan prasarana) maupun faktor proses (alur kerja,
praktek, atau perilaku pelayanan). Hal ini akan berdampak positif pada
berkurangnya variasi dalam proses pelayanan sehingga hasil (output)
akan lebih baik dan konsisten.
Seiring dengan semakin kritisnya masyarakat, mereka akan
semakin menuntut pelayanan yang lebih baik dan bermutu di setiap lini
dan jenis pelayanan kesehatan, maka fungsi pelayanan kesehatan perlu
terus ditingkatkan termasuk pelayanan kesehatan KIA di puskesmas.
Puskesmas sebagai institusi kesehatan memiliki tanggung jawab
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
dan memiliki peran yang sangat strategis dalam rangka menciptakan
SDM bermutu dan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat secara menyeluruh, merata, terjangkau serta dapat diterima
oleh seluruh masyarakat. Peran puskesmas menjadi sangat menentukan
dengan munculnya berbagai perubahan epidemiologi penyakit, struktur
demografis serta belum teratasinya beberapa masalah gizi buruk,
kesehatan maternal dan perinatal. Kondisi seperti ini menuntut
puskesmas untuk memberikan pelayanan yang lebih bermutu, terjangkau
serta sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tuntutan itu akan semakin
berat dalam menghadapi kondisi global yang perubahannya semakin
cepat dan serentak. Apabila tidak diikuti ketersediaan dan peningkatan
mutu petugas pelayanan kesehatan masyarakat yang memadai, maka
akan semakin berat jika tanggung jawab hanya dibebankan pada institusi
kesehatan saja tanpa keterlibatan sektor lain. Dinas Kesehatan Kabupaten
Aceh Tenggara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
masyarakat secara langsung memiliki unit-unit pelayanan di bawahnya
yaitu puskesmas, pustu dan polindes sebagai unit terdepan.
Salah satu program pelayanan kesehatan di puskesmas adalah
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang meliputi pelayanan
antenatal, pelayanan pertolongan persalinan, deteksi dini ibu hamil
berisiko, penanganan komplikasi kebidanan, pelayanan kesehatan
neonatal dan ibu nifas (Depkes RI, 2004).
Berdasarkan data WHO (2005) angka kematian ibu paling tinggi di
dunia terdapat di negara Nepal yaitu sebesar 865 per 100.000 penduduk,
selanjutnya di Buthan sebesar 710 per 100.000 penduduk dan India
sebesar 630 per 100.000 penduduk. Di Indonesia masalah kematian ibu
juga masih merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan. Sampai
saat ini AKI di Indonesia menempati teratas di negara-negara Asean,
yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2002-2003).
Cakupan pelayanan antenatal untuk Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam tahun 2004 K1 sebesar 75,68 persen dan K4 68,17 persen,
untuk tahun 2005 K1 67,7 persen dan K4 67,31 persen untuk tahun 2006
K1 86,2 persen dan K4 adalah 77 persen serta persalinan oleh tenaga
Kesehatan sebesar 69,8 persen. Pencapaian ini sebenarnya kurang dari
target yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar 95 persen (Dinas
Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2006).
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
Pencapaian program KIA pada sarana pelayanan kesehatan
masyarakat (puskesmas) di Kabupaten Aceh Tenggara masih rendah, hal
ini dapat dilihat dari cakupan pelayanan antenatal sebesar 71% (target
nasional 100%), pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 66%
(target nasional 90%), dan pelayanan neonatal sebesar 70% (target
nasional 90%) (Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tenggara, 2007).
Penelitian secara nasional untuk cakupan pelayanan antenatal baik
dari segi kuantitas maupun dari segi mutu masih tergolong rendah. Hal
ini belum sesuai dengan sasaran pembangunan kesehatan Nasional tahun
2005-2009 adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui
peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan yang mencakup:
meningkatnya umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 67,9 tahun,
menurunnya angka kematian bayi dari 35 menjadi 25 per 1000 kelahiran
hidup, menurunnya AKI dari 307 menjadi 226 per 100.000 kelahiran
hidup dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 25,8%
menjadi 20%. (Depkes RI, 2005).
Menurut Mangkunegara (2000) motivasi merupakan kondisi yang
menggerakkan kondisi pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
organisasi (tujuan kinerja), motivasi tersebut terbentuk dari sikap
seseorang menghadapi situasi kerja. Motivasi ini terkait dengan sikap
mental sebagai kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk
berusaha mencapai prestasi kerja yang maksimal, serta memahami
tujuan utama dan target kerja yang dicapai.
Dari gambaran permasalahan tersebut di atas menunjukkan bahwa
antara keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan petugas KIA untuk bekerja
lebih baik menurut persepsinya, berbeda dengan kenyataan yang
sebenarnya, sehingga secara tidak langsung ikut mempengaruhi motivasi
kerjanya.
Survei pendahuluan yang dilakukan pada beberapa puskesmas di
Kabupaten Aceh Tenggara menunjukkan faktor penyebab utama
pencapaian program KIA belum memenuhi target adalah rendahnya
motivasi kerja petugas kesehatan yang mengelola program KIA. Faktor-
faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi tersebut, antara lain yang
berasal dari dalam diri petugas itu sendiri, yaitu: rendahnya tanggung
jawab terhadap pekerjaannya, kurangnya kemajuan yang dirasakan
petugas dalam pekerjaannya, besarnya tantangan yang dirasakan petugas
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
dari pekerjaannya, rendahnya kemungkinan petugas mencapai prestasi
kerja tinggi, serta kurangnya pengakuan yang diberikan kepada petugas
atas hasil kerja.
Fenomena yang menunjukkan rendahnya motivasi kerja petugas
yang mengelola program KIA di puskesmas dapat dilihat dari keaktifan
petugas dalam melaksanakan pelayanan posyandu, kunjungan lapangan
untuk melakukan supervisi dan evaluasi program serta, rendahnya
ketepatan dan kelengkapan laporan pelaksanan program KIA.
Keberhasilan program KIA di Kabupaten Aceh Tenggara masih sangat
rendah, bahkan termasuk paling rendah dibandingkan seluruh
Kabupaten/Kota di Propinsi Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, yang
dilihat dari masih tingginya AKI dan AKB. Pada tahun 2006 AKI
Kabupaten Aceh Tenggara sebesar 534 per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan AKI Propinsi NAD sebesar 224 per 100.000 kelahiran hidup.
Demikian juga dengan AKB Kabupaten Aceh Tenggara tahun 2006
sebesar 39 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan AKB Propinsi NAD
hanya 16 per 1000 kelahiran hidup.
Penelitian Hasan (2004) menyatakan bahwa mutu pelayanan
kesehatan di puskesmas dipengaruhi oleh motivasi kerja perawat dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan. Demikian juga penelitian Napitupulu
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
(2004) menyimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan bidan di desa sebagai
ujung tombak pelaksanaan program KIA di desa, menunjukkan, bahwa
secara umum tingkat pelaksanaan kegiatan bidan di desa masih rendah,
yaitu 1) frekuensi penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan (RPK), 2)
kerjasama bidan antara kader dan dukun bayi dalam kegiatan KIA di
Polindes/Pustu, tentang ketegasan pembagian wewenang dan jasa antara
bidan dan dukun bayi begitu juga peralatan dan obat-obatan yang
digunakan dalam perawatan, 3) kegiatan KIA di Posyandu, 4) koordinasi
dengan Puskesmas dan Perangkat Desa dan 5) Pembinaan kader dan
dukun bayi.
Penelitian Wakur, dkk (2007) bahwa faktor SDM Seksi Kesehatan
Ibu dan Anak yang sangat terbatas baik secara mutu maupun kuantitas,
walaupun input dana mencukupi. Hal ini menyebabkan dukungan dinas
dalam pelaksanaan program KIA di puskesmas belum optimal. Peran
dinas kesehatan dalam proses mendukung pelaksanaan program KIA
berupa dukungan terhadap ketersediaan input dan proses, seta dalam
proses mendukung ketersediaan input pelaksanaan program KIA hanya
berfungsi mendistribusikan sarana.
Sehubungan dengan uraian di atas, mendasari keinginan peneliti
mengkaji lebih jauh pengaruh motivasi kerja petugas KIA terhadap mutu
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
pelayanan KIA di Kabupaten Aceh Tenggara.
1.2. Permasalahan
Tingginya AKI dan AKB di Kabupaten Aceh Tenggara serta
cakupan pelayanan KIA yang belum memenuhi target nasional yang
diasumsikan sebagai akibat dari rendahnya mutu pelayanan KIA di
puskesmas dan motivasi kerja petugas KIA puskesmas yang belum
optimal. Dengan demikian yang menjadi permasalahan dalam penelitian
ini adalah Bagaimana pengaruh motivasi kerja petugas KIA terhadap
mutu pelayanan KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun
2008.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh motivasi
kerja petugas KIA terhadap mutu pelayanan KIA di Puskesmas
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008.
1.4. Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka sebagai hipotesis
dalam penelitian ini sebagai berikut: terdapat pengaruh motivasi kerja
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
petugas KIA terhadap mutu pelayanan KIA di Puskesmas Kabupaten
Aceh Tenggara Tahun 2008.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat:
1. Bagi Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara,
sebagai bahan masukan dalam menangani masalah kesehatan ibu dan
anak.
2. Bagi tenaga kesehatan yang mengelola program KIA di puskesmas,
sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, khusus kesehatan ibu dan anak.
3. Bagi masyarakat sebagai bahan masukan dalam upaya menjaga
kesehatan ibu dan anak.
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Motivasi Kerja
2.1.1. Pengertian Motivasi Kerja
Robbins (1996) mengatakan motivasi kerja sebagai kesediaan untuk mengeluarkan
tingkat upaya yang tinggi kearah tujuan-tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh
kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individual. Sedangkan
Munandar (2001) mendefinisikan motivasi kerja dapat dipandang sebagai suatu ciri
yang ada pada calon tenaga kerja ketika diterima masuk kerja di suatu perusahaan
atau organisasi.
Menurut Hasibuan (2004), motivasi kerja merupakan daya penggerak yang
menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama dan bekerja
efektif dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Sementara itu
Siagian (2002) mendefinisikan definisi motivasi kerja sebagai daya dorong bagi
seseorang untuk memberikan konstribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan
organisasi mencapai tujuannya, dengan pengertian bahwa tercapainya tujuan
organisasi berarti tercapai pula tujuan pribadi para anggota organisasi yang
bersangkutan.
Motivasi kerja merupakan suatu modal dalam menggerakkan dan mengarahkan para
karyawan atau pekerja agar dapat melaksanakan tugasnya masing-masing dalam
mencapai sasaran dengan penuh kesadaran, kegairahan dan bertanggung jawab
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
(Anoraga, 1998).
Motivasi kerja dapat memberi energi yang menggerakkan segala potensi yang ada,
menciptakan keinginan yang tinggi dan luhur, serta meningkatkan kebersamaan.
Motivasi terbagi dua, yaitu segi pasif dimana motivasi tampak sebagai kebutuhan dan
sekaligus pendorong, dan dari segi aktif dimana motivasi tampak sebagai satu usaha
positif dalam menggerakkan daya dan potensi tenaga kerja agar secara produktif
berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
kerja adalah suatu daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja dengan
mengeluarkan tingkat upaya untuk memberikan konstribusi yang sebesar mungkin
demi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya.
2.1.2. Faktor-Faktor Penggerak Motivasi Kerja
Menurut Herzberg (dalam Munandar, 2001) motivasi kerja pada seseorang pekerja
dapat menimbulkan kepuasan kerja. Faktor-faktor yang menimbulkan motivasi kerja
terbagi dua yaitu :
a. Faktor Intrinsik yang terdiri atas :
1. Tanggung jawab (responsibility), besar kecilnya tanggung jawab yang
dirasakan diberikan kepada seorang tenaga kerja.
2. Kemajuan (advancement), besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja dapat
maju dalam pekerjaannya seperti naik pangkat.
3. Pekerjaan itu sendiri (the work it self), besar kecilnya tantangan yang
dirasakan tenaga kerja dari pekerjaannya.
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
4. Pencapaian (achievement), besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja
mencapai prestasi kerja tinggi.
5. Pengakuan (recognition), besar kecilnya pengakuan yang diberikan kepada
tenaga kerja atas hasil kerja.
b. Faktor Ekstrinsik yang terbagi atas :
1. Administrasi dan kebijaksanaan perusahaan, derajat kesesuaian yang
dirasakan tenaga kerja dari semua kebijakan dan peraturan yang berlaku
dalam perusahaan.
2. Penyeliaan, derajat kewajaran penyelia yang dirasakan diterima oleh tenaga
kerja.
3. Gaji, derajat kewajaran dari gaji yang diterima sebagai imbalan untuk
kerjanya.
4. Hubungan antar pribadi, derajat kesesuaian yang dirasakan dalam
berinteraksi dengan tenaga kerja lain.
5. Kondisi kerja, derajat kesesuaian kondisi kerja dengan proses pelaksanaan
tugas pekerjaan-pekerjaannya.
Jika faktor intrinsik tersebut ada dapat memberi motivasi yang kuat dan
kepuasan dalam diri seseorang, namun tidak menyebabkan ketidak puasan bila faktor
tersebut tidak ada. Sedangkan faktor ekstrinsik, bila kurang atau tidak diberikan maka
akan menyebabkan ketidak puasan pada tenaga kerja tetapi dapat menyebabkan tidak
adanya ketidak puasan jika faktor tersebut ada.
Sedangkan Sagir (2002) mengemukakan bahwa motivasi tenaga kerja
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
ditentukan oleh perangsangnya, perangsang yang dimaksud merupakan mesin
penggerak motivasi tenaga kerja, sehingga menimbulkan pengaruh perilaku individu
tenaga kerja yang bersangkutan. Adapun unsur penggerak motivasi kerja tersebut
adalah :
a. Kinerja, seberapa besar kemungkinan seseorang untuk mencapai prestasi yang
lebih baik. Kebutuhan ini merupakan daya penggerak yang memotivasi kerja
karyawan.
b. Penghargaan, pengakuan yang diperoleh seseorang atas suatu kinerja yang telah
dicapainya.
c. Tantangan, suatu sasaran yang memiliki tingkat kesulitan merupakan perangsang
kuat bagi manusia dan menumbuhkan kegairahan untuk mengatasinya.
d. Tanggung jawab, adanya suatu rasa ikut memiliki akan menimbulkan motivasi
seseorang untuk bekerja.
e. Pengembangan, pengembangan kemampuan-kemampuan dan kesempatan untuk
maju, merupakan perangsang kuat bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih giat.
f. Keterlibatan, adanya rasa ikut terlibat dalam suatu proses pengambilan keputusan
atau langkah-langkah kebijakan yang akan diambil pihak perusahaan.
g. Kesempatan, adanya peluang untuk maju dalam bentuk jenjang karir yang
terbuka dari tingkat bawah sampai tingkat manajemen puncak merupakan
perangsang yang cukup kuat.
Sementara Gomes (2003) membagi faktor-faktor motivasi kerja dalam
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
dua bagian, yaitu :
a. Faktor individual yang mencakup kebutuhan-kebutuhan (needs), tujuan-tujuan
(goals), sikap-sikap (attitudes), dan kemampuan-kemampuan (abilities)
b. Faktor organisasional meliputi gaji (pay), keamanan pekerjaan (job security),
sesama pekerja (co-workes), pengawasan (supervision), pujian (praise), dan
pekerjaan itu sendiri (the work it self).
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan para ahli di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penggerak dari motivasi kerja
pada diri seseorang terdiri atas faktor yang berasal dari dalam diri
individu tersebut atau disebut intrinsik dan faktor yang berasal dari
luar diri individu atau disebut juga faktor ekstrinsik.
2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
Menurut Siagian (1995) faktor yang mempengaruhi motivasi kerja
seseorang dapat diketahui berdasarkan karakteristik dari individu yang
bersifat khas yang terdiri dari delapan faktor yaitu :
1. Karakteristik Biografikal yang meliputi :
a. Usia, hal ini penting karena usia mempunyai kaitan yang erat
dengan berbagai segi kehidupan organisasional. Misalnya kaitan
usia dengan tingkat kedewasaan seseorang, yang dimaksud
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
disini adalah kedewasaan teknis yaitu keterampilan melaksanakan
tugas.
b. Jenis Kelamin, karena jelas bahwa implikasi jenis kelamin para
pekerja merupakan hal yang perlu mendapat perhatian secara
wajar dengan demikian perlakuan terhadap merekapun dapat
disesuaikan sedemikian rupa sehingga mereka menjadi anggota
organisasi yang bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.
c. Status perkawinan, dengan status perkawinan ini secara tidak
langsung dapat memberikan petunjuk cara, dan teknik motivasi
yang cocok digunakan bagi para pagawai yang telah menikah
dibandingkan dengan pagawai yang belum menikah.
d. Jumlah tanggungan, dalam hal ini jumlah tanggungan dilihat dari
kaca mata sosial budaya. Pada masyarakat yang menganut
konsep Extended family system yang dianggap menjadi
tanggungan seorang pencari nafkah utama keluarga adalah semua
orang yang biaya hidupnya tergantung pada pencari nafkah utama
tersebut, tidak terbatas hanya pada istri atau suami dan anak-
anaknya. Interpretasi ini mempunyai implikasi yang kompleks
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
karena dalam masyarakat demikian, secara formal yang
diperhitungkan sebagai tanggungan seorang pegawai hanyalah
istri atau suami dan anak-anak kedua orang tua yang
bersangkutan, padahal dalam kenyataannya yang menjadi
tanggungan seseorang bisa lebih dari jumlah tanggungan yang
secara sah diakui berdasarkan peraturan perundang-undangan.
e. Masa kerja, dalam organisasi perlu diketahui masa kerja seseorang
karena masa kerja merupakan salah satu indikator kecenderungan
para pekerja dalam berbagai segi organisasional seperti ;
produktivitas kerja dan daftar kehadiran. Karena semakin lama
seseorang bekerja ada kemungkinan untuk mereka mangkir atau
tidak masuk kerja disebabkan karena kejenuhan.
2. Kepribadian
Kepribadian seseorang juga dapat mempengaruhi motivasi kerja
seseorang karena kepribadian sebagai keseluruhan cara yang
digunakan oleh seseorang untuk bereaksi da berinteraksi dengan
orang lain.
3. Persepsi
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
Interpretasi seseorang tentang kesan sesnsorinya mengenai
lingkungan sekitarnya akan sangat berpengaruh pada perilaku yang
pada gilirannya menentukan faktor-faktor yang dipandangnya sebagai
faktor organisasional yang kuat.
4. Kemampuan belajar
Belajar adalah proses yang berlangsung seumur hidup dan tidak
terbatas pada pendidikan formal yang ditempuh oleh seseorang
diberbagai tingkat lembaga pendidikan. Salah satu bentuk nyata dari
telah belajarnya seseorang adalah perubahan dalam persepsi,
perubahan dalam kemauan, dan perubahan dalam tindakan.
5. Nilai-nilai yang dianut
Sistem nilai pribadi seseorang biasanya dikaitkan dengan sistem nilai
sosial yang berlaku di bebagai jenis masyarakat diama seseorang
menjadi anggota.
6. Sikap
Sikap merupakan suatu pernyataan evaluatif seseorang terhadap objek
tertentu, orang tertentu atau peristiwa tertentu. Artinya sikap
merupakan pencerminan perasaan seseorang terhadap sesuatu.
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
7. Kepuasan kerja
Kepuasan kerja adalah sikap umum seseorang yang positif terhadap
kehidupan organisasionalnya.
8. Kemampuan
Kemampuan dapat digolongkan atas dua jenis yaitu kemampuan fisik
dan kemampuan intelektual. Kemampuan fisik meliputi kemampuan
seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas yang bersifat teknis,
mekanistik dan repetatif, sedangkan kemampuan intelektual meliputi
cara berfikir dalam menyelesaikan masalah.
2.1.4. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Motivasi Kerja
Motivasi seorang pekerja untuk bekerja biasanya merupakan hal
yang rumit, menurut Arep & Tanjung (2004) ciri-ciri individu yang
memiliki motivasi kerja adalah :
1. Bekerja sesuai standar, dimana pekerjaan dapat diselesaikan dengan
tepat waktu dan dalam waktu yang sudah ditentukan.
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
2. Senang dalam bekerja, yaitu sesuatu yang dikerjakan karena ada
motivasi yang mendorongnya akan membuat ia senang untuk
mengerjakannya.
3. Merasa berharga, dimana seseorang akan merasa dihargai, karena
pekerjaannya itu benar-benar berharga bagi orang yang termotivasi.
4. Bekerja keras, yaitu seseorang akan bekerja keras karena dorongan
yang begitu tinggi untuk menghasilkan sesuai target yang mereka
tetapkan.
5. Sedikit pengawasan, yaitu kinerjanya akan dipantau oleh individu
yang bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak
pengawasan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa individu yang
memiliki motivasi kerja memiliki ciri-ciri antara lain bekerja sesuai
standar, senang dalam bekerja, merasa berharga, bekerja keras, dan
sedikit pengawasan.
2.1.5. Bentuk-bentuk Motivasi Kerja
Pada umumnya bentuk motivasi kerja yang sering dianut
perusahaan meliputi empat unsur utama (Sastrohadiwiryo, 2003), yaitu :
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
a. Kompensasi bentuk uang
Salah satu bentuk yang paling sering di berikan kepada tenaga kerja
adalah berupa kompensasi dan kompensasi yang sering di berikan
berbentuk uang. Pemberian kompensasi bentuk uang sebagai
motivasi kerja para pegawai memiliki dua pengaruh perilaku.
Keanggotaan adlah pengaruh yang paling luas, yang kedua adalah
negatif dari sudut pandang perusahaan adalah dan cenderung terbatas
dan hanya pada tenaga kerja yang pendapatanya tidak lebih dari
tingkat standar kehidupan yang layak dan cenderung menganggap
kompensasi bentuk uang tidak seimbang.
b. Pengarahan dan pengendalian
Pengarahan maksudnya menentukan apa yang harus mereka kerjakan
atau tidak mereka kerjakan, sedangkan pengendalian maksudnya
menentukan bahwa tenaga kerja harus mengerjakan hal-hal yang
telah diinstruksikan.
c. Penentapan pola kerja yang efektif
Pada umumnya reaksi dari kebosanan kerja akan menghambat
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
produktifitas kerja untuk menanggapinya di guanakn beberapa tehnik
1. Memperkaya pekerjaan yaitu penyesuaian tuntutan pekerjaan
dengan kemampuan tenaga kerja.
2. Manajemen partisipatif yaitu penggunaan berbagai cara utuk
melibatkan pekerja dalam mengambil keputusan yang
mempengaruhi pekerjaan mereka.
3. Mengalihkan perhatian para pekerja dari pekerjaan yang
membosankan kepada instrumen (alat), waktu luang untuk
istirahat atau sarana lain yang lebih fantastis.
d. Kebajikan
Kebajikan dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang diambil
dengan sengaja oleh manajemen untuk mempengaruhi sikap atau
perasaan para tenaga kerja.
2.2. Mutu Pelayanan Kesehatan
2.2.1. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan merupakan gabungan dari dua dimensi yaitu
quality (mutu) dan health service (pelayanan kesehatan). Mutu pelayanan kesehatan
sering menjadi masalah di tengah masyarakat pengguna pelayanan kesehatan, namun
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
penjelasannya seringkali tidak memuaskan sehingga orang memiliki persepsi yang
beragam mengenai mutu pelayanan kesehatan tersebut (Azwar, 1996).
Menurut Tjiptono (2000), menyebutkan mutu merupakan suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan. Pelayanan yang bermutu adalah pelayanan
yang simpatik, disiplin, bertanggung jawab dan penuh perhatian kepada setiap
pelayanan yang diberikan sehingga memberikan kepuasan atas pelayanan yang
diberikan.
Sedangkan menurut Depkes RI (2000) menyebutkan mutu dapat diartikan
sebagai kesempurnaan atau tingkat kesempurnaan penampilan pelayanan kesehatan.
Untuk mengukur derajat kesempurnaan, harus dibandingkan dengan suatu keadaan
kesempurnaan yang diidamkan atau yang ditetapkan (standar). Dengan demikian
untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan bisa dilakukan dengan membandingkan
penampilan pelayanan kesehatan dengan standar pelayanan yang ditetapkan.
Mengacu kepada beberapa pengertian mutu pelayanan kesehatan yang telah
diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), mutu pelayanan mempunyai dua komponen, yaitu kepatuhan terhadap standar
dan kepatuhan terhadap harapan pengguna pelayanan kesehatan. Sedangkan dari segi
pemberi pelayanan kesehatan, mutu merupakan sesuatu yang sesuai dengan standar
yang ditetakan. Kemampuan untuk mencapai sesuatu yang sesuai dengan standar
tersebut merupakan fungsi dari serangkaian faktor proses pelayanan.
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
2.2.2. Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan
Parasuraman et al (1985) mengemukakan bahwa mutu pelayanan merupakan
ukuran penilaian menyeluruh atas tingkat suatu pelayanan yang baik. Sedangkan
Gronroos, dkk dalam Pujawan (1997) mendefinisikan mutu pelayanan (service
quality) sebagai hasil penilaian dari perbandingan antara harapan pelanggan dengan
kinerja aktual pelayanan. Dengan kata lain ada dua faktor utama yang mempengaruhi
mutu jasa yaitu expected service dan perceived service. Apabila jasa yang diterima
atau yang dirasakan sesuai dengan yang diharapkan maka mutu jasa dinilai baik dan
memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka mutu jasa
dinilai sebagai mutu yang ideal. Dan jika mutu jasa yang diterima lebih rendah dari
pada yang diharapkan, maka mutu jasa akan dinilai buruk atau tidak memuaskan.
Dengan demikian baik tidaknya mutu jasa tergantung pada kemampuan
penyediaan jasa dalam memenuhi harapan pemakainya secara konsisten. Selanjutnya
Pujawan (1997), mengemukakan tentang pengertian pelayanan jasa yang unggul
(service excellence) : yaitu suatu sikap atau cara karyawan dalam melayani pelanggan
secara memuaskan. Sasaran dan manfaat dari service excellence secara garis besar
terdapat empat unsur pokok yaitu : kecepatan, ketepatan, keramahan, dan
kenyamanan. Keempat unsur pokok tersebut merupakan suatu kesatuan pelayanan
yang terintegrasi, artinya pelayanan atau jasa menjadi tidak sempurna bila ada salah
satu dari unsur tersebut diabaikan. Untuk mencapai hasil yang unggul, setiap
karyawan harus memiliki keterampilan tersebut, diantaranya berpenampilan baik
serta bersikap ramah, memperlihatkan gairah kerja dan selalu siap melayani, tenang
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
dalam bekerja, tidak tinggi hati karena merasa dibutuhkan, menguasai pekerjaan
dengan baik, maupun kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, bisa memahami
bahasa isyarat dan yang penting adalah mampu menangani keluhan pelanggan secara
baik.
Model mutu pelayanan menurut Parasuraman et al (1985) menyoroti syarat-syarat
utama untuk memberikan mutu pelayanan yang diharapkan. Adapun model dibawah
ini mengindentifikasikan lima kesenjangan yang mengakibatkan kegagalan
penyampaian pelayanan, yaitu :
1. Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen :
Manajemen tidak selalu memahami benar apa yang menjadi keinginnan
pelanggan/pasien.
2. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi mutu pelayanan.
Manajemen mungkin benar dalam memahami keinginan pasien, tetapi tidak
menetapkan standart pelaksanaan yang spesifik.
3. Kesenjangan antara spesifikasi mutu pelayanan dan penyampaian pelayanan
Para personal mungkin tidak terlatih baik yang tidak mampu memenuhi standart.
4. Kesenjangan antara penyampaian pelayanan dan komunikasi eksternal.
Harapan konsumen dipengaruhi oleh pernyataan yang dibuat oleh wakil-wakil dan
promosi institusi.
5. Kesenjangan antara pelayanan yang dialami dan pelayanan yang diharapkan.
Terjadi bila konsumen mengukur kinerja institusi dengan cara yang berbeda dan
memiliki persepsi yang keliru mengenai mutu pelayanan.
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
Ada lima determinan mutu pelayanan menurut Parasuraman et al (1985) yang dapat
dirinci sebagai berikut :
1. Keterjangkauan (accesibility) : kemampuan untuk menjangkau pelayanan yang
disediakan secara cepat, tepat dapat dipercaya.
2. Keresponsifan (resvonsiveness) : kemampuan untuk membantu pasien dan
memberikan pelayanan yang cepat ata ketanggapan.
3. Keyakinan (confidence) : pengetahuan dan kesopanan karyawan / petugas serta
kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan atau
assurance.
4. Empati (emphaty) ; syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pasien.
5. Wujud (tangibel) : penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel dan media
komunikasi.
2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pelayanan Kesehatan
Menurut Azwar (1996) terdapat 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi mutu
pelayanan kesehatan, yaitu faktor masukan, faktor proses dan faktor lingkungan.
Baik atau tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh ketiga faktor
tersebut.
1. Faktor Masukan
Faktor masukan meliputi unsur tenaga, sarana/prasarana serta dana. Apabila
tenaga dan sarana/prasarana baik mutu maupun kuantitas tidak sesuai dengan
standar yang ditetapkan akan berpengaruh terhadap mutu pelayanan. Demikian
pula dengan dana yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan, maka sulit
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
diharapkan mutu pelayanan kesehatan yang optimal.
2. Faktor Proses
Pelaksanaan pelayanan kesehatan membutuhkan suatu panduan pelaksanaan
berupa prosedur tetap (protap) sehingga mutu pelayanan mudah diukur dan
dievaluasi serta dapat dipertanggungjawabkan. Dalam pelayanan kesehatan,
tindakan medis dan tindakan non medis dinamakan proses. Secara umum apabila
kedua tindakan tersebut tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka
sulit diharapkan baiknya mutu pelayaan kesehatan.
3. Faktor Lingkungan
Yang dimaksud dengan faktor lingkungan adalah kebijakan, organisasi dan
manajemen. Apabila kebijakan organisasi dan manajemen baik dan berjalan akan
memberi suasana kerja yang baik pula, sehingga petugas pelayanan memiliki
jaminan dari pekerjaan yang akan dilaksanakannya.
Dalam program KIA puskesmas faktor masukan seperti tenaga lebih fokus
kepada keberadaan tenaga bidan yang secara kompetensi lebih tepat dalam
pelaksanaan program KIA, sarana dan prasarana umumnya terkait dengan
perlengkapan bidan (bidan kit) yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pelayanan kisa
khsusnya pertolongan persalinan. Untuk pengadaan perlengkapan peralatan bidan
dan kebutuhan bidan dalam pelayanan KIA tentunya dibutuhkan dana sesuai dengan
kondisi daerah pelayanan masing-masing.
Faktor proses dalam pelaksanaan program KIA tentunya mengacu kepada
Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk masing-masing kegiatan, karena
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
pelayanan antenatal (pemeriksaan kehamilan) mempunyai SOP tersendiri, demikian
juga SOP untuk pertolonan persalinan. Sesuai dengan program KIA tahun 2005,
bahwa untuk memudahkan pengukuran, evaluasi serta pertanggungjawabkan program
dilakukan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehata Ibu dan Anak (PWS-KIA). PWS-
KIA ini merupakan alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan
pelayanan KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan
tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap wilayah kerja yang cakupan pelayanan
KIA-nya masih rendah. Penyajian PWS-KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi
dan komunikasi kepada sektor terkait, khususnya aparat setempat yang berperan
dalam pendataan dan penggerakan sasaran agar mendapat pelayanan KIA, maupun
membantu memecahkan masalah non teknis rujukan kasus risiko tinggi.
Faktor lingkungan yang terkait dengan kebijakan dan manajemen organisasi
cenderung kepada intensifikasi penggerakan sasaran dan mobilisasi sumber daya
yang diperlukan dalam rangka meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA.
2.3. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi neonatal. Salah satu
tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit di kalangan ibu.
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan
jangkauan serta mutu pelayanan KIAsecara efektif dan efisian. Pemantapan
pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut:
1. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu
sesuai standar serta menjangkau seluruh sasaran
2. Peningkatan pertolongan persalinan ditujukan kepada peningkatan
pertolongan oleh tenaga kesehatan kebidanan secara berangsur.
3. Peningkatan deteksi dini risiko tinggi/komplikasi kebidanan, baik oleh tenaga
kesehatan maupun masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan
dan pengamatannya secara terus menerus.
4. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan secara adekuat dan
pengamatan secara terus menerus oleh tenaga kesehatan.
5. Peningkatan pelayanan neonatal dan ibu nifas dengan mutu sesuai standar dan
menjangkau seluruh sasaran.
2.3.1. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal mencakup banyak hal, meliputi anamnesis, pemeriksaan
fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi, serta intervensi
dasar dan khusus (sesuai risiko yang ada termasuk penyuluhan dan konseling).
Namun dalam penerapan operasionalnya dikenal dengan standar minimal 5T untuk
pelayanan antenatal, yang terdiri atas: (a) timbang berat badan dan ukur tinggi badan,
(b) tekanan darah, (c) tinggi fundus uteri, (d) Tetanus Toksoid (TT) lengkap,
(e) Tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
Dengan demikian, apabila pelayanan antenatal tidak memenuhi standar 5T
tersebut, belum dianggap suatu pelayanan antenatal. Selain itu pelayanan antenatal
ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan, tidak oleh dukun bayi.
Menurut Depkes RI (2007) dalam program perencanaan kesehatan ibu dan
anak memlaui pendekatan tim, menyebutkan bahwa kebijaksanaan pelayanan
antenatal terdiri dan kebijaksanaan umum adalah memberikan pelayanan antenatal
sesuai dengan standar pada jenjang pelayanan yang ada yaitu : (a) meningkatkan
peran serta masyarakat (suami, keluarga, kader) dalam menunjang penyelenggaraan
pelayanan antenatal dan pencegahan risiko tinggi melalui kegiatan bimbingan dan
penyuluhan kesehatan, (b) meningkatkan mutu dan jumlah tenaga pelaksana maupun
peralatan fasilitas pelayanan antenatal, (c) melakukan pemeriksaan kehamilan
minimal 4 kali yaitu : pada triwulan pertama 1 kali, triwulan ke dua 1 kali, dan pada
triwulan ke tiga 2 kali, (d) meningkatkan sistem rujukan kehamilan risiko tinggi,
mendapatkan umpan balik rujukan sesuai dengan jenjang pelayanan.
Ditingkat pelayanan dasar, pemeriksaan antenatal hendaknya memenuhi tiga
aspek pokok, yaitu ; (a) aspek medik, yang meliputi: diagnosis kehamilan, penemuan
kelainan secara dini dan pemberian terapi sesuai dengan diagnosis, (b) penyuluhan,
komunikasi dan motivasi ibu hamil, antara lain mengenai : penjagaan kesehatan
dirinya dan janin, pengenalan tanda-tanda bahaya dan faktor risiko yang dimilikinya
dan pencarian pertolongan yang memadai secara tepat waktu, (c) rujukan, ibu hamil
dengan risiko tinggi harus dirujuk ke tempat pelayanan yang mempunyai fasilitas
lebih lengkap (Depkes, 2005).
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
2.3.2. Pertolongan Persalinan
Dalam program KIA dikenal beberapa jenis tenaga yang memebrikan
pertolongan persalinan kepada masyarakat. Jenis tenaga tersebut adalah dokter
spesialis kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat bidan.
Masalah pertolongan persalinan di daerah pedesaan sangat memprihatinkan,
hal ini semakin diperparah apabila selama masa kehamilan seorang ibu juga tidak
pernah melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan, kalaupun dilakukan
pemeriksaan hanya kepada dukun bayi yang tentunya tidak memiliki kemampuan dan
fasilitas yang cukup untuk mengetahui dan mendeteksi secara dini apabila terdapat
kelainan atau penyakit yang mengiringi kehamilan tersebut
(www.promosikesehatan.com).
Masalah mendasar yang sering menjadi kendala dalam peningkatan kesehatan
perempuan adalah sering terjadinya nilai-nilai sosial budaya yang menempatkan
posisi perempuan pada posisi subordinatif yaitu stereotip masyarakat terhadap peran
dan kedudukan perempuan (Sumaryoto, 2003).
Upaya untuk meningkatkan harga diri dan martabat perempuan selain
pendidikan keterampilan, juga sangat memperhatikan character building.
Pembangunan hanya bias sukses jika masyarakat termasuk perempuan mempunyai
karakter yang baik. Penerapan kemampuan harus berjalan secara selaras. Negara
hanya dapat bertahan jika etika dan moral penduduknya bagus. Masyarakat yang
pintar secara intelektual tidak bermanfaat apabila moral dan etikanya rusak karena
kurang memperhatikan kepentingan masyarakat. Kenyataan selama ini perempuan
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
baru bisa dihargai jika memiliki kemampuan intelektual dan emosi yang seimbang
(www.promosikesehatan.com).
2.3.3. Deteksi Dini Ibu Hamil Berisiko
Untuk menurunkan angka kematian ibu secara bermakna, kegiatan deteksi
dini dan penanganan ibu hamil berisiko/komplikasi kebidanan perlu lebih
ditingkatkan baik di fasilitas pelayanan KIA maupun di masyarakat. Dalam rangka
itulah deteksi ibu hamil berisiko/komplikasi kebidanan perlu difokuskan pada
keadaan yang menyebabkan kematian ibu bersalin di rumah dengan pertolongan oleh
dukun bayi.
Tingginya AKI di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh timbulnya
penyulit persalinan yang tidak dapat segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang lebih mampu. Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat
menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Penempatan bidan di desa
memungkinkan penanganan dan rujukan ibu hamil berisiko sejak dini, serta
identifikasi tempat persalinan yang tepat bagi ibu hamil sesuai dengan risiko yang
disandangnya.
2.3.4. Penanganan Komplikasi Kebidanan
Kejadian komplikasi kebidanan dan risiko tinggi diperkirakan terdapat pada
sekitar 15-20% ibu hamil. Komplikasi dana kehamilan dan persalinan tidak selalu
dapat diduga atau diramalkan sebelumnya, sehingga ibu hamil harus berada sedekat
mungkin pada sarana pelayanan yang mampu memberikan Pelayanan Obstetri Dan
Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Agar puskemas mampu melaksanakan
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
PONED maka harus didukung pula oleh tenaga medis terampil yang telah dilatih dan
adanya sarana medis maupun non medis yang memadai.
Kebijakan dalam penyediaan puskesmas yang mampu melaksanakan PONED
adalah bahwa setiap kabupaten/kota harus mempunyai minimal 4 (empat) puskesmas
yang mampu melaksanakan PONED. Untuk keperluan tersebut Depkes RI telah
menerbitkan pedoman khusus yang dapat menjadi acuan pengembangan puskesmas
yang mampu melaksanakan PONED.
Pelayanan medis yang dapat dilakukan di puskesmas meliputi pelayanan
obstetri yang terdiri dari: (a) pencegahan dan penanganan perdarahan, (b) pencegahan
dan penanganan pre-eklamsia dan aklamsia, (c) pencegahan dan penanganan infeksi,
(d) penanganan partus lama/macet, (e) pencegahan dan penanganan abortus.
2.3.5. Pelayanan Kesehatan Neonatal dan Ibu Nifas
Masa nifas atau pueperium adalah masa setelah placenta lahir dan berakhir
ketika alat kandungan seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama + 6
minggu (Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, 2002).
Masa nifas adalah masa setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu
dan seluruh alat genital pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu
3 bulan pulih kembali mulai dari partus selesai sampai alat kandungan kembali
seperti pra hamil kehamilan lamanya 6-8 minggu (Prawirohardjo, 2002).
Pergerakan yang segera mungkin dilakukan dapat mengurangi angka kejadian
dari gangguan trombo simbolik dan sebagian wanita akan merasa nyaman dalam
melakukan ambulasi. Untuk wanita Asia mereka juga membutuhkan rawat gabung
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
dengan bayinya yang bertujuan untuk istirahat dan penyembuhan sesudah bayi lahir
untuk mempermudah melakukan konsep dari perawatan dari post natal dan mereka
juga menemukan hal yang tidak cocok dari apa yang mereka harapkan untuk
melakukan tahap sesegera mungkin.
Perawatan post natal untuk ibu dan bayinya merupakan pertimbangan dari
suku dan budaya. Ambulasi yang terlambat pada wanita akan mengalami gangguan
epidural sampai kembalinya stimulus seperti semula dan juga membutuhkan
pertolongan yang intensif dari seseorang.
Perawatan post partum sejak uri lahir dengan menghindari kemumgkinan
perdarahan post partum dan infeksi 8 jam post partum, wanita harus tidur terlentang
untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum. Setelah 8 jam boleh miring ke
kiri dan kanan untuk mencegah terjadinya trombosis.
2.4. Landasan Teori
Mengacu kepada telaah beberapa teori, diketahui bahwa motivasi kerja
merupakan kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang untuk
mengerjakan sesuatu pekerjaan secara sadar. Motivasi kerja berkaitan dengan tingkat
upaya atau usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan.
Kaitan motivasi kerja pada seseorang yang dapat menimbulkan kepuasan
kerja seperti teori Herzberg dalam Munandar (2001) meliputi faktor intrinsik:
tanggung jawab, kemajuan dalam pekerjaan, pekerjaan itu sendiri, pencapaian
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
prestasi, pengakuan atas hasil kerja. Dan faktor ekstrinsik: administrasi dan
kebijaksanaan, penyeliaan, gaji, hubungan antar pribadi, serta kondisi kerja.
Selanjutnya mutu pelayanan program KIA dapat diukur melalui 5 dimensi
mutu pelayanan yang dikemukakan Parasuraman et al (1985) bahwa suatu pelayanan
kesehatan yang bermutu adalah pelayanan yang mampu memberikan pelayanan yang
terjangkau, dapat direspon dengan baik, dapat meyakinkan masyarakat dengan
keramahtamahan dalam pelayanan serta dalam wujud yang dapat dirasakan oleh
masyarakat.
Oleh karena penilaian mutu pelayanan kesehatan dapat dilakukan
menggunakan persepsi pengguna maupun penyelenggara pelayanan kesehatan,
namun mengingat keterbatasan ruang lingkup penelitian, maka mutu pelayanan
program KIA yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berkisar pada tingkat
kesempurnaan pelayanan yang diberikan petugas KIA (5 dimensi mutu oleh
Parasuraman et al). Sedangkan dari aspek motivasi kerja petugas KIA mengacu
kepada konsep teori yang dikemukakan Herzberg yang kemudian di susun dalam
suatu kerangka konsep penelitian.
2.5. Kerangka Konsep Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis melihat pengaruh motivasi kerja (intrinsik dan
ekstrinsik) terhadap mutu pelayanan program KIA, seperti terlihat pada bagan
berikut:
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Mutu Pelayanan KIA
- Keterjangkauan (Accessible)
- Keresposifan (Responsiveness) - Wujud (Tangible)
- Keyakinan (Confidence) - Empati (Emphaty)
Motivasi Intrinsik
Tanggung jawab (responsibility) Kemajuan (advancement) Pekerjaan itu sendiri (the work it self) Pencapaian (achievement) - Pengakuan (recognition)
Motivasi Ekstrinsik
Administrasi dan kebijaksanaan organisasi
Penyeliaan Gaji Hubungan antar pribadi Kondisi kerja
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah survei dengan menggunakan pendekatan tipe
explanatory research.
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Aceh Tenggara dengan alasan
bahwa di kabupaten tersebut masih tingginya AKI dan AKB serta cakupan pelayanan
KIA yang belum memenuhi target nasional di Kabupaten Aceh Tenggara yang
diasumsikan sebagai akibat dari rendahnya mutu pelayanan KIA di puskesmas dan
motivasi kerja petugas KIA puskesmas yang belum optimal. Penelitian ini
direncanakan dilakukan mulai Oktober sampai Desember 2008.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah semua petugas kesehatan yang mengelola atau
melaksanakan program KIA di 14 unit puskesmas di Kabupaten Aceh Tenggara. Unit
analisis ada 14 puskesmas, sedangkan sampel adalah 56 pengelola program KIA
karena setiap puskesmas mempunyai pengelola program KIA 4 orang. Karena jumlah
populasi relatif kecil, maka seluruh populasi diambil sebagai sampel, dengan
demikian jumlah sampel sebanyak 56 orang.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
3.4.1. Jenis Data
Data yang yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder.
a. Data primer meliputi karakteristik responden, motivasi kerja responden serta
mutu pelayanan KIA.
b. Data sekunder meliputi deskripsi wilayah penelitian, jumlah tenaga dan
pelaksanaan program KIA serta pencapainnya, serta data lain yang
mendukung analisis terhadap data primer.
3.4.2. Cara Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan:
a Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung berpedoman kepada
kuesioner penelitian, serta observasi (pengamatan langsung) untuk melihat
pelaksanaan pelayanan KIA oleh petugas di lapangan untuk pembahasan,
dilakukan terhadap terhadap petugas KIA di Puskesmas Kota,
Puskesmas Kutambaru dan Puskesams Biakmuli.
b Data Sekunder dikumpulkan dengan cara mengutip laporan dan hasil kegiatan
program KIA melalui PWS-KIA Kabupaten dan Puskesmas Kabupaten Aceh
Tenggara.
3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
a. Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan
dan kecermatan suatu alat ukur (instrumen) dalam mengukur suatu data. Untuk
mengetahui validitas suatu instrumen (dalam kuesioner) dilakukan dengan cara
melakukan korelasi antara skor r masing-masing pertanyaan dengan skor totalnya
dalam suatu variabel. Teknik korelasi yang digunakan adalah Pearson Product
Moment Correlation, dengan kriteria :
- bila r-hitung > r-tabel maka pertanyaan valid
- bila r-hitung < r-tabel maka pertanyaan tidak valid
b. Uji Reliabilitas
Setelah semua pertanyaan sudah valid, analisis dilanjutkan dengan uji
reliabilitas. Pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk mengetahui
reliabilitas suatu pertanyaan dengan membandingkan nilai r-hasil (alpha cronbach)
dengan r-tabel :
- bila r- alpha cronbach > r-tabel maka pertanyaan reliabel
- bila r- alpha cronbach < r-tabel maka pertanyaan tidak reliabel
Hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap semua butir pertanyaan yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut :
a). Variabel motivasi intrinsik dengan 20 item pertanyaan dengan nilai koefisien
korelasi p=0,6, artinya item
pertanyaan untuk motivasi intrinsik valid dan reliabel untuk dilanjutkan
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
wawancara kepada responden.
b). Variabel motivasi ekstrinsik dengan 20 item pertanyaan dengan nilai koefisien
p=0,6, artinya item pertanyaan
untuk pertanyaan motivasi ekstrinsik valid dan reliabel untuk dilanjutkan
wawancara kepada responden.
c). Variabel mutu pelayanan KIA dengan 28 item pertanyaan dengan nilai koefisien
korelasi p=0,6, artinya item
pertanyaan untuk mutu pelayanan KIA valid dan reliabel untuk dilanjutkan
wawancara kepada responden, (hasil uji validitas dan reliabilitas terlampir).
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1. Variabel motivasi kerja terdiri dari 2 sub variabel, yaitu: motivasi ekstrinsik
dan intrinsik dengan definisi operasional sebagai berikut:
a). Motivasi intrinsik adalah dorongan atau kekuatan dari dalam (inner
motivation) diri petugas KIA untuk melaksanakan fungsi dan tugasnya
sesuai pedoman yang ditetapkan. Motivasi intrinsik diukur dari aspek:
6. Tanggung jawab (responsibility) adalah besar kecilnya tanggung jawab
diberikan kepada petugas KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara.
7. Kemajuan (advancement), besar kecilnya kemungkinan petugas KIA di
Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara dapat maju dalam pekerjaannya
seperti naik pangkat.
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
8. Pekerjaan itu sendiri (the work it self), besar kecilnya beban kerja yang
dirasakan petugas KIA di puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara.
9. Pencapaian (achievement), besar kecilnya prestasi kerja yang mungkin
dicapai oleh petugas KIA di puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara.
10. Pengakuan (recognition), besar kecilnya pengakuan yang diberikan
kepada petugas KIA di puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara atas hasil
kerja.
b). Motivasi ekstrinsik adalah, motivasi yang bersumber dari luar yang
mendorong petugas KIA melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai
pedoman yang ditetapkan. Motivasi ekstrinstik diukur dari aspek:
(1). Administrasi dan kebijaksanaan perusahaan adalah pelaksanaan
kebijakan dan peraturan yang dirasakan petugas KIA di puskesmas
Kabupaten Aceh Tenggara di unit kerjanya.
(2). Penyeliaan adalah derajat kewajaran penyelia yang dirasakan dan
diterima oleh petugas KIA di puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara.
(3). Gaji adalah derajat kewajaran dari gaji yang diterima petugas KIA di
puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara sebagai imbalan untuk kerjanya.
(4). Hubungan antar pribadi adalah derajat kesesuaian yang dirasakan
petugas KIA di puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara dalam
berinteraksi dengan petugas lain.
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
(5). Kondisi kerja adalah derajat kesesuaian kondisi kerja petugas KIA di
puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara dengan proses pelaksanaan
program kesehatan ibu dan anak.
3.5.2. Variabel mutu pelayanan KIA diukur melalui aspek: (a) keterjangkauan
(accessible), (b) keresponsifan (responsiveness), (c) wujud (tangible),
(d) keyakinan (confidence), dan (e) empati (emphaty), dengan definisi sebagai
berikut:
a) Keterjangkauan (accesibility) adalah kemampuan masyarakat secara
geografis dan ekonomis untuk menjangkau pelayanan KIA yang tersedia.
b) Keresponsifan (resvonsiveness) adalah kemampuan untuk membantu
pengguna program KIA dalam memberikan pelayanan yang cepat dan
tanggap.
c) Keyakinan (confidence) adalah keramahan dan kesopanan petugas KIA
serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan
atau assurance.
d) Empati (emphaty) adalah sikap untuk peduli, memberi perhatian pribadi
bagi pengguna program KIA.
e) Wujud (tangibel) adalah penampilan fasilitas fisik, peralatan, dan personel
yang digunakan dalam pelaksanaan program KIA.
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
3.6. Metode Pengukuran
Motivasi kerja dapat disusun menjadi 3 kategori (mengacu kepada skala
Likert dalam Notoatmodjo, 2005), yaitu Tinggi, Sedang dan Rendah, dengan
pengertian sebagai berikut:
1) Kategori tinggi apabila pengelola program KIA memiliki motivasi ekstrinsik dan
intrinsik yang dapat mendorong pekerjaan secara penuh dengan tujuan
mendukung dan melaksanakan fungsi dan tugas sebagai pengelola program KIA
puskesmas (>75% dari total nilai tertinggi kuesioner penelitian)
2) Kategori sedang apabila pengelola program KIA memiliki motivasi ekstrinsik
dan intrinsik yang dapat mendorong pekerjaan dengan cukup yang bertujuan
mendukung dan melaksanakan fungsi dan tugas sebagai pengelola program KIA
(40-75% dari total nilai tertinggi kuesioner penelitian).
3) Kategori rendah apabila pengelola program KIA memiliki motivasi ekstrinsik
dan intrinsik yang tidak mendorong pekerjaan secara penuh dengan tujuan
mendukung dan melaksanakan fungsi dan tugas sebagai pengelola program KIA
(75% dari total nilai tertinggi kuesioner penelitian).
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
-
2) Kategori sedang apabila pengelola program KIA puskesmas mampu
melaksanakan program KIA meliputi sebagian besar aspek: keterjangkauan,
keresponsifan, wujud, keyakinan, dan empati (40-75% dari total nilai tertinggi
kuesioner penelitian)
3) Kategori kurang apabila pengelola program KIA puskesmas mampu
melaksanakan program KIA meliputi sebagian kecil aspek: keterjangkauan,
keresponsifan, wujud, keyakinan, dan empati (75%
dari skor tertinggi (nilai 46-60)
Tanggung jawab
(responsibility) 4
Kemajuan
(advancement) 4
Pekerjaan itu sendiri (the work it self)
4
Pencapaian (achievement)
4
- Pengakuan (recognition)
4
Ya = 3 Kadang-kadang = 2
Tidak = 1
2). Sedang = 40-75%
dari skor tertinggi (nilai 24-45)
3). Rendah =
-
Tabel 3.1. Lanjutan
Kategori Motivasi
Intrinsik
1). Tinggi = >75% dari skor tertinggi (nilai 46-60) 20
2). Sedang = 40-75% dari skor tertinggi (nilai 24-45)
3) Rendah =
-
3.7. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif merupakan
metode untuk menguji data dalam bentuk angka. Dalam metode ini penulis akan
menggunakan uji regresi berganda untuk melihat seberapa besar variabel independen
mempengaruhi variabel terikat dengan menggunakan bantuan program komputer,
dengan persamaan regresi untuk variabel motivasi intrinsik sebagai berikut:
Y = + IX1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5 + 6X6+ 7X7 +