05. Pemanfaatan Peta Konsep Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran...
Transcript of 05. Pemanfaatan Peta Konsep Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran...
PEMANFAATAN PETA KONSEP DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI)
Oleh
Kelompok 5
Amiruddin 12B07022
Abdul Majid 12B07023
Ahmad Budi S 12B07024
Firdha Razak 12B07025
Wahyuni 12B07026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PASCASARJANA UNM MAKASSAR
2012
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahi Rabbil’Alamin segala puji bagi Allah dengan pujian
yang melimpah penuh barakah, selaras dengan penuh keagungan dan
kebesaran-Nya sehingga makalah dengan judul “Pemanfaatan Peta
Konsep dalam Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)” dapat terselesaikan.
Makalah ini dibuat dalam rangka tugas mata kuliah Problem Pendidikan
Matematika pada program studi Pendidikan Matematika, Program
Pascasarjana Universitas Negeri Makassar (UNM). Selawat dan salam tak
lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam,
penghulu manusia termulia, yang merupakan teladan sepanjang zaman
bagi seluruh umat manusia.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun untuk menyempurnaan makalah ini selanjutnya.
Selanjutnya ucapan terima kasih yang penulis persembahkan
kepada dosen pengampuh matakuliah Prof. Dr. Suradi Tahmir M.Syang
telah meluangkan waktu untuk membagi ilmu yang bermanfaat bagi kami,
selanjutnya kepadarekan-rekan mahasiswa kelas A angkatan 2012 Prodi
Pendidikan Matematika Pascasarjana UNM.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat
banyak kekurangan dan keterbatasan. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata, dengan segenap kerendahan hati penulis berharap semoga
makalah ini dapat dinilai sebagai ibadah di sisi Allah Subahanahu wa
Taala dan dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Makassar, November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................ ...
DAFTAR ISI ...................................................................................... ...
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... ...
A. Latar Belakang ........................................................................ ...
B. Rumusan Masalah .................................................................. ...
C. Tujuan Penulisan .................................................................... ...
D. Manfaat Penulisan ................................................................. ...
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... ...
A. Pengertian Pembelajaran Matematika .................................... ...
B. Pengertian Peta Konsep ......................................................... ...
C. Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) ..... ...
D. Manfaat Peta Konsep Dalam Pembelajaran Matematika........ ...
BAB III PENUTUP ............................................................................. ...
A. Kesimpulan ........................................................................... ...
B. Saran .................................................................................... ...
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... ...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Later Belakang
Peningkatan sumber daya manusia berkaitan erat dengan
pendidikan formal. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan mutu pendidikan seperti perubahan kurikulum
pemantapan proses belajar mengajar. penyempurnaan system
penilaian. Penataran guru-guru. serta usaha-usaha lain yang berkaitan
dengan peningkatan mutu pendidikan Namun yang terjadi di lapangan
adalah pendidikan tidak memberikan hasil sesuai dengan harapan.
Sektor pendidikan mengalami keterpurukan yang ditandai oleh adanya
kenyataan bahan pada umumnya mutu pendidikan di negara kita sangat
rendah. Rendahnya mutu sekolah tampak dan rendahnya mutu lulusan
di hampir semua jenjang pendidikan formal.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting
dalam meningkatkan kemampuan intelektual siswa. Dengan belajar
matematika. maka siswa dapat berpikir kritis. terampil berhitung.
Memiliki kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dasar
matematika pada pelajaran lain maupun pada matematika itu sendiri
dan dalam kehidupannya sehari-hari.
Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek
yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa
mengalami kesulitan dalam matematika. Meskipun demikian.
matematika dapat disajikan dengan memperhatikan kondisi lingkungan
belajar siswa dan sesuai lingkungan sosial dan budaya dimana siswa
tumbuh dan berkembang. Dalam pembelajaran matematika selama ini.
dunia nyata hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep.
Akibatnya, siswa kurang menghayati atau memahami konsep-konsep
matematika, dan siswa mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika mempunyai peranan yang sangat yang penting
dalam kehidupan, sesuai dengan tuntunan hidup mereka, sehingga
upaya yang harus kita lakukan adalah bagaimana agar matematika itu
dapat dipelajari. diketahui, dan dipahami sampai akhirnya dapat
diterapkan oleh semua orang dalam kehidupan sehari-hari dalam
bentuk yang paling sederhana.
Berdasarkan hasil penelitian yang ada menunjukkan bahwa
sangat sedikit siswa yang mampu mengerjakan soal- soal matematika
dengan benar, bahkan kelihatanya siswa merasakan suatu ketakutan
pada saat mengikuti pelajaran matematika. Hal ini dikarenakan karena
penyampaian materi masih bersifat monoton atau tidak bervariasi dan
cenderung membosankan sehingga siswa tidak tertarik belajar
malematika. Dalam situasi yang demikian siswa menjadi bosan karena
tidak ada inovasi dan kreasi, dan siswa belum dilibatkan secara aktif
sehingga guru sulit untuk mengembangkan atau meningkatkan
pembelajaran yang benar-benar berkualitas. Akibatnya, hasil belajar
matematika siswa dengan standar kompetensi dasar memahami
pelajaran matematika masih jauh dari yang diharapkan yaitu memenuhi
standar yang telah ditetapkan.
Keberhasilan dalam proses belajar matematika tidak terlepas dan
kesiapan peserta didik dan kesiapan pengajar. sehingga peserta didik
dituntut mempunyai minat terhadap pelajaran matematika. Demikian
pula seorang guru dituntut menguasai materi yang akan diajarkan serta
mampu memilih metode pembelajaran yang tepat dan dianggap kreatif
dan efisien. Salah satu usaha yang dianggap cukup efisien dalam
mencapai tujuan pembelajaran adalah melalui pemanfaatkan peta
konsep dengan menggunakan model pembelajaran yang memberikan
gambaran/alur tentang materi yang akan dipelajari berdasarkan pada
penyelesaian pembelajaran (Treatment) dengan perbedaan
kemampuan (aptitude) siswa.”
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengangkat judul
makalah “Pemanfaatan Peta Konsep Dalam Pembelajaran
Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Aptitude
Treatment Interaction (ATI)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka rumusan masalah
dari makalah ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan peta konsep?
2. Apakah yang dimaksud dengan Aptitude Treatment Interaction (ATI)?
3. Apakah manfaat peta konsep dalam pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment
Interaction (ATI)?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari peta konsep.
2. Untuk mengetahui pengertian dari Aptitude Treatment Interaction
(ATI).
3. Untuk mengetahui manfaat peta konsep.
D. Manfaat Penulisan Makalah
Adapun manfaat yang diharapkan di dapatkan dalam penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang pemanfaatan
peta konsep dalam pembelajran matematika.
2. Sebagai bahan acuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran
sehingga mampu tercapai tujuan yang diharapkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Matematika.
Pada hakekatnya matematika itu berkenaan dengan ide-ide, dan
struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur menurut urutan
logis. Ide-ide dan struktur dalam matematika itu merupakan suatu
konsep abstrak yang tersusun secara nelaiki dan penelaahnya deduktif.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya yang meningkatkan
siswa dalam belajar. Dalam hubungannya dengan pelajar matematika,
Nicson dalam Muklis (2004 : 01) mengemukakan bahwa :
“Pembelajaran matematika adalah suatu upaya untuk
membantu siswa untuk mengkontruksi” (membangun) konsep-
konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri
melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu
terbangun kembali. “
Dengan demikian pembelajaran matematika dapat didefinisikan
sebagai suatu proses membangun pemahaman dan penguasaan siswa
terhadap materi matematika secara menyeluruh”
B. Pengertian Peta Konsep
Peta konsep adalah merupakan diagram yang menunjukan
hubungan antara konsep-konsep yang mewakili pembelajaran. Peta
konsep juga diartikan tampilan dari sebuah gambar atau bagan tentang
konsep-konsep materi yang tersusun sesuai dengan tabiat ilmu
pengetahuan itu sendiri tanpa mengindahkan urutan atau skuensi topik
bahasan yang diinginkan.
Novak (1985: 15) mendefinisikan konsep sebagai keteraturan
(regularity) dalam kejadian-kejadian atau obyek-obyek yang ditandai
dengan beberapa label, contohnya kursi adalah label yang digunakan
untuk menggambarkan suatu objek dengan kaki. tempat duduk dan
tempat bersandar yang keseluruhannya dipakai sebagai tempat untuk
duduk. Menurut Slameto (1988) yang dimaksud dengan konsep adalah
buah pikiran seseorang atau sekumpulan orang yang timbul sebagal
hasil pengalaman dengan berbagai benda, peristlswa atau kejadian.
Melalui pengalaman tersebut diperoleh fakta-fakta yang merupakan label
atau simbol. Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
konsep merupakan keteraturan dalam kejadian yang ditandai beberapa
label sebagai hasil dari pengalaman.
Simangunsong (1992) menyatakan bahwa konsep-konsep dapat
berbeda dam tujuh dimensi yaitu:
a. Atribut: setiap konsep mempunyai atribut yang berbeda, baik berupa
fisik seperti warna, bentuk maupun berupa fungsi seperti tidur, belajar
dan lain- lain.
b. Struktur: merupakan cara terkaitnya atribut-atribut tersebut. Ada tiga
macam struktur, yaitu:
1. Konsep konjuktif: konsep yang mempunyai dua atau lebih atribut
yang saling menunjang sehingga dapat memenuhi syarat sebagai
contoh konsep, misalnya konsep aktris mempunyai dua atribut
yang saling menunjang yaitu wanita dan pemain film
2. Konsep disjunktif: konsep yang satu dari dua atau lebih atribut
harus ada, misalnya paman mempunyai atribut saudara laki-laki
dari pihak bapak atau saudara laki-laki dari pihak ibu.
3. Konsep relasional: menyatakan hubungan tertentu antara atribut
konsep, misalnya konsep kelas sosial ditentukan oleh hubungan
antara pendapatan, pendidikan Jabatan dan lain-lain.
c. Keabstrakan: suatu konsep dapat diperoleh dari suatu yang dapat
dilihat tetapi dapat pula dari sesuatu yang abstrak, misalnya keinginan
d. Keinsklusifan: dapat diartikan sebagai keluasan konsep, makin
banyak pengalaman maka jumlah contoh dari suatu konsep akan
makin banyak, dengan demikian konsep tersebut dikatakan inklusif.
e. Keumuman: berdasarkan keinklusifan tadi, konsep dapat dibedakan
menjadi superordinat dan subordinat. Secara hierarkis, konsep
superordinat berkedudukan lebih atas dari subordinat karena
mengandung pengertian lebih umum. Misalnya konsep sayuran, bila
dikaitkan dengan konsep sayuran hijau atau sayuran buah, jelas
merupakan konsep superordinat. Tetapi jika dikaitkan dengan konsep
tumbuhan maka pengertiannya lebih luas dari sayuran sehingga
konsep sayuran merupakan konsep subordinat.
f. Ketetapan: menyangkut apakah sekumpulan aturan untuk
membedakan contoh dari non contoh.
g. Kekuatan: kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang
setuju bahwa konsep itu penting.
Semua dimensi di atas menunjukkan karakteristik suatu konsep
yang bermakna jika konsep-konsep tersebut dapat dihubungkan satu
sama lain dalam struktur kognitif siswa. Ini berarti konsep sangat penting
dipelajari oleh siswa, sebagaimana pendapat Novak (1985: 13) yang
mengatakan bahwa fungsi belajar di sekolah adalah belajar konsep.
Konsep-konsep dapat disusun dalam suatu bentuk peta konsep
atas dasar teori Ausubel. Novak mengemukakan gagasan peta konsep
yang menyatakan hubungan antar konsep-konsep dalam bentuk
proposisi-proposisi dapat menolong guru mengetahui konsep-konsep
yang telah dimiliki para siswa agar belajar bermakna dapat berlangsung,
untuk mengetahui penguasaan konsep-konsep pada siswa dan untuk
menolong para siswa mempelajari cara belajar.
Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang
bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi.
Proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan
oleh kata-kata dalam suatu unit semantik. Dalam bentuk yang paling
sederhana, suatu peta konsep hanya terdiri atas dua konsep yang
dihubungkan oleh satu kata penghubung untuk membentuk suatu
proposisi. Misalnya "Langit itu biru" akan merupakan sebuah peta
konsep yang sederhana sekali terdiri atas dua konsep, yaitu langit dan
biru, dihubungkan oleh kata itu (Novak, 1986:15).
Belajar bermakna lebih mudah berlangsung bila konsep baru
dikaitkan pada konsep yang lebih inklusif (lebih umum), maka peta
konsep harus disusun secara hierarki. Ini berarti bahwa konsep yang
lebih inklusif ada di puncak peta konsep. Makin ke bawah konsep-
konsep diurutkan makin menjadi lebih khusus (Novak. 1985:15).
Dibawah ini ditunjukkan sebuah peta konsep yaitu sebagai berikut:
Gambar 2.2 Peta konsep tentang air untuk memperlihatkan beberapa
konsep yang dikaitkan, dan proposisi-proposisi. Contoh-contoh
diberikan diluar kotak ( Novak, 1986: 16) .
Gambar 2.2 menunjukkan bahwa air merupakan konsep paling
inklusif dalam peta konsep. Kemudian menurun lagi ke konsep yang
kurang inklusif yaitu mahluk hidup, molekul dan tingkat wujud. Proposisi
terjadi ketika konsep air dihubungkan dengan ketiga konsep yang
kurang inklusif dengan kata penghubung diperlukan, terdiri dari dan
berubah. Lebih lanjut lagi, konsep kurang inklusif diturunkan lagi sampai
ke konsep yang khusus dan contoh dari konsep yang paling khusus.
Suatu contoh dari konsep yang khusus sangat penting karena dengan
contoh ini akan membuat siswa lebih belajar bermakna.
Jadi berdasarakan uraian defenisi diatas dapat disimpulkan
bahwa peta konsep adalah gambaran tentang konsep-konsep yang
didalamnya terdapat diagram atau alur yang saling menghubungkan
dengan konsep-konsep yang lainnya dalam pembelajaran.
1) Ciri-ciri Peta Konsep
Ratna Will is Dahar (1996:125) mengemukakan cir i-
c ir i peta konsep adalah sebagai berikut:
a) Peta konsep merupakan suatu cara untuk
memperlihatkan setiap konsep atau proposis i suatu
bidang studi. Dengan membuat sendiri peta konsep
siswa mel ihat bidang studi itu jelas dan lebih
bermakna.
b) Peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari
suatu bidang studi atau bagian dari studi. Dengan
membuat sendiri peta konsep siswamelihat bidan s tudi
itu lebih jelas dan bermakna.
c) Tidak semua peta konsep mempunyai bobot yang sama,
berarti ada konsep yang lebih inklusif terdapat pada
bagian puncak, menurun ke konsep yang lebih khusus.
Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah
suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah hierarki
pada peta konsep itu.
2) Membuat Peta Konsep
Secara r ingkas, penyusunan peta konsep dalam
proses pembelajaran fis ika dapat dilakukan dengan
langkah-langkah yang dijelaskan Novak dan Gowin (1985:
24-36) serta Kreger (http://cotf.edu /ete/pbl2html). Untuk
lebih jelas, di bawah ini akan diuraikan langkah-langkah
menyusun peta konsep:
a) Memilih suatu bacaan dari buku pelajaran pada bidang
studi tertentu atau Setelah membaca kemudian konsep-
konsep yang ditemukan diidentif ikasi, art inya
menggolongkan kira-kira konsep mana saja yang
relevan satu sama lain.
b) Konsep-konsep tersebut lalu diurutkan mulai dari yang
paling inklus if sampai ke yang paling t idak inklus if
termasuk contoh-contohnya.
c) Dengan menggunakan konsep-konsep tersebut
mulai lah, membuat proposis i. Setelah i tu proposisi yang
telah ada disusun secara hierraki, untuk membuat
suatu peta konsep dengan memberi garis penghubung
dan kata-kata penghubung antara konsep-konsep yang
relevan.
d) Untuk membuat siswa menjadi lebih kreatif dapat
diusahakan agar ia mencari konsep-konsep lain yang
relevan atau konsep lain yang ada dalam pikiran tetapi
t idak terdapat dalam konsep-konsep yang te lah
disusun.
e) Konsep-konsep tersebut lalu dihubungkan dengan
konsep-konsep yang telah ada pada peta konsep.
Setelah didapatkan hubungan bermakna antara konsep
yang di tambahkan dengan konsep sebelumnya, siswa
dapat mengamati dan
melihat konsep-konsep tersebut menghasilkan hubungan
meyilang di dalam peta konsep, sehingga semakin lengkaplah
kontraksi peta konsep yang dibuat. Apabila keenam langkah
pembuatan peta konsep diatas dapat dilakukan siswa dengan baik
dan benar, maka siswa telah melakukan suatu proses belajar
bermakna yang membekas dalam struktur kognitif siswa.
C. Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction
a. Pengertian Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction
Secara subtantif dan teoritik Aptitude Treatment Interaction
(ATI) dapat dijadikan sebagai satu konsep atau pendekatan yang
memiliki sejumlah strategi pembelajaran yang efektif digunakan
untuk individu tertentu sesuai dengan kemampuannya masing –
masing. Dipandang dari sudut pembelajaran (teoritik), ATI approach
merupakan sebuah konsep yang berisikaan sejumlah strategi
pembelajaran yang sedikit banyaknya efektif yang digunakan untuk
siswa tertentu sesuai dengan karakteristik kemampuannya. Didasari
oleh asumsi bahwa optimilisasi prestasi akademik/hasil belajar dapat
dicapai melalui penyesuaian antara pembelajaran (treatment)
dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.
Sejalan dengan pengertian diatas Krombach yang dikutip
Syafruddin Nurdin (2005: 37) mengemukakan bahwa ATI approach
adalah sebuah pendekatan yang berusaha mencari dan menemukan
perlakuan-perlakuan (treatment) yang cocok dengan perbedaan
(aptitude) kemampuan siswa, yaitu perlakuan (treatments) yang
secara optimal diterapkan untuk siswa yang berbeda tingkat
kemampuannya.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan diatas, dapat
diperoleh makna esensial dari ATI approach, sebagai berikut:
1. ATI approach merupakan suatu model yang berisikan sejumlah
strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk
siswa tertentu sesuai perbedaan kemampuannya.
2. Sebagai sebuah kerangka teoritik ATI approach berasumsi
bahwa optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar akan tercipta
bila mana perlakuan-perlakuan dalam pembelajaran disesuaikan
sedemikian rupa dengan perbedaan kemampuan (Aptitude)
siswa.
3. Terdapat hubungan timbal balik antara prestasi akademik/hasil
belajar yang dicapai siswa dengan pengaturan kondisi
pembelajaran dikelas atau dengan kata lain, prestasi
akademik/hasil belajar yang diperoleh siswa tergantung kepada
bagaimana kondisi pembelajaran dikelas.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) adalah satu
konsep atau pendekatan yang memiliki sejumlah strategi
pembelajaran yang efektif digunakan untuk individu tertentu sesuai
dengan kemampuannya masing – masing.
b. Tujuan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction
Dari rumusan pengertian dan makna esensial yang telah
dikemukakan di atas, terlihat bahwa secara hakiki ATI approach
bertujuan untuk menciptakan dan mengembangkan suatu model
pembelajaran yang betul-betul peduli dan memperhatikan
keterkaitan antara kemampuan seseorang dengan pengalaman
belajar atau secara khas dengan metode pembelajaran
Untuk mencapai tujuan seperti digambarkan diatas, ATI
approach berupaya menemukan dan memilih sejumlah pendekatan,
metode/cara, strategi, kiat yang akan dijadikan (treatment) yang
telah diimplementasikan dalam pembelajaran dengan kemampuan
(aptitude) siswa.
Kesesuaian tersebut akan termanipestasi pada prestasi
akademik/hasil belajar yang dicapai siswa. Semakin tinggi
optimalisasi yang terjadi pada pencapaian prestasi akademik/hasil
belajar siswa, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan
pengembangan model pembelajaran ATI. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tujuan utama ATI approach adalah terciptanya
optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar melalui penyesuaian
pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude)
siswa.
c. Prinsip Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction.
Agar tingkat keberhasilan model pembelajaran dapat dicapai
dengan baik, maka dalam implementasinya perlu diperhatikan
beberapa prinsip yang dikemukakan oleh Snow (Syarifuddin Nurdin:
41) yaitu :
1) Bahwa interaksi antara kemampuan (optitude) dan perlakuan
(treatment) pembelajaran berlangsung di dalam pola yang
kompleks dan senantiasa dipengaruhi oleh variabel-variabel
tugas/ jabatan dan situasi.
2) Bahwa lingkungan pembelajaran yang sangat terstruktur cocok
bagi siswa yang memiliki kemampuan rendah, sedangkan
lingkungan pembelajaran yang kurang terstruktur (fleksibel) lebih
pas untuk siswa yang pandai.
3) Bahwa bagi siswa yang memiliki rasa percaya diri kurang atau
sulit dalam menyesuaikan diri (pencemas atau rainder),
cenderung belajarnya akan lebih baik bila berada dalam
lingkungan belajar yang sangat struktural. Sebaiknya bagi siswa
yang memiliki rasa percaya diri tinggi akan lebih baik dalam
situasi pembelajaran yang agak longgar (fleksibel).
Dari prinsip-prinsip yang dikemukakan di atas, dapat
dimengerti bahwa dalam mengimplementasikan model pembelajaran
ATI, masalah pengelompokan dan pengaturan lingkungan belajar
bagi masing-masing karakteristik kemampuan (aptitude) siswa,
merupakan masalah mendasar yang harus mendapat perhatian
yang serius.
d. Langkah-Langkah Pembelajaran Model Pembelajaran Aptitude
Treatment Interaction (ATI).
Berdasarkan prinsip-prinsip model pembelajaran aptitude
treatment interaction di atas, maka dapat di adaptasi beberapa
langkah yang dilakukan dalam pembelajaran, yaitu:
1) Melaksanakan pengukuran kemampuan masing-masing siswa
melalui tes kemampuan (aptitude testing). Hal ini dilakukan guna
untuk mendapatkan data yang jelas tentang karakteristik
kemampuan (aptitude) siswa.
2) Membagi atau mengelompokkan siswa menjadi tiga kelompok
sesuai dengan klasifikasi yang didapatkan dari hasil aptitude
testing. Pengelompokkan siswa tersebut diberi label tinggi,
sedang dan rendah.
3) Memberikan perlakuan (treatment) kepada masing – masing
kelompok (tinggi, sedang, dan rendah) dalam pembelajaran.
4) Bagi kelompok siswa yang memiliki kemampuan (aptitude) tinggi,
perlakuan (treatment) yang diberikan yaitu belajar mandiri (self
learning) dengan menggunakan modul gambar kerja,
kemampuan di beri hasil yang diperoleh atau buku-buku yang
relevan. Pemilihan belajar mandiri melalui modul didasari
anggapan bahwa siswa akan lebih baik belajar jika dilakukan
dengan cara sendiri yang berfokus langsung pada penguasaan
tujuan khusus atau seluruh tujuan. Dengan kata lain dengan
menggunakan modul siswa dapat mengontrol kecepatan masing-
masing, serta maju sesuai dengan kemampuannya.
5) Bagi kelompok siswa yang berkemampuan sedang dan rendah
diberikan pelajaran regular atau pembelajaran konvensional
sebagaimana biasanya.
6) Bagi kelompok siswa yang mempunyai kemampuan rendah
diberikan special treatment, yaitu berupa pembelajaran dalam
bentuk re-teaching dan toturiatal .perlakuan (treatment) diberikan
setelah mereka bersama-sama kelompok sedang mengikuti
pembelajaran secara regular. Hal ini dimaksudkan agar secara
psikologis siswa berkemampuan rendah tidak merasa
diperlakukan sebagai siswa nomor dua dikelas. Re-teaching
tutorial dipilih sebagai perlakuan khusus untuk kelompok rendah,
didasarkan pada pertimbangan bahwa mereka lambat dan sulit
dalam memahami serta menguasai bahan pelajaran. Oleh
karena itu kelompok ini harus mendapatkan apersepsi khusus
berupa bimbingan. Dan bantuan belajar dalam bentuk
pengulangan pelajaran kembali melalui jam tambahan pelajaran
(re-teaching) dan tutorial (tutoring), sehingga dengan cara
demikian mereka bisa menguasai bahan pelajaran yang
diajarkan. Karena seperti itu diketahui bahwa salah satu tujuan
pengajaran atau program tutoring adalah untuk memberikan
bantuan dalam pembelajaran kepada siswa yang sulit, lambat
dan gagal dalam belajar, agar dapat mencapai prestasi
akademik/ hasil belajar secara optimal.
7) Setelah pembelajaran berakhir dengan menggunakan berbagai
perlakuan (treatment) yang diidentifikasikan sebelumnya
kemudian dilakukan tes kepada ketiga kelompok siswa (tinggi,
sedang, dan rendah).
D. Manfaat Peta Konsep Dalam Pembelajaran Matematika dengan
menggunakan model pembelajaran ATI
Sebuah peta konsep yang baik akan memberikan manfaat dalam
pembelajaran sehingga tercapai pembelajaran bermakna. Menurut
Dahar (19%: 129) terdapat empat kegunaan peta konsep yang
diterapkan dalam pembelajaran yaitu:
1. Menyelidiki hal yang telah diketahui siswa. Dalam hal ini guru
mengetahui konsep yang telah dimiliki siswa setelah dilakukan
pembelajaran.
2. Mempelajari cara belajar.
3. Mengungkapkan konsep salahi Hal ini dapat dilihat dari kaitan antara
konsep yang mengakibatkan proposisi yang salah, dan
4. Sebagai alat evaluasi
Manfaat peta konsep sebagai alat evaluasi didasarkan pada tiga
gagasan pokok dalam teori Ausubel (1963) yaitu:
1. Struktur kognitif diatur secara hierarki, dengan konsep dan proposisi
yang inklusif terhadap konsep dan proposisi yang kurang inklusif
2. Konsep dalam struktur kognitif mengalami diferensiasi progresif.
Prinsip Ausubel ini mengatakan bahwa belajar bermakna merupakan
proses yang berkesinambungan, yang konsep baru memperoleh
lebih banyak arti dengan dibentuknya lebih banyak kaitan
proporsional.
3. Penyesuaian integratif, prinsip belajar ini menyatakan bahwa belajar
bermakna akan meningkat jika siswa menyadari hubungan baru
antara kumpulan setiap konsep atau proposisi yang berhubungan.
Dalam peta konsep penyesuaian integratif ini diperlihatkan dengan
adanya kaitan silang atau cross-link antara setiap konsep.
Moh Amien (1990: 55) mengemukakan tinjauan lain mengenai
manfaat peta konsep, yaitu: di dalam proses belajar mengajar yang
menggunakan teknik pemetaan konsep akan dapat menumbuhkan dan
mengembangkan diri siswa, berupa: 1). Kekuatan untuk
mengekpresikan gagasan-gagasannya: 2). Kekuatan untuk untuk
menanggapi; 3). Kekuatan untuk berinteraksi: 4). Kekuatan untuk
bertanya atau berinkuiri: 5). Kekuatan untuk mencipta dan 6). Kekuatan
untuk menemukan konsep diri. sehingga ia kan menjdi lebih disiplin dan
bertanggung jawab atas belajar dan perilakunya sendiri.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat
peta konsep dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan
model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) adalah dapat
mengembangkan kemampuan kognitif siswa melalui pemahaman
hubungan setiap konsep yang dipelajari dan mengembangkan diri siswa
untuk memunculkan kekuatan-kekuatan bergagasan, mencipta.
berinkuiri dan menemukan konsep diri dengan menyesuaikan dengan
kemampuan (Aptitude) siswa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan tujuan dari makalah ini maka
dapat ditarik sebuah kesimpulan sebagai berikut:
1. Peta konsep adalah gambaran tentang konsep-konsep yang
didalamnya terdapat diagram atau alur yang saling menghubungkan
dengan konsep-konsep yang lainnya dalam pembelajaran.
2. Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) adalah satu
konsep atau pendekatan yang memiliki sejumlah strategi
pembelajaran yang efektif digunakan untuk individu tertentu sesuai
dengan kemampuannya masing – masing.
3. Manfaat peta konsep dalam pembelajaran matemtika adalah dapat
mengembangkan kemampuan kognitif siswa melalui pemahaman
hubungan setiap konsep yang dipelajari dan mengembangkan diri
siswa untuk memunculkan kekuatan-kekuatan bergagasan,
mencipta. berinkuiri dan menemukan konsep diri dengan
menyesuaikan dengan kemanpuan (Aptitude) siswa.
B. Saran
Agar makalah ini bisa menjadi sempurna diharapkan partisipasi
teman-teman untuk memberikan kritik dan saranya yang membangun
untuk menjadikan lebih baik.
Daftar Pustaka
Atep sudjana. 2005. Pengaruh kemampuan membuat peta konsep terhadap prestasi belajar siswa. Bandung: Tesis UPI Bandung.
Masrika. 2005. Penerapan Teori Purposeful Learning dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Pecahan Pada Siswa Kelas VII SLTP Negeri 3 Ujung Loe Kab. Bulukumba. Skripsi FKIP UMM
Hudoyo, Herman.1990.belajar mengajar matematika dan factor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Dirjen dikti
Mukhlis, 2004. Pembelajaran matematika realistik untuk materi pokok perbandingan dikelas 1SMP. Makalah komprehensif program studi S2 pendidikan matematika universitas negeri Surabaya.
Nur Hikmah. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIIB Negeri 3 Ujung Loe Kab Bulukumba. Makassar. UNISMUH Makassar.
Nasution, 1997, Berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar. Jakarta : Rineka cipta
Nurdin, Syafruddin. 2005. Model pembelajaran yang memperhatikan keragaman individu siswa dalam kurikulum berbasis kompetensi. Ciputat: Quantum Teaching
Satriwijaya, Tresno. 1988. Proses belajar mengajar di perguruan tinggi. Jakarta Depdikbud dirjen P2LPTK.
Simanjuntak, 1993. Metode pengajaran matematika. Jakarta : Rineka cipta
STIT At-Taqwa. Pengertian dan langkah-langkah penyusunan Peta Konsep (Concept Map). http://en.wikipedia.org/wiki/Concept_map. di akses pada tanggal 24 November 2012 Pukul 10.00 (WITA).