Meneliti Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Jawa: Mindere Welvaart ...
03. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00558-MC Bab...
Transcript of 03. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00558-MC Bab...
13
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori – teori Dasar/Umum
Pada teori dasar atau umum ini, peneliti membahas mengenai kerangka teori -
teori yang berhubungan dengan topik skripsi yaitu content anayisis program siaran
televisi / radio. Peneliti membahas mengenai teori dasar atau umum menurut para ahli
komunikasi, komunikasi massa dan media massa dari pakar-pakar tertentu mengenai hal
yang berkaitan dengan topik tersebut secara detail dari para narasumber ataupun sumber
– sumber yang berkaitan dengan penelitian tersebut.
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari sebagai sarana
untuk menerima dan memberi pesan kepada orang lain, sehingga tanpa adanya
komunikasi segala kegiatan manusia akan terhenti dengan sendirinya. Sebelum
menganalisis lebih jauh mengenai efek komunikasi terhadap Audiens, terlebih
dahulu kita harus mengetahui pengertian komunikasi.
Istilah komunikasi dalam bahasa inggris Communication yang berasal
dari kata Latin Communicatio, bersumber dari kata communis yang berarti sama,
maksudnya adalah sama makna atau sama arti. Jadi, komunikasi terjadi apabila
terdapat kesamaan makna mengenai suatu peran yang di sampaikan oleh
komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2001 : 09)
Carl I. Hovland mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana
seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya
14
lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain
(komunikan). Definisi tersebut menunjukkan bahwa ilmu komunikasi
mempelajari dan meneliti perubahan sikap dan pendapat akibat informasi yang
disampaikan oleh seseorang kepada orang lain.
Carl Hovland secara terpisah menyebutkan bahwa efek atau dampak yang
ditimbulkan oleh komunikasi massa dapat dilihat dari perubahan pada apa yang
diketahui, dipahami atau dipersepsi oleh khalayak, efek ini berkaitan dengan
transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan dan informasi, sedangkan
dampak efektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi,
atau dibenci khalayak. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap atau nilai
seseorang. Efek behavioral berhubungan dengan perilaku nyata yang
berhubungan dengan perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola,
tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku (Effendy, 1986 : 12)
Definisi Hovland mengenai proses dan fungsi komunikasi diperkuat dan
dikembangkan oleh Harold D Laswell. Menurut Laswell, cara terbaik untuk
menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan : “Who say what
in which channel to whom whit what Effect?”. Kesamaan dengan definisi
Hovland ialah selain unsur-unsur komunikasi, juga keharusan adanya efek, yakni
perubahan tingkah laku (Effendy,1986 : 12)
Sebagai jawaban dari pertanyaan yang di ajukan tersebut Paradigma
Laswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur sebagai jawaban dari
pertanyaan yang diajukan (Effendy, 1984 : 10), yaitu :
1) Komunikator (Communicator, Source)
2) Pesan (Massage)
15
3) Media (Channel)
4) Komunikan (Communican, receivere)
5) Effek (Effect,Impact, Influence)
Jadi menurut paradigma Laswell, komunikasi adalah “Proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2001 : 10)
2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi
Berdasarkan paradigma Harold Lasswell menampilkan model proses
komunikasi. (Philip Kotler, Marketing Management ). Beliau juga
mengklasifikasikan unsur-unsur dalam proses komunikasi yang dapat
membentuk keefektifan dalam komunikasi yang meliputi:
1) Sender: Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau
sejumlah orang.
2) Encoding: Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk
lambang, atau usaha mengubah pesan yang abstrak menjadi konkret
3) Message: Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang
disampaikan oleh komunikator
4) Media: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator
kepada komunikan.
5) Decoding: Penguraian sandi, yakni proses di mana komunikan menetapkan
makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
6) Receiver: Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
16
7) Response: Tanggapan, seperangkat reaksi dari komunikan setelah diterpa
pesan
8) Feedback: Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan
atau disampaikan kepada komunikator
9) Noise: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi
sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan
pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
2.1.3 Tujuan Komunikasi
Tujuan orang berkomunikasi tidak hanya untuk mengubah perilaku saja.
(Onong Uchjana Effendy, 2003 : 55) tujuan komunikasi adalah :
1) Mengubah sikap
2) Mengubah opini / pendapat / pandangan
3) Mengubah perilaku
4) Mengubah masyarakat
2.1.4 Fungsi Komunikasi
1) Pengawasan (surveillaince)
2) Interpretasi (interpretation)
3) Hubungan (linkage)
4) Sosialisasi
5) Hiburan (entertainment)
Dari definisi fungsi komunikasi, maka penulis dapat simpulkan bahwa
fungsi komunikasi yang paling utama adalah dalam mengamati lingkungan,
17
kemudian mengkorelasikan antara informasi dari data yang diperoleh dengan
kebutuhan khalayak, karena komunikator lebih menekankan pada seleksi
evaluasi dan interpretasi. Fungsi yang terakhir adalah menyalurkan nilai-nilai
budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
2.2 Komunikasi Massa
2.2.1 Definisi Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa atau
komunikasi dengan menggunakan media massa. Massa di sini adalah kumpulan
orang-orang yang hubungan antar sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai
struktur tertentu. Menurut Gerbner (1967), seorang ahli komunkasi, “Mass
communication is the technologically and institutionally based production and
distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial
societies”
Jadi, Gerbner berpendapat bahwa komunikasi massa adalah suatu produksi
dan distribusi pesan yang terus menerus dalam masyarakat industri yang
berlandaskan teknologi dan lembaga.
Joseph Devito seperti dikutip oleh Nurudin, memberikan definisi yang
lebih detail tentang komunikasi massa. ”First, mass communication is
communication addressed to masses, to an extremely large society. This does not
mean that the audience include all people or everyone who reads or everyone
who watches television; rather it means an audience that is large and generally
rather poorly defined. Second, mass communication is communication mediated
by audio and or visual transmitter. Mass communivation is perhaps most easily
18
and most logically defined by its; television, radio, newspaper, magazines, films,
books, tapes”
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa komunikasi massa merupakan
komunikasi yang ditujukan kepada khalayak yang sangat banyak, atau biasa
disebut massa. Tapi ini tidak berarti bahwa massa yang dimaksud adalah orang-
orang yang menonton televisi atau membaca koran, melainkan berarti
masyarakat yang besar dan umumnya agak kurang jelas. Lalu disebutkan juga
bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-
pemancar audio dan atau visual. Komunikasi mungkin akan lebih mudah
dimengerti apabila didefinisikan dengan media penunjangnya, seperti televise,
radio, koran, majalah, buku, dan film.
Dari kedua pendapat ahli komunikasi tentang komunikasi massa tersebut,
peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah bentuk
komunikasi yang disampaikan melalui media massa sebagai media penunjang,
dan disampaikan secara terbuka kepada masyarakat luas di berbagai wilayah.
2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa
1) Informasi
Dengan komunikasi massa kita dapat mengetahui berbagai informasi
yang terjadi baik di dalam maupun luar negeri.
2) Sosialisasi (pemasyarakatan)
Komunikasi massa membuat kita aktif bersosialisasi di dalam
masyarakat.
19
3) Motivasi
Memotivasi masyarakat melakukan kegiatan individu maupun kelompok.
4) Perdebatan dan Diskusi.
Memungkinkan terjadinya diskusi atau perdebatan mengenai suatu hal.
5) Pendidikan
Komunikasi massa dapat membentuk watak, pendidikan keterampilan,
serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.
6) Memajukan kebudayaan
Dengan komunikasi massa maka kita dapat memajukan suatu
kebudayaan.
7) Hiburan
Pesan yang disampaikan dapat menjadi hiburan individu atau kelompok.
8) Integrasi
Memberi kesempatan kepada masyarakat agar saling kenal dan mengerti
serta menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain.
2.2.3 Karakteristik Komunikasi Massa
Pada prinsipnya definisi komunikasi massa yang diungkapkan oleh ahli-
ahli komunikasi mengandung makna yang saling melengkapi antara satu dan
lainnya. Melalui definisi-definisi tersebut maka dapat kita ketahui bahwa
karakteristik komunikasi massa sebagai berikut :
20
1) Komunikator Terlembagakan
Komunikasi massa melibatkan suatu lembaga dan komunikatornya
bergerak dalam organisasi yang kompleks, sehingga komunikasi massa
merupakan komunikator terlembagakan.
2) Pesan Bersifat Umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka artinya komunikasi massa
ditujukan untuk semua orang bukan hanya pada satu pihak. Oleh karena itu,
pesan dalam komunikasi massa bersifat umum.
3) Komunikannya Anonim dan Heterogen
Bersifat anonim karena komunikator dan komunikan tidak saling
mengenal dan heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat
yang berbeda usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya.
4) Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Maksudnya adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar
penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk satu sama
lain berada dalam keadaan terpisah.
5) Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan
Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa
berdasarkan sistem tertentu dan harus disesuaikan dengan karakteristik
media massa yang akan digunakan.
6) Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Karena komunikasinya melalui media massa, maka komunikator dan
komunikannya tidak dapat berhubungan secara langsung. Dengan kata lain,
komunikasi massa itu bersifat satu arah.
21
7) Stimulasi Alat Indra Terbatas
Pada surat kabar dan majalah kita hanya bisa melihat dan pada radio
siaran kita hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita
menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.
8) Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (Indirect)
Umpan balik bersifat tidak langsung (indirect) dan tertunda
(delayed). Artinya komunikator tidak dapat segera mengetahui bagaimana
reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya.
2.3 Media Massa
2.3.1 Pengertian Media Massa
Media massa adalah alat komunikasi yang bekerja dalam berbagai skala,
mulai dari skala terbatas hingga dapat mencapai dan melibatkan siapa saja di
masyarakat, dengan skala yang sangat luas. Istilah media massa mengacu kepada
kepada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan tetap
dipergunakan hingga saat ini, seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi,
internet, dan lain-lain.
Pengertian media massa mulai menunjukkan batasan yang tidak jelas
atau dianggap tidak jelas oleh sebagian orang, dengan munculnya sejumlah
media baru yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan media massa yang
sudah ada sebelumnya. Media massa baru atau lebih sering disebut dengan
‘media baru’ (new media) ini bersifat lebih individual, lebih beragam
(diversified) dan lebih interaktif. Salah satu contoh penting media massa baru
saat ini adalah internet. Walaupun media baru menunjukkan pertumbuhan yang
22
cepat, namun belu terlihat tada-tanda bahwa media massa lama aka berkurang
peranannya disbanding sebelumnya. Peranannya tetap bertahan dengan cara terus
menerus menambah kemampuannya dalam upaya menghadapi tantangan yang
dimunculkan media baru.
Menurut Denis McQuail (2000), media massa adalah media yang mampu
menjangkau massa dalam julah besar dan luas (university of reach), bersifat
public dan mampu memberikan popularitas kepada siapa saja yang muncul di
media massa. Karakteristik media tersebut memberikan konsekuensi bagi
kehidupan politik dan budaya masyarakat kontemporer dewasa ini.
Dari perspektif budaya, media massa telah menjadi acuan utama untuk
menentukan definisi-definisi terhadap suatu perkara dan media massa
memberikan gambaran atas realitas social. Media massa juga menjadi perhatian
utama masyarakat untuk mendapatkan hiburan dan menyediakan lingkungan
budaya bersama bagi semua orang. Peran media massa dalam ekonoi juga terus
meningkat bersamaan dengan meningkatnya pertumbuhan industry media,
diversifikasi media massa, dan konsolidasi kekuatan media massa di Indonesia.
2.3.2 Efek Media Massa
Steven M. Chafree (Wilhoit dan Harold de Bock, 1980:78) berpendapat
seperti yang dikutip oleh Jalaludin Rahmat, bahwa ada empat efek dari
Komunikasi Massa, yaitu efek kehadiran media massa, efek kognitif komunikasi
massa, efek afektif komunikasi massa, dan efek behavioral komunikasi massa.
23
1) Efek Kehadiran Media Massa
“The medium is the message”, pendapat McLuhan tersebut
menjelaskan bahwa bentuk media saja sudah mempengaruhi kita. Dia
berpendapat bahwa media adalah perluasan dari alat indra manusia; telepon
adalah perpanjangan telinga dan televisi adalah perpanjangan mata. Ada
beberapa efek dari kehadiran media massa di masyarakat, seperti efek sosial
berupa kehadiran televisi meningkatkan status sosial pemiliknya. Lalu
kehadiran media massa juga menimbulkan penjadwalan kembali kegiatan
sehari-hari,, Scramm, Lyle, dan Parker (1961) menunjukkan dengan cermat
bagaimana kehadiran televise telah mengurangi waktu bermain, tidur,
membaca, dan menonton film pada sebuah kota di Amerika. Efek lainnya
adalah hilangnya perasaan tidak enak dan tumbuhnya perasaan tertentu pada
media massa. Orang seringkali menggunakan media untuk memuaskan
kebutuhan psikologis. Sering terjadi juga orang menggunakan media massa
untuk mengatasi perasaan tidak enak, misalnya kesepian, marah, kecewa, dan
sebagainya. Tidak hanya menghilangkan perasaan, ia pun menumbuhkan
perasaan tertentu. Kita memiliki perasaan positif atau negatif pada media
tertentu.
2) Efek Kognitif Komunikasi Massa
Efek kognitif media massa berkaitan erat dengan pembentukan dan
perubahan citra. Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima.
Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi. Untuk Khalayak,
informasi tersebut dapat membentuk, mempertahankan, atau meredefinisikan
citra. Realitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi.
24
Gerbner (1978) melaporkan penelitian berkenaan dengan persepsi penonton
televisi tentang realitas sosial. Ia menemukan bahwa penonton televise kelas
berat (heavy viewers) cenderung memandang lebih banyak orang yang berbuat
jahat, lebih merasa bahwa berjalan sendiri berbahaya, dan lebih berpikir
bahwa orang hanya memikirkan dirinya sendiri. Lazarfeld dan Merton (1948)
juga membicarakan fungsi media dalam memberikan status (status conferral).
Karena namanya, gambarnya, atau kegiatannya dimuat oleh media, maka
orang, organisasi, atau lembaga mendadak mendapat reputasi yang tinggi.
3) Efek Afektif Komunikasi Massa
Yang dimaksud dengan efek ini adalah media massa mempengaruhi
pembentukan dan perubahan sikap. Apabila dilihat dari segi afektif, pengaruh
media massa dapat disimpulkan pada lima prinsip umum :
a. Pengaruh komunikasi massa diantarai oleh faktor-faktor seperti
predisposisi personal, poses selektif, keanggotaan kelompok.
b. Komunikasi massa biasanya berfungsi memperkokoh sikap dan
pendapat yang ada, walupun kadang-kadang berfungsi sebagai media
pengubah (agent of change).
c. Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil
pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripadaperubahan seluruh
sikap dari satu sisi masalah ke sisi yang lain.
d. Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang-
bidang di mana pendapat orang lemah, misalnya pada iklan komersial.
25
e. Komunikasi massa cukup afektif dalam menciptakanpendapat tentang
masalah-masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus diperteguh
(Oskamp, 1977:149)
4) Efek Behavioral Komunikasi Massa
Bandura menjelaskan melalui teori belajar sosial, bahwa kita belajar
bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan
(modelling). Jadi menurut teori tersebut orang cenderung meniru perilaku
yang diamatinya. Efek perilaku yang paling sering ditimbulkan adalah efek
komunikasi massa pada perilaku sosial yang diterima (efek proporsional
behavioral) dan pada perilaku agresif. Perhatian saja tidak cukup
menghasilkan efek proporsional. Khalayak harus sanggup menyimpan hasil
pengamatannya dalam benaknya dan memanggilnya kembali tatkala mereka
akan bertindak sesuai dengan teladan yang diberikan. Peneladanan tertangguh
(delayed modeling) hanya terjadi bila mereka sanggup mengingat peristiwa
yang diamatinya.
2.3.3 Televisi
Televisi merupakan salah satu penemuan yang baru mulai berkembang
setelah perang dunia kedua, dan menempatkan diri sebagai alat komunikasi
massa. Dari semua media komunikasi yang ada televisi adalah yang paling
berpengaruh pada kehidupan manusia. Televisi mengalami perkembangan yang
dramatis, terutama melalui pertumbuhan televisi kabel. Transmisi program
televisi kabel menjangkau seluruh pelosok negeri dengan bantuan satelit dan
diterima langsung pada layar televisi di rumah dengan menggunakan wire atau
26
microwave (wireless cables) yang membuka tambahan saluran televisi bagi
pemirsa. Saat ini menjadi lebih marak setelah dikembangkannya Direct
Broadcast Satellite (DBS)
(Onong Uchjana Effendy, 1989 : 386) mendefinisikan televisi sebagai
“Medium komunikasi jarak jauh dengan penayangan gambar dan pendengaran
suara, baik melalui kawat maupun secara elektronik magnetik.
Sedangkan (J.B Wahjudi, 1986 : 49) mendefinisikan televisi sebagai berikut :
“ Televisi berasal dari dua kata yang berbeda, yaitu tele yang artinya adalah jauh,
dan visi yang artinya adalah perhatian. Dengan demikian televisi dalam bahasa
inggris berarti television yang diartikan melihat jauh. Melihat jauh disini
diartikan dengan melihat gambar, suara yang diproduksi di suatu tempat (studio
televisi), dan dapat dilihat di tempat lain melalui sebuah perangkat penerima.
Pemerintah Indonesia menempatkan media massa televisi, sebagai media
informasi yang efektif. Dalam hal in Departemen penerangan menggariskan isi
siaran televisi harus mengandung unsur pendidikan, penerangan atau berita dan
hiburan. (JB. Wahyudi, 1998 : 9).
Sebagai produk teknologi modern wajar bila televisi telah menjadi situs
atau tempat baru bagi banyak keluarga di negri ini. Acara televisi telah menyita
waktu seluruh anggota keluarga, anak-anak pun menghabiskan waktunya dalam
sehari di depan televisi. Selain itu seakan menjadi pelayan setia bagi pemirsanya,
televisi juga mempunyai kekuatan besar untuk merubah pendapat dan perilaku
seseorang dan dapat mempengaruhi pemirsa agar memilih tayangan televisi
kesukaannya.
27
2.3.4 Program Acara Televisi
Pengertian Program ialah berasal dari bahasa inggris, “programme” atau
“program” yang artinya rencana atau acara. Program adalah segala hal yang
ditampilkan oleh stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiensnya
(Morissan, 2005). http://digilib.petra.ac.id, 27/02/2011 ; 10:59:46)
Pengertian Program Televisi adalah tayangan acara – acara yang
ditayangkan atau disiarkan oleh stasiun televisi. Dan secara garis besar, program
televisi dibagi menjadi program berita dan program non berita. Pengaturan
penayangan program televisi di sebuah stasiun televisi biasanya diatur oleh
bagian pemrograman siaran atau bagian perencanaan siaran. Pihak perencanaan
siaran mengatur jadwal penayangan satu program televisi berdasarkan perkiraan
kecendrungan menonton peminat program tersebut. (
http://id.wikipedia.org/wiki/Acara_televisi, 27/02/2011).
Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah lepas dari
pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut Prof.
Dr. R. Mar’at acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan,
persepsi, dan perasaan bagi para penontonnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh
psikologis di mana televisi seakan-akan menghipnotis pemirsa sehingga mereka
hanyut dalam keterlibatan akan kisah atau peristiwa yang disajikan oleh televisi
(Effendy, 2002 : 122).
Menurut Frank Jefkins (Jefkins, 2003 : 105), televisi memiliki sejumlah
karakteristik khusus, yaitu :
1) Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan
warna.
28
2) Pembuatan program televisi lebih mahal dan lama.
3) Mengandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang tampak
haruslah dibuat semenarik mungkin.
2.3.5 Macam – Macam Program Acara Televisi
1) Program Seni Budaya
Merupakan produksi karya artistik. Secara garis besar materi produksi
seni budaya dibagi 2, yaitu :
a. Seni pertunjukan, seperti seni musik, tari dan pertunjukan boneka
dengan segala jenisnya.
b. Seni pameran antara lain seni lukis, patung, dan sejenisnya.
2) Program Mimbar televisi
Yaitu program televisi dengan mengetengahkan pembicaraan
seseorang/lebih mengenai suatu topik yang menarik/sedang hangat
dibicarakan di masyarakat.
3) Program Berita
Program yang menyajikan laporan berupa fakta dan kejadian yang
mempunyai niali- nilai berita (aktual, faktual, esensial) dan disajikan
melalui media secara periodik.
4) Program Dokumenter
Program yang menyajikan suatu kenyataan berdasarkan pada fakta yang
memiliki nilai esensial, artinya menyangkut kehidupan, lingkungan hidup
dan situasi nyata.
29
5) Program Features
Membahas suatu pokok bahsan, suatu tema diungkap lewat berbagai
format seperti wawancara, show, vox-pop, puisi, musik nyanyian,
sandiwara, pendek atau fragmen.
6) Program Magazine
Di Indonesia dikenal dengan program majalah udara, yang tidak hanya
menyoroti satu bidang kehidupan, seperti wanita, film, pendidikan, musik
yang ditampilkan dalam rubrik-rubrik tetap dan disajikan lewat berbagai
format.
7) Program spot
Adalah program yang ingin mempengaruhi/mendorong penonton untuk
tujuan-tujuan tertentu. Spot merupakan program yang sangat pendek
dengan durasi berkisar antara 10 detik sampai 1,5 menit.
8) Program Dokudrama
Dokudrama atau Dokumenter drama, adalah dokumenter yang di
dramakan. Merupakan suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah
terjadi, terdapat peninggalan-peninggalan dan bekas-bekasnya secara
nyata, beberapa tokoh masih hidup namun kejadiannya sudah lampau.
9) Program Sinetron
Sinema elektronik, penggarapannya tidak jauh berbeda dengan
pembuatan sinetron layar lebar hanya penyajiannya dipancarkan melalui
stasiun - stasiun televisi
30
2.3.6 Dampak Program Acara Televisi
Ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa
yaitu:
1) Dampak Positif, yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk
menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang
melahirkan pengetahuan.
2) Dampak peniruan, yaitu pemirsa yang diharapkan pada trend aktual yang
ditayangkan televisi.
3) Dampak perilaku, yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang
telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari (La Gosse. 1998 p. 49).
2.3.7 Film Televisi / FTV
Film Televisi atau lebih sering dikenal sebagai FTV adalah
jenis film yang diproduksi untuk televisi yang dibuat oleh stasiun televisi ataupun
rumah produksi berdurasi 120 menit sampai 180 menit dengan tema yang
beragam seperti remaja, tragedi kehidupan, kebudayaan, cinta dan agama. Film
layar lebar yang ditayangkan di televisi tidak dianggap sebagai FTV.
Produksi FTV lebih murah dan lebih mudah jika dibandingkan dengan
produksi film layar lebar karena tidak memerlukan teknologi yang canggih
seperti jika memproduksi film layar lebar. Kebanyakan film televisi diproduksi
dengan biaya rendah dan berorientasi pada profit sehingga kadang-kadang
penggarapan dari segi teknisnya kurang diperhatikan namun mengandalkan alur
cerita yang menarik. Film ini biasa diproduksi pada pita film 35 mm sehingga
31
tidak terlalu banyak efek film yang bisa dimasukan. Alternatif lain dalam proses
pembuatan film ini adalah video yang merupakan media baru dalam pembuatan
film.
Film Televisi mulai banyak diproduksi di Indonesia pada awal tahun
1995 yang dipelopori oleh SCTV. Hal ini dilakukan untuk menjawab kejenuhan
masyarakat atas sinetron. Sejak saat itu banyak film televisi yang bermunculan.
Hampir semua stasiun TV memiliki plot waktu setiap minggunya untuk
penayangan film televisi. Contohnya di SCTV terdapat slot acara Gala sinema, di
Trans TV ada slot Bioskop Trans TV dalam negeri dan masih banyak plot acara
lain yang sejenis di stasiun televisi di Indonesia. Di Indonesia film televisi sangat
digemari terutama film televisi dengan tema percintaan remaja dan film televisi
dengan tema religius. Berikut adalah perbedaan Film Televisi (FTV) dengan
Film Layar Lebar:
1) Film televisi diproduksi oleh stasiun televisi ataupun rumah produsi
untuk disiarkan melalui televisi, film bioskop dibuat untuk ditayangkan di
bioskop.
2) Proses pembuatan film televisi lebih singkat daripada film layar lebar.
3) Biaya pembuatan film televisi lebih murah daripada film layar lebar.
4) Cara menonton film televisi berbeda dengan film layar lebar karena saat
menonton film layar lebar tidak terdapat iklan seperti halnya saat
menonton film televisi.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Film_televisi, 14/03/2011)
32
FTV adalah Sinetron dengan konsep film berdurasi pendek. FTV
memang banyak digemari pemirsa televisi berbagai usia terutama remaja.
Banyak remaja yang selalu menonton tayangan FTV. Berikut ini 5 Alasan
banyak remaja Indonesia suka menonton FTV :
1) Cerita tentang cinta yang ringan,
Alasan ini menjadi alasan utama karena remaja yang sedang masanya ingin
mengerti lebih dalam tentang cinta, sangat cocok dengan cerita yang
disajikan FTV.
2) Cerita yang ringan.
FTV juga menyajikan hal hal yang ringan serta lucu di setiap 'scene' nya,
tidak seperti sinetron yang bercerita berat , menyebalkan dan membosankan
seakan dunia ini penuh dengan penderitaan.
3) Pengambilan gambar di tempat yang pemandangannya indah.
Tempat pengambilan gambar pada FTV dapat dibilang indah. Beberapa
rumah produksi FTV mengambil gambar di Bali, Jogja, Bromo, Bogor,
Puncak, Bandung, suasana pantai, pegunungan dan keindahan alam. Hal ini
menyebabkan pemirsa FTV menjadi rileks saat menontonnya.
4) Akrtis/Aktor FTV yang cantik, tampan, dan menarik.
Hal ini menjadi alasan banyak remaja yang menonton FTV.
Aktris dan Aktor FTV sangat bersikap natural saat berperan, hal ini
menyebabkan kecantikan ataupun ketampanan mereka pun juga terlihat
natural dan banyak artis FTV yang juga masih muda.
(http://asemanisblog.blogspot.com/2010_07_01_archive.html, 21/03/2011)
33
Masih banyak puluhan judul FTV yang telah ditayangkan oleh SCTV.
Judul cerita yang dominan bertemakan percintaan dan remaja merupakan salah
satu strategi agar karya-karyanya dapat diterima dengan antusias oleh khalayak
khususnya remaja yang dominan sebagai koresponden terbesar yang menonton
FTV
2.4 Teori Khusus yang Berhubungan dengan Topik / Judul yang Dibahas
Pada teori khusus ini yang Berhubungan dengan Topik / Judul yang dibahas,
peneliti akan membahas kerangka teori dari perilaku dan teori dasar agenda setting dan
kultivasi berdasarkan teori yang sudah ada ataupun dari narasumber dan sumber –
sumber lainnya yang lengkap, relevan, dan berhubungan dengan pokok bahasan.
2.4.1 Teori Kultivasi
Atas dedikasi terhadap kebebasan, kejujuran, dan keadilan dalam media,
George Gerbner mempelopori lahirnya teori kultivasi. Meskipun banyak
teoritikus telah ikut serta membuktikan kebenaran dari analisis kultivasi Gerbner
bertanggung jawab atas hasil ciptaannya. Sebenarnya, Gerbner merupkan penyair
asal hongaria yang bermimigrasi ke Amerika Serikat dan memulai pendidikan
jurnalisnya di berkely. Setelah bekerja di San Fransisco Chronicle ia kembali
melanjutkan pendidikan untuk mengambil gelar master dan melanjutkan lagi ke
jenjang Doctor dimana ia menulis Toward a General Theory of Communication
bersama James D. Finn ( www.Colostate.edu ). Dari tulisan inilah teori kultivasi
bermula. Penelitian pertamanya yang berjudul Cultural Indicators Project pada
awal 1960an membuka jalan untuk menambah riwayat kerjanya pada
34
pelaksanaan metode penelitian analisis kultivasi. Gerbner menghabiskan
waktunya di The Annenberg School of Communication University of
Pensylvania. Dimana ia bertugas sebagai dekan sambil melanjutkan penelitian
kultivasi sosial pada televisi, yang menekankan pada kekerasan dan efek televisi.
Para teoritikus mencoba untuk membuktikan pemikiran seputar peristiwa
kekerasan. Penyelidikan DR. Wade Kenny menunjukan contoh dimana seorang
anak yang merupakan heavy viewers mempercayai bahwa tak masalah baginya
dipukul bila hal ini memang harus terjadi padanya. Contoh lainnya adalah
semakin bertambahnya ketakutan berjalan sendirian di malam hari dan tidak
percaya pada semua orang secara umum. Teoritikus kultivasi membedakan
antara efek “first order” (kepercayaan khalayak tentang kehidupan dunia seperti
kelaziman dari kekerasan) dan efek “second order” (sikap- sikap khusus seperti
hukum dan tata tertib atau keamanan pribadi). Gerbner membuktikan bahwa
media massa mengolah sikap- sikap dan nilai-nilai yang sudah ada dalam suatu
kebudayaan : media memelihara dan menyebarkan nilai-nilai ini di antara
anggota- anggota dari suatu kebudayaan, kemudian mengikatnya bersama-sama
(www.aber.ac.uk ). Gerbner melihat televisi telah mendominasi ‘lingkungan
simbolis’ kita. Gerbner membuktikan bahwa kekerasan yang sangat sering
ditayangkan di televisi merupakan pesan simbolis tentang hukum dan tata tertib
daripada suatu penyebab sederhana dan sikap agresif penonton (seperti yang
telah dibuktikan oleh Albert Bandura). Contohnya, aliran action – adventure
dibuat untuk memperkuat kepercayaan terhadap hukum dan tata tertib, status quo
dan keadilan sosial.
35
Perbedaan pola reaksi antara light viewers dan heavy viewers adalah
perbedaan pengolahan (cultivation diffrential), menggambarkan ditingkatan
mana suatu sikap itu dibentuk dengan menonton televisi. Orang tua cenderung
digambarkan secara negatif di televisi dan heavy viewers (khususnya anak-anak
muda ) cenderung mempunyai pandangan negatif tentang orang tua dibandingkan
light viewers. Banyak heavy viewers tidak menyadari pengaruh tayangan televisi
terhadap sikap – sikap dan nilai – nilai dalam hidup mereka. Teoritikus
membuktikan bahwa heavy viewing, tidak menghiraukan tingkat pendidikan atau
penghasilan, mengendalikan penonton kepada opini yang seragam, sementara
light viewing mengendalikan penonton kepada opini yang beragam. Efek
kultivasi dari tayangan televisi adalah keseragaman pendapat. Gerbner dan
kawan – kawan memperlihatkan bahwa kepercayaan heavy viewers yang
menonton kekerasan di televisi terhadap munculnya kekerasan didalam
kehidupan sehari – hari lebih tinggi dibandingkan light viewers yang mempunyai
kesamaan latar belakang dengan heavy viewers. Teoritikus mengarahkan hal ini
kepada efek mainstreaming.
Mean World Syndrome merupakan salah satu efek utama dari teori
kultivasi. Hal ini terjadi ketika heavy viewers menganggap dunia sebagai suatu
tempat yang keji sedangkan light viewers tidak menganggapnya demikian.
Teoritikus menghubungkan dengan kenyataan bahwa televisi melukiskan dunia
sebagai suatu tempat yang kejam dan bengis oleh karena itu heavy viewers terlalu
takut dan terlalu berhati – hati dalam aktifitasnya sehari-hari. Gerbner
melaporkan bukti dari “resonance” – suatu efek “double dose” yang dapat
mendorong terjadinya kultivasi. Hal ini terjadi ketika kehidupan sehari-hari
36
penonton sama dengan yang ditayangkan televisi. Contohnya, semenjak wanita
sering dijadikan korban kejahatan di tayangan televisi, heavy viewers tidak hanya
terpengaruh oleh efek mainstreaming tetapi juga merasa ketakutan karena dirinya
adalah wanita. Efek kultivasi juga menjadi sangat kuat ketika lingkungan
penonton sama seperti yang ditampilkan televisi. Kejahatan yang ditayangkan
ditelevisi sebahagian besar terjadi dikota besar, sehingga heavy viewers yang
tinggal di kota besar adalah subjek dari double dose, dan teoritikus kultivasi
membuktikan bahwa kekerasan ‘resonantes’ yang lebih bagi heavy viewers.
2.4.2 Elemen-elemen teori kultivasi
Di dalam teori, George Gerbner menyatakan bahwa setiap tayangan yang
ditayangkan televisi dapat mempengaruhi khalayak yang menontonnya.
Pengaruh yang disebabkan oleh televisi ini ternyata bukan sampai pada kognitif
atau efektif saja, tetapi juga sampai kepada efek konatif (behavioural). Sebelum
sampai pada tahap behavioural ini, Gerbner menyatakan ada beberapa tahapan
yang harus dilalui yang secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut :
37
1. Attention
2. Capacity
3. Focusing Startegic
4. Involvement
Ketika sebuah tayangan ditayangkan di televisi (TV viewing), terjadi sebuah
proses belajar (learning) di dalam benak khalayak yang menontonnya. Proses learning
yang diajukan oleh Gerbner ini hampir sama seperti teori belajar sosialyang
dikemukakan oleh Albert Bandura, kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung
tetapi dari peniruan atau peneladanan (modelling). Perilaku merupakan hasil faktor –
faktor kognitif dan lingkungan. Artinya, kita mampu memiliki ketrampilan tertentu, bila
terdapat jalinan positif antara stimuli yang kita amati dengan karakteristik kita.
Permulaan proses belajar adalah munculnya peristiwa yang dapat diamati secara
langsung atau tidak langsung oleh seseorang. Peristiwa ini dapat berupa tindakan
tertentu atau gambaran pola pemikiran, yang disebut Bandura sebagai abstract
modelling (Rakhmat, 1993 : 241).
Di dalam proses ini, Gerbner menyatakan ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan yaitu :
1. Attention.
Tahap attention merupakan bagian dari tahap social learning. Secara
sederhana tahap ini menjelaskan bahwa kita baru dapat mempelajari sesuatu
bila kita memperhatikannya. Setiap saat, kita menyaksikan berbagai peristiwa
yang dapat kita teladani. Akan tetapi tidak seluruh peristiwa kita perhatikan.
Stimuli yang dapat dijadikan teladan ( modelling stimuli ) diperhatikan
38
karena karakteristik orang yang menangkap stimuli.
Menurut Bandura, peristiwa yang menarik perhatian adalah yang tampak
menonjol dan sederhana, terjadi berulang – ulang, atau menimbulkan
perasaan positif pada pengamatnya.
2. Capacity.
Menurut Gerbner, jumlah frekwensi menonton (capacity) khalayak terhadap
suatu tayangan juga mempengaruhi terjadinya proses kultivasi. Karenanya
Gerbner membagi khalayak penonton kedalam tiga kategori, yaitu (
www.colorado.edu ) :
a. Heavy Viewers : khalayak yang menonton televisi lebih dari 4 jam sehari.
b. Moderate Viewers : khalayak yang menonton televisi selama 2 – 4 jam
dalam sehari.
c. Light Viewers : khalayak yang menonton televisi kurang dari 2 jam dalam
sehari. Dalam hal ini, Gerbner menyatakan bahwa khalayak yang
tergolong dalam kategori heavy viewers lebih mudah mempercayai
realitas yang ditayangkan oleh televisi daripada light viewers dan
moderate viewers.
3. Focusing strategic
Setelah dari frekuensi menonton khalayak, Gerbner menyatakan bahwa
proses kultivasi juga dipengaruhi oleh cara khalayak ketika menonton
televisi. Hal ini disebabkan oleh setiap oarang mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda dalam menyerap suatu informasi. Bukan hanya itu saja, kondisi
seseorang ketika menyerap suatu informasi juga sangat mempengaruhi.
Misalnya saja, ketika sedang belajar masing – masing orang memiliki cara
39
yang berbeda-beda. Ada yang lebih konsentrasi bila sambil mendengarkan
musik dan adapula yang lebih senang dengan keadaan yang sunyi senyap.
4. Involvement
Involvement disini berbicara tentang keterlibatan orang lain (orang tua,
teman, saudara, dan lain-lain) yang berada di sekitar khalayak ketika ia
sedang menonton sebuah tayangan di televisi. Keterlibatan orang lain dalam
menonton juga mempengaruhi terjadinya proses kultivasi dalam diri
seseorang. Setelah proses belajar ini selesai, maka khalayak dapat
memutuskan informasi-informasi apa saja yang akan ia ambil (incidental
information holding). Ketika proses pemilihan selesai, dalam benak khalayak
terjadi proses constructing. Dalam tahap ini, khalayak diajak untuk
mengindentifikasi informasi-informasi yang sudah dipilihnya tadi.
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama)
dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah. Sehingga pada saat
inilah terdorong untuk menjadi sama dengan apa yang ditayangkan.
Setelah mengidentifikasi, ternyata khalayak belum langsung bertindak. Khalayak
memerlukan peneguhan (reinforcement) untuk melakukannya. Apabila ia melihat
lingkungan sosialnya mengadopsi apa yang sudah ditayangkan ditelevisi atau film, maka
akhirnya khalayak memutuskan untuk mengubah prilakunya sesuai dengan infomasi-
informasi yang sudah dipilihnya tadi.
Sebagai respon dari kritik Hirsch, Gerbner merevisi teori kultivasi dengan
menambahkan dua konsep tambahan yaitu mainstreaming dan resonance yang disebut
the double-dose effect. Mainstreaming merupakan efek lanjutan dari kultivasi. Efek
Mainstreaming yang dikemukakan oleh Gerbner menggambarkan proses pengaburan,
40
pencampuran dan pembelokan yang dialami oleh kelompok heavy viewers. Gerbner
menyatakan bahwa terpaan yang konstan terhadap hal yan sama membentuk pandangan
yang sama pula dibenak khalayaknya, sehingga bagi mereka yang sering menonton
televisi memiliki orientasi, perspektif dan pengertian yang sama pula. Gerbner
mengilustrasikan efek mainstreaming ini dengan mengaburkan perbedaan ekonomi dan
politik. Televisi terlalu membesar – besarkan kelas menengah yang tergolong dalam
kelompok heavy viewers sehingga mereka memiliki kecenderungan untuk bermalas-
malasan dan tidak perduli lagi dengan masa depannya. Sementara itu, para light viewers
yang bekerja sebagai pekerja kasar akan memposisikan dirinya sebagai golongan pekerja
keras.
Resonance muncul ketika media meneguhkan kejadian-kejadian yang ada pada
kehidupan sehari-hari. Hal ini ternyata memberi efek ganda karena sudah mengalami
pengulangan (resonance) berdasarkan pengalaman langsung. Kemunculan efek ini
didasarkan pada kekerasan fisik yang dialami seseorang sebelumnya, baik itu
pemerkosaan, pencopetan, perkelahian, perampokan, dan lain-lain. Trauma yang masih
tersimpan di dalam benak khalayak ternyata mengalami pengulangan. Efek ini muncul
ketika media meneghkan apa yang terdapat dalam kehidupan sehari – hari ketik
khalayak menonton tayangan yang mengandung kekerasan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa heavy viewers yang pernah mengalami efek kultivasi yang ganda.
2.5 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini
menggunakan 2 variabel yakni : variabel Independen (X) yang terdiri dari variabel
intensitas menonton FTV di SCTV, serta variabel dependent (Y) yaitu variabel perilaku
41
remaja. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa masing-masing variabel independen
berpengaruh secara serempak terhadap variabel dependen.
Tujuan penelitian, seperti halnya tujuan teori,adalah menjelaskan dan
memprediksikan fenomena. Penjelasan dan prediksi fenomena secara sistematis
digambarkan dengan variabelitas variabel-variabel dependen yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel-variabel independen. Bentuk hubungan antara variabel-
variabel Independen dengan variabel-variabel dependen, dapat berupa hubungan
korelasional dan hubungan sebab- akibat. Sesuai dengan fenomena sosial yang
dijelaskan, bentuk hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dapat
bersifat positif atau negatif (Indrianto dan Supomo 1999 : 63)
Variabel Independen (X)
Intensitas menonton Variabel Dependen (Y)
tayangan FTV di SCTV Perilaku remaja
Gambar 2.1 Bagan Sketsa Hubungan Antar Variabel
Keterangan :
Variabel Independen :
a. Pengaruh intensitas menonton tayangan FTV di SCTV merupakan variabel
Independen (X) yang mempengaruhi variabel dependen (Y)
Variabel Dependen :
b. Perilaku remaja yang dipengaruhi oleh intensitas menonton FTV (X) merupakan
variabel dependen (Y)
42
2.6 Operasional Konsep
Tabel 2.1 Operasional Konsep
Variabel Dimensi Indikator
Intesitas Menonton FTV
Variabel X
Frekuensi 1. Seberapa sering menonton FTV 2. Menonton FTV pada siang hari 3. Menonton FTV pada malam hari
Durasi
1. Menonton FTV dari awal sampai akhir 2. Ketika menonton FTV saat jeda iklan tidak
pernah mengganti ke stasiun televisi yang lain 3. Konsentrasi pada saat menonton FTV tanpa
melakukan kegiatan lain
Atensi
1. Menyediakan waktu luang yang khusus untuk menyaksikan FTV
2. Memilih menonton FTV dibandingkan belajar di malam hari Ketertarik dengan alur cerita FTV yang menarik
3. Ketertarikan dengan performa pemeran FTV
Perilaku Remaja
Variabel Y
Kognitif
1. Pengetahuan tentang lokasi shooting FTV 2. Adanya informasi – informasi baru 3. Informasi tentang identitas pemeran FTV 4. Dengan menonton FTV mempengaruhi
kepercayaan seseorang
Afektif
1. Kisah percintaan dalam FTV mempengaruhi perasaan romantisme seseorang
2. Kisah perseteruan antar pemeran FTV mempengaruhi emosi seseorang
3. Adegan sedih yang ditampilan mempengaruhi sensitifitas perasaan seseorang
4. nilai tayangan FTV adalah penting karena mengajarkan kita cara bersosialisasi
5. adanya nilai-nilai budaya baru yang dirasakan oleh khalayak
Konatif
1. Kebiasaan pemeran FTV bisa menyebabkan perubahan kebiasaan seseorang
2. Tindakan yang diperankan pemeran FTV dapat mempengaruhi tindakan keseharian penontonnya
3. Pola kegiatan yang dilakukan 4. Kebiasaan berpakaian pemeran FTV
berpengaruh terhadap cara berpakaian seseorang 5. Kebiasaan tingkah laku pemeran FTV
berpengaruh terhadap sikap seseorang 6. Kebiasaan tutur kata pemeran FTV berpengaruh
terhadap cara berkomunikasi seseorang