apriliyanidotcom.files.wordpress.com · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang
aep2saepunajah.files.wordpress.com file · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah....
Transcript of aep2saepunajah.files.wordpress.com file · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah....
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pengembanagan kemampuan berbahasa merupakan salah satu kunci
keberhasilan peningkatan mata pelajaran dan sebagai bekal untuk memasuki
dunia informasi. Mengingat alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran
bahasa indoneesia di sekolah dasar dalam kurikulum 1994, yaitu ( Kelas I, kelas
II, Kelas III ), sepuluh jam perminggu, sedangkan untuk kelas IV, V ,VI delapan
jam perminggu ( Depdikbud, 1994 ).
Apabila melihat kurikulum sekolah dasar 1994, khususnya mata pelajaran
bahasa indonesia akan ditemukan beberapa pembaharuan. Pembaharuan tersebut
terutama tampak pada penggunaan pendekatan komunikatif anintegrative dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
Hal ini sejalan dengan pendapat K. Goodman tentang konsep
keterampilan materi pelajaran bahasa yang dapat dilihat dari dua segi,
yaitu :,keterpaduan antara materi bahasa dalam pembelajaran bahasa itu sendiri
dan keterpaduan antara pembelajaran bahasa dengan materi pebelajaran mata
pelajaran lain. Perubahan lain bukan hanya tampak pada pendekatan komunikatif
yang menekan pembelajaran yang berpusat pada siswa, tetapi sumber belajar atau
sarana, alokasi waktu dan evaluasi yang tidak ditemukan dalam garis-garis besar
1
program pembelajaran ( GBPP ) akan memberikan keleluasaan bagi guru dalam
menyusun program pembelajaran. Hal ini di dukung oleh keterampilan
berbahasa.
Karakteristik lain kurikulum 1994, mata pelajaran bahasa Indonesia juga
tampak pada tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu :
1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
2. Mengembangkan keterampilan dasar menggunakan bahasa yaitu terampil
berbahasa ( siswa belajar berbahasa ) dan mengembangkan ilmu
pengetahuan.
3. Menggunakan bahan kegiatan yang berkaitan dengan lingkungannya
( Sukarman, 1997 :78).
Kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia 1994 mengandung komponen
terpadu yaitu :
Kebahasaan ( lafal, ejaan, tanda baca, struktur, kosa kata, paragraph dan
wacana), pemahaman ( menyimak, membaca dan penggunaan bahasa
berbicara dan menulis).
Namun pengalaman menulis selama ini dengan cara belajar verbal siswa
hanya mendengarkan guru berceramah dari hari ke hari, tidak membuat siswa
senang mengikuti pelajaran, tetapi siswa menjadi jenuh dan tidak ada minat
belajar.
Muchlisoh, dkk ( 1998:5 ) mengutip pendapat psikolg, siswa yang hanya
belajar dengan mendengarkan informasi dari guru “ Tidak “ dapat menyerap
2
dan memahami pengetahuan dengan sepenuhnya. Siswa perlu belajar
bagaimana menemukan informasi dengan berbagai cara. Dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan, guru bukanlah satu-satunya orang yang “
serba tahu “ di dalam kelas.
Sejalan dengan teori belajar bermakna Ausubel ( 1963) dikemukakan
bahwa kebermaknaan belajar di tandai oleh munculnya dua kriteria, yaitu (1)
Terjadinya hubungan Substantif aspek-aspek konsep informasi atau situasi
baru dengan komponen yang relevan yang terdapat di dalam bentuk
hubungan-hubungan bersifat derivative, elaborative, korelatif, maupun yang
bersifat kualitatif atau representasional, (2) hasil belajar yang diperoleh
bersifat tahan lama “ Actual “ eksperimental berbasis paa pengalaman pribadi
dan minat.
Waktu belajar siswa yang selama ini digunakan guru untuk ceramah,
hendaknya dikembalikan pada siswa agar mereka dapat belajar aktif, kreaitf.
Untuk itu guru harus mempersiapkan kegiatan belajar mengajar yang
menarik, merangsang, menantang dan menyenangkan, melalui cara belajar
yang bermakna dan bervariasi agar siswa gemar belajar.
Karena membaca adalah kunci pokok didalam belajar, yang terpenting
adalah bagaimana mengupayakan membaca dan menulis menjadi suatu
kegemaran. Budaya membaca perlu dikembangkan karena mempelajari
sesuatu dengan membaca lebih dalam pengalamannya dari pada
mendengarkan informasi.
3
Adapun yang menjadi dasar mempelajari suatu ilmu pengetahuan adalah
mengetahui dan paham apa yang dipelajari terutama bahasa yang digunakan.
Dengan demikian bahasa merupakan syarat mutlak bagi anak untuk
memahaminya. Oleh karena itu alokasi waktu pelajaran Bahasa Indonesia
yang diwajibkan di Sekolah Dasar paling besar dari mata pelajaran lainnya.
Mengerti dan memahami bahasa yang digunakan di buku-buku membantu
siswa untuk aktif belajar. Pada akhirnya siswa memiliki kegemaran tersendiri
untuk belajar ( membaca) dan tidak terbatas di sekolah saja. Sehubungan
dengan kreatfitas guru di sekolah diperlukan melalui kritik diri ( refleksi)
terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk menumbuhkan
minat membaca pada siswa. Kemampuan membaca pada siswa merupakan
dasar untuk belajar lebih giat setelah siswa memiliki minat yang tumbuh dari
dalam dirinya sendiri.
Dapat dikatakan bahwa membaca merupakan kegiatan manusia untuk
mengembangkan jiwanya. Apabila telah terampil dalam membaca mereka
dapat memperoleh pengalaman, pengetahuan, membentuk pengertian,
mengembangkan daya pikir dan imajinasi, serta dapat membentuk sikap
hidup yang baik, sebagai warga Negara yang berguna bagi masyarakat dan
negaranya. (Supriadi, dkk, 1995).
Dalam hal ini siswa dituntut sering belajar membaca, untuk sering dan
banyak membaca, diperlukan minat yang besar untuk membaca. Kemampuan
membaca siswa hendaknya diiringi pada upaya meningkatkan minat siswa
dalam membaca, sehingga dapat mengubah “ Learning to read “ secara
4
berangsur-angsur menjadi “ reading to learn”. Sehingga siswa kelas I mampu
dalam keterampilan berbahasa (membaca), Muchlisoh,dkk ( 1992).
Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa minat membaca sangat
menurun( rendah ), yang implikasinya terhadap prestasi belajar keterampilan
berbahasa Indonesia juga rendah ( Hasil belajar siswa rendah ).
Atas dasar kenyataan itu penulis mengadakan penelitian kelas yang
berjudul “Meningkatkan Ketrerampilan Berbahasa Indonesia Dengan
Menumbuhkan Minat Membaca Siswa Kelas I Sekolah Dasar Negeri
Kasembon I Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang Pada semester II
Tahun Pelajaran 2006/2007 “
Dengan maksud setelah selesai melakukan penelitian, indakan kelas ini,
melalui refleksi diri guru dan siswa, diharapkan siswa terampil dalam
berbahasa Indonesia sehingga prestasinya meningkat.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atasa maka Penelitian Tindakan Kelas
( PTK) ini rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Apakah dengan menumbuhkan minat membaca dapat meningkatkan
keterampilan berbahasa Indonesia?
2. Bagaimana cara menumbuhkan minat membaca agar keterampilan
berbahasa Indonesia dapat meningkat ?
5
Alokasi waktu penelitian ini selama satu semester, tepatnya semester II
tahun Pelajaran 2006/2007 dalam siklus pembelajaran di sekolah dasar
dengan pokok bahasan “Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia
Dengan Menumbuhkan Minat Membaca Siswa Kelas I Sekolah Dasar Negeri
Kasembon I Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang Pada semester II
Tahun Pelajaran 2006/2007 “
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) ini bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bahwa dengan menimbulkan “ minat membaca”,
dapat meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui cara menumbuhkan minat membaca agar
keterampilan berbahasa Indonesia siswa meningkat.
1.4. Hipotesis Penelitian
Menumbuhkan minat membacasiswa agar dapat meningkatkan berbahasa
Indonesia.
1.5. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna dan bermanfaat bagi siswa, guru,kepala sekolah
dan pejabat di lingkungan Dinas P dan K sebagai berikut :
1. Berguna bagi siswa setelah mengetahui kekurangan dan kelemahannya,
minat membaca akan terus ditingkatkan sehingga prestasi belajar
keterampilan berbahasa Indonesia siswa dapat meningkat.
6
2. Bagi guru, temuan yang diperoleh dapat bermanfaat sebagai bahan balikan
refleksi diri agar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui
menumbuhkan minat membaca dengan cara yang tepat sehingga keterampil
berbahasa Indonesia siswa meningkat.
3. Bagi Kepala Sekolah, bermanfaat sebagai bahan dalam melaksanakan
pembinaan bagi guru-guru dalam mengambil langkah-langkah
menumbuhkan minat membaca agar prestasi siswa meningkat secara
optimal.
4. Bagi pejabat di lingkungan Dinas P dan K bermanfaat sebagai bahan balikan
dalam memberikan pembinaan kepada bawahannya agar keterampil
berbahasa dan prestasi belajar siswa meningkat.
1.6. Asumsi Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dengan disadari sebagai berikut :
1. Minat membaca siswa kelas I Sekolah Dasar dapat diukur dengan
menggunakan alat pengumpul data pengamatan langsung ( observasi) atau
observasi buku raport.
2. Prestasi belajar keterampilan bahasa Indonesia siswa , sebagaimana dalam
buku raport merupakan evaluasi yang memenuhi karakteristik valid dan
variable, sehingga dapat digunakan sebagai bahan analisis.
7
1.7. Ruang Lingkup penelitian
Ruang lingkup penelitian tindakan Kelas ini dibatasi sebagai berikut :
Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia Dengan Menumbuhkan Minat
Membaca Siswa Kelas I Sekolah Dasar Negeri Kasembon I Kecamatan
Kasembon Kabupaten Malang Pada Semester II Tahun Pelajaran 2006/2007.
1.8 Definisi Operasional
Dengan berdasarkan perasalahan atau pernyataan penelitian diatas
beberapa istilah yang digunakan dijabarkan operasionalnya demi kejelasan, serta
menghindari salah penafsiran, salah pengertian dalam mengimplementasikan
masalah penelitian.
1. Menumbuhkan Minat Membaca
Menumbuhkan adalah mengupayakan suatu perubahan dari pada yang ada
pada diri siswa yang terkait dengan minat ditingkatkan agar motivasi
intrinsiknya meningkat.
2. Yang dimaksud “ minat “ adalah kesediaan jiwa yang aktif untuk menerima
pengaruh dari dunia luar dirinya. Minat yang bersifat tetap merupakan
motivasi intrinsik.
3. Yang dimaksud membaca adalah membaca lanjutan.
4. Meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia.
Adalah usaha-usaha untuk meningkatkan prestasi belajar secara proporsional
antara guru, siswa dan lingkungan satu sama lain yang saling terkait.
8
Guru harus mengenal dengan mengadakan observasi atau melihat raport
siswa. Mengetahui kondisi siswa seutuhnya sangat perlu untuk mengetahui
strategi pembelajaran seperti “ falsafah pisau” semakinsering diasah semakin
tajam. Kondisi siswa yang bervariasi perlu mendapatkan perhatian khusus
dari guru. Guru harus mampu mengupayakan kedisiplinan dan ketertiban.
Kedisiplinan adalah kunci untuk mencapai keberhasilan, khususnya
kedisplinan soal waktu. Siswa dibiasakan hidup disiplin, teratur, bertanggung
jawab, baik di sekolah maupun di rumah. Guru harus bias menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan, mengadakan evaluasi secara konsisten
dengan alat evaluasi yang valid sehingga prestasi keterampilan berbahasa
Indonesia siswa meningkat.
5. Penelitian Tindakan
Yang dimaksud penelitian tindakan adalah penelitian yang dipusatkan pada
analisis refleksi terhadap apa yang secara actual terjadi di dalam kelas.
Dalam hal ini adalah proses (aktivitas guru, aktivitas siswa dan interaksi
siswa-siswi, guru-siswa) dan bahan tugas pembelajaran keterampilan
berbahasa Indonesia ( menyimak, berbicara, membaca dan menulis hal ini
satu sama lain yang saling terkait) selama pembelajaran berlangsung.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pegertian Minat
Minat adalah kesediaan jiwa yang aktif, untuk menerima pengaruh dari
dunia luar diri siswa. Minat bersifat tetap, merupakan motivasi intrinsic.
Menurut Marsel ada sepuluh macam minat sebagai berikut :
1. Minat Jasmaniah, adalah suka akan pekerjaan yang memerlukan tenaga
jasmani.
2. Minat Mekanik, adalah suka memperbaiki dan merancang hal-hal yang
berkaitan dengan mesin.
3. Minat sosial, adalah suka akan aktivitas kelompok.
4. Minat Domestik, adalah suka menyelenggarakan pekerjaan rumah tangga.
5. Minat Matematis, adalah suka bekerjaan dengan angka-angka.
6. Minat Ilmiah, adalah suka mempelajari gejala-gejala alamiah.
7. Minat Belajar, adalah suka menyelidiki sesuatu itu secara mendalam
untuk mengetahui suatu obyek.
8. Minat Eksperimentasi, adalah suka mencoba sesuatu dan memastikan
hasil percobaan.
9. Minat terhadap anak-anak, adalah suka bermain-main dengan anak-anak.
10. Minat terhadap Kepemimpinan, adalah lebih suka memimpin dari pada
dipimpin.
10
Sesuai dengan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa minat anak sangat
berpengaruh besar terhadap proses belajar mengajar, khususnya proses belajar
membaca, karena dalam diri anak sebenarnya telah terbentuk konsep diri dan
kemampuan diri.
Oleh sebab itu guru mempunyai kewajiban menumbuhkan minat
membaca pada siswa melalui “ motivasi ekstrensik”( pengaruh dari luar siswa
). Meningkatkan motivasi ektresnsik membaca lanjutan di kelas I agar
tumbuh minat membaca sekaligus belajar yang mengacu pada langkah-
langkah awal rencana refleksi dan siklus yang telah direncanakan.
2.2. Membaca
2.2.1. Pengertian Membaca
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat
aktif represif. Suatu kegiatan aktif represif membaca dipandang sebagai suatu
proses yang melibatkan berbagai komponen, antara lain :
1. Pengetahuan Kebahasaan
2. Pengetahuan Keduniaan
3. Aspek Afektif
4. Kemampuan Penginderaan
Keterlibatan berbagai komponen tersebut mengakibatkan pengajaran membca
harus dilakukan secara komprehensif dengan memperhatikan kondisi
komponen tersebut. Pengajaran membaca dikembangkan. Berdasarkan hasil
penelitian di berbagai lembaga pendidikan formal tentang kegitan membaca.
11
Pengajaran mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, yakni: (1) Setiap
jenjang pendidikan, (2) Keadaan/lokasi penyelenggaraan pendidikan, (3)
Kondisi sosial ekonomi pelaku pendidikan.
Meskipun demikian tujuan dan sasaran akhir dari pengajaran membaca adalah
sama. Seperti dikemukakan Anderson (dalam tarigan, 1984 : 7) bahwa
membaca dari segi linguistic merupakan proses dari penyandian kembali dan
pembacaan sandi. Tarigan (1987 : 7) mengemukakan bahwa membaca suatu
proses pengambilan atas ide pengarang melalui kata-kata atau bahasa tulis. Ada
beberapa pandangan ahli tentang pengertian membaca :
1) Membaca merupakan pengembangan keterampilan mulai dari
keterampilan memahami kata-kata kalimat, paragraph dalam bacaan
sampai dengan mmahami secara kritis dan evaluasi terhadap keseluruhan
isi bacaan.
2) Membaca merupakan kegiattan visual berupa serangkaian kegiatan
gerakan mata dalam mengikuti baris-baris tulis pemusatan penglihatan
pada kata dan kelompok kata melihat ulang kata dan kelompok kata untuk
memperoleh pemahaman.
3) Membaca merupakan kegiatan mengamati dan memahami kata-kata yang
tertulis dan memberikan makna terhadap kata-kata tersebut berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.
4) Membaca merupakan suatu pengolahan informasi yang dilaksanakan
pembaca dengan menggunakan informasi dalam bacaan dan pengetahuan
serta pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya yang relevan dengan
informasi tersebut.
12
5) Membaca merupakan proses menghubungkan tulisan dengan bunyi sesuai
dengan system tulisan yang digunakan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Membaca merupakan proses mekanik berupa mengkoordinasi kembali
rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata dan kalimat
yang bermakna.
2) Proses psikologis berupa kegiatan dalam mengolah informasi.
3) Kegiatan mencari dan menemukan informasi dalam bacaan.
4) Mengidentifikasi, menguraikan dan menetukan makna bacaan dan aktivitas
yang melibatkan pengetahuan, pengalaman dan sikap.
2.2.2. Tujuan Membaca
Dalam (kurikulum 1994 : 4) dikatakan tujuan membaca di sekolah
dasar sebagai berikut :
1) Memupuk dan mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami
dan melaksanakan cara membaca dan menulis dengan baik dan benar.
2) Melatih dan mengembangkan kemampuan siswa agar terampil
mengubah huruf menjadi suara.
3) Melatih dan mengembangkan kemampuan menyuarakan huruf dalam
kata menjadi suara yang di dengarnya.
4) Melatih keterampilan siswa untuk memahami kata-kata isi bacaan yang
dibaca atau di tulis
13
5) Memupuk dan mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami,
menuliskan, menggunakan, menikmati dan menghargai keindahan
cerita bahawa Indonesia sederhana.
Pendapat lain yang mengemukakan tujuan membaca menurut Walpes
( dalam Nurhadi, 1987 : 136 ) menggolongkan membaca menjadi lima,
yaitu sebagai berikut :
1) Membaca untuk memperoleh sesuatu yang praktis.
2) Membaca untuk mendapat rasa lebih dibanding orang lain.
3) Membaca untuk memperkuat nilai-nilai dan keyakinan.
4) Membaca untuk mengganti pengalaman yang sudah usang.
5) Membaca untuk menghindarkan dari kesulitan.
2.2.3. Aspek Keterampilan Membaca
Aspek keterampilan membaca menurut Nurhadi ( 1987 : 12-14)
adalah sebagai berikut :
1) Keterampilan mengenal kata-kata.
2) Tanda baca
3) Makna tersurat
4) Membaca kritis
5) Membaca kreatif
Sedangkan menurut Broughton ( dalam tarigan 1987 : 11-12), aspek
keterampilan membaca sebagai berikut :
14
1) Membaca merupakan keterampilan yang bersifat mekanik mencakup
pengenalan ejaan dan bunyi.
2) Keterampilan yang bersifat pemahaman mencakup pengertian
sederhana, makna evaluasi dan kecepatan membaca fleksibel.
2.2.4 Jenis-Jenis Membaca
Dalam pengajaran bahasa ada dua jenis membaca yaitu membaca
permulaan dan membaca lanjutan.
Jenis-jenis membaca lanjutan menurut Supriyadi, dkk, ( 1995 : 185 )
adalah sebagai berikut :
1. Membaca dalam hati.
Tujuan membaca dalam hati adalah agar siswa memahami isi bacaan.
Bahan bacaan yang digunakan adalah buku paket dan buku pelengkap,
dapat pula ditambah buku-buku lain mempertimbangkan keluasan dan
ke dalam materi. Untuk mengembangkan kemampuan siswa
memahami bacaan Smith dab Baret mengemukakan “ suatu taksonomi
yang dapat dipakai guru sebagai pedoman dalam menyusun
pertanyaan yang dapat mengembangkan kemampuan siswa
memahami bacaan “. Taksonomi itu terdiri dari empat kategori yaitu :
a. Pemahaman Harfiah
Membimbing siswa untuk menemukan informasi yang secara jelas
diungkapkan dalam bacaan.
15
b. Pemahaman Inferensial
Ditujukan oleh siswa bila dapat menarik kesimpulan dari fakta-
fakta tertulis atau hal-hal yang diketahui dari bacaan.
c. Pemahaman Evaluasi
Apabila siswa menunjukkan pikiran evaluative dengan
membandingkan buah pikiran yang disajikan wacana dengan
kriteria yang ada dalam dirinya atau kriteria sumber lain.
d. Pemahaman Apresiasi
Pemahaman apresiasi berhubungan dengan psikologis dan etetis
siswa. Selain itu juga membimbing siswa mengenal teknik-teknik,
bentuk gaya dan struktur kata.
2. Membaca Bahasa
Tujuan mebaca bahasa adalah agar siswa memiliki pengetahuan
tentang kebahasaan Indonesia yang diperoleh dari membaca.
3. Membaca Teknik
Membaca teknik bertujuan agar siswa memiliki keterampilan
mengubah lambing tulisan menjadi ucapan yang dapat dipahami baik
oleh diri sendiri atau orang lain yang mendengarkan(Muchlisoh, dkk,
1992) yang perlu mendapat perhatian guru dalam pengajaran ini ialah
intonasi kata, kalimat atau lafal kata fungtuasi (tanda-tanda baca).
4. Membaca Indah
Yang menjadi perhatian utama dalam membaca indah ialah unsur
irama informasi, ketepatan ucapan, intonasi, kalimat seru, kalimat
16
ajakan dan seterusnya. Bahan bacaan yang diperlukan ialah puisi,
prosa, lirik, bacaan dialog atau naskah drama.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
3.1.1. Jenis penelitian
Sunardi Suryabrata (1998) mengklasifikasikan jenis penelitian
menjadi tujuh macam, yakni sebagai berikut :
1. Penelitian Deskriptif
2. Penelitian Historis
3. PenelitianKoresional
4. Penelitian Kausal Komparatif
5. Penelitian Eksperimen
6. Penelitian Grounded
7. Penelitian Tindakan ( Action Research)
3.1.2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (
Action Research) berdasarkan pendekatan Naturalistik Kualitatif.
Pendekatan ini memandang kenyataan sebagai sesuatu yang
berdimensi jamak, utuh dan merupakan kesatuan serta open minded.
Karena itu tidak mungkin disusun rancangan penelitian yang terinci
dan fixed sebelumnya. Rancangan penelitian berkembang selam
proses penelitian berlangsung. Peneliti dan obyek yang diteliti saling
berinteraksi, yang proses penelitiannya dilakukan dari “ luar” dan dari
“dalam” dengan melibatkan banyak fudgement.
18
Dalam pelaksanaannya peneliti sekaligus seorang alat peneliti
yang dengan sendirinya tidak dapat melepaskan sepenuhnya dari
unsure subyektifitas. Dengan kata lain dalam penelitian ini tidak ada
alat penelitian yang baku yang telah disiapkan sebelumya.
Penerapan penelitian didalam kelas diharapkan mampu
memotivasi guru memiliki kesadaran diri, melakukan refleksi diri dan
kritik diri terhadap aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan ( MC.
Niff, 1992, Hopkins, 1985,1993). Maka penelitian tindakan ini
didasarkan pada prinsip situasional yang berkaitan dengan realitas
lapangan yang dalam hal ini adalah suasana kelas. Membiarkan kelas
dalam suasana kewajaran, sebagaimana keadaan sebenarnya , artinya
tindakan dan penelitian yang akan dilakukan bertolak dari informasi-
informasi yang actual yang diperoleh dari “realitas” yaitu guru, siswa
dan proses-proses selama pembelajaran berlangsung. Kemudian
dijadikan bahan dasar refleksi diri dalam menyusun rencana tindakan
yang akan dilakukan. Kegiatan ini mengikuti alur pokok sebagai
berikut :
1. Refleksi Awal
2. Perencanaan Tindakan
3. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
4. Refleksi untuk perbaikan selanjutnya dan seterusnya sampai
tujuan yang hendak dicapai berhasil.
19
3.2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian tindakan ini berperan
ganda, yaitu sebagai peneliti dan praktisi. Sebagai praktisi dan peneliti
guru melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas I dengan menerapkan
berbagai teori dan teknik pembelajaran yang yang relevan secara kreatif,
efektif dan menyenangkan.
Dalam kegiatan pembelajaran mengangkat masalah-masalah
“aktual” yang dihadapi oleh guru dilapangn, kemudian dilakukan suatu
observasi dan evaluasi yang hasilnya dapat dipakai sebagai masukan
untuk melakukan “refleksi” atas apa yang terjadi pada tahapan
pelaksanaan pembelajaran. Hasil proses ini kemudian melandasi upaya
perbaikan dan penyempurnaan dari perencanaan tindakan berikutnya.
Tahapan-tahapan diatas dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan
sampai kualitas keberhasilan tertentu dapat dicapai dengan baik.
3.3. Lokasi Penelitian
Pengertian lokasi pada penelitian tindakan ini adalah situasi
social yang terdiri dari dari tempat, pelaku dan kegiatan ( Nasution,
1992). Dengan demikian yang dimaksud lokasi dalam penelitian tindakan
ini adalah sebagai berikut :
1. Aspek Tempat
Adalah lokasi dimana proses interaksi pembelajaran berlangsung.
Dalam hal iini kelas I Sekolah Dasar Negeri Kasembon I Kecamatan
Kasembon Kabupaten Malang.
20
2. Aspek Pelaku
Adalah Guru dan siswa kelas I yang terlibat dalam interaksi belajar
mengajar di dalam kelas.
3. Aspek Kegiatan
Adalah kegiatan yang dilakukan dalam hal ini adalah “ Meningkatkan
Keterampilan Berbahasa Indonesia Dengan Menumbuhkan Minat
Membaca Siswa Kelas I Sekolah Dasar Negeri Kasembon I
Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang Pada semester II Tahun
Pelajaran 2006/2007 “
3.4. Sumber Data
Sumber data yaitu aspek penelitian yang dapat
memberikan informasi yang dapat membantu perluasan teori (Bogdan
dan Biken, 1990). Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan
siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri Kasembon I Kecamatan
Kasembon Kabupaten Malang.
3.5. Prosedur Pengumpulan Data
Sumber data variable pertama dilakukan melalui dua tahap,
yaitu :
1. Tahap Pertama
Siswa secara satu persatu membaca wacana yang telah
dipersiapkan dalam waktu dua menit.
21
2. Tahap kedua
Siswa diberi lembar pertanyaan yang menyangkut isi wacana dan
dijawab secara tertulis.
Pada tahap pertama dan tahap kedua akan menghasilkan
data tentang kemampuan membaca setelah dimotivasi dengan
menumbuhkan minat membaca.
1. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengetahui hasil belajar
keterampilan berbahasa Indonesia, sebelum tumbuh minat.
Dengan melihat raport memiliki standar validitas dan
obyektifitas karena telah memenuhi kriteria standar.
2. Obsevasi
Menurut Suharsimi Arikunti (1992 : 128) observasi dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Observasi non sistematis, yaitu dilakukan pengamat
dengan tidak menggunakan instrument pengamatan.
b. Observasi sistematis, yaitu dilakukan oleh pengamat
dengan menggunakan pedoman sebagai instrument
pengamatan.
3. Catatan Lapangan
Digunakan untuk menilai proses pembelajaran.
22
3.6. Analisi Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif
berdasarkan hasil observasi terhadap tumbuhnya minat membaca dan
hasil belajar dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Melakukan reduksi yaitu mengecek dan mencatat kembali data-data
yang telah terkumpul.
2. Melakukan interpelasi yaitu menafsirkan yang diwujudkan dalam
bentuk pernyataan.
3. Melakukan inferensi yaitu menyimpulkan apakah dalam
pembelajaran terjadi peningkatan tumbuhnya minat membaca dan
hasil belajar atau tidak.
4. Tahap tindak lanjut yaitu merumuskan langkah-langkah perbaikan
untuk siklus berikutnya atau pelaksanaan di lapangan setelah siklus
berhasil berdasarkan inferensi yang telah ditetapkan.
5. Pengambilan kesimpulan diambil berdasarkan analisis hasil-hasil
observasi yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Kemudian
dituangkan dalam bentuk pernyataan.
Kegiatan analisis data mempergunakan pedoman dibawah ini :
1. Tumbuhnya minat membaca siswa dalam pelajaran dengan
indikator:
a.Tidak suka membuang waktu
b. Keaktifan yang tinggi
c.Mengerjakan tepat waktu
d. Mengerjakan sebaik mungkin
23
e.Bergairah belajar
Adapun kriteria penelitian tumbuhnya minat membaca adalah
sebagai berikut :
a. Rumus untuk menentukan prosentase pada setiap indicator adalah
jumlah siswa yang masuk dikalikan 100%.
b. Tumbuhnya minat membaca dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Minat membaca dinyatakan tumbuh ( meningkat) jika rata-rata
prosentase masing-masing kegiatan yang dinilai lebih dari atau
sama dengan 75%.
2) Minat membaca dinyatakan belum tumbuh atau meningkat jika
rata-rata prosentase masing-masing kegiatan kurang dari 75%.
2 Meningkatkan hasil belajar siswa ditandai dengan indikator hasil
belajar (nilai ulangan harian) menjadi lebih baik daripada sebelum
penelitian.
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I
Menumbuhkan atau meningkatkan minat membaca dalam
keterampilan berbahasa Indonesia dapat memberikan pengaruh yang
positif sehingga siswa merasakan pada dirinya ada perubahan berupa
kemajuan dalam belajarnya karena dirinya telah termotivasi sehingga
minat membaca meningkat dan bergairah untuk belajar.
Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk menanyakan
secara individual tentang apa saja yang belum dipahaminya. Pertanyaan
siswa secara individual dijawab oleh guru juga secara indidual. Guru juga
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlomba mendapatkan nilai
yang terbaik. Beberapa hal yang dicatat pada pertemuan siklus I ini antara
lain :
1. Waktu yang dipergunakan mengerjakan pertanyaan belum merata.
2. Kurang telitinya siswa dalam menulis jawaban pertanyaan yang
tersedia.
Berikut ini data siswa yang menunjukkan meningkatnya minat siswa pada
siklus I pada saat mengerjakan LKS
25
Tabel 4.1 Minat Siswa Pada Saat Pengerjaan LKS Siklus I
NO Indikator Jumlah Siswa Prosentase %
1. Tidak suka membuang waktu 8 62
2 Aktivitas yang sangat tinggi 8 69
3 Mengerjakan tepat waktu 8 62
4 Mengerjakan sebaik mungkin 8 62
5 Bergairah belajar 8 62
Rata-rata 8.2 63.4
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pada siklus ini minat membaca
siswa belum memenuhi harapan(masih dibawah 75%). Pada tahap
selanjutnya guru mengajak siswa untuk membahas hasil pengerjaan LKS
dengan cara member kebebasan siswa menulis jawaban di papan tulis.
Selanjutnya pembahasan tentang jawaban yang telah ditulis di papan tulis.
Siswa yang jawabannya salah atau kurang sempurna harus
menyempunakan jawabannya. Hal ini dimaksudkan agar pada kegiatan
selanjutnya tidak mengalami kesalahan. Apabila tidak diperbaiki,
kesalahan ini terbawa pada kegiatan-kegiatan selanjutnya.
Berikut daftar aktivitas yang menunjukkan menngkatnya
minat berprestasi siswa pada siklus pertama pada saat pembahasan LKS.
26
Tabel 4.2. Minat Siswa pada pembahasan LKS Siklus I
NO Indikator Jumlah Siswa Prosentase %
1. Tidak suka membuang waktu 10 76
2 Aktivitas yang sangat tinggi 10 76
3 Mengerjakan tepat waktu 9 69
4 Mengerjakan sebaik mungkin 9 69
5 Bergairah belajar 11 85
Rata-rata 9.8 75
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pada siklus I pembahasan LKS
minat siswa sudah cukup baik, rata-rata mencapai 75%.
Pada akhir tahap ini guru memberikan penelitian akan hasil tugas siswa.
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan motivasi siswa bahwa semakin
sempurna dan teliti jawabannya akan mendapat nilai yang lebih baik.
Kemudian diadakan ulangan tertulis yang bahannya dari semua bahan
yang dipelajari siswa sebanyak sepuluh soal dengan waktu sepuluh menit.
Pada saat mengerjakan evaluasi terlihat adanya minat dan motivasi siswa
untuk lebih berprestasi mengerjakan sebaik-baiknya.
Berikut data aktivitas siswa yang menunjukkan minat belajar
siswa pada siklus I pada saat diskusi kelompok.
27
Tabel. 4.3. Minat siswa pada Saat Diskusi Siklus I
NO Indikator Jumlah Siswa Prosentase %
1. Tidak suka membuang waktu 10 76
2 Aktivitas yang sangat tinggi 10 76
3 Mengerjakan tepat waktu 10 76
4 Mengerjakan sebaik mungkin 10 76
5 Bergairah belajar 11 85
Rata-rata 10.2 77.8
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa minat dalam mengikuti diskusi
Tanya jawab sudah cukup baik yaitu mencapai nilai rata-rata 77.8%.
Pada saat pengerjaan evaluasi terlihat adanya minta untuk berpartisipasi
dengan mengerjakan sebaik-baiknya.
Tabel 4.4. Minat Siswa Pada Saat Evaluasi Siklus I
NO Indikator Jumlah Siswa Prosentase %
1. Tidak suka membuang waktu 11 85
2 Aktivitas yang sangat tinggi 10 76
3 Mengerjakan tepat waktu 10 76
4 Mengerjakan sebaik mungkin 10 76
5 Bergairah belajar 11 85
Rata-rata 10.4 79.6
28
Dari data diatas tersebut menunjukkan bahwa motivasi (minat) siswa
dalam evaluasi ini cukup baik, mencapai rata-rata 79.6%.
Pada akhir kegiatan guru dan siswa memberikan beberapa
kesimpulan kegiatan dan memberikan penilaian terhadap aktivitas siswa
selama kegiatan dan memberikan penyempurnaan kegiatan selanjutnya.
1. HASIL BELAJAR
Berdasarkan ulanga harian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa
telah ada peningkatan hasil belajar daripada pertemuan sebelum
dilaksanakan penelitian walaupun kenaikan belum signifikan.
Beberapa siswa telah menunjukkan hasil yang nilainya rendah kurang dari
6,00.
Secara rinci dapat dilihat pada table 4.5
29
Tabel 4.5. Hasil Evaluasi Belajar Siklus I
No
Nama MIN BC MB JML
Rata-
rata %Urut Induk
1 1541 Afifatun Nisak 60 60 60 180 60 60
2 1542 Akhorindra F. Bahara 60 70 60 190 63 63
3 1543 Andhi Firmanda 90 90 90 270 90 90
4 1544 Anwar Kautsar 80 85 85 250 83 83
5 1545 Ari Reza M 95 95 95 285 95 95
6 1546 Danis Alfitasari 95 95 95 285 95 95
7 1547 Dew Indra Rukmana 65 70 80 217 72 72
8 1548 Diah Meyta Nur CH 80 85 90 255 85 85
9 1549 Dinny Ramadani 80 80 85 245 82 82
10 1550 Dhona Suciliawati 95 95 95 285 95 95
11 1551 Filza Robby Zoel 95 95 95 285 95 95
12 1552 Fiqi Andrian 60 70 80 210 70 70
13 1553 Febrian Tri Susilo 60 70 60 190 63 63
14 1554 Gunawan Much 60 60 60 180 60 60
Jumlah 1075 1120 1130 3325 1108 1108
Rata-rata 76.6 80 80.71 237.5 79.14 79.14
30
Keterangan :
MIN : Menyimak
BC : Berbicara
MB : Membaca
Dari hasil evaluasi belajar tersebut nilai rata-rata 78.1 maka dapat disimpilkan
bahwa menumbuhkan minat membaca dapat meningkatkan keterampilan
berbahasa Indonesia.
2. Rekomendasi Siklus I
Walau pada siklus I ini menunjukkan hasil yang baik tetapi beberapa catatan
penyempurnaan masih perlu dilakukan sebagai berikut :
1) Tata tertib belajar perlu disempurnakan antara lain :
A. Perlu adanya pelaksanaan pembatasan waktu pengerjaan LKS
B. Ketelitian siswa dalam penulisan jawaban
C. Kelengkapan jawaban
2) Pada saat Pembahasan LKS
A. Guru sebaiknya menuliskan nomor soal yang akan diisi oleh siswa
secara berurutan di papan tulis kemudian menunjukkan siswa untuk
mengisi.
B. Penukaran buku LKS untuk dilakukan pemeriksaan ulang.
3). Pada saat diskusi, tempat duduk siswa sebaiknya berdekatan dengan
anggota kelompoknya untuk mempercepat berkumpulnya kelompok.
31
4.1.2. Hasil Penelitian Siklus II
Dengan melihat hasil rekomendasi pada siklus I, peneliti telah
melakukan penyempurnaan pada siklus II. Pada saat pembukan
pelajaran guru memberikan pengarahan ulang tentang tat cara belajar
yang disempurnakan dari siklus I, meliputi :
Tabel 4.6. Minat siswa Pada Pengerjaan LKS Siklus II
NO Indikator Jumlah Siswa Prosentase %
1. Tidak suka membuang waktu 8 85
2 Aktivitas yang sangat tinggi 9 76
3 Mengerjakan tepat waktu 7 76
4 Mengerjakan sebaik mungkin 10 85
5 Bergairah belajar 14 85
Rata-rata 10,6 81,4
Dari data di atas dapat dilihat bahwa siklus II ini terjadi peningkatan
minat siswa pada saat mengerjakan LKS, yaitu sebesar 18% bila
dibandingkan dengan siklus I.
Pada saat pembahasan LKS pada siklus II, guru tidak lagi memberikan
kebebasan terhadap siswa untuk menjawab soal di papan tulis, tetapi
guru membatasi dengan menuliskannomor-nomor yang akan dijawab
untuk menunjukkan deret-deret siswa yang akan menjawab.
Dengan cara ini pelajaran di papan tulis lebih terorganisasi. Disamping
itu guru membatasi jumlah siswa yang akan mengerjakan di papan
32
tulis. Dengan cara ini dapat diperoleh efisiensi waktu dan ketentuan
pengerjaan di papan tulis dan pembahasan cepat dilaksanakan.
Berikut data aktivitas siswa menunjukkan minat berprestasi siswa
pada siklus II, pada saat pembahasan LKS di papan Tulis.
Tabel 4.7. Minat Berprestasi Pada Pembahasan LKS Siklus II
NO Indikator Jumlah Siswa Prosentase %
1. Tidak suka membuang waktu 6 85
2 Aktivitas yang sangat tinggi 8 85
3 Mengerjakan tepat waktu 10 76
4 Mengerjakan sebaik mungkin 9 85
5 Bergairah belajar 15 85
Rata-rata 10.8 83.2
Dari data di atas diperoleh minat belajar siswa mengalami peningkatan
sebesar 8,2% bila dibandingkan Siklus I.
Siklus II ini diberi waktu 10 menit untuk diskusi kelompok, semangat
siswa dalam melakukan diskusi cukup tinggi. Berikut data aktivitas
siswa yang menunjukkan minat belajar siswa pada siklus II pada saat
siswa berdiskusi.
33
Tabel 4.8. Minat Berprestasi Berdiskusi Siklus II
NO Indikator Jumlah Siswa Prosentase %
1. Tidak suka membuang waktu 12 85
2 Aktivitas yang sangat tinggi 15 85
3 Mengerjakan tepat waktu 10 85
4 Mengerjakan sebaik mungkin 15 85
5 Bergairah belajar 16 92
Rata-rata 11,2 86,4
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa keikutsertaan siswa dalam
melaksanakan diskusi mengalami peningkatan sebesar 8,6% bila
dibandingkan dengan siklus I.
Tabel 4.9. Minat Berprestasi Pada Evaluasi Siklus II
NO Indikator Jumlah Siswa Prosentase %
1. Tidak suka membuang waktu 8 92
2 Aktivitas yang sangat tinggi 12 92
3 Mengerjakan tepat waktu 11 85
4 Mengerjakan sebaik mungkin 9 92
5 Bergairah belajar 12 92
Rata-rata 11,8 90,6
34
Dari data diatas menunjukkan rata-rata berprestasi siswa mengalami
peningkatan sebesar 11% dibandingkan siklus I.
Hasil yang diraih siswa pada siklus II ini mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Keteraturan yang diciptakan oleh guru dalam
pembelajaran ini membuahkan hasil positif berupa peningkatan
hasilbelajar dari siklus I ke siklus II.
Tabel 4.5. Hasil evaluasi Belajar Siklus II
No
Nama MIN BC MB JML
Rata-
rata %Urut Induk
1 1541 Afifatun Nisak 75 75 75 225 75 75
2 1542 Akhorindra F. Bahara 75 75 75 225 75 75
3 1543 Andhi Firmanda 95 100 95 290 97 97
4 1544 Anwar Kautsar 85 85 85 225 85 85
5 1545 Ari Reza M 100 100 95 295 98 98
6 1546 Danis Alfitasari 100 100 95 295 98 98
7 1547 Dew Indra Rukmana 75 75 75 225 75 75
8 1548 Diah Meyta Nur CH 85 85 85 225 85 85
9 1549 Dinny Ramadani 80 80 85 245 82 82
10 1550 Dhona Suciliawati 95 95 95 285 95 95
11 1551 Filza Robby Zoel 95 95 95 285 95 95
12 1552 Fiqi Andrian 75 75 75 225 75 75
13 1553 Febrian Tri Susilo 75 75 75 225 75 75
14 1554 Gunawan Much 75 75 75 225 75 75
Jumlah 1185 1190 1180 3252 1185 1185
35
Rata-rata 84,64 85 84,28 251,7 84,64 84,64
Dari data di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil evaluasi belajar sebesar
5,54% dari siklus I.
Peningkatan nilai menunjukkan bahwa perbaikan proses pembelajaran membawa
dampak positif terhadap hasil belajar siswa.
4.2. Pembahasan dan Refleksi
4.2.1. Pembahasan
Berdasarkan hasil belajar dan proses belajar yang telah
dilaksanakan menunjukkan ada peningkatan baik proses pembelajaran
maupun hasil belajar.
Hasil belajar sebelum diadakan tindakan kelas mencapai nilai rata-
rata 63,4% setelah siklus I dan siklus II rata-rata nilai 81,4% berarti ada
peningkatan 18%.
Hasil prestasi sebelum diadakan, tindakan kelas nilai rata-rata
mencapai 79,1%, setelah siklus I dan siklus II, serta rekomendasi
mencapai nilai rata-rata 84,6% berarti ada peningkatan 5,5%.
4.2.2. Refleksi
Sesuai dengan catatn dilapangan dalam proses pembelajaran
rekomendasi dan refleksi berupa perbaikan dan penyempurnaan proses
36
belajar dan mengajar berdampak positif untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
37
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penulisan dan pembahasan pada bab sebelumnya
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Hasil proses belajar sebelum tumbuh minat membaca mencapai
nilai rata-rata 63,4%. Setelah termotivasi minat siklus I dan siklus II,
refleksi dan rekomendasi nilai rata-rata mencapai 81,4%, berarti ada
peningkatan 18%.
Hasil belajar sebelum siklus I dan siklus II mencapai nilai rata-rata
79,1%, setelah siklus I dan siklus II, refleksi dan rekomendasi rata-rata
mencapai 84,6% berarti ada peningkatan 5,5%.
Maka menumbuhkan minat embaca dapat meningkatkan
keterampilan berbahasa Indonesia kelas I SDN Kasembon I Kecamatan
Kasembon Kabupaten Malang.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas dapat disarankan sebagai berikut :
1. Agar keterempilan berbahasa Indonesia meningkat, siswa harus
memiliki minat yang tinggi dalam prosses pembelajaran.
2. Agar hasil belajar siswa bias meningkat secara optimal hendaknya
guru menumbuhkan minat siswa dengan perbaikan dan
penyempurnaan proses pembelajaran
38
DAFTAR PUSTAKA
Ausebel, D.P, 1963. The Psychology of meaning Verbal Learning. New York,
grune & Srattim
Arikunto, S. 1983. Dasar-dasar evaluasi pendidikan, prosedur Penulisan Suatu
Pendekatan Praktis. Jakarta: Bina Aksara.
Baso, M. 1999.Kapita Selekta Teknologi Pembelajaran. Surabaya: Alkon
Training.
Depdikbud, 1994. Garis-garis Besar program Pembelajaran Bahasa Indonesia
Kelas VI Sekolah Dasar. Jakarta : Dikdasmen.
De Porter,B.M.dkk.2000. Quantum Teaching. Bandung : Kaifa.
Hopkins, David. 1985. Teaching’s Guide the Classroom Research. Philadelphia :
Open University, Milton Keynes.
Muchlisoh, dkk. 1992. Materi Pokok pendidikan Bahasa Indonesia 3. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Mc, Niff, jean. 1992. Action Research, principle and Practice. New York,
Rontledge Champman & Hall, Inc.
Nasution, S. 1992. Metodologi Penulisan Neturalistik Kualitatif. Bandung:
Tarsito.
Supriadi, dkk. 1995. Materi Pokok pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta:
Depdikbud Bagian proyek peningkatan mutu guru SD, Setara D-II 1995.
Sudjana, N. 1997. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar baru.
39
Lampiran 2
Evaluasi Belajar Siklus I
SIAPA YANG BODOH
Seluruh binatang di hutan menganggap kancil sebagai binatang paling
pintar dan banyak akal. Oleh karena itu, baginda Singa pun sering bertanya
kepada Kancil bila ada masalah yang sulit dipecahkan.
Sudah beberapa hari ini Kancil melihat Baginda Singa akrab dengan
Keledai. Ia tidak senang dan merasa tersaingi. Ketika Baginda Singa sedang
sendiri.Kancil mendekat, “ Tuanku akhir-akhir ini Tuanku sering melihat
bersama Keledai. Hamba takut kalau Tuanku tertular kebodohannya.”
“ Terima kasih, Cil. Kalau begitu, aku akan berusaha menjauhinya,” jawab
Baginda Singa.
Kancil merasa senang karena hasutannya berhasil. Singa percaya bahwa Keledai
bodoh. Setelah kancil pergi, Baginda Singa berpikir,” Apa benar yang dikatakan
kancil? Ah, aku tidak mau lansung percaya begitu saja ! Aku harus menguji
kepintaran kancil dan keledai. Aku harus menguji kepintaran Kancil dan Keledai.
Aku harus mengajukan pertanyaan yang sulit yang sangat sulit untuk mereka
berdua.
40
Baginda Singa lalu mencari pertanyaan yang akan diajukan kepada
mereka. Setelah ia menemukan pertanyaan yang sulit, Baginda Singa
mengundang Kancil dan keledai.
“ Kancil, Keledai sengaja kalian aku undang malam ini. Kita rasakan udara
begitu sejuk. Langit bersih. Bintang bertaburan dan berkelip-kelip. Coba kalian
lihat ke atas! Berapa ya jumlah bintang-bintang itu?”Tanya Baginda Singa.
Kancil dan Keledai terus mengamati langit. Kancil beberapa kali
menghitung jumlah bintang, tetapi tidak pernah cocok jumlahnya berbeda terus.
“ kancil, Bagaimana Kamu?” Tanya Baginda Singa. Kancil terdiam. Ia akhirnya
menggelengkan kepala.
“ hamba menyerah, Baginda?”.
“Keledai, bagaimana kamu?” Singa bertanya kepada keledai. Keledai menjawab
tenang.
“ Jumlah bintang di langit sama dengan jumlah bulu yang tuan miliki.”
“ Kamu jangan asal menjawab saja,Keledai!” Ujar Singa agak marah.
“ Kalau Tuan tidak percaya, silahkan saja Tuan hitung sendiri!” kata Keledai.
Singa terdiam. Ia berpikir dalam hatinya dan benar kata keledai. Aku juga tidak
tahu, berapa jumlah buluku dan jumlah bintang di langit.
“ Kamu ternyata pintar. Keledai,” puji Baginda Singa.
41
Keledai tersenyum bangga, Kancil lalu pergi karena malu. Ternyata, ada juga
yang lebih pintar dari dirinya.
Dikutip dari : Buku BBI 3B Hal 130
42
PERTANYAAN SIKLUS I
JAWABLAH PERTANYAAN DI BAWAH INI!
1. Siapa yang menjadi raja hutan itu?
2. Mengapa kancil merasa tersaingi oleh keledai?
3. Apakah Singa langsung percaya pada laporan Kancil?
4. Apa yang dilakukan Singa untuk menguji kepandaian Keledai?
5. Mengapa Kancil akhirnya pergi meninggalkan Singa dan Keledai?
KUNCI JAWABAN SIKLUS I
1. Singa
2. Karena sudah beberapa hari Singa akrab dengan Keledai
3. Tidak
4. Mengajukan pertanyaan yang sulit
5. Kancil malu kepada Keledai karena Keledai lebih pintar dari dirinya.
43
LAMPIRAN II
EVALUASI BELAJAR SIKLUS II
JASA PETANI DAN NELAYAN
Nasi yang kita makan setiap hari
Siapa penghasilnya
Tentu saja petani
Jangan lupakan jasanya
Ikan segar bergizi
Siapa pula penghasilnya
Kutahu pasti
Itu jasa nelayan
Wahai kawan
Jangan lupa petani dan nelayan
Mereka berjasa besar
Mencari bahan makanan
Karya: N. Falia
Dikutip dari: Buku BBI 3B hal 118
44
PERTANYAAN SIKLUS II
JAWABLAH PERTANYAAN DIBAWAH INI!
1. Mengapa petani dikatakan berjasa?
2. Mengapa Nelayan dikatakan berjasa?
3. Mengapa kita tidak boleh melupakan jasa Petani dan Nelayan?
KUNCI JAWABAN SIKLUS II
1. Karena menghasilkan bahan makanan
2. Karena mencari bahan makanan yang bergizi yaitu ikan
3. Karena mereka mencari bahan makanan
45