aryadningrat.files.wordpress.com file · Web viewMenurut arti katanya alat penangkapan ikan,...
Transcript of aryadningrat.files.wordpress.com file · Web viewMenurut arti katanya alat penangkapan ikan,...
PENDAHULUANLatar Belakang Kegiatan penangkapan ikan merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk
memanfaatkan potensi perikanan yang ada di Indonesia. Dalam kegiatan penangkapan
ikan diperlukan berbagai informasi tentang konstruksi dan pengoperasian alat tangkap
yang efektif, kondisi oseanografi, maupun mengenai tingkah laku ikan yang menjadi
sasaran penangkapan. Ikan yang ada di laut harus dapat dimanfaatkan dengan baik
melalui proses penangkapan ikan. Secara garis besar di Indonesia terdapat 10 macam
alat tangkap yang sering yang digunakan yaitu seperti pukat udang, pukat kantong,
pukat cincin, jaring insang, jaring angkat, mata pancing, bubu, pengumpul
kerang/rumput laut, pukat ikan karang, dan tombak (Haxims, 2010), yang semuanya
memiliki fungsi masing-masing dan biasa digunakan pada daerah-daerah yang sesuai
pula.
Ikan laut merupakan kekayaan alam yang tidak habis-habisnya selama dapat
mengelola dengan baik karena di laut yang sangat luas terjadi kesadaran masyarakat
akan pentingnya laut semakin baik, berbagai proses perbaikan stok ikan baik melalui
pertumbuhan fertilitas, migrasi ikan dan lain-lain. Ikan yang ada di laut ini harus dapat
dimanfaatkan dengan baik melalui proses penangkapan ikan. Untuk melakukan
penangkapan harus menggunakan alat tangkap yang sesuai dengan karakteristik
tingkah laku dan habitat ikan yang berada di laut tersebut (UMKM, 2010).
Setiap usaha penangkapan ikan di laut pada dasarnya adalah bagaimana
mendapatkan daerah penangkapan, gerombolan ikan, dan keadaan potensinya untuk
kemudian dilakukan operasi penangkapannya. Beberapa cara untuk mendapatkan
kawasan ikan sebelum penangkapan dilakukan menggunakan alat bantu penangkap
yang biasa disebut rumpin dan sinar lampu. Kedudukan rumpon dan sinar lampu untuk
usaha penangkapan ikan di perairan Indonesia sangat penting ditinjau dari segala
aspek baik ekologi, biologi, maupun ekonomi. Rumpon digunakan pada siang hari
sedangkan lampu digunakan pada malam hari untuk mengumpulkan ikan pada
titik/tempat laut tertentu sebelum operasi penangkapan dilakukan dengan alat
penangkap ikan seperti jaring, huhate dsb (SIPUK, 2007).
PEMBAHASANALAT TANGKAP IKAN (JARING, PANCING, DAN TRAP) Banyaknya jenis ikan dengan segala sifatnya yang hidup di perairan yang
lingkungannya berbeda-beda, menimbulkan cara penangkapan termasuk penggunaan
alat penangkap yang berbeda-beda pula. Juga sifat dari ikan pelagis selalau berpindah-
pindah tempat, baik terbatas hanya pada suatu daerah maupun berupa jarak jauh
1
seperti ikan tuna dan cakalang yang melintasi perairan beberapa negara tetangga
Indonesia.
Dilihat dari segi kemampuan usaha nelayan, jangkauan daerah laut serta jenis alat
penangkapan yang digunakan oleh para nelayan Indonesia dapat dibedakan antara usaha
nelayan kecil, menengah, dan besar. Dalam melakukan usaha penangkap ikan dari tiga
kelompok nelayan tersebut digunakan sekitar 15 s/d 25 jenis alat penangkap yang dapat dibagi
dalam empat kelompok sebagai berikut.
Kelompok Alat Tangkap Ikan Nelayan
No Kelompok Nama Alat Tangkap
1 Pukat Payang termasuk lampara, Pukat pantai, Pukat
cincin
2 Jaring Jaring insang hanyut, Jaring insang lilngkar, Jaring
klitik, Jaring trammel
3 Jaring Angkat Bagan Perahu, Bangan Tancap, Bagan Rakit,
Serok, Bondong dan banrong
4 Pancing Rawi tuna, Rawai hanyut selain, Rawai tetap,
Huhate, Pancing tonda, Pancing tangan-hand lin
(SIPUK, 2007).
Namun secara umum alat tangkap ikan terbagi dalam tiga macam yaitu alat
tangkap Jaring, Pancing, dan Trap.
ALAT TANGKAP JARINGMenurut arti katanya alat penangkapan ikan, burung, dsb yang berupa siratan atau
rajutan tali/benang yang membentuk mata jala dapat dikatakan sebagai jaring. Jaring
terdapat beberapa macam berdasarkan definisinya menurut data artikata.com (2011),
yaitu :
Jaring angkat merupakan jaring penangkap ikan yang pada waktu diturunkan
dan diangkat dari perairan, dan gerakannya vertikal.
Jaring angkat tetap merupakan jaring angkat yang cara pemasangannya tetap
di suatu tempat, yaitu dekat pantai atau di tempat yang dangkal.
Jaring dorong merupakan jaring berbentuk kantong yang penggunaannya
dengan cara mendorong alat tersebut ke depan ke tempat yang diperkirakan
ada ikannya, pendorongan dilakukan dengan tangan atau dengan perahu di
tempat dangkal.
Jaring halau merupakan jaring yang hanya digunakan di daerah perairan
berkarang untuk menangkap ikan karang.
2
Jaring hanyut merupakan jaring insang yang pemasangannya dibiarkan
hanyut mengikuti arus.
Jaring insang 1 merupakan jaring berbentuk persegi empat panjang yg
dilengkapi dengan pemberat di bagian bawah dan pelampung di bagian atas,
dipasang menghadang arah gerak ikan sehingga ikan tertangkap karena
insangnya tersangkut pada mata jaring.
Jaring insang 2 merupakan jaring ikan yg dipasang melingkar pada waktu
penangkapan ikan.
Jaring kantong merupakan jaring berbentuk kantong, mempunyai dua buah
sayap yg cara penggunaannya ditarik ke arah kapal yg sedang berhenti atau
ditarik ke pantai.
Namun ada pula alat tangkap jaring lainnya seperti :
Jaring Jodang Jaring jodang adalah alat penangkap ikan yang memiliki bentuk rangka
trapesium yang dikelilingi jaring. Alat tangkap ini memiliki pintu masuk yang berfungsi
sebagai tempat masuknya target tangkapan. Alat tangkap ini diklasifikasikan kedalam
alat tangkap perangkap dan penghadang.
Jaring jodang memiliki rangka terbuat dari besi behel dengan diameter 4 mm
dan badan terbuat dari warning dengan mesh size 4 mm. Ukuran bagian bawah 30x30
cm, atas 10x10 cm, tinggi antara 8-10 cm dan diameter pintu masuk berukuran antara
6-8 cm. Ukurannya bisa berbeda antara nelayan satu dan nelayan lainnya meskipun
masih dalam satu daerah .
Dalam pengoperasian jaring jondang diperlukan 3 komponen pendukung seperti:
o Kapal
Pengoperasian jaring jodang biasanya dilakukan dengan menggunakan perahu
motor tempel yang dilengkapi dengan gardan penarik tali utama. Namun perahu
hanya digunakan untuk membawa alat ke fishing ground dan membawa hasil
tangkapan saja.
o Nelayan
Nelayan yang mengoperasikan jaring jodang berjumlah 2-3 orang. Satu orang
bertindak sebagai nahkoda kapal dan 2 orang melakukan proses penangkapan.
o Alat Bantu
Alat bantu yang digunakan yaitu gardan yang terbuat dari bambu, kayu dan besi.
o Umpan
Umpan yang biasa dipakai adalah ikan peperek atau ikan rucah yang dikaitkan di
bagian bawah jaring dengan cara diikat dengan karet gelang.
Metode pengoperasian alat3
Pemasangan jaring jodang di daerah penangkapan dipasang satu demi satu
kemudian diuntai dengan jarak satu dan lainnya antara 3-4 m. Dalam satu set jaring
jodang biasanya dipasang antara 200-600 buah jaring jodang atau tergantung dari
kapasitas perahu, modal dan kemampuan nelayan mengoperasikannya. Waktu operasi
dimulai dari jam 18.00- 06.00 dengan lama peredaman antara 2-4 jam (Martasuganda,
2003).
Daerah pengoperasian
Alat tangkap jaring jodang ini masih banyak digunakan oleh masyarakat di
daerah pantai utara dan selatan Sumatra, namun di daerah Kalimantan Barat dan
Selatan alat tangkap ini juga masih ada yang menggunakannya. Daerah pengoperasian
di perairan pantai dasar perairannya berlumpur, berlumpur bercampur pasir atau
perairan yang banyak dihuni oleh jaring jodang dengan kedalaman antara 5-30 m
tergantung keberadaan jaring jodang pada daerah tangkapan (Martasuganda, 2003).
Hasil tangkapan
Jenis hasil komoditas utama yang diperoleh dari alat tangkap ini yaitu keong
macan (Bobylania spirata) dan lainnya (Sulaiman 2003).
Jaring Payang Jaring payang merupakan salah satu jenis alat tangkap yang cukup produktif
digunakan untuk penangkapan ikan di kolom air dan banyak tersebar di seluruh
perairan Indonesia. Namun demikian kadang kala tiap daerah dimodifikasi, sebagai
contoh bahwa jaring payang dikenal di perairan Laut Jawa dan di Perairan Belitung
dengan ukuran yang agak berbeda. Secara spesifik jaring payang merupakan salah
satu bentuk jaring penangkapan ikan yang terdiri atas kantong jaring, kaki jaring dan tali
jaring. Mata jaring memiliki ukuran standar yang telah ditentukan dan direkomendasi
oleh pemerintah Jaring payang banyak digunakan oleh usaha kecil menengah, karena
jaring payang memerlukan biaya yang relatif kecil sehingga terjangkau oleh nelayan
kecil dan dioperasionalkan cukup dengan satu perahu dan 5 orang anak buah kapal
(ABK). Sebagian besar pengguna jaring payang adalah nelayan tradisional dan
berpendidikan rendah.
Jaring payang biasa dioperasikan pada daerah-daerah permukaan, dimana
biasanya digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang tersebar begitu banyak di
daerah permukaan.
ALAT TANGKAP PANCING
4
Alat pancing terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali dan mata kail. Jumlah
mata yang terdapat pada tiap perangkat pancing bisa tunggal maupun ganda, bahkan
banyak sekalli (beberapa ratus mata kail) tergantung dari jenis pancingnya. Selain dua
komponen utama tali dan mata pancing, alat pancing dapat dilengkapi dengan
komponen lainnya, misalnya tangkai (pole), pemberat, pelampung dan kili-kili (swivel).
Pada umumnya mata pancing diberikan umpan baik dalam bentuk mati maupun hidup
atau umpan tiruan. Banyak macam alat pancing digunakan oleh para nelayan, mulai
dari bentuk yang sederhana sampai dalam bentuk ukuran skala besar yang digunakan
untuk perikanan industri
(SIPUK, 2007).
Kita pasti pernah mendengar berbagai macam alat untuk menangkap ikan.
Mulai dari menggunakan jaring, pancingan, perangkap, sampai dengan yang terburuk
adalah bom. Di Indonesia, ada alat tangkap yang menangkap ikan dengan cara yang
unik dan pastinya, ramah lingkungan. Nama alat tangkap tersebut adalah "Huhate" atau
dalam bahasa internasional disebut "Pole And Line".
Huhate Huhate atau yang dalam bahasa internasional disebut dengan "Pole And Line"
merupakan alat penangkap ikan yang sudah digunakan sejak zaman dahulu oleh
masyarakat ambon secara turun temurun. Huhate dipergunakan khusus untuk
menangkap cakalang, maka tak heran jika alat ini juga dikenal dengan "Pancing
Cakalang".
Cara pengoperasian Huhate
Huhate dioperasikan pada pagi hari ketika matahari terbit, yaitu sekitar pukul
05.30 - 11.00, dan pada saat menjelang matahari terbenam, yaitu pukul 14.30 - 17.30.
Sebelum melakukan penangkapan, juru umpan (boi-boi) melakukan pengintaian di
sekitar laut menggunakan teropong, untuk menentukan daerah tempat berkumpulnya
ikan cakalang. Tanda-tanda gerombolan ikan cakalang pada umumnya adalah:
1. Sekelompok burung2 yang menukik tajam ke permukaan laut
2. Ikan-ikan yang melompat diatas permukaan laut yang menimbulkan riak-riak air
laut
3. Perbedaan warna air laut akibat gerombolan ikan berenang di sekitar permukaan
Setelah menemukan tanda-tanda ikan di laut, kapal langsung bergerak dengan
kecepatan tenang agar tidak mengusir gerombolan ikan cakalang. Juru umpan (boi-boi)
dan pemancing segera bersiap pada posisinya masing-masing. Ketika kapal sudah
berada pada posisi yang terdekat dengan gerombolan ikan, Juru Minyak langsung
menghidupkan water pump untuk menyemprotkan sprayer yang terdapat pada haluan
kapal. Hal ini dilakukan untuk mengaburkan penglihatan ikan. Setelah air disemprotkan
5
disekitar haluan kapal, boi-boi langsung menebarkan umpan hidup yaitu ikan teri kelaut
sehingga gerombolan cakalang mendekati kapal. Sementara itu kapal membuat
gerakan melingkar secara terus - menerus sedangkan boi-boi menebar umpan hidup
sampai gerombolan ikan cakalang sebagian besar telah berkumpul di bagian haluan
kapal.
Para pemancing yang telah bersiap di haluan kapal kemudian mulai melakukan
pemancingan. Pancing diturunkan ke permukaan laut sambil digerak - gerakkan ke
ikan diangkat dengan cara dihentakkan ke atas deck kapal. Para pemancing bertugas
untuk memancing cakalang yang berada di laut tersebut sebanyak-banyaknya, untuk itu
diperlukan kecepatan, kekuatan, kesabaran dan yang paling penting adalah
keterampilan dan keahlian pemancing. Berdasarkan posisi pemancingan untuk ABK
yang telah mahir menduduki posisi pada bagian depan haluan kapal dan seterusnya
untuk yang masih tergolong masih pemula biasanya mendapat posisi pada bagian
belakang haluan kapal. Jumlah pemancing pada setiap kapal pada umumnya adalah 32
orang.
Pemancing paling unggul memiliki kecepatan untuk mengangkat mata pancing
sampai dengan 50-60 ekor per menit. Pemancing unggulan diberi posisi di bagian
haluan kapal, dimaksudkan agar lebih banyak ikan tertangkap. Sedangkan pemancing
pemula berposisi di bagian buritan, umumnya adalah orang-orang yang baru belajar
memancing dan pemancing berusia tua yang tenaganya sudah mulai berkurang atau
sudah lamban. Hal yang perlu diperhatikan adalah pada saat pemancingan dilakukan
jangan ada ikan yang lolos atau jatuh kembali ke perairan, karena dapat menyebabkan
gerombolan ikan menjauh dari sekitar kapal.
Sekarang ini, nelayan pendatang dari luar ambon mulai mengoperasikan alat
tangkap menggunakan jaring. Dari segi perolehan hasil, tentu saja dengan
menggunakan jaring hasil yang didapatkan bisa 2-3 kali lebih banyak daripada
menggunakan huhate. Hal ini berdampak, nelayan tradisional yang menggunakan
huhate hanya mendapat sisanya yang jumlahnya tergolong sedikit. Tidak hanya
nelayan asing yang membuat nelayan lokal terancam. Sejumlah perusahaan nasional
yang mengoperasikan perahu dengan alat tangkap jaring untuk menangkap ikan di
perairan Maluku juga mengundang resah.
Apabila pengoperasian alat tangkap jaring tidak diatur dalam regulasi yang
tepat, maka bukan tidak mungkin alat tangkap huhate ini akan semakin berkurang
penggunaannya, dan bahkan bisa membuat alat tangkap ini hilang dari 10 daftar alat
tangkap di Indonesia. Hal yang terburuk juga berakibat berkurangnya jumlah populasi
ikan cakalang secara drastis oleh karena habis tertangkap dalam skala besar oleh alat
tangkap jaring.
6
Sedangkan alat pancing yang lainnya seperti :
- Pancing tangan/ulur sederhana
Jenis pancing ini tersebar luas di Negara kita, bahkan dapat dikatakan tiap nelayan
memilikinya paling kurang satu perangkat. Jenis ini ada yang menggunakan satu mata
pancing peralat ataupun ada yang dengan beberapa mata pancing peralat. Jenis
pancing ini ada yang dioperasikan dari suatu tebing di pantai, dari bebatuan yang ada di
pantai, dari perahu maupun kapal. Beberapa jenis pancing dari kelompok ini yang ada
di tanah air antara lain : pancing usep, pancing jegog, pancing mungsing, pancing
gambur serta sejumlah penamaan lainnya. Jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan
penangkapan antara lain bambangan (kakap merah, snapper), ekor kuning (Caesio
sp.), Caranx sp. Dsb.
- Pancing Dengan Layang-Layang (Kite Line).
Jenis pancing yang satu ini cukup unik,karena pada pengoperasiannya menggunakan
laying-layang. Jenis pancing yang banyak dijumpai di pulau seribu (Jakarta), banten,
sulawesi dan maluku ini umumnya dioperasikan dari sebuah perahu ataupun kapal
kecil. Sebagai laying-layangnya, nelayan biasanya menggunakan daun kiter
(Polypodium quercifollum), sebagai ganti ekor laying-layang, diikatkan tali pancing
tanpa mata pancing sama sekali. Sebagai mata pancing dibuatkan jerat berumpan.
Nelayan mengoperasikan alat ini sama seperti halnya orang bermain laying-layang.
Layang-layang tersebut dinaikkan sedemikian rupa dan diusahakan agar ujung tali
(yang berjerat dan berumpan) seperti bermain diatas air. Jenis-jenis ikan yang menjadi
tujuan penangkapan yang umumnya berupa ikan cendro (Tylosurus melenotes blk)
akan berusaha untuk dapat menangkap umpan tadi, hingga suatu saat ikan tersebut
akan masuk ke dalam jerat dan tertangkap.
- Alat pancing gurita (Octopus Jigg)
Sesuai dengan namanya, jenis alat pancing ini ditujukan untuk menangkap gurita
(octopus). Kita tahu, gurita merupakan salah satu komuditi mahal bagi restoran yang
menyajikan “sea foods” maupun hidangan “sabu-sabu” yang harganya cukup
“waaah”.pancing gurita ini sangat spesifik, karena pada badan alat pancingnya terdapat
sekian banyak mata kail yang melengkung dan mencuat ke atas. Melalui tali pancing
yang panjang, maka alat pancing yang bermata banyak tersebut diturunkan pada lokasi
yang diduga banyak dihuni gurita, yang umumnya pada karang bergua-gua batu, sedikit
disebelah atas mata pancing tersebut ditautkan beberapa ikan umpan pada tali
pancing. Manakala gurita tengah sibuk memakan umpan-umpan tadi, melalui sentakan
mendadak, akan memungkinkan gurita akan tersangkut pada mata pancing.
ALAT TANGKAP TRAP (perangkap)
7
Trap atau perangkap merupakan alat penangkap ikan yang dipasang secara
tetap di dalam air dengan jangka waktu tertentu untuk mempermudah masuknya ikan
dan mempersulit keluarnya. Biasanya Trap atau perangkap ini dibuat dari bahan-bahan
alami seperti bambu, kayu atau juga bahan buatan lainnya seperti jaring. Untuk
pengoperasian beberapa jenis alat tangkap yang termasuk ke dalam jenis Trap, ada
yang dioperasikan dipermukaan air yang biasa digunakan untuk menangkap ikan
terbang, namun kebanyakan dioperasikan di dalam dasar perairan yang digunakan
untuk menangkap ikan-ikan demersal.
Beberapa jenis Trap yang banyak digunakan dalam penangkap ikan diantaranya:
Bubu Bubu adalah alat tangkap yang umum dikenal dikalangan nelayan, yang berupa
jebakan, dan bersifat pasif. Bubu sering juga disebut perangkap “ traps “ dan
penghadang “ guiding barriers “. Bubu dibagi menjadi beberapa macam antara lain :
- Bubu DasarBubu dasar dapat terbuat dari anyaman bambu (bamboo netting), anyaman
rotan (rattan netting) dan anyaman kawat (wire netting) dengan derican berbagai
macam bentuk. Bubu dasar merupakan alat tangkap ikan pasif dengan jenis yang
beragam, berbentuk anyaman dengan bentuk bubu yang bervariasi. Ada yang seperti
sangkar (cages), silinder (cylindrical), gendang, segitiga memanjang (kubus) atau segi
banyak, bulat setengah lingkaran, dll. Bahan bubu umumnya dari anyaman bambu
(bamboo`s splitting or-screen).Secara umum, bubu terdiri dari bagian-bagian badan
(body), mulut (funnel) atau ijeh, pintu.Berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan
terkurung.Berbentuk seperti corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tidak
dapat keluar.
Cara pengoperasian
Sebelum alat penangkap dimasukan kedalam perairan maka terlebih dahulu
menentukan daerah penangkapan.penentuan daerah penangapan tersebut didasarkan
pada tempat yang diperkirakan banyak ikan demersal ,yang biasanya ditandai dengan
banyaknya terumbu karang atau pengalaman dari nelayan. Dalam operasional
penangkapannya bisa tunggal (umumnya bubu berukuran besar), bisa ganda
(umumnya bubu berukuran kecil atau sedang) yang dalam pengoperasiannya dirangkai
dengan tali panjang yang pada jarak tertentu diikatkan bubu tersebut. Bubu dipasang di
daerah perairan karang atau diantara karang-karang atau bebatuan. Bubu dilengkapi
dengan pelampung yang dihubungkan dengan tali panjang. Setelah bubu diletakkan di
daerah operasi, bubu ditinggalkan.
Bagi bubu yang tidak manggunakan umpan, setelah tiba di daerah
penangkapan,maka dilakukan penurunan pelampung tand dilanjutkan penurunan bubu
beserta pemberatnya,sedangkan bubu yang menggunakan umpan (biasanya dari ikan)
8
terlebih dahulu dimasukan umpan alu di masukan kedalam perairan.setelah
dianggapposisinya sudah baik maka pemasangan bubu dianggap selesai., untuk
kemudian diambil 2-3 hari setelah dipasang, kadang hingga beberapa hari.
Daerah penangkapan
Dalam operasi penangkapan, bubu dasar biasanya dilakukan di perairan karang
atau diantara karang-karang atau bebatuan. Dan tidak ada musim khusus untuk Bubu
Dasar.
Hasil tangkapan
Hasil tangkapan dengan bubu dasar umumnya terdiri dari jenis-jenis ikan, udang
kualitas baik, seperti Kwe (Caranx spp), Baronang (Siganus spp), Kerapu (Epinephelus
spp), Kakap ( Lutjanus spp), kakatua (Scarus spp), Ekor kuning (Caeslo spp), Ikan Kaji
(Diagramma spp), Lencam (Lethrinus spp), udang penaeld, udang barong, kepiting,
rajungan, dll.
- Bubu HanyutBubu hanyut pada prinsipnya hampir sama dengan bubu dasar, namun dikhususkan
untuk menangkap ikan terbang (flaying fish) serta pada bagian luar bubu dipasangkan
untaian daun ketapa. Pantai Barat Sulawesi Selatan, bubu hanyut digunakan juga untuk
mengumpulkan telur dari ikan terbang. Dalam bahasa lokal disebut "patorani" dimana
atat ini clioperasikannya pada saat musim timur, yaitu musim pemijahan dari ikan
terbang di Laut Flores, sehingga bubu hanyut ini dalam pengoperasiannya hanya
digunakan pada saat musim-musim tertentu Baja. Merupakan alat tangkap ikan pasif
yang di hanyutkan di perairan dengan pintu berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan
terkurung. Berbentuk seperti corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tidak
dapat keluar. Sedikit berbeda dengan Bubu Dasar karena tidak menggunakan
pemberat.
Cara pengoperasian
Pada waktu penangkapan, bubu hanyut diatur dalam kelompok-kelompok yang
kemudian dirangkaikan dengan kelompok-kelompok berikutnya sehingga jumlahnya
menjadi banyak, antara 20-30 buah, tergantung besar kecil perahu/kapal yang akan
digunakan dalam penangkapan.
Operasi penangkapan dilakukan sebagai berikut :
Pada sekeliling bubu diikatkan rumput laut. Bubu disusun dalam 3 kelompok yang
saling berhubungan melalui tali penonda (drifting line). Penyusunan kelompok
(contohnya ada 20 buah bubu) : 10 buah diikatkan pada ujung tali penonda terakhir,
kelompok berikutnya terdiri dari 8 buah dan selanjutnya 4 buah lalu disambung dengan
tali penonda yang langsung diikat dengan perahu penangkap dan diulur sampai +
antara 60-150 m, atau dapat juga dengan cara :
9
Pada fishing ground yang dianggap banyak terdapat ikan terbang.alat penangkap
ini di rangkai sedemikian rupa, sehingga dalam satu rangkaian terdiri dari 4-6 rangkaian
bubu.kemudian bubu tersebut diturunkan keperairan. Bubu tersebut tidak diberi
pemberat sehingga alta penangkap tersebut terapung di permukaan air.pada saat
operasi penangkapan ikan dilakukan,alat penangkap ini diikatkan pada perahu,dengan
demikian ia akan ikut hanyut bersama perahu sesuai dengan arah arus.
Daerah penangkapan
Dalam operasi penangkapan, bubu hanyut ini sesuai dengan namanya yaitu
dengan menghanyutkan ke dalam air. Alat ini dioperasikan pada musim timur yaitu
musim pemijahan dari ikan terbang dilaut flores, sehingga dapat dikatakan alat
penangkap ini hnaya dioperasikan hanya pada musim-musim tertentu.
Hasil tangkapan
Hasil tangkapan bubu hanyut adalah ikan torani, ikan terbang (flying fish).
- Bubu Kepiting Alat ini umumnya terbuat dari anyaman kawat. Merupakan alat tangkap ikan
pasif termasuk kedalam bubu dasar namun hanya menjebak kepiting, rajungan dan
lobster. Bentuknya ada yang selinder dan persegi, dan sebagainya.dalam
pengoperasian dapat memakai umpan atau tanpa umpan.
Cara pengoperasian
Sebelum alat penangkap dimasukan kedalam perairan maka terlebih dahulu
menentukan daerah penangkapan.penentuan daerah penangapan tersebut didasarkan
pada tempat yang diperkirakan banyak kepiting. Dalam operasional penangkapannya
bubu dijatuhkan kedasar permukaan air dan ditinggal dalam jangka waktu tertentu.
Ketika sudah dirasa cukup maka bubu diangkat kepermukaan air (biasanya dala jangka
2-3 hari).
Daerah penangkapan
Dalam operasi penangkapan, bubu kepiting hampir sama dengan bubu dasar.
Dan tidak ada musim khusus untuk Bubu Dasar.
Hasil tangkapan
Kepiting, rajungan, dan lobster.
- Bubu Bambu Sesuai dengan namanya bubu ini terbuat dari bamboo dengan kegunaan seperti
layaknya bubu.
Cara pengoperasian
10
Pemasangan bubu ini di perairan, bisa dipasang satu demi satu kemudian di
untai atau dipasang dua atau tiga bubu dalam satu ikatan kemudian di pasang dengan
cara diuntai dengan jarak satu dan lainnya 5-6 meter.
Daerah pengoperasian
Perairan pantai yang dasar perairannya berlumpur, berlumpur bercampur pasir
atau perairan yang banyak dihuni oleh ikan yang akan dijadikan target tangkapan.
Musim untuk penangkapan disesuaikan dengan musim ikan yang akan dijadikan target
tangkapan di daerah masing-masing.
Hasil penangkapan
Ikan lindung.
- Bubu Wadong Alat ini sifatnya pasif, dipasang menetap di tempat yang diperkirakan akan dilewati
oleh kepiting. Keseluruhan dari alat ini terbuat dari bahan bambu termasuk alat
pemanngcang dan alat penusuk umpan.
Cara pengoperasian
Pemasangan wadong di daerah penangkapan dipasang secara tunggal atau satu
persatu terpisah dari yang lainnya. Dalam satu kali operasi bisa dipasang sebanyak 10-
20 buah wadong. Pemasangan wadong biasanya di sore hari pada waktu air surut d di
angkat saat pagi hari selagi air surut. Semua kegiatan dilakukan secara manual baik
dengan sampan maupun tanpa sampan.
Daerah pengoperasian
Daerah penangkapan yang umum dijadikan tempat untuk meletakan wadong
adalah di sekitar akar-akar pohong mangrove atau di tempat yang diperkirakan akan
dilalui kepiting. Kedalaman antara 40-50 cm pada waktu surut. Musim penangkapan
umumnya dilakukan sepanjang tahun.
Hasil penangkapan
Kepiting Bakau
- Bubu Gurita Penangkapan gurita umumnya dilakukan di Indonesia biasanya hanya dilakukan
dengan cara menggunakan tobak dimana cara penombakannya dilakukan dengan cara
sambil menyelam. Alat tangkap yang secara khusus digunakan untuk menangkap gurita
dikatakan masih belum ada. Bubu ini bisa terbuat dari keramik ataupun cangkang
kerang jenis Scaphara subcrenata, Rapana thomasiana, dengan ukuran panjangnya
11
antara 15-20 cm atau jenis cangkang kerang lain dengan ukuran yang hamper sama.
Biasanya bubu gurita dioperasikan di Jepang.
Cara pengoperasian
Metode pengoperasian dari bubu gurita pada prinsipnya hampir sama dengan
metode pengoperasian bubu lainnya hanya saja dalam pengoperasian bubu gurita tidak
menggunakan umpan. Lama perendaman tergantung nelayan yang mengoperasikan
sesuai dengan penalaman, tapi pada umumnya antara 2-3 hari. Pemasangan dan
pengangkatan bubu dilakukan setiap hari di pagi hari. Pemasangan bubu di daerah
penangkapan dipasang atau satu demi satu kemudian diuntai dengan jarak satu sama
lainnya 6-10 m. Dalam satu set bubu biasanya antara 20-30 bubu atau dari kapasitas
perahu, bubu yang tersedia dan kemampuan nelayan mengoperasikannya.
Daerah pengoperasian
Daerah penangkapan adalah daerah penangkapan yang mempunyai dasar
perairan lumpur berpasir, berarus kecil dengan kedalaman antara 5-40 m. Daerah
penangkapan yang berarus cepat tidak cocok untuk pengoperasian bubu gurita. Musim
penangkapan disesuaikan dengan musim keberadaan gurita di daerah penangkapan
masing-masing. Musim memijah akan lebih mudah untuk memasuki bubu, tetapi musim
setelah memijah lebih akan susah untuk memasuki bubu.
Hasil penangkapan
Gurita jenis Ocellated octopus – Octopus ocelatus, Octopus vulgaris dan jenis
lainnya.
SeroSero (guilding barrier) merupakan salah satu atat penangkapan
ikan yang dipasang secara tetap di dalam air, biasanya terdiri dari susunan pagar-pagar
yang berfungsi menuntun ikan agar masuk ke daLam perangkap. Terbuat dari kayu,
atau bambu. Alat ini biasanya terbuat dari kayu, waring, atau bambu. Terdiri dari
bagian-bagian yaitu : (a) penanju ( leading net) yang berfungsi untuk menghadang ikan
dalam renang ruayanya khususnya ikan-ikan yang beruaya pada saat pasang naik; (b)
daerah bunuhan, biasanya terletak pada bagian yang lebih dalam.
Cara pengoperasian
Dalam operasi penangkapannya sangat sederhana karena setelah alat
penangkap ini dipasang diperairan diharapkan ikan-ikan yang melewati penanju dari
alat tangkap ini akan masuk kedaerah bunuhan. Pada saat air surut pengmbilan ikan
didaerah bunuhan segera dilakukan. Dieropa barat seperti perancis dan italia alat
tangkap sejenis sero yang terbuat dari benang multifilamen disebut fyke net.
12
Daerah penangkapan
Pemasangan alat tangkap ini hanya bisa dilakukan pada daerah-daerah yang
landai sedikit miring. Nelayan banyak memasangnya pada daerah-daerah pinggir
pantai. Alat tangkap sero ini tidak memiliki musim khusus, karena lebih bergantung ke
pasang-surut.
Hasil penangkapan
Ikan sidat.
Jermal Jermal adalah perangkap yang terbuat dari jaring berbentuk kantong dan
dipasang semi permanen menantang/berlawanan dengan arus (biasanya arus pasang
surut) digunakan untuk memanfaatkan ikan-ikan yang mengikuti arus. Jermal adalah
perangkap pasang surut (tidal trap) yang merupakan ciri khas alat penangkapan yang
terdapat di perairan Sumatera bagian Utara. Pada prinsipnya, jermal ini terdiri dari
jajaran tiang-tiang panjang yang merupakan sayap, jaring jermal dan rumah jermal,
jajaran tiang panjang terbuat dari pohon nibung (Oncosperma spp), kayu pohon bakau
(Rizhopora spp), kayu tengar (Ceriop spp) berukuran panjang antara 12–15cm, garis
tengah 10-20cm.
Jaring jermal terdiri dari tiga bagian : mulut, badan, dan kantong, bentuknya bisa
menyerupai tikar (jermal biasa), berbentuk kantong (bubu jermal atau jaring kantong
jermal), berbentuk gabungan antara tikar dan kantong (kilung bagan, ambai jermal),
rumah jermal, merupakan plataran (platform) tempat kegiatan perikanan jermal
dilakukan. Jarak pemasangan jermal biasanya sekitar antara 3-6mil dari pantai, untuk
pengoperasional jermal tidak diperlukan perahu atau kapal, perahu atau kapal hanya
digunakan sebagai alat transportasi, untuk mengambil hasil tangkapan.
Cara pengoperasian
Cara pengoperasian penangkapan ikan yang dilakukan dengan jermal adalah
dengan menekan galah yang terdapat pada kanan atau kiri mulut jaring ke bawah
sampai di dasar sehingga mulut kantong jaring terbuka secara sempurna. Kemudian
tunggu antara 20-30 menit sementara menunggu diangkat. Pengambilan hasil
tangkapan dilakukan dengan menutup mulut jaring dengan cara mengangkat bibir
bawah ke atas sehingga menyatu dengan bibir atas, kemudian diikuti mengangkat
bagian-bagian tengah kantong melalui katrol-katrol. Pengambilan hasil dilakukan
dengan membuka ikatan tali pada ujung belakang kantong.
Daerah pengoperasian
13
Depth dari fishsing ground harus diperhitungkan dengan menggunakan bambu
atau kayu. Sebagai pancang jaring akan lebih stabil berada di tempat juga bentuk jaring
dalam air akan lebih dapat dikontrol karena jika kedalaman terlalu dalam maka
penggunaan bambu atau kayu sebagai pancang akan mengalami kesukaran dan kita
haruslah menggunakan jangkar.
Arus pada daerah fishing ground haruslah sekecil mungkin ataupun tidak ada
sama sekali. Akibat dari arus, jaring akan mengalami perubahan bentuk, menghalang-
halangi ikan yang akan memasuki jaring, juga kita akan mengalami kesukaran pada
waktu pengangkatan jaring (operasi). Pada tempat yang berarus kuat, jaring akan lekas
rusak. Fishing ground haruslah terlindungi dari angin yang kuat, karena akibat
hembusan angin akan menimbulkan gelombang. Hal ini akan mempersukar kerja
operasi. Musim penangkapan pada saat pasang-surut terjadi, karena memanfaatkan
ikan yang mengikuti arus (biasanya arus pasang surut).
Hasil penangkapan
Hasil tangkapan dari pengoperasian alat tangkap jermal tersebut, terutama
jenis-jenis sumberdaya perikanan pantai. Di antaranya yaitu biang-biang (Setipinna
spp), bulu ayam (Engraulis spp), kasihmadu (Kurtus indicus), nomei (Harpodon spp),
gulamah (Scinea spp), puput, matabello (Pellona spp), bawal putih (Pampus argentus),
tenggiri (Sconberomorus spp), mayung (Arius spp), jenis-jenis udang, golok-golok
(Chirosenrus spp), kakap (Lates calcarifer), senangin (Polynemus spp) selanget
(Dorosoma spp), beloso (Sourida spp), pari (Rays), dan lain-lain
Set NetSet Net hampir sama dengan Sero dilihat dari segi prinsip penangkapannya.
namun Set Net lebih modern dibandingkan dengan Sero dan daerah penangkapannya
pun tidak hanya di daerah pinggir pantai bahkan dapat lebih jauh dari pinggir pantai.
Jaringnya merupakan suatu bangunan yang diletakan di dalam air . Alat tangkap jenis
ini sangat berkembang baik di Jepang
.Set Net digunakan untuk memanfaatkan ikan-ikan yang senang bermigrasi ke
daerah pantai dimana jalan yang dilalui ikan tersebut dihadang oleh lead net, akibatnya
ikan akan menuju jaring. Set Net dapat dibedakan dari ukurannya, Set Net yang
berukuran sedang disebut "hisago-cmi", yang berukuran besar disebut "otoshi-cmi" dan
yang berukuran besar namun lebih lengkap disebut dengan "masu-ami".
Cara pengoperasian
Cara pengoprasian set net seperti halnya alat tangkap sero dimana
memanfaatkan ikan-ikan yang senang bermigrasi ke daerah pantai dan set net tersebut
di pasang di daerah yang dilalui oleh ikan. Sehingga jalan yang dilalui ikan ini dihadang
oleh lead net, akibatnya ikan akan masuk ke jaring. Prinsip penangkapannya adalah
14
mengusahakan gerombolan ikan untuk memasuki jaring, setelah di hadang dan diajak
dengan lead net adalah apabila gerombolan ikan menjumpainya maka ikan-ikan tidak
akan merubah ruayanya kearah lain tetapi akan sejajar dengan arah lead net yang
mengarah ke mulut jarring. Dengan demikian, lead net bukan saja berfungsi sebagai
penghadang tetapi juga mmengajak ikan ke arah jaring.
Daerah pengoperasian
Pemasangan alat tangkap ini dilakukan pada daerah-daerah yang landai sedikit
miring, pada daerah-daerah pinggir pantai. Karena memanfaatkan ikan yang bermigrasi
ke pantai. Untuk penagkapan dilakukan saat pasang-surut air laut.
Hasil tangkapan
Jenis-jenis ikan seperti ekor kuning, kembung, sardine, salmon, cakalang, dan
lain-lain.
KESIMPULAN Banyaknya jenis ikan dengan segala sifatnya yang hidup di perairan yang
lingkungannya berbeda-beda, menimbulkan cara penangkapan termasuk penggunaan
alat penangkap yang berbeda-beda pula. Pada alat tangkap jaring terdapat beberapa
macam seperti adanya jaring angkat, jaring angkat tetap, jaring dorong, jaring halau,
jaring hanyut, jaring insang 1, jaring insang 2, jaring kantong, jaring jodang, dan jaring
payang.
Sedangkan pada alat tangkap pancing ada pole and line, dan pada alat
tangakap trap ada bubu, sero, jermal, dan set net. Dimana semuanya memiliki fungsi
dan dan cara kerja serta tempat pengoperasian dan hasil tangkap yang berbeda-beda,
karena untuk setiap alat tangkap dibuat untuk menangkap jenis-jenis ikan tertentu pada
dearah-daerah tertentu. Sehingga dengan adanya alat tangkap mempermudahkan kita
dalam memanfaatkan potensi laut guna memenuhi kebutuhan kita akan sumber protein
dari ikan dan sebagai pelengkap makanan pokok.
15