radiks.files.wordpress.com · Web viewDengan berkembangnya mikrobiologi, telah diketahui berbagai...
Transcript of radiks.files.wordpress.com · Web viewDengan berkembangnya mikrobiologi, telah diketahui berbagai...
BIOTEKNOLOGI DAN INDUSTRI
(Tugas Terstruktur Mata Kuliah Aplikasi Bioteknologi)
Oleh :
Claudia Fanny S. (0715041041)
Hariansyah (0715041044)
Kenjiro Parsaulian S. (0715041047)
Widhi Saputra (0715041073)
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Istilah bioteknologi pertama kali dikemukakan oleh Karl Ereky, seorang insinyur Hongaria
pada tahun 1917 untuk mendeskripsikan produksi babi dalam skala besar dengan
menggunakan bit gula sebagai sumber pakan. Pada perkembangannya sampai pada tahun
1970, bioteknologi selalu berasosiasi dengan rekayasa biokimia (biochemical engineering).
Definisi bioteknologi apabila dapat dilihat dari akar katanya berasal dari “bio” dan
“teknologi”, maka kalau digabung pengertiannya adalah penggunaan organisme atau sistem
hidup untuk memecahkan suatu masalah atau untuk menghasilkan produk yang berguna.
Pada tahun 1981, Federasi Bioteknologi Eropa mendefinisikan bioteknologi sebagai berikut,
bioteknologi adalah suatu aplikasi terpadu biokimia, mikrobiologi, dan rekayasa kimia
dengan tujuan untuk mendapatkan aplikasi teknologi dengan kapasitas biakan mikroba, sel,
atau jaringan di bidang industri, kesehatan, dan pertanian.Definisi bioteknologi yang lebih
luas dinyatakan oleh Bull, et. al, (1982), yaitu penerapan prinsip-prinsip ilmiah dan rekayasa
pengolahan bahan oleh agen biologi seperti mikroorganisme, sel tumbuhan, sel hewan,
manusia, dan enzim untuk menghasilkan barang dan jasa.
Bioteknologi berasal dari dua kata, yaitu 'bio' yang berarti makhuk hidup dan 'teknologi' yang
berarti cara untuk memproduksi barang atau jasa. Dari paduan dua kata tersebut European
Federation of Biotechnology (1989) mendefinisikan bioteknologi sebagai perpaduan dari
ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa yang bertujuan meningkatkan aplikasi organisme
hidup, sel, bagian dari organisme hidup, dan/atau analog molekuler untuk menghasilkan
produk dan jasa (Goenadi & Isroi, 2003).
1.2. Tujuan
Tujuan mempelajari bioteknologi dan industri bagi seorang engineer adalah agar mampu
merekayasa suatu proses yang menggunakan energi bio (energi terbarukan) seperti halnya
dalam mengolah limbah, yang menggunakan bakteri-bakteri pereduksi dan relatif lebih aman
dibandingkan dengan menggunakan zat-zat kimia.
BAB II
PERAN BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG INDUSTRI
Pengembangan bioteknologi industri terutama ditujukan untuk pengembangan proses lebih
bersih, pengurangan biaya proses produksi dan penciptaan produk baru.
Prioritas program antara lain:
a. Pengembangan galur unggul yang potensial untuk industri, pengembangan metoda
dan teknik untuk meningkatkan produktivitas dalam peningkatan skala produksi.
b. Pengembangan rekayasa proses hilir untuk proses separasi dan pemurnian dalam
industri pengolahan
c. Pemeliharaan dan pengembangan kearifan lokal yang mempunyai nilai tambah;
d. Peningkatan industri manufaktur yang kompetitif yang mendukung bioproses;
e. Pengembangan produk dan proses baru yang efisien yang dapat mengurangi biaya
produksi dan menurunkan tingkat percemaran
f. Pengembangan metoda untuk monitoring dan kontrol bioproses di industri.
g. Pengembangan biomaterial, biomimetik, biomembran, bioplastik dan lain lain.
Perkembangan biologi khususnya pada cabang zoologi, botani, taksonomi, biokimia,
mikrobiologi, dan bioteknologi, manusia telah berhasil menemukan berbagai bagian tubuh
tumbuhan atau hewan yang dapat diolah menjadi bahan baku industri.
Berikut ini adalah contoh-contoh pemanfaatan Bioteknologi pada bidang industri :
1. Ditemukannya kandungan gula yang cukup tinggi pada batang tebu, menyebabkan
berkembangnya pabrik pengolahan tebu menjadi gula.
2. Diketahuinya bahwa serabut biji kapas dan bulu domba dapat diolah menjadi benang,
dan kepompong ulat sutera dapat diolah menjadi benang sutera, maka berkembanglah
industri tekstil/kain, kain wol dan kain sutera.
3. Dengan berkembangnya mikrobiologi, telah diketahui berbagai struktur dan sifat-sifat
dari berbagai jenis mikroba/jasad renik, baik yang menguntungkan maupun yang
bersifat patogen (menyebabkan penyakit), maka berkembanglah industri obat-obatan,
makanan/minuman yang berkhasiat obat. Contoh dalam industri makanan adalah
sebagai berikut; Setelah diketemukannya jenis bakteri Lactobacillus yang sifat-
sifatnya dapat bermanfaat bagi manusia dan dapat dibuat menjadi yoghurt, maka
berkembanglah industri pembuatan yoghurt. Yoghurt ini dibuat dari susu yang
difermentasikan dengan menggunakan bakteri Lactobacillus, pada suhu 40 derajat
celcius selama 2,5 jam sampai 3,5 jam (lihat Gambar 23). Contoh lainnya
pemanfaatan mikrobiologi dalam bidang industri makanan adalah pada industri kecap,
tempe, oncom, keju, roti, dan nata de coco, serta minuman anggur.
Gambar 1. Berbagai jenis yoghurt yang dibuat dengan menggunakan Bakteri Lactobacillus.
4. Dalam industri obat-obatan, telah diketahui sifat-sifat bakteri Escherichia coli yang
ternyata dapat dibuat/disintesis menjadi insulin; insulin ini sangat berguna bagi
penderita penyakit Diabetes Melitus pada manusia.
Gambar 2. Insulin untuk penderita diabetes melitus yang di produksi oleh bakteri E.coli.
5. Contoh perkembangan mikrobiologi dalam industri obat-obatan lainnya adalah pada
industri pembuatan antibiotik dan vaksin. Macam-macam antibiotik yang sudah
berhasil dibuat antara lain adalah: Penisilin (dibuat dari jamur Penicillium),
Sefalosporin (dihasilkan oleh jamur Cephalosporium), dan Tetrasiklin (dihasilkan
oleh jamur Streptomycin).
Gambar 3. Berbagai jenis antibiotik.
Selain itu, masih banyak lagi peranan bioteknologi dalam bidang industry, beberapa di
antaranya adalah sebagai berikut :
1. Asam sitrat
Mikroba : Aspergillus niger
bahan : tetes gula dan sirup
Fs. Asam Sitrat : pemberi citarasa, pengemulsi susu, dan antioksidan.
Umumnya asam ini banyak terdapat pada jeruk.
2. Vitamin
- B1 oleh Assbya gossipii
- B12 oleh Propionibacterium dan Pseudomonas
3. enzim
a.amylase
Amilase digunakan dalam produksi sirup, kanji, glukosa.
Glukosa isomerase : mengubah amilum menjadi fruktosa.
Fruktosa digunakan sebagai pemanis makanan menggantikan sukrosa.
mikroba: Aspergillus niger
Aspergillus oryzae
Bacillus subtilis
b. Protease
- digunakan antara lain dalam produksi roti, bir
- protease proteolitik berfungsi sebagai pelunak daging dan ..campuran deterjen
untuk menghilangkan noda protein
mikroba: Aspergillus oryzae, Bacillus subtilis
c.Lipase
Antara lain dalam produksi susu dan keju untak meningkatkan cita rasa.
mikroba: Aspergillus niger, Rhizopus spp
d. Asam Amino
-asam glutamat :bahan utama MSG (Monosodium Glutamat)
-Lisin :asam amino esensial, dibutuhkan dalam jumlah besar oleh ternak.
Keduanya oleh Corynobacterium glutamicum
PRODUK BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
Produk-produk bioteknologi pertanian di Indonesia berdasarkan gradien bioteknologi antara
lain : (1) bahan tanam unggul, (2) biofertilizer, (3) biodecomposer, dan (4) biocontrol.
Bahan tanam dapat ditingkatkan kualitasnya melalui pendekatan bioteknologi. Peningkatan
kualitas bahan tanam berdasarkan pada empat kategori peningkatan, yaitu peningkatan
kualitas pangan, resistensi terhadap hama atau penyakit, toleransi terhadap cekaman
lingkungan, dan manajemen budidaya (Huttner, 2003). Produk bahan tanam unggul yang saat
ini telah berhasil dipasarkan antara lain adalah bibit kultur jaringan, misalnya: bibit jati dan
bibit tanaman hortikultura. Namun, bahan tanam unggul yang dihasilkan dari rekayasa
genetika yang dilakukan oleh peneliti di Indonesia sampai saat ini belum ada yang
dikomersialkan. Produk-produk bahan tanam rekayasa genetika yang ada di pasaran
Indonesia umumnya merupakan produk dari negera lain, sebagai contoh : Jagung Bt dan
Kapas Bt yang dipasarkan oleh Monsanto. Kultur jaringan merupakan tingkatan umum
penguasaan bioteknologi di Indonesia. Bagaimanapun juga, produksi bibit kelapa kopyor
telah berhasil di komersialkan melalui teknik transfer embrio (Paten ID 0 001 957).
Produk biofertilizer merupakan salah satu produk bioteknologi yang banyak beredar di
pasaran Indonesia. Produk-produk tersebut sebagian dikembangkan oleh peneliti di Indonesia
maupun di impor dari negara lain. Salah satu produk biofertilizer bernama Emas ( Enhancing
Microbial Activity in the Soils ) telah dirakit oleh BPBPI (Paten ID 0 000 206 S), dilisensi
oleh PT Bio Industri Nusantara dan digunakan di berbagai perusahaan perkebunan (BUMN
dan BUMS) (Goenadi, 1998). Produk biofertilizer lain yang dikembangkan oleh peneliti di
Indonesia antara lain: Rhizoplus , Rhiphosant , Bio P Z 2000, dan lain-lain. Produk sejenis
biofertilizer/ bioconditioner dari luar negeri misalnya: Organic Soil Treatment (OST).
Produk-produk biodecomposer juga banyak beredar di pasaran Indonesia. Biodecomposer
dipergunakan untuk mempercepat proses penguraian limbah-limbah organik segar pertanian
menjadi kompos yang siap diaplikasikan ke dalam tanah. Contoh produk-produk
biodecomposer antara lain: Orgadec (BPBPI), SuperDec (BPBPI), Degra Simba (ITB),
Starbio , EM4 , dan lain sebagainya. Produk-produk baru terus bermunculan sejalan dengan
kebutuhan untuk mengatasi masalah limbah padat organik.
Mikroba juga telah dimanfaatkan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Aplikasi
mikroba untuk biokontrol hama dan penyakit tanaman meliputi mikroba liar yang telah
diseleksi maupun mikroba yang telah mengalami rekayasa genetika. Contoh mikroba yang
telah banyak dimanfaatkan untuk biokontrol adalah Beauveria bassiana untuk
mengendalikan serangga, Metarhizium anisopliae untuk mengendalikan hama boktor tebu (
Dorysthenes sp) dan boktor sengon ( Xyxtrocera festiva ), dan Trichoderma harzianum untuk
mengendalikan penyakit tular tanah ( Gonoderma sp, Jamur Akar Putih, dan Phytopthora sp).
Produk-produk biokontrol yang telah dikomersialisasikan oleh unit kerja lingkup Lembaga
Riset Perkebunan Indonesia (LRPI) antara lain : Meteor, Greemi-G, Triko SP, NirAma , dan
Marfu . Keuntungan pemanfaatan biokontrol untuk pertanian antara lain adalah ramah
lingkungan, dan mengurangi konsumsi pestisida yang tidak ramah lingkungan.
Mikroba juga dimanfaatkan dalam proses pembuatan pupuk anorganik. Peneliti di Balai
Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI) mengembangkan teknologi
pembuatan pupuk superfosfat yang disebut dengan Bio-SP dengan menggunakan bantuan
mikroba pelarut fosfat. Kualitas dari Bio-SP menyamai kualitas pupuk superfosfat
konvensional (SP 36). Keunggulan dari teknologi ini adalah penggunaan agensia hayati untuk
mengurangi konsumsi asam anorganik dan lebih aman lingkungan serta mampu mengurangi
biaya produksi.
KOMERSIALISASI PRODUK BIOTEKNOLOGI
Komersialisasi merupakan serangkaian upaya dari pengembangan dan pemasaran sebuah
produk atau pengembangan sebuah proses dan penerapan proses ini dalam kegiatan produksi.
Kegiatan ini merupakan rangkaian yang cukup kompleks dengan melibatkan berbagai aspek
yang mencakup kebijakan ekonomi, sumberdaya manusia, investasi, waktu, lingkungan
pasar, dan sebagainya. Tahapan-tahapan komersialisasi sebuah produk bioteknologi
umumnya seperti yang terlihat pada Gambar 4.
Sebuah invensi bioteknologi pada dasarnya merupakan ide atau solusi bagi sebuah masalah
teknis. Oleh karena itu adalah sangat penting untuk memperoleh perlindungan hukum
sebelum mengkomersialkannya. Dalam beberapa kasus, penelitian lebih lanjut masih
dibutuhkan sebelum sebuah invensi dapat diwujudkan dalam bentuk produk yang dapat
dipasarkan atau proses yang dapat diterapkan dalam produksi komersial. Bahkan setelah
produksi dari invensi baru dilaksanakan, upaya lebih lanjut masih dibutuhkan untuk
memasarkannya, yang juga memerlukan dukungan sumberdaya manusia, investasi, waktu,
dan kerja kreatif.
Gambar 4. Tahapan umum komersialisasi produk bioteknologi (Goenadi, 2004)
Banyak penelitian-penelitian bioteknologi pertanian yang sejak awal memiliki defisiensi,
misalnya penelitian yang sudah ada sebelumnya untuk menangani masalah yang sama dan
penelitian baru ini tidak memiliki keunggulan ekonomis dan teknis dibandingkan yang telah
ada di pasar, atau ada produk baru yang lebih baik muncul setelah invensi bioteknologi
sebelumnya dan invensi sebelumnya akan menjadi tidak berharga sebelum sempat
dikomersialisasikan.
Riset pengembangan merupakan tahapan yang sangat penting sebelum sebuah hasil penelitian
bioteknologi dapat menjadi sebuah produk atau proses. Walaupun banyak tahapan yang dapat
ditempuh, pengalaman penulis menunjukkan bahwa riset pengembangan menentukan
keyakinan pihak investor dalam mengkomersialisasikan teknologi yang dihasilkan. Tahapan
umumnya adalah seperti yang digambarkan pada Gambar 5. Produk-produk rekayasa
genetika memerlukan serangkain tahapan pengujian yang lebih rumit lagi sebelum dapat
dikomersialkan secara luas (Carpenter & Gianessi. 2001).
Faktor lain yang penting adalah menyangkut kebijakan keuangan, pajak, dan yang terkait
lainnya. Manfaat yang besar dapat diperoleh dari penerapan produk bioteknologi baru, namun
komersialisasi invensi bioteknolgi itu sendiri mengandung risiko yang tinggi. Sangat sering
sebuah produk baru atau proses digantikan oleh yang lebih baru dan lebih efisien dalam
tempo yang singkat sebelum investornya mampu memperoleh kembali investasinya. Tanpa
adanya preferensi kebijakan keuangan, pajak, dan yang terkait lainnya, investor akan enggan
untuk menanamkan modalnya pada komersialisasi invensi yang berisiko.
Gambar 5. Tahapan riset pengembangan produk bioteknologi hingga komersialisasi (Goenadi, 2004)
PENGALAMAN PEMASARAN INVENSI PRODUK BIOTEKNOLOGI
Salah satu kunci keberhasilan komersialisasi produk bioteknologi adalah adanya kebutuhan
pasar dan mutu produk yang dihasilkan cukup memadai. Produk-produk berbasis
bioteknologi memperoleh apresiasi pasar karena masyarakat lebih sadar terhadap pentingnya
produk hayati. Oleh karena itu, produk-produk pupuk hayati, pelapuk hayati, dan tanaman
hasil kultur jaringan relatif mudah memperoleh tanggapan positif dari pasar.
Faktor kunci lainnya adalah jenis produk yang dihasilkan harus mampu menawarkan
peningkatan efisiensi pada tingkat harga yang layak. Memasarkan produk pupuk hayati, yang
mampu menghemat penggunaan pupuk kimia pada saat harga pupuk terus meningkat dan
subsidi oleh pemerintah dihapus akan sangat efektif. Diperolehnya invensi terobosan dalam
menghasilkan tanaman kelapa kopyor yang buahnya dalam satu pohon seluruhnya kopyor
merupakan nilai jual yang sangat unik dan strategis.
Di samping aspek produk tersebut di atas, pengenalan terhadap segmen pasar adalah sangat
penting artinya agar invensi yang diciptakan mampu secara potensial memiliki pasar utama
(captive market). Untuk itu diperlukan strategi mengamankan pasar produk melalui
keterkaitan yang erat antara produsen dan konsumen. Salah satunya adalah bahwa produsen
adalah sekaligus bertindak sebagai konsumen utama.
TANAMAN produk bioteknologi telah beberapa diperdagangkan di berbagai negara.
Tanaman hasil rekayasa genetika tersebut menyerupai tanaman asalnya, tetapi memiliki sifat-
sifat tertentu yang menyebabkan tanaman tersebut lebih baik. Tanaman tersebut memberikan
keuntungan bagi petani dan konsumen. Petani memperoleh hasil yang lebih tinggi dan
peningkatan keleluasaan dalam pengelolaan tanaman, sedangkan konsumen memperoleh
hasil yang lebih menyehatkan, antara lain tanaman yang ditanam dengan penggunaan
pestisida lebih sedikit dan atau kandungan nutrisi yang lebih menyehatkan.
Tanaman produk bioteknologi yang telah disetujui untuk pangan merupakan tanaman yang
dimodifikasi untuk memiliki sifat-sifat seperti ketahanan terhadap penyakit, ketahanan
terhadap herbisida, perubahan kandungan nutrisi, dan peningkatan daya simpan.
Kedelai biotek
Kedelai merupakan tanaman penghasil minyak yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Bijinya mengandung asam amino esensial lebih tinggi dibanding dengan daging, sehingga
merupakan tanaman pangan yang sangat penting saat ini.
Kedelai toleren herbisida, varietas kedelai toleran herbisida mengandung gen yang
memberikan ketahanan terhadap satu atau dua herbisida berspektrum luas, yang ramah
lingkungan. Tanaman kedelai hasil modifikasi genetika ini memberikan pengendalian gulma
lebih baik dan mengurangi kerusakan tanaman. Selain itu juga meningkatkan efisiensi budi
daya dengan optimalisasi hasil melalui pemanfaatan lahan yang efisien, menghemat waktu
tanam, dan peningkatan keleluasaan pergiliran tanaman. Penggunaan tanaman kedelai ini
juga mendorong adopsi sistem tanam tanpa oleh tanah (TOT), yang merupakan bagian
penting dari konservasi lahan.
Varietas kedelai hasil modifikasi genetika tersebut sama seperti varietas kedelai lainnya
dalam hal kandungan nutrisi dan komposisinya maupun cara pemrosesannya menjadi pangan
dan pakan. Kedelai biotek telah disetujui untuk digunakan sebagai bahan pangan di negara
Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Uni Eropa, Jepang, Korea, Meksiko, Belanda, Rusia,
Switzerland, Uruguay, dan Amerika Serikat.
Tanaman hasil modifikasi genetika mengandung asam oleat yang tinggi, yang merupakan
asam lemak tak jenuh tunggal. Menurut ahli gizi, lemak tak jenuh tunggal merupakan lemak
yang lebih baik dibanding lemak jenuh yang terdapat pada sapi, babi, keju dan produk ternak
lainnya. Minyak yang diproses dari tanaman kedelai ini sama seperti minyak kacang tanah
dan minyak zaitun. Kandungan asam oleat pada kedelai umumnya 24 persen. Tetapi,
kandungan asam oleat pada kedelai hasil modifikasi genetika ini melebihi 80 persen. Kedelai
yang ditingkatkan kandungan asam oleatnya telah disetujui untuk digunakan sebagai bahan
pangan di Kanada, Australia, dan Amerika Serikat.
Jagung biotek
Jagung merupakan salah satu dari tiga tanaman pangan utama. Jagung toleran herbisida,
varietas jagung ini sama seperti tanaman kedelai toleran herbisida. Memungkinkan petani
mendapatkan keleluasaan dalam menggunakan herbisida tertentu untuk mengendalikan
gulma yang merusak tanaman.
Jagung yang toleran terhadap herbisida ini telah telah disetujui untuk digunakan sebagai
bahan pangan di negara Argentina, Australia, Kanada, Jepang, dan Amerika Serikat.
Jagung tahan hama, jagung yang dimodifikasi untuk tahan hama mampu menghasilkan
protein insektisida yang biasa dihasilkan oleh mikroba tanah yang terdapat di alam (Bt), yang
memberikan perlindungan tanaman jagung sepanjang musim dari hama penggerek jagung.
Protein Bt telah lama digunakan secara aman sebagai agensia pengendali hama lebih dari 40
tahun.
Ini berarti petani tidak perlu lagi menyemprotkan insektisida untuk melindungi tanaman
jagung dari hama yang dapat merusak tanaman dan menyebabkan kehilangan hasil. Jagung
Bt juga mengurangi kontaminasi toksin yang dihasilkan oleh serangan jamur pada biji yang
rusak. Jagung Bt telah disetujui untuk digunakan sebagai bahan pangan di negara Argentina,
Australia, Kanada, Denmark, Eropa, Jepang, Belanda, Afrika Selatan, Switzerland, Inggris,
dan Amerika Serikat.
Kanola biotek
Kanola merupakan variasi genetik dari rapeseed yang dikembangkan oleh pemulia Kanada
untuk kualitas nutrisinya, khususnya kadar lemak rendah. Kanola toleran herbisida
berperilaku seperti tanaman lainnya yang dimodifikasi untuk toleran terhadap herbisida.
Untuk keuntungannya sama seperti halnya kedelai toleran herbisida. Kanol laurat tinggi,
kanola ini memiliki kadar laurat tinggi. Minyak yang diproses dari tanaman ini sama dengan
minyak kelapa dan kelapa sawit.
Minyak kanola baru ini dijual pada industri pangan untuk digunakan sebagai pelapis
kembang gula cokelat, pemutih kopi, campuran pelapis kue, dan campuran penutup atas.
Bahan ini digunakan juga dalam industri kosmetik. Kanola toleran herbisida telah disetujui
untuk digunakan sebagai bahan pangan di negara Kanada dan Amerika Serikat. Kanola asam
oleat, tipe baru kanola ini mengandung asam oleat tinggi dan sampai saat ini telah disetujui
untuk digunakan sebagai bahan pangan di Kanada.
Kapas biotek
Kapas tahan hama, tanaman kapas ini bersifat seperti tanaman jagung tahan hama. Kapas ini
menghasilkan suatu protein yang dapat memberikan perlindungan sepanjang musim tanam
terhadap ulat penggerek buah kapas. Dengan demikian, kebutuhan pemberian insektisida
tambahan untuk pemberantasan hama tersebut dapat dikurangi, bahkan ditiadakan. Kapas Bt
telah disetujui untuk digunakan di negara Argentina, Australia, Kanada, Cina, Jepang,
Meksiko, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat.
Kapas toleran herbisida, kapas ini bersifat seperti tanaman lain yang dimodifikasi untuk
toleran terhadap herbisida. Untuk keuntungan sama seperti halnya kedelai toleran herbisida.
Kapas toleran herbisida telah disetujui untuk digunakan di negara Australia, Kanada, Jepang,
Afrika Selatan, dan Amerika Serikat.
Kentang biotek
Kentang tahan hama, jenis kentang ini bersifat seperti tanaman jagung tahan hama. Sifat
ketahanan tersebut memberikan perlindungan tanaman terhadap kumbang kentang Colorado.
Dengan demikian, tanaman kentang ini tidak memerlukan tambahan perlindungan terhadap
hama tersebut, yang tentu saja akan menguntungkan petani, konsumen, dan lingkungan.
Kentang ini telah disetujui untuk digunakan sebagai bahan pangan di negara Kanada, Jepang,
dan Amerika Serikat.
Kentang tahan virus, beberapa varietas kentang telah dimodifikasi untuk ketahanan terhadap
virus daun menggulung dan virus Y kentang. Seperti halnya vaksinasi pada manusia, tanaman
kentang mendapat inokulasi mencegah penyakit virus tersebut, sehingga terlindung melalui
bioteknologi terhadap virus tertentu. Selanjutnya ketahanan terhadap virus akan mengurangi
pemakaian insektisida yang diperlukan untuk pemberantasan vektor yang menularkan virus.
Kentang ini telah disetujui untuk digunakan sebagai bahan pangan di negara Kanada dan
Amerika Serikat.
”Squash” biotek
Squash tahan virus, squash kuning berleher panjang hasil modifikasi genetika memiliki
ketahanan terhadap virus mosaik semangka dan virus mosaik kuning zucchini. Varietas baru
ini memiliki protein selubung dari kedua virus tersebut. Pendekatan biotek ini dilakukan
tanpa pemberantasan kutu aphis sehingga dapat mengurangi atau meniadakan pemakaian
insektisida. Squash ini disetujui untuk digunakan sebagai bahan pangan di negara Kanada dan
Amerika Serikat.
Pepaya biotek
Pepaya tahan virus, pepaya yang dikembangkan di Hawaii ini memiliki gen virus yang
mengode protein selubung dari virus bercak cincin pepaya. Protein tersebut memberikan
perlindungan tanaman pepaya terhadap virus tersebut. Pepaya ini bersifat seperti tanaman
kentang tahan virus hasil modifikasi genetika. Pepaya ini telah disetujui untuk digunakan
sebagai bahan pangan di Amerika Serikat.
Keuntungan ekonomi
Petani telah mendapatkan bagian besar keuntungan finansial dari tanaman produk
bioteknologi. Keuntungan utama yang telah tercatat di Amerika Serikat untuk musim
tanaman 1999-2001 mencakup penggunaan insektisida kimia yang lebih sedikit dan
peningkatan hasil.
Di negara maju telah terbukti bahwa penggunaan tanaman produk bioteknologi memberikan
keuntungan yang nyata. Tanaman generasi pertama tersebut telah memberikan keuntungan
yang nyata.
Tanaman generasi pertama (peningkatan ketahanan terhadap hama) telah membuktikan
kemampuannya dalam meningkatkan hasil, mengurangi biaya budi daya, meningkatkan
keuntungan, serta membantu melindungi lingkungan. Sekarang penelitian dipusatkan pada
generasi kedua (peningkatan kandungan nutrisi atau sifat lain) untuk mendukung standar
industri. Varietas baru ini harus terbukti bermanfaat bagi berjuta-juta rakyat di negara yang
mengalami kekurangan gizi.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, A. 2003. Degradasi Tanah Pertanian Indonesia Tanggung Jawab Siapa? Tabloid Sinar
Tani, 11 Juni 2003.
Bappenas. 2002. Indonesia Food Policy Program: Does Indonesia Face a Food Security Time
Bomb? Working Paper No. 11. Bappenas/Departemen Pertanian/USAID/DAI FOOD
POLICY ADVISORY TEAM.
BPS. 1994. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta
BPS. 2002. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta
BPS. 2003. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta
Carpenter, J. E. & L.P. Gianessi. 2001. Agricultural Biotechnology: Update Benefit
Estimates. National Center for Food and Agricultural Policy.
Conko, G. 2003. The Benefits of Biotech. Regulation Spring, p. 20-25.
http://anekaplanta.wordpress.com/2007/12/21/tanaman-produk-bioteknologi/
http://watchann.wordpress.com/2009/09/26/peran-bioteknologi-dalam-bioremediasi-limbah-
plastik-dan-styrofoam/
http://www.edukasi.net/mol/mo_full.php?moid=75&fname=peranindustri.htm
http://www.biotechindonesia.org/data/even1/bukuputih.pdf
www.ncfap.org