· Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan...
Transcript of · Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan...
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : 0741 - 62445 Fax : 0741 – 62112 Webiste : http://www.bi.go.id
Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Integrity, Profesionalism, Excellence, Public Interest, Coordination and Teamwork. Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.
K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Jambi triwulan III 2014 dapat diselesaikan dengan baik. KEKR merupakan salah satu terbitan periodik Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KEKR mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah.
Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, perekonomian Jambi pada triwulan III 2014 menunjukkan perlambatan yaitu dari 7,06% (yoy) menjadi 6,63% (yoy). Pergerakan pertumbuhan ekonomi di Jambi lebih tinggi dibandingkan dengan perekonomian nasional yang tumbuh 5,01%. Perekonomian Jambi selama tahun III 2014 menghasilkan output Rp25,12 triliun atau 0,96% dari perekonomian Indonesia (Rp2.619,9 triliun). Dari sisi harga, kota Jambi mengalami inflasi 4,31% (yoy) lebih rendah dari triwulan lalu 6,47% (yoy) dan inflasi nasional 4,53% (yoy).Sementara itu inflasi Bungo pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 5,21% (yoy). Perkembangan perbankan sedikit mengalami perlambatan akibat pertumbuhan dana pihak ketiga yang lebih kecil daripada pertumbuhan kredit yang mendorong perlambatan aset. Sementara itu, Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor masih cukup baik yaitu sebesar 112,63%. Kualitas kredit bank umum juga masih berada pada level yang aman, ditunjukkan oleh angka Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,45%. Pembenahan sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan terutama dalam rangka meningkatkan investasi. Dalam penyusunan KEKR triwulan III 2014 kami banyak memperoleh support dari dinas-dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.
Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KEKR ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi. Jambi, November 2014
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI
V. Carlusa Kepala Perwakilan
i
DAFTAR ISI Daftar Isi ... ............................................................................................... i Daftar Tabel ......................................................................................... iii Daftar Grafik ......................................................................................... v Tabel Indikator Ekonomi Terpilih ..................................................................... viii Ringkasan Eksekutif ..................................................................................... 1 BAB I. Ekonomi Makro Regional ........................................................ 7
A. Umum ............................................................................. 7
B. PDRB Sisi lapangan Usaha .................................................. 8
1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan..................................................................... 10
2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)............ 14
3. Sektor Pertambangan dan Penggalian....................... ... 14
4. Sektor Industri Pengolahan........................................ .. 15
5. Sektor-sektor Lain .................................................... ... 16
C. PDRB Sisi Penggunaan ....................................................... 19
1. Pengeluaran Konsumsi ............................................. ... 20
2. Investasi ................................................................... ... 22
3. Perdagangan Eksternal.............................................. ... 24
3.1 Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi ....................... .. 24
3.2 Impor Luar Negeri Provinsi Jambi......................... .. 27
Boks 1 Dampak Kabut Asap Bagi Perekonomian Provinsi
Jambi................................................................................................... 29
BAB II. Inflasi ....................................................................................... 37
A. Kajian Umum ................................................................. 37
B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ................................. 39
1. Kelompok Bahan Makanan....................................... ... 42
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan
Tembakau ........... ....................................................... 45
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan
Bakar....................................................................... .... 45
4. Kelompok Sandang.................................................. .... 46
5. Kelompok Kesehatan ............................................... ... 46
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga............ .. 46
7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 47
C. Inflasi Kota Bungo ............................................................... 48
BAB III. Perbankan Dan Sistem Pembayaran .......................................... 53
ii
A. Perkembangan Kelembagaan .......................................... 53
B. Bank Umum ................................................................... 55
1. Perkembangan Aset Bank ........................................ ... 55
2. Perkembangan Dana Masyarakat............................... .. 56
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana........................ . 59
4. Undisbursed Loan...................................................... .. 61
5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi............... 62
6. Perkembangan Kredit UMKM ................................... .. 64
C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ........................................... 65
D. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai ....... 66
1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi....... . 67
2. Penyediaan Uang Layak Edar..................................... .. 68
3. Perkembangan Jumlah Uang palsu yang Ditemukan.. .. 68
4. Perkembangan Kliring Lokal...................................... ... 68
5. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS).............. . 69
BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah .............................................. 71
A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan II Tahun 2014 ......... 71
B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan II Tahun 2014 ................. 72
C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah ............................... 73
D. Keuangan Pemerintah Daerah ...................................... ..... 77
BAB V Ketenagakerjaan Daerah Dan Kesejahteraan ......................... 79
A. Ketenagakerjaan Daerah ................................................... 79
B. Kesejahteraan .................................................................... 81
BAB VI Prospek Perekonomian ............................................................. 85
A. Pertumbuhan Ekonomi ...................................................... 86
B. Proyeksi Inflasi ................................................................... 88
C. Rekomendasi Kebijakan .................................................. .. 90
Boks 2. Prospek Ekspor Karet Sebagai Komoditas Utama Provinsi Jambi 95
Lampiran Glosary
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN III -2014
iii
DAFTAR TABEL
1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (q-t-q) 8
1.2 Andil PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi
(yoy) 9
1.3 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang 16
1.4 Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran Terhadap Pertumbuhan (yoy) 19
1.5 Indeks Tendensi Konsumen 21
1.6 Realisasi Investasi PMA dan PMDN Jambi 23
2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 40
2.2 Sumbangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) serta Tahunan (y-o-y) Kota Jambi
Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa 40
2.3 Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi
Periode Triwulan II - 2014 41
2.4 Perkembangan Inflasi Kota Bungo 48
2.5 Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Bungo berdasarkan kelompok dan sub
kelompok barang dan jasa 49
2.6 Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo berdasarkan komoditi
periode triwulan III-2014 52
3.1 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR Provinsi Jambi 54
3.2 Penghimpunan Dana bank umum di Provinsi Jambi 57
3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik 58
3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek 58
3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 59
3.6 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi 61
3.7 Tabel Undisbursed loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan
Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi 62
3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi
Jambi 63
3.9 Perkembangan System Pembayaran Melalui KPw Bank Indonesia Provinsi
Jambi 67
3.10 Perkembangan Transaksi RTGS 69
4.1 Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Triwulan II-2014 72
4.2 Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Triwulan I Tahun 2014 73
TRIWULAN III-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
iv
4.3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 74
4.4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 75
5.1 Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja 80
5.2 Pekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama 81
5.3 Pekerja Berdasarkan Status Pada Lapangan Pekerjaan Utama 81
5.4 Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor 82
6.1 Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha 87
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN III -2014
v
DAFTAR GRAFIK 1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 7 1.2 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (q-t-q) 7 1.3 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan II Tahun 2014 10 1.4 Produksi Padi 11 1.5 Produksi Jagung 11 1.6 Produksi Kedelai 11 1.7 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 12 1.8 Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi 12 1.9 Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi 13 1.10 Tingkat Hunian Hotel 14 1.11 Perkembangan Produksi Karet Jambi 16 1.12 Perkembangan Total Pemakaian Listrik 17 1.13 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik 17 1.14 Perkembangan Indeks Air Bersih 17 1.15 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 18 1.16 Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat barang 18 1.17 Perkembangan Jumlah Kunjungan Kapal 18 1.18 Perkembangan Total Arus Barang 18 1.19 Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut pengeluaran Triwulanan II Tahun 2014 20 1.20 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi 21 1.21 Konsumsi Semen Provinsi Jambi 22 1.22 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 23 1.23 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 24 1.24 Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi 26 1.25 Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama 26 1.26 Volume Ekspor Non Migas Provinsi Jambi 26 1.27 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi berdasarkan Negara Tujuan 26 1.28 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 27 1.29 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi 27 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 37 2.2 Perbandingan Inflasi Core, Volatile Foods, dan Administered Price (y-o-y) 38 2.3 Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan kota lainnya di Pulau
Sumatera per Juni 2014 39 2.4 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan 42 2.5 Perkembangan Harga Daging 43 2.6 Perkembangan Harga Jagung 43 2.7 Perkembangan Harga Beras 43 2.8 Perkembangan Harga Tepung Terigu 44 2.9 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 44 2.10 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 46
TRIWULAN III-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
vi
2.11 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 47 2.12 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo Tahun 2014 48 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 55 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 56 3.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi Jambi 62 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi 64 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 64 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 65 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi 67 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring 68 4.1 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 75 4.2 Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi 75 4.3 Pangsa (share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 76 4.4 Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi 77 5.1 Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 83 6.1 Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi Periode Tahun 2010 s.d Juli 2014 serta Perkiraan November s.d Desember 2014 88 6.2 Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Periode Tahun 2010 s.d Juli 2014 serta Perkiraan November s.d Desember 2014 89 6.3 Perkembangan Inflasi Tahun kalender (y-o-d) Kota Jambi Periode Tahun 2010 s.d Juli 2014 serta Perkiraan November s.d Desember 2014 89
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN III -2014
vii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
a. Inflasi dan PDRB
TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I TRW.II TRW.IIIMAKROIndeks Harga Konsumen Kota Jambi 139,12 133,90 137,41 138,68 139,12 110,41 142,02 144,61 149,71 110,41 111,51 112,09 113,91Indeks Harga Konsumen Kota Bungo 4) 110,62 110,63 113,13
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi 4,22 3,90 6,80 4,43 4,22 8,74 6,06 5,24 7,95 8,74 7,51 6,47 4,31Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Bungo 4) 6,28 4,58 5,21
PDRB - Harga Konstan (Juta Rp)1) 20.373.533 4.867.497 5.010.243 5.174.524 5.321.268 21.979.277 5.274.525 5.433.021 5.581.630 5.690.102 5.738.119 5.839.423 5.951.678 - Pertanian 6.004.284 1.451.187 1.491.500 1.518.732 1.542.865 6.449.193 1.561.623 1.600.976 1.637.790 1.648.803 1.672.750 1.691.158 1.707.651 - Pertambangan dan Penggalian 2.713.435 632.818 664.546 691.806 724.265 2.755.755 631.830 673.057 722.805 728.063 702.299 702.126 739.954 - Industri Pengolahan 2.532.924 602.129 621.508 645.624 663.663 2.677.094 655.488 671.715 664.068 685.824 699.134 722.863 716.415 - Listrik, Gas, dan Air Bersih 172.609 41.538 42.222 43.115 45.734 188.614 46.271 46.979 47.410 47.953 49.208 50.584 51.508 - Bangunan 1.031.629 232.286 241.825 263.095 294.423 1.245.510 300.356 307.980 314.196 322.978 330.094 338.587 345.265 - Perdagangan Hotel dan Restoran 3.673.985 879.489 899.172 939.087 956.236 4.123.669 979.292 1.008.494 1.043.019 1.092.864 1.121.586 1.150.034 1.184.731 - Pengangkutan dan Komunikasi 1.473.275 352.177 361.214 375.484 384.400 1.598.822 382.249 392.716 409.808 414.048 413.895 422.105 439.293 - Keuangan, Persewaan dan Jasa 1.172.817 282.678 290.388 295.250 304.502 1.265.251 308.798 315.069 321.116 320.268 314.357 319.012 319.366
- Jasa 1.598.574 393.196 397.868 402.330 405.179 1.675.370 408.617 416.035 421.418 429.300 434.796 442.955 447.495
Nilai Ekspor Non Migas ( ribu USD) 2) 1.290.820 330.267 379.947 285.237 295.369 859.266 261.826 295.320 302.121 283.939 263.619 278.279 222.954 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 5.313.927 1.507.099 1.561.561 872.828 1.372.439 3.119.930 814.244 1.161.680 1.144.006 994.049 860.882 1.107.025 1.256.436
Nilai Impor Nonmigas (ribu USD ) 3) 107.610 34.070 16.962 26.040 30.537 137.978 16.689 39.052 82.238 115.056 71.736 53.767 38.560 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 107.841 10.440 33.658 24.426 39.317 122.793 41.980 32.722 48.091 47.459 26.274 31.946 33.758
Catatan1) Angka sementara berdasarkan tahun dasar 2000
2014
4) Sejak Januari 2014 terdapat penambahan
cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari
sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota
Jambi dan Muara Bungo
INDIKATOR
2) Pengklasifikasian komoditi menggunakan
21 kelompok barang berdasarkan SITC 2
digit yang berlaku.3) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit
20122012 20132013
viii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
b. Perbankan
Tw.I-1 Tw.II-12 Tw.III-12 Tw.IV-12 Tw.I-13 Tw.II-13 Tw.III-13 Tw.IV-13 Tw.I-14 Tw.II-14 Tw.III-14PERBANKANA. Bank Umum :Total Aset (Rp Juta) 23.052.408 23.780.624 24.163.959 24.475.084 26.618.428 27.833.632 28.538.630 28.676.080 29.691.060 34.853.104 34.345.898 DPK(Rp Juta) 17.255.120 17.611.536 17.917.502 17.945.194 18.376.298 19.154.658 19.520.974 19.415.015 20.069.436 22.307.397 22.527.139
- Tabungan 8.754.559 9.207.801 9.141.330 10.132.421 9.492.101 9.646.142 10.070.264 3.343.467 3.179.483 4.051.589 3.707.342 - Giro 3.866.278 3.373.061 3.687.655 3.762.667 3.753.003 4.120.387 3.744.864 11.429.775 10.703.386 10.969.816 11.290.961 - Deposito 4.634.284 5.030.674 5.088.518 4.050.106 5.131.194 5.388.129 5.705.847 4.641.773 6.186.567 7.285.993 7.528.836
21.339.606 23.116.929 23.608.285 25.707.902 26.471.507 28.211.297 29.925.232 26.955.932 31.946.454 32.458.037 33.257.510 - Modal Kerja 8.956.344 9.761.212 9.281.782 9.935.402 10.115.811 9.822.930 10.124.382 8.103.793 10.158.229 10.671.200 11.084.121 - Konsumsi 3.671.188 4.211.014 9.574.000 10.289.952 10.543.228 11.256.968 11.816.000 8.410.345 9.527.809 9.164.037 9.187.047 - Investasi 8.712.074 9.144.703 4.752.503 5.482.548 5.812.468 7.131.399 7.984.850 10.441.794 12.260.417 12.622.800 12.986.343 - Dana 16.867.872 17.236.728 17.075.570 17.799.606 18.732.803 19.527.917 19.916.444 19.898.809 20.473.410 22.719.313 22.958.027 - LDR 126,51 134,11 138,26 144,43 141,31 144,47 150,25 135,47 156,04 142,87 144,86
15.710.619 16.843.087 17.951.066 19.287.676 20.162.558 22.223.927 23.138.260 23.621.083 23.927.298 24.868.632 25.372.389 - Modal Kerja 6.483.171 7.075.722 6.914.923 7.326.502 7.484.277 7.365.449 7.453.703 7.548.969 7.558.597 8.035.392 8.187.856- Konsumsi 6.534.233 6.921.191 7.784.459 8.237.555 8.644.788 9.376.743 9.931.771 10.207.932 5.959.299 10.762.104 6.134.277- Investasi 2.693.215 2.846.175 3.251.684 3.723.619 4.033.494 5.481.736 5.752.786 5.864.182 10.409.402 6.071.136 11.050.256- LDR (%) 91,05 95,64 100,19 107,48 109,72 116,02 118,53 121,66 119,22 111,48 112,63- NPL Gross nominal 274.616 301.173 319.845 328.384 454.021 473.625 521.247 466.983 492.240 612.619 620.912- NPL Gross % 1,75 1,79 1,78 1,70 2,25 1,93 2,25 1,98 2,06 2,46 2,45
Kredit MKM (Rp Juta)
3.058.451 3.118.341 3.439.722 3.388.031 3.389.186 3.729.806 3.537.483 3.302.277 3.289.142 3.368.912 3.306.533 - Kredit Modal Kerja 1.171.534 1.266.632 1.464.483 1.464.794 1.498.112 1.313.147 1.309.646 1.260.845 1.317.572 1.415.511 1.376.943 - Kredit Investasi 203.093 226.438 246.076 265.709 282.423 623.343 608.907 597.628 618.466 638.798 636.627 - Kredit Konsumsi 1.683.825 1.625.270 1.729.163 1.657.528 1.608.652 1.793.316 1.618.930 1.443.804 1.353.104 1.314.602 1.292.963
7.245.244 8.169.666 8.582.895 9.193.184 9.738.670 10.428.595 11.175.062 11.642.097 11.946.461 12.445.976 12.807.687 - Kredit Modal Kerja 2.100.859 2.324.547 2.014.978 2.084.917 2.147.246 1.827.369 1.887.664 1.914.038 1.895.776 1.949.111 2.015.340 - Kredit Investasi 824.744 952.979 1.028.456 1.117.634 1.203.160 1.714.598 1.782.084 1.829.234 1.853.755 1.912.349 1.925.125 - Kredit Konsumsi 4.319.640 4.892.140 5.539.461 5.990.633 6.388.264 6.886.628 7.505.314 7.898.825 8.196.931 8.584.516 8.867.222
3.153.428 3.252.103 3.368.116 2.588.797 3.874.659 4.259.169 4.451.803 4.563.050 4.488.941 4.669.116 4.743.308 - Kredit Modal Kerja 2.047.667 2.237.132 2.235.693 1.655.435 2.515.038 2.762.995 2.810.877 2.853.406 2.808.005 3.038.812 3.096.118 - Kredit Investasi 584.976 613.395 654.497 452.035 748.131 831.987 879.018 899.870 876.907 814.947 808.236 - Kredit Konsumsi 520.786 401.576 477.927 481.328 611.490 664.187 761.909 809.774 804.029 815.357 838.954
Total Kredit MKM (Rp Juta) 13.457.123 14.540.110 15.390.733 15.170.012 17.002.515 18.417.570 19.164.348 19.507.424 19.724.544 20.484.004 20.857.528 NPL MKM gross (%) 1,76 3,85 1,30 2,13 2,45 2,30 2,70 2,31 2,43 2,90 2,95- NPL MKM Gross Nominal 236.264 559.480 200.255 322.875 416.426 423.813 516.557 450.912 480.211 595.039 614.782
B. BPR : *)
Total Aset (Rp Juta) 460.613 534.589 622.101 644.378 685.560 691.959 760.030 739.510 742.646 731.857 739.748DPK (Rp Juta) 349.774 410.115 431.198 481.763 501.520 506.701 551.278 532.417 541.824 539.797 550.872 - Tabungan (Rp Juta) 63.909 69.101 71.206 80.701 80.242 76.783 81.355 86.236 82.543 83.869 84.072- Deposito (Rp Juta) 285.865 341.013 359.992 401.062 421.278 429.918 469.923 446.181 459.281 455.928 466.800
Kredit (Rp Juta) 337.067 410.499 463.125 487.782 520.039 554.233 567.445 545.175 544.849 541.885 535.557 - Modal Kerja 87.282 102.479 114.570 123.865 127.272 141.934 156.969 172.919 164.194 171.394 178.183 - Investasi 73.586 87.528 98.433 95.547 101.531 110.867 111.650 94.718 104.588 105.345 107.637 - Konsumsi 176.199 220.492 250.123 268.370 291.236 301.432 298.826 277.538 276.067 265.146 249.737
Kredit UMKM (Rp Juta) 160.868 190.007 213.003 219.412 228.803 218.597 233.076 202.844 227.858 237.051 245.608 Rasio NPL Gross (%) 4,23 3,69 3,63 2,82 4,37 5,01 5,96 6,30 7,99 10,09 11,13- NPL Gross (Nominal) 14.246 15.131 16.822 13.762 22.726 27.743 33.804 34.367 43.534 54.692 59.612- PPAP 7.257 8.131 8.582 8.560 7.927 11.272 13.653 14.278 18.579 25.627 28.679Rasio NPL Net (%) 2,07 1,71 1,78 1,07 2,85 2,97 3,55 3,68 4,58 5,36 5,78LDR (%) 77,71 83,22 81,00 80,71 80,43 87,12 81,21 84,26 82,57 85,60 84,13
TAHUN 2013 TAHUN 2014
Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤ Rp5 miliar) ((Rp Juta)
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek
INDIKATOR
Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta)
TAHUN 2012
Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta)
ix
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
c. Sistem Pembayaran
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw IIIKliringNilai Kliring (juta Rp) 2.380.495 2.548.121 2.519.686 2.800.410 2.577.906 2.714.032 2.519.833 2.707.328 2.534.343 Volume Kliring (lembar warkat) 62.775 70.972 72.639 76.559 71.104 70.456 68.552 74.520 70.240 Cek dan BG KosongLembar 1.150 1.134 1.463 1.811 1.837 1.635 1.472 1.974 1.847 Nominal (juta Rp) 40.025 35.192 83.121 64.290 56.120 63.174 56.789 83.457 71.186 RTGSRTGS dari Jambi (miliar Rp) 15.677 18.270 15.535 19.666 20.189 22.181 19.684 26.992 38.703 RTGS ke Jambi (miliar Rp) 29.104 29.431 22.244 22.658 26.876 33.327 22.514 40.455 53.698 RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 3.350 4.702 4.032 4.695 7.422 6.521 5.072 11.033 12.937 Transaksi TunaiAliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 805.987 393.685 846.548 1.031.722 1.453.196 810.929 880.393 976.622 1.948.349 Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 1.387.811 1.565.493 1.034.718 1.682.989 2.605.130 2.836.373 1.734.894 1.861.714 2.788.527 Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (581.824) (1.171.808) (188.170) (651.267) (1.151.935) (2.025.444) (854.501) (885.091) (840.178)
Uraian2012 2013 2014
1
RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI
I. Ekonomi Makro Regional
Perekonomian Jambi pada triwulan III 2014 tumbuh sebesar 6,6% (yoy),
melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar
7,1% (yoy), namun lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional 5,0% (yoy).
Secara triwulanan perekonomian Jambi pada triwulan III 2014 mengalami
pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dari 1,5% (qtq)
menjadi 2,3% (qtq).
Perekonomian Jambi pada triwulan laporan menghasilkan output Rp25,1
triliun atau 1,0% dari perekonomian Indonesia (Rp2.619,9 triliun). Struktur
perekonomian Jambi pada triwulan III 2014 menunjukkan bahwa sektor primer
masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 43,9%, diikuti
sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 38,7% dan sektor sekunder sebesar 17,5%.
Dari sisi penggunaan, peningkatan perekonomian Provinsi Jambi utamanya
disebabkan oleh meningkatnya perubahan stok 15,9% (yoy) dan konsumsi
pemerintah sebesar 9,5% (yoy). Sementara itu, ekspor pada triwulan laporan
menunjukkan adanya kenaikan sebesar 4,6% (yoy) yang utamanya disumbangkan
oleh meningkatkanya ekspor pertambangan dari Provinsi Jambi khususnya minyak
mentah.
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan perekonomian Jambi didorong oleh
masih tingginya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta
sektor bangunan masing-masing sebesar 13,6% (yoy) dan 9,9% (yoy). Secara
umum semua sektor perekonomian di Provinsi Jambi mengalami pertumbuhan
positif, kecuali sektor keuangan, persewaan dan jasa keuangan yang tumbuh
negatif sebesar -0,5% (yoy).
II. Inflasi
Pada triwulan III 2014, inflasi kota Jambi tercatat 4,31%(yoy), menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya (6,47%), dan lebih rendah dari inflasi nasional
(4,53%) dan rata-rata inflasi triwulan III dalam tiga tahun terakhir (5,56%).
Perekonomian Provinsi Jambi
triwulan III 2014 mengalami
perlambatan yaitu dari 6,6
(yoy) menjadi 7,1% (yoy)....
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULANI III 2014
2
Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 5,21% (yoy) dan berada di atas inflasi
nasional1.
Faktor utama inflasi kota Jambi disebabkan oleh inflasi administered price
yang mencapai 6,11%(yoy). Sumber utama inflasi administered price adalah
meningkatnya bahan bakar rumah tangga2 yang merupakan dampak dari
meningkatnya harga elpiji ukuran 12 kg sesuai kebijakan yang diberlakukan oleh
Pertamina dan kebijakan pemerintah menaikkan Tarif Tenaga Listrik (TTL)
golongan rumah tangga dan industri setiap 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal
1 Juli 2014. Sementara itu inflasi inti cenderung stabil di level 3,44% (yoy) dan
inflasi volatile food berada pada level 3,48% (yoy).
Perkembangan harga di Kota Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar
1,62% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (0,51% (qtq)).
Pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m) pada bulan Juli, Agustus, dan September
2014 masing-masing sebesar 1,33%, 0,16% dan 0,13%. Sementara itu,
perkembangan harga di Bungo tercatat sebesar 2,24% (qtq), lebih tinggi
dibanding triwulan sebelumnya (0,01% (qtq)) dan lebih tinggi dibandingkan kota
Jambi, dengan pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m) pada bulan Juli, Agustus,
dan September 2014 masing-masing sebesar 1,21%, 0,44% dan 0,80%.
III. Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kinerja perbankan pada triwulan III 2014 secara umum menunjukkan
sedikit perlambatan, utamanya disebabkan dari menurunnya jumlah aset. Namun
demikian, dana pihak ketiga dan penyaluran kredit sedikit mengalami kenaikan.
Aset perbankan pada triwulan laporan sebesar Rp34,3 triliun. Loan to Deposits
Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami kenaikan sebesar
115 bps menjadi 112,6%. Outstanding kredit bank umum meningkat Rp502,9
miliar (2,0% (qtq)) menjadi Rp25,4 triliun dan dana pihak ketiga (DPK) meningkat
Rp219,7 miliar (1,0% (qtq)) menjadi Rp22,5 triliun. Kualitas kredit yang diberikan
masih relatif terjaga tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank
umum yaitu sebesar 2,4% yang masih di bawah ketentuan 5% dan sedikit
membaik dibandingkan triwulan sebelumnya (2,5%).
1 Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota
Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota. 2 Perhitungan disagregasi inflasi berdasarkan sub kelompok barang.
Pada triwulan III 2014, Kota
Jambi mengalami inflasi
sebesar 4,31%
(yoy) dan Kota Bungo 5,21%
(yoy)..........
Kinerja perbankan sedikit
melambat ditandai dengan
menurunnya jumlah aset.
Meskipun penyaluran
kredit dan penghimpunan
dana sedikit mengalami
kenaikan....
RINGKASAN EKSEKUTIF
TRIWULAN III 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
3
Pada periode triwulan III 2014, aktivitas pembayaran mengalami
peningkatan yang tercermin dari meningkatnya transaksi kas dan nilai RTGS secara
signifikan meskipun nilai kliring mengalami penurunan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Aliran kas masuk Bank Indonesia Jambi mencapai Rp1,9 triliun
(meningkat 99,5%) sementara aliran kas keluar mencapai Rp2,8 triliun (meningkat
49,8%) dibandingkan triwulan sebelumnya. Meskipun pada triwulan laporan
aliran kas keluar dan aliran kas masuk mengalami peningkatan, Jambi tetap
mengalami net outflow sebesar Rp840,2 miliar atau turun sebesar 5,1% (qtq)
dibandingkan triwulan II 2014.
Untuk pembayaran non tunai, nilai kliring turun sebesar 6,4% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp2,5 triliun. Nilai RTGS dari, ke, serta
dari dan ke Jambi mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan triwulan
sebelumnya, masing-masing 43,4% (qtq), 32,7% (qtq), dan 17,3% (qtq).
IV. Keuangan Pemerintah Daerah
Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan triwulan III
2014 mencapai Rp2,5 triliun (terealisasi sebesar 81,6% dari APBD-P 2014),
sementara itu realisasi belanja masih cukup rendah sebesar Rp1,8 triliun (baru
terealisasi 48,3%). Jika dibandingkan dengan tahun lalu, nilai realisasi pendapatan
dan belanja meningkat masing-masing sebesar 18,9% (yoy) dan 7,4% (yoy).
Sementara itu, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk
pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi
pada APBD-P 2014 hanya sebesar 25,3% (lebih rendah dibandingkan alokasi pada
APBD-P 2013 sebesar 31,5%). Seiring dengan hal tersebut, realisasi belanja modal
pemerintah pusat sampai dengan triwulan III 2104 hanya sebesar 26,4%
(menurun dibandingkan triwulan III 2013 yang mencapai 34,9%).
V.Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Pada Agustus 2014, jumlah pekerja di Provinsi Jambi mencapai 1,5 juta
orang, meningkat dibandingkan Agustus 2013 (1,4 juta orang). Namun demikian,
jumlah pengangguran juga mengalami kenaikan dari 69,8 ribu pada Agustus 2013
menjadi 79,8 ribu pada Agustus 2014. Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan
laporan sebesar 96,21, mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan
sebelumnya (97,29).
Aktivitas pembayaran
mengalami peningkatan yang
tercermin dari meningkatnya
transaksi kas dan nilai RTGS
dibandingkan triwulan
sebelumnya.....
Realisasi pendapatan
triwulan III 2014 telah
mencapai 81,55% dari
APBD sementara realisasi
belanja baru mencapai
48,3%...
Jumlah pekerja dan
pengangguran mengalami
kenaikan. Nilai Tukar Petani
(NTP) mengalami penurunan
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULANI III 2014
4
VI.Prospek Perekonomian
Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi
Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan pada kisaran 2,0%-2,5%(qtq),
tumbuh stabil dibandingkan triwulan laporan (2,3%). Sementara itu,
pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi pada triwulan IV 2014 diperkirakan akan
tumbuh pada kisaran 6,7 % 7,2%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
laporan yang tumbuh 6,6% (yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi
tahun 2014 diperkirakan berada pada kisaran 7,0%-7,5%.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga menjadi sumber utama perekonomian
di triwulan mendatang. Adanya momen Idul Adha, Natal, dan tahun baru
diperkirakan akan berkontribusi meningkatkan konsumsi masyarakat. Sejalan
dengan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah diperkirakan juga semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya angka realisasi proyek pemerintah.
Namun, masih berlanjutnya tren penurunan harga komoditas di pasar global
(meskipun diprediksi akan lebih baik dari triwulan laporan), diperkirakan akan
berimbas pada menurunnya pendapatan masyarakat dan terbatasnya pertumbuhan
ekonomi.
Inflasi triwulan IV 2014 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan III
2014 yaitu berada pada kisaran 6,3%-6,8% (yoy) dari sebelumnya 4,3% (yoy) pada
triwulan laporan. Peningkatan laju inflasi ini utamanya dipengaruhi oleh kelompok
administered price dan volatile food akibat keputusan Pemerintah menaikkan harga
BBM bersubsidi per tanggal 17 November 2014 untuk mengurangi defisit APBN,
keputusan PLN untuk menaikkan tarif tenaga listrik (TTL) golongan rumah
tangga dan industri per 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal 1 Juli 2014,
serta keputusan Pertamina menaikkan harga jual elpiji 12 kg per tanggal 10
September 2014
Faktor yang berpotensi memberikan tekanan inflasi selama triwulan
mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1)
adanya rencana penyesuaian tarif angkutan darat dan laut paska kenaikan harga
BBM bersubsidi, 2) rencana kenaikan tarif batas atas angkutan udara, 3) anomali
cuaca, serta 4.) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala serta
terhambatnya arus di pelabuhan yang akan meningkatkan biaya distribusi dan
transportasi barang dan jasa. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan menjadi
pemicu meningkatnya angka inflasi pada triwulan IV tahun 2014.
Laju pertumbuhan PDRB
triwulan IV 2014 diperkirakan
berkisar 2,0 2,5% (qtq).....
Inflasi pada triwulan IV 2014
diperkirakan berada pada
kisaran 6,3%-6,8% (yoy)
RINGKASAN EKSEKUTIF
TRIWULAN III 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
5
Menyikapi kondisi perekonomian triwulan III 2014 serta proyeksi ekonomi
triwulan IV 2014 beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah:
1. Meningkatkan dan mempertahankan kinerja perkebunan dan industri karet
sebagai komoditas utama Provinsi Jambi;
2. Antisipasi potensi lonjakan laju inflasi Provinsi Jambi sebagai akibat dari
keputusan Pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi;
3. Peningkatan kualitas infrastruktur untuk menekan biaya distribusi dan
meningkatkan konektivitas antar daerah;
4. Percepatan realisasi APBD Pemerintah Daerah di seluruh wilayah Provinsi Jambi;
5. Pembangunan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah.
6. Penanggulangan dan Mitigasi Bencana Kabut Asap
7
BAB I
EKONOMI MAKRO REGIONAL
A. Umum
Perekonomian Jambi pada triwulan III 2014 tumbuh sebesar 6,6% (yoy),
lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 5,0%
(yoy), namun melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan
sebelumnya (7,1% (yoy)). Secara triwulanan, perekonomian Jambi pada triwulan
III 2014 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 1,5% (qtq) menjadi
2,3% (qtq) (Grafik 1.1. dan 1.2.).
Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (yoy)
16.817.6 18.7 19.6
19.9 20.8 22.0 22.923.4 24.0 25.1
6.3 6.4 6.2 6.1 6.05.8
5.6 5.75.2 5.1
5.0
6.1
7.1 7.3
9.1
8.4 8.47.9 6.9
8.6
7.16.6
4
5
6
7
8
9
10
0
5
10
15
20
25
30
Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q1V-12 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14
Sumber: BPS (diolah)
%
Output Jambi (Rp Triliun) Pertumbuhan Indonesia (yoy) Pertumbuhan Jambi (yoy)
Grafik 1.2. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (qtq)
4.9 5.0 5.2 5.3 5.3 5.4 5.6 5.7 5.7 5.8 6.0
(0.2)
2.9 3.3
2.8
(0.9)
3.0
2.7
1.9
0.7
1.5
2.3
1.42.8
3.2
-1.5
1.42.6
3.0
-1.4
1.0
2.53.0
(2.0)
(1.0)
-
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Q I-12 Q II-12 Q III-12Q IV-12 Q I-13 Q II-13 Q III-13Q IV-13 Q I-14 Q II-14 Q III-14
%Rp triliun
Nominal (aksis kiri) Pertumbuhan Jambi (aksis kanan) Pertumbuhan Nasional (qtq)
Sumber: BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
8
Dari sisi penggunaan, peningkatan perekonomian Provinsi Jambi utamanya
disebabkan oleh meningkatnya ekspor sebesar 7,6% (qtq) dan konsumsi
pemerintah sebesar 5,1% (qtq). Sementara itu, perubahan stok mengalami
penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar -7,0% (qtq)(Tabel 1.1.).
Dari sisi lapangan usaha, masih tingginya pertumbuhan sektor
pertambangan dan penggalian, pengangkutan dan komunikasi, serta
perdagangan, hotel, dan restoran masing-masing sebesar 8,5% (qtq), 4,7% (qtq)
dan 3,0% (qtq), menjadi pendorong pertumbuhan perekonomian Jambi (Tabel
1.1.). Namun demikian, sektor industri pengolahan yang tumbuh negatif sebesar
-0,9% (qtq) menyebabkan tingkat pertumbuhan Jambi pada triwulan laporan
menjadi relatif terbatas.
Perekonomian Jambi pada triwulan laporan menghasilkan output Rp25,1
triliun atau 1,0% dari perekonomian Indonesia (Rp2.619,9 triliun). Struktur
perekonomian Jambi pada triwulan III 2014 menunjukkan bahwa sektor primer
masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 43,9%, diikuti
sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 38,7% dan sektor sekunder sebesar 17,5%.
B.PDRB Sisi Lapangan Usaha
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi di
triwulan laporan sejalan dengan tingginya pertumbuhan pada sektor
I II III IV I II QTQ (%) Andil
Konsumsi Rumah Tangga & LNRT 0.5 0.9 2.3 0.7 0.7 1.0 2.1 1.3
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (7.1) 2.0 1.8 23.8 (19.5) 4.6 5.1 0.9
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 1.0 2.1 1.9 3.1 (4.8) 6.3 1.0 0.2
Perubahan Stok 3.5 3.8 (5.7) 5.7 8.4 8.7 (7.0) (0.3)
(15.7) 14.1 3.2 (7.5) 8.8 (3.4) 7.6 4.7
(14.2) 10.4 1.9 (2.3) 0.5 (1.3) 6.9 4.5
(0.9) 3.0 2.7 1.9 0.7 1.5 2.3 2.3
20142013 Triwulan III - 2014
PDRB
JENIS PENGELUARAN
Ekspor
Impor
Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq)
I II III IV I II QTQ (%) Andil
1.2 2.5 2.3 0.7 1.5 1.1 1.0 0.3
Pertambangan dan Penggalian (12.8) 6.5 7.4 0.7 (4.7) (1.7) 8.5 1.0
Industri Pengolahan (1.2) 2.5 (1.1) 3.3 1.9 3.5 (0.9) (0.1)
Listrik, Air dan Gas 1.2 1.5 0.9 1.1 2.6 2.4 2.2 0.0
2.0 2.5 2.0 2.8 2.2 2.6 2.0 0.1
Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.4 3.0 3.4 4.8 2.6 2.5 3.0 0.6
Pengangkutan dan Komunikasi (0.6) 2.7 4.4 1.0 (0.0) 1.4 4.7 0.3
Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan 1.4 2.0 1.9 (0.3) (1.8) 1.5 0.1 0.0
0.8 1.8 1.3 1.9 1.3 1.9 1.0 0.1
(0.9) 3.0 2.7 1.9 0.7 1.5 2.3 2.3
2014 Triwulan III - 20142013
Pertanian
Bangunan
Jasa-Jasa
LAPANGAN USAHA
PDRB
Sumber: BPS (diolah)
Sumber: BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
9
perdagangan, hotel dan restoran 13,6% (yoy) dan sektor bangunan 9,9% (yoy)
meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingginya
pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran tersebut utamanya terjadi
pada sub sektor perdagangan besar dan eceran yang didorong antara lain oleh:
peningkatan aktivitas perdagangan sehubungan dengan momen Ramadhan dan
Idul Fitri 1435 H, masa liburan sekolah, serta adanya pencairan gaji ketiga belas
bagi PNS, TNI, dan POLRI, serta Tunjangan Hari Raya (THR) bagi pegawai yang
mampu meningkatkan daya beli masyarakat.
Sementara itu, pertumbuhan pada sektor bangunan yang cukup
signifikan utamanya disebabkan oleh kegiatan proyek pemerintah dan swasta.
Beberapa realisasi proyek pemerintah pada triwulan III 2014 ini antara lain:
pembangunan dan peningkatan jalan, pembangunan dan perbaikan jembatan,
proyek lanjutan pembangunan terminal baru Bandara Sultan Thaha Jambi, proyek
jembatan pedestrian dan Menara Gentala Arasy, serta beberapa proyek
pemerintah lainnya. Sedangkan realisasi proyek swasta pada triwulan laporan
antara lain: peningkatan investasi properti, seperti pengembangan perumahan,
pusat bisnis, dan perhotelan serta pengembangan sarana hiburan dan rekreasi.
Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan
laporan sedikit tertahan oleh turunnya sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa
perusahaan sebesar 0,5% (yoy) yang dikonfirmasi dengan melambatnya kinerja
sektor perbankan dan keuangan, dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mampu tumbuh sebesar 1,5% (yoy).
Tabel 1.2. Andil PDRB Sisi Lapangan Usaha terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (yoy)
I II III IV I II Growth Andil
7.6 7.3 7.8 6.9 7.2 5.6 4.3 1.3
(0.2) 1.3 4.5 0.5 9.8 1.3 2.4 0.3
8.9 8.1 2.9 3.3 6.6 7.6 7.9 0.9
11.4 11.3 10.0 4.9 6.3 7.2 8.6 0.1
29.3 27.4 19.4 9.7 9.9 9.9 9.9 0.6
11.3 12.2 11.1 14.3 14.5 14.0 13.6 2.5
8.5 8.7 9.1 7.7 8.3 6.8 7.2 0.5
9.2 8.5 8.8 5.2 1.8 1.3 (0.5) (0.0)
3.9 4.6 4.7 6.0 6.4 6.5 6.2 0.5
8.4 8.4 7.9 6.9 8.6 7.1 6.6 6.6
20142013 Triwulan III - 2014
Pertanian
Bangunan
Jasa-Jasa
PDRB
LAPANGAN USAHA
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Air dan Gas
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan
Sumber: BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
10
Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku tercatat sebesar
Rp25,1 triliun, dan secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian sebesar
29,2%, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 18,7% serta sektor
pertambangan dan penggalian sebesar 14,6%. Dengan demikian, struktur
ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami perubahan
dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.3).
Grafik 1.3. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Triwulan III Tahun 2014
1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Produksi sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan
perikanan mengalami perlambatan dengan tumbuh 4,3% (yoy) atau 1,0% (qtq),
menurun jika dibandingkan pertumbuhan triwulan lalu (5,6% (yoy) atau 1,1%
(qtq)). Perlambatan sektor pertanian tersebut utamanya disebabkan oleh
turunnya produksi tanaman bahan makanan dan perkebunan. Cuaca yang tidak
kondusif selama triwulan laporan menjadi faktor yang mempengaruhi
peningkatan kuantitas dan kualitas hasil produksi tanaman bahan makanan dan
perkebunan. Selain dipengaruhi faktor cuaca, perlambatan produksi tanaman
perkebunan juga dipengaruhi oleh tren menurunnya harga internasional serta
menurunnya permintaan global terhadap komoditas perkebunan utama Provinsi
Jambi (sawit dan karet).
Perlambatan produksi tanaman bahan makanan yang terjadi di Provinsi
Jambi tersebut terkonfirmasi dalam ARAM (angka ramalan) II BPS yang
menyatakan bahwa pada tahun 2014, produksi padi Jambi secara total
diperkirakan akan turun sebesar 2,6% dibandingkan tahun 2013 sejalan dengan
Pertanian, 29.2
Pertambangan dan
Penggalian, 14.6Industri
Pengolahan, 10.6
Listrik, gas & air, 1.0
Bangunan, 5.9
Perdagangan, Hotel dan restauran,
18.7
Pengangkutan dan
Komunikasi, 6.5
Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan,
4.9
Jasa-jasa, 8.5
Sumber: BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
11
menurunnya luas panen dari 153.243 ha pada tahun 2013 menjadi 149.291 ha
pada tahun 2014 (grafik 1.4.).
Grafik 1.4. Produksi Padi
Grafik 1.5. Produksi Jagung Grafik 1.6. Produksi Kedelai
Penurunan produksi tersebut disertai juga dengan penurunan Nilai Tukar
Petani (NTP) yang pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 97,19 atau sedikit
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 97,42 (khusus
tanaman padi palawija penurunan NTP karena indeks dibayar naik lebih tinggi
dibandingkan indeks diterima) seperti terlihat pada grafik 1.7.
Selain NTP yang menurun3, ketergantungan petani hanya pada satu
sumber pendapatan saja, juga menjadi faktor risiko yang perlu diperhatikan
karena penurunan harga komoditas yang disertai dengan penurunan tingkat
produksi akan berdampak pada penurunan kesejahteraan mereka. Oleh karena
itu perlu dilakukan pembinaan kepada petani untuk memulai menjalankan
program pertanian terpadu.
3 Untuk tanaman perkebunan rakyat, nilai NTP yang rendah karena indeks diterima turun akibat
turunnya harga komoditas
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
Jan - Apr Mei - Agt Sep - Des
(ha)
2010 2011 2012 2013 2014 (ARAM II)
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
Jan - Apr Mei - Agt Sep - Des
(ha)
20102011201220132014 (ARAM II)
0
1,000
2,000
3,000
4,000
Jan - Apr Mei - Agt Sep - Des
(ha)2010 20112012 20132014 (ARAM II)
Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)
Sumber: BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
12
Grafik 1.7. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi
Sejalan dengan sub sektor tanaman bahan makanan, pertumbuhan sub
sektor perkebunan Provinsi Jambi pada triwulan laporan juga mengalami
perlambatan karena turunnya produktivitas tanaman perkebunan karena faktor
cuaca yang tidak kondusif (kemarau dan kabut asap). Selain itu, masih
berlanjutnya tren penurunan harga jual komoditas perkebunan terutama sawit
dan karet turut memberikan kontribusi perlambatan sub sektor perkebunan.
Harga kelapa sawit di Jambi pada triwulan laporan tercatat lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga rata-rata TBS usia 10 tahun pada
triwulan laporan tercatat sebesar Rp1.678,9/kg, turun 12,6% (qtq) dari harga
triwulan lalu. Sementara itu harga CPO di Jambi sebesar Rp7.577,4 /kg atau
turun 9,3% (qtq). Sejalan dengan hal tersebut, harga rata-rata CPO di tingkat
internasional juga turun 12,5% (qtq) dari USD5.795,5/metric ton pada Triwulan II
2014 menjadi USD4.248,7/metric ton (grafik 1.8). Relatif turunnya harga kelapa
sawit di Jambi disebabkan oleh beberapa hal: 1.) turunnya permintaan negara
importir sawit sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi, serta 2.)
melimpahnya stok minyak nabati lain (soybeen, rapeseed, dan bunga matahari).
Grafik 1.8. Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi
Sumber: Disbun Provinsi Jambi dan Bloomberg
90
95
100
105
110
115
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2013 2014
Penghitungan NTP menggunakan tahun dasar baru 2012=100
indeks terima indeks bayar NTP
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9
2012 2013 2014
Harga (Rp)
CPO INTI TBS 10 TAHUN CPO Int'l
Sumber: BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
13
Sejalan dengan harga kelapa sawit, harga bokar di Jambi (grafik 1.9) juga
mengalami penurunan dari rata-rata Rp17.299/kg menjadi Rp16.092/kg (turun
7,0% (qtq)). Penurunan harga bokar tersebut mengikuti tren penurunan harga
karet di tingkat internasional sebesar 4,7% (qtq) dari USD231,5/cent per kg
menjadi USD220,7/cent per kg. Apabila dibandingkan dengan harga tahun 2013,
harga bokar di Jambi turun lebih dalam mencapai 22,9% (yoy). Tren menurunnya
harga karet internasional dan masih lemahnya permintaan global serta isu
tingginya persediaan stok karet di negara konsumen, utamanya Cina/Tiongkok,
menjadi salah satu faktor penyebab turunnya harga bokar tersebut.
Sementara itu, di tengah melambatnya kinerja perkebunan kelapa sawit
dan karet, kinerja tanaman pinang justru menunjukkan kinerja positif seiring
dengan meningkatnya permintaan global dan tren harga yang semakin tinggi.
Terjadinya banjir bandang pada daerah penghasil pinang di India menyebabkan
permintaan pinang dari Indonesia mengalami peningkatan. Selain itu,
penggunaan teknologi tepat guna rumah pengering pinang4 mampu
meningkatkan harga jual pinang sehingga memberikan insentif bagi petani
pinang.
4 Sejak tahun 2013, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi melalui Program Sosial
Bank Indonesia (PSBI) memberikan bantuan rumah pengering pinang kepada kelompok tani di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Grafik 1.9. Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi dan Bloomberg
0.00
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9
2012 2013 2014
USD cent/KgRp/Kg
Harga Bokar (Rp/kg)
Harga Karet Internasional (USD cent/kg)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
14
2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor perdagangan, hotel dan restoran menyumbangkan output
perekonomian sebesar Rp4,7 triliun (pangsa 18,7%). Pertumbuhan sektor ini
mencapai 13,6% (yoy), dengan andil pertumbuhan 2,5% yang utamanya
didukung oleh tingginya perkembangan sub sektor perdagangan besar dan
eceran di Jambi. Peningkatan aktivitas perdagangan sehubungan dengan momen
Ramadhan dan Idul Fitri 1435 H, masa liburan sekolah, serta adanya pencairan
gaji ketiga belas bagi PNS, TNI, dan POLRI, serta Tunjangan Hari Raya (THR) bagi
pegawai yang mampu meningkatkan daya beli masyarakat mampu mendorong
tumbuhnya sub sektor perdagangan tersebut.
Namun demikian,
melambatnya pertumbuhan sub
sektor perhotelan sedikit menahan
laju pertumbuhan sektor
perdagangan, hotel, dan restoran.
Momen bulan Ramadhan dan Idul
Fitri berdampak pada menurunnya
aktivitas Meeting Incentive Converence Exhibition (MICE) di Provinsi Jambi yang
menyebabkan penurunan tingkat hunian hotel (grafik 1.10). Rata-rata tingkat
hunian hotel di triwulan laporan sebesar 45,7%, lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan lalu (47,9%), serta triwulan yang sama tahun lalu (51,3%).
Jumlah tamu menginap pada triwulan laporan juga turun signifikan sebesar 4,6%
(yoy) atau 27,3% (qtq) menjadi 59.533 orang. Jumlah tamu menginap terendah
terjadi pada bulan Juli bersamaan dengan momen Bulan Ramadhan dan Idul Fitri
1435 H yang hanya mencapai 16.485 orang (27,7% dari total tamu menginap
pada triwulan III 2014).
3. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian menyumbangkan nilai tambah
sebesar Rp3,7 triliun (pangsa 14,6%), merupakan sektor ketiga terbesar di Jambi.
Produksi pertambangan dan penggalian selama triwulan laporan mampu tumbuh
sebesar 2,4% (yoy) atau 8,5% (qtq), yang utamanya didorong oleh meningkatnya
Grafik 1.10. Tingkat Hunian Hotel
50,821
57,930
47,293
58,288 55,338
72,902
62,409 66,748 65,742
81,909
59,533
0
10
20
30
40
50
60
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013 2014
Jumlah Tamu Menginap T. Hunian Hotel (RHS)
Sumber : BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
15
produksi migas. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bea Cukai dan BPS,
diperoleh informasi bahwa pada triwulan laporan terjadi peningkatan lifting
minyak bumi yang berasal dari sumur-sumur di wilayah Provinsi Jambi. Namun
demikian, peningkatan produksi migas tersebut tidak seluruhnya tercatat pada
dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang Jambi karena proses ekspornya
dilakukan melalui Pelabuhan di luar Provinsi Jambi.
Sementara itu, kinerja sub sektor pertambangan non migas di Provinsi
Jambi pada triwulan laporan cenderung mengalami perlambatan yang utamanya
disebabkan oleh turunnya produksi batubara karena pengaruh melemahnya
harga internasional. Selain itu, implementasi Undang-Undang Minerba serta
adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus
atau jalur sungai turut menjadi penyebab turunnya produksi.
4. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan yang menyumbang output terhadap
perekonomian Jambi sebesar Rp2,7 triliun (10,6%), meningkat sebesar 7,9%
(yoy), dengan andil pertumbuhan 0,9%. Namun demikian, secara triwulanan,
sektor industri pengolahan mengalami penurunan sebesar 0,9% (qtq).
Peningkatan kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan laporan
utamanya didorong oleh peningkatan pada sub sektor industri pengolahan
pengolahan migas dan industri kertas (pulp and paper) yang masing-masing
tumbuh sebesar 4,0% (qtq) dan 0,2% (qtq).
Namun demikian pertumbuhan sektor industri pengolahan sedikit
tertahan oleh menurunnya kinerja sub sektor industri karet dan CPO yang
utamanya disebabkan oleh turunnya permintaan global sejalan dengan
perlambatan ekonomi negara mitra dagang serta masih berlanjutnya tren
penurunan harga internasional komoditas sawit dan karet. Hal tersebut
terkonfirmasi oleh data indeks produksi dari BPS yang menyatakan bahwa
industri karet mengalami penurunan yang cukup signifikan mencapai 10,5%
(qtq) dengan laju pertumbuhan tahunan sebesar 0,5% (yoy). Sejalan dengan hal
tersebut, industri CPO juga mengalami penurunan sebesar 1,5%(qtq) dengan laju
pertumbuhan tahunan 9,3% (yoy).
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
16
Berdasarkan data
Gapkindo (Gabungan
Pengusaha Karet Indonesia)
cabang Jambi, produksi karet
dalam triwulan III 2014
mencapai 87.584 ton (grafik
1.11), turun 6,3% (qtq)
dibandingkan triwulan lalu
dan 5,3% (yoy) dibandingkan triwulan III 2013.5
Tabel 1.3. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang
5. Sektor-sektor Lain
Sektor listrik, gas, dan air bersih (LGA) tumbuh sebesar 8,6%(yoy)
dengan sumbangan pertumbuhan 0,1%, lebih tinggi dibandingkan laju
pertumbuhan triwulan sebelumnya (7,3% (yoy)). Secara triwulanan, sektor LGA
juga tumbuh sebesar 2,2% (qtq), sedikit menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya (2,4% (qtq)).
Meningkatnya sub sektor listrik dimaksud tercermin dari meningkatnya
jumlah konsumsi listrik serta jumlah pelanggan di Jambi masing-masing sebesar
6,4% (yoy) atau 1,9% (qtq) dan 4,9% (yoy) atau 1,4% (qtq). Jumlah konsumsi
listrik di Jambi selama triwulan laporan mencapai 264,7 MWH (grafik 1.12)
dengan jumlah pelanggan mencapai 362.242 rekening (grafik 1.13). Berdasarkan
penggunanya, mayoritas pelanggan PLN di Jambi adalah kelompok rumah tangga
yang mencapai 330.781 rekening (91,3%) dengan konsumsi daya listrik
mencapai 164,0 MWH (62,0%).
5 Terdapat 11 (sebelas) perusahaan pengolah crumb rubber yang tergabung dalam Gapkindo
Trw III-13 Trw IV-13 Trw I-14 Trw II-14 Trw III-14 Trw III-13 Trw IV-13 Trw I-14 Trw II-14 Trw III-14
Industri Makanan 4.4 8.1 -21.8 24.0 -1.5 1.0 7.1 -6.4 17.6 9.3
Industri Minuman -1.1 -0.3 -2.8 3.5 -5.2 7.7 2.0 -1.1 -7.0 -10.6
Industri Karet dan Barang dari
Karet dan Barang dari Plastik
4.4 1.2 -1.1 14.5 -10.5 2.6 7.7 4.3 17.1 0.5
I B S 1.7 0.7 -6.6 10.3 -5.4 4.6 0.2 -0.8 8.7 2.1
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Jenis Industri
Pertumbuhan
y-on-yq-t-q
Grafik 1.11. Perkembangan Produksi Karet Jambi
Sumber: Gapkindo Cabang Jambi
88,713 85,867
81,805
68,679 74,585
77,418 76,065
75,165
74,563
94,647 92,488
75,504
91,329 93,439
87,584
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw III
2011 2012 2013 2014
Volume Produksi Bokar (Ton) Pertumbuhan (%qtq)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
17
Grafik 1.12 Perkembangan Total
Pemakaian Listrik
Grafik 1.13 Perkembangan Jumlah
Pelanggan Listrik
Namun
demikian, pertumbuhan
sektor LGA sedikit
tertahan dengan
penurunan pemakaian
air bersih yang dicatat
oleh PDAM Tirta
Mayang (grafik 1.14).
Pada triwulan laporan pemakaian air bersih menunjukkan penurunan (2,5%
(yoy)) atau 1,3% (qtq). Rata-rata konsumsi air bersih bulanan melalui PDAM Kota
Jambi pada triwulan laporan sebesar 832,7 ribu M3, lebih rendah dari triwulan
lalu (843,9 ribu M3). Secara tahunan, pemakaian air bersih juga mengalami
penurunan 2,5% (yoy).
Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 7,2% (yoy)
dengan andil pertumbuhan 0,5%, meningkat dibanding pertumbuhan pada
triwulan sebelumnya (6,9% yoy). Pertumbuhan tersebut utamanya disebabkan
oleh pertumbuhan sektor angkutan sejalan dengan momen tahunan liburan
sekolah, ramadhan, dan Idul Fitri 1435 H.
200 210 225 220 230
242 240 249 244 260 265
-
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
KW
H (
da
lam
ju
ta)
Sumber: PLN Cabang Jambi (diolah)
295 302 308 318 324 331 338 345 352 357 362
-
50
100
150
200
250
300
350
400
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
rib
u p
ela
ng
ga
n
Sumber: PLN Cabang Jambi (diolah)
Grafik 1.14. Perkembangan Indeks Air Bersih
858 852
863 857 853 867
854 847 837
844 833
-1.6
-0.7
1.3
-0.7 -0.5
1.7
-1.5-0.9 -1.1
0.8
-1.3 (3)
(1)
1
3
5
700720740760780800820840860880900
Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw 3
2012 2013 2014
Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2014
ribu M3
Total Konsumsi Air (LHS) Pertumbuhan (RHS)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
18
Jumlah penumpang, baik yang datang maupun berangkat dari Bandara
Sultan Thaha Jambi, menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan yang
sama tahun lalu. Momen liburan sekolah, bulan Ramadhan, serta Idul fitri 1435 H
menjadi faktor utama peningkatan jumlah penumpang tersebut. Jumlah
penumpang (total berangkat dan datang) di bandara Sultan Thaha Jambi
sebanyak 351.399 orang, meningkat 2,2% (yoy) dari tahun lalu (grafik 1.15).
Secara umum, jumlah penumpang yang meninggalkan Jambi sedikit lebih tinggi
dibandingkan yang datang ke Jambi.
Namun demikian, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi
pada triwulan laporan sedikit tertahan dengan menurunnya pertumbuhan sub
sektor angkutan laut. Pada triwulan III 2014, jumlah kunjungan kapal turun
sebesar 16,0% (yoy) atau 12,1% (qtq) menjadi 1.008 unit (grafik 1.17). Sejalan
dengan hal tersebut, jumlah arus barang6 dan arus peti kemas7 juga mengalami
penurunan sebesar 5,1% (yoy) menjadi sebesar 1.426.535 dan 2,9% (yoy)
menjadi 15.304 seiring dengan penurunan ekspor non migas dari pelabuhan
Jambi (grafik 1.18).
Grafik 1.17 Perkembangan Jumlah Kunjungan Kapal
Grafik 1.18 Perkembangan Total Arus Barang
6Total arus barang yang dimaksud terdiri dari impor, ekspor, bongkar dan muat. 7
27.5
34.7
76.2101.7
11.9-0.5
-7.6
7.6
-30.4
-16.0-1.6
-2.8
8.6
-1.0-16.0
-50
0
50
100
150
-
500
1,000
1,500
2,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013 2014
persen(%)
Sumber: Pelindo II Cabang Jambi
unit
Unit Pertumbuhan (yoy)
-3.3
25.2
39.228.8
-5.4
123.6
88.9
-32.0
-17.6
-56.7
-45.6
17.50.7
-3.2
-5.1
-100
-50
0
50
100
150
200
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013 2014
persen(%)
Sumber: Pelindo II Cabang Jambi
ton
Jumlah Total Arus Barang Pertumbuhan (yoy)
Grafik 1.15. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan
Penumpang
Grafik 1.16. Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang
020406080
100120140160180200
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Sumber: PT Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi
ribu orang
Kedatangan Penumpang Keberangkatan Penumpang
0
500
1000
1500
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Sumber: PT.Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi
ton
Jumlah Bongkar Jumlah Muat
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
19
Sektor jasa-jasa pada triwulan laporan tumbuh 6,2% (yoy), sedikit lebih
rendah daripada pertumbuhan triwulan sebelumnya (6,5% (yoy)).
Sementara itu, sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa perusahaan
mengalami penurunan sebesar 0,5% (yoy) yang dikonfirmasi dengan
melambatnya kinerja sektor perbankan dan keuangan, dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 1,5% (yoy).
C. PDRB Sisi Penggunaan
Ditinjau dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi tahunan Provinsi
Jambi utamanya didorong oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga dan LNRT
serta konsumsi pemerintah masing-masing sebesar 4,6% (yoy) dan 9,5% (yoy)
dengan andil pertumbuhan sebesar 3,0% dan 1,6% (tabel 1.4). Namun
melambatnya pertumbuhan konsumsi menyebabkan pertumbuhan ekonomi
Jambi relatif terbatas.
Berdasarkan strukturnya, 55,3% perekonomian Jambi ditopang oleh
konsumsi rumah tangga dan LNRT, diikuti dengan investasi fisik 17,1% dan
konsumsi pemerintah 16,7% (grafik 1.19). Pangsa struktur tersebut cenderung
mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Pada tahun 2013, pangsa konsumsi
rumah tangga, investasi fisik dan konsumsi pemerintah masing-masing sebesar
55,8%, 18,5%, dan 16,8%.
Tabel 1.4. Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan terhadap Pertumbuhan (yoy)8
8
dikurangkan dengan nilai kontribusi impor terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan. Jika bernilai positif disebut net ekspor, sedangkan jika bernilai negatif disebut net impor.
I II III IV I II Growth Andil
4.8 4.6 4.5 4.5 4.7 4.8 4.6 3.0
(0.5) (1.1) (2.5) 19.3 3.4 6.1 9.5 1.6
19.7 17.3 11.9 8.4 2.1 6.3 5.3 1.0
11.6 13.3 9.0 7.0 12.1 17.5 15.9 0.5
2.3 4.6 10.8 (8.2) 18.5 0.3 4.6 3.0
0.0 1.4 5.6 (5.7) 10.5 (1.3) 3.6 2.5
8.4 8.4 7.9 6.9 8.6 7.1 6.6 6.6
20142013 Triwulan III - 2014
Impor
PDRB
JENIS PENGELUARAN
Ekspor
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
Perubahan Stok
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Konsumsi Rumah Tangga & LNRT
Sumber : BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
20
Grafik 1.19. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan
Triwulan III tahun 20149
1. Pengeluaran Konsumsi
Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan LNRT berdasarkan harga berlaku
mencapai Rp13,9 triliun atau 55,3% dari total PDRB Jambi. Pengeluaran
konsumsi rumah tangga dan LNRT meningkat 4,6% (yoy) atau 2,1% (qtq), sedikit
meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (1,0% (qtq)).
Tingginya aktivitas perdagangan seiring dengan momen liburan sekolah, bulan
Ramadhan dan Idul Fitri 1435 H, menyebabkan konsumsi masyarakat dapat
tumbuh tinggi.
Namun demikian, pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan LNRT
tersebut relatif lebih rendah dibanding rata-rata tiga tahun sebelumnya (4,8%
(yoy)) seiring dengan melemahnya perekonomian dan melemahnya daya beli
masyarakat. Meningkatnya harga barang/jasa seiring dengan tingginya
permintaan selama momen tersebut di atas, serta tren menurunnya harga
komoditas karet dan kelapa sawit menjadi faktor penahan laju pertumbuhan
konsumsi masyarakat.
Masih relatif baiknya kinerja konsumsi rumah tangga dan LNRT juga
tercermin dari angka indeks tendensi konsumen pada triwulan III 2014 yang
mencapai 114,710 (tabel 1.5). Angka indeks tingkat konsumsi komoditas makanan
9 Pangsa (share) net impor sebesar -8,2% merupakan pengurangan dari total share PDRB sisi
penggunaan. 10 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang
dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang.Angka yang masih diatas 100, menunjukkan bahwa masyarakat masih optimis memandang perekonomian Jambi.
Konsumsi Rumah
Tangga & LNRT, 55.3
Konsumsi pemerintah ,
16.7
PMTB, 17.1
Perubahan Stok, 2.7
Net Impor, -8.2
Sumber: BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
21
dan bukan makanan juga masih berada pada level optimis dan cenderung lebih
tinggi dari sebelumnya yaitu sebesar 115,1.
Tabel 1.5 Indeks Tendensi Konsumen
Sementara itu, penyaluran kredit real estate masih menunjukkan
pertumbuhan positif sebesar 5,6%(yoy) meskipun jauh melambat dibandingkan
triwulan lalu (22,0% (yoy)) dan triwulan yang sama tahun lalu (33,4% (yoy)).
Relatif menurunnya pertumbuhan kredit real estate disebabkan oleh menurunnya
permintaan rumah untuk tipe > 70 paska penerapan kebijakan Loan to Value
(LTV). Pangsa kredit real estate di Jambi mencapai 15,1% dari total kredit (grafik
1.20).
Grafik 1.20. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi
Pengeluaran konsumsi pemerintah berdasarkan harga berlaku di triwulan
laporan mencapai Rp4,2 triliun meningkat 9,5%(yoy) atau 5,1% (qtq). Hal ini
sejalan dengan realisasi belanja APBD yang meningkat pada triwulan III 2014.
Realisasi belanja APBD provinsi Jambi triwulan III 2014 sebesar Rp1,8 triliun
(48,3% dari APBD-P 2014), lebih tinggi dari posisi yang sama tahun lalu (Rp1,6
triliun).
Variabel PembentukTriwulan
I - 2013
Triwulan
II - 2013
Triwulan
III - 2013
Triwulan
IV - 2013
Triwulan
I - 2014
Triwulan
II - 2014
Triwulan
III - 2014
Pendapatan rumah tangga kini 101.7 106.9 112.2 108.4 104.5 117.1 117.6
Pengaruh inflasi terhadap tingkat
konsumsi 106.9 108.5 109.1 105.2 105.2 107.4 108.9
Tingkat konsumsi beberapa komoditi
makanan dan bukan makanan 100.7 104.2 116.8 106.2 109.0 106.2 115.1
Indeks Tendensi Konsumen 102.9 106.7 112.3 107.1 105.7 112.2 114.7
16.5
5.2
11.3
40.3
40.149.8
27.1 15.4 16.8 16.0
33.4
28.2
26.422.0
5.6 0
10
20
30
40
50
60
0500
1,0001,5002,0002,5003,0003,5004,0004,500
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2011 2012 2013 2014
Rp
Milia
r
Kredit Real Estate Pertumbuhan (% yoy)
Sumber : LBU Bank Indonesia
Sumber : BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
22
2. Investasi
Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) yang mencerminkan
nilai investasi di Jambi mencapai Rp4,3 triliun dengan pangsa 17,1% dari total
PDRB Jambi, relatif turun dibandingkan dengan pangsanya pada triwulan yang
sama tahun 2013 (18,4%). Investasi mengalami pertumbuhan 5,3% (yoy) dengan
andil pertumbuhan mencapai 1,0%.
Secara triwulanan, investasi juga mengalami peningkatan dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 1,0% (qtq) sejalan dengan mulai terealisasinya
termijn proyek pemerintah maupun swasta pada triwulan laporan.
Sejak tahun 2012 lalu, investasi di Jambi terus menunjukkan peningkatan
yang disebabkan oleh tingginya pembangunan fisik baik oleh pemerintah
ataupun swasta. Kondisi ini juga didukung oleh peningkatan kredit investasi yang
mencapai 6,6%(yoy). Masih relatif tingginya investasi juga dikonfimasi oleh data
indikator ekonomi seperti konsumsi semen yang mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan yang sama tahun 2013 (Grafik 1.21).
Grafik 1.21.Konsumsi Semen Provinsi Jambi
Sementara menurut pendapat pengusaha melalui hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha (SKDU), optimisme pengusaha dalam memandang kondisi bisnis
masih cukup baik. Hal ini terlihat dari masih positifnya indeks situasi bisnis yaitu
sebesar 12,8%11. Dari 150 responden yang disurvei, 21,3% menyatakan akan
11
Indeks yang positif menandakan optimisme dunia usaha
11.9
20.0
1.8
(10.4)
8.8
10.3 12.4
37.9
(4.8)
12.8
(1.3)
41.3
10.0
23.3
34.5
-20
-10
0
10
20
30
40
50
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013 2014
(%)
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah
KTon
Konsumsi Semen Pertumbuhan (yoy)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
23
baik, sementara 70,2% responden menyatakan bahwa situasi bisnis kedepan
relatif stabil, dan hanya 8,5% yang menyatakan akan memburuk.
Tabel 1.6 Realisasi Investasi PMA dan PMDN Jambi
Meskipun investasi masih bisa tumbuh relatif tinggi, namun mempunyai
kecenderungan melambat. Hal ini dikonfirmasi dengan data jumlah investasi
Jambi yang dicatat oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
menunjukkan realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp59,0
miliar (tabel 1.6). Investasi tersebut jauh lebih rendah dibandingkan posisi yang
sama tahun lalu yang realisasinya sebesar Rp288,5 miliar. Sejalan dengan hal
tersebut, investasi asing melalui penanaman modal asing (PMA) juga turun
51,2% dari tahun lalu menjadi USD5,5 juta (tabel 1.6). Investasi Jambi sebagian
besar dialokasikan pada sektor pertanian.
Perlambatan investasi tersebut juga terkonfirmasi dari data pertumbuhan
kredit investasi di Provinsi Jambi yang juga menunjukkan tren yang melambat
(Grafik 1.22). Pada triwulan laporan kredit investasi tumbuh sebesar 6,6% (yoy),
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar
10,8% (yoy).
Grafik 1.22.Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi
Sementara itu, perubahan stok mengalami pertumbuhan tahunan cukup
signifikan mencapai sebesar 15,9% (yoy), dengan andil sebesar 0,5%.
Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3
PMA (USD juta) 16.4 6.1 11.2 0.6 24.2 5.6 5.5
PMDN (Rp miliar) - 1,302.7 288.5 1,208.5 161.7 65.5 59.0
2014Keterangan
2013
12.8
6.6
46.9
41.3
43.2
33.2
41.9
48.9 49.8
92.6
76.9
57.547.7
10.86.6
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
-
1
2
3
4
5
6
7
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III
2011 2012 2013 2014
Rp
Tri
liun
Kredit Investasi (juta Rp) Pertumbuhan (%)
Sumber : LBU Bank Indonesia
Sumber : BKPM
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
24
3. Perdagangan Eksternal
Ekspor Provinsi Jambi baik ke negara maupun daerah lain pada triwulan III
2014 mencapai Rp11,0 triliun. Nilai ekspor tersebut (keluar daerah dan luar
negeri) meningkat sebesar 4,6% (yoy) pada triwulan laporan. Meningkatnya nilai
ekspor tersebut utamanya disebabkan oleh meningkatnya ekspor pertambangan
dari Provinsi Jambi khususnya minyak mentah.
Impor provinsi Jambi pada triwulan III 2014 mencapai Rp8,9 triliun atau
lebih rendah dari ekspor provinsi Jambi. Dengan demikian, Provinsi Jambi
mengalami net eskpor sebesar Rp2,1 triliun. Kinerja impor (dari luar daerah dan
luar negeri) mengalami peningkatan 3,6% (yoy) dan terjadi pada kelompok mesin
dan alat angkutan seiring dengan adanya impor mesin industri pulp & paper.
3.1. Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi
Sementara itu,
berdasarkan indikator
ekspor impor lainnya,
khususnya ekspor impor
non migas, pada triwulan
laporan kinerjanya justru
mengalami penurunan.
Berdasarkan dokumen
pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor luar negeri Provinsi Jambi pada
triwulan laporan sebesar USD223,0 juta, turun 26,2%(yoy) dari triwulan yang
sama tahun 2013 (USD302,1 juta). Sementara itu, impor luar negeri sebesar
USD38,6 juta. Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami net ekspor
sebesar USD184,4 juta (grafik 1.23).
Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor terbesar dicapai oleh
komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD119,3 juta atau 53,5% dari
total ekspor non migas Jambi, diikuti oleh pulp and paper serta fixed vegetable oil
masing-masing USD27,5 juta dan USD19,3 juta (grafik 1.24 dan 1.26).
Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa ekspor produk
primer masih mendominasi baik untuk hasil perkebunan maupun pertambangan.
Grafik 1.23. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi
(dalam satuan juta USD)
561 550489
398
330380
285 295262
295 302 284 264 278223
2183
28 39 34 17 26 31 17 39 82 115 72 54 39
539467 462
359296
363
259 265 245256
220 169192
225184
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Trw I Trw II Trw IIITrw IV Trw I Trw II Trw IIITrw IV Trw I Trw II Trw IIITrw IV Trw I Trw II Trw III
2011 2012 2013 2014
Ekspor Impor Net Ekspor
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
25
Penurunan ekspor Provinsi Jambi pada triwulan laporan utamanya terjadi
pada komoditas batu bara dan karet mentah masing-masing sebesar 53,1% (yoy)
dan 33,3% (yoy) seperti terlihat pada grafik 1.25. Dari sisi volume, ekspor karet
mentah sebenarnya mengalami peningkatan signifikan mencapai 54,8% (yoy),
namun demikian, merosotnya harga karet internasional menyebabkan penurunan
nilai ekspor karet Provinsi Jambi. Selain itu, rendahnya kualitas karet di Jambi
yang memiliki karakter karet kotor turut menyebabkan terbatasnya harga jual.
Sementara itu, turunnya ekspor batubara Provinsi Jambi dipengaruhi oleh
turunnya volume seiring dengan melemahnya permintaan global. Tren
menurunnya harga batubara internasional dan rendahnya kualitas batubara
produksi Jambi turut menyumbang penurunan ekspor batubara tersebut. Selain
itu, implementasi UU Minerba serta adanya peraturan mengenai distribusi batu
bara di Jambi juga menjadi disinsentif bagi pengusaha untuk mengembangkan
produksi batu bara di Jambi. Adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan
batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai membuat margin keuntungan
semakin menipis. Sementara dari sisi pemerintah, pendapatan yang didapatkan
dari batu bara juga relatif rendah sementara biaya yang ditimbulkan akibat
kerusakan jalan angkutan relatif lebih tinggi.
Selanjutnya, nilai ekspor minyak dan lemak sayur pada triwulan laporan
juga menunjukkan penurunan cukup signifikan sebesar 27,2% (yoy) atau 46,9%
(qtq) sejalan dengan turunnya volume ekspor sebesar 23,2% (qtq). Kemarau
panjang yang terjadi di Provinsi Jambi selama triwulan laporan menyebabkan
produktivitas kelapa sawit menurun (karakter tanaman kelapa sawit
membutuhkan banyak air) sehingga mempengaruhi kinerja ekspor CPO. Selain
itu, faktor menurunnya tren harga CPO internasional juga menjadi salah satu
penyebab turunnya ekspor minyak dan lemak sayur.
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
26
Grafik 1.24. Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi
Grafik 1.25. Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditas Utama
Grafik 1.26. Volume Ekspor Non Migras Provinsi Jambi
Grafik 1.27. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan
Berdasarkan negara tujuan (grafik 1.27), ekspor Provinsi Jambi didominasi
tujuan ke negara Amerika Serikat yang mencapai USD37,4 juta (16,7%) dan
diikuti oleh Jepang sebesar USD36,4 juta (16,3%). Menurunnya ekspor Jambi
148.9
77.9
42.8
-20.3-41.1
-31.0-41.7
-25.8
-20.7 -22.35.9
-3.90.7
-5.8-26.2
-100.0
-50.0
0.0
50.0
100.0
150.0
200.0
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Trw I Trw II Trw III TrwIV
Trw I Trw II Trw III TrwIV
Trw I Trw II Trw III TrwIV
Trw I Trw II Trw III
2011 2012 2013 2014
Lainnya Batu Bara, Kokas dan Briket
Fixed Vegetable Oil Crude Rubber
G. Ekspor
0
500
1,000
1,500
2,000
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III
2011 2012 2013 2014
Crude Rubber Fixed Vegetable Oil
Batu Bara, Kokas dan Briket Lainnya
Pulp dan Paper
Karet Mentah, 119,272
Pulp dan Kertas (25),
27,467
Minyak, lemak sayur, 19,271
Batu bara, briket, 16,696
Lainnya, 40,248
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III
2012 2013 2014
Lainnya India Eropa
RRC Jepang Malaysia
Amerika Serikat
(%) juta USD
juta USD
Volume (ton)
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
27
utamanya disebabkan oleh menurunnya ekspor ke Malaysia, India, Tiongkok, dan
Eropa terutama ekspor komoditas karet, sawit, dan batubara.
Infrastruktur pelabuhan dan terbatasnya muatan kapal di Jambi juga
menjadi salah satu kendala yang dihadapi pelaku usaha dalam mengekspor
secara langsung ke negara tujuan.
3.2. Impor Luar Negeri Provinsi Jambi
Impor non migas provinsi Jambi (grafik 1.28) tercatat sebesar USD38,6
juta, turun sebesar 28,3% (qtq) atau 53,1% (yoy). Berdasarkan pangsanya (grafik
1.29), impor Jambi didominasi oleh mesin industri tertentu/khusus (USD19,2 juta
atau 49,9%).
Grafik 1.28. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi
Grafik 1.29. Lima Komoditas Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi
34
17
26 31
17
39
82
72 72
54
39
-12.2
-50.2
53.5
17.3
-45.3
134.0
110.6
-11.9
-1.0
-25.0-28.3
-100
-50
0
50
100
150
200
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III
2012 2013 2014
Impor (juta USD) g. Impor (RHS)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III
2012 2013 2014
Lainnya
Alat Pengangkutan Lainnya
Mesin Pembangkit Tenaga
Mesi Industri dan Perlengkapannya
Besi dan Baja
Mesin Industri Tertentu/Khusus
Impor (juta USD)
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
29
BOKS. 1 DAMPAK KABUT ASAP BAGI PEREKONOMIAN JAMBI
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Boks.1
DAMPAK KABUT ASAP BAGI PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI
1. Kondisi Fisik Daerah Provinsi Jambi1
a. Keadaan Geografis
Provinsi Jambi adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di pesisir timur di
bagian tengah Pulau Sumatera. Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0,45°
Lintang Utara, 2,45° Lintang Selatan dan antara 101,10°-104,55° Bujur Timur. Batas-
batas Provinsi Jambi yaitu, sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah
Timur dengan Laut Cina Selatan, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi
Sumatera Selatan dan sebelah Barat dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi
Bengkulu. Kondisi geografis yang cukup strategis di antara kota-kota lain di provinsi
sekitarnya membuat peran provinsi ini cukup penting terlebih lagi dengan dukungan
sumber daya alam yang melimpah.
b. Iklim
Iklim Provinsi Jambi bertipe A (Schmidt and Ferguson) dengan curah hujan
rata-rata 1.903.200 mm/tahun dan rata-rata curah hujan 116 154 hari pertahun.
Suhu maksimum sebesar 31 derajat celcius. Sebagaimana wilayah timur pulau
Sumatera lainnya musim hujan di Provinsi Jambi terjadi pada bulan Oktober sampai
dengan April dan musim kemarau dari bulan Mei sampai September.
c. Topografi
Provinsi Jambi berada di bagian tengah Pulau Sumatera dengan topografi
wilayah yang bervariasi mulai dari ketinggian 0 meter di atas permukaan laut (mdpl) di
bagian timur sampai pada ketinggian di atas 1.000 m dpl, ke arah barat kontur
lahannya semakin tinggi dimana di bagian barat merupakan kawasan pegunungan
Bukit Barisan yang berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Sumatera Barat yang
merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.
d. Luas Wilayah
Luas wilayah Provinsi Jambi tercatat 53.435,9 Km2 yang terbagi atas luas
daratan 48.989,9 Km2 dan luas lautan 4.445,9 Km2 serta dengan panjang garis
pantai 223,0 km.
1 Sumber : Profil Kehutanan Provinsi Jambi, Kementerian Kehutanan Republik Indonesia
30
BOKS. 1 DAMPAK KABUT ASAP BAGI PEREKONOMIAN JAMBI
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
e. Pulau dan sungai
Sungai-sungai di Provinsi Jambi terutama Sungai Batanghari sangat
berpengaruh pada musim hujan dan kemarau. Provinsi Jambi memiliki 5 wilayah
sungai antara lain Batanghari Hulu, Batanghari Tengah, Batanghari Hilir, Sungai
Pengabuan dan Sungai Air Hitam Laut Benuh. Ada 45 danau yang terdaftar di Provinsi
Jambi, yaitu sebagai berikut: Danau Kerinci, Danau Gunung Tujuh, Danau Belibis,
Danau Lingkat, Danau Duo, Danau Sipin, Danau Kenali, Danau Teluk, Danau Biaro,
Danau Baru, Danau Sarang Burung, Danau Sepati Empat, Danau Kecil dan Danau
Pauh.
f. Lahan Gambut
Berdasarkan data Kementerian Kehutanan tahun 2011, luas lahan gambut di
Provinsi Jambi mencapai 676.341 Ha. Dengan luasan tersebut, Provinsi Jambi menjadi
provinsi yang memiliki lahan gambut terluas ketiga di Pulau Sumatera setelah Riau dan
Sumatera Selatan. Penyebaran terluas terdapat di wilayah tiga kabupaten, yaitu
Tanjung Jabung (Tanjab) Timur, Batanghari dan TanjungJabung Barat. Ketiga
kabupaten ini terdapat di bagian pantai timur Propinsi Jambi, dimana lahan gambut
menempati landform kubah gambut dan sebagian daerah pasang surut. Di daerah
Sarolangun juga terdapat gambut dengan penyebaran agak luas.
2. Kondisi Terkini Cuaca Provinsi Jambi
Semakin luas lahan gambut pada suatu daerah akan berpotensi menyebabkan
kebakaran hutan pada saat daerah tersebut memasuki musim kemarau. Hal tersebut juga
berlaku di Provinsi Jambi yang memiliki lahan gambut terluas ketiga di Pulau Sumatera.
Berdasarkan historis data, kebakaran lahan di Provinsi Jambi biasanya terjadi pada bulan
Agustus, September, dan Oktober.
Penyebab kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi secara umum oleh 2 (dua)
faktor, yaitu kelalaian manusia yang sedang melaksanakan aktivitas di hutan, serta faktor
kesengajaan manusia yang membuka lahan perkebunan dengan cara membakar. Dari
kedua faktor tersebut, faktor terakhirlah yang lebih dominan sebagai pemicu kebakaran
lahan dan hutan di Jambi. Cara pembukaan lahan perkebunan dengan cara membakar ini
banyak dipilih karena biayanya lebih murah.
Kebakaran lahan dan hutan yang rutin terjadi di Provinsi Jambi ini menimbulkan
berbagai macam dampak negatif, di antaranya timbulnya kabut asap pekat yang dapat
mengganggu kesehatan dan aktivitas perekonomian Provinsi Jambi.
31
BOKS. 1 DAMPAK KABUT ASAP BAGI PEREKONOMIAN JAMBI
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Kondisi cuaca Provinsi Jambi pada bulan September s.d Oktober 2014 ini mayoritas
diselimuti kabut asap yang cukup pekat meskipun intensitasnya masih fluktuatif.
Berdasarkan data Satelit NOAA 18 sebagaimana dipubilkasikan oleh Kementerian
Kehutanan dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, secara kumulatif pada bulan
September 2014 telah ditemukan 237 titik panas di Provinsi Jambi, sementara pada bulan
Oktober relatif berkurang menjadi 117 titik panas. Titik-titik panas tersebut mayoritas
ditemukan di Kabupaten Tebo, Bungo, Tanjung Jabung Timur, dan Muaro Jambi.
Selain berasal dari internal, kabut asap yang menyelimuti Provinsi Jambi juga
berasal dari kebakaran lahan yang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan dan Riau. Kedua
provinsi tersebut merupakan provinsi yang memiliki lahan gambut terluas di Pulau
Sumatera yang letaknya berbatasan langsung dengan Provinsi Jambi.
Sementara itu dari sisi kualitas udara, Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD)
Provinsi Jambi menyatakan bahwa indeks standar pencemaran udara (ISPU) di kota Jambi
dalam 2 (dua) bulan terakhir rata-rata berada pada skala tidak sehat dan sangat tidak
sehat. Angka ISPU tertinggi terjadi pada pertengahan bulan Oktober yang mencapai level
242 partikel per million (ppm) atau telah dikategorikan sangat tidak sehat.
Grafik 1 Perkembangan Titik Panas di Provinsi Jambi September s.d. Oktober 2014
Grafik 2 Perkembangan Titik Panas di Provinsi Jambi Tahun 2014
0
10
20
30
40
50
9/1/
2014
9/3/
2014
9/5/
2014
9/7/
2014
9/9/
2014
9/11
/201
4
9/13
/201
4
9/15
/201
4
9/17
/201
4
9/19
/201
4
9/21
/201
4
9/23
/201
4
9/25
/201
4
9/27
/201
4
9/29
/201
4
10/1
/201
4
10/3
/201
4
10/5
/201
4
10/7
/201
4
10/9
/201
4
10/11/20
…
10/13/20
…
10/15/20
…
10/17/20
…
10/19/20
…
10/21/20
…
10/23/20
…
10/25/20
…
10/27/20
…
10/29/20
…
10/31/20
…
Jum
lah
Tit
ik
Grafik Perkembangan Titik Panas September s.d. Oktober 2014
0
50
100
150
200
250
300
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2014
Jum
lah
Titi
k
Bulan
Grafik Perkembangan Titik Panas Tahun 2014Sumber: Satelit NOAA 18
32
BOKS. 1 DAMPAK KABUT ASAP BAGI PEREKONOMIAN JAMBI
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
3. Dampak Kabut Asap
a. Dampak Terhadap Sektor Sosial dan Kesehatan
Kabut asap yang diakibatkan oleh kebakaran hutan dan lahan secara umum
mengandung gas CO, CO2, H2O, jelaga, debu (partikel) ditambah dengan unsur-unsur
yang telah ada di udara seperti N2, O2, CO2, H2O, dll. Kandungan gas dalam kabut
asap tersebut menyebabkan terganggunya kesehatan masyarakat, utamanya
gangguan pada saluran pernafasan (ISPA/Infeksi Saluran Pernafasan Akut).
Berdasarkan data BLHD Provinsi Jambi, penderita ISPA di Kota Jambi dalam satu bulan
terakhir telah mencapai 80.976 kasus.
Tingginya potensi penyakit ISPA akibat kabut asap, menyebabkan masyarakat
harus waspada dan mencadangkan dana kesehatan dari pendapatan yang
diterimanya. Kondisi tersebut berpotensi mengurangi tingkat konsumsi rumah.
b. Dampak Terhadap Sektor Bisnis dan Perekonomian
Berdasarkan pengamatan yang pernah dilakukan oleh Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT), ketinggian puncak lapisan asap di Pulau Sumatera
berkisar antara 7.000 hingga 9.000 kaki. Karena gas asap lebih berat daripada udara
normal, asap tersebut tidak dapat naik ke angkasa dengan segera. Sehingga apabila
kondisi tersebut dibiarkan, asap tersebut akan terakumulasi menjadi lebih pekat (BPPT,
1997). Asap yang pekat menyebabkan visibility (kekuatan jarak pandang) menjadi
rendah, dan menghalangi radiasi matahari ke permukaan tanah, sehingga tidak terjadi
proses konveksi. Dengan jarak pandang yang rendah inilah akan berdampak negatif
bagi operasional penerbangan dan pelayaran di Provinsi Jambi.
Hasil pengamatan BPPT tersebut terkonfirmasi dengan kondisi yang terjadi di
Jambi saat ini (jarak pandang terbatas). Berdasarkan data PT Angkasa Pura II (Persero)
Jambi, terhitung pada bulan Oktober telah terjadi 34 (tiga puluh empat) kali delay
arrival (penundaan kedatangan pesawat) dan 75 (tujuh puluh lima) kali cancelling
dan diverting flight ( pembatalan penerbangan dan pengalihan kedatangan pesawat
ke bandara lain ). Keterlambatan tersebut utamanya disebabkan pesawat dari
Jakarta/Batam tujuan Jambi tidak dapat mendarat di Bandara Sultan Thaha karena
jarak pandang yang tidak memenuhi standar keselamatan. Jarak pandang minimal
yang dibutuhkan oleh seorang pilot untuk mendaratkan pesawat di Bandara Sultan
Thaha adalah 2.000 meter. Standar jarak pandang minimal tersebut lebih tinggi dari
beberapa bandara besar lainnya di Indonesia karena Bandara Sultan Thaha Jambi
33
BOKS. 1 DAMPAK KABUT ASAP BAGI PEREKONOMIAN JAMBI
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
belum memiliki Instrument Landing System (ILS) yang dapat membantu pilot
mendaratkan pesawatnya dalam jarak pandang yang terbatas (<1.000 meter).
Terbatasnya jarak pandang di Jambi menyebabkan beberapa pesawat harus dialihkan
sementara (divert) ke Bandara terdekat, yaitu Sultan Mahmud Badaruddin II
Palembang atau kembali ke bandara asal (return to base) untuk menjamin
keselamatan penumpang. Kondisi tersebut akan berdampak bagi meningkatnya biaya
operasional maskapai, sehingga salah satu maskapai yang terbang dari dan ke Jambi,
yaitu Lion Air mengurangi frekuensi penerbangannya dari 5 (lima) kali sehari menjadi 4
(empat) kali sehari untuk alasan efisiensi. Sedangkan maskapai lainnya, yakni Garuda
Indonesia masih mempertahankan frekuensi penerbangan 3 (tiga) kali sehari dengan
mempertimbangkan masih tingginya permintaan masyarakat, namun demikian pihak
Garuda Indonesia mengambil kebijakan untuk me-reschedule penerbangan pagi dari
Jakarta yang semula pukul 05.45 menjadi pukul 08.45. untuk alasan efisiensi.
Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam terkait dampak kabut
asap bagi sektor perekonomian Provinsi Jambi, kami telah melakukan liaison ke
beberapa pelaku usaha yang bergerak dalam bidang, penerbangan, pelabuhan
(pelayaran), dan hotel sehingga diperoleh beberapa informasi sebagai berikut:
1) Liaison ke Maskapai Penerbangan
Salah satu maskapai penerbangan yang beroperasi di Jambi
menginformasikan bahwa pada bulan September 2014 ini tingkat on time
performance (OTP) maskapainya turun drastis dibandingkan kondisi normal seriring
dengan pekatnya kabut asap yang menyelimuti kota Jambi. Jika pada cuaca
normal OTP bisa dicapai >85%, OTP pada saat cuaca Provinsi Jambi diselimuti
kabut asap hanya mencapai <80%. Kondisi yang sama juga terjadi pada maskapai
lainnya.
Turunnya OTP maskapai tersebut menyebabkan beberapa dampak negatif
bagi perusahaan dan stakeholders lainnya, antara lain:
a) Terganggunya rotasi pesawat suatu maskapai;
b) Terganggunya rotasi cabin crew;
c) Pembengkakan biaya operasional maskapai dari sisi:
Penggunaan avtur yang meningkat;
Delayed management di darat penyediaan akomodasi dan konsumsi
bagi penumpang;
34
BOKS. 1 DAMPAK KABUT ASAP BAGI PEREKONOMIAN JAMBI
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Service charge tambahan dari pengelola bandara akibat bertambahnya jam
operasional bandara;
Biaya tenaga kerja seiring bertambahnya jam kerja dan operasional
maskapai (lembur).
d) Belum adanya kerjasama dengan katering lokal menyebabkan meal service
yang dibawa dari Jakarta untuk diserve pada layanan penerbangan Jambi-
Jakarta menjadi rusak.
e) Terlambatnya layanan kargo yang berpotensi menimbulkan kerusakan barang
(bahan makanan, ikan, dll). Salah satu pengguna jasa kargo utama maskapai
tersebut adalah pelaku usaha peternakan udang dari Kuala Tungkal.
Meskipun dampak kabut asap berpengaruh cukup signifikan bagi dunia
penerbangan, seluruh maskapai yang terbang dari dan ke Jambi belum berencana
mengurangi frekuensi penerbangan karena tingkat okupansi penumpang masih
tinggi (>85%) seiring dengan momen keberangkatan calon jemaah haji dan
persiapan Idul Adha.
2) Liaison ke Perusahaan Pengelola Pelabuhan
Perusahaan pengelola pelabuhan di Provinsi Jambi menginformasikan
bahwa pekatnya kabut asap yang terjadi di Provinsi Jambi menyebabkan
keterlambatan kedatangan kapal. Apabila kondisi tersebut tidak segara di atasi,
maka akan mengganggu kegiatan ekspor dan impor Provinsi Jambi karena
sebagaian besar ekspor dan impor Jambi dilakukan melalui Pelabuhan Talang
Duku. Terganggunya kegiatan ekspor dan impor juga akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi serta neraca perdagangan Provinsi Jambi.
3) Liaison ke Pelaku Usaha Perhotelan
Salah satu pelaku usaha perhotelan bintang 4 (empat) di Provinsi Jambi
menginformasikan bahwa pekatnya kabut asap yang terjadi di Provinsi Jambi
menyebabkan turunnya tingkat okupansi hotel. Pada bulan September 2014,
tingkat okupansi hotel tercatat hanya mencapai 30-40% (dalam kondisi normal,
tingkat okupansi hotel mencapai >70%). Turunnya okupansi hotel tersebut akan
berpengaruh negatif terhadap PDRB Provinsi Jambi khususnya pada sektor
perdagangan, hotel, dan restoran.
35
BOKS. 1 DAMPAK KABUT ASAP BAGI PEREKONOMIAN JAMBI
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
4. Upaya Penanggulangan dari Instansi Terkait
Menyikapi kondisi cuaca terkini di Provinsi Jambi, pada tanggal 17 September
2014, Gubernur Jambi telah menggelar rapat bersama dengan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi, Dinas Kehutanan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial,
BMKG, KOREM, dan instansi terkait lainnya untuk menyiapkan beberapa langkah strategis
untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan kabut asap yang lebih parah. Langkah-
langkah strategis tersebut antara lain:
a. Pembagian masker kepada masyarakat untuk mencegah penyakit ISPA;
b. Mengintensifkan dan mengoptimalkan peran Manggala Agni (Brigade Pengendalian
Kebakaran Hutan Dinas Kehutanan) dalam kegiatan pencegahan, pemadaman, dan
penanganan pasca kebakaran hutan;
c. Mengusulkan kepada BNPB untuk melakukan modifikasi cuaca di Provinsi Jambi;
5. Rekomendasi
Menyikapi besarnya dampak negatif (ekonomi, sosial, dan kesehatan) yang
diakibatkan oleh kebakaran hutan dan kabut asap, maka perlu dilakukan hal-hal sebagai
berikut:
a. Menggelar sosialisasi kepada masyarakat secara rutin tentang bahaya pembukaan
lahan dengan cara membakar;
b. Pemerintah Daerah bersama dengan pihak Angkasa Pura segera melakukan investasi
pemasangan Instrument Landing System (ILS) di Bandara Sultan Thaha Jambi.
Pemasangan alat tersebut akan memberikan dampak positif yang cukup signifikan
bagi operasional penerbangan di Jambi. Dengan bantuan ILS, pilot mampu
mendaratkan pesawat dalam kondisi jarak pandang <1.000 meter. Selama ini,
pendaratan peswat udara di Bandara Sultan Thaha Jambi masih dilakukan secara visual
(manual) sehingga memerlukan jarak pandang minimal 2.000 meter. Meskipun
investasi ILS ini memerlukan anggaran yang cukup besar (±Rp 20 milyar), namun
melihat besarnya manfaat yang didapatkan, maka investasi tersebut layak untuk
diprioritaskan. Lancarnya kegiatan penerbangan akan mendorong lancarnya kegiatan
perekonomian sehingga momentum pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi yang tinggi
akan tetap terjaga.
37
BAB II INFLASI
A. Kajian Umum
Pada triwulan III 2014, inflasi kota Jambi tercatat 4,31% (yoy), menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya (6,47% yoy), dan lebih rendah dari inflasi
nasional (4,53% yoy) dan rata-rata inflasi triwulan III dalam tiga tahun terakhir
(5,56% yoy) (grafik 2.1). Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 5,21% (yoy)
dan berada di atas inflasi nasional12.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Berdasarkan asesmen Bank Indonesia, inflasi Kota Jambi utamanya
disebabkan oleh inflasi administered price yang mencapai 6,11% (yoy). Sumber
utama inflasi administered price adalah meningkatnya bahan bakar rumah
tangga13 yang merupakan dampak dari meningkatnya harga elpiji ukuran 12 kg
sesuai kebijakan yang diberlakukan oleh Pertamina dan kenaikan Tarif Tenaga
Listrik (TTL) sesuai keputusan Pemerintah untuk menaikkan (TTL) golongan
Rumah Tangga dan Industri per 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal 1 Juli 2014.
12
Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota.
13 Perhitungan disagregasi inflasi berdasarkan sub kelompok barang.
7.99
4.45
5.31
2.76 3.90
6.80
4.43
4.22
6.06
5.24
7.96
8.74 7.51
6.47 4.31 6.65
5.54
4.61
3.793.97
4.53 4.31
4.305.90
5.90
8.40
8.387.32
6.70
4.53
0
5
10
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2011 2012 2013 2014
Persen (%)
Kota Jambi Nasional
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
38
Sementara itu, inflasi inti cenderung stabil di level 3,44% (yoy) dan inflasi volatile
food berada pada level yang cukup rendah yaitu 3,48% (yoy) bahkan pada
Agustus 2014 berada pada level -1,81% (yoy) (grafik 2.2).
Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi Core, Volatile Food, dan Administered Price (yoy)
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Berdasarkan penghitungan triwulanan, perkembangan harga di Kota
Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar 1,62% (qtq), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya (0,51% (qtq)). Pergerakan angka inflasi
bulanan (m-t-m) pada bulan Juli, Agustus dan September 2014 masing-masing
sebesar 1,33%, 0,16% dan 0,13%. Sementara itu, perkembangan harga di
Bungo tercatat sebesar 2,24% (qtq), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya
(0,01% (qtq)) dan kota Jambi, dengan pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m)
pada bulan Juli, Agustus dan September 2014 masing-masing sebesar 1,21%,
0,44% dan 0,80%.
Tingkat inflasi di Kota Jambi berada di urutan ke-8 (delapan) dari daftar
kota yang dihitung inflasinya di Sumatera. Sementara Bungo menempati urutan
ke-13 (tiga belas). Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tanjung Pandan, sedangkan
inflasi terendah terjadi di Kota Palembang (grafik 2.3).14
14
Sumber: DSM, Bank Indonesia.
3.81 3.863.86 4.14 4.41 4.35 4.28 4.08 4.13
3.44
9.869.11
4.47 4.08 4.29 4.803.35
1.84
-1.81
3.48
19.16 20.9018.92
19.42 19.4817.69
13.43
6.60 6.08 6.11
-5
0
5
10
15
20
25
Dec-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14
Yoy Core Yoy Volatile Yoy Administered Yoy inflasi
INFLASI
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
39
Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi (yoy) Kota Jambi dan Kota Lainnya di Pulau Sumatera per September 2014
Sumber :DSM Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jambi
B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
Berdasarkan kelompoknya, sumbangan terbesar inflasi di kota Jambi pada
triwulan ini bersumber dari kelompok perumahan, air, listrik & bahan bakar yang
mengalami inflasi sebesar 2,70% (qtq) atau 6,78% (yoy) (tabel 2.1). Tingginya
inflasi kelompok perumahan, air, listrik & bahan bakar tersebut seiring dengan
kenaikan bahan bakar rumah tangga yaitu kenaikan harga elpiji kemasan 12 kg
dan Tarif Tenaga Listrik (TTL) golongan Rumah Tangga dan Industri per 2 (dua)
bulan terhitung sejak tanggal 1 Juli 2014.
Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 2,35% (qtq) atau
4,75% (yoy) dengan kontribusi sebesar 0,58%. Inflasi kelompok bahan makanan
tersebut disebabkan oleh meningkatnya permintaan bahan makanan berupa cabe
merah seiring dengan perayaan Idul Fitri dan persiapan menjelang Idul Adha
2014 dan keterbatasan pasokan cabe merah.
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau mengalami inflasi
sebesar 1,39% (qtq) atau 4,89% (yoy), memberikan kontribusi sebesar 0,23%
yang disumbangkan oleh sub kelompok makanan jadi berupa nasi dengan lauk
dan sub kelompok tembakau & minuman beralkohol berupa rokok kretek filter.
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi sebesar
0,94% (qtq) atau 1.62% (yoy), memberikan kontribusi sebesar 0,07% yang
disumbangkan oleh sub kelompok kursus-kursus/pelatihan pada awal tahun
0
2
4
6
8
10
12
Inflasi Nasional
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
40
ajaran baru. Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,77% (qtq) atau
2,80% (yoy), memberikan kontribusi sebesar 0,03% yang disumbangkan oleh
sub kelompok obat-obatan. Kelompok terakhir yaitu kelompok sandang,
mengalami inflasi sebesar 0,23% (qtq) atau 1.42% (yoy), memberikan kontribusi
sebesar 0,02% yang disumbangkan oleh sub kelompok sandang anak-anak.
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok
Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn
I Bahan Makanan 9.10 0.76 -4.14 0.13 0.51 0.14 0.97 0.23 2.35 0.58
II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1.44 0.52 2.30 0.30 1.18 0.19 0.68 0.10 1.39 0.23
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 1.08 0.43 3.03 0.48 1.24 0.27 0.75 0.16 2.70 0.58
IV Sandang 0.79 0.11 0.76 -0.01 0.69 0.05 -0.03 -0.01 0.23 0.02
V Kesehatan 0.17 0.02 0.93 0.04 0.58 0.02 0.64 0.04 0.77 0.03
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.92 0.05 0.29 0.01 0.56 0.03 0.06 0.01 0.94 0.07
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 17.14 1.64 -0.55 0.11 1.56 0.29 -0.14 -0.02 0.66 0.13
3.53 3.53 1.04 1.04 1.00 1.00 0.50 0.52 1.62 1.62
Sumber: BPS (diolah)
Triwulan IV-2013
(q-t-q, %)
Triwulan I-2014
(q-t-q, %)
Triwulan III-2013
(q-t-q, %)
Triwulan II-2014
(q-t-q, %)
Triwulan III-2014
(q-t-q, %)
INFLASI
KELOMPOK
qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoyI. BAHAN MAKANAN 9.10 15.39 -4.14 12.10 0.51 4.79 0.97 4.55 2.35 4.75a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA 4.75 5.89 2.21 5.12 0.36 5.34 -1.93 5.37 3.29 3.90b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA 5.57 11.45 -8.30 10.88 -0.71 1.16 16.29 11.77 -1.72 4.05c. IKAN SEGAR 7.53 8.43 -1.62 6.00 4.30 7.96 6.22 17.20 -0.27 8.70d. IKAN DIAWETKAN 2.49 7.82 2.43 11.09 10.08 20.74 -1.22 14.15 2.51 14.16e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA 5.49 4.23 0.11 5.78 0.81 3.27 7.62 14.57 2.80 11.65f. SAYUR-SAYURAN 22.26 26.44 -11.77 12.13 9.31 19.57 -13.99 1.42 5.58 -12.42g. KACANG-KACANGAN 0.60 3.79 22.97 25.69 0.24 23.32 0.25 24.31 0.85 24.62h. BUAH-BUAHAN 8.86 6.42 -7.11 3.18 7.67 1.66 3.31 12.49 -2.59 0.66i. BUMBU-BUMBUAN 24.17 97.12 -22.08 62.39 -22.17 -19.94 -13.41 -34.80 19.84 -37.07j. LEMAK DAN MINYAK 2.77 -4.29 3.98 3.87 7.50 12.33 -1.20 13.50 -2.92 7.21k. BAHAN MAKANAN LAINNYA 0.48 5.03 -1.71 4.20 1.00 4.54 2.47 2.21 1.63 3.38II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 1.44 4.56 2.30 6.34 1.18 7.24 0.68 6.58 1.39 4.89a. MAKANAN JADI 2.11 5.66 3.57 8.75 1.67 9.66 0.76 8.33 1.07 7.23b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL -0.40 -0.22 -0.46 -0.22 0.60 0.05 0.05 -0.21 1.02 1.22c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 0.95 4.87 0.92 4.66 0.41 3.73 0.97 3.29 2.33 4.70III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 1.08 3.73 3.03 6.52 1.24 7.61 0.75 6.85 2.70 6.78a. BIAYA TEMPAT TINGGAL 1.49 3.60 1.34 3.43 0.59 3.93 0.79 4.28 1.24 4.02b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 0.75 4.62 7.01 14.08 2.48 15.98 0.38 10.89 6.53 17.26c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 0.26 1.03 2.21 3.34 1.05 3.73 0.79 4.36 1.04 5.18d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 0.31 3.85 1.01 4.49 1.26 3.78 1.53 4.17 0.85 4.73IV. SANDANG 0.79 -0.41 0.76 -0.89 0.69 2.25 -0.03 4.22 0.23 1.42a. SANDANG LAKI-LAKI 0.92 2.02 0.70 2.64 -0.12 2.23 0.07 1.58 0.25 0.91b. SANDANG WANITA 1.09 2.18 -0.72 1.11 0.65 1.64 0.70 1.72 -0.01 0.62c. SANDANG ANAK-ANAK 0.60 1.19 0.57 1.91 0.77 2.10 0.41 2.37 0.48 2.24d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA 0.55 -5.78 2.30 -7.32 1.30 -5.28 -1.04 3.12 0.19 2.74V. KESEHATAN 0.17 1.62 0.93 2.06 0.58 2.72 0.64 3.00 0.77 2.80a. JASA KESEHATAN 0.00 0.00 0.00 0.00 0.18 0.18 0.00 0.18 0.00 0.18b. OBAT-OBATAN 0.13 1.77 0.89 2.68 0.33 1.84 0.64 2.00 3.20 5.13c. JASA PERAWATAN JASMANI 0.00 7.39 6.61 8.57 0.00 8.57 1.23 7.92 0.00 7.92d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 0.43 1.81 0.40 2.18 1.30 2.51 1.23 3.39 0.40 3.36VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 0.92 1.27 0.29 1.44 0.56 2.34 0.06 2.38 0.94 1.62a. JASA PENDIDIKAN 1.06 1.06 0.05 1.11 0.00 1.11 0.00 1.11 1.72 1.77b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 4.02 4.02 0.00 4.02 1.28 5.34 0.00 5.34 3.84 5.16c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN -0.97 -0.24 1.19 0.64 3.37 2.82 0.62 4.24 -2.19 2.95d. REKREASI 1.40 2.91 0.41 2.87 -0.49 1.41 -0.30 1.02 -0.04 -0.42e. OLAHRAGA 0.00 0.17 0.21 0.38 0.17 0.56 0.00 0.38 0.00 0.38VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 17.14 18.95 -0.55 18.34 1.56 17.18 -0.14 11.93 0.66 2.93a. TRANSPOR 25.27 27.50 -0.84 27.12 2.07 27.14 -0.14 26.61 1.14 2.22b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 0.00 0.00 0.00 0.00 0.19 0.19 -0.36 -0.17 -0.75 -0.92c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 0.91 3.88 0.59 1.50 1.06 2.58 0.45 3.04 0.29 2.40d. JASA KEUANGAN 0.00 0.41 0.00 0.41 0.00 0.41 0.00 0.00 0.00 0.00
INFLASI (UMUM) 3.53 7.96 1.04 8.74 1.00 7.51 0.51 6.47 1.62 4.31
Sumber: BPS (diolah)
Triwulan I-2014 Triwulan II-2014 Triwulan III-2014Triwulan III-2013 Triwulan IV-2013KELOMPOK/SUBKELOMPOK
INFLASI
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
41
Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.3.), penyumbang pembentukan inflasi
terbesar pada bulan Juli, Agustus dan September 2014 adalah cabai merah dan
tarif listrik sedangkan penyumbang deflasi adalah nila.
Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan III 2014
TW III-2014 TW III-2014
Sumbangan Sumbangan
JULI JULI
1 Tomat Buah 0.15 1 Daging Ayam Ras -0.12
2 Bayam 0.14 2 Jeruk -0.06
3 Cabai Merah 0.12 3 Telepon Selular -0.03
4 Angkutan Udara 0.11 4 Bawang Putih -0.02
5 Udang Basah 0.07 5 Dencis -0.02
6 Rokok Kretek Filter 0.06 6 Nila -0.02
7 Kangkung 0.06 7 Beras -0.01
8 Tarif Listrik 0.05 8 Tongkol/Ambu-Ambu -0.01
9 Cumi-Cumi 0.05 9 Pisang -0.01
10 Pepaya 0.04 10 Tempoyak -0.01
0.83 -0.30
AGUSTUS AGUSTUS
1 Tarif Listrik 0.22 1 Tomat Buah -0.16
2 tukang Bukan Mandor 0.13 2 Bayam -0.11
3 Daging Ayam Ras 0.07 3 Kangkung -0.06
4 Sekolah Menengah Atas 0.06 4 Daun Singkong -0.05
5 Angkutan Udara 0.05 5 Jengkol -0.04
6 Gabus 0.05 6 Minyak Goreng -0.02
7 Cabai Merah 0.04 7 Kacang Panjang -0.02
8 Beras 0.04 8 Kerang -0.02
9 Kentang 0.03 9 Udang Basah -0.02
10 Nasi Dengan Lauk 0.03 10 Daging Sapi -0.02
0.72 -0.54
SEPTEMBER SEPTEMBER
1 Cabai Merah 0.34 1 Bawang Merah -0.15
2 Beras 0.12 2 Angkutan Udara -0.08
3 Bahan Bakar Rumah Tangga 0.09 3 Nila -0.04
4 Tarif Listrik 0.05 4 Udang Basah -0.04
5 Daun Singkong 0.02 5 Minyak Goreng -0.03
6 Kacang Panjang 0.02 6 Cumi cumi -0.03
7 Nanas 0.01 7 Emas Perhiasan -0.02
8 Ketimun 0.01 8 Kentang -0.02
9 Susu untuk Balita 0.01 9 Jengkol -0.02
10 Kangkung 0.01 10 Pepaya -0.02
0.69 -0.45
Sumber : BPS (diolah)
10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
42
1. Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan
makanan mengalami
inflasi sebesar 2,35%
(qtq) atau 4,75% (yoy)
dengan sumbangan
inflasi mencapai
0,58%. Inflasi bahan
makanan tersebut
didominasi oleh sub
kelompok bumbu-
bumbuan (19,84% (qtq)), sayur-sayuran (5,58% (qtq)), serta padi-padian, umbi-
umbian dan hasilnya (3,29% (qtq)). Namun sub kelompok minyak dan lemak,
buah-buahan serta daging dan hasil-hasilnya mengalami deflasi yaitu sebesar
2,92% (qtq), 2,59% (qtq) dan 1,72% (qtq),
Bumbu-bumbuan, yaitu cabai merah, pada triwulan laporan mengalami
inflasi setelah pada triwulan II 2014 mengalami deflasi (grafik 2.4). Harga cabai
merah selama triwulan III 2014 menunjukkan tren peningkatan yaitu dari sebesar
Rp11.296/kg pada Juni 2014, naik menjadi Rp13.120/kg (Juli 2014),
Rp14.284/kg (Agustus 2014) dan Rp22.822/kg (September 2014). Panen cabai
merah pada triwulan II 2014 dan pola tanah tanaman cabai merah yang harus
ditanami tanaman lain setelah panen cabai merah membuat pasokan cabai
merah pada triwulan III 2014 menjadi terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan,
cabai merah harus didatangkan dari Pulau Jawa yang membutuhkan waktu dan
biaya distribusi sehingga mempengaruhi harga cabai merah.
Sebaliknya, bawang merah pada triwulan laporan mengalami deflasi yaitu
pada Juni 2014 harga bawang merah berada pada level Rp19.728/kg, naik
menjadi Rp20.253/kg (Juli 2014), Rp20.975/kg (Agustus 2014) namun turun
menjadi Rp15.156/kg pada September2014 (grafik 2.4). Penurunan harga
bawang merah tersebut dipicu oleh panen dan pasokan dari Kerinci dan Padang.
Harga daging sapi pada akhir triwulan II 2014 berada pada level harga
Rp114.444/kg (Juni 2014), naik menjadi Rp117.733/kg seiring dengan
Grafik 2.4. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2013 2014
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
(Rp/kg)
Cabe Merah Keriting Cabe merah Biasa Bawang Merah
INFLASI
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
43
meningkatnya kebutuhan daging sapi pada perayaan Idul Fitri 1435 H, lalu turun
menjadi Rp113.508/kg (Agustus 2014) dan Rp110.000/kg (September 2014)
seperti terlihat pada grafik 2.5. Harga Rp110.000/kg menjadi harga wajar harga
daging sapi mengingat sejak Januari 2014 hingga April 2014 harga daging sapi
stabil pada kisaran tersebut. Daging ayam ras pada triwulan III cenderung deflasi
dengan harga Rp30.556/kg (Juni 2014), Rp27.693/kg (Juli 2014), Rp29.988/kg
(Agustus 2014) lalu turun menjadi Rp29.322/kg pada September 2014 seiring
dengan tingginya pasokan daging ayam ras.
Grafik 2.5. Perkembangan Harga Daging
Sub kelompok sayur-sayuran mengalami inflasi 5,58% (qtq)
disumbangkan oleh daun singkong, kacang panjang, ketimun dan kangkung.
Namun secara tahunan mengalami deflasi 12,42% (yoy). Sub kelompok padi-
padian, umbi-umbian dan hasilnya mengalami inflasi 3,29% (qtq) atau 3,90%
(yoy) yang disumbangkan oleh kenaikan harga beras premium seiring dengan
meningkatnya konsumsi beras premium dalam perayaan Idul Fitri 1435 H.
Grafik 2.6. Perkembangan Harga Jagung Grafik 2.7. Perkembangan Harga Beras
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
100,000
110,000
120,000
130,000
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2013 2014
(Rp/Kg)
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
(Rp/Kg) Daging Ayam Broiler, LHS Daging Sapi Murni, RHS
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9
2012 2013 2014
(Rp/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(USD/Bushel)
Jagung internasional (aksis kiri) Jagung pipilan kering (aksis kanan)
150
155
160
165
170
175
180
185
190
195
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9
2012 2013 2014
Thousa
nds
(Rp ribu/Kg)
Sumber: Bloomberg, indexmundi.com & Disperindag Prov. Jambi
(USD/CWT)
Beras internasional (aksis kiri) Beras King (aksis kanan)
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
44
Harga beras di tingkat internasional menunjukkan kecenderungan
peningkatan harga namun secara rata-rata selama triwulan III 2014 mengalami
penurunan dibandingkan rata-rata triwulan sebelumnya dari USD 409,4/metric
ton menjadi USD 404,9/metric ton (1,11%) seperti pada grafik 2.7. Harga beras
internasional pada Juni 2014 berada pada level USD 414,67/metric ton turun
menjadi USD 379,8/metric ton (Juli 2014), lalu naik menjadi USD 398,2/metric
ton (Agustus 2014) hingga USD 436,5/metric ton. Sejalan dengan hal tersebut,
harga beras di Jambi pada triwulan laporan juga meningkat sebesar 2,15%
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Perkembangan harga
tepung terigu merk Segitiga
Biru pada triwulan laporan
cenderung stabil pada level
harga Rp7.500/kg setelah
triwulan sebelumnya stabil di
posisi Rp7.503,00/kg (grafik
2.8). Penurunan harga tersebut
mengikuti menurunnya harga
gandum, yang merupakan bahan baku tepung terigu, di tingkat internasional.
Kecendrungan penurunan harga tepung terigu tersebut terjadi sejak triwulan I
2014 dan masih berlanjut hingga triwulan III 2014 seiring dengan penanaman
gandum di Amerika Serikat dan Kanada serta membaiknya kondisi politik Ukraina
yang turut membantu persediaan gandum dunia.15.
Harga rata-rata Crude
Palm Oil (CPO) di tingkat
internasional pada triwulan
laporan menurun 12,82%
dibandingkan triwulan
sebelumnya, yaitu dari USD
795,76/metric ton menurun
15
Satu bushel setara dengan 27 kg.
Grafik 2.8. Perkembangan Harga Tepung Terigu
Grafik 2.9. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng
5000
6000
7000
8000
9000
10000
11000
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9
2012 2013 2014
(Rp/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(USD/Bushel)
Wheat/Gandum (aksis kiri) Tepung Terigu lokal (aksis kanan)
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
11,000
12,000
0
500
1000
1500
2000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2012 2013 2014
(Rp/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(Ringgit/Ton)
CPO internasional (aksis kiri) Minyak goreng lokal (aksis kanan)
INFLASI
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
45
menjadi USD 693,67/metric ton (grafik 2.9). Sejalan dengan harga internasional,
harga minyak goreng lokal juga menurun dari Rp11.410/liter pada triwulan lalu
menjadi Rp10.728/liter.
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami
inflasi sebesar 1,39% (qtq) atau 4,89% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya,
urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub kelompok tembakau dan minuman
beralkohol yaitu sebesar 2,33% (qtq) atau 4,70% (yoy) sebagai dampak lanjutan
dari berlakunya pajak rokok sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang berlaku mulai 1 Januari 2014.
Sub kelompok makanan jadi mengalami inflasi sebesar 1,07% (qtq) atau
7,23% (yoy) yang disebabkan oleh kenaikan jenis makanan seperti nasi dengan
lauk, martabak dan soto. Sub kelompok minuman yang tidak beralkohol
mengalami inflasi sebesar 1,02% (qtq) atau 1,22% (yoy) yang disumbangkan
oleh air kemasan, teh manis dan minuman kesegaran. Inflasi kedua sub kelompok
tersebut masih merupakan dampak lanjutan dari efek kenaikan harga bahan
bakar elpiji.
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan III
2014 mengalami inflasi sebesar 2,70% (qtq) atau 6,78% (yoy), lebih tinggi dari
triwulan sebelumnya (0,75%(qtq)). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tersebut
disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar, penerangan, dan air sebesar
6,53% (qtq) atau 17,26% (yoy), biaya tempat tinggal sebesar 1,24% (qtq) atau
4,02% (yoy), perlengkapan rumah tangga sebesar 1,04% (qtq) atau 5,18% (yoy)
dan sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga sebesar 0,85% (qtq) atau
4,73% (yoy). Pemicu terjadinya inflasi pada kelompok ini adalah kenaikan harga
bahan bakar rumah tangga, tarif listrik, kontrak rumah, sabun detergen
bubuk/cair dan keramik16.
16
seiring dengan keputusan Pemerintah untuk menaikkan harga elpiji kemasan 12 kg sejak tanggal 10 September 2014 dan Tarif Tenaga Listrik (TTL) golongan Rumah Tangga dan Industri per 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal 1 Juli 2014.
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
46
4. Kelompok Sandang
Kelompok sandang
pada triwulan III 2014
mengalami inflasi sebesar
sebesar 1,42% (yoy), lebih
rendah dibanding triwulan
sebelumnya (4,22% (yoy)).
Secara triwulanan,
kelompok sandang
mengalami inflasi sebesar
0,23% (qtq). Terjadinya inflasi pada kelompok ini terutama disumbangkan oleh
sandang anak-anak 0,48% (qtq), sandang laki-laki 0,25% (qtq), barang pribadi
dan sandang lainnya (0,19%(qtq)). Harga emas yang menurun pada triwulan II-
2014 sempat mengalami kenaikan pada awal Juli 2014 sejalan dengan tingginya
permintaan menjelang perayaan Idul Fitri 1435H dan meningkatnya harga emas
dunia (grafik 2.10). Namun pada Agustus 2014 dan September 2014 permintaan
emas kembali menurun seiring dengan kondisi pasar saham dan perekonomian
global yang membaik.17
5. Kelompok Kesehatan
Harga komoditi yang tergabung dalam kelompok kesehatan mengalami
inflasi sebesar 0,77% (qtq) atau 2,80% (yoy). Inflasi yang terjadi utamanya
bersumber dari meningkatnya permintaan obat-obatan dengan inflasi 3,20%
(qtq) atau 5,13% (yoy), serta perawatan jasmani dan kosmetika dengan inflasi
0,40% (qtq) atau 3,36% (yoy). Sementara itu harga pada sub kelompok jasa
kesehatan dan jasa perawatan jasmani cenderung stabil.
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi sebesar
0,94% (qtq) atau 1,62% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu (0,06%
(qtq)). Inflasi tersebut disebabkan oleh tahun ajaran baru SD, SMP dan SMA pada
17
Sumber: Bloomberg.1 (satu) troy ounce setara dengan 31,1034768 gram (http://en.wikipedia.org)
Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
0
500
1000
1500
2000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9
2012 2013 2014
Sumber: Bloomberg
(USD/troy ounce)
INFLASI
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
47
Juli 2014 yang menyebabkan kenaikan tarif kursus/pelatihan sebesar 3,84% (qtq)
dan jasa pendidikan sebesar 1,72% (qtq). Sementara itu, sub kelompok
perlengkapan/peralatan pendidikan dan rekreasi mengalami deflasi masing-
masing sebesar 2,19% (qtq) dan 0,04% (qtq). Walaupun tahun ajaran baru
dimulai pada Juli 2014, namun pemenuhan perlengkapan/peralatan pendidikan
telah dilakukan pada triwulan sebelumnya yang ditandai dengan inflasi sub
kelompok ini sebesar 0,62% (qtq) pada triwulan II 2014. Sub kelompok terakhir
yaitu olahraga cenderung stabil.
7. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi
sebesar 0,66% (qtq) atau 2,93% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya
mengalami deflasi sebesar 0,14% (qtq). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi
pada kelompok ini utamanya bersumber dari sub kelompok transpor sebesar
1,14% (qtq) dan sub kelompok sarana dan penunjang transpor sebesar 0,29%
(qtq). Pada bulan Juli 2014 dan Agustus 2014, angkutan udara menjadi salah
satu penyumbang inflasi sejalan dengan meningkatnya permintaan pada saat
arus balik lebaran. Namun demikian, pada September 2014 permintaan
angkutan udara kembali normal. Sub kelompok komunikasi dan pengiriman
mengalami deflasi seiring dengan terhambatnya distribusi pengiriman barang
keluar masuk Provinsi Jambi via udara yang disebabkan oleh cuaca Jambi yang
berasap.
Sementara itu, harga rata-rata minyak di pasar internasional turun
sebesar 5,38% (qtq) dibandingkan periode triwulan II 2014 yaitu dari USD
103,06/barrel, menjadi USD 97,51/barrel (grafik 2.11) yang dipengaruhi oleh
membaiknya kondisi politik di Ukraina.
Grafik 2.11. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional
0.00
25.00
50.00
75.00
100.00
125.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2012 2013 2014
Sumber: Bloomberg
Harga Minyak (USD/Barrel)
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
48
C. INFLASI KOTA BUNGO
Sejak Januari 2014, Kota Bungo termasuk sebagai kota indikator inflasi di
Provinsi Jambi selain Kota Jambi. Bungo yang pada triwulan II 2014 berada pada
urutan 20 (dua puluh) kota di tingkat inflasi tertinggi menjadi urutan 11 (sebelas)
dari 23 (dua puluh tiga) kota di Sumatera yang dihitung inflasinya. Inflasi bulanan
(mtm) Kota Bungo pada awal triwulan III 2014 berada pada level tertinggi sejak
terhitung sebagai kota indikator inflasi yaitu pada level 1,21% (mtm) di Juli 2014,
lalu pada bulan Agustus dan September 2014 stabil di level 0,44% (mtm) (grafik
2.12). Peningkatan inflasi Juli 2014 merupakan dampak dari peningkatan
konsumsi masyarakat terkait perayaan Idul Fitri 1435 H.
Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo tahun 2014
Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Kota Bungo
Tabel 2.5. Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Bungo Berdasarkan Kelompok dan Sub
Kelompok Barang dan Jasa
1.11
0.51
(0.35) (0.28)(0.51)
0.80
1.21
0.44 0.44
(0.80)
(0.60)
(0.40)
(0.20)
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14
INFLASI
Sep-14
mtm sumbangan mtm sumbangan mtm sumbangan Inflasi Smbgn yoy
I Bahan Makanan 2.88 0.737 0.65 0.171 1.14 0.296 4.72 1.20 3.46
II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.04 0.006 -0.02 -0.003 0.01 0.001 0.03 0.01 4.35
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 0.41 0.073 1.63 0.289 1.43 0.259 3.50 0.62 12.25
IV Sandang 1.13 0.100 0.24 0.021 -0.29 -0.025 1.08 0.10 5.50
V Kesehatan 0.28 0.013 0.09 0.005 0.94 0.044 1.31 0.06 3.69
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 2.25 0.167 -0.03 -0.002 -0.17 -0.013 2.05 0.15 3.97
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.79 0.115 -0.27 -0.040 0.19 0.028 0.71 0.10 2.38
INFLASI 1.21 1.21 0.44 0.44 0.60 0.44 2.26 2.09 5.21
Sumber: BPS (diolah)
KELOMPOK
Triwulan III-2014
(q-t-q, %)Jul-14 Aug-14 Sep-14
INFLASI
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
49
Berdasarkan kelompoknya, inflasi terbesar pada triwulan III 2014 terjadi
pada kelompok bahan makanan sebesar 4,72% (qtq) atau 3,46% (yoy) dengan
sumbangan inflasi 1,20% (tabel 2.4). Inflasi kelompok bahan makanan tersebut
didominasi sub kelompok bumbu-bumbuan (30,70% (qtq)), ikan segar
(6,85%(qtq)), serta telur, susu dan hasil-hasilnya (4,67% (qtq)) seperti terlihat
pada tabel 2.5.
Sub kelompok bumbu-bumbuan mengalami inflasi yang disumbangkan
oleh kenaikan cabai merah setelah pada triwulan sebelumnya cabai mengalami
deflasi. Harga cabai merah di Kota Bungo pada Juli 2014 berada pada level
Rp12.000/kg naik menjadi Rp17.250/kg (Agustus 2014) hingga Rp25.200/kg
(Sepember 2014).Terbatasnya pasokan cabai merah setelah panen pada periode
sebelumnya menjadi pemicu kenaikan harga cabai merah. Ikan segar mengalami
qtq yoy qtq yoy
I. BAHAN MAKANAN -4.03 -1.06 4.72 3.46a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA 0.30 N/A 3.58 N/Ab. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA 1.69 N/A -1.14 N/Ac. IKAN SEGAR -0.44 N/A 6.85 N/Ad. IKAN DIAWETKAN 3.54 N/A 1.78 N/Ae. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA 2.15 N/A 4.67 N/Af. SAYUR-SAYURAN -3.71 N/A -6.94 N/Ag. KACANG-KACANGAN 0.01 N/A 0.41 N/Ah. BUAH-BUAHAN 3.16 N/A 2.94 N/Ai. BUMBU-BUMBUAN -33.36 N/A 30.70 N/Aj. LEMAK DAN MINYAK 3.73 N/A -1.38 N/Ak. BAHAN MAKANAN LAINNYA 0.00 N/A 1.45 N/AII. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 2.00 6.63 0.03 4.35a. MAKANAN JADI 1.56 N/A 0.10 N/Ab. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 0.18 N/A -0.22 N/Ac. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 3.97 N/A 0.00 N/AIII. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 1.05 9.97 3.50 12.25a. BIAYA TEMPAT TINGGAL 0.09 N/A 0.43 N/Ab. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 0.08 N/A 7.52 N/Ac. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 4.43 N/A 1.07 N/Ad. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 2.64 N/A 3.44 N/AIV. SANDANG 2.31 6.90 1.08 5.50a. SANDANG LAKI-LAKI 3.72 N/A 0.08 N/Ab. SANDANG WANITA 3.70 N/A 3.23 N/Ac. SANDANG ANAK-ANAK 3.08 N/A 3.57 N/Ad. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA -1.65 N/A -3.29 N/AV. KESEHATAN 0.66 4.21 1.31 3.69a. JASA KESEHATAN 0.00 N/A 0.00 N/Ab. OBAT-OBATAN -0.15 N/A -0.01 N/Ac. JASA PERAWATAN JASMANI 0.00 N/A 0.00 N/Ad. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 1.48 N/A 2.84 N/AVI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 1.33 1.89 2.05 3.97a. JASA PENDIDIKAN 1.40 N/A 3.09 N/Ab. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 0.00 N/A 9.44 N/Ac. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN 0.81 N/A -1.08 N/Ad. REKREASI 1.64 N/A -0.10 N/Ae. OLAHRAGA 20.00 N/A 1.47 N/AVII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 1.15 5.97 0.71 2.38a. TRANSPOR 1.33 N/A 0.60 N/Ab. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 0.00 N/A 0.00 N/Ac. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 2.28 N/A 2.58 N/Ad. JASA KEUANGAN 0.00 N/A 0.00 N/A
INFLASI (UMUM) 0.01 4.58 2.26 5.21
Sumber: BPS (diolah)
N/A : Kota Bungo sebagai indikator kota inflasi sejak Januari 2014
Triwulan II-2014 Triwulan III-2014KELOMPOK/SUBKELOMPOK
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
50
peningkatan harga seiring dengan berkurangnya pasokan ikan segar karena ikan
budi daya dengan keramba di Danau Maninjau, Agam, Sumatera Barati
mengalami keracunan. Sementara telur ayam ras mengalami peningkatan harga
karena kenaikan harga pakan ternak ayam petelur
Sementara itu, sub kelompok sayur-sayuran, lemak dan minyak serta
daging dan hasil-hasilnya mengalami deflasi masing-masing sebesar 6,94% (qtq),
1,38% (qtq) dan 1,14% (qtq).
Berbeda dengan Kota Jambi, sub kelompok sayur-sayuran Kota Bungo
mengalami deflasi yang lebih dalam setelah pada triwulan II 2014 juga
mengalami deflasi. Deflasi tersebut disumbangkan oleh sayur-sayuran jenis
wortel, tauge/kecambah dan terong panjang. Sebaliknya, daun singkong,
kangkung dan bayam mengalami inflasi. Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya
mengalami deflasi pada triwulan laporan seiring dengan menurunnya permintaan
kebutuhan daging sapi dan daging ayam ras, setelah pada triwulan sebelumnya
mengalami inflasi.
Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar mengalami inflasi
3,50% (qtq) atau 12,25% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,62% yang
didominasi oleh sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air, sub kelompok
penyelenggaraan rumah tangga, sub kelompok perlengkapan rumah tangga dan
sub kelompok biaya tempat tinggal masing-masing sebesar 7,52% (qtq), 3,44%
(qtq), 1,07% (qtq) dan 0,43% (qtq). Inflasi tersebut dipicu oleh kenaikan harga
elpiji ukuran 12 kg sesuai kebijakan yang diberlakukan oleh Pertamina dan
keputusan Pemerintah untuk menaikkan Tarif Tenaga Listrik (TTL) golongan
Rumah Tangga dan Industri per 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal 1 Juli 2014.
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi 2,05%
(qtq) atau 3,97% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,15%. Inflasi pada kelompok
ini dipicu oleh sub kelompok kursus-kursus/pelatihan 9,44% (qtq) dan jasa
pendidikan 3,09% (qtq) seiring dengan tahun ajaran baru pada bulan Juli 2014.
Sedangkan sub kelompok perlengkapan/ peralatan pendidikan dan rekreasi
mengalami deflasi masing-masing 1,08% (qtq) dan 0,10%(qtq) setelah pada
periode sebelumnya mengalami inflasi. Deflasi tersebut disebabkan oleh
INFLASI
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
51
menurunnya permintaan karena telah terpenuhinya perlengkapan/peralatan
pendidikan sehubungan dengan tahun ajaran baru pada periode sebelumnya.
Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 1,08% (qtq) atau 5,50%
(yoy) dengan sumbangan inflasi 0,10%. Inflasi pada kelompok ini dipicu oleh
meningkatnya kebutuhan sandang laki-laki, wanita dan sandang anak-anak
seiring dengan perayaan Idul Fitri 1435H. Sedangkan sub kelompok barang
pribadi dan sandang lainnya selama triwulan III 2014 mengalami deflasi sebesar
3,29% (qtq) setelah pada triwulan II 2014 juga mengalami deflasi 1,65% (qtq)
seiring dengan penurunan harga emas internasional.
Inflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada
triwulan laporan tercatat sebesar 0,71% (qtq) atau 2,38% (yoy) dengan
sumbangan inflasi 0,10%. Sub kelompok transpor serta sarana dan penunjang
transpor mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,60% (qtq) dan 2,58% (qtq)
yang disumbangkan oleh peningkatan permintaan angkutan udara seiring
dengan arus balik Idul Fitri 1435 H dan kenaikan harga suku cadang kendaraan
bermotor (ban luar dan dalam motor). Sementara sub kelompok komunikasi dan
pengiriman serta jasa keuangan cenderung stabil.
Kelompok makanan jadi, minuman rokok dan tembakau pada triwulan ini
mengalami inflasi sebesar 0,03% (qtq) atau 4,35% (yoy) dengan sumbangan
inflasi 0,01%. Inflasi tersebut disumbangkan oleh sub kelompok makanan jadi
sebesar 0,10% (qtq) sebagai dampak lanjutan dari kenaikan harga bahan bakar.
Sub kelompok minuman yang tidak beralkohol mengalami deflasi 0,22% (qtq)
seiring dengan menurunnya permintaan, setelah pada triwulan II 2014
mengalami inflasi sebesar 0,18% (qtq). Sub kelompok tembakau dan minuman
beralkohol cenderung stabil pada triwulan laporan setelah mengalami inflasi
sebesar 3,97% (qtq) pada triwulan sebelumnya.
Tabel 2.6. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo Berdasarkan Komoditi
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
52
Periode triwulan III 2014
Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.6.), penyumbang pembentukan inflasi
terbesar Bungo pada triwulan III 2014 adalah cabai merah dan tarif listrik.Sedangkan
komoditi penyumbang deflasi selama triwulan III 2014 didominasi oleh emas perhiasan
dan sayuran.
TW III-2014 TW III-2014
Sumbangan Sumbangan
JULI JULI
1 Udang Basah 0.13 1 Bahan Bakar Ruta -0.09
2 Cabai Merah 0.11 2 Jengkol -0.06
3 Sekolah Menengah Perama 0.10 3 Wortel -0.02
4 Tarif Lisrik 0.09 4 Tongkol/Ambu-Ambu -0.02
5 Bawang Merah 0.07 5 Serai -0.01
6 Angkutan Anar Kota 0.06 6 Gula Pasir -0.01
7 Bimbingan Belajar 0.05 7 Salak -0.01
8 Jeruk 0.05 8 Obat dengan Resep 0.00
9 Telur Ayam Ras 0.04 9 Tepung erigu 0.00
10 Blus 0.04 10 Pasta Gigi 0.00
0.73 -0.21
AGUSTUS AGUSTUS
1 Tarif Listrik 0.27 1 Jengkol -0.11
2 Cabai Merah 0.12 2 Angkutan Antar Kota -0.04
3 Bawang Merah 0.10 3 Tongkol/Ambu-Ambu -0.04
4 Nila 0.09 4 Emas Perhiasan -0.03
5 Celana Panjang Jeans 0.03 5 Daun Singkong -0.02
6 Beras 0.03 6 Wortel -0.02
7 Kenang 0.03 7 Bawang Puih -0.01
8 Daging Ayam Ras 0.02 8 Apel -0.01
9 Serai 0.01 9 Telur Ayam Ras -0.01
10 Sandal Kulit 0.01 10 Kacang Panjang -0.01
0.70 -0.30
SEPTEMBER SEPTEMBER
1 Cabai Merah 0.48 1 Jengkol -0.18
2 Beras 0.13 2 Bawang Merah -0.16
3 Udang Basah 0.12 3 Nila -0.04
4 Bahan Bakar Rumah Tangga 0.12 4 Daging Sapi -0.06
5 Tarif Lisrik 0.09 5 Angkutan Antar Kota -0.06
6 Pemeliharaan/Service 0.04 6 Jeruk -0.05
7 Daun Singkong 0.03 7 Kelapa -0.04
8 Kangkung 0.03 8 Daging Ayam Ras -0.04
9 Angkutan Udara 0.03 9 Emas Perhiasan -0.03
10 Telur Ayam Ras 0.03 10 Laptop/Notebook -0.03
1.10 -0.69
Sumber : BPS (diolah)
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
53
BAB III PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kinerja perbankan pada triwulan III 2014 secara umum menunjukkan sedikit
perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset perbankan cenderung stabil
meskipun mengalami sedikit penurunan sebesar 1,5% (qtq). Perlambatan
pertumbuhan terjadi pada dana pihak ketiga dan kredit. Pertumbuhan dana pihak
ketiga yang lebih kecil daripada pertumbuhan kredit menyebabkan Loan to Deposits
Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami peningkatan sebesar
115 bps menjadi sebesar 112,6%. Suku bunga simpanan DPK (dana pihak ketiga)
pada periode laporan meningkat dibandingkan triwulan II 2014 dan sebaliknya, suku
bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan bank umum di Provinsi Jambi
menunjukkan penurunan. Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL
di bawah 5% (2,5%), sedikit membaik dibandingkan triwulan sebelumnya (rasio NPL
2,5%). Sementara itu kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan sedikit meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya dan secara tahunan mengalami peningkatan,
meskipun jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total kredit.
A.Perkembangan Kelembagaan
Secara kelembagaan, jumlah bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi selama triwulan III 2014 menjadi 51 bank
seiring dengan pembukaan 1 (satu) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yaitu PT BPR
Perdana Cipta Sejahtera sehingga terdapat 32 (tiga puluh dua) bank umum dan 19
(sembilan belas) Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Dari 32 (tiga puluh dua) bank umum
yang beroperasi di wilayah Jambi tersebut, 27 (dua puluh tujuh) di antaranya
merupakan bank konvensional dengan 3 (tiga) di antaranya memiliki Unit Usaha
Syariah (Bank Jambi Unit Usaha Syariah, Bank CIMB Niaga Unit Usaha Syariah, dan
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
54
Bank Sinarmas Unit Usaha Syariah), sedangkan 5 (lima) bank lainnya merupakan bank
syariah.
Jumlah kantor bank mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya menjadi
417 (empat ratus tujuh belas) kantor bank. Secara lebih rinci dari 417 kantor bank di
Provinsi Jambi tersebut, 386 di antaranya merupakan kantor bank umum sementara
31 lainnya merupakan kantor BPR.
Berdasarkan sebaran jumlah kantor bank umum dan BPR, sebagian besar yaitu
33,8% atau 141 (seratus empat puluh satu) kantor berada di Kota Jambi, diikuti oleh
Kabupaten Merangin dan Bungo masing-masing sebanyak 41 (empat puluh satu)
kantor (9,8%) dan 39 (tiga puluh sembilan) kantor (9,4%) (Tabel 3.1.). Sementara
kabupaten yang paling sedikit jumlah kantor banknya adalah Kota Sungai Penuh,
yaitu hanya sebanyak 9 (sembilan) kantor atau sebesar 2,2%. Kota Sungai Penuh
baru terbentuk tahun 2008 dan merupakan pemekaran dari Kabupaten Kerinci.
Tabel 3.1. Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia
Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw 3
Kota Jambi 133 135 137 138 139 140 141 33,8
Merangin 31 31 31 31 41 41 41 9,8
Bungo 36 36 36 36 39 39 39 9,4
Sarolangun 31 31 31 31 38 38 38 9,1
Muara Jambi 36 36 36 36 36 36 36 8,6
Tebo 23 23 23 23 27 28 28 6,7
Tanjung Jabung Barat 22 22 22 22 27 27 27 6,5
Batanghari 24 24 24 24 25 25 27 6,5
Kerinci 23 23 23 20 17 17 17 4,1
Tanjung Jabung Timur 10 10 10 10 11 12 14 3,4
Sungai Penuh 5 5 5 8 8 9 9 2,2
T O T A L 374 376 378 379 408 412 417 100
2013JUMLAH BANK
2014 Pangsa
(%)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
55
B.Bank Umum
1. Perkembangan Aset Bank
Secara triwulanan, total aset bank umum di Provinsi Jambi cenderung stabil
meskipun sedikit menurun 1,5% (qtq) dari Rp34,8 triliun pada triwulan sebelumnya
menjadi Rp34,3 triliun pada periode laporan. Penurunan tersebut seiring dengan
sedikit penurunan aset bank pemerintah dan bank syariah yaitu sebesar Rp548,7
miliar (2,3%(qtq)) dan Rp66,4 miliar (3,1% (qtq)). Sebaliknya bank swasta mengalami
peningkatan aset sebesar Rp107,9 miliar (1,3%(qtq)) (Grafik 3.1.).
Secara tahunan, pertumbuhan aset perbankan pada triwulan III 2014 (20,4%)
(yoy)) juga lebih rendah dibandingkan triwulan II 2014 (25,2% (yoy)).
Berdasarkan pangsanya, aset perbankan terbesar adalah dari bank pemerintah
Rp23,7 triliun (68,9%), diikuti oleh bank swasta Rp8,6 triliun (25%) dan bank syariah
Rp2,1 triliun (6,1%)
Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi
(dalam satuan triliun rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
19 20 21 21
23 24 24 24 27 28 29 29 30
35
8,67,6
3,71,5
9,8
3,21,6 1,3
8,8
4,62,5
0,53,5
17,4
23,6
27,725,9
23,1 24,4
19,2
16,8 16,515,5
17,0 18,1 17,2 11,5
25,2
0
5
10
15
20
25
30
-
5
10
15
20
25
30
35
40
Q1-11 Q2-11 Q3-11 Q4-11 Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q4-12 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14
Persen
Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan q-t-q (%) Pertumbuhan y-o-y (%)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
56
2. Perkembangan Dana Masyarakat
Secara triwulanan, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank
umum sebesar Rp22,5 triliun, sedikit meningkat 1% (qtq) (Rp219,7 miliar) dari
triwulan sebelumnya (Rp22,3 triliun) seiring dengan peningkatan tabungan dan
deposito berjangka yang masing-masing sebesar 2,9% (qtq) dan 3,3% (qtq) (Grafik
3.2. dan tabel 3.2.). Sementara giro mengalami penurunan 8,5% (qtq). DPK bank
pemerintah, bank syariah, dan bank swasta masing-masing mampu tumbuh sebesar
0,4% (qtq), 1,4% (qtq) dan 8% (qtq).
Secara tahunan, DPK tumbuh sebesar 15,4% (sebesar Rp3,0 triliun) yang
didominasi oleh kenaikan deposito Rp1,8 triliun (31,9% (yoy)) dan tabungan sebesar
Rp1,2 triliun (12,1% (yoy)). Kenaikan deposito tersebut sebagai penyesuaian
kenaikan suku bunga simpanan perbankan akibat kenaikan BI rate18. Namun
penyesuaian suku bunga simpanan perbankan baru terjadi setelah beberapa waktu
kemudian. Sementara giro masih cenderung stabil meskipun mengalami sedikit
penurunan sebesar Rp37,5 miliar (1% (yoy)).
Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
18
Kenaikan BI Rate dari 6,25% pada Agustus 2013, 7% (Agustus 2013), 7,25% (September 2013) dan menjadi 7,50% sejak November 2013 hingga bulan laporan triwulan III 2014
3.753 4.120 3.745 3.343 3.179 4.052 3.707
5.131 5.388 5.706 4.642 6.187
7.286 7.529
9.492 9.646 10.070 11.430
10.703
10.970 11.291
18.376 19.155 19.521 19.415 20.069
22.307 22.527
-
4.000
8.000
12.000
16.000
20.000
24.000
Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14
Rp (dalam miliar) Tabungan Simp Berjangka Giro DPK
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
57
Tabel 3.2. Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan kelompok bank, penghimpunan DPK mayoritas berasal dari
bank pemerintah dan mencapai Rp15,5 triliun (68,7%), diikuti oleh bank swasta
nasional Rp6,1 triliun (26,8%) dan bank syariah Rp1 triliun (4,5%) (Tabel 3.2). Bank
pemerintah mengalami akselerasi pertumbuhan penghimpunan DPK mencapai
20,9% (yoy). Sementara bank swasta nasional mampu tumbuh sebesar 8,4%(yoy).
Sebaliknya, bank syariah mengalami penurunan penghimpunan DPK sebesar 12%
(yoy).
Berdasarkan golongan pemilik, tumbuhnya DPK terutama berasal dari
penempatan oleh perseorangan dan BUMN atau pemerintah campuran. DPK
perseorangan meningkat Rp2,3 triliun dalam setahun ini menjadi Rp15 triliun
(meningkat 17,9% (yoy)) dan BUMN atau pemerintah campuran menjadi Rp1,2 triliun
(meningkat 225,3% (yoy)) (Tabel 3.3.). Meningkatnya suku bunga simpanan bank
mengikuti kenaikan BI-rate menjadi salah satu faktor tumbuhnya DPK perseorangan.
Sementara itu DPK milik Pemerintah Daerah, dengan pangsa terbesar kedua setelah
perseorangan, cenderung stabil meskipun mengalami sedikit penurunan sebesar
1,6% (yoy) menjadi Rp3,9 triliun.
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III q-t-q y-o-y
12.281.783 12.922.185 12.809.164 12.422.771 13.244.757 15.422.489 15.485.172 0,4% 20,9%
1 2.966.564 3.221.551 2.717.057 2.459.884 2.446.629 3.253.415 2.927.275 -10,0% 7,7%
2 5.989.720 6.074.794 6.292.275 7.365.988 6.811.479 7.016.344 7.251.664 3,4% 15,2%
3 Simpanan Berjangka 3.325.500 3.625.840 3.799.833 2.596.900 3.986.649 5.152.731 5.306.234 3,0% 39,6%
5.203.578 5.097.258 5.573.083 6.101.268 5.916.091 5.957.636 6.040.234 1,4% 8,4%
1 613.758 660.092 750.965 745.775 679.344 749.585 723.222 -3,5% -3,7%
2 3.080.196 3.043.183 3.270.743 3.543.220 3.371.287 3.400.929 3.451.743 1,5% 5,5%
3 Simpanan Berjangka 1.509.624 1.393.983 1.551.375 1.812.272 1.865.460 1.807.122 1.865.269 3,2% 20,2%
890.936 1.135.215 1.138.726 890.976 908.588 927.272 1.001.733 8,0% -12,0%
1 172.681 238.744 276.842 137.808 53.510 48.589 56.845 17,0% -79,5%
2 422.185 528.165 507.246 520.567 520.620 552.542 587.554 6,3% 15,8%
3 296.070 368.306 354.638 232.601 334.458 326.140 357.334 9,6% 0,8%
6,49765133 1.693.139 3.152.739
18.376.298 19.154.658 19.520.974 19.415.015 20.069.436 22.307.397 22.527.139 1,0% 15,4%
1 3.753.003 4.120.387 3.744.864 3.343.467 3.179.483 4.051.589 3.707.342 -8,5% -1,0%
2 9.492.101 9.646.142 10.070.264 11.429.775 10.703.386 10.969.816 11.290.961 2,9% 12,1%
3 5.131.194 5.388.129 5.705.847 4.641.773 6.186.567 7.285.993 7.528.836 3,3% 31,9%
Giro
Tabungan
Giro
Giro
Simpanan Berjangka
Simpanan Berjangka
Jumlah
Bank Syariah
Tabungan
Giro
Bank Pemerintah
Bank Konvensional
PertumbuhanURAIAN
2013
Tabungan
Bank Swasta Nasional
2014
Tabungan
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
58
Tabel 3.3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan lokasi proyek, peningkatan DPK utamanya disebabkan oleh
meningkatnya penghimpunan DPK di hampir seluruh wilayah Jambi, kecuali di
Kabupaten Batanghari (Tabel 3.4.). Pertumbuhan penghimpunan DPK tahunan
terbesar terjadi di wilayah Kabupaten Tebo, Merangin, Sarolangun dan Kota Jambi
masing-masing sebesar Rp104,8 miliar (39,8%), Rp184,2 miliar (23,9% (yoy)), Rp67,7
miliar (18,9% (yoy)) dan Rp2,3 triliun (17,8% (yoy)).
Berdasarkan pangsanya, mayoritas penghimpunan DPK berlokasi di Kota Jambi
dan mencapai Rp15,5 triliun (68,9%) diikuti oleh Bungo dan Tanjung Jabung Barat
masing-masing sebesar Rp1,5 triliun (6,5%)dan 1,4 triliun (6,4%).
Tabel 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek (dalam jutaan rupiah)
Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share yoy
Penduduk/Residents
1 Pemerintah Pusat 128.807 123.306 143.604 35.692 127.212 124.323 127.570 0,6 -11,2%
2 Pemerintah Daerah (Pemda) 3.821.755 4.227.594 3.950.762 1.701.695 2.967.960 4.151.802 3.889.246 17,3 -1,6%
3 Badan Dan Lembaga Pemerintah 30.978 30.149 31.195 32.249 24.238 25.400 24.001 0,1 -23,1%
4 BUMN Atau Pemerintah Campuran 352.535 407.528 379.712 553.401 997.696 1.239.891 1.235.340 5,5 225,3%
5 BUMD 35.389 58.419 40.173 47.010 119.318 100.426 107.854 0,5 168,5%
6 Lembaga Keuangan Non Bank 134.383 161.774 173.501 187.916 234.135 339.842 361.514 1,6 108,4%
7 Bukan Lembaga Keuangan 1.503.361 1.627.833 1.691.289 2.285.904 1.632.625 1.717.251 1.730.849 7,7 2,3%
8 Sektor Swasta Lainnya 80.742 329.109 375.263 113.914 110.337 74.787 37.413 0,2 -90,0%
9 Perseorangan 12.278.358 12.184.119 12.729.279 14.452.207 13.850.893 14.531.744 15.011.753 66,6 17,9%
Jumlah 18.366.310 19.149.832 19.514.780 19.409.987 20.064.415 22.305.466 22.525.540 100,0 15,4%
Bukan Penduduk/Non-Residents 9.988 4.826 6.193 5.026 5.022 1.931 1.598 -74,2%
18.376.298 19.154.658 19.520.972 19.415.013 20.069.436 22.307.397 22.527.139 15,40%
Trw.IV-2013 Trw.III-2014Trw.II-2014Trw.I-2014
Penduduk dan bukan penduduk
No. Golongan PemilikTrw.I-2013 Trw.II-2013 Trw.III-2013
Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share Nominal Persen
1 Kota Jambi 12.224.040 12.668.320 13.175.628 13.666.724 13.886.280 15.168.952 15.518.127 68,9 2.342.500 17,8
2 Kab. Bungo 1.357.670 1.346.772 1.372.958 1.416.378 1.413.445 1.541.924 1.463.065 6,5 90.107 6,6
3 Tanjung Jabung Barat 1.268.320 1.377.031 1.357.655 1.159.956 1.165.207 1.428.596 1.442.128 6,4 84.473 6,2
4 Kab. Kerinci 1.108.471 1.147.320 1.203.577 1.112.837 1.170.097 1.274.541 1.338.217 5,9 134.640 11,2
5 Kab. Merangin 715.083 730.486 767.783 761.310 860.365 1.003.186 951.992 4,2 184.209 24,0
6 Kab. Batanghari 785.137 825.672 660.154 532.202 596.299 656.535 636.131 2,8 (24.022) (3,6)
7 Kab. Sarolangun 307.734 377.066 357.268 325.766 413.629 472.262 424.943 1,9 67.675 18,9
8 Tanjung Jabung Timur 319.517 400.302 362.735 196.183 255.464 411.933 384.511 1,7 21.776 6,0
9 Kab. Tebo 290.326 281.687 263.216 243.659 308.651 349.467 368.023 1,6 104.807 39,8
18.376.298 19.154.658 19.520.974 19.415.015 20.069.436 22.307.397 22.527.139 100 3.006.165 15,4
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Trw. I-14 Pertumbuhan (yoy)
JUMLAH
Trw. I-13 Trw. II-13 Trw. III-13 Trw. IV-13No. Kota/Kabupaten
Trw. II-14 Trw. III-14
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
59
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana
Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi meningkat Rp502,9 miliar
(2% (qtq)) yaitu dari Rp24,9 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp25,4 triliun
(Tabel 3.5.). Pertumbuhan kredit tersebut melambat dibandingkan pertumbuhan
pada triwulan sebelumnya (3,9% (qtq)).
Jika dibandingkan triwulan yang sama tahun 2013, pertumbuhan penyaluran
kredit pada triwulan III 2014 hanya mencapai sebesar 9,6% (yoy), sejalan dengan
melambatnya pertumbuhan ekonomi daerah dan ekonomi global, dan jauh melambat
dibandingkan pertumbuhan triwulan III 2013 yang dapat mencapai 28,9% (yoy),
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dialami oleh bank
konvensional sebesar 10,6% (yoy), sementara bank syariah mengalami penurunan
kredit sebesar 0,5% (yoy). Pangsa kredit bank konvensional mencapai 92,1%
sementara bank syariah sebesar 7,9%.
Berdasarkan Jenis Penggunaan, kredit terbesar adalah kredit konsumsi
yang mencapai 43,6%, diikuti dengan kredit modal kerja (32,3%) dan kredit investasi
(24,2%). Kredit konsumsi, kredit modal kerja serta kredit konsumsi menunjukkan
pertumbuhan masing-masing sebesar 11,3% (yoy), 9,8% (yoy) dan 6,6% (yoy).
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III q-t-q y-o-y
Kelompok Bank 20.162.558 22.223.927 23.138.260 23.621.083 23.927.298 24.868.632 25.372.389 2,0% 9,7%
1 Bank Pemerintah 12.768.570 14.129.012 14.694.069 15.048.876 15.394.481 16.092.175 16.541.833 2,8% 12,6%
2 Bank Swasta*) 5.560.810 6.152.437 6.436.729 6.525.991 6.503.079 6.749.181 6.832.952 1,2% 6,2%
3 Bank Syariah 1.833.179 1.942.478 2.007.462 2.046.216 2.029.739 2.027.277 1.997.604 -1,5% -0,5%
Jenis Penggunaan 20.162.558 22.223.927 23.138.260 23.621.083 23.927.298 24.868.632 25.372.389 2,0% 9,7%
1 Modal Kerja 7.484.277 7.365.449 7.453.703 7.548.969 7.558.597 8.035.392 8.187.856 1,9% 9,8%
2 Investasi 4.033.494 5.481.736 5.752.786 5.864.182 5.959.299 6.071.136 6.134.277 1,0% 6,6%
3 Konsumsi 8.644.788 9.376.743 9.931.771 10.207.932 10.409.402 10.762.104 11.050.256 2,7% 11,3%
Sektor Ekonomi 20.162.558 22.223.927 23.138.260 23.621.083 23.927.298 24.868.632 25.371.531 2,0% 9,7%
1 Pertanian 3.236.828 3.760.313 3.995.028 4.031.009 4.231.411 4.551.324 4.623.883 1,6% 15,7%
2 Pertambangan dan Penggalian 155.226 109.958 99.822 96.338 114.741 136.051 149.907 10,2% 50,2%
3 Industri 587.518 771.262 832.608 859.670 787.946 804.571 820.967 2,0% -1,4%
4 LGA 3.537 6.622 6.197 5.610 4.126 3.177 3.922 23,4% -36,7%
5 Konstruksi 651.557 830.433 847.873 804.912 746.132 876.089 880.225 0,5% 3,8%
6 Perdagangan Hotel dan Restoran 4.959.617 5.575.797 5.602.869 5.775.325 5.778.262 6.165.280 6.287.606 2,0% 12,2%
7 Pengangkutan dan Komunikasi 303.945 301.212 329.769 326.683 310.465 333.691 320.157 -4,1% -2,9%
8
Keuangan,Real estate dan Jasa
Perusahaan 986.614 1.137.928 1.134.966 1.132.014 1.135.751 704.085 673.888 -4,3% -40,6%
9 Jasa-jasa 632.928 353.660 357.355 381.591 409.063 403.233 482.693 19,7% 35,1%
10 Bukan Lapangan Usaha 8.644.788 9.376.743 9.931.771 10.207.932 10.409.402 10.891.132 11.128.283 2,2% 12,0%
2014URAIAN
2013 Pertumbuhan
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
60
Secara triwulanan, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit konsumsi
(2,7% (qtq)), diikuti kredit modal kerja (1,9% (qtq)) dan kredit investasi (1,0% (qtq)).
Pertumbuhan kredit tersebut cenderung melambat dibandingkan pertumbuhan kredit
triwulan II 2014 (kredit konsumsi (3,4% (qtq)) , kredit modal kerja (6,3% (qtq)), dan
kredit investasi (1,9% (qtq)). Perlambatan kredit konsumsi tersebut disebabkan telah
lewatnya masa liburan sekolah, tahun ajaran baru dan perayaan Hari Raya Idul Fitri
1435 H.
Berdasarkan Sektor Ekonomi, pertumbuhan kredit terbesar terjadi pada
sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai 50,2% (yoy) dan diikuti oleh
sektor jasa-jasa (35,1% (yoy)), sektor pertanian (15,7% (yoy)) dan sektor
perdagangan (12,2% (yoy)). Sementara itu, sektor listrik, gas dan air dan sektor
pengangkutan dan komunikasi mengalami penurunan seiring. Penurunan kredit di
sektor listrik, gas dan air sejalan dengan penurunan kredit sub sektor pengadaan dan
penyaluran air bersih dan sub sektor gas, namun penurunan tersebut sedikit tertahan
dengan kenaikan kredit pada sub sektor ketenagalistrikan pedesaan. Penurunan
kredit pada sektor pengangkutan dan komunikasi utamanya disebabkan oleh
menurunnya kredit sub sektor angkutan laut internasional terkait menurunnya
frekuensi kunjungan pelayaran internasional di pelabuhan Jambi.
Sementara itu, pangsa penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit kepada
bukan lapangan usaha, yaitu sebesar 43,9%, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel
dan restoran (24,8%) dan sektor pertanian (18,3%). Dominasi penyaluran kredit pada
ketiga sektor tersebut mencapai 86,8% dari total outstanding kredit.
Berdasarkan lokasi Proyek, jumlah kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi
oleh perbankan sebesar Rp33,3 triliun, lebih tinggi dibandingkan kredit yang
disalurkan oleh perbankan Jambi (Rp22,5 triliun) dan menunjukkan bahwa terdapat
Rp10,7 triliun kredit yang disalurkan oleh perbankan di luar Provinsi Jambi.
Dibandingkan triwulan lalu, kredit tersebut cenderung stabil dengan peningkatan
sebesar 2,5% (qtq) dari sebelumnya Rp32,5 triliun. Sementara secara tahunan
meningkat 11,1% (yoy) dari sebelumnya Rp29,9 triliun (Tabel 3.6.). Kenaikan kredit
tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya kredit di sektor industri pengolahan
sebesar Rp1,1 triliun (67,5% (yoy)), sektor pertambangan dan penggalian sebesar
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
61
Rp517,1 miliar (54,6% (yoy)), dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar
Rp516,3 miliar (8,5% (yoy)). Kenaikan kredit terbesar baik secara triwulanan dan
tahunan terjadi di Kabupaten Tebo dan Kota Sungai Penuh.
Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Bank Umum dan BPR Berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
Sumber: SEKDA Provinsi Jambi (diolah)
4. Undisbursed Loan
Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) sebesar Rp1,8 triliun
menurun sebesar Rp265,4 miliar (12,5%) dari triwulan sebelumnya (Rp2,1 triliun)
(Tabel 3.7.). Penurunan undisbursed loan tersebut disebabkan oleh menurunnya
kelonggaran tarik kredit investasi dan modal kerja masing-masing sebesar Rp94,9
miliar (23,4%(qtq)) dan Rp170,9 miliar (10% (qtq)). Sementara kelonggaran tarik
kredit konsumsi sedikit meningkat yaitu Rp442,1 juta miliar (6,8% (qtq)). Kenaikan
kelonggaran tarik kredit konsumsi tersebut sejalan dengan meningkatnya persetujuan
kredit konsumsi atas pemilikan rumah tinggal sampai tipe 70, sedangkan pemilikan
rumah tinggal diatas tipe 71 mengalami perlambatan sejalan dengan ketentuan
LTV19.
19 LTV adalah kebijakan Bank Indonesia (BI) mengenai ketentuan rasio kredit terhadap nilai agunan (loan to value/LTV) dan rasio pembiayaan terhadap nilai agunan (financing to value/FTV) untuk kredit pemilikan properti dan kredit konsumsi beragun properti. Ketentuan tersebut mulai berlaku pada 30 September 2013. Dalam ketentuan LTV/FTV yang baru, kredit pemilikan rumah (KPR) maupun kredit pemilikan rumah susun (KPRS) atau kredit apartemen tipe lebih dari 70 meter persegi (m2) untuk rumah pertama diwajibkan terkena LTV 70%. Kemudian, untuk KPR/KPRS rumah kedua sebesar 60% dan rumah ketiga dan seterusnya 50%.
Tw I Tw II Tw III TW IV Tw I Tw II Tw III qtq yoy
Batanghari 1.508.116 1.579.718 2.169.553 2.178.008 2.201.840 2.554.343 2.021.404 -20,9 -6,8
Sarolangun 1.255.087 1.336.600 1.432.189 1.464.682 1.465.886 1.461.979 1.611.055 10,2 12,5
Kerinci 1.192.469 1.302.065 1.356.805 1.388.026 1.409.393 1.455.886 1.502.649 3,2 10,7
Muaro Jambi 2.676.342 2.574.578 2.558.954 2.587.306 2.327.113 2.341.866 2.538.992 8,4 -0,8
Tanjung Jabung Barat 1.414.421 1.548.968 1.631.702 1.567.439 1.886.052 1.888.412 1.976.223 4,6 21,1
Tanjung Jabung Timur 479.297 557.052 596.913 624.633 646.870 676.988 714.146 5,5 19,6
Tebo 1.206.085 1.320.692 1.386.283 1.533.388 1.567.330 1.696.419 2.027.604 19,5 46,3
Merangin 2.074.462 2.225.806 2.348.526 2.552.180 2.543.205 2.656.927 2.765.615 4,1 17,8
Bungo 2.890.655 3.193.794 3.324.256 3.153.216 3.173.820 3.197.338 3.248.205 1,6 -2,3
Sungai Penuh 7.241 8.722 11.584 13.428 14.897 19.102 22.872 19,7 97,4
Jambi 11.767.331 12.563.303 13.108.469 14.341.352 14.710.048 14.508.777 14.828.745 2,2 13,1
T O T A L 26.471.507 28.211.298 29.925.234 31.403.658 31.946.454 32.458.037 33.257.510 2,5 11,1
PertumbuhanKabupaten/Kota
2013 2014
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
62
Tabel 3.7 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL)
gross Bank Umum di Provinsi Jambi
Loan to Deposits Ratio (LDR)20pada triwulan laporan mengalami peningkatan
sebesar 115 BPS dikarenakan pertumbuhan DPK yang jauh melambat (1% (qtq))
dibandingkan pertumbuhan kredit (3,9% (qtq)). LDR berdasarkan bank pelapor
mencapai 112,6% (Grafik 3.3.). Sejak triwulan III 2012 lalu, LDR bank umum sudah
melebihi 100% yang menandakan lebih tingginya kredit yang disalurkan
dibandingkan dengan penghimpunan dananya atau dengan kata lain masuknya dana
dari luar perbankan Provinsi Jambi.
Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Kualitas kredit yang diberikan tergolong baik, tercermin dari rasio Non
Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 2,5% (di bawah
ketentuan 5%), sedikit membaik dibandingkan triwulan lalu (2,5%) (Tabel 3.8.).
20
LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan.
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III Nominal %
1 Investasi 230.045 477.751 438.163 277.568 237.033 405.173 310.246 (94.927) (23,4)
2 Konsumsi 14.883 2.543 2.099 2.009 2.908 6.533 6.975 442 6,8
3 Modal kerja 1.527.558 1.541.494 1.767.269 1.862.807 1.837.862 1.711.830 1.540.901 (170.929) (10,0)
1.772.485 2.021.788 2.207.531 2.142.384 2.077.803 2.123.535 1.858.122 (265.413) (12,5)
Jenis Penggunaan
Total
KategoriPertumbuhan (qtq)2013 2014
0,91,0 1,0
1,1 1,11,2 1,2
1,2 1,21,1
1,1
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
0
5
10
15
20
25
30
Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q4-12 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14
Rp triliun
Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) DPK Perbankan (Rp juta) LDR Perbankan Jambi (persen)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
63
Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dialami oleh sektor LGA
sebesar 10,2% dan pertambangan dan penggalian sebesar 8,6% yang berada di
atas ketentuan 5%. Cukup tingginya NPL tersebut disebabkan kinerja kredit sub
sektor ketenagalistrikan lainnya yang belum membaik serta belum membaiknya
harga jual sektor pertambangan, dalam hal ini batu bara, yang berdampak pada
menurunnya kemampuan bayar debitur di sektor tersebut. Selain itu, penerapan
Undang-Undang Mineral dan Batubara yang melarang ekspor bahan mentah
hasil tambang terhitung sejak tanggal 12 Januari 2014 serta adanya Perda yang
mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai,
turut menjadi penyebab tingginya NPL sektor ini karena mengakibatkan sebagian
besar perusahaan pertambangan batubara menghentikan sementara aktivitas
kegiatan tambang.
Sementara itu sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami
peningkatan NPL menjadi 4,1% seiring dengan melemahnya perekonomian dan
konsumsi.
Tabel 3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Dilihat dari spread bunga (grafik 3.4), terlihat bahwa margin keuntungan
(margin rata-rata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito)
perbankan di Provinsi Jambi kembali menurun dari 5,1% menjadi 4,9% seiring
dengan adanya tren peningkatan suku bunga simpanan dalam beberapa bulan
terakhir mengikuti kenaikan BI Rate (Grafik 3.4.). Suku bunga deposito pada periode
Kredit Nominal NPL NPL (%) Kredit Nominal NPL NPL (%)
1. Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perikanan 4.551.324 82.686 1,8 4.623.883 89.426 1,9
2. Pertambangan dan Penggalian 136.051 11.916 8,8 149.907 12.927 8,6
3. Industri 804.571 17.592 2,2 820.967 6.855 0,8
4. LGA 3.177 31 1,0 3.922 400 10,2
5. Konstruksi 876.089 29.087 3,3 880.225 22.436 2,5
6. Perdagangan Hotel dan Restoran 6.165.280 248.499 4,0 6.287.606 259.950 4,1
7 Pengangkutan dan Komunikasi 333.691 4.677 1,4 320.157 5.969 1,9
8. Keuangan,Real estate dan Jasa Perusahaan 704.085 34.784 4,9 673.888 22.515 3,3
9. Jasa-jasa 403.233 11.298 2,8 482.693 19.058 3,9
10. Bukan Lapangan Usaha 10.891.132 172.049 1,6 11.128.283 181.377 1,6
24.868.632 612.619 2,5 25.371.531 620.912 2,4 J U M L A H
No Sektor EkonomiTW III-14TW II-14
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
64
laporan tercatat sebesar 8,5% atau meningkat dibandingkan triwulan II 2014 (8,5%).
Sebaliknya, suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan bank umum di
Provinsi Jambi mengalami penurunan menjadi 13,4%, turun dibandingkan triwulan
sebelumnya (13,6%).
Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi
(dalam satuan %)
6. Perkembangan Kredit UMKM
Kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan sedikit meningkat (2,2% (qtq))
dibandingkan triwulan sebelumnya dan secara tahunan mengalami peningkatan
7,4% (yoy), namun jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total kredit (9,7%
(yoy)) (Grafik 3.5.).
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi
10,17,2 7,2 7,7 8,0 8,3 8,3 8,2 8,0 7,8 7,4 6,3 5,6 5,1 4,9
0
5
10
15
20
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
Trw
II
Trw
III
2011 2012 2013 2014
Margin Deposito Kredit BI-rate
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
18,6
16,6 19,0
13,0
9,9
5,0
6,9
28,331,9 28,9
22,5
18,7
11,9
9,7
0
5
10
15
20
25
30
35
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III
2013 2014
Rp T
riliu
n
Mikro Kecil
Menengah Pertumbuhan UMKM (%) yoy
Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor yoy
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
65
Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit di Jambi menunjukkan sedikit
peningkatan yaitu dari 37,0% di triwulan lalu menjadi 37,1% (Grafik 3.6.).
Berdasarkan distribusinya, kredit mikro memiliki pangsa terbesar yaitu 34,2%,diikuti
kredit menengah sebesar 33,9%, serta kredit kecil sebesar 32,0% dari total kredit
UMKM.
Grafik 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
C.Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Kinerja BPR pada triwulan laporan mengalami sedikit pertumbuhan dibanding
triwulan sebelumnya, tercermin dari jumlah aset dan DPK yang mengalami
peningkatan. Sementara dari sisi kredit yang diberikan mengalami sedikit
perlambatan. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi mengalami peningkatan
sebesar Rp7,9 miliar (1,1% (qtq)) dari sebesar Rp731,8 miliar menjadi Rp739,7 miliar.
Dana pihak ketiga (DPK) juga sedikit meningkat sebesar Rp11,1 miliar (2,1% (qtq))
dari sebelumnya Rp539,8 miliar menjadi Rp550,9 miliar. Peningkatan DPK tersebut
sejalan dengan menurunnya kebutuhan likuiditas masyarakat seiring dengan
berakhirnya masa liburan sekolah, tahun ajaran baru dan Idul Fitri 1435 H.
Peningkatan DPK tersebut terjadi pada deposito berjangka dan tabungan masing-
masing sebesar Rp10,9 miliar (2,4% (qtq)) menjadi Rp466,8 miliar dan Rp203 juta
(0,2% (qtq)) menjadi Rp84,1 miliar.
11,9 11,4 11,3 11,1 11,1 12,5 12,7
13,9 13,8 13,6 13,8 13,7 12,0 11,9
13,9 14,2 13,0 12,5 12,0 12,6 12,5
60,3 60,6 62,1 62,6 63,2 63,0 62,9
0%
20%
40%
60%
80%
100%
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III
2013 2014
Mikro Kecil Menengah Kredit Bukan UMKM
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
66
Sebaliknya, jumlah penyaluran kredit mengalami penurunan sebesar Rp6,3
miliar (1,2% (qtq)) menjadi Rp535,5 miliar. Penurunan tersebut disebabkan oleh
penurunan kredit konsumsi sebesar Rp15,4 miliar (5,8%(qtq)) menjadi Rp249,7 miliar.
Sedangkan kredit modal kerja dan kredit investasi mengalami peningkatan yaitu
masing-masing sebesar Rp6,8 miliar (3,9% (qtq)) menjadi Rp178,2 miliar dan sebesar
Rp2,3 miliar (2,2% (qtq)) menjadi Rp107,6 miliar.
Kualitas kredit BPR pada triwulan laporan menunjukkan penurunan yang
ditandai dengan meningkatnya persentase Non Performing Loan (NPL) dari 10,1%
menjadi 11,1% atau semakin jauh melampaui ketentuan maksimal NPL sebesar 5%,
sehingga memerlukan perhatian khusus. Kenaikan NPL tersebut terjadi di semua jenis
penggunaan kredit yang diberikan namun didominasi oleh kredit konsumsi lalu diikuti
kredit modal kerja dan kredit investasi. Sementara itu, jika dilihat berdasarkan sektor
ekonomi, NPL didominasi oleh sektor bukan lapangan usaha lalu diikuti sektor
pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan serta sektor jasa-jasa. Kenaikan NPL
tersebut disebabkan oleh melemahnya permintaan global seiring dengan
melemahnya perekonomian negara mitra dagang serta menurunnya harga komoditi
karet dan sawit sehingga mempengaruhi kemampuan membayar debitur.
Dalam menjalankan fungsi intermediasinya, LDR BPR berada pada level 84,1%
atau sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (85,6%) sejalan dengan
menurunnya pertumbuhan penyaluran kredit.
D. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai
Pada periode triwulan III 2014, kebutuhan pembayaran tunai mengalami
peningkatan baik dari sisi aliran kas keluar (cash outflow) maupun aliran kas masuk
(cash inflow).
Sementara kinerja pembayaran non tunai adalah sebagai berikut:
Nilai kliring turun sebesar 6,4% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya
menjadi Rp2,5 triliun. Sejalan dengan hal tersebut volume kliring juga
mengalami penurunan 5,7% (qtq) (Tabel 3.9.).
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
67
Nilai RTGS dari, ke, serta dari dan ke Jambi mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya, masing-masing sebesar 43,4%, 32,7%,
dan 17,3%.
Tabel 3.9 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi
D.1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi
Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan,
untuk aliran kas keluar (cash outflow) sebesar Rp2,8 triliun, naik 49,8% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya (grafik 3.7). Sementara aliran kas masuk (cash
inflow) sebesar Rp971,7 miliar, meningkat signifikan 99,5% (qtq). Pada triwulan
laporan, Jambi tetap mengalami net outflow sebesar Rp840,2 miliar meskipun
mengalami penurunan sebesar 5,1% (qtq) dibandingkan triwulan II 2014.
Grafik 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Nominal Persen
Kliring
Nilai Kliring (juta Rp) 2.577.906 2.714.032 2.519.833 2.707.328 2.534.343 (172.985) (6,4)
Volume Kliring (lembar warkat) 71.104 70.456 68.552 74.520 70.240 (4.280) (5,7)
Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 1.453.196 810.929 880.393 976.622 1.948.349 971.727 99,5
Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 2.605.130 2.836.373 1.734.894 1.861.714 2.788.527 926.814 49,8
Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (1.151.935) (2.025.444) (854.501) (885.091) (840.178) 44.913 (5,1)
RTGS dari Jambi (miliar Rp) 20.189 22.181 19.684 26.992 38.703 11.711 43,4
RTGS ke Jambi (miliar Rp) 26.876 33.327 22.514 40.455 53.698 13.243 32,7
RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 7.422 6.521 5.072 11.033 12.937 1.904 17,3
Cek dan BG Kosong
Lembar 1.837 1.635 1.472 1.974 1.847 (127) (6,4)
Nominal (juta Rp) 56.120 63.174 56.789 83.457 71.186 (12.271) (14,7)
UraianPertumbuhan (qtq)2013 2014
(2.500.000)
(2.000.000)
(1.500.000)
(1.000.000)
(500.000)
-
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
3.000.000
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2014
Rp (juta)
Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp)
Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
68
D.2.Penyediaan Uang Layak Edar
Secara berkala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
melaksanakan pemusnahan uang yang tidak layar edar (UTLE) melalui kegiatan
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga
kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, pemberian
tanda tidak berharga (PTTB) di Provinsi Jambi sebesar Rp329,3 miliar, atau mencapai
16,9% dari total inflow provinsi Jambi.
D.3.Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan
Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu yang beredar di wilayah
kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi. Dalam rangka mengantisipasi
peredaran uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Jambi secara berkala terus mensosialisasikan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada
seluruh lapisan masyarakat.
D.4.Perkembangan Kliring Lokal
Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan
tercatat sebesar Rp2,5 triliun atau turun 6,4% (qtq) dibandingkan triwulan
sebelumnya (Rp 2,7 triliun) (Grafik 3.8.). Sejalan dengan nilainya, volume kliring juga
mengalami penurunan sebesar 5,7% (qtq), yaitu dari 74.520 lembar warkat menjadi
70.240 lembar warkat. Penurunan pembayaran non tunai melalui kliring tersebut baik
nilai dan volume disebabkan oleh menurunnya aktivitas transaksi setelah hari Raya
Idul Fitri 1435 H.
Grafik 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring
60.000
80.000
2.200.000
2.400.000
2.600.000
2.800.000
3.000.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2013 2014
Perkembangan Transaksi Kliring
Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
69
Seiring dengan penurunan aktivitas pembayaran non tunai melalui kliring,
jumlah lembar cek dan BG kosong pada triwulan laporan juga mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp83,4 miliar (1.974 lembar) menjadi
Rp71,2 miliar (1.847 lembar).
D.5.Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)21
Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI RTGS) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi secara total
(keluar dan masuk/dari dan ke) naik sebesar Rp50,9 triliun (64,8%) dibandingkan
periode yang sama tahun lalu yaitu dari Rp54,5 triliun menjadi Rp105,3 triliun (Tabel
3.10). Aliran transfer masuk ke Provinsi Jambi merupakan yang terbesar dan
mencapai Rp53,7 triliun, diikuti oleh transfer ke luar Jambi Rp38,7 triliun dan transfer
di dalam Provinsi Jambi Rp12,9 triliun. Aliran RTGS menunjukkan bahwa uang masuk
ke Jambi lebih tinggi daripada yang keluar.
Tabel 3.10 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliar rupiah)
21
Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah, yang penyelesaian transaksi dilakukan secara seketika(real time).
Nilai Nilai Nilai Nilai
(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)
Tw 1 - 11 12.383 16.923 23.289 19.391 2.756 5.487 38.428 41.801
Tw 2 - 11 11.499 17.064 19.826 19.311 2.768 5.570 34.093 41.945
Tw 3 - 11 14.353 18.840 22.515 20.637 3.291 6.009 40.159 45.486
Tw 4 - 11 14.986 21.865 23.761 21.639 3.723 6.665 42.470 50.169
Tw 1 - 12 10.339 16.644 51.804 17.758 2.653 4.966 64.796 39.368
Tw 2 - 12 15.139 19.391 54.010 19.519 3.543 5.720 72.692 44.630
Tw 3 - 12 15.677 19.313 29.104 19.344 3.350 5.662 48.131 44.319
Tw 4 - 12 18.270 21.580 29.431 20.622 4.702 6.449 52.403 48.651
Tw 1 - 13 15.535 16.648 22.244 17.183 4.032 4.973 41.811 38.804
Tw 2 - 13 19.666 18.860 22.658 18.685 4.695 5.773 47.019 43.318
Tw 3 - 13 20.189 18.663 26.876 17.988 7.422 5.691 54.487 42.342
Tw 4 - 13 22.181 22.643 33.327 21.351 6.521 6.711 62.029 50.705
Tw 1 - 14 19.684 19.031 22.514 22.854 5.072 5.347 47.269 47.232
Tw 2 - 14 26.992 17.544 40.455 18.347 11.033 5.322 78.480 41.213
Tw 3 - 14 38.703 18.758 53.698 17.401 12.937 5.595 105.337 41.754
Periode
TOTAL
Volume
Dari Provinsi Jambi Ke Provinsi Jambi
Volume Volume
Dari dan Ke Provinsi
Jambi
Volume
71
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan triwulan
III-2014 mencapai Rp2,55 triliun (terealisasi sebesar 81,55% dari APBD-P 2014),
sementara itu realisasi belanja masih cukup rendah baru mencapai Rp1,76 triliun
(baru terealisasi 48,32%). Jika dibandingkan dengan tahun lalu, nilai realisasi
pendapatan dan belanja mengalami peningkatan masing-masing sebesar
18,87%, dan 7,43%. Sementara itu, pangsa (share) belanja modal yang
bertujuan untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan ekonomi pada APBD-P 2014 hanya sebesar 25,25% (lebih rendah
dibandingkan alokasi pada APBD-P 2013 sebesar 31,5%). Seiring dengan hal
tersebut, realisasi belanja modal pemerintah pusat sampai dengan triwulan III-
2014 hanya sebesar 26,38% (menurun dibandingkan triwulan III-2013 yang
mencapai 34,87%).
A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan III Tahun 2014
Pada Triwulan III tahun 2014, realisasi pendapatan Provinsi Jambi sebesar
Rp2,55 triliun atau mencapai 81,55% dari APBD-P tahun 2014 (Rp3,13 triliun).
Berdasarkan jenisnya, pendapatan terbesar (61,89%) masih tergantung dari
transfer pemerintah pusat yang mencapai Rp1,58 triliun. Lebih lanjut,
pendapatan transfer dari APBN tersebut utamanya dalam bentuk Dana Alokasi
Umum (DAU) yang mencapai Rp790,28 miliar (30,99% dari total pendapatan
Jambi pada triwulan laporan) (Tabel 4.1).
Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapatkan melalui
pajak, retribusi, serta pengelolaan kekayaan daerah mencapai Rp971,76 miliar
(38,11%). Angka pendapatan tersebut meningkat 29,65% dibanding triwulan
yang sama tahun 2013. Pajak daerah, yang merupakan sumber kemandirian
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
72
suatu provinsi, menyumbangkan 28,28% (Rp721,2 miliar) dari total pendapatan
Jambi pada triwulan laporan.
Tabel 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Triwulan III Tahun - 2014 (dalam miliar rupiah)
Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)
B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan III Tahun2014
Pada triwulan III-2014, realisasi belanja Provinsi Jambi mencapai Rp1,76
triliun atau mencapai 48,32% dari APBD-P 2014 (Rp3,64 triliun). Nilai realisasi
tersebut meningkat Rp121,7 miliar atau 7,43% dibanding triwulan yang sama
tahun 2013 (Rp933,18 miliar). Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja terbesar
(62,88%) masih ditujukan untuk belanja operasional yaitu sebesar Rp1,11 triliun
atau terealisasi 50,32% dari APBD-P 2014 (tabel 4.2). Komponen belanja
operasional terbesar adalah untuk belanja pegawai yang mencapai Rp392,15
miliar (terealisasi 59,63% dari APBD-P 2014) dan diikuti oleh belanja barang
Rp389,24 miliar (baru terealisasi sebesar 41,12% dari APBD 2014). Kedua jenis
komponen belanja tersebut merupakan belanja rutin.
Sementara itu, realisasi belanja modal yang bertujuan untuk
pembangunan baru terealisasi Rp445,79 miliar (48,49% dari APBD-P 2014).
Masih relatif rendahnya realisasi jenis belanja ini disebabkan karena beberapa
proyek masih dalam tahap konstruksi fisik sehingga pembayaran prestasi
pekerjaan belum dapat dilakukan sepenuhnya. Alokasi belanja modal dalam
Nominal PersenNominal
(Rp. Miliar) Persen
Nominal
(Rp. Miliar) Persen
Nominal
(Rp. Miliar) Persen
PENDAPATAN 2,628.38 2,145.17 81.62 2,981.99 343.97 11.53 1,604.62 53.81 3,127.13 2,550.08 81.55
Pendapatan Asli Daerah 902.55 749.54 83.05 973.07 21.50 2.21 535.65 55.05 1,208.84 971.76 80.39
Pajak Daerah 762.44 623.94 81.83 808.44 0.00 0.00 386.90 47.86 1,021.87 721.20 70.58
Retribusi Daerah 15.15 9.91 65.43 16.38 1.28 7.81 5.56 33.91 15.66 10.12 64.67
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan 28.72 26.88 93.60 40.00 0.23 0.56 30.36 75.89 43.20 33.91 78.50
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 96.25 88.81 92.27 108.25 20.00 18.48 112.84 104.24 128.12 206.52 161.20
Pendapatan Transfer 1,724.82 1,394.62 80.86 2,007.92 322.45 16.06 1,068.89 53.23 1,917.29 1,578.14 82.31
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,385.83 1,152.18 83.14 1,631.45 237.08 14.53 802.21 49.17 1,556.19 1,215.90 78.13
Dana Bagi Hasil Pajak 218.99 170.00 77.63 239.09 0.00 0.00 80.14 33.52 179.30 122.59 68.37
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 279.22 246.75 88.37 394.66 0.00 0.00 154.07 39.04 379.20 266.01 70.15
Dana Alokasi Umum 836.58 697.15 83.33 948.34 237.08 25.00 553.20 58.33 948.34 790.28 83.33
Dana Alokasi Khusus 51.04 38.28 75.00 49.36 0.00 0.00 14.81 30.00 49.36 37.02 75.00
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 338.99 242.44 71.52 376.47 85.36 22.67 266.68 70.84 361.11 362.24 100.31
Dana Penyesuaian 338.99 242.44 71.52 376.47 85.36 22.67 266.68 70.84 361.11 362.24 100.31
Lain-lain Pendapatan yang Sah 1.00 1.01 101.42 1.00 0.02 1.85 0.08 8.28 1.00 0.18 18.32
Pendapatan Hibah 1.00 1.01 101.42 1.00 0.02 1.85 0.08 8.28 1.00 0.18 18.32
S.D TRW III-2013
APBD-P 2013 APBD 2014
S.D TRW I-2014 S.D TRW II-2014 S.D TRW III-2014APBD-P
2014URAIAN
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan
Pemerintah Dareah
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
73
APBD-P 2014 hanya sebesar 25,25%, jauh lebih rendah dibandingkan alokasi
pada APBD-P 2013 yang mencapai 31,5%.
Nilai realisasi belanja modal terbesar (79,20%) berada pada belanja jalan,
irigasi dan jaringan yang merupakan belanja modal yang paling berdampak pada
kepentingan masyarakat, yaitu sebesar Rp353,08 miliar. Namun demikian,
realisasi belanja jalan, irigasi, dan jaringan tersebut baru mencapai 59,73% APBD-
P 2014 (Rp591,14 miliar). Pada triwulan selanjutnya, realisasi belanja jalan, irigasi,
dan jaringan perlu ditingkatkan agar memberikan kontribusi positif bagi
perekonomian Provinsi Jambi terutama dalam efisiensi biaya distribusi barang dan
jasa.
Tabel 4.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Triwulan III Tahun -2014 (dalam miliar rupiah)
Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)
C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah
Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi selama triwulan III-2014
mencapai Rp805,52 miliar, sedikit menurun (0,20%) dibandingkan triwulan yang
sama tahun lalu (Rp807,17 miliar) (tabel 4.3.). Penurunan tersebut utamanya
disebabkan oleh turunnya pendapatan pajak perdagangan internasional sebesar
39,97% (yoy) seiring dengan penurunan impor serta melemahnya kinerja ekspor
Provinsi Jambi sebagai dampak turunnya permintaan global terhadap komoditas
utama sawit dan karet.
Sejalan dengan hal tersebut, pendapatan pajak dalam negeri juga
mengalami sedikit penurunan (0,65% (yoy)) seiring dengan turunnya pendapatan
Nominal PersenNominal
(Rp. Miliar) Persen
Nominal
(Rp. Miliar) Persen
Nominal
(Rp. Miliar) Persen
BELANJA 3,268.51 1,637.84 50.11 3,265.33 45.87 1.40 920.98 28.20 3,641.24 1,759.54 48.32
Belanja Operasi 1,919.77 997.28 51.95 2,143.79 36.15 1.69 611.53 28.53 2,198.58 1,106.32 50.32
Belanja Pegawai 594.27 369.04 62.10 678.81 30.81 4.54 223.29 32.89 657.66 392.15 59.63
Belanja Barang 773.50 275.15 35.57 870.62 5.33 0.61 163.26 18.75 946.67 389.24 41.12
Belanja Hibah 356.87 251.40 70.45 405.58 0.00 0.00 169.78 41.86 413.68 262.54 63.46
Belanja Bantuan Sosial 37.91 14.48 38.21 36.06 0.00 0.00 - 0.00 25.50 - 0.00
Belanja Bantuan Keuangan 157.23 87.21 55.47 152.73 0.00 0.00 55.20 36.14 155.07 62.40 40.24#DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
Belanja Modal 1,029.78 384.89 37.38 869.54 9.72 1.12 191.57 22.03 919.30 445.79 48.49
Belanja Tanah 15.29 0.18 1.19 43.44 0.00 0.00 0.01 0.02 43.58 8.38 19.22
Belanja Peralatan dan Mesin 110.42 29.96 27.14 140.10 0.32 0.23 16.16 11.54 146.56 40.73 27.79
Belanja Bangunan dan Gedung 164.92 55.52 33.66 147.93 0.10 0.07 8.73 5.90 134.34 42.73 31.81
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 733.62 298.68 40.71 533.13 9.30 1.74 165.85 31.11 591.14 353.08 59.73
Belanja Aset Tetap Lainnya 5.50 0.55 9.93 4.18 0.00 0.00 0.54 12.96 2.60 0.35 13.28
Belanja Aset Lainnya 0.04 0.00 0.00 0.77 0.00 0.27 35.17 1.08 0.53 48.831.41 0.00 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
Belanja Tak Terduga 3.00 1.85 61.75 2.00 0.00 0.00 0.18 9.00 2.00 0.18 9.00
Belanja Tak Terduga 3.00 1.85 61.75 2.00 0.00 0.00 0.18 9.00 2.00 0.18 9.000.75 0.00 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
Transfer 315.96 253.82 80.33 250.00 0.00 0.00 117.70 47.08 521.36 207.25 39.75
Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa 315.96 253.82 80.33 250.00 0.00 0.00 117.70 47.08 521.36 207.25 39.75
S.D TRW III-2013
APBD-P 2013 APBD 2014
S.D TRW I-2014 S.D TRW II-2014 S.D TRW III-2014APBD-P
2014URAIAN
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
74
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) (8,79%) akibat melambatnya pertumbuhan
ekonomi serta turunnya pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) (15,61%).
Di sisi lain, meningkatnya pendapatan PNBP sebesar 36,49% (yoy) dibandingkan
triwulan yang sama tahun lalu mampu menahan penurunan penerimaan pajak
pusat di wilayah Jambi pada triwulan laporan.
Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
(dalam satuan Rupiah)
Berdasarkan komposisinya, penerimaan pajak terbesar adalah untuk
pendapatan pajak dalam negeri yang mencapai Rp684,63 miliar (84,99%) dan
diikuti oleh pendapatan PNPB lainnya sebesar Rp92,54 miliar (11,49%). Apabila
dirinci lebih lanjut, pendapatan pajak dalam negeri terbesar adalah untuk Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) sebesar Rp336,52 miliar (49,15%) diikuti oleh Pajak
Penghasilan (PPh)sebesar Rp317,59 miliar (46,39%) (Gambar 4.2.).
Nominal (%)
I Pajak Dalam Negeri 689,119,224,145 450,071,354,214 670,818,775,939 684,628,348,738 (4,490,875,407) (0.65)
PPh 285,764,485,084 218,576,655,876 351,680,479,294 317,590,571,136 31,826,086,052 11.14
PPN 368,960,087,878 220,681,964,495 306,386,010,009 336,516,522,072 (32,443,565,806) (8.79)
PBB 24,568,906,574 1,235,726,649 2,257,319,365 20,734,267,605 (3,834,638,969) (15.61)
Pendapatan BPHTB - - - - - -
Cukai - - - - - -
Lainnya 9,825,744,609 9,577,007,194 10,494,967,271 9,786,987,925 (38,756,684) (0.39)
Pengembalian Pendapatan Pajak dan Cukai - -
II Pajak Perdagangan Int'l 23,806,862,930 7,050,156,000 12,905,673,720 14,292,338,600 (9,514,524,330) (39.97)
Pendapatan Bea Masuk 21,323,765,300 7,050,156,000 6,068,146,000 13,468,790,600 (7,854,974,700) (36.84)
Pendapatan Bea Keluar 2,483,097,630 - 6,837,527,720 823,548,000 (1,659,549,630) (66.83)
Pendapatan Pajak/Pungutan Ekspor - -
III Penerimaan SDA 6,373,675,967 4,627,282,797 5,754,031,847 6,921,875,019 548,199,052 8.60
Pendapatan Pertambangan Umum 6,358,383,585 4,620,882,797 5,747,631,847 6,916,984,792 558,601,207 8.79
Pendapatan kehutanan 15,292,382 - - 17,690,227 2,397,845 15.68
Pendapatan Perikanan - 6,400,000 6,400,000 (12,800,000) (12,800,000) -
IV PNPB Lainnya 67,798,325,177 81,071,121,445 33,954,097,527 92,537,579,190 24,739,254,013 36.49
V Pendapatan Hibah - 14,574,300 - - - -
VI Pendapatan Bagian Laba BUMN 13,675,988,544 - 16,671,793,121 - (13,675,988,544) (100.00)
VII Pendapatan Badan Layanan Umum 6,393,496,572 - - 7,143,646,559 750,149,987 11.73
807,167,573,335 542,834,488,756 740,104,372,154 805,523,788,106 (1,643,785,229) (0.20)
Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah
Total Realisasi Pendapatan
KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH
Triwulan III 2013Pertumbuhan (yoy)
Triwulan III 2014REALISASI PENDAPATAN Triwulan I 2014 Triwulan II 2014
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan
Pemerintah Dareah
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
75
Grafik 4.1 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di
Provinsi Jambi (%)
Grafik 4.2 Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam
Negeri di Provinsi Jambi (%)
Tabel 4.4. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam satuan Rupiah)
84.99%
1.77%
0.86% 11.49%
Pajak Dalam Negeri Pajak Perdagangan Int'l
Penerimaan SDA PNPB Lainnya
46.39%49.15%
3.03% 1.43%
PPh PPN
PBB Pendapatan BPHTB
Nominal (%)
I Belanja Pegawai 414,107,715,237 324,484,525,063 341,650,459,002 481,527,508,168 67,419,792,931 16.28
Belanja Gaji dan Tunjangan 404,647,198,258 316,447,070,620 327,939,851,257 464,231,756,814 59,584,558,556 14.73
Belanja Honorarium/Lembur/ Vakasi/Tunj
Khusus
10,150,401,284 8,037,454,443 13,710,607,745 17,295,751,354 7,145,350,070 70.39
Belanja Kontribusi Sosial (689,884,305) - - - 689,884,305 (100.00)
II Belanja Barang 306,907,420,115 112,782,978,190 370,329,902,060 373,233,939,716 66,326,519,601 21.61
Belanja Barang 188,318,369,785 65,914,565,208 221,808,931,005 231,549,815,512 43,231,445,727 22.96
Belanja Jasa 25,459,862,292 15,421,680,043 38,952,343,739 34,639,892,658 9,180,030,366 36.06
Belanja Perjalanan 47,408,849,543 19,696,705,319 62,628,633,359 64,048,560,024 16,639,710,481 35.10
Belanja Pemeliharaan 38,764,412,778 11,750,027,620 46,939,993,957 34,361,336,145 (4,403,076,633) (11.36)
Belanja Layanan Umum 6,955,925,717 - - 8,634,335,377 1,678,409,660 24.13
III Belanja Denda dan Subsidi Perusahaan - 141,172,918 - - - -
Belanja Denda - 141,172,918 - - - -
Belanja Subsidi Perusahaan Negara - - - - - -
III Belanja Bantuan Sosial 100,471,223,455 864,616,900 107,374,209,833 84,577,766,551 (15,893,456,904) (15.82)
Belanja Bantuan Sosial Lembaga Pendidikan
dan Peribadatan
100,471,223,455 864,616,900 107,374,209,833 84,577,766,551 (15,893,456,904) (15.82)
Belanja Lembaga Sosial Lainnya - - - - - -
IV Belanja Lain-Lain 48,501,989,548 10,000,000 16,109,733,725 20,485,008,180 (28,016,981,368) (57.76)
V Belanja Modal 439,871,831,046 77,384,930,105 333,591,064,022 343,847,149,671 (96,024,681,375) (21.83)
Belanja Modal Tanah 2,749,740,000 467,838,300 22,391,050 83,686,300 (2,666,053,700) (96.96)
Belanja Modal Peralatan dan Mesin 32,295,335,165 3,357,318,300 13,610,224,139 18,143,513,068 (14,151,822,097) (43.82)
Belanja Modal Gedung dan Bangunan 37,668,282,685 638,584,000 10,896,492,330 16,398,014,590 (21,270,268,095) (56.47)
Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan 360,613,991,796 72,765,789,505 306,816,549,503 305,597,703,138 (55,016,288,658) (15.26)
Belanja Pemeliharaan yang dikapitalisasi - - - - - -
Belanja Modal Fisik Lainnya 6,544,481,400 155,400,000 2,245,407,000 3,624,232,575 (2,920,248,825) (44.62)
Belanja Modal Badan Layanan Umum - - -
1,309,860,179,401 515,668,223,176 1,169,055,368,642 1,303,671,372,286 (6,188,807,115) (0.47)
Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah
Pertumbuhan (yoy)
Total Realisasi Belanja
Triwulan III 2014REALISASI BELANJA Triwulan III 2013
KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH
Triwulan I 2014 Triwulan II 2014
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
76
Grafik 4.3. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
Sementara itu, belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi pada triwulan III-
2014 terealisasi sebesar Rp1,30 triliun, turun Rp6,19 miliar (0,47% (yoy)) dibanding
tahun lalu (Tabel 4.4). Turunnya angka realisasi belanja tersebut utamanya
disebabkan oleh turunnya belanja modal sebesar Rp96,02 miliar (21,83% (yoy)),
belanja lain-lain sebesar Rp28,02 miliar (57,76% (yoy)) serta belanja bantuan sosial
sebesar Rp15,89 miliar (15,82%) dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu.
Berdasarkan pangsanya, belanja tertinggi pemerintah pusat sebagian besar
untuk belanja pegawai Rp481,53 miliar (36,94%) yang utamanya digunakan untuk
belanja gaji dan tunjangan sebesar Rp464,23 miliar, dan diikuti oleh belanja barang
sebesar Rp373,23 miliar (26,63%). Adapun jumlah realisasi belanja modal sebesar
Rp343,85 miliar (26,38%), dengan komponen terbesar untuk belanja modal jalan,
irigasi dan jembatan (Rp305,60 miliar) (Grafik 4.3.). Di sisi lain, dilihat dari pangsa
(Share), belanja modal justru mengalami penurunan dari 34,87% pada triwulan III-
2013 menjadi sebesar 26,38% pada triwulan III-2014 sedangkan belanja pegawai
justru mengalami kenaikan dari 32,83% pada triwulan III-2014 menjadi 36,94%
pada triwulan III-2014. Belanja Barang mengalami kenaikan dari 24,33% pada
triwulan III-2013 menjadi 28,63% pada triwulan III-2014. Penurunan pangsa belanja
modal yang cukup besar dikhawatirkan dapat berdampak negatif bagi
perekonomian, karena alokasi belanja modal yang untuk pembangunan
infrastruktur fisik bertujuan untuk meningkatkan perekonomian di Provinsi Jambi
dalam jangka panjang.
32.83%
24.33%
7.97%
34.87%36.94%
28.63%
6.49%
1.57%
26.38%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
BelanjaPegawai
BelanjaBarang
BelanjaBantuan
Sosial
BelanjaLain-lain
BelanjaModal
Triwulan III -2013 Triwulan III-2014
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan
Pemerintah Dareah
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
77
D. Keuangan Pemerintah Daerah
Jumlah simpanan Pemerintah Daerah di perbankan Jambi pada triwulan III-
2014 turun 6,32% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp3,89 triliun
seiring dengan mulai terealisasinya komponen belanja pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) (grafik 4.4). Penurunan simpanan
terbesar disebabkan oleh turunnya simpanan dalam bentuk giro dari Rp2,10
triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp1,92 triliun pada triwulan laporan
atau turun sebesar 8,56% dan turunnya simpanan dalam bentuk deposito dari
Rp2,01 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp1,94 triliun pada triwulan
laporan atau turun sebesar 3,30%.
Grafik 4.4. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi
3.57 3.56 3.67
2.09
3.82 4.23 3.95
1.70
2.97
4.153.89
0
1
2
3
4
5
Tw I-12 Tw II-12 Tw III-12 TW IV-12 Tw I-13 Tw II-13 Tw III-13 TW IV-13 Tw I-14 Tw II-14 Tw III-14
(Rp triliun)
Giro Deposito Tabungan
79
BAB V KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Pada bulan Agustus 2014, jumlah pekerja di Jambi mengalami
peningkatan yaitu dari 1,4 juta orang di Agustus 2013 menjadi 1,5 juta orang.
Namun demikian, jumlah pengangguran juga menunjukkan peningkatan menjadi
79,8 ribu orang dibandingkan Agustus 2013 (69,8 ribu) sehingga tingkat
pengangguran terbuka naik menjadi 5,1% dari 4,8%. Nilai Tukar Petani (NTP)
pada triwulan laporan mengalami penurunan jika dibandingkan triwulan
sebelumnya yaitu menjadi 96,21 dari 97,29 pada triwulan lalu yang disebabkan
menurunnya nilai tukar petani tanaman padi palawija dan petani tanaman
perkebunan rakyat
A. Ketenagakerjaan Daerah
Berdasarkan data ketenagakerjaan terbaru yang dikeluarkan Badan Pusat
Statistik Provinsi Jambi, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi
Jambi pada bulan Agustus 2014 adalah 65,6% atau meningkat dibandingkan
Agutus tahun lalu (62,7%) (tabel 5.1). Jumlah pekerja di Jambi juga menunjukkan
peningkatan sebesar 6,7% menjadi 1,5 juta orang. Jumlah pengangguran
Provinsi Jambi pada bulan laporan sebanyak 79,8 ribu orang, lebih tinggi dari
bulan Agustus 2013 yang sebanyak 69,8 ribu orang. Tingkat pengangguran
meningkat dari 4,8% pada Agustus 2013 menjadi 5,1%.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN III 2014
80
Tabel 5.1. Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja (ribu orang)
Meningkatnya tingkat pengangguran tersebut karena lapangan kerja yang
tersedia tidak cukup menampung penduduk yang masuk angkatan kerja. Selama
tahun 2014 tidak semua pemerintah daerah/kabupaten membuka penerimaan
CPNS sementara banyak penduduk yang masuk angkatan kerja berminat
melamar CPNS.
Sementara itu jumlah pekerja penuh mengalami kenaikan menjadi 812,6
ribu orang dari 698,6 ribu orang (Agustus 2013) sedangkan pekerja tidak penuh
menurun menjadi 678,4 ribu orang dari 698,6 ribu orang seiring dengan
penurunan pekerja paruh waktu22.
Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, penyerapan tenaga kerja di Jambi
didominasi oleh sektor pertanian yang mencapai 736,2 ribu orang (49,4%) diikuti
dengan sektor jasa kemasyarakatan sebesar 269,6 ribu orang (18,1%) dan sektor
perdagangan yang mencapai 251,8 ribu orang (16,9%) (tabel 5.2).
Sementara itu, meningkatnya jumlah pekerja di bulan laporan disebabkan
oleh meningkatnya jumlah pekerja di semua sektor lapangan pekerjaan yang
didominasi sektor jasa kemasyarakatan dan sektor perdagangan.
22
Pekerja Tidak Penuh adalah pekerja yang jumlah jam kerjanya dalam seminggu kurang dari 35 jam
2012
AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS
1 Angkatan Kerja 1,495.0 1,602.53 1,466.96 1,570.3 1,570.8
- Bekerja 1,448.0 1,556.7 1,397.2 1,531.1 1,491.0
- Penganggur 47.0 45.8 69.8 39.3 79.8
2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 65.05 69.09 62.68 66.51 65.59
3 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 3.15 2.86 4.76 2.50 5.08
4 Pekerja penuh 766.1 754.0 698.6 840.5 812.6
5 Pekerja tidak penuh 681.9 802.7 698.6 690.6 678.4
Setengah penganggur 211.3 187.4 125.3 164.3 143.6
Paruh waktu 470.6 615.4 573.3 526.3 534.8
Sumber: BPS Provinsi Jambi
2013KEGIATAN UTAMA
2014
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
81
Tabel 5.2. Pekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama (ribu orang)
Berdasarkan status pekerjaan utama, sebagian besar pekerja bekerja
sebagai buruh/karyawan yaitu sebanyak 496,3 ribu orang dengan pangsa 33,3%,
berusaha sendiri sebanyak 319,9 ribu orang (21,5%) dan berusaha dibantu buruh
tidak tetap sebanyak 263,2 ribu orang (17,7%) (tabel 5.3). Meningkatnya jumlah
pekerja di bulan laporan utamanya disebabkan oleh meningkatnya pekerja
dengan status pekerja keluarga/tak dibayar, berusaha dibantu buruh tidak tetap
dan pekerja bebas di di non pertanian. Sementara itu, penyerapan tenaga kerja
formal (berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan) mengalami
penurunan.
Tabel 5.3. Pekerja Berdasarkan Status Pada Lapangan Pekerjaan Utama
(dalam ribuan)
B. Kesejahteraan
Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara
lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi. Nilai Tukar
2012
AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS
1 Pertanian 798.8 846.9 735.8 755.6 736.2
2 Industri 47.9 52.7 52.5 44.0 52.5
3 Konstruksi 62.9 62.8 60.7 54.3 61.8
4 Perdagangan 233.8 251.2 233.5 287.2 251.8
5 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 45.3 49.9 52.8 54.5 55.5
6 Keuangan 22.6 25.0 21.9 37.3 25.4
7 Jasa Kemasyarakatan 205.7 242.6 212.2 272.5 269.6
8 Lainnya ***) 30.9 25.5 27.8 25.6 38.2
TOTAL 1,448.0 1,556.7 1,397.2 1,531.0 1,491.0
Sumber: BPS Provinsi Jambi
***) Lapangan pekerjaan utama/sektor lainnya terdiri dari: sektor pertambangan, listrik, gas dan air
2013Lapangan Pekerjaaan Utama
2014
AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS
1 Berusaha Sendiri 287.5 283.7 335.1 338.3 319.9
2 Berusaha dibantu buruh tidak tetap 230.2 241.0 206.4 241.3 263.2
3 Berusaha dibantu buruh tetap 66.3 72.6 62.1 75.1 61.9
4 Buruh/karyawan 517.0 541.6 511.1 541.7 496.3
5 Pekerja bebas di pertanian 75.1 76.3 56.5 53.9 53.7
6 Pekerja bebas di non pertanian 30.4 48.3 36.5 24.3 45.6
7 Pekerja keluarga /tak dibayar 254.5 293.2 189.5 256.4 250.5
TOTAL 1448.0 1556.7 1397.2 1531.1 1491.0
2013 2014Lapangan Pekerjaaan Utama
2012
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN III 2014
82
Petani (NTP) sedikit mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.
NTP September 2014 turun 108 bps menjadi 96,21 dari 97,29 pada Juni 2014
(tabel 5.4). Menurunnya NTP tersebut disebabkan oleh menurunnya nilai tukar
petani tanaman padi palawija karena kenaikan biaya yang dibayar petani lebih
tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga produk yang diterima petani, serta
menurunnya nilai tukar perkebunan rakyat yang disebabkan oleh menurunnya
harga produk yang tercermin dari penurunan indeks harga dibayar dari 110,08
pada Juni 2014 menjadi 109,08 pada September 2014.
Tabel 5.4. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2012=100)
Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jambi (melalui Bulog
Divre Jambi) untuk mensukseskan program pemerintah dalam hal
penanggulangan kemiskinan yaitu secara rutin membagikan beras miskin (raskin)
kepada masyarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran raskin
mencapai sebesar 8.721 ton, turun 11,2% (qtq) dibandingkan triwulan
sebelumnya (9.816 ton) (grafik 5.1). Penurunan penyaluran raskin tersebut terkait
Mar Juni Sept Des Maret Juni September
1
a Indeks Diterima Petani 102.80 102.13 104.73 105.74 110.05 108.28 108.65 0.37
b Indeks Dibayar Petani 104.58 105.91 110.14 111.08 112.10 112.26 115.01 2.75
Nilai Tukar Petani (NTP-P) 98.30 96.43 95.09 95.19 98.18 96.45 94.47 -1.98
2
a Indeks Diterima Petani 102.97 103.24 104.70 105.74 105.28 103.89 108.44 4.55
b Indeks Dibayar Petani 104.50 105.81 110.08 111.08 111.52 111.97 114.20 2.23
Nilai Tukar Petani (NTP-H) 98.54 97.56 95.11 95.19 94.40 92.78 94.96 2.18
3
a Indeks Diterima Petani 102.45 102.83 104.06 108.63 111.23 110.08 109.78 -0.30
b Indeks Dibayar Petani 103.50 104.72 109.74 110.58 111.87 112.08 114.52 2.44
Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 99.00 98.21 94.93 98.24 99.43 98.22 95.86 -2.36
4
a Indeks Diterima Petani 105.38 107.14 110.20 105.89 106.66 108.60 110.72 2.12
b Indeks Dibayar Petani 96.10 97.13 100.22 108.64 109.47 109.84 111.30 1.46
Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 109.67 110.31 109.96 97.47 97.43 98.87 99.48 0.61
5
a Indeks Diterima Petani 102.38 104.02 106.76 107.25 110.75 113.12 115.85 2.73
b Indeks Dibayar Petani 103.36 104.39 108.35 109.49 108.59 111.10 112.90 1.80
Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 99.07 99.67 98.53 97.95 100.10 101.82 102.62 0.80
a INDEKS YANG DITERIMA (It) 102.40 102.64 104.52 107.26 109.42 108.70 109.70 1.00
b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) 103.70 104.95 109.40 110.33 111.46 111.73 114.03 2.30
c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) 98.73 97.78 95.52 97.21 98.17 97.29 96.21 -1.08
PROVINSI JAMBI
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK
2013
Hortikultura
Tanaman Padi Palawija
Tanaman Perkebunan Rakyat
Peternakan
Perikanan
2014PERUBAHAN (%)
( Juni 2014 keSept
2014)
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
83
perayaan Idul Fitri 1435 H dimana sebagian masyarakat mengkonsumsi beras
premium.
Grafik 5.1. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi
Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah)
6.1
3.3
7.8
12.4
4.2
9.3
10.8
12.5
8.1
9.88.7
(100.00)
(50.00)
-
50.00
100.00
150.00
-
2
4
6
8
10
12
14
TW I TW II TW III TRW IV TW I TW II TW III TRW IV TW I TW II
2012 2013 2014
Rib
u t
on
Pertumbuhan Raskin (%)
85
BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN
Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan IV 2014
diperkirakan relatif membaik dibandingkan triwulan III 2014. Meningkatnya
pengeluaran konsumsi rumah tangga sejalan dengan momen Natal, tahun baru,
dan Idul Adha diperkirakan menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi
Jambi pada triwulan mendatang. Selain itu, meningkatnya realisasi proyek
pemerintah pada triwulan IV 2014 juga menjadi salah satu pendorong
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan mendatang. Dari sisi
penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih akan didominasi
sektor pertanian, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Inflasi pada triwulan IV 2014 diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan
triwulan III 2014 yaitu berada pada kisaran 6,3%-6,8% (yoy) dari sebelumnya
4,3% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan laju inflasi ini utamanya
dipengaruhi oleh kelompok administered price dan volatile food.
Dari sisi administered price, keputusan Pemerintah untuk menaikkan harga
BBM bersubsidi per tanggal 17 November 2014 untuk mengurangi defisit APBN,
keputusan PLN untuk menaikkan tarif tenaga listrik (TTL) golongan rumah tangga
dan industri per 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal 1 Juli 2014, serta
keputusan Pertamina menaikkan harga jual elpiji 12 kg per tanggal 10 September
2014 akan menjadi penyumbang utama meningkatnya tekanan inflasi.
Sementara itu dari sisi volatile food, tingginya permintaan selama momen
Natal, tahun baru, dan Idul Adha akan mendorong kenaikan harga jual. Cuaca
ekstrim yang terjadi selama triwulan III 2014 yang diperkirakan masih berlanjut
sampai dengan awal triwulan IV 2014 akan menyebabkan terganggunya kalender
tanam sehingga berpotensi mengganggu pasokan bahan makanan. Selain itu,
belum adanya rencana Pemerintah untuk menambah pasokan raskin ke-13/14
berpotensi mendongkrak harga beras di pasaran pada triwulan mendatang.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
86
Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih tinggi
dari perkiraan antara lain: adanya rencana penyesuaian tarif angkutan darat dan
laut paska kenaikan harga BBM bersubsidi serta penyesuaian tarif batas atas
angkutan udara sejalan dengan tren meningkatnya harga avtur dan
terdepresiasinya nilai tukar .
A. Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi
Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan pada kisaran 2,0%-2,5%(qtq),
tumbuh relatif stabil dibandingkan triwulan laporan (2,3% (qtq)). Sementara itu,
pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi pada triwulan IV 2014 diperkirakan akan
tumbuh pada kisaran 6,8 7,3%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan
yang tumbuh 6,6% (yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2014
diperkirakan berada pada kisaran 7,0%-7,5%.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga menjadi sumber utama
perekonomian di triwulan mendatang. Adanya momen Natal, tahun baru, dan
Idul Adha diperkirakan akan berkontribusi meningkatkan konsumsi masyarakat.
Sejalan dengan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah diperkirakan juga
semakin meningkat seiring dengan bertambahnya angka realisasi proyek
pemerintah. Namun demikian, masih relatif belum membaiknya harga komoditas
di pasar global (meskipun diprediksi akan lebih baik dari triwulan laporan),
diperkirakan akan berimbas pada menurunnya pendapatan masyarakat dan
terbatasnya pertumbuhan ekonomi.
Sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang
yang diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari triwulan laporan, hasil SKDU triwulan
III 2014 juga menyatakan bahwa responden memandang bahwa perekonomian
triwulan mendatang akan cenderung meningkat dibandingkan triwulan laporan.
Hal ini tercermin dari nilai SBT perkiraan perkembangan dunia usaha pada
triwulan IV 2014 sebesar 2,7, lebih baik dibandingkan realisasi SBT Triwulan III
2014 (-10,2) (tabel 6.1).
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
87
Tabel 6.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha
Tingginya konsumsi di triwulan mendatang dan meningkatnya
permintaan sejalan dengan momen Idul Adha, natal, dan tahun baru akan diikuti
juga dengan meningkatnya perdagangan dan penggunaan jasa transportasi
sehingga mendorong pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
serta sektor pengangkutan dan komunikasi.
Sejalan dengan sektor tersebut di atas, sektor bangunan diperkirakan
masih akan meningkat yang didukung oleh meningkatnya pembangunan
perumahan rakyat, pusat bisnis, hiburan, rekreasi, dan perhotelan oleh
perusahaan swasta berskala nasional/internasional dan investasi pemerintah
daerah.
Sementara itu, sektor pertanian diperkirakan tumbuh relatif membaik
pada triwulan mendatang meskipun masih cukup terbatas. Optimisme pelaku
usaha terhadap membaiknya tren harga komoditas internasional serta mulai
meningkatnya permintaan global akan mendorong pertumbuhan sub sektor
tanaman perkebunan pada triwulan mendatang. Namun demikian, faktor
anomali cuaca menjadi hal yang perlu diwaspadai karena dapat mengganggu
produktivitas sektor perkebunan. Sejalan dengan hal tersebut, sub sektor
tanaman bahan makanan (tabama) juga diperkirakan masih tumbuh terbatas
karena faktor anomali cuaca dan musim pancaroba yang berpotensi
mengganggu produktivitas tabama.
Triwulan
I-2013
Triwulan
II-2013
Triwulan
III-2013
Triwulan
IV-2013
Triwulan
I-2014
Triwulan
II-2014
Triwulan
III-2014
Triwulan
IV-2014*)
1 Pertanian 0.7 (0.7) 1.5 - (6.9) - - 3.6
2 Pertambangan dan Penggalian (3.1) (1.0) - (1.0) (1.4) 1.4 (1.4) 1.4
3 Industri Pengolahan - - 1.1 - (0.5) (1.0) (0.2) 0.1
4 Listrik dan Air Minum 0.3 0.1 (0.2) - 0.5 0.5 0.5 0.5
5 Bangunan - - (0.7) - (3.4) (3.4) (3.4) (3.4)
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran (0.9) - (0.9) 0.9 (4.6) (6.3) (7.0) (0.9)
7 Pengangkutan dan Komunikasi 2.0 1.3 (0.7) - 7.1 6.1 - -
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1.4 1.4 1.4 1.8 1.2 1.8 1.1 1.1
9 Jasa-jasa (1.0) - (1.6) (0.5) 1.2 1.4 0.3 0.3
(0.6) 1.1 0.1 1.1 (6.9) 0.5 (10.2) 2.7
Saldo Bersih Tertimbang
No Sektor/Subsektor
Total
Keterangan : *) Angka perkiraan
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
88
Relatif membaiknya pertumbuhan pada sektor pertanian khususnya sub
sektor perkebunan akan berdampak positif pada pertumbuhan sektor industri
pengolahan.
Sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan belum dapat kembali
mencapai tingkat produksi seperti sebelumnya karena terjadinya penurunan
produksi dari sumur-sumur minyak bumi eksisting (faktor usia) sehingga perlu
dilakukan pencarian sumur-sumur baru. Pertambangan non migas juga
berpotensi mengalami perlambatan seiring dengan relatif stagnannya harga
internasional, terjadinya kelebihan stok, serta rendahnya kadar kalori batubara
Jambi. Implementasi Undang-Undang Minerba dan Perda tentang pengaturan
jalur khusus pengangkutan batubara yang tidak segera diikuti dengan
pembangunan jalur khusus juga berpotensi menurunkan produktivitas
pertambangan non migas di Provinsi Jambi.
B. Proyeksi Inflasi
Inflasi pada triwulan IV 2014 diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan
triwulan III 2014 yaitu berada pada kisaran 6,3%-6,8% (yoy) dari sebelumnya
4,31% (yoy) pada triwulan laporan (grafik 6.2). Peningkatan laju inflasi ini
utamanya dipengaruhi oleh kelompok administered price dan volatile food.
Grafik 6.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi
Periode Tahun 2010 s.d. Oktober 2014 serta Perkiraan November s.d Desember 2014
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Catatan: Inflasi November - Desember 2014 adalah angka perkiraan dengan deviasi 1%
m-t-m (%)
2010 2011 2012 2013 2014
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
89
Grafik 6.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2010 s.d. Oktober 2014 serta Perkiraan November s.d Desember 2014
Grafik 6.3. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi
Periode Tahun 2010 s.d. Oktober 2014 serta Perkiraan November s.d Desember 2014
Dari sisi administered price, keputusan Pemerintah untuk menaikkan harga
BBM bersubsidi per tanggal 17 November 2014 untuk mengurangi defisit APBN,
keputusan PLN untuk menaikkan tarif tenaga listrik (TTL) golongan rumah tangga
dan industri per 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal 1 Juli 2014, serta
keputusan Pertamina menaikkan harga jual elpiji 12 kg per tanggal 10 September
2014 akan menjadi penyumbang utama meningkatnya tekanan inflasi.
Sementara itu dari sisi volatile food, tingginya permintaan selama momen
Natal, tahun baru, dan Idul Adha akan mendorong kenaikan harga jual. Cuaca
ekstrim yang terjadi selama triwulan III 2014 yang diperkirakan masih berlanjut
sampai dengan awal triwulan IV 2014 akan menyebabkan terganggunya kalender
tanam sehingga berpotensi mengganggu pasokan bahan makanan. Selain itu,
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Catatan: Inflasi November - Desember 2014 adalah angka perkiraan dengan deviasi 1%
y-o-y (%)
2010 2011 2012 2013 2014
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Catatan: Inflasi November - Desember 2014 adalah angka perkiraan dengan deviasi 1%
y-t-d (%)
2010
2011
2012
2013
2014
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
90
belum adanya rencana Pemerintah untuk menambah pasokan raskin ke-13/14
berpotensi mendongkrak harga beras di pasaran pada triwulan mendatang.
Beberapa komoditas yang berpeluang menjadi penyumbang utama inflasi
di triwulan mendatang adalah tarif listrik, bahan bakar rumah tangga, tarif
angkutan udara, rokok kretek filter, kontrak rumah serta beberapa komoditas
bahan makanan seperti cabai merah, bawang merah, cabai rawit, dan beras.
Faktor yang berpotensi memberikan tekanan inflasi selama triwulan
mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1)
adanya rencana penyesuaian tarif angkutan darat dan laut paska kenaikan harga
BBM bersubsidi, 2) rencana kenaikan tarif batas atas angkutan udara, 3) anomali
cuaca, serta 4.) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala
serta terhambatnya arus di pelabuhan yang akan meningkatkan biaya distribusi
dan transportasi barang dan jasa. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan
menjadi pemicu meningkatnya angka inflasi pada triwulan IV tahun 2014.
C. Rekomendasi Kebijakan
Menyikapi kondisi perekonomian triwulan III 2014 serta proyeksi ekonomi
triwulan IV 2014, beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah:
1. Meningkatkan dan mempertahankan kinerja perkebunan dan industri
karet sebagai komoditas utama Provinsi Jambi melalui:
a) Revitalisasi kebun karet ;
b) Meningkatkan ketrampilan SDM khususnya petani karet melalui
pendampingan dan konsultasi teknis dan penguasaan teknologi di
bidang karet;
c) Penerbitan PERDA atau peraturan lainnya yang mengatur standarisasi
mutu karet untuk menciptakan produk karet bersih sehingga mampu
meningkatkan harga jual;
d) Membangun jaringan kelembagaan petani dengan industri pengolahan
karet untuk mengurangi rantai perdagangan yang tidak sehat;
e) Memperbaiki sistem tata niaga karet melalui proses lelang yang
melibatkan koperasi petani karet;
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
91
f) Membangun pusat informasi harga karet dan komoditas utama lainnya
yang mudah diakses sampai ke level petani.
g) Membangun industri hilir berbasis komoditas karet dengan
memberikan kemudahan izin, pembiayaan, dan pengembangan;
h) Mengembangkan industri karet yang terintegrasi meliputi industri inti,
penunjang, dan industri terkait lainnya.
2. Antisipasi potensi lonjakan laju inflasi Provinsi Jambi sebagai akibat dari
keputusan Pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi melalui:
a) Penguatan fungsi dan peran TPID Provinsi Jambi dan TPID
kota/kabupaten se-Provinsi Jambi melalui program kerja dan aksi nyata
yang bersentuhan langsung dengan masyarakat;
b) Melakukan pengawasan yang ketat terhadap distribusi BBM bersubsidi
untuk mencegah penimbunan dan penyelewengan;
c) Melakukan penertiban terhadap pengecer dan spekulan yang tidak
memiliki izin;
d) Memperbanyak outlet/SPBU yang menjual BBM non subsidi untuk
mengurangi antrian dan mencegah keresahan masyarakat;
e) Pembahasan penyesuaian tarif angkutan antara Pemerintah bersama
dengan Organda dan pihak terkait lainnya kiranya dapat dilaksanakan
pada timing yang tepat (tidak bersamaan dengan momen hari besar
keagamaan atau momen lainnya yang berpotensi meningkatkan laju
inflasi).
f) Sosialisasi kepada pelaku usaha untuk menaikkan harga barang/jasa
secara wajar sesuai kenaikan biaya produksi dengan
mempertimbangkan daya beli masyarakat;
g) Sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak melakukan pembelian secara
besar-besaran (panic buying) yang mengakibatkan melonjaknya
permintaan di pasar sehingga berpotensi menaikkan harga.
3. Peningkatan kualitas infrastruktur untuk menekan biaya distribusi dan
meningkatkan konektivitas antar daerah melalui:
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2014
92
a) Optimalisasi jalur pengangkutan sungai untuk mendukung jalur
distribusi via darat;
b) Pembukaan jalur penerbangan baru yang terhubung dengan kota-kota
di Pulau Sumatera untuk meningkatkan kerjasama antar daerah dan
memperlancar jalur distribusi barang/jasa;
c) Optimalisasi dan penguatan fungsi jembatan timbang di Provinsi Jambi
untuk menjaga kualitas jalan sekaligus memantau arus barang yang
masuk dan keluar Jambi sebagai modal untuk penyusunan peta
surplus/defisit Provinsi Jambi;
d) Penyediaan moda transportasi masal dan lebih murah;
e) Percepatan realisasi pembangunan pelabuhan Ujung Jabung untuk
meningkatkan kinerja ekspor Provinsi Jambi;
f) Penambahan alokasi belanja modal pada APBD Provinsi Jambi untuk
mendukung optimalnya pembangunan khususnya di sektor
infrastruktur.
4. Percepatan realisasi APBD Pemerintah Daerah di seluruh wilayah Provinsi
Jambi untuk:
a) Mempercepat stimulus pembangunan ekonomi di Provinsi Jambi.
b) Mengendalikan laju inflasi Provinsi Jambi utamanya di triwulan akhir
tahun berjalan.
5. Pembangunan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah
Pemerintah Daerah perlu menarik investor lokal maupun asing untuk
menanamkan modalnya ke Provinsi Jambi dalam bentuk pembangunan
industri hilir, utamanya industri hilir yang memanfaatkan bahan baku
karet, sawit, dan batubara. Dengan adanya industri hilir tersebut
diharapkan dapat menjamin permintaan yang stabil terhadap komoditas
karet, sawit, dan batubara. Stabilnya permintaan akan mendorong
peningkatan pendapatan petani dan pelaku usaha batubara.
Pembangunan industri hilir juga akan menciptakan tambahan lapangan
pekerjaan baru bagi masyarakat. Selain itu, produk hasil industri hilir juga
akan menaikkan harga jual sehingga akan memberikan dorongan positif
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
93
bagi kinerja ekspor yang pada akhirnya akan semakin meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi.
Bentuk dukungan nyata yang dapat dilakukan Pemerintah Daerah antara
lain dengan memberikan kemudahan perizinan dan memberikan insentif
bagi calon investor yang akan mendirikan industri hilir di Provinsi Jambi.
6. Penanggulangan dan Mitigasi Bencana Kabut Asap
Menyikapi besarnya dampak negatif (ekonomi, sosial, dan kesehatan) yang
diakibatkan oleh kebakaran hutan dan kabut asap, maka perlu dilakukan
hal-hal sebagai berikut:
a) Menggelar sosialisasi kepada masyarakat secara rutin tentang bahaya
pembukaan lahan dengan cara membakar;
b) Pemerintah Daerah bersama dengan pihak Angkasa Pura segera
melakukan investasi pemasangan Instrument Landing System (ILS) di
Bandara Sultan Thaha Jambi. Pemasangan alat tersebut akan
memberikan dampak positif yang cukup signifikan bagi operasional
penerbangan di Jambi. Dengan bantuan ILS, pilot mampu
mendaratkan pesawat dalam kondisi jarak pandang <1.000 meter.
Selama ini, pendaratan peswat udara di Bandara Sultan Thaha Jambi
masih dilakukan secara visual (manual) sehingga memerlukan jarak
pandang minimal 2.000 meter. Meskipun investasi ILS ini memerlukan
anggaran yang cukup besar (±Rp 20 milyar), namun melihat besarnya
manfaat yang didapatkan, maka investasi tersebut layak untuk
diprioritaskan. Lancarnya kegiatan penerbangan akan mendorong
lancarnya kegiatan perekonomian sehingga momentum pertumbuhan
ekonomi Provinsi Jambi yang tinggi akan tetap terjaga.
95
BOKS. 2 PROSPEK EKSPOR KARET SEBAGAI KOMODITAS UTAMA
PROVINSI JAMBI
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Boks.2
PROSPEK EKSPOR KARET SEBAGAI KOMODITAS UTAMA PROVINSI JAMBI
I. Kinerja Ekspor Karet Terkini Provinsi Jambi
Ekspor Provinsi Jambi pada triwulan III 2014 berdasarkan dokumen
Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) mengalami penurunan yang cukup signifikan
mencapai 26,20% (yoy), dari USD 302.121 juta pada triwulan III 2013 menjadi USD
222.954 juta pada triwulan III 2014. Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh
penurunan ekspor crumb rubber yang mencapai 33,09% (yoy).
Grafik 1 Tren Ekspor Provinsi Jambi Berdasarkan PEB
Berdasarkan komoditasnya, ekspor Provinsi Jambi didominasi oleh komoditas
crumb rubber (54,68%), pulp and waste paper (10,51%), serta fixed vegetable oil and
fats (9,74%). Karena begitu dominannya pangsa ekspor crumb rubber, maka
penurunan ekspor komoditas tersebut pada triwulan laporan berpengaruh terhadap
ekspor Provinsi Jambi secara keseluruhan.
Jika dilakukan analisis lebih lanjut, penurunan nilai ekspor crumb rubber
Provinsi Jambi mengikuti pola penurunan harga karet internasional. Dalam beberapa
tahun terakhir, harga karet internasional menunjukkan tren yang semakin menurun,
dan mencapai lembahnya pada tahun 2014. Salah satu penyebab anjloknya harga
karet internasional adalah berubahnya struktur karet dunia. Kebijakan karet yang
awalnya hanya diintervensi oleh 3 (tiga) negara, yaitu Thailand, Indonesia, dan
-45.00
-40.00
-35.00
-30.00
-25.00
-20.00
-15.00
-10.00
-5.00
0.00
5.00
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
450,000
500,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013 2014
Nilai Ekspor (juta USD)
Growth (% yoy)
Sumber: SEKDA Bank Indonesia (diolah)
96
BOKS. 2 PROSPEK EKSPOR KARET SEBAGAI KOMODITAS UTAMA
PROVINSI JAMBI
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Malaysia dalam International Tripartit Rubber Coorporation (ITRC), kini telah
dipengaruhi juga oleh negara-negara lain (Vietnam, Laos, Kamboja, India, dan
Tiongkok) yang telah memproduksi karet dalam skala besar. Semakin banyaknya
negara produsen karet menyebabkan stok karet global melimpah sehingga
menurunkan harga jual.
Grafik 2 Tren Ekspor Karet Provinsi Jambi
Ekspor crumb rubber Provinsi Jambi utamanya ditujukkan ke negara AS,
Jepang, Eropa, dan Tiongkok. Kondisi perekonomian negara-negara tujuan ekspor
utama tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja ekspor Provinsi
Jambi. Berdasarkan data World Bank, IMF, dan Bank Indonesia, pada tahun 2014 ini,
negara-negara tujuan ekspor utama crumb rubber Provinsi Jambi diproyeksikan
mengalami perlambatan ekonomi, kecuali Eropa. Perlambatan tersebut menyebabkan
permintaan karet menurun sehingga kinerja ekspor Provinsi Jambi pada triwulan III
2014 berdasarkan data PEB juga mengalami penurunan.
Grafik 3 Pangsa Tujuan Ekspor Karet Provinsi Jambi
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013 2014
Nilai (juta USD)Growth (% yoy)Harga karet int (USD cent/kg)
28.96% 25.53% 12.43% 9.60%
USA
Japan
MEE
Lainnya
Tiongkok
South Korea
South America
Canada
Sumber: SEKDA Bank Indonesia (diolah)
Sumber: SEKDA Bank Indonesia (diolah)
97
BOKS. 2 PROSPEK EKSPOR KARET SEBAGAI KOMODITAS UTAMA
PROVINSI JAMBI
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Tabel 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2014
Penurunan harga dan kinerja eskpor karet Provinsi Jambi juga memberikan
dampak terhadap kinerja kredit perbankan, khususnya kinerja kredit perbankan sektor
perkebunan karet. Pada sektor perkebunan karet, meskipun nominal kreditnya masih
menunjukkan pertumbuhan yang positif, namun kualitasnya semakin menurun. NPL
kredit sektor perkebunan karet pada triwulan III 2014 mencapai 4,51. Sementara itu,
penurunan permintaan global terhadap karet menyebabkan kredit industri
pengolahan crumb rubber pada triwulan III 2014 mengalami penurunan sebesar
18,41% (yoy), meskipun kualitas kreditnya masih sangat baik (NPL=0).
Grafik 4 Pertumbuhan Kredit Perkebunan Karet
Grafik 5 Pertumbuhan Kredit Industri Pengolahan Karet
Apr-14 (update) Jul-14
2013 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015
Dunia 3.1 3.59 3.88 3.43 3.88 3.40 4.00 3.34 3.93 3.4 3.8 3.3 3.8 3.2 3.8 3.40 3.80 3.44 3.84
Negara Maju 1.4 2.2 2.3 1.9 2.3 1.8 2.4 2.1 2.42 2.0 2.5 1.8 2.4 1.9 2.3 2.0 2.4
Amerika Serikat 2.2 2.8 3.0 2.0 3.0 1.7 3.0 2.1 3.0 2.5 3.1 2.2 3.1 1.6 3.0 2.0 3.0 2.1 3.0
Kawasan Eropa -0.4 1.2 1.5 1.1 1.5 1.1 1.5 1.1 1.8 1.1 1.4 1.1 1.5 1.1 1.6 1.0 1.4 1.1 1.5Jepang 1.5 1.4 1.0 1.4 1.0 1.6 1.1 1.3 1.3 1.3 1.3 1.5 1.2 1.5 1.3 1.5 1.0 1.6 1.1
Negara Berkembang 4.7 4.9 5.3 4.9 5.3 4.6 5.2 4.7 5.3 4.9 5.38 4.9 5.3 4.8 5.33 4.9 5.3 4.6 5.0
Negara Berkembang Asia 6.5 6.7 6.8 6.7 6.7 6.4 6.7 6.5 6.7 6.5 6.6 6.5 6.70
Tiongkok 7.7 7.5 7.3 7.4 7.1 7.4 7.1 7.6 7.5 7.3 7.2 7.3 7.1 7.3 7.2 7.4 7.3 7.4 7.1
India 4.6 5.4 6.4 5.4 6.4 5.4 6.4 5.5 6.3 5.4 6.0 5.4 6.2 5.4 6.2 5.4 6.4 5.4 6.4MexicoNegara Berkembang Lainnya 3.1 3.34 3.98 3.34 3.98 3.12 3.98 2.9 3.8 3.4 3.8 3.1 3.6
Aug-14Apr-14 Jul-14* Jun-14 Jul-14May-14
Bank Indonesia
Jun-14Realisasi
WEO (IMF) Bank Dunia Consensus Forecast
0.000.501.001.502.002.503.003.504.004.505.00
0
200
400
600
800
1,000
1,200
Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw III
2011 2012 2013 2014
Rp
milia
r
Total kredit Perkebunan Karet NPL Perkebunan Karet (RHS)
291253 257
230253
282
230 225208
159 166200
132 120 135
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.000.000.100.200.300.400.500.600.700.800.901.00
0
50
100
150
200
250
300
350
Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw III
2011 2012 2013 2014
Rp
milia
r
Total kredit industri pengolahan karet (crumb rubber)NPL industri pengolahan karet (RHS)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
98
BOKS. 2 PROSPEK EKSPOR KARET SEBAGAI KOMODITAS UTAMA
PROVINSI JAMBI
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
II. Prospek Kinerja Ekspor Karet Provinsi Jambi
Pada tahun 2015 mendatang, kinerja ekspor karet Provinsi Jambi diperkirakan
relatif membaik dibandingkan tahun 2014. Perkiraan tersebut didasarkan oleh
beberapa indikator sebagai berikut:
1. Membaiknya Perekonomian Negara-Negara Tujuan Utama Ekspor
Berdasarkan proyeksi World Bank, IMF, dan Bank Indonesia, perekonomian
negara-negara tujuan ekspor karet Provinsi Jambi cenderung mengalami
perbaikan, kecuali Jepang dan Tiongkok yang masih mengalami perlambatan.
AS (28,96%) dan Eropa (12,43%) yang menduduki pangsa tiga besar ekspor
karet Provinsi Jambi pada tahun 2015 diperkirakan mengalami pertumbuhan
ekonomi yang cukup signifikan. Kondisi tersbeut akan berdampak positif bagi
meningkatnya permintaan karet sehingga akan mendorong kinerja ekspor
karet pada masa mendatang.
Tabel 2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2015
2. Optimisme Membaiknya Harga Karet Internasional
Berdasarkan asesmen terkini Bank Indonesia1, harga karet internasional
diperkirakan mulai membaik per triwulan IV 2014. Perbaikan tersebut
diperkirakan akan terus berlanjut sampai dengan tahun 2015. Dengan adanya
optimisme perbaikan harga tersebut, kinerja perkebunan karet dan industri
pengolahan karet diperkirakan akan meningkat pada tahun 2015, sehingga hal
1 Recent Economic Development, September 2014
Apr-14 (update) Jul-14
2013 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015
Dunia 3.1 3.59 3.88 3.43 3.88 3.40 4.00 3.34 3.93 3.4 3.8 3.3 3.8 3.2 3.8 3.40 3.80 3.44 3.84
Negara Maju 1.4 2.2 2.3 1.9 2.3 1.8 2.4 2.1 2.42 2.0 2.5 1.8 2.4 1.9 2.3 2.0 2.4
Amerika Serikat 2.2 2.8 3.0 2.0 3.0 1.7 3.0 2.1 3.0 2.5 3.1 2.2 3.1 1.6 3.0 2.0 3.0 2.1 3.0
Kawasan Eropa -0.4 1.2 1.5 1.1 1.5 1.1 1.5 1.1 1.8 1.1 1.4 1.1 1.5 1.1 1.6 1.0 1.4 1.1 1.5Jepang 1.5 1.4 1.0 1.4 1.0 1.6 1.1 1.3 1.3 1.3 1.3 1.5 1.2 1.5 1.3 1.5 1.0 1.6 1.1
Negara Berkembang 4.7 4.9 5.3 4.9 5.3 4.6 5.2 4.7 5.3 4.9 5.38 4.9 5.3 4.8 5.33 4.9 5.3 4.6 5.0
Negara Berkembang Asia 6.5 6.7 6.8 6.7 6.7 6.4 6.7 6.5 6.7 6.5 6.6 6.5 6.70
Tiongkok 7.7 7.5 7.3 7.4 7.1 7.4 7.1 7.6 7.5 7.3 7.2 7.3 7.1 7.3 7.2 7.4 7.3 7.4 7.1
India 4.6 5.4 6.4 5.4 6.4 5.4 6.4 5.5 6.3 5.4 6.0 5.4 6.2 5.4 6.2 5.4 6.4 5.4 6.4MexicoNegara Berkembang Lainnya 3.1 3.34 3.98 3.34 3.98 3.12 3.98 2.9 3.8 3.4 3.8 3.1 3.6
Aug-14Apr-14 Jul-14* Jun-14 Jul-14May-14
Bank Indonesia
Jun-14Realisasi
WEO (IMF) Bank Dunia Consensus Forecast
99
BOKS. 2 PROSPEK EKSPOR KARET SEBAGAI KOMODITAS UTAMA
PROVINSI JAMBI
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
ini pun akan memberikan dorongan positif bagi kinerja ekspor karet Provinsi
Jambi pada khusunya dan kinerja ekspor Provinsi Jambi pada umumnya.
Tabel 3 Tabel Pertumbuhan Harga Komoditas Perkebunan
3. Peningkatan Penjualan Kendaraan Bermotor di Tiongkok dan India
Semakin meningkatnya penjualan kendaraan bermotor di Tiongkok, India, dan
beberapa negara lainnya akan berdampak positif pada meningkatnya
permintaan karet global untuk dijadikan bahan dasar pembuatan ban. Kondisi
tersebut diperkirakan akan berdampak positif bagi kinerja ekspor karet Provinsi
Jambi ke depan.
III. Rekomendasi
Untuk meningkatkan kinerja ekspor Provinsi Jambi sekaligus mempertahankan
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tetap stabil pada level yang tinggi, maka
Pemerintah dan pihak-pihak terkait perlu melakukan beberapa langkah sebagai
berikut:
1. Menyelesaikan permasalahan hulu karet
Praktek produksi bokar kotor untuk mengejar bobot penjualan bokar tersebut
saat ini masih marak terjadi di Provinsi Jambi. Praktek tersebut sebenarnya
merugikan pihak petani maupun perusahaan pengolahnya. Bagi petani, bokar
kotor tersebut akan dihargai dengan nominal 50% dari harga pasar, sehingga
berpotensi menurunkan pendapatan petani. Sementara bagi perusahaan
pengolah karet, keberadaan bokar kotor akan menambah biaya produksi
sehingga berpotensi mengurangi marjin keuntungan perusahaan. Sehubungan
dengan hal tersebut perlu adanya tindakan nyata dari Pemerintah dan pihak
terkait lainnya untuk aktif melakukan program sosialisasi karet bersih kepada
Pertumbuhan Harga (%)
Sumber: Recent Economic Development
100
BOKS. 2 PROSPEK EKSPOR KARET SEBAGAI KOMODITAS UTAMA
PROVINSI JAMBI
TRIWULAN III 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
petani karet di Provinsi Jambi. Selain itu, Pemerintah Daerah perlu menerbitkan
PERDA yang mengatur standar mutu karet yang boleh dijual di Provinsi Jambi.
2. Meningkatkan produktivitas tanaman karet
Melaksanakan program replanting tanaman karet menggunakan bibit unggul
untuk menggantikan tanaman karet yang sudah tua dan tidak produktif lagi.
Selain itu, perlu tindakan nyata untuk mempertahankan dan meningkatkan
luas lahan karet di Provinsi Jambi melalui penyusunan dan implementasi
rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang jelas agar produktivitas dan kinerja
sektor karet tetap terjaga.
3. Pembangunan industri hilir
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap permintaan karet global, perlu
segera dikembangkan industri hilir karet agar stok karet nasional dapat
disalurkan ke industri domestik. Selain itu, dengan adanya industri hilir akan
menambah nilai jual produk turunan karet sehingga akan berdampak positif
bagi kinerja ekspor Provinsi Jambi.
4. Membuka jalur perdagangan dengan negara-negara potensial baru melalui
Preferential Trade Agreement (PTA). Dengan adanya perjanjian PTA diharapkan
menjadi insentif bagi pengusaha karet dalam meningkatkan produksinya.
Selain itu, perjanjian PTA membuka peluang terbukanya pasar baru bagi
pemasaran karet Provinsi Jambi sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan
kinerja ekspor produk karet dan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi.
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
1 2 3 4 5 6 7 8 9 6 7 8
1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 5.016.585,1 5.298.376,8 5.565.256,3 5.683.086,5 5.971.772,6 6.217.875,0 6.522.244,9 6.686.797,4 6.913.153,0 7.056.756,7 7.345.107,7
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2.935.154,7 3.034.593,1 3.245.437,9 3.411.489,4 3.068.263,3 3.231.945,7 3.593.267,2 3.776.935,9 3.630.260,4 3.524.962,1 3.675.878,1
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1.805.130,8 1.923.125,8 2.039.002,8 2.156.261,5 2.172.087,1 2.261.908,3 2.291.839,7 2.410.652,4 2.489.887,7 2.600.420,2 2.662.507,6
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 157.350,1 161.960,2 169.859,1 182.347,7 194.379,8 202.298,0 208.004,9 216.046,3 224.710,6 236.055,6 250.396,3
5. B A N G U N A N 758.442,9 827.389,2 917.311,6 1.079.268,0 1.129.112,9 1.194.460,2 1.246.656,0 1.303.343,7 1.360.162,1 1.416.142,8 1.477.104,6
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 2.603.995,2 2.751.169,5 2.972.192,4 3.132.381,1 3.314.540,6 3.517.359,2 3.737.606,4 3.955.679,1 4.170.596,1 4.415.243,1 4.696.567,1
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 1.067.045,1 1.113.783,6 1.197.357,4 1.243.347,4 1.252.501,6 1.319.243,9 1.399.242,2 1.428.029,5 1.452.191,6 1.503.281,9 1.628.380,8
8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 872.106,3 914.231,2 958.069,5 1.004.025,2 1.044.375,4 1.100.958,7 1.151.165,1 1.171.045,7 1.177.123,1 1.218.120,3 1.239.787,2
9. JASA-JASA 1.536.501,6 1.586.501,8 1.638.020,9 1.675.915,9 1.718.010,2 1.782.578,2 1.852.456,0 1.913.630,5 1.978.753,5 2.050.644,7 2.145.042,2
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 16.752.311,7 17.611.131,0 18.702.507,9 19.568.122,8 19.865.043,5 20.828.627,3 22.002.482,3 22.862.160,5 23.396.838,2 24.021.627,4 25.120.771,6
LAPANGAN USAHA20132012 2014
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
1 2 3 4 5 6 7 8 9 6 7 8
1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 1.451.186,6 1.491.500,0 1.518.732,3 1.542.865,3 1.561.622,9 1.600.976,0 1.637.790,3 1.648.803,3 1.673.331,1 1.691.249,8 1.707.651,0
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 632.817,9 664.546,2 691.806,0 724.265,3 631.830,5 673.057,4 722.805,0 728.062,6 693.938,4 682.125,9 739.954,5
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 602.129,0 621.508,1 645.624,2 663.662,6 655.487,6 671.715,0 664.067,5 685.824,4 698.554,1 722.669,0 716.414,9
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 41.537,8 42.221,6 43.115,2 45.734,4 46.271,0 46.979,1 47.410,2 47.953,3 49.209,2 50.384,2 51.508,3
5. B A N G U N A N 232.286,0 241.824,9 263.095,1 294.422,8 300.356,1 307.979,7 314.195,6 322.978,2 330.093,8 338.586,8 345.265,0
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 879.489,3 899.172,5 939.087,2 956.235,9 979.291,9 1.008.493,9 1.043.019,2 1.092.863,6 1.121.586,3 1.150.033,6 1.184.730,7
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 352.177,1 361.213,6 375.484,2 384.400,3 382.249,1 392.716,4 409.808,4 414.048,1 413.894,6 419.604,8 439.292,5
8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 282.677,6 290.388,0 295.249,6 304.502,1 308.798,3 315.069,0 321.115,6 320.267,9 314.356,9 319.011,6 319.366,2
9. JASA-JASA 393.196,1 397.868,4 402.330,2 405.179,5 408.617,2 416.034,6 421.417,9 429.300,4 434.796,2 442.954,6 447.494,7
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 4.867.497,3 5.010.243,3 5.174.523,9 5.321.268,1 5.274.524,6 5.433.021,2 5.581.629,6 5.690.101,6 5.729.760,7 5.816.620,3 5.951.677,8
LAPANGAN USAHA2012 20142013
III-2012 IV-2012 I-2013 II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014 III-2014
1. Konsumsi Rumah Tangga & LNPRT 10.859.687,3 11.275.612,7 11.376.089,4 11.758.053,8 12.448.741,0 12.705.807,0 13.039.192,8 13.320.733,8 13.898.285,1
2. Konsumsi Pemerintah 3.303.815 3.352.018 3.195.439 3.308.438,8 3.473.797,9 4.412.263,4 3.685.972,0 3.895.999,5 4.182.737,1
3. Pembentukan Modal Tetap Bruto 3.336.579 3.564.142 3.697.774 3.841.367,0 4.041.220,6 4.259.986,5 4.142.149,7 4.446.493,7 4.298.508,9
4. Perubahan Stok 473.567 505.644 531.668 559.834,5 540.113,5 583.985,3 650.765,2 718.322,7 683.703,9
5. Ekspor Barang dan Jasa 8.941.641 9.368.967 8.377.767 9.588.588,5 10.098.444,4 9.587.223,9 10.469.842,8 10.235.372,1 10.987.361,3
6. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 8.212.781 8.498.261 7.313.694 8.227.655,2 8.599.835,1 8.687.105,6 8.591.084,3 8.595.294,4 8.929.824,7
PDRB 18.702.508 19.568.123 19.865.043 20.828.627,3 22.002.482,3 22.862.160,5 23.396.838,2 24.021.627,4 25.120.771,6
Komponen
Komponen III-2012 IV-2012 I-2013 II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014 III-2014
1. Konsumsi Rumah Tangga & LNPRT 3.476.393,1 3.502.161,3 3.518.484,3 3.551.654,4 3.632.241,6 3.658.446,8 3.683.426,6 3.721.875,8 3.799.429,5
2. Konsumsi Pemerintah 984.147,1 995.088,9 923.964,6 942.489,8 959.093,1 1.186.877,8 955.617,0 999.572,7 1.050.237,4
3. Pembentukan Modal Tetap Bruto 924.886,4 984.300,1 994.613,1 1.015.599,4 1.035.282,5 1.067.196,9 1.015.602,1 1.079.215,3 1.090.213,2
4. Perubahan Stok 158.560,2 170.711,4 176.618,2 183.262,6 172.835,0 182.721,1 198.043,5 215.372,3 200.325,9
5. Ekspor Barang dan Jasa 3.354.134,2 3.744.327,6 3.157.363,0 3.601.737,1 3.715.760,6 3.438.332,5 3.740.674,7 3.612.319,9 3.885.463,3
6. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 3.723.597,1 4.075.321,1 3.496.518,6 3.861.722,1 3.933.583,2 3.843.473,5 3.863.603,1 3.811.735,7 4.073.991,4
PDRB 5.174.524,0 5.321.268,1 5.274.524,6 5.433.021,2 5.581.629,6 5.690.101,6 5.729.760,7 5.816.620,3 5.951.677,8
No URAIAN KOTA JAMBI Sep-13 Oct-13 Nov-13 Dec-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14
1 UMUM / TOTAL 109,27 110,21 109,98 110,41 112,13 111,26 111,51 111,67 111,93 112,09 113,58 113,76 113,91
2 BAHAN MAKANAN 116,97 111,76 113,82 112,13 117,32 113,12 112,7 112,66 113,27 113,79 117,77 116,18 116,46
3 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 107,27 108,90 109,05 109,74 109,90 110,19 111,03 111,46 111,56 111,79 113,00 113,25 113,34
4 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 105,54 106,76 108,24 108,74 110,14 109,66 110,09 110,41 110,69 110,92 111,24 113,08 113,91
5 SANDANG 101,38 102,82 102,36 102,15 102,78 103,13 102,85 102,67 102,87 102,82 103,61 103,39 103,06
6 KESEHATAN 102,18 102,48 102,51 103,13 103,56 103,71 103,73 104,16 104,26 104,39 104,89 104,89 105,19
7 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 102,80 102,89 102,91 103,09 103,09 103,27 103,67 103,79 103,81 103,73 103,92 104,75 104,70
8 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 120,17 119,25 119,43 119,51 119,90 120,73 121,37 121,42 121,47 121,20 122,14 122,52 122,00
Sumber: BPS Provinsi Jambi
No URAIAN KABUPATEN BUNGO Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14
1 UMUM / TOTAL 110,45 111,01 110,62 110,31 109,75 110,63 111,97 112,46 113,13
2 BAHAN MAKANAN 113,33 113,46 111,63 109,34 106,39 107,13 110,21 110,93 112,19
3 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 109,75 111,04 110,94 111,09 111,15 113,16 113,2 113,18 113,19
4 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 113,39 114,08 114,46 114,78 115,19 115,66 116,13 118,02 119,71
5 SANDANG 109,85 110,42 110,46 110,01 111,15 113,01 114,29 114,56 114,23
6 KESEHATAN 105,46 106,18 106,77 107,02 107,30 107,48 107,78 107,88 108,89
7 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 106,44 106,44 106,54 107,58 107,84 107,96 110,39 110,36 110,17
8 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 106,98 107,35 107,39 108,50 108,48 108,62 109,48 109,18 109,39
Sumber: BPS Provinsi Jambi
TIM PENYUSUN
PENANGGUNG JAWAB
V. Carlusa, Poltak Sitanggang
KOORDINATOR PENYUSUN
Meily Ika Permata
TIM PENULIS
Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan
Yuliuskhris Bintoro
Galih Riyandi Chandra Apriyanto
Nurcahaya Elisabet Sitinjak
KONTRIBUTOR
Unit Statistik, Survei dan Liaison
Unit Operasional Kas
Unit Layanan Nasabah, Kliring, Perizinan & Pengawasan Sistem Pembayaran
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI
Tim Ekonomi dan Keuangan
Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura, Jambi 36122
No. Telp. (0741) 62245, Fax No.(0741) 62112
Softcopy dapat diunduh di http://bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/Jambi
Email : [email protected], [email protected], [email protected]