digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMAKAIAN ALIH KODE DAN CAMPUR KODE BAHASA JAWA DI PASAR ELPABES PROLIMAN BALAPAN SURAKARTA (Sebuah Tinjauan Sosiolinguistik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun Oleh SUKMAWAN WISNU PRADANTA C0107048 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Transcript of digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

Page 1: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PEMAKAIAN ALIH KODE DAN CAMPUR KODE

BAHASA JAWA DI PASAR ELPABES PROLIMAN

BALAPAN SURAKARTA

(Sebuah Tinjauan Sosiolinguistik)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Disusun Oleh

SUKMAWAN WISNU PRADANTA

C0107048

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PEMAKAIAN ALIH KODE DAN CAMPUR KODE

BAHASA JAWA DI PASAR ELPABES PROLIMAN

BALAPAN SURAKARTA

(Sebuah Tinjauan Sosiolinguistik)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Disusun Oleh

SUKMAWAN WISNU PRADANTA

C0107048

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 3: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 4: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 5: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Sukmawan Wisnu Pradanta

Nim : C0107048

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Pemakaian Alih Kode

dan Campur Kode Bahasa Jawa di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta

adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang

lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan)

dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh

dalam skripsi tersebut.

Surakarta, Desember 2012

Yang membuat pernyataan.

Sukmawan Wisnu Pradanta

Page 6: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

Laku lahir lawan laku batin

yen sampun gumolong,

janma guna utama arane,

dene sampun amengku mengkoni,

kang cinipta dadi,

kang sinedya rawuh.

(Anonim)

Perbuatan lahir dan batin,

kalau sudah menyatu,

manusia utama namanya,

bila sudah mempunyai keduanya,

yang dicipta akan menjadi,

yang diharapkan akan datang.

Page 7: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk:

Ibuku yang tercinta dan keluarga besar Kartosuhardjo atas doanya,

semangat dan restunya.

Adikku Anggar Prihatin Bayu Pradanta.

Almamaterku.

Page 8: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas

segala pemberian nikmat, keberuntungan, pembelajaran dan hidayah-Nya,

sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Pemakaian Alih

Kode dan Campur Kode Bahasa Jawa di Pasar Elpabes Proliman Balapan

Surakarta (Sebuah Tinjauan Sosiolinguistik), dengan baik dan lancar.

Proses penyusunan skripsi ini terselesaikan dengan bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sastra dan

Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. Supardjo, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah yang telah

memberikan izin dan kesempatan untuk mengerjakan skripsi ini.

3. Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum. selaku sekretaris Jurusan Sastra

Daerah serta sebagai pembimbing II yang senantiasa menasihati,

mengarahkan serta memberikan dorongan semangat kepada penulis

untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Sujono, M.Hum. selaku pembimbing I yang telah membimbing,

memberikan saran dan nasihat dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Drs.Imam Sutardjo, M.Hum. selaku Pembimbing Akademik yang

memberikan nasihat yang positif kepada penulis

Page 9: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

7. Kepala dan staf Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa serta

Perpustakaan Universitas Sebelas Maret yang telah menyediakan

berbagai referensi.

8. Ibu dan bapak tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayangnya

serta senantiasa mendoakan penulis.

9. Seluruh keluarga besar Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta yang

telah mengizinkan dan memberi informasi dalam penelitian ini.

10. Jamaah Maiyah, Teman-teman Supporter Persis Solo (Pasoepati).

Sahabat-sahabat penulis: Mas Do, Mbak Wulan, Iffa, Ucup, Rosita,

Bangun, Adit, Tino, Guntur, Faat, Alfath dan dik Seba atas bantuannya

yang luar biasa. Serta kawan-kawan Sastra Daerah angkatan 2007,

2008, 2009, 2010.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis. Kritik dan

saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan

penulisan selanjutnya. Semoga hal yang sedikit ini dapat memberikan sumbangan

yang bermanfaat bagi semua pembaca.

Surakarta, Desember 2012

Penulis

Page 10: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................ i

PERSETUJUAN ......................................................................................... i

PENGESAHAN .......................................................................................... iii

PERNYATAAN .......................................................................................... iv

MOTTO ...................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ....................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................ vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xii

ABSTRAK .................................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Pembatasan Masalah ...................................................................... 6

C. Perumusan Masalah ....................................................................... 7

D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7

E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8

F. Sistematika Penulisan .................................................................... 8

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 10

A. Pengertian Sosiolinguistik ............................................................. 10

B. Hakikat Kedwibahasaan, Bilingualisme dan Diglosia ................... 12

C. Masyarakat Bahasa ........................................................................ 13

D. Tingkat Tutur ................................................................................. 13

E. Kode ............................................................................................... 15

Page 11: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

F. Alih Kode ....................................................................................... 15

G. Campur Kode…………………………………………………….. 19

H. Komponen Tutur…………………………………………………. 21

I. Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta……………………… 23

J. Kerangka Berpikir .......................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN……………………………………….. 27

A. Jenis Penelitian .............................................................................. 27

B. Lokasi Penelitian ............................................................................ 28

C. Data dan Sumber Data ................................................................... 28

D. Alat Penelitian ................................................................................ 29

E. Populasi dan Sampel ...................................................................... 29

F. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 30

G. Metode dan Teknik Analisis Data ................................................. 31

H. Penyajian Hasil Analisis Data ........................................................ 36

BAB IV ANALISIS DATA ........................................................................ 37

A. Bentuk, Fungsi dan Faktor yang Melatarbelakangi Pemakaian Alih Kode

di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta ............................... 37

1. Bentuk Alih Kode ...................................................................... 37

2. Fungsi Alih Kode ...................................................................... 43

3. Faktor Alih Kode....................................................................... 50

B. Bentuk, Fungsi dan Faktor yang Melatarbelakangi Pemakaian

Campur Kode di Pasar Elpabes Proliman Balapan

Surakarta ......................................................................................... 59

1. Bentuk Campur Kode ................................................................ 59

2. Fungsi Campur Kode ................................................................ 74

3. Faktor Campur Kode ................................................................ 83

Page 12: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ........................................................................................ 89

B. Saran .............................................................................................. 90

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 91

LAMPIRAN ................................................................................................ 93

Page 13: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA

A. Daftar Singkatan

AK : Alih Kode

BI : Bahasa Indonesia

BJ : Bahasa Jawa

BJRK : Bahasa Jawa Ragam Krama

BJRN : Bahasa Jawa Ragam Ngoko

BUL : Bagi Unsur Langsung

CK : Campur Kode

ELPABES : Elektronik Pakaian dan Barang Bekas

MC : Mixing Code

O1 : Penutur

O2 : Mitra Tutur

O3 : Penutur ketiga

PEMKOT : Pemerintah Kota

PNS : Pegawai Negeri Sipil

POLTABES : Kepolisian Kota Besar

PUP : Pilah Unsur Tertentu

RT : Rukun Tetangga

RW : Rukun Warga

SC : Swifting Code

SBLC : Simak Bebas Libat Cakap

SLC : Simak Libat Cakap

Page 14: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

SPEAKING : Setting, Participant, End, Action, Key, Instrument, Norm,

Genre

SWT : Subhanahu Wa’ Taala

YME : Yang Maha Esa

B. Daftar Tanda

Cetak miring : Menandakan data

Cetak tebal miring : Menandakan data yang dianalisis

(…) : Menandakan keterangan

‘…’ : Menandakan makna atau glos satuan lingual

… : Menandakan kesenyapan atau jeda

/ : Garis miring sebagai tanda pemisah dan

menandakan atau

Page 15: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

ABSTRAK

Sukmawan Wisnu Pradanta. C0107048. 2012. Pemakaian Alih Kode dan

Campur Kode Bahasa Jawa di Pasar Elpabes Proliman Balapan, Surakarta

(Sebuah Tinjauan Sosiolinguistik). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas

Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Perumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1)

bagimanakah bentuk AK dan CK di Pasar Elpabes Proliman Balapan, Surakarta?

(2) bagaimanakah fungsi AK dan CK di Pasar Elpabes Proliman Balapan,

Surakarta? (3) faktor apa sajakah yang melatarbelakangi pemakaian AK dan CK

di Pasar Elpabes Proliman Balapan, Surakarta?

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan bentuk AK dan CK. (2)

menjelaskan fungsi AK dan CK. (3) menjelaskan faktor yang melatarbelakangi

pemakaian AK dan CK yang terjadi di Pasar Elpabes Proliman Balapan,

Surakarta.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kualitatif. Lokasi penelitian di Pasar Elpabes Proliman Balapan, Surakarta.

Sumber data penelitian ini berasal dari informan. Informan dipilih berdasarkan

penutur yang berperan di Pasar Elpabes Proliman Balapan, Surakarta. Populasi

dalam penelitian ini adalah keseluruhan tuturan. Dalam hal ini sampel berupa

tuturan bahasa Jawa yang terdapat AK dan CK bahasa Jawa di Pasar Elpabes

Proliman Balapan, Surakarta. Metode pengambilan data dengan metode simak.

Sedangkan, metode analisis data menggunakan metode agih dan padan.

Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

bentuk AK di Pasar Elpabes Proliman Balapan, Surakarta adalah (1) AK dari

BJRN ke dalam BI, (2) AK dari BJRK ke dalam BI, (3) AK dari BJRN ke dalam

BJRK. Kemudian fungsi pemakaian AK ditemukan sebagai berikut: (1) lebih

persuasif membujuk atau menyuruh mitra tutur (O2), (2) lebih argumentatif

meyakinkan mitra tutur, (3) lebih komunikatif untuk menjelaskan, (4) lebih

prestis, (5) menimbulkan rasa simpatik. Faktor yang melatarbelakangi pemakaian

AK yang ditemukan sebagai berikut: (1) penutur (O1), (2) pokok pembicaraan, (3)

untuk membangkitkan rasa humor, (4) untuk sekedar bergengsi. CK yang terjadi

di Pasar Elpabes Proliman Balapan, Surakarta dibagi menjadi 6 bentuk menurut

struktur kebahasaan yang terlibat di dalamnya sebagai berikut: (1) CK berwujud

penyisipan kata dasar, (2) CK berwujud penyisipan kata jadian, (3) CK berwujud

penyisipan frasa, (4) CK berwujud penyisipan perulangan kata, (5) CK berwujud

penyisipan baster, (6) CK berwujud penyisipan klausa. Sedangkan fungsi CK

yang ditemukan ada 4 yaitu (1) lebih argumentatif meyakinkan mita tutur (O2),

(2) lebih persuasif menyuruh mitra tutur, (3) menegaskan maksud tertentu, (4)

lebih prestis. Kemudian faktor yang melatarbelakangi pemakaian CK ada 3 yang

ditemukan yaitu: (1) identifikasi peranan dan peran sosial penutur, (2) prinsip

kesopanan dan kesantunan penutur (O1), dan (3) penutur (O1) ingin menafsirkam

atau menjelaskan maksud yang diinginkannya.

Page 16: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

ABSTRACT

Sukmawan Wisnu Pradanta. C0107048. 2012. The use of Javanesse swifting code and

mixing code in Pasar Elpabes Proliman Balapan, Surakarta (a Sociolinguistic

study). Skripsi: Javanesse Department Faculty of Letters and Fine Arts of Sebelas Maret

University.

The problem statement that would be discussed in this research are; how is the

form of SC and MC in Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta? What is the function

of those codes? What factors causing the use of those two codes in Pasar Elpabes

Proliman Balapan, Surakarta?.The purpose of this research are; to describe the form of

SC and MC, to expand on the function of SC and MC, to explain the factor causing the

use of these two kinds of codes in Pasar Elpabes Proliman Balapan, Surakarta.

The methods we employ in this study is descriptive-qualitative method. The

location we choose is Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta. We use the informan as

the source in collecting the datas. The informan we choose based on Javanesse native

speaker. The population in the study is all the Javanesse words or expressions containing

SC and MC in Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta. We do the observation method

to collect all the data, meanwhile, we use distributional and equivalent method in

analysing the data.

The result of this research can be define that the form of SC in Pasar Elpabes

Proliman Balapan Surakarta are; (1) SC from Javanesse Ngoko to Indonesian, (2) SC

from Javanesse Krama to Indonesian, (3) SC from Javanesse Ngoko to Javanesse Krama.

The function of SC are: (1) it is more persuasive to use in asking or command to other

person (2nd person), (2) it is more argumentative to use in convincing someone about

something, (3) it is more communicative to use in explaining something, (4) it has more

prestige value to use, (5) raise more sympathic. The factor causing the use of SC are; (1)

the speaker, (1st person), (2) the main point of the discussion, (3) emerge kind of humour

or jokes, (4) to be more prestige.

From the research, we divide MC in Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta

into 6 form based on the linguistic structure: (1) the form of MC can be insert of root, (2)

insert of derivatives, (3) insert of phrase, (4) insert of reduplications, (5) insert of baster,

(6) insert of clause. The function of MC are: (1) it is more persuasive to use in asking or

command to other person (2nd person), (2) it is more argumentative to use in convincing

someone about something, (3) it is more communicative to use in explaining something,

(4) it has more prestige value to use. The factor causing the use of MC are: (1)

identification the social rule of the speaker, (2) principles of politeness and manners of

the speaker (1st person), (3) the speaker interprets or explains something that he/she

wants.

Page 17: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

SARIPATHI

Sukmawan Wisnu Pradanta. C0107048. 2012. Pemakaian Alih kode dan Campur kode

Bahasa Jawa di Pasar Elpabes Proliman Balapan, Surakarta (Sebuah Tinjauan

Sosiolinguistik). Skripsi: Jurusan Sastra Daèrah Fakultas Sastra lan Sêni Rupa Pawiyatan

Luhur Sêbêlas Marêt Surakarta Hadiningrat.

Prakawis ingkang dipuntliti salêbêting panalitèn, inggih punika (1) kados pundi

wujudipun alih kode saha campur kode wontên ing Pasar Elpabes Proliman Balapan

Surakarta? (2) kados pundi pigunanipun alih kode saha campur kode wontên ing Pasar

Elpabes Proliman Balapan Surakarta. (3) prakawis punapa kemawon ingkang anjalari alih

kode saha campur kode wontên ing Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta. Ancasing

panalitèn inggih punika: (1) ngandharakên wujudipun alih kode saha campur kode (2)

ngandharakên pigunanipun alih kode saha campur kode (3) ngandharakên prakawis

ingkang anjalari alih kode saha campur kode wontên ing Pasar Elpabes Proliman Balapan

Surakarta.

Metode ingkang dipun-ginakakên wontên ing panalitèn inggih punika metode

deskriptif kualitatif. Panalitèn punika dipunlaksanakakên wontên ing wêwêngkon Pasar

Elpabes Proliman Balapan Surakarta, kanthi milah titik panalitèn ingkang dipunpilih

miturut ancasing panalitèn. Sumbêr dhata ing panalitèn punika awujud dhata lisan

ingkang awujud wawan rembag basa Jawi ingkang pikantuk saking informan. Populasi

ing panalitèn punika awujud sêdaya wawan rêmbag basa Jawi kanthi sêdaya aspekipun

ingkang dipun-ginakakên datheng paginem basa Jawi wontên ing dhérah titik panalitèn.

Wondéné sampêl ing panalitèn punika awujud wawan rêmbag basa Jawi ingkang

angandhut alih kode saha campur kode ingkang sêsulih saking populasi. Pangêmpalaning

dhata dipuntindakakên ngginakakên metode sadap. Metode sadap kanthi teknik dasar

rekam kalajêngakên teknik catat. Wondéné metode analisis dhata ingkang dipun-

ginakakên inggih punika metode agih sarta metode padan.

Dudutan ing panalitèn punika wontên tigang prakawis. Ingkang kaping satunggal

wujud alih kode saha campur kode basa Jawi ingkang dipun-ginakakên wontên ing Pasar

Elpabes Proliman Balapan Surakarta. Alih kode ingkang pinanggih inggih punika alih

kode ragam ngoko wontên ing salêbêting basa Indonesia, alih kode basa Jawa ragam

krama wontên ing salêbêting basa Indonesia, saha alih kode basa Jawi ragam ngoko

wontên ing salêbêting basa Jawi ragam krama. Dene campur kode ingkang pinanggih

inggih punika: campur kode wujudipun wanda, campur kode wujudipun wanda dadosan,

campur kode wujudipun frasa, campur kode wujudipun reduplikasi, saha campur kode

wujudipun baster. Ingkang kaping kalih pigunanipun alih kode saha campur kode wontên

ing Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta. Pigunanipun alih kode inggih punika

langkung persuasif, nênarik kawigatosan utawi nyuwun dhumatêng kanca pirêmbagan,

langkung komunikatif sagêd nêrangaken, langkung prestis saha sagêd narik raos

kawigatosan. Bilih fungsinipun campur kode inggih punika langkung argumentatif narik

kawigatosan kanca pirembagan, langkung persuasif ngaturi kanca pirệmbagan saha

langkung mangertosi tegesipun saha langkung prestis. Ingkang kaping tiga, prakawis

ingkang anjalari alih kode saha campur kode wontên ing Pasar Elpabes Proliman Balapan

Surakarta. Prakawis ingkang njalari ngginakakên alih kode inggih punika ingkang

ngêndikan, kanca pirêmbagan, sagêd ndadosakên raos guyonan saha sagêd kanggé njagi

martabat. Wondénè prakawis ingkang njalari campur kode inggih punika identifikasi

drajad, pangkat ingkang ngêndikan, prinsip watak sopan santunipun ingkang ngêndikan

saha ingkang ngêndikan kagungan kêpêngin nerangakên maksud ingkang

dipunkêrsaakên.

Page 18: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PEMAKAIAN ALIH KODE DAN CAMPUR KODE BAHASA

JAWA DI PASAR ELPABES PROLIMAN BALAPAN,

SURAKARTA

(SEBUAH TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)

Sukmawan Wisnu Pradanta1

Drs. Sujono, M. Hum2 Dra. Dyah Padmaningsih, M. Hum

3

ABSTRAK

2012. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Perumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1)

bagimanakah bentuk AK dan CK di Pasar Elpabes Proliman

Balapan, Surakarta? (2) bagaimanakah fungsi AK dan CK di Pasar

Elpabes Proliman Balapan, Surakarta? (3) faktor apa sajakah yang

melatarbelakangi pemakaian AK dan CK di Pasar Elpabes

Proliman Balapan, Surakarta?

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan bentuk AK dan

CK. (2) menjelaskan fungsi AK dan CK. (3) menjelaskan faktor

yang melatarbelakangi pemakaian AK dan CK yang terjadi di

Pasar Elpabes Proliman Balapan, Surakarta.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian di Pasar Elpabes Proliman

Balapan, Surakarta. Sumber data penelitian ini berasal dari

informan. Informan dipilih berdasarkan penutur yang berperan di

Pasar Elpabes Proliman Balapan, Surakarta. Populasi dalam

penelitian ini adalah keseluruhan tuturan. Dalam hal ini sampel

berupa tuturan bahasa Jawa yang terdapat AK dan CK bahasa Jawa

di Pasar Elpabes Proliman Balapan, Surakarta. Metode

pengambilan data dengan metode simak. Sedangkan, metode

analisis data menggunakan metode agih dan padan.

1 Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah Dengan NIM C0107048

2 Dosen Pembimbing I

3 Dosen Pembimbing II

Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa bentuk AK di Pasar Elpabes Proliman Balapan, Surakarta

adalah (1) AK dari BJRN ke dalam BI, (2) AK dari BJRK ke

dalam BI, (3) AK dari BJRN ke dalam BJRK. Kemudian fungsi

pemakaian AK ditemukan sebagai berikut: (1) lebih persuasif

membujuk atau menyuruh mitra tutur (O2), (2) lebih argumentatif

meyakinkan mitra tutur, (3) lebih komunikatif untuk menjelaskan,

(4) lebih prestis, (5) menimbulkan rasa simpatik. Faktor yang

melatarbelakangi pemakaian AK yang ditemukan sebagai berikut:

(1) penutur (O1), (2) pokok pembicaraan, (3) untuk

membangkitkan rasa humor, (4) untuk sekedar bergengsi. CK yang

terjadi di Pasar Elpabes Proliman Balapan, Surakarta dibagi

menjadi 6 bentuk menurut struktur kebahasaan yang terlibat di

dalamnya sebagai berikut: (1) CK berwujud penyisipan kata dasar,

(2) CK berwujud penyisipan kata jadian, (3) CK berwujud

penyisipan frasa, (4) CK berwujud penyisipan perulangan kata, (5)

CK berwujud penyisipan baster, (6) CK berwujud penyisipan

klausa. Sedangkan fungsi CK yang ditemukan ada 4 yaitu (1) lebih

argumentatif meyakinkan mita tutur (O2), (2) lebih persuasif

menyuruh mitra tutur, (3) menegaskan maksud tertentu, (4) lebih

prestis. Kemudian faktor yang melatarbelakangi pemakaian CK

ada 3 yang ditemukan yaitu: (1) identifikasi peranan dan peran

sosial penutur, (2) prinsip kesopanan dan kesantunan penutur (O1),

dan (3) penutur (O1) ingin menafsirkam atau menjelaskan maksud

yang diinginkannya.

Page 19: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah alat komunikasi antar masyarakat. Dengan bahasa

masyarakat akan dapat menuangkan pikiran dan perasaannya dengan orang lain.

dengan bahasa pula dia dapat menyampaikan informasi atau pengetahuan terhadap

orang lain (Gusneti, 2007: 62).

Sebagai alat interaksi dan alat komunikasi, bahasa dapat dikaji secara

internal dan eksternal, kajian secara internal, artinya pengkajian bahasa itu hanya

dilakukan terhadap struktur intern bahasa itu saja, seperti struktur fonologi,

struktur morfologi, struktur sintaksis. Kajian secara internal, berarti kajian bahasa

dilakukan terhadap hal-hal atau faktor-faktor yang berada di luar kelompok-

kelompok sosial kemasyarakatan (Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 2004: 1).

Penelitian bahasa dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang melatarbelakangi

penggunaan bahasa termasuk dalam kajian sosiolinguistik.

Sosiolinguistik mempelajari bahasa dan hubungannya dengan masyarakat,

dapat dan sering menggunakan hasil-hasil kajian masyarakat seperti sosiologi,

antropologi, politik, agama, ekonomi, dan sebagainya untuk menerangkan

masalah-masalah bahasa dalam suatu masyarakat (Khaidir Anwar, 1990: 19).

Page 20: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Masalah utama yang dibahas oleh sosiolinguistik menurut Nababan(1993:

3) ialah:

(1) mengkaji bahasa dalam konteks sosial dan kebudayaan;

(2) menghubungkan faktor-faktor kebahasaan, ciri-ciri, dan ragam bahasa

dengan situasi serta faktor-faktor sosial dan budaya;

(3) mengkaji fungsi-fungsi sosial dan penggunaan bahasa dalam masyarakat.

Salah satu fenomena sosiolinguistik yang terjadi di masyarakat adalah

tentang alih kode dan campur kode.Alih kode dan campur kode timbul akibat dari

penggunaan bahasa dalam berkomunikasi. Hal ini hanya terjadi dalam masyarakat

multilingual yaitu masyarakat yang menggunakan dua bahasa atau lebih.

Penelitian ini dilakukan di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta.

Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta sebagai salah satu pasar tradisional

yang masih bertahan keberadaannya. Dinamakan pasar Elpabes karena merupakan

akronim dari kata Elektronik, Pakaian dan Barang Bekas. Pasar Elpabes Proliman

Balapan Surakarta terletak di Jalan Sabang Pasar Legi atau tepatnya berada di

proliman sebelah barat Monumen 45 Banjarsari Surakarta.

Peneliti tertarik untuk mengkaji pemakaian alih kode dan campur kode

bahasa Jawa di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta. Alasannya adalah:

1. Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta merupakan pasar yang menjual

berbagai peralatan elektronik, onderdil sepeda, dan pakaian bekas.

2. Penjual maupun pembeli mayoritas laki-laki dan berasal dari berbagai

daerah.

3. Penutur di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta menguasai

pemakaian bahasa Jawa maupun bahasa Indonesia

Page 21: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

4. Keseharian masyarakat bahasa di Pasar Elpabes Proliman Balapan

Surakarta menggunakan lebih dari satu bahasa, sehingga dimungkinkan

munculnya alih kode dan campur kode

Contoh pemakaian alih kode dan campur kode bahasa Jawa di Pasar

Elpabes Proliman Balapan Surakarta :

Data 1

O1 : “Selamat siang, Pak. Nuwun sewu. Radi ngganggu sekedhap,

menapa saged pinanggih Lurahipun Pasar?”

„Selamat siang, Pak. Permisi. Maaf mengganggu sebentar,

apakah bisa bertemu Lurahnya Pasar?‟

O2 : “Sekedhap Mas, mangga lenggah rumiyin!”

„Sebentar Mas, mari duduk dulu!‟

Berdasarkan contoh data (1), alih kode terdapat pada tuturan

O1. Pada awalnya O1 menggunakan bahasa Indonesia „selamat siang,

Pak, kemudian beralih menjadi bahasa Jawa ragam krama. Fungsi dari alih

kode tersebut adalah penutur (O1) menyesuaikan tuturan dengan situasi

dan tempat saat tuturan berlangsung, yaitu suasana formal karena mitra

tutur adalah Kepala Pasar atau Lurah Pasar dan bertempat di kantor.

Data di atas menandakan bahwa perkembangan zaman memaksa

masyarakat bahasa untuk tidak hanya menguasai satu atau dua bahasa saja.

Terutama pada masyarakat Jawa yang tidak hanya menguasai bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia saja. Selain itu ada bahasa Inggris, Arab yang diajarkan sejak

usia dini. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya keanekaragaman bahasa

Page 22: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

yang terjadi di masyarakat. Hal ini menunjukkan adanya hierarkhi kebahasaan

yang dimulai dari “bahasa” sebagai level yang paling atas disusul dengan kode

yang terdiri dari varian-varian dan ragam-ragam, serta gaya dan register sebagai

sub-sub kodenya (Suwito, 1983:68).

Penelitian Sosiolinguistik sebelumnya, yang terkait dengan alih kode dan

campur kode, adalah sebagai berikut.

Skripsi yang berjudul “Penggunaan Bahasa Jawa Oleh Tukang Becak di

Stasiun Balapan Surakarta”oleh Hario Wicaksono (2011). Hasil penelitian ini

adalah bentuk bahasa Jawa oleh tukang becak di Stasiun Balapan Surakarta

meliputi tingkat tutur, alih kode, dan campur kode. Penggunaan bahasa Jawa oleh

tukang becak di Stasiun Balapan Surakarta memiliki karakteristik sendiri.

Karakteristik itu berkenaan dengan tingkat tutur madya yang ditemukan.

Penggunaan tingkat tutur madya tersebut dilatarbelakangi oleh status sosial tukang

becak yang lebih rendah daripada penumpang serta tukang becak menghargai

penumpang, tetapi karena tukang becak mayoritas lebih tua dari penumpang. Serta

faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan bahasa Jawa oleh tukang becak

di Stasiun Balapan Surakarta, ditemukannya 8 komponen tutur untuk mengetahui

peristiwa tutur, yaitu (1) setting and Scene, (2) participant, (3) ends, (4) act

sequence, (5) key, (6) instrumentalis, (7) norm, dan (8) genres.

Skripsi, “Alih Kode dan Campur Kode dalam Cerbung Dolanan Geni

karya Suwandi Endraswara”oleh Etik Yuliati (2010), skripsi ini berisi tentang

klasifikasi bentuk alih kode dan campur kode dalam cerbung Dolanan Geni karya

Suwandi Endraswara. Bentuk alih kode yang ditemukan adalah dari BJRN ke

dalam BJRK, dari BI ke dalam BJ, dari BJ ke dalam BI, dari BJRK ke BJRN.

Page 23: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Sedangkan bentuk campur kode yang ditemukan dari kata, frasa, baster,

perulangan kata, ungkapan/idiom, dan klausa. Ditemukannya 5 fungsi alih kode

yaitu (1) membangkitkan rasa humor, (2) menghormati mitra tutur, (3) pada saat

berganti suasana atau dalam suasana berbeda dari awal tuturan berlangsung, (4)

untuk bergengsi, (5) menyeimbangkan bahasa dengan mitra tutur. Ada 7 fungsi

campur kode yang ditemukan dalam cerbung Dolanan Geni yaitu (1)

menghormati mitra tutur, (2) memudahkan jalannya komunikasi antara penutur

dan mitra tutur jika kesulitan mencari padanan dalam bahasa jawa, (3)

menunjukkan keakraban, (4) bercanda, (5) meluapkan perasaan gembira, (6)

menunjukkan rasa syukur, dan (7) mempermudah menyampaikan maksud penutur

kepada mitra tutur.

Skripsi Rosita Vinansis yang berjudul“Alih Kode dan Campur Kode

bahasa Jawa Dalam Rapat Ibu-Ibu PKK di Kepatihan Kulon Surakarta” pada

tahun 2011, hasil analisis dari skripsi ini adalah ditemukannya 4 bentuk alih kode

yaitu: (1) AK dari bahasa Jawa ragam krama ke dalam bahasa Indonesia, (2) AK

bahasa Jawa ragam ngoko ke dalam bahasa Indonesia, (3) AK dari bahasa Jawa

ragam krama ke ragam ngoko, (4) AK dari bahasa Jawa ragam ngoko ke dalam

bahasa jawa ragam krama. Faktor yang melatarbelakangi alih kode dalam rapat

ibu-ibu PKK di keluahan Kepatihan Kulon adalah: (1) prinsip kesopanan dan

kesantunan, (2) penutur ingin mengimbangi bahasa yang digunakan mitra tuturnya

(O2), (3) perubahan mitra tutur (O2) dalam tuturan, (4) hadirnya orang ketiga

(O3), (5) topik yang dibicarakan. Fungsi alih kode: (1) lebih persuasif terhadap

mitra tutur, (2) lebih argumentatif meyakinkan mitra tutur, (3) lebih komunikatif

untuk meminta tolong, (4) lebih komunikatif untuk menjelaskan, (5) lebih prestis,

Page 24: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

(6) membangkitkan rasa simpatik. Untuk bentuk campur kode yang ditemukan (1)

CK berwujud penyisipan kata dasar, (2) CK berwujud penyisipan kata jadian, (3)

CK berwujud penyisipan perulangan kata, (4) CK berwujud penyisipan frasa.

Sedangkan faktor yang melatarbelakangi campur kode adalah (1) peran sosial

penutur, (2) prinsip kesopanan dan kesantunan penutur, (30 penutur (O1) ingin

menafsirkan maksud yang diinginkannya. Untuk fungsi campur kode yang

ditemukan dalam rapat ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon Surakarta

adalah : (1) lebih argumentatif terhadap (O2), (2) lebih persuasif membujuk dan

menyuruh mitra tutur (O2), (3) lebih komunikatif menyampaikan informasi, (4)

lebih komunikatif karena singkat, (5) lebih prestis.

Berdasarkan penelitian tersebut, menunjukkan bahwa penelitian tentang

pemakaian alih kode dan campur kode yang terdapat di pasar Elpabes

(Elektronik, Pakaian dan Barang Bekas) Proliman Balapan Surakarta belum

pernah dilakukan. Oleh karena itu peneliti akan meneliti Pemakaian Alih Kode

dan Campur Kode Bahasa Jawa di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta

(Sebuah Tinjauan Sosiolinguistik).

B. Pembatasan Masalah

Penelitian mengenai pemakaian bahasa Jawa oleh masyarakat Pasar

Elpabes Proliman Balapan Surakarta ini terdapat beberapa masalah, seperti:

bentuk bahasa, ragam bahasa, tingkat tutur, alih kode dan campur kode,

kedwibahasaan yang terdapat dalam bahasa, dan faktor penentu penggunaan

ragam bahasa.

Page 25: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Untuk memudahkan pembahasan masalah dan untuk mengarahkan agar

penelitian ini tidak lepas dari sasarannya, maka permasalahan dibatasi hanya pada

bentuk alih kode dan campur kode, fungsi alih kode dan campur kode, serta faktor

yang melatarbelakangi pemakaian alih kode dan campur kode bahasa Jawa di

Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta.

C. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah bentuk alih kode dan campur kode di Pasar Elpabes

Proliman Balapan Surakarta?

2. Bagaimanakah fungsi alih kode dan campur kode di Pasar Elpabes

Proliman Balapan Surakarta?

3. Faktor apa sajakah yang melatarbelakangi pemakaian alih kode dan

campur kode di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. mendeskripsikan bentuk alih kode dan campur kode yang terjadi di Pasar

Elpabes Proliman Balapan Surakarta,

2. menjelaskan fungsi alih kode dan campur kode yang terjadi di Pasar

Elpabes Proliman Balapan Surakarta, dan

3. menjelaskan faktor yang melatarbelakangi pemakaian alih kode dan

campur kode yang terjadi di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta.

Page 26: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

E. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik manfaat teoretis

maupun manfaat praktis.

Manfaat teoretis, penelitian ini diharapkan mampu menambah dan

memperkaya teori sosiolinguistik, khususnya alih kode dan campur kode bahasa

Jawa di pasar tradisional wilayah Surakarta.

Secara praktis manfaat penelitian ini adalah:

1. Dapat memberikan bahan pertimbangan ke arah usaha pembelajaran

pemakaian bahasa Jawa.

2. Dapat menambah perbendaharaan penelitian linguistik, khususnya

linguistik bahasa Jawa.

3. Bisa digunakan sebagai alternatif model penelitian sosiolinguistik

selanjutnya.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan ini meliputi lima bab yaitu sebagai berikut

Bab I Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, pembatasan

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori, yang meliputi pengertian sosiolinguistik, hakikat

kedwibahasaan, bilingualisme dan diglosia, masyarakat bahasa, tingkat tutur,

kode, alih kode, campur kode, komponen tutur, Pasar Elpabes Proliman Banjarsari

Surakarta, dan kerangka pikir.

Page 27: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Bab III Metode Penelitian, yang meliputi, jenis penelitian, lokasi

penelitian, data dan sumber data, alat penelitian, populasi dan sampel, metode

pengumpulan data, metode analisis data, metode penyajian hasil analisis data,

serta jadwal penelitian.

Bab IV Analisis Data dan Pembahasan, mengenai wujud campur kode,

alih kode, faktor yang melatarbelakangi alih kode dan campur kode, serta fungsi

alih kode dan campur kode di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta.

Bab V Penutup, berisi simpulan dan saran.

Page 28: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Sosiolinguistik

Appel (dalam Suwito, 1983: 2) mengatakan, sosiolinguistik memandang

bahasa sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi serta merupakan bagian dari

masyarakat dan kebudayaan tertentu, sedangkan yang dimaksud dengan

pemakaian bahasa adalah bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam situasi

konkret.

Ditinjau dari segi nama, sosiolingistik menyangkut sosiologi dan linguistik

dan keduanya berkaitan erat. Istilah sosiolinguistik terdiri dari dua unsur: sosio-

dan linguistik. Berdasarkan pendapat dari Nababan, sosiolinguistik adalah studi

atau pembahasan dari bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai

anggota masyarakat (1993: 2).

Sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner

dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antara bahasa dengan

faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur (Abdul Chaer dan Leoni

Agustina, 2004: 2).

Ilmu sosiolinguistik bukan saja menyoroti masalah bahasa dalam suatu

masyarakat melainkan bahasa dengan perilaku sosial. Dalam pandangan

sosiolinguistik bahasa dipandang sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi

serta bagian kebudayaan masyarakat, antar bahasa dengan budaya dan masyarakat

penuturnya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya atau tidak dapat

berdiri sendiri.

Page 29: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Yang berkaitan dengan sosiolinguistik, dalam konfrensi sosiolinguistik

berpendapat bahwa, masalah-masalah yang dikaji atau dibahas dalam

sosiolinguistik adalah :

a. Identitas sosial dari penutur

b. Identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi,

c. Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi,

d. Analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial,

e. Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk

ujaran,

f. Tingkatan variasi dan ragam linguistik

g. Penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa itu merupakan

bagian dari kebudayaan dan masyarakat, dan bahasa itu tidak dapat berdiri sendiri,

sehingga penelitian-penelitian bahasa itu selalu memperhitungkan faktor-faktor

lain diluar bahasa. Faktor-faktor tersebut seperti faktor sosial, misalnya status

sosial, umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan sebagainya, sedang faktor

situasional, misalnya siapa pembicara, kepada siapa ia berbicara, kapan, di mana,

mengenai masalah apa.

Dari beberapa pendapat tersebut, pendapat yang digunakan peneliti untuk

melakukan penelitian pemakaian alih kode dan campur kode bahasa Jawa di Pasar

Elpabes Proliman Balapan Surakarta adalah pendapat Suwito dan Nababan,

karena keduanya berpendapat bahwa bahasa itu memiliki hubungan dengan

faktor-faktor sosial, serta merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan

tertentu.

Page 30: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

B. Hakikat Kedwibahasaan, Bilingualisme dan Diglosia

Kedwibahasaan artinya kemampuan atau kebiasaan yang dimiliki oleh

penutur dalam menggunakan bahasa. Banyak aspek yang berhubungan dengan

kajian kedwibahasaan, antara lain aspek sosial, individu, pedagogis, dan

psikologi. Di sisi lain, kata kedwibahasaan ini mengandung dua konsep, yaitu

kemampuan mempergunakan dua bahasa dan kebiasaan memakai dua bahasa.

(Aslinda dan Leni Syafyahya, 2010: 8).

Bilingualisme adalah penggunaan bahasa baik oleh individu maupun oleh

kelompok atau bangsa lebih dari satu bangsa; jadi didalamnya diasumsikan aspek-

aspek mikro dan makro multilingualisme (Roger T. Bell dalam Abd. Syukur

Ibrahim 1995: 254)

Menurut Harimurti Kridalaksana, diglosia adalah situasi bahasa dengan

pembagian fungsional atas variasi-variasi bahasa yang ada. Satu variasi diberi

statis “tinggi” dan dipakai untuk penggunaan resmi atau penggunaan publik dan

mempunyai ciri-ciri yang lebih kompleks dan konservatif, variasi lain mempunyai

status lebih “rendah” dan dipergunakan untuk komunikasi tak resmi dan

strukturnya disesuaikan dengan saluran komunikasi lisan (2008: 50).

Jadi hakikat kedwibahasaan, bilingual dan diglosia adalah pemakaian dua

bahasa dalam suatu kelompok mayarakat. Orang yang dapat menggunakan dua

bahasa itu disebut dengan Dwibahasawan, sedangkan kemampuan untuk

menggunakan dua bahasa itu disebut Kedwibahasaan.

Page 31: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

C. Masyarakat Bahasa

Suwito (1983: 20) menyebut masyarakat bahasa dengan sebutan

masyarakat tutur (Speech Community), yang artinya suatu masyarakat atau

sekelompok orang yang mempunyai verbal repertoir yang relatif sama dan

mempunyai penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa yang

dipergunakan di dalam masyarakat itu. Sedangkan menurut Corder dalam

Alwasilah (1985: 41) mengatakan, bahwa masyarakat bahasa adalah sekelompok

orang yang satu sama lain bisa saling mengerti sewaktu mereka berbicara.

Seperti yang dikatakan Aslinda dan Leny Syafyahya bahwa masyarakat

bahasa itu dapat terjadi dalam sekelompok orang yang menggunakan bahasa yang

sama dan sekelompok orang yang menggunakan bahasa yang berbeda dengan

syarat di antara mereka terjadi suatu pengertian (2010: 8).

Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat bahasa

itu dapat terjadi karena adanya kontak bahasa dalam sekelompok orang yang

menggunakan bahasa yang sama dan sekelompok orang yang menggunakan

bahasa yang berbeda dengan syarat di antara mereka terjadi saling pengertian atau

pemahaman yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasanya.

D. Tingkat Tutur

Menurut Soepomo Poedjosoedarmo pembagian tingkat tutur bahasa Jawa

dibagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat tutur ngoko, tingkat tutur krama dan

tingkat tutur madya. Berikut ini adalah penjelasan mengenai ketiganya

Page 32: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

1. Tingkat tutur ngoko adalah tingkat tutur bahasa Jawa yang mencerminkan

rasa tidak berjarak antara O1 terhadap O2. Artinya O1 tidak memiliki rasa

segan (jiguh pekewuh) terhadap O2. Jadi, buat seorang yang ingin

menyatakan keakrabannya terhadap O2. Tingkat tutur ngoko inilah yang

seharusnya dipakai.

2. Tingkat tutur krama adalah tingkat tutur yang memancarkan arti penuh

sopan santun. Tingkat tutur ini menandakan adanya perasaan segan

(pekewuh) O1 terhadap O2, dikarenakan O2 adalah orang yang belum

dikenal, berpangkat, priyayi, berwibawa, dan lain-lain.

3. Tingkat tutur madya adalah tingkat tutur menengah atau krama dan ngoko.

Ia menunjukkan perasaan sopan secara sedang-sedang saja. Tingkat ini

bermula adalah tingkat tutur krama, tetapi dalam proses perkembangannya

telah mengalami tiga perkembangan penting. Perkembangan itu adalah

proses perkembangan kolokialisasi (informalisasi), penurunan tingkat, dan

ruralsasi. Inilah sebabnya bagi kebanyakan orang tingkat tutur madya ini

dianggap tingkat tutur yang setengah sopan dan setengah tidak. Adanya

anggapan bahwa pengguna madya itu adalah suatu penanda bahwa si

pemakai itu orang desa. Madya juga dianggap tingkat tutur yang setengah-

setengah (Podjosoedarmo, 1979: 14-16).

Dari ilustrasi yang dikemukakan di atas maka sejalan dengan pendapat Sry

Satriya Tjantur W. S, memaparkan mengenai bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa

yang dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu ragam ngoko dan ragam krama.

Jika terdapat unggah-ungguh yang lain dapat dipastikan bahwa bentuk-bentuk itu

hanya varian dari ragam ngoko atau krama (dalam Rosita, 2011: 14).

Page 33: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Penelitian di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta menggunakan

gambaran pembagian tingkat tutur yang dikemukakan Soepomo Podjosoedarmo

dan Suwito. Dapat disimpulkan bahwa tingkat tutur atau undha usuk bahasa Jawa

dibagi menjadi dua yaitu tingkat tutur ngoko dan tingkat tutur krama.

E. Kode

Istilah kode dimaksudkan untuk menyebut salah satu varian di dalam

hierarkhi kebahasaan. Masing-masing varian merupakan tingkat tertentu dalam

hierarkhi kebahasaan dan semuanya termasuk dalam cakupan kode. Sedangkan

kode merupakan bagian dari bahasa (Suwito, 1983: 67).

Kode adalah suatu sistem tutur yang penerapannya serta kebahasaannya

mempunyai ciri khas sesuai dengan latar belakang penutur, relasi penutur dengan

lawan tuturnya dalam situasi tutur yang ada (Poedjosoedarmo dalam Kunjana

Rahardi, 2001: 20).

Peneliti berpendapat kode adalah bagian dari bahasa yang penerapannya

serta kebahasaannya mempunyai ciri khas sesuai dengan latar belakang penutur,

relasi penutur dengan lawan tuturnya dalam situasi tutur yang ada. Maka pendapat

dari Suwito dan Podjosoedarmo yang akan dipakai untuk melakukan penelitian di

Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta.

F. Alih Kode

Alih kode adalah peristiwa mengganti bahasa atau ragam bahasa karena

berubah pendengar atau topik, atau tempat berbicara, dan sebagainya (PELLBA 2,

1989: 194). Harimurti Kridalaksana berpendapat bahwa alih kode adalah

Page 34: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

penggunaan variasi bahasa atau bahasa lain ke dalam suatu bahasa untuk

menyesuaikan diri dengan situasi lain atau karena pertisipan lain (2008: 9).

Sedangkan Aslinda dan Leni Syafyahya mengartikan alih kode sebagai

gejala peralihan pemakaian bahasa yang terjadi karena situasi dan terjadi

antarbahasa serta antarragam dalam satu bahasa (2010: 85).

1. Bentuk Alih Kode

Menurut Suwito apabila alih kode itu terjadi antar bahasa-bahasa daerah

dalam satu bahasa nasional, atau antara dialek-dialek dalam satu bahasa daerah,

atau antar beberapa ragam dan gaya yang terdapat dalam satu dialek, alih kode

disebut bersifat intern .Sedangkan apabila yang terjadi adalah antara bahasa asli

dengan bahasa asing, maka disebut alih kode ekstern (1983: 69).

2. Fungsi Alih Kode

Suwito mencantumkan bahwa alih kode masing-masing bahasa

mendukung fungsi tersendiri secara eksklusif dan peralihan kode terjadi apabila

penuturnya merasa bahwa situasinya relefan dengan peralihan kodenya. Dengan

demikian alih kode menunjukkan suatu gejala saling ketergantungan antara fungsi

kontekstual dan relefansial di dalam pemakaian suatu bahasa atau lebih (1983:

69).

Gusnetti menjelaskan fungsi alih kode menjadi tujuh fungsi komunikatif.

Fungsi komunikatif yang dimaksud adalah : 1) interaksi, 2) menimbulkan suasana

humor, 3) mengulang, 4) mengutip, 5) menjelaskan, 6) mempertegas, 7) sebagai

alat retorik (2007: 66).

Penelitian ini menganalisis megenai fungsi alih kode, fungsi yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah penggunaan alih kode bahasa Jawa untuk

Page 35: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

tujuan tertentu. Fungsi atau tujuan penggunaan alih kode dalam penelitian ini

lebih secara kebahasaan dan tidak terlepas dari proses sosio-situasional. Jadi

fungsi alih kode adalah (1) lebih persuasif membujuk atau menyuruh mitra tutur

(O2), (2) Lebih argumentatif meyakinkan mitra tutur, (3) Lebih komunikatif untuk

menjelaskan, (4) lebih prestis, (5) meimbulkan rasa simpatik.

3. Faktor yang Melatarbelakangi Pemakaian Alih Kode

Suwito menjelaskan alih kode adalah peristiwa kebahasaan yang

disebabkan oleh faktor-faktor di luar bahasa, terutama faktor-faktor yang sifatnya

sosio-situasional. Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode sebagai

berikut.

Dalam masyarakat Jawa faktor-faktor yang melatarbelakangi pemakaian

alih kode juga disampaikan oleh Soepomo Poedjosoedarmo, faktor-faktor tersebut

adalah (1) situasi bicara, (2) drajad keakraban antara si pembicara dengan lawan

bicara, (3) kemantapan hubungan antara si pembicara dengan lawan bicara, (4)

masalah yang dibicarakan, (5) penguasaan atas kode yang dipakai, (6) tingkat

kesadaran pembicara (1979: 44).

Suwito menjelaskan alih kode adalah peristiwa kebahasaan yang

disebabkan oleh faktor-faktor di luar bahasa, terutama faktor-faktor yang sifatnya

sosio-situasional. Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode sebagai

berikut.

a. Penutur (O1)

Seorang penutur kadang-kadang dengan sadar beralih kode terhadap lawan

tuturnya karena suatu maksud. Biasanya usaha tersebut dilakukan dengan tujuan

merubah situasi, yaitu dari situasi resmi menjadi tidak resmi dan sebaliknya.

Page 36: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

b. Lawan tutur (O2)

Setiap penutur pada umumnya ingin mengimbangi bahasa yang

dipergunakan oleh lawan tuturnya.

c. Hadirnya penutur ketiga (O3)

Dua orang yang berasal dari kelompok etnik yang sama pada umumnya

saling berinteraksi dengan bahasa kelompok etniknya. Tetapi bila kemudian hadir

orang ketiga dalam pembicaraan itu, dan orang itu berbeda latar kebahasaanya,

maka biasanya dua orang pertama beralih ke dalam bahasa yang dikuasai oleh

ketiganya.

d. Pokok pembicaraan (topik)

Pokok pembicaraan atau topik merupakan faktor yang termasuk dominan

dalam menentukan terjadinya alih kode.

e. Untuk membangkitkan rasa humor

Alih kode sering dimanfaatkan oleh guru, pimpinan rapat atau pelawak

untuk membangkitkan rasa humor.

f. Untuk sekedar bergengsi

Sebagian penutur beralih kode hanya untuk sekedar bergengsi. Hal itu

terjadi apabila baik factor situasi, lawan bicara, topik dan faktor-faktor sosio-

situasional yang lain sebenarnya tidak mengharuskan dia untuk beralih kode

(1983: 72-74).

Peneliti memberikan gambaran faktor yang melatarbelakangi pemakaian

alih kode adalah (1) penutur, (2) pokok pembicaraan, (3) Untuk membangkitkan

Page 37: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

rasa humor, (4) untuk sekedar bergengsi. Faktor yang melatarbelakangi alih kode

dari beberapa pendapat tersebut ternyata juga ditemukan alam tuturan di Pasar

Elpabes Proliman Balapan Surakarta, namun perlu pemahaman lebih lanjut.

Faktor yang melatarbelakangi alih kode dalam penelitian ini lebih mengarah pada

faktor sosio-situasional.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa alih kode adalah peralihan dari

bahasa yang satu ke bahasa yang lain untuk menunjukkan suatu maksud tertentu.

Peristiwa bahasa alih kode di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta sering

terjadi dikarenakan di dalam masyarakat multilingual hampir tidak mungkin

seorang penutur menggunakan satu bahasa secara mutlak murni tanpa sedikit pun

memanfaatkan bahasa atau unsur bahasa yang lain, baik para pedagang maupun

pembeli yang berkunjung.

G. Campur Kode

Campur kode merupakan penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke

bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa. Termasuk dalam

pemakaian kata, klausa idiom, sapaan dan lain-lain (Kridalaksana dalam

Margawati, 2009: 22).

Campur kode pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua tipe yaitu :

tipe yang berlatar belakang pada sikap attitudinal type dan tipe yang berlatar

belakang kebahasaan linguistic type. Campur kode dapat terjadi karena adanya

hubungan timbal balik antara penutur, bentuk bahasa dan fungsi bahasa, artinya

penutur yang mempunyai latar belakang sosial tertentu, cenderung memilih

bentuk campur kode tertentu untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu. Pemilihan

Page 38: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

bentuk campur kode dimaksudkan untuk menunjukkan status sosial dan identitas

pribadi dalam masyarakat (Suwito, 1983: 78).

Alih kode dibedakan dari campur kode. Kalau alih kode terjadi karena

bersebab, sedangkan campur kode terjadi tanpa sebab. Dalam campur kode dua

kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam

situasi santai (Abdul Chaer, 2007: 69).

1. Bentuk Campur Kode

Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, bentuk

campur kode dapat dibedakan menjadi beberapa macam antara lain ialah :

1) Penyisipan unsur-unsur yang berujud kata,

2) Penyisipan unsur-unsur yang berujud frasa,

3) Penyisipan unsur-unsur yang berujud bentuk baster,

4) Penyisipan unsur-unsur yang berujud perulangan kata,

5) Penyisipan unsur-unsur yang berujud ungkapan atau idiom,

6) Penyisipan unsur-unsur yang berujud klausa.

2. Fungsi Campur Kode

Dwi Sutana dalam Hario W (2011, 18-19) membagi beberapa fungsi

campur kode untuk:

1) Penghormatan,

2) Menegaskan suatu maksud tertentu,

3) Menunjukkan identitas diri,

4) Pengaruh materi pembicaraan.

3. Faktor yang Melatarbelakangi Campur Kode

Page 39: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Menurut Suwito latar belakang terjadinya campur kode pada dasarnya

dikategorikan menjadi dua tipe yaitu tipe yang berlatar belakang sikap

(attitudional type) dan tipe yang berlatar belakang kebahasaan (linguistic type).

Kedua tipe itu saling tergantung dan tidak jarang tumpang tindih (overlap). Faktor

yang melatarbelakangi terjadinya campur kode antara lain (a) identifikasi peranan,

(b) identifikasi ragam, dan (c) keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan.

Ukuran untuk identifikasi peranan adalah sosial, registral, dan edukasional.

Identifikasi ragam ditentukan oleh bahasa dimana seorang penutur melakukan

campur kode yang akan menempatkan dia di dalam hierarkhi status sosialnya.

Keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan nampak karena campur kode juga

menandai sikap dan hubungannya terhadap orang lain, dan sikap dan hubungan

orang lain terhadapnya (1983: 75).

Dapat disimpulkan bahwa campur kode terjadi jika dalam suatu peristiwa

tutur klausa-klausa dan frase-frase yang digunakan terdiri dari klausa dan frase

campuran dan masing-masing klausa atau frase itu tidak lagi mendukung fungsi

sendiri-sendiri. Campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balik antara

penutur, bentuk bahasa dan fungsi bahasa. Artinya penutur mempunyai latar

belakang sosial tertentu, cenderung memilih bentuk campur kode tertentu untuk

mendukung fungsi-fungsi tertentu. Di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta

campur kode digunakan baik oleh pedagang dan pembeli untuk menunjukkan

status sosial dan identitas pribadinya di dalam masyarakat.

Page 40: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

H. Komponen Tutur

Peristiwa tutur adalah berlangsungnya interaksi bahasa atau linguistik

dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan

mitra tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, situasi tertentu

(Abdul Chaer dan Leoni Agustina, 2004:47). Sebuah percakapan baru bisa disebut

peristiwa tutur jika sudah memenuhi delapan komponen syarat, yang bila huruf-

huruf pertamanya dirangkai menjadi akronim SPEAKING Dell Hymes (dalam

Abdul Chaer, 2007: 63). Kedelapan komponen tutur tersebut adalah :

Setting and scene, setting disini berkenaan dengan waktu dan tempat tutur

berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu, atau

situasi psikologis pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuturannya berbeda

dapat menyebabkan penggunaaan variasi bahasa yang berbeda pula.

Participant adalah pihak-pihak yang terlibat dalam tuturan, bisa pembicara

dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima. Dua orang yang

bercakap-cakap dapat berganti peran sebagai pembicara atau pendengar.

Ends, yaitu maksud dari hasil percakapan. Suatu peristiwa tutur itu terjadi

pasti ada maksud dari penutur maupun mitra tutur.

Actsequences yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan.

Bentuk pesan mencakup bagaimana topik itu dituturkan sedagkan isi percakapan

ini berkaitan dengan persoalan apa yang dikatakan oleh penutur.

Key, menunjuk pada semangat atau cara dalam melakukan percakapan.

Tuturan tersebut akan berbeda antara serius dan santai, resmi dan tidak resmi.

Instrumentalities, yaitu yang menunjuk pada jalur percakapan, apakah

secara lisan atau bukan. Jalur yang digunakan dalam percakapan itu dapat melalui

Page 41: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

lisan, telegraf, telefon, surat dan lain sebagainya. Percakapan secara lisan dapat

seperti berbicara, menyanyi, bersiul dan sebagainya.

Norm of interaction and interpretation yaitu yang menunjuk kepada norma

perilaku peserta percakapan yang termasuk didalamnya adalah semua kaidah yang

mempunyai peristiwa yang bersifat memerintah. Misalnya bagaimana cara

berinterupsi, bertanya, berbicara yang sopan dan sebagainya.

Genres yaitu yang menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang

digunakan. Misalnya jenis penyampaiannya berupa puisi, narasi, dos dan

sebagainya.

Kedelapan unsur yang oleh Dell Hymes diakronimkan menjadi

SPEAKING itu, dalam formulasi lain dapat dikatakan dalam berkomunikasi lewat

bahasa harus diperhatikan faktor-faktor siapa lawan atau mitra bicara kita, tentang

topiknya apa, situasinya bagaimana, tujuannya apa, jalurnya apa (lisan atau

tulisan), dan ragam bahasa yang digunakan yang mana

Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan sebagian analisis

SPEAKING yaitu setting dan scene untuk mengacu pada situasi tempat dan

waktu, atau psikologis pembicaraan. Participant yaitu pihak-pihak yang terlibat

dalam tuturan, Ends yaitu hasil dari percakapan dan Act Sequences yaitu hal yang

menunjuk pada bentuk isi percakapan.

I. Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta

Pasar adalah pranata yang mengatur komunikasi dan interaksi antara

penjual dan pembeli yang bertujuan untuk mengadakan transaksi-transaksi

pertukaran benda dan jasa, dan tempat hasil transaksi dapat disampaikan pada

Page 42: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

waktu yang akan datang berdasarkan harga yang telah ditentukan

(Koentjoroningrat dalam Saputra 2010: 16).

Sedangkan menurut Wiryomartono, diungkap bahwa peken(pasar) di Jawa

merupakan kegiatan rutin dimana aktivitas sosial ekonomi terjadi dan

berkembang. Pasar di dalam kehidupan urban Jawa menjadi melting

potmasyarakat sekitarnya untuk menukar, menjualbelikan produksi pertanian

maupun industri rumah tangga. Isi dari pasar diperkaya oleh kesempatan-

kesempatan atraksi yang bersifat rekreatif sebagai selingan kegiatan rutin,

kesempatan bertemu pada hari pasaran merupakan tujuan yang lebuh penting

daripada kegiatan ekonomi semata (dalam Ana dan Aliyah, 2007: 14).

Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta Terletak di Jalan Sabang Pasar

Legi, atau lebih tepatnya di arah timur Stasiun Solo Balapan, dari Stasiun hanya

berjarak 500 meter. Pasar ini berdiri sejak tahun 1979 atau disaat Pasar Legi

sedang direnovasi, para pedagang banyak yang membuka kios di Jalan Sabang,

yang letaknya tidak jauh dari Pasar Legi, atau tepatnya berada di sebelah utara

Pasar Legi.

Dinamakan Elpabes karena Pasar ini dahulu menjadi pusat penjualan

Elektronik, Pakaian dan barang Bekas yang disingkat menjadi ELPABES. Pasar

Elpabes di Era Pemerintahan Joko Widodo dan FX Hadi Rudyatmo diubah

namanya menjadi Pasar Proliman Balapan Surakarta. Pasar ini tidak direlokasi ke

Pasar Klitikan Notoharjo karena telah bersertifikat resmi.

Berdasarkarkan pengamatan dilapangan saat penelitian dilaksanakan, ada

beberapa jenis barang dagangan, misalnya: pakaian, sepatu, keperluan olah raga,

onderdil-onderdil sepeda motor, dan jenis barang lain yang di jual oleh sebagian

Page 43: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

kecil pedagang yaitu alat-alat pertanian, alat-alat perbengkelan, bahkan

diantaranya termasuk gerobak seperti “hik”.

Pedagang di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta berasal dari

masyarakat sekitar Pasar,dan para pendatang. Sedangkan pembelinya berasal dari

berbagai macam profesi dan status sosial, seperti PNS, mahasiswa, kolektor

barang antik dan masyarakat biasa dikarenakan harga yang murah walaupun

dengan kualitas bekas.

Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta merupakan bagian dari pasar

tradisional yaitu sebagai tempat bertemunya para pelaku pasar dari berbagai

wilayah di sekitar Solo, Boyolali, Sukoharjo, dan Karanganyar sehingga terdapat

interaksi bahasa yang beragam dari pelaku pasar.

Page 44: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

J. Kerangka Berpikir

Kegiatan jual beli di Pasar Elpabes Proliman Balapan

Surakarta

Peristiwa komunikasi lisan antar pedagang

dengan pedagang maupun dengan pembeli

Kode bahasa Jawa.

Bentuk alih kode dan

campur kode di Pasar

Elpabe Proliman

Balapan Surakarta

Fungsi alih kode dan

campur kode di Pasar

Elpabes proliman

Balapan Surakarta

Faktor yang

melatarbelakangi

pemakaian alih kode

dan campur kode di

Pasar Elpabes

Proliman Balapan

Surakarta.

Page 45: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode dalam penelitian linguistik adalah bagian dari rencana kerja

berdasarkan ancangan tertentu. Dengan demikian rencana kerja tersebut

merupakan kerangka berfikir atau metode sekaligus teknik penelitian. Istilah

teknik dapat diartikan sebagai langkah dalam kegiatan yang terdapat pada

kerangka strategi kerja tertentu. Secara lebih khusus teknik itu adalah

pengumpulan data dan teknik analisis data (Edi Subroto, 1992: 32).

Metode penelitian ini meliputi hal-hal berikut ini : (A) jenis penelitian, (B)

lokasi penelitian, (C) data dan sumber data, (D) alat penelitian, (E) populasi dan

sampel, (F) metode pengumpulan data, (G) metode analisis data, (H) penyajian

hasil analisis data

A. Jenis Penelitian

Penelitian alih kode dan campur kode bahasa Jawa di Pasar Elpabes

Proliman Balapan Surakarta bersifat deskriptif kualitatif.

Deskriptif kualitatif yaitu pemerian data yang berupa kata-kata dan bukan

angka-angka, yang berusaha memberikan dan menjelaskan berbagai segi

kebahasaan yang muncul sebagai fenomena penelitian sehingga apa yang

dihasilkan adalah paparan apa adanya (Sudaryanto, 1992: 62).

Deskriptif dalam arti penelitian yang dilakukan semata hanya berdasarkan

fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-

penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa pemerian bahasa

Page 46: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

yang biasa dikatakan sifatnya sebagai potret : paparan seperti nyatanya

(Sudaryanto, 1993: 62)

Kualitatif merupakan penelitian yang metode pengkajian atau metode

penelitian terhadap suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang

menggunakan prosedur-prosedur statistik (Edi Subroto, 1992: 5).

Oleh karena itu penelitian alih kode dan campur kode bahasa Jawa di

Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta mereduksi fenomena bahasa yang

digunakan oleh masyarakat pemakai bahasa berupa kata-kata dan bukan angka-

angka dan hasil laporannya berupa kata, frasa, kalimat dan bukan angka-angka.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta,

karena tempat tersebut masyarakatnya memiliki latar belakang ynag khas yaitu

budaya Jawa, serta masih menggunakan bahasa Jawa. Pasar Elpabes Proliman

Balapan Surakarta dipilih sebagai lokasi penelitian dengan alasan sebagai berikut :

(1) terdapat interaksi bahasa karena pasar sebagai tempat berkumpulnya orang,

(2) bahasa Jawa yang digunakan di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta

masih beragam, (3) pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta merupakan salah

satu pasar tradisional yang masih aktif di Surakarta.

C. Data dan Sumber Data

Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan oleh alam yang

harus dicari atau dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti (Edi subroto, 1992: 34).

Data dalam penelitian ini berupa data lisan. Data lisan berupa tuturan bahasa

Page 47: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Jawa. Tuturan yang dimaksud adalah: (1) yang mengandung alih kode dan campur

kode, (2) berupa kata, frasa maupun kalimat, dan (3) tuturan tersebut wajar dan

alami yang digunakan oleh masyarakat Pasar Elpabes Proliman Balapan

Surakarta. Tuturan yang diambil adalah tuturan yang mengandung alih kode dan

campur kode secara wajar dan alami.

Sumber data adalah si penghasil atau pencipta bahasa yang sekaligus tentu

saja si penghasil atau pencipta data yang dimaksud biasanya dinamakan nara

sumber (Sudaryanto, 1993: 35). Sumber data dalam penelitian ini berasal dari

informan. Informan yang dimaksud yaitu pedagang dan pembeli yang terpilih.

Kriteria informan yang terpilih yaitu, (1) pedagang dan pembeli, (2) penutur

bahasa Jawa, (3) tidak memiliki cacat fisik pada alat ucapnya.

D. Alat Penelitian

Alat penelitian ini meliputi alat utama dan alat bantu. Alat utama dalam

penelitian ini adalah penutur di Pasar Elpabes Proliman Balapn Surakarta dan

penutur itu sendiri. Dinamakan utama karena alat tersebut yang paling dominan

dalam penelitian khususnya dalam pencarian data, adapun alat bantu dalam

penelitian ino berupa: alat perekam, tape recorder, alat tulis, buku saku, komputer

dan printer, flasdisk, kertas serta buku tulis.

E. Populasi dan Sampel

Populasi adalah objek penelitian (Edi Subroto. 1992: 32). Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah semua tuturan di Pasar Elpabes Proliman Balapn

Surakarta yang terdapat pada sumber data.

Page 48: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian

langsung. Sampel hendaknya mewakili atau dianggap mewakili populasi secara

keseluruhn (Edi Subroto, 1992: 32). Pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel secara

selektif dan benar-benar memenuhi kepentingan dan tujuan penelitian berdasarkan

data yang ada. Sampel dalam penelitian ini adalah tuturan yang mengandung alih

kode dan campur kode yang dapat mewakili populasi.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode merupakan cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan

menjelaskan suatu fenomena (Harimurti Kridalaksana, 2008: 153). Metode

pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak

(pengamatan/observasi). Metode simak adalah metode pengumpulan data dengan

menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 133). Teknik dasar yang

dipakai adalah teknik sadap. Penelitian ini dilakukan dengan penyimakan yang

dilanjutkan dengan menyadap pemakaian bahasa dari informan, sedangkan teknik

lanjutannya yaitu teknik simak bebas libat cakap (SBLC). Teknik simak libat-libat

cakap (SLC), rekam dan catat.

Teknik simak bebas libat cakap (SBLC) adalah teknik yang digunakan

untuk memperoleh data dengan hanya berperan sebagai pengamat penggunaan

bahasa informan. Peneliti tidak ikut campur dalam pembicaraan baik sebagai

pembicara maupun lawan bicara, baik secara bergantian maupun tidak. Peneliti

hanya menyimak pembicaraan dari informan yang dipilih.

Page 49: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Teknik simak libat-libat cakap (SLC) adalah teknik yang digunakan

untuk memperoleh data dengan cara peneliti melakukan penyadapan dengan cara

berpartisipasi dalam pembicaraan sambil menyimak pembicaraan informan.

Peneliti terlibat langsung dalam pembicaraan dan itu menentukan pembentukan

dan pemunculan data.

Teknik rekam yaitu merekam pemakaian bahasa lesan yang bersifat

spontan, kegiatan merekam ini cenderung dilakukan tanpa sepengetahuan penutur

sumber data atau pembicara (Sudaryanto, 1993: 135). Teknik rekam ini dilakukan

bersamaan dengan teknik SLBC dan SLC yang digunakan untuk mengabadikan

data. Rekaman data yang sudah terkumpul dalam bentuk data tulis dan

siklasifikasikan untuk dianalisis.

Teknik catat dilakukan dengan mencatat data kebahsaan atau istilah-

istilah yang relevan sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian. Teknik catat

dalam penelitian ini adalah mencatat penggunaan bahasa atau transkripsi

penggunaan bahasa lisan menjadi bahasa tulis yang sesuai dengan kenyataan.

G. Metode dan Teknik Analisis Data

Peneliti melakukan beberapa tahapan setelah pengumpulan data, yaitu

tahap seleksi data (pemilihan data), tahap klasifikasi data (pemilahan data), dan

tahap analisis data. Peneliti menggunakan metode agih dan padan dalam

menganalisis data. Setelah data di klasifikasi. yaitu memilah-milah data

berdasarkan bentuk, fungsi dan faktor yang melatarbelakangi alih kode dan

campur kode bahasa Jawa. Baru dianalisis sesuai permasalahnnya. Analisis data

dilakukan dengan memberikan penjelasan mengenai bentuk, faktor yang

Page 50: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

melatarbelakangi serta fungsi alih kode dan campur kode bahasa Jawa di Pasar

Elpabes proliman Balapan Surakarta.

Metode yang dipakai untuk menganalisis data penelitian ini adalah metode

agih dan padan. Metode agih adalah metode analisis data yang alat penentunya

berasal dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 15). Metode agih

dalam penelititan ini menggunakan teknik dasar BUL (Bagi Unsur Langsung).

Teknik ini digunakan untuk membagi satuan lingual data, menjadi unsur-unsur

yang bersangkutan dengan membentuk satuan lingual. Metode agih dengan teknik

dasar BUL hanya diterapkan untuk mengetahui bentuk campur kode dan alih

kode.

Metode padan adalah metode analisis data yang alat penentunya berasal

dari luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang

bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 13).Metode padan alat penentunya referensial

dengan kenyataan yang ditunjuk bahasa (benda, barang, objek, tindakan,

peristiwa, perbuatan, derajat, sifat, kualitas dan lain-lain) dan benar-benar diluar

bahasa terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa (Sudaryanto, 1992: 55).

Metode padan digunakan untuk menganalisis fungsi dan latar belakang

penggunaan bahasa Jawa dengan memperhatikan konteks sosial antar penutur dan

mitra tutur berdasarkan waktu dan tempat terjadinya peristiwa tutur. teknik dasar

dari metode padan adalah teknik pilah unsur tertentu (PUP), sedangkan alatnya

ialah daya pilah yang ersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya. Teknik ini

digunakan untuk mengetahui fungsi alih kode dan campur kode bahasa Jawa,

dengan faktor yang melatarbelakangi peristiwa alih kode dan campur kode di

Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta.

Page 51: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Berikut ini contoh penggunaan alih kode di Pasar Elpabes Proliman

Balapan Surakarta yang dianalisis dengan metode agih dan metode padan.

Data 2

Penjual (O1) : “Dereng angsal, swantenipun sae lhe”

‘Belum dapat, suaranya bagus lho’

Pembeli (O2) : “Nggih sampun”

‘Ya sudah’

Pembeli (O3) : “Hla regane sakmana, ra iso kurang?”

‘Lha harganya segitu, tidak bisa kurang?’

Penjual (O2) : “Wah, pas banget kuwi, tukuku wis larang ”

‘Wah, pas banget itu, saya belinya sudah mahal’

Penerapan analisis peristiwa tutur menurut Hymes dapat menjawab

mengenai bentuk, faktor penyebab dan fungsi alih kode bahasa Jawa data di atas

adalah sebagai berikut.

Peristiwa tutur terjadi di salah satu kios elektronik di Pasar Elpabes

Proliman Balapan Surakarta. waktu berlangsungnya peristiwa tutur diatas pada

tanggal 25 April 2011. Tuturan dilakukan oleh dua orang pembeli dan satu orang

pedagang. Pembeli sedang melakukan tawar menawar speaker aktif dengan

pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah dialog, dalam tuturan terdapat alih kode

intern. Alih kode terjadi dari bahasa Jawa ragam krama yaitu dereng angsal,

swantenipun sae lhe dan nggih sampunke dalam bahasa Jawa ragam ngoko yaitu

hla regane sakmana, ra iso kurang dan wah, pas banget kuwi, tukuku wis larang.

Page 52: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Tujuan atau fungsi alih kode diatas adalah penutur ketiga (O3) bermaksud

mempertegas maksud dari penutur kedua bahwa (O2) menawar barang yang

dimiliki oleh penutur (O1).

Faktor yang melatarbelakangi penggunaan alih kode adalah hadirnya

penutur ketiga (O3). Pada tuturan diatas penutur pertama (O1) beralih kode

bahasa karena penutur ketiga (O3) untuk netralisasi sekaligus untuk menyesuaikan

penggunaan bahasa dengan tuturan dari (O3) tersebut.

Tujuan atau fungsi alih kode diatas adalah penutur ketiga (O3) bermaksud

mempertegas maksud dari penutur kedua bahwa (O2) menawar barang yang

dimiliki oleh penutur (O1).

Berikut ini contoh penggunaan campur kode di Pasar Elpabes Proliman

Balapan Surakarta yang dianalisis sesuai dengan metode agih dan padan.

Data 3

Pedagang (O1) : “Wong dadi bendahara kok ra tau ngerti laporan

keuangan mingguan.”

‘Sudah jadi bendahara kok tidak pernah tahu laporan

keuangan mingguan’.

Data (4) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di kantor pasar Elpabes

Proliman Balapan Surakarta pada tanggal 25 April 2011. Tuturan dilakukan oleh

salah seorang pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode berupa penyisipan kata dan frasa dalam bahasa

Indonesia yaitu dalam bentuk kata yaitu bendahara dan dalam bentuk klausa

laporan keuangan mingguan berada dalam satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam

Page 53: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

ngoko taitu wong dadi bendahara kok ra tau ngerti laporan keuangan

mingguan.

Tujuan atau fungsi campur kode tersebut adalah identifikasi peranan atau

peran sosial penutur sebagai pegawai kantor pasar yang memiliki hak untuk

mengetahui laporan keuangan mingguan di Pasar Elpabes Proliman Balapan

Surakarta.

Faktor yang melatarbelakangi campur kode pada data (4) adalah keinginan

untuk mengetahui tentang laporan keuangan mingguan di Pasar Elpabes

Surakarta.

Tujuan atau fungsi campur kode tersebut adalah identifikasi peranan atau

peran sosial penutur sebagai pegawai kantor pasar yang memiliki hak untuk

mengetahui laporan keuangan mingguan di Pasar Elpabes Proliman Balapan

Surakarta.

Dari contoh diatas diketahui bahwa penelitian ini menggunakan metode

agih dan padan sebagai metode analisis data. Metode agih hanya digunakan untuk

mencari bentuk alih kode, dengan menggunakan teknik dasar BUL (Bagi Unsur

Langsung). Metode padan menggunakan teknik dasar pilah unsur tertentu (PUP)

dan teknik lanjutannya adalah metode padan dengan alat penentu referensial yang

menggunakan komponen tutur yang diberi akronim SPEAKING menurut Hymes.

Analisis SPEAKING dilakukan kesatuan menyeluruh bukan satu persatu. Metode

padan digunakan untuk menjawab semua permasalahan dari segi bentuk, fungsi

dan faktor yang melatarbelakangi alih kode dan campur kode bahasa Jawa di

Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta.

Page 54: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

H. Penyajian Hasil Analisis Data

Metode penyajian hasil analisis data pada penelitian ini adalah metode

deskriptif, formal, dan informal.

Hasil dari analisis data disajikan dalam bentuk kaidah-kaidah yang

berkaitan dengan pemakaian alih kode dan campur kode bahasa Jawa di Pasar

Elpabes Proliman Balapan Surakarta yang berupa kalimat-kalimat yang kemudian

dilengkapi dengan pemerian yang lebih rinci.

Metode penyajian hasil analisis data pada penelitian ini adalah metode

deskriptif, formal, dan informal. Istilah deskriptif itu menyarankan bahwa

penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta-fakta yang

ada atau fenomena-fenomena yang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya

(Sudaryanto, 1992: 62). Penelitian ini cocok menggunakan penyajian hasil analisis

data metode deskriptif karena penelitian ini berdasarkan fakta-fakta yang hidup

pada penuturnya.

Metode penyajian internal adalah perumusan dengan kata-kata biasa,

walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya (Sudaryanto, 1993: 145).

Dengan kata lain metode ini menggunakan kata-kata sederhana agar mudah

dipahami. Analisis metode informal dalam penelitian ini agar dapat

mempermudah pemahaman terhadap setiap hasil penelitian.

Metode penyajian data formal adalah perumusan dengan tanda dan

lambang-lambang. Khusus mengenai penggunaan tanda dan lambang dalam

metode penyajian formal itu dapat disebut teknik dasar (Sudaryanto, 1993: 145).

Page 55: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

BAB IV

HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab IV membahas mengenai tiga hal yaitu bentuk, fungsi dan faktor yang

melatarbelakangi pemakaian alih kode dan campur kode. Ketiganya ditulis

berdasarkan pemakaian. Pertama, pengklasifikasian bentuk, mengenai fungsi

pemakaian dan faktor yang melatarbelakangi alih kode bahasa Jawa, kedua

pengklasifikasian bentuk, mengenai fungsi pemakaian dan faktor yang

melatarbelakangi campur kode bahasa Jawa di Pasar Elpabes Proliman Balapan

Surakarta.

A. Bentuk, Fungsi, dan Faktor yang Melatarbelakangi Pemakaian Alih

Kode di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta

1. Bentuk Alih Kode Menurut Bahasa Pembentuknya

Alih Kode yang terdapat di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta

dapat dibedakan menurut bahasa pembentuknya menjadi 3 macam yaitu (1) alih

kode dari bahasa Jawa ragam ngoko ke dalam bahasa Indonesia, (2) alih kode

bahasa Jawa ragam krama ke dalam bahasa Indonesia, (3) alih kode dari bahasa

Jawa ragam ngoko ke dalam bahasa Jawa ragam krama.. Berikut ini bentuk

pemakaian alih kode bahasa Jawa di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta.

Page 56: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

a. Alih Kode dari Bahasa Jawa Ragam Ngoko ke dalam Bahasa Indonesia

Data 4

O1 : “…Modal karo sok-sok sing dibangkeli ora etuk dagangan,

mulih nganggur. Jadi, berharap dari orang-orang yang keliling

dari kampung ke kampung…”

„…Biaya dan kadang-kadang yang dipesan tidak dapat dagangan,

pulang tidak bekerja. Jadi, berharap dari orang-orang yang

keliling dari kampung ke kampung…‟

Data (4) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang barang bekas di pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang barang bekas.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dari tuturan tersebut terdapat alih

kode intern. Terjadi peralihan tuturan atau alih kode dari bahasa Jawa ragam

ngoko ke dalam bahasa Indonesia. Alih kode terjadi pada peralihan tuturan dari

bahasa Jawa ragam ngoko yaitu modal karo sok-sok sing dibangkeli ora etuk

dagangan, mulih nganggur.Beralih ke dalam bahasa Indonesia yaitu Jadi,

berharap dari orang-orang yang keliling dari kampung ke kampung.

Data 5

O1 :“…Ya jenenge manungsa enek sing ngajeni enek sing ora.

Masalah kendala itu saling menjatuhkan harga…”

„…Ya namanya manusia ada yang menghargai ada yang tidak.

Masalah kendala itu saling menjatuhkan harga…‟

Page 57: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Data (5) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios di pasar

Elpabes Proliman Balapan Surakarta tanggal 28 Agustus 2012. Tuturan dilakukan

oleh pedagang pasar.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dari tuturan tersebut terdapat alih

kode intern. Terjadi peralihan tuturan atau alih kode dari bahasa Jawa ragam

ngoko ke dalam bahasa Indonesia. Alih kode terjadi pada peralihan tuturan dari

bahasa Jawa ragam ngoko yaitu ya jenenge manungsa enek sing ngajeni enek sing

ora. Beralih ke dalam bahasa Indonesia yaitu Masalah kendala itu saling

menjatuhkan harga.

b. Alih Kode dari Bahasa Jawa Ragam Krama ke dalam Bahasa Indonesia

Data 6

O1 : “Niki napa ajeng wonten relokasi napa mboten?

„Ini apa mau ada relokasi apa tidak?

O2 : “… Kurang tahu, kita itu dari pedagang belum dapat informasi

konkrit dari pasar, Pemkot, dari pengurus pasar kita belum

tahu, nanti kalau sudah ada rapat baru kita tahu, kita

menyimpulkan…”

„Kurang tahu, kita itu dari pedagang belum dapat informasi

konkrit dari pasar, Pemkot, dari pengurus pasar kita belum tahu,

nanti kalau sudah ada rapat baru kita tahu, kita menyimpulkan.‟

Data (6) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios barang

bekas di pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta tanggal 28 Agustus 2012.

Tuturan dilakukan oleh dua orang yaitu pengunjung pasar dan pedagang pasar.

Page 58: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Bentuk peristiwa tutur adalah dialog, dari tuturan tersebut terdapat alih

kode intern. Terjadi peralihan tuturan atau alih kode dari bahasa Jawa ragam

krama ke dalam bahasa Indonesia. Alih kode terjadi pada peralihan tuturan (O1)

dari bahasa Jawa ragam krama yaitu niki napa ajeng wonten relokasi napa

mboten? Menuju bahasa Indonesia yaitu kurang tahu, kita itu dari pedagang

belum dapat informasi konkrit dari pasar, Pemkot, dari pengurus pasar kita

belum tahu, nanti kalau sudah ada rapat baru kita tahu, kita

menyimpulkan…yang dilakukan oleh (O2).

Data 7

O1 : “Rosokanipun napa Pak wonten mriki?”

„Barang bekasnya apa Pak disini?‟

O2 : “Semua ada Mas, ada kertas, besi, plastik, semua laku mas”

„Semua ada Mas, ada kertas, besi, plastik, semua laku mas‟

O1 : “Kendalanya apa?”

„Kendalanya apa?‟

Data (7) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios barang

bekas di pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta tanggal 28 Agustus 2012.

Tuturan dilakukan oleh dua orang yaitu pengunjung pasar dan pedagang pasar.

Bentuk peristiwa tutur adalah dialog, dari tuturan tersebut terdapat alih

kode intern. Terjadi peralihan tuturan atau alih kode dari bahasa Jawa ragam

krama ke dalam bahasa Indonesia. Alih kode terjadi pada peralihan tuturan dari

bahasa Jawa ragam krama yaitu rosokanipun napa Pak wonten mriki?. Beralih ke

dalam bahasa Indonesia diawali dengan tuturan O2 yaitu semua ada Mas, ada

Page 59: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

kertas, besi, plastik, semua laku mas, kemudian O1 juga mengikuti beralih kode

ditandai dengan kendalanya apa?.

Data 8

O1 : “…O, mboten niki, anune dhewe-dhewe. Diadakan tapi tidak

diharuskan…”

„…O, tidak ini, punyanya sendiri-sendiri. Diadakan tapi tidak

diharuskan…‟

Data (8) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios di pasar

Elpabes Proliman Balapan Surakarta tanggal 28 Agustus 2012. Tuturan dilakukan

oleh pegawai koperasi pasar.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dari tuturan tersebut terdapat alih

kode intern. Terjadi peralihan tuturan atau alih kode dari bahasa Jawa ragam

krama ke dalam bahasa Indonesia. Alih kode yang dilakukan oleh (O1) terjadi

pada peralihan tuturan dari bahasa Jawa ragam krama yaitu ya O, mboten niki,

anune dhewe-dhewe. Beralih ke dalam bahasa Indonesia yaitu Diadakan tapi

tidak diharuskan.

Data 9

O1 : “Njenengan pedagang mriki?”

„Anda pedagang sini?‟

O2 : “Ya dikatakan pedagang, pedagang, dikatakan bukan ya

bukan, karena nggak menetap.”

„Ya dikatakan pedagang, pedagang, dikatakan bukan ya bukan,

karena tidak menetap‟

Page 60: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Data (9) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang angkringan di pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta tanggal 2

Agustus 2012. percakapan dilakukan oleh dua orang penutur .

Bentuk peristiwa tutur adalah dialog, dari tuturan tersebut terdapat alih

kode intern. Terjadi peralihan tuturan atau alih kode dari bahasa Jawa ragam

ngoko ke dalam bahasa Jawa ragam Krama. Alih kode terjadi pada peralihan

tuturan (O1) dari bahasa Jawa ragam krama yaitu Njenengan pedagang mriki?.

Kemudian (O1) melakukan alih kode dengan tuturan dalam bahasa Indonesia Ya

dikatakan pedagang, pedagang, dikatakan bukan ya bukan, karena nggak

menetap.

c. Alih Kode dari Bahasa Jawa Ragam Ngoko ke dalam Bahasa Jawa Ragam

Krama

Data 10

O1 : “…Arep ndandani bor. Lha nika pun dientosi…”

„…Mau memperbaiki bor. Lha itu sudah ditunggu...‟

Data (10) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios di pasar

Elpabes Proliman Balapan Surakarta tanggal 2 Agustus 2012. Tuturan dilakukan

oleh pengunjung pasar.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dari tuturan tersebut terdapat alih

kode intern. Terjadi peralihan tuturan atau alih kode dari bahasa Jawa ragam

ngoko ke dalam bahasa Jawa ragam Krama. Alih kode terjadi pada peralihan

tuturan dari bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Arep ndandani bor. Beralih ke dalam

bahasa Jawa ragam krama yaitu Lha nika pun dientosi.

Page 61: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

2. Fungsi Alih Kode

Beberapa fungsi alih kode yang ditemukan pada pemakaian bahasa jawa di

Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta adalah (1) Lebih Persuasif Membujuk

atau Menyuruh Mitra Tutur (O2), (2) Lebih Argumentatif Meyakinkan Mitra

Tutur (O2), (3) Lebih Komunikatif untuk Menjelaskan, (4) Lebih Prestis, (5)

Menimbulkan Rasa Simpatik.

a. Lebih Persuasif Membujuk atau Menyuruh Mitra Tutur (O2)

Data 11

O1 :“Sepatu kalih sandal niku. Pinten?”

„Sepatu dan sandal itu. Berapa?‟

O2 :“Dijahit mubeng, karo iki limalas”

„Dijahit meligkar, dan ini lima belas‟

O1 :“Limalas?nggih pun, dadose mbenjing enjing napa rada awan?

„Lima belas?ya sudah. Jadinya besok pagi apa agak siang?‟

O2 :“Hla isamu jam pira Mas? ya rada awan wae renea!”

„Lha bisanya jam berapa Mas? ya agak siang saja kesini!

Data (11) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kios sol sepatu di

pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta pada tanggal 28 Agustus 2012. Tuturan

dilakukan oleh pemilik kios sol sepatu dengan seorang pengguna jasa.

Bentuk peristiwa tutur adalah dialog, dari tuturan tersebut terdapat alih

kode intern. Terjadi peralihan tuturan atau alih kode dari bahasa Jawa ragam

krama ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko. Alih kode terjadi pada peralihan

tuturan (O1) dari baahaa Jawa ragam krama yaitu Limalas?nggih pun, dadose

Page 62: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

mbenjing enjing napa rada awan?. Kemudian (O2) menjawab dengan tuturan

dalam bahasa Jawa ragam ngoko Hla isamu jam pira Mas? ya rada awan wae

renea!.

Tujuan atau fungsi alih kode adalah lebih persuasif dalam upaya

membujuk dan menyuruh pembeli atau pengguna jasa sol sepatu untuk datang

pada siang hari. Itu ditunjukkan dengan tuturan Hla isamu jam pira Mas? ya rada

awan wae renea!.

b. Lebih Argumentatif Meyakinkan Mitra Tutur (O2)

Data 12

O1 :“…Nggih gedhe sakmenten niki, dadi niku modele ngeten tapi

kotak, tesih enten karete, wong kula nggarap teng tingkat telu,

niku king ngisor dha krungu kabeh, parani wong kampung. Dar

dor dar dor dikira tembakan, wong tembak-tembakan wong

mateni apa piye, wong mboten kok. Saya sudah ijin Pak RT RW,

ini sudah ada ijinnya dari POLTABES…”

„…Ya besar seperti ini, jadi itu modelnya begini tapi kotak,

masih ada karetnya, lha saya menggerjakan di lantai tiga, itu dari

bawah semua mendengar, didatangi orang kampung. Dar dor dar

dor dikira tembakan, orang tembak-tembakan orang membunuh

apa gimana, lha tidak kok. Saya sudah ijin Pak RT RW, ini sudah

ada ijinnya dari POLTABES…‟

Page 63: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Data (12) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kios reparasi mesin

pompa air di pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta pada tanggal 6 Juni 2012.

Tuturan dilakukan oleh Pengunjung pasar.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dari tuturan tersebut terdapat alih

kode intern. Terjadi peralihan tuturan atau alih kode dari bahasa Jawa ragam

krama ke dalam bahasa Indonesia. Alih kode terjadi pada peralihan tuturan (O1)

dari bahasa Jawa ragam krama yaitu Nggih gedhe sakmenten niki, dadi niku

modele ngeten tapi kotak, tesih enten karete, wong kula nggarap teng tingkat telu,

niku king ngisor dha krungu kabeh, parani wong kampung. Dar dor dar dor

dikira tembakan, wong tembak-tembakan wong mateni apa piye, wong mboten

kok. Kemudian (O1) beralih kedalam bahasa Indonesia Saya sudah ijin Pak RT

RW, ini sudah ada ijinnya dari POLTABES.

Tujuan atau fungsi alih kode adalah Lebih Argumentatif Meyakinkan

Mitra Tutur (O2) Itu ditunjukkan dengan tuturan Saya sudah ijin Pak RT RW,

ini sudah ada ijinnya dari POLTABES.

Data 13

O1 : “…Dijamin! Itu dibuktikan dengan alat ukur bisa kok, ilmu

pasti kok, posisi panas begitu itu tidak bisa enam ampere,

empat! Dingin paling empat koma atau lima koma. Pokoke

nggonaku saya suwe saya padang, yen bar diuripke kuwi redup,

ning angger digas padange ra eram-eram…”

„Dijamin! Itu dibuktikan dengan alat ukur bisa kok, ilmu pasti

kok, posisi panas begitu itu tidak bisa enam ampere, empat!

Dingin paling empat koma atau lima koma. Pokoknya punyaku

Page 64: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

semakin lama semakin terang, kalau sehabis dinyalakan itu

redup, tapi setelah digas terangnya tidak karuan.‟

Data (1 3) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang onderdil sepeda motor di pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta

pada tanggal 28 Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh salah satu pengunjung

pasar.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dari tuturan tersebut terdapat alih

kode intern. Terjadi peralihan tuturan atau alih kode dari bahasa Indonesia ke

dalam bahasa Jawa ragam ngoko. Alih kode terjadi pada peralihan tuturan (O1)

dari bahasa Indonesiayaitu Dijamin! Itu dibuktikan dengan alat ukur bisa kok,

ilmu pasti kok, posisi panas begitu itu tidak bisa enam ampere, empat! Dingin

paling empat koma atau lima koma. Kemudian (O1) beralih kedalam bahasa

Jawa ragam ngoko yaitu Pokoke nggonaku saya suwe saya padang, yen bar

diuripke kuwi redup, ning angger digas padange ra eram-eram.

Tujuan atau fungsi alih kode adalah Lebih Argumentatif Meyakinkan

Mitra Tutur (O2) Itu ditunjukkan dengan tuturan Dijamin! Itu dibuktikan

dengan alat ukur bisa kok, ilmu pasti kok, posisi panas begitu itu tidak bisa

enam ampere, empat! Dingin paling empat koma atau lima koma.

c. Lebih Komunikatif untuk Menjelaskan.

Data 14

O1 : “Umpami yen njenengan angsal dagangan disetorke teng kios

napa disade ngoten?”

Page 65: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

„Seumpama kalau anda dapat dagangan disetorkan ke kios apa

dijual beitu?‟

O2 : “Ya termasuk, tergantung dapatnya dagangan dan kriterianya,

mungkin kalau barang itu siap jual, tapi kalau barang itu

harus disortir atau di pilah, dibawa pulang dulu.”

“Ya termasuk, tergantung dapatnya dagangan dan kriterianya,

mungkin kalau barang itu siap jual, tapi kalau barang itu harus

disortir atau di pilah, dibawa pulang dulu.”

Data (14) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang barang bekas di pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta pada

tanggal 28 Agustus 2012. Percakapan dilakukan oleh pengunjung dan pedagang

pasar.

Bentuk peristiwa tutur adalah dialog, dari tuturan tersebut terdapat alih

kode intern. Terjadi peralihan tuturan atau alih kode dari bahasa Indonesia ke

dalam bahasa Jawa ragam krama. Alih kode terjadi pada peralihan tuturan (O1)

dari bahasa Jawa ragam krama yaitu Umpami yen njenengan angsal dagangan

disetorke teng kios napa disade ngoten?. Kemudian (O2) menjawab dengan

tuturan dalam bahasa Indonesia yaitu Ya termasuk, tergantung dapatnya

dagangan dan kriterianya, mungkin kalau barang itu siap jual, tapi kalau

barang itu harus disortir atau di pilah, dibawa pulang dulu.

Tujuan atau fungsi alih kode adalah Lebih Komunikatif untuk

Menjelaskan. Itu ditunjukkan dengan tuturan dari (O2) yaitu Ya termasuk,

tergantung dapatnya dagangan dan kriterianya, mungkin kalau barang itu siap

jual, tapi kalau barang itu harus disortir atau di pilah, dibawa pulang dulu.

Page 66: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

d. Lebih Prestis

Data 15

O1 : “Teng mriki napa njenengan?”

„Disini sedang apa Anda?”

O2 : “Golek dagangan Mas”

„mencari dagangan Mas‟

O1 : “Njenengan pedagang mriki?”

„Anda pedagang disini?”

O2 : “Ya dikatakan pedagang, pedagang, dikatakan bukan ya bukan,

karena tidak menetap”

„Ya dikatakan pedagang, pedagang, dikatakan bukan ya bukan,

karena tidak menetap‟

Data (15) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang barang bekas di pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta pada

tanggal 28 Agustus 2012. Percakapan dilakukan dua orang pengunjung pasar.

Bentuk peristiwa tutur adalah dialog, dari tuturan tersebut terdapat alih

kode intern. Terjadi peralihan tuturan atau alih kode dari bahasa Jawa ragam

kramake dalam bahasa Indonesia. Pada dialog data (17) diatas terdapat dua alih

kode intern pertama saat (O1) menggunakan tuturan dari bahasa Jawa ragam

krama yaitu Teng mriki napa njenengan?. (O2) menjawab dengan tuturan dalam

bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Golek dagangan Mas. Kemudian alih kode intern

kedua terjadi saat (O1) menggunakan bahasa Jawa ragam krama yaitu Njenengan

Page 67: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

pedagang mriki? Dan (O2) menjawab dengan tuturan yaitu Ya dikatakan

pedagang, pedagang, dikatakan bukan ya bukan, karena tidak menetap.

Tujuan atau fungsi alih kode adalah Lebih Prestis atau gengsi karena

faktor sosio-situasional tidak mengharuskan penutur untuk beralih kode. Pada saat

itu (O2) ingin menjawab pertanyaan (O1) yang sebenarnya bisa menggunakan

bahasa Jawa ragam ngoko atau ragam krama namun pada saat itu karena sedikit

gengsi maka menggunakan bahasa Indonesia. Itu ditunjukkan dengan tuturan dari

(O2) yaitu Ya dikatakan pedagang, pedagang, dikatakan bukan ya bukan,

karena tidak menetap.

e. Menimbulkan Rasa Simpatik

Data 16

O1 : “Ingkang mendhet?”

„Yang mencari?‟

O2 : “Yang cari kan orang dari daerah Gemolong semuanya Mas,

nanti kan kalau transportasinya sulit kan kasihan, dari sini

naik turun langsung didepan.”

„Yang cari kan orang dari daerah Gemolong semuanya Mas,

nanti kan kalau transportasinya sulit kan kasihan, dari sini naik

turun langsung didepan.‟

Data (16) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang barang bekas di pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta pada

tanggal 28 Agustus 2012. Percakapan dilakukan oleh pedagang dan pengunjung

pasar.

Page 68: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Bentuk peristiwa tutur adalah dialog, dari tuturan tersebut terdapat alih

kode intern. Terjadi peralihan tuturan atau alih kode dari bahasa Jawa ragam

krama ke dalam bahasa Indonesia. Alih kode terjadi pada peralihan tuturan (O1)

dari bahasa Jawa ragam krama yaitu Ingkang mendhet?. Kemudian (O2)

menjawab dengan tuturan dalam bahasa Indonesia yaitu Yang cari kan orang dari

daerah Gemolong semuanya Mas, nanti kan kalau transportasinya sulit kan

kasihan, dari sini naik turun langsung didepan

Tujuan atau fungsi alih kode adalah untuk menimbulkan rasa simpatik

terhadap para pemasok barang bekas yang kebanyakan berasal dari daerah

Gemolong. Itu ditunjukkan dengan tuturan dari (O2) yaitu Yang cari kan orang

dari daerah Gemolong semuanya Mas, nanti kan kalau transportasinya sulit

kan kasihan, dari sini naik turun langsung didepan.

3. Faktor yang Melatarbelakangi Pemakaian Alih Kode

Berikut ini beberapa faktor yang melatarbelakangi Pemakaian alih kode di

Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, menurut sosio-situasional. Faktor

situasional yang ditemukan di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta adalah

(1) penutur (O1), (2) pokok pembicaraan, (3) Untuk Membangkitkan Rasa

Humor, (4) Untuk Sekedar Bergengsi.

Page 69: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

a. Penutur (O1)

Data 17

O1 : “…Modal karo sok-sok sing dibangkeli ora etuk dagangan,

mulih nganggur. Jadi, berharap dari orang-orang yang keliling

dari kampung ke kampung…”

„Biaya dan kadang-kadang yang dipesan tidak dapat dagangan,

pulang tidak bekerja. Jadi, berharap dari orang-orang yang

keliling dari kampung ke kampung.‟

Data (17) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios di pasar

Elpabes Proliman Balapan Surakarta tanggal 28 Agustus 2012. Tuturan dilakukan

oleh pedagang barang bekas.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dari tuturan tersebut terdapat alih

kode intern. Terjadi peralihan tuturan atau alih kode dari bahasa Jawa ragam

ngoko ke dalam bahasa Indonesia. Alih kode terjadi pada peralihan tuturan dari

bahasa Jawa ragam ngoko yaitu modal karo sok-sok sing dibangkeli ora etuk

dagangan, mulih nganggur. Beralih ke dalam bahasa Indonesia yaitu Jadi,

berharap dari orang-orang yang keliling dari kampung ke kampung.

Faktor yang melatarbelakangi alih kode dalam data (17) adalah faktor

penutur (O1). Dibuktikan dengan (O1) yaitu seorang pedagang barang bekas yang

dengan sadar beralih kode dari bahasa Jawa ragam ngoko kedalam bahasa

Indonesia, dikarenakan ingin mengubah situasi yaitu dari situasi tidak resmi ke

situasi resmi.

Page 70: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Data 18

O1 : “…Ya jenenge manungsa enek sing ngajeni enek sing ora.

Masalah kendala itu saling menjatuhkan harga…”

„Ya namanya manusia ada yang menghargai ada yang tidak.

Masalah kendala itu saling menjatuhkan harga.‟

Data (18) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios di pasar

Elpabes Proliman Balapan Surakarta tanggal 28 Agustus 2012. Tuturan dilakukan

oleh pedagang pasar.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dari tuturan tersebut terdapat alih

kode intern. Terjadi peralihan tuturan atau alih kode dari bahasa Jawa ragam

ngoko ke dalam bahasa Indonesia. Alih kode terjadi pada peralihan tuturan dari

bahasa Jawa ragam ngoko yaitu ya jenenge manungsa enek sing ngajeni enek sing

ora. Beralih ke dalam bahasa Indonesia yaitu Masalah kendala itu saling

menjatuhkan harga.

Faktor yang melatarbelakangi alih kode dalam data (18) adalah faktor

penutur (O1). Dibuktikan dengan (O1) yaitu seorang pedagang yang dengan sadar

melakukan alih kode dari bahasa Jawa ragam ngoko kedalam bahasa Indonesia,

dikarenakan ingin mengubah situasi yaitu dari situasi tidak resmi ke situasi resmi.

Data 19

O1 : “…Dijamin! Itu dibuktikan dengan alat ukur bisa kok, ilmu

pasti kok, posisi panas begitu itu tidak bisa enam ampere,

empat! Dingin paling empat koma atau lima koma. Pokoke

nggonaku saya suwe saya padang, yen bar diuripke kuwi redup,

ning angger digas padange ra eram-eram…”

Page 71: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

„Dijamin! Itu dibuktikan dengan alat ukur bisa kok, ilmu pasti

kok, posisi panas begitu itu tidak bisa enam ampere, empat!

Dingin paling empat koma atau lima koma. Pokoknya punyaku

semakin lama semakin terang, kalau sehabis dinyalakan itu

redup, tapi setelah digas terangnya tidak karuan.‟

Data (19) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang onderdil sepeda motor di pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta

pada tanggal 28 Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh salah satu pengunjung

pasar.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dari tuturan tersebut terdapat alih

kode intern. Terjadi peralihan tuturan atau alih kode dari bahasa Indonesia ke

dalam bahasa Jawa ragam ngoko. Alih kode terjadi pada peralihan tuturan (O1)

dari bahasa Indonesia yaitu Dijamin! Itu dibuktikan dengan alat ukur bisa kok,

ilmu pasti kok, posisi panas begitu itu tidak bisa enam ampere, empat! Dingin

paling empat koma atau lima koma. Kemudian (O1) beralih kedalam bahasa

Jawa ragam ngoko yaitu Pokoke nggonaku saya suwe saya padang, yen bar

diuripke kuwi redup, ning angger digas padange ra eram-eram.

Faktor yang melatarbelakangi alih kode dalam data (19) adalah faktor

penutur (O1). Dibuktikan dengan (O1) yaitu seorang pengunjung yang dengan

sadar melakukan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa ragam ngoko,

dikarenakan ingin mengubah situasi yaitu dari situasi resmi ke situasi tidak resmi

Page 72: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

b. Pokok Pembicaraan

Data 20

O1 : “…Nggih gedhe sakmenten niki, dadi niku modele ngeten tapi

kotak, tesih enten karete, wong kula nggarap teng tingkat telu,

niku king ngisor dha krungu kabeh, parani wong kampung. Dar

dor dar dor dikira tembakan, wong tembak-tembakan wong

mateni apa piye, wong mboten kok. Saya sudah ijin Pak RT RW,

ini sudah ada ijinnya dari POLTABES…”

„Ya besar seperti ini, jadi itu modelnya begini tapi kotak, masih

ada karetnya, lha saya menggerjakan di lantai tiga, itu dari bawah

semua mendengar, didatangi orang kampung. Dar dor dar dor

dikira tembakan, orang tembak-tembakan orang membunuh apa

gimana, lha tidak kok. Saya sudah ijin Pak RT RW, ini sudah ada

ijinnya dari POLTABES‟

Data (20) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kios reparasi mesin

pompa air di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta pada tanggal 6 Juni

2012. Tuturan dilakukan oleh Pengunjung pasar.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dari tuturan tersebut terdapat alih

kode intern. Terjadi peralihan tuturan atau alih kode dari bahasa Jawa ragam

krama ke dalam bahasa Indonesia. Alih kode terjadi pada peralihan tuturan (O1)

dari bahasa Jawa ragam krama yaitu Nggih gedhe sakmenten niki, dadi niku

modele ngeten tapi kotak, tesih enten karete, wong kula nggarap teng tingkat telu,

niku king ngisor dha krungu kabeh, parani wong kampung. Dar dor dar dor

dikira tembakan, wong tembak-tembakan wong mateni apa piye, wong mboten

Page 73: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

kok. Kemudian (O1) beralih kedalam bahasa Indonesia Saya sudah ijin Pak RT

RW, ini sudah ada ijinnya dari POLTABES.

Faktor yang melatarbelakangi alih kode dalam data (20) adalah pokok

pembicaraan. Sebelumnya tuturan (O1) mengenai kegiatan yang mencurigakan

menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko, dan untuk meyakinkan bahwa kegiatan

itu tidak membahayakan (O1) beralih menggunakan bahasa Indonesia.

Data 21

O1 : “…Ya jenenge manungsa enek sing ngajeni enek sing ora.

Masalah kendala itu saling menjatuhkan harga…”

„…Ya namanya manusia ada yang menghargai ada yang tidak.

Masalah kendala itu saling menjatuhkan harga.‟

Data (21) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios di pasar

Elpabes Proliman Balapan Surakarta tanggal 28 Agustus 2012. Tuturan dilakukan

oleh pedagang pasar.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dari tuturan tersebut terdapat alih

kode intern. Terjadi peralihan tuturan atau alih kode dari bahasa Jawa ragam

ngoko ke dalam bahasa Indonesia. Alih kode terjadi pada peralihan tuturan dari

bahasa Jawa ragam ngoko yaitu ya jenenge manungsa enek sing ngajeni enek sing

ora. Beralih ke dalam bahasa Indonesia yaitu Masalah kendala itu saling

menjatuhkan harga.

Faktor yang melatarbelakangi alih kode dalam data (21) adalah pokok

pembicaraan. Sebelumnya tuturan (O1) mengenai sifat-sifat manusia

menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko, lalu beralih kode kedalam bahasa

Page 74: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Indonesia untuk menerangkan tentang topik pembicaraan yaitu kendala yang

terjadi antar pedagang di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta.

Data 22

O1 : “…Dijamin! Itu dibuktikan dengan alat ukur bisa kok, ilmu

pasti kok, posisi panas begitu itu tidak bisa enam ampere,

empat! Dingin paling empat koma atau lima koma. Pokoke

nggonaku saya suwe saya padang, yen bar diuripke kuwi redup,

ning angger digas padange ra eram-eram…”

„Dijamin! Itu dibuktikan dengan alat ukur bisa kok, ilmu pasti

kok, posisi panas begitu itu tidak bisa enam ampere, empat!

Dingin paling empat koma atau lima koma. Pokoknya punyaku

semakin lama semakin terang, kalau sehabis dinyalakan itu

redup, tapi setelah digas terangnya tidak karuan.‟

Data (22) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang onderdil sepeda motor di pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta

pada tanggal 28 Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh salah satu pengunjung

pasar.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dari tuturan tersebut terdapat alih

kode intern. Terjadi peralihan tuturan atau alih kode dari bahasa Indonesia ke

dalam bahasa Jawa ragam ngoko. Alih kode terjadi pada peralihan tuturan (O1)

dari bahasa IndonesiayaituDijamin! Itu dibuktikan dengan alat ukur bisa kok,

ilmu pasti kok, posisi panas begitu itu tidak bisa enam ampere, empat! Dingin

paling empat koma atau lima koma. Kemudian (O1) beralih kedalam bahasa

Page 75: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Jawa ragam ngoko yaitu Pokoke nggonaku saya suwe saya padang, yen bar

diuripke kuwi redup, ning angger digas padange ra eram-eram.

Faktor yang melatarbelakangi alih kode dalam data (22) adalah pokok

pembicaraan. Sebelumnya tuturan (O1) berusaha meyakinkan bahwa bisa

membuktikan accu yang dipakainya dapat dijamin kekuatannya menggunakan

bahasa Indonesia, lalu beralih kode kedalam bahasa Jawa ragam ngoko untuk

menerangkan tentang topik pembicaraan baru yaitu pengalam pribadinya.

c. Untuk Membangkitkan Rasa Humor

Data 23

O1 : “Kancane kan dha mbengok-mbengok, nyolong neh wae ben etuk

sangu sepuluh yuta”

„temannya kan mengolok-olok, mencuri lagi saja biar dapat uang

saku sepuluh juta”

O2 : “Sing nyangoni sapa kuwi?”

„Yang memberi uang saku siapa?”

O1 : “Juragane”

„Majikannya‟

O2 : “Apik kuwi juragane. Kuwi enek ngunu cacahe sepuluh mumet

kok. Kula nggih, kula nggih, kula wau bibar nyolong.”

Data (23) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu warung

angkringan di pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta pada tanggal 5

September 2012. Tuturan dilakukan oleh pengunjung pasar.

Page 76: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Bentuk peristiwa tutur adalah dialog, dari tuturan tersebut terdapat alih

kode intern. Terjadi peralihan tuturan atau alih kode dari bahasa Indonesia ke

dalam bahasa Jawa ragam ngoko. Alih kode terjadi pada peralihan tuturan (O1)

dari bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Kancane kan dha mbengok-mbengok,

nyolong neh wae ben etuk sangu sepuluh yuta. Kemudian (O2) menjawab

kedalam bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Sing nyangoni sapa kuwi? Diteruskan

dengan tuturan (O1) Juragane. alih kode terjadi saat (O2) melakukan tuturan dari

bahasa Jawa ragam ngoko ke bahasa Jawa ragam krama Apik kuwi juragane. Kuwi

enek ngunu cacahe sepuluh mumet kok. Kula nggih, kula nggih, kula wau bibar

nyolong.

Faktor yang melatarbelakangi alih kode dalam data (23) adalah untuk

membangkitkan rasa humor. (O2) menggunakan alih kode untuk menyegarkan

suasana dikarenakan pembicaraan dengan (O1) dinilai terlalu serius dan tegang

karena (O1) merasa iri, karena temannya yang mencuri mendapat pesangon

sepuluh juta, sedangkan dia yang bekerja apa adanya tidak mendapat perhatian

khusus dari majkannya.

d. Untuk Sekedar Bergengsi

Data 24

O1 : “Njenengan pedagang mriki?”

„Anda pedagang sini?‟

O2 : “Ya dikatakan pedagang, pedagang, dikatakan bukan ya

bukan, karena nggak menetap”

Page 77: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

„Ya dikatakan pedagang, pedagang, dikatakan bukan ya bukan,

karena tidak menetap‟

Data (24) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang angkringan di pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta tanggal 2

Agustus 2012. percakapan dilakukan oleh dua orang penutur .

Bentuk peristiwa tutur adalah dialog, dari tuturan tersebut terdapat alih

kode intern. Terjadi peralihan tuturan atau alih kode dari bahasa Jawa ragam

ngoko ke dalam bahasa Jawa ragam Krama. Alih kode terjadi pada peralihan

tuturan (O1) dari bahasa Jawa ragam krama yaitu Njenengan pedagang mriki?.

Kemudian (O1) melakukan alih kode dengan tuturan dalam bahasa Indonesia Ya

dikatakan pedagang, pedagang, dikatakan bukan ya bukan, karena nggak

menetap.

Faktor yang melatarbelakangi alih kode pada data (24) adalah untuk

sekedar bergengsi. Sebenarnya (O2) bisa menjawab dengan bahasa Jawa, namun

gengsi menjawab pertanyaan lawan bicara (O1) mengenai kegiatan (O2) di pasar.

sehingga (O2) menjawab dengan bahasa Indonesia.

B. Bentuk, Fungsi, dan Faktor yang Melatarbelakangi Pemakaian

Campur Kode di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta

1. Bentuk Campur kode Menurut Struktur Kebahasaan

Campur kode yang terjadi dalam pemakaian bahasa Jawa di Pasar Elpabes

Proliman Balapan Surakartadibagi menjadi berbagai macam bentuk menurut

struktur kebahasaan yang terlibat didalamnya yaitu (1) campur kode berwujud

Page 78: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

penyisipan kata dasar, (2) campur kode berwujud penyisipan kata jadian, (3)

campur kode berwujud penyisipan frasa, (4) campur kode berwujud penyisipan

perulangan kata, (5) campur kode berwujud penyisipan baster, dan (6) campur

kode berwujud penyisipan klausa. Berikut ini analisi mengenai 6 bentuk campur

kode yang ditemukan dalam pemakaian bahasa Jawa di Pasar Elpabes Proliman

Balapan Surakarta.

a. Penyisipan Kata Dasar

Data 25

O1 : “Nek aluminium niku kekuatane ming limang tahun, saya maneh

karbon, karbon niku mung telung tahun.”

„Tapi aluminium itu kekuatannya hanya lima tahun, apalagi kalau

karbon, karbon itu tiga tahun.”

Data (25) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang sepeda di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan kata dasar berbahasa

Indonesia yaitu kata aluminium dan kata karbon, masuk kedalam satu bahasa

inti, bahasa Jawa ragam krama yaitu nek aluminium niku kekuatane ming limang

tahun, saya maneh karbon, karbon niku mung telung tahun.

Data 26

O1 : “Nggih mboten ngerti pokoke kendala kula nggih modal.”

„Ya tidak tahu pokoknya kendala saya ya modal.‟

Page 79: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Data (26) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang barang bekas di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan kata dasar berbahasa

indonesia yaitu kata kendala, masuk kedalam satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam

krama yaitu nggih mboten ngerti pokoke kendala kula nggih modal.

Data 27

O1 : “Mbangkel pedagang sing keliling kampung, terus didol neng lapak.”

„Pesan pedagang yang keliling kampung, lalu dijual di lapak.‟

Data (27) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang barang di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan kata dasar berbahasa

indonesia yaitu kata keliling, masuk kedalam satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam

ngoko yaitu mbangkel pedagang sing keliling kampung, terus didol neng lapak.

Data 28

O1 : “Niki dua puluhan mas.”

„Ini dua puluhan mas.‟

Data (28) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang kaos olahraga di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Page 80: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan kata dasar berbahasa

Jawa ragam krama yaitu kata niki, masuk kedalam satu bahasa inti, bahasa

indonesiayaitu niki dua puluhan mas.

b. Penyisipan Kata Jadian

Data 29

O1 : “Ora nuh gari masang kok kok, nannging nganggo speedometer.”

„Tidak, tinggal memasang kok, tapi memakai speedometer.‟

Data (29) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios bengkel

sepeda motor di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28 Agustus

2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode ekstern. Campur kode ekstern terjadi dengan penyisipan kata jadian

berbahasa Inggris yaitu kata speedometer yang berasal dari kata dasar speed

„cepat‟ dan meter „ukuran‟ masuk kedalam satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam

ngoko yaitu ora nuh gari masang kok kok, nannging nganggo speedometer.

Data 30

O1 : “Ning ya dit setan dipangan dhemit, buktine dheweke dhuwe

omah didol, saiki aja ndelok sepuluh yutane, ning dheweke isa

bertahan pirang tahun? “

„Tapi ya uang setan dimakan iblis, buktinya dia punya rumah

dijual, sekarang jangan melihat sepuluh jutanya, tapi dia bisa

bertahan berapa tahun?‟

Page 81: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Data (30) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu warung

angkringan di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28 Agustus

2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan kata jadian berbahasa

Indonesia yaitu kata bertahan melalui afiksasi, terbentuk dari kata dasar „tahan‟

dengan penambahan afiks (ber-). Masuk kedalam satu bahasa inti, bahasa Jawa

ragam ngoko yaitu ning ya dit setan dipangan dhemit, buktine dheweke dhuwe

omah didol, saiki aja ndelok sepuluh yutane, ning dheweke isa bertahan pirang

tahun?

Data 31

O1 : “Retribusi perbulane limaribu, kangge keamanan kalih

kebersihan perkios.”

„Retribusi perbulannya limaribu, untuk keamanan dan kebersihan

perkios.‟

Data (31) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28 Agustus 2012.

Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan kata jadian berbahasa

Indonesia yaitu kata keamanan berasal dari kata dasar „aman‟ kemudian terjadi

afiksasi secara bersama-sama dengan awalan (ke-) dan akhiran (-an) berarti hal-

hal yang berkaitan dengan rasa aman dan kata kebersihan berasal dari kata dasar

„bersih‟ kemudian terjadi afikasi secara bersama-sama dengan awalan (ke-) dan

Page 82: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

akhiran (-an) berarti hal-hal yang berkaitan dengan bersih. Masuk kedalam satu

bahasa inti, bahasa Jawa ragam krama yaitu retribusi perbulane limaribu, kangge

keamanan kalih kebersihan perkios.

Data 32

O1 : “O, nggih perkenalan, asmane jenengan?”

„O, iya perkenalan, nama Anda?‟

Data (32) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di warung angkringan di

Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28 Agustus 2012. Tuturan

dilakukan oleh pengunjung pasar.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan kata jadian berbahasa

Indonesia yaitu kata perkenalan yang berasal dari kata dasar „kenal‟ kemudian

mendapat penambahan prefiks (per-) dan sufiks (-an)masuk kedalam satu bahasa

inti, bahasa Jawa ragam krama yaitu o, nggih perkenalan, asmane jenengan?

Data 33

O1 : “Nek sing menangani sing anyar iki jik limang tahun.”

„Kalau yang menangani yang baru ini masih lima tahun.‟

Data (33) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang barang bekas di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan kata jadian berbahasa

Indonesia yaitu kata menangani yang berasal dari kata dasar „tangan‟ mendapat

Page 83: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

prefik (me-) dan sufiks (i)masuk kedalam satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam

ngoko yaitu nek sing menangani sing anyar iki jik limang tahun.

Data 34

O1 : “Ya jenenge menungsa enek sing menghargai enek sing ora”

„Ya namanya manusia ada yang menghargai ada yang tidak‟

Data (34) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

onderdil sepeda di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28 Agustus

2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan kata jadian berbahasa

Indonesia yaitu kata menghargai yang berasal dari kata dasar „harga‟ mendapat

prefik (-me) dan sufiks (i) masuk kedalam satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam

ngoko yaitu ya jenenge menungsa enek sing menghargai enek sing ora.

Data 35

O1 : “Solusinya biasane kita menegor, lain kali sesama pedagang

kalau sudah dinyang jangan sampai kita itu melangkah lagi,…”

„Solusinya biasane kita menegor, lain kali sesama pedagang

kalau sudah dinyang jangan sampai kita itu melangkah lagi,…”

Data (35) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang barang bekas di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan kata jadian berbahasa

Jawa ragam ngoko yaitu kata dinyang yang berasal dari kata dasar nyang „tawar‟

Page 84: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

mendapat prefik (di)masuk kedalam satu bahasa inti, bahasa Indonesia yaitu

solusinya biasane kita menegor, lain kali sesama pedagang kalau sudah dinyang

jangan sampai kita itu melangkah lagi,….

Data 36

O1 : “…Lho iki ora dari pihak instansi kok, iki ka

kemahasiswaan. Lha iki mau surate iki mau.”

„…Lho ini bukan dari pihak instansi kok, ini dari

kemahasiswaan. Lha ini tadi suratnya ini tadi.‟

Data (36) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang barang bekas di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan kata jadian berbahasa

Indonesia yaitu kata kemahasiswaan yang berasal dari kata dasar „mahasiswa‟

mendapat afiksasi secara bersamaan dengan prefiks (ke-) dan sufiks (-an)berarti

hal-hal yang berkaitan dengan mahasiswa masuk kedalam satu bahasa inti, bahasa

Jawa ragam ngoko yaitu …lho iki ora dari pihak instansi kok, iki ka

kemahasiswaan. Lha iki mau surate iki mau.

Data 37

O1 : “Pripun pak, nek mengenai pasar mriki pripun?”

„Bagaimana pak, kalau mengenai pasar disini bagaimana?‟

Data (38) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Pasar Elpabes

Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28 Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh

pengunjung pasar.

Page 85: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan kata jadian berbahasa

Indonesia yaitu kata mengenai berasal dari kata dasar „kena‟mendapat prefik (me-

) dan sufiks (i) masuk kedalam satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam krama yaitu

pripun pak, nek mengenai pasar mriki pripun?

c. Penyisipan Frasa

Data 38

O1 : “…Pokoke nggonaku saya suwe saya padhang, yen bar double

starter kuwi redup, ning angger digas padhange ra eram-eram”

„.. Pokoknya punya saya semakin lama semakin terang, kalau

habis di doble starter itu redup, tapi kalau digas terangnya bukan

main‟

Data (38) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang onderdil sepeda motor di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta,

tanggal 28 Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode ekstern. Campur kode ekstern terjadi dengan penyisipan frasa berbahasa

Inggris yaitu double starter, masuk kedalam satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam

ngoko yaitu …pokoke nggonaku saya suwe saya padhang, yen bar double starter

kuwi redup, ning angger digas padhange ra eram-eram.

Data 39

O1 : “Kuwi sepuluh ewu tak tambahi siji Dhe! Nek wes pecah garanne,

lho niki pecah garanne, gunting telung ewu, kerok rambut telung

Page 86: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

ewu, alteko nyewu, mang coba etuk, jajal etuk! Kertas rambut

ngeten niki wis landepe luar biasa.”

„Itu sepuluh ribu saya tambahi satu Dhe! Kalau sudah pecah

pegangannya, lho ini sudah pecah pegangannya, gunting tiga

ribu, kerok rambut tiga ribu, alteko seribu, silahkan dicoba boleh!

Kertas rambut seperti ini tajamnya luar biasa.‟

Data (39) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di depan Pasar Elpabes

Proliman Balapan Surakarta, tanggal 27 Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh

pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan frasa berbahasa

Indonesia yaitu Luar biasa, masuk kedalam satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam

ngoko yaitu kuwi sepuluh ewu tak tambahi siji Dhe! Nek wes pecah garanne, lho

niki pecah garanne, gunting telung ewu, kerok rambut telung ewu, alteko nyewu,

mang coba etuk, jajal etuk! Kertas rambut ngeten niki wis landepe luar biasa.

Data 40

O1 : “…Lho iki ora dari pihak instansi kok, iki ka kemahasiswaan.

Lhaiki mau surate iki mau.”

„..Lho ini bukan dari pihak instansi kok, ini dari kemahasiswaan.

Lha ini tadi suratnya ini tadi.‟

Data (40) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang barang bekas di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Page 87: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan frasa berbahasa

Indonesia yaitu pihak instansi, masuk kedalam satu bahasa inti, bahasa Jawa

ragam ngoko yaitu …lho iki ora dari pihak instansi kok, iki ka kemahasiswaan.

Lha iki mau surate iki mau.

Data 41

O1 : “Mboten wani mas, empat puluh, kilakipun mawon mboten

angsal.”

„Tidak berani mas, empat puluh, kulakannya saja tidak boleh‟

Data (41) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang kaos olahraga di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan frasa berbahasa

Indonesia yaitu empat puluh, masuk kedalam satu bahasa inti, bahasa Jawa

ragam krama yaitu mboten wani mas, empat puluh, kilakipun mawon mboten

angsal.

Data 42

O1 : “Golek sound system rega murah ki lho mas.”

„Cari sound system yang harganya murah ini lho mas.‟

Data (42) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang elektronik di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pengunjung pasar.

Page 88: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode ekstern. Campur kode ekstern terjadi dengan penyisipan frasa berbahasa

Inggris yaitu sound system, masuk kedalam satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam

ngoko yaitu golek sound system rega murah ki lho mas.

d. Penyisipan Perulangan Kata

Data 43

O1 : “Pasar mriki sae mas, lancar-lancar mawon.”

„Pasar disini bagus mas, lancar-lancar saja.”

Data (43) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di depan Pasar Elpabes

Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28 Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh

penjaga parker setempat.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan kata ulang berbahasa

Indonesia yaitu lancar-lancar, masuk kedalam satu bahasa inti, bahasa Jawa

ragam krama yaitu pasar mriki sae mas, lancar-lancar mawon.

Data 44

O1 : “Niku malahan ramene nggen HP, masalahe anak-anak itu bar

etuk fitrah.”

„Itu malah yang rame ditempat HP, masalahnya anak-anak itu

habis dapat fitrah.‟

Data (44) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu warung

angkringan di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28 Agustus

2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Page 89: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan kata ulang berbahasa

Indonesia yaitu anak-anak, diikuti pronominal demonstratif itu sebagai keunikan,

kekhasan system di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, masuk kedalam

satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam krama yaitu niku malahan ramene nggen HP,

masalahe anak-anak itu bar etuk fitrah.

e. Penyisipan Baster

Data 45

O1 : “Nggih karbon niku paling larang, mula nek luar negeri nika

angger pit karbon paling dhuwur tiga kalievent pun diguwang

kok.”

„Ya karbon itu paling mahal, maka kalau diluar negeri itu sepeda

karbon paling tinggi tiga kali event sudah dibuang kok.‟

Data (45) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang sepeda di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode ekstern. Campur kode ekstern terjadi dengan penyisipan baster berbahasa

Indonesia dan berbahasa inggris yaitu tiga kali event, masuk kedalam satu bahasa

inti, bahasa Jawa ragam krama yaitu nggih karbon niku paling larang, mula nek

luar negeri nika angger pit karbon paling dhuwur tiga kalievent pun diguwang

kok.

Page 90: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Data 46

O1 : “Niki kan celana basket, lha nek ngeten niki kalih dasanan.”

„Ini kan celana basket, lha kalau seperti ini duapuluhan.‟

Data (46) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang kaos olahraga di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan baster yaitu celana

basket, masuk kedalam satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam krama yaitu niki kan

celana basket, lha nek ngeten niki kalih dasanan.

f. Penyisipan Klausa

Data 47

O1 : “Sar nangka nuh, sar nangka kuwi pelayanannya

mengecewakan, kapok aku.”

„Sar nangka dong, sar nangka itu pelayanannya mengecewakan,

kapok saya.‟

Data (47) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang onderdil sepeda motor di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta,

tanggal 28 Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pengunjung pasar.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan klausa berbahasa

Indonesia yaitu pelayanannya mengecewakan, masuk kedalam satu bahasa inti,

Page 91: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

bahasa Jawa ragam ngoko yaitu sar nangka nuh, sar nangka kuwi pelayanannya

mengecewakan, kapok aku.

Data 48

O1 : “Dados mangih untunge dari bangkelan umpama kita membeli

lima ribu jadi sepuluh ribu, terus teng mriki kendalane napa

niki?”

„Jadi nanti untungnya dari pesanan umpama kita membeli

limaribu jadi sepuluh ribu, lalu disini kendalanya apa ini?‟

Data (48) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di Pasar Elpabes

Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28 Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh

pedagang barang bekas.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan klausa berbahasa

Indonesia yaitu umpama kita membeli lima ribu jadi sepuluh ribu, masuk

kedalam satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam ngoko yaitu dados mangih untunge

dari bangkelan umpama kita membeli lima ribu jadi sepuluh ribu, terus teng

mriki kendalane napa niki?.

Data 49

O1 : “… Kecuali kalau si empunya yang menawar itu dah lepas nggak

berani baru bilang, aku wis ra wani, terusna, aku wanine mung

semene thok.”

Page 92: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

„…Kecuali kalau si empunya yang menawar itu dah lepas nggak

berani baru bilang, aku sudah tidak berani, teruskan, aku

beraninya cukup segini saja.‟

Data (49) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang barang bekas di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan klausa berbahasa Jawa

ragam ngoko yaitu aku wis ra wani, terusna, aku wanine mung semene thok,

masuk kedalam satu bahasa inti, bahasa indonesia yaitu kecuali kalau si empunya

yang menawar itu dah lepas nggak berani baru bilang, aku wis ra wani, terusna,

aku wanine mung semene thok.

Data 50

O1 : “Sampun mas, mulai tahun delapan puluh enam.”

„Sudah mas, mulai tahun delapan puluh enam.‟

Data (50) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang barang bekas di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan klausa berbahasa

Indonesia yaitu mulai tahun delapan puluh enam, masuk kedalam satu bahasa

inti, bahasa Jawa ragam krama yaitu sampun mas, mulai tahun delapan puluh

enam.

Page 93: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

2. Fungsi Campur Kode

Beberapa fungsi campur kode yang ditemukan di Pasar Elpabes Proliman

Balapan Surakarta adalah sebagai berikut (1) lebih argumentatif meyakinkan mitra

tutur (O2), (2) lebih persuasif membujuk atau menyuruh mitra tutur (O2), (3)

menegaskan maksud tertentu, (4) lebih prestis.

a. Lebih Argumentatif Meyakinkan Mitra Tutur (O2)

Data 51

O1 : “Aku mau golek rana durung ketemu kok. Hla iki ora saka pihak

instansi kok, iki saka kemahasiswaan. Lha ini tadi suratnya.”

„Saya tadi mencari kesana belum ketemu kok. Lha ini tidak dari

pihak instansi kok, ini dari kemahasiswaan. Lha iki mau surate.‟

Data (51) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang barang bekas di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan diatas terdapat

campur kode intern. Campur kode berwujud penyisipan frasa dalam bahasa

Indonesia yaitu pihak instansi dan campur kode berwujud penyisipan kata

kemahasiswaan masuk ke dalam satu kalimat dengan bahasa inti yaitu bahasa

Jawa ragam ngoko aku mau golek rana durung ketemu kok. Hla iki ora saka pihak

instansi kok, iki saka kemahasiswaan. Lha iki mau surate.

Tujuan atau fungsi campur kode adalah lebih argumentatif meyakinkan

kepada pedagang lain yang akan diwawancarai bahwa pewawancara bukan dari

pihak instansi akan tetapi dari kemahasiswaan.

Page 94: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Data 52

O1 : “Nggih mboten ngerti pokoke kendala kula nggih modal.”

„Ya tidak tahu pokoknya kendala saya ya modal.‟

Data (52) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang barang bekas di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan kata dasar berbahasa

indonesia yaitu kata kendala, masuk kedalam satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam

krama yaitu nggih mboten ngerti pokoke kendala kula nggih modal.

Tujuan atau fungsi campur kode adalah lebih argumentatif meyakinkan

kepada mitra tutur bahwa pedagang tidak mengetahui kendala pedagang lain.

Sedangkan kendala untuk pedagang tersebut (O1) adalah masalah modal.

Data 53

O1 : “Kuwi sepuluh ewu tak tambahi siji Dhe! Nek wes pecah garanne,

lho niki pecah garanne, gunting telung ewu, kerok rambut telung

ewu, alteko nyewu, mang coba etuk, jajal etuk! Kertas rambut

ngeten niki wis landepe luar biasa.”

„Itu sepuluh ribu saya tambahi satu Dhe! Kalau sudah pecah

pegangannya, lho ini sudah pecah pegangannya, gunting tiga

Page 95: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

ribu, kerok rambut tiga ribu, alteko seribu, silahkan dicoba boleh!

Kertas rambut seperti ini tajamnya luar biasa.‟

Data (53) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di depan Pasar Elpabes

Proliman Balapan Surakarta, tanggal 27 Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh

pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan frasa berbahasa

Indonesia yaitu luar biasa, masuk kedalam satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam

ngoko yaitu kuwi sepuluh ewu tak tambahi siji Dhe! Nek wes pecah garanne, lho

niki pecah garanne, gunting telung ewu, kerok rambut telung ewu, alteko nyewu,

mang coba etuk, jajal etuk! Kertas rambut ngeten niki wis landepe luar biasa.

Tujuan atau fungsi campur kode adalah lebih argumentatif meyakinkan

kepada mitra tutur bahwa alat potong yang dijual pedagang tersebut memiliki

ketajaman yang luar biasa.

b. Lebih Persuasif Menyuruh Mitra Tutur (O2)

Data 54

O1 :“Niki Mas, jaket, delapan puluhan, nek sing niki seratus dua

puluh.”

„Ini Mas, jaket, delapan puluhan, kalau yang ini seratus dua

puluh.”

Data (54) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang kaos olahraga di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Page 96: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan diatas terdapat

campur kode intern. Campur kode berwujud penyisipan kata dalam bahasa

Indonesia yaitu jaket dan campur kode berwujud penyisipan frasa delapan

puluhandan seratus dua puluh masuk ke dalam satu kalimat dengan bahasa inti

yaitu bahasa Jawa ragam krama Niki Mas, jaket, delapan puluhan, nek sing niki

seratus dua puluh.

Tujuan atau fungsi campur kode adalah lebih persuasif membujuk atau

menyuruh mitra tutur yaitu untuk membeli jaket yang harganya delapan puluh

ribu dan seratus dua puluh ribu.

Data 55

O1 : “O, nggih perkenalan, asmane jenengan?”

„O, iya perkenalan, nama Anda?‟

Data (56) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di warung angkringan di

Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28 Agustus 2012. Tuturan

dilakukan oleh pengunjung pasar.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan kata jadian berbahasa

Indonesia yaitu kata perkenalan yang berasal dari kata dasar „kenal‟ kemudian

mendapat penambahan prefiks (per-) dan sufiks (-an)masuk kedalam satu bahasa

inti, bahasa Jawa ragam krama yaitu o, nggih perkenalan, asmane jenengan?

Tujuan atau fungsi campur kode adalah lebih persuasif membujuk atau

menyuruh mitra tutur yaitu sebagai sesama pengunjung pasar untuk

memperkenalkan dirinya kepada penutur (O1).

Page 97: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

c. Menegaskan Maksud Tertentu

Data 56

O1 : “Niki kan celana basket, hla nek ngeten niki kalih dasanan.”

„Ini kan celana basket, lha kalau seperti ini dua puluhan.‟

Data (56) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang kaos olahraga di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan diatas terdapat

campur kode ekstern. Campur kode berwujud penyisipan baster yaitu celana

basket masuk ke dalam satu kalimat dengan bahasa inti yaitu Niki kan celana

basket, hla nek ngeten niki kalih dasanan.

Tujuan atau fungsi campur kode menegaskan suatu maksud tertentu yaitu

bahwa celana basket itu harganya lebih mahal dari celana biasa yang harganya

dua puluh ribuan.

Data 57

O1 : “Dados mangih untunge dari bangkelan umpama kita membeli

lima ribu jadi sepuluh ribu, terus teng mriki kendalane napa

niki?”

„Jadi nanti untungnya dari pesanan umpama kita membeli

limaribu jadi sepuluh ribu, lalu disini kendalanya apa ini?‟

Page 98: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Data (57) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di kios pedagang barang

bekas di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28 Agustus 2012.

Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur

kode intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan klausa berbahasa

Indonesia yaitu umpama kita membeli lima ribu jadi sepuluh ribu, masuk

kedalam satu bahasa inti, bahasa jawa ragam ngoko yaitu dados mangih untunge

dari bangkelan umpama kita membeli lima ribu jadi sepuluh ribu, terus teng

mriki kendalane napa niki?.

Tujuan atau fungsi campur kode menegaskan suatu maksud tertentu yaitu

bahwa pedagang membeli barang itu dari tukang rosok keliling dengan harga lima

ribu lalu menjualnya kembali kepada pembeli dengan harga sepuluh ribu.

d. Lebih Prestis

Data 58

O1 : “Kathok barang ngene iki kabeh, holograme neng ndi ya ora

ngerti. Mosok arep tuku kathok umpamane holograme neng kene

kathike arep mbok suwek? Kan ra mungkin, kan dadi ora payu.”

„Celana ini begini semua, hologramnya dimana ya tidak tahu,

mosok mau beli celana kalau hologramnya disini celananya mau

disobek?Kan tidak mungkin, kan jadi tidak laku.‟

Data (58) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang baju bekas di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Page 99: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan diatas terdapat

campur kode ekstern. Campur kode berwujud penyisipan kata yaitu hologram

masuk ke dalam satu kalimat dengan bahasa inti yaitu Kathok barang ngene iki

kabeh, holograme neng ndi ya ora ngerti. Mosok arep tuku kathok umpamane

holograme neng kene kathike arep mbok suwek? Kan ra mungkin, kan dadi ora

payu.

Tujuan atau fungsi campur kode dalam data (58) adalah lebih prestis atau

hanya sekedar bergengsi karena dari segi sosio-situasional tidak ada kata dalam

bahasa Jawa untuk menggantikan kata hologram.Hologram adalah suatu bentuk

image yang dibuat dengan menggunakan sinar laser yang menyajikan informasi

tiga dimensi.

Data 59

O1 : “Aku isa yen nganggo speedometer, enek pelek kae dibeteli,

mburi wae rongatus ngarep satus, modal sangangpuluh thok.”

„Saya bisa kalau memakai speedometer, ada pelek itu dipukuli,

belakang saja dua ratus depan seratus, modal sembilan puluh

saja.‟

Data (59) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang onderdil dan bengkel sepeda motor di Pasar Elpabes Proliman Balapan

Surakarta, tanggal 6 Juni 2012. Tuturan dilakukan oleh karyawan bengkel sepeda

motor.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan diatas terdapat

campur kode ekstern berupa Campur kode berwujud penyisipan kata jadian dalam

bahasa Inggris yaitu speedometer dan campur kode intern berwujud penyisipan

Page 100: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

kata dalam bahasa Indonesia yaitu pelek dan modal masuk ke dalam satu kalimat

dengan bahasa inti yaitu bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Aku isa yen nganggo

speedometer, enek pelek kae dibeteli, mburi wae rongatus ngarep satus, modal

sangangpuluh tok

Tujuan atau fungsi campur kode dalam data (59) adalah lebih prestis atau

hanya sekedar bergengsi karena dari segi sosio-situasional tidak ada kata dalam

bahasa Jawa untuk menggantikan kata speedometer. Apabila kata jadian

speedometer disesuaikan dengan bahasa yang saat itu digunakan misalnya alat

pengukur kecepatan atau piranti kanggo ngukur banter alon maka akan lebih

panjang kalimat yang digunakan serta tidak pas.

Data 60

O1 : “Golek sound sytem rega murah ki lho Mas.”

„Mencari soundsystem harga murah ini (lho) Mas.‟

Data (60) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di Pasar Elpabes

Proliman Balapan Surakarta, tanggal 6 Juni 2012. Tuturan dilakukan oleh

pengunjung pasar.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan diatas terdapat

campur kode ekstrn berupa Campur kode berwujud penyisipan frasa dalam bahasa

Inggris yaitu sound system masuk ke dalam satu kalimat dengan bahasa inti yaitu

bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Golek sound sytem rega murah ki hlo Mas.

Tujuan atau fungsi campur kode dalam data (60) adalah lebih prestis atau

hanya lebih singkat dan jelas menunjukkan bahwa soundsystem yang dimaksud

adalah pengeras suara. Apabila frasa sound system disesuaikan dengan bahasa

yang digunakan maka akan lebih panjang kalimat yang digunakan.

Page 101: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

3. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Campur Kode

Berikut ini adalah faktor yang melatarbelakangi pemakaian campur kode

di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, yaitu (1) identifikasi peranan atau

peran sosial penutur, (2) prinsip kesopanan dan kesantunan penutur (O1), dan (3)

penutur (O1) ingin menafsirkan atau menjelaskan maksud yang diinginkannya.

a. Identifikasi Peranan atau Peran Sosial penutur (O1)

Data 61

O1 : “Sampun Mas, mulai tahun delapan puluh enam.”

„Sudah Mas, mulai tahun delapan puluh enam‟

Data (61) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang barang bekas di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan diatas terdapat

campur kode intern. Campur kode berwujud penyisipan klausa dalam bahasa

Indonesia yaitu mulai tahun delapan puluh enam masuk ke dalam satu kalimat

dengan bahasa inti yaitu bahasa Jawa ragam krama yaitu Sampun Mas, mulai

tahun delapan puluh enam.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode tersebut adalah

peran sosial penutur yang menjelaskan dan meyakinkan pendengar dengan

menekankan pada satu klausa yang menjelaskan bahwa beliau sudah bekerja sejak

lama di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta.

Page 102: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Data 62

O1 : “Mboten wani Mas, empat puluh, kilakipun mawon mboten

angsal”

„Tidak berani Mas, empat puluh, belinya saja tidak boleh‟

Data (62) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang kaos olahraga di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan diatas terdapat

campur kode intern. Campur kode berwujud penyisipan frasa dalam bahasa

Indonesia yaitu empat puluh masuk ke dalam satu kalimat dengan bahasa inti

yaitu bahasa Jawa ragam krama yaitu Mboten wani Mas, empat puluh, kilakipun

mawon mboten angsal

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode tersebut adalah

peran sosial penutur yang menjelaskan dan meyakinkan pembeli mengenai peran

sosialnya yang hanya sedang menggantikan kakaknya berjualan dan memberi

harga pas kepada pembeli.

b. Prinsip Kesopanan dan Kesantunan Penutur

Data 63

O1 : “Aku mau golek rana durung ketemu kok. Hla iki ora saka pihak

instansi kok, iki saka kemahasiswaan. Lha iki mau surate.”

Page 103: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

„Saya tadi mencari kesana belum ketemu kok. Lha ini tidak dari

pihak instansi kok, ini dari kemahasiswaan. Lha ini tadi

suratnya.‟

Data (63) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang barang bekas di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan diatas terdapat

campur kode intern. Campur kode berwujud penyisipan frasa dalam bahasa

Indonesia yaitu pihak instansi dan campur kode berwujud penyisipan kata

kemahasiswaan masuk ke dalam satu kalimat dengan bahasa inti yaitu bahasa

Jawa ragam ngoko aku mau golek rana durung ketemu kok. Hla iki ora saka pihak

instansi kok, iki saka kemahasiswaan. Lha iki mau surate.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode tersebut adalah

prinsip kesopanan dan kesantunan penutur. Penutur menempatkan dirinya

menghormati mitra tutur yang bukan dari pihak instansi tapi dari kemahasiswaan

dengan tujuan agar diperbolehkan untuk melakukan wawancara dengan pedagang

yang lain. Karena biasanya pedagang enggan diwawancarai secara individu jika

itu berasal dari pihak instansi.

c. Penutur (O1) Ingin Menafsirkan atau Menjelaskan Maksud yang

diinginkannya.

Data 64

O1 : “Karbon niku paling larang, mula nek luar negeri nika angger

pit „karbon paling dhuwur tiga kali event pun diguwang kok.”

Page 104: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

„Karbon itu paling mahal, maka kalau diluar negeri itu kalau

sepeda karbon paling tinggi tiga kali event sudah dibuang kok.‟

Data (64) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang sepeda di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan diatas terdapat

campur kode intern. Campur kode berwujud penyisipan kata dalam bahasa

Indonesia yaitu karbon, penyisipan dalam bentuk frasa luar negeri dan

penyisipan dalam bentuk baster yaitu tiga kali event masuk ke dalam satu kalimat

dengan bahasa inti yaitu bahasa Jawa ragam kramayaitu Karbon niku paling

larang, mula nek luar negeri nika angger pit karbon paling dhuwur tiga kali

event pun diguwang kok

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode yaitu penutur ingin

menjelaskan atau maksud yang diinginkannya yaitu bahwa sepeda karbon kalau di

luar negeri digunakan tiga kali event balapan sudah dibuang.

Data 65

O1 : “Sar Nangka, sar Nangka kuwi pelayanannya mengecewakan,

kapok aku”

„Pasar Nangka, pasar nangka itu pelayanannya mengecewakan,

kecewa saya‟

Data (65) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang onderdil sepeda di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 6

Juni 2012. Tuturan dilakukan oleh pengguna jasa bengkel sepeda.

Page 105: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan diatas terdapat

campur kode intern. Campur kode berwujud penyisipan klausa dalam bahasa

Indonesia yaitu pelayanannya mengecewakan masuk ke dalam satu kalimat

dengan bahasa inti yaitu bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Sar Nangka, sar Nangka

kuwi pelayanannya mengecewakan, kapok aku

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode yaitu penutur ingin

menjelaskan atau maksud yang diinginkannya yaitu bahwa memperbaiki sepeda di

bengkel Pasar Nangka pelayanannnya mengecewakan.

Data 66

O1 : “Aku isa yen nganggo speedometer, enek pelek kae dibeteli,

mburi wae rongatus ngarep satus, modal sangangpuluh thok.”

„Saya bisa kalau memakai speedometer, ada pelek itu dipukuli,

belakang saja dua ratus depan seratus, modal sembilan puluh

saja.‟

Data (66) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang onderdil dan bengkel sepeda motor di Pasar Elpabes Proliman Balapan

Surakarta, tanggal 6 Juni 2012. Tuturan dilakukan oleh karyawan bengkel sepeda

motor.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan diatas terdapat

campur kode ekstrn berupa Campur kode berwujud penyisipan kata dalam bahasa

Inggris yaitu speedometer dan campur kode intern berwujud penyisipan kata

dalam bahasa Indonesia yaitu pelek dan modal masuk ke dalam satu kalimat

dengan bahasa inti yaitu bahasa Jawa ragam ngokoyaitu Aku isa yen nganggo

Page 106: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

speedometer, enek pelek kae dibeteli, mburi wae rongatus ngarep satus, modal

sangangpuluh tok

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode yaitu penutur ingin

menjelaskan atau maksud yang diinginkannya yaitu bahwa penutur bisa

memperbaiki kecepatan sepedanya jika memakai speedometer dan menjelaskan

proses pengerjaannya serta modal yang harus dikeluarkan oleh calon pengguna

jasa bengkel sepeda motor.

Data 67

O1 : “Retribusi perbulan limaribu, kangge keamanan kalih

kebersihan.”

„Retribusi perbulan limaribu, untuk keamanan dan kebersihan.‟

Data (67) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di salah satu kios

pedagang barang bekas di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta, tanggal 28

Agustus 2012. Tuturan dilakukan oleh pedagang.

Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan diatas terdapat

campur kode intern berupa Campur kode berwujud penyisipan klausa dalam

bahasa Indonesia yaitu Retribusi perbulan limaribu dan campur kode dalam

bentuk kata keamanan dan kebersihan masuk ke dalam satu kalimat dengan

bahasa inti yaitu bahasa Jawa ragam krama yaitu Retribusi perbulan limaribu,

kangge keamanan kalih kebersihan.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode yaitu penutur ingin

menjelaskan atau maksud yang diinginkannya yaitu bahwa penutur yang

berfrofesi sebagai pedagang di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta harus

membayar iuran retribusi lima ribu perbulan untuk kebersihan dan keamanan.

Page 107: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data pemakaian alih kode dan campur kode bahasa

Jawa di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta maka dapat disimpulkan

sebagai berikut.

1. Pemakaian AK bahasa Jawa di Pasar Elpabes Proliman Balapan

Surakarta dapat dibedakan menjadi 3 bentuk yaitu: (1) AK dari bahasa

Jawa ragam ngoko ke dalam bahasa Indonesia, (2) AK dari bahasa

Jawa ragam krama ke dalam bahasa Indonesia, (3) AK dari bahasa

Jawa ragam ngoko ke dalam bahasa Jawa ragam krama. CK yang

ditemukan di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta dibagi

menjadi berbagai macam bentuk menurut struktur kebahasaan yang

terlibat di dalamnya sebagai berikut: (1) CK berwujud penyisipan kata

dasar, (2) CK berwujud penyisipan kata jadian, (3) CK berwujud

penyisipan frasa, (4) CK berwujud penyisipan perulangan kata, (5)

campur kode berwujud penyisipan baster, (6) CK berwujud penyisipan

klausa.

2. Fungsi pemakaian AK yang ditemukan di Pasar Elpabes Proliman

Balapan Surakarta adalah sebagai berikut: (1) lebih persuasif

membujuk atau menyuruh mitra tutur (O2), (2) lebih argumentatif

meyakinkan mitra tutur, (3) lebih komunikatif untuk menjelaskan, (4)

lebih prestis, (5) menimbulkan rasa simpatik. Beberapa fungsi CK

Page 108: digilib.uns.ac.id/Pemakaian...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

yang ditemukan di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta adalah

(1) lebih argumentatif meyakinkan mitra tutur (O2), (2) lebih persuasif

menyuruh mitra tutur, (3) menegaskan maksud tertentu, (4) lebih

prestis.

3. Kemudian mengenai faktor yang melatarbelakangi pemakaian AK

yang ditemukan di Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta adalah

(1), penutur (O1), (2) pokok pembicaraan, (3) untuk membangkitkan

rasa humor, (4) untuk sekedar bergengsi. Ditemukan faktor yang

melatarbelakangi pemakaian CK di Pasar Elpabes Proliman Balapan

Surakarta adalah (1) identifikasi peranan atau peran sosial penutur, (2)

prinsip kesopanan dan kesantunan penutur (O1), dan (3) penutur (O1)

ingin menafsirkan atau menjelaskan maksud yang diinginkannya.

B. Saran

Penelitian ini hanya membahas pemakaian AK dan CK bahasa Jawa di

Pasar Elpabes Proliman Balapan Surakarta (Sebuah Tinjauan Sosiolinguistik).

Oleh karena itu, kiranya perlu penelitian lebih lanjut, terutama dengan yang

berhubungan dengan sosiolinguistik lainnya seperti fungsi fatis dan interferensi.

Serta faktor munculnya alih kode dan campur kode yang lain agar penelitian ini

tuntas. Atau dengan pendekatan yang lain seperti pragmatik, semantik, dan

struktur bahasanya, karena dalam tuturan bahasa di Pasar Elpabes Proliman

Balapan Surakarta terdapat keunikan tersendiri yang berbeda dari kelompok lain.