ِ þِتاَياَء ُللها مُكِْ yُ َثُُ ناَطيْشَلا يقِْلُ امَ...
Transcript of ِ þِتاَياَء ُللها مُكِْ yُ َثُُ ناَطيْشَلا يقِْلُ امَ...
1
NASIKH DAN MANSUKH
Allah SWT menurunkan Syari‟at As-Samawi kepada para Rasul-Nya untuk memperbaiki
umat dalam masalah aqidah, ibadah dan mua‟malah. Oleh karena aqidah semua ajaran samawi
itu satu dan tidak mengalami perubahan karena ditegakan atas dasar yang sama yaitu, atas dasar
tauhid uluhiyah dan rububiyah, maka da‟wah atau seruan yang disampaikan para rasul adalah
sama ( Q.S : al-Anbiya‟ : 25 ). Yaitu bertujuan untuk membersihkan jiwa dan memelihara
keselamatan umat serta meningkatkan dengan ikatan kerjasama dan persaudaraan, walaupun
demikian tuntutan kebutuhan setiap umat terkadang satu dengan lainnya tidak sama. Dan tidak
diragukan lagi, bahwa pembuat tasyri‟ adalah Maha rahmat dan Maha luas ilmuNya, maka tidak
heran jika Allah SWT menghapus suatu tasyri‟ dengan tasyri‟ yang lain, untuk menjaga
kepentingan hamba.
A. Pengertian Nasikh dan Mansukh
Definisi naskh secara bahasa, ( menurut Raghib al-Asfahani w. 502 H ), adalah
( menghilangkan sesuatu dengan yang lain yang datang kemudian ). Oleh karena itu terdapat
beberapa definisi secara bahasa, yaitu :
1. Naskh berarti al-izalah ( menghilangkan ). Sebagaimana Firman Allah SWT surat al-
Hajj : 52. ( يطان ث يكم اهلل ءاياتو Allah SWT menghilangkan apa “ ( ف ينسخ اهلل ماي لقي الش
yang dimasukkan syaithan dan Allah yang menguatkannya “ ( Al-Hajj : 52 ).
2. Nasakh juga at- Tabdil ( mengganti ), sebagaimana disebutkan secara naskh, surat an-
Nahl : 101. ( زل كان ءاية واهلل أعلم باي ن لنآ ءاية م وإذا بد ) “ Dan apabila kami meletakan
suatu ayat ditempat ayat yang lain, sebagai pengganti, padahal Allah SWT lebih mengetahui apa
yang diturunkannya “. Seperti menghapus tilawah dan hukumnya.
2
3. Naskh berarti at-tahwil ( memindahkan ) yaitu seperti memindahkan dari nishab yang
satu ke nishab yang lain dalam pembagian warisan.
4. Naskh berarti an-Naql ( memindahkan ), memindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain.
Seperti memindahkan catatan amal. Sebagaimana nash dalam al-Qur‟an QS. Jasiyah : 29. إنا كنا
Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu )( نستنسخ ماكنتم ت عملون
kerjakan" ).
Sedangkan Naskh menurut istilah ( ulama ) adalah : mengangkat ( menghapus ) hukum
syara‟ dengan dalil hukum syara‟ yang lain, yang datang kemudian. Sehingga kata nasikh ( yang
menghapus ) dapat dimaksudkan adalah Allah, sebagaimana surat Al-Baqarah : 106 ( ماننسخ
هآ أومثلها أل ت علم أن اللو علىكل شيء قد ن ير من ءاية أو ننسها نأت بيم ). Sedangkan
mansukh adalah hukum yang diangkat atau dihapus. Bisa juga ayat yang turun kemudian ayat
nasikh sedangkan yang sebelumnya menjadi ayat mansukh.
Syarat-syarat Nasakh :
1. Hukum yang mansukh adalah hukum syara‟
2. Dalil yang menghapus hukum tersebut adalah khitab syar‟i yang datang kemudian
dari yang hukum yang mansukh.
3. Khitab yang mansukh humkumnya tidak terikat ( dibatasi ), dengan waktu tertentu.
Sebab jika tidak demikian maka hukum akan berakhir dengan berakhirnya waktu, dan
yang demikian tidak dinamakn nasikh.
Ruang lingkup Naskh
Imam as-Suyutti mengatakan ; bahwa naskh hanya terjadi pada perintah ( amr ), dan
larangan ( nahyi ), baik yang diungkap dengan redaksi sharikh ( tegas ) atau yang tidak tegas,
atau yang diungkap dengan kalimat berita ( khabar ), yang bermakna amr ( perintah ), atau yang
bermakna nahy ( larangan ), dan persoalan tersebut tidak berhubungan dengan persoalan, akidah,
3
baik mengenai Dzat Allah dan sifat-sifatNya, Kitab-kitabNya, Rasul-Nya, hari kiamat, janji dan
ancaman, dan tidak bertentangan etika dan akhlaq, serta ibadah dan mua‟malah, karena syari‟at
Allah adalah sama. Qs.Al-Syura‟ : 13.
نا بو إب راىيم ي نآ إليك وماوص ى بو نوحا والذي أوحي ين ماوص ن الد شرع لكم م
ين والت ت فرقوا فيو . وموسى وعيسى أن أقيموا الد
Artinya :
“Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan
apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah
kamu berpecah belah tentangnya. ( QS. As-Syuraa: 13 )
B. Pedoman mengetahui Nasikh dan Mansukh
1. Berupa keterangan dari Nabi SAW, seperti hadits tentang “ larangan ziarah kubur ”,
kemudian rasul membolehkannya.
2. Ijma ulama yang menentukan ayat ini nasikh dan yang itu mansukh.
3. Mengetahui mana yangh lebih dahulu dan mana yang datang kemudian dalam
perspektif sejarah. 1
C. Pendapat Ulama Tentang Nasikh dan Mansukh
1. Orang Yahudi
Mereka tidak mengakui adanya nasakh, karena menurutnya, nasakh mengandung konsef
al-bada’, yaitu nampak jelas setelah kabur ( tidak jelas ). Yang dimaksud mereka adalah naskh
itu adakalanya tampa hikmah, dan itu mustahil bagi Allah, dan adakalahnya karena suatu hikmah
yang sebelumnya tidak nampak. Ini berarti terdapat suatu kejelasan yang didahulukan oleh
ketidakjelasan. Dan inipun mustahil bagi Allah SWT.
1 Mahmud Mutawalli, Al Mustanir Fi Ulumil Qur’an, ( Mesir : Syirkah Maktabah Mushthafa al-Halabi ,
1991 ), cet. I, 110-111
4
Cara berdalil mereka ini tidak dapat dibenarkan, sebab masing-masing hikmah itu tetlah
diketahui Allah SWT lebih dahulu. Jadi pengetahuannya tetang hikmah bukan hal yang baru
muncul. Orang Yahudi mengakui syari‟at Musa menghapuskan syari‟at sebelumnya, dan dalam
nas-nas Taurat atau Bani Israil, yang semula dihalalkan. Sebagaimana teks Al-Qur‟an tetang itu
Allah SWT berfirman :
كل الطعام كان حال لبن إسراءيل إال ماحرم إسراءيل على ن فسو من ق بل أن وراة فات لوىآإن وراة قل فأتوا بالت - 93ال عمران : -* كنتم صادقني ت ن زل الت
Artinya :
Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan
oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri”. (QS.Ali Imran : 93).
Dan Allah Berfirman dalam ayat yang lain,
” Dan kepada orang-orang Yahudi, kami haramlkan segala binatang yang berkuku ”
( Al-An’am : 146 ).
2. Orang Syi‟ah Rafidah
Mereka sangat berlebihan dalam menetapkan naskh dan memperlusakannya. Mereka
memandang konsef albada' sesuatu hal yang sangat mungkin terjadi bagi Allah. Dengan
demikian posisi pendapat mereka sangat kontrakdisi dengan orang Yahudi. Untuk mendukung
itu merekamengajukan argumentasi dengan ucapan-ucapan yang mereka nisbahkan kepada Ali
Ra. Secara dusta dan palsu. Sebagaimana Allah SWT berfirman :
– 39الرعد : -* يحو اهلل مايشآء وي ثبت وعنده أم الكتاب Artinya :
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia
kehendaki), dan disisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh). ( QS. Ar-Ra'du:39),
dengan demikian Allah SWT siap untuk menghapuskan dan menetapkan.
5
Paham demikian adalah merupakan sesesatan yang dalam dan peneyelewengan terhadap
al-Qur'an, sebab makna Al-Qur'an tersebut adalah Allah SWT menghapuskan sesuatu yang
dipandang perlu dihapuskan dan menetapkan penggantinya, jika penetapannya mengandung
maslahat. Disamping penghapusan dan penetapan terjadi dalam banyak hal, mislanya menghapus
keburukan dengan kebaikan.
يئات ذل اكرين إن السنات يذىب الس - 111الرعد : -* ك ذكرى للذ
Artinya :
Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian
permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu
menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-
orang yang ingat. (QS. 11:114)
Juga menghapuskan kekafiran dan kemaksiatan orang-orang yang bertaubat dengan
taubatnya, serta menetapan iman dan ketaatan mereka. Hal demikian tidak menuntut adanya,
kejelasan yang didahului dengan kekaburan bagi Allah SWT. Tetapi mereka melakukan itu
semua berdasarkan pengetahuanNya tetang sesuatu sebelum itu terjadi.
3. Abu Muslim al-Asfahani 2
Menurutnya secara logika ansikh dan mansukh dapat saja terjadi, tetapi tidak mungkin
terjadi menurut syara'. Dikatakan pula bahwa ia menolak sepenuhnya terjadi naskh dalam
al-Qur'an berdasarkan Firman Allah SWT :
ن حكيم ح اليأتيو الباطل من ب ني يديو والمن خلفو تن – 42فصلت : -* يد زيل م Artinya :
Yang tidak datang kepadanya (al-Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari
belakangnya, yang diturunkan dari (Rabb) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.
(QS. 41:42)
2 Abu Muslim adalah Muhamad bin Bakar, terkenal abu Muslim al-Asfahani, kitabnya
yang terpenting adalah adalah Jami'ut Ta'wil, tetang tafsir, wafat pada tahun 322 H
6
Dengan pengertian bahwa huku-hukum al-Qur'an tidak dibatalkan untuk selama-lamanya.
Dan mengenai ayat-ayat tetang naskh, semua ia ditakhsish.
Pendapat Abu Muslim ini tidak dapat diterima, karena maknanya, adalah bahwa Al-
Qur'an tidak didahului oleh kitab-kitab yang membatalkannya dan tidak datang pula sesudahnya
dan tidak datang pula sesudahnya sesuatu yang membatalkannya.
4. Jumhur Ulama
Merka berpendapat naskh adalah suatu hal yang dapat diteima dengan akal, dan telah
terjadi secara syara‟ telah terjadi.berdasarkan dalil-dalil, sebagai berikut :
1. Perbuatan Allah tidak tergantung kepada alasan dan tujuan, Ia boleh saja
memerintahkan pada suatu waktu dan boleh juga melarang pada suatu waktu yang
lain.
2. Nas-nas dan sunnah menunjukan kebolehan dan telah terjadi diantaranya : Firman
Allah Surat An-Nahl : 101, juga Surat Al-Baqarah : 106. Dan juga ar-Ra‟du : 39
Firman Allah SWT :
آ أنت مفت بل أكث رىم كان ءاية واهلل أعلم باي ن زل قالوا إن لنآ ءاية م - * الي علمون وإذا بد
– 101النحل :
Artinya :
Dan apabila Kami letakkan suatu ayat di tempat ayat yang lain sebagai penggantinya
padahal Allah lebih mengetahui aapa yang diturunkan-Nya, mereka berkata:
"Sesungguhnya kamu adalah orang yang mengada-adakan saja". Bahkan kebanyakan
mereka tiada mengetahui. (QS. 16:101)
Dan Firman Allah :
هآ أومثلها أل ت علم أن اللو علىكل شيء قدير ماننسخ من ءاية أو ننسها ن البقرة -* نأت بيم
:101- Artinya :
7
Apa saja ayat yang kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami
datangkan yang lebih baik daripadanya atau sebanding dengannya. Tiadakah kamu
mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. 2:106) Dan Firman
Allah SWT :
– 93الرعد : -* يحو اهلل مايشآء وي ثبت وعنده أم الكتاب Artinya: :
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan disisi-
Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh). (QS. 13:39)
3. Dalil Sam’iyah, terjadinya naskh yang terdahulu, seperti hukum mengumpulkan
suarada perempuan, yang dibolehkan pada syaria‟at nabi ya‟kub, kemudian
diharamkan pada syari‟at nabi Musa. Dan Thalak disyariatkan pada masa nabi Musa
kemudian dilarang pada masa Nabi Isa. 3
4. Dengan dalil akal, bahwa hukum naskh terjadi dalam hukum syari‟at islam, dan jika
tidak boleh secara akal, dan telah tejadi dalil secara pendengaran ( sam‟an ), jika
tidak, maka tidak ada risalah nabi Muhamad SAW, untuk seluruh umat, tetapi syariat
itu tetap ada hingga sekarang tampa diragukan, maka syariat yang terdahulu terhapus
( dinaskh ) dengan syari‟at yang dibawa oleh nabi SAW sebagai risalah penutup.
Kalau tidak boleh dan telah terjadi secara hukum, maka akan tetap syari‟at yang
terdahulu, kalau demikian maka tidak akan ada risalah yang dibawa Nabi Muhamad
SAW, untuk seluruh umat.
C. Pembagian Nasikh dan Mansukh
Pembagian nasikh dapat diklarifikasikan kepada empat bagian :
1. Naskh Al-Qur‟an dengan Al-Qur‟an
( Nasakh semacam ini disepakati kebolehannya oleh para ulama dan telah terjadi secara
hukum ), seperti ayat tetang idah yang masanya satu tahun menjadi empat bulan sepuluh hari.
QS. Al-Baqarah : 240
3 Ibid, h. 113
8
ر إخراج ف تاعا إل الول غي إن والذين ي ت وف ون منكم ويذرون أزواجا وصية ألزواجهم م
حكيم عروف واهلل عزيز خرجن فال جناح عليكم فيما ف علن ف أنفسهن من م
- 240بقرة : ال –
Artinya :
“Dan orang-orang yang akan meninggal dunia diantaramu dan meninggalkan isteri,
hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya, (yaitu) diberi bafkah hingga setahun lamanya
dengan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). Akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), maka
tidak ada dosa bagimu (wali atau waris dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat
ma'ruf terhadap diri mereka. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS.Al-Baqarah
2:240)
Dinaskh dengan ayat Al-Baqarah : 234.
غن الذين ي ت وف ون منكم ويذرون أزواجا ي ت ربصن بأنفسهن أرب عة أشهر وعشرا فإذا ب ل و
-* أجلهن فال جناح عليكم فيما ف علن ف أنفسهن بالمعروف واهلل با ت عملون خبي
- 234بقرة : الArtinya :
“Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri
(hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari.
Kemudian apabila telah habis masa 'iddahnya, maka tiada dosa bagimu(para wali)
memberiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa
yang kamu perbuat. ( QS. Al-Baqarah /2:234)
9
Dan hukum tersebut bagi yang tidak hamil, bagi yang hamil dinaskh denga ayat Al-
Thalaq : 4
ت هن ثالثة أشهر واالئى ل واالئى ي ئسن من المحيض من نسآئكم إن ارت بتم فعد
ضن وأوالت األحال أجلهن أن يضعن حلهن ومن ي تق اهلل يعل لو من أمره يسر ا ي
- 4الطالق : –
Artinya :
Dan perempuan-perempuan yang putus asa dari haid di antara perempuan-
perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah mereka adalah tiga
bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan
yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan
barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam
urusannya. (QS. 65:4)
2. Naskh Al-Qur‟an dengan As-Sunnah.
( Dalam hal ini para ulama membatasi hanya denga sunnah mutawatiroh, sebagaimana
menurut imam Maliky, Abu Hanifah, mazhab al-Asy‟ary dan Mu‟tazilah ), dan naskh ini ditolak
oleh mazhab syafi‟ih, dengan alasan ayat Al-Baqarah : 106, bahwa Al-Qur‟an tidak lebih baik
kedudukannya dengan as-sunnah.
3. Naskh As-Sunnah dengan Al-Qur‟an
( Naskh dalam semacam ini disepakati oleh jumhur ulama, dalam hal ini nabi
memrintahkan kaum muslimin dalam menghadap kiblat Baitul Maqdis kemudian dinaskh oleh
Al-Qur‟an dalam surat al Baqarah ; 144 ) atau kewajiban puasa Asyura‟, yang ditetapkan
berdasarkan Sunnah kemudian dinaskh oleh firman Allah QS. Al-Baqarah : 185.
10
لة ت رضاىا ف ول وجهك شطر المسجد مآء ف لن ولي نك قب قد ن رى ت قلب وجهك ف الس
تم ف ولوا وجوىكم شطره وإن الذين أوتوا الكتاب لي علمون أنو الق الرام وحيث ماكن
ا ي عملون – 144البقرة : -* من ربم وما اهلل بغافل عم Artinya :
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami
akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil
Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya
orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui
bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Rabb-nya; dan Allah sekali-kali tidak
lengah terhadap apa yang mereka kerjakan. (QS. Al-Baqarah /2:144)
نات من الدى والفرقان فمن شهر رمضان الذي أنزل فيو القرءان ىدى للناس وب ي
ن أيام أخر يريد اهلل ة م هر ف ليصمو ومن كان مريضا أو على سفر فعد شهد منكم الش
روا اهلل على ما ىداكم ولعلكم بكم اليسر ة ولتكب وال يريد بكم العسر ولتكملوا العد
- 185البقرة : -* تشكرون
Artinya :
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa
di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, dan barangsiapa sakit atau
11
dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya
yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS.Al-Baqarah :185)
4. Naskh as-Sunnah dengan As-Sunnah.
( Dalam katagori ini, ulama membolehkan, a. naskh mutawwatir dengan mutawatir, b.
naskh ahad dengan ahad, c. naskh ahad dengan mutawatir, d. naskh mutawatir dengan ahad ).
Dan ulama menyepakati dalam tiga bentuk yang pertama, sedang bentuk keempat dalam silang
pendapat.
D. Macam-macam Nasikh dan Mansukh
Macam-macam naskh dalam katagori ini ada tiga macam, yaitu :
Pertama : Naskh tilawah dan juga hukumnya, seperti apa yang diriwayatkan oleh imam
Muslim dan lainnya, dari Aisyah, ia berkata :
“ diantara yang diturunkan kepada beliau adalah 10 susuan yang ma’lum ……..”
Kedua : Naskh Hukum sedangkan tilawahnya tetap. Contohnya tentang idah selama satu
tahun sedang tilawahnya tetap, yaitu QS. Al-Baqarah : 240
ر إخراج تاعا إل الول غي ون منكم ويذرون أزواجا وصية ألزواجهم م والذين ي ت وف
حكيم عروف واهلل عزيز فإن خرجن فال جناح عليكم فيما ف علن ف أنفسهن من م
– 240البقرة : -* Artinya :
Dan orang-orang yang akan meninggal dunia diantaramu dan meninggalkan isteri,
hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya, (yaitu) diberi bafkah hingga setahun lamanya
12
dengan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). Akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), maka
tidak ada dosa bagimu (wali atau waris dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat
ma'ruf terhadap diri mereka. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Baqarah
/2:240)
Dinaskh dengan ayat idah empat bulan sepuluh hari, QS. Al-Baqarah : 234. 4
لغن والذين ي ت وف ون منكم ويذرون أزواجا ي ت ربصن بأنفسهن أرب عة أشهر وعشرا فإذا ب
أجلهن فال جناح عليكم فيما ف علن ف أنفسهن بالمعروف واهلل با ت ع * ملون خبي
– 234البقرة : - Artinya :
Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri
(hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari.
Kemudian apabila telah habis masa 'iddahnya, maka tiada dosa bagimu(para wali)
memberiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa
yang kamu perbuat. (QS. Al-Baqarah /2 : 234)
Ketiga : Naskh tilawah sedangkan hukumnya tetap. Dalam hal ini berkenaan tentang ayat
rajam,
الشيخ والشيخة إذا زنيا فارجومها البتة نكاال من اهلل واهلل عزي ز حكيم . “ Orang tua laki-laki dan perempuan apabila keduanya berzina, maka rajamlah
keduanya itu dengan pasti sebagai siksaan dari Allah SWT, dan Allah Maha kuasa dan Maha
Bijaksana “.
4 Ibid, h. 115
13
Contoh lain dalam hal ini :
1. Tetang diwajibkannya wasiat bagi orang tua yang meninggal, dalam ayat Al Baqarah
: 180, tetapi hal ini dinaskh dengan ayat mawaris
را الوصي ة للوالدين واألق ربني كتب عليكم إذا حضر أحدكم الموت إن ت رك خي
ا على المتقني – 180البقرة : -* بالمعروف حق Artyinya :
Diwajibkan atas kamu, apabila seorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut,
jika ia meninggalkan harta yang banak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara
ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa. (QS.Al-Baqarah / 2:180)
“ tidak ada wasiat bagi ahli waris “…..Ijma‟ Ulama.
2. Tentang Ayat Mawaris, Surat An-Nisa‟ : 11, dengan an-Nisa‟ : 12, juga dinaskh
dengan al Baqarah : 176
يوصيكم اهلل ف أوالدكم للذكر مثل حظ األنث ي ني فإن كن نسآء ف وق اث نت ني ف لهن
دس ما ت رك هما الس ن ث لثا مات رك وإن كانت واحدة ف لها النصف وألب ويو لكل واحد م
و الث لث فإن كان لو إخوة إن كان وورثو أب واه فألم يكن لو ولد فإن ل لو ولد
14
دس من ب عد وصية يوصى بآأودين ءابآؤكم وأب ناؤكم التدرون أي هم أق رب و الس فألم
ن اهلل إن اهلل كان عليما حكيما لكم ن فعا – 11* النساء : فريضة م Artinya :
Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu:
bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan; dan jika anak
itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan
untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan,
jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan
ia diwarisi oleh ibu bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu
mempunyai beberapa saudara, maka ibunya memperoleh seperenam. (Pembagian-pembagian
tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya.
(Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang
lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. 4:11)
Surat An-Nisa‟ : 12
ف لكم الربع فإن كان لن ولد ن ولد ولكم نصف مات رك أزواجكم إن ل يكن ل
ما ت ركن من ب عد وصية يوصني بآأودين ولن الربع ما ت ركتم إن ل يكن لكم و لد
ن ب عد وصية توصون بآأودين وإن كان فإن ف لهن الثمن ما ت ركتم م كان لكم ولد
دس فإن كانوا هما الس ن فلكل واحد م ولو أخ أوأخت يورث كاللة أو امرأة رجل
15
ر مضآر أكث ر من ذلك ف هم شركآء ف الث لث من ب عد وصية يوصى بآأودين غي
ن اهلل واهلل عليم حليم – 12النساء : -* وصية م Artinya :
Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu,
jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu
mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka
buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu
tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para istri
memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu
buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun
perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai
seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi
masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu
itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi
wasiat yang dibuat olehnya atau atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi
mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang
benar-benar dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun. (QS.An-Nisa’ /
4:12)
Surat An-Nisa‟ : 176
ول ف لها يست فتونك قل اهلل ي فتيكم ف الكاللة إن امرؤا ىلك ليس لو ولد و أخت
فإن كان تا اث نت ني ف لهما الث لثان ما ت ر ا ولد ك نصف مات رك وىو يرث هآ إن ل يكن ل
16
اهلل لكم أن تضلوا واهلل وإن كانوا إخوة رجاال ونسآء فللذكر مثل حظ األنث ي ني ي ب ني
– 176النساء : -* بكل شىء عليم
Artinya :
Mereka meminta fatwa kepadamu tentang kalalah. Katakanlah:"Allah memberi fatwa
kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak
dan mempunyai saudara perempuan maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari
harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara
perempuan),jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka
bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal. Dan jika
mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bahagian
seorang saudara laki-laki sebanyak bagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan
(hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
(QS. An-Nisa’ / 4:176)
3. Dengan Sunnah, Bahwa Allah SWY telah memberikan bagian bagi yang berhak
menerimanya, tidak ada wasiat bagi ahli waris.
4. Dan kesepakatan ulama ( ijma’ ) tidak wajib wasiat itu bagi orang tua yang akan
meninggal.
Macam-macam naskh berpengganti dan tidak berpengganti.
1. Naskh tampa badal ( pengganti ), contoh penghapusan besedekah sebelum berbicara
kepada rasulullah, sebagaimana diperintahkannya dalam surat Al-Mujadilah : 12.
17
موا ب ني يدي نواكم صدقة ذلك ياأي ها الذين ءامنوا إذا ناجيتم الرسول ف قد
رحيم دوا فإن اهلل غفور لكم وأطهر فإن ل ت ر 12ادلة : اجمل -* خي
–
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan
Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan
itu.Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tiada memperoleh
(yang akan disedekahkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. Al-Mujadilah /58:12)
Ayat ini dinaskh dengan ayat al-Mujadilah : 13.
موا ب ني يدي نواكم صدقات فإذ ل ت فعلوا وتاب اهلل عليكم ءأشفقتم أن ت قد
الة وءاتوا الزكاة وأطيعوا اهلل ورسولو واهلل خبي با ت عملون -* فأقيموا الص
– 13اجملادلة : Artinya :
Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum
pembicaraan dengan Rasul Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah
memberi taubat kepadamu maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada
Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( QS.
58:13)
18
2. Naskh dengan badal akhaf ( lebih ringan ), contohnya puasa masa dahulu, dalam
Surat Al-Baqarah : 183 dinaskh dengan ayat Al-Baqarah : 187
يام الرفث إل نسائكم لة الص – 187البقرة : -* أحل لكم لي Artinya :
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu
( Al-Baqarah / 2 : 187 )
3. Naskh dengan badal mumatsil ( sebanding ), misalnya menghapus menghadap bail
maqdis dengan menghadap kiblat ke ka‟bah. Dengan firman Allah surat Al-Baqarah :
144
لة ت رضاىا ف ول وجهك شطر مآء ف لن ولي نك قب قد ن رى ت قلب وجهك ف الس
– 144البقرة : - المسجد الرام Artinya :
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami
akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidil Haram. ( Al-Baqarah / 2 : 144 )
4. Naskh dengan badal astqal ( lebih berat ), contohnya menghapus hukuman penahanan
di rumah pada awal islam, dalam ayat an Nisa‟ : 15-16, dinaskh dengan An Nur : 2
atau dengan didera 100 kali dan diasingkan bagi yang belum menikah ( gadis ), dan di
dera 100 kali dan dirajam, bagi yang telah menikah, sebagaimana disebutkan dalam
firman Allah SWT :
19
“ orang tua laki-laki dan perempuan apabila berzina, maka rajamlah keduanya dengan
pasti … „
هما مائة جلدة ن – 2النور : - الزانية والزان فاجلدوا كل واحد م“ Permpuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah keduanya
seratus kali dera “. ( an-Nur : 2 )
E. Faedah Mengetahui Nasikh dan Mansukh
Pengetahuan tentang nasikh dan mansukh mempunyai fungsi dan manfa‟at bagi para ahli
ilmu, fuqaha, mufassir, ahli ushul, agar pengetahuan tidak kacau dan kabur. Dalam hal ini
diceritakan ketika suatu hari Ali melewati seorang Hakim, lalu bertanya : apakah kamu
mengetahui tetang nasikh dan mansukh ?, tidak, jawab hakim itu, maka Ali berkata : Celakalah
kamu, dan kamu mencelakan orang lain. 5
Dan diantara faedah mengetahui nasikh dan mansukh adalah :
1. Memelihara kepentingan hamba
2. perkembangan tasyri‟ menuju tingkat kesempurnaan, sesuai dengan perkembangan
kondisi umat.
3. Cobaan dan ujian bagi umat islam mukallah, apakah mengikuti atau tidak.
4. Menghendaki kebaikan dan kemudahan bagi umat.***
5 Ibid. h. 123
20