perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/JURNAL - Arfian Eka... · Web...
Transcript of perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/JURNAL - Arfian Eka... · Web...
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Maserasi Bertingkat Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) Terhadap Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus
aureus
Arfian Eka Saputri1)*, Prasetyorini2) dan Lusi Indriani1)
2)Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Pakuan Bogor.1), 1) Program Studi Farmasi, FMIPA Universitas Pakuan Bogor.
e-mail: [email protected]
ABSTRAKSalah satu tanaman yang bersifat antibakteri adalah bawang dayak (Eleutherine palmifolia
(L.) Merr.). Penggunaan bawang dayak dapat dalam bentuk simplisia, manisan dan dalam bentuk bubuk. Kandungan bawang dayak yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, steroid, terpenoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri bawang dayak terhadap bakteri Porphyromnas gingivalis dan Staphylococcus aureus. Bawang dayak diekstraksi dengan metode maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan etanol 70%. Standarisasi ekstrak dilakukan dengan uji kadar air, kadar abu dan rendemen ekstrak. Pengujian aktivitas antibakteri digunakan metode dilusi untuk penentuan nilai konsentrasi hambat minimum dan metode difusi kertas cakram untuk penentuan lebar daya hambat. Konsentrasi hambat minimum pada bakteri porphyromonas gingivalis pada ekstrak etil asetat sebesar 1,25%, ekstrak etanol 70% sebesar 2,5%, dan ekstrak n-heksan sebesar 20%. Sedangkan terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada ekstrak etil asetat dan etanol 70% sebesar 2,5%. Lebar daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 15% ekstrak etil asetat dan etanol 70% berturut-turut adalah 7,36 mm dan 5,46 mm. Ekstrak etil asetat lebih baik dibanding etanol 70% terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Hasil analisis statistik dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menunjukan bahwa semua konsentrasi etanol 70% memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap lebar daya hambat dan semua konsentrasi etil asetat memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada lebar daya hambat.
Kata Kunci: Bawang Dayak, KHM, LDH, Porphyromonas gingivalis, Staphylococcus aureus
ABSTRACTOne of the antibacterial plants is the Dayak onion (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.). The
use of Dayak onions can be in the form of simplicia, sweets and in powder form. The content of Dayak onion is alkaloids, flavonoids, tannins, steroids, terpenoids. This study aims to determine the antibacterial activity Dayak onion of Porphyromnas gingivalis and Staphylococcus aureus bacteria. Dayak onions were extracted by multilevel maceration method with n-hexane, ethyl acetate and ethanol 70% solvents. Standardization of extract determinne of water content and ash content, and extract yield. Antibacterial activity test used dilution method to determine of minimum inhibitory concentration and paper disc diffusion method to determine of inhibitory region area. Minimum inhibitory concentrations of porphyromonas gingivalis bacteria extract of ethyl acetate is 1.25%, extract of ethanol 70% is 2.5%, extract of n-hexane is of 20%. Meanwhile Staphylococcus aureus bacteria extract of ethyl acetate extract and etanol 70% is of 2.5%. Inhibitory region area at concentration 15% in ethyl acetate and ethanol 70%, respectively 7.36 mm and 5.56 mm. Ethyl acetate is the best extract compared to 70% ethanol against Staphylococcus aureus bacteria. The results of statistical analysis with Completely Randomized Design (RAL) showed that all 70% ethanol concentrations gave no significant effect on the inhibitory region area and all concentrations of ethyl acetate had a significant effect on the inhibitory region area.
Keyword: Dayak Onion, MIC, IRA, Porphyromonas ginigvalis, Staphylococcus aureus
PENDAHULUAN Bawang dayak merupakan
tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional secara turun temurun oleh masyarakat suku dayak. Penggunaan bawang dayak dapat dapat dalam bentuk segar, simplisia, manisan dan dalam bentuk bubuk. Secara empiris bawang dayak bersifat diuretik, astringen, pencahar,analgetik, mnegobati luka, batuk, sakit perut, disentri, kanker colon, kanker payudara dan obat bisul. Kandungan umbi bawang dayak yakni alkaloid, glikosida, flavonoid, fenolik, steroid dan tannin (Galinggang, 2009).
Bakteri Porhyromonas gingivalis merupakan bakteri yang menyebabkan periodontal. Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif anaerob, tidak berspora dan tidak memiliki alat gerak. Penyakit periodontal yang ditimbulkan adalah penyakit yang menyerang jaringan pendukung gigi, penyakit ini didefiniskan sebagai pendalaman sulkus gingiva secara patofisiologis (Suryono, 2014). Keparahan penyakit ini dapat dipengaruhi oleh umur,jenis kelamin, faktor lokal rongga mulut dan faktor sistemik. Bakteri Staphylococcus aureus adalah bakteri yang paling umum menyebabkan infeksi setelah cedera atau pembedahan. Bakteri ini merupakan bakeri aerob fakultatif yang merupakan bakteri gram positif. Bakteri ini tumbuh baik pada suhu 37°C. Bakteri Staphylococcus aureus dalam media agar memiliki koloni berbentuk bulat, cembung, mengkilat,
lunak dan warna khas kuning keemasan (Staff pengajar FKUI, 2010).
Untuk mnegetahui manfaat bawang dayak sebagai antibakteri akan dilakukan pengujian aktivitas antibakteri bawang dayak untuk menghambat pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus dengan menggunakan metode ekstraksi maserasi bertingkat dan pelarut yang digunakan adalah n-heksan, etil asetat dan etanol 70%.
METODE KERJAPembuatan Serbuk Simplisia Bawang Dayak
Bawang dayak yang segar yang telah dikumpulkan di lakukan sortasi basah dan dipilih bawang yang terbaik, kemudian bawang dicuci dengan menggunakan air mengalir hingga bersih dan ditiriskan. Bawang yang telah ditiriskan dilakukan perajangan untuk memudahkan proses pengeringan, setelah itu bawang dayak di keringkan dengan oven pada suhu 40°C selama 5 hari. Bawang yang telah kering dilakukan sortasi kering, kemudian dihaluskan dengan blender dan diayak dengan mesh 40 untuk memperoleh ukuran yang seragam.
Pembuatan Ekstrak Umbi Bawang Dayak
Ditimbang sebanyak 300gr simplisia umbi bawang dayak lalu diekstraksi dengan metode maserasi bertingkat dengan 3 pelarut berbeda, yaitu yaitu n-heksan, etil asetat dan
etanol 70%. Pertama simplisia dimasukan ke dalam botol coklat yang telah terisi dengan pelarut n-heksan dan dilakukan ekstraksi selama 24 jam, setelah diekstraksi filtrat ditampung dan residu dikeringkan, residu yang telah kering diekstraksi kembali dengan pelarut etil asetat selama 24 jam, setelah diekstraksi filtrat ditampung dan residu dikeringkan kembali, residu yang telah kering diekstraksi kembali dengan pelarut etanol 70%. Masing-masing filtrat dari ketiga pelarut yang ditampung lalu di vaccum evaporator hingga mendapatkan ekstrak kental.
Uji Fitokimia Uji fitokimia dilakukan secara
kualitatif dnegan melihat reaksi warna. Uji dilakukan terhadap keberadaan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, steroid, terpenoid, saponin.
Penentuan Kadar Air Penentuan kadar air
megunakan metode gravimetri. Cawan kosong dipanaskan pada suhu 105°C selama 30 menit, lalu didinginkan dalam desikator selama 30 menit lalu ditimbang. Dimasukan simplisia sebanyak 2-3 gram kedalam cawan yang telah ditara, lalu dimasukan kedalam oven dengan suhu 105°C selama 5 jam. Setelah 5 jam cawan yang berisi simplisia dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang sampai perbedaan antara 2 penimbang berturut-turut tidak lebih dari 0,25% (DepKes, 2000).
Kadar Air (% )= W 0−W 1bobot simplisia
X 100 %
Keterangan: W0:bobot cawan isi sebelum
dipanaskanW1: bobot cawan isi setelah dipanaskanPenentuan Kadar Abu
Krus silikat yang akan digunakan dimasukan ke dalam tanur selama 30 menit untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran yang menempel, lalu di didinginkan dalam desikator. Simplisia ditimbang sebanyak 2-3 gram, lalu dimasukan kedalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara. Pijarkan perlahan-lahan pada suhu 600-700 °C hingga arang habis, didinginkan dalam desikator lalu ditimbang. Jika cairan arang ini tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa kertas dan kertas saring dalam krus yang sama. Dimasukan filtrat kedalam krus, uapkan dan pijarkan hingga bobot tetap lalu timbang. Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (DepKes, 2000).
Kadar Abu (%)= (W 1−W 0 )bobot simplisia
X 100 %
Keterangan: W0: bobot krus kosong W1: bobot krus isi
Penyiapan Larutan Uji dan Larutan Kontrol
Untuk pengujian bakteri Porphyromonas gingivalis penentuan KHM digunakan semua fraksi ekstrak.
Pada fraksi n-heksan dibuat seri 5%, 10%, 15%, 20% dan 25%, pada fraksi etil asetat dibuat seri 0,5%, 0,75%, 1%, 1,25%, 2,5%, 5%, 10%, 15% dan fraksi etanol 70% dibuat seri 1,25%, 2,5%, 5%, 10%, 15%, masing-masing seri tersebut dilarutkan dengan DMSO 1%, lalu di vortex untuk melarutkannya.
Untuk pengujian bakteri Staphylococcus aureus penentuan KHM dan LDH digunakan fraksi etil asetat dan etanol 70% untuk penentuan nilai KHM dibuat seri 2,5%, 5%, 7,5%, 10% dan 12,5% lalu dilarutkan dengan DMSO 1% divortex untuk melarutkannya. Pada penentuan LDH dibuat seri 10%, 15%, 20%, dan 25% dilarutkan dengan DMSO 1%. Untuk kontrol positif digunakan antibiotik Amoksisilin 10 ppm yang diencerkan dari larutan induk 1000 ppm. Kontrol negative digunakan DMSO 1%.
Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
Penentuan KHM dilakukan dengan dilusi padat. Media yang digunakan untuk bakteri Porphyromonas gingivalis adalah BHI agar yang telah dilarutkan dan disterilkan. Ekstrak yang telah di buat seri konsentrasinya dituangkan ke dalam cawan petri sebanyak 1 ml dan media BHI agar yang masih cair dan telah di sterilisasi sebanyak 20 ml, lalu di tetesi bakteri Porphromonas gingivalis sebanyak 1 ml dan dihomogenkan dengan memutar membentuk angka 8. Diinkubasi pada anerobic jar dengan suhu 37°C selama 48 jam, diamati adanya petumbuhan bakteri dan konsentrasi paling rendah
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tersebut adalah nilai KHMnya (Waluyo, 2008).
Sedangkan untuk penntuan KHM bakteri Staphylococcus aureus digunakan media yang NA yang telah dilarutkan dan disterilkan. Ekstrak yang telah di buat seri konsentrasinya dituangkan ke dalam cawan petri sebanyak 1 ml dan media NA yang masih cair dan telah di sterilisasi sebanyak 20 ml, lalu di tetesi bakteri Staphylococcus aureus sebanyak 1 ml dan dihomogenkan dengan memutar membentuk angka 8. Diinkubasi dengan suhu 37°C selama 24 jam, diamati adanya petumbuhan bakteri dan konsentrasi paling rendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tersebut adalah nilai KHMnya (Waluyo, 2008).
Penentuan Lebar Daya Hambat Pada penentuan LDH
digunakan difusi padat dan digunakan media NA. Media NA yang telah disterilkan dituangkan kedalam cawan petri secara aseptis, lalu dituangkan bakteri Staphylococcus aureus kedalam media tersebut sebanyak 0,2 ml dan dihomogenkan. Kertas cakram yang telah disterilkan dan direndam dengan ekstrak pada berbagai seri konsentrasi dan kontol positif, negatifnya dimasukan kedalam cawan petri. Diinkubasi pada dengan suhu 37°C selama 24 jam (Waluyo, 2008). Pada penentuan lebar daya hambat dilakukan 5 kali pengulangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Serbuk Simplisia Umbi Bawang Dayak
Didapatkan serbuk simplisia bawang dayak sebanyak 714 gr. Rendemen simplisia yang didapatkan adalah 28,53%. Organoleptik dari serbuk bawang dayak ini adalah berwarna merah muda, tidak memiliki aroma dan rasanya pahit, seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Serbuk Simplisia Bawang Dayak
Kadar Air Simplisia dan Ekstrak Penentuan kadar air simplisia
dilakukan untuk mencegah adanya mikroorganisme yang dapat tumbuh pada simplisia dan ekstrak. Penentuan kadar air simplisia dan ekstrak digunakan metode gravimetri. Hasil rata-rata kadar air dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kadar Air Simplisia dan Ekstrak Bawang Dayak
Bahan Kadar Air (%)Simplisia 7,94
Ekstrak n-heksan 4,59Ekstrak etil asetat 12,89
Ekstrak Etanol 70%
29,25
Menurut Materia Medika Indonesia (MMI) simplisia tidak boleh memiliki kadar air yang melebihi 10%. Pada simplisia umbi bawang dayak di
dapatkan kadar air sebesar 7,94% dan nilai kadar air ini telah memenuhi persyaratan yang di tetapkan. Menurut Voight (1994) ekstrak kental memiliki kadar air antara 5-30%. Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa kadar air ekstrak yang di dapatkan masing-masing tidak melebihi batas yang di tetapkan.
Kadar Abu Simplisia dan EkstrakPenentuan kadar abu simplisia
dilakukan untuk mengetahui kandungan mineral yang terkandung didalam simplisia dan ekstrak tersebut. Penetapan kadar abu digunakan metode gravimetri. Rata-rata hasil penentuan kadar abu dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kadar Abu Simplisia dan Ekstrak Bawang Dayak
Bahan Kadar Abu (%)Simplisia 3,02
Ekstrak n-heksan 1,51Ekstrak etil asetat 2,54
Ekstrak Etanol 70%
4,82
Batas kadar abu yang dapat di terima adalah kurang dari 5%, hal ini menunjukan kadar mineral dan kandungan zat-zat anorganik dalam simplisia dan ekstrak tanaman tersebut dari proses bahan awal hingga jadi simplisia dan ekstrak sedikit.
Hasil Maserasi Bertingkat Ekstrak Kental Bawang Dayak
Ekstrak yang di peroleh dengan pelarut n-heksan berwarna orange. Ekstrak yang diperoleh dengan pelarut etil asetat berwarna hitam dan ekstrak yang di dapatkan dengan pelarut etanol 70% berwarna hitam kemerahan. Hasil
rendemen ekstrak dpaat dilihat pada Tabel 3.
Simplisia yang diekstraksi dengan pelarut heksan, etil asetat dan etanol dengan metode maserasi, paling banyak didapatkan rendemen saat di ekstraksi dengan etanol, hal ini dikarenakan etanol 70% merupakan pelarut yang polar dan merupakan pelarut universal yang dapat menarik semua senyawa, pada sedangkan etil asetat dan n-heksan hanya dapat menarik senysawa-senyawa tertentu yang memiliki sifat yang sama.
Tabel 3. Bobot Ekstrak dan Nilai Rendemen EkstrakStaphylococcus aureus
.
Uji Fitokimia Ekstrak dan Simplisia Pengujian fitokimia dilakukan
untuk mengetahui kandungan senyawa di dalam simplisia dan ekstrak. Kandungan simplisia umbi bawang dayak. Simplsia bawang dayak memiliki kandungan alkaloid, tannin,dan terpenoid. Ekstrak n-heksan umbi bawang dayak memiliki kandungan flavonoid, tanin, steroid. Ekstrak etil asetat memiliki kandungan alkaloid, flavonoid, tanin, saponin,
terpenoid. Ekstrak etanol 70% memiliki kandungan alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan terpenoid.
Penentuan Nilai KHM Ekstrak Bawang Dayak Terhadap Bakteri Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus
Penentuan nilai KHM digunakan metode dilusi. Penghambatan bakteri Porphyromonas gingivalis pada ekstrak n-heksan terjadi pada konsentrasi 20%, ekstrak etil asetat pada konsentrasi 1,25%, ekstrak etanol 70% pada konsentrasi 2,5%. Dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. KHM Ekstrak Etil Asetat Terhadap Bakteri Porphyromonas ginigvalis
Ekstrak etil asetat dan etanol 70% adalah 5%. Dapat dilihat pada Gambar 4.
Bahan Bobot Ekstrak
Rendemen
Ekstrak n-heksan
9,5984 gram 1,59%
Ektrak Etil
Asetat
11,9 gram 3,96%
Ekstrak Etanol 70%
30,4 gram 10,13%
Gambar 4. KHM Ekstrak Etil Asetat Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Lebar Daya Hambat Ekstrak Bawang Dayak Terhadap Staphylococcus aureus
Penetuan lebar daya hambat dilakukan dengan metode difusi kertas cakram. Cakram yang digunakan telah di rendam dengan masing-masing ekstrak pada masing-masing konsentrasi dan kontrolnya. Hasil rata-rata lebar daya hambat dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata LDH Ekstrak Bawang Dayak Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Konsentrasi LDH Ekstrak (dalam mm)
Etil Asetat Etanol 70%
10% 4,50a 3,50a
15% 7,36b 5,46ab
20% 9,21c 6,48b
25% 11,23d 7,60b
K+ 25,34e 17,60c
K- 0 0Catatan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak
menunjukan perbedaan yang nyata menurut uji duncan.
Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi maka zona bening yang dihasilkan juga akan semakin besar. Menurut Davis and Stout (1971) rata-rata zona hambat yang kurang 5 % memiliki daya hambat lemah, 6-10% memiliki daya hambat sedang, 11-20% memiliki daya hambat kuat dan lebih dari 20% memiliki daya hambat sangat kuat. Pada ekstrak etanol 70% konsentrasi 10% dan 15% memiliki daya hambat lemah, 20% dan 25% memiliki daya hambat sedang dan kontrol positif memiliki daya hambat kuat. Pada ekstrak etil asetat pada konsentrasi 10% memiliki daya hambat lemah, konsentrasi 15% memiliki daya hambat sedang, konsentrasi 20% memiliki daya hambat sedang, pada konsentrasi 25% memiliki daya hambat sedang dan kontrol positif memiliki daya hambat sangat kuat. Gambar Lebar daya Hambat dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Lebar Daya Hambat Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
K-
K+
25%
20%15%
10%
Daya antibakteri pada umbi bawang dayak dipengaruhi oleh senyawa metabolit sekundernya seperti flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, terpenoid dan steroid. Adanya senyawa-senyawa metabolit sekunder ini juga menyebabkan terbentuknya zona bening pada pengujian lebar daya hambat, hal ini menandakan bahwa sneyawa-senyawa pada ekstrak dapat berdifusi sehingga dapat menghambat petumbuhan bakteri di sekitar kertas cakram dan dihasilkan zona bening. Kandungan Flavonoid dan Alkaloid pada bawang dayak bersifat sebagai antibakteri kemampuannya untuk mempengaruhi komponen sel bakteri dengan cara merusak membran sel dan mendenaturasi protein (Rijayani, 2014), selain itu flavonoid juga dapat menghambat sintesisi DNA dan RNA dan menganggu metabolisme sel bakteri (Firdaus, 2014). Kandungan tanin pada bawang dayak juga bersifat sebagai antibakteri, senyawa ini merusak dinding sel dan menyebabkan gangguan pada pembentukan dinding sel bakteri yang menyebabkan meningkatnya permeabilitas sel (Rijayani, 2014) selain itu senyawa ini juga menghambat enzim reverse transkriptase dan DNA topoisomerase (Firdaus, 2014). Kandungan saponin dalam bawang dayak dapat menganggu kestabilan membran sitoplasma dengan mneingkatkan permeabilitas selnya (Firdaus, 2014). Kandungan terpenoid dalam bawang dayak mampu mempengaruhi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan mnegakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi, sehingga
pertumbuhan bakteri akan terhambat (Rachmawati, 2011). Kandungan steroid sebagai antibakteri berhubungan dengan kemampuannya untuk berinteraksi dengan membran fosfolipid sel yang bersifat permeabel terhadap senyawa-senyawa lipofilik sehingga menyebabkan integritas membran menurun serta morfologi sel berubah dan dapat mentebabkan sel rapuh dan lisis (Rijayani, 2014).
Hasil Analisis Data Data di analisis menggunakan
RAL sederhana untuk mengetahui adanya perbedaan antar konsentrasi pada masing-masing ekstrak terhadap lebar daya hambat. Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa ekstrak etanol 70% pada konsentrasi 10% dan 15% memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap lebar daya hambat, konsentrasi 20% dan 25% memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap lebar daya hambat, dan kontrol positif memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap lebar daya hambat. Sedangkan pada uji lanjut Duncan ekstrak etil asetat pada semua konsentrasi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap lebar daya hambat.
KESIMPULAN Ekstrak n-heksan, Etil Asetat
dan Etanol 70% memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis dengan KHM berturut-turut 20%, 1,25% dan 2,5%. Ekstrak Etil Asetat dan Etanol 70% juga memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dengan KHM 5%. Ekstrak Etil Asetat pada konsentrasi 15% menghambat paling baik dibanding ekstrak Etanol 70% terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan lebar daya hambat yang didapatkan sebesar 7,36 mm dengan kekuatan sedang.
SARAN Dilanjutkan penentuan Lebar
Daya Hambat ekstrak Etil Asetat terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan uji bioautografi utnuk mengetahui senyawa yang yang memberikan aktivitas antibakteri.
DAFTAR PUSTAKA Davis, W.W and T.R.Stout. 1971. Disc
Plate Methode of Microbiological Antibiotic Assay I Factors Influencing Variability and Error. Jurnal: Applied Microbiologi. Vol. 22 (4); 659-665.
DepKes. 1989. Materia Medika Indonesia Jilid V. Jakarta: Departemen Kesehatan.
DepKes. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan. Hal: 17.
Firdaus, T. 2014. Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus. Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah.
Galinggang, R.Y.2009. Bawang Dayak (Eleutherine
Palmifolia) Sebagai Tanaman Obat Multifungsi, Warta Penelitian Dan Pengembangan, Volume 15(3). Kalimantan: BPTP Kalimantan Tengah. https://kalteng.litbang.pertanian.go.id . Diakses pada 23 Desember 2017.
Rijayanti, R.P. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Mangga Bacang (Magnifera foetida L.) Terhadap Staphylococcus aureus Secara Invitro. Naskah Publikasi: Universitas Tanjungpura.
Racmawati, F., Nuria, M.C., Sumantri. 2011. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Klorofom Ekstrak Etanol Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb) Serta Identifikasi Senyawa Aktifnya. Prosiding Seminar Nasional Peranan dan Kontribusi Herbal dalam Terapi Penyakit Degeneratif. 17 Desember 2011. Universitas Wahid Hasyim dan Ikatan Apoteker Indinesia. Semarang. Indonesia
Staff Pengajar FKUI. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara.
Suryono. 2014. Bedah Dasar Periodonsia. Yogyakarta: DEEPublish.
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Waluyo, L. 2008. Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang: UMM Press.