Post on 07-Nov-2021
i
i
ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM PESANTREN
PADA PENDIDIKAN DINIYAH FORMAL TINGKAT ULYA
(STUDI DI PONDOK PESANTREN SALAF APIK KAUMAN
KRAJAN KULON KALIWUNGU KENDAL)
SKRIPSI
Ditulis Sebagai Syarat Penelitian dan Penulisan Skripsi Pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam (S1)
Oleh:
Nama : Ahmad Nur Fauzi
NIM : 156010211
YAYASAN WAHID HASYIM
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
SEMARANG
2019
ii
ii
iii
iii
iv
iv
ABSTRAK
Ahmad Nur Fauzi, 2019 Analisis Implementasi Kurikulum Pesantren Pada
Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK Studi di Pondok Pesantren
Salaf Apik Kauman Kaliwungu Kendal.
Skripsi : Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam
Universitas Wahid Hasyim Semarang, Pembimbing Bapak Iman Fadhilah,
M.SI dan Bapak Moh. Naimuddin M.SI
Kata Kunci: Kurikulum, Pesantren, Kurikulum Pesantren, Pendidikan Diniyah
Formal
Penelitian ini di latarbelakangi oleh masyarakat yang selalu menganggap bahwa
pendidikan diniyah merupakan pendidikan non formal yang belum bisa di
sederajatkan secara formal baik secara tingkatan atau kurikulumnya, apalagi
pendidikan diniyah di pesantren sehingga penulis mengangkat judul Analisis
Implementasi Kurikulum Pesantren Pada Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya
APIK Di Pondok Pesantren Salaf Apik Kauman Kaliwungu Kendal.
Fokus dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan : (1) Implementasi
Kurikulum Pesantren Di Pondok Pesantren Salaf Apik Kauman Kaliwungu Kendal
(2) Implementasi Kurikulum Pesantren Pada Pendidikan Diniyah Formal Tingkat
Ulya APIK (3) Analisis Implementasi Kurikulum Pesantren Pada Pendidikan
Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK Di Pondok Pesantren Salaf Apik Kauman
Kaliwungu Kendal. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan :(1) Ingin
mengetahui apa saja kurikulum pesantren di Pondok Pesantren Salaf APIK. (2)
Bagaimanakah Implementasi kurikulum pesantren di Pendidikan Diniyah Formal
Tingkat Ulya APIK, (3) Ingin mengetahui bagaimana Analisis Implementasi
Kurikulum Pesantren Pada Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan
pendekatan deskriptif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan (1) wawancara,
(2) Observasi,(3) Dokumentasi.
Kesimpulan penelitian menunjukan : (1) Implementasi Kurikulum Pesantren Di
Pondok Pesantren Salaf Apik Kauman Kaliwungu Kendal (2) Implementasi
Kurikulum Pesantren Pada Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK (3)
Analisis Implementasi Kurikulum Pesantren Pada Pendidikan Diniyah Formal
Tingkat Ulya APIK Di Pondok Pesantren Salaf Apik Kauman Kaliwungu Kendal.
v
v
vi
vi
MOTTO
ش د ي در م م ل ع ل ا ل س الع ن ىم ل ح ا و ة اي د ال ف 1ةاي ه الػ ف Artinya : Ilmu itu terasa sangat pahit pada permulaannya dan akan terasa lebih
manis dari madu pada akhirnya
1 Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, 99 Cahaya Di Langit Eropa ( Perjalanan
Menapak Jejak Islam Di Eropa ), Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2014, hlm 154.
vii
vii
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya sederhana ini untuk :
1. KH. Muhammad Sholahuddin Humaidullah, selaku Pengasuh Pondok Pesantren
APIK Kampung Kauman Desa Krajankulon Kaliwungu Kendal yang telah
mengizinkan untuk melakukan penelitian di lembaga yang dipimpinnya.
2. Ustadz dan Pengurus Pondok Pesantren APIK Kampung Kauman Desa
Krajankulon Kaliwungu Kendal yang telah banyak membantu dalam
pengumpulan data penelitian.
3. Ustadz dan Pengurus Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK Pondok
Pesantren APIK Kampung Kauman Desa Krajankulon Kaliwungu Kendal yang
telah banyak membantu dalam pengumpulan data penelitian
4. Bapak dan Ibunda beserta semua keluarga saya, yang telah tulus memberikan
nasehat, baik materiil dan spiritual demi selesainya penyusunan skripsi ini.
5. Sahabat yang selalu memberi motivasi, dorongan baik moral maupun material.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.
viii
viii
KATA PENGANTAR
Assalmu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufiq,
hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “ Implementasi Kurikulum Pesantren Pada Pendidikan Diniyah
Formal Tingkat Ulya APIK Di Pondok Pesantren Salaf Apik Kauman
Kaliwungu Kendal” yang secara akademis menjadi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana S 1 dalam Ilmu Pendidikan Islam.
Di samping itu, apa yang telah tersaji ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H.Mahmutarom, SH., MH., selaku Rektor Universitas Wahid
Hasyim Semarang.
2. Bapak H. Nur Kholid M.Pd. selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas
Wahid Hasyim Semarang.
3. Bapak H. Iman Fadhilah, M.SI,. selaku Pembimbing I dan Bapak Moh.
Naimuddin, S.Ag., M.SI. selaku Pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya untuk menuntun saya agar skripsi ini cepat selesai.
4. KH. Muhammad Sholahuddin Humaidullah, selaku Pengasuh Pondok Pesantren
APIK Kampung Kauman Desa Krajankulon Kaliwungu Kendal yang telah
mengizinkan untuk melakukan penelitian di lembaga yang dipimpinnya.
5. Ustadz dan Pengurus Pondok Pesantren APIK Kampung Kauman Desa
Krajankulon Kaliwungu Kendal yang telah banyak membantu dalam
pengumpulan data penelitian.
6. Ustadz dan Pengurus Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK Pondok
Pesantren APIK Kampung Kauman Desa Krajankulon Kaliwungu Kendal yang
telah banyak membantu dalam pengumpulan data penelitian
7. Bapak dan Ibunda beserta semua keluarga saya, yang telah tulus memberikan
nasehat, baik materiil dan spiritual demi selesainya penyusunan skripsi ini.
8. Sahabat yang selalu memberi motivasi, dorongan baik moral maupun material.
ix
ix
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada semuanya, semoga
pengorbanan tulus ikhlas dan jasa baiknya diterima di sisi Allah SWT dan
mendapatkan balasan berlipat ganda.
Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya kekurangan dan keterbatasan
kemampuan dalam penulisan skripsi ini, sehingga jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran konstruktif dari semua pihak senantiasa penulis harapkan.
Semoga karya tulis skripsi ini layak untuk diperbincangkan dan bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalmu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 23 Februari 2019
Peneliti
Ahmad Nur Fauzi
NIM. 156010211
x
x
PEDOMAN PEDOMAN
TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Berdasarkan SKB Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI
Nomor : 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Maret 1988
A. KONSONAN TUNGGAL
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
- Alif اtidak
dilambangkan
- Bâ„ b ب
- Tâ„ t ت
Sâ' ś ثS dengan titik di
atas
- Jim j ج
Hâ„ ң حh dengan titik di
bawah
- Khâ„ kh خ
- Dâl d د
Zâl ż ذz dengan titik di
atas
- Râ‟ r ر
- Zâ‟ z ز
- Sin s س
- Syîn sy ش
Sâd s صs dengan titik di
bawah
xi
xi
Dâd d ضd dengan titik di
bawah
Tâ‟ t طt dengan titik di
bawah
Zâ‟ z ظz dengan titik di
bawah
Ain „ koma terbalik„ ع
- Gain g غ
- Fâ‟ f ؼ
- Qâf q ؽ
- Kâf k ؾ
- Lâm l ؿ
- Mîm m ـ
- Nûn n ف
- Wâw w و
- Hâ‟ h هػ
‟ Hamzah ء
Apostrof lurus
miring (tidak
untuk awal kata)
- Yâ‟ y ي
Tâ‟ marbutah h ةDibaca ah ketika
mawquf
Tâ‟ marbutah h/t ة...
Dibaca ah/at
ketika mawquf
(terbaca mati)
xii
xii
B. Vokal Pendek Arab Latin Keterangan Contoh
A ػ ػػBunyi fathah
pendek ف ل ا I ػ ػػ
Bunyi kasrah
pendek س ئ ل
U ػػػ Bunyi dlammah
pendek ا ح د
C. Vokal Panjang
Arab Latin Keterangan Contoh
 اػ Bunyi fathah
panjang كا ف
Î يػ Bunyi kasrah
panjag ف ي ك U و ػ
Bunyi dlammah
panjang نػ و ا ك و
D. Diftong
Arab Latin Keterangan Contoh
Aw و ػ Bunyi fathah
diikuti waw م و ز ي ػ Ai
Bunyi fathah
diikuti ya‟ ك ي د
E. Pembauran Kata Sandang Tertentu
Arab Latin Keterangan Contoh
Al Qa ق ل ا Bunyi al
qamariyyah القمرية
Asy Sya لش ا
Bunyi al
syamsiyyah dengan
/ diganti huruf
berikutnya
مسيةالش
Wal / Wat و الت ػ/و ال ػم
Bunyi al
qamariyyah / al
syamsiyyah diawali
huruf hidup adalah
tidak terbaca
والقمرية/ والشمسية
xiii
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
HALAMAN ABSTRAK ....................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................... v
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ..................................................................... viii
HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................. x
HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Alasan Pemilihan Judul ................................................................... 4
C. Telaah Pustaka ................................................................................ 5
D. Fokus Penelitian ............................................................................... 6
E. Penegasan Istilah........................................................................ 7
F. Tujuan Penelitan............................................................................... 9
G. Manfaat Penelitian........................................................................... 10
H. Metode Penelitian ..................................................................... 11
a. Jenis dan Pendekatan Penelitian..................………………….. 11
b. Subyek dan Objek Penelitian ..................................................... 12
c. Jenis dan Sumber Data .............................................................. 12
d. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 13
e. Metode Analisis Data ............................................................... 15
I. Sistematika Penulisan Skripsi ......................................................... 15
xiv
xiv
BAB II KURIKULUM PESANTREN PADA PENDIDIKAN DINIYAH
FORMAL......................... ................................................................... 18
A. Kurikulum ......................................................................................... 18
1. Pengertian Kurikulum..................…………………………….. 18
2. Komponen Kurikulum ............................................................... 20
B. Pesantren....................................……………….....................….. 23
1. Pengertian Pesantren .................................................................. 23
2. Metode Pembelajaran Pesantren………………………............ 25
3. Metode Pembelajaran Modern………..…….….………..…….… 28
4. Tujuan Pesantren ...............................……………………….. 31
5. Ciri-ciri umum Pesantren...................… .............……………… 31
C. Kurikulum Pesantren ......................................................................... 34
1. Pengertian Kurikulum Pesantren............……………………….. 34
2. Bentuk-Bentuk Kurikulum Pesantren ........................................ 35
3. Dalil Terkait Kurikulum Pesantren ............................................ 36
4. Ciri-ciri Kurikulum Pesantren .................................................... 38
D. Pendidikan Diniyah Formal ............................................................. . 38
1. Pengertian Pendidikan Diniyah Formal ..................................... . 38
2. Tujuan Pendidikan Diniyah Formal ……………..................... 40
3. Jenjang dan Kurikulum Pendidikan Diniyah Formal..…………. 41
BAB III IMPLEMENTASI KURIKULUM PESANTREN PADA
PENDIDIKAN DINIYAH FORMAL TINGKAT ULYA APIK
(STUDI DI PONDOK PESANTREN SALAF APIK KAUMAN
KRAJAN KULON KALIWUNGU KENDAL)............................. 53
A. Kondisi Umum Pondok Pesantren APIK Kampung Kauman
Kaliwungu ....................................................................................... 53
1. Sejarah Berdiri .......................................................................... 53
2. Letak Geografis ......................................................................... 57
3. Tugas dan Wewenang ............................................................... 57
4. Sarana dan Prasarana ................................................................ 61
xv
xv
5. Struktur Organisasi ................................................................... 63
6. Kegiatanda Ekstrakurikuler ....................................................... 64
7. Kegiatan Santri .......................................................................... 64
8. Keadaan Guru (Ustadz) ............................................................. 65
9. Keadaan Siswa (Santri) ............................................................. 67
B. Kurikulum Pesantren di Pon Pes Salaf APIK .................................. 69
C. Implementasi Kurikulum Pesantren Pada Pendidikan Diniyah Formal
Tingkat Ulya APIK ......................................................................... 74
BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM PESANTREN PADA
PENDIDIKAN DINIYAH FORMAL TINGKAT ULYA APIK
(STUDI DI PONDOK PESANTREN SALAF APIK KAUMAN
KRAJAN KULON KALIWUNGU KENDAL)................................ 80
A. Implementasi Kurikulum Pesantren di Pondok Pesantren Salaf APIK
……………………………………..………………………..…... 80
B. Implementasi Kurikulum Pesantren Pada Pendidikan Diniyah Formal
Tingkat Ulya APIK .......................................................................... 81
C. Analisis Implementasi Kurikulum Pesantren Pada Pendidikan Diniyah
Formal Tingkat Ulya APIK .............................................................. 83
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 85
A. Kesimpulan ..................................................................................... 85
B. Saran ................................................................................................ 86
C. Kata Penutup ................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bahasan penting dalam setiap insan. Keberadaannya
dianggap suatu hal yang mendasar dan pokok dalam setiap kehidupan manusia kerap
kali pendidikan dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan suatu bangsa. Dalam UU
No.20 tahun 2003 pasal 3 terkait dengan tujuan pendidikan nasional yaitu :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara
yang demokratis, serta bertanggung jawab.2
Abu hurairah R.A meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda:
س ػ ه م خ ل قا ا ي اناا ح م ل ال م ؤ م ن 3)رواهالترمذى( ا ك Artinya: orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang
berakhlak mulia ) HR Tirmidzi)
Ibnu Qayyim menuturkan: keseluruhan isi agama Islam merupakan akhlak.
Jadi,”barang siapa yang akhlaknya lebih luhur daripada dirimu, berarti ia memiliki
derajat agama yang lebih tinggi daripada dirimu”.
Dari hadits diatas dijelaskan diantara hal yang paling mulia bagi sesudah iman
dan ibadah kepada Allah ialah akhlak yang mulia (akhlakul karimah). Dengan
akhlak yang mulia terciptalah kemanusiaan manusia dan perbedaanya dengan
hewan.4
2 Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 8.
3 Muhyidin Abi Zakariya, Riyadussolikhin, (Surabaya : Pustaka Assalam,2015), hlm.130.
4 Sudirman Tebba, Manusia Malaikat, (Yogyakarta: Cangkir Geding, 2005), hlm. 15.
2
Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan.
Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar 12
tahun. Pendidikan Pesantren merupakan pendidikan yang bermuara penataan nilai
kepada peserta didik harus berjalan selaras dengan pendidikan yang seutuhnya.
Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain, Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan
dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pengelolaan, standar pembiayaan
dan standar penilaian pendidikan.5
Kedudukan pondok pesantren tidak lagi dapat dipisahkan dari kehidupan umat
Islam Indonesia, lembaga pendidikan Islam tertua ini sudah dikenal semenjak agama
Islam datang di Indonesia, Sejarah pondok pesantren tidak bisa di pisahkan dari
sejarah pertumbuhan masyarakat Indonesia, hal ini bisa dibuktikan bahwa semenjak
kurun waktu kerajaan Islam pertama di Aceh dalam abad-abad pertama hijriyah
banyak Wali dan Ulama menjadi cikal bakal desa baru. Pengakuan masyarakat atau
jamaah sekelilingnya atas kehadiran Kiyai atau Ulama merupakan modal dasar bagi
berdirinya pondok pesantren6
Latar belakang berdirinya sebuah pesantren adalah untuk memenuhi kebutuhan
yang dirasakan sebagai permintaan kelompok untuk mempersiapkan anak-anak
memasuki lingkungan masyarakat yang bersifat maju dan kompleks.7
Pesantren dimasa kekinian memiliki berbagai pendidikan baik formal maupun
non formal, setiap lembaga tersebut memiliki kurikulum yang khas pesantren.
Menurut sifatnya Van Bruinessen berpendapat bahwa kurikulum pesantren tidak
5 Cholil Dahlan, et.all., Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar, Menengah, (Jombang:
Keputusan Majelis Pondok Pesantren Darul Ulum,2016), hlm 1.
6 Ibid., hlm. 19-20.
7 Ibid., hlm 23.
3
disetandarisasi. Hampir setiap pesantren mengajarkan kombinasi yang berbeda –
beda dan banyak kiyai yang memiliki intelektual dalam menguasai kitab tertentu.8
Kementerian Agama RI membuka ruang baru dan memberikan pilihan kepada
masyarakat untuk mendidik putera puterinya menjadi kader ulama melalui layanan
Pendidikan Diniyah Formal (PDF). Layanan Pendidikan Diniyah Formal ini tunduk
atas Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan
Keagamaan Islam, yang merupakan turunan atas Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, yang
merupakan Analisis Implementasi dari Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pesantren yang menyelenggarakan Pendidikan Formal melalui Madrasah justru
memilki keterbatasan beban belajar kurikulernya, mata pelajaran agama (Islam)
diajarkan kepada para siswanya hanya 2 hingga 3 jam pelajaran untuk setiap
minggunya.
Jika melihat beban belajar kurikulernya, mata pelajaran agama Islam yang
diajarkan kepada para siswanya diwujudkan dalam mata-mata pelajaran: Al-Quran-
Hadits, Fiqh, Aqidah-Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab yang
diajarkan dalam beberapa jam pelajaran yang jauh lebih sedikit dibanding dengan
mata-mata pelajaran umum, yang justru menghilangkan pesantren sebagai pusat
pembentuk lulusan yang mutafaquh fiddin.
Kehadiran Pendidikan Diniyah Formal memberikan warna baru bagi pesantren
yang memilki kekhasan tersendiri, dengan Pendidikan Diniyah Formal ini pesantren
lebih di utamakan untuk mengembangkan kekhasannya sendiri dari mulai kurikulum
yang diatur oleh Kementerian Agama RI melalui kesepakatan dan pembentukan oleh
dewan masyayikh9, Jika diakumulasi beban mata-mata pelajaran pendidikan
keagamaan Islam setidaknya 75% dari seluruh beban pelajaran, sementara beban
mata-mata pelajaran pendidikan umum sekitar 25% dari seluruh beban pelajaran.
8 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat,(Bandung; Mizan,1995), hlm,
114-115.
9 Dewan Penjamin Kualitas Pesantren yang terdiri dari pengasuh pesantren dan akademisi
pendidikan Islam.
4
Pondok Pesantren Salaf APIK merupakan pesantren yang berumur satu abad
yang terletak di desa Kauman kecamatan Kaliwungu kebupaten Kendal Pondok
Pesantren ini dijadikan lokasi penelitian oleh peneliti dengan pertimbangan memiliki
keunggulan dari pada pondok – pondok lain yang menyelenggarakan Pendidikan
Diniyah Formal, Pondok Pesantren Salaf APIK menjadi salah satu pondok pesantren
yang menyelenggarakan Pendidikan Diniyah Formal pada angkatan pertama yaitu
pada tahun 2015, Pondok pesantren Salaf APIK juga menjadi rujukan pondok
pesantren baru atau lama yang menyelenggarakan Pendidikan Diniyah Formal
karena sebelum pondok Pesantren Salaf APIK mendirikan Pendidikan Diniyah
Formal sudah menyelenggarakan pendidikan diniyah non formal yang memiliki
kesamaan kurikulum dengan Pendidikan Diniyah Formal sehingga perubahannya
tidak terlalu sighnifikan sehingga lebih mudah dalam mengimplementasikan
kurikulum Pendidikan Diniyah Formal.
Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas dan agar masyarakat tidak lagi
memandang bahwa pendidikan diniyah merupakan pendidikan non formal yang
belum bisa di sederajatkan secara formal baik secara tingkatan atau kurikulumnya,
apalagi pendidikan diniyah di pesantren, maka dari itu penulis merasa tertarik untuk
mengkaji kurikulum yang diterapkan di pondok tersebut. Penulis mengangkat
ketertarikan tersebut dalam sebuah skripsi dengan judul “Analisis Implementasi
kurikulum Pesantren Pada Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya (Studi Kasus
di PP. Salaf APIK Kauman Kaliwungu Kendal”
B. Alasan Pemilihan Judul
Penulis mengangkat judul diatas dengan beberapa alasan di antaranya :
1. Sebagian masyarakat masih memandang bahwa pendidikan diniyah merupakan
pendidikan non formal
2. Pendidikan diniyah masih dianggap pendidikan local yang belum bisa di
sederajatkan secara formal baik secara tingkatan atau kurikulumnya, apalagi
pendidikan diniyah di pesantren.
5
3. Faktanya, ada pesantren yang memiliki pendidikan berbagai tingkatan di akui
secara formal dengan kurikulum yang baik, salah satunya adalah Pondok
Pesantren Salaf APIK Kauman Kaliwungu Kendal.
4. Belum ditemukan penelitian yang fokus pada tema ini.
C. Telaah Pustaka
Sebelum melakukan penelitian ini, penulis mengadakan kajian terhadap
penelitian yang sudah ada. Sejauh ini penulis belum pernah menemukan penelitian
yang mengkaji tentang permasalahan yang persis sama dengan permasalahan yang
penulis kaji. Walaupun demikian terdapat beberapa penelitian yang pembahasannya
berhubungan dengan permasalahan yang penulis bahas. Untuk lebih jelasnya, berikut
ini penulis sebutkan beberapa peneliti dan hasil penelitiannya, diantaranya adalah:
1. Skripsi Puji Rahayu “Implementasi Kurikulum Pondok Pesantren Dalam
Membentuk Akhlak Siswa Di Man Rejoso Peterongan Jombang”10
Dalam
penelitian ini menunjukan bahwa kurikulum yang diterapkan secara structural di
MAN Rejosari memakai dua kurikulum yaitu kurikulum pesantren dan Kemenag,
sebagai upaya dalam membentuk akhlak siswa dibentuklah program untuk
membentuk akhlak siswa seperti Program membaca Al-Quran, Hafalan juz 30 dan
surat-surat khos, hafalan-hafalan amalan khusus, program sholat dhuha, Aqidatul
Awwam, pembinaan kerohanian, banjari, da‟i sampai pembinaan musabaqoh tilawatil
quran atau qiro‟ah, agar siswa terlatih dan akhirnya terbiasa melakukan hal-hal yang
berguna dan mendatangkan pahala bagi yang melaksanaknnya.
2. Skripsi Moh Chalim Al Asrori “Implementasi Kurikulum Dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Kitab Klasik Di Kalangan Santri Madrasah Diniyah
Manba’ul Hikam Putat Tanggulangin Sidoarjo”11
dalam penelitian ini disebutkan
bahwa penerapan kurikulum di madrasah diniyah Manba`ul hikam sudah tersusun
dengan baik dengan menejemen yang rapih pula, Pelaksanaan pembelajaran kitab-
kitab klasik untuk meningkatkan kemampuan membaca teks bahasa arab tanpa
10 Skripsi Puji Rahayu “Implementasi Kurikulum Pondok Pesantren Dalam Membentuk Akhlak
Siswa Di Man Rejoso Peterongan Jombang 2017
11
Skripsi Moh Chalim Al Asrori “Implementasi Kurikulum Dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca Kitab Klasik Di Kalangan Santri Madrasah Diniyah Manba’ul Hikam Putat Tanggulangin
Sidoarjo 2015”
6
harokat dan arti dikatakan sudah baik dengan dibuktikan peningkatan santri dalam
kemampuan membaca kitab klasik setelah menempuh beberapa jenjeng kelas.
3. Tesis dengan judul ”Modernisasi Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Respon
Masyarakat Pada Kajian Keagamaan (Studi kasus pada Pondok Pesantren
Roudlotul Mubtadiin Balekambang Jepara)”12
modernisasi kurikulum yang
diterapkan di madrasah diniyah Pondok Pesantren Roudlotul Mubtadiin sudah
memenuhi persyaratan modernisasi dan bentuk modernisasi ini dalam bentuk
evaluasi dan metode yang dilakukan.
Dari skripsi-skripsi di atas terdapat perbedaan yang mendasar dengan skripsi
yang penulis susun, di antara perbedaan tersebut yaitu pada skripsi yang Pertama
lebih menitik beratkan pelaksanaan Kurikulum Kepesantrenaan dalam membentuk
Akhlak Siswa, sedangkan pada skripsi yang Kedua lebih fokus pada menganalisis
pelaksanaan Kurikulum Madrasah Diniyah dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca Kitab Klasik Santri. Dan sekripsi ketiga lebih menitik beratkan pada
Modernisasi Pondok Pesantren melalui kurikulum, Maka peneliti garis bawahi
bahwa dilihat berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan oleh peneliti, penelitian ini
merupakan penelitian analisis penerapan kurikulum yang tidak sama dengan
penelitian yang sudah sudah ada.
D. Fokus Penelitian
Untuk permasalahan yang dapat peneliti angkat dalam skripsi ini tidak terlepas
dari gambaran latar belakang di atas diantaranya :
1. Seperti apa kurikulum pesantren di Pondok Pesantren Salaf APIK ?
2. Bagaimanakah Implementasi kurikulum pesantren Pada Pendidikan Diniyah
Formal Tingkat Ulya APIK ?
3. Bagaimana Analisis Implementasi Kurikulum Pesantren Pada Pendidikan Diniyah
Formal Tingkat Ulya APIK ?
12 Tesis Muhammad Solihin ”Modernisasi Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Respon
Masyarakat Pada Kajian Keagamaan Studi kasus pada Pondok Pesantren Roudlotul Mubtadiin
Balekambang Jepara 2016”
7
E. Penegasan Istilah
Untuk memberi gambaran yang jelas agar tidak terjadi salah tafsir, maka penulis
menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul di atas sebagai berikut :
a. Implementasi
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, Analisis Implementasi diartikan
sebagai proses, cara, perbuatan, penerapan, pemasangan, pemanfaatan, perihal
mempratikkan.13
Adapun yang dimaksud dalam judul ini adalah pelaksanaan
kurikulum pesantren Pada Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya.
b. Kurikulum
Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa
Yunani yaitu curir yang artinya ”pelari” dan curere berarti ”tempat berpacu”.14
Kemudian pengertian kurikulum diterapkan dalam bidang pendidikan yaitu suatu
lingkaran pengajaran, dimana guru dan murid terlibat di dalamnya.
Secara garis besar kurikulum dibedakan menjadi dua bagian yaitu pengertian
secara sempit (Tradisional) dan pengertian secara luas (modern). Pengertian
secara sempit dapat diartikan bahwa kurikulum hanya dipahami sebagai sejumlah
mata pelajaran di sekolah atau di perguruan tinggi yang harus ditempuh untuk
mendapatkan ijazah atau tingkat. Sedangkan dalam arti luas, kurikulum ialah
semua kegiatan dan pengalaman belajar serta “segala Sesuatu” yang
berpengarush terhadap pembentukan pribadi peserta didik, baik di sekolah
maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan
pendiidkan.15
c. Pesantren
Pengertian Pesantern secara bahasa berasal dari pengertian asrama-asrama
para santri yang disebut pondok atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu atau
berasal dari bahasa Arab fundug yang berarti hotel atau asrama. Sedangkan
perkataan pesantren berasal dari kata santri yang dengan awalan pe di depan dan
akhiran an berarti tempat tinggal para santri.
13 Penyusun pusat bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), hlm 180.
14
Zaenal Arifin, Konsep dan Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2014), hlm. 2.
15
Ibid, hlm 78.
8
A.H. John berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang
berarti guru mengaji, sedangkan C.C Berg berpendapat bahwa istilah tersebut
berasal dari istilah shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-
buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Kata
shastri berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama
dan buku-buku tentang ilmu pengetahuan.
Sementara menurut KH. Abdurrahman wahid, pesantren diartikan sebagai
suatu tempat yang dihuni oleh para santri. Pernyataan ini menunjukkan makna
pentingnya ciri-ciri pesantren sebagai sebuah lingkungan pendidikan yang
integral. Sebagai mana beliau mengumpamakan layaknya sebuah akademi
militer16
.
Secara terminologis Imam Zarkasyi mengartikan pesantren :
“Sebagai Lembaga Pendidikan Islam dengan system asrama atau pondok,
dimana kiyai sebagai figure sentralnya, masjid dan pondok sebagai pusat
kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran Agama Islam dibawah
bimbingan kiyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya”.17
Dalam hal ini pula Zamahsyari Dlofier mendefinisikan pesantren sebagai
lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya
moral keagmaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Pengertian tradisional
dalam batasan ini menunjuk bahwa lembaga ini hidup sejak ratusan tahun yang
lalu dan telah menjadi bagian yang mendalam bagi sistem kehidupan sebagaian
besar umat Islam Indonesia, yang merupakan golongan mayoritas bangsa
Indonesia, dan telah mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan
perjalanan hidup umat, bukan tradisional dalam arti tetap tanpa mengalami
penyesuaian.
16 Said Agil Siraj et. all. Pesantren Masa Depan; Wacana Pemberdayaan Dan Transformasi
Pesantren, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), hlm 13.
17
Misbach, KH. Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis Pesantren Modern (Ponorogo: Gontor
Press, 1996), hlm 56.
9
d. Kurikulum pesantren
Studi-studi tentang pesantren tidak menyebut kurikulum yang baku di
kalangan pesantren. Hal ini dapat dipahami karena pesantren sesungguhnya
merupakan lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang bebas dan otonom. Dari
segi kurikulum, pesantren selama ini diberi kebebasan oleh Negara untuk
menyusun dan melaksanakan kurikulum pendidikan secara bebas dan merdeka.
Namun demikian, jika dilihat dari studi-studi tentang pesantren diperolah bentuk-
bentuk kurikulum yang ada dikalangan pesantren. Menurut Lukens-Bull, secara
umum kurikulum pesantren dapat dibedakan menjadi 4 bentuk, yaitu (1)
Pendidikan Agama (2) Pengalaman dan Pendidikan Moral (3) Sekolah dan
Pendidikan Umum, serta (4) Keterampilan dan Kursus.18
e. Pendidikan Diniyah Formal
Pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh dan berada di
pesantren secara terstruktur dan berjenjang pada jalur Pendidikan Formal19
f. Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya
Pendidikan keagamaan Islam berlegalitas Formal terdiri atas 3 (tiga)
tingkatan20
yang sederajat dan memiliki kewenangan yang sama dengan
madrasah aliyah/sekolah menengah atas/ sekolah menengah kejuruan.21
g. Pondok Pesantren Salaf APIK
Pondok Pesantren Salaf APIK adalah Pondok Pesantren Salaf terletak di desa
Kauman kecamatan Kaliwungu kebupaten Kendal yang menyelanggarakan
Pendidikan Diniyah Formal pada tahun 2015.
F. Tujuan Penelitian
Dengan adanya berbagai permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak
dicapai penulis adalah :
1. Ingin mengetahui apa saja kurikulum pesantren di Pondok Pesantren Salaf APIK
18 Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural Di Pesantren, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,
2011),hlm 184.
19
PMA Nomor 13 Tahun 2014
20
PMA Nomor 13 Tahun 2014 Pasal 26
21
PMA Nomor 13 Tahun 2014 Pasal 24
10
2. Bagaimanakah Implementasi kurikulum pesantren di Pendidikan Diniyah Formal
Tingkat Ulya APIK
3. Ingin mengetahui bagaimana Analisis Implementasi Kurikulum Pesantren Pada
Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK
G. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, baik secara
teoritis maupun praktis.
a. Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam
pengembangan Kurikulum pesantren di Pendidikan Diniyah Formal Tingkat
Ulya APIK dan sebagai wacana baru dalam kemajuan pondok pesantren
sehingga dapat meningkatkan kualitas dimasa yang akan datang.
2. Memberikan gambaran secara jelas tentang Implementasi kurikulum pondok
pesantren pada Pendidikan Diniyah Formal Ulya APIK
3. Menambah wawasan dan pengetahuan kepada masyarakat umum tentang
kurikulum pesantren di Pendidikan Diniyah Formal Ulya APIK
b. Manfaat secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih manfaat secara
praktis kepada:
a. Ustadz Bagian Kurikulum
Diharapkan dari hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai acuan bagi
para asatidz untuk semakin meningkatkan kembali dalam menerapkan
kurikulum pesanatren di Pendidikan Diniyah Formal.
b. Pondok Pesantren
Dengan adanya hasil dari penelitian diharapkan Pondok Pesantren
memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam meningkatkan prestasi lembaga dan menerapkan kurikulum secara
optimal dan sistematis.
11
c. Santri
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai motivasi bagi para santri dalam
mengkaji, mendalami dan memahami ilmu agama.
d. Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar
yang menumbuhkan kemampuan dan ketrampilan meneliti serta pengetahuan
yang lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji.
H. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat Kualitatif deskriptif yaitu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat dipahami.. Sudarwan Darwin
mengemukakan beberapa ciri-ciri dominan penelitian deskriptif sebagai berikut :
1. Bersifat mendeskripsikan kejadian atau pristiwa yang bersifat actual.
2. Dilakukan secara survey. Dalam arti luas penelitian ini mencakup seluruh metode
penelitian kecuali bersifat historis dan eksperimental.
3. Bersifat mencari informasi factual dan dilakukan secara mendetail.
4. Mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan
dan praktik –praktik yang sedang berlangsung.
5. Mendeskripsikan subyek yang sedang dikelola oleh kelompok orang tertentu
dalam waktu bersamaan22
Adapun langkah –langkah yang di tempuh dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah
pendekatan penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik, bahwa datanya
22 Zulkarnain, Transsformasi nilai-nilai pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008),
hlm 71.
12
dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya (natural
setting) dengan tidak merubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan23
sehingga dalam penelitianan di lokasi Pondok Pesantren Salaf APIK Kauman
Kaliwungu Kendal ini peneliti menggambarkan peristiwa maupun kejadian
yang ada di lapangan tanpa mengubahnya menjadi angka maupun simbol.
b. Subyek dan Objek Penelitian
Aktifitas awal dalam proses pengumpulan data adalah menentukan subyek
penelitian. Hal ini penting agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan
informasi. Oleh karna itu, informasi diharapkan dapat terkumpul sebagai upaya
untuk menjawab pertanyaan peneliti yang diajukan. Dalam penelitian kualitatif,
pemilihan subyek penelitian dapat menggunakan criterion-basec selection,
yang didasarkan pada asumsi bahwa subyek tersebut sebagai aktor dalam tema
penelitian yang diajukan. Dalam penentuan informan, dapat digunakan model
snow ball sampling. Metode ini digunakan untuk memperluas subyek
penelitian.
Adapun yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah Kurikulum
Pesantren Pada Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK
2. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Penelitian
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu data tentang
Kurikulum Pesantren Pada Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK dan
dibedakan berdasarkan sumber data yang di perlukan secara umum di bagi
menjadi dua: penelitian primer dan penelitian sekunder.
1) Sumber data Primer
Membutuhkan data atau informasi dari sumber pertama, biasanya
disebut responden. Data atau informasi informasi dari informan ini
diperoleh melalui wawancara, pengamatan, dokumentasi. Dalam penelitian
kualitatif, yang bersumber data utama adalah informan penelitian yang
memiliki atau pernah memiliki kedekatan dengan masalah yang sedang
23 Hadari Nawawi dan Nini Martini, Penelitian Terapan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 1996), hlm 174.
13
diteliti dalam hal ini yaitu kepala bidang kurikulum, santri dan pengasuh
Pondok Pesantren.
santri, ustadz, dan Kepala bagian kurikulum,
2) Sumber data Sekunder
Penelitian menggunakan bahan yang bukan dari sumber pertama
sebagai sarana untuk memperoleh data atau informasi untuk menjawab
masalah yang diteliti. Penelitian ini juga dikenal dengan penelitian yang
menggunakan kepustakaan, Peneliti mengambil data-data dokumen yang
memuat informasi tentang kurikulum pesantren di Pendidikan Diniyah
Formal Ulya APIK Pondok Pesantren Salaf APIK dan juga melakukan
observasi
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini merupakan penelitian dalam ranah lapangan. Jadi,
penelitian untuk pengumpulan data dengan cara terjun langsung kelapangan untuk
mendapatkannya dengan memakai berbagai metode tertentu. Sedangkan untuk
landasan teori, peneliti lebih banyak memakai data perpustakaan. Dalam
pencarian data, peneliti memakai beberapa metode sebagai berikut :
a. Metode Observasi
Cara ini di gunakan untuk menjelaskan suatu kejadian secara sistematis.24
Observasi ini dilakukan dengan mengamati langsung kondisi kurikulum
pesantren di Pendidikan Diniyah Formal Ulya APIK serta problematika di
dalamnya, Dalam hal ini peneliti bertindak sebagao pengamat nonpartisipan.
b. Metode Wawancara / Interview
Metode interview adalah dialog yang dilakukan oleh pewancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee)25
.
Sebagai mana diungkapkan oleh Sutrisno Hadi Mengatakan bahwa metode
wawancara adalah metode pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yang
24 N. Ardi Setyanto, Interaksi dan Komunikasi Efektif Belajar Mengajar, (Yogyakarta :Diva Press
2017), hlm 199.
25
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, (Jakarta, PT Rineka Cipta,
2013), hlm 198.
14
dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan dengan tujuan penelitian26
.
Wawancara yang dilakukan Pondok Pesantren Salaf APIK ini adalah
wawancara dalam bentuk in-depth interview (wawancara secara mendalam).
Wawancara dimaksudkan untuk memperolah data mengenai seputar
permasalahan penelitian yang semakin lengkap dan mendalam. Pada teknik
wawancara dengan format ini, subyek penelitian lebih kuat pengaruhnya dalam
menentukan isi wawancara. Adapun pihak-pihak yang akan di wawancarai
adalah :
1. Kepala Bagian Kurikulum Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK.
2. Para Pengurus / Asatidz Pendidikan Diniyah Formal APIK
3. Santri Pendidikan Diniyah Formal APIK
c. Metode Dokumentasi
Analisis isi, seringkali disebut analisis dokumen adalah telaah sistematis
atas catatan-catatan/dokumen-dokumen sebagai sumber data. Dokumentasi
biasanya dibagi atas dokumentasi pribadi dan dokumentasi resmi yang terdiri
atas buku harian, surat pribadi dan autobiografi. Selain itu untuk menguji,
menjelaskan serta Menganalisis Implementasi Kurikulum Pesantren Pada
Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Tingkat Ulya penulis menggunakan
metode ini dengan cara menyelidiki dokumen-dokumen untuk mencari
informasi yang sesuai dengan masalah pokok penelitian yang berguna untuk
analisis penelitian.
4. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan cara menganalisis data selama
penelitian berada di Pondok Pesantren Salaf APIK. Pada tahap analisis data
selama berada di lapangan, peneliti mempertajam fokus penelitian pada fokus-
fokus penelitian yang menarik. Disamping itu, peneliti melakukan pengembangan
pertanyaan-pertanyaan guna menjaring data sebanyak mungkin, serta
menganalisis hasil pengamatan di lapangan dan mengkontekskanya dengan
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Setelah proses pengumpulan data di lapangan,
26 Sutrisno Hadi, Metodologi Research,(Yogyakarta, Andi Offset, 1989), hlm 193.
15
peneliti melakukan analisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Reduksi data yaitu proses memilih, menyederhanakan, memfokuskan,
mengabstraksikan dan mengubah data kasar yang muncul dari catatan-catatan
di Pondok Pesantren Salaf APIK. Reduksi data dimaksudkan untuk
menentukan data sesuai dengan permasalahan yang akan peneliti teliti.
b. Mendisplay data yaitu menyajikan data kedalam berapa format catatan
penelitian yang dianggap perlu seperti table dan lain-lain..
c. Memverifikasi data serta menarik kesimpulan yaitu menginterpretasikan
data/fakta yang telah diolah lalu dibandingkan dengan ketentuan-ketentuan
teoritis dan normative yang berlaku universal. Kemudian ditetapkan sebagai
kesimpulan akhir.
I. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk mempermudah dalam penyusunan dan memahami skripsi terlebih dahulu
disajikanya sistematika penulisanya, untuk itu penulis membagi penulisan skripsi ini
menjadi tiga bagian, diantara bagian-bagian tersebut yaitu :
1. Bagian Awal
Bagian muka terdiri atas halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman
pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar,
pedoman transliteransi , halaman daftar isi, daftar gambar dan tabel.
2. Bagian Isi
Untuk memudahkan dan memberikan arahan yang jelas dan sistematik, maka
penyusunan penelitian skripsi ini dibagi kedalam lima bab, yang sistematis
sebagai berikut:
BAB 1 : Pendahuluan
Bab ini merupakan global dari seluruh isi skripsi yang
menguraikan tentang latar belakang masalah. Alasan pemilihan
judul, telaah pustaka, fokus Penelitian, penegasan istilah,
tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan
16
sistematika penelitian penyusunan skripsi.
BAB II : Konsep Dasar Kurikulum Pesantren Pada Pendidikan Diniyah
Formal.
Bab ini berisikan teori-teori, konsep-konsep yang
mendukung fokus penelitian yaitu tentang Kurikulum
Pesantren Pada Pendidikan Diniyah Formal yang terdiri dari
pembahasan tentang Kurikulum, Pesantren, kurikulum
pesantren dan Pendidikan Diniyah Formal.
BAB III : Kurikulum Pesantren Pada Pendidikan Diniyah Formal di
Pondok Pesantren Salaf APIK Kauman Kaliwungu Kendal.
Bab ini merupakan hasil penelitian mengenai situasi
mengenai Pondok Pesantren Salaf APIK Kauman Kaliwungu
Kendal terdiri dari dua bagian yaitu : a. Laporan penelitian
yaitu meliputi Gambaran umum Pondok Pesantren Salaf
APIK, kondisi umum Pondok Pesantren Salaf APIK meliputi
sejarah berdiri, letak geografis, struktur organisasi, tugas dan
wewenang, keadaan guru/ustadz dan santri serta sarana dan
prasarana , b. Data tentang Implementasi Kurikulum Pesantren
Pada Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya di Pondok
Pesantren Salaf APIK Kauman Kaliwungu Kendal.
BAB IV : Analisis Implementasi Kurikulum Pesantren Pada Pendidikan
Diniyah Formal Tingkat Ulya di Pondok Pesantren Salaf APIK
Kauman Kaliwungu Kendal.
Bab ini menjelaskan tentang Analisis Implementasi
Kurikulum Pesantren di Pondok Pesantren Salaf APIK
Kauman Kaliwungu Kendal, Analisis Implementasi Kurikulum
Pesantren Pada Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya
APIK dan Analisis Implementasi Kurikulum Pesantren
Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK di Pondok
17
Pesantren Salaf APIK Kauman Kaliwungu Kendal.
BAB V : Penutup
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari serangkaian
pembahasan skripsi berdasarkan analisis yag telah dilakukan
serta saran-saran untuk disampaikan kepada obyek penelitian
atau bagi penelitian selanjutnya dan penutup.
3. Bagian Akhir
Pada bagian ini meliputi pada daftar pustaka, lampiran-lampiran serta
daftar riwayat pendidikan penulis.
18
BAB II
KURIKULUM PESANTREN PADA PENDIDIKAN DINIYAH FORMAL
I. Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum.
Dalam bidang pendidikan, kurikulum merupakan unsur penting dalam
setiap bentuk dan model pendidikan yang manapun. Tanpa adanya kurikulum,
sulit rasanya bagi para perencana pendidikan dalam mencapai tujuan
pendidikan yang diselenggarakan.27
Kurikulum merupakan alat yang sangat
penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan
tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang
diinginkan.28
Oleh karena itu, kurikulum berpengaruh sekali kepada maju
mundurnya pendidikan.29
Kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang semula digunakan dalam
bidang olahraga yaitu curere yang berarti jarak yang harus ditempuh dalam
kegiatan berlari mulai dari start hingga finish. Pengertian ini kemudian
diterapkan dalam bidang pendidikan.
Menurut Hasan Langgulung kurikulum adalah jalan yang terang yang
dilalui oleh pendidik dan peserta didik serta nilai-nilai yang ada.30
Kurikulum yang tertuang dalam Undang-undang sisdiknas Nomor
20/2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.31
Kurikulum memiliki arti berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-
masing diantaranya kurikulum secara tradisional dan kurikulum modern,
Secara tradisional kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan
27 Suyanto dan Djihad Hasyim, Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki
Milenium III, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2000), hlm 59.
28
Nana Sudjana, Pembinaan dan pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru,
1991), hlm 3.
29
Cece Wijaya, Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992), hlm 24.
30
Abdul Manaf, Manajemen Perubahan Kurikulum, (Yogyakarta : Kalimedia 2005) hlm 1
31
Ibid., hlm 2.
19
di sekolah. Pengertian kurikulum yang dianggap tradisi ini masih banyak
dianut sampai sekarang ini. Implikasi dari kurikulum tradisional ialah :
a. Kurikulum terdiri atas sejumlah pelajaran. Mata pelajaran adalah kumpulan
warisan budaya dan pengalaman-pengalaman masa lampau yang
mengandung nilai-nilai positif untuk disampaikan kepada generasi muda,
b. Peserta didik harus menguasai dan mempelajari seluruh mata pelajaran,
c. Mata pelajaran tersebut hanya dipelajari di sekolah secara terpisah-pisah,
d. Tujuan akhir kurikulum ialah Ijazah.32
Sedangkan menurut pandangan modern, kurikulum lebih dari sekedar
rencana pelajaran atau bidang studi. Kurikulum dalam pandangan modern
ialah semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah.33
Implikasi dari kurikulum modern ialah :
a. kurikulum tidak hanya terdiri atas sejumlah mata pelajaran, tetapi juga
meliputi semua kegiatan dan pengalaman potensial yang telah disusun
secara ilmiah,
b. Kegiatan dan pengalaman belajar tidak hanya terjadi di sekolah , tetapi juga
diluar sekolah atas tanggung jawab sekolah,
c. Guru sebagai pengembang kurikulum perlu menggunakan multistrategi dan
pendekatan,
d. Tujuan akhir kurikulum ini bukan untuk mendapatkan Ijazah, tetapi untuk
mencapai tujuan pendidikan.34
Berdasarkan pada definisi di atas, kurikulum yang dimaksudkan di sini
bukan kurikulum dalam arti sempit tetapi kurikulum dalam arti luas yang
meliputi segala kegiatan dan pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa
di bawah tanggung jawab sekolah. Isi kurikulumnya pun lebih luas sebab
tidak hanya mencakup mata pelajaran saja, tapi juga kegiatan belajar,
32 Zaenal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2014), hlm 3.
33
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung : PT. Remaja Rosdalarya,
1994), hlm 53.
34
Arifin Zaenal, Op.Cit, hlm 4.
20
pengalaman anak di sekolah dan lainnya. Kurikulum mencakup kegiatan
intra kurikuler dan ekstra kurikuler.
2. Komponen Kurikulum.
Berdasarkan pengertian kurikulum, kurikulum dapat diperinci kedalam 4
komponen utama, yakni : tujuan, isi dan struktur kurikulum, strategi
pelaksanaan dan komponen evaluasi35
, Keempat komponen tersebut saling
berkaitan satu sama lainnya sehingga merefleksikan satu kesatuan yang utuh
sebagai program pendidikan.
a. Tujuan Pendidikan.
Dalam kerangka dasar kurikulum, tujuan mempunyai peranan sangat
penting dan strategis, karena akan mengarahkan dan memengaruhi
komponen-komponen lainya. Untuk mengetahui komponen tujuan ini
secara komprensif, perlu diketahui terlebih dahulu hierarki tujuan tersebut,
berarti tujuan nasional menduduki posisi paling tinggi, sehingga menjadi
payung bagi tujuan dibawahnya.
Hilda Taba memberikan beberapa Petunjuk cara merumuskan tujuan
yaitu (a) Tujuan hendaknya memiliki dimensi dua, yaitu dimensi proses
dan dimensi produk. Dalam dimensi proses termasuk menganalisis,
menginterpretasi, mengingat, dan sebagainya, sedangkan yang termasuk
dimensi produk ialah bahan yang terdapat disetiap pelajaran. (b)
menganalisis tujuan yang bersifat umum dan kompleks menjadi tujuan
yang spesifik, sehingga diperoleh bentuk kelakuan yang diharapkan, (c)
memberi petunjuk tentang pengalaman apa yang diperlukan untuk
mencapai tujuan itu. (d) suatu tujuan tidak selalu dicapai dengan segera,
kadang-kadang memerlukan waktu yang lama (e) tujuan harus realistis
dan dapat diterjemahkan dalam bentuk kegiatan atau pengalaman belajar
tertentu, (f) tujuan itu harus komprensif, artinya meliputi tujuan yang
ingin dicapai sekolah, tidak hanya penyampaian informasi, tetapi juga
35 Ibid., hlm 80.
21
keterampilan berfikir, hubungan sosial, sikat terhadap bangsa dan Negara,
dan sebagainya.36
Rumusan tujuan kurikulum harus terlebih dahulu ditetapkan sebelum
menyusun dan menentukan isi kurikulum, strategi pelaksanaan kurikulum
dan evaluasi kurikulum. Dalam menentukan dan merumuskan tujuan
kurikulum ada sejumlah sumber yang dapat digunakan yakni falsafah
bangsa strategi pembangunan nasional, hakikat anak didik dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.37
b. Isi dan Struktur Kurikulum.
Isi kurikulum atau pengajaran bukan hanya terdiri atas sekumpulan
pengetahuan atau sekumpulan informasi, tetapi juga harus merupakan
kesatuan pengetahuan terpilih dan diperbolehkan, baik bagi pengetahuan
itu sendiri maupun bagi siswa dan lingkungannya.38
Dalam menentukan isi kurikulum harus disesuaikan dengan tingkat
dan jenjang pendidikan, perkembangan yang terjadi dalam masyarakat.
Sudah barang tentu tidak lepas dari kondisi anak didik pada setiap jenjang
dan tingkat pendidikan.39
Ada beberapa kriteria yang dapat membantu
para perancang kurikulum dalam menentukan isi kurikulum kriteria
tersebut antara lain :
1) Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan
siswa. Artinya sejalan dengan tahap perkembangan anak.
2) Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial, artinya sesuai
dengan tuntutan hidup nyata dalam masyarakat.
3) Isi kurikulum dapat mencapai tujuan yang komprehensif, artinya
mengandung aspek intelektual, moral, sosial secara seimbang.
4) Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji.
5) Isi kurikulum harus mengandung bahan pelajaran yang jelas, teori
prinsip, konsep yang terdapat di dalamnya bukan hanya sekedar
informasi faktual.
6) Isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan
pendidikan.40
36 Ibid.,hlm 84
37
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2002), hlm 22.
38
Ibid., hlm 127.
39
Ibid., hlm 27.
40
Ibid., hlm 30.
22
c. Strategi Pelaksanaan Kurikulum.
Dalam proses belajar mengajar, strategi menunjuk pada suatu
pendekatan (approach), metode (method) dan peralatan mengajar yang
diperlukan dalam pengajaran. Strategi pengajaran lebih lanjut dapat
dipahami sebagai cara yang dimiliki oleh seorang pendidik atau guru
dalam proses belajar mengajar.41
Berhasil atau tidaknya kurikulum pendidikan yang telah direncanakan
atau ditetapkan, kuncinya adalah terletak pada proses belajar mengajar
sebagai ujung tombak dalam mencapai sasaran. Oleh karena itu proses
belajar mengajar yang terencana, terpola dan terprogram secara baik dan
sesuai dengan rambu-rambu yang ada dalam garis-garis besar program
pengajaran (GBP2) merupakan ciri-ciri indikator keberhasilan pelaksanaan
kurikulum.42
d. Evaluasi Kurikulum.
Untuk mengetahui evektivitas kurikulum dan dalam upaya
memperbaiki serta menyempurnakan kurikulum, maka diperlukan adanya
evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikulum merupakan sesuatu yang sangat
sulit dan kompleks, karena banyak aspek yang dievaluasi, banyaknya
orang yang terlibat dan luasnya kurikulum yang harus diperhatikan.
Evaluasi kurikulum membutuhkan ahli-ahli yang mengembangkanya
menjadi suatu disiplin ilmu. Evaluasi kurikulum juga erat hubunganya
dengan definisi kurikulum itu sendiri, apakah sebagai kumpulan mata
pelajaran atau meliputi semua kegiatan dan pengalaman anak didalam atau
diluar sekolah.
II. Pesantren
1. Pengertian Pesantren.
Pesantren atau pondok adalah lembaga yang merupakan wujud proses
perkembangan system pendidikan Nasional. Dari segi historis pesantren tidak
41 Abdullah Ildi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.(Yogyakarta : Ar Ruzz Media,
20017), hlm 15.
42
Nana Syaodih Sukmadinata, Op.Cit, hlm 57.
23
hanya identic dengan nama keislaman, tetapi juga memiliki makna keaslian
Indonesia (Inigenous).43
Perkataan pesantren berasal dari kata Santri, dengan awalan pe di depan
dan an diakhir berarti tempat tinggal para santri sedangkan asal-usul
kata”santri” menurut A.H. Jhon berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru
ngaji “ C.C Berg juga berpendapat bahwa istilah”santri berasal dari kata
Shantri (Bahasa India) yang berarti orang yang tahu tentang buku-buku suci
agama Hindu atau sarjana ahli kitab suci agama Hindu44
Jika diambil dari kata
“Shastra” artinya buku-buku suci, kitab-kitab agama atau buku-buku tentang
ilmu pengetahuan. Pendapat kedua mengatakan bahwa perkataan santri
sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, dari kata Cantrik, berarti seorang
yang selalu mengikuti seorang guru kemanapun guru itu menetap.45
Istilah pondok sendiri berasal dari bahasa Arab (Funduk) dari asrama-
asrama para santri yang dibuat dari bamboo, atau barangkali melihat dari asal
kata bahasa Arab Funduk, yang berarti hotel atau asrama46
Imam Zarkasi
berpendapat bahwa pesantren adalah tempat para santri, sedangkan santri
adalah pelajar yang menuntut ilmu agama Islam47
.
Dari kedua kata antara pondok dan pesantren tidak ada perbedaan yang
berarti karena keduanya merujuk kepada satu pengertian yang sama. Begitu
juga sebutan Pondok Pesantren Salaf APIK dengan Pondok Pesantren lainya
tidak menunjukan perbedaan makna. Penggunaan kata pondok menurut
Mujamil merupakan gabungan dua istilah dan mengakomodasikan karakter
keduanya48
Secara Terminology Imam Zarkasy mengartikan pesantren :
“Sebagai lembaga pendidikan agama Islam dengan system asrama atau
pondok, dimana kiyai sebagai figure sentralnya, masjid atau pondok sebagai
43 Nurkholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren (Jakarta: Paramadina,1997), hlm 3.
44
Zamakhsary Dhofier, Tradisi Pesantren : Studi Pandangan Kiyai (Jakarta : LP3ES, 1994), hlm
18.
45
Ibid., 21
46
Ibid, 18
47
Misbach, KH. Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis Pesantren Modern, (Ponorogo: Gontor
Press, 1996), hlm 55.
48
Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi menuju demokratisasi Institut
(Jakarta : Erlangga, 2001), hlm 2.
24
pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama Islam dibawah
bimbingan kiyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya”49
Pengertian itu lebih konvrensif karena memiliki kelebihan dari definisi
lainya yaitu :
1) Pesantren harus berbentuk asrama (full residential Islamic boarding
school),
2) Fungsi kiyai sebagai sentral figure (Uswah Hasnah), yang berperan
sebagai guru (Mu`alim), pendidik (murabbi).
3) Masjid sebagai pusat kegiatan
4) Materi yang diajarkan tidak hanya terbatas kepada Kitab Kuning.50
Pada awal rintisannya, pesantren bukan hanya menekankan misi
pendidikan, melainkan dakwah. Justru misi yang kedua inilah yang paling
menonjol. Lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia ini selalu mencari
lokasi yang sekiranya dapat menyalurkan dakwah tepat sasaran.51
Seiring perkembangan zaman, serta tuntutan masyarakat atas kebutuhan
pendidikan umum, kini banyak pesantren yang menyebutkan menu
pendidikan umum dalam masyarakat. Kemudian muncul istilah pesantren
salaf dan pesantren modern. Pesantren salaf adalah pesantren yang murni
mengajarkan pendidikan agama sedangkan pesantren modern menggunakan
sistem pengajaran pendidikan umum atau kurikulum.
a. Pesantren Salaf
Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja umumnya
disebut pesantren salaf. Pola tradisional yang diterapkan dalam pesantren
salafi adalah para santri bekerja untuk para kyai mereka, bisa dengan
mencangkul sawah, mengurusi kolam ikan dan sebagainya. Dan sebagai
balasannya mereka diajari ilmu agama oleh kyai tersebut. Pada umumnya
para santri menghabiskan hingga 20 jam waktu sehari dengan penuh
dengan kegiatan dimulai dari shalat shubuh diwaktu pagi hingga mereka
tidur kembali pada waktu malam. Pada waktu siang, para santri pergi ke
sekolah umum untuk belajar ilmu formal, pada waktu sore mereka
49 Michbah, Op.Cit, hlm 56.
50
Ibid,.56
51
Mujammili Qomar, Op.Cit, hlm.11
25
menghadiri pengajian dengan kyai atau ustadz mereka untuk memperdalam
pelajaran agama dan Al-Quran.
b. Pesantren Modern
Ada pula pesantren yang mengajarkan pendidikan umum, dimana
presentase ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam
daripada ilmu umum. Ini sering disebut dengan istilah pondok pesantren
modern, dan umumnya tetap menekankan nilai-nilai dari kesederhanaan,
keikhlasan, kemandirian, dan pengendalian diri. Pada pesantren dengan
materi ajar campuran antara pendidikan ilmu formal dan ilmu agama Islam,
para santri belajar seperti di sekolah umum atau madrasah. Pesantren canpuran
tingkat SMP kadang-kadang dikenal dengan nama Madrasah Tsanawiyah,
sedangkan tingkat SMA dengan nama Madrasah Aliyah. Namun, perbedaan
pesantren dan madrasah terletak pada sistemnya.
2. Metode Pembelajaran Pesantren
Pola pembelajaran dipondok pesantren erat kaitannya dengan tipologi
pondok pesantren sebagaimana yang dituangkan dalam ciri-ciri pondok
pesantren sebagaimana yang telah diutarakan terlebih dahulu. Berangkat dari
pemikiran dan kondisi pondok pesantren yang ada, maka ada beberapa metode
pembelajaran pondok pesantren yang dapat dikemukakan disini.
a) Metode Pembelajaran Yang Bersifat Tradisional.
Pemahaman metode yang bersifat tradisional adalah kebalikan dari
metode modern. Metode tradisional, adalah berangkat dari pola pembelajaran
yang sangat sederhana dan sejak semula timbulnya, yakni pola pembelajaran
sorogan, bandongan dan wetonan dalam mengkaji kitab-kitab agama yang
ditulis oleh para ulama zaman abad pertengahan dan kitab-kitab itu dikenal
dengan istilah “kitab kuning”.
1) Sorogan
Metode pembelajaran dengan pola sorogan dilaksanakan dengan
jalan santri membaca dihadapan kyai. Dan kalau ada salahnya kesalahan
26
itu langsung dihadapi oleh kyai.52
Disinilah seorang santri bisa dilihat
kemahirannya dalam membaca kitab kuning dan menafsirkannya.
2) Wetonan
Metode pembelajaran dengan wetonan dilaksanakan dengan jalan
kyai membaca suatu kitab dalam waktu tertentu dan santri dengan
membawa kitab yang sama mendengarkan dan menyimak bacaan kyai.
Dalam metode semacam ini tidak dikenal absensinya. Artinya, santri
boleh datang, juga tidak ada ujian.53
3) Bandongan
Metode pembelajaran yang serangkaian dengan metode sorogan dan
wetonan adalah bandongan yang dilakukan saling kait mengkait dengan
sebelumnya. Metode bandongan, seorang santri tidak harus menunjukkan
bahwa ia mengerti pelajaran yang sedamg dihadapi. Para kyai biasanya
membaca dan menterjemahkan kata-kata mudah. Metode bandongan, di
Jawa Barat adalah nama lain metode wetonan. Sedangkan di sumatra,
dipakai dengan istilah halaqah, dengan metode ini juga sikenal dengan
nama “balaghan”.54
Ketiga metode pembelajaran ini berlangsung semata-mata tergantung
kepada kyai, sebab segala sesuatu yang berhubungan dengan waktu,
tempat dan materi pengajaran (kurikulum)nya terletak pada kyai atau
ustadzah yang menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar
dipondok pesantren, sebab otoritas kyai sangat dominan di dalam
memimpin pondok pesantren.
4) Muhawarah
Muhawarah adalah suatu kegiatan berlatih bercakap-cakap dengan
bahas Arab yang diwajibkan oleh pesantren kepada para santri selama
mereka tinggal dipondok. Dibeberaa pesantren, latihan Muhawarah atau
52Azyumardi Azra, Surau Ditengah Krisis, dalam Rahardjo, Pergulatan Dunia Pesantren,(Jakarta
: Logos Wacana Ilmu, 1999) hlm 161.
53
Zamakhsyari Dhofier, Op.Cit, hlm 28.
54
Marwan saridjo, Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, (Jakarta: Dharma Bhakti, 1982), hlm
32.
27
muhadathah tidak diwajibkan setiap hari, akan tetapi hanya satu kali atau
dua kali dalam seminggu, yang digabungkan dengan latihan muhadarah
khitabah, yang tujuannya adalah melatih para santri berpidato.55
5) Mudhakarah
Mudhakarah merupakan suatu pertemuan ilmiah yang secara spesifik
membahas masalah diniyah, seperti ibadah dan akidah serta masalah-
masalah agama pada umumnya. Dengan demikian, Mudhakarah boleh
juga dikatakan dengan mushawarah, munazarah, atau bath al-masail.
Karena di dalamnya dibahas berbagai masalah aktual keagamaan, yang
selalu mengalami perkembangan dan perubahan.
Pada saat mudhakarah inilah snatri menguji keterampilannya
mengutip sumber-sumber argumentasi dalam kitab-kitab klasik. Mereka
dinilai kyai cukup matang untuk menggali sumber-sumber referensi,
memiliki keluasan bahan-bahan bacaan dan mampu menemukan atau
menyelesaikan problem-problem menurut analisis jurisprudensi madzab
syafi‟i, maka santri tersebut dan ditunjuk menjadi pengajar kitab-kitab
yang telah dikuasainya tersebut.56
Biasanya santri yang demikian,
dipanggil dengan sebutan “santri senior”.
6) Majelis ta‟lim
Majelis ta‟lim adalah suatu media penyampaian ajaran Islam yang
bersifat umum dan terbuka. Para jama`ah terdiri dari latar belakang
pengetahuan yang bermacam-macam, dan tidak dibatasi oleh tingkatan
usia maupun perbedaan kelamin. Pengajian semacam ini hanya diadakan
pada waktu tertentu saja.57
3. Metode Pembelajaran Yang Bersifat Modern
Di dalam perkembangannya, pondok pesantren tidaklah semata-mata
tumbu atas pola lama yang bersifat tradisional dengan keenam metode
55 Imran Arifin, Kepemimpinan Kyai : Kasus Pondok Pesantren Tebu Ireng,( Malang :
Kalimasada Press, 1993), hlm 39.
56
Ibid., hlm. 39
57
Ainin Nurhayati, Inovasi Kurikulum : Telaah Terhadap Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Pesantren, (Yogyakarta : Teras, 2010), hlm 51.
28
pembalajaran diatas, melainkan suatu inovasi dalam perkebangan suatu
sistem. Disamping metode tradisional yang termasuk ciri pondok-pondok
salafiyah, maka gerakan khalafiyah telah memasuki derap perkembangan
pondok pesantren. Ada beberapa metode pembelajaran modern yang
diterapkan disini, antara lain:
1) Klasikal
Metode pembelajaran dengan cara klasikal adalah dengan pendirian
sekolah-sekolah, baik kelompok mengelola pengajaran agama maupun
ilmu yang dimaksudkan dalam kategori umum, dalam arti termasuk di
dalam disiplin ilmu-ilmu kauni (ijtihadi merupakan hasil perolehan
manusia) yang berbeda dengan agama yang bersifat taufiqi (dalam arti
kata langsung ditetapkan bentuk dan wujud ajarannya.
2) Kursus-kursus
Metode pembalajaran yang ditempuh melalui kursus ini ditekankan
pada pengembangan keterampilan berbahasa Inggris, disamping itu
diadakan keterampilan yang menjurus kepada terbinanya kemampuan
psikomotorik seperti kursus menjahit, komputer, sablon, dan keterampilan
lainnya.58
3) Pelatihan
Disamping metode pembelajaran klasikal dan kursus-kursus,
dilaksanakan juga metode pelatihan yang menekankan pada kemampuan
psikomotorik. Pola pelatihan yang dikembangkan adalah termasuk
menumbuhkan kemampuan praktis seperti: pelatihan pertukangan,
perikanan, perkebunan, manajemen koperasi dan kerajinan-kerajinan yang
mendukung terciptanya kemandirian integratif. Hal ini erat kaitannya
dengan kemampuan lain, yang cenderunglahirnya santri intelek dan
ulama‟ yang mumpuni.59
58 Ibid., hlm 58.
59
Ibid., hlm 59.
29
4) Karya Wisata
Metode karya wisata adalah metode pembelajaran yang dilaksanakan
dengan jalan mengajak anak didik keluar kelas untuk dapat
memperlihatkan hal-hal atau peristiwa yang ada hubungannya dengan
pelajaran.60
Ada juga yang menagatakan, bahwa metode karya wisata
adalah suatu metode dimana siswa dan guru pergi meninggalkan sekolah
menuju ke suatu tempat untuk menyelidiki atau mempelajari hal-hal
tertentu.61
5) Eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu metode pembelajaran yang
melibatkan murid untuk melakukan percobaan-percobaan pada mata
pelajaran tertentu.62
Dengan demikian murid akan dilibatkan secara
langsung pada pekerjaan-pekerjaan akademis, latiha, dan pemecahan
masalah atau topik tertentu, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan
pembangunan masyarakat, dan lain-lain.
6) Sosiodrama
Metode sosiodrama adalah suatu metode pembelajaran dimana guru
memberikan kesampatan kepada murid untuk melakukan kegiatan
memerankan peran tertentu seperti yang adapat dalam kehidupan
masyarakat (sosial).63
7) Simulasi
Yang menjadi penekanan dalam metode simulasi adalah kemampuan
siswa untuk beriitasi sesuai dengan objek yang diperankan. Pada akhirnya
diharapkan siswa mampu mendapatakan kecakapan dalam bersikap dan
bertindak sesuai dengan situasi sebenernya. Dalam metode simulasi, apa
yang didemontrasikan harus memiliki pesan moral yang sesuai dengan
tingkatan cara berfikir siswa, sehingga pemahaman mereka terhadap
60 Zuhairini et.all, Metode Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), hlm 83.
61
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),
hlm 168.
62
Ibid, hlm 172.
63
Arief, Pengantar Ilmu dan metodologi Pendidikan Islam,(Jakarta : Ciputat Pers, 2001), hlm 180.
30
kejadian yang diperagakan tidak terhalang oleh apresiasi dan imajinasi
murid.64
8) Kerja kelompok
Metode kerja kelompok adalah penyajian materi dengan cara
pembagian tugas-tugas untuk mempelajari suatu keadaan kelompok
belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan65
. Dengan
demikian, metode kerja kelompok dapat digunakan bila terdapat minat dan
perbedaan individua anak didik, dan ada beberapa unit pekerjaan yang
perlu diselesaikan dalam waktu bersamaan. Dalam kaitan ini, seorang guru
harus dapat membedakan anak didik mana yang cerdas, normal dan lemah,
dan juga harus mengetahui minat-minat anak didik agar dalam kelompok
tersebut tidak ada murid yang merasa dirugikan satu sama lainnya,
sehingga anak didik nantinya akan terbentuk kemandiriannya.
4. Tujuan Pesantren
Tujuan umum pesantren adalah membimbing anak didik untuk menjadi
manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya
menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu agamanya.66
Sedangkan tujuan khusus pesantren adalah mempersiapkan para santri
untuk menjadi orang yang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kyai
yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat.67
5. Ciri-ciri umum Pesantren
Sebuah lembaga pengajian akan berkembang sehingga statusnya berubah
menjadi pesantren karena memiliki 5 elemen dasar yang dimiliki pesantren.
Adapun elemen-elemen tersebut adalah:
a. Pondok.
Asram santri atau biasa disebut pondok merupakan ciri khas tradisi
pesantren, yang membedakan dengan pendidikan tradisional di masjid-
64 Ibid., hlm 182.
65
Ramayulis, metode pengajaran, (Jakarta : Kalam Mulia,2010), hlm 179.
66
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: LKIS, 1995), hlm 24.
67
H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm
248.
31
masjid yang berkembang kebanyakan diwilayah Islam di negara-negara
lain. Sistem surau didaerah Minangkabau atau Dayah di Aceh pada
dasarnya sama dengan system pondok, yang berbeda hanya namanya.
Pentingnya pondok pesantren sebagai asrama santri sampai-sampai
Zamakhsary Dhofier memberikan tiga alasan utama mengapa pesantren
harus menyediakan asrama bagi para santri :
1) Kemasyhuran seorang kiyai dan dalamnya pengetahuan tentang Islam
menarik para santri dari tempat yanjauh untuk berdatangan. Untuk
dapat menggali ilmu dari seorang kiyai secara teratur dan dalam waktu
yang lama, para santri harus meninggalkan kampong halaman dan
menetap di dekat kediaman kiyai dengan waktu lama.
2) Kedua, hampir semua pesantren di desa-desa, Di desa tidak ada model
kos-kosan di kota-kota Indonesia pada umumnya dan tidak tersedia
perumahan (akomodasi) yang cukup untuk dapat menanggung santri-
santri. Sengan demikian, perlu ada asrama khusus bagi para santri.
3) Ketiga, ada Sikap timbal balik antara kiyai dan santri, dimana para
santri menganggap kiyai seolah-olah sebagai bapaknya sendiri,
sedangkan seorang kiyai menganggap santri sebagai titipan Tuhan
yang senintiasa dilindungi.Sikap timbal balik ini menimbuylkan
keakraban dan kebutuhan untuk saling bverdekatan terus
menerus.Sikapini juga menumbuhkan perasaan tanggung jawab
ditempat kiyai untuk menyediakan tempat tinggal bagi para santri.68
b. Masjid.
Masjid dalam pondok pesantren tidak hanya sebagai tempat beribadat
seperti masjid di luar pondok pesantren, melainkan juga berfungsi sebagai
tempat mendidik para santri, terutama dalam praktik shalat lima waktu,
khutbah dan shalat jum`at dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Karena
itu, masjid menjadi komponen yang tidak bisa terlepaskan dari pesantren.
Secara historis pesantren merupakan transformasi dari pendidikan Islam
68 Ibid., 82-83.
32
tradisional yang berpusat di masjid69
. Berkenan dengan kedudukan masjid,
Dhofier menulis :
“ Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan islam dalam tradisi
pesantren merupakan manifestasi unifersalisme dari system pendidikan
Islam tradisional. Dengan kata lain kesinambungan pendidikan Islam
yang terpusat pada masjid sejak Masjid Al-Qubba` didirikan di kota
Madinah pada masa Nabi Muhammad SAW tetap terpancar dalam system
pesantren. Sejak zaman Nabi, Masjid telah menjadi pusat pendidikan
Islam. Di manapun umat muslim berada mereka selalu menjadikan masjid
menjadi pusat pertemuan, pusat pendidikan, aktivitas administrasi dan
kultural. Hal ini telah berlangsung selama 13 abad. Bahkan dalam zaman
sekarang di daerah dimana umat Islam belum terpengaruh oleh kehidupan
Barat, Kita temukan para Ulama yang yang dengan penuh pengabdian
mengajar siswa-siswa di masjid, serta memberikan wejangan dan anjuran
kepada siswa-siswa tersebut untuk meneruskan tradisi yang terbentuk
sejak zaman permulaan Islam itu. 70
c. Kitab Kuning atau Kitab Pesantren.
Kajian kitab kuning adalah salah satu ciri khas pesantren yang
telah memberikan andil besar bagi perkembangan intelektualitas santri
dan masyarakat sekitar pengajaran kitab kuning diberikan dalam bentuk
sorogan, bandongan, halaqoh dan hafalan.71
d. Santri.
Santri baik yang mukim72
atau yang kalong73
adalah bagian dari
kehidupan pesantren.
e. Kyai.
Kiyai merupakan elemen paling esensial dari suatu pesantren. Ia
seringkali bahkan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu
pesantren semata-mata tergantung pada kemampuan pribadi kiyainya.
69 Ibid., hlm 161-162.
70
Zamakhsyari Dhofier, Op.Cit, hlm 85-86.
71
Ibid., hlm 61.
72
Santri mukim adalah murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh yang menetap dalam
kelompok pesantren. Bagi pesantren yang besar, santri-santrinya bersal dari hampir seluruh nusantara
dan bahkan banyak dari negara tetangga. (Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Studi Tentang
Pandangan Hidup Kyai),( Jakarta: LP3ES, 1982), hlm 51.
73
Santri Kalong adalah murid-murid yang berasal dari desa-desa sekeliling pesantren yang
biasanya tidak menetap dalam pesantren, mereka hanya belajar di Pesantren dan setelah selesai
waktunya mereka pulang ke rumah masing-masing. (Ibid, hlm 52).
33
Menurut asal-usulnya, perkataan kiyai digunakan untuk ketiga jenis
gelar yang saling berbeda :
1. Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat;
umpamanya “Kiyai Garuda Kencana” digunakan untuk sebutan kereta
emas yang ada di keratin Yogyakarta.
2. Gelar kehormatan untuk orang tua pada umumnya.
3. Gelar yang diberikan masyarakat kepada seorang ahli agama Islam
yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajarkan
kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya. Selain gelar kiyai iya
juga disebut alim(Orang Yang dalam Pengetahuan Islamnya)
Adapun yang dikehenkaki makna kiyai dalam kehidupan pesantren
ialah makna ketiga mereka memiliki gelar kiyai karena memiliki
kelebihan-kelebihan, seperti kelebihan moral, dan intelektual yang
ditransmisikan di pesantren kepada santri mereka.
Menurut Lukens-Bull, kelebihan kiyai pesantren terletak pada tiga hal
yaitu : kekuatan supranatural, keluasan ilmu agama Islam dan standar
moralitas yang sangat tinggi.
Kiyai tidak hanya bertugas sebagai guru agama dengan bentuk
membaca kitab-kitab klasik, menjadi imam shalat wajib dan shalat Jum`at,
menjadi khatib, dan penasihat para santri, melainkan sekaligus menjadi
pembimbing dalam mendirikan pesantren baru dan pengembanganya pada
masa-masa berikutnya. Hubungan kiyai dan santri tidak terjadi hanya di
lingkungan pesantren, melainkan juga berlanjut pada saat santri mengabdi
di masyarakat masing-masing.74
III. Kurikulum Pesantren
1. Pengertian Kurikulum Pesantren
Sebagai lembaga pendidikan pesantren menyelenggarakan dapat formal
dan pendidikan non formal yang secara khusus mengajarkan agama yang
74 Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2011), hlm 173-174.
34
sangat kuat dipengaruhi oleh pikiran-pikiran ulama (kyai). Kurikulum yang
dicapai di pondok pesantren terpusat pada pendalaman ilmu-ilmu agama lewat
pengajian kitab-kitab klasik dan sikap hidup beragama.
Maka bila kita bicara kurikulum pesantren. Apa yang terjadi dilaksanakan
di pesantren mulai dari pagi hingga malam itulah kurikulum pendidikan
pesantren.
Kitab Klasik atau disebut Kitab Kuning umumnya dipahami sebagai kitab-
kitab keagamaan Arab, menggunakan aksara Arab, yang dihasilkan para ulama
dan pemikiran muslim lainya dimasa lampau khususnya berasal dari timur
tengah, Kitab Kuning mempunyai format tersendiri yang khas dan warna kertas
"kekuning-kuningan". 75
Untuk melihat kurikulum pesantren terlebih dahulu penulis bertolak pada
pengklasifikasian pesantren untuk memudahkan klasifikasi pesantren. Husni
Rahim berpendapat bahwa pesantren dapat dilihat melalui sistem
pendidikannya, yakni:
1) Pesantren tradisional (salaf) yaitu pesantren yang pengajarannya masih
menggunakan sistem sorogan, wetonan atau bandongan tanpa kelas dan
batas umur.
2) Pesantren modern (khalaf) yaitu pesantren yang sistem pengajaran sudah
menggunakan sistem kelas, kurikulum dan batas umur.76
Perbedaan dalam pengertian pesantren ini tidak bisa kaku karena dalam
perkembangannya banyak pesantren tradisional sudah menerapkan sistem
pengajaran kelas yang terbatas pada madrasah atau sekolah yang dibangun
dalam lingkungan sekolah. Sementara sistem lama tetap diterapkan dalam
pembelajaran dan pengajaran di pesantrennya (bukan di sekolah atau
madrasahnya).
75 Azumardy Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Melenium
III, (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2012), hlm 143, Cet I.
76
Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000),
hlm 248, Cet. 1.
35
2. Bentu-Bentuk Kurikulum Pesantren
Studi-studi tentang pesantren tidak menyebutkan kurikulum baku
dikalangan pesantren. Hal ini dapat dipahami karena pesantren sesungguhnya
merupakan lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang bebas dan otonom.
dari segi kurikulum, pesantren selama ini diberi kebebasan oleh negara untuk
mrnyusun dan melaksanakan kurikulum pendidikan secara bebas dan merdeka.
Namun demikian, jika dilihat dari studi-studi tentang pesantren diperolah
bentuk-bentuk kurikulum yang ada di pesantren dapat dibedakan menjadi 4
bentuk, yaitu :
a. Kurikulum berbentuk Pendidikan Agama Islam. Dalam dunia pesantren,
kegiatan belajar pendidikan agama Islam lazim disebut dengan ngaji di
pesantren dalam praktiknyadapat dibedakan menjadi dua tingkatan.
Tingkatan awal ngaji sangatlah sederhana, yaitu santri belajar bagaimana
cara membaca teks-teks bahasa Arab, terutama al-Qur`an. Tingkatan
selanjutnya ialah santri memilih kitab-kitab klasik dan mempelajarinya di
bawah bimbingan kiai.
b. Kurikulum berbentuk Pengalaman dan Pendidikan Moral. Pesantren
menempatkan Pengalaman dan Pendidikan Moral sebagai salah satu
kegiatan pendidikan penting di pesantren. Kegiatan-kegiatan yang
ditekankan di pesantren adalah kesalehan dan komitmen para santri
terhadap lima rukun Islam, adapun nilai moral yang di tekankan di
pesantren ialah persaudaraan Islam, keikhlasan, kesederhanaan dan
kemandirian.
c. Kurikulum berbentuk Sekolah dan pendidikan Umum. Pesantren
memberlakukan kurikulum sekolah dengan mengacu kepada pendidikan
nasional yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional,
Sedangkan kurikulum madrasa mengacu pada pendidikan agama yang di
keluarkan oleh Departemen Agama.
d. Kurikulum Keterampilan dan kursus. Pesantren memberlakukan kurikulum
yang berbentuk keterampilan dan kursus secara terencana dan terprogram
melalui kegiatan ekstra-kurikuler. Adapun kursus yang populer dikalangan
36
pesantren adalah bahasa Inggris, Komputer, Setir mobil, reparasi sepeda
motor, dan mobil, jahit menjahit, kewirausahaan, pengelasan dan
pertanian.77
3. Dalil Terkait Kurikulum Pesantren
Pertimbangan-pertimbangan para ahli pendidikan Islam dalam memilih
dan menentukan kurikulum adalah mengedepankan aspek agama/akhlak
karimah, kemudian berikutnya baru segi duniawi / kebudayaan.
Bila dibandingkan dengan pendidikan umumnya yang lebih
mengutamakan aspek duniawi/produk budaya, maka kurikulum pendidikan
Islam lebih mengutamakan aspek agama dan kebahagian hidup yang seimbang
antara dunia dan akhirat, sebagaimana dalam surat al-Qashash :
يب اذ س صيجه ار الخرح ول ت اذه ب ءاتبن الله واثتغ في
ل ه الله فسبد في الرض إ إيه ول تجغ ا الله ب أدس و وأدس
فسذي (77امصص : (يذت ا
Artinya: Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan
bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai
orang yang berbuat kerusakan.(Al Qoshos : 77)78
Menurut Quraish Shihab ada beberapa catatan penting yang perlu digaris
bawahi dalam ayat ini, agar kita tidak terjerumus dalam kekeliruan.
Pertama, dalam pandangan Islam, hidup duniawi dan ukhrawi merupakan
satu kesatuan. Dunia adalah tempat menanam dan akhirat tempat menuai. Apa
77 Aly Abdullah, Pendidikan Islam Multikultural di Pondok Pesantren,( Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2011). hlm 189
78
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2002), vol 10, hlm 405.
37
yang anda tanam di sini, akan diperoleh buahnya di sana. Islam tidak mengenal
istilah amal dunia dan amal akhirat.
Kedua, ayat di atas mengaris bawahi pentingnya mengarahkan pandangan
kepada akhirat sebagai tujuan dan kepada dunia sebagai sarana mencapai
tujuan. Ini terlihat dengan jelas dengan firman-Nya yang memerintahkan
mencari dengan penuh kesungguhan kebahagiaan akhirat :pada apa yang
dianugerahkan Allah atau dalam istilah ayat di atas fîy mâ atâka Allah.
Ketiga, ayat di atas menggunakan redaksi yang bersifat aktif ketika
berbicara tentang kebahagiaan akhirat, bahkan menekankannya dengan
perintah untuk bersungguh-sungguh dan dengan sekuat tenaga berupaya
meraihnya. Sedangkan perintah-Nya menyangkut kebahagiaan duniawi
berbentuk pasif yakni, jangan lupakan.Ini mengesankan perbedaan antar
keduanya.79
4. Ciri-ciri Kurikulum Pesantren
Ahmad Tafsir (2001: 65-66) mengutip dari Al-Syaibani, menjelaskan
bahwa ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam, dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Kurikulum pendidikan islam harus menonjolkan mata pelajaran agama dan
akhlaq.
b. Kurikulum pendidikan Islam sangat memperhatikan pengembangan
menyeluruh tentang aspek pribadi siswa, yaitu aspek jasmani, akal dan
rohani.
c. Kurikulum pendidikan islam memperhatikan keseimbangan antara pribadi
dan masyarakat, dunia dan akhirat, jasmani, akal dan rohani manusia.
d. Kurikulum pendidikan Islam juga memperhatikan seni, seperti seni, pahat,
dan sebagainya..
e. Kurikulum pendidikan Islam juga memperhatikan perbedaan-perbedaan
kebudayaan ditengah masyarakat, baik itu kaitanya dengan kebutuhan dan
79
Ibid., hlm 407-408.
38
masalah-masalah yang dihadapi masyarakat, keluesan, serta menerima
perkembangan dan perubahan.80
IV. Pendidikan Diniyah Formal
a. Pengertian Pendidikan Diniyah Formal
Pendidikan Diniyah Formal adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam
yang diselenggarakan oleh dan berada di dalam pesantren secara terstruktur
dan berjenjang pada jalur pendidikan formal.81
Layanan Pendidikan Diniyah Formal ini tunduk atas Peraturan Menteri
Agama (PMA) Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam,
yang merupakan turunan atas Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun
2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, yang merupakan
implementasi dari Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan Diniyah Formal tidak lagi seperti pesantren yang tidak
memiliki kekuatan hukum secara formal atau tidak seperti pendidikan
Muadalah yang bersetatus setara dengan pendidikan setingkatnya, pendidikan
Diniyah Formal bahkan telah sejajar dengan pendidikan lain yang setingkat
melalui paying hukum PMA no 13 Tahun 2014 dengan ketentuan :
a. Pendidikan diniyah formal jenjang pendidikan dasar (diniyah formal ula )
pendidikan sederajat dan memiliki kewenangan yang sama dengan MI/SD
b. Pendidikan diniyah formal jenjang pendidikan dasar (diniyah formal
wustha) pendidikan sederajat dan memiliki kewenangan yang sama dengan
MTs/SMP
c. Pendidikan diniyah formal jenjang pendidikan menengah (diniyah formal
ulya ) pendidikan sederajat dan memiliki kewenangan yang sama dengan
MA/SMA/SMK
d. Pendidikan diniyah formal jenjang pendidikan tinggi (Ma‟had Aly)
Sebagaimana diatur dalam PMA nomor 13 Tahun 2014, peserta didik
yang dinyatakan lulus pada satuan Pendidikan Diniyah Formal berhak
80 Ali Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam,(Semarang : PKP12 Universitas Wahid Hasyim
Semarang, 2012) hlm 219.
81
PMA no 13 tahun 2014.
39
melanjutkan ke jenjang dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi baik yang
sejenis maupun tidak sejenis. Artinya, lulusan Pendidikan Diniyah Formal
dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi pada jenis pendidikan yang
sama pada layanan pendidikan keagamaan Islam (Pendidikan Diniyah Formal
Ula/ Pendidikan Diniyah Formal Wustha/ Pendidikan Diniyah Formal
Ulya/Ma‟had Aly), maupun pada jenis pendidikan umum
(SD/SMP/SMA/SMK/PTU) atau jenis pendidikan umum berciri khas Islam
(MI/MTs/MA/PTKI).
Kehadiran Pendidikan Diniyah Formal ini merupakan bagian
implementasi dari skenario besar untuk menjadikan pendidikan di Indonesia,
khususnya pesantren, sebagai destinasi pendidikan. Sebab, dalam konteks
pendidikan Islam secara global, harapan masyarakat dunia terhadap
pendidikan Islam masa kini dan masa depan itu berada di pundak Indonesia.
Pasalnya, seperti kita saksikan dalam gejolak sosial-politik dan
perkembangan keislaman di sejumlah negara muslim belakangan ini, terlebih
di kawasan Timur Tengah, kita patut menyayangkan terhadap gejolak tersebut
yang mengakibatkan pusat-pusat keislaman pun menjadi redup. Mesir, Libya,
Suriah, dan Yaman kini ditimpa musibah konflik yang hingga kini belum usai.
Dalam konteks di atas, terdapat sejumlah alasan mengapa Indonesia
menjadi pusat harapan pendidikan Islam dunia. Pertama, pemahaman Islam
yang berkembang di Indonesia adalah pemahaman Islam yang rahmatan
lil‟alamin.
Islam yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
menghargai hak-hak asasi manusia, menghormati ragam budaya dan kultur
masyarakat, mengidamkan kedamaian, keadilan, toleransi, dan sikap yang
keseimbangan (tawazun).
Jenjang Pendidikan Diniyah Formal ini dimulai dari jenjang pendidikan
dasar, pendidikan menengah hingga pendidikan tinggi.Jenjang pendidikan
dasar ditempuh pada Pendidikan Diniyah Formal Ula selama 6 (enam) tahun,
dan Pendidikan Diniyah Formal Wustha selama 3 (tiga) tahun. Jenjang
pendidikan menengah ditempuh pada Pendidikan Diniyah Formal Ulya selama
40
3 (tiga) tahun. Sedangkan jenjang pendidikan tinggiditempuh pada Ma‟had
Aly untuk program sarjana (S1), magister (S2), dan doktor (S3).
b. Tujuan Pendidikan Diniyah Formal adalah untuk:
1. Menghasilkan lulusan mutafaqqih fiddin (ahli ilmu agama Islam) guna
menjawab atas langkanya kader mutafaqqih fiddin dan memberikan
2. Civil effect bagi dunia pesantren sebagai bagian dari ikhtiar
3. Konservasi dan pengembangan disiplin ilmu-ilmu keagamaan Islam
c. Jenjang dan Kurikulum Pendidikan Diniyah Formal
Pendidikan Diniyah Formal yang khusus di dirikan oleh pesantren dan
telah memenuhi persyaratan pendirian boleh menerapkan kurikulum sesuai
jenjang yang inginkanya. Adapun jenjang pada Pendidikan Diniyah Formal
memiliki 3 (tiga) jenjang yaitu :
a. Pendidikan Diniyah Formal Ula
Pendidikan Diniyah Formal Ula merupakan pendidikan yang sederajat dan
memiliki kewenangan yang sama dengan madrasah ibtidaiyah/sekolah dasar
yang terdiri dari 6 (enam) tingkatan yang memiliki kurikulum agama Islam
paling sedikit memuat :
1) al-Qur`an
2) Hadits
3) Tauhid
4) Fiqih
5) Akhlak
6) Tarikh dan
7) Bahasa Arab.
b. Pendidikan Diniyah Formal Wustho
Pendidikan Diniyah Formal Wustho merupakan pendidikan yang sederajat
dan memiliki kewenangan yang sama dengan madrasah ibtidaiyah/sekolah
dasar yang terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yang memiliki kurikulum agama
Islam paling sedikit memuat :
1) al-Qur`an
2) Tafsir-Ilmu Tafsir
41
3) Hadits-Ilmu Hadits
4) Tauhid
5) Fikih-Ushul Fikih
6) Akhlak Tasawuf
7) Tarikh
8) Bahasa Arab
9) Nahwu-Sharaf
10) Balaghah dan
11) Ilmu Kalam
c. Pendidikan Diniyah Formal Ulya
Pendidikan Diniyah Formal Ulya merupakan pendidikan yang sederajat dan
memiliki kewenangan yang sama dengan madrasah ibtidaiyah/sekolah dasar
yang terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yang memiliki kurikulum agama Islam
paling sedikit memuat :
1) al-Qur`an
2) Tafsir-Ilmu Tafsir
3) Hadits-Ilmu Hadits
4) Tauhid
5) Fikih-Ushul Fikih
6) Akhlak Tasawuf
7) Tarikh
8) Bahasa Arab
9) Nahwu-Sharaf
10) Balaghah dan
11) Ilmu Kalam
12) Ilmu Arud
13) Ilmu Mantiq dan
14) Ilmu Falak.
42
Sesuai dengan tabel berikut ini :
Tabel 1.1
Struktur Kurikulum Pendidikan Diniyah Tingkat Wustho
KOMPONEN
MATA PELAJARAN
Kelas / Alokasi Waktu
1 2 3
A. Keagamaan Islam
1. Alquran 4 4 4
2. Tafsir-Ilmu Tafsir 4 4 4
3. Hadits-Ilmu Hadits 4 4 4
4. Tauhid 2 2 2
KOMPONEN
MATA PELAJARAN
Kelas / Alokasi Waktu
1 2 3
5. Fiqh-Ushul Fiqh 4 4 4
6. Akhlaq-Tasawuf 2 2 2
7. Tarikh 2 2 2
8. Bahasa Arab 3 3 3
9. Nahwu-Sharf 4 4 4
10. Balaghah 2
11. Ilmu Kalam 2
B. Pendidikan Umum
15. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
16. Bahasa Indonesia 2 2 2
17. Matematika 2 2 2
18. Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 2
C. Muatan Lokal 10 10 6
Jumlah 49 49 49
43
Tabel 1.2
Struktur Kurikulum Pendidikan Diniyah Tingkat Ulya
KOMPONEN
MATA PELAJARAN
Kelas / Alokasi Waktu
1 2 3
A. Keagamaan Islam
1. Alquran 2 2 2
2. Tafsir-Ilmu Tafsir 4 4 4
3. Hadits-Ilmu Hadits 4 4 4
4. Tauhid 2 2 2
5. Fiqh-Ushul Fiqh 4 4 4
6. Akhlaq-Tasawuf 2 2 2
7. Tarikh 2 2 2
8. Bahasa Arab 3 3 3
KOMPONEN
MATA PELAJARAN
Kelas / Alokasi Waktu
1 2 3
9. Nahwu-Sharf 4 4 4
10. Balaghah 2 2 2
11. Ilmu Kalam 2 2 2
12. Ilmu Arudh 1 1
13. Ilmu Mantiq 1 1 1
14. Ilmu Falak 1 1
B. Pendidikan Umum
15. Pendidikan Kewarganegaraan 1 1 1
16. Bahasa Indonesia 2 2 2
17. Matematika 2 2 2
18. Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 2
19. Seni Budaya 2 2 2
44
Tabel 1.3
Daftar Nama Kitab Rujukan Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Wustho
KOMPONEN
MATA PELAJARAN
Kelas / Alokasi Waktu
1
A. Keagamaan Islam
1. Alquran
الثالثوفمنالقرأفالجزء مصطلحالتجويد
هدايةالدستفيد 2. Tafsir تفسنالجلالن 3. Ilmu Tafsir - 4. Hadits الدحةالخنية 5. Ilmu Hadits - 6. Tauhid الجوهرالكلامية 7. Fiqh سفيةالجا 8. Ushul Fiqh - 9. Akhlaq-Tasawuf (هاشمأشعريمحمد)بالعالموالدتعلماأد 10. Tarikh نوراليقن 11. Bahasa Arab العرابيةبنبديك 12. Nahwu متنالأجرومية
13. Sharf ةالتصريفيةالاصطلاحي
متنالاءوالأساس
14. Balaghah -
- 15. Ilmu Kalam -
B. Pendidikan Umum
18 PKN
19 B. Indonesia
20 Matematika
21 IPA
C. Muatan Lokal 10
Jumlah 49
45
Tabel 1.4
Daftar Nama Kitab Rujukan Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Wustho
KOMPONEN
MATA PELAJARAN
Kelas / Alokasi Waktu
2
A. Keagamaan Islam
1.
Alquran الجزءالثالثوفمنالقرأف فتحالأقفاؿ
2. Tafsir فسنالجلالنت 3. Ilmu Tafsir - 4. Hadits شرحالأربعن 5. Ilmu Hadits - 6. Tauhid شرحتيجافالدراري 7. Fiqh الدهاجالقويم 8. Ushul Fiqh - 9. Akhlaq-Tasawuf تعليموالدتعلم
10. Tarikh نوراليقن
- 11. Bahasa Arab العرابيةبنبديك 12. Nahwu عمريطينظمال
13. Sharf التصريفيةاللغوية
قواعدالإعلاؿ
14. Balaghah -
15. Ilmu Kalam -
B. Pendidikan Umum
18 PKN
19 B. Indonesia
20 Matematika
21 IPA
C. Muatan Lokal 10
Jumlah 49
46
Tabel 1.5
Daftar Nama Kitab Rujukan Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Wustho
KOMPONEN
MATA PELAJARAN
Kelas / Alokasi Waktu
3
A. Keagamaan Islam
1. Alquran الجزءالثالثوفمنالقرأف
مظومةالجزرية الغريب
2. Tafsir تفسنالجلالن 3. Ilmu Tafsir الدقوؿمنعلمالتفسن 4. Hadits مختصرابنأبيجمرة 5. Ilmu Hadits القواعدالأساسية 6. Tauhid كفايةالعواـ 7. Fiqh فتحالقريبالمجيب 8. Ushul Fiqh السلم 9. Akhlaq-Tasawuf بدايةالذداية
10. Tarikh الخلفاءالراشدوف
كتابللشيخمحمدالدلكي 11. Bahasa Arab العرابيةبنبديك 12. Nahwu متممةالأجرومية
13. Sharf نظمالدقصود
14. Balaghah حسنالصياغة
قواعداللغةالعربية 15. Ilmu Kalam حجةأهلالسةوالجماعة B. Pendidikan Umum
18 PKN
19 B. Indonesia
20 Matematika
21 IPA
C. Muatan Lokal
47
Tabel 1.6
Daftar Nama Kitab Rujukan Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya
No MATA
PELAJARAN KLS NAMA KITAB
1 Alquran 1, 2, 3 Bermuatan Tahsin dan Tahfidz juz 30 ditambah
dengan surah-surah pilihan.
2 Tafsir-Ilmu Tafsir 1
Tafsir
تفسنالجلالن)المحليوالسيوطي( لجاوي(مراحليدلكشفمعنىالقرآفالمجيد)نوويا
صفوةالتفاسن)الصابوني(
Ilmu Tafsir
القرآف)السيوطي( الإتقاففعلوـ
إتماـالدرايةلقراءالقاية)السيوطي(
القرآف)صحيالصالح( ماحثفعلوـ
2
Tafsir
تفسنالجلالن)المحليوالسيوطي(مراحليدلكشفمعنىالقرآفالمجيد)نوويالجاوي(
فاسن)الصابوني(صفوةالتIlmu Tafsir
القرآف)السيوطي( الإتقاففعلوـإتماـالدرايةلقراءالقاية)السيوطي(
القرآف)صحيالصالح( ماحثفعلوـ
3
Tafsir
تفسنالجلالن)المحليوالسيوطي(مراحليدلكشفمعنىالقرآفالمجيد)نوويالجاوي(
صفوةالتفاسن)الصابوني(Ilmu Tafsir
القرآف)السيوطي( الإتقاففعلوـالقرآف/إتماـالدرايةلقراءالقاية)السيوطي( ماحثفعلوـ
48
No MATA
PELAJARAN KLS NAMA KITAB
3 Hadis Ilmu Hadis 1
Hadis
رياضالصالحن)محييالدينالووي(ي(مختارالأحاديثالويةوالحكمالمحمدية)الشيخأحمدالذاشم
Ilmu Hadis
شرحالدظومةاليقونيةفمصطلحالحديث)عطيةالاجهوري(
2
Hadis
رياضالصالحن)محييالدينالووي( الجامعالصغن)السيوطي(
Ilmu Hadis
مهجذويالظرفشرحمظومةالأثر)محمدمحفوظالترمسي( الدهلاللطيففأصوؿالحديثالشريف)محمدالدالكي(
3
Hadis
رياضالصالحن)محييالدينالووي(الجامعالصغن)السيوطي(
Ilmu Hadis
مهجذويالظرفشرحمظومةالأثر)محمدمحفوظالترمسي( الدهلاللطيففأصوؿالحديثالشريف)محمدالدالكي(
4 Tauhid
1 الحصوفالحميدية)حسنأفدي(
حيد)اليجوري(تحفهالدريدعلىجوهرةالتوأـالبراهن)السوسي( 2أـالبراهن)السوسي( 3
5 Fiqh-Ushul Fiqh 1
Fiqh
فتحالدعن)زينالدينالدلياري(
الإقاعفحلألفاظأبيشجاع)محمدالشربيني( شرحالمحليعلىمهاجالطالن
Ushul Fiqh
ي(تسهيلالطرقاتفنظمالورقات)يحنالعمريط
49
No MATA
PELAJARAN KLS NAMA KITAB
Ushul Fiqh
تسهيلالطرقاتفنظمالورقات)يحنالعمريطي(
2
Fiqh
فتحالدعن)زينالدينالدلياري(الإقاعفحلألفاظأبيشجاع)محمدالشربيني(
شرحالمحليعلىمهاجالطالن
Ushul Fiqh
ي(اللمعفأصوؿالفقه)الشناز لبالأصوؿ)الشيخزكرياالأنصاري(
3
Fiqh
فتحالدعن)زينالدينالدلياري( الإقاعفحلألفاظأبيشجاع)محمدالشربيني(
المحلي
Ushul Fiqh
اللمعفأصوؿالفقه)الشنازي( لبالأصوؿ)الشيخزكرياالأنصاري
6
Akhlaq Tasawuf
1 فياء)محمدشطاالدمياطي(كفايةالأتقياءومهاجالأص
مهاجالعابدينإلىجةربالعالدن)الغزالي(الدين)محمدجماؿالدينالقاسمي( 2 موعظةالدؤمنمنإحياءعلوـالدين)محمدجماؿالدينالقاسمي( 3 موعظةالدؤمنمنإحياءعلوـ
7 Tarikh
1 )صفيالرحمنالداركفوري( الرحيقالدختوـ
لسنةالوية)ابنهشاـ(ا
2 )صفيالرحمنالداركفوري( الرحيقالدختوـ
السنةالوية)ابنهشاـ(
3 )صفيالرحمنالداركفوري( الرحيقالدختوـ
السنةالوية)ابنهشاـ(
50
No MATA
PELAJARAN KLS NAMA KITAB
8 Bahasa Arab
1 افوالآخروف(العربيةبنيديك)عدالرحمنالفوز
العربيةللاشئن)محمودإسماعيلصينيوالآخروف(
2 العربيةبنيديك)عدالرحمنالفوزافوالآخروف(العربيةللاشئن)محمودإسماعيلصينيوالآخروف(
3 العربيةبنيديك)عدالرحمنالفوزافوالآخروف((العربيةللاشئن)محمودإسماعيلصينيوالآخروف
9 Nahwu-Sharf
1 ألفيةابنمالك
)ابنهشام(مغنيالليبعنكتبالأعاريب
2 ألفيةابنمالك
)ابنهشام(مغنيالليبعنكتبالأعاريب
3 ألفيةابنمالك
)ابنهشام(مغنيالليبعنكتبالأعاريب
10 Balaghah
الجوهرالدكوف)عدالرحمنالأخضري( 1اففالدعانيوالياف)السيوطي(عقودالجم 2 عقودالجماففالدعانيوالياف)السيوطي( 3
11 Ilmu Kalam
)أبوحامدالغزالي(الاقتصادفالاعتقاد 1 الإبانةعنأصوؿالديانة)أبوحسنالأشعري( 2 الإبانةعنأصوؿالديانة)أبوحسنالأشعري( 3
12
Ilmu Arudh
2
افمتنالكاف)محمدالدمهوري(الدختصرالشميزافالذهبفصاعةشعرالعرب)أحمدالذاشمي(
نظمالعروض
3
الدختصرالشافمتنالكاف)محمدالدمهوري(ميزافالذهبفصاعةشعرالعرب)أحمدالذاشمي(
نظمالعروض)؟(13
Ilmu Mantiq
علمالدطق)محمدنورإبرهيمي( 1 مالدورؽفعلمالدطق)عدالرحمنالاخضري(السل 2 السلمالدورؽفعلمالدطق)عدالرحمنالاخضري( 3
51
No MATA
PELAJARAN KLS NAMA KITAB
14 Ilmu Falak
الدروسالفلكية 2 سلمالنين)محمدمصورالتاوي( 3
15
PKN
1 الأحكاـالسلطانية)الداوردي(
لدوفمقدمةابنخ
الأحكاـالسلطانية)الداوردي( 2 مقدمةابنخلدوف
الأحكاـالسلطانية)الداوردي( 3 مقدمةابنخلدوف
16
Seni Budaya
البردة،البرزنجي،الديعي،سمطالدرر 1البردة،البرزنجي،الديعي،سمطالدرر 2 البردة،البرزنجي،الديعي،سمطالدرر 3
52
BAB III
IMPLEMENTASI KURIKULUM PESANTREN DI PENDIDIKAN
DINIYAH FORMAL ULYA APIK (STUDI DI PONDOK PESANTREN
SALAF APIK KAUMAN KRAJAN KULON KALIWUNGU KENDAL)
A. Kondisi Umum Pondok Pesantren Salaf APIK
1. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Pondok Pesantren APIK
Kaliwungu82
Pada tahun 1859 di kota kaliwungu KH. Irfan lahir, ia adalah anak 19
dari 20 anak putra Kiyai Musa dengan Umi Khodijah. Diantara saudara-
sudaranya beliau telah memiliki tabi‟at yang berbeda dengan anak kecil
seusianya, beliau adalah anak pendiam dan mau berbicara hanya untuk
hal-hal yang di anggap perlu.KH. Irfan dalam masa anak-anaknya tidak
disibuki oleh mainan melainkan untuk mencari ilmu, beliau mulai mengaji
sejak usia kecil kepada Kiai Ismail, kiai abdul Karim (petekan),kiai Abdul
Manan dan kiai Barnawi, di saat menginjak usia 15 tahun beliau berangkat
ke Mekkah Mukarromah, beliau belajar berbagai ilmu kepada para ulama
masyhur di sana, selam 15 tahun lamanya beliau mukim di Mekkah
Mukarromah dan setiap tahunnya selalu menunaikan ibadah haji.
Meskipun KH. Irfan sudah lama mukim dan belajar ilmu-ilmu agama
pada ulama masyhur di Mekkah Mukarraomah beliau tetap tawdhu, rendah
hati dan menghormati kepada sesama apalagi kepada yang lebih tua, sikap
tawadhunya itu di tunjukan semisal dengan kesedian beliau menambah
ilmunya kepada ulama indonesia
Kiai Musa adalah ayah KH Irfan yang mana beliau tergolong orang
yang cukup karena usahanya dibidang jual beli emas. Setelah kiai Musa
wafat, maka sebagaimana ajaran islam harta bendanyapun di bagi-bagi
menurut aturan hukum waris setiap anaknya mendapatkan bagian sesuai
dengan haknya, akan tetapi KH Irfan tidak minat dengan terhadap harta
benda yang diutamaknnya karena itu yang selalu dicarinya ilmu. Gairah
82 Dokumen profil Pondok Pesantren Salaf APIK Kaliwungu Kendal tahun 2012
53
pada ilmu yang sangat besar itu membimbingny pada keputusan untuk
menyerahkan harta bendanya kepada kakaknya yaitu Kai Abdul Rosyid
sesekali beliau membutuhkan hanya untuk membeli kitab dan peralatan
lainnya.
Setelah usia muda diisi dengan berbagai keutamaan seprti mencari
ilmu beliau pun melakukan serangkaian istikhoroh meminta petunjuk
Allah SWT maka di putuskan untuk menikah dengan Ruqoyyah dan beliau
menikah pada hari senin Jumadilakhir tahun 1317 H, bertepatan tahun
1899 M. Ada ungkapan semakin dalam ilmu seseorang maka akan semakin
bergairah dalam mencari ilmu, oleh karena itu beliau berbulat hati
meminta ijin istrinya, mertua dan saudara- saudarnya untuk tholabul ilmi
lagi ke Mekkah, hari-hariny di Mekkah beliau isi dengan tholabul ilmi dan
beribadah.
Setibanya beliau dari Mekkah beliau berkeinginan untuk
memperbanyak keturunan yang nantinya dapat meneruskan perjuangan
dalam menyebarkan syaret Islam, tidak lama kemudian tepatnya hari jumat
tanggal 4 Syawal 1362 H, bertepatan 1908 M, beliau mengambil istri lagi
yaitu nyai Istiqomah, dari nyai Istiqomah lahir seorang anak yang bernama
Khumaidun sedang dari istri pertama 12 orang anak yaitu; Abdul Azis,
Iqyanah, Achmad Fityani, Fityanah, Humaidyani, Humdan, Hamdanah,
Muhammad Ksholis, Ashfiya, Syifa, Mariam, dan Ahmaddum dari 12
anak 9 diantaranya meninggal dunia saat balita. Sekitar tiga tahun lamanya
beliau mendampingi istri keduanya, sepeninggalnya Nyai Istiqomah
dengan taqarub dan Istikaharah KH Irfan pada akhirnya menikah kembali
dengan Nyai Sufirah yang dilaksanakan pada hari senin (malam) tnggal 8
Ramadhan 1331 H, bertepatan pada bulan Agustus 1911 M yang
dikaruniai 8 orang anak namun tiga diantaranya meninggal, anak-anak
yang dapat diasuh sampai akhir hayatnya ialah Humaidullah, Ubaidullah,
Ibadullah, dan Ibadiyah yang kelak nantinya menjadi penerus beliau dalam
menyebarkan ajaran Islam. Meskipun beliau berpoligami beliau selalu
54
bertindak adil terhadap istri-istrinya sebagimana yang ada dalam al qur‟an
dan yang telah di peraktekan Nabi SAW.
Beliau KH. Irfan menyampikan ilmu yang di perolehnya pada
awalnya terbatas kepada keluarga terdekat dan masyarakat sekitar,
kemudian berangsur-angsur banyak yang berdatangan untuk mengaji
kepada beliau, bahkan banyak yang datang dari luar daerah sehingga
rumah yang ditempatinya dijadiakn tempat pamondokkan sementara,
melihat kenyataan ini KH. Irfan terfikir untuk mendirikan bangunan
sebagai sarana tempat mukim para santri.
Apa yang menjadi niatnya ternyata terlaksana pada tanggal 12
Dzulhijjah 1338 H, bertepatan tanggal 12 Februari 1919 M, beliau
merelakan sebidang tanah yang telah berdiri di atasnya sebuah bangunan
rumah nyai Sufirah (istri ketiga), untuk merealisasikan niatnya
membangun pamondokan bagi para santri, sedangkan nyai Sufirah
dipindahkan pada lokasi lain yang tidak jauh dari rumah asal.
Sudah menjadi tradisi beliau setiap punya mas‟alah selalu di pecahkan
dengan cara istikharah dan musyawarah bersama saudar-saudaranya. KH.
Abdu Rosyid (kakak beliau) bersedia menanggung semua biaya
pembangunan pondok samapi jadi, namun oleh beliau di jawabnya agar
masyarakat kaliwungu ikut merasakn, walupun berupa air setetes
mendapatkan pahalanya, maka hendaknya pembangunan pondok pesantren
jangan atas nama perorangan melainkan wakaf. Setalah semuanya sepakat
tidak lama kemudian berdirilah sebuah bangunan pondok Apik Kauman.
Seluruh waktunya KH Irfan dimanfaatkan untuk beribadah dan
berkhidmah kepada santri beliau mengajarkan beraneka ragam kitab
dengan berbagai metode beliau sangat memperhatikan para santrinya dan
peduli terhadap kepentingan dan perkembangan syareat islam, beliau
ulama yang mendidik dan patut di teladani. KH Irfan dipanggil oleh Allah
SWT hari Ahad Kliwon Jam 12.30 Tanggal 13 Romadhon 1349 H,
bertepatan dengan 1 Februari 1931 M di Kliwungu tepatnya di rumah Kiai
55
Musa bin Kiai Barnawi sesuai dengan keinginannya tidak di rumah salah
satu istrinya untuk menjaga agar tidak di perebutkan itulah hikmahnya.
Sepeninggalnya KH Irfan kemudian pondok pesantren Apik Kauman
Kaliwungu diasuh oleh KH Ahmad Ru'yat dan beliau wafat pada 19
Rabi‟ul Tsani, kemudian setelah KH Ahmad Ru‟yat meninggal pondok
pesantren APIK Kauman Kaliwungu diasuh oleh KH Humaidullah Irfan
yang tiada lain putra dari KH Irfan pendiri pondok pesantren APIK
Kauman Kaliwungu, beliau sama dengan pengasuh-pengasuh sebelumnya
selalu berjuang dan selama hidupnya hanya di manfaatkan untuk
menyebarkan ajaran Islam dan berkhidmah kepada santri
KH Humaidullah yang memanfaatkan selama hidupnya untuk
beribadah kepada Allah SWT, kemudian dipanggil oleh sang pencipta
pada tanggal 12 Ramadhan dan pondok pesantren APIK Kauman
Kaliwungu diasuh oleh putranya yaitu KH Imron Humaidullah putra ke
dua dari KH Humaidullah dengan Nyai Musyarofah. KH Imron
Humaidullah menjadi pengasuh pondok pesantren APIK kurang lebih 13
tahun, beliau wafat pada tanggal 16 Rabi‟ul awal dan pondok pesantren
APIK diasuh oleh KH Muhammad Sholahuddin Humaidullah putra kelima
dari KH Humaidullah
KH M Sholahuddin Humaidullah adalah sebagai pengasuh pondok
pesantren APIK Kauman Kaliwungu yang kelima, beliau selalu berjuang
dalam penyebaran ajaran Islam terutama pada santri dalam kesehariannya,
pagi hingga malam beliau beliau mengajarkan kitab-kitab dengan beraneka
ragam fan dan berbagai metode seperti bandungan, wetonan, sorogan, dan
lain sebagainya. Sehingga dengan itu pondok pesantren APIK tetap eksis
dan terus berkembang sampai sekarang tanpa meninggalkan
kesalafaannya, semoga para pengasuh dan semua keluraga pondok
pesantren APIK diberikan kemulyaan, keberkahan dan selalu ada dalam
lindungan Allah SWT, amin ya robal alamin.
56
2. Letak Geografis
Pondok pesantren APIK Kauman Kaliwungu Kendal (Asrama
Pendidikan Islam Kaliwungu) berlokasi di Jalan Kauman Gg. Kampung
Kauman Desa Krajankulon Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal.
Lokasi pondok pesantren berada di tengah-tengah masyarakat yang
religius.
Jarak pondok pesantren Apik Kauman Kaliwungu dari kota Kendal
kurang lebih 12 km tepat di tengah kota kecil Kaliwungu. Sementara dari
jalan pantura kurang lebih 100 Meter, sebelah selatan rel kereta api.
Kecamatan Kaliwungu merupakan wilayah Kabupaten Kendal yang paling
timur berbatasan langsung dengan Kota Semarang. Warga Kampung
Kauman pada umumnya bermata pencaharian di bidang industri, dagang,
wiraswasta, pegawai negeri dan karyawan pabrik. Di Kampung Pesantren
ada tiga pondok pesantren, yaitu pondok pesantren Apik, pondok
pesantren Al-Asror dan pondok pesantren Al-Aziziyyah Mayoritas santri
pondok pesantren APIK berasal dari luar kota.
3. Tugas dan Wewenang
Tugas dan wewenang pengurus pondok pesantren yaitu mengelola
pondok yang meliputi segala peraturan baik larangan maupun kewajiban dan
bertanggung jawab penuh dalam menjalankan peraturan yang ada. Adapun
pembagian-pembagiannya yaitu :
a. Pengasuh (Kyai)
Kyai bertugas mengasuh pondok pesantren dan menjadi panutan bagi
semua santri.
b. Kepala Pondok
Kepala pondok bertugas sebagai pemimpin, pendidik, penyelenggara
dan juga supervisor dalam pondok pesantren.
1). Menciptakan atau menyelenggarakan seluruh kegiatan pondok
pesantren dan dibantu oleh pengurus lainnya.
2). Mengorganisasikan semua sumber daya dan dana secara efektif.
3). Menyelenggarakan rapat pondok
57
4). Menjalin hubungan dengan instansi terkait.
5). Mempertanggungjawabkan semua tugas pada masing-masing
pengurus.
c. Bidang Pendidikan
1). Menyusun program pelajaran.
2). Menyusun program pengajaran.
3). Menyusun pembagian tugas.
4). Menyusun kalender pendidikan.
5). Menyusun dan mengelola evaluasi belajar.
6). Mengatur pembagian laporan pembelajaran.
7). Meningkatkan stabilitas mutu pendidikan
8). Merencanakan/mengkoordinir dan mengawasi
9). Merencanakan penerimaan santri baru.
10). Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada pondok.
d. Bidang Kesiswaan (Santri)
1). Menyusun program pembelajaran atau kegiatan kesiswaan (santri)
2). Membimbing, mengarahkan dan mengendalikan kegiatan siswa
(santri).
3). Membimbing, mengarahkan dan mengendalikan proses pemilihan
pengurus pondok pesantren.
4). Meningkatkan kualitas santri dan kegiatannya.
5). Mentaati peraturan yang ada di dalam pondok pesantren.
6). Merencanakan kegiatan-kegiatan yang ada dan memelihara sarana-
prasarana pondok pesantren.
e. Humas
1).Membina dan menjalin hubungan sosial dengan masyarakat sekitar.
2). Menyelenggarakan majelis ta‟lim.
3).Memberikan informasi tentang kegiatan pondok kepada alumni dan
masyarakat.
f. Guru (Ustadz)
1). Membuat administrasi pembelajaran.
58
2). Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai jadwal pelajaran.
3). Melaksanakan kegiatan evaluasi kegiatan belajar meliputi thamrin
(ulangan mingguan), semesteran, ujian akhir, hafalan (muhafadhoh).
4). Menyusun dan melaksanakan program pembelajaran
5). Mengisi daftar nilai santri.
6). Melaksanakan program bimbingan dalam proses pembelajaran.
7). Melaksanakan tugas tertentu yang diberikan oleh pengasuh.
8). Mengadakan pengembangan, pengajaran yang menjadi tanggung
jawabnya.
Seperti halnya pondok pesantren pada umumnya, ikatan yang paling kuat
antara santri dan kelembagaan pondok pesantren adalah adanya ikatan ikatan
tatatertib maupun peraturan, yang mengatur serta mengontrol perilaku santri
dalam pondok pesantren.Peraturan dan tata tertib dalam pondok pesantren
salaf APIK Kauman KaliwunguKendal pada dasarnya dapat diklasifikasikan
kedalam dua hal.Pertama peraturan dan tata tertib yang berkait dengan
kewajiban-kewajiban santri dalam pondok pesantren, dan kedua peraturan
dan tata tertib yang berkait dengan larangan-larangan yang harus dipatuhi
oleh semua santri.Pada dasarnya peraturan-peraturan tersebut bersifat
mengikat dan pada umumnya sangat dijunjung tinggi dan dipatuhi oleh para
santri. Diantara para santri satu sama lain saling menjaganya. Peraturan dan
tata tertib tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kewajiban-kewajiban
1. Bagi santri baru harus menyerahkan diri kepada pengasuh dan
mendaftarkandirikepada pengurus dengan membawa KTP atau surat
keterangan dari Kepala Desa.
2. Berbudi luhur, berakhlak karimah dan berkepribadian santri
3. Bercita-cita tinggi, memiliki himmah’aliyah dalam tholabul ilmi
dengan bersungguh-sungguh, tekun dan rajin secara istiqomqh
4. Harus mengikuti sholat berjamaah pada tiap-tiap waktu.
5. Masuk Madrasah Mifahul Hidayah dan mengikuti pengajian sesuai
dengan tingkatan dan kemampuan.
59
6. Harus berpakaian sopan, rapi dan disiplin (berbaju gamis/ baju
lengan panjang) pada waktu sekolah, mengaji, atau pergi ke luar
pondok, serta menjaga kesopanan dan kepribadian santri baik di
dalam maupun di luar pondok..
7. Harus mematuhi semua anjuran/ perintah dari pengasuh/ pengurus
baik dengan lisan maupun tulisan.
8. Harus menjaga kesehatan, kebersihan, dan keamanan dalam pondok
pesantren.
9. Harus minta ijin kepada pengasuh/ pengurus jika hendak bepergian/
pulang dan harus disertai tanda ijin dari keluarganya.
10. Harus mengikuti setiap kegiatan seperti mauludan tiap malam
Jum‟at, istighosah setiap malam selasa dan jumat, dan ro’an umum
(kerja bakti) dan lain sebagainya.
b. Larangan-larangan
1. Dilarang mengerjakan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran-
ajaran agama Islam atau melanggar peraturan Pemerintah Republik
Indonesia
2. Dilarang berbuat atau bertingkah yang aneh-aneh seperti berambut
panjang memakai peci yang bukan berwarna hitam dan lain-lain.
3. Dilarang bepergian atau pulang ke rumah tanpa adanya ijin dari
keluarga yang menyertainya dan ijin dari pengasuh atau pengurus
pondok peantren.
4. Dilarang bergaul dengan orang-orang luar pondok pesantren tanpa
ada sesuatu kemaslahatan dan manfaatnya dalam tholabul ilmi.
5. Dilarang melakukan sesuatu yang tidak ada maslahat dan manfaatnya
dalam tholabul ilmi, seperti bermain catur, kartu dan sejenisnya,
membaca komik, membawa radio, tv recorder, televisi, dan
membawa sepeda atau sepedah motor.
6. Dilarang memakai / menggunakan milik orang lain tanpa minta ijin
kepada pemiliknya.
60
7. Dilarang melakukan sesuatu yang menimbulkan kegaduhan,
kekacauan, kekerasan atau permusuhan.
8. Dilarang keluar dari komplek pondok pesantren dan mesjid setelah
lewat jam 18.00 WIB.
9. Dilarang membikin kotor/ mengotori kamar-kamar, aula, madrasah,
serambi, dan halaman pondok pesantren.
10. Dilarang membawa atau menerima tamu wanita di dalam komplek
pondok pesantren walaupun ibu atau familinya.
4. Sarana dan Prasarana
Sarana-sarana esensial yang sekaligus merupakan karakteristik sistem
pendidikan pesantren adalah: masjid atau surau, rumah kiai, rumah ustadz,
asrama santri, gedung belajar, perkantoran, ruang kesehatan, dapur umum,
ruang tamu, perpustakaan, tempat MCK, dan sebagainya. Kondisi sarana
esensial tersebut sangat bergantung kepada besar kecilnya pesantren yang
bersangkutan. Untuk pesantren besar dan modern biasanya dilengkapi pula
dengan, ruang kesenian, laboratorium bahasa, lapangan olahraga, dan aula
(Mastuhu 1994: 146).
Alat-alat pendidikan, untuk belajar mengajar di pesantren pada
umumnya relatif sederhana hanya ada papan tulis beserta alat tulisnya, meja
kursi guru, dan dampar tempat santri menulis dan santri duduk lesehan di
lantai. Hal ini memang sifat belajarnya yang tidak memerlukannya. Tetapi
bagi pesantren yang dilengkapi dengan madrasah dan pendidikan umum,
terdapat alat-alat pengajaran yang lebih lengkap : meja-bangku, papan tulis,
alat tulis menulis, over head projector, pengeras suara,dan ada pula yang
dilengkapi dengan komputer (Mastuhu, 1994: 146) .
Pondok pesantren Apik Kauman Kaliwungu terdiri dari lima komplek
yaitu komplek QH berlantai tiga, komplek BBB berlantai dua, komplek AG
berlantai dua, komplek PBDF berlantai dua, komplek CE berlantai dua. Dan
termasuk juga sarana yang lainnya seperti; rumah pengasuh, asrama usatdz,
asrama santri, gedung belajar,mesjid, perkantoran, perpustakaan, ruang
61
komputer, ruang tamu, kantin, dapur umum, kamar mandi, mck dan lain-lain.
Adapun untuk lebih rincinya sarana dan prasarana dapat dilihat dalam tabel
dibawahini :
TABEL 1.1
SARANA DAN PRASARANA PONDOK PESANTREN
APIK KAUMAN KENDAL
NO. NAMA JUMLAH
1. Gedung / asrama 5 lokal
2. Kantor 6 ruang
3. Gedung belajar 15 ruang
4. Komputer 2 ruang,8 unit
5. perpustakaan 1 ruang
6. Ruang tamu 1 ruang
7. Ruang kesehatan 1 ruang
8. Meja 15 unit
9. Kursi 15 unit
10. Kantin 2 ruang
11 Dapur umum 2 ruang
12 Kamar mandi 17 ruang
13 Kamar mck 10 ruang
Sumber: Dokumen pondok pesantren Apik Kauman Kaliwungu83
83
Dokumen Pondok Pesantren APIK Kaliwungu Tahun Ajaran 2016/2017.
62
5. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Salaf APIK
Pengasuh/Pelindung : KH. M. Sholahuddin Humaidullah
Penasehat : K.M. Ghufron Humaidulla
KH. Fadlullah Turmudzi
Kepala : 1. Ust. Ka`bil Akhbar
2. Ust. Syifauddin
3. Ust. Ahmad Abid
Sekretaris : 1. Ust. Khoirudin
2. Ust. Sofan Mufhi
Bendahara : 1. Ust. Imamuddin
2. Ust. Ulul Azmi
Departemen-Departemen:
Pendidikan : 1. Ust. M. Syamsul Arifin
2. Ust. Saeful Huda
3. Ust. Syamsul Ma`arif
Keamanan : 1. Ust.H. Agus Asyiq Nur Muhammad Imron
2. Ust. M. Rozikin
3. Ust. Bahri Rosyidi
4. Ust. Ali Maksum
5. Ust. M. Taufik
Perlengkapan : 1. Ust. Abdullah Nur Rosin
2. Ust. Tafsir
3. Ust. Feri Sukamto
Sie K3 : 1. Ust. Asyiq Mujtaba
2. Ust. Ropi`i
3. M. Nafis
TU : 1. Sam`an Sulaiman
2. Bisri Musthofa
63
6. Kegiatan ekstra kurikuler
Di dalam pondok pesantren Apik Kauman Kaliwungu Kendal dalam
aktivitas keseharian memiliki kegiatan ritinitas yang harus diikuti oleh semua
santri untuk mendukung dalam keberkahan ilmu yang menjadi tradisi
pesantren umumnya. Adapun kegiatan tersebut antara lain: lihat pada tabel.
7. Kegiatan Santri
Kegiatan santri dalam sehari-hari sangat beraneka ragam, dan Pondok
Pesantren Jam‟iyyah Islamiyyah memberikan peraturan atau semacam jadwal
untuk ditaati oleh seluruh santri. Peraturan jadwal yang dibuat berdasarkan
atas musyawarah pengasuh dan pengurus untuk kemaslahatan dan kemajuan
Pondok Pesantren Jam‟iyyah Islamiyyah.
Dan kegiatan santri ini terdiri dari kegiatan harian, mingguan, bulanan
dan kegiatan ektrakurikuler. Berikut adalah rincian kegiatan sebagai berikut:
Kegiatan Mingguan:
TABEL 1,2
DAFTAR KEGIATAN EKSTRA KURIKULER
NO MATERI WAKTU PESERTA
Harian
1. Pengajian Al Quran
Selain Selasa dan Jum`at
Bada Maghrib
Santri tingkatan 2
Tsanawiyah ke bawah
2. Pengajian Kitab
Kuning
Selain Selasa dan Jum`at
Santri tingkatan 2
Tsanawiyah ke atas
3. Pengajian Pasaran
Kitab Kuning
Bada Maghrib
Selain Selasa dan Jum`at
Santri yang berminat
4. Pengajian Kitab
Tafsir Munir
Selain Selasa dan Jum`at Santri tingkatan 2
5. Istighosah Bada
Subuh
Setiap hari Wustho ke atas
Semua Santri
Mingguan
6. Istighosah Bada Maghrib Setiap Selasa dan Jum`at Semua Santri
64
7. Pengajian Kitab At
tibyan
Setiap Hari Sabtu Ba`da
Maghrib
Santri tingkat
Tsanawiyah
8. Pengajian Kitab Sohih
Bukhori Setiap Jum`at Pagi
Santri yang
berminat
9. Jam‟iyah
berzanji,Jam‟iyah sughro Malam Jum‟at Semua santri
10. Jam‟iyah kubro Malam Jum‟at Kliwon Semua santri
11. Istighosah Jum‟at dan selasa ba‟da
maghrib Semua santri
12. Ketrampilan Selasa ba‟da duhur
Ahad ba‟da dhuhur Santri berbakat
13. Qiro‟ah (seni baca Al-
Qur‟an)
Jum‟at, Selasa
Semua santri
14. Pertukangan Setiap hari jam istrahat Santri takhasus
15. Olah raga Semua santri
Sumber: Dokumen pondok pesantren Apik Kauman Kaliwungu Kendal84
8. Keadaan Guru
Santri senior yang sudah dianggap cukup serta mampu di samping
tugas utamanya belajar dan mengaji mempunyai tugas tambahan yakni
sebagai pengurus merangkap sebagai ustadz, yang diamanahkan oleh
pengasuh sebagai kepanjangan tangan kiai dalam hal mengasuh dan mendidik
para santri dan menjalankan roda kegiatan yang ada di pondok pesantren,
baik itu meliputi tugas-tugas harian yang berkenaan dengan kesekretariatan,
kebersihan, ketertiban, maupun kemasyarakatan. Berikut adalah struktur
kepengurusan yang bertugas mengajar di Madrasah Salafiyah Miftahul
Hidayah.
84
Dokumen Pondok Pesantren Apik Kauman Kaliwungu Kendal Tahun Ajaran 2013/2017
65
STRUKTUR TENAGA KEPENDIDIKAN
PENDIDIKAN DINIYAH FORMAL ULYA APIK
PONDOK PESANTREN SALAF APIK KAUMAN KALIWUNGU Masa
Khidmah : 1439-1440 H / 2018-2019 M
1. Pengasuh : KH. M. Sholahuddin Humaiddulloh
2. Penasehat : Ky. M. Ghufran Humaiddulloh
3. Penanggungjawab : KH. Ahmad Fadlullah Turmudzi
4. Komite Sekolah : Ust. Syifa`udin
5. Kepala Sekolah : Ust. Ahmad Nur Fauzi
6. Waka Kurikulum : Ust. Ka`bil Akhbar
7. Waka Kesiswaan dan Humas : Ust. Saeful Huda
8. Sekretaris : Ust. Agus Sahal
9. Bendahara : Ust . Fathunniam
10. Koordinator BK : 1. Ust. Irfa`i
2. Ust. Sulaiman
11. Perpustakaan : Ust. Abdul Majid
12. Sarana Prasarana : 1. Ust. Abdulloh Nur Rosin
2. Ust. Tafsir
3. Ust. Feri Sukamto
4. Bapak Khoirul Mirza
13. Pembantu Umum : 1. Sam`an Sulaiman
9. Keadaan Siswa/santri
Pondok pesantren APIK memilki santri dari berbagai daerah.
Kesemuanya terdiri dari santri yang masih sekolah di Madarasah Salafiyyah
Miftahul Hidayah (MSMH) dan santri yang sudah tamat dari madrasah
tersebut, yang dikenal dengan istilah “mutakhorijin”. Ada sebagian dari
mutakhorijin yang mengikuti kuliah di universitas terdekat yang ada di
66
Kaliwungu, namun demikian mereka tidak meninggalkan kegiatan-kegiatan
pondok pesantren.
APIK merupakan suatu Pondok Pesantren yang sudah bertaraf
nasional, sehingga dari sekian banyak santri yang ada datang dari berbagai
daerah di Indonesia seperti Jawa, Madura, Sumatra, Kalimantan dan lain
sebagainya, bahkan pernah ada santri yang berasal dari negeri Jiran
(Malaysia). Mereka pula datang dari status sosial yang berbeda dan taraf
pendidikan umum yang berbeda-beda pula, ada yang hanya berpendidikan
dasar, SLTP, SLTA dan ada juga yang sudah sampai Perguruan Tinggi.
Namun demikian mereka sama sekali tidak memepermasalahkan perbedaan-
peredaan tersebut, bahkan sebaliknya mereka justru menjadikan hal itu
sebagai wahana dalam menimba pengalaman.
Untuk membantu pengasuh pondok dalam membimbing santri-santri
tersebut Pondok Pesantren APIK memiliki 33 ustadz yang diambil dari santri
senior Pondok APIK. Para ustadz/guru ini melayani dan memberikan
bimbingan berupa mengajar anak-anak santri dalam membaca Al-Qur‟an dan
kitab kuning, membantu memecahkan masalah yang dihadapi santri serta
memberikan pengawasan penuh terhadap para santri.
10. Keadaan Sarana Dan Prasarana
Sarana-sarana esensial yang sekaligus merupakan karakteristik sistem
pendidikan pesantren adalah: masjid atau surau, rumah kiai, rumah ustadz,
asrama santri, gedung belajar, perkantoran, ruang kesehatan, dapur umum,
ruang tamu, perpustakaan, tempat MCK, dan sebagainya. Kondisi sarana
esensial tersebut sangat bergantung kepada besar kecilnya pesantren yang
bersangkutan. Untuk pesantren besar dan modern biasanya dilengkapi pula
dengan, ruang kesenian, laboratorium bahasa, lapangan olahraga, dan aula
(Mastuhu 1994: 146).
Alat-alat pendidikan, untuk belajar mengajar di pesantren pada
umumnya relatif sederhana hanya ada papan tulis beserta alat tulisnya, meja
kursi guru, dan dampar tempat santri menulis dan santri duduk lesehan di
lantai. Hal ini memang sifat belajarnya yang tidak memerlukannya. Tetapi
67
bagi pesantren yang dilengkapi dengan madrasah dan pendidikan umum,
terdapat alat-alat pengajaran yang lebih lengkap : meja-bangku, papan tulis,
alat tulis menulis, over head projector, pengeras suara,dan ada pula yang
dilengkapi dengan komputer (Mastuhu, 1994: 146) .
Pondok pesantren Apik Kauman Kaliwungu terdiri dari lima komplek
yaitu komplek QH berlantai tiga, komplek BBB berlantai dua, komplek AG
berlantai dua, komplek PBDF berlantai dua, komplek CE berlantai dua. Dan
termasuk juga sarana yang lainnya seperti; rumah pengasuh, asrama usatdz,
asrama santri, gedung belajar, mesjid, perkantoran, perpustakaan, ruang
komputer, ruang tamu, kantin, dapur umum, kamar mandi, mck dan lain-lain.
Adapun untuk lebih rincinya sarana dan prasarana dapat dilihat dalam tabel
dibawahini :
TABEL 1.3
SARANA DAN PRASARANA PONDOK PESANTREN
APIK KAUMAN KENDAL
NO. NAMA JUMLAH
1. Gedung / asrama 5 lokal
2. Kantor 6 ruang
3. Gedung belajar 15 ruang
4. Komputer 2 ruang,8 unit
5. perpustakaan 1 ruang
6. Ruang tamu 1 ruang
7. Ruang kesehatan 1 ruang
NO. NAMA JUMLAH
8. Meja 15 unit
9. Kursi 15 unit
10. Kantin 2 ruang
11 Dapur umum 2 ruang
12 Kamar mandi 17 ruang
13 Kamar mck 10 ruang
68
Sumber: Dokumen pondok pesantren Apik Kauman Kaliwungu85
B. Kurikulum Pesantren Di Pondok Pesantren Salaf APIK
Adanya struktur kurikulum yang jelas, maka pembelajaran akan lebih terarah
dan berhasil begitu juga untuk para ustadz akan lebih mudah dalam
melaksanakan pembelajaran, apalagi struktur dalam Pondok Pesantren perlu
diperjelas karena dialamnya terdapat tujuan pendidikan yang jelas, strukrur
kurikulum pesantren di Pondok Pesantren Salaf APIK sudah lama berjalan dan
tersusun itu semua disusun oleh pengasuh dahulu dengan mempertimbangkan
kurikulum pesantren yang dahulu pengasuh mengaji sehingga kurikulm di
Pondok Pesantren Salaf APIK adalah kurikulum yang sudah digunakan oleh
ulama - ulama dahulu yang mayoritas setiap Pondok Pesantren menggunakanya
sebagaiman yang disampaikan oleh Ust. Syifaudin selaku Wakil Pondok
Pesantren86
"Konsep pemilihan kurikulum atau komponen kurikulum atau materi yang
diajarkan dalam pondok pesantren sudah sesuai dengan ciri khas pondok
pesantren itu sendiri, untuk lebih mudah dalam mencapai tujuan yang
dikehendaki seperti penetapan kurikulum pondok pesantren APIK yang
berkiblat kepada kurikulum pesantren Lirboyo kediri yang dulu pengasuh
belajar dipesantren tersebut"
. Pondok Pesantren Salaf APIK yang sudah melaksanakan pembelajaran
dalam sistem klasikal melalui Madrasah Salafiyah Miftahul Hidayah ditempuh
didalamnya menggunakan kurikulum berbasis kitab kuning yang di tempuh
selama 3(tiga) tahun selain tingkat ibtidaiyah atau sekolah persiapan
sebagaimana struktur dibawah ini :
85
Dokumen Pondok Pesantren APIK Kaliwungu Tahun Ajaran 2016/2017.
86
Hasil wawancara dengan Ust. Syifaudin Selaku Wakil Kepala Pondok Pada Tanggal 1 Februari
2019
69
Tabel 1.4
Struktur kurikulum pesantren di Pondok Pesantren Salaf APIK87
NO. MATERI
PEMBELAJARAN
KELAS
SP
MT
s I
MT
s II
MT
s I
II
MA
I
MA
II
MA
III
1 Tauhid √ √ √ √ √ √ √
2 Tajwid √ √ √
3 Hadits √ √ √ √ √
4 Fiqih √ √ √ √ √ √ √
5 Nahwu, Sharaf √ √ √ √ √ √
6 Balaghah √ √
7 Tarikh √ √ √ √
8 Akhlak √ √ √ √
9 Ushul Fiqih √ √ √
10 Tafsir Al-Qur‟an √ √ √ √
11 Fara‟id √ √
12 Ilmu Hadits √ √ √
13 Qawa‟idul Fiqhiyah √ √
14 Mantiq √ √
15 Ilmu Tafsir √ √
16 Ilmu Falaq √ √ √
Sedangkan kitab-kitab yang dikaji secara lengkap dalam setiap kelas yaitu
87
Dokumen Pondok Pesantren Salaf APIK
70
Tabel 1.5
DAFTAR KITAB YANG DIKAJI di Pondok Pesantren Salaf APIK88
NO. KELAS TINGKATAN BIDANG STUDI
1. SP I Persiapan 1. Sulam Mubtadi
2. Al Qur'an
3. Aqidatul Awam
4. Fasholatan
5. Hidayatus Sibiyan
6. Durorul Bahiyah
7. Mubadul Fiqih
8. Nadzom Alala
9. Bahasa Arab
2
SP II
Persiapan
1.Al-Ajurumiyah
2.Al-Khoridatul bahiyah
3.Safinatus sholah
4.Al-Akhlaqu Lilbanin
5.Juz‟ama
6.Al-Amsilati Tasrifiyah
7.Tanbihul Muta‟alim
8.Tuhfathul Athfal
9.Mukhtasor Jiddan
88
Dokumen lembaga pendidikan di Pondok Pesantren Salaf APIK Kauman Kaliwungu Kendal
71
NO. KELAS TINGKATAN BIDANG STUDI
3 I Tsanawiyah
1.Al- Ajurumiyah (syarh)
2. Al-Asmawi
3. Jauhirul Kalamiyah
4.Qowaidul I‟lal
5. Qowaidul Khot Arobiy
6. Safinatun Najah
7. Shorof lughowi (tsulasi)
8. Awamil Al-jurjani
9. Khulasoh Nurul Yaqin
10. Wasoya
11.Mustholahu Tajwid
4 II Tsanawiyah 1. Al Amriti
2. Nadhom Maqsud
3. Bafadlol
4. Jazariyah
5. Qowaidul I‟rob
6. Fathul Robil Bariyah
7. Darul Farid
8. Arbain An‟nawawi
9. Ta'limul Muta'alim
5. III Tsanawiyah 1. Alfiyah ( Awal )
2. Baiquniyah
3. Fathul Qorib
4. Bulughul Marom I
5. Tijan ad Darori
6. Al – Waroqot
7. Ibnu Aqil
72
NO. KELAS TINGKATAN BIDANG STUDI
6. I Aliyah 1. Alfiyah (Tsani)
2. Fathul Mu'in I
3. Kifayatul Awam
4. Bulughul Marom II
5. Idatul Farid
6. Tashilut Turuqot
7. Mihatul Mughist
8. Dahlan Al-fiyah
7 II Aliyah 1. Jauharul Maknun
2. Sulamul Munawaroq
3. Faroidul Bahiyah
4. Latoiful Isyaroh
II Aliyah 5. Fathul Mu'in II
6. Ummul Barohin
7. Nadzon Arud
8. Lubul Ushul
8 III Aliyah 1. Uqudul Juman
2. Jam'ul Jawami'
3. Al Mahali I – IV
4. Minhajul Abidin
5. Tafsir Jalalain
6. Muatho
Penempatan alokasi waktu untuk keefektifan pembelajaran menjadi sebuah
keharusan untuk di bentuk dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan dan
santri pondok pesantren karena dengan alokasi waktu yang tepat akan
berdampak pada daya tangkap dan kesemangatan santri sehhingga
berlangsungya pembelajaran menjadi terlaksanakan sesuai dengan kebutuhan
yang mendukung dalam tujuan pembelajaran yang dicapai, sebagaimana yang
73
telah diterapkan oleh Pondok Pesantren Salaf APIK seperti halnya yang
dikatakan oleh Ust. Syifaudin selaku Wakil Pondok Pesantren.
"Pelaksanaan kurikulum di Pondok Pesantren Salaf APIK sudah berjalan
puluhan tahun dan sudah sesuai dengan kondisi santri, disini santri istirahat
pada jam siang dan malam makanya pelaksanaanya dilaksanakan dimulai
pagi sore dan malam, waktu pelaksanaan pesantren salaf sini dimulai dari
jam 07.00 – 09.30 dan dilanjutkan jam 10..15-12.00 WIB, 16.30-17.30 dan
jam 19.30-21.30 WIB alokasi ini sudah mempertimbangkan jam istirahat
santri dan waktu untuk menghafal santri"89
Metode yang digunakan di Pondok Pesantren Salaf APIK masih memakai
metode kepesantrenan dalam artian metode yang biasa diajarkan oleh para
pengasuh dahulu seperti Metode Ceramah, Metode Tanya Jawab, Metode
Diskusi, Demonstrasi dan metode lain yang digunakan dikalangan pesantren,
namun ada sedikit inovasi metode oleh asatidz yang memiliki kompetensi
akademik.
C. Implementasi Kurikulum Pesantren Pada Pendidikan Diniyah Formal
Tingkat Ulya APIK
Sebuah kurikulum yang telah dikembangkan tidak akan berarti (menjadi
kenyataan) jika tidak diimplementasikan, dalam artian digunakan secara aktual
disekolah dan dikelas. Keberhasilan implementasi terutama ditentukan oleh
aspek penjadwalan, sistem pengajaran, perangkat pembelajaran dan guru sebagai
pelaksana kurikulum. Secara umum proses pendidikan Agama Islam
Pendidikan Diniyah Formal Ulya APIK tidak jauh berbeda dengan Sekolah
setingkat pada umumnya yang berdasarkan Standar kompetensi dan Kompetensi
Dasar dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan hanya saja Pendidikan
Diniyah Formal Ulya memiliki kurikulum yang jauh berbeda dengan sekolah
madrasah atau yang setingkat dengannya, kurikulum pesantren lebih
mendominasi dari pada kurikulum pendidikan umum dan kefokusannya juga
lebih mengarahkan pada kurikulum pesantren sesuai dengan tujuan dari
Pendidikan Diniyah Formal yaitu Menghasilkan lulusan mutafaqqih fiddin (ahli
89
Hasil wawancara dengan Ust. Syifaudin selaku wakil pondok pesantren yang berlangsung pada
tanggal 01 Februari 2019
74
ilmu agama Islam) guna menjawab atas langkanya kader mutafaqqih fiddin dan
memberikan Civil effect bagi dunia pesantren sebagai bagian dari sebuah ikhtiar
seperti dalam tebel kurikulum Pendidikan Diniyah Formal Ulya APIK sebagai
berikut:
Tabel 1.6 Struktur Kurikulum Pendidikan Diniyah Tingkat Ulya90
KOMPONEN
MATA PELAJARAN
Kelas / Alokasi Waktu
1 2 3
A. Keagamaan Islam
1. Alquran 2 2 2
2. Tafsir-Ilmu Tafsir 4 4 4
3. Hadits-Ilmu Hadits 4 4 4
4. Tauhid 2 2 2
5. Fiqh-Ushul Fiqh 4 4 4
6. Akhlaq-Tasawuf 2 2 2
7. Tarikh 2 2 2
8. Bahasa Arab 3 3 3
9. Nahwu-Sharf 4 4 4
10. Balaghah 2 2 2
11. Ilmu Kalam 2 2 2
12. Ilmu Arudh 1 1
13. Ilmu Mantiq 1 1 1
14. Ilmu Falak 1 1
B. Pendidikan Umum
15. Pendidikan Kewarganegaraan 1 1 1
16. Bahasa Indonesia 2 2 2
17. Matematika 2 2 2
18. Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 2
19. Seni Budaya 2 2 2
C. Muatan Lokal 12 10 10
Jumlah 53 53 53
90
Dokumen Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK
75
Tabel 1.7 Daftar Nama Kitab Rujukan91
Kelas 1 Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya
NO Mata Pelajaran Kitab Rujukan
1. Alquran Bermuatan Tahsin danTahfidz juz 30
ditambah dengan surah-surah pilihan.
2. Tafsir تفسير اجلاي
3. Ilmu Tafsir الإتمب في عى امرآ
4. Hadis ريبض اصبذي
5. Ilmu Hadis شرح اظىخ اجيمىيخ في صطخ اذذيث
Tauhid اذصى اذيذيخ
6. Fiqh عيفتخ ا
7. Ushul Fiqh تسهي اطرلبد في ظ اىرلبد
8. Akhlaq-Tasawuf هبج اعبثذي إى جخ رة اعبي
9. Tarikh ارديك اختى
10. Bahasa Arab اعرثيخ بشئي
11. Nahwu-Sharf أفيخ اث به
12. Balaghah اجىهر اىى
13. Ilmu Kalam اللتصبد في العتمبد
14. Ilmu Arudh -
15. Ilmu Mantiq ع اطك
16. Ilmu Falak -
17. Seni dan Budaya اجردح، اجرزجي، اذيجعي، سط اذرر 18. B. Indonesia Buku Teks
19. Pkn Buku Teks
20. Matematika Buku Teks
21. IPA Buku Teks
91
Dokumen Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK
76
Kelas 2 Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya
NO Mata Pelajaran Kitab Rujukan
1. Alquran Bermuatan Tahsin danTahfidz juz 30
ditambah dengan surah-surah pilihan.
2. Tafsir تفسير اجلاي
3. Ilmu Tafsir الإتمب في عى امرآ
4. Hadis ريبض اصبذي
5. Ilmu Hadis اه اطيف في أصىي اذذيث اشريف
6. Tauhid أ اجراهي
7. Fiqh فتخ اعي
8. Ushul Fiqh ت الصىي
9. Akhlaq-Tasawuf ىعظخ اؤي إديبء عى اذي
10. Tarikh ارديك اختى
11. Bahasa Arab اعرثيخ بشئي
12. Nahwu-Sharf شرح اث عمي
13. Balaghah عمىد اجب/ اجىهر اىى
14. Ilmu Kalam الإثبخ ع أصىي اذيبخ
15. Ilmu Arudh ع اعروض
16. Ilmu Mantiq اس اىرق
17. Ilmu Falak اذروس افىيخ
18. Seni dan Budaya اجردح، اجرزجي، اذيجعي، سط اذرر 19. B. Indonesia Buku Teks
20. Pkn Buku Teks
21. Matematika Buku Teks
22. IPA Buku Teks
77
Kelas 3 Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya
NO Mata Pelajaran Kitab Rujukan
1. Alquran Bermuatan Tahsin danTahfidz juz 30
ditambah dengan surah-surah pilihan.
2. Tafsir تفسير اجلاي
3. Ilmu Tafsir الإتمب في عى امرآ
4. Hadis ريبض اصبذي
5. Ilmu Hadis اه اطيف في أصىي اذذيث اشريف
6. Tauhid أ اجراهي
7. Fiqh اذي
8. Ushul Fiqh جع اجىاع
9. Akhlaq-Tasawuf ىعظخ اؤي إديبء عى اذي
10. Tarikh ارديك اختى
11. Bahasa Arab اعرثيخ بشئي
12. Nahwu-Sharf شرح اث عمي
13. Balaghah عمىد اجب
14. Ilmu Kalam الإثبخ ع أصىي اذيبخ
15. Ilmu Arudh اختصر اشبفي ت اىبفي
16. Ilmu Mantiq اس اىرق
17. Ilmu Falak س ايري
18. Seni dan Budaya اجردح، اجرزجي، اذيجعي، سط اذرر 19. B. Indonesia Buku Teks
20. Pkn Buku Teks
21. Matematika Buku Teks
22. IPA Buku Teks
Penentuan kurikulum pesantren Pada Pendidikan Diniyah Formal Tingkat
Ulya APIK pada Mata pelajaran pesantren dan mata pelajaran Umum mengacu
pada kurikulum yang disahkan oleh jenderal Pendidikan Islam melalui pilihan
kurikulum oleh Asosiasi Pendidikan Diniyah Formal sebagai mitra Kemenag RI
. tentunya panduan kitab kuning yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan dan
karakter pesantren, sehingga adanya Pendidikan Diniyah Formal tidak banyak
merubah dan bahkan sama sekali tidak ada perubahan karena sesuai dengan
karakteristik pesantren ini, Berikut penjelasan struktur kurikulum sebagai mana
di katakan oleh Ust. Kabil Ahbar selaku Wakil Kurikulum :
78
"Karena sudah masuk dalam struktur kementrian agama maka harus sesuai
dengan prosedur yang ada namun hal ini tidak memberatkan pondok
pesantren ini, karena ciri khas pesantren-pesantren seperti sorogan atau
guru membaca, murid menyimak, trus guru memberi contoh murid
mengamati itu sepertinya tidak hilang dari ciri khas pesantren, itu ada
sorogan yang mana guru membaca murid mendengar itu masih
dipertahankan begitu juga alokasi waktu dan pelaksanaan pembelajaran
diserahkan kepada setiap pondok pesantren, karena adanya Pendidikan
Diniyah Formal itu bukan merubah pesantren tapi melembagakan pesantren
dengan menjaga tradisi didalamnya"
Untuk itu keberadaan Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK sama
sekali tidak merubah kurikulum dan tradisi yang ada di pondok Pesantren Salaf
APIK meski dalam pelaksanaannya masih memiliki kendala seperti kesulitanya
mencari kitab rujukan, panduan mata pelajaran umum yang belum dibukukan,
ketebalan kitab rujukan dan penyesuaian evaluasi ujian akhir Pendidikan
Diniyah Formal Bersetandar Nasional yang menggunakan teks soal bahasa arab
kekinian.
79
BAB IV
ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM PESANTREN PADA
PENDIDIKAN DINIYAH FORMAL TINGKAT ULYA APIK (STUDI DI
PONDOK PESANTREN SALAF APIK KAUMAN KRAJAN KULON
KALIWUNGU KENDAL)
A. Implementasi Kurikulum Pesantren Di Pondok Pesantren Salaf APIK
Kauman Krajan Kulon Kaliwungu Kendal
Dari hasil data lapangan yang telah penulis jabarkan, maka langkah
selanjutnya adalah menganalisis sumber-sumber yang telah ada sehingga
hasilnya dapat diketahui secara transparan. Perlu di ketahui bahwa Struktur
kurikulum yang digunakan oleh Pondok Pesantren Salaf APIK adalah pola atau
pedoman yang digunakan untuk melaksanakan program belajar selama satu
tahun sehingga pembelajaran maupun tujuan dari adanya pendidikan itu tercapai.
Struktur Kurikulum di Pondok Pesantren Salaf APIK semua menggunakan
kajian kurikulum pesantren atau biasa dikenal dengan kitab kuning, dari data
yang diperolah bahwa kitab - kitab yang diajarkan memang sudah di tentukan
puluhan tahun oleh para pendiri dahulu dan memang merupakan kitab - kitab
yang biasa digunakan oleh pesantren - pesantren di indonesia. Materi
pembelajaran kitab kuning yang digunakan dimulai dari yg paling mudah ke
kitab yg lebih tinggi, seperti kitab nahwu yang paling rendah dimulai dari kitab
Jurumiyah, lalu umrithi, mutamimah dan yg terakhir Alfiyah perincian dalam fan
ilmunya yaitu sebagaiman berikut Nahwu-Shorof, Fiqih, Aqidah Akhlak, Hadits,
Ilmu Waris, Ushul Fikih, Ilmu Hadist, Balaghoh, Ilmu Mantiq, Qowaidul
Fikhiyah, Ilmu Tauhid, Ilmu Arud, Tafsir, Ilmu Tafsir, Ilmu Tajwid, Tarikh dan
al Qur`an dengan rujukan kitab kitab kuning, diperkuat dari hasil observasi
bahwa pembelajaran yang ada memang semua menggunakan kajian kitab kuning
baik ketika pembelajaran maupun di luar pembelajaran.
Pembelajaran dimulai dari jam 07.00 – 09.30 dan dilanjutkan jam 10. 15-
12.00 WIB, 16.30-17.30 dan jam 19.30-21.30 dengan pengajar berbeda setiap
mata pelajaranya sebagaimana data dokumen yang penulis dapatkan, bagi semua
80
santri dari tingkat 2 Tsanawiyah sampai 3 Aliyah, diwajibkan ikut mengaji kitab
Tafsir Munir karangan Syaikh Nawawi Al Bantani setelah shalat yaitu jam
06.00-07.30.00 WIB yang diajarkan langsung oleh pengasuh Pondok Pesantren
Salaf APIK.
B. Implementasi Kurikulum Pesantren Pendidikan pada Diniyah Formal Ulya
Apik
Setelah melihat kurikulum Pesantren di Pendidikan Diniyah Formal Tingkat
ulya APIK memang tidak jauh beda dengan kurikulum yang di terapkan di
Pondok Pesantren Salaf APIK yaitu kurikulum berbasis kitab kuning meski
kurikulum yang di terapkan di Pendidikan Diniyah Formal Tingkat ulya APIK
jauh lebih lengkap seperti fan ilmu falaq, bahasa arab, tarikh, al Qur`an, seni
budaya dan mata pelajaran umum itu sesuai dengan dokumen yang di peroleh
peneliti. kesamaan kurikulum dan kajian kitab kuning dilatarbelakangi oleh
acuan pada kurikulum yang digunakan pondok pesantren sehingga dalam
penerapan Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK tidak begitu sulit
karena memang banyak kesamaan dengan kurikulum tersebut.
Dari Hasil observasi yang dilakukan, bahwa perlu adanya batas dan jam
istirahat bagi para santri sehingga dengan alokasi waktu kurikulum yang lama
santri bisa mengkondisikan diri dan akan lebih fokus dalam pembelajaran karena
istirahat yang cukup Kurikulum pesantren pada Pendidikan Diniyah Formal,
dengan kajian kitab kuning yang tinggi menjadikan keharusan santri dalam
penguasaan dasar nahwu sharaf sehingga dalam jenjang selanjutnya ia tidak
kesulitan dengan kurikulum pesantren yang sangat tebal dan sulit yang mungkin
tidak dapat di selesaikan dengan metode pembacaan dan afsahan dari santri
meski di tempuh dalam jangka waktu tiga tahun. dengan demikian penguasaan
nahwu sharaf dan lughat menjadi sebuah keharusan santri di jenjang ulya ini
lebih - lebih dalam pembelajaran kitab kuning.
Secara umum kegiatan belajar mengajar Pendidikan Diniyah Formal Tingkat
Ulya APIK jauh berbeda dengan Pendidikan Formal pada umumnya lainnya
karena alokasi waktu pembelajaran Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya
81
APIK ber jumlah 53 jam perminggu dari 20 komponen mata pelajaran,
pembelajaran tersebut dimulai pada pukul 07.00 sampai 22.00 WIB dengan
istirahat dimuali jam 09.00 - 09.45, 12.00 - 12.30, 14-00 - 16.00, 17.00 - 19.30,
22.00 - 07.00. Sedangkan pelaksanaan program kegiatan dirinci mata pelajaran di
laksanakan pagi dan siang hari sedangkan mata pelajaran pendidikan umum
pembelajaran dilaksanakan setelah santri melaksanakan kegiatan belajar
musyawarah jam 21.30.
Pelaksanaan pembelajaran di Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK
berjalan setiap hari efektif dalam bentuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sesuai
dengan jadwal pelajaran yang sudah dibuat mengacu pada struktur kurikulum
Pendidikan Diniyah Formal yang ditentukan Kementerian Agama, Pelaksanaan
pembelajaran di Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK menggunakan
beberapa metode. Metode pembelajaran pada pendidikan sistem klasikal
(madrasah) antara lain ceramah, tanya jawab,dan musyawarah, Kriteria
pengajarnya menggunakan satu ustad mengampu satu pelajaran. para asatidz
yang mengampu mata pelajaran di Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya
APIK umumnya merupakan Santri senior pondok pesantren tersebut. Adapun
bahasa yang digunakan sebagai bahasa pengantar adalah Bahasa Indonesia dan
Bahasa Jawa. Metode pembelajaran yang digunakan oleh para asatidz Pendidikan
Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK bervariasi. Sehingga pelaksanaan
pembelajaran di Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK ini tidak
membosankan karena ustad dalam menyampaikan materi pembelajaran
menggunakan metode yang menarik dan bervariasi, sehingga para santri sangat
senang dalam mengikuti pembelajaran. Dengan adanya pemilihan metode
pembelajaran yang tepat, maka akan berdampak pada pencapaian hasil
pembelajaran yang dilaksanakan.
Dalam suatu lembaga pendidikan diperlukan tenaga pengajar guru dan
karyawan sebagai pengelola serta pendukung berlangsungnya pendidikan di
lembaga tersebut dalam berbagai bidang kelembagaan sampai pembelajaran.
Pendidikan Diniyah Formal dapat dikatakan bermutu jika kedua komponen yaitu
tenaga pengajar (guru) dan karyawan dapat bekerja sesuai dengan kompetensi
82
dan professional yang dimiliki maka madrasah akan dapat mengelola sumber
daya secara baik.
Selain sarana penunjang guru harus memiliki kualifikasi akademik sebagai
syarat guru professional, Kualifikasi akademik guru Pendidikan Diniyah Formal
Tingkat Ulya APIK belum sepenuhnya sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru Melalui Pendidikan Formal. Hasil observasi peneliti sesuai
data yang diperoleh dalam daftar guru pengajar pada kualifikasi akademik namun
Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK masih mengupayakan
memfasilitasi para asatidz untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi dengan
bantuan secara finansial namun upaya ini masih terdapat kesulitan dalam
pengaturan jam
C. Analisis Implementasi Kurikulum Pesantren pada Pendidikan Diniyah
Formal Tingkat Ulya APIK
Setelah melakukan penelitian bahwa Implementasi Kurikulum Pesantren
pada Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK sudah cukup baik oleh
karena itu dalam mewujudkan tujuan pendidikan akan lebih mudah, namun
masih banyak kekurangan yang harus dibenahi untuk itu perlunya mengadakan
evaluasi pembelajaran yang menjadi pusat berhasil tidaknya tujuan pendidikan.
Kesesuaian Kurikulum Pesantren pada Pendidikan Diniyah Formal Tingkat
Ulya APIK dengan ketentuan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok
Pesantren Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik
Indonesia dalam penetapan struktur kurikulum Pendidikan Diniyah Formal
meliputi :
1) Manerapkan Kurikulum Pendidikan Diniyah Formal terdiri atas 19 dengan
rincian 15 mata pelajaran agama islam dan 4 mata pelajaran umum dan 1
muatan lokal, Muatan lokal ini merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi dan
keunggulan yang dimiliki oleh Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya
APIK yang materinya menuntut untuk dijadikan sebagai mata pelajaran
83
tersendiri dalam hal ini Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK
menerapkan muatan lokal dengan kajian nahwu sharaf yang menjadi ciri khas
Pondok Pesantren Salaf APIK
2) Penerapan jam pembelajaran dan alokasi waktu di Pendidikan Diniyah
Formal Tingkat Ulya APIK sudah dialokasikan sebagaimana tertera dalam
struktur kurikulum untuk setiap mata pelajaran.
3) Materi yang disampaikan sudah sesuai dengan SKKD dan kompetensi
kelulusan Pendidikan Diniyah Formal
Sehingga dengan hal tersebut di atas Pendidikan Diniyah Formal Tingkat
Ulya APIK sudah labih baik dalam mengimplementasikan Kurikulum
Pendidikan Diniyah Formal.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kurikulum Pesantren di Pondok Pesantren Salaf APIK menggunakan
kajian kitabkuning yang di pilih langsung oleh masyayikh terdahulu
dengan berkiblat pada pondok pesantren dahulu beliau mengaji, kitab
kuning yang dipilih tentu merupakan kitab yang digunakan dan diakui
oleh para ulama sebagai rujukan dalam menjawab tantangan kehidupan,
komposisi kurikulum pesantren sebagai berikut :
Tingkat Aliyah I : Alfiyah (Tsani), Fathul Mu'in I, Kifayatul Awam,
Bulughul Marom II, Idatul Farid, Tashilut Turuqot,
Mihatul Mughist, Dahlan Al-fiyah
Tingkat Aliyah II: Jauharul Maknun, Sulamul Munawaroq, Faroidul
Bahiyah, Latoiful Isyaroh, Fathul Mu'in II, Ummul
Barohin, Nadzon Arud, Lubul Ushul
Tingkat Aliyah III : Uqudul Juman, Jam'ul Jawami', Al Mahali I – IV,
Minhajul Abidin, Tafsir Jalalain, Muatho
2. Implementasi Kurikulum Pesantren pada Pendidikan Diniyah Formal
Tingkat Ulya APIK memiliki prosentase pembagian mata pembelajaran
dari kedua kurikulum yaitu kurikulum pesantren dan kurikulum
Pendidikan Umum, dengan rincian 80% bidang agama dan 20%
pelajaran umum.
3. Analisis Implementasi Kurikulum Pesantren pada Pendidikan Diniyah
Formal Tingkat Ulya APIK sudah sesuai dengan ketentuan struktur
kurikulum Pendidikan Diniyah Formal yang ditetapkan oleh
kemenetrian agama RI yaitu telah menerapkan 14 komposisi bidang
agama dan 4 komposisi di bidang umum diantara komposisi bidang
agama yaitu al Quran, Tafsir-Ilmu Tafsir, Hadits-Ilmu Hadits, Tauhid,
Fiqh-Ushul Fiqh, Akhlaq-Tasawuf, Tarikh, Bahasa Arab, Nahwu-Sharf,
85
Balaghah, Ilmu Kalam, Ilmu Arudh, Ilmu Mantiq, dan Ilmu Falak
sedangkan komposisi bidang umum yaitu Pendidikan Kewarganegaraan,
Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam dan Seni
Budaya.
B. Saran
Ada beberapa saran yang perlu dikemukakan dalam implementasi
Kurikulum Pesantren di Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK (Studi
di Pondok Pesantren Salaf APIK Kauman Kaliwungu Kendal.), yaitu :
1. Kepada lembaga pesantren
a. Mengingat kurikulum sangat fundamental dalam pendidikan agama
islam, maka diharapkan bagi pengurus lembaga pesantren untuk terus
berinovasi demi perkembangan Pendidikan Diniyah Formal Tingkat
Ulya APIK agar lebih baik dan sesuai dengan perkembangan zaman
b. Para guru ustadz Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK
senantiasa meningkatkan kemampuannya, sehingga dapat mengajar,
membimbing dan mendidik serta mengarakan santri menuju
perkembangan selanjutnya, dengan memfasilitasi jenjang pendidikan
bagi asatidz
c. Santri diharapkan lebih meningkatkan keaktifannya dalam
memperhatikan penjelasan guru, sehingga mereka dapat dengan mudah
menyerap materi yang disampaikan, dengan kata lain agar tidak
setengah-setengah dalam memperoleh pemahaman secara konkrit.
86
C. Kata Penutup
Dengan berakhirnya penulisan skripsi ini, sudah seharusnya penulis
mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT, semoga tulisan ini dapat
menjadi pemicu kesadaran kita akan pentingnya pendidikan agama islam melalui
Pondok Pesantren dan lebih mengenal secara jauh program baru kemenag RI
yaitu Pendidikan Diniyah Formal.
Namun penulis menyadari, karya ini masih jauh dari sempurna. Meskipun
penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan dan penulisan
skripsi ini, akan tetapi sudah tentu dalam isi maupun dalam penulisannya masih
terdapat banyak kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan penulis.
Akhirnya, penulis senantiasa mengharap kritik dan saran dari pembaca demi
sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.
87
DAFTAR PUSTAKA
Aly, Abdullah, Pendidikan Islam Multikultural Di Pesantren, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2011.
Ardi, Setyanto, N., Interaksi dan Komunikasi Efektif Belajar Mengajar, Yogyakarta
:Diva Press 2017.
Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Pers, 2002.
Arifin Imran, kepemimpinan kyai : Kasus Pondok Pesantren Tebu Ireng, Malang :
Kalimasada Press, 1993.
Arifin, H.M., Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, Jakarta: Bumi Aksara,
2000.
Arifin, Zaenal, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2014.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Jakarta, PT
Rineka Cipta, 2013.
Azra, Azumardy, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan
Melenium III, Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2012.
Azra, Azyumardi, Surau Ditengah Krisis, dalam Rahardjo, Pergulatan Dunia
Pesantren, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999.
Dhofier, Zamakhsary, Tradisi Pesantren : Studi Pandangan Kiyai, Jakarta : LP3ES,
1994.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research,Yogyakarta, Andi Offset, 1989.
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: LKIS, 1995.
Ildi, Abdullah, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,Yogyakarta : Ar Ruzz
Media, 20017.
Madjid, Nurkholis, Bilik-bilik Pesantren, Jakarta: Paramadina,1997.
Manaf, Abdul, Manajemen Perubahan Kurikulum, Yogyakarta : Kalimedia 2005.
88
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, Bandung;
Mizan,1995.
Misbach, KH. Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis Pesantren Modern, Ponorogo:
Gontor Press, 1996.
Mudzakkir, Ali, Ilmu Pendidikan Islam, Semarang : PKP12 Universitas Wahid
Hasyim Semarang, 2012.
Muhyidin Abi Zakariya, Riyadussolikhin, Surabaya : Pustaka Assalam,2015.
Nawawi, Hadari dan Nini Martini, Penelitian Terapan, yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1996.
Nurhayati, Ainin, Inovasi Kurikulum : Telaah Terhadap Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Pesantren, Yogyakarta : Teras, 2010.
Qomar, Mujamil, Pesantren dari Transformasi Metodologi menuju demokratisasi
Institut, Jakarta : Erlangga, 2001.
Rahim, Husni, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 2000.
Saridjo, Marwan, Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, Jakarta: Dharma Bhakti,
1982.
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah, Jakarta : Lentera Hati, 2002.
Skripsi Moh Chalim Al Asrori “Implementasi Kurikulum Dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Kitab Klasik Di Kalangan Santri Madrasah Diniyah
Manba’ul Hikam Putat Tanggulangin Sidoarjo 2015”
Skripsi Puji Rahayu “Implementasi Kurikulum Pondok Pesantren Dalam
Membentuk Akhlak Siswa Di Man Rejoso Peterongan Jombang 2017
Sudjana Nana, Pembinaan dan pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung:
Sinar Baru, 1991.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.
Suyanto dan Djihad Hasyim, Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia
Memasuki Milenium III, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2000.
89
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung : PT. Remaja
Rosdalarya, 1994.
Tebba, Sudirman, Manusia Malaikat, Yogyakarta: Cangkir Geding, 2005.
Tesis Muhammad Solihin ”Modernisasi Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan
Respon Masyarakat Pada Kajian Keagamaan Studi kasus pada Pondok
Pesantren Roudlotul Mubtadiin Balekambang Jepara 2016”
Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
Wijaya, Cece, Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1992.
Zulkarnain, Transsformasi nilai-nilai pendidikan Islam, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2008.
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ahmad Nur Fauzi
NIM : 156010211
Tempat Tanggal Lahir : 22 September 1989
Alamat : Ds Pusaka Jaya Rt 36/Rw 08 Pusaka Jaya Subang
Jawa Barat
JENJANG PENDIDIKAN :
Formal
1. SD. Raden Fatah Kebondanas Subang Lulus Tahun 2001
2. SMP N 02 Pusaka Jaya Subang Lulus Tahun 2004
3. Kejar Paket C Lulus Tahun 2014
Non Formal
1. Tsanawiyah Madrasah Salafiyah Miftahul Hidayah Pondok Pesantren
Salaf APIK Kauman Kaliwungu Kendal 2008
2. Aliyah Madrasah Salafiyah Miftahul Hidayah Pondok Pesantren Salaf
APIK Kauman Kaliwungu Kendal 2011
102
EVALUASI TAHUNAN
Tes Persiapan Ujian Akhir Pendidikan Diniyah Formal Bersetandar Nasional
Ujian Akhir Pendidikan Diniyah Formal Bersetandar Nasional
103
EVALUASI TENGAH TAHUN
Tes Semester Genap Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK
104
EVALUASI BULANAN
Tes Setoran Hafalan Nadzom
105
PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Pembelajaran Kelas X Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK
Kegiatan Pembelajaran Kelas XI Pendidikan Diniyah Formal Tingkat Ulya APIK
106
EKSTRAKURIKULER PENDIDIKAN DINIYAH FORMAL APIK
Musyawarah Kubro Dalam Pengembangan Nahwu Sharaf
Lalaran Nadzom Setiap Sore Sabtu dan Selasa
107
Kegiatan Asatidz
Pembacaan Al Barbanji Jumat Malam Oleh Astatidz Pendidikan Diniyah Formal
Tugas Hakim Dalam Bahtsul Masa`il
108
PENGAJIAN BANDONGAN
Pengajian Tafsir Munir Oleh Bapak Pengasuh Setiap Pagi
Pengajian Fathul Mu`in Setiap Ba`da Maghrib
109
PENDIDIKAN DINIYAH FORMAL ULYA APIK
Penyerahan Piagam Pendidikan Diniyah Formal Ulya APIK Olah Menteri Agama
Kegiatan Silaturrahim Pendidikan Diniyah Formal Se- Indonesia di PDF APIK
110
RUANG KELAS PENDIDIKAN DINIYAH FORMAL
Gedung Al Muzakka
Gedung Ihya Ulumudin(Kelas XII PDF Ulya)
111
PENGASUH PONDOK PESANTREN SALAF APIK
KH. Humaidulloh(Alm) KH. A. Ru`yat(Alm)
( Pengasuh Ke-3) (Pengasuh Ke-2)
KH. M. Sholahuddin Humaidulloh KH. M. Imron Humaidulloh(Alm)
(Pengasuh Sekarang) (Pengasuh Ke-4)