Post on 20-Mar-2016
description
H otel Bumi Segah berada di tepi Sungai Segah
Kabupaten Berau dipilih menjadi tempat
pertemuan kali ketiga para anggota kelompok-
kelompok kerja yang tergabung dalam Joint
Working Group (Kelompok Kerja Bersama) sebagai forum
diskusi. Pertemuan ini berlangsung pada 3-4 Februari 2010
dengan beberapa agenda utama pembahasan, antara lain
rancangan bussiness plan (rencana strategi) Program Karbon
Hutan Berau (PKHB), integrasi pengembangan Kesatuan
Pengelolaan Hutan (KPH) dalam PKHB serta bagaimana peran
masing-masing pihak dalam pengembangan PKHB untuk lima
tahun ke depan.
Dalam sambutan pembukaannya,
Bupati Berau Bapak H. Makmur HAPK
menyampaikan beberapa hal terkait
dengan pengelolaan sumberdaya alam
di Kabupaten Berau baik potensi,
komitmen dan tantangan yang
dihadapi oleh daerah.
Dari total luas daratan Berau yaitu 2,2
juta hektar baik kawasan hutan
produksi, hutan lindung yang
kondisinya pada saat ini relatif masih
terjaga dengan baik, jika itu kita
bandingkan dengan kawasan yang
sama dibeberapa daerah Kalimantan
Timur. Berau juga memiliki juga
Kawasan Budidaya Non Kehutanan
yang diperuntukan untuk beberapa
kegiatan pembangunan sektor
perkebunan, pertanian, pemukiman, pertambangan dan sektor
-sektor non kehutanan lainnya. Disamping sektor kehutanan
tersebut, Kabupaten Berau juga mempunyai potensi dibidang
kelautan baik berupa pesisir pantai berupa hutan mangrove
dan pulau-pulau kecil yang dikelola dengan prinsip kelestarian
dan pemberdayaan masyarakat.
Dengan potensi yang dimiliki tersebut, Kabupaten Berau telah
berkomitmen dengan melakukan beberapa kebijakan strategis
seperti Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
(RTRWK Tahun 2005-2025) dan telah dipaduserasikan dengan
Rencana Tata Ruang Propinsi (RTRWP).
Pemerintah Kabupaten Berau bertekad untuk
mempertahankan kawasan hutan terutama yang berada
dihulu Kelay dan Segah menjadi kawasan lindung. Pada
kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, Pemerintah Kabupaten
telah membentuk Badan Kolaborasi Pengelolaan Kawasan
Konservasi Laut, yang sekarang telah disusun rencana strategis
pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil termasuk
pengelolaan hutan mangrove.
Namun dalam mengimplementasikasikan program
pengelolaan sumber daya alam tersebut, ada kendala yang
dihadapi oleh Kabupaten Berau terutama belum mantapnya
fungsi kawasan dengan belum disyahkannya peta RTRW
sehingga belum dapat dijadikan dasar dalam pengambilan
kebijakan.
Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Berau telah ditunjuk
oleh Menteri Kehutanan RI untuk menjadi salah satu daerah
dilaksanakannya Demonstration Activities Reducing Emissions
from Deforestation and Forest Degradation (DA-REDD)
sehingga dapat menjadi peluang bagi Berau untuk
mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alamnya dan dapat
mengatasi kendala pengelolaan yang dihadapi selama ini.
Forum diskusi antar POKJA (JWG) ini menjadi wadah
komunikasi berbagai isu penting dalam menjawab tantangan
yang dihadapi oleh para pihak termasuk peluang-peluang yang
dapat dikembangkan untuk
JOINT WORKING GROUP III
(bersambung ke hal. 8)
Jan - Feb 2010 Volume 6
Inside Issue: Mengenal Lebih Dekat REDD dan PKHB . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
Kabupaten Berau Sebagai Salah Satu Lokasi REDD Demonstration Activities 3
Konsep Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dalam Kerangka Program Karbon
Hutan Berau (PKHB) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
Pendalaman GIS dan Problematikanya bersama SEKALA . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
Konsolidasi Temuan Kajian Keterlibatan Masyarakat dalam Skema REDD
Skala Kabupaten di Berau. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
Belajar Konservasi langsung di Bumi Borneo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
K eputusan Conference of Parties (COP 13)
tentang “reducing emission from deforestation
in developing countries: approach to stimulate
action” di Bali December 2007 mendorong para
pihak untuk mendukung upaya pengurangan emisis dari
deforestasi dan degradasi hutan sebagai upaya mitigasi
perubahan iklim di sektor kehutanan.
Walaupun pada kenyataannya masih banyak
ketidakjelasan dan perbedaan pendapat tentang REDD,
namun proses-proses persiapan untuk kegiatan-kegiatan
REDD sudah berjalan di berbagai tingkat di Indonesia. Di
Indonesia REDD akan menjadi pola pendekatan nasional
dengan pelaksanaan pada tingkat sub-nasional. Hal ini
akan memerlukan keterlibatan dan komitmen yang luas
dari berbagai pemangku kepentingan.
Namun demikian, sebagai sebuah isu yang baru dan
masih sedang berkembang, pemahaman yang jelas
tentang REDD, konteksnya dan bagaimana para pihak
bisa terlibat dalam mekanisme ini masih sangat terbatas
terutama di tingkat daerah. Ada ketimpangan
pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan terkait
mekanisme REDD, perkembangannya sebagai sebuah
dialog global, persiapan secara nasional, bagimana
daerah bisa terlibat dalam implementasi REDD, apa
implikasi yang timbul, serta peran dan tanggung jawab
apa yang patut menjadi komitmen para pemangku
kepentingan lokal, patut untuk difahami secara kafah.
Berau, sebagai salah satu kabupaten
yang masih memiliki tutupan hutan
yang cukup luas telah mencoba untuk
mengambil peran yang sangat penting
dalam pengembangan ujicoba REDD di
Indonesia. Pemerintah Kabupaten
Berau telah berkomitmen untuk
terlibat secara langsung dalam
pengembangan program ujicoba ini
melalui Program Karbon Hutan Berau
(PKHB).
Melalui Kelompok Kerja REDD
Kabupaten Berau yang dibentuk oleh
Bupati Berau sejak tahun 2008, dan
dengan didukung mitra utama The
Nature Conservancy melakukan
u j i c o b a R E D D d e n g a n
mengembangkan berbagai strategi pada beberapa status
kawasan di tingkat kabupaten sebagai bentuk masukan
bagi pengembangan mekanisme nasional.
Rancang bangun program karbon hutan di Berau mulai
disusun bersama-sama antara POKJA REDD Kabupaten
Berau dengan berbagai pihak di provinsi, nasional
5-7 Januari 2010 dilakukan kegiatan pelatihan
pengenalan REDD dan PKHB yang bertempat di Hotel
Bumi Segah Tanjung Redeb. Kegiatan ini diikuti
setidaknya 40 orang peserta yang merupakan perwakilan
dari instansi dan dinas di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Berau, perusahaan bidang kehutanan dan
perkebunan, perguruan tinggi dan lembaga masyarakat
lainnya.
Berbagai hal disampaikan dan diulas oleh pemateri
kemudian didiskusikana bersama oleh seluruh peserta
sehingga proses yang berlangsung secara dua arah agar
pemahaman yang lebih baik dapat lebih dicapai.
Pemateri yang berasal dari tim POKJA REDD Berau, TNC,
WE, IHSA, CSF-Unmul, SEKALA menyampaikan berbagai
topik yang dimulai dengan isu pemanasan global: sebab
dan akibatnya; apa itu deforestasi dan degradasi hutan;
bagaimana peran hutan dalam mengatasi pemanasan
global; konsep REDD dan elemen didalamnya baik teknis,
hukum dan sosial, manfaat dan kerugian dari skema
REDD; konsep perdagangan karbon yang sedang
berkembang.
Topik yang utama dibahas adalah rancang bangun dari
Program Karbon Hutan Berau, dimulai dengan tujuan
dari program, strategi yang disusun dalam
mengimplementasikan program tersebut di tingkat
lapangan, bagaimana masyarakat dapat terlibat dalam
PKHB dan berbagai aspek lainnya juga dibahas.
Diharapkan dengan adanya pelatihan ini para peserta
dapat memahami REDD dan PKHB kemudian dapat
disebarluaskan ke lingkungan kerja masing-masing
sebagaimana terangkum dalam rencana tindak lanjut
para peserta yang diantaranya akan menyebarkan
informasi ini ke rekan kerja, pimpinan, membuat jejaring
belajar dan lainnya. (Adji/Iwied)
Mengenal Lebih Dekat REDD dan PKHB
Volume 6 Hal. 2
Kabupaten Berau Sebagai Salah Satu Lokasi REDD Demonstration Activities
M enteri Kehutanan
pada 6 Januari
2010 telah me-
launching empat
REDD Demonstration Activities
Indonesia, yaitu kerjasama
Departemen Kehutanan dengan
Pemerintah Australia, Pemerintah
Jerman, International Tropical
Timber Organization (ITTO) dan
The Nature Conservancy (TNC),
bertempat di Ruang Sonokeling,
Gedung Manggala Wanabakti,
Jakarta.
Dalam acara yang dihadiri para
Duta Besar Negara Sahabat,
Direktur Eksekutif International
Tropical Timber Organization, dan
para Gubernur serta para pejabat
Departemen Kehutanan disampaikan penunjukan
beberapa daerah dalam pengembangan kegiatan
percontohan REDD yaitu kerjasama dengan Pemerintah
Australia telah dilaksanakan di Kalimantan Tengah dan
akan segera diikuti di Provinsi Jambi. Dengan Pemerintah
Jerman di Kalimantan Timur dan akan diikuti Kalimantan
Barat. Dengan ITTO dilaksanakan di Taman Nasional
Meru Betiri di Jawa Timur. Sedang dengan TNC
dilaksanakan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Penunjukan Kabupaten Berau ini merupakan langkah
nyata dalam pengembangan Program Karbon Hutan
Berau yang dimulai sejak tahun 2008 dan merupakan
kerjasama antar Pemerintah Kabupaten Berau melalui
Kelompok Kerja (POKJA) REDD-nya dan The Nature
Conservancy. Dengan penunjukan ini dapat menjadi
peluang bagi Kabupaten Berau dalam meningkatkan tata
kelola sumber daya alam yang dimilikinya dengan lebih
baik dan tentunya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Berau. Selain itu juga mendukung program
Pemerintah RI dalam upaya mengatasi dampak
perubahan iklim secara nyata.
Peluncuran program ini merupakan salah satu rencana
aksi Program Kerja 100 Hari Kontrak Kinerja Menteri
Kehutanan yang ditargetkan dapat dicapai dalam bulan
Januari 2010. Ke-empat kegiatan percontohan yang akan
di-launching tersebut, diharapkan dalam memberikan
masukan bagi penyiapan mekanisme REDD yang saat ini
masih terus berlangsung dengan tidak tuntasnya
perundingan di COP-15 di Copenhagen bulan lalu dan
adanya sejumlah kendala metodologis yang masih harus
ditangani. Diharapkan momentum ini dapat memacu
kegiatan-kegiatan serupa yang sedang dan akan
dilaksanakan.
Sektor Kehutanan memegang peranan penting dalam
permasalahan perubahan iklim, terutama dalam
memberikan solusi yang signifikan, efektif dan efisien
yang sangat ditunggu dan diharapkan oleh banyak pihak.
Dalam perundingan di Copenghagen, sektor kehutanan
termasuk yang paling banyak mencapai perkembangan
dan kemajuan. Diharapkan DA-REDD yang akan
luncurkan ini dapat berjalan sesuai rencana serta efektif
dalam memberikan masukan penyiapan mekanisme
baku REDD. (Iwied_diolah dari siaran press Kepala Pusat Informasi Kehutanan,
Dephut, 6 Januari 2010)
Volume 6 Hal. 3
“Penunjukan Kabupaten Berau sebagai REDD Demonstration Activities merupakan langkah nyata dalam pengembangan Program Karbon Hutan Berau yang dimulai sejak 2008 yang merupakan kerjasama Pemerintah Kabupaten Berau melalui POKJA REDD-nya dan TNC. Ini peluang bagi Kabupaten Berau dalam meningkatkan tata kelola SDA dengan lebih baik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Berau. “
P rogram Karbon Hutan
Berau (PKHB) adalah
program kemitraan multi
pihak baik pemerintah,
swasta, dan masyarakat yang
membuka peluang bagi Berau
untuk mencapai sasaran-sasa¬ran
pembangunannya dan pada saat
yang bersamaan tetap mengelola
hutannya secara berkelanjutan.
Hal ini dilakukan dengan
mengembangkan mekanisme
pendanaan karbon yang secara
efektif memberikan insentif atas
pengurangan emis i yang
diakibatkan oleh hilangnya tutupan
hutan. Lewat upaya ini, Berau
m e n a w a r k a n k e s e m p a t a n
pembelajaran bermakna penting
tentang bagaimana konsep Mengurangi Emisi Karbon
Akibat Deforestasi dan Degradasi Hutan (Reducing
Emissions from Deforestation and Forest Degradation—
REDD) dapat diterapkan di wilayah Indonesia yang cukup
luas dan kompleks.
Dalam pembangunan PKHB, salah satu tantangan utama
adalah membangun kapasitas lapangan untuk
mendukung pengelolaan sumberdaya alam lintas
bentang alam (landskap). Hal ini penting bagi
pengelolaan hutan produksi, hutan lindung, kebun
kelapa sawit, pertambangan dan pengelolaan kegiatan
pertanian yang dilakukan oleh masyarakat.
Karena proses desentralisasi belum sepenuhnya selesai,
banyak wilayah-wilayah yang tanggungjawab tidak
begitu jelas terbagi kepada institusi pemerintahan. PKHB
diharapkan dapat menjadi peluang penting dalam
menguji pengaturan-pengaturan kelembagaan dan
pilihan-pilihan pendekatan-pendekatan untuk membawa
peningkatan kapasitas lapangan dan peran yang lebih
jelas dalam pengelolaan sumberdaya alam.
Salah satu peluang penting adalah dengan membantu
ujicoba KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan) di Kabupaten
Berau. Sementara ini telah banyak diskusi tentang KPH,
namun masih banyak perbedaan pendapat bagaimana
KPH dapat di-design. Salah satu diskusi penting yang
perlu dilakukan khususnya terkait pendekatan
institusional adalah dengan membangun kapasitas
lapangan untuk mendukung baik pengelolaan hutan
maupun non hutan.
Terkait dengan hal tersebut, dilakukan diskusi terbatas
dari para pakar dan praktisi yang selama ini terlibat
untuk mengelola hutan dan membangun KPH ini.
Kegiatan diskusi ini dilaksanakan pada tanggal 19-20
Januari 2010 di Hotel Grand Tiga Mustika, Balikpapan,
dihadiri oleh perwakilan dari Pemerintah Pusat, Provinsi
Kaltim dan Pemerintah Berau.
Diskusi ini dilakukan dengan tujuan untuk;
menyelaraskan dan meningkatkan pemahaman tentang
pembangunan KPH dalam pengelolaan sumberdaya alam
(SDA), mendiskusikan pilihan-pilihan dan strategi-strategi
kunci PKHB untuk membangun kapasitas lapangan dalam
pengelolaan SDA tersebut, kemudian mensinergikan
pembangunan PKHB dengan upaya-upaya perbaikan
pengelolaan SDA baik yang dilakukan oleh pemerintah,
swasta dan masyarakat madani lainnya serta sekaligus
untuk mendapatkan masukan dari stakeholders
pemerintah, swasta dan masyarakat madani dalam
pengembangan PKHB ini.
Dari diskusi ini Kabupaten Berau akan mencoba
menyusun Draft Rancang Bangun KPH di Kabupaten
Berau yang akan disingkronisasikan dengen Dinas
Kehutanan Provinsi untuk kemudian dibawa ke pusat
untuk mendapatkan masukan dan tindaklanjut. Selain itu
juga akan dibentuk tim khusus dari Dinas Kehutanan
Kabupaten Berau dalam penyusunan draft rancang
bangun tersebut. Diharapkan draft ini sudah bisa masuk
pada bulan April 2010. Untuk itu diperlukan kerja sama
antar elemen sektor kehutanan dalam penyusunan draft
ini. (M. Fajri)
Konsep Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dalam Kerangka Program Karbon
Hutan Berau (PKHB)
Volume 6 Hal. 4
P engetahuan dan keterampilan
penggunaan aplikasi ini sangat
penting bagi Anggota-anggota
Kelompok Kerja REDD
Kabupaten Berau yang nantinya akan
berfungsi dalam pengolahan dan
pengambilan keputusan implementasi
Program Karbon Hutan Berau (PKHB).
Kabupaten Berau telah berkomitmen
untuk terlibat secara langsung dalam
upaya mengatasi pemanasan global
dengan menjadi Pilot Project
pelaksanaan program Reducing Emission
from Deforestation and Degradation
(REDD) di Indonesia. Salah satu aspek
penting yang harus dipersiapkan adalah
ketersediaan data-data spatial kawasan
dan analisis data-data tersebut.
Yayasan Serasi Kelola Alam (Sekala)
sebagai salah satu mitra dalam Program
Karbon Hutan Berau selain membantu dalam pengolahan
dan penyediaan data spatial juga mengadakan pelatihan-
pelatihan guna meningkatkat kapasitas anggota pokja
maupun instansi pemerintah. Selain itu Sekala juga
memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan
untuk mengikuti kegiatan magang di kantor Sekala.
Untuk lebih mempermudah dalam kegiatan pelatihan
diharapkan peserta dapat membawa permasalahan di
bidang SIG maupun penginderaan jauh yang nantinya
akan menjadi materi dalam kegiatan magang.
Untuk lebih memfokuskan pada materi pendalaman
maka instruktur meminta agar peserta magang membuat
deskripsi permasalahan yang sering dihadapi dalam
pengelolahan dan analisis data spatial sehingga
instruktur dapat menyiapkan materi dengan lebih baik
dan matang. Selain itu juga magang kali ini merupakan
tahapan lanjutan dari beberapa seri pelatihan
sebelumnya. Adji Rachmad dari Sekretariat POKJA REDD
Kab. Berau mendapatkan kesempatan untuk mengikuti
kegiatan ini pada 18 – 22 Januari 2010 dengan
didampingi 2 orang instruktur yaitu Sebastian Bagas
Tiangan dan C. Cicik M.
Pelaksanaan kegiatan magang ini dititik beratkan pada
praktek pengolahan data sesuai dengan tor/proposal
yang dibuat oleh peserta. Instruktur terlebih dahulu
memberikan pemahaman materi atau teori dasar untuk
sebelum melangkah pada kegiatan praktek.
Secara garis besar ada beberapa topik yang dibahas Adji
bersama instruktur seperti pengolahan data radar
(SRTM), perhitungan Karbon dengan menggunakan data,
analisis kesesuaian lahan, pembuatan blok tanaman
untuk memperkaya pengetahuan dengan memanfaatkan
analisis ArcGis dan tentunya penyajian data dalam data
set yang terpadu (DVD).
Berdasarkan topik-topik tersebut, pemberian
pemahaman melalui materi presentasi dan langsung
praktek dengan menggunakan data-data yang ada
membuat pemahaman dan keterampilan peserta
meningkat. Tentunya tujuan akhir dari kegiatan ini, Adji
dapat mengimplementasikan ilmu yang diperoleh dalam
pengembangan PKHB sekaligus menularkan kepada para
pihak yang ada di Kabupaten Berau sehingga
pengelolaan sumber daya alam berbasis data spatial
dapat terus meningkat. (Adji/Iwied)
Pendalaman GIS dan Problematikanya bersama SEKALA
Volume 6 Hal. 5
melalui konsep pengelolaan hutan sesuai aturan
yang telah ada seperti hutan rakyat, hutan desa,
hutan adat melalui penguatan kapasitas organisasi
masyarakat, peningkatan ekonomi alternatif lainnya
serta meningkatkan kerjasama antar kampung.
Selanjutnya untuk mendiskusikan lebih detail,
peserta dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
kelompok yang mendiskusikan masyarakat di sekitar
kawasan hutan produksi (HPH); masyarakat sekitar
kawasan budidaya non kehutanan (KBNK) dalam hal
ini perkebunan dan kelompok yang mendiskusikan
masyarakat di sekitar kawasan hutan lindung.
Diskusi kelompok ini diarahkan untuk menjawab
beberapa pertanyaan kunci keterlibatan masyarakat
seperti apa hak atas sumberdaya yang dapat
diupayakan untuk masyarakat di wilayah tersebut?;
bagaimana strategi dan langkah pengupayaan hak
masyarakat tersebut?; Kendala dan sengketa apa
yang akan muncul dan bagaimana pengelolaan/cara
mengatasi sengketa tersebut?; bagaimana menata
hubungan antara perusahaan dan masyarakat
kampung? Serta dukungan apa saja dan dari siapa
saja yang dibutuhkan untuk strategi tersebut. (Fajri/
Iwied)
S ebagai bagian dari
upaya pengembangan
program REDD skala
kabupaten di Berau,
TNC dan WE telah memfasilitasi
pelaksanaan serangkaian kajian
yang salah satunya adalah
tentang aspek keterlibatan
masyarakat yang dilaksanakan
pada bulan Oktober dan
November 2009.
Kajian itu difokuskan pada
bagaimana masyarakat dapat
dilibatkan dalam Program
Karbon Hutan Berau (PKHB) dan
bagaimana program ini dapat
membantu masyarakat dalam
pengelolaan sumberdaya alam.
Secara spesifik rangkaian
kegiatan ini ditindaklanjuti
dengan pertemuan konsultatif
yang diperlukan untuk perencanaan PKHB dan
memberikan rekomendasi-rekomendasi yang dapat
dilaksanakan dan rencana aksi komponen pelibatan
masyarakat dalam PKHB.
Sebagai bagian dari tahapan proses pematangan
hasil kajian tersebut dan juga untuk mendapatkan
lebih banyak masukan dari para pihak maka pada
tanggal 20 – 21 Januari 2010, dilaksanakan
lokakarya konsolidasi temuan kajian keterlibatan
masyarakat di hotel Aston Balikpapan. Lokakarya ini
sendiri diikuti oleh anggota Kelompok Kerja REDD
Berau, TNC, WE, dan IHSA sebagai narasumber pada
pengkajian keterlibatan masyarakat.
Dalam presentasi hasil kajiannya, WE memaparkan
beberapa hal terkait dengan kajian yang dimulai dari
latar belakang, tujuan, metode dan temuan-temuan
yang diperoleh di lapangan. Berdasarkan temuan-
temuan tersebut coba dirumuskan berbagai gagasan
keterlibatan masyarakat dalam skema REDD ini.
Gagasan yang coba dikembangkan antara lain
pemberian ruang untuk dapat terlibat langsung
dalam pengelolaan hutan dan memastikan hak-hak
masyarakat dalam mengelola sumber daya alam
Konsolidasi Temuan Kajian Keterlibatan Masyarakat dalam Skema REDD
Skala Kabupaten di Berau.
Volume 6 Hal. 6
M etode belajar
l a n g s u n g d i
lapangan tentunya
m e n j a d i
pengalaman yang amat berharga
bagi para mahasiswa Universitas
Quest yang mengikuti program
Ethical Expeditions: Conservation
in Borneo sehingga ilmu yang
didapat di bangku kuliah menjadi
lebih dipahami dan dapat
diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Sekaligus membuka
wawasan mahasiswa terkait
p e r k e m b a n g a n p r o g r a m
konservasi di Kalimantan atau
Bumi Borneo.
Ethical Expeditions merupakan
program yang dikembangkan oleh
Brent Loken dan Sheryl dengan
tujuan utama mengembangkan
program konservasi melalui
pendidikan. “Konservasi itu tidak hanya bisa dipelajari di
sekolah atau melalui buku saja tetapi harus langsung di
lokasi konservasinya sendiri” ungkap Brent.
Pada tahun 2010 ini Brent mengajak 18 mahasiswa
Universitas Quest Kanada melakukan perjalanan ke
Borneo untuk belajar berbagai upaya konservasi yang
dilakukan oleh para pihak di beberapa daerah di
Kalimantan Timur.
Dipilihnya Kalimantan Timur karena kawasan ini masih
terdapat kawasan hutan tropis yang masih terbilang
dalam kondisi baik namun menghadapi berbagai
ancaman dan tantangan dalam pengelolaannya.
Sehingga banyak program konservasi yang
dikembangkan dalam upaya pengelolaan yang lestari
agar sumber daya alam tersebut tidak terus menghadapi
degradasi. Para mahasiswa ini memulai pengalamannya
dengan belajar program rehabilitasi Orangutan yang
dilakukan oleh Yayasan Borneo Orangutan Society (BOSF)
di Samboja Balikpapan. Kemudian dilanjutkan dengan
mengunjungi kawasan Hutan Lindung Wehea di
Kabupaten Kutai Timur, dimana mahasiswa juga belajar
tentang upaya pengelolaan hutan lindung yang dilakukan
oleh masyarakat adat Wehea. Tidak berhenti disitu,
perjalanan dilanjutkan ke Kabupaten Berau untuk belajar
dan mendapatkan pengalaman tentang program
konservasi yang dilakukan oleh para pihak di daerah ini.
Mendapat kunjungan dari mahasiswa Kanada tidak disia-
siakan begitu saja oleh mahasiswa beberapa sekolah
tinggi yang ada di Berau seperti STIT, STIEM dan STIPER.
Mahasiswa dari ketiga sekolah tinggi tersebut
melaksanakan sebuah seminar internasional dalam
menyambut mahasiswa dari Universitas Quest Kanada.
Seminar ini dilaksanakan di Kampus STIEM pada tanggal
9 Februari 2010 dan tidak hanya diikuti oleh mahasiswa
saja tetapi juga beberapa siswa dari SMU di Kabupaten
Berau. Dalam seminar yang dibuka langsung oleh Bapak
Suparno Kasim selaku Asisten II Setda Berau dipaparkan
informasi tentang Kabupaten Berau mulai dari kondisi
geografi, ekonomi, pendidikan, pariwisata, serta sosial
budayanya yang semuanya disampaikan oleh perwakilan
dari ketiga sekolah tinggi. Selain itu juga disampaikan
program-program konservasi yang saat ini sedang
dilaksanakan di Kabupaten Berau antara lain program
kelautan, program pengelolaan kawasan hutan lindung
Sungai Lesan, Program Karbon Hutan Berau, pengelolaan
mangrove.
Pemaparan Program Karbon Hutan Berau yang dilakukan
oleh Sekretariat POKJA REDD Kabupaten Berau
mendapatkan apresiasi yang sangat baik dari mahasiswa
Quest dimana mereka juga konsern terhadap isu
perubahan iklim dan salah satu tujuan utama ke Berau
adalah mengetahui upaya yang dilakukan oleh Berau
da lam menghadapi
Belajar Konservasi Langsung di Bumi Borneo.
Volume 6 Hal. 7
(bersambung ke hal. 8)
Joint Working Group III ….. Dari hal 1
belum disyahkannya peta RTRW sehingga belum dapat
dijadikan dasar dalam pengambilan kebijakan.
Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Berau telah
ditunjuk oleh Menteri Kehutanan RI untuk menjadi salah satu
daerah dilaksanakannya Demonstration Activities Reducing
Emissions from Deforestation and Forest Degradation (DA-
REDD) sehingga dapat menjadi peluang bagi Berau untuk
mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alamnya dan dapat
mengatasi kendala pengelolaan yang dihadapi selama ini.
Forum diskusi antar POKJA (JWG) ini menjadi wadah
komunikasi berbagai isu penting dalam menjawab tantangan
yang dihadapi oleh para pihak termasuk peluang-peluang yang
dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan bersama. Forum
JWG 3 ini dihadiri oleh perwakilan dari berbagai pihak mulai
dari institusi Pemerintah Pusat, institusi Pemerintah Provinsi,
institusi Pemerintah Kabupaten, kalangan swasta, perguruan
tinggi di Kaltim dan juga kalangan Lembaga Swadaya
Masyarakat.
Pada hari pertama disampaikan
bussines plan (rencana strategi)
Program Karbon Hutan Berau yang
berisi gambaran besar dari program,
bagaimana strategi yang akan
dikembangkan pada beberapa tipe
kawasan hutan dan non hutan serta
pengembangan tata kelola termasuk
koordinasi antar sektor yang
berkepentingan dengan pengelolaan
kawasan hutan. Dilanjutkan dengan
peluang pembentukan KPH di
Kabupaten Berau dalam kerangka
PKHB dimana pengelolaan hutan dapat
dilakukan secara langsung di daerah
melalui lembaga yang dibentuk yaitu
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)
dengan melihat karakteristik wilayah
yang ada di Kabupaten Berau.
Di hari kedua, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok
untuk membahas lebih jauh terkait dengan rencana strategi
PKHB terutama dalam mengkaji peran para pihak dalam
pengembangan program lima tahun ke depan. Diskusi
kelompok yang berlangsung dengan penuh antusias
melahirkan banyak masukan kepada perencanaan program
dan peran, harapan para pihak dari program ini. Masukan ini
tentunya akan memperkaya perencanaan strategi yang telah
disusun.
Pertemuan JWG 3 ini ditutup dengan mengajak peserta untuk
menikmati keindahan sungai Berau sembari melakukan
pengamatan monyet Bekantan yang ada disepanjang sungai
Berau. Dengan menggunakan empat unit speedboat peserta
dapat melihat beberapa kelompok bekantan yang sedang
menikmati makan malam di ujung pohon bakau. (Iwied)
Volume 6 Hal. 8
perubahan iklim dengan persiapan implementasi REDD
(reducing emission from deforestation and forest
degradation).
Selama di Kabupaten Berau, mahasiswa Universitas
Quest melakukan kunjungan ke kawasan Hutan
Lindung Sungai Lesan dan juga pulau Maratua sehingga
dapat dilihat langsung pentingnya program konservasi
yang dilakukan di kawasan hulu (hutan) untuk terus
berlanjut ke kawasan laut atau sering diistilahkan
“Ridge to Reef”.
Berbagai pengalaman yang diperoleh dituangkan dalam
bentuk dokumentasi video dan dapat di-download
melalui link http://www.ethicalexpeditions.ning.com
agar semua pihak di seluruh dunia dapat mengetahui
berbagai upaya konservasi yang dilakukan di Borneo
dan juga menyampaikan pesan-pesan konservasi yang
efektif bagi dunia.(Iwied)
Belajar Konservasi ….. Dari hal 7
Informasi lebih lanjut mengenai REDD Program, kontak :
Iwied Wahyulianto
Koordinator Sekretariat POKJA REDD Kab. Berau
Jln. Anggur No 265 Tanjung Redeb, Berau
Telp/Fax. 0554 - 21232
email: iwe13009@gmail.com
Hamzah As-Saied
Dinas Kehutanan Kab. Berau Jl. Pulau Sambit No 1 Tanjung Redeb
Email: hazbrou@gmail.com
Fakhrizal Nashr
Berau Program Leader
The Nature Conservancy
JL. Cempaka No. 7 - RT 07/RW 07 Berau 77311
Tel. +62 - 554 23388; Hp.: +62-812-5408141
Email : fnashr@tnc.org
Alfan Subekti
REDD Field Manager
The Nature Conservancy
Jalan Polantas No. 5, Markoni, Balikpapan, 76112,
Telp.: +62-542-442896; Fax.: +62-542-745730
Email : asubekti@tnc.org
Photo-Photo:
Adjie R (hal 2, 3, 5, 6), Iwied (hal 1,4, 8), Ryan (hal 7)