Post on 04-Mar-2018
33
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
MELALUI MEDIA GRAFIS BAGI SISWA TUNAGRAHITA
RINGAN KELAS D2 SEMESTER II SLB – C BHAKTI
PUTRA BAHAGIA GANTIWARNO
KLATEN TAHUN 2008/2009
Disusun oleh :
SUPRAPTI
X5107654
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2008/2009
34
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakekatnya anak normal dan anak berkebutuhan khusus dihadapan
Tuhan derajatnya sama. Begitu juga falsafah bangsa kita yaitu Pancasila yang
dituangkan dalam UUD 1945 pada Bab XIII Pasal 31 Ayat 1 menyebutkan bahwa
“Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”. Pernyataan ini
diperkuat dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SPN Pasal 5 ayat 2 : warga
negara yang berkelainan punya hak pendidikan. Pasal 11 ayat 12 : pemerintah
memberi layanan tidak ada diskriminasi, pemerintah daerah wajib menjamin dana
untuk penyelenggaraan pendidikan usia 7 – 15 tahun. Pasal 12 ayat 1: setiap
peserta didik berhak mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat,
dan kemampuannya.
Kemampuan berpikir anak tunagrahita ringan lebih rendah dibanding
dengan anak lambat belajar, sehingga mereka selalu mengalami kesulitan dalam
menerima pelajaran terutama matematika. Mereka tidak dapat memperhatikan
pelajaran itu dengan serius, mereka suka mengalihkan perhatian ke hal-hal yang
lain, maka guru harus mengganti dengan media yang lain yaitu media grafis.
Kegiatan proses belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan inti,
melalui proses belajar dengan media grafis, diharapkan ada perubahan tingkah
laku dan daya pikir terutama pelajaran matematika pada diri anak. Anak menjadi
harapan semua fihak agar setiap anak dapat mencapai prestasi belajar matematika
sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Dalam dunia pendidikan kita pasti mengenal mata pelajaran matematika
yang sering menjadi sesuatu yang menakutkan bagi siswa. Bahkan gurupun
mengeluh karena hasil yang dicapai siswa menjadi di bawah rata-rata. Hal ini bisa
35
disebabkan oleh banyak hal yaitu dari para guru, siswa, sarana prasarana yang
kurang memadai.
Dari pihak guru antara lain pelajaran yang monoton sehingga
membosankan siswa, suara guru yang tidak jelas, persiapan yang kurang
maksimal, pengendalian kelas yang kurang. Dari siswa bisa dikarenakan minat
belajar yang rendah, suka maunya sendiri, kurang konsentrasi dalam menerima
pelajaran terutama matematika.
Hal tersebut bisa diatasi dengan berbagai cara saat memberikan pelajaran
matematika, dengan media grafis dapat dijadikan salah satu cara untuk mengatasi
kesulitan belajar matematika. Dengan menggunakan media grafis ini prestasi anak
terus meningkat, karena media ini sangat menarik minat anak untuk belajar.
Media grafis ini dipadu dengan papan flanel yang sangat praktis untuk dibongkar
pasang menurut keperluannya. Dengan demikian anak tersebut akan tertarik
belajar matematika dengan tekun dan senang.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu titik tolak dalam
meningkatkan prestasi belajar matematika pada anak tunagrahita ringan agar anak
tersebut mampu hidup layak sebagai anggota masyarakat.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka muncul berbagai permasalahan
yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Daya ingat anak tunagrahita umumnya rendah, sehingga mempengaruhi
prestasi belajar matematika.
2. Penggunaan media pembelajaran yang kurang tepat atau kurang efektif dapat
mempengaruhi prestasi belajar matematika anak tunagrahita ringan.
3. Guru kurang menguasai materi ajar dan teknik penyampaian kurang tepat
dapat menimbulkan kesulitan bagi siswa dalam mencerna.
36
4. Pelayanan terhadap anak tunagrahita ringan saat ini dalam proses belajar
mengajar selalu mengacu pada program pembelajaran yang berdasarkan atas
kurikulum dan target yang harus dicapai yang tidak memperhitungkan
kemampuan yang dimiliki anak. Sehingga anak selalu ketinggalan dalam
setiap pembelajaran terutama matematika. Maka guru menggunakan media
grafis untuk meningkatkan prestasi belajar, media ini merupakan suatu usaha
yang harus dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar dalam pengajaran
matematika.
5. Anak tunagrahita ringan pada umumnya mengalami keterbatasan konsentrasi
dalam menerima pelajaran.
C. Batasan Masalah
Bertolak dari identifikasi masalah maka dalam penelitian ini dibatasi :
1. Daya ingat anak tunagrahita ringan yang rendah dapat mempengaruhi prestasi
belajar matematika.
2. Anak tunagrahita ringan tidak mampu berkonsentrasi dengan baik, dalam
menerima pelajaran matematika.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas maka dalam penelitian
ini dirumuskan masalah sebagai berikut:
Bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan Media Grafis dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika bagi siswa tunagrahita ringan Kelas D2
Semester II di SLB-C Bhakti Putra Bahagia Gantiwarno Klaten?
E. Tujuan Penelitian
37
Tujuan penelitian ini adalah bahwa melalui Media Grafis dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa tunagrahita ringan kelas D2 Semester II di
SLB-C Bhakti Putra Bahagia Gantiwarno Klaten tahun 2008/2009.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Mendapat pengetahuan atau teori baru tentang peningkatan prestasi belajar
matematika melalui media grafis bagi anak SLB – C Bhakti Putra Bahagia
Gantiwarno sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya dan beberapa hal yang
dapat diambil dari penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa
Dengan menggunakan media grafis siswa lebih mudah menangkap materi
yang diberikan oleh peneliti.
b. Manfaat bagi guru
Menambah wawasan guru SLB Bhakti Putra Bahagia Gantiwarno Klaten dan
untuk menambah ilmu pendidikan khususnya dalam bidang studi matematika
yang menggunakan metode grafis.
c. Manfaat bagi sekolah
Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi guru SLB khususnya dalam
pelajaran matematika, bagi anak-anak tunagrahita ringan dapat ditingkatkan
prestasi belajarnya.
38
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita Ringan
a. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan
Pengertian tentang istilah tunagrahita ringan berbeda-beda hal ini
disesuaikan dengan sudut pandang dan keperluan masing-masing ahli.
Menurut Bandi Delpie (1983 : 15) tunagrahita ringan adalah:
”Anak tunagrahita mempunyai tingkat kemampuan intelektual di
bawah rata-rata selain itu juga mengalami hambatan terhadap perilaku
adaptif selama masa perkembangan perilaku adaptif selama masa
perkembangan hidupnya dari 0 tahun hingga 18 tahun, sesuai dengan
batasan dari AAMD”.
39
Menurut Jb Suparlan (1983 : 5) tunagrahita ringan adalah:
”Yang lemah otak adalah orang yang terganggu pertumbuhan daya pikirnya dan tidak sempurna seluruh kepribadiannya. Jika tidak berarti bahwa orang yang lemah otak adalah orang yang normal hanya kurang daya pikir tetapi lemah otak itu tampak jika pada tingkah lakunya, pada pikirannya dan perasaannya yang dilahirkannya. Pendeknya pada seluruh kepribadiannya”. Menurut Muhammad Efendi (1979 : 88) tunagrahita ringan adalah :
”Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tuna
grahita jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya
(di bawah normal). Sehingga untuk meniti tugas perkembangannya
memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik termasuk dalam hal
pendidikan”.
Jadi dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
anak tunagrahita ringan adalah anak yang memiliki taraf kecerdasan yang
sangat rendah. Sehingga untuk meniti tugas dan perkembangannya ia sangat
membutuhkan layanan pendidikan dan bimbingan secara khusus. Tetapi masih
memiliki potensi yang dapat dikembangkan dalam bidang akademis yang
sederhana seperti membaca, menulis dan berhitung.
b. Klasifikasi Anak Tunagrahita
Klasifikasi menurut Muhammad Efendi (2006 : 89)
mengklasifikasikan anak tunagrahita menjadi 4 macam, yaitu :
1) Klasifikasi menurut kelainan fisiknya a) Tipe mongoloid b) Tipe microceppalon c) Tipe cretinism
2) Klasifikasi menurut derajat kemampuan penyesuaian diri a) Tidak tergantung pada orang lain b) Semi tergantung pada orang lain c) Sangat tergantung pada orang lain
3) Klasifikasi menurut aspek indek intelegensi a) Idiot IQ 0 – 25 b) Imbisil IQ 25 – 50
40
c) Debil IQ 50 – 75 4) Klasifikasi menurut penilaian program pendidikan
a) Anak tunagrahita mampu didik b) Anak tunagrahita mampu latih c) Anak tunagrahita mampu rawat
Menurut Muhammad Efendi (2006 : 90) :
“Anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan, walaupun hasilnya tidak maksimal. Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita : 1) Membaca, menulis, mengeja dan berhitung 2) Menyesuaikan diri dan tidak tergantung pada orang lain 3) Ketrampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian hari.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa anak tunagrahita mampu didik (debil) berarti anak
tunagrahita yang dapat dididik secara baik minimal dalam bidang-bidang
akademis sosial dan pekerjaan yang sederhana”.
Anak tunagrahita mampu latih (embisil) adalah anak tunagrahita yang memiliki kesadaran sedemikian rendahnya sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program yang diperuntukkan bagi anak normal. Oleh karena itu beberapa kemampuan anak tunagrahita yang diperlukan diperdayakan yaitu : a. Belajar mengurus diri sendiri, misalnya makan, memakai pakaian,
tidur dan mandi sendiri. b. Belajar menyesuaikan di lingkungan rumah atau sekitarnya. c. Mempelajari kegunaan ekonomi di rumah, di bengkel kerja
(Self workshop) atau di lembaga khususnya.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa anak tunagrahita mampu latih berarti dapat mengurus diri
sendiri melalui aktivitas kehidupan sehari-hari (activity dailyving), serta
melakukan fungsi sosial kemasyarakatan menurut kemampuannya.
Anak tunagrahita mampu rawat (idiot) adalah anak tunagrahita yang
memiliki kecerdasan sangat rendah, ia tidak mampu mengurus diri sendiri atau
sosialisasi untuk mengurus dirinya sendiri sangat membutuhkan orang lain.
41
Child who is on idiot is so low intellectually does not learn to talk and
ussually does learn to take care of his bodyly need.
“Menurut pendapat saya anak idiot adalah anak tunagrahita
membutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena ia tidak
mampu mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain (totally dependent
praton)”. (Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan : 1991 : 90).
Klasifikasi menurut Mulyono Abdul Rahman (2003 : 11) secara garis
besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan kedalam 2 kelompok :
1) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (develop mental learning dissabilitas).
2) Kesulitan belajar akademik (academic learning dissabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan
mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar dan komunikasi dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial.
Di banding akademis kegagalan mencapai prestasi kegagalan tersebut mencakup kegagalan penguasaan ketrampilan dalam membaca, menulis dan matematika. Kegagalan ini dapat diketahui oleh gurunya. Meskipun demikian kegagalan dalam mencapai prestasi akademik hubungannya tidak jelas. Ada anak gagal dalam membaca tetapi berhasil dalam hal lain misalnya ketrampilan.
”Salah satu kemampuan dasar yang umumnya dipandang paling penting dalam kegagalan belajar adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian atau sering disebut dengan perhatian selektif”. Perhatian selektif adalah kemampuan untuk memilih salah satu diantara sejumlah rangsangan seperti rangsangan: 1) Auditif 2) Taktil 3) Visual 4) Kinestetik
Yang mengenai manusia setiap saat seperti yang dijelaskan oleh Roos perhatian selektif membantu manusia membatasi jumlah rangsangan yang perlu diproses pada waktu tertentu.
Menurut beberapa pendapat klasifikasi anak tunagrahita ringan adalah
: anak yang memiliki kecerdasan di bawah normal, tapi masih memiliki
potensi yg dapat dikembangkan memiliki potensi yang dapat dikembangkan
melalui pelayanan pendidikan khusus dalam bidang akademis yang sederhana
seperti membaca, menulis, berhitung. Dalam bidang ketrampilan kerja akan
mampu menguasai jenis pekerjaan secara trampil yang sederhana.
42
c. Karakteristik Anak Tunagrahita
Karakteristik menurut Muhammad Efendy (2006 : 98) adalah sebagai
berikut:
a. Cenderung memiliki kemampuan berfikir konkrit dan sukar berpikir
abstrak
b. Mengalami kesulitan dalam konsentrasi
c. Kemampuan sosial terbatas
d. Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit
e. Kurang mampu menganalisa dan kejadian yang dihadapinya
f. Pada tunagrahita presentasi tertinggi di bidang baca, tulis dan hitung tidak
lebih dari anak normal setingkat kelas III dan IV sekolah dasar.
Karakteristik menurut Grossmann (1983 : 11) dalam buku
Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, anak tunagrahita secara umum
mempunyai tingkat kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Selain itu juga
mengalami hambatan terhadap perilaku adaptif selama masa perkembangan
hidup dari 0 – 18 tahun sesuai dengan batasan dari AAMD.
Menurut beberapa pendapat, karakteristik anak tunagrahita secara
umum mempunyai kemampuan sangat terbatas di bidang intelektual,
sosialiasi, sulit diajak berkomunikasi, sulit menyimpan instruksi yang sulit,
perkembangan motoriknya labil, prestasi dalam bidang membaca, menulis
berhitung maksimal anak normal kelas III – IV SD.
d. Penyebab Anak Tunagrahita
Penyebab menurut Mulyono Abdulrahman (2003 : 13) dalam bukunya
Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, prestasi belajar dipengaruhi oleh
2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal Kemungkinan adanya disfungsi neorologis sedang
penyebab utama belajar (learning probelms) b. Faktor Eksternal
43
Strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak tepat. Disfungsi neorologis sering tidak hanya menyebabkan kesulitan belajar tetapi juga dapat menyebabkan tunagrahita dan gangguan emosional. Berbagai faktor yang dapat menyebabkan disfungsi neorologis yang pada gilirannya dapat menyebabkan kesulitan belajar antara lain : a) Faktor genetik b) Luka pada otak karena trauma fisik atau karena kekurangan
oksigen. c) Biokimia yang hilang d) Biokimia yang dapat merusak otak (zat pewarna makanan) e) Pencemaran lingkungan (pencemaran timah hitam) f) Gizi yang tidak memadai g) Pengaruh psikologis dan sosial yang merugikan perkembangan
anak.
Berbagai penyebab tadi dapat menimbulkan gangguan dari tarafnya
ringan hingga berat.
Penyebab menurut Muhammad Efendi (1970) dalam bukunya
Pengantar Psikopedagogik bahwa penyebab anak tunagrahita ada 2 (dua)
faktor yaitu :
1) Faktor Indogen
Faktor ketidaksempurnaan psikopedagogik dalam memindahkan gen
(hereditar Y transmisiasi of psycho biological insufficiency).
2) Faktor Eksogen
Faktor yang terjadi akibat perubahan patologis dari perkembangannya
normal.
Menurut Muhammad Efendi (2006 : 91) dalam buku Pengantar
Psikopedagogik Anak Berkelainan, penyebab anak tunagrahita dapat dirinci
melalui jenjang berikut ini :
1) Kelainan atau ketunaan yang timbul pada benih plasma 2) Kelainan atau ketunaan yang dikaitkan dengan implantasi
44
3) Kelainan atau ketunaan yang ditimbulkan dalam embrio 4) Kelainan atau ketunaan yang dikaitkan dengan implantasi 5) Kelainan atau ketunaan yang timbul dari luka saat kelahiran 6) Kelainan atau ketunaan yang timbul dalam janin 7) Kelainan atau ketunaan yang timbul pada masa bayi dan masa
anak-anak.
Menurut beberapa pendapat, sebab-sebab timbulnya anak berkelainan
adalah banyak sekali permasalahannya baik dari prenatal, natal dan postnatal,
keturunan, kerusakan pada fungsi otak, bio kimia, kesalahan nutrisi waktu
hamil mengkonsumsi minuman beralkohol.
e. Permasalahan Anak Tunagrahita
Permasalahan anak tunagrahita dengan keterbatasan yang ada dan daya
kemampuan yang dimiliki anak tunagrahita menimbulkan berbagai macam
masalah. Permasalahan yang dihadapi anak tunagrahita dalam konteks
pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari, masalah ini berkaitan
dengan kesehatan dan perawatan diri dalam kehidupan sehari-hari. Melihat
keterbatasan anak dalam kehidupan sehari-hari mereka banyak mengalami
kesulitan lebih-lebih anak tunagrahita berat memerlukan bimbingan dalam
pemeliharaan dalam kehidupannya. Masalah pemeliharaan hidup anak
tunagrahita seperti makan, menggosok gigi, memakai baju, memakai dan
menali sepatu dan lain-lain.
2. Masalah kesulitan belajar dengan keterbatasan kemampuan berpikir
mereka tidak dapat dipungkiri bahwa mereka tentu mengalami kesulitan
belajar. Dalam bidang pengajarani akademik sedangkan dalam bidang non
akademik mereka tidak banyak mengalami kesulitan belajar. Kesulitan
belajar yang dialami anak tunagrahita meluputi : kesulitan menangkap
pelajaran, kesulitan dalam belajar yang baik, mencari metode yang tepat,
45
kemampuan berpikir abstrak dan rendah serta daya ingat lemah dan
sebagainya.
3. Masalah penyesuaian diri berkaitan dengan kesulitan dalam berhubungan
atau berinteraksi dengan individu maupun kelompok di sekolah.
Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sangat dipengaruhi
oleh tingkat kecerdasannya. Sehingga anak tunagrahita yang memiliki
kecerdasan di bawah normal akan mengalami hambatan dalam
bersosialisasi.
4. Masalah penyaluran kerja secara empirik anak tunagrahita cenderung
menggantungkan diri kepada orang lain atau orang tua dan keluarga yang
mampu mandiri terutama akan tunagrahita ringan, dengan demikian
penyaluran kerja bagi anak tunagrahita perlu penanganan yang ideal dan
serius. Oleh karena itu pula pembekalan non akademis berupa kerajinan
atau ketrampilan sederhana yang dapat dijadikan bekal hidup di
masyarakat.
5. Masalah gangguan kepribadian dan emosi, bahwa anak tunagrahita kurang
memiliki kemampuan berpikir, keseimbangan pribadi dan emosi labil.
Kondisi ini terlihat pada penampilan, tingkah laku sehari-hari, misalnya:
a) Berdiam diri dalam waktu lama
b) Gerakan hiperaktif
c) Mudah marah
d) Mudah tersinggung
e) Suka menganggu orang lain
Maka anak tunagrahita memerlukan bimbingan dan pengawasan secara
kontinue dari guru di sekolah dan orang tua saat di rumah.
2. Tinjauan Tentang Prestasi
a. Pengertian Prestasi
Prestasi menurut Muray dan Beck (1990 : 290) dalam buku
http/sunarboms_wordpress.com pengertian prestasi adalah :
46
”To overcome abstract, to exercise power, to strive to do something
difficult as well and as quickly as possible” artinya kebutuhan anak
berprestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha
melakukan sesuatu yang sulit dengan baik yang secepat mungkin”
Prestasi menurut Gagne (1985 : 40) prestasi belajar dibedakan ke
dalam 5 (lima) aspek :
1) Kemampuan intelektual
2) Strategi kognitif
3) Informasi verbal
4) Sikap
5) Ketrampilan
Prestasi menurut Bloom (1990 : 110) hasil belajar dibedakan menjadi 3
(tiga) aspek:
1) Kognitif
2) Afektif
3) Psikomotorik
Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kogkrit yang dapat dicapai
pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapatan tersebut prestasi
dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai siswa dalam pembelajaran.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai oleh seseorang individu merupakan suatu
hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor
tersebut baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor
eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu anak untuk
mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.
Prestasi belajar secara umum dipengaruhi oleh faktor internal yaitu
faktor-faktor dalam diri siswa, dan faktor eksternal yaitu faktor yang berada di
luar siswa. Sedangkan menurut Slameto (1991 : 56-57) faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar adalah:
a) Faktor Intern, meliputi:
47
1) Faktor jasmani 2) Faktor psikologis 3) Faktor kelelahan
b) Faktor Ekstern, meliputi: 1) Faktor keluarga 2) Faktor sekolah 3) Faktor masyarakat
Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Faktor Intern
Faktor intern adalah semua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang berasal dari dalam diri siswa yang sedang belajar. Faktor intern ini meliputi: 1) Faktor jasmani
(a) Faktor kesehatan (b) Catat tubuh
2) Faktor psikologis (a) Internal (b) Bakat dan minat (c) Motivasi
3) Faktor kelelahan (a) Kelelahan jasmani (b) Kelelahan rohani
b) Faktor Ekstern 1) Faktor keluarga
(a) Cara orang tua mendidik (b) Suasana keluarga (c) Pengertian orang tua (d) Keadaan sosial ekonomi keluarga
2) Faktor sekolah (a) Metode mengajar (b) Kurikulum (c) Hubungan guru dan siswa
3) Faktor masyarakat (a) Kegiatan siswa dalam masyarakat (b) Teman bergaul yang kurang baik
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa
merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian
kegiatan, misalnya: dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan
lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik jika subyek belajar itu
mengalami atau melakukannya. Jadi tidak bersifat verbalistik.
Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan
individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian
48
terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seseorang individu dapat
dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.
c. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Sutratinah Tirtonegoro (1995 : 43) prestasi belajar adalah
penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai
setiap anak dalam periode tertentu.
Nasution (1986 : 43) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah segala
sesuatu yang dapat dicapai atau hasil belajar atau hasil pekerjaan, hasil yang
menyenangkan hati yang diperoleh dengan ketelitian dalam bekerja.
Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (1984 : 71) berpendapat bahwa
prestasi belajar adalah hasil pekerjaan atau apa saja yang telah dicapai atau
hasil yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
Dari berbagai pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh siswa dengan
jalan bekerja keras, bekerja giat, ulet, tekun sehingga hasilnya memuaskan
yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat.
Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta
didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti
proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang
relevan. Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan
menggunakan tes prestasi belajar.
49
Menurut Anwar (2005 : 8 – 9) tes prestasi belajar bila dilihat dari
tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar. Testing
pada hakekatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan.
Tes prestasi belajar berupa test yang disusun secara terencana untuk
mengungkap informasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau
materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi
belajar dapat berbentuk ulangan harian, test formatif dan test sumatif bahkan
Ebtanas dan ujian masuk perguruan tinggi.
3. Tinjauan Tentang Matematika
a. Pengertian Matematika
Matematika menurut GPPB (1993 : 69) adalah
”Sebagai salah satu dasar, dewasa ini telah berkembang amat pesat baik materi maupun penggunaannya. Dalam kurikulum matematika sekolah perlu selalu mempertimbangkan perkembangan-perkembangan, pengalaman masa lalu serta kemungkinan masa depan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan matematika yang diajarkan dalam pendidikan dasar dan pendidikan menengah”
Matematika sekolah tersebut terdiri atas bagian-bagian kemampuan
dan membentuk pribadi siswa serta berpadu pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Ini berarti bahwa matematika sekolah tidak dapat
dipisahkan sama sekali dari ciri-ciri yang dimiliki matematika. Ada 2 (dua)
ciri penting dalam matematika :
1) Memiliki obyek kejadian yang abstrak
2) Berpola pikir deduktif dan konsisten
Menurut Mulyono Abdul Rohmah (2003 : 252) pengertian matematika
adalah:
50
”Ide manusia tentang matematika berbeda-beda tergantung pada pengalaman dan pengetahuan masing-masing. Ada yang mengatakan bahwa matematika hanya hitungan yang mencakup tambah, kurang, kali dan bagi. Tetapi ada pula yang melibatkan topik-topik seperti aljabar, geometri dan trigonometri. Banyak pula yang beranggapan bahwa matematika mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan berfikir logis.
Menurut Mulyono Abdulrahman (2003 : 252) pengertian matematika
adalah:
”Suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap suatu masalah yang dihadapi manusia. Suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap suatu masalah yang dihadapi manusia. Suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan urutan, menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting memikirkan dalam hidup manusia itu sendiri dalam melihat hubungan-hubungan.
Menurut GBPP (1994 : 69) matematika adalah:
”Yang diajarkan di pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Matematika sekolah tersebut terdiri atas bagian-bagian kemampuan untuk membentuk pribadi siswa serta berpandu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini berarti bahwa matematika sekolah tidak dapat dipisahkan sama sekali dari ciri-ciri yang dimiliki matematika. Dua ciri penting dari matematika adalah : 1. Memiliki obyek kejadian yang abstrak 2. Berpola pikir deduktif dan konsisten
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
matematika itu perlu diajarkan oleh siswa karena selalu digunakan dalam segi
kehidupan semua bidang baik di dalam maupun di luar rumah terutama di
sekolah. Anak harus terampil dalam menghitung segala sesuatu untuk
kehidupan sehari-hari.
b. Fungsi Matematika
Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar (1994 : 69) fungsi matematika
sekolah adalah sebagai salah satu unsur masukan instrumental yang memiliki
51
obyek dasar abstrak dan berlandaskan kebenaran dan konsistensi dalam sistem
proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan
c. Tujuan Matematika
Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar (1994 : 69), sejalan dengan
fungsi matematika sekolah maka tujuan umum diberikannya matematika di
jenjang pendidikan dasar adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di
dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur
dan efektif.
2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai
ilmu pengetahuan.
Dengan demikian tujuan umum pendidikan matematika pada jenjang
pendidikan dasar tersebut memberikan tekanan pada penataan nalar dan
pembentukan sikap siswa serta juga memberikan tekanan pada ketrampilan
dalam penerapan matematika.
Tujuan khusus :
1) Menambah dan mengembangkan ketrampilan berhitung (menggunakan
bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menambah kemampuan siswa, yang dapat dialihkan, melalui kegiatan
matematika.
3) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar
lebih lanjut di sekolah lanjutan SMPLB (Kurikulum Pendidikan Dasar
(1994 : 70 – 71).
4. Tinjauan Tentang Media Pendidikan
a. Pengertian Media Pendidikan
52
Media pendidikan bukan merupakan hal yang baru lagi, karena
keberadaannya digunakan sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesan
materi pelajaran. Dewasa ini banyak sekali dikembangkan media pendidikan
yang lebih modern seperti film, video, komputer dan berbagai macam audio
visual. Ada beberapa batasan media yang diberikan oleh para ahli.
Menurut Arif S. Sadiman (2001 : 14) media pendidikan adalah :
”Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan
pesan. Pesan dapat membantu mengatasi hal tersebut. Perbedaan gaya belajar,
minat, intelegensi, keterbatasan gaya indera, cacat tubuh atau hambatan jarak
geografis, jarak waktu dan lain-lain, dapat dibantu diatasi dengan pemantapan
media pendidikan”.
Menurut Arif S. Sadiman (2001 : 14) ”media pendidikan adalah alat
media dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektfkan
komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan
pengajaran sekolah”
Menurut Rus Effendi (1982 : 4) ”Media pendidikan adalah
penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang biasanya
sudah dituangkan dalam garis besar program pengajaran (GBPP) dan
dimaksudkan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar”.
Dengan mengetahui pendapatan-pendapat di atas, maka yang
dimaksud media pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
sebagai alat untuk menyalurkan pesan atau dalam dalam situasi proses belajar
mengajar, sehingga dapat merangsang fikiran perasaan, minat dan perhatian
siswa, memperdalam dan memperluas siswa sedemikian rupa sehingga proses
belajar mengajar terjadi.
Dengan digunakannya media pendidikan diharapkan pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan tepat seperti apa yang disampaikan.
53
b. Jenis-jenis Media Pendidikan
Meninjau jenis media pendidikan, menurut Arief S. Sadiman (2001 :
26) mengelompokkan media pendidikan pada garis besarnya seperti berikut :
1. Media Grafis Menurut Arief S. Sadiman (2001 : 28) ”media grafis media
yang menyangkut indera penglihatan yang disampaikan pada suatu bidang datar dengan simbul-simbul komunikasi visual”.
Menurut Ngadino Y (1997 : 48) berpendapat bahwa ”media grafis adalah media yang berhubungan dengan penglihatan, mempunyai panjang dan mempunyai lebar, dan menempel pada suatu bidang datar”.
Jadi media grafis adalah media atau alat-alat yang berhubungan dengan indera penglihatan yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran dalam bentuk simbul-simbul komunikasi visual yang memiliki ukuran panjang dan lebar, menempel pada suatu bidang datar yang dapat diamati oleh siswa secara langsung.
Media grafis merupakan jenis media yang termasuk dalam media visual. Menurut Depdikbud, alat visual adalah gambar, model atau alat guna menyajikan visual yang kongkrit dengan maksud dapat menjelaskan konsep abstrak, mengembangkan sikap yang dicita-citakan dan guna merangsang siswa selanjutnya. Dengan demikian digunakannya media grafis dalam proses belajar diharapkan dapat tercapai hal-hal di atas.
Contoh yang termasuk media grafis antara lain : a) Papan flanel yaitu media grafis yang ditempel pada kain flanel
sehingga mudah untuk dibongkar pasang menurut keperluannya.
b) Gambar atau foto adalah media grafis yang menyatakan bentuk sebenarnya dari suatu benda dengan ukuran.
c) Sketsa d) Diagram e) Grafik, yaitu media grafis yang menyatakan data kuantitatif
suatu variabel dengan variabel lain dalam kurun waktu tertentu yang dinyatakan dengan simbul-simbul.
f) Poster, adalah media yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan atau memotivasi pengamat sehingga pengamat dapat terpengaruh setelah melihat poster tersebut.
g) Peta, media grafis yang menyatakan letak suatu benda terhadap benda lain atau untuk menyatakan lokasi dari suatu benda yang menjadi sasaran pengamat.
h) Papan buletin yaitu media grafis yang ditempelkan di papan untuk memberitahukan kejadian dalam waktu tertentu.
54
2. Media Audio
Media audio merupakan jenis media yang termasuk dalam media visual. Menurut Depdikbud (1994) alat bantu audio berupa alat media elektronik yang secara langsung dapat digunakan untuk mendengarkan atau didengarkan guna menyajikan hal-hal yang kongkrit dengan maksud dapat menjelaskan konsep abstrak, mengembangkan sikap yang dicita-citakan dan guna merangsang siswa selanjutnya. Dengan demikian digunakannya media visual dalam proses belajar diharapkan dapat tercapai hal-hal di atas.
Contoh yang termasuk media visual antara lain : a) Radio b) Alat perekam pita magnetik c) Laboratorium bahasa
Jenis media pendidikan di atas yang paling cocok untuk mengajar
anak tunagrahita di Indonesia dan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah jenis media grafis yaitu media gambar, karena media ini banyak
melibatkan aspek penglihatan, mudah dibuat oleh guru, mudah
dioperasikan, praktis dan murah.
c. Dasar Pertimbangan Pemilihan Media Pendidikan
Karena begitu besar peranan media pendidikan dalam proses belajar,
kita perlu mengetahui beberapa faktor yang dasar pertimbangan pemilihan
media pendidikan.
Menurut Arif S. Sadiman (2001 : 32) ”ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan yaitu tujuan instruksional yang ingin dicapai karakteristik
siswa atau sasaran, jenis rangsangan belajar, lingkungan sekitar, kondisi
setempat dan luasnya jangkauan penerimaan media”.
Dasar pertimbangan tersebut dapat dijadikan pedoman dalam
pemilihan media pendidikan yang digunakan dalam mengajar anak
tunagrahita. Dasar pertimbangan pemilihan media bagi anak tunagrahita.
1) Sesuai tujuan instruksional yang ingin dicapai
55
Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin
dicapai dalam satu pokok bahasan tertentu.
2) Sesuai sasaran
Media pendidikan yang dipakai sesuai dengan sasaran, apakah digunakan
pada siswa persiapan, tingkat dasar atau tingkat menengah.
3) Jenis rangsangan belajar
Karena media pendidikan akan digunakan anak tunagrahita, maka
sebaiknya digunakan media visual (banyak melibatkan aspek penglihatan).
4) Sesuai dengan kondisi setempat
Media pendidikan yang digunakan disesuaikan dengan tersedianya sarana
yang ada, apakah ada listrik, ruangan terang atau tidak, tersedianya beaya,
waktu dan tenaga.
5) Mempertimbangkan lingkungan
Media yang digunakan disesuaikan dengan keadaan lingkungan sosial,
ekonomi dan budaya setempat, sehingga dapat digunakan sesuai dengan
tujuannya.
d. Fungsi Media Pendidikan
Menurut Arif S. Sadiman (1986 : 49) sebagai media pembelajaran
media grafis mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Mempermudah belajar siswa karena dengan menggunakan media ini akan memperjelas keterangan secara lisan.
2) Menarik perhatian siswa apabila dalam penyajiannya bahan ajar disertai dengan gambar atau media grafis. Maksudnya dengan media grafis siswa akan lebih terpusat perhatiannya dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
3) Memberikan gambaran tentang hubungan antara keadaan dengan keadaan lain secara simbolis dalam situasi tertentu. Maksudnya menggambarkan hubungan antara satu keadaan dengan keadaan yang lain.
56
4) Menimbulkan inisiatif siswa untuk mencari, mengumpulkan, menyusun dan membuat gambar yang ada hubungannya dengan bahan ajar. Maksudnya dapat merangsang siswa untuk berinisiatif mencari, mengumpulkan dan membuat gambar yang ada hubungannya dengan bahan ajar tersebut dalam kehidupan sehari-hari .
Menurut Rus Effendi (1982 : 9) fungsi media adalah:
“Jika guru akan melakukan proses belajar mengajar maka pertama-tama guru harus memiliki gagasan yang diwujudkan dalam desain instruksional. Maka guru akan mengadakan komunikasi dengan siswanya. Oleh karena itu, dalam proses komunikasi selain ada gagasan dari guru ada pula unsur-unsur yang menunjang proses komunikasi dan ada tujuan dari komunikasi”.
e. Ciri-ciri Media Pendidikan
Ciri-ciri media pendidikan menurut Rusefendi (1982 : 11) adalah :
Media pendidikan digunakan dengan maksud untuk meningkatkan atau mengiringi mutu proses kegiatan belajar mengajar. Untuk memungkinkan media pendidikan berfungsi secara maksimal. Ciri-ciri itu antara lain : 1) Media pendidikan pada umumnya dapat dilihat atau dapat
didengar. 2) Media pendidikan adalah alat bantu belajar mengajar di kelas 3) Media pendidikan adalah suatu medium atau perantara yang
digunakan untuk perantara. 4) Media pendidikan sebagai alat belajar misalnya modul produk
radio.
Media pendidikan adalah satu bagian yang integral dalam proses
pendidikan di sekolah. Media pendidikan telah berkembang sedemikian rupa
berkat kemajuan ilmu dan teknologi dan perubahan sikap masyarakat untuk
lebih maju sesuai dengan tujuan pendidikan dan ilmu jiwa belajar.
5. Tinjauan Tentang Media Grafis
a. Pengertian Media Grafis
Menurut Arif Sadiman (1986 : 28) ”media grafis termasuk media
visual. Sebagaimana halnya dengan media yang lain, media grafis berfungsi
57
untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang
dipakai menyangkut indra penglihatan”.
Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbul-simbul
komunikasi visual. Simbul-simbul tersebut perlu difahami benar artinya agar
proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum
tersebut, secara khusus grafis berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas
sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi yang mungkin akan cepat
dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. Selain sederhana dan mudah
pembuatannya media grafis termasuk media yang relatif mudah ditinjau dari
segi biayanya.
Menurut I Wayan Santyasa (2007 : 11) ”media grafis adalah suatu
penyajian secara visual yang menggunakan titik, garis-garis, gambar-gambar,
tulisan-tulisan atau simbul-simbul atau simbul visual yang lain dengan maksud
untuk mengikhtisarkan, menggambarkan dan merangkum suatu ide, data atau
kejadian”
Menurut Muyadi (1994 : 39) ”media grafis adalah alat-alat yang
berkenaan dengan penglihatan, mempunyai panjang dan mempunyai lebar dan
menempel pada suatu bidang datar”.
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media grafis adalah alat-alat
untuk menyampaikan pesan pembelajaran dalam bentuk simbul-simbul yang
memiliki panjang dan lebar, menempel pada saat bidang data yang dapat
diamati oleh siswa dengan indra penglihatan atau mata.
b. Fungsi Media Grafis
Menurut Arif Sadiman (1986 : 28)
”Fungsi umum media grafis untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan, pesan yang akan disampaikan dituangkan pada simbul-simbul komunikasi visual. Simbul-simbul tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien”.
58
Fungsi khusus media grafis untuk menarik perhatian dan memperjelas,
sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat
dilupakan atau diabaikan (Media Pendidikan).
Menurut I Wayan Santyasa (2007 : 11) dalam buku Konseptual Media
Pembelajaran “fungsi umum media grafis adalah untuk menyalurkan pesan
dari sumber ke penerima pesan. Fungsi khusus media grafis untuk menarik
perhatian, memperjelas ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang
mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan”
c. Ciri-ciri Media Grafis
Menurut I Wayan Santyasa (2007 : 11) media dua dimensi sehingga
hanya dapat dilihat dari bagian depannya saja. Media visual diam sehingga
hanya dapat diterima melalui indera mata.
d. Kelebihan Media Grafis
Menurut I Wayan Santyasa (2007: 11)
1) Bentuknya sederhana
2) Ekonomis
3) Bahan mudah diperoleh
4) Dapat menyampaikan rangkuman
5) Mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu
6) Tanpa menggunakan peralatan khusus
7) Mudah penempatannya
8) Sedikit memerlukan informasi
9) Dapat membandingkan suatu perubahan
10) Dapat divariasi media yang satu dengan yang lain
Menurut Aries S. Sadiman (1986 : 30) sebagai media pembelajaran media
grafis mempunyai kebaikan.
59
1) Dengan media grafis siswa dapat mengamati secara jelas sesuatu yang dibicarakan atau didiskusikan di kelas dan suatu persoalan dapat dijelaskan lebih luas dengan media grafis selain dengan kata-kata.
2) Media grafis dapat mengatasi kekurangan daya mampu panca indera manusia.
3) Media grafis dapat mengatasi batas waktu dan ruang 4) Media grafis dapat menjelaskan suatu masalah serta pengertian-
pengertian yang salah. 5) Media grafis mudah digunakan baik perseorangan maupun
kelompok. 6) Siswa mendapatkan pengalaman langsung dan tak terlupakan
(Media Pendidikan).
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan, maka kerangka berpikir
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bahwa anak tunagrahita mengalami hambatan dalam bidang studi
matematika khususnya penjumlahan. Untuk mempercepat peningkatan prestasi
belajar matematika khususnya penjumlahan bagi anak tunagrahita, perlu strategi
yang sesuai dengan minat belajar anak. Bahwa dengan media grafis merupakan
salah satu media untuk merancang motivasi minat belajar anak tunagrahita.
Bahwa sehubungan hal tersebut diduga pembelajaran dengan
menggunakan media grafis dapat meningkatkan prestasibelajar matematika
khususnya penjumlahan pada anak tunagrahita.
Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:
Prestest / kondisi awal sebelum menggunakan
media grafis soal penjuamlah
Postest setelah menggunakan
media grafis soal penjumlahan
dengan siklus 1 dan 2
Prestasi belajar meningkat
60
Soal pretest dan postest siklus 1 dan 2 sama. Matematika merupakan
bidang studi yang dianggap sulit oleh banyak siswa. Matematika terdiri dari sub
bidang studi aljabar, aritmatika, geometri. Berhitung penjumlahan merupakan
bagian dari bidang studi aritmatika. Berhitung penjumlahan merupakan salah satu
kemampuan orang harus dikuasai oleh siswa tunagrahita di SLB Bagian C.
Berhitung penjumlahan dibedakan menjadi berhitung penjumlahan mendatar,
susun ke bawah.
Matematika merupakan bahasa simbol yang sifatnya abstrak. Adanya
hambatan dalam berpikir dan bersosial akan mempengaruhi dalam berhitung.
Adanya hambatan tersebut guru dituntut tidak hanya mencari metode media serta
mendorong siswa untuk belajar. Tetapi juga mencari alat bantu hitung yang tepat
agar dapat meningkatkan prestasi belajar matematika.
Dalam dunia pendidikan terdapat berbagai macam alat dari yang
tradisional maupun yang modern bisa digunakan sebagai media pembelajaran.
Maka ini mengambil media grafis untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika. Penggunaan media grafis dalam berhitung penjumlahan secara
mendatar, susun ke bawah akan lebih mudah dipahami siswa. Anak tunagrahita
dengan mempergunakan media grafis akan memiliki pemahaman yang maksimal.
Berhitung penjumlahan terdiri dari lambang-lambang yang bersifat
abstrak. Pengajaran berhitung dimulai dari konkrit, semi konkrit, abstrak. Dalam
berhitung anak tunagrahita harus memakai media yang sesuai agar anak dengan
cepat memahami suatu pelajaran, terutama pelajaran matematika bab
penjumlahan.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir sebagaimana diuraikan di atas, maka
dirumuskan hipotesa tindakan sebagai berikut:
Bahwa penerapan media grafis dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika bagi siswa tunagrahita ringan kelas D2 Semester II SLB-C Bhanti
Putra Bahagia Gantiwarno, Klaten tahun 2008/2009.
61
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu Penelitian
Untuk rincian waktu dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini :
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
No Nama Kegiatan Alokasi Waktu
Februari Maret April Mei Juni
1 Penyusunan proposal √
2 Penyusunan instrumen √
3 Pengumpulan data √ √
4 Analisis data √
5 Pembahasan dan laporan hasil
penelitian
√
62
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah kelas D2, anak tunagrahita ringan yang memiliki
nilai matematika rendah kurang dari enam (6). Subyek penelitian berjumlah 4
anak.
C. Sumber Data
1. Data-data primer diperoleh dari hasil subyek yaitu pre test dan post test
2. Data-data sekunder diperoleh dari nilai yang ada pada raport
D. Teknik Alat Pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan data
Observasi dan wawancara
2. Alat pengumpulan data
a. Tes tertulis terdiri atas pre test dan post test
b. Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi partisipatif agas
hasilnya lebih obyektif dilakukan pada siswa kelas D2 untuk mengetahui
proses belajar.
c. Wawancara digunakan untuk melengkapi data hasil post test.
E. Validasi Data
Validasi data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini peneliti
menggunakan validasi data yang bisa digunakan dalam penelitian kwantitatif yaitu
teknik trianggulasi. Trianggulasi sumber data yaitu mengumpulkan data untuk
mendapatkan keakuratan data dengan menggunakan berbagai cara, prosedur dan
metode agar data yang diperoleh dapat dipercaya kebenarannya dalam penelitian.
F. Analisis Data
Dengan uji diskriptif komparatif dibantu dengan grafik dan tabel. Antara
kondisi awal dengan siklus 1 dan 2, yaitu dengan cara membandingkan nilai
63
prestes pada kondisi awal, sebelum menggunakan media grafis dengan nilai hasil
post test pada siklus 1 dan 2 setelah anak menggunakan media grafis.
G. Indikator Kinerja
1. Prestasi belajar meningkat.
2. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat.
3. Konsentrasi siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat.
H. Prosedur Penilaian
Langkah-langkah yang harus dilalui khusus penilaian ini menggunakan
prosedur sebagai berikut:
1. Menerapkan metode yang digunakan yaitu metode tindakan kelas.
2. Menentukan banyak siklus yang akan dilayani yaitu siklus 1 dan 2.
Tabel Prosedur Penilaian
SIK
LU
S I
1. Persiapan
2. Deskripsi Awal Masalah dan kesulitan belajar
3. Penyusunan
Rancangan
Tindakan
a. Merencanakan pembelajaran yang akan
disampaikan dalam proses pembelajaran
b. Menentukan pokok bahasan
c. Mengembangkan skenario pembelajaran
d. Menyiapkan sumber belajar
e. Mengembangkan format evaluasi
f. Mengembangkan format observasi
4. Pelaksanaan
Tindakan
Menerapkan tindakan mengacu pada skenario
observasi
64
5. Pengamatan Melakukan observasi dengan memakai format
observasi
6. Refleksi evaluasi a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah
dilakukan.
b. Melakukan pertemuan untuk membahas
hasil evaluasi dengan skenario
pembelajaran dan lain-lain
c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai
hasil evaluasi untuk digunakan siklus
berikutnya.
d. Evaluasi tindakan
SIK
LU
S II
1. Perencanaan dan
penyempurnaan
Atas dasar hasil siklus I dilakukan
penyempurnaan tindakan
2. Pelaksanaan
tindakan
Pelaksanaan program tindakan II
3. Pengamatan Pengumpulan data tindakan II
4. Refleksi Evaluasi a. Evaluasi tindakan II berdasarkan indikator
pencapaian didiskusikan dengan observer
b. Bila siklus I dan II belum berhasil bisa
dilanjutkan siklus berikutnya.
Penelitian tindakan kelas ini dimulai dari kondisi awal siswa. Dilanjutkan
dengan penerapan media grafis pada siklus I dan II. Apabila dengan media grafis
dan soal yang sama dengan tes kondisi awal ternyata anak belum berhasil maka
dilanjutkan dengan Siklus II dengan media grafis soal yang sama yang terakhir
membandingkan tes kondisi awal dengan Siklus I dan Siklus II apabila pada
Siklus II sudah tercapai peningkatan prestasi belajar. Maka penelitian tindakan
kelas sudah cukup, tetapi bila belum ada peningkatan prestasi dilanjutnya siklus
berikutnya.
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Diskripsi Kondisi Awal
1. Tinjauan historis Sekolah Luar Biasa bagian C yang berada di Kecamatan
Ganttiwarno Klaten berdiri pada th 1984. Ijin operasional di keluarkan oleh
66
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah dengan
Surat Keputusan No : 132/123/5/84 tanggal 22 Mei 1984.
Sejak berdiri SLB – C BPB Gantiwarno adalah sekolah swasta dengan
nomor statistik : 282031002002.
Yayasan BPB Gantiwarno yang diketuai oleh Dr. Tri Wibowo hingga
saat ini dengan struktur Organisasi sebagai berikut :
Ketua : Dr. Tri Wibowo
Sekretaris : Totok Haryanto
Bendahara : Catur
Anggota : Giyanto
: Suhardi
: Bejo Samidi
2. Letak geografis Sekolah Luar Biasa bagian C BPB Gantiwarno Klaten.
Secara geografis SLB – C BPB Gantiwarno Klaten berada di Kecamatan
Gantiwarno, tepatnya di Dukuh Bayanan, Gesikan, Gantiwarno, Klaten yang
berada di tengah-tengah perkantoran.
a. Batas sebelah utara SD Gesikan.
b. Batas sebelah timur kantor desa dan sekolah TK Pertiwi Gesikan.
c. Batas sebelah selatan jalan.
d. Batas sebelah barat kantor koperasi se-kecamatan Gantiwarno.
3. Keadaan personal SLB – C BPB Gantiwarno tahun pelajaran 2008/2009
SLB – C BPB Gantiwarno di pimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang
membawahi 4 PNS 1 Wiyata Bhakti.
Untuk memperlancar perjalanan pelajaran dan program-program
sekolah perlu dukungan dari guru, komite sekolah dan masyarakat sekitar
sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Semua itu di bawah
pengawasan Kepala Sekolah.
67
4. Keadaan siswa SLB – C BPB Gantiwarno data terakhir jumlah siswa SLB –
C BPB Gantiwarno Klaten.
Tabel 1 Data Perkembangan Siswa
No Tahun Jumlah Siswa
1 2006 – 2007 30
2 2007 – 2008 32
3 2008 - 2009 35
5. Keadaan Sarana Prasarana Pendukung SLB – C Gantiwarno Klaten
SLB – C BPB Gantiwarno berdiri di atas tanah seluas 660 meter persegi
dengan luas bangunan 616 meter persegi
· 7 ruang kelas
· 1 ruang kepala sekolah
· 1 ruang guru
· 1 ruang ketrampilan
· 1 ruang artikulasi
· 1 ruang administrasi
· 1 ruang perpustakaan + UKS
· 1 ruang serbaguna
· 1 ruang mushola
Jadi jumlah semua ada 15 ruang. Di halaman depan digunakan untuk
upacara dan kegiatan OR, kesehatan dan di ruang tengah digunakan untuk
parkir sepeda motor dan sepeda siswa.
6. Diskripsi Kondisi Pembelajaran
Berdasarkan pengamatan secara umum pembelajaran di SLB – C BPB
Gantiwarno Klaten berjalan dengan baik, tetapi untuk mencapai hasil yang
lebih optimal masih perlu peningkatan baik segi sarana prasarana, kreativitas
pembelajaran, konsentrasi, siswa, dll. Peningkatan pembelajaran di kelas
D2, dalam pembelajaran kelas D 2 ini masing-masing ada karakteristik yang
unik, sehingga perlu penanganan yang lebih individual. Berdasarkan nilai
68
matematika Siswa kelas D 2 di ketahuai bahwa rata-rata nilai yang diperoleh
siswa semua di bawah standar minimal.
Tabel 2
Nilai rapor bidang studi matematika
No Nama Bidang Studi Nilai
Keterangan Angka Huruf
1 TN Matematika 4 Empat Kurang E
2 RW Matematika 4 Empat Kurang E
3 TPD Matematika 4 Empat Kurang E
4 RR Matematika 5 Lima Hampir cukup D
7. Hasil Pre test
Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan prestasi belajar metematika
dengan menggunakan media grafis maka dilakukan pre test. Hasil pre test
dengan soal yang sudah di validasi juga menunjukkan nilai yang rendah
sehingga perlu diadakan tindakan kelas.
Tabel 3 nilai pre test bidang studi Matematika
No Nama Bidang Studi Nilai
Keterangan Angka Huruf
1 TN Matematika 4 Empat Kurang E
2 RW Matematika 4 Empat Kurang E
3 TPD Matematika 4 Empat Kurang E
4 RR Matematika 5 Lima Hampir cukup D
Untuk validasi soal peneliti menggunakan Content validity
Contet Validity menurut Gregory (2000)
Validitas isi atau Content Validity yaitu menunjukkan sejauh mana
pernyataan tugas atau butir dalam suatu test atau instrumen mampu
mewakili secara keseluruhan dan proporsional perilaku yang dikenal tes
tersebut.
69
Test mencerminkan keseluruhan materi yang telah diberikan serta diujikan
yang seharunya dikuasai secara proporsional.
Peneliti menyiapkan hal-hal sebagai berikut :
1. Standar kompetensi (SK)
Melakukan penjumlahan 0 – 20
2. Kopetensi Dasar (KD)
- Melakukan penjumlahan benda
- Penjumlahan mendatar
- Penjumlahan menurun
3. Menentukan Indikator
- Menjumlahkan benda
- Menjumlahkan mendatar
- Menjumlahkan menurun
4. Menentukan “JUDGES” yang terdrii 4 orang antara lain ;
- Partini
- Puji Wiharti SPd
- Rukanti SPd
- Tri Suwarni
5. Memberikan Soal ke “JUDGES” sebanyak 20 soal
6. “JUDGES” menentukan soal itu falit atau tidak
Dari hasil penilaian para ”Judges” diketahui bahwa semua ”Judges” sepakat
bahwa soal telah diambil dari SK. KD yang ada dalam kurikulum, sehingga
secara content soal dinyatakan sah/valid.
Pertemuan Siklus II Pertemuan 2
Bidang studi : Matematika
Klas : D2
CW : II
Waktu : 60 menit
71
B. Diskripsi Siklus I
1. Tindakan Siklus I
Pertemuan I
Pertemuan ke 1 dilaksanakan selama 2 x pertemuan (2x30 menit)
selama 2 mingggu pada bulan April 2009 adapun tahap-tahapan pada
siklus I sebagai berikut
72
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran
dan prestasi belajar sebelumnya tindakan dapat diperoleh hasil
sebagai data awal. Hasil pencatatan menunjukkan bahwa dari siswa
kelas D2 sebanyak 4 siswa belum mencapai batas ketuntasan belajar
khususnya bidang studi matematika. Setelah diadakan pemeriksaan
pada lembar pekerjaan siswa ternyata konsep yang diajarkan
(bilangan, penjumlahan 1-20). Atas dasar hal tersebut guru kelas
melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan guru lain tentang
alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika kelas D2 SLB-C BPB Gantiwarno.
Berdasarkan koordinasi dengan kepala Sekolah dan guru kelas lain,
guru lain memilih media grafis untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika kelas D2 SLB BPB Gantiwarno Klaten.
Dengan pedoman standar kompetensi mata pelajaran matematika
guru melakukan langkah-langkah pembelajaran matematika melalui
media grafis
Langkah-langkah dalam proses pelaksanaan pembelajaran sebagai
berikut :
1. Menyiapkan materi dan bahan ajar.
2. Menyiapkan instrumen penilaian yang digunakan.
3. Pretest dan pos test.
4. Penetapan skenario pembelajaran.
5. Koordinasi dengan observer tentang alat yang digunakan, serta
apa tugas obsever selama penelitian tindakan kelas dilakukan
serta mentaati jadwal pelaksanaan tindakan kelas. Bahwa dalam
siklus I observer dilaksanakan 2 x pertemuan.
6. Mempersiapkan media grafis
7. Menentukan indikator nilai
1 = buruk sekali A+ = Istimewa = 10
73
2 = buruk
3 = kurang sekali
4 = kurang
5 = hampir cukup
6 = cukup
7 = lebih dari cukup
8 = baik
9 = baik sekali
10 = istimewa
A = baik sekali = 9
B = baik = 8
C + = lebih dari cukup = 7
C = cukup = 6
D = hampir cukup = 5
E = kurang = 4
Indikator nilai konsentrasi
Tinggi = 20 – 30 menit
Sedang = 10 – 20 menit
Rendah = 5 – 10 menit
Indikator nilai keaktifan
Tinggi = mau bertanya, mau menjawab jika ditanya
Sedang = mau bertanya, mau menjawab, tidak mau maju
Rendah = ditanya diam, tidak mau bertanya
Indikator nilai prestasi
Tinggi = Nilai 8 – 9
Sedang = Nilai 6 – 7
Rendah = Nilai 4 - 5
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
media grafis disusun siklus-siklus 1 dilaksanakan 2 x pertemuan 60
menit.
Pertemuan 1
Materi yang akan diajarkan adalah bilangan dengan
indikator penjumlahan benda dengan teknik mendatar.
74
Kegiatan awal :
a. Berdoa bersama
b. Absensi siswa
c. Apersepsi tentang menyanyikan lagu 1 + 1 = 2
1 + 1 = 2
2 + 2 = 4
4 + 4 = 8
8 + 8 = 16
Ayo kawan belajar berhitung Ayo..... Ayooo. Ayooo
Siapa dapat jadi anak yang pintar
Kegiatan Inti
a. Menjelaskan tentang himpunan 1 -20
b. Menghitung himpunan 1 -20
c. Menjelaskan penjumlahan benda 1 – 20
d. Kegiatan itu diulang-ulang sampai siswa itu tahu dan paham
e. Siswa mengerjakan latihan sampai benar
f. Siswa dapat mengerjakan sendiri tanpa bantuan siapapun
Jumlahkan benda di bawah ini (scor 5)
Kegiatan seperti ini diulang-ulang sampai siswa tahu dan
paham tentang yang diajarkan guru dan siswa dapat
mengerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain :
Kegiatan Akhir :
a. Tes tertulis (guru membagikan lembar kerja kepada siswa
b. Siswa dan guru membuat rangkuman materi
c. Guru memberi motifasi biar siswa rajin belajar
d. Guru memberikan pekerjaan rumah (PR)
75
e. Berdoa dan salam
Pertemuan ke – 2
Kegiatan Awal
a. Berdoa
b. Absensi
c. Apersepsi menyanyikan 1 + 1 = 2
1 + 1 = 2
2 + 2 = 4
4 = 4 = 8
8 + 8 = 16
Ayo kawan belajar berhitung ayo... ayo.... ayooo. Siapa dapat
jadi anak yang pintar. Di ulang sampai 2 x
Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan tentang penjumlahan mendatar angka 1 –
20 dan di lanjutkan penjumlahan menurun dengan angka 1 –
20.
76
Jumlahkan benda ini dengan teknik menurun (scor 5)
Kegiatan demikian itu diulang-ulang sampai siswa tahu dan paham
betul tentang materi yang diajarkan.
Kegiatan akhir
- Tes tertulis
- Siswa bersama guru membuat rangkuman materi
- Guru memberi motivasi biar anak rajin belajar
- Memberikan pekerjaan rumah
77
c. Observasi
Dalam tahap observasi ini guru kelas di bantu oleh guru kelas
lain yaitu Ibu Subaniyem untuk memantau terhadap pelaksanaan
dengan menggunakan alat bantu yang berupa lembar observasi dan
kamera waktu pembelajaran berlangsung.
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah tersusun, serta untuk
mengetahui seberapa besar pembelajaran yang sudah dilaksanakan
meningkat prestasi belajar matematika kelas D 2 SLB – C BPB
Gantiwarno Klaten.
Karena itu pengamatan tidak hanya ditunjukkan pada aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran namun juga pada aspek tindakan guru
dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana kelas dalam
setiap pertemuan.
Uraian observasi tiap pertemuan pada siklus 1 sebagai berikut :
Pertemuan 1
Indikator : melakukan operasi hitung tentang penjumlahan
benda 1 – 20
Media : Grafis
Hasil Observasi
1. Kegiatan observasi
a. Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru.
b. Siswa aktif menjawab pertanyaan guru.
78
c. Rasa ingin tahu dan keberanian cukup tinggi.
d. Kreativitas dan inisiatif meningkat.
e. Siswa aktif mengerjakan tugas.
2. Kegiatan Guru
a. Guru telah memberikan penjelasan secara tepat.
b. Guru sudah menggunakan waktu secara tepat sesuai dengan
rencana.
c. Guru telah menggunakan berbagai sumber.
d. Guru penuh perhatian pada siswa.
e. Guru telah memberikan motivasi pada siswa.
f. Guru telah menggunakan media yang tepat.
g. Guru telah melakukan penelitian proses mengajar.
h. Guru telah melakukan penelitian hasil belajar.
i. Guru sudah memberikan tindak lanjut.
3. Tabel 1 penilaian aktivitas siswa siklus I pertemuan ke 1
No Nama Konsentrasi Kekatfan Prestasi
1 TN Rendah Rendah Rendah
2 RW Rendah Rendah Rendah
3 TPD Rendah Rendah Rendah
4 RR Rendah Rendah Rendah
Grafik Konsentrasi Siswa
Grafik Keaktifan Siswa
79
Tabel 2 Nilai Prestasi Siswa Siklus I pertemuan ke 1
No Nama Nilai
Keterangan Angka Huruf
1 TN 4 Empat Kurang E
2 RW 4 Empat Kurang E
3 TPD 4 Empat Kurang E
4 RR 5 Lima Hampir cukup D
Grafik 2 Nilai Prestasi Siswa Siklus 1 Pertemuan ke 1
Dari data diatas belum ada peningkatan prestasi karena nilainya
masih rendah yaitu sama seperti pada pre test yang belum di beri
tindakan.
Pertemuan 2 (dua)
Indikator : melakukan operasi hitung penjumlahan mendatar
dan menurun
Media : Grafis dengan menggunakan papan flanel.
Hasil Observasi
1. Kegiatan Siswa
a. Siswa aktif mendengarkan penjelasan guru.
b. Siswa aktif menjawab pertanyaan guru.
c. Rasa ingin tahu dan keberanian kurang.
80
d. Kreativitas kurang.
e. Siswa mengalami kesulitan dalam materi penjumlahan ke
bawah siswa selalu dari depan.
2. Kegiatan Guru
a. Guru telah memberikan penjelasan secara tepat.
b. Guru telah menggunakan berbagai sumber.
c. Guru telah menggunakan waktu secara tepat sesuai
dengan rencana.
d. Guru penuh perhatian pada siswa.
e. Guru telah memberikan motivasi pada siswa.
f. Guru sudah menggunakan metode yang sesuai.
g. Guru sudah melakukan penilaian proses belajar.
h. Guru sudah melakukan penilaian hasil belajar.
i. Guru sudah memberikan tindak lanjut.
3. Tabel 3 penilaian aktivitas siswa siklus 1 pertemuan 2
No Nama Konsentrasi Keaktifan Prestasi
1 TN Rendah Rendah Rendah
2 RW Rendah Rendah Rendah
3 TPD Rendah Rendah Rendah
4 RR Sedang Sedang Sedang
Grafik Konsentrasi Siswa
Grafik Keaktifan Siswa
81
Tabel 4 Nilai Prestasi Siswa Siklus 1 pertemuan ke 2
No Nama Nilai
Keterangan Angka Huruf
1 TN 4 Empat Kurang E
2 RW 4 Empat Kurang E
3 TPD 5 Lima Hampir cukup D
4 RR 6 Enam Hampir cukup C
Grafik Prestasi Siswa
Dari data tersebut tampak bahwa telah terjadi kenaikan hasil belajar
antara pertemuan 1 dengan pertemuan 2 Siklus 1 yaitu siswa yang
bernama TPD mengalami kenaikan dari Nilai 4 menjadi lima RR 5
menjadi 6, sedangkan TN dan RW masih tetap.
d. Refleksi
Dari data yang diperoleh melalui observasi di kumpulkan
untuk menganalisa hasil observasi yang dilaksanakan selama proses
pelaksanaan tindakan. pada materi dalam penjumlahan benda ada
perubahan namun dalam hal penjumlahan mendatar dan menurun
baru ada perubahan sedikit.
82
Hasil refleksi selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut :
Pertemuan : 1 (satu)
Indikator : Penjumlahan benda maksimal 20
Media : Menggunakan media grafis
Data prestasi belajar siswa pada siklus I pertemuan 1 selengkapnya
dapat dilihat pada tabel :
Tabel 5 Nilai pertemuan 1 Siklus 1
No Nama Nilai
Keterangan Angka Huruf
1 TN 4 Empat Kurang E 2 RW 4 Empat Kurang E 3 TPD 4 Empat Kurang E 4 RR 5 Lima Hampir cukup D
Grafik pertemuan 1 siklus 1
Pertemuan : 2 (dua)
Indikator : melakukan penjumlahan dengan teknik mendatar
dan menurun
Media : grafis
Data prestasi belajar siswa pada pertemuan kedua dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 6 Pertemuan ke 2 Siklus I
No Nama Nilai
Keterangan Angka Huruf
83
1 TN 4 Empat Kurang E
2 RW 4 Empat Kurang E
3 TPD 5 Lima Hampir cukup D
4 RR 6 Enam Cukup C
Grafik pertemuan 2 siklus I
Hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan
menunjukkan foto siklus I pertemuan I dan siklus I pertemuan 2
siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru, namun
kemampuannya dalam materi penjumlahan dengan tehnik kesamping
dan menurun belum begitu paham, maka dilanjutkan dengan siklus
ke II.
Foto Siklus I pertemuan 1
84
Foto Siklus I Pertemuan 2
C. Diskripsi Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama 2 x pertemuan pada bulan Mei 2009.
tahapan – tahapan pada siklus II adalah sebagai berikut : :
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan pada siklus I
diketahui bahwa belum menunjukkan adanya peningkatan prestasi
belajar yang cukup signifikan.
Karena dari dua indikator yang ditetapkan dari indikator nol yang
berhasil. Sedangkan indikator yang lain belum kelihatan peningkatan
prestasinya.
85
Oleh karena itu guru kelas dengan arahan kepala sekolah dan guru kelas
lainnya, kembali menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang lebih cermat dan teliti, dengan mengulang materi matematika
dengan indikator penjumlahan dengan tehnik mendatar dan menurun.
Persiapan pembelajaran sebagai berikut :
1. Menyiapkan materi
2. Menyiapkan instrumen yang digunakan
3. Pres test dan post test.
4. Menetapkan skenario pembelajaran
5. Koordinasi dengan observer tentang segala sesuatu yang akan
digunakan
6. Menyiapkan media grafis
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus II dengan menggunakan media grafis
dilaksanakan 2 X pertemuan dengan materi penjumlahan dengan tehnik
mendatar dan menurun.
Kegiatan Awal :
- Berdoa
- Absensi siswa
- Apersepsi menyanyikan lagu 1 + 1
1 + 1 = 2
2 + 2 = 4
4 + 4 = 8
8 + 8 = 16
Ayo kawan belajar berhitung Ayoo. Ayoo. Ayooo siapa dapat jadi
anak yang pintar 2 x.
Kegiatan Inti
- Pembagian kerja
- Guru menulis soal di papan tulis
- Siswa mengerjakan soal dengan cermat
86
- Guru membimbing siswa yang kurang aktif mau mengerjakan
dengan baik.
Kegiatan Akhir :
- Guru mengoreksi hasil tes
- Guru memasukkan nilai hasil tes di tabel data
- Guru memberikan motivasi pada siswa agar tetap rajin belajar
- Guru memberi PR dan Siswa menulis PR
Pertemuan 2
Kegiatan awal
- Berdoa bersama
- Absensi siswa
- Apersepsi menyanyikan lagu 1 + 1 = 2
1 + 1 = 2
2 + 2 = 4
4 + 4 = 8
8 + 8 = 16
Ayo kawan belajar berhitung ayoo. Ayooo. Ayoooo... siapa dapat jadi
anak yang pintar di ulang 2 x
Kegiatan Inti :
- Guru menulis soal penjumlahan dengan tehnik mendatar dan
menurun dengan media grafis
- Guru membagikan kertas lembar soal untuk dikerjakan dengan
media grafis
Kegiatan Akhir
- Guru mengoreksi hasil test
- Guru memberi pekerjaan rumah atau PR
- Guru memberi motivasi agar siswa tertib masuk sekolah
87
c. Observasi
Guru kelas secara kolaborasi bersama guru kelas lain melaksanakan
terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan cermat dan teliti pada
masing-masing pertemuan.
Observasi ini ditujukan pada kegiatan atau aktivitas siswa dalam
pembelajaran, juga pada guru dalam melaksanakan pembelajaran
berlangsung. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini
termasuk pencatatan hasil tes akan digunakan sebagai bahan masukan
untuk menganalisis hasil prestasi belajar matematika.
Siswa digunakan sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan tindakan
selanjutnya.
Hasil Observasi Siklus II sebagai berikut :
Pertemuan : 1 (satu)
Indkator : Melakukan penjumlahan dengan tehnik mendatar
dan menurun
Media : Grafis
1. Kegiatan Siswa
a). Siswa memperhatikan penjelasan guru.
b). Siswa menjawab pertanyaan guru.
c). Keberanianya meningkat.
d). Siswa aktif mengerjakan tugas.
2. Kegiatan Guru
a). Guru telah memberikan informasi.
b). Guru telah menggunakan berbagai sumber.
88
c). Guru telah menggunakan berbagai sumber.
d). Guru penuh perhatian pada siswa.
e). Guru telah memberikan motivasi pada siswa.
f). Guru telah mengunakan berbagai metode.
g). Guru telah melakukan penilaian proses.
h). Guru telah melakukan penilaian.
i). Guru telah memberikan tindak lanjut.
3. Penilaian aktivitas siswa II pertemuan 1 (satu)
No Nama Konsentrasi Keaktivan Prestasi
1 TN Rendah Rendah Rendah
2 RW Rendah Rendah Rendah
3 TPD Rendah Rendah Rendah
4 RR Rendah Rendah Rendah
Grafik konsentrasi siswa
Grafik keaktifan siswa
89
Tabel 7 Nilai Siklus II pertemuan 1
No Nama Nilai
Keterangan Angka Huruf
1 TN 5 Lima Hmpir sukup D
2 RW 6 Enam Cukup C
3 TPD 6 Enam Cukup C
4 RR 6 Enam Cukup C
Grafik prestasi siswa
Data tersebut diatas tampak ada kenaikan yang cukup menggembirakan
pada siklus II pertemuan I (satu) yaitu :
TN dari 4 ke 5
TPD dari 5 ke 6
Jadi semua siswa mengalami perubahan yang baik walaupun sedikit
demi sedikit selama menggunakan media Grafis.
Pertemuan : 2 (dua)
90
Indikator : melakukan penjumlahan dengan tehnik mendatar
dan menurun.
Media : Grafis
1. Kegiatan Siswa
a). Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru.
b). Siswa menjawab pertanyaan guru.
c). Siswa ingin tahu dan berani untuk bertanya.
d). Kreatian siswa meningkat.
e). Siswa aktif mengerjakan tugas.
2. Kegiatan Guru
a) Guru menggunakan berbagai metode.
b) Guru menggunakan waktu secara tepat.
c) Guru penuh perhatian pada siswa.
d) Guru memberikan motivasi pada siswa.
e) Guru menggunakan berbagai sumber.
f) Guru telah melakukan penelitian proses.
g) Guru melakukan penelitian hasil belajar.
h) Guru memberikan tindak lanjut.
3. Penilitian aktifitas siswa siklus II pertemuan 2
No Nama Konsentrasi Kekatfan Prestasi
1 TN Sedang Sedang Sedang
2 RW Sedang Sedang Sedang
3 TDP Sedang Sedang Sedang
4 RR Sedang Sedang Sedang
Grafik Konsentrasi Siswa
91
Grafik Keaktifan Siswa
Tabel 8 Nilai Prestasi Siklus II Pertemuan 2
No Nama Nilai
Keterangan Angka Huruf
1 TN 6 Enam Cukup C
2 RW 6 Enam Cukup C
3 TDP 7 Tujuh Lebih dr cukup C+
4 RR 7 Tujuh Lebih dr cukup C+
Grafik Prestasi Siswa
92
Tabel – tabel diatas tampak bahwa terjadi kenaikan hasil belajar
pada siklus II pertemuan 2 yag signifikan pada semua siswa yaitu
TN mendapat nilai 6
RW mendapat nilai 6
TPD mendapat nilai 7
RR mendapat nilai 7
d. Refeksi
Hasil analisis dan diskusi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan
media grafis pada siklus II.
Pertemuan ke : 1 (satu)
Indikator : Melakukan penjumlahan dengan tehnik mendatar
dan menurun
Media : Grafis
93
Pertemuan ke : 2 (dua)
Imdikator : Melakukan penjumlahan dengan tehnik mandatar
dan menurun
Media : Grafis
Hasil Refleksi.
Siswa cukup aktif memperhatikan keterangan guru dan menjawab
pertanyaan guru. Guru memberikan motivasi dan melaksanakan
penilaian proses dengan hasil nilai rata-rata kelas bidang studi
matematika mencapai 6,5 yang mana sebelumnya nilai rata-rata bidang
studi matematika hanya mencapai 4,2 dengan demikian pelajaran
matematika dengan menggunakan media grafis cukup baik dan berhasil.
Siswa aktif memperhatikan penjeasan guru, guru memberikan informasi
secara tepat dan rasa ingin tahunya itu tinggi terbukti banyak yang
bertanya.
Guru memberikan motivasi dan melaksanakan proses pembelajaran
matematika sehingga prestasi belajar siswa tercapai.
Berdasarkan prestasi yang dicapai pada siklus II dapat pertemuan 2
sudah menunjukkan keberhasilan maka siklus sampai II saja.
Tabel 9 Nilai Siklus II pertemuan 1
94
D. Temuan dan Pembahasan
Menurut hasil pengamatan ini di lihat adanya peningatan aktifitas siswa,
dalam pembelajaran serta pengembangan prestasi belajar matematika siswa
kelas D 2 SLB – C BPB Gantiwarno – Klaten peningkatan siswa dalam
pembelajaran matematika antara lain :
1. Siswa lebih serius dalam memperhatikan penjelasan guru.
2. Rasa ingin tahu dan keberaniannya meningkat.
3. Siswa lebih senang menerima pelajaran dengan media grafis.
4. Kerjasama antar teman meningkat.
5. Siswa lebih aktif mengerjakan tugas-tugas.
Hasil penelitian siklus I dan silus II ada temuan penelitian sebagai berikut :
1. Peningkatan konsentrasi
2. Peningkatan keaktifan
3. Peningkatan prestasi belajar
Adapun urainnya sebagai berikut :
1. Peningkatan daya konsentrasi
2. Siswa lebih aktif dalam belajar
3. Prestasi belajar siswa meningkat
Kesimpulan hal tersebut di atas diuraikan lebih lanjut sebagai berikut ;
1. Peningkatan daya konsentrasi belajar
- Pre test : rendah
- Siklus I : Rendah
- Siklus 2 : sedang
Dapat disimpulkan dari pre test, Siklus I dan Siklus II ada peningkatan
sedikit daya konsentrasi yang sangat signifikan yang akan berpengaruh
pada prestasinya.
95
2. Peningkatan prestasi belajar
- Pre test : rendah
- Siklus I : rendah
- Siklus II : sedang
Dapat disimpulkan bahwa pre test, Siklus I dan Siklus II ada
peningkatan prestasi bagi siswa yang mana siswa sekarang suka
dengan mata pelajaran matematika.
3. Peningkatan keaktifan belajar
- Pretest : rendah
- Siklus I : rendah
- Siklus II : sedang
Berdasarkan data tersebut keaktifan belajar dari pre test, siklus I, siklus
II banyak peningkatan yang sangat signifikan.
Perbandingan nilai hasil pembelajaran
No Nama Kondisi Awal (pretest)
Siklus I Siklus II Pertem
1 Pertem
2 Pertem
1 Pertem
2 1 TN 4 4 4 5 6 Dilihat nilai
awal yang nilai rata-ratanya 4,2 naik menjadi 6,5 sehingga
2 RW 4 4 4 6 6
3 RPD 4 4 5 6 7
4 RR 5 5 6 6 7
96
Nilai rata-rata 4,2 4,2 4,7 5,7 6,5 terjadi kenaian yang signifikan
Grafik Nilai matematika pre test (kondisi awal )
99
E. Hasil Penelitian
Berdsarkan pembahasan sebelumnya maka PTK yang dilakukan menunjukkan bahwa
hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa penerapan media Grafis dapat meningkatkan
prestasi belajar matematika bagi Siswa Tuna Grahita kelas D2 Semester II SLB – C BPB
Gantiwarno Klaten terbukti kebenarannya.
100
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan dalam 2 siklus dengan
menggunakan media grafis di dalam pembelajaran matematika siswa kelas D2 SLB-C Bhakti
Putra Bahagia Gantiwarno dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembelajaran dengan menggunakan media grafis dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa kelas D2 SLB-C Bhakti Putra Bahagia Gantiwarno Klaten.
Adapun peningkatan prestasi belajar matematika tersebut dapat dilihat melalui grafik-grafik
setiap siklus.
2. Pembelajaran matematika dengan menggunakan media grafis dapat meningkatkan keaktifan
siswa dalam pembelajaran.
3. Pembelajaran matematika dengan menggunakan media grafis dapat meningkatkan kreatifitas
siswa dalam pembelajaran.
Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan 2 (dua) siklus tersebut di atas,
ternyata hipotesis yang dirumuskan adalah terbukti kebenarannya. Ternyata pembelajaran
matematika dengan menggunakan media grafis dapat meningkatkan prestasi belajar matematika
kelas D2 SLB-C Bhakti Putra Bahagia Gantiwarno Klaten tahun 2008/2009.
101
Dengan demikian penerapan pembelajaran matematika menggunakan media grafis dapat
dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran matematika di kelas D2 sehingga
meningkatkan prestasi belajar siswa.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas maka dapat diketahui
bahwa penggunaan media grafis untuk meningkatkan prestasi belajar siswa tunagrahita ringan
kelas D2 SLB-C Bhakti Putra Bahagia Gantiwarno Klaten serta untuk mencapai hasil belajar.
Siswa tunagrahita ringan kelas D2 SLB-C BPB Gantiwarno Klaten memiliki potensi untuk
dikembangkan dalam penguasaan penjumlahan.
Tanggapan atau respon yang diberikan menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
dalam penjumlahan suatu bilangan. Manfaat dari penggunaan media grafis ini akan memberikan
implikasi yang bermanfaat bagi pendidik untuk lebih menguasai pelaksanaan pembelajaran
dengan melaksanakan pembelajaran menggunakan media grafis. Sebagai upaya peningkatan
prestasi belajar matematika untuk siswa tunagrahita ringan kelas D2 Semester II di SLB-C
Bhakti Putra Bahagia Gantiwarno Klaten.
Dengan demikian implikasi penelitian tindakan kelas ini adalah : pemanfaatan media
grafis ini perlu diteruskan dan dibiasakan pada setiap guru yang hendak mengajar pelajaran
khususnya pelajaran matematika.
Faktor-faktor yang saling berkaitan antara siswa, guru, pihak sekolah dan faktor
lingkungan yang sangat mendukung akan memberikan peningkatan prestasi belajar siswa
tunagrahita ringan dalam pencaaian semua aspek kemampuannya.
C. Saran-saran
102
Sesuai dengan kesimpulan dan hasil penelitian serta dalam ranka ikut menyumbangkan
pemikiran bagi guru untuk meningkatkan prestasi belajar khususnya bidang studi matematika
maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi siswa
Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran. Selalu taat dan patuh pada
guru, mengerjakan tugas, rajin belajar, sehingga memperoleh prestasi belajar matematika
yang optimal.
2. Bagi guru
a. Guru hendaknya mempersiapkan materi serta perangkat pendukung pembelajaran
matematika krena itu dapat mempengaruhi aktivitas, efisiensi pembelajaran yang
akhirnya berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar matematika kelas D2 SLB-C
Bhakti Putra Bahagia Gantiwarno Klaten.
b. Guru hendaknya memperbanyak waktu untuk menjelaskan dan menguraikan materi
penjumlahan bagi siswa tunagrahita ringan.
c. Agar perkembangan prestasi siswa dapat terpantau, bukanlah hasil belajar siswa, dan
secepatnya ditangani supaya tidak berlarut-larut.
3. Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya mengupayakan pengadaan berbagai alat peraga matematika dan alat
peraga yang lain pada umumnya, dalam hal ini diharapkan menunjang dalam pemahaman
konsep-konsep matematika secara lebih nyata sekaligus meningkatkan aktivitas belajar siswa
dan memberdayakan penggunaan media dalam pembelajaran matematika.
103
DAFTAR PUSTAKA
1. Arif S. Sadiman (1986) Media Pendidikan, Penerbit Rajawali dari Jakarta 2. Bandi Delphie (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, Penerbit Radika Aditama
dari Bandung 3. Gogne (1985) http/sunarboms.wordpress.com 4. I Wayan Santyana (2007) Landasan Perseptual Media Pembelajaran . Internet. 5. JB. Suparlan (1983). Pengantar Pendidikan Anak Mental Subnormal, Penerbit Pustaka dari
Jogjakarta. 6. Kurikulum Pendidikan Dasar 1993/1994, Penerbit Depdikbud. 7. Moh. User dan Lilis Setyowati (1993). Menjadi Guru Profesional, Penerbit dari PT. Remaja
Rosdakarya Bandung. 8. Muhammad Efendi (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Penerbit Rineka
Cipta Jakarta 9. Mulyono Abdulrahmah (2003). Pendidikan bagi Abak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka
Cipta Jakarta. 10. Muray dan Beck (1990). Internet sumber http/sunarboms.wordpress.com 11. Nasutions 91986). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Penerbit Angkasa
Jakarta. 12. Rus Effendi (1982). Media Pendidikan Dalam Proses Mengajar. Penerbit dari Menara Mas
Bandung. 13. Slameto (1991). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Penerbit dari Bima
Aksara Jakarta 14. Sumadi Suryo Broto (1984). Pembimbing ke Psikodiaknostik. Penerbit dari Rake Press
Jogjakarta 15. Sutratinah Tirtonegoro (1987). Metodik Khusus Pengajaran Anak Tunagrahita. Penerbit
Gunung Agung Jogjakarta