Post on 16-Nov-2020
i
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN FRAKSI
DAUN AWAR-AWAR (Ficus septica Burm) DENGAN
METODE DPPH
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat meraih
Gelar sarjana Farmasi jurusan Farmasi Pada
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
BESSE DASRIAH RIVAI
70100113061
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2017
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Besse Dasriah Rivai
NIM : 70100113061
Tempat/Tgl. Lahir : Manado, 22 Juli 1996
Jurusan : Farmasi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Alamat : jalan H.M Yasin Limpo Samata-Gowa
Judul : Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Daun Awar-
awar (Ficus septica Burm) dengan Metode DPPH
Menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya Penulis sendiri. Jika
dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat
oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh
karenanya batal demi hukum.
Gowa, Agustus 2017
Penulis,
Besse Dasriah Rivai
70100113061
iii
iv
KATA PENGANTAR
حيم ن ٱلره حم ٱلره بسم ٱلله
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur Penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar sarjana Farmasi di Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan dukungan dari
banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, berupa motivasi, pikiran,
serta petunjuk-petunjuk sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sebagaimana
mestinya.
Terkhusus ucapan terima kasih penulis haturkan sebesar-besarnya kepada
orang tua tercinta, Ayahanda Drs. Muhammad Rivai M.pd dan Ibunda Andi Wahda
dengan seluruh kasih sayang dan pengorbanan serta dukungan penuhnya, baik berupa
materi, nasehat, dan doa yang tulus, saudara-saudaraku, serta keluarga yang
senantiasa memberikan restu dan do‟anya. Tak lupa pula penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Musafir Pababbari, M. Si., selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar,
2. Bapak Prof. Dr. Mardan. M.Ag., Selaku Wakil Rektor I Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar,
v
3. Bapak Prof. H. Lomba Sultan, M.A, Selaku Wakil Rektor II Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar,
4. Ibu Prof. Siti Aisyah, M.A., Ph.D, Selaku Wakil Rektor III Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar,
5. Bapak Prof. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D, Selaku Wakil Rektor IV Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar,
6. Bapak Dr. dr. H. Andi Armyn Nurdin, M.Sc., sebagai Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Alauddin Makassar.
7. Ibu Dr. Nur Hidayah, S.Kep., Ns., M.Kes., Wakil Dekan I (bidang akademik)
Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.
8. Ibu Dr. Andi Susilawaty, S.Si., M.Kes., Wakil Dekan II (bidang keuangan)
Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.
9. Bapak Dr. Mukhtar Lutfi, M.Pd., Wakil Dekan III (bidang kemahasiswaan)
Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.
10. Ibu Haeria, S. Si., M. Si., selaku Ketua Jurusan, dan Ibu Mukhriani, S. Si., M. Si.,
Apt, selaku Sekretaris Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
11. Ibu Mukhriani, S. Si., M. Si., Apt, selaku pembimbing pertama yang telah banyak
memberikan bantuan dan pengarahan, serta meluangkan waktu dan pikirannya
dalam membimbing penulis,
12. Bapak M. Rusdi, S. Si., M.Si., Apt., selaku pembimbing kedua yang telah banyak
memberikan bantuan dan pengarahan, serta meluangkan waktu dan pikirannya
dalam membimbing penulis,
vi
13. Ibu A. Tenriugi, S. Si., M. Si., selaku penguji kompetensi yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan serta meluangkan waktunya untuk
memberikan koreksi dan saran dalam penyusunan skripsi ini,
14. Bapak Dr. Darsul S. Puyu, M. Ag., selaku penguji agama yang telah banyak
memberikan arahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini,
15. Bapak, Ibu Dosen, serta seluruh Staf Jurusan Farmasi atas curahan ilmu
pengetahuan dan segala bantuan yang diberikan pada penulis sejak menempuh
pendidikan farmasi hingga saat ini,
16. Kakanda Anshari Masri, S.Farm., M.Si., Apt, kakanda Sukri, S.Farm, dan
kakanda Azwar Nashir AS, S.Farm (Laboran) yang senantiasa selalu membantu
dan meluangkan waktuya selama penelitian dan memberikan arahan dalam
penyusunan skripsi ini,
17. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 (Far13ion) yang bersama-sama
merasakan canda tawa dan tangis sedih serta memberikan dukungan, semangat,
doa, dan rasa nyaman, terima kasih atas kebersamaan kalian selama ini.
18. Teman dekatku A. Isma Nursyamsu, Muhammad Faris Hidayat, Baso Arwan,
Husniar, Nur Amalia, Nur Annisa Maulidia, , Tria Wulan Purnamei, Wulan
Rukmana, Wahyu Lyana Ningsi, Rizky Fauziah, Andi Arnisa, Resky Mauliyanti,
Syafirah Tizawani, Rifqa Choirunnisa,dan Nur Azizah. Terima kasih telah
memberikan motivasi dan semangat serta selalu ada untuk penulis selama ini.
19. Kakak-kakak dan adik-adik di Farmasi UIN Alauddin serta pihak-pihak yang
tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang juga selalu memberi penulis
dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini, serta
vii
20. Teman–teman alumni SDN8, MTS DDI Lil-Banat, MAN1 Parepare dan teman-
teman KKN53 terkhusus untuk Kec.BonSel dan Posko Sengka selalu memberikan
semangat, dukungan, dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan pada penyusunan skripsi
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
penyempurnaan skripsi ini ke depannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Aamiin.
Wassalam.
Gowa, 18 Agustus 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................. ii
PENGESAHAN ......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL...................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii
ABSTRAK ................................................................................................. xiii
ABSTRACT ............................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1-6
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 3
C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian ............... 4
D. Kajian Pustaka .......................................................................... 5
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.............................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 7-31
A. Tanaman awar-awar (Ficus septica Burm) ............................. 7
B. Radikal Bebas ........................................................................... 9
C. Antioksidan .............................................................................. 10
D. Metode DPPH .......................................................................... 13
E. Ekstraksi Simplisia ................................................................... 14
F. Fraksinasi ................................................................................. 18
ix
G. Metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis) ................................ 21
H. Spektrofotometri UV-Vi .......................................................... 23
I. Vitamin C ................................................................................. 24
J. Tinjauan Islam terhadap Pemanfaatan Tumbuhan Daun
Awar-awar sebagai Obat .......................................................... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 32-37
A. Jenis dan Lokasi Penelitian ...................................................... 32
B. Pendekatan Penelitian .............................................................. 32
C. Sampel ...................................................................................... 33
D. Instrumen Penelitian ................................................................. 33
E. Tekhnik Pengolahan dan Analisa Data .................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 38-44
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 38
B. Pembahasan .............................................................................. 38
BAB V PENUTUP ................................................................................... 45
A. Kesimpula................................................................................. 45
B. Saran ......................................................................................... 45
KEPUSTAKAAN ...................................................................................... 46-48
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 49-64
BIODATA PENULIS ................................................................................ 65
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Mekanisme Aktivitas Antioksidan ......................................................... 13
2. Tingkat Kekuatan Antioksidan dengan Metode DPPH .......................... 14
3. Hasil ekstraksi daun awar-awar (Ficus septica Burm) ........................... 38
4. Hasil Perhitungan IC50 dari fraksi A (Ficus Septica Burm) ................. 38
5. Hasil Perhitungan IC50 dari Vitamin C................................................... 38
6. Hasil pengukuran serapan fraksi A (Ficus septica Burm) terhadap
DPPH ...................................................................................................... 54
7. Hasil pengukuran serapan vitamin C terhadap DPPH ............................ 54
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ficus septica Burm ................................................................................. 7
2. Struktur kimia Asam Askorbat ............................................................... 25
3. Grafik hubungan antara konsentrasi hasil fraksi A % penghambatan
terhadap DPPH ...................................................................................... 59
4. Grafik hubungan antara konsentrasi vitamin C dengan % penghamba-
tan terhadap DPPH ................................................................................ 59
5. Daun Awar-awar (Ficus Septica Burm.) ................................................ 61
6. Hasil uji pendahuluan aktvitas antioksidan ekstrak n-Heksan, etil
Asetat dan etanol 96% secara KLT ........................................................ 61
7. Hasil Fraksinasi ekstrak n-Heksan daun awar-awar (Ficus septica
Burm.)..................................................................................................... 62
8. Hasil noda penggabungan fraksi-fraksi dari fraksinasi ekstrak
n-Heksan daun awar-awar (Ficus septica Burm.) .................................. 63
9. Alat Spektrofotometri UV-Vis ............................................................... 63
10. Absorbansi panjang gelombang maksimum ( maks) .......................... 64
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Skema penyiapan sampel dan ekstraksi sampel (Maserasi ber-
tingkat).................................................................................................... 49
2. Skema fraksinasi kromatografi cair vakum ............................................ 50
3. Skema penyiapan larutan ........................................................................ 51
4. Skema pengukuran absorbansi perendaman radikal menggunakan
Spektrofotometri ..................................................................................... 52
5. Tabel hasil pengukuran data ................................................................... 54
6. Perhitungan konsentrasi dan pengenceran fraksi A ............................... 55
7. Perhitungan konsentrasi dan pengenceran Vitamin C ............................ 56
8. Perhitungan larutan DPPH 0,4 mM ........................................................ 57
9. Perhitungan % Penghambatan ................................................................ 58
10. Grafik ................................................................................................... 59
11. Perhitungan .......................................................................................... 60
12. Gambar ................................................................................................. 61
xiii
ABSTRAK
Nama : Besse Dasriah Rivai
Nim : 70100113061
Jurusan : Farmasi
Judul Skripsi : Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Daun Awar-awar
(Ficus septica Burm) dengan Metode DPPH
Telah dilakukan penelitian tentang Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Daun Awar- awar (Ficus septica Burm) dengan Metode DPPH. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan melalui parameter nilai IC50 dalam hasil fraksi n-Heksan daun awar-awar (Ficus septica Burm). Dengan metode
pengukuran jumlah DPPH yang tereduksi dari senyawa antioksidan secara
spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 515,9 dengan menggunakan
vitamin C sebagai pembanding. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa fraksi n-Heksan daun awar-awar (Ficus septica Burm) memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai
IC50 sebesar 41,111 µg/ml sedangkan vitamin C yang diperoleh memiliki nilai IC50
sebesar 4,541 µg/ml. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan vitamin C lebih tinggi dibandingkan fraksi n-Heksan daun awar-awar (Ficus septica Burm).
Kata kunci : Ficus septica Burm, IC50, DPPH, Antioksidan
xiv
ABSTRACK
Name : Besse Dasriah Rivai
Registration Number : 70100113061
Departement : Pharmacy
The Title of Thesis : Activity Test Of Antioxidant Extract and Fraction
of Awar-awar Leaves (Ficus septica Burm) with
DPPH Method
A study was conducted on the Antioksidant Activity test of extract and awar-awar leaves fraction (Ficus septica Burm) with DPPH method. This study aims to
determine the antioxidant activity through IC50 value parameter in the result of n-Hexane fraction of awar-awar levaves (Ficus septica Burm). By the method of
measuring the amount of DPPH reduced from the antioxidant compound by UV-Vis
Spectrophotometry at wavelength 515,9 nm using vitamin C as a comparison. The result showed thet the fraction of n-Hexane of awar-awar leaves (Ficus septica Burm)
had antioxidant activity with IC50 value of 41,111 g ml while vitamin C obtained
has an IC50 value of 4,541 g ml. This shows that the n-Hexane fraction of awar-awar leaves (Ficus septica Burm).
Key word: Ficus septica Burm, IC50, DPPH, Antioxidant
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Oksidasi merupakan suatu reaksi kimia elektron dari satu zat ke oksidator.
Reaksi oksidasi dapat menghasilkan radikal bebas dan memicu reaksi berantai,
menyebabkan kerusakan sel dalam tubuh (Youngson, 2005). Radikal bebas sangat
berbahaya karena dapat merusak jaringan tubuh yang dapat menyebabkan penyakit
degeneratif seperti kanker, tekanan darah tinggi, jantung koroner, diabetes melitus,
katarak, proses penuaan dini, dan lain-lain (Chang, 2002; Haila, 1999).
Saat ini ditemukan bahwa radikal bebas berperan dalam terjadinya berbagai
penyakit. Hal ini dikarenakan radikal bebas adalah spesi kimia yang memiliki
pasangan elektron bebas dikulit terluar sehingga sangat reaktif dan mampu bereaksi
dengan protein, lipid, karbohidrat, atau DNA. Reaksi antara radikal bebas dan
molekul itu berujung pada timbulnya suatu penyakit.
Antioksidan digunakan dalam makanan untuk mengontrol oksidasi lipid.
Senyawa t-butil hidroksi anisol (BHA) dan di-t-butil hidroksitoluen (BHT) digunakan
sebagai antioksidan pangan, tetapi adanya kemungkinan efek samping yang
merugikan maka tidak digunakan untuk bahan terapi. Pengembangan antioksidan
alamiah mendapat perhatian besar beberapa tahun terakhir. Hal ini dimaksudkan
untuk tujuan pengobatan preventif dan untuk industri makanan. Antioksidan alami
selain dapat melindungi tubuh dari serangan radikal bebas juga mampu
memperlambat terjadinya penyakit kronik yang disebabkan penurunan spesies
oksigen reaktif (ROS) terutama radikal hidroksil dan radikal superoksida.
2
Antioksidan alami juga berfungsi menghambat oksidasi lipid yang menyebabkan
ketengikan dan kerusakan pada makanan (Halliwell & Gutteridge, 1999).
Radikal bebas adalah suatu molekul yang memiliki satu atau lebih elektron
yang tidak mempunyai pasangan, elektron yang tidak mempunyai pasangan ini
mempunyai kecendrungan untuk mendapatkan pasangannya dengan cara menyerang
dan berikatan dengan elektron yang berada disekitarnya. Jika radikal bebas telah
berikatan dengan pasangannya, maka akan terjadi kerusakan pada senyawa yang
diserangnya. Kerusakan yang terjadi yaitu seperti gangguan fungsi dan struktur sel.
Selain itu dampak lain yang terjadi akibat radikal bebas ketika mencari pasangannya
adalah terbentuknya radikal bebas baru yang berasal dari molekul yang elektronnya
diambil. Radikal bebas menjadi stabil apabila berikatan dengan radikal bebas lain
(Winarsi, 2007).
Pengetahuan tentang tumbuhan obat merupakan warisan budaya bangsa
berdasarkan pengalaman secara turun temurun. Berbagai macam penyakit dan
keluhan ringan maupun berat dapat diobati dengan memanfaatkan ramuan dari
tumbuh-tumbuhan tertentu yang mudah diperoleh disekitar pekarangan rumah, dan
mudah dikerjakan oleh siapa saja dalam keadaan mendesak sekalipun, dengan hasil
yang memuaskan (Thomas, 1989).
Salah satu contoh Tumbuhan awar-awar (Ficus septica Burm) diyakini
secara empiris dapat digunakan untuk penyakit kulit, radang usus buntu, mengatasi
bisul, gigitan ular berbisa dan sesak napas. Kandungan kimia yang dilaporkan dalam
tumbuhan ini adalah senyawa flavonoid genistein, kumarin, senyawa fenolik,
pirimidin dan alkaloid (Sudarsono dan Didik, 2002).
3
Di dalam firman Allah SWT di dalam Q.S Asy-syu‟araa „(26): 7
Terjemahnya:
“ dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami
tumbuhkan dibumi itu pelbagai macam tumbuh – tumbuhan yang baik ?”
Dari ayat tersebut di atas, dapat dipahami bahwa Allah Swt senantiasa
mengisyaratkan khususnya ilmu yang membahas tentang obat yang berasal dari alam,
baik dari tumbuh-tumbuhan, hewan maupun mineral. Dimana ketiganya telah
dijelaskan didalam al-qur‟an mengandung suatu zat obat yang dapat digunakan untuk
menyembuhkan manusia dari penyakit. Meskipun tidak semua tumbuhan yang
diciptakan oleh Allah swt di bumi dapa menyembuhkan penyakit tertentu.
Berdasarkan uraian diatas, maka hal ini yang mendasari perlunya dilakukan
penelitian untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari daun awar-awar (Ficus septica
Burm) dengan menggunakan metode DPPH (1,1–Difenil-2-Pikrilhidrazil).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak dan fraksi dari daun awar–awar (Ficus septica Burm)
memiliki aktivitas antioksidan ?
2. Berapa nilai IC50 dari fraksi yang aktif daun awar–awar (Ficus Septica Burm)
?
3. Bagaimana tinjauan Islam terhadap pemanfaatan daun awar-awar (Ficus
septica Burm) sebagai tanaman obat ?
4
C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Definisi Operasional
a. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai.
b. Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
c. Fraksinasi
Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan senyawa–senyawa berdasarka tingkat
kepolaran.
d. Radikal bebas
Radikal bebas adalah atom, molekul atau senyawa yang dapat berdiri sendiri
yang mempunyai elektron tidak berpasangan.
e. Antioksidan
Antioksidan adalah suatu senyawa atau komponen kimia yang dalam kadar atau
jumlah tertentu mampu menghambat atau memperlambat kerusakan akibat
proses oksidasi.
f. Metode DPPH
DPPH adalah sumber radikal bebas stabil berwarna ungu yang digunakan untuk
pengujian kemampuan penangkapan radikal bebas
2. Ruang Lingkup
5
Penelitian ini hanya untuk mengetahui aktivitas antioksidan hasil Ekstrak dan
fraksi dari daun awar–awar (Ficus septica Burm) dan penentuan IC50 dengan
menggunakan metode DPPH (1,1–Difenil-2-Pikrilhidrazil).
D. Kajian Pustaka
Berdasarkan jurnal skripsi dari Sang Ketut Sudirga Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Aktif Ekstrak Daun Awar-Awar (Ficus septica Burm) dan Uji
Efektivitasnya Terhadap Jamur Colletotrichum acutatum. Penelitian menunjukkan
bahwa uji fitokimia ekstrak aktif daun awar-awar mengandung senyawa terpenoid,
alkaloid, flavonoid dan fenol. Berdasarkan analisis dengan GC-MS fraksi aktif
antijamur ekstrak daun awar-awar teridentifikasi mengandung 14 senyawa.
Pertumbuhan koloni, pembentukan dan perkecambahan spora serta biomassa jamur
Colletotrichum acutatum dapat dihambat oleh ekstrak daun awar-awar.
Berdasarkan penelitian Ismiranti D. A Uji Daya Hambat Ekstrak Daun awar-
awar (Ficus septica Burm) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan
Eschericia coli. Menunjukkan bahwa ekstrak daun awar-awar berpotensi memiliki
daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia
coli
Berdasarkan penelitian dari Ery al ridho uji aktivitas antioksidan ekstrak
metanol buah lakum (cayratia trifolia) dengan metode dpph (2,2-difenil-1-
pikrilhidrazil), menunjukkan bahwa ekstrak metanol buah lakum memiliki aktivitas
antioksidan yang lemah bila dibandingkan dengan vitamin C.
Berdasarkan penelitian dari Kartika Febriani uji aktivitas antioksidan ekstrak
dan fraksi daun Cocculus orbiculantus (L) DC. Dengan metode DPPH dan
identifikasi golongan senyawa kimia dari fraksi yang aktif, menunjukkan bahwa hasil
6
perendaman radikal DPPH ektrak teraktif yaitu ektrak metanol yang mempunyai nilai
IC50 74,32 µg/ml dan fraksi teraktif yaitu fraksi G yang mempunyai niali IC50 66,79
µg/ml. Dan hasil identifikasi menunjukkan adanya flavonoid, tanin, dan senyawa gula
(glikon).
Berdasarkan penelitian Egi Azikin Maulana, isolasi dan uji aktivitas
antioksidan senyawa flavonoid dari ekstrak daun jambu biji putih (Psidium guajava
Linn) dengan hasil menunjukkan uji aktivitas antioksidan ekstrak n-butanol
menghasilkan nilai IC50 sebesar 37,14 ppm dengan menggunakan metode DPPH.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak dan fraksi daun awar-awar (Ficus
septica Burm) dengan metode DPPH.
b. Menentukan IC50 dari fraksi yang aktif daun awar-awar (Ficus septica Burm).
c. Mengetahui tinjauan Islam terhadap pemanfaatan daun awar-awar (Ficus septica
Burm) sebagai tanaman obat.
2. Kegunaan Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat menambah informasi ilmiah,
pengetahuan serta gambar kepada penulis dan masyarakat terutama dalam penemuan
senyawa aktif yang bersifat sebagai antioksidan dari fraksi bahan alam khususnya
daun awar-awar (Ficus septica Burm) dengan menggunakan metode DPPH serta
pandangan Islam terhadap pemanfaatan daun awar-awar (Ficus septica Burm).
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Awar-awar (Ficus septica Burm)
1. Klasifikasi (Hutapea dan Syamsuhidayat, 1991).
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Ficus Gambar 1: Ficus septica Burm
Spesies : Ficus septica Burm
2. Nama daerah
Jawa Ki ciyat (Sunda), Awar-awar (Jawa tengah ), Barabar ( Madura), Awak-
awak (Bali), Sulawesi Loloyan (Minahasa), Tobo-tobo (Makassar), Dausalo (Bugis),
Babu lutu (Halmahera), Tagalolo (Ternate), Sirih popar (Ambon)
(Hutapea dan Syamsuhidayat, 1991).
3. Morfologi tanaman
Perdu tinggi lebih kurang 1-5 meter. Ranting bulat silindris, berongga, gundul.
Daun penumpu tunggal, besar, sangat rucing. Daun berseling atau berhadapan,
bertangkai 2,5-5 cm, helaian daun oval atau oval bulat telur, dengan pangkal
membulat dan ujung menyempit, cukup tumpul, tepi rata, 9-30 kali 9-16 cm, daun
bagian atas berwarna hijau tua mengkilat, dengan banyak bintik-bintik pucat, bagian
bawah hijau muda, sisi kiri-kanan tulang daun tengah dengan 6-12 tulang daun
8
samping. Tulang daun kedua belah sisi menyolok karena warnanya yang pucat. Buah
periuk berpasangan, bertangkai pendek, pada pangkalnya dengan 3 daun pelindung,
hijau muda atau hijau abu-abu, diameter ± 1,5 cm, pada beberapa tanaman ada bunga
jantan dan bunga gal, pada yang lain bunga betina. Banyak di dapat di hutan, rimba,
semak, di tepi jalan (Steenis, 2005).
4. Ekologi dan Penyebaran
Tanaman awar-awar termasuk dalam famili Moraceae dalam nama daerah jawa
Barat (Sunda) dikenal dengan nama ”ki ciyat”. Tumbuhan ini merupakan pohon atau
pohon perdu, dan tumbuhan ini banyak ditemukan di Jawa, Madura, Sulawesi, serta
tumbuhan ini banyak tumbuh pada daerah dengan ketinggian 1-1200 diatas
permukaan laut. Tumbuhan awar-awar (Ficus septica Burm) banyak ditemukan
secara liar di tepi jalan, semak belukar dan hutan terbuka (Steenis, 2005).
5. Kegunaan
Manfaat daun Awar-awar untuk terapi, antara lain sebagai obat penyakit kulit,
radang usus buntu, mengatasi bisul, mengatasi gigitan ular berbisa dan sesak nafas.
Sedangkan akar digunakan sebagai penawar racun (ikan), penanggulangan asma.
Getahnya bisa dimanfaatkan untuk mengatasi bengkak-bengkak dan kepala pusing.
Buahnya biasa digunakan sebagai pencahar (Sudarsono dan Didik, 2002).
6. Kandungan Kimia
Kandungan kimia pada daun, buah, dan akar Ficus septica adalah saponin dan
flavonoid, disamping itu buahnya, mengandung alkaloid dan tanin, sedangkan
akarnya mengandung senyawa polifenol (Hutapea dan Syamsuhidayat, 1991).
Saponin, merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan
busa jika dikocok dalam air serta pada konsentrasi rendah dapat menyebabkan
9
hemolisis sel darah merah. Saponin bersifat polar maka dapat larut dalam air dan
etanol, tetapi tidak larut dalam eter (Robinson, 1995).
Flavonoid, umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai
glikosida dan aglikon flavonoid yang mungkin terdapat dalam satu tumbuhan dalam
beberapa bentuk kombinasi glikosida flavonoid terutama berupa senyawa yang larut
dalam air.
Tanin, merupakan sejenis kandungan tumbuhan yang bersifat fenol,
mempunyai sifat khelat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit. Tanin dapat
digunakan sebagai pertahanan tumbuhan dan menghambat pertumbuhan tumor
(Harbone, 1987).
Fenol, dan glikosida fenolik dengan beberapa jenis yang berbeda tersebar luas
dalam alam dan ditemukan dalam banyak golongan dari komponen alam yang
mempunyai unit aromatik. Beberapa golongan bahan polimer penting dalam
tumbuhan (lignin, melanin, tanin) merupakan senyawa polifenol (Harbone, 1987).
B. Radikal Bebas
Secara biokimia, oksidasi merupakan proses pelepasan elektron dari suatu
senyawa. Sedangkan reduksi adalah proses penangkapan elektron. Senyawa yang
dapat menarik atau menerima elektron disebut oksidan atau oksidator, sedangkan
senyawa yang dapat melepaskan atau memberikan elektron disebut reduktan atau
reduktor (Winarsi, 2007).
Radikal bebas adalah atom, molekul atau senyawa yang dapat berdiri sendiri
yang mempunyai elektron tidak berpasangan, oleh karena itu bersifat sangat reaktif
dan tidak stabil. Elektron yang tidak berpasangan selalu berusaha untuk mencari
10
pasangan baru, sehingga mudah bereaksi dengan zat lain (protein, lemak maupun
DNA) dalam tubuh (Winarti, 2010).
Tubuh manusia mengandung molekul oksigen yang stabil dan yang tidak stabil.
Molekul oksigen yang stabil penting untuk memelihara kehidupan sel. Dalam jumlah
tertentu radikal bebas diperlukan untuk kesehatan, akan tetapi radikal bebas bersifat
merusak dan sangat berbahaya. Fungsi radikal bebas dalam tubuh adalah untuk
melawan radang, membunuh bakteri dan mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo, 2004)
Radikal bebas menyebabkan kerusakan sel dengan tiga cara yaitu:
1. Peroksidasi komponen lipid dari membran sel dan sitosol.
Menyebabkan serangkaian reduksi asam lemak (otokatalisis) yang
mengakibatkan kerusakan membran dan organel sel.
2. Kerusakan DNA,
Kerusakan DNA ini dapat mengakibatkan mutasi DNA bahkan dapat
menimbulkan kematian sel.
3. Modifikasi protein teroksidasi oleh karena terbentuknya cross linking
protein, melalui mediator sulfidril atas beberapa asam amino labil seperti sistein,
metionin, lisin dan histidin (Kumar et al. 2005; Eberhardt, 2001).
C. Antioksidan
1. Pengertian
Senyawa fitokimia merupakan zat alami yang terdapat dalam tanaman yang
memberikan cita rasa, aroma dan warna yang khas pada tanaman tersebut. Beberapa
khasiat senyawa fitokimia tersebut berfungsi sebagai antioksidan, meningkatkan
sistem kekebalan, mengatur tekanan darah, menurunkan kolesterol, serta mengatur
11
kadar gula darah. Secara kimia senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi
elektron (elektron donor). Secara biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa
yang dapat menangkal atau meredam dampak negatif oksidan. Antioksidan bekerja
dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan
sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat di hambat (Winarti, 2010).
Antioksidan penting untuk mempertahankan mutu produk pangan serta
kesehatan dan kecantikan. Pada bidang kesehatan dan kecantikan, antioksidan
berfungsi untuk mencegah penyakit kanker dan tumor, penyempitan pembuluh darah,
penuaan dini, dan lain-lain (Tamat et al. 2007).
Antioksidan juga mampu menghambat reaksi oksidasi dengan cara mengikat
radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif sehingga kerusakan sel dapat dicegah.
Reaksi oksidasi dengan radikal bebas sering terjadi pada molekul protein, asam
nukleat, lipid dan polisakarida (Winarsi, 2007).
2. Penggolongan dan sumber antioksidan
Antioksidan dapat digolongkan kedalam dua kelas: pertama yaitu antioksidan
preventif, yang mengurangi kecepatan inisiasi (permulaan) rantai reaksi, dan yang
kedua antioksidan pemutus rantai yang akan memotong perbanyakan reaksi berantai
(Holistic health solution, 2011).
Dimana antioksidan preventif mencakup enzim katalase serta peroksidasilain
yang bereaksi dengan ROOH, dan zat-zat khelasi ion. Antioksidan pemutus-rantai
sering berupa senyawa fenol atau amin aromatik. Sumber-sumber antioksidan dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang
diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia) dan antioksidan alami (antioksidan hasil
ekstrak bahan alam). Beberapa contoh antioksidan sintetik yang diijinkan
12
penggunaannya untuk makanan dan penggunaannya telah sering digunakan, yaitu
butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluen (BHT), propil galat dan ter-butil
hidroksin quinon (TBHQ). Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya senyawa
fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, kumarin dan
tokoferol. Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon,
isoflavon, katekin, flavonol dan kalkon (Windono et al, 2001).
3. Mekanisme kerja antioksidan
Mekanisme kerja antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama merupakan
fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen. Antioksidan
(AH) yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagai antioksidan
primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida
(R-, ROO
-) atau mengubahnya menjadi bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal
antioksidan (A+) tersebut memiliki keadaan yang lebih stabil dibanding radikal lipid.
Fungsi kedua merupakan fungsi skunder antioksidan, yaitu memperlambat laju
autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai
autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil. Penambahan
antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi rendah pada lipida dapat menghambat
atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak.
Radikal–radikal antioksidan (A+) yang terbentuk pada reaksi tersebut relatif
stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi dengan molekul lipida
lain membentuk radikal lipida baru. Besar konsentrasi antioksidan yang ditambahkan
dapat berpengaruh pada laju oksidasi. Pada konsentrasi tinggi, aktivitas antioksidan
kelompok fenolik sering lenyap bahkan antioksidan tergantung pada struktur
antioksidan. Pengaruh jumlah konsentrasi pada laju oksidasi tergantung pada struktur
13
antioksidan, kondisi dan sampel yang akan diuji. Antioksidan bertindak sebagai
prooksidan pada konsentrasi tinggi (jati, S. Handoko. 2008)
Tabel 1. Mekanisme aktivitas antioksidan
Jenis
Antioksidan Mekanisme aktivitas Antioksidan
Contoh
Antioksidan
Hidroperoxide
Stabiliser
Menonaktifkan radikal bebas lipid
Mencegah penguraian hidroperoxida menjadi radikal bebas
Senyawa Fenol
Sinergis Meningkatkan aktivitas antioksidan.
Asam Sitrat dan
Asam Askorbat
Chelators
Logam
Unsur
mengurangi
hidroperoksida
Mengikat berat logam menjadi senyawa
non-aktif
Mengurangi Hidroperoksida
Asam Fosfat dan
Asam Sitrat
Protein, Asam
amino
4. Manfaat Antioksidan
Pada bidang kesehatan dan kecantikan, antioksidan berfungsi untuk mencegah
penyakit kanker dan tumor, penyempitan pembuluh darah, penuaan dini, dan lain-lain
(Tamat et al. 2007).
Antioksidan juga mampu menghambat reaksi oksidasi dengan cara mengikat
radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif sehingga kerusakan sel dapat dicegah.
Reaksi oksidasi dengan radikal bebas sering terjadi pada molekul protein, asam
nukleat, lipid dan polisakarida (Winarsi, 2007).
D. Metode DPPH
Uji aktivitas antioksidan paling umum dilakukan dengan metode DPPH (2,2-
difenil-1-pikrilhidrazil). DPPH adalah sumber radikal bebas stabil berwarna ungu
yang digunakan untuk pengujian kemampuan penangkapan radikal bebas. Metode
DPPH berfungsi untuk mengukur aktivitas penghambatan radikal bebas. Metode ini
14
sangat cocok untuk skrining awal berbagai sampel terutama ekstrak tumbuhan
(Pokorni et al., 2001).
Campuran reaksi berupa sampel dan DPPH yang dilarutkan dalam etanol dan
diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37°C dan dibaca pada 517 nm pada
spektrofotometer. Sebagai akibatnya, penambahan senyawa yang bereaksi sebagai
antiradikal (sampel) akan menurunkan konsentrasi DPPH.
Adanya penurunan konsentrasi DPPH ditunjukkan dengan menurunnya
absorbansi dibandingkan dengan absorbansi kontrol yang tidak diberi senyawa
antiradikal (sampel) (Rohman dan Riyanto, 2004).
Prinsip metode uji antioksidan DPPH didasarkan pada reaksi penangkapan
atom hidrogen oleh DPPH (reduksi DPPH) Dari senyawa antioksidan dan reagen
DPPH berperan sebagai radikal bebas yang direndam oleh senyawa antioksdan yang
terkandung dalam sampel. Selanjutnya DPPH akan tereduksi menjadi senyawa
diphenyl picryl hydrazine (DPPH-H). Reduksi menjadi DPPH-H menyebabkan
perubahan warna pada reagen DPPH, dari ungu menjadi kuning (Lupea. et al, 2006).
Tabel 2. Tingkat Kekuatan Antioksidan dengan Metode DPPH
Intensitas Nilai IC50
Sangat Kuat < 50 g/mL
Kuat 50-100 g/mL
Sedang 100-150 g/mL
Lemah > 150 g/mL
(Armala, 2009).
E. Ekstraksi Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun, kecuali dinyatakan lain dan biasanya berupa bahan
yang telah dikeringkan (Gunawan dan Mulyani, 2004).
15
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi bau yang ditetapkan (Dirjen POM,
1995).
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia
yang diekstrak mengandung senyawa kimia yang dapat larut dan senyawa yang tidak
dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Struktur kimia yang
berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa
tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat keasaman.
Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah
pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Departemen kesehatan, 2000).
Terdapat beberapa metode ektraksi antara lain cara dingin yaitu maserasi
pekolasi serta cara panas yaitu refluks, sokletasi, dan digesti. Maserasi adalah cara
ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang digunakan dihaluskan dan
disatukan dengan bahan pengesktraksi. Pada metode maserasi, bahan berupa serbuk
simplisia yang halus, yang direndam dalam pelarut samapi meresap dan melunakkan
sususnan sel sehingga zat-zat yang mudah larut akan segera larut. Waktu lamanya
maserasi berbeda-beda, antara 4-10 hari. Rendemen harus dikocok berulang-ulang
karena dalam keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan
bahan aktif pada simplisia.
16
1. Maserasi
Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya :
a. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada
suhu 40-50˚C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat
aktifnya tahan terhadap pemanasan.
b. Maserasi dengan Mesin Pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus, waktu proses maserasi
dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.
c. Remaserasi
Cairan penyari dibagi menjadi dua. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan
cairan penyari pertama, sesudah itu dituangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi
dengan cairan penyari yang kedua.
d. Maserasi Melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu
bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara
berkesinambungan melalui sebuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
e. Maserasi Melingkar Bertingkat
Pada maserasi melingkar, penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna,
karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi, masalah ini
dapat diatasi dengan maserasi melingkar bertingkat, yang akan didapatkan:
1) Serbuk simplisia mengalami proses penyarian beberapa kali, sesuai dengan
bejana penampung. Pada contoh di atas dilakukan 3 kali, jumlah tersebut dapat
diperbanyak sesuai dengan keperluan.
17
2) Serbuk simplisia sebelum dikeluarkan dari bejana penyari, dilakukan penyarian
dengan cairan penyari baru. Dengan ini diharapkan agar memberikan hasil penyarian
yang maksimal.
3) Hasil penyarian sebelum diuapkan digunakan dulu untuk menyari serbuk
simplisia yang baru sehingga memberikan sari dengan kepekatan yang maksimal.
4) Penyarian yang dilakukan berulang-ulang akan mendapatkan hasil yang lebih
baik daripada yang dilakukan sekali dengan jumlah pelarut yang sama (Dirjen POM,
1986).
2. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk
simplisia yang telah dibasahi. Prinsip ekstraksi dengan perkolasi adalah serbuk
simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi
sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut,
cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampel
dalam keadaan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya
sendiri dan tekanan penyari dari cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler
yang cenderung untuk menahan gerakan ke bawah (Dirjen POM, 1986).
3. Soxhletasi
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan
penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi
molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam
klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati
pipa sifon. Proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai
18
dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika diidentifikasi
dengan kromatografi lapis tipis tidak memberikan noda lagi. (Dirjen POM, 1986).
4. Refluks
Metode refluks adalah termasuk metode berkesinambungan dimana cairan
penyari secara kontinyu menyari komponen kimia dalam simplisia cairan penyari
dipanaskan sehingga menguap dan uap tersebut dikondensasikan oleh pendingin
balik, sehingga mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh
kembali ke labu alas bulat sambil menyari simplisia. Proses ini berlangsung secara
berkesinambungan dan biasanya dilakukan 3 kali dalam waktu 4 jam. (Dirjen POM,
1986).
F. Fraksinasi
Fraksinasi pada prinsipnya adalah proses penarikan senyawa pada suatu
ekstrak dengan menggunakan dua macam pelarut yang tidak saling bercampur.
Pelarut yang umumnya dipakai untuk fraksinasi adalah n-heksan, etil asetat, dan
metanol. Untuk menarik lemak dan senyawa non polar digunakan n-heksan, etil asetat
untuk menarik senyawa semi polar, sedangkan metanol untuk menarik senyawa-
senyawa polar. Dari proses ini dapat diduga sifat kepolaran dari senyawa yang akan
dipisahkan. Sebagaimana diketahui bahwa senyawa-senyawa yang bersifat non polar
akan larut dalam pelarut yang non polar sedangkan senyawa-senyawa yang bersifat
polar akan larut dalam pelarut yang bersifat polar juga (Mutiasari, 2012).
Ekstrak awal merupakan campuran dari berbagai senyawa. Ekstrak awal sulit
dipisahkan melalui teknik pemisahan tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal.
Oleh karena itu, ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki
polaritas dan ukuran molekul yang sama. Fraksinasi dapat dilakukan dengan metode
19
ektraksi cair-cair atau dengan kromatografi cair vakum (KCV), kromatografi kolom
(KK), size-exclution chromatography (SEC), solid-phase extraction (SPE).
Kolom kromatografi dikemas kering (biasanya dengan penjerap mutu KLT
10-40 m) dalam keadaaan vakum agar diperoleh kerapatan kemasan maksimum.
Vakum dihentikan, pelarut yang kepolarannya rendah dituangkan ke permukaan
penjerap lalu divakumkan lagi. Kolom dihisap sampai kering dan siap dipakai.
Cuplikan dilarutkan ke dalam pelarut yang cocok, dimasukkan langsung pada bagian
atas kolom atau pada lapisan penjerap dan dihisap sampai kering pada setiap
pengumpulan fraksi. Oleh karena itu, kromatografi vakum cair menggunakan tekanan
rendah untuk meningkatkan laju aliran fase gerak (Hostettmann et al., 1995).
Kromatografi vakum cair merupakan modifikasi dari kromatografi kolom
gravitasi. Metode ini lebih banyak digunakan untuk fraksinasi sampel dalam jumlah
besar (10-50 g). Kolom yang digunakan biasanya terbuat dari gelas dengan lapisan
berpori pada bagian bawah. Ukuran kolom bervariasi tergantung ukurannya. Kolom
disambungkan dengan penampung eluen yang dihubungkan dengan pompa vakum.
Pompa vakum akan menghisap eluen dalam kolom, sehingga proses pemisahan
berlangsung lebih cepat. Penggunaan tekanan dimaksudkan agar laju aliran eluen
meningkat sehingga meminimalkan terjadinya proses difusi karena ukuran silika gel
yang biasanya digunakan pada lapisan kromatografi KLT sebagai fasa diam dalam
kolom yang halus yaitu 200-400 mesh. Kolom yang digunakan berukuran lebih
pendek dari pada kolom kromatografi gravitasi dengan diameter yang lebih besar (5-
10 cm). Kolom KVC dikemas kering dalam keadaan vakum agar diperoleh kerapatan
kemasan maksimum. Sampel yang akan dipisahkan biasanya sudah diadsorbsikan ke
dalam silika kasar terlebih dahulu (ukuran silika kasar 30-70 mesh) agar
20
pemisahannya lebih teratur dan menghindari sampel langsung menerobos ke dinding
kaca tanpa melewati adsorben terlebih dahulu, yang dapat berakibat gagalnya proses
pemisahan. Pelarut yang kepolarannya rendah dituangkan ke permukaan penyerap
yang sebelumnya sudah dimasukkan sampel. Kolom dihisap perlahan-lahan ke dalam
kemasan dengan memvakumkannya. Kolom dielusi dengan campuran pelarut yang
cocok, mulai dengan pelarut yang kepolarannya rendah lalu kepolaran ditingkatkan
perlahan-lahan. Kolom dihisap sampai kering pada setiap pengumpulan fraksi,
sehingga kromatografi vakum cair disebut juga kolom fraksinasi (sudjadi, 1988).
Kromatografi kolom merupakan salah satu contoh kromatografi adsorbsi.
Senyawa yang dipisahkan dengan kromatografi kolom memiliki mekanisme yang
sama dengan jenis kromatografi lain yaitu berkaitan dengan perbedaan gaya-gaya
antar molekul dalam sampel dengan fase gerak dan antara komponen dengan fasa
diam. Prinsip kerja kromatografi kolom yaitu zat cair sebagai fasa gerak akan
membawa cuplikan senyawa mengalir melalui fasa diam sehingga terjadi interaksi
berupa adsorbsi senyawa-senyawa tersebut oleh padatan dalam kolom. Kecepatan
bergerak suatu komponen dalam cuplikan tergantung pada seberapa besar/lama
komponen tersebut tertahan oleh padatan penyerap dalam kolom. Hasil yang
diperoleh berupa fraksi-fraksi senyawa yang ditampung pada bagian bawah kolom
(Rubiyanto, 2016).
Beberapa jenis pelarut dan fasa gerak untuk kromatografi kolom menurut
deret Trappe. Deret ini menggambarkan kekuatan elusi pelarut-pelarut dengan kolom
yang menggunakan padatan penyerap silika gel:
21
Air murni<metanol<etanol<propanol<aseton<etil asetat<dietil
eter<kloroform<metilen klorida<benzena<toluena<trikloro etilen<karbon
tetraklorid<sikloheksana<heksana
Urutan pelarut-pelarut diatas menunjukkan bahwa semakin turun
kepolarannya maka semakin bertambah kekuatan pelarut tersebut untuk mengelusi
senyawa yang teradsorbsi oleh silika gel (Rubiyanto, 2016).
G. Metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis)
Kromatografi adalah metode pemisahan campuran senyawa menggunakan
fase diam dan fase gerak. Kromatografi Lapis Tipis adalah pemisahan campuran
senyawa menggunakan fase diam dan fase gerak dengan alat lapis tipis. Campuran
yang akan dipisah berupa larutan yang ditotolkan sebagai bercak atau pita. Setelah
plat diletakan dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang
cocok (fase gerak), terjadi pemisahan selama perambatan kapiler (Stahl, 1985). KLT
merupakan kromatografi serapan, tetapi dapat juga merupakan kromatografi partisi
karena bahan penyerap telah dilapisi air oleh udara (Sujadi, 1988).
Kromatografi merupakan metode pemisahan yang cepat, dan mudah
dilakukan hanya membutuhkan penyerap dan jumlah cuplikan yang sangat sedikit
dan dapat diperoleh pemisahan yang lebih baik (Sastrohamidjojo, 2002).
a. Fase diam Fase diam yang digunakan dalam KLT mirip dengan penyerap
untuk kromatografi kolom, lapisan penyerap dan homogenitas penyerap sangat
berpengaruh dalam proses pemisahan, sebab daya lekat pada pendukung sangat
tergantung oleh kedua sifat tersebut. Besar partikel yang biasa digunakan adalah 1-
25 mikron. Partikel yang butirannya sangat kasar tidak akan memberikan hasil yang
22
memuaskan, oleh karena itu salah satu cara untuk menaikan hasil pemisahan adalah
menggunakan penyerap dengan butiran yang halus (Sastrohamidjojo, 2002).
b. Fase gerak Fase gerak adalah medium angkut yang terdiri atas satu atau
beberapa pelarut. Fase ini bergerak di dalam fase diam karena adanya gaya kapiler
(Stahl, 1985) Jika sebagai fase gerak digunakan sistem pelarut campuran, sebaiknya
menggunakan campuran pelarut organik yang mempunyai polaritas serendah
mungkin. Salah satu alasan dari pada penggunaan itu adalah mengurangkan serapan
dari setiap komponen dari campuran pelarut.
c. Metode Identifikasi Terdapat berbagai kemungkinan untuk deteksi senyawa
berwarna pada kromatogram. Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa
menunjukan penyerapan di daerah lampu UV gelombang pendek (254 nm) atau jika
senyawa itu dapat dieksitasi ke flouroresensi radiasi UV gelombang pendek dan atau
gelombang panjang (365 nm). Identifikasi senyawa dalam kromatogram biasanya
dengan menggunakan harga Rf yang didefinisikan sebagai:
R arak titik pusat bercak awal dari titik awal
jarak garis terdepan fase gerak dari titik awal
Harga Rf merupakan parameter karakteristik KLT (Stahl, 1985). Harga Rf
merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatografi dan pada
kondisi konstan merupakan besaran karakteristik reprodusibel (Stahl, 1985).
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam KLT dapat
mempengaruhi harga Rf, antara lain:
1. Ukuran partikel dari zat penyerap
2. Derajat keaktifan dari zat penyerap
23
3. Kemurnian pelarut
4. Kejenuhan chamber
5. Kehadiran ion lain
6. Keasaman larutan aslinya
7. Bahan pengembang (jenis dan ketebalan lapisan)
8. Kelembaban udara
9. Konsentrasi dan komposisi larutan yang diperiksa
10. Panjang trayek migrasi
11. Senyawa asing dan pencemaran pelarut
12. Ketidakhomogenan kertas
13. Arah serabut kertas
14. Temperatur (Harborne, J.B, 1996).
H. Spektofotometri UV–Vis
Spektrum UV–Vis merupakan hasil interasksi antara radiasi elektromagnetik
(REM) dengan molekul. Bentuk energi radiasi elektromagnetik mempunyai sifat
gelombang dan partikel (Foton) (Harmita, 2006).
Senyawa atau zat yang dapat diperiksa adalah yang memiliki ikatan rangkap
terkonjugasi yang lebih dikenal dengan istilah kromofor. Senyawa yang mengandung
gugus kromofor akan mengabsorbsi radiasi sinar ultraviolet dan cahaya tampak jika
diikat oleh senyawa–senyawa bukan pengabsorbsi (ausokrom). Gugus ausokrom
yaitu gugus yang mempunyai elektron non
bonding dan tidak menyerap radiasi UV jauh contohnya –OH, -NH, -NO2, -X,
(Harmita, 2006).
24
Spektrum serapan adalah hubungan antara serapan dengan panjang
gelombang yang biasanya digambarkan dalam bentuk grafik. Untuk mengidentifikasi
suatu zat pada daerah ultraviolet pada umumnya dilakukan dengan menggambarkan
spektrum serapan larutan zat dalam pelarut, dan dengan kadar yang tertera seperti
monografi, untuk menetapkan serapan maksimum atau minimum. Spektrum serapan
dari zat yang diperiksa kadang-kadang perlu dibandingkan dengan pembanding kimia
yang sesuai. Pembanding kimia tersebut dikerjakan dengan cara yang sama dan
kondisi yang sama dengan zat yang diperiksa. Blanko digunakan untuk koreksi
serapan yang disebabkan pelarut, pereaksi, sel ataupun pengatur alat. Pengukuran
serapan biasanya dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimum atau yang
tercantum dalam monografi (Departemen Kesehatan, 2000).
I. Vitamin C
Vitamin C adalah salah satu antioksidan sekunder yang memiliki kemampuan
menangkap radikal bebas dan mencegah terjadinya reaksi berantai. Berbagai
penelitian yang dilakukan vitamin C digunakan dalam beberapa tingkat konsentrasi
untuk dapat mengetahui aktivitas antioksidan, yaitu kemampuan untuk dapat
meredam radikal bebas dengan menggunakan metode DPPH (sayuti, 2015)
Vitamin C sebagai sumber antioksidan memiliki manfaat bagi tubuh antara
lain membantu menjaga pembulu-pembulu kapiler, meningkat penyerapan asupan zat
besi, menghambat produksi nitrosamine, zat pemicu kanker dan memperbaiki sistem
kekebalan tubuh. Senyawa yang digunakan sebagai pembanding (kontrol positif)
dalam uji aktivitas penangkapan radikal hidroksil dalam penelitian ini adalah vitamin
C (cahyadi, 2008).
25
Gambar 2: Struktur kimia Asam Askorbat
Dalam keadaan murni, vitamin C berbentuk kristal putih dengan berat
molekul 176,13 dengan rumus bangun C6H8C6 dengan titik lebur 190-192oC (Depkes
RI, 2014).
Asam askorbat dapat meningkatkan fungsi imun, dengan menstimulasi
produksi interferon (protein yang melindungi sel dari serangan virus). Vitamin ini
dapat menstimulasi kemotaksis dan respon proliferasi netrofil, serta melindungi sel
dari serangan radikal bebas yang diproduksi netrofil teroksidasi. Asam askorbat
dinyatakan dapat memacu kerja sintesis factor humoral, terutama antibody IgG dan
IgM Vitamin C mampu mereduksi radikal superoksidasi hidroksil, asam hipoklorida
dan oksigen reaktif yang berasal dari netrofil dan monosit yang teraktifasi.
J. Tinjauan Islam terhadap Pemanfaatan Tumbuhan Daun Awar-awar sebagai
Obat
Ajaran islam diturunkan ke muka bumi untuk mengatur kehidupan dunia dan
akhirat, mengatur hubungan hamba dengan penciptanya, Allah swt., dan hubungan
manusia dengan alam sekitarnya. Oleh karena itu, maka dapat ditegaskan bahwa
islam adalah satu-satunya agama yang paling sempurna sariatnya.
26
Sekelompok orang yang menjadi tenaga ahli pengobatan sudah ada semenjak
masa kenabian, juga sebelum itu dan sesudahnya. Salah satu bidang pengobatan yang
sudah ada sejak itu adalah ilmu obat alam atau disebut juga dengan farmakognosi.
Dimana farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tenang obat/bahan obat yang
berasal dari alam baik dari tumbuhan, hewan maupun mineral (Rahim, 2007)
Keanekaragaman tumbuhan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat indonesia
sebagai bahan pengobatan, segala sesuatu yang diciptakan Allah swt memiliki fungsi
sehingga dihamparkan dibumi. Salah satu fungsinya adalah bahan pengobatan. Hanya
saja untuk mengetahui fungsi dari aneka macam tumbuhan yang telah diciptakan
diperlukan ilmu pengetahuan dalam mengambil manfaat tumbuhan tersebut.
Didalam Firman Allah SWT didalam QS.As-syu‟ara „(26): 7
Terjemahnya:
“ dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami
tumbuhkan dibumi itu ber bagai macam tumbuh – tumbuhan yang baik ?”
(Kementerian Agama RI, 2013)
Makna dari kata zauj yang artinya berpasangan, dengan demikian ayat
tersebut mengisyaratkan bahwa tumbuh-tumbuhan pun memiliki pasangan-pasangan
guna untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Ada tumbuhan yang memiliki
benang sari dan putik sehingga menyatu dalam diri pasangannya dan dalam
penyerbukannya ia tidak membutuhkan pejantan dari bunga lain, dan ada juga yang
memiliki salah satunya saja sehingga membutuhkan pasangannya. Yang jelas, setiap
tumbuhan memiliki pasangan dan itu dapat terlihat kapan saja, bagi siapa yang ingin
menggunakan matanya. Karena ayat tersebut memulai dengan pertanya apakah
mereka tidak melihat, pertanyaan yang mengandung unsur keheranan terhadap
27
mereka yang tidak memfungsikan matanya untuk melihat bukti yang sangat jelas
tentang tumbuhan tersebut (Shihab, 2010)
Dimana kata karim yang untuk menggambarkan segala sesuatu yang baik dari
setiap objek yang disifatinya. Tumbuhan yang paling baik yaitu tumbuhan yang
tumbuh subur dan bermanfaat bagi manusia (Shihab, 2010).
Dari ayat tersebut diatas, dapat dipahami bahwa Allah SWT senantiasa
mengisyaratkan kepada manusia untuk meneliti, mengembangkan dan memperluas
ilmu pengetahuan khususnya ilmu yang membahas tentang obat yang berasal dari
alam, baik dari tumbuh-tumbuhan, hewan maupun mineral. Dimana ketiganya telah
dijelaskan didalam al-qur‟an mengandung suatu zat obat yang dapat digunakan
untuk menyembuhkan manusia dari penyakit. Dan salah satunya termasuk tumbuhan
daun awar-awar. Meskipun tidak semua tumbuhan yang diciptakan oleh Allah SWT
dibumi dapat menyembuhkan penyakit tertentu.
Firman Allah SWT dalam QS. Al – Thaaha „(20): 53
Terjemahnya:
―Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah
menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air
hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari
tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam‖ (Kementrian Agama RI, 2013)
Ayat di atas menyatakan bahwa dia yang telah menjadikan bagi kamu sebagai
hamparan adalah isyarat bahwa keberadaan manusia di pentas bumi dalam
kehidupannya adalah bagian dari hidayah Allah. Firman-Nya: menjadikan bagi kamu
28
dibumi itu jalan-jalan, adalah isyarat tentang jalan-jalan yang ditempuh manusia
dibumi guna meraih tujuannya, juga adalah bagian dari hidayah-nya. Selanjutnya
firman-Nya bahwa: dia menurunkan dari langit air, maka kami tumbuhkan dengannya
berjenis–jenis tumbuh–tumbuhan yang bermacam– macam juga bagian dari hidayah-
nya kepada manusia dan binatang guna memanfaatkan buah–buahan dan tumbuhan
itu untuk kelanjutan hidupnya, sebagaimana terdapat pula isyarat bahwa dia memberi
hidayah-Nya kepada langit guna menurunkan hujan dan hidayah buat hujan agar
turun tercurah, dan untuk tumbuh–tumbuhan agar tumbuh berkembang (Shibab,
2002)
Dari ayat di atas bahwa allah menurunkan berjenis-jenis tumbuhan ini untuk
dimanfaatkan manusia, baik itu sebagai pengobatan tradisional contohnya seperti
tumbuhan daun awar-awar ini. Dapat sebagai penurun demam yang diyakini
masyarakat, dan juga sebagai antioksdan.
Firman Allah SWT dalam QS. Al- A‟raf „(07): 58
Terjemahnya:
“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin
Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh
merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi
orang-orang yang bersyukur‖ ( Kementrian Agama RI, 2013).
Dari ayat diatas terdapat perbedaan antara tanah dan tanah dimana tanah yang
baik, yakni subur dan selalu dipelihara, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan
seizin, yakni berdasarkan kehendak, Allah yang ditetapkan-Nya melalui hukum-
hukum alam dan tanah yang buruk, yakni yang tidak subur. Tanda-tanda kebesaran
29
dan kekuasan kami bagi orang-orang yang bersyukur, yakni yang mau
menggunakan anugrah allah sesuai dengan fungsi dan tujuannya.
Makna kata bi idzni rabbilhil dengan seizin allah dapat juga dipahami bahwa
tanaman itu tumbuh dengan sangat mengagumkan karena mendapat anugerah
khusus dari Allah serta diizinkan untuk meraih yang terbaik (Shihab, 2009). Tidak
semua yang direncanakan/diinginkan manusia tercapai kecuali seizin Allah swt.
Makna dari kata liqoumiy yasykuruun yaitu bagi orang-orang yang bersyukur
jadi barang siapa yang selalu bersyukur Allah swt selalu senantiasa menampakan
tanda-tanda kebesaranya kepada kita. Dan seperti sekarang ini allah menampakan
melalui tumbuhan – tumbuhan yang diturunkan-Nya dan banyak manfaatnya seperti
tumbuhan awar-awar tesebut.
Tumbuhan sebagai bahan obat tradisional telah banyak digunakan untuk
pemeliharaan kesehatan, pengobatan maupun kecantikan. Dunia kedokteran juga
banyak mempelajari obat tradisional dan hasilnya mendukung bahwa tumbuhan obat
memiliki kandungan zat-zat yang secara klinis yang bermanfaat bagi kesehatan.
Diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir r.a bahwa Rasulullah bersabda:
ب، أخبرو ر، وأحمذ به عسى، قانوا: حذثىا ابه و ارون به معروف، وأبو انطا عمرو وو ابه حذثىا
ر، عه جابر، عه رسول الله صهى ب به سعذ، عه أب انز قال: انحارث، عه عبذ رب وسهم أو نكم »الله عه
.«داء دواء، فإرا أصب دواء انذاء برأ بإرن الله عز وجم
Artinya:
Harun bin Ma‘ruf, Abu al-Thahir, dan Ahmad bin ‗Isa telah menceritakan
kepada kami, mereka berkata: Ibnu Wahab menceritakan kepada kami, ‗Amr
(Ibnu Al-Haris) mengabarkan kepadaku dari ‗Abdi Rabb ih bin Sa‘id dari Al-
Zubair dari Jabir dari Rasulullah saw. Bahwasanya ia bersabda: ―Setiap
penyakit ada obatnya dan jika suatu obat sesuai dengan penyakitnya, ia akan
sembuh dengan seizin Allah ta‘ala‖ (H.R Mulim, 1729).
30
Dalam ilmu pengetahuan modern disebutkan juga bahwa Al-Qur‟an memiliki
beberapa tumbuhan yang dapat mencegah sampai menyembuhkan penyakit. Allah
menyuruh manusia supaya memperhatikan keragaman dan keindahan disertai seruan
agar merenungkan ciptaanNya yang menakjubkan. Rasululluh saw. bersabda, dalam
hadits Abu Hurairah RA :
ثىا عمر به سعذ به أب حس ، حذ ري ب ذ به انمثىى، حذثىا أبو أحمذ انز ل: حذثى عطاء به ه، قاحذثىا محم
وسهم قال: صهى الله عه عى، عه انىب الله رة رض داء إل أوزل ن »أب رباح، عه أب ر ما أوزل الله
)رواي انبخاري( «شفاء
Artinya :
Muhammad bin al-Mutsanna menceritakan kepada kami, Abu Ahmad al-
Zubairiy menceritakan kepada kami, ‗Umar bin Sa‘id bin Abi Husain
menceritakan kepada kami, dia berkata: ‗Atha‘ bin Abi Rabah menceritakan
kepadaku, dari Abi Hurairah r.a., dari Nabi saw. dia bersabda: Tidaklah
Allah menurunkan suatu penyakit melainkan Allah menurunkan obatnya
pula‖ (H.R. Al-Bukhari: 5678).
Ungkapan “setiap penyakit pasti ada obatnya”, artinya bisa bersifat umum,
sehingga termasuk di dalamnya penyakit-penyakit mematikan dan berbagai penyakit
yang tidak bisa disembuhkan oleh para dokter. Allah sendiri telah menjadikan untuk
penyakit tersebut obat-obatan yang dapat menyembuhkannya. Akan tetapi ilmu
tersebut tidak ditampakkan Allah untuk menggapainya. Karena ilmu pengetahuan
yang dimilki oleh manusia hanyalah sebatas yang diajarkan oleh Allah swt. Oleh
sebab itu, kesembuhan terhadap penyakit dikaitkan oleh Rasulullah dengan proses
kesesuaian obat dengan penyakit yang diobati. Karena setiap ciptaan Allah swt. Itu
pasti ada penawarnya (Ar-Rumaikhon, 2008).
Tumbuhan daun awar-awar merupakan ciptaan Allah swt berupa tumbuhan
yang dapat memberikan manfaat bagi umat manusia, namun untuk mengetahui atau
31
membuktikan manfaat dari daun awar-awar maka perlu untuk diteliti lebih lanjut, hal
ini bertujuan untuk menambah data ilmiah tentang tumbuhan tersebut, selain itu dari
beberapa hasil penelitian telah membuktikan manfaat dari tumbuhan ini sebagai
antioksidan , hal ini dapat menambah kaimanan kita kepada Allah swt, tidaklah Allah
swt menurunkan penyakit jika Allah tidak menurunkan obatnya.
Jadi setiap penyakit yang diturunkan oleh Allah Swt ada obatnya, dan setiap
pengobatan itu harus sesuai dengan penyakitnya. Kesembuhan seseorang dari
penyakit yang diderita Allah Swt yang menyembuhkannya, akan tetapi Allah Swt
yang memghendaki agar pengobatan itu dipelajari oleh ahlinya agar sesuai dengan
penyakit yang akan dioabti sehingga akan mempermudah penyembuhan.
Berdasarkan ayat dan hadist diatas diketahui bahwa allah swt menciptakan
aneka macam tumbuhan untuk dimanfaatkan manusia, salah satunya yaitu terdapat
pada tumbuhan Awar-awar (Ficus septica Burm) ini dan allah memperlihatkan
kekuasaannya sebagai pencipta alam dan seluruh isinya sehingga bagaimanapun
kecerdasan manusia melakukan pengobatan belum mampu melewati ketentuan-
ketentuan sang pencipta, sebab Allah Swt yang mengetahui manusia dan apa yang
ada di langit dan di bumi, sehingga dengan ayat dan hadist tersebut sebagai seorang
hamba yang mempelajari ilmu pengobatan agar senantiasa bersyukur dan tidak
mengkufurinya serta mengharapkan ridho-Nya semoga apa yang telah diusahakan
oleh manusia mampu menjadi obat yang dapat menyembuhkan manusia dengan izin
dan kekuasaan Sang Pencipta sebab segala sesuatunya apa yang ada akan kembali
Kepada-Nya.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan judul Peneltian ini, maka peneltian ini termasuk penelitian
kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan secara eksperimental.
2. Lokasi Peneleitian
Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi Farmasi Fakultas Kedokteran
dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin makassar.
Penelitian dilaksanakan di laboratorium Biologi Farmasi untuk melaksanakan
proses pengolahan sampel daun Awar-awar (Ficus septica Burm) sampai didapatkan
hasil ekstrak dan fraksi daun awar–awar. Kemudian peneliti juga menggunakan
laboratorium Kimia Farmasi untuk melakukan preparasi sampel dan peneliti
menggunakan Laboratorium Riset di fakultas Sains dan Tekhnologi jurusan kimia
untuk melakukan uji IC50 antioksidan dengan metode DPPH menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis.
B. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis lebih mendekati kearah penelitian
kuantitatif dan kualitatif dengan metode eksperimental. Seperti yang telah dijelaskan
di atas, metode ini merupakan metode penelitian yang ingin mengetahui hubungan
sebab-akibat antara suatu variabel dengan variabel lainnya.
33
C. Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Daun Awar-awar (Ficus
Septica Burm)
D. Instrumen Penelitian
1. Alat–alat yang digunakan
Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang pengaduk,
cawan porselin, chamber, corong, erlenmeyer (Iwaki Pyrex®
), gelas kimia (Iwaki
Pyrex®
), gelas ukur (Iwaki Pyrex®
), labu alas bulat (Iwaki Pyrex®
), labu tentukur
(Iwaki Pyrex®
), lampu uv 254 dan 366 nm, mangkok, mikropipet (Dragon
OneMed®
), pipa kapiler, pipet tetes, pompa vakum (Rocker 300®
) rotary evaporator
(IKA®
RV 10 basic), sendok tanduk, sendok besi, sinter glass (Iwaki Pyrex®),
Spektrofotometri UV-Vis (Varian®
), timbangan analitik (Kern ABT 220-5DM®
),
Timbangan ohaus (MB-311®
), Vial, Vortex (Heidolph®
) dan wadah maserasi.
2. Bahan–bahan yang digunakan
Bahan–bahan yang digunakan adalah alumunium foil, aquadest, daun awar–
awar (Ficus septica Burm), etanol 96%, etanol pa, etil asetat, lempeng silika gel F254,
n-Heksan, 1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl (DPPH), Vitamin C.
E. Tekhnik Pengolahan dan analisa data
1. Penyiapan sampel
a. Pengambilan Sampel
Sampel penelitian yang digunakan adalah daun awar-awar (Ficus septica
Burm), daun yang digunakan adalah daun yang tidak rusak, tidak berjamur, dan tidak
berwarna kuning atau terlalu tua.
b. Pengolahan sampel
34
Sampel yang telah diambil kemudian disortasi basah untuk memisahkan
sampel dari kotoran-kotoran atau bahan asing lainnya. Kemudian sampel dicuci
dengan air bersih untuk menghilangkan tanah atau pengotor lainnya yang melekat dan
ikut bersama aliran air. Kemudian dikeringkan di tempat yang tidak terkena sinar
matahari langsung, agar kandungan kimia pada sampel tidak rusak. Diperluas ukuran
permukaan sampel dengan cara perajangan kemudian sortasi kering sampel, dengan
memisahkan sampel yang rusak akibat pengeringan. Setelah melalui serangkaian
proses diatas akan didapatkan simplisia yang siap digunakan.
2. Ekstraksi sampel
Serbuk daun awar–awar sebanyak 500 g diekstraksi dengan metode maserasi
bertingkat menggunakan pelarut n-Heksan selama 2 x 24 jam kemudian disaring.
Proses ini dilakukan sebanyak 3 kali. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan kemudian
diuapkan dengan rotary evaporator sehingga menghasilkan ekstrak kental n-Heksan.
Residu dikeringkan, kemudian diekstraksi kembali dengan pelarut etil asetat,
(perlakuan yang sama). Setelah itu diekstraksi dengan pelarut etanol 96%. Lalu
ekstrak dikeringkan pada suhu ruang.
3. Uji Pendahuluan Aktivitas Antioksidan Secara KLT
Sebelum dilakukan uji aktivitas dengan metode perendaman radikal DPPH
secara kuantitatif, dilakukan uji pendahuluan aktivitas antioksidan secara kualitatif,
Terhadap masing-masing ekstrak. Masing-masing 50 mg ekstrak dilarutkan dengan
etanol pa. Masing-masing ekstrak tersebut ditotolkan pada lempeng KLT yang telah
dielusi dengan fase gerak n-heksan : etil (5:1), Untuk menentukan bercak yang
mempunyai aktivitas antioksidan digunakan pereaksi semprot larutan DPPH.
35
Senyawa aktif penangkal radikal bebas akan menunjukkan bercak berwarna kuning
pucat dengan latar belakang ungu.
4. Fraksinasi
Ekstrak n-Heksan dari daun awar–awar (Ficus Septica Burm) yang memiliki
aktivitas antioksidan ditimbang sebanyak 5 gram dan ditambahkan silika gel F254
sebanyak 50 gram. Dilarutkan ekstrak tersebut dengan pelarut yang sesuai
secukupnya, lalu ditambahkan sedikit demi sedikit silika gel 60 GF254 sehingga
ekstrak mengering seperti serbuk. Dimasukkan silika gel 60 GF254 ke dalam sinter
glass dengan cara kering. Setelah mampat dimasukkan serbuk ekstrak dan
dimampatkan dengan pompa vakum kemudian dielusi dengan eluen yang pertama
kali digunakan. Cairan pengelusi dibuat dengan gradien kepolaran yang meningkat
berdasarkan profil KLT. Fraksi–fraksi yang diperoleh diuapkan kemudian dilihat
profil KLT-nya. Fraksi yang memiliki kromatogram dan warna bercak yang sama
digabung menjadi satu dan diuji aktivitas antioksidan.
5. Penyiapan larutan
a. Pembuatan Larutan Stok
Sebanyak 50 mg fraksi A yang diperoleh dilarutkan dengan etanol pa pada labu
ukur 50 ml, sehingga kadarnya 1000 ppm larutan stok.
b. Pembuatan Larutan Uji Vitamin C (Control)
Sebanyak 10 mg vitamin C dilarutkan dalam metanol 100 ml sehingga
diperoleh konsentrasi sebesar 100 ppm sebagai larutan stok
36
c. Pembuatan Larutan uji DPPH
Pembuatan Larutan DPPH (1,1-Difenil-2-pikrilhidrazil), ditimbang DPPH
sebanyak 15,7 mg kemudian dilarutkan metanol dengan menggunakan labu ukur 100
ml sehigga kadarnya 0,4 mM
6. Analisis Kuantitatif
a. Penetapan panjang gelombang ( ) maksimum DPPH
Larutan DPPH sebanyak 1 ml dipipet kedalam vial kemudian dicukupkan
volumenya sampai 5 ml dengan etanol pa, dihomogenkan kemudian dibiarkan selama
30 menit pada suhu 370C, selanjutnya diukur serapannnya pada panjanng gelombang
400-800 nm menggunakan spektrofotometri UV-Vis hingga diperoleh panjang
gelombang maksimum DPPH yaitu 515,9.
b. Pengukuran aktivitas antiradikal bebas blanko
Pengujian dilakukan dengan cara dipipet 1 ml DPPH dan dicukupkan volumenya
sampai 5 ml dengan etanol pa, campuran dikocok dan disimpan dalam suhu ruangan
selama 30 menit. Selanjutnya diukur absorbansinya pada panjang gelombang 515,9
nm. Semua pekerjaan dilakukan pada ruang yang terhindar dari cahaya.
c. Pengukuran antioksidan hasil fraksi A
Larutan stok fraksi A masing-masing dipipet sebanyak 250 µl, 500 µl, 750 µl,
1000 µl dan 1.250 µl, kemudian ditambahakan larutan DPPH sebanyak 1 ml dan
dicukupkan volumenya sampai 5 ml dengan etanol pa sehingga diperoleh konsentrasi
50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, dan 250 ppm. Campuran tersebut dikocok
dengan menggunakan vortex dan inkubasi selama 30 menit pada suhu 370C. Masing-
masing larutan tersebut diukur serapannya pada panjang gelombang 515,9 nm.
37
d. Pengukuran antioksidan vitamin C
Larutan stok vitamin C masing-masing dipipet sebanyak 100 µl, 200 µl, 300 µl,
400 µl dan 500 µl kemudian ditambahkan 1 ml larutan DPPH dan dicukupkan
volumenya sampai 5 ml dengan etanol pa sehingga diperoleh konsentrasi vitamin C
yaitu 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10 ppm. Campuran dikocok dan dibiarkan
selama 30 menit pada suhu 370C. Masing-masing larutan tersebut diukur serapannya
pada panjang gelombang 515,9 nm.
7. Analisis Data
Nilai konsentrasi penghambatan ditentukan dengan analisis statistik
menggunakan regresi linear dari data % inhibisi dengan konsentrasi sampel. Besarnya
persentase pengikatan radikal bebas dihitung dengan rumus:
Penghambatan Absorbansi Blanko Absorbansi Sampel
Absorbansi Blanko x 100
(Molyneux, 2004)
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Tabel 3. Hasil ekstraksi daun awar-awar (Ficus septica Burm)
Jenis Ekstrak Berat Simplisia
(gram)
Berat Ekstrak
(gram) % Rendamen
n-Heksan
500 gram
9,54 gram 1,90 %
Etil asetat 32,10 gram 6,42 %
Etanol 96% 84,62 gram 16,92 %
Tabel 4. Hasil Perhitungan IC50 dari fraksi A
Konsentrasi
Fraksi A
(ppm)
%
penghambatan
DPPH
Persamaan Garis
Linear IC50 (ppm)
150 50,756 y = 0,0072 x + 49,704
R2 = 0,9758
41,111
µg/mL 200 51,216
250 51,479
Tabel 5. Hasil Perhitungan IC50 dari Vitamin C
Konsentrasi
Vitamin C
(ppm)
%
penghambatan
DPPH
Persamaan Garis
Linear IC50 (ppm)
6 55,680 y = 4,3225x + 30,37
R2 = 0,9846
4,541
µg/mL 8 66,206
10 72,978
B. Pembahasan
Penelitian yang dilakukan pada uji aktivitas antioksidan terhadap daun awar-
awar (Ficus septica Burm), yang dilakukan dengan menggunakan metode DPPH
karena merupakan metode yang sederhana, cepat, mudah, dan menggunakan sampel
dalam jumlah yang sedikit dengan waktu yang singkat.
Spektrofotometri merupakan salah satu metode analisis berdasarkan pada
interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik. Interkasi tersebut menghasilkan
39
hamburan, serapan dan emisi. Spketrum UV-Vis merupakan hasil interaksi radiasi
UV-Vis terhadap molekul yang mengakibatkan transisi elektronik. Hal ini terjadi
karena adanya gugus berikatan rangkap yang mengabsorbsi radiasi elektromagnetik
didaerah UV-Vis.
Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 515,9 nm yang merupakan
panjang gelombang maksimum untuk DPPH. Dimana senyawa DPPH adalah sebuah
molekul yang mengandung senyawa radikal bebas nitrogen yang tidak stabil dapat
mengikat ion hidrogen sehingga digunakan untuk pengujian antioksidan. Karena
dengan metode DPPH ini mudah didapat, cara kerjanya cepat dan sensitif untuk
pengujian aktivitas antioksidan.
Adanya senyawa antioksidan pada sampel mengakibatkan perubahan warna
pada larutan DPPH dalam etanol pa yang awalnya berwarna violet menjadi kuning
pucat. Perubahan itu terjadi karena DPPH mengalami reduksi sehingga menyebabkan
elektron berpasangan. Dalam penelitian ini digunakan pembanding vitamin C karena
vitamin C mudah didapat dan memiliki gugus pendonor elektron untuk menangkap
radikal bebas, dan vitamin C sebagai penangkap radikal bebas yang utama untuk
tubuh manusia.
Proses ekstraksi menggunakan metode maserasi bertingkat dengan cara
merendam 500 g simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari tersebut menembus
dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang terdapat zat aktif. Zat aktif yang
terlarut akan keluar mendesak keluar karena perbedaan konsentrasi antara zat aktif
dengan cairan diluar sel. Setelah sampel diekstraksi dengan 3 jenis pelarut yaitu n-
Heksan, etil aseat, dan etanol 96% dengan melakukan 2x remaserasi pada masing-
40
masing pelarut. Sampel disaring dan dievaporasi menggunakan rotary evaporator.
Setelah itu dikeringkan didalam deksikator dengan bantuan pompa vakum sehingga
diperoleh masing-masing ekstrak kental dari pelarut n-Heksan, etil asetat, etanol 96%.
Ekstrak disimpan dalam cawan porselin yang dibungkus dengan alumunium foil dan
disimpan pada eksikator yang terhindar dari cahaya. Hasil ekstraksi sampel masing-
masing pelarut n-Heksan, etil asetat dan etanol 96 % yaitu 9,54 gram, 32,10 gram,
dan 84,62 gram dengan % rendamen masing-masing yaitu 1,90 %, 6,42 %, dan 16,92
%.
Digunakan 3 jenis pelarut karena pada tahap ekstraksi sampel menggunakan
metode maserasi bertingkat, dimana metode ini lebih mudah dan lebih efisien dalam
hal pemisahan antara senyawa polar, semi polar dan non polar tanpa melalui proses
partisi. Pelarut awal n-Heksan dimana pelarut ini memiliki tingkat kepolaran rendah
(non polar), jadi senyawa non polar diharapkan larut dalam pelarut ini. Dilanjutkan
dengan pelarut etil asetat yang memiliki tingkat kepolaran yang lebih polar dari n-
Heksan. Dan dilanjutkan dengan pelarut etanol 96%, pelarut ini memiliki tingkat
kepolaran yang lebih polar dari etil asetat.
Kemudian ekstrak yang diperoleh masing-masing diuji pendahuluan dengan
cara diuji KLT yaitu masing-masing sampel ditotolkan pada lempeng yang dielusi
dengan eluen H:E (5:1). Setelah dielusi, lempeng disemprotkan dengan larutan
DPPH. Senyawa aktif penangkap radikal bebas akan menunjukkan bercak berwarna
kuning pucat dengan latar belakang ungu.
Larutan DPPH menghasilkan warna ungu pada lempeng KLT. Komponen
aktif bereaksi dengan DPPH sehingga DPPH menjadi bentuk tereduksinya dan
ditandai dengan berkurangnya intensitas warna ungu dari larutan DPPH pada ekstrak
41
daun awar-awar. Ektrak aktif dilihat pada bercak noda yang memiliki intensitas
warna ungu yang rendah atau terlihat paling pudar, hasil dari proses tersebut
menunjukkan bahwa ekstrak yang teraktif yaitu ekstrak n-Heksan (Pratiwi, 2009).
Ekstrak aktif yang diperoleh yaitu ekstrak n-Heksan, setelah didapatkan
ekstrak n-Heksan dilanjutkan dengan proses fraksinasi dengan KCV (Kromatografi
Cair Vakum). Metode ini digunakan karena cepat dan mudah dalam proses
pemisahan komponen kimia. Metode ini dilakukan menggunakan fase diam silika gel
60 GF254, Digunakan silica gel 60 GF254 agar sampel bila disinari dengan sinar UV
dapat berfluorosensi atau berpendar dan fase gerak dengan gradien kepolaran yang
semakin meningkat yaitu n-Heksan : etil asetat {(50:1), (25:1), (20:1), (15:1), (10:1),
(5:1), (1:1), (1:10)}, Etil asetat 100 ml dan Metanol 100 ml. Hasil fraksinasi tersebut,
diamati penampakan nodanya dengan cara menotolkan pada lempeng KLT. Hal ini
dilakukan dengan tujuan penggabungan fraksi-fraksi yang diperoleh berdasarkan
kesamaan penampakan noda KLT yang terbentuk. Berdasarkan hal tersebut maka
diperoleh 5 Fraksi gabungan yaitu Fraksi A (1, 2, dan 3), Fraksi B (4, 5, dan 6),
Fraksi C (7), Fraksi D (8 dan 9), Fraksi E (10). Selanjutnya semua fraksi yang telah
digabungkan kemudian dilakukan uji pendahuluan antioksidan dengan cara
menotolkan pada lempeng KLT dan disemprotkan larutan DPPH. Fraksi A yang
menunjukkan noda berwarna kuning dengan berlatar ungu adalah Fraksi aktif yang
dilanjutkan ke pengujian antioksidan dengan pengukuran absorbansi menggunakan
spektrofotometri UV-Vis dengan panjang gelombang 515,9 nm.
Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan cara membuat larutan stok
DPPH dengan cara menimbang serbuk DPPH sebanyak 15,7 mg dan dilarutkan
dengan etanol pa 100 ml sehingga kadarnya 0,4 mM. dan dibuat larutan stok dari
42
fraksi A dengan berbagai konsentrasi yaitu 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm,
250 ppm. Digunakan berbagai perbandingan konsentrasi dengan tujuan untuk melihat
perbedaan serapan setiap konsentrasi karena semakin tinggi konsentrasi sampel
semakin tinggi daya serapnya terhadap radikal bebas atau DPPH begitupun dengan
sebaliknya. Kemudian ditambahkan dengan larutan DPPH 1 ml dan dicukupkan
dengan etanol 5 ml. Setelah itu di inkubasi didalam inkubator selama 30 menit agar
sampel dapat bereaksi dengan larutan DPPH, setelah itu dilakukan pengukuran
absorbansi dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang
515,9 nm (yang sebelumnya diukur panjang gelombang DPPH) dan dilakukan tiga
replikasi agar diperoleh hasil yang akurat. Kemudian pengujian Vitamin C sebagai
larutan control dibuat larutan stok dengan berbagai konsentrasi yaitu 2 ppm, 4 ppm, 6
ppm, 8 ppm, 10 ppm. Kemudian ditambahkan dengan larutan DPPH 1 ml dan
dicukupkan dengan etanol 5 ml. Setelah itu diinkubasi didalam inkubator selama 30
menit agar sampel dapat bereaksi dengan larutan DPPH. setelah itu dilakukan
pengukuran absorbansi dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang
gelombang 515,9 nm.
Dari pengukuran tersebut diperoleh absorbansi sampel yang paling bagus
sebagai berikut 0,0749, 0,0742, dan 0,0738. Dengan % penghambatan untuk
memperoleh kurva baku yaitu 50,756%, 51,216%, 51,479%. Aktivitas antioksidan
diukur berdasarkan perendaman DPPH, dimana ketika larutan DPPH dicampur
dengan bahan antiradikal maka akan terjadi reaksi penangkapan hidrogen yang
berasal dari antiradikal DPPH. Parameter aktivitas antiradikal diukur dengan
menghitung nilai IC50 yang diperoleh dengan persamaan regresi linear. Untuk hasil
pengukuran absorbansi vitamin C diperoleh absorbansi yang paling bagus sebagai
43
berikut 0,0522, 0,0514, 0,0511. Dengan % penghambatan untuk memperoleh kurva
baku yaitu 55,680%, 66,206%, 72,978% kemudian dihitung persamaan garis linear
mendapatkan perlakuan yang sama dengan sampel dan pembanding namun tidak
mengandung sampel. Tujuan dari pengukuran tersebut adalah mengetahui besarnya
serapan oleh zat bukan sampel. Dari hasil pengukuran blangko diperoleh absorbansi
sebesar 0,1521.
Berdasarkan persamaan linear menyatakan hubungan antar konsentrasi sampel
dengan simbol x dengan aktvitas antioksidan rata-rata dengan simbol y dari segi
replikasi pengukuran sehingga dapat ditentutkan IC50. Pengujian aktivitas antioksidan
menggunakan DPPH pada Fraksi A memberikan nilai IC50 sebesar 41,111 µg/mL .
IC50 adalah bilangan yang menunjukkan konsentrasi yang mampu menghambat
proses oksidasi sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50 semakin tinggi antioksidannya.
Aktivitas antioksdan dari fraksi A adalah 41,111 µg/mL, sedangkan pada vitamin C
diperoleh 4,541 µg/mL. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan vitamin C
lebih tinggi dibandingkan dengan fraksi A. Hal ini sebabkan karena nilai IC50 kurang
dari 50 termasuk sangat kuat (50-100 ppm) kuat, (100-150 ppm) sedang, dan (150-
200 ppm) lemah.
Dalam kutipan QS. Asy-Syu‟ara „(26): 7
Terjemahan:
“ dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami
tumbuhkan dibumi itu pelbagai macam tumbuh – tumbuhan yang baik ?”
(Kementerian Agama RI, 2013)
Tumbuhan yang baik dalam hal ini adalah tumbuhan yang bermanfaat bagi
makhluk hidup, termasuk tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pengobatan.
44
Tumbuhan yang bermacam-macam jenisnya dapat dipergunakan sebagai obat pada
berbagai penyakit, dan merupakan anugerah dari Allah swt. Yang harus dipelajari dan
dimanfaatkan.
Berdasarkan hasil penelitian tumbuhan awar-awar berguna bagi kehidupan
manusia. Seperti halnya Rasulullah SAW telah memberikan petunjuk tentang cara
mengobati diri beliau sendiri, keluarganya dan para sahabat yaitu menggunakan jenis
obat yang tidak ada campuran kimia. Pengobatan Nabi menggunakan jenis obat
alamiah, obat ilahiyah dan kombinasi antara keduanya. Pengobatan berdasarkan
wahyu Allah tentang apa yang bermanfaat dan yang tidak berbahaya, misalnya
melakukan pengobatan dengan tumbuh-tumbuhan. Pemanfaatan tumbuhan sebagai
obat merupakan salah satu sarana untuk mengambil pelajaran dan memikirkan
tentang kekuasan Allah dan meneladani cara pengobatan Nabi, jika tumbuhan awar-
awar ini memiliki khasiat yang baik bagi manusia yang dapat berfikir baik dia akan
mengingat Allah swt. Melalui keangungan ciptaan Allah maka akan timbul rasa iman
dan ketakwaan serta mengetahui kebesaran sang pencipta yang tiada terbatas.
45
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Hasil Ekstrak n-Heksan daun awar-awar (Ficus septica Burm) dan fraksi A
memiliki potensi aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan metode
DPPH.
2. Hasil fraksi A daun awar-awar (Ficus septica Burm) memiliki nilai IC50
sebesar 41,111 µg/ml. Sedangkan vitamin C sebagai pembanding memiliki
IC50 sebesar 4,541 µg/ml.
3. Menurut Islam awar-awar merupakan salah satu tumbuhan yang diciptakan
Allah dan memiliki banyak manfaat salah satunya adalah sebagai antioksidan.
Allah telah menciptakan berbagai macam tumbuhan dan memiliki manfaat
salah satu tumbuhan yang diciptakan Allah adalah awar-awar, awar-awar
mempunyai banyak manfaat salah satu manfaatnya adalah sebagai
antioksidan, antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat efek
negatif radikal bebas sehingga daun awar-awar (Ficus septica Burm) dapat
mencegah terjadinya suatu penyakit.
B. Saran
Sebaiknya peneliti berikutnya melakukan penelitian mengenai isolasi senyawa
antioksidan daun awar-awar (Ficus septica Burm) serta identifikasi senyawa.
46
KEPUSTAKAAN
Ar Rumaikhon, Ali bin Sulaiman, Fiqih Pengobatan Islam. Solo: Al Qowam, 2008.
Armala, M.M., Daya Antioksidan Fraksi Air Ekstrak Herba Kenikir (Cosmos
caudatus H.B.K) dan Profil KLT. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas
Islam Indonesia, 2009.
Cahyadi, Wisnu. Analisis dan Aspek Kesehatan.. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Chang,I., Yen, wen-jhe., Huang, S. C. And Duh., Pir-Der. Antiokxidant activity of
sesame coat. Food Chemistry 78, 2002.
Didik gunawan, Muyani Sri. Bogor: Ilmu Obat Alam. Penebar swadaya, 2004
Dirjen Pom. Farmakoterapi Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI,
1995
Dirjen Pom. Parameter Standar Umum Ekstrak tumbuhan Obat. Cetakan pertama.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2000.
Eberthardt, M.K. Reaction of Reactive Oxygen Metabolites with Important
Biomolecules, In: Reactive Oxygen Metabolites. Chemistry and medical
Consequences. London: CRC Press, 2001
Giriwijoyo, Santosa. Ilmu faal olahraga. Bandung: FPOK – UPI, 2004
Haila, K. Effects of carotenoids and carotenoid-Tocopherol Interasctions on Liid
oxidation In Vitro. University of Helsinki. Departmenet of Apptled Chemistry
and microbiology Helsinki, 1999.
Halliwel, B. & Gutteridge. JMC. Free Radical in Biology and Medicine, 3th ed. New
York: Oxford University Press. Inc, 1999
Harbone, J.B. Metode Fitokimia, edisi I. Bandung: ITB , 1987
Harbone, J.B. Metode Fitokimia, edisi II. Diterjemahkan oleh kosasih padmawinata
dan iwan soediro. Bandung: ITB press, 1996
47
Harmita. Analisis Kuntitatif Bahan Baku dan Sediaan farmasi. Jakarta: Departemen
Farmasi FMIPA Universitas Indonesia, 2006.
Holistic Health solution. Khasiat Fantastis Kulit Manggis. Jakarta: Grasindo, 2011.
Hostettmann, K., Hostettmann, M., dan Marston, A. Cara kromatografi Preparatif.
Diterjemahkan oleh kosasih padmawinata. Bandung: penerbit ITB, 1995.
Isnindar, Setyowat, E.P., dan Wahyuono, S. Aktivitas antioksidan daun kesemek
(Diospyros kaki L.F) dengan metode DPPH (2,2-Difenil- Pikrilhidrazin).
Majalah Obat Tradisional, 2011
Jati, S. Handoko. Efek Antioksidan Ekstrak Etanol 70 % daun salam (syzygium
polyanthum [Wight.] Walp.) Pada Hati Tikus Putih Jantan Galur Wistar yang
diinduksi karbon Tetraklorida (CCl4). Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surkarta, 2008
Kementrian Agama RI. Al-Qur‘an dan Terjemahannya, Bandung: CV.Penerbit
Diponegoro, 2013
Kumar, L., Cotran R.S., Robbins, S.L. Robbins Basic Pathology, In Celluar Injury
Adaptation and death. Philadelphia: WB Sauners, 2005
Molyneux, P., The Use of The Stable Free Radikal Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH)
for Estimating Antioxidant Activity, Journal Science of Technology, 2004
Mutiasari, I.R,. Identifikasi Golongan Senyawa Kimia Fraksi Aktif. Journal. Jakarta:
FMIPA-UI, 2012
Pokorny, J., N. Yanishlieva. And M. Gordon. Antioxidant in Food. New York: CrC
press Boca Raton Boston, 2001
Pratiwi, Enggar. Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Temukunci (Boesenbergia
pandurata Roxb.). Bogor: IPB, 2009
Robinson, T. Kandungan Organik Tumbuhan tinggi. Edisi ke 4 terjemahan
padmawinata. Bandung: ITB press, 1995
Rohman dan Riyanto. Aktivitas Antioksidan ekstrak buah mengkudu (Morinda
citrifolia, L). Agritech, 2004
Rubiyanto, D. Teknik Dasar Kroatografi. Yogyakarta: Deepublish, 2016.
48
Sastromidjojo, H. Kromatografi. Yogyakarta: Liberty, 2002
Sayuti, Kesuma, M.S. Antioksidan Alami dan Sintetik. Padang: Andalas University
Press, 2015.
Shihab, M. Q. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-qur‘an Vol. 3.
Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2009.
___________. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-qur‘an Vol. 4.
Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2009.
Stahl, C. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung: ITB, 1985.
Steenis, Van. Flora untuk Sekolah di Indonesia. Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2005
Sudjadi. Metode Pemisahan. Universitas gadjah mada: Fakultas farmasi, 1988
Syamsuhidayat dan hutapea, J.R., Inventaris Tanaman Obat Indonesia, jakarta :
Departemen kesehatan republik indonesia, badan penelitian dan pengembangan
kesehatan, 1991
Tamat, S.R., T. Wikanta, dan L.S. Maulina. Aktivitas Antioksidan dan Tokisitas
senyawa bioaktif dari ekstrak rumput laut Hijau (ulva reticulata Forsskal).
Jurnal ilmu kefarmasian indonesia, 2007
Thomas, A.N.S. Tanaman Obat Tradisional, yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1989.
Winarsi, H. Antioksidan alami dan radikal bebas. Yogyakarta: Kanisius, 2007
Winarti, Makanan Fungsional. Yogyakarta: Penerbit Graha ilmu, 2010
Windono, T., S. Soediman U. Yudawati, E.Ermawati, A. Srielita, T.I Erowati. Uji
perendaman Rdaikal Bebas Terhadap 1,1-Diphenyl—2-Picrylhydrazyl (DPPH)
dari ektrak kulit buaj dan biji anggur (Viris Vinifera. L). Probolinggi biru dan
bali: Artocarpus Media Phmaceutica Indonesia, 2001.
Youngson, R. Antioksidan Manfaat vitamin C dan vitamin E Bagi Kesehatan.
Gramedia EGC, 2005
49
Lampiran 1.Skema Penyiapan Sampel dan Ekstraksi sampel (Maserasi
Bertingkat)
- Diekstraksi dgn metode maserasi
(Pelarut n-heksan, remaserasi 2x)
- Dievaporasi - Diekstraksi dgn metode maerasi
dgn rotary evaporator (Pelarut etil asetat, remaserasi 2x)
- Dievaporasi - Diekstraksi dgn metode maserasi
dgn rotary evaporator (Pelarut etanol 96%, remaserasi 2x)
- Dievaporasi
dgn rotary evaporator
- Ditimbang masing-masing ekstrak pekat
- Diuji KLT
- Ditotolkan
- Dielusi
- Diamati bercak
- Disemprotkan larutan DPPH (+) berwarna kuning berlatar ungu
Ekstrak n-heksan
E. pekat
n-heksan
Ampas
Ekstrak etil
asetat
E. pekat etil
asetat
Ampas
Ekstrak
etanol 96%
E. pekat
Etanol 96%
Ekstrak Aktif
500 gram daun awar-awar
(Ficus septica Burm)
50
Lampiran 2. Skema Fraksinasi Kromatografi Cair Vakum
- Ditimbang 5 gram
- Difraksinasi menggunakan KCV
dgn fase diam Silika Gel 60 GF254 dan
fase gerak menggunakan gradien kepolaran.
- Diuji pendahuluan antioksdan dengan
uji KLT
Ekstrak n-
Heksan
Fraksi A Fraksi B Fraksi C Fraksi D
Fraksi aktif A
Fraksi E
51
Lampiran 3. Skema Penyiapan larutan
a. Pembuatan larutan stok
- Diencerkan dgn
Etanol pa 50 ml
b. Pembuatan larutan control (Vitamin C)
- Dilarutkan dgn
Etanol pa 100 ml
c. Pembuatan larutan uji DPPH
- Dilarutkan dgn
Etanol pa 100 ml
50 mg Fraksi A
Kadar 1000 ppm
10 mg Vitamin
C
Kadar 100 ppm
15,7 mg
Serbuk DPPH
Kadar 0,4 mM
52
Lampiran 4. Skema Pengukuran Absorbansi perendaman radikal menggunakan
Spektrofotometri
a. Untuk uji Ekstrak
- Ditambahkan 50 ml etanol pa
250 µl 500 µl 750 µl 1000 µl 1.250 µl
+ 1 ml larutan uji DPPH
- Dicukupkan 5 ml etanol pa
50 ppm 100 ppm 150 ppm 200 ppm 250 ppm
- Diinkubasi 30 menit suhu 37oC
- Dianalisis dgn dispektrofotometri
Pada maks 515,9 nm
50 mg fraksi A
Amati Hasil
Larutan Stok 1000 ppm
53
b. Untuk Uji Larutan Control
- Ditambahkan 100 ml etanol pa
100 µl 200 µl 300 µl 400 µl 500 µl
+ 1 ml larutan uji DPPH
- Dicukupkan 5 ml etanol pa
2 ppm 4 ppm 6 ppm 8 ppm 10 ppm
- Diinkubasi 30 menit suhu 37oC
- Dianalisis dgn dispektrofotometri
Pada maks 515,9 nm
Amati Hasil
10 mg Vit.C
Larutan stok 100 ppm
54
Lampiran 5. Tabel hasil pengukuran data
Tabel 6. Hasil pengukuran serapan fraksi A (Ficus septica Burm). terhadap DPPH
Konsentrasi Absorbansi Rata-rata
150
0,0760
0,0719
0,0769
0,0749
200
0,0741
0,0746
0,0740
0,0742
250
0,0701
0,0772
0,0742
0,0738
Tabel 7. Hasil pengukuran serapan vitamin C terhadap DPPH
Konsentrasi Absorbansi Rata-rata
6
0,0524
0,0536
0,0507
0,0522
8
0,0562
0,0500
0,0482
0,0514
10
0,0175
0,0530
0,0529
0,05411
55
Lampiran 6. Perhitungan Konsentrasi dan Pengenceran Fraksi A
Dik : 50 mg ( 50 x 1000 ) = 50.000
50 ml etanol
ppm l
50.000 l
50 ml 1000 ppm
Untuk 50 ppm V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1000 ppm = 5 ml x 50 ppm
V1 =
= 0,25 mL = 250
Untuk 100 ppm V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1000 ppm = 5 ml x 100 ppm
V1 =
= 0,5 mL = 500
Untuk 150 ppm V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1000 ppm = 5 ml x 150 ppm
V1 =
= 0,75 mL = 750
Untuk 200 ppm V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1000 ppm = 5 ml x 200 ppm
V1 =
= 1 mL = 1000
Untuk 250 ppm V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1000 ppm = 5 ml x 250 ppm
V1 =
= 1,25 mL = 1.250
56
Lampiran 7. Perhitungan Konsetrasi dan Pengenceran Vit. C
Dik : 10 mg ( 10 x 1000 ) = 10.000
100 ml etanol
ppm l
10.000 l
100 ml 100 ppm
Untuk 2 ppm V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 5 ml x 2 ppm
V1 =
= 0,1 mL = 100
Untuk 4 ppm V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 5 ml x 4 ppm
V1 =
= 0,2 mL = 200
Untuk 6 ppm V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 5 ml x 6 ppm
V1 =
= 0,3 mL = 300
Untuk 8 ppm V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 5 ml x 8 ppm
V1 =
= 0,4 mL = 400
Untuk10 ppm V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 5 ml x 10 ppm
V1 =
= 0,5 mL = 500
57
Lampiran 8. Perhitungan Larutan DPPH 0,4 mM
Diketahui:
Larutan DPPH = 0,4 mM = 0,0004 mol/L
Mr = 394,33 g/mol
Volume = 100 mL
Massa = gram ?
Penyelesaian:
0,4 mM =
0,0004 mol/L =
= 0,0157 g = 15,7 mg
58
Lampiran 9. Perhitungan % penghambatan
Penghambatan Absorbansi DPPH Absorbansi Sampe
Absorbansi DPPH x 100
a. Untuk sampel Fraksi A
Untuk konsentrasi 150 ppm
Penghambatan 0,1521 0,0749
0,1521 x 100 50,756
Untuk konsentrasi 200 ppm
Penghambatan 0,1521 0,0742
0,1521 x 100 51,216
Untuk konsentrasi 250 ppm
Penghambatan 0,1521 0,738
0,1521 x 100 51,479
b. Untuk pembanding Vitamin C
Untuk konsentrasi 6 ppm
Penghambatan 0,1521 0,0522
0,1521 x 100 55,680
Untuk konsentrasi 8 ppm
Penghambatan 0,1521 0,0514
0,1521 x 100 66,206
Untuk konsentrasi 10 ppm
Penghambatan 0,1521 0,0411
0,1521 x 100 72,978
59
y = 0,0072x + 49,704
R² = 0,9758
50,6
50,8
51
51,2
51,4
51,6
0 100 200 300
% P
engh
am
bata
n
Konsentrasi (ppm)
% Penghambatan Fraksi A
Series1
Linear (Series1)
Lampiran 10. Grafik
Gambar 3. Grafik hubungan antara konsentrasi hasil fraksi A dengan %
penghambatan terhadap DPPH
Gambar 4. Grafik hubungan antara konsentrasi vitamin C dengan %
penghambatan terhadap DPPH
y = 4,3225x + 30,37
R² = 0,9846
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 5 10 15
% p
engh
am
bata
n
Konsentrasi (ppm)
% Penghambatan Vitamin C
Series1
Linear (Series1)
60
Lampiran 11. Perhitungan IC50
a. Perhitungan IC50 dari hasil fraksi A
y = 0,0072 x + 49,704
50 – 49,704 = 0,0072
0,296 = 0,0072 x
x = 41,111 µg/mL
b. Perhitungan IC50 Vitamin C
y = 4,3225x + 30,37
50 – 30,37 = 4,3225
19,63 = 4,3225x
x = 4,541 µg/mL
61
Lampiran 12. Gambar
Gambar 5. Daun awar-awar (Ficus septica Burm)
a b
Gambar 6. Hasil uji pendahuluan aktivitas antioksidan ektrak n-Heksan,
etil asetat dan etanol 96% secara KLT
62
Keterangan:
a : Penampakan noda yang dielusi dengan eluen H:E (5:1)
b : Penampakan noda setelah disemprot dengan larutan DPPH
a b
c
Gambar 7. Hasil Fraksinasi ekstrak n-Heksan daun awar-awar (Ficus
septica Burm) dengan eluen H:E (7:1)
Keterangan:
a : Penampakan noda pada UV 254
b : Penampakan noda pada UV 366
c : Penampakan noda setelah disemprotkan H2SO4
63
a b
Gambar 8. Hasil noda penggabungan fraksi-fraksi dari fraksinasi ekstrak
n-Heksan daun awar-awar (Ficus septica Burm)
Keterangan:
a : Penampakan noda yang dielusi dengan eluen H:E (7:1)
b : Penampakan noda setelah disemprot dengan larutan DPPH
Gambar 9. Alat Spektrofotometri UV-VIS
64
Gambar 10. Absorbansi panjang gelombang maksimum ( maks)
65
BIODATA PENULIS
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Besse Dasriah Rivai dilahirkan di Manado Sulawesi
utara pada tanggal 22 juli 1996, anak tunggal dari pasangan
Drs. Muhammad Rivai dan Andi wahda. Penulis mengawali
pendidikannya di madrasah iftidaiyyah di Manado sampai
kelas 3 kemudian pindah ke SD negeri 8 Parepare. Setelah
tamat SD, lanjut ke MTS Pondok pesantren DDI Lil-Banat
Parepare dan setelah tamat penulis melanjutkan pendidikannya di MA Negeri 1
Parepare. Dan sekarang penulis menempuh program sarjana Farmasi di Universitas
Islam negeri Alauddin makassar, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Sewaktu bersekolah penulis selalu mengikuti lomba-lomba seperti olimpiade
akademik salah satunya setingkat wilayah seajatappareng dan juga antara SMA
sederajat dan banyak lagi. Dan juga penulis selalu berprestasi yang baik pada bidang
akademik dan lainnya pada masa MTS dan MAN, saat MAN penulis masuk dalam
organisasi OSIS menjabat sebagai sekertaris. Ia juga aktif mengikuti lomba paduan
suara, shalawat badar dan lain-lain.