Post on 21-Feb-2018
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEM PADA PASIEN
GAGAL GINJAL KRONIK DI RUMAH SAKIT
PELABUHAN JAKARTA UTARA
SKRIPSI
AGUNG PRAKOSO TRISNA
NIM: 1111102000078
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
OKTOBER 2015
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEM PADA PASIEN
GAGAL GINJAL KRONIK DI RUMAH SAKIT
PELABUHAN JAKARTA UTARA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
AGUNG PRAKOSO TRISNA
NIM: 1111102000078
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
OKTOBER 2015
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan
semua sumber yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama : Agung Prakoso Trisa
NIM : 111110200078
Tanda Tangan :
Tanggal : 20 Oktober 2015
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta iii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta iv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta v
ABSTRAK
Nama : Agung Prakoso Trisa
NIM : 1111102000078
Program Studi : Strata-1 Farmasi
Judul Skripsi : Evaluasi Drug Related Problems Kategori Penyesuaian
Dosis Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit
Pelabuhan Jakarta Utara
DRP (Drug Related Problems) didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang
tidak diinginkan atau risiko yang dialami oleh pasien, yang melibatkan atau
diduga melibatkan terapi obat. Terjadinya DRP dapat mencegah atau menunda
pasien dari pencapaian terapi yang diinginkan. Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronik)
menerima berbagai agen obat terapi, terlebih untuk pasien yang sudah
berkomplikasi penyakitnya. Hal ini menyebabkan tingginya resiko terjadinya
DRP. Salah satu masalah DRP yang paling penting pada pasien penyakit ginjal
kronis (GGK) adalah kesalahan dosis obat. Banyak obat dan metabolitnya yang
dieliminasi melalui ginjal. Dengan demikian, fungsi ginjal yang memadai penting
untuk menghindari toksisitas. Pasien dengan gangguan ginjal sering memiliki
perubahan dalam parameter farmakokinetik dan farmakodinamik. Oleh karena itu,
pertimbangan khusus harus diambil ketika obat ini diresepkan untuk pasien
dengan gangguan fungsi ginjal. Penelitian DRP kategori penyesuaian dosis masih
jarang dilakukan, karena itu penelitian ini bertujuan untuk menilai seberapa besar
angka kejadian DRP kategori dosis yang terjadi. Penelitian menggunakan desain
cross sectional dengan pendekatan retrospektif terhadap 26 pasien rawat inap RS
Pelabuhan Jakarta Utara yang mengalami GGK pada tahun 2014. Dari hasil
didapatkan terdapat 9 pasien (34,62 %) yang mengalami DRP dosis dibawah
terapi, presentase tertinggi didapat pada obat Aminefront sebanyak 5 kejadian
(45,46 %). Lalu terdapat 22 pasien (84,62 %) yang mengalami DRP dosis diatas
terapi, presentase tertinggi didapat pada obat Vometa (Domperidone) sebanyak 9
kejadian (21,43 %). Hasil didapatkan bahwa DRP kategori dosis diatas terapi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta vi
terjadi lebih dari 50 %, hal ini dapat dijadikan perhatian dan evaluasi kedepannya
bagi Rumah Sakit.
Kata kunci : DRPs, Gagal Ginjal Kronik, Penyesuaian Dosis, RS Pelabuhan
Jakarta Utara
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta vii
ABSTRACT
Name : Agung Prakoso Trisa
NIM : 1111102000078
Study Program : Strate-1 Pharmacy
Title : Evaluation of Drug Related Problems Category
Adjusment Dose with Chronic Kidney Disease Patients
at Pelabuhan Hospital of North Jakarta
DRPs (Drug Related Problems) are defined as an undesirable occurrence
or risk that underwent by patient, involving or allegedly involving therapeutic
drugs. DRPs could prevent or delay patients outcome. Patients with CKD
(Chronic Kidney Disease) receives multi therapeutic drugs, especially for patients
who have complicated disease. One of the most important DRPs in patients with
CKD is medication errors. Many medications and their metabolites are eliminated
through the kidney. Thus, adequate renal function is important to avoid toxicity.
Patients with renal impairment often have alterations in their pharmacokinetic and
pharmacodynamic parameters. Therefore, special consideration should be taken
when these drugs are prescribed to patients with impaired renal function. Study of
DRPs category adjusment dose is still rare, accordingly this study aims to evaluate
precentage of DRP category adjusment dose that occurs. This study used cross
sectional design with retrospective towards 26 hospitalized patients at Pelabuhan
Hospital of North Jakarta with CKD in 2014. The results figured that 9 patients
(34,62 %) with DRP under dosage, the highest precentage of the drugs goes to
Aminefront with 5 cases (45,46 %). And then figured that 22 patients (84,62 %)
with DRP over dosage, the highest precentage goes to Vometa (Domperidone)
with 9 cases (21,43 %). The results showed that DRP over dosage occur more
than 50 %, this case can be used for attention and evaluation for the future of
Hospital.
Keywords : DRPs, Chronic Kidney Disease, Adjusment Dose, Pelabuhan
Hospital of North Jakarta
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan segala
rahmat-nya kepada kita semua. Khususnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Evaluasi Drug Related Problem Kategori Penyesuaian Dosis pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara” ini.
Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammada SAW, yang merupakan suri tauladan bagi kita semua.
Skripsi ini disusun dari hasil penelitian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Pelabuhan Jakarta Utara. Dalam proses penyususnan skripsi dan dalam
menyelesaikan masa perkuliahan tentu banyak berbagai halangan serta kesulitan
yang menyertai, sehingga penuli tidak terlepas dari do’a, dorongan, bantuan dan
bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu, izinkan penulis untuk
menghaturkan ucapkan terimakasih yang mendalam kepada :
1. Bapak Yardi, PhD., Apt sebagai Pembimbing I dan selaku Ketua Program Studi
Farmasi UIN, Bu Isti Qomarsih, S.Si, MARS.,Apt. sebagai Pembimbing II, Bu
Vidia Anwar, S.Si.,Apt. sebagai pembimbing lapangan yang telah memberikan
ilmu, waktu, tenaga, nasihat, serta arahan selama penelitian dan penulisan skripsi
ini.
2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Haddad Triyono dan Ibunda Monalisa Sjarif
yang selalu iklas tanpa pamrih membeikan kasih sayang, dukungan moral,
material, nasihat-nasihat, serta lantunan doa disetiap waktu.
4. Kakakku tersayang Rhealina Trisa yang selalu memberi dukungan do’a dan
moral.
5. Ibu Nelly Suryani, PhD., M.Si., Apt selaku Sekretaris Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Dr. Delina Hasan, M.Kes, Apt selaku Penasehat Akademik yang Selalu
Membimbing Penulisan.
7. Rekan terbaikku Ayu Diah Gunardi yang selalu membantu, mengingatkan dan
memotivasi hingga sekarang.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ix
8. Teman – teman bermain D8 (Dhenny, Acad, Rifqi, Monic, Mufidah, Puspita, dan
Nanda) atas kebersamaan dan kesenangannya.
9. Teman sepenelitianku Inten Novita terimakasih atas motivasinya sejak awal
hingga akhir penyelesaian skripsi ini.
10. Teman – teman bermain (Cokers Farmasi) yang tidak pernah menolak jika
diminta bantuan.
11. Bapak dan ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan bimbingan
dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
12. Ibu dan bapak seluruh pegawai RS Pelabuhan Jakarta Utara yang telah
memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian.
13. Teman-teman program studi Farmasi khususnya 2011.
14. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan
penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah
SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan ini, oleh
karena itu keritik dan saran sangat diharpkan demi perbaikan skripsi ini. Dan semoga
skripsi ini bisa bermanfaat nagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, Oktober 2015
Penulis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta x
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Agung Prakoso Trisa
NIM : 1111102000078
Program Studi : Strata-1 Farmasi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Jenis Karya : Skripsi
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya
ilmiah saya dengan judul :
Evaluasi Drug Related Problems Kategori Penyesuaian Dosis Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Utara.
untuk dipublikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Ciputat
Pada Tanggal : Oktober 2015
Yang menyatakan,
(Agung Prakoso Trisa)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN ORSINILITAS ............................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
ABSTRAK .......................................................................................................v
ABSTRACT ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .........................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................3
1.3 Pertanyaan Penelitian ......................................................................4
1.4 Tujuan Penelituan ............................................................................4
1.4.1 Tujuan Umum .......................................................................4
1.4.2 Tujuan Khusus.......................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian ...........................................................................4
1.5.1 Teoritis ..................................................................................4
1.5.2 Metodologi ............................................................................4
1.5.3 Aplikatif ................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................5
2.1 Drug Related Problems (DRPs) ......................................................5
2.2 Ginjal ...............................................................................................6
2.2.1 Anatomi dan Fisiologi Ginjal ................................................7
2.2.1.1 Anatomi Ginjal .........................................................7
2.2.1.2 Struktur Makroskopik Ginjal ....................................8
2.2.1.3 Struktur Mikroskopik Ginjal .....................................8
2.2.1.4 Fisiologi Ginkal ......................................................10
2.2.2 Penilaian Fungsi Ginjal .......................................................12
2.2.2.1 Persamaan Cockcroft-Gault ....................................12
2.2.2.2 Persamaan MDRD ..................................................13
2.3 Definisi Gagal Ginjal Kronik ........................................................14
2.3.1 Etilogi Gagal Ginjal Kronik ................................................15
2.3.2 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik ..........................................16
2.3.2.1 Kategori Penyebab ..................................................16
2.3.2.2 Kategori GFR ..........................................................17
2.3.2.3 Kategori Albuminuria .............................................18
2.3.3 Patofisiologi Gagal Ginjal ...................................................19
2.3.3.1 Protokol Pasien Gagal Ginjal Kronik .....................20
2.3.3.2 Pengobatan Progresi dengan Modifikasi Terapi .....21
2.3.4 Terapi Pengganti Ginjal ......................................................28
2.3.4.1 Hemodialisis ...........................................................28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta xii
2.3.4.2 Jenis-Jenis Hemodializer ........................................29
2.3.4.3 Dialisis Peritonoal ...................................................31
2.3.4.4 Transplatasi Ginjal ..................................................31
2.4 Rumah Sakit ..................................................................................31
2.4.1 Pelayanan Farmasi Klinik Di Rumah Sakit.........................33
2.5 Rekam Medik ................................................................................34
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................36
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................36
3.1.1 Tempat Penelitian ................................................................36
3.1.2 Waktu Penelitian .................................................................36
3.2 Desain Penelitian ........................................................................36
3.3 Kerangka Konsep ........................................................................37
3.4 Definisi Operasional ...................................................................38
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................42
3.5.1 Populasi ...............................................................................42
3.5.2 Sampel .................................................................................42
3.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Penelitian .....................................42
3.6.1 Kriteria Inklusi Sample .......................................................42
3.6.2 Kriteria Ekslusi Sampel .......................................................43
3.7 Prosedur Penelitaian....................................................................43
3.7.1 Bagan Alur Penelitian .........................................................43
3.7.2 Persiapan Penelitan .............................................................43
3.7.3 Pelaksanaan Pengumpulan Data..........................................44
3.7.3.1 Penelusuran Dokumen ............................................44
3.7.4 Manajemen Data .................................................................44
3.7.5 Pengolahan Data ..................................................................44
3.8 Analisa Data ................................................................................45
3.8.1 Analisa Univariat.................................................................44
BAB 4 HASIL DSN PEMBAHASAN ..........................................................46
4.1 Hasil Penelitian ..........................................................................46
4.1.1 Karakteristik Pasien.............................................................46
4.1.2 Profil Penggunaan Obat ......................................................48
4.1.2.1 Profil Penggunaan Obat Injeksi ..............................48
4.1.2.2 Profil Penggunaan Obat Oral ..................................49
4.1.3 DRPs Kategori Dosis Dibawah Dosis Terapi .....................50
4.1.3 DRPs Kategori Dosis Diatas Dosis Terapi ..........................51
4.2 Pembahasan ................................................................................53
4.2.1 Karakteristik Pasien.............................................................53
4.2.2 Profil Penggunaan Obat ......................................................55
4.2.3 DRPs Kategori Dosis Dibawah Dosis Terapi .....................60
4.2.4 DRPs Kategori Dosis Diatas Dosis Terapi ..........................61
4.3 Keterbatasan Penelitian ...............................................................63
4.3.1 Kendala ...............................................................................63
4.3.2 Kelemahan ...........................................................................63
4.3.3 Kekutan ...............................................................................64
BAB 5 KESIMPULAN .................................................................................65
5.1 Kesimpulan .................................................................................65
5.2 Saran ...........................................................................................65
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta xiii
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................66
LAMPIRAN ...................................................................................................70
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Ginjal Tampak Depan ...............................................7
Gambar 2.2 Struktur Ginjal ........................................................................10
Gambar 2.3 Mekanisme Progresi Gangguan Gagal Ginjal Kronik .........20
Gambar 2.4 Strategi Pengobatan Untuk Mencegah Gagal Ginjal
Kronik Pada Pasien Diabetes..................................................25
Gambar 2.5 Strategi Pengobatan Untuk Mencegah Gagal Ginjal
Kronik Pada Pasien Non Diabetes .........................................26
Gambar 2.6 Algoritma Manajemen Hipertensi Untuk Pasien GGK .......27
Gambar 2.7 Mesin Dialisis Nipro ................................................................29
Gambar 2.8 Mesin Dialisis Fresenieus ........................................................30
Gambar 2.9 Mesin Dialisis Nikisso .............................................................30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta xv
DAFTARTABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi GGK Kategori Penyebab .........................................16
Tabel 2.2 Klasifikasi GGK Kategori Albuminuria........................................18
Tabel 3.1 Definisi Operasional ......................................................................38
Tabel 4.1 Distribusi Pasien Berdasarkan Karakteristik ..........................46
Tabel 4.2 Distribusi Penyakit Penyerta Pada Pasin GGK .......................46
Tabel 4.3 Presentase Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Profil
Penggunaan Obat Injeksi ..........................................................48
Tabel 4.4 Presentase Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Profil
Penggunaan Obat Oral ..............................................................49
Tabel 4.5 Presentase Prevalensi Dosis Dibawah Dosis Terapi
Berdasarkan Jumlah Pasien yang Mengalaminya ..................50
Tabel 4.6 Presentase Distribusi Jumlah Dosis Dibawah Dosis Terapi ....50
Tabel 4.7 Presentase Prevalensi Dosis Diatas Dosis Terapi
Berdasarkan Jumlah Pasien yang Mengalaminya ..................50
Tabel 4.6 Presentase Distribusi Jumlah Dosisi Diatas Dosis Terapi ......50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta xvi
DAFTARLAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 ...................................................................................................70
Lampiran 2 ...................................................................................................72
Lampiran 3 ....................................................................................................75
Lampiran 4 ..................................................................................................108
Lampiran 5 .................................................................................................124
Lampiran 6 .................................................................................................141
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta xvii
DAFTAR SINGKATAN
CAD : Coronary Artery Disease
CHF : Congestive Heart Failure
CKD : Chronic Kidney Disease
Clcr : Clearance Creatinine
DM : Diabetes Melitus
DRP : Drug Related Problem
ESRD : End Stage of Renal Disease
GERD : Gastroesophagel Reflux Disease
GFR : Glomerulus Filtration Rate
GGK : Gagal Ginjal Kronik
HHD : Hypertention Heart Disease
HT : Hypertension
LFG : Laju Filtrasi Glomerulus
TBC : Tubercolusis
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang bersifat
progresif dan irreversibel. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah.
Kerusakan ginjal ini mengakibatkan masalah pada kemampuan dan kekuatan
tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi mudah lelah dan
lemas sehingga kualitas hidup pasien menurun (Brunner & Suddarth, 2001).
Didefinisikan sebagai gagal ginjal kronik jika pernah didiagnosis menderita
penyakit gagal ginjal kronik (minimal sakit selama 3 bulan berturut-turut) oleh
dokter. (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan riset kesehatan Kementerian Kesehatan 2013, prevalensi gagal
ginjal kronik berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,2 persen.
Prevalensi tertinggi di Sulawesi Tengah sebesar 0,5 persen, diikuti Aceh,
Gorontalo, dan Sulawesi Utara masing-masing 0,4 persen. Sementara Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, dan Jawa Timur masing – masing 0,3 persen. (Riskesdas, 2013)
Gagal ginjal kronik ini berdasarkan wawancara yang didiagnosis dokter
meningkat seiring dengan bertambahnya umur, meningkat tajam pada kelompok
umur 35-44 tahun (0,3%), diikuti umur 45-54 tahun (0,4%), dan umur 55-74 tahun
(0,5%), tertinggi pada kelompok umur ≥75 tahun (0,6%). Prevalensi pada laki-laki
(0,3%) lebih tinggi dari perempuan (0,2%), prevalensi lebih tinggi pada
masyarakat perdesaan (0,3%), tidak bersekolah (0,4%), pekerjaan wiraswasta,
petani/nelayan/buruh (0,3%), dan kuintil indeks kepemilikan terbawah dan
menengah bawah masing-masing 0,3 persen. (Riskesdas, 2013). Dari data yang
dikumpulkan oleh Indonesian Renal Registry (IRR) pada tahun 2007-2008
didapatkan urutan etiologi terbanyak sebagai berikut glomerulonefritis (25%),
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
diabetes melitus (23%), hipertensi (20%) dan ginjal polikistik (10%) (Roesli,
2008).
Gagal Ginjal dapat disebabkan beberapa faktor, beberapa diantara yaitu
usia, menurunnya masa ginjal, diabetes, hipertensi, dan beberapa penyakit lainnya
(Dipiro 6th). Ditambah lagi untuk pasien yang sudah berkomplikasi penyakitnya,
pasti membutuhkan obat terapi yang cukup banyak untuk mengatasi gejala
penyakitnya. Semakin banyak obat terapi yang digunakan pastinya akan
menimbulkan potensi adanya Drug Related Problems pada proses pengobatannya.
DRP (Drug Related Problems) didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang
tidak diinginkan atau risiko yang dialami oleh pasien, yang melibatkan atau
diduga melibatkan terapi obat (Strand et al., 1990). Terjadinya DRP dapat
mencegah atau menunda pasien dari pencapaian terapi yang diinginkan. Sebuah
DRP sebenarnya adalah peristiwa yang telah terjadi pada pasien, sedangkan DRP
potensial adalah suatu peristiwa yang mungkin sekali terjadi jika apoteker tidak
melakukan intervensi yang tepat (Nurhalimah, 2012).
Menurut Yahaya Hassan dkk. (2009), salah satu masalah DRP yang paling
penting pada pasien penyakit ginjal kronis (GGK) adalah kesalahan dosis obat.
Banyak obat dan metabolitnya yang dieliminasi melalui ginjal. Dengan demikian,
fungsi ginjal yang memadai penting untuk menghindari toksisitas. Pasien dengan
gangguan ginjal sering memiliki perubahan dalam parameter farmakokinetik dan
farmakodinamik. Oleh karena itu, pertimbangan khusus harus diambil ketika obat
ini diresepkan untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Meskipun pentingnya
penyesuaian dosis pada pasien dengan CKD, penyesuaian tersebut kadang-kadang
diabaikan.
Stephanie et.al (2010), menemukan intervensi farmasi yang bersangkutan
dengan DRP indikasi tidak diobati (30%), dosis terlalu rendah (25,9%) dan dosis
terlalu tinggi (18,3%), pada pasien GGK di RS Universitas Grenoble. Hasil
penelitian Nurhalimah (2012) di RSUD dr MM Dunda Limboto, menunjukkan
bahwa ketidaksesuaian dosis pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani tahap
hemodialisis, secara umum jumlah obat terdiri dari 84 kasus terapi obat yang 24
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(28,75%) diantaranya mengalami DRPs. Jumlah obat yang secara rutin diresepkan
untuk 7 pasien (sebagai subyek penelitian) terdapat 3 jenis obat, 2 obat mengalami
DRPs kategori tidak tepat dosis yaitu Allupurinol (85,71%) dan Nephrovit Fe
(14,28%).
Apoteker memegang peranan penting dalam peningkatan mutu pelayanan
kesehatan yang berorientasi. Sebagai seorang apoteker, peningkatan mutu
pelayanan ini dapat dilakukan melalui suatu proses pelayanan kefarmasian
(pharmaceutical care), yaitu merupakan suatu kegiatan yang terpadu dengan
tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan
masalah yang berhubungan dengan kesehatan (Anonim, 2004). Oleh karena itu,
peran seorang apoteker sangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan dan
pemberian terapi yang tepat, sehingga tidak menimbulkan Drug Related Problems
(DRPs). Dengan demikian diperlukan penelitian tentang keberhasilan
penatalaksanaan terapi obat melalui evaluasi DRPs untuk pasien gagal ginjal.
Berdasarkan paparan diatas, menunjukan bahwa pentingnya pemilihan obat
terutama pada pasien gagal ginjal kronik untuk menghindari atau menurunkan
angka terjadinya DRPs khususnya pada kategori penyesuaian dosis, sehingga
diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas layanan di Rumah Sakit
Pelabuhan Jakarta Utara agar tercapai suatu keberhasilan terapi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah yang
akan menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini :
1. Salah satu penyebab terjadinya Gagal Ginjal Kronik adalah penyakit
penyerta yang menunjang terjadinya penyakit Ginjal.
2. Banyaknya penyakit penyerta menyebabkan terjadinya pengobatan yang
kompleks
3. Pengobatan yang kompleks dapat menyebabkan terjadinya DRPs.
4. Salah satu DRPs yang paling penting pada pasien GGK adalah
kesalahan dosis obat.
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.3 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana DRPs kategori penyesuaian dosis pada pasien Gagal Ginjal
Kronik di Instalasi Rawat Inap RS Pelabuhan Jakarta Utara pada tahun 2014, yang
ditinjau dari :
1. Dosis terlalu rendah (under dosage) ?
2. Dosis terlalu tinggi (over dosage) ?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah, untuk mengideintifikasi DRPs kategori
penyesuaian dosis pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang di Rawat Inap di Rumah
Sakit Pelabuhan Jakarta Utara periode tahun 2014.
1.4.2 Tujuan Khusus
Mengetahui DRPs pada pengobatan pasien Gagal Ginjal Kronik yang
mendapat terapi obat di Instalasi Rawat Inap RS Pelabuhan Jakarta Utara periode
Januari-Juni 2014 yang ditinjau dari :
a. Dosis terlalu rendah (under dosage)
b. Dosis terlalu tinggi (over dosage)
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan, bagaimana cara mengevaluasi DRPs kategori penyesuaian dosis
pada pasien Gagal Ginjal Kronik di RS Pelabuhan
1.5.2 Metodologi
Metode dalam penelitian ini dapat digunakan untuk mengevaluasi DRPs
kategori penyesuaian dosis pada pasien Gagal Ginjal Kronik.
1.5.3 Aplikatif
Secara aplikatif hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu bahan
pertimbangan ataupun informasi bagi dokter, apoteker dan tenaga kesehatan
lainnya dalam pemberian dosis obat pada pasien GGK di RS Pelabuhan.
5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Drug Related Problems (DRPs)
Drug Related Probems (DRPs) merupakan peristiwa yang tidak diinginkan
yang dialami pasien yang memerlukan atau diduga memerlukan terapi obat dan
berkaitan dengan tercapainya tujuan terapi yang diinginkan. Identifikasi DRPs
menjadi fokus penilaian dan pengambilan keputusan terakhir dalam tahap proses
patient care (Cippole, Strand, Morley, 2004). Drug Related Problems (DRPs)
sering disebut juga Drug Therapy Problems atau masalah-masalah yang
berhubungan dengan obat. Kejadian DRPs ini menjadi masalah aktual maupun
potensial yang kental dibicarakan dalam hubungan antara farmasi dengan dokter.
Yang dimaksud dengan masalah aktual DRPs adalah masalah yang sudah terjadi
pada pasien dan farmasis harus berusaha menyelesaikannya. Masalah DRPs yang
potensial adalah suatu masalah yang mungkin menjadi risiko yang dapat
berkembang pada pasien jika farmasi tidak melakukan tindakan untuk mencegah
(Rovers, 2003). Jika DRPs aktual terjadi, farmasi sebaiknya mengambil suatu
tindakan untuk memecahkan masalah yang terjadi. Bila DRPs potensial terjadi
maka farmasis sebaiknya mengambil tindakan seperlunya saja untuk mencegah
masalah-masalah yang akan muncul (Roverse, 2003).Mengetahui hal tersebut
maka seorang farmasis memegang peran penting dalam mencegah maupun
mengendalikan masalah tersebut.
Ada beberapa hal yang termasuk dalam kategori penyebab timbulnya
permasalahan yang berhubungan dengan DRPs kategori ketidaktepatan
penyesuaian dosis (Cippole dkk, 2004).
1. Dosis terlalu rendah ( too low dosage)
Penyebab terjadinya ialah dosis terlalu rendah untuk menghasilkan respon
yang diinginkan, interaksi obat mengurangi jumlah ketersediaan obat yang
aktif, durasi obat terlalu singkat untuk menghasilkan respon yang
diinginkan, pemilihan obat, dosis, rute pemberian dan sediaan obat tidak
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tepat. Penyebab dosis rendah, seperti frekuensi pemberian dosis yang tidak
sesuai, jarak dan waktu pemberian terapi obat terlalu singkat,
penyimpanan obat yang tidak sesuai (misalnya, menyimpan obat di tempat
yang terlalu panas atau lembab, menyebabkan degradasi bentuk sediaan
dan dosis subterapi), pemberian obat yang tidak sesuai, dan interaksi obat
(Mahmoud, 2008).
2. Dosis terlalu tinggi (too high dosage)
Hal ini terjadi ketika dosis yang diberikan terlalu tinggi untuk memberikan
efek, dosis obat dinaikkan cepat, frekuensi pemberian, durasi terapi, cara
pemberian obat pada pasien yang tidak tepat, dan konsentrasi obat diatas
kisaran terapi (Strand, et al, 1998). Seorang pasien yang menerima dosis
obat yang terlalu tinggi dan mengalami efek toksik yang tergantung dosis
atau konsentrasi menunjukkan pasien mengalami DRPs (Cippole et.al
1998). Pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal, kemampuan ginjal
untuk menghilangkan obat-obatan dan metabolitnya menurun, yang
akhirnya menyebabkan akumulasi obat dan produk-produk beracun di
ginjal. Misalnya, jika dosis prokainamid tidak disesuaikan untuk pasien
dengan compromised-fungsi ginjal, N-acetylprocainamide dapat
terakumulasi dalam ginjal (Mahmoud, 2008).
3. Interaksi obat
Interaksi obat merupakan hasil interaksi dari obat dengan obat, obat
dengan makanan dan obat dengan laboratorium. Hal ini dapat terjadi pada
pasien yang menerima obat dari kelas farmakologis yang berbeda serta
dalam kelas farmakologis yang sama (Mahmoud, 2008).
2.2 Ginjal
Ginjal adalah suatu organ yang secara struktural kompleks dan telah
berkembang untuk melaksanakan sejumlah fungsi penting, seperti : ekskresi
produk sisa metabolisme, pengendalian air dan garam, pemeliharaan
keseimbangan asam yang sesuai, dan sekresi berbagai hormon dan autokoid.
(Julianti Aisyah, 2009)
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2.1 Anatomi & Fisiologi Ginjal
2.2.1.1 Anatomi Ginjal
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua
sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal
kiri karena tertekan kebawah oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi iga
keduabelas, sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas.
(Julianti Aisyah, 2009)
Gambar 2.1 Anatomi Ginjal Tampak Depan
[Sumber : Adam.com]
Ginjal terletak di bagian belakang abdomen atas, di belakang peritoneum,
di depan dua iga terakhir, dan tiga otot besar-transversus abdominis, kuadratus
lumborum, dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh
bantalan lemak yang tebal. Ginjal terlindung dengan baik dari trauma langsung,
disebelah posterior (atas) dilindungi oleh iga dan otot-otot yang meliputi iga,
sedangkan di anterior (bawah) dilindungi oleh bantalan usus yang tebal Ginjal
kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, dan duodenum, sedangkan ginjal kiri
dikelilingi oleh lien, lambung, pankreas, jejunum dan kolon. Struktur Ginjal
terdiri atas: (Julianti Aisyah, 2009)
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2.1.2 Struktur Makroskopik Ginjal
Pada orang dewasa , panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7
hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan beratnya
sekitar 150 gram. Secara anatomik ginjal terbagi dalam dua bagian, yaitu korteks
dan medula ginjal. Ginjal terdiri darai bagian dalam (medula) dan luar (korteks).
1. Bagian dalam (internal) medula. Substansia medularis terdiri dari piramid
renalis yang jumlahnya antara 18-16 buah yang mempunyai basis
sepanjang ginjal, sedangkan apeksnya mengahadap ke sinus renalis.
Mengandung bagian tubulus yang lurus, ansa henle, vasa rekta dan diktus
koligens terminal.
2. Bagian luar (eksternal) korteks. Substansia kortekalis berwarna coklat
merah, konsistensi lunak dan bergranula. Substansia ini tepat dibawah
tunika fibrosa, melengkung sapanjang basis piramid yang berdekatan
dengan garis sinus renalis, dan bagian dalam diantara piramid dinamakan
kolumna renalis. Mengandung glomerulus, tubulus proksimal dan distal
yang berkelok-kelok dan duktus koligens.
2.2.1.3 Struktur Mikroskopik Ginjal
1. Nefron
Tiap tubulus ginjal dan glomerolusnya membentuk satu kesatuan (nefron).
Ukuran ginjal terutama ditentukan oleh jumlah nefron yang
membentuknya. Tiap ginjal manusia memiliki kira-kira 1.3 juta nefron.
Setiap nefron bisa membentuk urin sendiri. Karena itu fungsi satu nefron
dapat menerangkan fungsi ginjal.
2. Glomerulus
Setiap nefron pada ginjal berawal dari berkas kapiler yang disebut
glomerulus, yang terletak didalam korteks, bagian terluar dari ginjal.
Tekanan darah mendorong sekitar 120 ml plasma darah melalui dinding
kapiler glomerular setiap menit. Plasma yang tersaring masuk ke dalam
tubulus. Sel-sel darah dan protein yang besar dalam plasma terlalu besar
untuk dapat melewati dinding dan tertinggal.
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Tubulus kontortus proksimal
Berbentuk seperti koil longgar berfungsi menerima cairan yang telah
disaring oleh glomerulus melalui kapsula bowman. Sebagian besar dari
filtrat glomerulus diserap kembali ke dalam aliran darah melalui kapiler-
kapiler sekitar tubulus kotortus proksimal. Panjang 15 mm dan diameter
55 μm.
4. Ansa henle
Berbentuk seperti penjepit rambut yang merupakan bagian dari nefron
ginjal dimana, tubulus menurun kedalam medula, bagian dalam ginjal, dan
kemudian naik kembali kebagian korteks dan membentuk ansa. Total
panjang ansa henle 2-14 mm.
5. Tubulus kontortus distalis
Merupakan tangkai yang naik dari ansa henle mengarah pada koil longgar
kedua. Penyesuaian yang sangat baik terhadap komposisi urin dibuat pada
tubulus kontortus. Hanya sekitar 15% dari filtrat glomerulus (sekitar 20
ml/menit) mencapai tubulus distal, sisanya telah diserap kembali dalam
tubulus proksimal.
6. Duktus koligen medula
Merupakan saluran yang secara metabolik tidak aktif. Pengaturan secara
halus dari ekskresi natrium urin terjadi disini. Duktus ini memiliki
kemampuan mereabsorbsi dan mensekresi kalsium
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.2 Struktur Ginjal
[Sumber : medicalartlibrary.com]
2.2.1.4 Fisiologi Ginjal
Fungsi ginjal menurut Price dan Wilson (2006) di bedakan menjadi dua
yaitu fungsi eksresi dan non ekskresi, antara lain:
a. Fungsi ekskresi
1. Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 osmol dengan
mengubah-ubah ekskresi air.
2. Mempertahankan volume ECF dan tekanan darah dengan
mengubah-ubah ekskresi Na+.
3. Mempertahankan konsentrasi plasma masing-masing elektrolit
individu dalam rentang normal.
4. Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan
kelebihan H+ dan membentuk kembali HCO3
-.
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Mengekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein
(terutama urea, asam urat dan kreatinin).
6. Bekerja sebagai jalur ekskretori untuk sebagian besar obat.
b. Fungsi non ekskresi
1. Menghasilkan renin: penting dalam pengaturan tekanan darah.
2. Menghasilkan eritropoetin: meransang produksi sel darah merah
oleh sumsum tulang.
3. Menghasilkan 1,25-dihidroksivitamin D3: hidroksilasi akhir
vitamin D3menjadi bentuk yang paling kuat.
4. Mengaktifkan prostaglandin: sebagian besar adalah vasodilator,
bekerja secara lokal, dan melindungi dari kerusakan iskemik ginjal.
5. Mengaktifkan degradasi hormon polipeptida.
6. Mengaktifkan insulin, glukagon, parathormon, prolaktin, hormon
pertumbuhan, ADH, dan hormon gastrointestinal (gastrin,
polipeptida intestinal vasoaktif (VIP).
Proses pembentukan urine menurut Syaifuddin (2006), glomerulus
berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai bowman, berfungsi untuk menampung
hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali
zat-zat yang sudah disaring pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala
ginjal berlanjut ke ureter.
Urin berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk ke dalam ginjal,
darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah.
Ada tiga tahap pembentukan urin:
a. Proses filtrasi
Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferen Lebih
besar dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan
sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan
yang tersaring ditampung oleh simpai Bowman yang terdiri dari glukosa,
air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, yang diteruskan ke tubulus
ginjal.
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Proses reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa,
natrium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif
yang dikenal dengan obligator reabsorbsi terjadi pada tubulus atas.
Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan
natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan akan diserap kembali ke
dalam tubulus bagian bawah. Penyerapanya terjadi secara aktif dikenal
dengan reabsorbsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papila renalis.
c. Proses sekresi
Sisanya penyerapan urine kembali yang pada tubulus dan diteruskan ke
piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria.
2.2.2 Penilaian Fungsi Ginjal
Estimasi laju filtrasi glomerulus (LFG) sangat penting dalam manajemen
klinis pasien dengan penyakit ginjal kronik. LFG digunakan untuk menilai
keberadaan dan tingkat fungsi ginjal dan membantu dalam melakukan
penyesuaian dosis obat diekskresi melalui ginjal. Pedoman NKF-K/DOQI
merekomendasikan modifikasi diet pada penyakit ginjal (Modification of Diet in
Renal Disease/MDRD) dan persamaan Cockcroft-Gault sebagai pengukuran yang
berguna untuk memperkirakan LFG (Levey et al., 2002). Oleh karena itu,
kreatinin serum (SCr) tidak dapat digunakan sendiri untuk menilai tingkat fungsi
ginjal karena korelasi nonlinear antara SCr dan fungsi ginjal (Mahmoud, 2008).
2.2.2.1 Persamaan Cockcroft-Gault
Persamaan Cockcroft-Gault berasal dari 249 pasien rawat inap (96% laki-
laki, rentang usia 18-92 tahun) dengan disfungsi ginjal ringan di Rumah Sakit
Queens Mary Veterans di Kanada berdasarkan pengukuran tunggal dari ClCr
(klirens kreatinin) 24 jam. Persamaan Cockcroft-Gault memberikan estimasi
kuantitatif ClCr dari SCr (Mahmoud, 2008).
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1) Persamaan Cockcroft-Gault:
Laki-laki: ClCr (ml/min) = ( ) ( )
( )
Wanita: ClCr (ml/min) = ( ) ( )
( ) x 0,85
2) Persamaan Cockcroft-Gault disesuaikan dengan Luas Permukaan Tubuh
(Body Surface Area/BSA):
Laki-laki: ClCr (ml/min) = ( ) ( )
( )
Wanita: ClCr (ml/min) = ( ) ( )
( )
Keterbatasan Persamaan Cockcroft-Gault
Persamaan Cockcroft-Gault tergantung pada SCr, yang berhubungan dengan
sekresi tubular kreatinin. Hal ini dapat mengakibatkan estimasi LFG yang terlalu
tinggi sekitar 10 – 40% pada masing-masing orang dengan fungsi ginjal yang
normal (Levey et al., 2002). Selain itu, SCr dapat dipengaruhi oleh banyak faktor
non-ginjal seperti diet (misalnya, diet vegetarian dan suplemen kreatinin), massa
tubuh (misalnya, amputasi, kekurangan gizi, kekurusan) dan terapi obat
(misalnya, simetidin dan trimetoprim). Meskipun keterbatasan ini, persamaan
Cockcroft-Gault telah banyak digunakan untuk menentukan dosis obat pada
masing-masing orang berdasarkan fungsi ginjal pada pengaturan klinis
(Mahmoud, 2008).
2.2.2.2 Persamaan MDRD
Persamaan MDRD diperkenalkan oleh Levey et al. pada tahun 1999 untuk
mengatasi keterbatasan estimasi LFG berdasarkan ClCr. Pada tahun 1999,
persamaan MDRD 6-variabel berasal dari populasi MDRD sebanyak 1.628 pasien
dengan gagal ginjal kronik tanpa diabetes (rata-rata LFG 40 ml/menit/1,73m2)
yang bersamaan memiliki pengukuran LFG menggunakan iothalamate
(Mahmoud, 2008). Persamaan ini dikembangkan menggunakan variabel pasien
termasuk usia, SCr, nitrogen urea darah (blood urea nitrogen/BUN), albumin, ras
dan jenis kelamin. Kemudian pada tahun 2000, disingkat menjadi versi 4-variabel
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dari persamaan MDRD berdasarkan hanya usia, jenis kelamin, ras dan tingkat SCr
yang diperkenalkan dan telah menjadi persamaan yang paling diterima dan
digunakan dalam pengaturan klinis rawat jalan, menggantikan persamaan MDRD
6-variabel dan persamaan Cockcroft-Gault (Mahmoud, 2008).
1) Estimasi LFG (MDRD 6-variabel)
eLFG = 170 x (SCr)–0,999
x (usia) –0,176
x (0,762 jika wanita) x (1,180 jika
orang Afrika Amerika) x (BUN) –0,170
x (Alb)+0,318
2) Estimasi LFG (MDRD 4-variabel)
eLFG = 186 x (SCr)–1,154
x (usia) –0,203
x (0,742 jika wanita) x (1,210 jika
orang Afrika Amerika)
Keterbatasan Persamaan MDRD
Estimasi LFG menggunakan persamaan MDRD mengakibatkan tidak
mempertimbangkan LFG sebenarnya pada orang sehat, donor ginjal, dan
pasien dengan DM tipe 1. Selain itu, 125I-iothalamate (LFGi) dilaporkan
lebih sesuai untuk mengukur kadar terbaru dari LFG dibandingkan dengan
persamaan MDRD pada pasien rawat inap dengan penyakit ginjal lanjut.
Persamaan MDRD belum divalidasi pada anak-anak, wanita hamil, orang
lanjut usia (> 70 tahun) atau ras selain Kaukasia dan Afrika Amerika
(Mahmoud, 2008).
2.3 Definisi Gagal Ginjal Kronik
Gagal Ginjal Kronik adalah hilangnya fungsi ginjal secara progresif
selama beberapa bulan sampai bertahun – tahun, ditandai dengan penggantian
bertahap struktur ginjal normal dengan fibrosis intertisial (DiPiro
pharmacotherapy 7th, 858). Keabnormalan struktur dan fungsi ginjal, yang
terjadi lebih dari 3 bulan dengan implikasi kesehatan. (KDIGO 2012 Clinical
Practice Guideline for Evaluation and Management of CKD).
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.1 Etiologi Gagal Ginjal Kronik
Menurut DiPiro edisi 6, ada beberapa faktor yang menyebabkam
terjadinya GGK yaitu:
1. Faktor Kerentanan (individu)
Faktor ini dapat meningkatkan penyakit ginjal tetapi tidak secara langsung,
faktor – faktor ini termasuk :
Usia lanjut
Penurunan masa ginjal, dan BB kelahiran yang rendah
Ras dan minoritas suku
Riwayat keluarga
Penghasilan rendah atau pendidikan
Inflamasi sistemik
Dislipidemia
2. Faktor Inisiasi
Adalah faktor yang menginisiasi kerusakan ginjal, dapat diatasi dengan terapi
obat. Yang termasuk faktor inisiasi adalah :
Diabetes Melitus
Hipertensi
Penyakit autoimun
Polikista ginjal
Toksisitas obat
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Faktor Progresi
Dapat mempercepat penurunan fungsi ginjal setelah inisiasi kerusakan ginjal.
Yang termasuk faktor progresi adalah :
Glikemia pada diabetes
Hipertensi
Proteinuria
Merokok
Hiperlipidemia
2.3.2 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik
Klasifikasi GGK menurut KDIGO Clinical Practice Guideline for
Evaluation and Management of CKD 2012, klasifikasi GGK dibagi menjadi 3
kategori, yaitu :
2.3.2.1 Kategori Penyebab
Tabel 2.1 Kategori Penyebab (KDIGO Clinical Practice Guideline for
Evaluation and Management of CKD, 2012)
Contoh penyakit
sistemik, yang
berpengaruh pada ginjal
Contoh gangguan primer
ginjal (tanpa ada penyakit
sistemik yang
berpengaruh pada ginjal)
Gangguan
Glomerulus
Diabetes, penyakit
autoimmun sistemik,
infeksi sistemik, obat -
obatan, neoplasia
(termasuk amyloidosis)
Difusi, fokal atau
proliferasi bulan sabit;
fokal dan
glomerusklerosis
tersegmentasi, nefropati
membran, mpenyakit yang
berganti – ganti
Gangguan
Tubulusinterstisial
Infeksi sistemik,
autoimmun,
sarkiodosis, obat -
obatan, asam urat, toxin
ISK, batu ginjal, sembelit
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
lingkungan (asam
aristolisik, sklerosis
sistemik
Gangguan Vaskular Arterosklerosis, HT,
iskemi, emboli
kolesterol, vaskulitik
sistemik, pembekuan
mikroangiopati,
sklerosis sistemik
Displasia fibromuskular,
ANCA-berhubungan
dengan vaskulitik terbaas
pada ginjal
Kista dan Penyakit
Bawaan
Polikista ginjal, sidrom
alport, penyakaait fabry
Displasia ginjal, kista
sumsum tulang belakang,
podositopati
Catatan : bahwa ada banyak cara yang berbeda di mana untuk
mengklasifikasikan CKD. Metode ini satu – satunya yang memisahkan
penyakit sistemik dan penyakit ginjal primer, yang diusulkan oleh
Kelompok Kerja, untuk membantu dalam pendekatan konseptual.
2.3.2.2 Kategori GFR (Glomerulus Filtration Rate) / LFG (Laju Filtrasi
Glomerulus)
1. Stadium 1: kerusakan ginjal dengan LFG normal atau menurun, LFG
90 ml/min/1,73 m2
2. Stadium 2: kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan, LFG 60 –
89 ml/min/1,73 m2
3. Stadium 3: penurunan LFG sedang (moderat), LFG 30 – 59
ml/min/1,73 m2
4. Stadium 4: penurunan LFG berat, LFG 15 – 29 ml/min/1,73 m2
5. Stadium 5: gagal ginjal, LFG < 15 ml/min/1,73 m2 atau dialisis
Catatan : Jika tidak menunjukan kerusakan ginjal, untuk stadium 1
dan 2 tidak memenuhi kriteria GGK (KDIGO Clinical Practice Guideline
for Evaluation and Management of CKD, 2012)
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.2.3 Kategori Albuminuria
Tabel 2.2 Menurut Albuminuria (KDIGO Clinical Practice
Guideline for Evaluation and Management of CKD, 2012)
Kategori Laju Ekskresi
Albumin
(mg/24 jam)
Rasio Albumin
Kreatinin
Kondisi
(mg/mmol)
(mg/g)
A1 <30 <3 <30 Meningkat
normal dan
perlahan
A2 30-300 3-30 30-300 Meningkat
secara
moderat*
A3 >300 >300 >300 Meningkat
dengan
parah**
Catatan : *relatif untuk tingkatan muda dan dewasa
**termasuk sindrom nefrotik (ekskresi albumin biasanya
>2200 mg/24 jam[Rasio albumin-kreatinin > 2220
mg/g;220 mg/mmol]).
Kategori albuminuria merupakan prediktor penting dari hasil.
Hubungan tingginya kadar proteinuria dengan tanda-tanda dan gejala
sindrom nefrotik sangat dikenali. Deteksi dan evaluasi kecil dari jumlah
proteinuria telah mendapatkan hasil yang signifikan. Beberapa penelitian
telah menunjukkan pentingnya diagnostik, patogen, dan prognosisnya.
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.3 Patofisiologi Gagal Ginjal
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit
yang mendasarinya. Pengurangan masa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural
dan fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya
kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth
factors. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfitrasi, yang diikuti oleh
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi
berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis
nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi
nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi (Suwitra
dalam Sudoyo, 2006).
Fungsi renal menurun menyebabkan produk akhir metabolisme protein
(yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Akibatnya
terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah, maka gejala akan semakin berat (Smeltzer dan Bare, 2002).
Retensi cairan dan natrium akibat dari penurunan fungsi ginjal dapat
mengakibatkan edema, gagal jantung kongestif/ CHF, dan hipertensi. Hipertensi
juga dapat terjadi karena aktivitas aksis renin angiotensin dan kerjasama keduanya
meningkatkan sekresi aldosteron. CKD juga menyebabkan asidosis metabolik
yang terjadi akibat ginjal tidak mampu mensekresi asam (H-) yang berlebihan.
Asidosis 19 metabolik juga terjadi akibat tubulus ginjal tidak mampu mensekresi
ammonia (NH3-) dan mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3).
Pada stadium paling dini penyakit GGK, terjadi kehilangan daya cadangan
ginjal (ranal reserve), pada keadaan mana basal Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)
masih normal. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi
nefron, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kretinin serum. Sampai
pada LFG sebesar 60%, pasien belum menunjukkan keluhan (asimtomatik), tetapi
sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG 30%,
mulai terjadi keluhan pasien seperti nokturia, badan lemah, nafsu makan
berkurang, penurunan berat badan. Sampai pada LFG di bawah 30%, pasien
memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang sangat nyata seperti, anemia,
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, mual
muntah dan lain sebagainya. Pada LFG dibawah 15% akan terjadi gejala dan
komplikasi yang lebih serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti
ginjal antara lain dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2006).
2.3.3.1 Protokol Pasien Gagal Ginjal Kronik
Gambar 2.3 Mekanisme Progresi Gangguan Gagal Ginjal Kronik
Perkembangan dan progresi GGK tersembunyi. Pasien dengan
stadium 1 dan 2 biasanya tidak mempunyai gejala atau ketidak seimbangan
cairan metabolik yang terlihat pada stadium 3 sampai 5, seperti anemia,
hiperparatiroid sekunder, penyakit kardiovaskular, malnutrisi dan
keabnormalan cairan elektrolit yang umum pada fungsi ginjal. Gejala
uremia umumnya tidak menyertai oada stadium 1 dan 2, minimal selama
stadium 3 dan 4, dan umumnya pada stadium 5 yang juga terbiasa gatal –
gatal, alergi dingin, peningkatan berat badan, dan neforpati periferal.
Pengobatan bertujuan untuk menunda progresi GGK, dan meminimalisisr
perkembangan dan keparahan dari komplikasi (Dipiro, edisi 7).
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.3.2 Pengobatan Progresi dengan Modifikasi Terapi
1. Terapi non farmakologi :
Diet rendah protein (0,6 sampai 0,7 g/kg/hari) dapat
menunda progresi dari GGKpada pasien dengan atau tanpa
diabetes, walaupun efeknya relati kecil. (DiPiro, 7th ed)
2. Terapi Farmakologi :
Hiperglikemia :
a. Terapi intensif pada pasien tipe 1 dan 2 diabetes
mengurangi komplikasi mikrovaskular, termasuk
nefropaty. Dapat berupa insulin oral dan tes gula darah
setidaknya 3 kali sehari
b. Insulin (Inten Novita, 2015)
1. Farmakologi
Insulin merupakan hormon anabolik dan
antikatabolik, yang berperan utama pada protein,
karbohidrat, dan metabolisme. Insulin endogen
diproduksi dari proinsulin peptida pada sel β.
2. Karakteristik
Insulin biasanya dikategorikan berdasarkan
sumbernya, kekuatan, onset dan durasi kerja. Selain
itu insulin memiliki asam amino dalam molekul
insulin termodifikasi. Sediaan insulin biasanya U-
100 dan U-500, 100 unit/mL dan 500 unit/mL.
3. Farmakokinetik
Kinetik injeksi subkutan tergantung pada onset,
puncak, dan durasi kerja. Penambahan protamin
NPH, NPL, dan suspense protamin aspart) atau
kelebihan seng maka dapat menunda onset, puncak,
dan durasi efek insulin.
Waktu paruh injeksi insulin reguler (IV) yaitu 9
menit. Sehingga wkatu efektif untuk injeksi insulin
(IV) lebih pendek. Insulin IV lebih murah daripada
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
insulin lainnya. Insulin terdegradasi di hati, otot,
dan ginjal. Insulin dimetabolisme dihati sekitar 20%
- 50%, sedangkan dimetabolisme di ginjal sekitar
25% - 20%. Sehingga tidak dianjurkan untuk pasien
menggunakan insulin jika terdapat penyakit ginjal
stadium akhir.
4. Komplikasi mikrovaskular
Insulin telah terbukti sebagai agen oral untuk
mengobati DM. Penelitian di Amerika telah
membuktikan bahwa efikasi antara insulin dan
sulfonilurea menunjukkan efikasi yang sama dalam
penurunan mikrovaskular.
5. Komplikasi makrovaskular
Hubungan antara masalah tingginya kadar insulin
(hiperinsulinemia), resistensi insulin, dan
kardiovaskular sehingga dapat dipercayai bahwa
terapi insulin dapat menyebabkan komplikasi
makrovaskular. Namun UKPDS dan DCCT tidak
menemukan hubungan antara komplikasi
makrovaskular dengan terapi insulin.
6. Efek samping
Secara umum efek samping insulin yaitu
hipoglikemia dan kenaikan berat badan.
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada pasien yang
instensif melakukan terapi, dan lebih sering terjadi
pada pasien DM tipe 1 daripada tipe2. Sehingga
pemantauan kadar glukosa darah sangat penting
dilakukaan pada pasien yang menggunakan terapi
insulin. Jika pasien telah mengalami hipoglikemia
yang berat maka akan terjadi takikardia dan
berkeringat).
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7. Dosis dan cara pemberian
Pada pasien DM tipe 1, dosis seharinya 0,5-0,6
unit/kg. Selama penyakit akut atau ketosis resistensi
insulin maka dapat diberikan dosis yang lebih
tinggi. Dosis diberikan tergantung dengan keadaan
patologi pasien.
c. Progresi GGK dapat dibatasi dengan kontrol optimal
hiperglikemia dan hipertensi.
Hipertensi :
a. Kontrol tekanan dara secara adekuat dapat mengurangi
laju penurunan GFR dan albuminuria dengan pasien
atau tanpa diabetes
b. Obat antihipertensi harus dimulai pada pasien diateik
ataupun nondiabetik dengan ACEI atau angiotensin II.
Nondyhydropyridine dan CCB untuk pilihan kedua
c. Klirens ACEI direduksi pada pasien GGK
d. GFR yang biasanya menurun 25 % sampai 30 % pada 3
sampai 7 hari setelah ACEI karena tipe ini
e. Pilihan Utama Obat Antihipertensi pada Pasien GGK :
(Intan Mustika, 2009)
1. ACE Inhibitor
ACE inhibitor menghambat perubahan angiotensin I
menjadi angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi
dan penurunan sekresi aldosteron. Selain itu,
degradasi bradikinin juga dihambat sehingga kadar
bradikinin dalam darah meningkat dan berperan
dalam efek vasodilatasi ACE-Inhibitor. Vasodilatasi
secara langsung akan menurunkan tekanan darah,
sedangkan berkurangnya aldosteron akan
menyebabkan ekskresi air dan natrium dan retensi
kalium. Dalam JNC VII, ACE-Inhibitor
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
diindikasikan untuk hipertensi dengan penyakit
ginjal kronik.
2. Angiotensin Reseptor Blocker
Dengan mencegah efek angiotensin II, senyawa -
senyawa ini merelaksasi otot polos sehingga
mendorong vasodilatasi, meningkatkan ekskresi
garam dan air di ginjal, menurunkan volume plasma,
dan mengurangi hipertrofi sel. Antagonis reseptor
angiotensin II secara teoritis juga mengatasi
beberapa kelemahan ACE inhibitor.
f. Pilihan Kedua Obat Antihipertensi pada Pasien GGK :
1. CCB (Calcium Channel Blocker)
Calcium Channel Blocker bukanlah agen lini
pertama tetapi merupakan obat antihipertensi yang
efektif, terutama pada ras kulit hitam. Calcium
Channel Blocker mempunyai indikasi khusus untuk
yang beresiko tinggi penyakit koroner dan diabetes,
tetapi sebagai obat tambahan atau pengganti.
Penelitian NORDIL menemukan diltiazem
ekuivalen dengan diuretik dan penyekat beta dalam
menurunkan kejadian kardiovaskular.
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.4 Strategi pengobatan untuk mencegah progresi gagal ginjal
kronik pada pasien diabetes
Terapi Penunjang :
a. Diet Protein, pengobatan hilang lemak, kurang merokok,
manajemen anemia dapat memperlambat laju progresi
GKK.
b. Tujuan utama dari pengobatan megnurangi lemak pada
GGK untuk mengurangi resiko untuk arteosklrosis
c. Tujuan kedua untuk mereduksi proteinuria dan penurunan
fungasi ginjal
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.5 Strategi pengobatan untuk mencegah progresi gagal ginjal
kronik pada pasien non diabetes
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.6 Algoritma manajemen Hipertensi untuk pasien GGK.
Penyesuaian dosis haru dibuat setiap 2 sampai 4 minggu sesuai kebutuhan.
Dosis salah satu obat harus dimaksimalkan sebelum yang lainnya
ditambahkan. (ACEI, angiotensin-converting enzyme inhibitor; ARB,
angiotensin receptor blocker; BP, blood pressure; CCB, calcium channel
blocker; Clcr, creatinine clearance; Scr, serum creatinine.)
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.4 Terapi Pengganti Ginjal
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5,
yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa
hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal. (Suwitra, 2006).
2.3.4.1 Hemodialisis
Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala toksik
azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada
pasien GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal (LFG).
Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala toksik
azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada
pasien GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal (LFG).
Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi elektif.
Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis,
ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan yang tidak
responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter, muntah persisten, dan Blood
Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%. Indikasi elektif,
yaitu LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m², mual, anoreksia, muntah, dan astenia
berat (Sukandar, 2006).
Hemodialisis di Indonesia dimulai pada tahun 1970 dan sampai sekarang
telah dilaksanakan di banyak rumah sakit rujukan. Umumnya dipergunakan ginjal
buatan yang kompartemen darahnya adalah kapiler-kapiler selaput semipermiabel
(hollow fibre kidney). Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang
umur yang tertinggi sampai sekarang 14 tahun. Kendala yang ada adalah biaya
yang mahal (Rahardjo, 2006).
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.4.2 Jenis – Jenis Hemodyalizer (Rahmanto Bagyo, 2011)
1. Mesin NIPRO Tipe Suridial ™-55PLUS
Surdial 55 plus mudah untuk digunakan sebagai mesin dialisis
menawarkan kepada pasien terapi pengganti ginal, untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien. Mesin ini bersifat efisien yang
mengkombinasikan teknologi terdepan dengan fitur – fitur baru yang
canggih untuk improvisasi dalam pengobatan.
Gambar 2.7 Mesin Dialisis NIPRO
2. Mesin Fresenius
Mesin dialsis modern dari 2008, 4008, dan 5008 seri dari Fresenius
Medical Care membantuk nefrologis untuk menawarkan pengobatan
terbaik yang memungkinkan untuk pasiennya. Lebih dari setiap mesin
dialisa terjual di dunia tiap tahunnya dari 2 perusahaan situs Schweinfurt,
Jerman dan Walnut Geek, California. Mesin dialisa terbaru 5008 sistem
terapi, memenangkan German Business Inovation Award in 2006. 5008
sendiri mengatur bagiannya dengan interfase khusus mudah dipakai dan
rendah perawatan sebaik mungkin rendah air dan energi yang digunakan.
Bahkan, sistem terapi 5008 menawarkan hemodiafiltrasi online sebagain
pilihan standarnya. Ini menjadi pengobatan terbaik yang memungkinkan
terkini, bahkan menguranginya resiko kematian.
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.8 Mesin Dialisis Fresenius
3. Mesin Nikisso
Terbaru ini Nikisso mengenmbangkan Sistem hemodialisa DBB-07
dengan memenuh kualitas terapi. Biaya terapi yang mirip dengan sistem
dialisa yang standard, mesin ini dapat menawarkan setiap dari pasien
terapi yang terbaik tanpa tambahan biaya. Layar pengguna yang ramah
identik yang dapat menawarakan seri mesin DBB, ditambah lagi untuk
capt dan mudah dipelajarinya sistem mesin ini.
Gambar 2.9 Mesin Dialisis Nikisso
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.4.3 Dialisis Peritoneal
Akhir-akhir ini sudah populer Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis
(CAPD) di pusat ginjal di luar negeri dan di Indonesia. Indikasi medik CAPD,
yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun), pasien-pasien
yang telah menderita penyakit sistem kardiovaskular, pasien-pasien yang
cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan hemodialisis, kesulitan
pembuatan AV shunting, pasien dengan stroke, pasien GGT (gagal ginjal
terminal) dengan residual urin masih cukup, dan pasien nefropati diabetik disertai
co-morbidity dan co-mortality. Indikasi non-medik, yaitu keinginan pasien
sendiri, tingkat intelektual tinggi untuk melakukan sendiri (mandiri), dan di
daerah yang jauh dari pusat ginjal (Sukandar, 2006).
2.3.4.4 Transplantasi Ginjal
Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal).
Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu:
1. Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh (100%) faal
ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 70-80% faal ginjal
alamiah
2. Kualitas hidup normal kembali
3. Masa hidup (survival rate) lebih lama
4. Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan dengan obat
imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan
5. Biaya lebih murah dan dapat dibatasi
2.4 Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan
gabungan alat ilmiah hususnya dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan
personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medis
modern yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk
pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar dan lia, 2003).
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Rumah Sakit Umum pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan menjadi
rumah sakit A,B,C, dan D. klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur pelayanan
ketenagaan fisik dan peralatan. Klasifikasi Rumah Sakit Umum pemerintah :
1. Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan yang pelayanan medis spesialitik luas dan
subspesialitik luas.
2. Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mampunyai
fasilitas dan kemampuan fasilitas pelayanan medis sekurang-kurangnya
11 spesialis dan subspesialis terbatas.
3. Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sait yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik dasar spesialitik dasar.
4. Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan medik dasar (Siregar dan Lia, 2003).
Jenis perawatan yang diadakan di Rumah Sakit:
1. Perawatan penderita rawat tinggal
Dalam perawatan pendeirta rawat tinggal di rumah sakit ada lima unsur
tahap pelayanan yaitu:
a. Perawatan intensif adalah perawatan bagi penderita kesakitan hebat
yang memerlukan pelayanan khusus selama waktu krisis kesakitannya
atau lukanya, suattu ondisi apabila ia tida mampu melakukan
kebutuhan sendiri. Ia dirawat dalam ruangan perawatan intensif oleh
staf medik dan perawatan khusus.
b. Perawatan intermediet adalah perawatan bagi penderita setelah kondisi
kritis membaik, yang dipindahkan dari ruang perawatan intensif ke
ruang perawatan biasa. Perawatan intermediet merupakan bagian
terbesar dari jenis perawatan dikebanyakan rumah sakit.
c. Perawatan swarawat adalah perawatan yang dilakukan penderita yang
dapat merawat diri sendiri, yang datang ke rumah sakit untuk
diagnostik saja atau penderita yang kesehatannnya sudah cukup pulih
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dari kesakitan intensif atau intermediet, dapat tinggal dalam suatu unit
perawatan sendiri (self-care unit).
d. Perawatan kronis adalah perawatan penderita dengan kesakitan atau
ketidakmampuan jasmani jangka panjang. Mereka dapat tinggal dalam
bagian terpisah rumah sakit atau dalam fasilitas perawatan tambahan
atau rumah perawatan yang juga dapat dioperasikan oleh rumah sakit.
e. Perawatan rumah adalah perawatan penderita dirumah yang dapat
menerima layanan seperti biasa tersedia dirumah sakit, dibawah suatu
program yang disponsori oleh rumah sakit. Perawatan rumah ini adalah
penting tetapi sangat sedikit yang diterapkan. Perawatan rumah ini
lebih mudah, dan merupakan jenis perawatan yang efektif secara
psikologis.
5. Perawatan penderita Rawat Jalan
Perawatan ini diberikan pada penderita melalui klinik, yang menggunakan
fasilitas rumah sakit tanpa terikat secara fisik dirumah sakit. Mereka
datang kerumah sakit untuk pengobatan atau untuk diagnosis atau datang
sebagai kasus darurat (Siregar dan Lia, 2003).
2.4.1 Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah Sakit
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan
Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life)
terjamin. (PermenKes no. 58 tahun 2014).
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi :
a) pengkajian dan pelayanan Resep;
b) penelusuran riwayat penggunaan Obat;
c) rekonsiliasi Obat;
d) Pelayanan Informasi Obat (PIO);
e) konseling;
f) visite;
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
g) Pemantauan Terapi Obat (PTO);
h) Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
i) Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
j) dispensing sediaan steril; dan
k) Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
2.5 Rekam Medik
Setiap rumah sakit dipersyaratkan mengadakan dan memelihara rekam medik
dan memadai dari setiap penderita, baik untuk penderita rawat tinggal maupun
penderita rawat jalan. Rekam medik ini harus secara akurat didokumentasikan,
segera tersedia, dapat dipergunakan, mudah ditelusuri kembali (retrieving) dan
lengkap informasi. Rekam medik adalah sejarah ringkas, jelas, dan akurat dari
kehidupan dan kesakitan penderita, ditulis dari sudut pandang medik.
Definsi rekam medik menurut surat keputusan Direktur jenderal pelayanan
medik adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas,
anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan tindakan dan pelayanan lain yang
diberikan kepada seorang penderita selama dirawat dirumah sakit, baik rawat jalan
maupun rawat tinggal (Siregar dan Lia, 2003).
Kegunaan dari rekam medik :
a) Digunakan sebagai dasar perencanaan berkelanjutan perawatan
penderita.
b) Merupakan suatu sarana komunikasi antar dokter dan setiap
professional yang berkontribusi pada perawatan penderita.
c) Melengkapi bukti dokumen terjadinya atau penyebab kesakitan atau
penderita dan penanganan atau pengobatan selama tiap tinggal di
rumah sakit.
d) Digunakan sebagai dasar untuk kajian ulang studi dan evaluasi
perawatan yang diberikan kepada pasien.
e) Membantu perlindungan kepentingan hukum penderita, rumah sakit
dan praktisi yang bertanggung jawab.
f) Menyediakan atau untuk digunakan dalam penelitian dan pendidikan.
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
g) Sebagai dasar perhitungan biaya, dengan menggunakan data rekam
medik, bagian keuangan dapat menetapkan besarnya biaya pengobatan
seorang penderita.
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1 Tempat Penelitian
Pelaksanaan ini dilaksanakan di Ruang Inap Rumah Sakit Pelabuhan dengan
alamat Jl. Kramat Jaya Koja Tanjung Priok No. 1 Jakarta Utara 14260.
3.1.2 Waktu Penelitian
Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Mei 2015.
Analisa data dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2015.
3.2 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi non eksperimental dengan metode cross-
sectional, yaitu pengumpulan data variabel untuk mendapatkan gambaran drug
related problems (DRPs) pada kategori penyesuaian dosis yang terjadi pada
pasien GGK. Dan juga mendapatkan terapi pengobatan melalui pengumpulan data
dari rekam medis (retrospektif) pasien GGK di ruang rawat inap Rumah Sakit
Pelabuhan Jakarta Utara, besar sampel selama periode Januari - Desember 2014
sebanyak 26 dari total 53 populasi pasien.
Analisa dilakukan secara deskriptif yaitu dengan menggambarkan drug
related problem (DRPs) kategori penyesuaian dosis yang terjadi pada pasien
GGK.
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3 Kerangka Konsep
Variabel Perancu
Tepat Dosis
Tidak tepat
Dosis
Tidak tepat
Dosis
Tepat Dosis
Penyakit penyerta
Terapi obat yang diberikan
pada pasien GGK yang
tercatat dalam rekam medis
Obat Terapi
GGK
Obat Terapi
Penyakit
Penyerta
Dosis Terlalu
Rendah
Dosis Terlalu
Tinggi
Dosis Terlalu
Rendah
Dosis Terlalu
Tinggi
Lihat Clcr
Pasien
Lihat Clcr
Pasien
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara
Ukur
Skala
Ukur Kategori
Karakteristik pasien
Jenis kelamin
Kondisi fisik
yang menentukan
status seseorang
laki-laki atau
perempuan.
Melihat
data rekam
medis
pasien
Nominal 0. Laki - laki
1. Perempuan
Usia Perhitungan umur
pasien GGK
dengan penyakit
penyerta.
Penggolongan
usia berdasarkan
DEPKES RI
(2009), yaitu:
1) 5 – 11 tahun:
masa kanak-
kanak
2) 12 – 16 tahun:
masa remaja
awal
3) 17 – 25 tahun:
masa remaja
akhir
4) 26 – 35 tahun:
masa dewasa
awal
5) 35 – 45 tahun:
Melihat
data rekam
medis
pasien
Nominal 0. Dewasa: 26
– 45 tahun
1. Lansia: 46
– 65 tahun
2. Manula: >
65 tahun
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
masa dewasa
akhir
6) 46 – 55 tahun:
masa lansia
awal
7) 55 – 65 tahun:
masa lansia
akhir
8) > 65 tahun:
manula.
Penyakit penyerta Keadaan klinis
yang diderita oleh
pasien GGK yang
dapat atau tidak
mempengaruhi
fungsi ginjal.
Melihat
data rekam
medis
pasien
Nominal 0. Hipertensi
1. Diabetes
Melitus
2. Anemia
3. Lain-lain
Dosis Terlalu Rendah Pasien
mempunyai
kondisi medis dan
mendapatkan obat
yang benar tetapi
dosis yang obat
terlalu rendah
sehingga tidak
menimbulkan
efek yang
diinginkan (strand
et al, 1990).
Persamaan
MDRD
Nominal 0. Tepat
Dosis
1. Tidak Tepat
Dosis
Dosis Terlalu Tinggi Pasien
mempunyai
Persamaan
MDRD
Nominal 0. Tepat
Dosis
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kondisi medis dan
mendapatkan obat
yang benar tetapi
dosis yang obat
terlalu tinggi
sehingga dapat
menimbulkan
toksisitas atau
efek yang tidak
diinginkan
lainnya (strand et
al, 1990).
1. Tidak
Tepat
Dosis
Drug Related Problems
(DRPs)
Peristiwa atau
kejadian yang
melibatkan terapi
obat yang benar-
benar atau
berpotensi
mengganggu hasil
klinis kesehatan
yang diinginkan.
Kategori
DRPs
menurut
Cipolle et
al. (1998)
Ordinal 0. Terjadi
DRPs
1. Tidak
terjadi
DRPs
Klasifikasi GGK, dinilai
dari nilai LFGnya
Menurut (KDIGO
Clinical Practice
Guideline for
Evaluation and
Management of
CKD, 2012)
kriteria stadium 1
dan 2 tidak
memenuhi GGK,
maka kriteria
Melihat
data rekam
medis
pasien
Nominal 0. Stadium 3
1. Stadium 4
2. Stadium 5
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
stadium 3, 4 dan 5
memenuhi kriteria
GGK
1) Stadium 1:
kerusakan
ginjal dengan
LFG normal
atau menurun,
LFG 90
ml/min/1,73
m2
2) Stadium 2:
kerusakan
ginjal dengan
penurunan
LFG ringan,
LFG 60 – 89
ml/min/1,73
m2
3) Stadium 3:
penurunan
LFG sedang
(moderat),
LFG 30 – 59
ml/min/1,73
m2
4) Stadium 4:
penurunan
LFG berat,
LFG 15 – 29
ml/min/1,73
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
m2
5) Stadium 5:
gagal ginjal,
LFG < 15
ml/min/1,73
m2 atau
dialisis
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
3.5.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien gagal ginjal kronik yang
dirawat inap di Rumah Sakit Pelabuhan sebanyak 53 pasen, pada periode Januari
sampai dengan Desember 2014.
3.5.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah populasi yang memenuhi kriteria
inklusi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, yaitu
semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi diambil sebagai penelitian
3.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Penelitian
3.6.1 Kriteria Inklusi Sampel
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili
dalam sampel penelitian, memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria inklusi untuk
sampel kasus dalam penelitian ini ialah :
1. Pasien rawat inap yang menderita GGK pada bulan Januari – Juni 2014.
2. Pasien dengan rekam medis lengkap dan terbaca
3. Pasien GGK dengan nilai LFG stadium 3, 4 dan 5
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.6.2 Kriteria Eksklusi Sampel
Kriteria ekslusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek tidak dapat
diikutsertakan dalam penelitian. Adapun yang termasuk kriteria eksklusi adalah:
1. Pasien pulang paksa
2. Pasien GGK dengan nilai LFG stadium 1 dan 2
3.7 Prosedur Penelitan
3.7.1 Bagan Alur Penelitian
3.7.2 Persiapan (Permohonan Izin Penelitian)
1. Pembuatan dan penyerahan surat permohonan izin pelaksanaan
penelitian dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi
Farmasi Universitas Islam Negeri Jakarta kepada Kepala Instalasi
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara.
Pengumpulan Rekam
Medik
Seleksi Rekam Medik Yang
memenuhi kriteria inklusi
Pengambilan Data
(Data
Pengolahan Data
Analisis Data
Hasil
Interpretasi
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Penyerahan surat persetujuan peelitian dari Rumah Sakit Pelabuhan
Jakarta Utara kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program
Studi Farmasi Universitas Islam Negeri Jakarta.
3.7.3 Pelaksanaan Pengumpulan Data
3.7.3.1 Penelusuran Dokumen
1. Penelusuran data pasien Gagal Ginjal Kronik di ruang rawat inap
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara periode Januari – Juni 2014.
2. Proses pemilihan pasien yang masuk ke dalam kriteria inklusi.
3. Pengambilan data dan pencatatan data hasil rekam media diruang
administrasi medis berupa:
a. Nomor rekam medis
b. Identitas pasien (nama, jenis kelamin, dan umur)
c. Tanggal perawatan
d. Data penggunaan obat terapi pada pasien GGK
e. Data hasil lab
3.7.4 Manajemen Data
Pelaksanaan verifikasi data rekam medis dan pola terapi pengobatan gagal
ginjal yang dilanjutkan dengan transkrip data yang dikumpulkan ke dalam
logbook dan komputer.
3.7.5 Pengolahan data
1. Editing
Peneliti melakukan penilaian terhadap data mentah, terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan kembali kebenaran data yang diperoleh dan
mengeluarkan data yang tidak memenuhi kriteria penelitian.
2. Coding
Peneliti melakukan pengkodean untuk mempermudah peneliti
memasukkan data yang diperoleh dari laboratorium dan rekam medis.
3. Entry data
Peneliti memasukkan data yang telah dilakukan proses coding ke dalam
program Microsoft Excel dalam bentuk table.
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Cleaning data
Peneliti melakukan pemeriksaan kembali data yang sudah dimasukkan
kedalam sistem komputer untuk menghindari terjadinya
ketidaklengkapan atau kesalahan data.
3.8 Analisa Data
Analisa data yang dilakukan menggunakan program Microsoft Excel 2010
akan dianalisis dengan analisa univariat
3.8.1 Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis setiap
variabel (terikat maupun bebas) yang akan diteliti secara deskriptif (Notoatmodjo,
2003). Data yang telah dikategorikan ditampilkan sebagai frekuensi kejadian.
Adapun variabel yang diteliti berupa jenis DRPs pada kategori penyesuaian dosis.
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Karakteristik Pasien
Demografi pasien meliputi jenis kelamin, usia, dan jenis penyakit
penyerta. Evaluasi Drug Related Problems pada pasien yang digambarkan secara
deskriptif dalam bentuk persentase. Jumlah pasien GGK di Rumah Sakit
Pelabuhan Jakarta Utara, terdapat 53 pasien yang menderita GGK dalam setahun.
Lalu didapat 26 pasien yang masuk kriteria inklusi dalam penelitian ini.Pasien
yang memenuhi kriteria inklusi adalah pasien rawat inap dengan penyakit GGK
yang memiliki rekam medis yang lengkap.
Tabel 4.1 Distribusi Pasien Berdasarkan Karakteristik
No Karakteristik Pasien N= 26 Persentase (%)
1. Berdasarkan usia
Manula > 65 tahun 13 50
Lansia 45 – 65 tahun 10 38,46
Dewasa 26 - 45 tahun 3 11,54
2 Berdasarkan jenis kelamin
Laki – laki 16 61,54
Perempuan 10 38,46
3 Berdasarkan Tingkat Keparahan
Stadium 3 5 19,2
Stadium 4 6 23,1
Stadium 5 15 57,7
Tabel 4.2 Distribusi Penyakit Penyerta Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
No Penyakit Penyerta N= 26 Persentase (%)
1. Hipertensi 8 30,77
2. CHF 7 29,2
3. Diabetes Melitus 4 15,39
4. CAD 6 23,08
5. GERD 6 23,08
6. TBC 2 7,69
7. Colic abdomen 1 3,85
8. Leukimia 1 3,85
9. Colic Renal 1 3,85
10. Ketosidosis 1 3,85
11. Oedema Paru 1 3,85
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12. Cellulitis 1 3,85
13. Abses Faringeal 1 3,85
14. HHD 1 3,85
15. Dispnoe 2 7,69
16. Tumor Buli 1 3,85
17. Asidosis Metabolik 1 3,85
18. Stroke non hemorrage 1 3,85
19. Bronkopneumonia 1 3,85
Keterangan : CHF = Congestive Heart Failure; CAD = Coronary Arterial
Disease; GERD = Gastroesophageal Reflux Disease, TBC = Tubercolusis, HHD
= Hypertension Heart Disease.
Dari tabel diatas, dapat ditemukan bahwa pasien yang menderita GGK
paling banyak adalah manula > 65 tahun yakni sebanyak 13 pasien (50%),
sedangkan sisanya lansia 46 - 65 tahun sebanyak 10 pasien (38,46%) dan dewasa
26 – 45 tahun sebanyak 3 pasien (11,54%). Berdasarkan jenis kelaminnya pasien
yang menderita GGK yang paling banyak adalah berjenis kelamin laki - laki yakni
sebanyak 16 pasien (61,54%), sedangkan sisanya perempuan sebanyak 10 pasien
(38,46%). Berdasarkan penyakit penyerta terbanyak adalah hipertensi sebanyak 8
pasien (30,77%), CHF sebanyak 7 pasien (26,92%), CAD dan GERD masing
masing sebanyak 6 pasien (23,08%), lalu DM sebanyak 4 pasien (15,39%).
Sementara penyakit penyerta yang lainnya dibawah 15%. Lalu berdasarkan
tingkat keparahannya, pasien stadium III sebanyak 5 pasien (19,2%), stadium IV
sebanyak 6 pasien (23,1%), dan stadium V sebanyak 15 pasien (57,7%).
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.1.2 Profil Penggunaan Obat
4.1.2.1 Profil Penggunaan Obat Injeksi
Berdasarkan profil penggunaan obat injeksi, pasien rawat inap yang
menderita GGK dapat dilihat digambar dibawah ini.
Tabel 4.3 Persentase Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Profil
Penggunaan Obat Injeksi
No. Golongan Obat Terapi Frekuensi Persentase %
1. Saluran gastrointestinal 50 36,23
2. Antiinfeksi 24 17,39
3. Sistem kardiovaskular 21 15,22
4. Sistem endokrin 7 5,07
5. Saluran saraf 10 7,25
6. Vitamin & mineral 8 5,8
7. Nutrisi 2 1,45
8. Hormon 7 5,07
9. Larutan IV & steril lainnya 6 4,35
Dari tabel 4.3. dapat dilihat bahwa pasien rawat inap yang menderita GGK.
Penggunaan obat injeksi yang paling banyak digunakan berdasarkan golongan
adalah obat saluran gastrointestinal yakni sebanyak 50 (36,23 %), penggunaan
obat antiinfeksi yakni sebanyak 24 (17,39 %), penggunaan obat sistem
kardiovaskular sebanyak 21 (15,22 %), penggunaan obat saluran saraf & hormon
masing – masing sebanyak 10 (7,25 %), penggunaan golongan vitamin & mineral
sebanyak 8 (5,8 %), penggunaan obat sistem endokrin 7 (5,07 %), penggunaan
larutan IV & steril lain sebanyak 6 (4,35 %). Sementara penggunaan golongan
nutrisi sebanyak 2 (1,45 %) dari 28 pasien
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.1.2.2 Profil Penggunaan Obat Oral
Berdasarkan profil penggunaan obat oral, pasien rawat inap yang
menderita GGK dapat dilihat digambar dibawah ini.
Tabel 4.4. Persentase Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Profil
Penggunaan Obat Oral (%)
No. Golongan Obat Terapi Frekuensi Persentase %
1. Saluran gastrointestinal 53 19,34
2. Antiinfeksi 25 9,12
3. Sistem kardiovaskular 105 38,32
4. Sistem endokrin 7 2,56
5. Saluran saraf 26 9,49
6. Vitamin & mineral 17 6,2
7. Nutrisi 23 8,39
8. Saluran Pernafasan 10 3,65
9. Antialergi 7 2,56
10. Kemoterapetik 1 0,37
Dari tabel 4.4. dapat dilihat bahwa pasien rawat inap yang menderita GGK.
Penggunaan obat oral yang paling banyak digunakan berdasarkan golongan
adalah obat sistem kardiovaskular yakni sebanyak 105 (38,32 %), penggunaan
obat sistem gastrointestinal yakni sebanyak 53 (19,34 %), obat sistem saraf
sebanyak 26 (9,49 %), obat antiinfeksi sebanyak 25 (9,12 %), golongan nutrisi
sebanyak 23 (8,39 %), golongan vitamin & mineral sebanyak 17 (6,2 %), obat
saluran pernafasan sebanyak 10 (3,65 %), dan obat antialergi & sistem endokrin
masing- masing sebanyak 7 (2,56 %). Sementara penggunaan golongan obat
neoplastik sebanyak 1 (0,37 %) dari 28 pasien.
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.1.3 DRP’s Kategori Dosis Dibawah Dosis Terapi
Berdasarkan kejadian DRP kategori dosis dibawah dosis terapi pada
pasien rawat inap yang menderita GGK dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.5. Presentase Prevalensi Dosis Dibawah Dosis Terapi Berdasarkan
Jumlah Pasien yang Mengalaminya (%)
Pasien Jumlah Presentase (%)
Tepat Dosis 17 65,39
Tidak Tepat Dosis 9 34,62
Total 26 100
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa terdapat 9 (34,62 %) pasien dari 26
jumlah pasien yang mengalami DRPs kategori dosis dibawah dosis terapi obat
pada pasien rawat inap GGK di Rumah Sakit Pelabuhan. Adapun, hasil obat terapi
yang terdapat DRP sebagai berikut :
Tabel 4.6. Presentase Distribusi Jumlah Dosis Dibawah Dosis Terapi (%)
No Golongan Nama Obat Frekuensi Persentase %
1 Antiangina
(Nitrat)
ISDN 3 30
2 Nutrisi & Terapi
Penunjang
Aminefront* 5 50
3 Antihipertensi
(ACE Inhibitor)
Captopril 1 10
4 Diuretik Furosemid 1 10
Total : 10
*referensi diambil dari MIMS Indonesia
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa, terdapat 10 obat yang berpotensi tidak
tepat dosis berada dibawah dosis terapi pada pasien rawat inap yang mengalami
GGK.
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.1.4 DRP’s Kategori Dosis Diatas Dosis Terapi
Berdasarkan kejadian DRP kategori dosis dibawah dosis terapi pada
pasien rawat inap yang menderita GGK dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.7. Presentase Prevalensi Dosis Diatas Dosis Terapi Berdasarkan
Jumlah Pasien yang Mengalaminya (%)
Pasien Jumlah Presentase (%)
Tepat Dosis 4 15,39
Tidak Tepat Dosis 22 84,62
Total 26 100
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa terdapat 22 (84,62 %) pasien dari jumlah
26 pasien yang mengalami DRPs kategori dosis diatas dosis terapi obat pada
pasien rawat inap GGK di Rumah Sakit Pelabuhan. Adapun, hasil obat terapi yang
terdapat DRPs sebagai berikut :
Tabel 4.8. Presentase Distribusi Jumlah Dosis Diatas Dosis Terapi (%)
No Golongan Nama Obat Frekuensi
Presentase%
1 Anti Hiperlipidemia Simvastatin 1 2,38
2 Lambung
(Antiemetik) Vometa
(Domperidon)
Tomit
(Metoklopramid)
9
1
21,43
2,38
3 Anti Alergi (AR H1) Falergi 2 4,76
4 Anti Inflamasi
(AINS)
Antiplatelet/
Asetosal (AINS)
Profenid
Thrombo Aspillet
1
1
2,38
2,38
5 Antibiotik
(Cefalosphorin) Cefixime
Ceftazidim
2
1
4,76
2,38
6 Antibiotik
(Carbapenem) Meropenem 1 2,38
7 Anti Hipertensi (AR
Angiotensin II) Acetensa
Losartan
6
2
14,29
4,76
8 Lambung/ Antireflux
(AR H2) Ranitidine 3
7,14
9 Antibiotik Faslev 1 2,38
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Quinolon) (levofloxacin)
10 Anti TBC
(Nikotinamid) Pyrazinamid 2 4,76
11 Antitusif (Opioid) Codipront 1 2,38
12 Antikoagulan (Asam
Traneksamat) Kalnex 3 7,14
13 Diuretik Spironolactone 1 2,38
14 Lambung (Antasida) Antasida 2 4,76
15 Lambung (Sukralfat) Inpepsa 1 2,38
16 Antihipertensi (ACE
Inhibitor) Captopril 1 2,38
Total : 42
Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa, terdapat 42 obat yang berpotensi tidak
tepat dosis berada diatas dosis terapi pada pasien rawat inap yang mengalami
GGK.
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik Pasien
Terlihat pada tabel 4.1 ditemukan bahwa penderita GGK mulai rentan dan
sering terjadi pada usia manula (> 65 tahun) yakni sebanyak 13 pasien (50 %),
selebihnya lansia (46-65 thn) sebanyak 10 pasien (38,46 %), dan sisanya pasien
dewasa (26-45 thn) sebanyak 3 pasien (11,54 %). Hal ini sejalan dengan
Riskesdas tahun 2013, dimana prevalensi GGK meningkat berdasarkan usia, yang
meningkat tajam pada usia 35-44 sebanyak (0,3 %), lalu diikuti pada usia 45-54
sebanyak (0,4 %), dan pada usia 55-74 sebanyak (0,5 %), tertinggi pada usia > 75
tahun sebanyak (0,6 %), pada pasien rata – rata seluruh Indonesia. Namun pada
penelitian ini hanya terdapat 1 pasien yang berusia > 74 tahun. Pada usia ini, umur
sangat erat kaitannya dengan terjadinya GGK dikarenakan berkurangnya fungsi
ginjal normal pada usia ini, sehingga semakin meningkat usia maka prevalensi
GGK juga semakin meningkat. Hal ini juga dikarenakan pada saat penelitian
jumlah pasien di instalasi Rawat Inap di RS Pelabuhan sebagian besar adalah
pasien lansia dan manula (46-65 < tahun). Dan juga pada penelitian Alessandra
Bartista Marquito, dkk tahun 2013 menunjukan prevalensi GGK tertinggi terdapat
pada usia manula > 60 tahun, yaitu terdapat 387 (69,36 %) pasien dari total 558
pasien. Penuaan merupakan proses perubahan anatomis, biokimia dan fisiologi
tubuh. Hal ini dapat menyebabkan penurunan fungsi pada organ tubuh, salah
satunya pada organ ginjal.
Berdasarkan jenis kelamin, dapat ditemukan bahwa pasien yang menderita
GGK yang paling banyak adalah berjenis kelamin laki - laki yakni sebanyak 16
pasien (61,54%), sedangkan sisanya perempuan sebanyak 10 pasien (38,46%).
Hal ini sejalan dengan Riskesdas tahun 2013, dimana prevalensi laki – laki
didapat (0,3 %), sedangkan pada perempuan (0,2 %). Kita bisa lihat bahwa
prevalensi laki – laki lebih besaar dibandingkan pasien perempuan. Namun pada
penelitian M Angeles Via-Sosa, dkk pada tahun 2013, pasien sampel perempuan
lebih banyak dari laki – laki, yaitu sebanyak 173 (65,78 %) pasien perempuan,
dan 90 (34,22 %) pasien pada laki – laki dari 263 jumlah total pasien.
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berdasarkan penyakit penyerta dari tabel 4.2, hasil ditemukan bahwa
penyakit penyerta terbanyak adalah hipertensi sebanyak 8 pasien (30,77%), (CHF)
Congestive Heart Failure sebanyak 7 pasien (26,92%), (CAD) Coronary Artery
Disease dan (GERD) Gastroesophagus Reflux Disease masing masing sebanyak 6
pasien (23,08%), lalu (DM) Diabetes Melitus sebanyak 4 pasien (15,39%).
Sementara penyakit penyerta yang lainnya dibawah 15%. Hal ini sebanding
dengan penelitian Alesssandra Batista Marquito, dkk tahun 2013 dimana
komorbiditas penyakit paling banyak yaitu hipertensi sebanyak 178 pasien (68,5
%), diikuti dengan diabetes mellitus sebanyak 178 pasien (31,9 %) dari total 558
pasien. Dan juga pada penelitian M Angeles Via-Sosa, dkk tahun 2013 dengan
komorbiditas penyakit paling banyak yaitu hipertensi sebanyak 121 pasien (69,5
%), diikuti dislipidemia sebanyak 65 pasien (37,4 %) dari total 174 pasien yang
memerlukan intervensi.
Berdasarkan tingkat keparahannya, pasien yang menderita GGK dapat
ditemukan pada (tabel 4.1). Tingkat keparahan dihitung berdasarkan perhitungan
LFGnya, dengan rumus persamaan eMDRD 4 variabel. Hasil menunjukkan
bahwa pasien stadium III sebanyak 5 pasien (19,2%), stadium IV sebanyak 6
pasien (23,1%), dan stadium V sebanyak 15 pasien (57,7%). Hal ini tidak
sebanding dengan penelitian Stephanie Belaiche, dkk tahun 2010. Dimana pasien
terbanyak didapat pada stadium IV sebanyak 17 pasien (40,5 %), lalu diikuti
dengan stadium III sebanyak (38,1 %) dari total 42 pasien. Tetapi hal ini juga
tidak sejalan dengan penelitian Alessandra Batista Marquito, dkk tahun 2013
dimana pasein terbanyak didapat pada stadium III sebanyak 265 pasien (47,49
%), diikuti pada stadium 4 sebanyak 153 pasien (27,42 %) dari total 558 pasien.
LFG merupakan suatu komponen dari fungsi ekskresi, tetapi secara luas diterima
paling baik sebagai keseluruhan indeks dari fungsi ginjal, karena secara umum
tereduksi setelah rusak strukturnya secara meluas dan fungsi ginjal lainnya
menurun bersamaan dengan LFG dalam GGK (KDIGO, 2012). Perhitungan LFG
sendiri menggunakan rumus eMDRD. Setelah didapat nilai LFG, kategorikan
nilai LFG dari yang nilainya besar dan kecil, nilai LFG berguna sebagai parameter
stadium keparahan ginjal.
55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.2.2 Profl Penggunaan Obat
Profil obat merupakan seluruh kelompok obat yang digunakan oleh pasien
GGK yang disertai penyakit penyertanya dari beberapa golongan obat, dan
mempunyai masing – masing tujuan pengobatan yang sama diberikan kepada
pasien. Penggolongan obat ini dilakukan berdasarkan literatur MIMS Indonesia
tahun 2012. Dari tabel 4.3 dan 4.4 di atas dapat diketahui bahwa obat terapi yang
digunakan oleh semua pasien. Obat yang paling banyak digunakan pertama yaitu
obat sistem kardiovaskular, sedangkan obat saluran gastrointestinal diuturan
kedua. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Stephanie Belaiche
tahun 2010, dimana frekuensi penggunaan obat terbanyak adalah obat sistem
kardiovaskular, lalu diikuti obat saluran gastrointestinal. Dapat dikatakan obat
terbanyak didapat pada sistem kardiovaskular, dikarenakan dominannya penyakit
penyerta kardiovaskular pada pasien, hipertensi (terbanyak) sebanyak 8 pasien,
diikuti CHF sebanyak 7, lalu CAD sebanyak 6 pasien.
Penggolangan obat pada pasien yang menderita gagal ginjal kronik ini
terdiri dari 12 kelas terapi, yang meliputi :
a. Obat Sistem Kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular merupakan masalah yang sangat penting pada usia
lanjut. Salah satunya, hipertensi merupakan faktor yang menginisiasi penyebab
gagal ginjal kronik (DiPiro ed 6 & 7). Dan hal ini mempunyai pengaruh yang
besar untuk penyakit lainnya juga, karena itu harus segera ditangani. Penggunaan
obat kardiovaskular oleh pasien berada pada urutan pertama terbanyak yang
digunakan oleh pasien. Golongan obat kardiovaskular terbanyak yaitu, clopidogrel
sebagai antiplatelet digunakan sebanyak 15 pasien (65,21 %).
Clopidogrel secara langsung tetapi tidak sempurna diabsorbsi secara oral,
absorbsi baru berlangsung setidaknya 50 %. Obat ini merupakan prodrug dan
dimetabolisme lebih lama di liver, terutama pada turunan asam karboksilat yang
tidak aktif. Metabolisme diperantari dengan sitokrom P450 isoenzim CYP3A4
dan CYP2B6, dan untuk lebih rendah jangkauannya dengan CYP1A2, CYP1A1
dan CYP2C19 (Martindale, ed 36). Obat ini juga menyebabkan hemostasis, dan
56
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pendarahan. Resiko tergantung variabel yang banyak, termasuk penggunaan obat
secara bersamaan yang merubah hemostasi pada pemakaian ganda (Drug
Information Handbook). Penggunaan obat golongan obat anti hipertensi cukup
banyak, hal ini sesuai seperti yang digambarkan pada karakteristik subjek
penelitian berdasarkan penyakit komplikasi yang paling banyak diderita yaitu
hipertensi (Gunawan, dkk., 2009).
b. Obat Saluran Cerna
Obat saluran cerna merupakan golongan obat kedua terbanyak
pemakaiannya pada pasien rawat inap yang menderita GGK di RS Pelabuhan.
Obat saluran cerna pada penelitian ini merupakan golongan PPI, Antagonis
Reseptor Histamin 2, antiemetik, pencahar, antidiare, serta enzim untuk
pencernaan. Masing – masing mempunyai banyak efek terapi tergantung pada
pasien, contohnya : golongan PPI (Omeprazole) dapat digunakan pada pasien
yang menderita GERD, Peptic Ulcer Disease, dan penyakit peptik lainnya. Sama
halnya dengan golongan yang lain, tergantung besar pemberian dan frekuensi
pemberian dosisnya saja. Dan juga berfungsi mengatasi efek samping yang timbul
dari penggunaan obat kardiovaskular yang digunakan oleh pasien untuk mengatasi
keluhan lainnya.
Salah satunya pada obat antagonis reseptor serotonin yaitu, ondansetron
yang berguna sebagai anti mual & anti muntah, beberapa pasien untuk mengatasi
obat kardiovaskular yang mempunyai efek samping mual seperti, clopidogrel
yang diberikan pada 10 pasien. Obat ini bekerja secara selektif memblokir
serotonin, keduanya secara peripelar pada penghapit saraf vagal dan secara sentral
dalam pemacu daerah kemoreseptor (Drug Information Handbook).
c. Obat Antiinfeksi
Penggunaan antiinfeksi terdapat 2 macam pada pemakaian penelitian ini,
yaitu antibiotik dan anti tubercolusis, karna ada beberapa pasien yang mengalami
tubercolusis seperti pada beberapa pasien. Obat antibiotik yang paling banyak
digunakan yaitu ceftriaxone, Ceftriaxone bekerja menghambat sintesis membran
57
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sel bakteri dengan ikatan satu ikatan atau lebih dari protein penicilin pengikatm
yamg berubah menghambat bentuk tahap akhir transpeptidation dari sintesis
membran peptidoglycan sel bakteri, dan juga menghambat biosintesis sel
membran (Drug Information Handbook).
d. Obat Sistem Saraf
Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat (SSP) merupakan obat yang
hampir semua obat SSP bekerja pada reseptor khusus yang mengatur transmisi
sinaps. Obat susunan saraf terdiri dari beberapa golongan yaitu analgesik –
antipiretik, AINS, ansiolitik, antipsikosis, antidepresan. Namun ada beberapa obat
yang tidak terdapat pada penelitian in yaitu, golongan hipnotik sedatif, dan anti
epilepsi
Obat analgesik antipiretik serta obat antiinflamasi nonsteroid (AINS)
merupakan salah obat yang banyak diresepkan dan juga digunakan tanpa resep
dokter. Salah satu fungsi dari golongan seperti golongan antiinflamasi nonsteroid-
antipirai, . Tetapi harus diingat bahwa obat ini hanya meringankan gejala nyeri
dan inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara simtomatik, tidak
menghentikan, memperbaiki atau mencegah jaringan pada kelainan muskoskeletal
(Gunawan, dkk., 2009). Contoh obat yang paling digunakan adalah farmadol yang
mempunya zat aktif parasetamol (acetaminophen). Acetaminophen menghambat
sintesis prostaglandid pada sistem saraf pusat, dan secara periferal memblokade
impuls nyeri umum, secara antipiresis dari inhibisi pusat pengatur panas pada
hipotalamus (Drug Information Handbook).
e. Obat Anti Alergi
Obat alergi yang banyak digunakan oleh pasien GGK yaitu falergi
(Cetirizine) yang cukup aman bagi segala usia. Cetirizin adalah metabolit aktif
dari hidroksizin yang memiliki masa kerja yang lebih panjang, serta merupakan
antihistamin yang selektif, Diaman hidrosizin merupakan antihistamin generasi
kedua (Gunawan, dkk., 2009). Cetirizine digunakan oleh 4 pasien.
58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
f. Obat Saluran Pernafasan
Dalam penelitian ini terdapat 3 golongan obat yang digunakan yaitu
antitusif, mukolitik dan antiasma. Obat paling banyak ditemukan adalah
ambroksol sebagai mukolitik, yaitu diberikan kepada 4 pasien. Obat mukolitik
ialah obat yang dapat mengencerkan sekret saluran napas dengan jalan memecah
benang-benang mukoprtein dan mukopolisakarida dari sputum (Gunawan, dkk.,
2009).
g. Obat Hormon
Obat hormon dapat mempunyai banyak fungsi, salah satunya pada
penelitian ini obat hormon terbanyak diberikan yaitu dexamethasone.
Dexamethasone merupakan obat golongan kortikosteroid yang mempunyai
banyak fungsi, bisa sebagai antiinflamasi, antialergi, dan penyakit lainnya yang
responsif terhadap glukokortikoid (MIMS Indonesia). Mekanisme menguraangi
inflamasinya dengan menekan perpindahan neutrofil, mengurangi produksi
mediator inflamasi, dan mengembalikan peremeabilitas kapiler yang meningkat,
menekan respons imun yang normal. (Drug Information Handbook).
h. Obat Sistem Endokrin
Obat sistem endokrin pada penelitian ini ditemukan sebagai agen antidiates.
Karena terdapat 6 pasien yang mengalami diabetes mellitus. Obat yang paling
banyak digunakan melalui rute injeksi, yaitu Novorapid (Insulin Asparatat).
Novorapid digunakan untuk terapi DM tipe 1 & 2 , sedangkan juga terdapat
Lantus (Insuline glargine) yang diberikan pada 1 pasien saja. Banyaknya
penggunaan injeksi novorapid disebabkan karena memiliki kerja yang cepat
(rapid acting) serta memiliki keunggulan dalam hal penyuntikannya. Insulin dapat
disuntikkan 15 menit sebelum makan dan insulin regular dapat disuntikkan 30
menit sebelum makan. (Inten Novita, 2015)
Pada rute oral terdapat 3 jenis antidiabetes yaitu, metformin, glukuidon, dan
glimerpiride. Sedangkan pemberian terbanyak pada metformin diberikan
sebanyak 3 pasien. Metformin adalah obat golongan biguanid, yang mejadi lini
59
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pertama pada obat antidiabetes pada rute oral dan juga dapat diberikan secara
monoterapi serta tergolong memiliki harga yang relatif murah (Inten Novita,
2013).
i. Nutrisi
Nutrisi yang diberikan pada pasie GGK pada penelitian ini terdapat nutrisi
pada pasien hemodialisa, dan nutrisi untuk mengatasi gangguan ginjalnya itu
sendiri. Salah satunya aminefron, diberikan sebanyak 5 pasien. Aminefron
merupakan nutrisi penunjang pada pasien GGK, berfungsi sebagai nutrisi diet
tinggi kalori & rendah protein, khususnya pada pasien hemodialisa. Selain itu
terdapat Bicnat (Natrium Bikarbonat) diberikan sebanyak 14 pasien, merupakan
agen pengalkali. Bicnat dapat dijadikan obat multifungsi terapi, dapat dijadikan
terapi kardio, asidosis metabolik, antasid dan gagal ginjal kronik itu sendiri.
Berdisosiasi untuk menjaga ion bikarbonat dengan menetralisir konsentrasi ion
hidrogen dan meningkatkan pH darah dan urin (Drug Infromation Handook).
j. Vitamin & Mineral
Vitamin dan beberapa mineral penting untuk metabolisme. Vitamin
merupakan senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil
untuk mempertahankan kesehatan dan sering kali bekerja sebagai kofaktor untuk
enzim metabolisme. Sedangkan mineral merupakan senyawa anorganik yang
merupakan bagian penting dari enzim, mengatur berbagai fungsi fisiologis, dan
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan termasuk tulang
(Gunawan, dkk., 2009).
Obat yang digunakan pada golongan ini yaitu vitamin B, Vit C, Vit K dan
antianemia vitamin B kompleks sebagai vitamin neutropik yang sangat baik
deiberikan pada pasien lanjut usia. Lalu golongan obat antianemia yang
digunakan adalah asam folat. Keadaan anemia pada pasien salah satunya dapat
disebabkan oleh defisiensi nutrisi tertentu dan karena penyakit penyerta yang
dialami pasieng gagal ginjal kronik itu sendiri. Anemia merupakan keadaan
defisiensi eritrosit oengangkut oksigen (Katzung, 2010).
60
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
k. Kemoterapetik
Pada penelitian ini hanya 1 obat yang ditemukan diberikan pada 1 pasien,
yaitu hydrea (hidroksi urea). Hidroksi urea bekerja mengganggu dengan
mensintesis DNA, selama fase S dari pembelahan sel, tanpa mengganggu sintesis
RNA, dengan menghambat ribonukleosida difosfat reduktase, mencegah
perubahan ribonukleotida menjadi deoksiribonukleotida, siklus sel tertentu untuk
fae S dan menahan sel lain pada fase G1 pada siklus sel (Drug Information
Handbook).
l. Larutan IV & Steril Lain
Pada penelitian ini terdapat Larutan IV yang berfungsi sebagai albumin
(octalbin). Octalbin yang diberikan dalam bentuk larutan 20 % x 50 mL, obat ini
biberikan pada 6 pasien. Albumin dapat memperbaiki dan memelihara sirkulasi
volume darah (MIMS Indonesia). Albumin menjaga peningkatan tekanan onkotik
intrasvaskular dan menyebabkan pergerakan cairan intertisial ke celah
intravaskular (Drug Information Handbook).
4.2.3 DRPs Kategori Dosis Dibawah Dosis Terapi
Pemberian obat dengan dosis dibawah terapi mengakibatkan tidak efektif
dalam mencapai efek terapi yang diinginkan. Dosis pemberian harus sesuai
dengan keadaan pasien dan dosis yang sudah ditetapkan pada literatur (Drug
Information Handbook). Data dosis pasien dibandingkan dengan beberapa
literatur seperti Drug Information Handbook, ISO dan MIMS Indonesia. Penilaian
evaluasi DRPs dosis dibawah dosis terapi pada pasien didasarkan pada dosis
regimen yang diberikan terhadap literatur. Dari hasil analisis deskriptif dapat
ditemukan bahwa terdapat 9 (34,62 %) pasien dari 26 jumlah pasien yang
mengalami DRPs kategori dosis dibawah dosis terapi obat pada pasien rawat inap
GGK di Rumah Sakit Pelabuhan. Dari 9 pasien terdapat 10 obat yang berpotensi
tidak tepat dosis berada dibawah dosis terapi, yaitu Aminefront sebanyak 5 kali
(50 %), diikuti dengan Isosorbid Dinitrate (ISDN) sebanyak 3 kali (30 %), lalu
masing –masing, Captopril dan Furosemid yang masing – masing 1 kali (10 %).
61
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Aminefront tidak tepat dosis dikarenakan, pada dosis pemberian
regimennya hanya diberikan maksimal 3 kaplet 3x sehari. Sedangkan di dalam
literatur MIMS Indonesia pemberian diberikan 4-8 kaplet 3x sehari pada pasien
LFG 5-50 mL/menit, hal ini terjadi pada semua pasien sampel yang diberikan
aminefront. Sehingga dapat disimpulkan pemberian dosis aminefront tidak sesuai
dengan literatur yang ada dan tidak tepat pemberian dosisnya. Obat ini harus lebih
diperhatikan dan dievaluasi lagi kedepannya. Aminefront merupakan nutrisi untuk
menunjang terapi disfungsi ginjal kronik, dalam kombinasi diet tinggi kalori
rendah protein (MIMS Indonesia).
Untuk golongan kardiovaskular terdapat ISDN, captopril dan furosemid
jika digabungkan golongan ini sama banyaknya dengan aminefront terdapat 5 kali
kejadian atau yang terbanyak pada penelitian ini. Hal ini serupa dengan penelitian
Stephanie Belaiche dkk pada tahun 2010 pada RS Universitas Grenoble, terdapat
27 kejadian (28,4 %) dari 69 kejadian dosis pemberian dibawah dosis terapi. Obat
kardiovaskular paling banyak terjadi DRPs tidak tepat dosis dibawah terapi.
Dari aspek interaksi obat yang tidak tepat dosis di bawah dosis terapi,
terdapat 1 kejadian interaksi obat yang berefek pada dosis yaitu pada pasien
nomer 20, ketorolac diberikan bersamaan dengan captopril. Ketorolac
menurunkan efek captopril dengan antagonis farmakodinamik, dan interaksi ini
berpotensi membahayakan (moderat), ditambah lagi dosis captopril yang
diberikan kurang dari dosis terapi sehingga menyebabkan tidak tercapainya efek
terapi yang diinginkan.
4.2.4 DRPs Kategori Dosis Diatas Dosis Terapi
Pemberian obat dengan dosis diatas terapi mengakibatkan peningkatan
resiko efek toksik. Dosis pemberian harus sesuai dengan keadaan pasien dan dosis
yang sudah ditetapkan pada literatur (Drug Information Handbook). Data dosis
pasien dibandingkan dengan beberapa literatur seperti Drug Information
Handbook, ISO dan MIMS Indonesia. Penilaian evaluasi DRPs dosis dibawah
dosis terapi pada pasien didasarkan pada dosis regimen yang diberikan terhadap
literatur. Dari hasil analisis deskripif dapat ditemukan bahwa, terdapat 22 (84,62
%) pasien dari 26 jumlah pasien yang mengalami DRPs kategori dosis diatas dosis
62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terapi obat pada pasien rawat inap GGK di Rumah Sakit Pelabuhan. Dari 22
pasien terdapat 42 obat yang berpotensi tidak tepat dosis berada diatas dosis
terapi, yaitu pada obat saluran GI terjadi sebanyak 16 kali kejadian (38,1 %),
paling banyak terjadi pada antiemetik vometa (Domperidone) terjadi 10 kali
(23,81 %). Lalu diikuti obat golongan kardiovaskular terdapat 15 kali (35,71 %)
kejadian, golongan kardiovaskular yang paling banyak adalah acetensa / losartan
(AR Angiotensin II) terjadi 8 kali (18,05 %) dibanding obat kardiovaskular
lainnya, diikuti dengan obat antiinfeksi sebanyak 7 kali (16,67 %), lalu obat
antialergi Falergi (Cetrizine) sebanyak 2 kali (4,76 %), dan sisanya Obat Sistem
Saraf Profenid (Ketoprofen) & obat sistem pernafasan (Codipront) masing –
masing sebanyak 1 kali (2,38 %). Hasil penelitian pada kategori ini sangat
berbeda dengan penelitian Stephanie Belaiche pada tahun 2010 pada RS
Universitas Grenoble, dimana golongan obat yang mengalami tidak tepat dosis
diatas dosis terapi adalah golongan kardiovaskular. Terdapat 24 kali (25,3 %)
kejadian yang berpotensi, sementara golongan sistem GI hanya sebanyak 11 kali
(13,4 %) dari 51 kejadian. Pada pemberian vometa (Domperidone) untuk semua
pasien di penelitian ini, semuanya mengalami tidak tepat dosis (too high dose), hal
ini harus diperhatikan dan dievaluasi ke depannya. Vometa mempunyai
kandungan domperidone, dimana dalam pemakaiannya harus dikurangi dari 2-3
kali sehari menjadi 1-2 kali sehari. (Drug Information Handbook, 17th Edition)
Pada kategori DRPs dosis diatas terapi ini, berbeda dengan DRPs dosis
dibawah terapi. Kita harus melihat kondisi ginjal pasien dari beberapa parameter,
yaitu LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) dan Clcr (Clearance Creatinine).
Clcr merupakan parameter yang paling praktis untuk menilai fungsi ginjal
di sebagian besar kondisi klinis. Dikarenakan menggunakan serum creatinin (SCr)
masih kurang akurat, dikarenakan dipengaruhi dengan diet (vegetarian dan
suplemen creatinine), berat badan (amputasi dan malnutrisi), dan beberapa terapi
obat (simetidin dan trimethoprim) dalam faktanya senyawa endogen dapat
membuat keuntungan besar. Persamaan tergantung pada konsentrasi SCr dan
ukuran yang terbatas, ditambah sekresi tubular dari creatinine yang menghasilkan
LFG lebih 20 % secara individu pada stage 2-4 (Hassan Yahaya, et.al 2009).
63
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Walaupun dengan keterbatasan ini, persamaan Cockroft – Gault merupakan
metode yang paling mendekati untuk menentukan dosis obat individu berdasarkan
fingsi ginjal pada kondisi klinis.
Dari aspek interaksi obat yang tidak tepat dosis di atas dosis terapi, terdapat
1 kejadian interaksi obat yang berefek pada dosis yaitu pada pasien nomer 9,
acetensa (losartan) yang diberikan bersamaan dengan metronidazole.
Metronidazole meningkatkan kadar losartan yang mempengaruhi metabolisme
pada enzim hati CYP2C9/10 (moderat) dan juga dapat menghambat konversi
losartan menjadi metabolit aktifnya E-3174 (minor), ditambah lagi losartan yang
diberikan pada dosis diatas terapinya. Karena itu dibutuhkan pengamatan respons
terapetik secara individu untuk menentukan dosis losartan.
4.3 Keterbatasan Penelitian
4.3.1 Kendala
1. Pengambilan data dan jumlah sampel
Pada proses pengambilan data ada beberapa data pasien yang kurang
lengkap, khususnya data berat badan pasien, sehingga tidak dapat
diambil data pasien dan menyebabkan sampel menjadi semakin
sedikit. Dan berpindahnya
2. Diagnosis data
Hasil laboratorium untuk pemeriksaan kadar serum kreatinin tidak
rutin dilaksanakan sehingga tidak dapat melihat perkembangan serum
kreatinin pasien. Dan hasil laboratorium lainnya juga tidak dilakukan
secara rutin.
4.3.2 Kelemahan
Penelitian ini memiliki kekurangan, diantaranya:
1. Penelitian deskriptif retrospektif
Pada penelitian deskriptif hanya dapat dilakukan demografi berupa hasil
analisis ketepatan untuk mengetahui DRPs pada terapi yang digunakan
oleh pasien. Selain itu metode retrospektif, dimana waktu kejadian
64
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sudah terjadi, tidak dapat dilakukan pertanyaan secara langsung pada
pasien.
a. Jumlah sampel
Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi sedikit
dikarenakan terdapat waktu yang tidak memenuhi kriteria dan
formulir terapi obat yang hilang.
b. Penelitian ini tidak dapat dikatakan seutuhnya rasional,
dikarenakan penilaian diagnosis pasien tidak secara langsung,
melainkan menarik kesimpulan dari diagnosis yang tercatat di
rekam medis.
4.3.3 Kekuatan
Penelitian ini sebelumnya belum pernah dilakukan di RS Pelabuhan Jakarta
Utara. Maka, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan gambaran
Drug Related Problems kategori penyesuaian dosis pada pasien rawat inap yang
menderita gagal ginjal kronik.
65
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa Drug Related Problems (DRPs)
pada kategori dosis dibawah dosis terapi terjadi sebanyak 9 pasien,
persentase tertinggi pada obat Aminefront.
2. Dari kategori dosis diatas dosis terapi menunjukan terjadi sebanyak
22 pasien, presentase tertinggi pada obat Vometa (Domperidone).
5.2 Saran
1. Perlu adanya monitoring dan evaluasi pemberian dosis obat terapi
GGK secara sistematis yang dilaksanakan secara teratur untuk
mengatasi DRPs.
2. Perlu adanya kerjasama dan kolaborasi yang tepat antara dokter,
apoteker, dan tenaga kesehatan lainnya untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kefarmasian dan pengobatan pada pasien, sehingga
didapatkan terapi yang tepat, efektif, dan aman.
66
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Julianti. 2009. Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap
di RS Haji Medan. Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakata
Universitas Sumatera Utara.
American Pharmacist Association. 2008. Drug Information Handbook
17th edition. Amerika : Lexi-Comp.
Angeles, M Via-Sosa, et al. Effectiveness of a Drug Dosing Service
Provided by Community Pharmacists in Polymedicated Elderly
Patients with Renal Impairment – a Comparative Study. Barcelona
: Faculty of Pharmacy University of Barcelona, Spain
Anonim, 2004, Keputusan Menkes RI nomor 1027 tahun 2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Departemen Kesehatan
RI, Jakarta
Batista, Alessandra, et al. 2013. Identifying Potential Drug Interactions in
Chronic Kidney Disease Patients. Juiz de Fora : Interdisciplinary
Center for Nephrology Studies Research and Care, Federal
University of Juiz de Fora
Belaiche, Stephanie, et.al. 2012. Pharmaceutical care in chronic kidney
disease : experience at Grenoble University Hospital from 2006 to
2010. Grenoble : Grenoble University Hospital.
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume
2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Cipolle, R.J, Strand, L.M., Morley P.C. 2004. Pharmaceutical Care
Practice The Clinician’s Guide, Second Edition, 73-119, McGraw-
Hill, New York
Dipiro, et al. 2005. Pharmacotherapy Handbook, sixth edition, (pg 800-
803). New York: MC Graw Hill.
Dipiro, et al. 2009. Pharmacotherapy Handbook, seventh edition, (pg
858). New York: MC Graw Hill.
Dr Suseno, Untung M, Kes dkk. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008.
Jakarta : Depkes RI.
67
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Eckardt Kai-Uwe, Kasiske B., Wheeler D., et.al. 2013. KDIGO 2012
Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of
Chronic Kidney Disease, Vol 3 issue 1 January (1) (pg 19 & pg 26-
29). Kidney International.
Gunawan, dkk., 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru.
Hassan, Yahaya et.al. 2009. Drug Use and Dosing in Chronic Kidney
Disease, Volume 38 no. 12. Penang : Universitas Sains Malaysia.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2012. ISO (Informasi Spesialite Obat)
Indonesia, Volume 47. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan.
Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10.
Jakarta: EGC.
Levey, Andrew S., Coresh, J., et al. (2002). National Kidney Foundation-
Kidney Disease Outcome Quality Initiative (NKF-K/DOQI),
K/DOQI Clinical Practice Guideliner for Chronic Kidney Disease:
Evaluation, Classification, and Stratification. Pg 3-4.
Mahmoud M.A. 2008. Drug Therapy Problems and Quality of Life in
Patients with Chronic Kidney Disease. Unversiti Sains Malaysia.
Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta : PT Rineka Cipta.
Medscape.com. online 1- 3 Oktober 2015
http://www.medscape.com/druginfo/ druginterchecker.
Mustika, Intan. 2009. Rasionalitas Penggunaan Obat Antihipertensi Pada
Penderita Stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. M. Ashari Pemalang. Surakarta :Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Intennovita. 2015. (Skripsi) Evaluasi Drug Related Problems Pada
Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara.
Jakarta : FKIK UIN Syarfi Hidayatullah Jakarta.
Nurhalimah. 2012. Studi Kasus Drug Related Problem Kategori
Penyesuaian Dosis Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik RSUD dr
MM Dunda Limboto. Gorontalo: Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo.
68
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (PerMenKes) No.58.
2014. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta :
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Price, Sylvia A., dan Wilson, Lorraine M. C. (2006). Patofisiologi:
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Vol. 2, Edisi 6. Jakarta:
EGC.
Rahardjo, P., Susalit, E., Suhardjono., 2006. Hemodialisis. Dalam:
Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Marcellus, S.K., Setiati, S.,
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi keempat. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 579-
580.
Rahmanto, Bagyo. 2011. Pemeliharaan Mesin Hemodialisa, Divisi Ginjal
dan Hipertensi RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013.Pedoman Pewancara Petugas
Pengumpul Data. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI
Roesli, R., 2008. Hipertensi, diabetes, dan gagal ginjal di Indonesia.
Dalam: Lubis, H.R., et al (eds). 2008. Hipertensi dan Ginjal. USU
Press, Medan: 95-108.
Rovers J.P. 2003. Identifying Drug Therapy Problems, dalam Rovers J.P.,
Currie .D., Hagel H.P., McDonough R.P., Sobotka J.L., A
Practical Guide to Pharmaceutical Care, Second Edition,2003, 15-
25, 54-64. Washington: , American Pharmaceutical Association
Siregar , Charles J.P., dan Lia A. 2004. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan
Penerapan. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Smeltzer, Suzanne C., dan Bare, Brenda G. (2002). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth, Vol. 1 dan 2,
Edisi 8. Jakarta: EGC.
Strand, LM., P.C. Morley dan R.J Cipolle. 1990. Drug Related Problems:
Their structure and function. DICP Ann Pharmacother
69
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sukandar, E., 2006. Neurologi Klinik, Edisi ketiga. Bandung: Pusat
Informasi Ilmiah (PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran UNPAD.
Suwitra, K., (2006). Penyakit Ginjal Kronik. Dalam Sudoyo, A.W.,
Setiyohadi, B., Alwi, I., Marcellus, S. K., Setiati, S., Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.(hal 570-573)
Sweetman, C Sean. Martindale the Complete Drug References, Thirty-
Sixth Edition. London : Pharmaceutical Press.
Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan,
Edisi 3. Jakarta: EGC.
Yoe, Ben. 2012. MIMS (Master Index of Medical Specialities) Edisi
Bahasa Indonesia, Volume 13. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.
70
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 1. Surat Permohonan Data dan Izin Penelitian Dari UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Prodi Farmasi
71
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lanjutan
72
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2 Alur Kerja Penelitian
Pertama, lihat Hasil Lab pasien khususnya pada kolom Clcr dan LFG. Untuk
mendapatkan hasil LFG dan Clcr pada tabel pertama harus dihitung dengan
perhitungan MDRD untuk LFG dan perhitungan Cockroft untuk Clcr. Untuk data
SCr didapat dari data lab.
1. Hitung LFG dahulu agar hasilnya dapat menentukan tingkat keparahan pasien
Rumus : Estimasi LFG (MDRD 4-variabel)
eLFG = 186 x (SCr)–1,154
x (usia) –0,203
x (0,742 jika wanita) x (1,210 jika
orang Afrika Amerika) Lalu, masukkan seluruh data – data yang berada pada
tabel pasien nomer 1 (laki –laki)
eLFG = 186 x (11,1)–1,154
x (62) –0,203
= 5 ml/ menit (isi pada tabel LFG)
2. Lalu hitung Clcr dengan rumus cockroft, Clcr digunakan sebagai parameter
penyesuaian dosis pada pasien GGK.
Rumus : ClCr (ml/min) = ( ) ( )
( ) (x 0,85 jika wanita)
Lalu, masukkan seluruh data – data yang berada pada tabel pasien nomer 1
(laki –laki)
Rumus : ClCr (ml/min) = ( ) ( )
( )
= 5,4 ml/ menit (isi pada tabel Clcr)
Sesuaikan data dosis obat pemberian pada dosis standarnya di literatur Drug
Information Handbook jika obat tidak membutuhkan penyesuaian dosis pada
pasien GGK langsung saja lanjutkan. (Contoh dibawah ini dosis standar
simvastatin untuk pasien normal tanpa gangguan ginjal)
73
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
Jika obat membutuhkan penyesuaian dosis pada pasien ggk, tandai obat dengan
warna merah pada tabel dosis. Pada literatur terdapat dosisnya tersendiri, contoh
untuk simvastatin dibawah ini (yang di tandai), Untuk gangguan ginjal yang parah
: Clcr <10 ml/menit, dosis awal 5 mg/hari dengan pemantauan. Sesuaikan Clcr
pasien yang kita dapat tadi dengan Clcr yang telah ditentukan disini, (Clcr pasien
sebesar 5,4 ml/menit)
74
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jika sudah didapat, masukan pada tabel dosis, ambil kesimpulan, ternyata didapat
pemberian dosis 1x10 mg, dimana hal ini lebih besaar dari literatur dengan dosis
awal 5 mg/hari . Lalu dapat diambil kesimpulan bahwa dosis yang diberikan tidak
tepat (diatas terapi). Tulis pada kolom penilaian angka 1 yang menunjukan dosis
tidak tepat dan angka 0 untuk dosis yang tepat.
75
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 3 Rekapitulasi Data Sampel
No L/
P
Usia
(tahun)
BB
(kg)
Tanggal
Dirawat
Penyakit
Penyerta/
Diagnosa dirawat
Obat
Yang digunakan
Nama
Generik Ket Rute Dosis obat
Waktu
penggunaan
Hasil laboratorium
SCr
(md/d
L)
LFG ClCr
1 L 62 55 1/5/14-17/5/14 CKD, CHF ISDN
Isosorbid
Dinitrat Antiangina Oral 3x5 mg
(1/5/14-
15/5/14)
(17/5/14) 11,1 5 5,4
Pladogrel Clopidogrel Antiplatelet Oral 1x75 mg 1/5/14-17/5/14
Simvastatin Simvastatin
Penurun
Kolesterol Oral 1x10 mg 1/5/14-17/5/14
Inj
Ondansentron Ondansentron Antiemetik IV 2x8 mg 1/5/14-14/5/14
Inj Rindonpump Omeprazole Lambung IV 2x20 mg 1/5/14-4/5/14
Inj Ranitidin Ranitidin Lambung IV
1x1
(50mg/mL) 01/05/2014
Inj Furosemid Furosemid Diuretik IV
(1x1)/(2x1)
(10mg/mL)
(2/5/14) /
(3/5/14-
17/5/14)
Fujimin Albumin Produk darah Oral 3x1
(2/5/14-
12/5/14)(16/5/
14)
Bicnat
Natrium
bikarbonat
Cairan
metabolik Oral 2x2 7/5/14-17/5/14
76
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Inj Ceftriaxone Ceftriaxone Antibiotik IV
(1x1g)/(2x2g
)
(8/5/14-
9/5/14) /
(10/5/14-
16/5/14)
Cataflam Diklofenak Antiinflamasi Oral 2x1 9/5/14-14/5/14
Sanmol PCT Antipiretik Oral 3x500 mg 9/5/14-17/5/14
OMZ Omeprazole
Lambung
(PPI) Oral 2x20 mg 5/5/14-14/5/14
Inj Kalmetasone Dexamethasoe Kortikosteroid Infus
1x1 ampul
(4mg)
12/5/14-
13/5/14
Octalbin Albumin Produk darah Infus 20%
(3,6,8,11,12,1
3,14/5/14)
Lansoprazole Lansoprazole
Lambung
(PPI) Oral 2x15 mg
14/5/14-
17/5/14
Vometa Domperidone Antiemetik Oral 3x10 mg
14/5/14-
17/5/14
Cefixime Cefixime Antibiotik Oral 2x100 mg
14/5/14-
17/5/14
2 L 70 65
21/10/14-
24/4/14
GE / Colic
Abdomen N Diatab Atapulgit Antidiare Oral 4x2
21/10/14-
23/10/14 3 22,1 21,1
Acetensa Losartan
Anti
Hipertensi Oral 1x1 (50 mg)
21/10/14-
24/10/14
Cobazym Cobazim Multivitamin Oral 3x1mg
21/10/14-
24/10/14
Lacidofil Lactobacillus
Antiinflamasi Oral 3x1 21/10/14-
77
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
rhamnoshus 24/10/14
Inj
Ondansentron Ondansentron Antiemetik IV 2x8 mg
21/10/14-
24/10/14
Inj Gastrofer Omeprazole Lambung(PPI) IV 2x20mg/mL
21/10/14-
24/10/14
Inj
Metronidazole Metronidazole Antibiotik IV
2x1 (500
mg)
21/10/14-
24/10/14
Inj Cefotaxim Cefotaxim Antibiotik IV 2x1
21/10/14-
24/10/14
Vometa Domperidone Antiemetik Oral 3x10 mg 24/10/2014
Prazotec Lansoprazole Lambung Oral 2x30mg 24/10/2014
Sulcolon Sulfalasazin Lambung Oral 2x500 mg 24/10/2014
3 L 70 50
18/12/14-
29/12/14 Melena, Leukimia Curcuma Kurkuminoid Nutrisi Oral
(3x1) (3x2
tab)
(18,19,22-
29/12/14))
(20/12/14-
21/12/14) 1,9 37,4 25,6
Estazor
As.
Ursodeoxokol
at Laksatif Oral 2x1
18/12/14-
29/12/14
Alprazolam Alprazolam Antiansietas Oral 2x0,25 mg
18/12/14-
29/12/14
Clopidogrel Clopidogrel Antiplatelet Oral 1x75 mg
18/12/14-
29/12/14
Cilostazol Cilostazol Antiplatelet Oral 2x1
18/12/14-
29/12/14
78
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Heptasan
Cyproheptadin
e HCl Antialergi Oral 3x1
18/12/14-
29/12/14
Inj Gastrofer Omeprazole Lambung(PPI) IV 2x20mg/mL
18/12/14-
29/12/14
Inj
Ondansentron Ondansentron Antiemetik IV 2x8 mg
18/12/14-
29/12/14
Inj Ceftriaxone Ceftriaxone Antibiotik IV 1x2 gr
18/12/14-
29/12/14
Farmadol PCT Antipiretik Oral 2x1 (500mg)
18/12/14-
29/12/14
Inj Vit C Vit C Vitamin IV 1x1 (500mg)
19/12/14-
29/12/14
Hydrea Hidroksi urea Antineoplastik Oral 2x500 mg
19/12/14-
29/12/14
Simarc Warfarin Antikoagulan Oral 1x2 mg
19/12/14-
29/12/14
Falergi Cetrizine HCl Antihistamin Oral 1x10 mg
19/12/14-
29/12/14
Laxadine syr Fenoftalenia Laksatif Oral 1x1 C
19/12/14-
29/12/14
Cetirizine Cetrizine Antihistamin Oral 1x1
22/12/14-
29/12/14
Minophagen Glycyrrhizine Liver IV 1x1
20/12/14-
29/12/14
CTM Klorfeniramin
Antialergi Oral 1x1 22/12/14-
79
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
maleat 29/12/14
Novorapid Insulin aspart Hormon IV 3x8 ui
20,21,22,23,24
,25,26,27,28,2
9/12/14
Thrombo
aspillet
Asetosal 80
mg Antikoagulan Oral 1x1 (80mg) 29/12/2014
Cefixime Cefixime Antibiotik Oral 2x100 mg 29/12/2014
Prazotec Lansoprazole Lambung Oral 2x30mg 29/12/2014
Vometa Domperidone Antiemetik Oral 3x10 mg 29/12/2014
4 L 44 68
13/3/14-
27/3/14
CHF, DM tipe 2,
CAD Fastolyn Syr Salbutamol Antiasma Oral 3x1 c
13/3/14-
27/3/14 1,6 50,2 56,7
Farmadol PCT Antipiretik Oral
3x1
(500mg)
13/3/14-
27/3/14
Vectrin syr Endostein Ekspektoran Oral 3x5 mg
13/3/14-
27/3/14
Inj
Ondansentron Ondansentron Antiemetik IV 2x8 mg
13/3/14-
27/3/14
Onetic Ondansentron Antiemetik Oral 4 mg
13/3/14-
27/3/14
Invomit Ondansentron Antiemetik IV 2x8 mg
13/3/14-
27/3/14
Renafac Ranitidin HCl Lambung Oral 2x1
13/3/14-
27/3/14
Levofoxacin Levofloxacin Antibiotik Oral 1x1 13/3/14-
27/3/14(1x500
80
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mg)
Falergi Cetrizine HCl Antialergi Oral 1x10 mg
14/3/14-
27/13/14
Inf Lantus
Insulin
Glargin Hormon IV 1x20 ui
13/3/14-
20/3/14
Mertrix Glimerpiride Antidiabetes Oral 1x1 (4 mg)
14/3/2014-
27/3/14
Inf Novorapid Insulin aspart Hormon IV 3x18 ui
15/3/14-
20/3/14
ISDN
Isosorbid
Dinitrat Antiangina Oral 2x5 mg
16/3/14-
27/3/14
Angiosten Losartan
Antagonis
angiotensin Oral 1x50 mg
16/3/14-
27/3/14
Digoxin Digoxin Jantung Oral
1x1 (0,25
mg)
16/3/14-
27/3/14
Pladogrel Clopidogrel Antiplatelet Oral 1x75 mg
16/3/14-
27/3/14
Letonal
Spironolacton
e Diuretik Oral 1x25 mg
16/3/14-
27/3/14
Inf Lanoxin Digoxin Jantung IV 1x0,25 mg
16/3/14-
27/3/14
Inj Furosemid Furosemid Diuretik Oral
1x1 tab
(10mg/mL)
17/3/14-
27/3/14
Inf Octalbin Albumin Produk Darah IV 20%
17,19,23,24,25
,26,27/3/14
81
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Vometa Domperidone Antiemetik Oral 3x10 mg 27/03/2014
Lansoprazole Lansoprazole Lambung Oral 2x15 mg 27/03/2014
5 L 58 70 27/5/14-3/6/14 HT Ketorolac Ketorolac Antiinflamasi IV
3x1
(10mg/mL) 27/5/14-2/6/14 3,9 17 20,4
Stabixin Sefoperazon Antibiotik IV 2x1 gr 27/5/14-2/6/14
Rhindonpump Omeprazole Lambung IV 2x20 mg 27/5/14-2/6/14
Profenid Ketoprofen Analgesik Oral 1x3 (100mg)
27/5/14-
31/6/14
Cefixime Cefixime Antibiotik Oral 2x100 mg 2/6/14-3/6/14
Lansoprazole Lansoprazole Lambung Oral 2x15 mg 2/6/14-3/6/14
6 P 65 66 8/1/14-13/1/14 Colic Renal Inj Ketorolac Ketorolac Antiinflamasi IV
3x1
(10mg/mL) 8/1/14-10/1/14 1,5 37 39
Inj
Ondansentron Ondansentron Antiemetik IV 1x4 mg 8/1/14-13/1/14
Inj Elpicef Ceftriaxone Antibiotik IV 2x1 vial 8/1/14-10/1/14
Pantoprazol Pantoprazol Lambung Oral 1x40 mg 8/1/14-13/1/14
Cobazym Cobazim Multivitamin Oral 3x1mg 9/1/14-13/1/14
Inpepsa Syr Sukralfat Lambung Oral
3x1
(100mg/mL) 9/1/14-13/1/14
Torasic Ketorolac Antiinflamasi IV
3x1
(10mg/mL)
10/1/14-
13/1/14
ISDN Isosorbid
Antiangina Oral 3x5 mg 10/1/14-
82
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dinitrat 13/1/14
Bisoprolol Bisoprolol B Bloker Oral 1x2,5
10/1/14-
13/1/14
Pladogrel Clopidogrel Antiplatelet Oral 1x75 mg
10/1/14-
13/1/14
Inj Ceftriaxone Ceftriaxone Antibiotik IV 2x1 gr
10/1/14-
13/1/14
Inj Torasic Ketorolac Antiinflamasi IV
3x1
(10mg/mL)
10/1/14-
13/1/14
Inj Pantoprazol Pantoprazol Lambung IV 1x40 mg
10/1/14-
13/1/14
Acetensa Losartan
Anti
Hipertensi Oral 1x1 (50 mg)
12/1/14-
13/1/14
Cefixime Cefixime Antibiotik Oral 2x200 mg
12/1/14-
13/1/14
OMZ Omeprazole Lambung Oral 2x20 mg
12/1/14-
13/1/14
Glucotica Metformin Antidiabetes Oral 1x500 mg 13/01/2014
Laxadine syr Fenoftalenia Laksatif Oral 1x2 c
12/1/14-
13/1/14
7 L 65 69 29/5/14-5/6/14
DM tpe I, CAD,
CHF Ciprofoxacin Ciprofloxacin Antibiotik Oral 2x500 mg 29/5/14-5/6/14 2,2 32 32,7
Prazotec Lansoprazole Lambung Oral 2x30mg 29/5/14-5/6/14
Vometa Domperidone Antiemetik Oral 3x10 mg 29/5/14-5/6/14
83
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Curcuma Kurkuminoid Nutrisi Oral 3x1 29/5/14-5/6/14
Inj Ranitidin Ranitidiin Lambung IV
1x1
(50mg/mL) 29/5/14-5/6/14
Inj
Ondansentron Ondansentron Antiemetik IV 2x8 mg 29/5/14-5/6/14
Inj Ketorolac Ketorolac Antiinflamasi IV
1x1
(10mg/mL) 29/5/14-5/6/14
Acetensa Losartan
Anti
Hipertensi Oral 1x1 (50 mg) 30/5/14-5/6/14
Glucotica Metformin Antidiabetes Oral
1x½
(500mg) 30/5/14-5/6/14
Digoxin Digoxin Jantung Oral
1x1 (0,25
mg) 30/5/14-5/6/14
Pectocyl Acetylcisteyn Mukolitik Oral 3x1 (200mg) 30/5/14-5/6/14
Glikuidon Glikuidon Antidiabetes Oral 3x½ (30mg) 30/5/14-5/6/14
Clopidogrel Clopidogrel Antiplatelet Oral 1x75 mg 30/5/14-5/6/14
Cobazym Cobazim Multivitamin Oral 3x1mg 30/5/14-5/6/14
V Block Karvedilol CCB Oral
2x½
(6,25mg) 30/5/14-5/6/14
Spinorolactone
Spironolacton
e Diuretik Oral 1x1 (25mg) 30/5/14-5/6/14
Persantin Dipirdamol Antiplatelet Oral 1x25mg 30/5/14-5/6/14
Furosemid Furosemid Diuretik Oral 1x½ (40mg) 30/5/14-5/6/14
84
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Falergi Cetrizine HCl Antialergi Oral 1x10 mg 2/6/14-5/6/14
Inj Gastrofer Omeprazole Lambung IV 3x20mg/mL 2/6/14-5/6/14
Inpepsa Sukralfat Lambung Oral
4x15 cc
(100mg/mL) 05/06/2014
8 L 74 93
30/12/13-
3/1/14 HT, TBC BTA + Aminefront Aminefron Nutrisi Oral 3x3 (25mg)
30/12/13-
3/1/14 3,8 16,6 22,4
Bicnat
Natrium
bikarbonat
Cairan
metabolik Oral 2x2
30/12/13-
3/1/14
Amlodipine Amlodipin CCB Oral 1x5 mg
30/12/13-
3/1/14
Inj Novorapid Insulin aspart Hormon IV 3x4 iu
30/12/13-
3/1/14
Inj Lasix Furosemid Diuretik IV
(1x1) (1x2)
(10mg/mL)
31/12/14,2/1/1
4
9 P 65 63 26/5/14-7/6/14 HT Inj Meropenem Meropenem Antibiotik IV 2x1 gr 26/5/14-6/6/14 4,6 10,1 12,1
Inj
Metronidazole Metronidazole Antibiotik IV
2x1 (500
mg) 26/5/14-6/6/14
Inj
Ondansentron Ondansentron Antiemetik IV 2x8 mg 26/5/14-6/6/14
Inj Rindonpump Omeprazole Lambung IV 1x20 mg 26/5/14-6/6/14
Simvastatin Simvastatin
Penurun
Kolesterol Oral 1x10 mg 27/5/14-7/6/14
Acetensa Losartan
Anti
Hipertensi Oral 1x1 (50 mg) 27/5/14-7/6/14
85
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nonflamin Tinoridin HCl Antiinflamasi Oral 3x1 (50mg) 27/5/14-7/6/14
Pladogrel Clopidogrel Antiplatelet Oral 1x75 mg 27/5/14-7/6/14
Inbion Inbion Multivitamin Oral 1x1 27/5/14-7/6/14
ISDN
Isosorbid
Dinitrat Antiangina Oral 3x5 mg 27/5/14-7/6/14
Inj Novorapid Insulin aspart Hormon IV 2x10 ui 27/5/14-7/6/14
Inf Kalnex
As
Traneksamat Antikoagulan IV
3x1
(50mg/mL) 28/5/14-5/5/14
Inf Vit K Vit K Multivitamin IV 3x1 (2,5mg) 28/5/14-5/5/14
Farmadol PCT Antipiretik Oral 2x1 (500mg) 28/5/14-5/5/14
Vit C Vit C Multivitamin Oral 1x1 (500mg) 28/5/14-5/5/14
Furosemid Furosemid Diuretik Oral 1x1 (40mg) 29/5/14-1/5/14
Interpect Ambroksol Mukolitik Oral 3x1 (30mg) 30/5/14-5/5/14
Inf Furosemid Furosemid Diuretik IV
(1x2 amp)
(10mg/mL) 30/5/14-6/6/14
Cefixime Cefixime Antibiotik Oral 2x200 mg 6/6/14-7/6/14
Vometa Domperidone Antiemetik Oral 3x10 mg 6/6/14-7/6/14
Prazotec Lansoprazole Lambung Oral 2x30mg 6/6/14-7/6/14
10 L 69 93
19/7/14-
24/7/14 HT, GERD Losartan Losartan
Anti
Hipertensi Oral 1x50 mg
19/7/14-
24/7/14 6,2 9,6 14,8
Mertrix Glimerpiride Antidiabetes Oral 1x1 (1mg) 19/7/14-
86
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24/7/14
Glucotica Metformin Antidiabetes Oral 1x500 mg
19/7/14-
24/7/14
PCT PCT Antipiretik Oral 3x1 (500mg)
19/7/14-
24/7/14
Persantin Dipirdamol Antiplatelet Oral 2x25mg
19/7/14-
24/7/14
Inj Ranitidin Ranitidin Lambung IV
2x1 (50
mg/mL)
19/7/14-
24/7/14
Inj
Ondansentron Ondansentron Antiemetik IV 2x8 mg
19/7/14-
24/7/14
Inj Ceftazidim Ceftazidi Antibiotik IV 3x1 gr
19/7/14-
24/7/14
Inj Rindonpump Omeprazole Lambung IV 2x20 mg
19/7/14-
24/7/14
Acetensa Losartan
Anti
Hipertensi Oral 1x1 (50 mg)
21/7/14-
24/7/14
Letonal
Spironolacton
e Diuretik Oral 1x25 mg
21/7/14-
24/7/14
Furosemid Furosemid Diuretik Oral 1x2 (40mg)
21/7/14-
24/7/14
Clonidine Clonidine
Anti
Hipertensi Oral
2x1
(0,25mg)
21/7/14-
24/7/14
Amlodipine Amlodipin CCB Oral 1x5 mg
23/7/14-
24/7/14
87
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Aminefront Aminefron Nutrisi Oral 3x2 (25mg)
23/7/14-
24/7/14
Vometa Domperidone Antiemetik Oral 3x10 mg 24/07/2014
Cefixime Cefixime Antibiotik Oral 2x100mg 24/07/2014
Prazotec Lansoprazole Lambung Oral 1x30mg 24/07/2014
11 L 55 65 28/4/14-5/5/14 CKD, CHF Acetensa Losartan
Anti
Hipertensi Oral 1x1 (50 mg) 28/4/14-5/5/14 7,1 8,6 10,8
Pladogrel Clopidogrel Antiplatelet Oral 1x75 mg 28/4/14-5/5/14 7,4
Simvastatin Simvastatin
Penurun
Kolesterol Oral 1x10 mg 28/4/14-5/5/14 6,6
Persantin Dipirdamol Antiplatelet Oral 2x25 mg 28/4/14-5/5/14
Bicnat
Natrium
bikarbonat
Cairan
metabolik Oral 1x2 tab 28/4/14-5/5/14
Aminefront Aminefron Nutrisi Oral
3x1 tab
(3x2)
(25mg)
28/4/14
(1/5/14-
5/5/14)
Interpect Ambroksol Mukolitik Oral 3x1 (30mg) 28/4/14-5/5/14
Inj Stabixin Sefoperazon Antibiotik IV 2x1 gr 28/4/14-5/5/14
Inj OMZ Omeprazole Lambung IV 1x40 mg/mL 28/4/14-5/5/14
Inj Furosemid Furosemid Diuretik IV
2x2
(10mg/mL) 28/4/14-5/5/14
Inj Gastrofer Omeprazole Lambung(PPI) IV 1x20mg/mL 28/4/14-5/5/14
88
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Cedocard
Isosorbid
Dinitrat Antiangina Oral 3x10 mg 29/4/14-5/5/14
Inf Novorapid Insulin aspart Hormon IV 3x8 ui
30/4/14-
/5/5/14
CaCO3 CaCO3 Lambung Oral
3x1 tab
(250mg) 2/5/14-5/5/14
V Block Karvedilol CCB Oral
1x6,25 mg
(2x2)
2/5/14
(3/5/14)
Furosemid Furosemid Diuretik Oral 2x1 (40mg) 4/5/14-5/5/14
Tensivask Amlodipin
Ca angiotensin
antagonist Oral 1x10 mg 05/05/2014
Cefixime Cefixime Antibiotik Oral 2x100 mg 05/05/2014
12 L 70 66
11/12/14-
14/12/14
CKD, CAD,
Ketosidosis Persantin Dipirdamol Antiplatelet Oral 2x25 mg
11/12/14-
14/12/14 1,8 39,8 35,7
Theobrom syr Teofilin Antiasma Oral
3x1
(130mg/15m
L)
11/12/14-
14/12/14
Cedocard
Isosorbid
Dinitrat Antiangina Oral 3x10 mg
11/12/14-
14/12/14
Cordaron Amlodaron Antidisritmia Oral 1x2 (200mg)
11/12/14-
14/12/14
Inj Faslev Levofloxacin Antibiotik IV 1x750 mg
11/12/14-
14/12/14
Inj Gastrofer Omeprazole Lambung(PPI) IV 1x20mg/mL
11/12/14-
14/12/14
89
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Inj Kalmeco Mecobalamin Multivitamin IV
2x1
(500mcg/mL
)
11/12/14-
14/12/14
Fluxum Parnaparin Antikoagulan Oral 2x0,4 mg
11/12/14-
14/12/14
Citicolin Sitikolin Vasodilator Oral 2x500 mg
11/12/14-
14/12/14
Tensivask Amlodipin
Ca angiotensin
antagonist Oral 1x5 mg
12/12/14-
14/12/14
Levofloxacin Levofloxacin Antibiotik IV 1x750 mg
12/12/14-
14/12/14
Novorapid Insulin aspart Hormon IV 3x5 ui
12/12/14-
14/12/14
13 P 55 55
17/3/14-
20/3/14
Oedema paru,
CKD ISDN
Isosorbid
Dinitrat Antiangina Oral 3x10 mg
18/3/14-
20/3/14 13,8 3 4
Pladogrel Clopidogrel Antiplatelet Oral 1x75 mg
18/3/14-
20/3/14
Tensivask Amlodipin
Ca angiotensin
antagonist Oral 1x10 mg
18/3/14-
20/3/14
Bicnat
Natrium
bikarbonat
Cairan
metabolik Oral 2x2 tab
18/3/14-
20/3/14
Simvastatin Simvastatin
Penurun
Kolesterol Oral 1x5 mg
18/3/14-
20/3/14
Acetensa Losartan
Anti
Hipertensi Oral 1x1 (50 mg)
18/3/14-
20/3/14
90
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Inj Ceftriaxone Ceftriaxone Antibiotik IV 1x1 gr
18/3/14-
20/3/14
Inj Metil
Prednisolon
Metil
Prednisolon Kortikosteroid IV 1x25 mg
18/3/14-
20/3/14
Inj Ranitidin Ranitidin Lambung IV
2x1 (50
mg/mL)
18/3/14-
20/3/14
Cefixime Cefixime Antibiotik Oral 2x100 mg 20/03/2014
Ranitidine tab Ranitidin Lambung Oral 2x150 mg 20/03/2014
14 L 56 62
27/4/14-
17/5/14 CKD, CHF Bicnat
Natrium
bikarbonat
Cairan
metabolik Oral 2x2 tab
27/4/14-
17/5/14
3,6
(post
HD) 18,7 20,1
V Block Karvedilol CCB Oral
(1x6,25 mg)
(½x6,25)
(27/4/14-
30/4/14)
(30/4/14-
17/5/14)
4,3
(post
HD)
Cipralex Escitalopram Antidepresi Oral 1x½ (10mg)
27/4/14-
17/5/14 4,9
Vitazym Vitazym Saluran cerna Oral 1x1 tab
27/4/14-
17/5/14
Vit B12 Vit B12 Multivitamin Oral 3x1 tab
27/4/14-
17/5/14
Ethambutanol Etambutol Anti TBC Oral 1x1000 mg
27/4/14-
17/5/14
INH Isoniazid Anti TBC Oral 1x300 mg
27/4/14-
17/5/14
91
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Rifampicyn Rifampisin Anti TBC Oral 1x450 mg
27/4/14-
17/5/14
PZA Pirazinamid Anti TBC Oral 1x1000 mg
27/4/14-
17/5/14
Inj
Streptomycin Streptomycin Anti TBC IV 1x750 mg 27/4/14-6/5/14
Inj Ranitidin Ranitidin Lambung IV
2x1 (50
mg/mL)
27/4/14-
17/5/14
Inj Rindonpump Omeprazole Lambung IV
1x1 amp
(20mg) 28/4/14-9/5/14
Inj
Ondansentron Ondansentron Antiemetik IV 2x8 mg 28/4/14-9/5/14
Inj Furosemid Furosemid Diuretik IV
2x2
(10mg/mL)
28/4/14-
17/5/14
Inf Dopamin Dopamin Obat syok IV 5-10 mcg
28/4/14-
29/4/14
Cedocard
Isosorbid
Dinitrat Antiangina IV 3x10 mg
28/4/14-
17/5/14
Curcuma Kurkuminoid Nutrisi Oral 3x1
30/4/14-
17/5/14
Cobazym Cobazim Multivitamin Oral 3x1mg
31/5/14-
17/5/14
Octalbin Albumin Produk darah IV 20%
5,6,7,8,9,13,14
/5/14
Persantin Dipirdamol Antiplatelet Oral 2x25 mg 31/5/14-
92
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17/5/14
Inj
Dexamethasone
Dexamethason
e Kortikosteroid IV
4x1 amp
(0,5mg/mL) 5/5/14-9/5/14
Metycobal Mekobalamin Vitamin Oral 3x1 kap 5/5/14-17/5/14
Betaserk Betahistin Antivertigo Oral 2x12 mg 5/5/14-17/5/14
N Diatab Atapulgit Antidiare Oral 4x2 5/5/14-17/5/14
Lacto B Lactobacillus Antidiare Oral 3x1 tab 5/5/14-17/5/14
Metronidazole Metronidazole Antibiotik Oral
2x1 (500
mg) 5/5/14-17/5/14
Prazotec Lansoprazole Lambung Oral 1x30mg 7/5/14-17/5/14
Pladogrel Clopidogrel Antiplatelet Oral 1x75 mg 8/5/14-17/5/14
Alprazolam Alprazolam Antiansietas Oral 1x0,25 mg 9/5/14-17/5/14
15 L 40 69
21/3/14-
11/4/14 HT, DM Sistenol PCT Antipiretik Oral 1x500 mg
21/3/14-
24/3/14
6,1
(pre
HD) 11 15,7
Inj
Cefoperazone Cefoperazone Antibiotik IV 2x1 gr
21/3/14-
25/3/14
4,4
(post
HD)
Inj Gastrofer Omeprazole Lambung(PPI) IV 1x20mg/mL
21/3/14-
11/4/14 2
Octalbin Albumin Produk darah IV 20% 21,28/3/14
Inj Furosemid Furosemid Diuretik IV
1x2
(10mg/mL)
21/3/14-
23/3/14 /
93
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Inj Ketorolac Ketorolac Antiinflamasi IV
1x1
(10mg/mL)
21/3/14-
22/3/14
Inj
Ondansentron Ondansentron Antiemetik IV 1x4 mg
21/3/14-
22/3/14
Inj OMZ Omeprazole Lambung IV 1x40 mg/mL
21/3/14-
22/3/14
Laxadine syr Fenoftalenia Laksatif Oral 3x1c
22/3/14-
11/4/14
Inj Stabixin Sefoperazon Antibiotik IV 2x1 gr
24/3/14-
11/4/14
Interpect Ambroksol Mukolitik Oral 3x1 (30mg)
26/3/14-
28/3/14
ISDN
Isosorbid
Dinitrat Antiangina Oral 3x5 mg
26/3/14-
11/4/14
Pladogrel Clopidogrel Antiplatelet Oral 1x75 mg
26/3/14-
11/4/14
Simvastatin Simvastatin
Penurun
Kolesterol Oral 1x10 mg
26/3/14-
11/4/14
Acetensa Losartan
Anti
Hipertensi Oral 1x1 (50 mg)
26/3/14-
11/4/14
Codipront Codein Ekspektoran Oral 3x30mg
28/3/14-
11/4/14
V Block Karvedilol CCB Oral 1x6,25 mg 4/4/14-11/4/14
Inj Hemapo Epoetin Alfa Hematopoletik IV 1x 50 iun 4/4/14-11/4/14
94
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fujimin Albumin Produk darah Oral 3x2 tab 5/4/14-11/4/14
Inj Furosemid Furosemid Diuretik IV
2x2
(10mg/mL)
5/4/14-
11/4/14
Cefixime Cefixime Antibiotik Oral 2x100 mg 8/4/14-11/4/14
Lansoprazole Lansoprazole
Lambung
(PPI) Oral 2x15 mg
10/4/14-
11/4/14
Furosemid tab Furosemid Diuretik Oral 2x2 (40mg)
10/4/14-
11/4/14
16 P 64 65
17/9/14-
30/9/14
GERD, HT
Cellulitis Inj Stabixin Sefoperazon Antibiotik IV 2x1 gr
17/9/14-
30/9/14 3,2 15,5 18,2
Inj
Metronidazole Metronidazole Antibiotik IV
2x1 (500
mg)
17/9/14-
23/9/14
Inj
Ondansentron Ondansentron Antiemetik IV 2x8 mg
17/9/14-
20/9/14
Inj Renafac Ranitidin Lambung IV 2x1
17/9/14-
30/9/14
PCT PCT Antipiretik Oral 2x1 (500mg)
17,18,20,21,22
,21,24,25,26,2
7/9/14
Simarc Warfarin Antikoagulan Oral 1x2 mg
18/9/14-
23/9/14
Farmadol PCT Antipiretik Oral 2x1 (500mg) 18,19,26/4/14
Tomit drip
Metokloprami
d Antiemetik Oral
2x1
(10mg/2mL)
19/9/14-
30/9/14
95
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ketorolac Ketorolac Antiinflamasi Oral
3x1
(10mg/mL)
19/9/14-
30/9/14
Neurosanbe Neurosanbe Multivitamin Oral 1x1 tab
19/9/14-
30/9/14
Pladogrel Clopidogrel Antiplatelet Oral 1x75 mg
22/9/14-
23/9/14
Clopidogrel Clopidogrel Antiplatelet Oral 1x75 mg 23/09/2014
Cefixime Cefixime Antibiotik Oral 2x100 mg
24/9/14-
30/9/14
Lansoprazole Lansoprazole
Lambung
(PPI) Oral 2x15 mg
24/9/14-
30/9/14
Furosemide Furosemid Diuretik Oral 1x1 (40mg)
25/9/14-
30/9/14
Letonal
Spironolacton
e Diuretik Oral 1x25 mg
25/9/14-
30/9/14
Kalnex
As
Traneksamat Antikoagulan Oral
3x1 tab
(250mg)
27/9/14-
30/9/14
Kalmetason
Dexamethason
e Kortikosteroid IV
1x1 amp
(4mg)
27/9/14-
28/9/14
Inj Kalnex
As
Traneksamat Antikoagulan IV
3x1
(50mg/mL) 30/09/2014
17 L 71 55 1/5/14-8/5/14
Dispnea, Abses
faringeal Persantin Dipirdamol Antiplatelet Oral 2x25 mg 1/5/14-8/5/14
8 (pre
HD) 7,1 6,7
ISDN
Isosorbid
Dinitrat Antiangina Oral 3x5 mg 1/5/14-8/5/14 2,5
(post
96
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HD)
Inj Gastrofer Omeprazole Lambung(PPI) IV 2x20mg/mL 1/5/14-8/5/14
Inj
Ondansentron Ondansentron Antiemetik IV 2x8 mg 1/5/14-8/5/14
Inj Kalmeco Mecobalamin Multivitamin IV
1x1
(500mcg/mL
) 1/5/14-8/5/14
Largactil Klorpormazin Antipsikosis Oral 1x12,5 mg 2/5/14-3/5/14
Inj Kalmetasone
Dexamethason
e Kortikosteroid IV
1x1 amp
(4mg) 2/5/14-4/5/14
Mertigo Betahistin Antivertigo Oral 3x8 mg 6/5/14-8/5/14
Frego Flunarizin Antimigrain Oral 1x10 mg 6/5/14-8/5/14
Prazotec Lansoprazole Lambung Oral 1x30mg 08/05/2014
18 P 68 72
16/12/14-
28/12/14 CKD grade V, HT Imdur
Isosorbid
Dinitrat
Anti
Hipertensi Oral 2x½ (60 mg)
16/12/14-
28/12/14 6,4 6,9 9,6
Losartan Losartan
Anti
Hipertensi Oral 1x1 (50 mg)
16/12/14-
19/12/14
Spinorolactone
Spironolacton
e Diuretik Oral 2x2 (25mg)
16/12/14-
20/12/14
Hapsen Bisoprolol
Anti
Hipertensi Oral 1x½ (5 mg)
16/12/14-
28/12/14
Aminefront Aminefron Nutrisi Oral
3x2 tab
(25mg)
16/12/14-
28/12/14
97
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bicnat
Natrium
bikarbonat
Cairan
metabolik Oral 4x2
16/12/14-
28/12/14
Inj Furosemid Furosemid Diuretik IV
(2x2 amp)
(2x1) (2x2)
(16/12/14-
19/12/14) (19-
24/12/14 )
(24/12/14-
28/12/14)
Pladogrel Clopidogrel Antiplatelet Oral 1x75 mg
17/12/14-
28/12/14
Tensivask Amlodipin
Ca angiotensin
antagonist Oral 1x5 mg
17/12/14-
28/12/14
Gastrofer Omeprazole Lambung(PPI) Oral 2x20mg/mL
17/12/14-
28/12/14
Farneuro Farneuro Multivitamin Oral 1x1 tab
17/12/14-
20/12/14
CaCO3 CaCO3 Lambung Oral
3x1 tab
(250mg)
17/12/14-
28/12/14
Clonidine Clonidine
Anti
Hipertensi Oral
2x½
(0,25mg)
18/12/14-
28/12/14
Acetensa Losartan
Anti
Hipertensi Oral 2x½ (50 mg)
19/12/14-
28/12/14
Kalmetason
Dexamethason
e Kortikosteroid IV
1x½ amp
(4mg)
20/12/14-
28/12/14
As. Folat As.Folat Multivitamin Oral 1x2 (0,4mg)
20/12/14-
28/12/14
98
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Falergi Cetrizine HCl Antialergi Oral 1x10 mg
21/12/14-
28/12/14
Ciprofoxacin Ciprofloxacin Antibiotik Oral 2x500 mg
21/12/14-
28/12/14
Fujimin Albumin Produk darah Oral 3x2 tab
23/12/14-
28/12/14
Laxadine syr Fenoftalenia Laksatif Oral 1x15 ml
24/12/14-
28/12/14
Albumin Albumin Produk darah IV 50 iu
24/12/14-
28/12/14
Octalbin Albumin Produk darah IV 20%
27/12/14-
28/12/14
Prazotec Lansoprazole Lambung Oral 2x30mg 28/12/2014
19 P 60 52
8/11/14-
9/11/14 CAD, CKD Bicnat
Natrium
bikarbonat
Cairan
metabolik Oral 2x2 tab
8/11/14-
9/11/14 5,3 8,8 9,3
Inj Ranitidin Ranitidin Lambung IV
2x1 (50
mg/mL)
8/11/14-
9/11/14
20 P 58 49
30/09/2014-
7/10/14
CHF (III), CKD
(v), HHD, ESRD,
GERD Bicnat
Natrium
bikarbonat
Cairan
metabolik Oral 2x2 tab
30/9/14-
7/10/14 3,4 14,7 14
Inj
Ondansentron Ondansentron Antiemetik IV 2x8 mg
30/9/14-
7/10/14
Inj Ketorolac Ketorolac Antiinflamasi IV
3x1
(10mg/mL)
(30/9/14-
1/10/14)
/(3/10/14-
99
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7/10/14)
Inj Ranitidin Ranitidin Lambung IV
2x1 (50
mg/mL)
30/9/14-
7/10/14
Inj Ceftriaxone Ceftriaxone Antibiotik IV 2x1 gr
30/9/14-
6/10/14
Inj
Dexamethasone
Dexamethason
e Kortikosteroid IV
3x
(0,5mg/mL)
30/9/14-
2/10/14
ISDN
Isosorbid
Dinitrat Antiangina Oral 3x5 mg
1/10/14-
7/10/14
Pladogrel Clopidogrel Antiplatelet Oral 1x75 mg
1/10/14-
7/10/14
Captopril Captopril
Anti
Hipertensi Oral 1x12,5
1/10/14-
7/10/14
Laxadine syr Fenoftalenia Laksatif Oral 3x2 c
2/10/14-
7/10/14
Alprazolam Alprazolam Antiansietas Oral 1x0,25 mg
3/10/14-
7/10/14
Antasid tab Antasid Lambung Oral 3x2 tab
3/10/14-
7/10/14
Inj Furosemid Furosemid Diuretik IV
1x1
(10mg/mL)
3/10/14-
7/10/14
Inj Rindonpump Omeprazole Lambung IV
3x1 amp
(20mg)
4/10/14-
5/10/14
Prazotec Lansoprazole Lambung Oral 2x30mg
6/10/14-
7/10/14
100
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Vometa Domperidone Antiemetik Oral 3x10 mg
6/10/14-
7/10/14
Cefixime Cefixime Antibiotik Oral 2x100mg
6/10/14-
7/10/14
21 L 66 71
2/11/14-
19/11/14
CKD (V), ESRD,
tumor buli buli,
CAD, GERD Pladogrel Clopidogrel Antiplatelet Oral 1x75 mg
2/11/14-
11/11/14 5,4 11,3 13,5
PCT PCT Antipiretik Oral 1x1 (500mg)
(2/11/14-
4/11/14)
(12/11/14-
19/11/14)
Inj Bicnat
Natrium
bikarbonat
Cairan
metabolik IV 1x 25 meq
2/11/14-
19/11/14
Inj Stabixin Sefoperazon Antibiotik IV 2x1 gr
2/11/14-
5/11/14
Inj Gastrofer Omeprazole Lambung(PPI) IV
2x1 3x1
(20mg/mL)
(2/11/14-
10/11/14)
(11/11/14-
19/11/14)
Cedocard
Isosorbid
Dinitrat Antiangina Oral 3x10 mg
(2/11/14-
3/11/14)
(4/11/14-
19/11/14)
ISDN
Isosorbid
Dinitrat Antiangina Oral 3x5 mg
3/11/14-
19/11/14
Bicnat
Natrium
bikarbonat
Cairan
metabolik Oral 2x2 tab
3/11/14-
19/11/14
101
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Miozidin
Trimetazidine
HCl Antiangina Oral 2x1 tab
3/11/14-
19/11/14
Dexiclaf forte Amoxicillin Antibiotik Oral 3x1 (250mg)
3/11/14-
17/11/14
Inj
Ondansentron Ondansentron Antiemetik IV 1x8 mg
3/11/14-
19/11/14
Inj Ketorolac Ketorolac Antiinflamasi IV
3x1
(10mg/mL)
3/11/14-
19/11/14
Inj
Dexamethasone
Dexamethason
e Kortikosteroid IV
1x½ amp
1x1 amp
(0,5mg/mL)
(4/11/14-
5/11/14)
(14/11/14-
15/11/14)
Farmadol PCT Antipiretik Oral
3x1
(500mg)
5/11/14-
11/11/14
Digoxin Digoxin Jantung Oral
1x½ (0,25
mg)
6/11/14-
19/11/14
Inj Fluxum Parnaparin Antikoagulan IV 1x0,6 mg
8/11/14-
11/11/14
Inpepsa Sukralfat Lambung Oral
4x15 cc
(100mg/mL)
10/11/14-
19/11/14
Inj Sysmuco Rebapamide Lambung IV 3x1 amp
10/11/14-
19/11/14
Vit K Vit K Multivitamin Oral 3x1 (2,5mg)
10/11/14-
19/11/14
Kalmetason Dexamethason
Kortikosteroid IV 1x1 amp 10/11/14-
102
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
e (4mg) 19/11/14
Protamin Sulfat
Protamin
Sulfat Antikoagulan IV
1x ½ amp
(25mg)
10/11/14-
17/11/14
Kalnex
As
Traneksamat Antikoagulan Oral
3x2 tab
(250mg)
11/11/14-
19/11/14
Inj Citicolin Sitikolin Vasodilator IV 1x500 mg
11/11/14-
19/11/14
22 L 66 74
19/10/14-
30/10/14
CKD (V), DM
tipe 2 Pirazinamid Pirazinamid Anti TBC IV
1x2 (saat
HD)
19/10/14-
30/10/14 5,5 11,1 13,8
Ethambutanol Etambutol Anti TBC Oral
1x2 (saat
HD)
(400mg)
19/10/14-
30/10/14
INH Isoniazid Anti TBC Oral 1x300mg
19/10/14-
30/10/14
Rifampicyn Rifampisin Anti TBC Oral
1x1 (600
mg)
19/10/14-
30/10/14
Nifedipin Nifedipin Kardio Oral 3x½ (20mg)
19/10/14-
30/10/14
Atrovastatin Atrovastatin
Penurun
Kolesterol Oral 1x10mg
19/10/14-
30/10/14
Interpect Ambroksol Mukolitik Oral 3x1 (30mg)
19/10/14-
30/10/14
Farneuro Farneuro Multivitamin Oral 1x1 tab
19/10/14-
30/10/14
Glikuidon Glikuidon Antidiabetes Oral 2x½ (30 mg) 19/10/14-
103
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
23/10/14
Inj Gastrofer Omeprazole Lambung(PPI) IV 2x20mg/mL
19/10/14-
30/10/14
Inj Meropenem Meropenem Antibiotik IV 2x1 gr
19/10/14-
25/10/14
Bicnat
Natrium
bikarbonat
Cairan
metabolik Oral 2x2 tab
19/10/14-
30/10/14
Cedocard
Isosorbid
Dinitrat Antiangina Oral 3x10 mg
19/10/14-
30/10/14
Alprazolam Alprazolam Antiansietas Oral 2x0,5 mg
20/10/14-
30/10/14
Inj
Ondansentron Ondansentron Antiemetik IV 2x8 mg
20/10/14-
30/10/14
Esilgan Estazolam Antipsikosis IV 1x2 mg
21/10/14-
30/10/14
Ventonil Albuterol Antiasma Oral 2x1 (20mg)
21/10/14-
30/10/14
Kidmin Asam amino Multivitamin IV
2x1
(200mL)
24/10/14-
26/10/14
Neurosanbe Neurosanbe Multivitamin IV 1x1 amp
22/10/14-
30/10/14
Selebrex Celecoxib Antiinflamasi Oral 1x200 mg
28/10/14-
3/10/14
Hibone Calcium Multivitamin Oral
2x1 (600
mg)
28/10/14-
3/10/14
104
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ISDN
Isosorbid
Dinitrat Antiangina Oral 3x10 mg
27/10/14-
30/10/14
23 P 62 60
23/11/14-
29/11/14 CKD, CHF ISDN
Isosorbid
Dinitrat Antiangina Oral 3x5 mg
23/11/14-
29/11/14 7,6 5,8 7,3
Aminefront Aminefron Nutrisi Oral 3x2 (25mg)
23/11/14-
29/11/14
Bicnat
Natrium
bikarbonat
Cairan
metabolik Oral 2x1
23/11/14-
29/11/14
Thrombo
aspillet
Asetosal 80
mg Antikoagulan Oral
1x2 tab
(80mg)
23/11/14-
24/11/14
Inj Lasix Furosemid Diuretik IV 2x2 tab
23/11/14-
29/11/14
Inj
Ondansentron Ondansentron Antiemetik IV 2x4 mg
23/11/14-
29/11/14
Inj Ranitidin Ranitidin Lambung IV
2x1 (50
mg/mL)
23/11/14-
29/11/14
Betahistin Betahistin Antivertigo Oral 2x8mg
23/11/14-
24/11/14
Laxadine syr Fenoftalenia Laksatif Oral 2x1c
26/11/14-
29/11/14
Antasid tab Antasid Lambung Oral 3x2 tab
28/11/14-
29/11/14
Farsic Furosemid Diuretik Oral 2x1 (10mg) 29/11/2014
Ondansentron Ondansentron Antiemetik Oral 2x8 mg 29/11/2014
105
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24 L 38 79
7/10/14-
8/10/14
CAD, CKD,
GERD Persantin Dipirdamol Antiplatelet Oral 2x25 mg
7/10/14-
8/10/14 7,6 8,6 14,7
Inbion Inbion Multivitamin Oral 1x1 kap
7/10/14-
8/10/14
As. Folat As .Folat Multivitamin Oral 1x2 (0,4mg)
7/10/14-
8/10/14
Clonidine Clonidine
Anti
Hipertensi Oral
2x½
(0,25mg)
7/10/14-
8/10/14
Captopril Captopril
Anti
Hipertensi Oral 2x12,5 mg
7/10/14-
8/10/14
Inj Kalmetasone
Dexamethason
e Kortikosteroid IV
1x1 amp
(4mg) 07/10/2014
Inj Ranitidin Ranitidin Lambung IV
2x1 (50
mg/mL)
7/10/14-
8/10/14
Inj
Ondansentron Ondansentron Antiemetik IV 2x8 mg
7/10/14-
8/10/14
Vometa Domperidone Antiemetik Oral 3x10 mg 08/10/2014
25 P 50 65
22/12/14-
26/22/14
Dyspnoe, CKD,
HT, Asidosis
Metabolik ISDN
Isosorbid
Dinitrat Antiangina Oral 3x10 mg
22/12/14-
26/22/14 7,2 6,4 9,6
Clonidine Clonidine
Anti
Hipertensi Oral
2x½
(0,25mg)
22/12/14-
26/22/14
Bicnat
Natrium
bikarbonat
Cairan
metabolik Oral 4x2
22/12/14-
26/22/14
Amlodipine Amlodipin CCB Oral 1x10 mg 22/12/14-
106
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26/22/14
Inj Ranitidin Ranitidin Lambung IV
2x1 (50
mg/mL)
22/12/14-
26/22/14
Inj Ceftriaxone Ceftriaxone Antibiotik IV 1x1 gr
22/12/14-
26/22/14
Inj Furosemid Furosemid Diuretik IV
2x2
(10mg/mL)
22/12/14-
26/22/14
Inj Bicnat
Natrium
bikarbonat
Cairan
metabolik IV 50 mg 22/12/2014
26 P 75 72
24/10/14-
27/10/14
Stroke non
hemorrage,
GERD,
Bronkopneumona
Inj
Ondansentron Ondansentron Antiemetik IV 1x4 mg 24/10/2014 2,4 20,9 23
Inj Farmadol PCT Antipiretik IV
1x1 amp
(500mg) 24/10/2014
Inj Omeprazole Omeprazole Lambung IV 2x20 mg 24/10/2014
Renafac Ranitidin HCl Lambung Oral 2x50 mg
24/10/14-
27/10/14
Stabixin Sefoperazon Antibiotik Oral 2x1 gr
24/10/14-
27/10/14
Citicolin Sitikolin Vasodilator Oral 2x500 mg
25/10/14-
27/10/14
Kalmeco Mecobalamin Multivitamin Oral
2x1
(500mcg)
25/10/14-
27/10/14
Neurobion Vitamin B Multivitamin IV 1x1 amp 24/10/14-
107
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(3mL) 25/10/14
Cefixime Cefixime Antibiotik Oral 2x100mg 27/10/2014
Ranitidine tab Ranitidin Lambung Oral 2x150 mg 27/10/2014
Inj Kalmeco Mecobalamin Multivitamin IV
2x1
(500mcg/mL
) 24/10/2014
108
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 4 Evaluasi DRP Dosis Dibawah Dosis Terapi
No
Pasien
Obat
Terapi
Dosis Standar
Sehari
Dosis
Pemberian Rute
Penilaian Dosis Kurang
dari Dosis Terapi
1 ISDN 5-40 mg 3x5 mg Oral 1
Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Simvastatin
40 mg (max) / Clcr <
10 mg : Do 5 mg/hari 1x10 mg Oral 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Inj Rindonpump
20-40 mg (tergantung
penyakit peptiknya) 2x20 mg IV 0
Inj Ranitidin
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 1x1 (50mg/mL) IV 0
Inj Furosemid 20-40 mg
(1x1)/(2x1)
(10mg/mL) IV 0
Fujimin 3x2, maintain 3x1 tab 3x1 tab Oral 0
Bicnat 20-36 mEq (GGK)
2x2 (650 mg /
7,6 meq) Oral 0
Inj Ceftriaxone 1-2 g tiap 12-24 jam (1x1g)/(2x2g) IV 0
Cataflam 50-150 mg 2x(50mg) Oral 0
Sanmol
325-650 mg tiap 4-6
jam 3x500 mg Oral 0
OMZ
20-40 mg (tergantung
penyakit peptiknya) 2x20 mg Oral 0
Inj Kalmetasone 0,75-9 mg
1x1 ampul
(4mg) Infus 0
Lansoprazole 15-30 mg 2x15 mg Oral 0
Vometa
10-20 mg 3x sehari,
GGK kurangi dosis
menjadi 10-20mg 1-
2x 3x10 mg Oral 0
Cefixime
400mg 12/24
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50% 2x100 mg Oral 0
2 N Diatab
2x sehari setiap
buang air besar 4x2tab Oral 0
Acetensa
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 1x1 (50 mg) Oral 0
Cobazym 1-6 mg/ hari 3x1mg Oral 0
Lacidofil 2x1 kap 3x1 kap Oral 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Inj Gastrofer
20-40 mg (tergantung
penyakit peptiknya) 2x20mg/mL IV 0
Inj
Metronidazole
250-500 mg; Clcr
<10 (50 %) tiap 12
jam 2x1 (500 mg) IV 0
Inj Cefotaxim
1-2g tiap 8 jam; Clcr
10-50 tiap 8-12 jam;
<10 tiap 6 jam 2x1 gr IV 0
Vometa
10-20 mg 3x sehari,
GGK kurangi dosis
menjadi 10-20mg 1- 3x10 mg Oral 0
109
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2x
Prazotec 15-30 mg 2x30mg Oral 0
Sulcolon
6x sehari 8 tab dosis
terbagi 2x500 mg Oral 0
3 Curcuma 1-2 tab 3x sehari (3x1) (3x2 tab) Oral 0
Estazor
8-10 mg/kgBB/hr
dibagi dalam 2-3
dosis 2x1 (250mg) Oral 0
Alprazolam 0,5-4mg dosis terbagi 2x0,25 mg Oral 0
Clopidogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Cilostazol 100mg 2x sehari 2x1 (50mg) Oral 0
Heptasan 4-20mg 3x1 (4 mg) Oral 0
Inj Gastrofer
20-40 mg (tergantung
penyakit peptiknya) 2x20mg/mL IV 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Inj Ceftriaxone 1-2 g tiap 12-24 jam 1x2 gr IV 0
Farmadol
325-650 mg tiap 4-6
jam 2x1 (500mg) Oral 0
Inj Vit C
Laki : 75mg,
Perempuan : 90mg
max 2000mg/hari 1x1 (500mg) IV 0
Hydrea
500-300mg
(Leukimia) terapi
dilanjutkan 20-
30mg/kg 2x500 mg Oral 0
Simarc 2-10mg 1x2 mg Oral 0
Falergi
5-10mg ;Clcr 11-
31/hemo 5mg
1x/hari;Clcr <11 (tdk
rekomen) 1x10 mg Oral 0
Laxadine syr
1-2sendok makan 1x
pada malam hari 1x1 C Oral 0
Cetirizine
5-10mg ;Clcr 11-
31/hemo 5mg
1x/hari;Clcr <11 (tdk
rekomen) 1x10 mg Oral 0
Minophagen
40-60 mL max 100
mL 1x1 (4mg) IV 0
CTM
3x sehari 1 tablet 4-
12mg 1x1 (4mg) Oral 0
Novorapid 0,5-1iu/kgBB/hr 3x8 ui Oral 0
Thrombo aspillet
1x sehari 1-2 tab 50-
325mg/hari; Clcr<10
hindari pemakaian 1x1 (80mg) Oral 0
Cefixime
400mg 12/24
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50% 2x100 mg Oral 0
Prazotec 15-30 mg 2x30mg Oral 0
Vometa
10-20 mg 3x sehari,
GGK kurangi dosis
menjadi 10-20mg 1-
2x 3x10 mg Oral 0
110
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4 Fastolyn Syr
1-2 sendok 5-10 ml
sehari 3x1 c Oral 0
Farmadol
325-650 mg tiap 4-6
jam 3x1 (500mg) Oral 0
Vectrin syr maksimal 300 mg 3x5 mg Oral 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Onetic
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x4 mg Oral 0
Invomit
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Renatac
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 2x1 (150mg) Oral 0
Levofloxacin
250-750mg;Clcr20-
49 :
250mg/hari;Clcr10-
19/hemo :
250mg/2hari 1x750 mg Oral 0
Falergi
5-10mg ;Clcr 11-
31/hemo 5mg
1x/hari;Clcr <11 (tdk
rekomen) 1x10 mg Oral 0
Inf Lantus
10 unit sehari
(individual) 1x20 ui IV 0
Mertrix
1-4 mg sehari;
Clcr<22 Do 1 mg 1x1 (4 mg) Oral 0
Novorapid 0,5-1iu/kgBB/hr 3x18 ui IV 0
ISDN 5-40 mg 2x5 mg Oral 1
Angiosten
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 1x50 mg Oral 0
Digoxin
0,75-1,5 mg; Clcr 10-
50 (25-75%) tiap 36
jam; Clcr <10 (10-
25%) tiap 2hari 1x1 (0,25 mg) Oral 0
Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Letonal
25-200 mg 1-2x; Clcr
10-50 1-2x sehari;
Clcr<10 jauhi
pemakaian 1x25 mg Oral 0
Inf Lanoxin
0,5-1mg; Clcr 10-50
(25-75%) tiap 36
jam; Clcr <10 (10-
25%) tiap 2hari 1x0,25 mg IV 0
Furosemid tab' 20-40 mg 1x1 tab (40mg) Oral 0
Vometa
10-20 mg 3x sehari,
GGK kurangi dosis
menjadi 10-20mg 1-
2x 3x10 mg Oral 0
Lansoprazole 15-30 mg 2x15 mg Oral 0
5 Inj Ketorolac
15-60mg SD tiap 6
jam 3x1 (10mg/mL) IV 0
Inj Stabixin
2-4 g/hr dalam 2
dosis terbagi, infeksi
berat 8g/hr (2dosis
terbagi), 12 g (3dosis 2x1 gr IV 0
111
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terbagi), max 16 g
Rindonpump
20-40 mg (tergantung
penyakit peptiknya) 2x20 mg IV 0
Profenid
50-75mg 3-4x sehari,
GGK ringan
150mg/hari/berat
Clcr <25 100mg/hari
(dosis max) 1x3 (100mg) Oral 0
Cefixime
400mg 12/24
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50% 2x100 mg Oral 0
Lansoprazole 15-30 mg 2x15 mg Oral 0
6 Inj Ketorolac
15-60mg SD tiap 6
jam 3x1 (10mg/mL) IV 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 1x4 mg IV 0
Inj Elpicef 1x sehari 1-2 vial 2x1 vial IV 0
Pantoprazol 20-240mg sehari 1x40 mg Oral 0
Cobazym 1-6 mg/ hari 3x1mg Oral 0
Inpepsa
1-2g/10 mL, beresiko
untuk pasien Clcr
<30
3x1
(100mg/mL) Oral 0
Inj Torasic
15-60mg SD tiap 6
jam 3x1 (10mg/mL) IV 0
ISDN 5-40 mg 3x5 mg Oral 0
Bisoprolol 2,5-20mg 1x2,5 mg Oral 0
Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Inj Ceftriaxone 1-2 g tiap 12-24 jam 2x1 gr IV 0
Inj Torasic
15-60mg SD tiap 6
jam 3x1 (10mg/mL) IV 0
Inj Pantoprazol 20-240mg sehari 1x40 mg IV 0
Acetensa
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 1x1 (50 mg) Oral 0
Cefixime
400mg 12/24
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50% 2x200 mg Oral 0
OMZ
20-40 mg (tergantung
penyakit peptiknya) 2x20 mg Oral 0
Glucotica
2x500mg/1x850mg,
hindari obat ini untuk
pasien ClCr <60-70 1x500 mg Oral 0
Laxadine syr
1-2sendok makan 1x
pada malam hari 1x2 c Oral 0
7 Ciprofoxacin
250-500mg ClCr 30-
50 1x2; ClCr <30 mL
500mg/hari; Clcr 5-
29 250-500mg tiap
18 jam 2x500 mg Oral 0
Prazotec 15-30 mg 2x30mg Oral 0
Vometa
10-20 mg 3x sehari,
GGK kurangi dosis
menjadi 10-20mg 1-
2x 3x10 mg Oral 0
112
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Curcuma 1-2 tab 3x sehari 3x1 tab Oral 0
Inj Ranitidin
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 1x1 (50mg/mL) IV 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Inj Ketorolac
15-60mg SD tiap 6
jam 1x1 (10mg/mL) IV 0
Acetensa
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 1x1 (50 mg) Oral 0
Glucotica
2x500mg/1x850mg,
hindari obat ini untuk
pasien ClCr <60-70 1x½ (500mg) Oral 0
Digoxin
0,75-1,5 mg; Clcr 10-
50 (25-75%) tiap 36
jam; Clcr <10 (10-
25%) tiap 2hari 1x1 (0,25 mg) Oral 0
Pectocyl 3x sehari 1 tablet 3x1 (200mg) Oral 0
Glikuidon 15-45 mg 3x½ (30mg) Oral 0
Clopidogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Cobazym 1-6 mg/ hari 3x1mg Oral 0
V Block
3,125-6,25 mg 2x
sehari 2x½ (6,25mg) Oral 0
Spinorolactone
25-200 mg 1-2x; Clcr
10-50 1-2x sehari;
Clcr<10 jauhi
pemakaian 1x1 (25mg) Oral 0
Persantin 75-100mg 4x/hari 1x25mg Oral 0
Furosemid tab' 20-80 mg 1x½ (40mg) Oral 0
Falergi
5-10mg ;Clcr 11-
31/hemo 5mg
1x/hari;Clcr <11 (tdk
rekomen) 1x10 mg Oral 0
Inj Gastrofer
20-40 mg (tergantung
penyakit peptiknya) 3x20mg/mL IV 0
Inpepsa
1-2g/10 mL, beresiko
untuk pasien Clcr
<30
4x15 cc
(100mg/mL) Oral 0
8 Aminefront
infusiensi ginjal
kronik 4-8 kap
3x/hr,(laju
glomerulus 5-50
mL/mnt) 3x3 (25mg) Oral 1
Bicnat 20-36 mEq (GGK)
2x2 (650 mg /
7,6 meq) Oral 0
Amlodipine 2,5-10mg 1x5 mg Oral 0
Novorapid 0,5-1iu/kgBB/hr 3x4 iu IV 0
Inj Lasix 20-40 mg
(1x1) (1x2)
(10mg/mL) IV 0
9 Inj Meropenem
Clcr 26-50 mL 1g
;Clcr 10-25 mL
500mg 2x; Clcr <10
mL 500mg 1x 2x1 gr IV 0
Inj
Metronidazole
250-500 mg; Clcr
<10 (50 %) tiap 12 2x1 (500 mg) IV 0
113
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
jam
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Inj Rindonpump
20-40 mg (tergantung
penyakit peptiknya) 1x20 mg IV 0
Simvastatin
40 mg (max) / Clcr <
10 mg : Do 5 mg/hari 1x10 mg Oral 0
Acetensa
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 1x1 (50 mg) Oral 0
Nonflamin 3x 1-2 kapsul (50mg) 3x1 (50mg) Oral 0
Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Inbion 1-2 kap 1x1 Oral 0
ISDN 5-40 mg 3x5 mg Oral 0
Novorapid 0,5-1iu/kgBB/hr 2x10 ui IV 0
Inf Kalnex
10mg/kg 3-4x; Clcr
50-80 50 % 10 mg/kg
2x; Clcr 10-50 25 %
10mg/kg ; Clcr<10
10% 10mg/kg 3x1 (50mg/mL) IV 0
Inf Vit K 2,5 mg -10 mg 3x1 (2,5mg) IV 0
Farmadol
325-650 mg tiap 4-6
jam 2x1 (500mg) Oral 0
Vit C
Laki : 75mg,
Perempuan : 90mg
max 2000mg/hari 1x1 (500mg) Oral 0
Furosemid tab 20-80 mg 1x1 (40mg) Oral 0
Interpect 30mg 3x sehari 3x1 (30mg) Oral 0
Inf Furosemid 20-40 mg
(1x2 amp)
(10mg/mL) IV 0
Cefixime
400mg 12/24
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50% 2x200 mg Oral 0
Vometa
10-20 mg 3x sehari,
GGK kurangi dosis
menjadi 10-20mg 1-
2x 3x10 mg Oral 0
Prazotec 15-30 mg 2x30mg Oral 0
10 Losartan
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 1x50 mg Oral 0
Mertrix
1-4 mg sehari;
Clcr<22 Do 1 mg 1x1 (1mg) Oral 0
Glucotica
2x500mg/1x850mg,
hindari obat ini untuk
pasien ClCr <60-70 1x500 mg Oral 0
PCT
325-650 mg tiap 4-6
jam 3x1 (500mg) Oral 0
Persantin 75-100mg 4x/hari 2x25mg Oral 0
Inj Ranitidin
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 2x1 (50 mg/mL) IV 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Inj Ceftazidim
500-2g; Clcr 30-50
2x; Clcr 10-30 1x; 3x1 gr IV 0
114
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Clcr <10 tiap 48-72
jam
Inj Rindonpump
20-40 mg (tergantung
penyakit peptiknya) 2x20 mg IV 0
Acetensa
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 1x1 (50 mg) Oral 0
Letonal
25-200 mg 1-2x; Clcr
10-50 1-2x sehari;
Clcr<10 jauhi
pemakaian 1x25 mg Oral 0
Furosemid tab 20-80 mg 1x2 (40mg) Oral 0
Clonidine
0,1-0,6mg; Clcr <10
mL 50% s/d 75% 2x1 (0,25mg) Oral 0
Amlodipine 2,5-10mg 1x5 mg Oral 0
Aminefront
infusiensi ginjal
kronik 4-8 kap
3x/hr,(laju
glomerulus 5-50
mL/mnt) 3x2 (25mg) Oral 1
Vometa
10-20 mg 3x sehari,
GGK kurangi dosis
menjadi 10-20mg 1-
2x 3x10 mg Oral 0
Cefixime
400mg 12/24
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50% 2x100mg Oral 0
Prazotec 15-30 mg 1x30mg Oral 0
11 Acetensa
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 1x1 (50 mg) Oral 0
Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Simvastatin
40 mg (max) / Clcr <
10 mg : Do 5 mg/hari 1x10 mg Oral 0
Persantin 75-100mg 4x/hari 2x25 mg Oral 0
Bicnat 20-36 mEq (GGK)
1x2 tab (650
mg / 7,6 meq) Oral 0
Aminefront
infusiensi ginjal
kronik 4-8 kap
3x/hr,(laju
glomerulus 5-50
mL/mnt)
3x1 tab (3x2)
(25mg) Oral 1
Interpect 30mg 3x sehari 3x1 (30mg) Oral 0
Inj Stabixin
2-4 g/hr dalam 2
dosis terbagi, infeksi
berat 8g/hr (2dosis
terbagi), 12 g (3dosis
terbagi), max 16 g 2x1 gr IV 0
Inj OMZ
20-40 mg (tergantung
penyakit peptiknya) 1x40 mg/mL IV 0
Inj Furosemid 20-40 mg 2x2 (10mg/mL) IV 0
Inj Gastrofer
20-40 mg (tergantung
penyakit peptiknya) 1x20mg/mL IV 0
Cedocard 5-40 mg 3x10 mg Oral 0
Novorapid 0,5-1iu/kgBB/hr 3x8 ui IV 0
CaCO3 1000-1200 mg /hari 3x1 tab (250mg) Oral 0
115
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
max 7000 mg; Clcr
<25 mungkin
dibutuhkan ad dosis
tergantung kadar Ca
V Block
3,125-6,25 mg 2x
sehari 1x6,25 mg (2x2) Oral 0
Furosemid tab 20-80 mg 2x1 (40mg) Oral 0
Tensivask 2,5-10mg 1x10 mg Oral 0
Cefixime
400mg 12/24
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50% 2x100 mg Oral 0
12 Persantin 75-100mg 4x/hari 2x25 mg Oral 0
Theobrom syr 3-6 sendok takar
3x1
(130mg/15mL) Oral 0
Cedocard 5-40 mg 3x10 mg Oral 0
Cordaron 800-1600mg 1x2 (200mg) Oral 0
Inj Faslev
250-750mg;Clcr20-
49 :
250mg/hari;Clcr10-
19/hemo :
250mg/2hari 1x750 mg IV 0
Inj Gastrofer
20-40 mg (tergantung
penyakit peptiknya) 1x20mg/mL IV 0
Inj Kalmeco 3x1amp seminggu
2x1
(500mcg/mL) IV 0
Inj Fluxum 0,3-0,6 mL 2x0,4 mg IV 0
Citicolin
stadium akut 250-
500mg 1-2x/hr.
kronik 100-300 mg 1-
2x/hr 2x500 mg Oral 0
Tensivask 2,5-10mg 1x5 mg Oral 0
Levofloxacin
250-750mg;Clcr20-
49 :
250mg/hari;Clcr10-
19/hemo :
250mg/2hari 1x750 mg Oral 0
Novorapid 0,5-1iu/kgBB/hr 3x5 ui Oral 0
13 ISDN 5-40 mg 3x10 mg Oral 0
Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Tensivask 2,5-10mg 1x10 mg Oral 0
Bicnat 20-36 mEq (GGK)
2x2 tab (650
mg / 7,6 meq) Oral 0
Simvastatin
5-40 mg (max) / Clcr
< 10 mg : Do 5
mg/hari 1x5 mg Oral 0
Acetensa
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 1x1 (50 mg) Oral 0
Inj Ceftriaxone 1-2 g tiap 12-24 jam 1x1 gr IV 0
Inj Metil
Prednisolon 10-40mg 1x25 mg IV 0
Inj Ranitidin
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 2x1 (50 mg/mL) IV 0
Cefixime 400mg 12/24 2x100 mg Oral 0
116
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50%
Ranitidine tab
Clcr < 50 : 150mg
tiap 24 jam 2x150 mg Oral 0
14 Bicnat 20-36 mEq (GGK)
2x2 tab (650
mg / 7,6 meq) Oral 0
V Block
3,125-6,25 mg 2x
sehari
(1x6,25 mg)
(½x6,25) Oral 0
Cipralex
10mg ; Clcr <20
butuh perhatian 1x½ (10mg) Oral 0
Vitazym 1-2 tab 3x sehari 1x1 tab Oral 0
Vit B12 50-100mcg 3x1 tab Oral 0
Ethambutanol
800-1600mg; Clcr
10-50 tiap 24-36 jam;
Clcr <10 tiap 48 jam 1x1000 mg Oral 0
INH 300-900 mg 1x300 mg Oral 0
Rifampicyn 450-600 mg 1x450 mg Oral 0
PZA
1000-2000mg; Clcr
<50 12-20 mg/kg 1x1000 mg Oral 0
Inj Streptomycin
750mg-1 g; Clcr 10-
50 tiap 1-3 hari; Clcr
<10 72-96 jam 1x750 mg IV 0
Inj Ranitidin
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 2x1 (50 mg/mL) IV 0
Inj Rindonpump
20-40 mg (tergantung
penyakit peptiknya) 1x1 amp (20mg) IV 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Inj Furosemid 20-40 mg 2x2 (10mg/mL) IV 0
Inf Dopamin 5-15 mcg/kg 5-10 mcg IV 0
Cedocard 5-40 mg 3x10 mg Oral 0
Curcuma 1-2 tab 3x sehari 3x1 tab Oral 0
Cobazym 1-6 mg/ hari 3x1mg Oral 0
Persantin 75-100mg 4x/hari 2x25 mg Oral 0
Inj
Dexamethasone 0,75-9 mg
4x1 amp
(0,5mg/mL) IV 0
Metycobal 3x1 kaps 3x1 kap Oral 0
Betaserk 8-16mg 3x sehari 2x12 mg Oral 0
N Diatab
2x sehari setiap
buang air besar 4x2 Oral 0
Lacto B 1-2 kap 3x sehari 3x1 tab Oral 0
Inj
Metronidazole
250-500 mg; Clcr
<10 (50 %) tiap 12
jam 2x1 (500 mg) IV 0
Prazotec 15-30 mg 1x30mg Oral 0
Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Alprazolam 0,5-4mg dosis terbagi 1x0,25 mg Oral 0
15 Sistenol
325-650 mg tiap 4-6
jam 1x500 mg Oral 0
Inj Cefoperazone
2-4g tiap 12 jam,
infeksi berat 6-12 g
dosis terbagi 2x1 gr IV 0
117
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Inj Gastrofer
20-40 mg (tergantung
penyakit peptiknya) 1x20mg/mL IV 0
Inj Furosemid 20-40 mg 1x2 (10mg/mL) IV 0
Inj Ketorolac
15-60mg SD tiap 6
jam 1x1 (10mg/mL) IV 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 1x4 mg IV 0
Inj OMZ
20-40 mg (tergantung
penyakit peptiknya) 1x40 mg/mL IV 0
Laxadine syr
1-2sendok makan 1x
pada malam hari 3x1c Oral 0
Inj Stabixin
2-4 g/hr dalam 2
dosis terbagi, infeksi
berat 8g/hr (2dosis
terbagi), 12 g (3dosis
terbagi), max 16 g, 2x1 gr IV 0
Interpect 30mg 3x sehari 3x1 (30mg) Oral 0
ISDN 5-40 mg 3x5 mg Oral 0
Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Simvastatin
40 mg (max) / Clcr <
10 mg : Do 5 mg/hari 1x10 mg Oral 0
Acetensa
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 1x1 (50 mg) Oral 0
Codipront
15-120mg; clcr 10-50
75%; Clcr <10 50 % 3x30mg Oral 0
V Block
3,125-6,25 mg 2x
sehari 1x6,25 mg Oral 0
Inj Hemapo
50-100iu/kg 3x
seminggu, 1x 50 iun IV 0
Fujimin 3x2, maintain 3x1 3x2 tab Oral 0
Inj Furosemid 20-40 mg 2x2 (10mg/mL) IV 0
Cefixime
400mg 12/24
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50% 2x100 mg Oral 0
Lansoprazole 15-30 mg 2x15 mg Oral 0
Furosemid tab 20-80 mg 2x2 (40mg) Oral 0
16 Inj Stabixin
2-4 g/hr dalam 2
dosis terbagi, infeksi
berat 8g/hr (2dosis
terbagi), 12 g (3dosis
terbagi), max 16 g, 2x1 gr IV 0
Inj
Metronidazole
250-500 mg; Clcr
<10 (50 %) tiap 12
jam 2x1 (500 mg) IV 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Inj Renatac
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 2x1 (150mg) IV 0
PCT
325-650 mg tiap 4-6
jam 2x1 (500mg) Oral 0
Simarc 2-10mg 1x2 mg Oral 0
Farmadol
325-650 mg tiap 4-6
jam 2x1 (500mg) Oral 0
Tomit drip 10-15mg 4x; Clcr<40 2x1 IV 0
118
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
50% (10mg/2mL)
Inj Ketorolac 10-40mg tiap 4-6 jam 3x1 (10mg/mL) IV 0
Neurosanbe
1 tab 2-3x, 1
amp/hari tab 5000 1
tab/hari 1x1 tab Oral 0
Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Clopidogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Cefixime
400mg 12/24
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50% 2x100 mg Oral 0
Lansoprazole 15-30 mg 2x15 mg Oral 0
Furosemid tab 20-80 mg 1x1 (40mg) Oral 0
Letonal
25-200 mg 1-2x; Clcr
10-50 1-2x sehari;
Clcr<10 jauhi
pemakaian 1x25 mg Oral 0
Kalnex
25mg/kg 3-4x; Clcr
50-80 15mg/kg 2x;
Clcr 10-50 15mg/kg;
Clcr <10 15mg/kg 3x1 tab (250mg) Oral 0
Inj Kalmetasone 0,75-9 mg 1x1 amp (4mg) IV 0
Inj Kalnex
10mg/kg 3-4x; Clcr
50-80 15 mg/kg 2x;
Clcr 10-50 25 %
10mg/kg ; Clcr<10
10% 10mg/kg 3x1 (50mg/mL) IV 0
17 Persantin 75-100mg 4x/hari 2x25 mg Oral 0
ISDN 5-40 mg 3x5 mg Oral 0
Inj Gastrofer
20-40 mg (tergantung
penyakit peptiknya) 2x20mg/mL IV 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Inj Kalmeco 3x1amp seminggu
1x1
(500mcg/mL) IV 0
Largactil
30-800mg 1-4x dosis
terbagi, IV (25-50mg
1-4 jam) max 400
mg, Lansia 10-25mg
1-2x 1x12,5 mg Oral 0
Inj Kalmetasone 0,75-9 mg 1x1 amp (4mg) IV 0
Mertigo 8-16mg 3x sehari 3x8 mg Oral 0
Frego 10mg 1x / 5mg 1x 1x10 mg Oral 0
Prazotec 15-30 mg 1x30mg Oral 0
18 Imdur 5-40 mg 2x½ (60 mg) Oral 0
Losartan
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 1x1 (50 mg) Oral 0
Spinorolactone
25-200 mg 1-2x; Clcr
10-50 1-2x sehari;
Clcr<10 jauhi
pemakaian 2x2 (25mg) Oral 0
Hapsen
2,5-20mg, <Clcr 40
Do 25mg 1x½ (5 mg) Oral 0
119
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Aminefront
infusiensi ginjal
kronik 4-8 kap
3x/hr,(laju
glomerulus 5-50
mL/mnt) 3x2 tab (25mg) Oral 1
Bicnat 20-36 mEq (GGK)
4x2 (650 mg /
7,6 meq) Oral 0
Inj Furosemid 20-40 mg
(2x2 amp) (2x1)
(2x2) IV 0
Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Tensivask 2,5-10mg 1x5 mg Oral 0
Inj Gastrofer
20-40 mg (tergantung
penyakit peptiknya) 2x20mg/mL IV 0
Farneuro 1 tab 2-3x 1x1 tab Oral 0
CaCO3
1000-1200 mg /hari
max 7000 mg; Clcr
<25 mungkin
dibutuhkan ad dosis
tergantung kadar Ca 3x1 tab (250mg) Oral 0
Clonidine
0,1-0,6mg; Clcr <10
mL 50% s/d 75% 2x½ (0,25mg) Oral 0
Acetensa
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 2x½ (50 mg) Oral 0
Inj Kalmetasone 0,75-9 mg 1x½ amp (4mg) IV 0
As. Folat 0,4-0,8 mg 1x2 (0,4mg) Oral 0
Falergi
5-10mg ;Clcr 11-
31/hemo 5mg
1x/hari;Clcr <11 (tdk
rekomen) 1x10 mg Oral 0
Ciprofoxacin
250-500mg ClCr 30-
50; ClCr <30 mL
500mg/hari; Clcr 5-
29 250-500mg tiap
18 jam 2x500 mg Oral 0
Fujimin 3x2, maintain 3x1 3x2 tab Oral 0
Laxadine syr
1-2sendok makan 1x
pada malam hari 1x15 ml Oral 0
Prazotec 15-30 mg 2x30mg Oral 0
19 Bicnat 20-36 mEq (GGK)
2x2 tab (650
mg / 7,6 meq) Oral 0
Inj Ranitidin
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 2x1 (50 mg/mL) IV 0
20 Bicnat 20-36 mEq (GGK)
2x2 tab (650
mg / 7,6 meq) Oral 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Inj Ketorolac
15-60mg SD tiap 6
jam 3x1 (10mg/mL) IV 0
Inj Ranitidin
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 2x1 (50 mg/mL) IV 0
Inj Ceftriaxone 1-2 g tiap 12-24 jam 2x1 gr IV 0
Inj
Dexamethasone 0,75-9 mg 3x (0,5mg/mL) IV 0
ISDN 5-40 mg 3x5 mg Oral 0
120
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Captopril
12,5-25mg 2-3x; Clcr
10-50 75%; Clcr <10
50% 1x12,5 Oral 1
Laxadine syr
1-2sendok makan 1x
pada malam hari 3x2 c Oral 0
Alprazolam 0,5-4mg dosis terbagi 1x0,25 mg Oral 0
Antasid tab
1-2 tab, 3-4x; Dapat
menurunkan fungsi
ginjal Clcr <30 3x2 tab Oral 0
Inj Furosemid 20-40 mg 1x1 (10mg/mL) IV 1
Inj Rindonpump
20-40 mg (tergantung
penyakit peptiknya) 3x1 amp (20mg) IV 0
Prazotec 15-30 mg 2x30mg Oral 0
Vometa
10-20 mg 3x sehari,
GGK kurangi dosis
menjadi 10-20mg 1-
2x 3x10 mg Oral 0
Cefixime
400mg max 12/24
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50% 2x100mg Oral 0
21 Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
PCT
325-650 mg tiap 4-6
jam 1x1 (500mg) Oral 0
Inj Bicnat 20-36 mEq (GGK)
1x 25 meq
(10meq/mL) IV 0
Inj Stabixin
2-4 g/hr dalam 2
dosis terbagi, infeksi
berat 8g/hr (2dosis
terbagi), 12 g (3dosis
terbagi), max 16 g, 2x1 gr IV 0
Inj Gastrofer
20-40 mg (tergantung
penyakit peptiknya)
2x1 3x1
(20mg/mL) IV 0
Cedocard 5-40 mg 3x10 mg Oral 0
ISDN 5-40 mg 3x5 mg Oral 0
Bicnat 20-36 mEq (GGK)
2x2 tab (650
mg / 7,6 meq) Oral 0
Miozidin
1tab pagi dan sore,
Perhatian untuk
pasien Clcr <15 2x1 tab Oral 0
Dexiclaf forte
250-500mg 4x / 500-
875mg 2x; Clcr 10-
30 250-500mg 2x;
Clcr <10 250-500mg
1x 3x1 (250mg) Oral 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 1x8 mg IV 0
Inj Ketorolac
15-60mg SD tiap 6
jam 3x1 (10mg/mL) IV 0
Inj
Dexamethasone 0,75-9 mg
1x½ amp 1x1
amp
(0,5mg/mL) IV 0
Farmadol
325-650 mg tiap 4-6
jam 3x1 (500mg) Oral 0
121
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Digoxin
0,75-1,5 mg; Clcr 10-
50 (25-75%) tiap 36
jam; Clcr <10 (10-
25%) tiap 2hari 1x½ (0,25 mg) Oral 0
Inj Fluxum 0,3-0,6 mL 1x0,6 mg IV 0
Inpepsa Syr
1-2g/10 mL, beresiko
untuk pasien Clcr
<30
4x15 cc
(100mg/mL) Oral 0
Inj Sysmuco 1 tab 3x/ 1amp 3x 3x1 amp IV 0
Vit K 2,5 mg -10 mg 3x1 (2,5mg) Oral 0
Inj Kalmetasone 0,75-9 mg 1x1 amp (4mg) IV 0
Protamin Sulfat 25-50mg
1x ½ amp
(25mg) IV 0
Kalnex
25mg/kg 3-4x; Clcr
50-80 15mg/kg 2x;
Clcr 10-50 15mg/kg;
Clcr <10 15mg/kg 3x2 tab (250mg) Oral 0
Inj Citicolin
stadium akut 250-
500mg 1-2x/hr.
kronik 100-300 mg 1-
2x/hr 1x500 mg IV 0
22 PZA
1000-2000mg; Clcr
<50 12-20 mg/kg
atau hindari
1x2 (saat HD)
1000 mg Oral 0
Ethambutanol
800-1600mg; Clcr
10-50 tiap 24-36 jam;
Clcr <10 tiap 48 jam
1x2 (saat HD)
(400mg) Oral 0
INH 300-900 mg 1x300mg Oral 0
Rifampicyn 450-600 mg 1x1 (600 mg) Oral 0
Nifedipin
10-30mg 3x (120-
180max) 3x½ (20mg) Oral 0
Atrovastatin 10-80mg 1x10mg Oral 0
Interpect 30mg 3x sehari 3x1 (30mg) Oral 0
Farneuro 1 tab 2-3x 1x1 tab Oral 0
Glikuidon 15-45 mg 2x½ (30 mg) Oral 0
Inj Gastrofer
20-40 mg (tergantung
penyakit peptiknya) 2x20mg/mL IV 0
Inj Meropenem
Clcr 26-50 mL 1g
;Clcr 10-25 mL
500mg 2x; Clcr <10
mL 500mg 1x 2x1 gr IV 0
Bicnat 20-36 mEq (GGK)
2x2 tab (650
mg / 7,6 meq) Oral 0
Cedocard 5-40 mg 3x10 mg Oral 0
Alprazolam 0,5-4mg dosis terbagi 2x0,5 mg Oral 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Esilgan 0,5-2mg 1x2 mg IV 0
Ventonil
2-4mg 3-4x (32mg
max) 2x1 (20mg) Oral 0
Kidmin
200mL/hari atau
400mL/hari 2x1 (200mL) IV 0
122
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Neurosanbe
1 tab 2-3x, 1
amp/hari tab 5000 1
tab/hari 1x1 amp IV 0
Selebrex 200-400mg 1x200 mg Oral 0
Hibone
1-2 kap sehari 1000-
1200mg; Clcr<25
mungkin dibutuhkan
tergantung kadar
serum Ca 2x1 (600 mg) Oral 0
ISDN 5-40 mg 3x10 mg Oral 0
23 ISDN 5-40 mg 3x5 mg Oral 1
Aminefront
infusiensi ginjal
kronik 4-8 kap
3x/hr,(laju
glomerulus 5-50
mL/mnt) 3x2 (25mg) Oral 1
Bicnat 20-36 mEq (GGK)
2x1 (650 mg /
7,6 meq) Oral 0
Thrombo aspillet
1x sehari 1-2 tab 50-
325mg/hari; Clcr<10
hindari pemakaian 1x2 tab (80mg) Oral 0
Inj Lasix 20-40 mg
2x2 amp
(10mg/mL) IV 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x4 mg IV 0
Inj Ranitidin
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 2x1 (50 mg/mL) IV 0
Betahistin 8-16mg 3x sehari 2x8mg Oral 0
Laxadine syr
1-2sendok makan 1x
pada malam hari 2x1c Oral 0
Antasid tab
1-2 tab, 3-4x; Dapat
menurunkan fungsi
ginjal pada pasien
Clcr <30 3x2 tab Oral 0
Farsic 20-40 mg 2x1 (10mg) Oral 0
Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg Oral 0
24 Persantin 75-100mg 4x/hari 2x25 mg Oral 0
Inbion 1-2 kap 1x1 kap Oral 0
As. Folat 0,4-0,8 mg 1x2 (0,4mg) Oral 0
Clonidine
0,1-0,6mg; Clcr <10
mL 50% s/d 75% 2x½ (0,25mg) Oral 0
Captopril
12,5-25mg 2-3x; Clcr
10-50 75%; Clcr <10
50% 2x12,5 mg Oral 0
Inj Kalmetasone 0,75-9 mg 1x1 amp (4mg) IV 0
Inj Ranitidin
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 2x1 (50 mg/mL) IV 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Vometa
10-20 mg 3x sehari,
GGK kurangi dosis
menjadi 10-20mg 1-
2x 3x10 mg Oral 0
123
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25 ISDN 5-40 mg 3x10 mg Oral 0
Clonidine
0,1-0,6mg; Clcr <10
mL 50% s/d 75% 2x½ (0,25mg) Oral 0
Bicnat 20-36 mEq (GGK)
4x2 (650 mg /
7,6 meq) Oral 0
Amlodipine 2,5-10mg 1x10 mg Oral 0
Inj Ranitidin
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 2x1 (50 mg/mL) IV 0
Inj Ceftriaxone 1-2 g tiap 12-24 jam 1x1 gr IV 0
Inj Furosemid 20-40 mg 2x2 (10mg/mL) IV 0
Inj Bicnat 20-36 mEq (GGK)
1x50 mg
(10meq/mL) IV 0
26 Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 1x4 mg IV 0
Inj Farmadol
325-650 mg tiap 4-6
jam
1x1 amp
(500mg) IV 0
Inj Omeprazole
20-40 mg (tergantung
penyakit peptiknya) 2x20 mg IV 0
Renatac
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 2x50 mg Oral 0
Inj Stabixin
2-4 g/hr dalam 2
dosis terbagi, infeksi
berat 8g/hr (2dosis
terbagi), 12 g (3 dosis
terbagi), max 16 g, 2x1 gr IV 0
Citicolin
stadium akut 250-
500mg 1-2x/hr.
kronik 100-300 mg 1-
2x/hr 2x500 mg Oral 0
Kalmeco
500-1500 mcg 3x
seminggu 2x1 (500mcg) Oral 0
Neurobion
1 amp perhari/ 1 tab
perhari 1x1 amp (3mL) IV 0
Cefixime
400mg 12/24
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50% 2x100mg Oral 0
Ranitidine tab
Clcr < 50 : 150mg
tiap 24 jam 2x150 mg Oral 0
Inj Kalmeco 3x1amp seminggu
2x1
(500mcg/mL) IV 0
(Keterangan : Tulisan Italic adalah Obat yang berpengaruh pada fungsi ginjal)
124
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 5 Evaluasi DRP Dosis Diatas Dosis Terapi
No
Pasien
Obat
Terapi
Dosis Standar
Sehari
Dosis
Pemberian Rute
Penilaian Dosis Lebih dari
Dosis Terapi
1 ISDN 5-40 mg 3x5 mg Oral 0
Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Simvastatin
40 mg (max) / Clcr <
10 mg : Do 5 mg/hari 1x10 mg Oral 1
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Inj Rindonpump
20-40 mg
(tergantung penyakit
peptiknya) 2x20 mg IV 0
Inj Ranitidin
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 1x1 (50mg/mL) IV 0
Inj Furosemid 20-40 mg
(1x1)/(2x1)
(10mg/mL) IV 0
Fujimin
3x2, maintain 3x1
tab 3x1 tab Oral 0
Bicnat 20-36 mEq (GGK)
2x2 tab (650 mg
/ 7,6 meq) Oral 0
Inj Ceftriaxone 1-2 g tiap 12-24 jam (1x1g)/(2x2g) IV 0
Cataflam 50-150 mg 2x(50mg) Oral 0
Sanmol
325-650 mg tiap 4-6
jam 3x500 mg Oral 0
OMZ
20-40 mg
(tergantung penyakit
peptiknya) 2x20 mg Oral 0
Inj Kalmetasone 0,75-9 mg
1x1 ampul
(4mg) Infus 0
Lansoprazole 15-30 mg 2x15 mg Oral 0
Vometa
10-20 mg 3x sehari,
GGK kurangi dosis
menjadi 10-20mg 1-
2x 3x10 mg Oral 1
Cefixime
400mg 12/24
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50% 2x100 mg Oral 0
2 N Diatab
2x sehari setiap
buang air besar 4x2tab Oral 0
Acetensa
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 1x1 (50 mg) Oral 0
Cobazym 1-6 mg/ hari 3x1mg Oral 0
Lacidofil 2x1 kap 3x1 kap Oral 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Inj Gastrofer
20-40 mg
(tergantung penyakit
peptiknya) 2x20mg/mL IV 0
Inj Metronidazole
250-500 mg; Clcr
<10 (50 %) tiap 12
jam 2x1 (500 mg) IV 0
Inj Cefotaxim
1-2g tiap 8 jam; Clcr
10-50 tiap 8-12 jam;
<10 tiap 6 jam 2x1 gr IV 0
125
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Vometa
10-20 mg 3x sehari,
GGK kurangi dosis
menjadi 10-20mg 1-
2x 3x10 mg Oral 1
Prazotec 15-30 mg 2x30mg Oral 0
Sulcolon
6x sehari 8 tab dosis
terbagi 2x500 mg Oral 0
3 Curcuma 1-2 tab 3x sehari (3x1) (3x2 tab) Oral 0
Estazor
8-10 mg/kgBB/hr
dibagi dalam 2-3
dosis 2x1 (250mg) Oral 0
Alprazolam
0,5-4mg dosis
terbagi 2x0,25 mg Oral 0
Clopidogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Cilostazol 100mg 2x sehari 2x1 (50mg) Oral 0
Heptasan 4-20mg 3x1 (4 mg) Oral 0
Inj Gastrofer
20-40 mg
(tergantung penyakit
peptiknya) 2x20mg/mL IV 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Inj Ceftriaxone 1-2 g tiap 12-24 jam 1x2 gr IV 0
Farmadol
325-650 mg tiap 4-6
jam 2x1 (500mg) Oral 0
Inj Vit C
Laki : 75mg,
Perempuan : 90mg
max 2000mg/hari 1x1 (500mg) IV 0
Hydrea
500-300mg
(Leukimia) terapi
dilanjutkan 20-
30mg/kg 2x500 mg Oral 0
Simarc 2-10mg 1x2 mg Oral 0
Falergi
5-10mg ;Clcr 11-
31/hemo 5mg
1x/hari;Clcr <11 (tdk
rekomen) 1x10 mg Oral 1
Laxadine syr
1-2sendok makan 1x
pada malam hari 1x1 C Oral 0
Cetirizine
5-10mg ;Clcr 11-
31/hemo 5mg
1x/hari;Clcr <11 (tdk
rekomen) 1x10 mg Oral 0
Minophagen
40-60 mL max 100
mL 1x1 (4mg) IV 0
CTM
3x sehari 1 tablet 4-
12mg 1x1 (4mg) Oral 0
Novorapid 0,5-1iu/kgBB/hr 3x8 ui Oral 0
Thrombo aspillet
1x sehari 1-2 tab 50-
325mg/hari; Clcr<10
hindari pemakaian 1x1 (80mg) Oral 0
Cefixime
400mg 12/24
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50% 2x100 mg Oral 0
Prazotec 15-30 mg 2x30mg Oral 0
126
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Vometa
10-20 mg 3x sehari,
GGK kurangi dosis
menjadi 10-20mg 1-
2x 3x10 mg Oral 1
4 Fastolyn Syr
1-2 sendok 5-10 ml
sehari 3x1 c Oral 0
Farmadol
325-650 mg tiap 4-6
jam 3x1 (500mg) Oral 0
Vectrin syr maksimal 300 mg 3x5 mg Oral 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Onetic
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x4 mg Oral 0
Invomit
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Renatac
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 2x1 (150mg) Oral 0
Levofloxacin
250-750mg;Clcr20-
49 :
250mg/hari;Clcr10-
19/hemo :
250mg/2hari 1x750 mg Oral 0
Falergi
5-10mg ;Clcr 11-
31/hemo 5mg
1x/hari;Clcr <11 (tdk
rekomen) 1x10 mg Oral 0
Inf Lantus
10 unit sehari
(individual) 1x20 ui IV 0
Mertrix
1x1 (4 mg) Oral 0
Novorapid 0,5-1iu/kgBB/hr 3x18 ui IV 0
ISDN 5-40 mg 2x5 mg Oral 0
Angiosten
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 1x50 mg Oral 0
Digoxin
0,75-1,5 mg; Clcr
10-50 (25-75%) tiap
36 jam; Clcr <10
(10-25%) tiap 2hari 1x1 (0,25 mg) Oral 0
Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Letonal
25-200 mg 1-2x;
Clcr 10-50 1-2x
sehari; Clcr<10 jauhi
pemakaian 1x25 mg Oral 0
Inf Lanoxin
0,5-1mg; Clcr 10-50
(25-75%) tiap 36
jam; Clcr <10 (10-
25%) tiap 2hari 1x0,25 mg IV 0
Inj Furosemid 20-40 mg 1x1 tab (40mg) IV 0
Vometa
10-20 mg 3x sehari,
GGK kurangi dosis
menjadi 10-20mg 1-
2x 3x10 mg Oral 1
Lansoprazole 15-30 mg 2x15 mg Oral 0
5 Inj Ketorolac
15-60mg SD tiap 6
jam 3x1 (10mg/mL) IV 0
127
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Inj Stabixin
2-4 g/hr dalam 2
dosis terbagi, infeksi
berat 8g/hr (2dosis
terbagi), 12 g (3dosis
terbagi), max 16 g 2x1 gr IV 0
Rindonpump
20-40 mg
(tergantung penyakit
peptiknya) 2x20 mg IV 0
Profenid
50-75mg 3-4x sehari,
GGK ringan
150mg/hari/berat
Clcr <25 100mg/hari
(dosis max) 1x3 (100mg) Oral 1
Cefixime
400mg 12/24
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50% 2x100 mg Oral 0
Lansoprazole 15-30 mg 2x15 mg Oral 0
6 Inj Ketorolac
15-60mg SD tiap 6
jam 3x1 (10mg/mL) IV 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 1x4 mg IV 0
Inj Elpicef 1x sehari 1-2 vial 2x1 vial IV 0
Pantoprazol 20-240mg sehari 1x40 mg Oral 0
Cobazym 1-6 mg/ hari 3x1mg Oral 0
Inpepsa
1-2g/10 mL, beresiko
untuk pasien Clcr
<30
3x1
(100mg/mL) Oral 0
Inj Torasic
15-60mg SD tiap 6
jam 3x1 (10mg/mL) IV 0
ISDN 5-40 mg 3x5 mg Oral 0
Bisoprolol 2,5-20mg 1x2,5 mg Oral 0
Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Inj Ceftriaxone 1-2 g tiap 12-24 jam 2x1 gr IV 0
Inj Torasic
15-60mg SD tiap 6
jam 3x1 (10mg/mL) IV 0
Inj Pantoprazol 20-240mg sehari 1x40 mg IV 0
Acetensa
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 1x1 (50 mg) Oral 0
Cefixime
400mg 12/24
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50% 2x200 mg Oral 1
OMZ
20-40 mg
(tergantung penyakit
peptiknya) 2x20 mg Oral 0
Glucotica
2x500mg/1x850mg,
hindari obat ini untuk
pasien ClCr <60-70 1x500 mg Oral 0
Laxadine syr
1-2sendok makan 1x
pada malam hari 1x2 c Oral 0
7 Ciprofoxacin
250-500mg ClCr 30-
50 1x2; ClCr <30 mL
500mg/hari; Clcr 5-
29 250-500mg tiap
18 jam 2x500 mg Oral 0
128
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prazotec 15-30 mg 2x30mg Oral 0
Vometa
10-20 mg 3x sehari,
GGK kurangi dosis
menjadi 10-20mg 1-
2x 3x10 mg Oral 1
Curcuma 1-2 tab 3x sehari 3x1 tab Oral 0
Inj Ranitidin
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 1x1 (50mg/mL) IV 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Inj Ketorolac
15-60mg SD tiap 6
jam 1x1 (10mg/mL) IV 0
Acetensa
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 1x1 (50 mg) Oral 0
Glucotica
2x500mg/1x850mg,
hindari obat ini untuk
pasien ClCr <60-70 1x½ (500mg) Oral 0
Digoxin
0,75-1,5 mg; Clcr
10-50 (25-75%) tiap
36 jam; Clcr <10
(10-25%) tiap 2hari 1x1 (0,25 mg) Oral 0
Pectocyl 3x sehari 1 tablet 3x1 (200mg) Oral 0
Glikuidon 15-45 mg 3x½ (30mg) Oral 0
Clopidogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Cobazym 1-6 mg/ hari 3x1mg Oral 0
V Block
3,125-6,25 mg 2x
sehari 2x½ (6,25mg) Oral 0
Spinorolactone
25-200 mg 1-2x;
Clcr 10-50 1-2x
sehari; Clcr<10 jauhi
pemakaian 1x1 (25mg) Oral 0
Persantin 75-100mg 4x/hari 1x25mg Oral 0
Furosemid tab' 20-80 mg 1x½ (40mg) Oral 0
Falergi
5-10mg ;Clcr 11-
31/hemo 5mg
1x/hari;Clcr <11 (tdk
rekomen) 1x10 mg Oral 0
Inj Gastrofer
20-40 mg
(tergantung penyakit
peptiknya) 3x20mg/mL IV 0
Inpepsa
1-2g/10 mL, beresiko
untuk pasien Clcr
<30
4x15 cc
(100mg/mL) Oral 0
8 Aminefront
infusiensi ginjal
kronik 4-8 kap
3x/hr,(laju
glomerulus 5-50
mL/mnt) 3x3 (25mg) Oral 0
Bicnat 20-36 mEq (GGK)
2x2 tab (650 mg
/ 7,6 meq) Oral 0
Amlodipine 2,5-10mg 1x5 mg Oral 0
Novorapid 0,5-1iu/kgBB/hr 3x4 iu IV 0
Inj Lasix 20-40 mg
(1x1) (1x2)
(10mg/mL) IV 0
129
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9 Inj Meropenem
Clcr 26-50 mL 1g
;Clcr 10-25 mL
500mg 2x; Clcr <10
mL 500mg 1x 2x1 gr IV 1
Inj Metronidazole
250-500 mg; Clcr
<10 (50 %) tiap 12
jam 2x1 (500 mg) IV 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Inj Rindonpump
20-40 mg
(tergantung penyakit
peptiknya) 1x20 mg IV 0
Simvastatin
40 mg (max) / Clcr <
10 mg : Do 5 mg/hari 1x10 mg Oral 0
Acetensa
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 1x1 (50 mg) Oral 1
Nonflamin 3x 1-2 kapsul (50mg) 3x1 (50mg) Oral 0
Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Inbion 1-2 kap 1x1 Oral 0
ISDN 5-40 mg 3x5 mg Oral 0
Novorapid 0,5-1iu/kgBB/hr 2x10 ui IV 0
Inf Kalnex
10mg/kg 3-4x; Clcr
50-80 50 % 10
mg/kg 2x; Clcr 10-50
25 % 10mg/kg ;
Clcr<10 10%
10mg/kg 3x1 (50mg/mL) IV 0
Inf Vit K 2,5 mg -10 mg 3x1 (2,5mg) IV 0
Farmadol
325-650 mg tiap 4-6
jam 2x1 (500mg) Oral 0
Vit C
Laki : 75mg,
Perempuan : 90mg
max 2000mg/hari 1x1 (500mg) Oral 0
Furosemid tab 20-80 mg 1x1 (40mg) Oral 0
Interpect 30mg 3x sehari 3x1 (30mg) Oral 0
Inf Furosemid 20-40 mg
(1x2 amp)
(10mg/mL) IV 0
Cefixime
400mg 12/24
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50% 2x200 mg Oral 1
Vometa
10-20 mg 3x sehari,
GGK kurangi dosis
menjadi 10-20mg 1-
2x 3x10 mg Oral 1
Prazotec 15-30 mg 2x30mg Oral 0
10 Losartan
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 1x50 mg Oral 1
Mertrix
1-4 mg sehari;
Clcr<22 Do 1 mg 1x1 (1mg) Oral 0
Glucotica
2x500mg/1x850mg,
hindari obat ini untuk
pasien ClCr <60-70 1x500 mg Oral 0
PCT
325-650 mg tiap 4-6
jam 3x1 (500mg) Oral 0
130
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Persantin 75-100mg 4x/hari 2x25mg Oral 0
Inj Ranitidin
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 2x1 (50 mg/mL) IV 1
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Inj Ceftazidim
500-2g; Clcr 30-50
2x; Clcr 10-30 1x;
Clcr <10 tiap 48-72
jam 3x1 gr IV 1
Inj Rindonpump
20-40 mg
(tergantung penyakit
peptiknya) 2x20 mg IV 0
Acetensa
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 1x1 (50 mg) Oral 1
Letonal
25-200 mg 1-2x;
Clcr 10-50 1-2x
sehari; Clcr<10 jauhi
pemakaian 1x25 mg Oral 0
Furosemid tab 20-80 mg 1x2 (40mg) Oral 0
Clonidine
0,1-0,6mg; Clcr <10
mL 50% s/d 75% 2x1 (0,25mg) Oral 0
Amlodipine 2,5-10mg 1x5 mg Oral 0
Aminefront
infusiensi ginjal
kronik 4-8 kap
3x/hr,(laju
glomerulus 5-50
mL/mnt) 3x2 (25mg) Oral 0
Vometa
10-20 mg 3x sehari,
GGK kurangi dosis
menjadi 10-20mg 1-
2x 3x10 mg Oral 1
Cefixime
400mg 12/24
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50% 2x100mg Oral 0
Prazotec 15-30 mg 1x30mg Oral 0
11 Acetensa
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 1x1 (50 mg) Oral 1
Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Simvastatin
40 mg (max) / Clcr <
10 mg : Do 5 mg/hari 1x10 mg Oral 0
Persantin 75-100mg 4x/hari 2x25 mg Oral 0
Bicnat 20-36 mEq (GGK)
1x2 tab (650 mg
/ 7,6 meq) Oral 0
Aminefront
infusiensi ginjal
kronik 4-8 kap
3x/hr,(laju
glomerulus 5-50
mL/mnt)
3x1 tab (3x2)
(25mg) Oral 0
Interpect 30mg 3x sehari 3x1 (30mg) Oral 0
Inj Stabixin
2-4 g/hr dalam 2
dosis terbagi, infeksi
berat 8g/hr (2dosis
terbagi), 12 g (3dosis
terbagi), max 16 g 2x1 gr IV 0
131
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Inj OMZ
20-40 mg
(tergantung penyakit
peptiknya) 1x40 mg/mL IV 0
Inj Furosemid 20-40 mg 2x2 (10mg/mL) IV 0
Inj Gastrofer
20-40 mg
(tergantung penyakit
peptiknya) 1x20mg/mL IV 0
Cedocard 5-40 mg 3x10 mg Oral 0
Novorapid 0,5-1iu/kgBB/hr 3x8 ui IV 0
CaCO3
1000-1200 mg /hari
max 7000 mg; Clcr
<25 mungkin
dibutuhkan ad dosis
tergantung kadar Ca 3x1 tab (250mg) Oral 0
V Block
3,125-6,25 mg 2x
sehari 1x6,25 mg (2x2) Oral 0
Furosemid tab 20-80 mg 2x1 (40mg) Oral 0
Tensivask 2,5-10mg 1x10 mg Oral 0
Cefixime
400mg 12/24
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50% 2x100 mg Oral 0
12 Persantin 75-100mg 4x/hari 2x25 mg Oral 0
Theobrom syr 3-6 sendok takar
3x1
(130mg/15mL) Oral 0
Cedocard 5-40 mg 3x10 mg Oral 0
Cordaron 800-1600mg 1x2 (200mg) Oral 0
Inj Faslev
250-750mg;Clcr20-
49 :
250mg/hari;Clcr10-
19/hemo :
250mg/2hari 1x750 mg IV 1
Inj Gastrofer
20-40 mg
(tergantung penyakit
peptiknya) 1x20mg/mL IV 0
Inj Kalmeco 3x1amp seminggu
2x1
(500mcg/mL) IV 0
Inj Fluxum 0,3-0,6 mL 2x0,4 mg IV 0
Citicolin
stadium akut 250-
500mg 1-2x/hr.
kronik 100-300 mg
1-2x/hr 2x500 mg Oral 0
Tensivask 2,5-10mg 1x5 mg Oral 0
Levofloxacin
250-750mg;Clcr20-
49 :
250mg/hari;Clcr10-
19/hemo :
250mg/2hari 1x750 mg Oral 0
Novorapid 0,5-1iu/kgBB/hr 3x5 ui Oral 0
13 ISDN 5-40 mg 3x10 mg Oral 0
Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Tensivask 2,5-10mg 1x10 mg Oral 0
Bicnat 20-36 mEq (GGK) 2x2 tab (650 mg Oral 0
132
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
/ 7,6 meq)
Simvastatin
5-40 mg (max) / Clcr
< 10 mg : Do 5
mg/hari 1x5 mg Oral 0
Acetensa
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 1x1 (50 mg) Oral 1
Inj Ceftriaxone 1-2 g tiap 12-24 jam 1x1 gr IV 0
Inj Metil
Prednisolon 10-40mg 1x25 mg IV 0
Inj Ranitidin
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 2x1 (50 mg/mL) IV 0
Cefixime
400mg 12/24
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50% 2x100 mg Oral 0
Ranitidine tab
Clcr < 50 : 150mg
tiap 24 jam 2x150 mg Oral 1
14 Bicnat 20-36 mEq (GGK)
2x2 tab (650 mg
/ 7,6 meq) Oral 0
V Block
3,125-6,25 mg 2x
sehari
(1x6,25 mg)
(½x6,25) Oral 0
Cipralex
10mg ; Clcr <20
butuh perhatian 1x½ (10mg) Oral 0
Vitazym 1-2 tab 3x sehari 1x1 tab Oral 0
Vit B12 50-100mcg 3x1 tab Oral 0
Ethambutanol
800-1600mg; Clcr
10-50 tiap 24-36
jam; Clcr <10 tiap 48
jam 1x1000 mg Oral 0
INH 300-900 mg 1x300 mg Oral 0
Rifampicyn 450-600 mg 1x450 mg Oral 0
PZA
1000-2000mg; Clcr
<50 12-20 mg/kg 1x1000 mg Oral 1
Inj Streptomycin
750mg-1 g; Clcr 10-
50 tiap 1-3 hari; Clcr
<10 72-96 jam 1x750 mg IV 0
Inj Ranitidin
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 2x1 (50 mg/mL) IV 0
Inj Rindonpump
20-40 mg
(tergantung penyakit
peptiknya) 1x1 amp (20mg) IV 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Inj Furosemid 20-40 mg 2x2 (10mg/mL) IV 0
Inf Dopamin 5-15 mcg/kg 5-10 mcg IV 0
Cedocard 5-40 mg 3x10 mg Oral 0
Curcuma 1-2 tab 3x sehari 3x1 tab Oral 0
Cobazym 1-6 mg/ hari 3x1mg Oral 0
Persantin 75-100mg 4x/hari 2x25 mg Oral 0
Inj
Dexamethasone 0,75-9 mg
4x1 amp
(0,5mg/mL) IV 0
Metycobal 3x1 kaps 3x1 kap Oral 0
Betaserk 8-16mg 3x sehari 2x12 mg Oral 0
133
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
N Diatab
2x sehari setiap
buang air besar 4x2 Oral 0
Lacto B 1-2 kap 3x sehari 3x1 tab Oral 0
Inj Metronidazole
250-500 mg; Clcr
<10 (50 %) tiap 12
jam 2x1 (500 mg) IV 0
Prazotec 15-30 mg 1x30mg Oral 0
Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Alprazolam
0,5-4mg dosis
terbagi 1x0,25 mg Oral 0
15 Sistenol
325-650 mg tiap 4-6
jam 1x500 mg Oral 0
Inj Cefoperazone
2-4g tiap 12 jam,
infeksi berat 6-12 g
dosis terbagi 2x1 gr IV 0
Inj Gastrofer
20-40 mg
(tergantung penyakit
peptiknya) 1x20mg/mL IV 0
Inj Furosemid 20-40 mg 1x2 (10mg/mL) IV 0
Inj Ketorolac
15-60mg SD tiap 6
jam 1x1 (10mg/mL) IV 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 1x4 mg IV 0
Inj OMZ
20-40 mg
(tergantung penyakit
peptiknya) 1x40 mg/mL IV 0
Laxadine syr
1-2sendok makan 1x
pada malam hari 3x1c Oral 0
Inj Stabixin
2-4 g/hr dalam 2
dosis terbagi, infeksi
berat 8g/hr (2dosis
terbagi), 12 g (3dosis
terbagi), max 16 g, 2x1 gr IV 0
Interpect 30mg 3x sehari 3x1 (30mg) Oral 0
ISDN 5-40 mg 3x5 mg Oral 0
Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Simvastatin
40 mg (max) / Clcr <
10 mg : Do 5 mg/hari 1x10 mg Oral 0
Acetensa
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 1x1 (50 mg) Oral 1
Codipront
15-120mg; clcr 10-
50 75%; Clcr <10 50
% 3x30mg Oral 1
V Block
3,125-6,25 mg 2x
sehari 1x6,25 mg Oral 0
Inj Hemapo
50-100iu/kg 3x
seminggu, 1x 50 iun IV 0
Fujimin 3x2, maintain 3x1 3x2 tab Oral 0
Inj Furosemid 20-40 mg 2x2 (10mg/mL) IV 0
Cefixime
400mg 12/24
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50% 2x100 mg Oral 0
Lansoprazole 15-30 mg 2x15 mg Oral 0
134
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Furosemid tab 20-80 mg 2x2 (40mg) Oral 0
16 Inj Stabixin
2-4 g/hr dalam 2
dosis terbagi, infeksi
berat 8g/hr (2dosis
terbagi), 12 g (3dosis
terbagi), max 16 g, 2x1 gr IV 0
Inj Metronidazole
250-500 mg; Clcr
<10 (50 %) tiap 12
jam 2x1 (500 mg) IV 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Inj Renatac
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 2x1 (150mg) IV 0
PCT
325-650 mg tiap 4-6
jam 2x1 (500mg) Oral 0
Simarc 2-10mg 1x2 mg Oral 0
Farmadol
325-650 mg tiap 4-6
jam 2x1 (500mg) Oral 0
Tomit drip
10-15mg 4x; Clcr<40
50%
2x1
(10mg/2mL) IV 1
Inj Ketorolac
10-40mg tiap 4-6
jam 3x1 (10mg/mL) IV 0
Neurosanbe
1 tab 2-3x, 1
amp/hari tab 5000 1
tab/hari 1x1 tab Oral 0
Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Clopidogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Cefixime
400mg 12/24
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50% 2x100 mg Oral 0
Lansoprazole 15-30 mg 2x15 mg Oral 0
Furosemid tab 20-80 mg 1x1 (40mg) Oral 0
Letonal
25-200 mg 1-2x;
Clcr 10-50 1-2x
sehari; Clcr<10 jauhi
pemakaian 1x25 mg Oral 0
Kalnex
25mg/kg 3-4x; Clcr
50-80 15mg/kg 2x;
Clcr 10-50 15mg/kg;
Clcr <10 15mg/kg 3x1 tab (250mg) Oral 1
Inj Kalmetasone 0,75-9 mg 1x1 amp (4mg) IV 0
Inj Kalnex
10mg/kg 3-4x; Clcr
50-80 15 mg/kg 2x;
Clcr 10-50 25 %
10mg/kg ; Clcr<10
10% 10mg/kg 3x1 (50mg/mL) IV 1
17 Persantin 75-100mg 4x/hari 2x25 mg Oral 0
ISDN 5-40 mg 3x5 mg Oral 0
Inj Gastrofer
20-40 mg
(tergantung penyakit
peptiknya) 2x20mg/mL IV 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Inj Kalmeco 3x1amp seminggu 1x1 IV 0
135
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(500mcg/mL)
Largactil
30-800mg 1-4x dosis
terbagi, IV (25-50mg
1-4 jam) max 400
mg, Lansia 10-25mg
1-2x 1x12,5 mg Oral 0
Inj Kalmetasone 0,75-9 mg 1x1 amp (4mg) IV 0
Mertigo 8-16mg 3x sehari 3x8 mg Oral 0
Frego 10mg 1x / 5mg 1x 1x10 mg Oral 0
Prazotec 15-30 mg 1x30mg Oral 0
18 Imdur 5-40 mg 2x½ (60 mg) Oral 0
Losartan
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 1x1 (50 mg) Oral 1
Spinorolactone
25-200 mg 1-2x;
Clcr 10-50 1-2x
sehari; Clcr<10 jauhi
pemakaian 2x2 (25mg) Oral 1
Hapsen
2,5-20mg, <Clcr 40
Do 25mg 1x½ (5 mg) Oral 0
Aminefront
infusiensi ginjal
kronik 4-8 kap
3x/hr,(laju
glomerulus 5-50
mL/mnt) 3x2 tab (25mg) Oral 0
Bicnat 20-36 mEq (GGK)
4x2 tab (650 mg
/ 7,6 meq) Oral 0
Inj Furosemid 20-40 mg
(2x2 amp) (2x1)
(2x2) IV 0
Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Tensivask 2,5-10mg 1x5 mg Oral 0
Inj Gastrofer
20-40 mg
(tergantung penyakit
peptiknya) 2x20mg/mL IV 0
Farneuro 1 tab 2-3x 1x1 tab Oral 0
CaCO3
1000-1200 mg /hari
max 7000 mg; Clcr
<25 mungkin
dibutuhkan ad dosis
tergantung kadar Ca 3x1 tab (250mg) Oral 0
Clonidine
0,1-0,6mg; Clcr <10
mL 50% s/d 75% 2x½ (0,25mg) Oral 0
Acetensa
50-100 mg; Clcr <20
1x25 mg 2x½ (50 mg) Oral 1
Inj Kalmetasone 0,75-9 mg 1x½ amp (4mg) IV 0
As. Folat 0,4-0,8 mg 1x2 (0,4mg) Oral 0
Falergi
5-10mg ;Clcr 11-
31/hemo 5mg
1x/hari;Clcr <11 (tdk
rekomen) 1x10 mg Oral 1
Ciprofoxacin
250-500mg ClCr 30-
50; ClCr <30 mL
500mg/hari; Clcr 5-
29 250-500mg tiap 2x500 mg Oral 0
136
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18 jam
Fujimin 3x2, maintain 3x1 3x2 tab Oral 0
Laxadine syr
1-2sendok makan 1x
pada malam hari 1x15 ml Oral 0
Prazotec 15-30 mg 2x30mg Oral 0
19 Bicnat 20-36 mEq (GGK)
2x2 tab (650 mg
/ 7,6 meq) Oral 0
Inj Ranitidin
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 2x1 (50 mg/mL) IV 0
20 Bicnat 20-36 mEq (GGK)
2x2 tab (650 mg
/ 7,6 meq) Oral 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Inj Ketorolac
15-60mg SD tiap 6
jam 3x1 (10mg/mL) IV 0
Inj Ranitidin
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 2x1 (50 mg/mL) IV 0
Inj Ceftriaxone 1-2 g tiap 12-24 jam 2x1 gr IV 0
Inj
Dexamethasone 0,75-9 mg 3x (0,5mg/mL) IV 0
ISDN 5-40 mg 3x5 mg Oral 0
Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
Captopril
12,5-25mg 2-3x;
Clcr 10-50 75%; Clcr
<10 50% 1x12,5 Oral 0
Laxadine syr
1-2sendok makan 1x
pada malam hari 3x2 c Oral 0
Alprazolam
0,5-4mg dosis
terbagi 1x0,25 mg Oral 0
Antasid tab
1-2 tab, 3-4x; Dapat
menurunkan fungsi
ginjal Clcr <30 3x2 tab Oral 1
Inj Furosemid 20-40 mg 1x1 (10mg/mL) IV 0
Inj Rindonpump
20-40 mg
(tergantung penyakit
peptiknya) 3x1 amp (20mg) IV 0
Prazotec 15-30 mg 2x30mg Oral 0
Vometa
10-20 mg 3x sehari,
GGK kurangi dosis
menjadi 10-20mg 1-
2x 3x10 mg Oral 1
Cefixime
400mg max 12/24
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50% 2x100mg Oral 0
21 Pladogrel 75-325 mg 1x75 mg Oral 0
PCT
325-650 mg tiap 4-6
jam 1x1 (500mg) Oral 0
Inj Bicnat 20-36 mEq (GGK)
1x 25 meq
(10meq/mL) IV 0
Inj Stabixin
2-4 g/hr dalam 2
dosis terbagi, infeksi
berat 8g/hr (2dosis
terbagi), 12 g (3dosis
terbagi), max 16 g, 2x1 gr IV 0
137
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Inj Gastrofer
20-40 mg
(tergantung penyakit
peptiknya)
2x1 3x1
(20mg/mL) IV 0
Cedocard 5-40 mg 3x10 mg Oral 0
ISDN 5-40 mg 3x5 mg Oral 0
Bicnat 20-36 mEq (GGK)
2x2 tab (650 mg
/ 7,6 meq) Oral 0
Miozidin
1tab pagi dan sore,
Perhatian untuk
pasien Clcr <15 2x1 tab Oral 0
Dexiclaf forte
250-500mg 4x / 500-
875mg 2x; Clcr 10-
30 250-500mg 2x;
Clcr <10 250-500mg
1x 3x1 (250mg) Oral 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 1x8 mg IV 0
Inj Ketorolac
15-60mg SD tiap 6
jam 3x1 (10mg/mL) IV 0
Inj
Dexamethasone 0,75-9 mg
1x½ amp 1x1
amp
(0,5mg/mL) IV 0
Farmadol
325-650 mg tiap 4-6
jam 3x1 (500mg) Oral 0
Digoxin
0,75-1,5 mg; Clcr
10-50 (25-75%) tiap
36 jam; Clcr <10
(10-25%) tiap 2hari 1x½ (0,25 mg) Oral 0
Inj Fluxum 0,3-0,6 mL 1x0,6 mg IV 0
Inpepsa Syr
1-2g/10 mL, beresiko
untuk pasien Clcr
<30
4x15 cc
(100mg/mL) Oral 1
Inj Sysmuco 1 tab 3x/ 1amp 3x 3x1 amp IV 0
Vit K 2,5 mg -10 mg 3x1 (2,5mg) Oral 0
Inj Kalmetasone 0,75-9 mg 1x1 amp (4mg) IV 0
Protamin Sulfat 25-50mg
1x ½ amp
(25mg) IV 0
Kalnex
25mg/kg 3-4x; Clcr
50-80 15mg/kg 2x;
Clcr 10-50 15mg/kg;
Clcr <10 15mg/kg 3x2 tab (250mg) Oral 1
Inj Citicolin
stadium akut 250-
500mg 1-2x/hr.
kronik 100-300 mg
1-2x/hr 1x500 mg IV 0
22 PZA
1000-2000mg; Clcr
<50 12-20 mg/kg
atau hindari
1x2 (saat HD)
1000 mg Oral 1
Ethambutanol
800-1600mg; Clcr
10-50 tiap 24-36
jam; Clcr <10 tiap 48
jam
1x2 (saat HD)
(400mg) Oral 0
INH 300-900 mg 1x300mg Oral 0
Rifampicyn 450-600 mg 1x1 (600 mg) Oral 0
138
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nifedipin
10-30mg 3x (120-
180max) 3x½ (20mg) Oral 0
Atrovastatin 10-80mg 1x10mg Oral 0
Interpect 30mg 3x sehari 3x1 (30mg) Oral 0
Farneuro 1 tab 2-3x 1x1 tab Oral 0
Glikuidon 15-45 mg 2x½ (30 mg) Oral 0
Inj Gastrofer
20-40 mg
(tergantung penyakit
peptiknya) 2x20mg/mL IV 0
Inj Meropenem
Clcr 26-50 mL 1g
;Clcr 10-25 mL
500mg 2x; Clcr <10
mL 500mg 1x 2x1 gr IV 0
Bicnat 20-36 mEq (GGK)
2x2 tab (650 mg
/ 7,6 meq) Oral 0
Cedocard 5-40 mg 3x10 mg Oral 0
Alprazolam
0,5-4mg dosis
terbagi 2x0,5 mg Oral 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Esilgan 0,5-2mg 1x2 mg IV 0
Ventonil
2-4mg 3-4x (32mg
max) 2x1 (20mg) Oral 0
Kidmin
200mL/hari atau
400mL/hari 2x1 (200mL) IV 0
Neurosanbe
1 tab 2-3x, 1
amp/hari tab 5000 1
tab/hari 1x1 amp IV 0
Selebrex 200-400mg 1x200 mg Oral 0
Hibone
1-2 kap sehari 1000-
1200mg; Clcr<25
mungkin dibutuhkan
tergantung kadar
serum Ca 2x1 (600 mg) Oral 0
ISDN 5-40 mg 3x10 mg Oral 0
23 ISDN 5-40 mg 3x5 mg Oral 0
Aminefront
infusiensi ginjal
kronik 4-8 kap
3x/hr,(laju
glomerulus 5-50
mL/mnt) 3x2 (25mg) Oral 0
Bicnat 20-36 mEq (GGK)
2x1 tab (650 mg
/ 7,6 meq) Oral 0
Thrombo aspillet
1x sehari 1-2 tab 50-
325mg/hari; Clcr<10
hindari pemakaian 1x2 tab (80mg) Oral 1
Inj Lasix 20-40 mg
2x2 amp
(10mg/mL) IV 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x4 mg IV 0
Inj Ranitidin
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 2x1 (50 mg/mL) IV 0
Betahistin 8-16mg 3x sehari 2x8mg Oral 0
139
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Laxadine syr
1-2sendok makan 1x
pada malam hari 2x1c Oral 0
Antasid tab
1-2 tab, 3-4x; Dapat
menurunkan fungsi
ginjal pada pasien
Clcr <30 3x2 tab Oral 1
Farsic 20-40 mg 2x1 (10mg) Oral 0
Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg Oral 0
24 Persantin 75-100mg 4x/hari 2x25 mg Oral 0
Inbion 1-2 kap 1x1 kap Oral 0
As. Folat 0,4-0,8 mg 1x2 (0,4mg) Oral 0
Clonidine
0,1-0,6mg; Clcr <10
mL 50% s/d 75% 2x½ (0,25mg) Oral 0
Captopril
12,5-25mg 2-3x;
Clcr 10-50 75%; Clcr
<10 50% 2x12,5 mg Oral 1
Inj Kalmetasone 0,75-9 mg 1x1 amp (4mg) IV 0
Inj Ranitidin
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 2x1 (50 mg/mL) IV 0
Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 2x8 mg IV 0
Vometa
10-20 mg 3x sehari,
GGK kurangi dosis
menjadi 10-20mg 1-
2x 3x10 mg Oral 1
25 ISDN 5-40 mg 3x10 mg Oral 0
Clonidine
0,1-0,6mg; Clcr <10
mL 50% s/d 75% 2x½ (0,25mg) Oral 0
Bicnat 20-36 mEq (GGK)
4x2 tab (650 mg
/ 7,6 meq) Oral 0
Amlodipine 2,5-10mg 1x10 mg Oral 0
Inj Ranitidin
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 2x1 (50 mg/mL) IV 0
Inj Ceftriaxone 1-2 g tiap 12-24 jam 1x1 gr IV 0
Inj Furosemid 20-40 mg 2x2 (10mg/mL) IV 0
Inj Bicnat 20-36 mEq (GGK)
1x50 meq
(10meq/mL) IV 0
26 Inj Ondansentron
8 mg 1-2 jam tiap
sebelum makan 1x4 mg IV 0
Inj Farmadol
325-650 mg tiap 4-6
jam
1x1 amp
(500mg) IV 0
Inj Omeprazole
20-40 mg
(tergantung penyakit
peptiknya) 2x20 mg IV 0
Renatac
Clcr < 50 : 50mg tiap
18-24 jam 2x50 mg Oral 0
Inj Stabixin
2-4 g/hr dalam 2
dosis terbagi, infeksi
berat 8g/hr (2dosis
terbagi), 12 g (3
dosis terbagi), max
16 g, 2x1 gr IV 0
Citicolin stadium akut 250- 2x500 mg Oral 0
140
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
500mg 1-2x/hr.
kronik 100-300 mg
1-2x/hr
Kalmeco
500-1500 mcg 3x
seminggu 2x1 (500mcg) Oral 0
Neurobion
1 amp perhari/ 1 tab
perhari 1x1 amp (3mL) IV 0
Cefixime
400mg 12/24
jam;Clcr 21-60 75 %
;Clcr <20 50% 2x100mg Oral 0
Ranitidine tab
Clcr < 50 : 150mg
tiap 24 jam 2x150 mg Oral 1
Inj Kalmeco 3x1amp seminggu
2x1
(500mcg/mL) IV 0
(Keterangan : Tulisan Italic adalah Obat yang berpengaruh pada fungsi ginjal)
141
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 6 Evaluasi Interaksi Obat yang Tidak Tepat Dosis
No
Pasien
Obat Terapi Pasien
(Yang Tidak Tepat
Dosis)
Penilaian
Evaluasi
IO
IO Mekanisme Interaksi Obat
1 ISDN
Pladogrel
Simvastatin
Inj Ondansentron
Inj Rindonpump
Inj Ranitidin
Inj Furosemid
Fujimin
Bicnat
Inj Ceftriaxone
Cataflam
Sanmol
OMZ
Inj Kalmetasone
Octalbin
Lansoprazole
Vometa
Cefixime
0
2 N Diatab
Acetensa
Cobazym
Lacidofil
Inj Ondansentron
Inj Gastrofer
Inj Metronidazole
Inj Cefotaxim
Vometa
Prazotec
Sulcolon
0
3 Curcuma
Estazor
Alprazolam
Clopidogrel
Cilostazol
Heptasan
Inj Gastrofer
Inj Ondansentron
Inj Ceftriaxone
Farmadol
Inj Vit C
Hydrea
Simarc
Falergi
Laxadine syr
Cetirizine
Minophagen
CTM
Novorapid
Thrombo aspillet
Cefixime
Prazotec
Inf Octalbin
0
142
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Vometa
4 Fastolyn Syr
Farmadol
Vectrin syr
Inj Ondansentron
Onetic
Invomit
Renatac
Levofloxacin
Falergi
Inf Lantus
Mertrix
Novorapid
ISDN
Angiosten
Digoxin
Pladogrel
Letonal
Inf Lanoxin
Furosemid tab'
Vometa
Lansoprazole
0
5 Inj Ketorolac
Inj Stabixin
Rindonpump
Profenid
Cefixime
Lansoprazole
1 Profenid +
ketorolac
Keduanya
meningkatkan
toksisitas secara
sinergisme
farmakodinamik
(major)
Akan meningkatkan
antikoagulan & kadar
(K). (moderate)
Ketoprofen
meningkatkan efek
ketorolac dengan
asidosis kompetisi
obat untuk klirens
ginjal (minor)
6 Inj Ketorolac
Inj Ondansentron
Inj Elpicef
Pantoprazol
Cobazym
Inpepsa
Inj Torasic
ISDN
Bisoprolol
Pladogrel
Inj Ceftriaxone
Inj Torasic
Inj Pantoprazol
Acetensa
Cefixime
OMZ
Glucotica
Laxadine syr
0
143
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7 Ciprofoxacin
Prazotec
Vometa
Curcuma
Inj Ranitidin
Inj Ondansentron
Inj Ketorolac
Acetensa
Glucotica
Digoxin
Pectocyl
Glikuidon
Clopidogrel
Cobazym
V Block
Spinorolactone
Persantin
Furosemid tab'
Falergi
Inj Gastrofer
Inpepsa
0
8 Aminefront
Bicnat
Amlodipine
Novorapid
Inj Lasix
0
9 Inj Meropenem
Inj Metronidazole
Inj Ondansentron
Inj Rindonpump
Simvastatin
Acetensa
Nonflamin
Pladogrel
Inbion
ISDN
Novorapid
Inf Kalnex
Inf Vit K
Farmadol
Vit C
Furosemid tab
Interpect
Inf Furosemid
Cefixime
Vometa
Prazotec
1 Meronidazole +
Acetensa
Acetensa +
Furosemide
Metronidazole
meningkatkan kadar /
efek losartan dengan
mempengaruhi
metabolisme hati
CYP2C9/10. (Moderat)
Losartan meningkatkan
dan furosemid
menurunkan serum K.
(Moderat)
10 Losartan
Mertrix
Glucotica
PCT
Persantin
Inj Ranitidin
Inj Ondansentron
Inj Ceftazidim
Inj Rindonpump
Acetensa
Letonal
1 Losartan +
Spironolactone
Losartan +
Furosemide
Losartan dan
spironolactone keduanya
meningkatkan serum K
(Moderat)
Losartan meningkat dan
furosemid menurunkan
serum K. (Moderat)
144
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Furosemid tab
Clonidine
Amlodipine
Aminefront
Vometa
Cefixime
Prazotec
11 Acetensa
Pladogrel
Simvastatin
Persantin
Bicnat
Aminefront
Interpect
Inj Stabixin
Inj OMZ
Inj Furosemid
Inj Gastrofer
Cedocard
Novorapid
CaCO3
V Block
Furosemid tab
Tensivask
Cefixime
1 Acetensa + Vblock Mekanisme sinergisme
farmakodinamik
(Modedrat)
12 Persantin
Theobrom syr
Cedocard
Cordaron
Inj Faslev
Inj Gastrofer
Inj Kalmeco
Inj Fluxum
Citicolin
Tensivask
Levofloxacin
Novorapid
1 Levofloxacin +
Novorapid
Levofloxacin
meningkatkan efek
novorapid dengan
sinergisme
farmakodinamik
(moderat)
13 ISDN
Pladogrel
Tensivask
Bicnat
Simvastatin
Acetensa
Inj Ceftriaxone
Inj Metil Prednisolon
Inj Ranitidin
Cefixime
Ranitidine tab
0
14 Bicnat
V Block
Cipralex
Vitazym
Vit B12
Ethambutanol
INH
Rifampicyn
PZA
Inj Streptomycin
1 PZA + Rifampycin
INH + PZA
Rifampin dan PZA
keduanya meningkatkan
toksisitasnya satu sama
lain dengan sinergisme
farmakodinamik (Major)
INH dan PZA keduanya
meningkatkan toksisitas
satu sama lain dengan
sinergisme
farmakodinamik (mild)
145
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Inj Ranitidin
Inj Rindonpump
Inj Ondansentron
Inj Furosemid
Inf Dopamin
Cedocard
Curcuma
Octalbin
Cobazym
Persantin
Inj Dexamethasone
Metycobal
Betaserk
N Diatab
Lacto B
Inj Metronidazole
Prazotec
Pladogrel
Alprazolam
15 Sistenol
Inj Cefoperazone
Inj Gastrofer
Octalbin
Inj Furosemid
Inj Ketorolac
Inj Ondansentron
Inj OMZ
Laxadine syr
Inj Stabixin
Interpect
ISDN
Pladogrel
Simvastatin
Acetensa
Codipront
V Block
Inj Hemapo
Fujimin
Inj Furosemid
Cefixime
Lansoprazole
Furosemid tab
1 Acetensa + Vblock
Acetensa +
Furosemide
Mekanisme sinergisme
farmakodinamik
(Modedrat)
Losartan meningkatkan
dan furosemide
menurunkan serum K
(moderat)
16 Inj Stabixin
Inj Metronidazole
Inj Ondansentron
Inj Renatac
PCT
Simarc
Farmadol
Tomit drip
Inj Ketorolac
Neurosanbe
Pladogrel
Clopidogrel
Cefixime
Lansoprazole
Furosemid tab
Letonal
0
146
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kalnex
Inj Kalmetasone
Inj Kalnex
17 Persantin
ISDN
Inj Gastrofer
Inj Ondansentron
Inj Kalmeco
Largactil
Inj Kalmetasone
Mertigo
Frego
Prazotec
0
18 Imdur
Losartan
Spinorolactone
Hapsen
Aminefront
Bicnat
Inj Furosemid
Pladogrel
Tensivask
Inj Gastrofer
Farneuro
CaCO3
Clonidine
Acetensa
Inj Kalmetasone
As. Folat
Falergi
Ciprofoxacin
Fujimin
Laxadine syr
Albumin
Octalbin
Prazotec
1 Spironolactone +
Furosemid
Losartan +
bisoprolol
Bisoprolol +
spironolactone
Losartan +
Spironolactone
Spironolactone +
CaCO3
Spironolactone
meningkatkan dan
furosemide menurunkan
serum K (moderat)
Bisoprolol dan losartan
terjadi mekanisme
sinergisme
farmakodinamik
(moderat)
Bisoprolol dan
spironolactone keduanya
meningkatkan serum K
(moderat)
Losartan dan
spironolactone keduanya
meningkatkan serum K
(moderat)
Spironolactone
menurunkan kadar
CaCO3 dengan
meningkatkan klirens
ginjal (minor)
19 Bicnat
Inj Ranitidin
0
20 Bicnat
Inj Ondansentron
Inj Ketorolac
Inj Ranitidin
Inj Ceftriaxone
Inj Dexamethasone
ISDN
Pladogrel
Captopril
Laxadine syr
Alprazolam
Antasid tab
Inj Furosemid
Inj Rindonpump
Prazotec
Vometa
Cefixime
1 Captopril +
Ketorolac
Captopril +
Furosemide
Ketorolac +
Captopril
Ketorolac +
Furosemide
Dexamethasone +
furosemide
Captopril dan ketorolac
keduanya meningkatkan
toksisitasnya satu sama
lain. Dapat menurunkan
fungsi ginjal secara
partikular pada lansia atau
habis secara volume
individual (moderat)
Captopril dan furosemide
mekanisme sinergisme
farmakodinamik,
resikonya dapat terjadi
akut hipotensi dan ggk
(moderat)
Ketorolac menurunkan
efek captopril dengan
antagonis
farmakodinamik, interaksi
yang berpotensi
147
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
berbahaya (moderat)
Ketorolac meningkatn
dan furosemide
menurunkan serum K
(moderat)
Dexa dan furosemide
terjadi mekanisme
sinergisme
farmakodinamik, berisiko
hipokalemia (minor)
21 Pladogrel
PCT
Inj Bicnat
Inj Stabixin
Inj Gastrofer
Cedocard
ISDN
Bicnat
Miozidin
Dexiclaf forte
Inj Ondansentron
Inj Ketorolac
Inj Dexamethasone
Farmadol
Digoxin
Inj Fluxum
Inpepsa Syr
Inj Sysmuco
Vit K
Inj Kalmetasone
Protamin Sulfat
Kalnex
Inj Citicolin
0
22 PZA
Ethambutanol
INH
Rifampicyn
Nifedipin
Atrovastatin
Interpect
Farneuro
Glikuidon
Inj Gastrofer
Inj Meropenem
Bicnat
Cedocard
Alprazolam
Inj Ondansentron
Esilgan
Ventonil
Kidmin
Neurosanbe
Selebrex
Hibone
ISDN
0
23 ISDN
Aminefront
Bicnat
1 Thrombo
aspillet +
furosemide
Aspirin menigkatkan
dan furosemid
mengurangi serum
148
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Thrombo aspillet
Inj Lasix
Inj Ondansentron
Inj Ranitidin
Betahistin
Laxadine syr
Antasid tab
Farsic
Ondansentron
(K). Efek masih
kurang jelas gunakan
hati-hati. (moderat)
24 Persantin
Inbion
As. Folat
Clonidine
Captopril
Inj Kalmetasone
Inj Ranitidin
Inj Ondansentron
Vometa
0
25 ISDN
Clonidine
Bicnat
Amlodipine
Inj Ranitidin
Inj Ceftriaxone
Inj Furosemid
Inj Bicnat
0
26 Inj Ondansentron
Inj Farmadol
Inj Omeprazole
Renatac
Inj Stabixin
Citicolin
Kalmeco
Neurobion
Cefixime
Ranitidine tab
Inj Kalmeco
0